Asuhan Keperawatan Anak

  • Uploaded by: capiboy
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Anak as PDF for free.

More details

  • Words: 1,707
  • Pages: 11
Loading documents preview...
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK GANGGUAN HIPERAKTIVITAS (SINDROM HIPERKINETIK)

Disusun oleh : Alief Irayono ( 07600010 ) Rikky

PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA 2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah swt, karena dengan rahmat dan petunjuk-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Hiperaktivitas (Sindrom Hiperkinetik)” Makalah ini disusun dalam pemenuhan Tugas mata kuliah Keperawatan Anak di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam memberikan masukan yang bermanfaat demi tersusunnya makalah ini. Kami menyadari bahwa susunan dan materi yang terkandung dalam makalah ini bukanlah sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Surabaya, 30 Oktober 2009

penyusun

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Gangguan pemusatan perhatian atau hiperaktivitas (sindrom hiperkinetik) merupakan suatu sindrom neuropsikiatrik yang sering dijumpai dengan onset usia kanak-kanak, sebagian besar menjadi nyata (dan menjadi perhatian medik) di tahuntahun pertama kelas sekolah. Anak dengan hiperaktivitas (sindrom hiperkinetik) adalah anak yang menunjukkan perilaku hiperaktif, impulsif serta sulit memusatkan perhatian dengan tingkat yang lebih beratjika dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Di samping itu, kondisi di atas juga disertai dengan beberapa gejala lain seperti adanya ambang toleransi frustrasi yang rendah, disorganisasi, dan perilaku agresif. Kondisi ini tentunya menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi anak dalam menjalankan fungsinya sehari-hari, seperti berinteraksi dengan teman sebaya, keluarga dan yang terpenting adalah mengganggu kesiapan anak untuk belajar. Semua kondisi ini tentunya akan mengganggu prestasi belajar anak dan secara keseluruhan akan membuat penurunan kualitas hidup anak dengan hiperaktivitas (sindrom hiperkinetik) di kemudian hari. Data dari penelitian cross-sectional, retrospektif dan follow-up menunjukkan bahwa anak-anak dengan hiperaktivitas berisiko menderita gangguan psikiatrik lain baik di masa kanak-kanak, remaja dan dewasa yang meliputi perilaku antisosial, penyalahgunaan zat serta gangguan mood dan kecemasan. Keterkaitannya dengan gangguan tersebut membuatnya menjadi suatu kelompok gangguan yang lebih kompleks. Pengenalan, penilaian (assessment) dan penata-laksanaan dini dari kondisi-kondisi ini dapat mengarahkan kembali perkembangan edukasional dan psikososial pada sebagian besar anak dengan hiperaktivitas (sindrom hiperkinetik). Dalam berbagai penelitian epidemiologi yang telah dilakukan, didapatkan angka rata-rata prevalensi berkisar antara 3-11%. Angka prevalensi untuk sindrom hiperkinetik di Jakarta Pusat adalah 4.2 %. Berdasarkan penelitian Saputro D (2004) dengan menggunakan instrumen Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder IV (DSM-IV) didapati angka sebesar 2.2 % untuk tipe hiperaktif & impulsif,

5.3% untuk tipe campuran hiperaktif-impulsif dan inatensi, serta 15.3 % untuk sindrom hiperkinetik tipe inatensi. Walaupun demikian jumlah kasus yang datang untuk mencari pengobatan umumnya masih sangat rendah oleh karena pengetahuan dan kepedulian orang tua, guru dan masyarakat sekitar masih sangat rendah. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi gangguan hiperaktifitas (sindrom hiperkinetik) ? 2. Bagaimana etiologi dari gangguan hiperaktifitas (sindrom hiperkinetik) ? 3. Bagaimana patofisiologi dari gangguan hiperaktifitas (sindrom hiperkinetik) ? 4. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan hiperaktifitas (sindrom hiperkinetik) ? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui definisi dari gangguan hiperaktifitas (sindrom hiperkinetik) ? 2. Mengetahui etiologi dari gangguan hiperaktifitas (sindrom hiperkinetik) ? 3. Mengetahui patofisiologi dari gangguan hiperaktifitas (sindrom hiperkinetik) ? 4. Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan hiperaktifitas (sindrom hiperkinetik) ?

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi gangguan hiperaktifitas (sindrom hiperkinetik) Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan perhatian menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak, yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal. (Nelson, 1994). 2.2 Etiologi Pandangan – pandangan serta pendapat – pendapat mengenai asal usul, gambaran – gambaran, bahkan mengenai realitas dari pada gangguan ini masih berbeda – beda serta dipertentangkan satu sama lainnya. Beberpa orang berkeyakinan bahwa gangguan tersebut mungkin sekali timbul sebagai akibat dari gangguan – gangguan di dalam neurokimia atau neurofisiologi susunan saraf pusat. Istilah gangguan kekurangan perhatian merujuk kepada apa yang oleh banyak orang diyakini sebagai gangguan yang utamanya. Sindroma tersebut diduga disebabkan oleh factor genetic, pembuahan ataupun racun, bahaya – bahaya yang diakibatkan terjadinya prematuritas atau immaturitas, maupun rudapaksa, anoksia atau penyulit kelahiran lainnya. Telah dilakukan pula pemeriksaan tentang tempramen sebagai kemungkinan merupakan faktor yang mempermudah timbulnya gangguan tersebut, sebagaimana halnya dengan praktik pendidikan serta perawatan anak dan kesulitan emosional di dalam interaksi orang tua anak yang bersangkutan. Sampai sekarang tidak ada satu atau beberapa factor penyebab pasti yang tidak dapat diperlihatkan. 2.3 Patofisiologi Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria yang hiperaktiv, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatan– pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat perangsangan yang rendah (a low level

of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan,

sebagaimana

yang

berhasil

diukur

dengan

mempergunakan

elektroensefalografi, potensial–potensial yang diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angka–angka laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik. 2.4 Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan hiperaktifitas (sindrom hiperkinetik) Pengkajian 1.

Kaji riwayat keluarga melalui wawancara atau genogram.

Data yang dapat diperoleh apakah anak tersebut lahir premature, berat badan lahir rendah, anoksia, penyulit kehamilan lainnyan atau ada faktor genetik yang diduga sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak. 2.

Kaji riwayat perilaku anak. 

Riwayat perkembangan, dimana dulu seorang bayi yang

gesit, aktif dan banyak menuntut, yang mempunyai tanggapan – tanggapan yang mendalam dan kuat, dengan disertai kesulitan – kesulitan makan dan tidur, kerap kali pada bulan – bulan pertama kehidupannya, sukar untuk menjadi tenang pada waktu akan tidur serta lambat untuk membentuk irama diurnal. Kolik dilaporkan agak umum terjadi pada mereka. 

Laporan guru tentang permasalahan – permasalahan

akademis serta tingkah laku di dalam kelas.

Diagnosa Keperawatan 1. Kerusakan interaksi sosial 2. Gangguan konsep diri 3. Resiko tinggi penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif 4. Resiko tinggi perubahan peran menjadi orang tua 5. Resiko tinggi kekerasan 6. Resiko tinggi mencederai diri sendiri

Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan umumnya diimplementasikan pada pasien rawat jalan dan komunitas. 1. Bantu orang tua dalam mengimplementasikan program perilaku agar mencakup penguatan yang positif. •

Latih kefokusan anak

Jangan tekan anak, terima keadaannya. Perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di satu tempat, coba pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajak untuk duduk dan diam. Mintalah agar anak menatap mata anda ketika bicara atau diajak berbicara. Berilah arahan dengan nada lembut. •

Telatenlah

Jika anak telah betah untuk duduklebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik – titik yang membentuk angka atau huruf. Selanjutnya anak diberi latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Bisa pula mulai diberikan latihan berhitung dengan berbagai variasi penjumlahan, pengurangan, perkalian,

dan

pembagian.

Mulailah

dengan

penjumlahan

atau

pengurangan dengan angka-angka di bawah 10. Setelah itu baru diperkenalkan konsep angka 0 dengan benar. •

Bangkitkan kepercayaan diri anak

Gunakan teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif. Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib. Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak. •

Kenali arah minatnya

Jika anak bergerak terus jangan panik, ikutkan saja dan catat baik-baik, kemana sebenarnya tujuan keaktifan dari anak. Yang paling penting adalah mengenali bakat anak secara dini. •

Minta anak bicara

Anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisasi. Karena itu Bantu anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari nilai – nilai apa saja yang diterima di kelompoknya.

2. Sediakan struktur kegiatan harian Anak hendaknya mempunyai daftar kegiatan harian yang berjalan dengan teratur menurut jadwal yang ditetapkan dan hendaknya segera mengikuti serta melaksanakan kegiatan rutinnya itu, sebagaimana iharkn dari dirinya dan untuk itu anak dihadiahi kata – kata pujian. Perangsangan yang berlebihan serta kelelahan yang sangat hebat hendaknya dihindarkan. Anak membutuhkan saat santai setelah bermain, terutama setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras. Periode sebelum tidur harus merupakan masa tenang, dengan cara menghindarkan acara televisi yang merangsang, permainan yang keras dan jungkir balik. •

Beri obat stimulans sesuai instruksi. a. Stimulans dapat dihentikan sementara pada akhir pekan dan hari libur. Di mana untuk menentukan apakah kemampuan pengendalian yang dimiliki oleh anak itu sendiri telah mengalami suatu kemajuan. b. Stimulans tidak diberikan sesudah pukul 3 atau 4 sore, dimana efek samping stimulans adalah insomnia. Insomnia dapat dicegah dengan tidak lagi memberikan pengobatan perangsang setelah jam 3 sore serta mengatur sedemikian rupa, sehingga periode sebelum tidur itu merupakan saat yang tenang serta tidak merangsang.

Implementasi Keperawatan Dalam implementasi keperawatan ialah melakukan apa yang telah di rencanakan di dalam intervensi keperawatan. Evaluasi 1. Prestasi di sekolah meningkat, dibuktikan oleh nilai dan tugas-tugas yang diselesaikan anak. 2. Perilaku anak semakin baik menurut penilaian guru dan orang tua. 3. Anak menunjukkan hubungan yang positif dengan teman sebaya.

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Salah satu ciri dari perilaku disruptif adalah gangguan hiperaktivitas defisit perhatian. Anak-anak dengan gangguan ini memperlihatkan kurang perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas. Gangguan ini sering dijumpai dan dapat terjadi sampai 3% dari anak-anak, dengan rasio laki-laki terhadap perempuan sebesar 6:1 sampai 9:1. Masalah yang sering timbul pada anak dengan gangguan tersebut meliputi kerusakan interaksi sosial, gangguan konsep diri, resiko tinggi penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif, resiko tinggi perubahan peran menjadi orang tua, resiko tinggi kekerasan, dan resiko tinggi mencederai diri sendiri. Intervensi keperawatan umumnya diimplementasikan pada pasien rawat jalan dan komunitas, meliputi bantu orang tua dalam mengimplementasikan program perilaku agar mencakup penguatan yang positif, sediakan struktur harian, dan beri obat stimulans sesuai instruksi. 3.2 Saran Dalam memberikan perawatan kepada anak dengan gangguan hiperaktivitas ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang bersangkutan, dengan disertai pemakaian obat-obat yang bijaksana. Perawat harus memberikan penjelasan yang terang mengenai keadaan anak tersebut kepada kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA L. Betz, Cecily, A. Sowden, Linda. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Alih Bahasa Jan Tambayong. Jakarta, EGC, 2002 NELSON. ILMU KESEHATAN ANAK. BAGIAN 1. ALIH BAHASA HUNARDJA S. JAKARTA, WIDYA MEDIKA, 2002 NELSON, ILMU PEDIATRI PERKEMBANGAN. ALIH BAHASA MOELIA RADJA SIREGAR. JAKARTA, EGC, 1994 PILLITERI, ADELLE, CHILD HEALTH NURSING CARE OF THE CHILD AND FAMILY. PHILADELPHIA, LIPPINCOTT, 1999 MENGARAHKAN ANAK HIPERAKTIF . 2004. http://www.Suaramerdeka.com PENANGANAN ANAK HIPERAKTIF. 2004. HTTP://WWW.REPUBLIKA,CO.ID

Related Documents


More Documents from "Ria Andini Saputri"

Asuhan Keperawatan Anak
February 2021 0