Asuhan Keperawatan Anak Serebral Palsy

  • Uploaded by: puteri
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Anak Serebral Palsy as PDF for free.

More details

  • Words: 3,562
  • Pages: 17
Loading documents preview...
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEREBRAL PALSY

A. Definisi Palsi serebralis adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif, oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/beluym selesai pertumbuhannya (Soetjiningsih, 1995). Serebral palsi adalah suatu spectrum defisit neurologis motorik yang predominan yang terjadi akibat gangguan prenatal atau perinatal, kadang disertai dengan kesulitan belajar, masalah perilaku, dan eplepsi, tetapi sering mampu bertahan hidup hingga dewasa (Ginsberg, 2008). Cerebral palsy merupakan paralisis dari otak, merupakan gangguan yang mempengaruhi pergerakan dan keseimbangan tubuh atau posisi tubuh. Gangguan ini berasal dari kerusakan otak yang terjadi pada saat bayi dalam kandungan, pada saat persalinan, atau pada masa bayi. Gangguan ini dapat menjadi lebih buruk dan sebaliknya tergantung pada kita merawatnya dan seberapa berat kerusakan otak yang terjadi. Semakin awal kita memulai untuk merawat dengan baik dan cermat, perbaikan dapat kita dapatkan (Hesperian heath guides, 2012). Menurut Eilert (2008) dalam Pillieteri (2010) Cerebral palsy adalah sekumpulan kelainan nonprogressive dari kerusakan saraf motorik atas yang menyebabkan disfungsi motorik. anak tersebut juga bisa mengalami kesulitan berbicara, hiperaktif. kejang otot dapat menyebabkan kesulitan berjalan. B. Etiologi Menurut Wong (2011), 70-80% faktor prenatal yang tidak diketahui menyebabkan berkembangnya CP pada anak. Namun ada beberapa faktor yang dimungkinkan menyebabkan terjadinya CP adalah: 1. Prenatal -Maternal a. Diabetes / hipertensi b. Malnutrisi

c. Infeksi d. Servis inkompeten e. Perdarahan f. Polyhidroamnion g. Abnormalitas genetik h. Anak sebelumnya dengan kelainan i. Kelahiran anak sebelumnya prematur j. Abortus k. Penggunaan obat-obatan l. Respojn inflamasi m. Proteinurea berat - Gestational a. Abnormalitas pada kromosom b. Syndrom genetik c. Teratrogen d. Inkompatable infeksi Rh e. Malformasi konginetal f. Perkembangan fetal abnormal g. Kelainan fungsi plasenta h. Respon inflamasi -Kelahiran a. Kelahiran prematur b. Ketuban pecah dini c. Depresi DJJ d. Partus lama e. Preeklampsia f. Asfiksia 2. Perinatal a. Prematuritas b. Sepsis/ infeksi SSP c. Kejang

d. Perdarahan intraventricular e. Leukomalasi Periventricular f. Aspirasi mekonium g. Penggunaan ventilasi berhari-hari h. Hipertensi pulmonar persisten i. Restriksi intrauterine j. BBLR 3. Childhood atau Postnatal a. Cedera otak b. Meningitis atau encephalitis c. Toxin d. Cedera otak traumatik e. Infeksi f. Stroke C. Faktor Resiko Faktor Resiko dari Cerebral Palsy, antaralain sebagai berikut: 1. Letak sungsang. Proses persalinan sulit. Masalah vaskuler atau respirasi bayi selama persalinan merupakan tanda awal yang menunjukkan adanya masalah kerusakan otak atau otak bayi tidak berkembang secara normal. Komplikasi tersebut dapat menyebabkan kerusakan otak permanen. 2. Apgar score rendah. Apgar score rendah hingga 10-20 menit setelah kelahiran 3. BBLR dan prematuritas. Resiko CP lebih tinggi diantara bayi dengan berat lahir <2500gram dan bayi lahir dengan usia kehamilan <37 minggu. Resiko akan meningkat sesuai dengan rendahnya berat lahir dan usia kehamilan. 4. Kehamilan ganda 5. Malformasi SSP. Sebagian besar bayi-bayi yang lahir dengan CP memperlihatkan malformasi SSP yang nyata, misalnya lingkar kepala abnormal (mikrosefali). hal tersebut menunjukkan bahwa masalah telah terjadi pada saat perkembangan SSP sejak dalam kandungan. 6. Perdarahan maternal atau proteinuria berat pada saat masa akhir kehamilan.

7. Hipertiroidism maternal, mental retardasi dan kejang. 8. Kejang pada bayi baru lahir (Saharso, 2006) Adapun factor resiko cerebral palsy (CP) menurut sumber lain yakni ada beberapa kondisi medis atau peristiwa selama kehamilan dan persalinan yang dapat meningkatkan risiko bayi terlahir dengan CP. Faktor resiko ini meliputi: 1. Berat lahir rendah dan kelahiran prematur. Bayi prematur (lahir kurang dari 37 minggu dalam kehamilan) dan bayi dengan berat kurang dari 2,75 kilogram saat lahir memiliki resiko lebih tinggi terkena CP daripada bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan lebih. Bayi kecil yang lahir pada usia kehamilan awal sangat beresiko. 2. Beberapa kelahiran. Kembar dua, kembar tiga, dan kelahiran ganda lainnya (bahkan cukup bulan) dapat meningkatkan resiko CP. Kematian bayi kembar atau triplet selanjutnya akan meningkatkan resiko. 3. Infeksi selama kehamilan. Infeksi seperti toxoplasmosis, rubella (campak Jerman), cytomegalovirus, dan herpes, dapat menginfeksi rahim dan plasenta. Peradangan dipicu oleh infeksi yang kemudian merusak perkembangan sistem saraf pada bayi yang belum lahir. Demam selama kehamilan atau persalinan juga bisa memicu respon inflamasi. 4. Golongan darah ketidakcocokan antara ibu dan anak. Ketidakcocokan Rh adalah suatu kondisi yang terjadi ketika Rh golongan darah ibu (baik positif atau negatif) yang berbeda dengan golongan darah bayinya. Sistem ibu tidak mentolerir jenis darah bayi yang berbeda dan tubuhnya akan mulai membuat antibodi yang akan menyerang dan membunuh sel-sel darah bayinya yang dapat menyebabkan kerusakan otak. 5. Paparan zat beracun. Ibu yang terkena zat beracun selama kehamilan seperti metil merkuri, berada pada resiko yang lebih berat memiliki bayi dengan CP. 6. Ibu dengan kelainan tiroid, cacat intelektual, kelebihan protein dalam urin, atau kejang. Ibu dengan kondisi ini sedikit lebih mungkin untuk memiliki anak dengan CP. 7. Penyakit kuning. Lebih dari 50 % dari bayi yang baru lahir mengalami penyakit kuning (menguningnya kulit atau putih mata) setelah lahir. Penyakit kuning yang tidak diobati dapat membunuh sel-sel otak dan menyebabkan ketulian dan CP (NINDS Publication, 2013).

D. Manifestasi Klinis Pada masing-masing anak dengan Cerebral Palsy (CP) memiliki gejala ringin atau berat yang berbeda. Sekitar duapertiga mengalami gangguan intelektual. Berikut ini adalah tanda dan gejala dari CP, diantaranya : 1. Skor APGAR kurang dari 5. 2. Kejang , biasanya dalam waktu 48 jam setelah kelahiran. 3. Keterlambatan dalam mencapai tahap perkembangan seperti duduk, merangkak, merayap, berdiri, dan meraih benda. 4. Kesulitan dengan keterampilan motorik seperti memegang peralatan makan, menulis, dan menggunakan gunting. 5. Kesulitan makan seperti sulit mengisap dan menelan air liur, dan lidah sering menjulur. 6. Gerakan involunter seperti gerakan menggeliat tak terkendali dari tangan 7. Peningkatan tonus otot: bayi mungkin kaku ketika ditarik ke posisi duduk (Price & Gwin, 2014) Adapun menurut sumber lain mengenai tanda awal Cerebral Palsy pada bayi (infants), diantaranya : 1. Perilaku abnormal bayi a. Sangat patuh (dalam gerakan) dan peka b. Kontak mata lemah (sangat rendah) c. Sulit tidur 2. Masalah oromotor a. Sering muntah b. Daya hisap lemah c. Retraksi lidah d. Menggigit dan sulit dilepaskan e. Wajah menyeringai (Grimacing) 3. Mobilitas rendah a. Kontrol kepala lemah b. Mampu menggerakkan tangan menjelang usia 2 tahun c. Tonus abnormal (Nadire Berker and Selim Yalcin, 2010)

E. Patofisiologi Adanya malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan narrower gyiri, suluran sulci dan berat otak rendah. serebral palsi digambarkan sebagai narrower gyiri, suluran sulci dan berat otak rendah. Cerebral palcy digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh cacat nonprogressive atau luka otak pada saat anak-anak. Suatu presentasi serebral palsi dapat diakibatkan oleh suatu dasar kelainan (structural otak : awal sebelum dilahirkan , perinatal, atau luka-luka /kerugian setelah kelahiran dalam kaitan dengan ketidakcukupan vaskuler, toksin atau infeksi) (Eaton, 2009) F. Klasifikasi Klasifikasi Klinis Cerebral Palsy: Spastik, melibatkan satu atau dua sisi tubuh. Hipertonisitas dengan kontrol postur tubuh yang buruk, keseimbangan, koordinasi gerakan. Kerusakan keterampilan motorik halus dan kasar. upaya yang aktif pada gerakan meningkatkan postur yang abnormalcdan gerakan yang berlebihan pada bagian tubuh yang lain. Diskinesia/ atetoid. Bentuk CP ini mempunyai karakteristik gerakan menulis yang tidak terkontrol dan perlahan. gerakan abnormal ini mengenai tangan, kaki lengan, atau tungkai dan pada sebagian besar kasus, otot, muka dan lidah, menyebabkan anak tampak menyeringai dan selalu mengeluarkan air liur. Gerakan sering meningkat selama periode peningkatan stress dan hilang pada saat tidur. penderita juga mengalami masalah koordinasi gerakan otot bicara. Ataksid.Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan persepsi dalam. penderita yang terkena sering menunjukkan koordinasi yang buruk; berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi yang saling berjauhan; kesulitan dalam melakukan gerakan cepat dan tepat, misalnya menulis atau mengancingkan baju. mereka juga sering mengalami tremor, dimulai dengan gerakan volunter misalnya mengambil buku, menyebabkan gerakan seperti menggigil pada bagian tubuh yang baru digunakan dan tampak memburuk sama dengan saat penderita akan menuju obyek yang dikehendaki.

Campuran.sering ditemukan pada seorang penderita mempunyai lebih dari satu bentuk CP yang dijabarkan diatas. bentuk campuran yang sering dijumpai adalah spastik dan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain juga mungkin dijumpai (Jackson, 2007). Adapun klasifikasi menurut sumber lain diantaranya: a. Berdasarkan keterlibatan alat gerak atau ekstremitas (Mangunsong, 2011), yaitu: 1) Monoplegia, hanya satu anggota tubuh saja yang terserang (ini jarang terjadi). 2) Hemiplegia, yang terserang adalah tangan dan kaki, tetapi hanya satu sisi (bagian kiri atau kanan). 3) Triplegia, dimana menyerang lengan pada kedua sisi tubuh dan salah satu kaki pada salah salah satu sisi tubuh 4) Diplegia, keempat anggota gerak tubuh terserang tetapi lebih besar pada bagian di bawah pinggang. 5) Quadriplegia, keempat anggota gerak tubuh terserang semuanya. b. Berdasarkan karakteristik disfungsi neurologic (Mardiani, 2006), yaitu: 1) Spastik Spasik merupakan bentukan terbanyak (70-80%), otot mengalami kekakuan dan secara permanen akan menjadi kontraktur. Jika tungkai mengalami spastisitas, pada saat seseorang berjalan, kedua tungkai tampak bergerak kaku dan lurus. 2) Athetonik Kondisi

ini

melibatkan

sistem

ekstrapiramidal.

Karakteristik

yang

ditampakkan adalah gerakan - gerakan yang involunter dengan ayunan yang melebar. Athetosis terbagi menjadi: a) Distonik Gerakan distonia tidak seperti kondisi yang ditunjukkan oleh distonia lainnya. Umumnya menyerang otot kaki dan lengan sebelah proximal. Gerakan yang dihasilkan lambat dan berulang-ulang, terutama pada leher dan kepala.

b) Diskinetik Didominasi oleh abnormalitas bentuk atau gerakan–gerakan involunter, tidak terkontrol, berulang - ulang dan kadangkala melakukan gerakan stereotype. 3) Ataksia Kondisi ini melibatkan cerebelum dan yang berhubungan dengannya. CP tipe ini mengalami abnormalitas bentuk postur tubuh dan / atau disertai dengan abnormalitas gerakan. 4) Campuran Cerebral palsy campuran menunjukkan manifestasi spastik dan bektra piramidal, seringkali ditemukan adanya komponen ataksia. c. Tingkat kerusakan Cerebral Palsy (CP) Menurut Mangunsong (2011), tingkat kerusakan atau berat ringannya kerusakan CP bisa dibagi menjadi: 1)

Tingkat ringan, dengan gejala: a) Anak dapat berjalan dan berbicara b) Anak dapat menjalankan fungsi-fungsi tubuh dalam aktivitas sehari-hari c) Gangguan gerakan yang dialami anak tidak banyak

2)

Tingkat sedang, dengan ciri-ciri: a) Anak memerlukan pengobatan untuk gangguan bicara, memerlukan latihan gerak motorik, dan latihan perawatan diri sendiri b) Biasanya mempergunakan alat bantu gerak (brace atau tongkat)

3)

Tingkat berat, dengan karakteristik: a) Anak memerlukan pengobatan dan perawatan dalam alat gerak motoriknya b) Anak kurang mampu menjalankan aktivitas sehari-hari c) Anak tidak mampu berjalan dan berbicara (kelumpuhan) d) Prognosanya buruk.

Komplikasi pada Cerebral Palsy, diantaranya : 1. Retardasi mental Bahwa tidak semua Cerebral Palsy (CP) mengalami gangguan kognitif, tetapi ada hubungan antara tingkat keparahan CP dengan kejadian retardasi mental. Anak

dengan spastisitas quadriplegi memiliki tingkat kecenderungan mengalami retardasi mental dibanding anak dengan spastisitas hemiplegi. 2. Epilepsi Epilepsi menunjukkan adanya tingkat keparahan trauma neurologi yang dialami oleh anak dengan cerebral palsy. Epilepsi sering dialami anak dengan quadriplegi dan hemiplegi cerebral palsy. 3. Nutrisi dan pertumbuhan Masalah ini sering dialami oleh anak dengan cerebral palsy yang berat. Nutrisi yang kurang disebabkan oleh kelumpuhan saraf pseudobulbar, sehingga anak mengalami gangguan dalam menghisap, mmengunyah dan menelan. Kelumpuhan saraf ini juga mengakibatkan gastroesofageal refluks yang membuat anak dapat mengalami regurgitasi, muntah dan kemungkinan aspirasi. 4. Gangguan mikturisi Anak dengan cerebral palsy spastik dapat mengalami spastisitas pada otot detrusor buli-buli, sehingga mengakibatkan anak sering kencing atau bahkan mengompol karena tingkat pengosongan dan iritabilitas pengisian buli yang rendah. 5. Gangguan defekasi Gangguan ini merupakan akibat dari berbagai faktor termasuk nutrisi yang inadekuat, intake cairan yang sedikit dan akibat dari immobilitas fisik. 6. Gangguan istirahat/ tidur Anak tidak bisa tidur dengan nyenyak dan sering terbangun di malam hari. 7. Hipersalivasi Pada kasus CP, kejadian ini diakibatkan oleh kelumpuhan saraf pseudobulbar. Sehingga mulut anak selalu terbuka dan mengalami kesulitan menelan. Hal ini dapat meningkatkan resiko kejadian aspirasi pada anak dengan CP. 8. Kehilangan pendengaran Masalah ini dialami anak dengan CP yang diakibatkan oleh kern-ikterus, post meningitis dan infeksi TORCH selama periode kehamilan. Jika tidak dideteksi dari awal akan mengganggu proses perkembangan dan rehabilitasi anak.

9. Kelainan (gangguan) penglihatan Kelainan ini dialami anak dengan CP oleh karena sebab lahir prematur. Kelainan yang dialami dapat berupa retinopati, miopia, strabismus, glaukoma dan ambliopia. Kelainan pada penglihatan disebabkan adanya kerusakan pada korteks visual pada lobus oksipital. 10. Kelainan ortopedik Spastisitas dapat mengakibatkan kontraktur sendi, pemendekan massa otot, dan kelainan tulang paha atau deformitas kaki. Kelainan lain yang dapat ditemukan pada CP adalah skoliosis, fraktur akibat osteoporosis atau osteomalasia (Muhammed, 2006). Klasifikasi berdasarkan Gross Motor Function Classification System (GMFCS)yaitu Level 1: tidak ada keterbatasan saat berjalan level 2 : ada keterbatasan saat berjalan. Keterbatasan dalam hal jarak tempuh dan daya keseimbangan, namun tidak sebaik Level 1 untuk berlari dan melompat Level 3 : berjalan dengan bantuan alat. membutuhkan bantuan alat pegangan tangan untuk berjalan diruangan, sedangkan untuk kegiatan diluar menggunakan peralatan beroda Level 4 : kemampuan bergerak sendiri terbatas, mengguna-kan alat bantu gerak yang cukup canggih untuk berada di luar rumah dan di lingkungan masyarakat Level 5 : kemampuan bergerak sendiri sangat terbatas, walaupun sudah menggunakan alat bantu yang canggih G. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan Diagnostik cerebral palcy 1. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis sebral palsi di tegakkan. 2. Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada serebral palsi. CSS normal. 3. Pemeriksaan EKG dilakukan pada pasien kejang atau pada golongan hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak. 4. Foto rontgen kepala.

5. Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan. 6. Pemeriksaan metobolik untuk menyingkirkan penyebablain dari reterdasi mental (Eaton, 2009) H. Penatalaksanaan penatalaksaan pada pasien dengan serebral palsi. 1. Fisioterapi Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang ttua turut membantu program latihan di rumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi penderita pada waktu istirahat atau tidur. Bagi penderita yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal di suatu pusat latihan. Fisioterapi ini di lakukan sepanjang hidup. 2. Pembedahan Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan pembedahan otot, tendonatau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan stereotaktik dianjurkan pada penderita dengan pergerakan koreoatetosis yang berlebihan. 3. Pendidikan Penderita cerebral palsy dididik sesuai dengan tingkat inteligensinya, disekolah luar biasa dan bila mungkin di sekolah biasa bersama-sama dengan anak yang normal. Mereka sebaiknya diperlakukan sama seperti anak yang normal, yaitu pulang kerumah dengan kendaraan sama-sama, merasa diasingkan, hidup dalam suasana normal. Orang tua janganlah melindungi anak secara berlebihan dan untuk ini pekerja sosial dapat membantu dirumah dengan nasehat seperlunya. 4. Obat-obatan Pada penderita dengan kejang diberikan obat antikonvulasan rumat yang sesuai dengan karakteristik kejangnya misalnya luminal, dilantin dan sebagainya (Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2007). I. Prognosis Adapun prognosis untuk anak dengan Cerebral Palcy secara umum bergantung pada tipe dan keseriusan dari kondisi anak tersebut. Anak dengan tipe Cerebral Palcy mild to moderate 85% memiliki kemampuan untuk ambulasi pada umur 2-7 tahun. Jika anak tersebut tidak mampu melakukan ambulasi pada usia tersebut, maka kemungkinan untuk ambulasi dan

mandiri dalam ADL buruk. Sebanyak 30-50% individu dengan Cerebral Palcy memiliki kerusakan kognitif khusus dan presentase yang lebih tinggi memiliki kognitif yang rata rata an kurang dalam belajar. Bagaimanapun banyak anak dengan kasus Cerebral Palcy yang memiliki i intelegensi normal. Menurut studi di Australia, individu dengan Cerebral Palcy dan kerusakan kemampuan kognitif memiliki angka bertahan rendah (Wong, 2011). J. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Pengkajian yang pelu dilakukan pada anak dengan Cerebral Palsy yaitu: 1) Menilai setiap kunjungan ke posyandu mengenai keterlambatan perkembangan. 2) Mencatat masalah defisit pada ortopedi, visual, auditori atau intelektual. 3) Menilai reflek bayi baru lahir, pada anak dengan cerebral palsy dapat bertahan setelah usia normal. 4) Mengidentifikasi bayi yang memiliki gangguan pada otot atau postur tubuh tidak normal (tulang belakang melengkung, kaku saat bergerak melawan gravitasi, leher atau ekstremitas resisten terhadap gerakan pasif). 5) Mengidentifikasi gangguan motorik, seperti asimetris dan abnormal saat merangkak

(menggunakan 2 atau 3 ekstremitas), menggunakan tangan dominan sebelum anak berusia prasekolah (London, 2010) b. Data demografi 1) Laki-laki lebih banyak dari pada wanita. 2) Sering terjadi pada anak pertama è kesulitan pada waktu melahirkan. 3) Kejadin lebih tinggi pada bayi BBLR dan kembar. 4) Umur ibu lebih dari 40 tahun, lebih-lebih pada multipara. c. Keluhan utama Biasanya pada cerebral palsy didapatkan keluhan utama sukar makan, otot kaku, sulit menelan, sulit bicara, kejang, badan gemetar, permasalahan pada BAB dan BAK. d. Riwayat kesehatan 1) Riwayat Kesehatan Sekarang Pada anak dengan cerebral palsy di dapatkan postur tubuh abnormal, pergerakan kurang, otot kaku, gerakan involunter atau tidak terkoordinasi, Peningkatan ataau penurunan tahanan pada gerakan pasif, postur opistotonik (lengkung punggung berlebihan) 2) Riwayat Kesehatan masa lalu

Prenatal : adanya gangguan pergerakan janin, adanya penyakit ibu (toxoplasmosis, rubella), keracunan kehamilan. Natal : adanya premature, penumbungan atau lilitan tali pusar. Post natal : adanya truma kapitis, meningitis, luka paruh pada otak pasca operasi, atau lesi karena trauma. e.

Riwayat kehamilan dan persalinan Cerebral palsy biasanya terjadi pada ibu hamil yang usianya lebih dari 40 tahun, terjadi kesulitan waktu melahirkan, anoxia janin.

f. Fungsi Intelektual : Biasanya ditemukan pembelajaran dan penalaran subnormal (retardasi mental pada kirakira dua pertiga individu), kecerdasan di bawah normal, kesulitan belajar dan gangguan perilaku. g. Pemeriksaan reflek Refleks infantile primitive menetap (reflek leher tonik ada pada usia berapa pun, tidak menetap diatas usia 6 bulan), Refleks Moro, plantar, dan menggenggam menetap atau hiperaktif, hiperefleksia, klonus pergelangan kaki dan reflek meregang muncul pada banyak kelompok otot pada gerakan pasif cepat. h. Pemeriksaan tonus Peningkatan ataau penurunan tahanan pada gerakan pasif, postur opistotonik (lengkung punggung berlebihan), merasa kaku dalam memegang atau berpakaian, kesulitan dalam menggunakan popok, kaku atau tidak menekuk pada pinggul dan sendi lutut bila ditarik ke posisi duduk (tanda awal). i. Pertumbuhan dan Perkembangan 1) Perlambatan perkembangan motorik kasar Manifestasi umum, pelambatan pada semua pencapaian motorik, meningkat sejalan dengan pertumbuhan. 2) Tampilan motorik abnormal Penggunaan tangan unilateral yang terlalu dini, merangkak asimetris abnormal, berdiri atau berjinjit, gerakan involunter atau tidak terkoordinasi, menghisap buruk, kesulitan makan, sariawan lidah menetap. 2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan mobilitas fisik b.d spasme dan kelemahan otot. b. Perubahan tumbuh dan kembang b.d gangguan neurovaskular.

c. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan neurovaskular dan kesukaran dalam artikulasi d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesukaran menelan dan meningkatnya aktivitas. e. Resiko aspirasi b.d gangguan neuromuskular. f. Resiko Injury b.d spasme, pergerakan yang tidak terkontrrol dan kejang (Suriadi & Rita Y. 2010). 3. Intervensi a. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan Intervensinya: 1. Berikan diet nutrisi untuk pertumbuhan (Asuh) R/ Mempertahankan berat badan agar tetap stabil 2. Berikan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kepada anak (Asah) R/ Agar perkembangan klien tetap optimal 3. Berikan kasih sayang (Asih) R/ Memenuhi kebutuhan psikososial b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesukaran menelan adalah : NOC: 1) Selera makan; keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau sedang menjalani pengubatan 2) Pembentukan pola menyusu: bayi; bayi melekat ked an menghisap dari payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama tiga minggu pertama menyusui 3) Status gizi; tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kegiatan metabolic 4) Status gizi: pengukuran biokimia; komponen dan kimia cairan yang mengindikasikan status nutrisi 5) Status gizi: asupan makanan dan cairan; jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh dalam waktu 24 jam 6) Status gizi: asupan gizi; keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya 7) Perawatan diri: makan; kemampuan untuk mempersiapkan dan mengingesti makanan dan cairan secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu 8) Berat badan: masa tubuh; tingkat kesesuaian berat badan, otot, dan lemak dengan tinggi badan, rangka tubuh, jenis kelamin dan usia. Tujuan atau criteria hasil

Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan NIC : 1) Bantuan pemberian asi; mempersiapkan ibu baru untuk menyusui bayinya 2) Manajemen gangguan makan; mencegah dan menangani pembatasan diet yang sangat ketat dan aktivitas berlebihan dan memasukkan makanan dan minuman dalam jumlah banyak kemudian berusaha mengeluarkan semuanya 3) Manajemen elektrolit; meningkatkan keseimbangan elektrolit dan pencegahan komplikasi dari akibat kadar elektrolit serum yang tidak normal atau diluar harapan 4) Pemantauan elektrolit; mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit 5) Pemantauan cairan; mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan cairan 6) Manajemen cairan/elektrolit; mengatur dan mencegah komplikasiakibat perubahan kadar cairan dan elektrolit 7) Konseling laktasi; menggunakan proses bantuan interaktif untuk membantu mempertahankan keberhasilan menyusui 8) Manajemen nutrisi; membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang 9) Terapi nutrisi; pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses metabolic pasien yang malnutrisi atau berisiko tinggi terhadap malnutrisi 10) Bantuan perawatan diri: makan; membantu individu untuk makan 11) Bantuan menaikkan berat badan; memfasilitasi pencapaian kenaikan berat badan c. angguan mobilitas fisik Intervensi pada diagnosa diatas yaitu: 1. Ajarkan cara berkomunikasi dengan kata-kata yang pendek R/ Dengan mengajarkan anak menggunakan kata-kata pendek meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara 2. Ajak untuk latihan yang berbeda-beda pada ekstremitas R/ Latihan dapat meningkatkan kemampuan otot-otot 3.Kaji per Gerakan sendi-sendi dan tonus otot

R/ Melatih gerakan sendi-sendi dan tonus otot 4. Lakukan Terapi fisik Untuk menggerakkan anggota tubuh R/ Terapi fisik dapat membantu kemampuan anak 5. Berikan periode istirahat. R/ Dengan memberikan periode istirahat dapat membuat kondisi klien menjadi lebih baik d. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan Intervensinya: 1. Berikan diet nutrisi untuk pertumbuhan (Asuh) R/ Mempertahankan berat badan agar tetap stabil 2. Berikan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kepada anak (Asah) R/ Agar perkembangan klien tetap optimal 3. Berikan kasih sayang (Asih) R/ Memenuhi kebutuhan psikososial e. Resiko Aspirasi berhubungan dengan gangguan neuromuskular. NOC: Pencegahan Aspirasi Tujuan: Status Menelan dan Status Pernapasan: Ventilasi tidak mengalami gangguan. NIC: Kewaspadaan Aspirasi Kriteria hasil dari intervensi tersebut. Adapun kriteria hasil nya adalah sebagai berikut: 1) Klien dapat bernapas dengan mudah, irama normal, frekuensi pernapasan normal. 2) Pasien mampu menelan tanpa terjadi aspirasi 3) jalan napas paten, mudah bernapas, tidak ada suara napas abnormal. Intervensi: 1) Pantau tingkat kesadaran, reflek batuk, reflek muntah, dan kemampuan menelan 2) Pantau status paru-paru (misalnya, sebelum dan setelah pemberian makan serta sebelum dan setelah pemberian obat) 3) Tinggikan bagian kepala dari tempat tidur selama 30 sampai 45 menit setelah pasien makan 4) Potong makanan kecil-kecil 5) Berikan makanan dalam jumlah sedikit

6) Hindari cairan atau penggunaan pengental 7) Sarankan konsultasi kepada ahli patologi bicara, jika perlu

Related Documents


More Documents from "Antoniuss"