Bab Iv. Eskatologi Menurut Paulus: Terwujud, Dan Pada Pihak Lain Kedudukan Orang Kristen Yang Sebenarnya Sebagai Anak

  • Uploaded by: Thaniarakinaung Balo
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Iv. Eskatologi Menurut Paulus: Terwujud, Dan Pada Pihak Lain Kedudukan Orang Kristen Yang Sebenarnya Sebagai Anak as PDF for free.

More details

  • Words: 1,888
  • Pages: 5
Loading documents preview...
BAB IV. Eskatologi Menurut Paulus Dalam pemahamannya tentang Eskatologi, Paulus mendasarkan pemahamannya terhadap kebangkitan Kristus, yang dianggapnya sebagai permulaan zaman akhir dan hal ini merupkan ciri khas iman kristiani.  Kristus telah mati di Golgata dan bangkit pada hari yang ketiga, peristiwa-peristiwa ini dijadikan oleh Paulus sebagai pemberitaan Eskatologinya. Kematian dan kebangkitan Kristus dianggap dan dimaklumi sebagai peristiwa yang paling besar peranannya dalam proses Eskatologi yang menurut Paulus sedang berlangsung (1 Kor 15:3-4). 1  Kebangkitan Kristus tidak dilihat sebagai suatu peristiwa yang partikular untuk Yesus sendiri, melainkan tindakan penyelamatan Allah yang berarti permulan keselamatan yang defenitif. Hubungan antara kebangkitan Kristus dan keselamatan manusia secara khusus diuraikan oleh Paulus dalam 1Kor15:12-18 “ Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan dan andaikata Kristus tidak dibangkitkan maka… sia-sialah kepercayaan kamu”. Dan iman akan kebangkitan Kristus berarti pembebasan dari dosa. Paulus yakin bahwa Kristus akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia ( Flp3:21; Lih 1 Kor 15:48-49). Apa yang terjadi dengan Yesus pada hari Jumat Agung dan pada hari Paskah merupakan kejadian pokok yang menyatakan kegiatan Allah pada zaman akhir ini, karena Yesus sudah menyatakan kedatangan Kerajaan Allah melalui pemberitaan dan perbuatanNya. Dan dalam 1 Kor 15:23 Paulus memperlihatkan dengan jelas bahwa kebangkitan Kristus merupakan permulaan dari kebangkitan umum (bdk Rom 4:17) dimana Allah disebut “ Allah yang menghidupkan orang mati” (Lih 2 Kor1:9). Sifat Eskatologi kebangkitan Kristus khususnya berhubungan dengan iman orang kristiani (Rom 3:21,26). Kebangkitan Kristus mempunyai arti keselamatan  (Rom4:245), maka dengan tegas paulus dapat mengatakan bahwa kita “ hidup pada waktu dimana zaman terakhir telah tiba (  Kor 10:11), sejarah keselamatan telah mencapai tujuannya dalam Kristus ( Gal 4:4)”.Waktu ini adalah waktu perkenaan; hari ini adalah hari penyelamatan  (2 Kor6:2) rahasia yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita” sekarang terlakasana (1Kor2:7, Rom16:26, Kol 1:26). Paulus sebagai orang Yahudi percaya bahwa sejarah mempunyai satu Tuhan, suatu tujuan dan suatu kesudahan. Inti pengharapan Kristen bagi Paulus adalah untuk diam bersama-sama dengan Kristus  (Flp 1:23) “Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal  (1Kor 15:20)”. Apa yang terjadi pada Kristus akan terjadi pada milikNya oleh karena itu demikianlah kita akan selamalamanya bersama-sama dengan Tuhan (1Tes 4:17)  pengharapan akan “ diam bersamasama bersama-sama dengan Kristus” tergantung terhadap pengharapan kita yang hidup dalam Kristus tidak dalam daging. Pemberitaan Eskatologi menurut Paulus haruslah menyifatkan eksistensi orang Krist en yang berada semacam dalam ketegangan. Pada satu pihak keselamatan sudah terwujud, dan pada pihak lain kedudukan orang Kristen yang sebenarnya sebagai anakanak Allah belum kelihatan dalam dunia. Orang Kristen berada di tengah jalan diantara kedua pola waktu tersebut. Kita hidup dalam Kristus  dan Kristus dalam hidup kita, tetapi 2

R Bultmann, . History and Eschatology, hlm 113(Bloomsbury Street London 1957) Tom  Jacobs, , Sy. Paulus : Hidup, Karya dan Teologinya hlm 245( Kanisius : BPK, Yogyakarta 1983 ) 1 2

Paulus tidak pernah mengungkapkan bahwa kita sudah bangkit bersama dengan Kristus dan juga hidup bersama dengan Tuhan. Kebangkitan manusia tetap menjadi satu pokok pengharapan yang masih dinantikan pada masa depan karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia (1 Tes 4:14 bdk 2 Kor 4:14). Dari satu pihak Paulus berkata bahwa “rahasia yang didiamkan berabadabad lamanya, sekarang telah dinyatakan dalam Yesus Kristus (Rom 16:26)”, tetapi sama jelas adalah pernyataan bahwa kita mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita, sebab kita diselamatkan dalam pengharapan (Rom 8:23-24). Paulus juga menyatakan bahwa “ Zaman Akhir telah tiba” (1Kor 10:11), namun dari lain pihak dia juga berbicara mengenai dunia yang sekarang ini jahat (Gal 1:4), zaman ini adalah jahat (2 Kor 4:4). Paulus bukanlah seolah-olah telah memperoleh hal ini (kebangkitan) atau telah sempurna, “ melainkan aku mengejarNya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapNya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus ”.  kendati segala realitas keselamatan, diterima dalam iman, Paulus juga selalu menekankan pengharapan dan dalam suratnya dia mengatakan Allah, Allah Pengharapan (Rom15:13)  dan oleh Roh karena Iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan (Gal 5:5), kita menantikan pernyataan Tuhan kita Yesus Kristus, pengharapan disediakan di surga ( Kol 1:5) sebab Kristus adalah pengharapan akan kemuliaan ( Kol 1:27) dan itulah yang menjadi kekhasan iman kristiani (1Tes 4:13). Dan kekhasan teologi Paulus adalah bahwa dalam jaman ini “sudah terlaksana zaman yang akan data3ng” karena kebangkitan Kristus. 4.1 Parousia Suatu kata yang khas untuk Eskatologi Paulus adalah kata “Parousia; παρουσια”. Dalam Perjanjian Lama kata ini dipahami sebagai Kedatangan Allah dalam sejarah kehidupan manusia dan Kedatangan Allah sebagai Raja Dunia. 4 Kata Parousia sebetulnya berarti  “ Kehadiran/ ketibaan (1 Kor 17:2, 2 Kor 7 :7 ) ”. Kata parousia mendapat arti teologis dari konteks Eskatologi. Dalam istilah Yunani Parousia dipakai untuk kunjungan seorang pejabat tinggi, sedangkan dalam apokaliptik Yahudi dipakai untuk kedatangan Allah atau mesiasNya. Arti ini diambil alih oleh Paulus dan ada pemahaman bahwa Pauluslah yang mengintrodusir kata “Parousia ” untuk kedatangan Kristus sebagai Tuhan yang mulia. 5 Parousia berarti kedatangan Kristus pada akhir zaman. Dalam teologi Paulus realitas parousia juga diungkapkan dengan cara lain “ Pernyataan Tuhan kita Yesus Kristus ”, apabila Kristus menyatakan diri kelak disebut hari Tuhan. Bagi Paulus, Parousia bukan sesuatu yang semata-mata akan datang pada akhir zaman, melainkan sekarang sudah mulai pengaruhnya sesuai dengan seluruh pandangan Eskatologi Paulus (1 Tes 4:13, 5:23) dan Parousia sangat erat hubungannya dengan kebangkitan Kristus, oleh karena itu Paulus menekankan sifat pengharapan dalam menantikan Parousia. Bagi Paulus seharusnya Akhir Zaman sudah tiba, Kristus telah mati Ulrich, Beyer, “ Garis-garis Besar Eskatologi dalam Perjanjian Baru ” hlm 24 ( Jakarta BPK 1985) 3

4 5

dan bangkit, memulai zaman baru yaitu zaman roh. Masa depan dalam arti riel sudah dikinikan dan orang-orang Kristen sedang menikmati berkat-berkat masa akhir. Karena masa kini mempunyai kualifikasi sebagai masa Eskatologi, maka manusia yang dalam Kristus sudah merupakan ciptaan baru, tidak menentukan, apakah waktu tibanya “ Hari itu” (1 Tes 5:4) sudah dekat. Sungguhpun demkian Paulus dan jemaat mula-mula menantikan kedatanganNya dengan segera “ Hari sudah jauh malam, telah hampir siang (Rom 13:12), Tuhan sudah dekat (Flp 4:5). Jemaat Paulus di kota Korintus mengucapkan kerinduannya akan kedatangan Tuhan dengan menaikkan Doa “ Maranata ” datanglah ya Tuhan (1Kor 16:22) bahkan Paulus yakin bahwa ia juga masih sempat mengalami Parousia Kristus pada masa hidupnya ( 1 Tes 4:15; 1 Kor 15:51). Dalam hal ini Paulus mulai menyimpulkan peristiwa-peristiwa pada akhir zaman, dimana Paulus mengarahkan perhatian pada pentingnya penyataan yang akan segera disampaikan. Rahasia yang akan disampaikannya adalah bagian dari kebenarankebenaran yang telah di rahasiakan Allah dimasa lampau, tetapi kini telah disingkapkannya dengan kedatangan Kristus (Rom 11:2, 16:26, Ef 3:3-5, Kol 1:26,27). 6 Penggenapan kehendak Allah yang misterius dimasa lampau menunjuk kepada penggenapan dimasa depan, iman masa kini tidak mungkin ada tanpa pengharapan di masa mendatang. Pada tahap ini Paulus masih mengharapkan bahwa dia dan sebagian orang di Korintus tidak akan mati sebelum kedatangan Kristus kembali tetapi di bagian lain suratnya Paulus memperhitungkan kematiannya terhadap kedatangan Parousia Kristus (2 Kor 5:8, Flp 1:23, 3:11). Karena akhir zaman telah dimulai maka Parousia sudah pasti. Dalam surat-suratnya (Tessalonika) mula-mula Paulus mengharapkan hari itu datang segera, tetapi entah segera atau lambat kedatangan itu adalah merupakan kekalahan yang menentukan bagi kejahatan dan kemenangan sepenuhnya rencana Allah di dalam Kristus. Inti pengharapan Krisen bagi Paulus adalah diam bersama-sama Kristus  (Flp 1:23). Dalam surat Tesalonika serta 1 Korintus 15 Paulus mengharapkannya pada hari Kristus, dalam 2 korintus 5:1-10, pemikirannya akan Parousia berubah karena diantara 1 dan 2 Korintus Paulus telah diperhadapkan dengan maut, jadi dalam 2 Korintus dia mengharapkan bila ia mati, juga dalam Filipi 1:23 Paulus berbicara tentang “ Pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus”. Pegertian dan paparan Paulus tentang Eskatologi tidak dapat diselesaikan begitu saja dikemudian hari. Pengharapan jemaat-jemaat berada dalam satu krisis, sebab semakin hari semakin nyata bahwa Parousia Yesus Kristus belum terjadi. Memang, menurut Paulus, masa kini orang Kristen terisi penuh secara rohani, dan kepercayaan mereka mempunyai dasar yang teguh. Namun demikian, ada hidup pengharapan yang rindu meyambut hari penggenapan yang tidak jauh lagi. Masa transisi tidak bisa abadi, apa yang dinantikan hendaknya harus sampai juga pada masa yang tidak begitu jauh lagi, tetapi pengalaman jemaat-jemaat adalah bahwa tidak terjadi apa-apa, biar bagaimanapun besarnya semangat pengharapannya masanya ternyata berkepanjangan terus. Jemaat-jemaat mengalami apa yang dalam kupasan Eskatologi Perjanjian Baru lajimnya disebut “Penangguhan/Penundaan Parousia Yesus  V.C.  Pfitzner,  Kesatuan Dalam Kepelbagaian, Tafsiran atas Surat 1 Korintus, hlm 325 ( Jakarta, BPK-GM, 2004 ) 6

Kristus dimana semakin lama jemaat menunggu, semakin pasti mendapat kesan bahwa terlambatnya kedatangan Tuhan dan penggenapan pengharapan”. Kesan tersebut tentulah menyebabkan suatu rasa kecewa yang menghinggapi orang Kristen, karena bayangan dan gambaran-gambaran Eskaton dapat diturun temurunkan kepada generasi yang kemudian, sedangkan pengharapan sendiri yang hidup tidak dapat diwariskan. Pengharapan harus timbul langsung dalam pertemuan dengan pokok-pokok yang patut dinantikan penggenapanya pada masa mendatang yang tidak terlalu lama. Eskatologi dalam Perjanjian Baru ingin menyifatkan hidup orang Kristen untuk menanamkan benih pengharapan dalam hidup mereka yang relevan untuk eksistensi sekarang ini. 4.2 Kebangkitan Daging Pada kedatangan Tuhan Yesus kelak, akan terjadi kebangkitan mereka yang telah mati di dalam Kristus (1Tes 4:16), dalam Perjanjian Lama kebangkitan ini juga sudah dikenal (Yes 25:8, 26:19, dan 12:2) yang mencerminkan kepercayaan akan kebangkitan. Kepercayaan akan kebangkitan ini berakar pada keyakinan bahwa Allah ialah Allah yang hidup. Dalam Filipi 3:20-21 ditekankan dua hal yakni “ tubuh orang-orang percaya akan diubah pada hari kedatangan Tuhan kelak dan dalam keadaan terakhir mereka masih mempunyai tubuh yang serupa dengan tubuh Yesus yang mulia. 7 Dalam 1 Kor 15 Paulus juga menghubungkan kebangkitan Kristus dengan kebangkitan orang-orang percaya. Dimana bagian pertama pada pasal 15 menetapkan sudah terjadinya kebangkitan Kristus dan menunjukan bahwa jika Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah kepercayaan orang Kristen (1 Kor 15:17). Dalam Roma 8:11 bdk II Kor 4:4  dikatakan “ Ia yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh rohNya yang diam didalam kamu ” dalam hal ini juga tampak bahwa akan terjadi pengubahan dalam tubuh kita yang sekarang. Sifat tubuh sorgawi atau rohaniah yang akan diberikan kepada mereka yang telah dibangkitkan melampaui pengalaman yang sekarang tetapi benar-benar suatu tubuh yang merupakan lanjutan tubuh duniawi hanya tidaklah terdiri dari daging atau darah (1 Kor 15:50).  Sedangkan orang  percaya yang masih hidup pada saat kedatangan Kristus akan diubah tanpa menjalani maut ( 1Kor 15:51-52, 1 Tes 4:17 ). 4.3 Penghakiman             Bagi Paulus penghakiman merupakan aspek yang penting dalam pengajarannya tentang Parousia dan penyempurnaan zaman. Bagi Paulus penghakiman merupakan fungsi utama dari Parousia. Ajaran paulus mengenai pembenaran juga menekankan hal ini. Pembenaran adalah berkaitan dengan akhir zaman maksudnya adalah pembebasan dari hukuman dosa melalui keputusan yang menguntungkan dari pihak  hakim pada hari terakhir. Kendati demikian penghakiman tetap merupakan sesuatu yang akan terjadi pada akhir zaman, bahkan atas orang-orang percaya sekalipun. Keadilan dan kebenaran yang kita harapkan (Gal 5:5) adalah pembebasan pada saat penghakiman terakhir. Kita semua harus menghadap tahkta pengadilan Kristus (2 Kor 5:10).  Dari pengadilan itu dapat diketahui 7

Donald, Guthrie,., Teologia Perjanjian Baru III, (Jakarta BPK-GM, 1996) hal 176

apakah kita mendapat upah atau tidak (Rom 14:10, 1Kor 3:12, 15:2) dengan demikian orang percaya mulai sadar bahwa suatu hari nanti mereka akan tampil dihadapan Allah untuk menerima murka (orge) dengan geram (thumos) dari Ilahi yang kekal (Rom 2:5, 2:1-11). 8

8

Donald, Guthrie, Ibid, hal 206

Related Documents


More Documents from "Ignatius Billy Koeswoyo"