Bagian Pertama Paulus: Teolog Dan Rasul A. Paulus Seorang Teolog Besar

  • Uploaded by: melvin subay
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bagian Pertama Paulus: Teolog Dan Rasul A. Paulus Seorang Teolog Besar as PDF for free.

More details

  • Words: 23,544
  • Pages: 65
Loading documents preview...
BAGIAN PERTAMA PAULUS: TEOLOG DAN RASUL A. Paulus seorang teolog besar Paulus sering dianggap orang sebagai tokoh yang paling penting dan kontroversial, sesudah Yesus. Mengapa demikian? Di satu sisi Paulus adalah tokoh penting karena dia sangat kreatif; dia berjasa dalam mengembangkan agama dan teologi kristen. Tulisan-tulisan Paulus memenuhi kira-kira seperempat bagian dari seluruh PB. Dari kenyataan ini kita sudah bisa melihat pengaruhnya pada perkembangan agama kristen. Dia merumuskan kebenaran-kebenaran kristen secara baru dan segar. Tetapi di sisi lain Paulus juga seorang tokoh kontroversial, karena bahasa dan jalan pikirannya seringkali sulit diikuti. Hal itu sudah dialami oleh orang kristen pada zamannya, sebagaimana dikatakan oleh pengarang 2 Ptr 3:15-16, " … Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain." Hal ini disebabkan oleh karena Paulus harus merumuskan hal-hal yang belum pernah dipikirkan orang lain. Oleh karena itu, Paulus harus "menciptakan" sendiri cara berpikir dan istilah-istilah tertentu untuk menerangkan teologi kristen. Paulus seorang tokoh yang berani menentang siapa saja yang dia anggap tidak sesuai dengan ajaran Injil. Dia tidak segan-segan menegur Petrus sebagai seorang penakut dan munafik karena tidak berani lagi makan bersama dengan orang bukanYahudi di hadapan "pengikut-pengikut" Yakobus (Gal 2:11-14). Karena itu secara kurang adil orang sering memandang Paulus sebagai tokoh yang keras dan suka konflik, dan lupa bahwa Paulus sering juga bersifat begitu penuh pengertian dan penuh kasih kebapaan terhadap umatnya. B. Riwayat ringkas Paulus Paulus dilahirkan sekitar tahun 10 M di Tarsus, ibu kota Kilikia, yakni daerah pantai di sebelah tenggara negeri Turki yang sekarang. Sejak 57 SM daerah itu menjadi propinsi Romawi. Nama Yahudinya adalah Saul, sedang nama Latinnya Saulus. Ia mempunyai kewarganegaraan Romawi sejak lahir. Sebagai anak Yahudi Saulus dididik secara Yahudi, bahkan ia belajar di Yerusalem pada seorang rabbi terkemuka pada waktu itu, yakni Gamaliel (lih. Kis 22:3). Namun karena ia dibesarkan di kota Tarsus, maka Saulus mengenal baik kebudayaan Yunani dan Romawi, sebab kota Tarsus memang 1

merupakan tempat pertemuan kedua kebudayaan tersebut. Jadi, latar belakang hidup Saulus cukup kompleks dan kaya. Justeru karena itu Paulus mudah bermain dengan gagasan filsafat Yunani. Ia mengenal dan kadang-kadang mengutip ucapan-ucapan para sastrawan Yunani (bdk. 1 Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28). Kepada orang-orang Atena dia berkata, "Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga" (Kis 17:28). Ia juga mengenal filsafat Stoa dan sinisme dan memiliki pandangan yang mirip dengan filsafat Yunani tersebut, misalnya gagasan Paulus tentang kepenuhan kosmis dalam Surat Kolose dan Efesus atau gagasan mengenai kematian sebagai perpindahan dari dunia fana ke dalam rumah surgawi. Selain itu, Paulus juga memakai apa yang disebut diatriba, yakni suatu tehnik berdebat dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan sekaligus memberikan jawaban-jawaban singkat (Rm 3:1-9. 27-31) atau mengembangkan gagasan dengan rentetan pernyataan retoris (2 Kor 6:4-10).

1

Sebagai

seorang ahli Taurat, Paulus mengenal dengan baik Perjanjian Lama dan pandai menggunakan ayat-ayat kitab suci dalam pengajarannya, sebagaimana dapat kita lihat nanti dalam Surat Roma. Riwayat hidup Paulus dapat disimpulkan berdasarkan surat-suratnya sendiri dan Kisah Para Rasul. Para ahli memang memberikan prioritas pada apa yang dikatakan oleh Paulus dalam suratnya, sedangkan data dari Kisah Para Rasul dapat dipakai sebagai pelengkap dan perbandingan. Garis besar riwayat hidupnya adalah sebagai berikut:2 10

: lahir di Tarsus (Kis 21,39; 22,3); belajar di Yerusalem (Kis 22,3)

+ 34

: bertobat dalam perjalanan ke Damsyik (Kis 9,3-16) "retret" di Arabia (Gal 1,17) berkarya sekitar Damsyik (Gal 1,17; lih. 2Kor 11,26)

+ 37

: kunjungan pertama ke Yerusalem, Petrus (Gal 1,18; Kis 9,26-29) Kerasulan di Siria, Kilikia, Antiokhia (Gal 1,21; Kis 9,30; 11,26)

45-48

: perjalanan pertama, dengan Barnabas (Kis 13-14)

48

: pertemuan di Yerusalem (Gal 2,1; Kis 15,1)

48-52

: perjalanan kedua, di Korintus (Kis 15,36-18,22)

52-56

: perjalanan ketiga, sama; tetapi kembali lewat daratan (Kis 18,23-21,17)

+ 56

: ke Yerusalem, ditangkap (Kis 21,17-23,22)

56-58

: dipenjara di Kaisarea (Kis 23,23-26-32 [sic!])

56-60

: dibawa ke Roma, wafat (63?) (Kis 27,1-28,16)

C. Spiritualitas dasar Paulus 1 2

La Bibbia di Gerusalemme (Bologna: Edizioni Dehoniane, 1988) 2400. Dikutip dari Tom Jacobs, Paulus Rasul (Yogyakarta: Kanisius, 1992) 7-8; notabene: soal penetapan tahun ada perbedaan di antara para ahli! 2

Sebagai seorang Farisi yang mencintai Hukum Taurat, Saulus penuh dengan semangat. Tanpa kesombongan ia bisa memberi kesaksian tentang dirinya, "[aku] disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat" (Flp 3:5-6). Semula ia menjadi penganiaya para pengikut Yesus karena dia yakin bahwa ajaran Yesus sesat. Namun, Allah mempunyai rencana khusus baginya. Ketika ia sedang menuju ke Damsyik untuk mengejar orang-orang kristen, ada cahaya yang terang benderang meliputi dirinya dan ia mendengar suara Yesus yang menyatakan diri kepadanya (Kis 9:5; 22:6-16; 26:12-18). Sejak perjumpaan tersebut Paulus berubah secara total. Dari seorang musuh be-sar ia menjadi pengikut Yesus, bahkan rasul besar-Nya. Paulus sadar bahwa orang disela-matkan bukan karena melakukan Hukum Taurat tetapi "oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus" (Rm 3:14), berkat iman kepada Yesus Kristus dan Injil-Nya (Flp 3:9; Rm 1:16-17). Dari sebab itu, apa yang dulu amat dia banggakan dan dia hargai, yaitu Hukum Taurat, kini tidak berarti lagi (bdk. Flp 3:8). Spiritualitas Paulus dapat dirumuskan secara singkat sebagai berikut. Dia menyadari betapa besar kasih Allah lewat Yesus. Dalam Rm 8:32, ia berkata, "Ia, yang tidak menya-yangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersamasama dengan Dia?" Juga dalam Rm 5:8 ia berkata, "Akan tetapi Allah menunjukkan kasihnya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." Masih satu lagi ayat yang penting: "Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku" (Gal 2:20). Rasa syukur yang mendalam telah mendorong Paulus untuk membalas cinta Allah. Untuk itu dia menghabiskan sisa hidupnya bagi pewartaan Injil. Ia rela mengalami banyak penderitaan demi Injil (bdk. 2 Kor 6:4-10). Ia berseru, "Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil" (1 Kor 9:16). Dari sebab itu ia mengadakan perjalananperjalanan panjang, belasan ribu kilometer, yang penuh dengan bahaya, untuk mewartakan Injil. Ia menganggap diri hamba Yesus Kristus (Rm 1:1) yang harus mengabdikan seluruh diri untuk-Nya. Cinta kasih Allah tidak hanya nyata dari pengutusan Anak-Nya ke dunia, melainkan juga dengan pencurahan Roh Kudus: "Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita" (Rm 5:5). Roh inilah

3

yang menjadikan kita anak Allah dan yang membimbing kehidupan kita. Roh Kudus inilah yang pada akhir zaman akan membangkitkan tubuh kita yang fana (Rm 8). Hidup Paulus berarti hidup dalam Yesus Kristus, "Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (Gal 2:20). Bagi dia hidup adalah untuk Kristus (bdk. Flp 1:21). Ia memiliki pikiran Kristus (1 Kor 2:16). Bahkan tujuan hidup Paulus adalah diubah menjadi seperti Kristus sebab memang itulah rencana Allah sejak semula (Rm 8:29, "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara"). D. Latar belakang surat-surat Paulus Dengan kata "latar belakang" dimaksudkan segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung mempengaruhi surat-surat Paulus. Secara umum dapat kita katakan bahwa latar belakang surat-surat Paulus itu adalah kebutuhan umatnya. Misalnya: 1 Kor ditulis teru-tama untuk menjawab perpecahan yang timbul dalam tubuh jemaat, Gal karena ada penyelewengan Injil oleh sekelompok kristen yang mewartakan suatu injil yang sebenarnya bukan Injil (Gal 1:6-8), dll. Sekali lagi, tujuan Paulus menulis surat adalah untuk menjawab kebutuhan, kesukaran atau masalah yang dihadapi umatnya, tetapi juga untuk meneguhkan iman mereka dan menciptakan keteraturan dan "disiplin" dalam kehidupan jemaat-jemaat muda. Mungkin satu-satunya surat yang tidak didorong oleh suatu kebutuhan/masalah konkret jemaat adalah surat kepada jemaat di Roma. Berbeda dengan surat-surat lainnya, jemaat di Roma tidak dikenal Paulus (bdk 1:13), karena tidak didirikan olehnya. Karena itu lain dari kebiasaannya yang tidak suka, Paulus "memaparkan" Injil kepada jemaat di Roma meskipun orang lain sudah lebih dahulu mewartakan Injil di sana. Biasanya Paulus tidak suka "membangun di atas dasar yang telah diletakkan orang lain" (15:20). Apakah tujuan Paulus menulis surat kepada mereka? Untuk mempersiapkan perjalananannya ke Spanyol dengan singgah di Roma (15:23-24). Jadi ia membutuhkan bantuan orang-orang Roma dalam misinya ke Spanyol (bantuan materiil maupun spiritual). Agar mereka tidak menaruh curiga kepadanya, maka ia memaparkan Injil Yesus Kristus sebagaimana yang dia yakini. Masih dalam konteks latar belakang surat-surat kiranya kita dapat membicarakan peristiwa-peristiwa yang ikut mempengaruhi surat-surat Paulus; peristiwa-peristiwa yang terpenting adalah sbb:3 1) 3

Visi Paulus tentang kebangkitan Kristus: Uraian ini merupakan ringkasan dari buku Peter F. Ellis, Seven Pauline Letters (Collegeville, Minnesota: The Liturgical Press, 1984) 4-7. 4

Sebagai orang Farisi Paulus sudah percaya bahwa kebangkitan badan itu memang akan terjadi. Tetapi bagi dia hal itu terjadi pada jaman eskatologis. Kini keyakinannya itu diteguhkan oleh fakta kebangkitan Yesus Kristus yang sudah terjadi di masa sekarang. Maka dia percaya bahwa dengan kebangkitan Yesus itu mulailah jaman eskatologis. Selain itu dia lalu percaya bahwa Yesus itu Kristus, utusan Allah dan bahkan Anak Allah. 2)

Pengharapan yang naif akan kedatangan Yesus yang kedua (parousia): Kebangkitan Yesus membuat Paulus dan jemaat kristen pada pertengahan abad pertama mengira bahwa Yesus akan segera menuntaskan kemenangan-Nya atas kuasa setan. Mereka mengira Yesus segera kembali untuk mengadili orang jahat dan memberi ganjaran kepada pengikut-pengikut Yesus yang setia. Ini salah satu ciri pengharapan apokaliptik! Gema dari pengharapan semacam ini dapat dilihat dalam 1 Tes 4:16-17; 1 Kor 15:51-52.

3)

Reaksi terhadap orang-orang Yunani yang menolak kebangkitan badan: bdk 1 Kor 15 dan sebagian dari 2 Kor: Bagi kebanyakan orang Yunani, karena pengaruh Platonisme, badan manusia adalah penjara jiwa. Maka sulit bagi mereka menerima kebangkitan badan [bdk Kis 17:32dst].

4)

Di Efesus Paulus pernah hampir mati (bdk Flp 1:12-26 dan 2 Kor 1:8-11). Dari pengalaman ini Paulus menjadi sadar bahwa ia tidak akan mengalami parousia Kristus dan bahwa menjadi pengikut Kristus berarti ikut menderita bersama Dia, agar dengan demikian ia dapat mulia bersama Kristus pula. Tema partisipasi pada sengsara dan kebangkitan Yesus Kristus nampak terutama dalam Flp dan 2 Kor).

5)

Di Korintus Paulus berjumpa dengan rasul-rasul palsu. Pengalaman ini mendorong Paulus untuk merenungkan makna dan tujuan seorang rasul yang sejati berikut ciricirinya yang membedakan rasul yang sejati dari yang palsu (2 Kor). Rasul yang sejati tidak hanya mewartakan Yesus Kristus dengan kata-kata belaka, melainkan dengan seluruh kehidupannya yang disesuaikan dengan kehidupan Yesus yang menderita dan hina itu.

6)

Dahulu Paulus sendiri seorang Farisi yang sangat mengagumi kitab Taurat. Ia percaya bahwa manusia bisa selamat hanya karena ia sanggup melaksanakan perintah-perintah Taurat. Namun sejak pertemuaan dengan Yesus Kristus, ia sadar bahwa manusia selamat karena jasa Yesus Kristus yang wafat di salib dan dari pihak manusia dituntut iman kepada-Nya.

7)

Penolakan Injil Yesus Kristus oleh orang-orang Yahudi dan penerimaannya oleh bangsa-bangsa bukna-Yahudi membuat Paulus berteologi secara baru mengenai

5

misteri keselamatan yang ditujukan Allah kepada semua bangsa, Yahudi maupun bukan-Yahudi. E. Otentisitas surat-surat Paulus Tujuh surat yang tidak diragukan para ahli berasal dari Paulus adalah: Rm, 1 - 2 Kor, Gal; Flp, Flm, 1 Tes. Sedangkan 2 Tes, Kol dan Ef diragukan; lalu ketiga surat pastoral (1 - 2 Tim dan Tit) hampir pasti bukan dari Paulus. Biasanya kriteria untuk menentukan asli tidaknya surat Paulus adalah gagasan-gagasannya dan gaya bahasa serta kosakata yang dipakai dalam surat tersebut. F. Pengelompokan surat Paulus Biasanya para ahli mengelompokkan surat-surat Paulus sebagai berikut: 1) Surat-surat awali: 1 dan 2 Tesalonika. Disebut "awali" karena surat-surat ini dianggap paling tua. 2) Surat-surat besar: Galatia, 1 dan 2 Korintus, Roma. Disebut "besar" karena suratsurat ini mengandung gagasan teologis yang penting. 3) Surat-surat tahanan/penjara: Filipi, Kolose, Efesus dan Filemon. Disebut "surat tahanan" karena surat-surat ini ditulis selama Paulus ditahan di penjara. 4) Surat-surat pastoral: 1 dan 2 Timotius dan Titus. Disebut "pastoral" karena suratsurat ini bersifat pastoral, yakni ingin menciptakan keteraturan dan disiplin dalam jemaat, dengan kata lain surat untuk para pastor.

6

BAGIAN KEDUA SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA (PENGANTAR SINGKAT DAN TAFSIRAN BAB-BAB PILIHAN) Surat Paulus kepada Jemaat di Roma merupakan surat Paulus yang paling penting, sebab memuat teologinya yang paling matang yang ditulis menjelang akhir hidupnya. Tulisan teolog besar ini telah mempengaruhi banyak teologi kristen sepanjang zaman. Akan tetapi surat ini paling sukar dari antara surat-surat Paulus. Tidak mengherankan jika sejak zaman dahulu surat ini menyebabkan timbulnya perdebatan, perselisihan bahkan perpecahan di dalam tubuh Gereja. A. Tempat dan tahun penulisan Surat Roma Kebanyakan ahli percaya, Surat Paulus kepada Jemaat di Roma ditulis Paulus ketika dia berada di Korintus, dalam perjalanan misionaris yang ketiga. Waktu itu ia sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem, dan ia berharap dapat melanjutkan perjalanannya sampai ke Roma. Diperkirakan oleh para ahli, penulisan surat ini terjadi selama musim dingin antara tahun 57 dan 58.4 B. Tujuan penulisan surat Roma Biasanya Paulus menulis surat-suratnya untuk menanggapi situasi dan kebutuhan konkret yang timbul dalam jemaat yang didirikannya. Dia sendiri mengatakan, "Dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain" (Rm 15:20). Kalau begitu mengapa ia me-nulis surat kepada jemaat di Roma yang tidak didirikan olehnya, bahkan yang belum pemah dikenalnya itu? Menurut Paulus sendiri, karena ia sudah tidak mempunyai lagi daerah un-tuk pewartaan Injil lagi di bagian timur, maka ia ingin pergi ke barat sampai ke Spanyol. Untuk tujuan itu ia ingin singgah di Roma (15:24). Inilah yang menurut banyak ekseget merupakan tujuan utama penulisan surat Roma. Akan tetapi hal ini tidak tanpa kesulitan. Sebab kalau mau singgah saja, mengapa ia harus menulis surat sekian panjang? Mengapa ia berbicara panjang lebar mengenai masalah hubungan orang Yahudi dan bukanYahudi, soal kedudukan Taurat dan sebagainya? Lagi pula dalam Rm 1:11-12 ia menulis demikian, "Sebab aku ingin melihat kamu untuk memberikan karunia rohani kepadamu guna mengu-atkan kamu, yaitu, supaya aku ada di antara kamu dan turut terhibur oleh iman kita bersa-ma, baik oleh imanmu maupun oleh imanku." Apakah ini juga merupakan tujuan penulisan suratnya? Bahkan ada sementara 4

Lembaga Biblika Indonesia (editor dan penyadur), Surat-surat Paulus 1 (Tafsir Perjanjian Baru 6; Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1990) 29. 7

ekseget yang berpendapat bahwa tujuan penu-lisan surat Roma adalah untuk membela orang-orang kristen Yahudi yang ada di Roma, yang pada tahun 49 M diusir dari Roma oleh kaisar Klaudius tetapi kemudian diizinkan kembali oleh kaisar Nero pada 54 M, tetapi mereka menjadi minoritas.5 Maka timbullah ketegangan antara orang kristenYahudi yang minoritas dan yang ingin berpegang teguh pada Taurat itu dan orang-orang kristen bukan-Yahudi yang ingin lepas dari Taurat. Bahwa ada usaha membela orang Yahudi, itu nampak dalam hal-hal berikut ini: a) ada bab-bab yang mengagungkan bangsa Yahudi sebagai umat pilihan Tuhan (Rm 911) yang merupakan bab-bab paling sulit yang membicarakan misteri bangsa Yahudi!) b) ada bab-bab yang berbicara tentang fungsi Taurat (misalnya Rm 7). c) ada ayat-ayat yang menjelaskan pentingnya kesatuan jemaat (Rm 12:3dst). d) ada ayat-ayat yang membela mereka yang berhati nurani lemah (mengacu pada soal makan bagi orang kristen-Yahudi). Jadi masalah tujuan penulisan Rm tidak bisa dipecahkan secara tuntas. Namun mudah diterima pendapat yang mengatakan bahwa tujuan utama Paulus menulis surat adalah memperkenalkan Injilnya atau ajarannya tentang Injil, supaya jemaat di Roma ber-sedia menerima dia tanpa curiga.6 Hal ini penting karena Paulus nanti akan mohon bantuan materiial dari jemaat di Roma dan lebih dari itu mohon bantuan orang-orang kristen Roma dalam usahanya mewartakan Injil di Spanyol. Paulus tidak berbicara Latin, padahal bahasa yang dipakai di Spanyol adalah bahasa Latin. Untuk itu teman misionaris dari Roma tentu sangat berguna.7 C. Susunan Surat Roma Sebelum kita menafsir bab-bab pilihan dari Surat Roma, baiklah dikutip di sini skema surat Roma yang kami ambil dari Robert H. Gundry, A Survey of The New Testament (Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 1994): An Outline of Romans

5

6

7

Bdk. Peter F. Ellis, Seven Pauline Letters (Collegeville, Minnesota: The Liturgical Press, 1984) 201, dimana ia mengemukakan pendapat W. Marxsen. Bdk. juga T. Jacobs, Hidup dalam Roh yang membebaskan (Yogyakarta: Kanisius, 1992) 53-4. Menurut Charles H. Giblin, "A Summary Look at Paul’s Gospel: Romans 1-8," dalam Michael J. Taylor, A Companion to Paul (Readings in Pauline Theology; New York: Alba House, 1975) 227, bisa jadi umat Roma sudah mendengar tentang Paulus dan mereka kurang memahami ajarannya atau pewartaannya. Hal yang sama dikatakan oleh P. F. Ellis, Art.cit., hlm. 201: "If Paul had a hidden agenda, therefore, it seems more likely that it was in the nature of an apologia for hinmself and his gospel. He used the opportunity the letter afforded him him to accomplish several objectives: .......... (3) to defend himself against the accusations of his enemies; (4) to correct misinterpretations of his letter to the Galatians ...." Lih. T. Jacobs, Hidup dalam Roh, hal. 55. 8

INTRODUCTION (1:1-17) A.

Greeting (1:1-7)

B.

Paul's plan to visit Rome (1:8-15)

C.

Statement of theme (1:16-17)

I. THE SINFULNESS OF ALL HUMAN BEINGS (1:18-3:20) A.

The sinfulness of Gentiles (1:18-32)

B.

The sinfulness of Jews (2:1-3:8)

C.

The sinfulness of Jews and Gentiles together (3:9-20)

II. THE JUSTIFICATION OF SINNERS WHO BELIEVE IN JESUS CHRIST (3:215:21) A.

The basis of justification in the propitiatory death of Jesus (3:21-26)

B.

Faith as the means of obtaining justification (3:27-4:25) 1.

Its exclusion of boasting in one's work (3:27-31)

2.

Its Old Testament examples in Abraham (especially) and David (4:1-25)

C.

The many blessings of justification (5:1-11)

D.

A contrast between Adam, in whom there is sin and death, and Christ, in whom there is righteousness and life (5:12-21)

III.

THE SANCTIFICATION OF SINNERS JUSTIFIED BY FAITH IN JESUS CHRIST (6:1-8:39)

A. Baptism as a representation of believers' union with Christ in his death with reference to sin and in his coming alive with reference to righteousness (6:1-14) B. Slavery to sin and freedom from righteousness versus slavery to righteousness and freedom from sin (6:15-23) C. Death to the law through union with Christ in his death, as illustrated by the cancellation of marriage through the death of one's spouse (7:1-6) D. The failure of the law to produce righteousness as due to the inability of human beings to overcome their own sinful bent (7:7-25) E. Righteous living through the Spirit by those who are justified through faith in Jesus Christ (8:1-27) F. A statement of confidence and triumph (8:28-39)

IV.

THE UNBELIEF OF ISRAEL (9:1-11:36) A. The concern of Paul for Israel (9:1-5) 9

B. The unbelief of Israel as a matter of God's predetermined plan (9:6-33) C. The unbelief of Israel as a matter of her own self-righteousness (10:1-21) D. The present remnant of believers in Israel (11:1-10) E. The future restoration and salvation of Israel (11:11-32) F. A doxology to God for his ways of wisdom (11:33-36) V.

PRACTICAL EXHORTATIONS (12:1-15:13) A. Consecration to God (12:1-2) B. Ministries in the church (12:3-8) C. Love in the Christian community, with attendant virtues (12:9-13) D. Relations with unbelievers (12:14-21) E. Obedience to the government (13:1-7) F. Love (13:8-10) G. Eschatological watchfulness (13:11-14) H. Freedom and avoidance of offense on ritual questions, such as the eating of certain food and the observance of sacred days (14:1-15:13)

VI.

CONCLUSION (15:14-16:27) A. Paul's plan to visit Rome after taking a gift of money to the Christians in Jerusalem (15:14-33) B. Commendation of Phoebe (16:1-2) C. Greetings (16:3-16) D. Warning against false teachers (16:17-20a) E. Benediction (16:20b) F. Further greetings (16:21-24) G. Doxology (16:25-27)

D. Tafsiran atas beberapa bab pilihan 1. Rm 1:1-7 (Salam pembukaan) 1 Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan injil Allah. 2 Injil itu telah dijanjikanNya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabiNya dalam kitab-kitab suci, 3 tentang anakNya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, 4 dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita. 5 Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada namaNya. 6 kamu juga termasuk diantara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus. 7 kepada kamu sekalian yang tinggal di roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang 10

kudus; kasih karunia menyertai kamu dan damai sejathera dari Allah Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus. Salam pembukaan dari Surat Roma ini paling panjang dari antara surat-surat Paulus. Mengikuti skema surat Romawi-Yunani, Paulus mengawali suratnya dengan salam pembu-kaan, yang terdiri dari

nama pengirim, nama si penerima dan salam

pembukaan. Namun Paulus secara kreatif memperpanjang salam pembukaan itu dengan menambah keterangan-keterangan (misalnya mengenai jatidirinya sebagai rasul, mengenai misteri Yesus Kristus, dll). Selain itu, salam Yunani yang biasanya singkat, "chairein" (="Bersukacitalah"), dia ganti dengan salam yang lebih bercorak kristenYahudi, yakni "kasih-karunia (charis) dan damai (eirene)." Salam pembukaan Paulus ini mirip dengan berkat dalam Bil 6:25-26, "TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia. TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera" Ayat 1: Di sini Paulus menyebut diri "hamba" (doulos) Kristus Yesus. Paulus dan para pewarta Injil lainnya memang hamba Allah atau hamba Yesus Kristus atau hamba Injil (Gal 1:10; Flp 1:1).8 Tetapi juga orang-orang kristen biasa adalah hamba-hamba Kristus (1 Kor 7:22; Ef 6:6). Inilah spiritualitas Paulus: menjadi orang kristen berarti menjadi hamba atau budak Kristus. Kristus telah memiliki kita sebab la telah membeli kita. Dalam 1 Kor 7:23 ia berkata, "Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia" [melainkan hamba Tuhan saja]. Sebagai seorang budak orang kristen harus mengabdi (douleuein) Yesus Kristus dengan sepenuh hati (Rm 12:11; Ef 6:5-7; Kol 3:24); sebab seluruh hidup orang kristen harus dipersembahkan kepada Kristus (bdk. Rm 14:8). " Dipanggil menjadi rasul': ide mengenai inisiatif dari Allah muncul juga pada ay. 5 ("kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul"). Tentang gagasan panggilan lih. Gal 1:15; 1 Kor 4:0; 12:28). Istilah asli Yunani apostolos (=rasul) tidak begitu mencerminkan makna kristianinya. Lebih baik memahami kata "rasul" dengan melihat arti kata Ibrani shaliah yang berarti duta yang diutus seorang raja atau pembesar. Duta itu benarbenar me-wakili pribadi yang mengutusnya, sehingga menerima seorang duta dengan baik sama de-ngan menerima dia yang mengutusnya; sebaliknya, barangsiapa menolak duta itu, ia meno-lak yang mengutusnya (bdk. Mat 10:40, "Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku"). Paulus memang tidak pernah mengikuti Yesus selama hidup di dunia; maka dari itu dalam arti yang paling tegas ia bukan rasul seperti yang dirumuskan oleh 8

Lih. W. E. Chadwick, Pastoral Teaching of Paul(Grand Rapids, Michigan, Kregel Publications, 1985) 127-132. 11

Petrus dalam Kis 1:21-22 ("Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang ber-kumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya"). Namun Paulus yakin bahwa Yesus Kristus sendiri telah menyatakan diri kepadanya dan menunjuk dia sebagai rasul-Nya (Gal 1:15-16). Maka dia menganggap diri setara dengan para rasul lainnya. "Dikuduskan': aslinya "dikhususkan" (Kis 13:2; Gal 1:15). Bahkan Paulus dikhususkan sebelum ia lahir (Gal 1:15) seperti nabi Yeremia (Yer 1:5). Mungkin istilah ini mau mengingatkan orang pada latar belakang Paulus sebelum pertobatannya, yakni sebagai orang Farisi yang juga berarti "orang yang disendirikan, orang elite." " Injil Allah” artinya Injil yang disampaikan Allah, jadi di sini Allah lebih ditonjolkan sebagai asal-usul Injil. Bdk. terjemahan C.K. Barrett untuk ayat ini:9 " ... the Good News God is now setting forth." Sedangkan dalam istilah "Injil Anak-Nya" (ay. 9) yang lebih ditekankan adalah kabar gembira tentang karya keselamatan Allah dalam diri Kristus. Ayat 2: Ayat ini menekankan kesinambungan antara PL dan PB atau penggenapan PL dalam PB. Hal ini penting untuk memahami misteri rencana keselamatan Allah yang diu-raikan dalam seluruh suratnya, terutama bab 4 dan 9. Jadi, Rm l:2 jelas tidak sesuai dengan Marcionisme yang menolak PL karena mengira Allah yang diwartakan dalam PL berbeda dengan Allah yang diwartakan Yesus Kristus. Ayat 3-4: Isi Injil adalah peristiwa Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang menjadi ma-nusia. Di sini diungkapkan kepercayaan kuno bahwa Yesus Kristus itu memiliki dua eksis-tensi, yakni: "menurut daging" ( kata sarka) dan "menurut Roh (kekudusan)" (kata pneuma). "Menurut daging" mengacu pada eksistensi Yesus sebagai manusia dan sejauh Ia sebagai manusia adalah keturunan Daud; sedangkan "menurut roh kekudusan" (= kata pneuma) mengacu pada eksistensi Yesus Kristus sesudah kebangkitan-Nya, yakni sebagai Anak Allah. Memang ayat ini sulit. Salah satu kesulitannya terletak pada terjemahan untuk istilah horisthentos (dari kata kerja horizein). Kata kerja ini bisa diterjemahkan dengan: 10 a) diungkap, dinyatakan, digelar (=manisfested, displayed) b) ditentukan sejak semula (=predestined) - Vulgata, Augustinus 9 10

The Epistle to the Romans (Black's New Testament Commentaries; London: Adam & Charles Black, 1984) 15. Bdk. Joseph A. Fitzmyer, "The Letter to the Romans," TheNew Jerome Biblical Commentary 51:16; C. K. Barrett, The Epistle to the Romans (Black's New Testament Commentaries; London: Adam & Charles Black, 1962) 20. 12

c) diangkat, ditunjuk (= appointed, installed) Kebanyakan penafsir modern mengikuti terjemahan c) karena memang begitulah arti normal dari kata kerja horizein. Akan tetapi, terjemahan ini memang bisa membuat orang salah paham: seakan-akan Yesus yang belum bangkit bukanlah Anak Allah, dan baru setelah kebangkitan-Nya Ia diangkat menjadi Anak Allah (=adoptionisme)! Namun karena rumusan itu sudah populer, Paulus memakainya (bdk.Kis 10:42; 17:31). Rumusan itu berbi-cara tentang fungsi Anak Allah atau Yesus Kristus dalam sejarah keselamatan, bukan tentang hakikat Allah Tritunggal. Jadi, rumusan yang dipakai Paulus bersifat fungsional, bukan ontologis. Hal yang sama harus dikatakan juga tentang rumusan yang dipakai Kis 2:36, "Allah telah membuat Yesus yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus." Kesulitan lain timbul dari frasa en dunamei (yang secara harafiah dapat diterjemahkan dengan "dalam kuasa"). Masalahnya ialah: harus dihubungkan dengan apa en dunamei ini? Ada dua kemungkinan: a) harus dikaitkan dengan kata kerja "ditentukan" (horisthentos), jadi frasa tersebut berfungsi sebagai kata tambahan (Inggris: adverb); jika demikian, terjemahannya adalah: "dan menurut Roh kekudusan ditetapkan secara definitif sebagai Anak Allah, atau "ditetapkan lewat suatu tindakan besar" (NEB: "by a mighty act"). b) harus dikaitkan dengan "Anak Allah;" dengan demikian frasa tersebut berfungsi sebagai kata sifat (Inggris: adjective). Dalam hal ini terjemahannya adalah: "ditetapkan sebagai Anak Allah yang berkuasa" (artinya: Anak Allah yang juga dipenuhi kemuliaan ilahi-Nya). Kiranya kemungkinan kedua yang lebih tepat, yakni pemahaman en dunamei sebagai kata sifat untuk "Anak Allah." Itu berarti, Paulus mewartakan bahwa Yesus Kristus sudah Anak Allah sejak dahulu, meskipun sewaktu Ia menjadi manusia kekuasaan ilahi-Nya tidak nampak; kini setelah kebangkitan, Ia nampak sebagai Anak Allah yang berkuasa. Mengenai hal ini C.K. Barrett menulis demikian:11 " If , however, 'in power' is a Pauline addition, it is most plausibly understood as adjectival, and is intended to soften the adoptionism of the words quoted. This would be consistent with what Paul says elsewhere of the weakness of Christ in his earthly life and death. God, in the person of his Christ, disclosed himself in weakness and humility that men might know him and live by faith only, without confirmation of sight." Ayat 5-7: Atas dasar kasih karunia dan jabatan rasul inilah Paulus bekerja mati-matian (1 Kor 15:10) dan merasa berhak untuk menegur atau menasehati jemaat (12:3; 15:15). Tuju-an pewartaan Paulus adalah "supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya" 11

Ibid., hlm. 20. 13

(harafiahnya: "ketaatan iman"). Ungkapan tersebut bisa dipandang sebagai sekedar kombinasi dari gagasan ketaatan dan iman, atau bisa juga berarti "ketaatan, yakni iman" (artinya iman kepada Yesus Kristus itu sama dengan taat kepada-Nya). Dari ayat 6 dapat disimpulkan bahwa jemaat Roma adalah (kebanyakan) orang bukan-Yahudi. Bdk. 9:1dst di mana Paulus berbicara tentang orang-orang Israel sebagai "saudara-saudaraku" atau "kaum sebangsaku." 2. Ucapan syukur (Rm 1:8-15) 8 Pertama-tama aku mengucap syukur kepada Allahku oleh Yesus Kristus atas kamu sekalian, sebab telah tersiar kabar tentang imanmu di seluruh dunia. 9 karena Allah yang kulayani dengan segenap hatiku dalam pemberitaan injil anak-Nya, adalah saksiku bahwa dalam doaku aku selalu mengingat kamu:10 aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya beroleh kesempatan untuk mengunjungi kamu. 11 sebab aku ingin melihat untuk memberikan karunia rohani kepadamu guna menguatkan kamu, 12 yaitu, supaya aku ada di antara kamu dan turut terhibur oleh iman kita bersama, baik oleh imanmu maupun oleh imanku. 13 saudara-saudara, aku mau, supaya kamu mengetahui, bahwa aku telah sering berniat untuk datang kepadamu tetapi hingga kini selalu aku terhalang agar di tengah-tengah aku menemukan buah, seperti juga di tengah-tengah bangsa bukan Yahudi lain. 14 aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar. 15 itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan injil kepada kamu juga yang diam di Roma. Seperti sudah kita ketahui, pada ucapan syukur sering kita temukan maksud penulisan surat. Dan ucapan syukur ini nampak bahwa maksud penulisan Surat Roma adalah keinginan Paulus untuk menyampaikan Injil kepada jemaat di Roma (ay. 15) sebagai persiapan untuk kunjungannya ke sana (1:10.13; 15:22dst). Bahkan menurut P.F. Ellis, 12 Rm 1:16-17 yang oleh kebanyakan ahli tafsir dianggap sebagai satu kesatuan tersendiri, sebenarnya adalah bagian integral dari ucapan syukur. Dengan demikian menjadi makin jelas bahwa ucapan syukur ber-fungsi sebagai pengantar ke dalam seluruh suratnya. Ungkapan "pertama-tama" (ay. 8) yang diucapkan Paulus tidak diikuti dengan "yang kedua." Rupanya dia begitu bersemangat sehingga kadang jalan pikirannya terputus di tengah jalan. Hal ini beberapa kali terjadi dalam suratnya. Ayat 9dst: "Allah yang kulayani dengan segenap hatiku adalh saksi" Paulus sebagai hamba Allah "menyembah-Nya" (=latreuein, suatu bahasa liturgi). "Allah ... adalah saksiku" - ini semacam sumpah juga. Ayat 10dst mengungkapkan tujuan Paulus menulis surat. Dia ingin mengunjungi jemaat Roma, tetapi hingga saat ini selalu ada penghalangnya. Kiranya penghalang itu adalah kesibukannya (bukan oleh setan). "Berhutang": berarti Paulus merasa wajib mewartakan Injil kepada mereka. 12

Ibid., hlm. 207-8. 14

3. Ringkasan isi Surat Roma (1:16-17) 16 sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam injil, karena injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi tetapi juga orang Yunani. 17 sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang ber-tolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman." Bagian ini merupakan semacam ringkasan untuk seluruh ajaran Surat Roma. Per-hatikan tema-temanya: soal kebenaran Allah atau keselamatan dari Allah berkat iman kepada Yesus Kristus! Injil itu bukanlah pertama-tama suatu ajaran, melainkan pertamatama kabar tentang tindakan Allah yang menyelamatkan. Tindakan Allah yang satu itu mempunyai dua segi (seperti satu koin dengan dua sisi), yakni: a) Memberikan keselamatan kepada orang yang dinyatakan benar oleh-Nya, dan b) memberikan hukuman kepada mereka yang bersalah. "Aku tidak malu akan Injil" (ay. 16; TB-LAI: "aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil"); bdk. Mrk 8:38; 2 Tim 1:8. Soal "malu" mungkin dipakai karena Injil yang diwar-takan Paulus mencakup berita tentang sengsara dan kematian Yesus Kristus: suatu kebodohan bagi orang bukanYahudi dan batu sandungan bagi orang Yahudi (bdk. 1 Kor 1:18-31). Seba-liknya, Paulus bangga akan Injil itu, bangga akan salib Tuhan Yesus dan ia telah memutuskan supaya jemaat Korintus tidak mengetahui apa-apa selain Yesus yang disalibkan (1 Kor 2:2). "Pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani" menunjukkan bagaimana Injil itu dipersiapkan dalam PL dan ditawarkan pertama-tama kepada orang Yahudi, tetapi dalam kenyataannya justru orang Yunani (yakni semua orang bukanYahudi) yang telah menerima Injil. Pada ay. 17a diwartakan bahwa di dalam Injil nyata "kebenaran Allah" (dikaiosunē theou). Kadang-kadang frasa ini diterjemahkan dengan "keadilan Allah." Namun terjemahan ini lebih memberi kesan bahwa Allah itu menghukum orang yang bersalah. Padahal berdasarkan perbandingan dengan teks-teks lain, kadang-kadang dikaiosune theou justru lebih menekankan karya penyelamatan yang kerjakan Allah terhadap Israel. Jika dikenakan pada Allah sebagai pemiliknya, maka kebenaran kadang-kadang berarti karya keselamatan yang dikerjakan Allah bagi umat-Nya. Hal ini nampak dari beberapa ayat di mana kata kebenaran jelas parallel atau sinonim dengan keselamatan, misalnya: 1) "Keselamatan-Ku akan berlangsung selama-lamanya, kebenaran-Ku tidak pernah akan berakhir" (Yes 51:6)13 13

TB-LAI: "Tetapi kelepasan yang Kuberikan akan tetap untuk selama-lamanya, dan keselamatan yang dari pada-Ku tidak akan berakhir." 15

2) TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan kebenaran-Nya di depan mata bangsa-bangsa"14 Sepintas hal itu terasa janggal bagi kita. Akan tetapi kita bisa memahaminya, jika kita mengetahui logikanya: orang dianggap benar (dikaios) antara lain jika ia setia pada janjinya. Oleh karena itu, jika Tuhan menyelamatkan umat-Nya, itu berarti Dia setia pada janji-Nya; jadi, Dia itu benar. Mengenai istilah dikaiosynē theou (=kebenaran Allah) yang amat penting dalam teologi Paulus, baiklah kami kutip di sini pendapat apa yang disebut "Käsemann school," sebagaimana diringkas oleh John Reumann,15 (1) dikaiosynē theou is a technical term in Judaism and Qumran, deriving ultimately from Deut 33:21 (see above, §40); (2) it is not only a gift from God (as Bultmann held) but also the power of God; (3) dikaiosynē theou, which meant in prepauline formulas God's faithfulness to his covenant (Rom 3:24-25, cf. above, §72), is for Paul "the divine loyalty to the community . . . but with regard to the entire creation" (Kasemann, JTC 1, p. 107); (4) "Characteristic of the fidelity of God to creation is the fact that it compels those whom it addresses to enter into its service. Hence Paul speaks of a Dienstbarkeit der Gerechtigkeit" (Stuhlmacher, p. 70); cf. Rom 6:lff., especially 6:13, 16, 18-19, and Rom 12-14, as well as our verse currently under discussion. (5) Thus, with "God's righteousness" is indicated the theme of Paul's whole proclamation and theology (Stuhlmacher, pp. 69-70, cf. 76).

The fourth item concerns us here.,

which meant in prepauline formulas God's faithfulness to his covenant (Rom 3:24-25, cf. above, §72), is for Paul "the divine loyalty to the community . . . but with regard to the entire creation" (Kasemann, JTC 1, p. 107); (5) Thus, with "God's righteousness" is indicated the theme of Paul's whole proclamation and theology (Stuhlmacher, pp. 69-70, cf. 76). Suatu rumusan yang lebih singkat dan jelas diberikan oleh P.F. Ellis,16 "Righteousness" (dikaiosynē) is an Old Testament word that can be translated as "virtue," "justice," "justification," "uprightness." It comes from covenant theology and denotes the fidelity of covenant partners in living up to their respective obliga-tions. Thus, God is just (manifests his righteousness) when he saves, protects, and cherishes his covenanted people, Israel. And Israel, or any Israelite, is just when she or he responds to God with loyalty, love, and obedience. Dari dulu hingga sekarang berlaku kebenaran ini: orang dibenarkan (atau diselamat-kan) Allah oleh iman, dan bukan oleh perbuatan-perbuatannya atau jasa14 15 16

Dalam TB-LAI dikaiosune diterjemahkan dengan "keadilan." John Reumann, Righteousness in the New Testament (Philadelphia: Fortress Press New York/Ramsey: Paulist Press, 1982) 50-51. Op.cit., hlm. 208. 16

jasanya sendiri. Hal ini berbeda dengan paham orang Yahudi pada zaman Yesus yang menganggap keselamatan itu akan mereka peroleh karena mereka berhasil memenuhi tuntutan-tuntutan Hukum Taurat.17 Oleh karena itu mereka memandang keselamatan lebih sebagai upah atas jerih payah mereka sendiri. Paham ini dianggap keliru. Paulus mewartakan bahwa kebenaran Allah dialami oleh manusia apabila ia beriman. Pada ay. 17a dikatakan, "kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman." Ungkapan "bertolak dari iman dan memimpin kepada iman" ini secara harafiah berbunyi "dari iman kepada iman." Ungkapan ini sukar dipahami. Ada beberapa usulan terjemahan: a) dari kesetian Allah menuju iman manusia (K. Barth) b) dari iman yang lebih rendah (PL?) ke iman yang lebih besar (PB?) c) dari awal hingga akhir iman itu perlu (Barrett). Rupanya usulan Barrett paling baik. Jadi, iman menjadi prinsip keselamatan sejak zaman dahulu sampai selama-lamanya. Artinya: dari dahulu sampai selama-lamanya, manusia dibenarkan hanya. karena imannya. Untuk membuktikan sahnya atau kesahihan ajaran tersebut, Paulus mengutip Hab 2:4, "Orang benar akan hidup oleh iman" (ay. 17b). Kutipan ini muncul juga pada Gal 3:11. 4. Situasi manusia bila tanpa iman kepada Kristus (1:18-3:20) Sebelum menguraikan Injil Yesus, Paulus ingin meyakinkan para pembacanya bahwa tanpa Yesus Kristus umat manusia seluruhnya, baik orang bukan-Yahudi maupun orang Yahudi, adalah pendosa. Dari kenyataan ini (1:18-3:20) menjadi nyata juga hal ini: karena se-mua orang berdoa, maka semua orang - tanpa kecuali - membutuhkan Yesus Kristus yang akan diuraikan pada bagian selanjutnya dari Surat Roma, yaitu 3:21-31. Ay. 18 diawali dengan kata "sebab." Ada banyak ekseget yang melihat bahwa fung-si kata sambung "sebab" (Yun.: gar) hanyalah pelancar yang praktis tidak mempunyai arti. Se-bagai konsekuensinya mereka melihat ay. 18-32 sebagai semacam digression;18 baru pada 3:21 Paulus akan kembali berbicara tentang tema utamanya. Namun di sini kata sambung "sebab" penting sekali karena mau menunjukkan hubungan erat antara 1:18-32 dan ayat-ayat sebelumnya. Hal ini nyata dari pemakaian kata "dinyatakan" (Yunani: apokaluptetai) yang sama-sama muncul pada ay. 17 dan 18 dan sama-sama berbentuk presens. Apa hubungan ay. 18 dengan perikop sebelumnya? Barrett19 menga-takan bahwa di satu sisi kebenaran itu dinyatakan (dalam bentuk 17

18 19

J. Reumann, Op.cit., hlm. 55: "Jewish position: One needs to be declared righteous at the final judgment by God, and this justification can be obtained by successfully doing the requirements of the law (ex ergon nomou)." Digression adalah istilah dari ilmu retorika yang disusun berdasarkan retorika Aristoteles; digression berarti penyimpangan dari tema pembicaraan yang sebenamya. Op.cit., hlm. 34. 17

keselamatan) dan di sisi lain, murka Allah juga dinyatakan. Kalau penyataan murka Allah dapat dibuktikan (seperti yang di-yakini oleh Paulus), maka penyataan kebenaran Allah pun dapat dibuktikan juga. Jadi, pewah-yuan murka adalah tanda yang jelas dari pewahyuan kebenaran Allah.. Bagi kita sekarang, cara berpikir semacam itu berbelitbelit. Rupanya kata sambung "karena" pada ayat 18 berfung-si untuk menunjukkan bagaimana keadaan manusia kalau tidak menerima iman kepada Kristus yang dibicarakan dalam ay. 16-17. Dengan kata lain, ayat 18 bisa digubah secara bebas menjadi: "Sebab tanpa iman kepada Yesus Kristus, beginilah keadaan umat manusia. a. Orang bukan-Yahudi adalah pendosa (1:18-32) Untuk menggambarkan nasib manusia yang hidup tanpa Kristus, mula-mula Paulus menggambarkan situasi orang bukanYahudi yang tidak mengenal Taurat (1:1832), baru kemudian situasi orang-orang Yahudi (2:1 - 3:20). Kesimpulannya: semua orang patut dihukum karena tidak seorang pun benar di hadapan Allah! Ay. 18: Murka Allah sedang dinyatakan (=apokaluptetai) dari surga, yakni dari Allah sendiri. Kata Yunani yang dipakai untuk "murka" adalah orgē, yang berarti: kemarahan, balas dendam, penghukuman. Murka Allah itu merupakan reaksi-Nya terhadap dosa manusia, yang berupa kefasikan (artinya: tidak beragama, tidak hidup sesuai hukum Tuhan) dan kelaliman (artinya: ketidakadilan, kejahatan). Lalu, akibat kelalimannya itu, manusia menindas kebenaran, artinya dia tidak hidup sesuai dengan kebenaran yang dapat dikenalnya, melainkan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran tersebut. Kebenaran apakah itu? Kata benda yang dipakai di sini adalah alētheia, bukan dikaiosunē. Arti alētheia adalah kenyataan, atau kebenaran (tetapi di sini kebenaran berarti kecocokan dengan kenyataan). Dari uraian Paulus dapat kita simpulkan bahwa kebenaran yang ditindas oleh orang bukan-Yahudi adalah pengetahuan alami (filsafat alam?) tentang Allah.20 Dari alam ciptaan yang ada manusia yang berakal budi seharusnya mampu mencapai pengetahuan yang sangat mendasar dan terbatas tentang Allah. Yang dapat diketahui manusia (tanpa bantuan wahyu Allah) adalah: 1) kekuasaan-Nya yang kekal 2) keilahian-Nya, artinya yang menciptakan segala sesuatu itu Allah (ay. 20). Ciptaan memang menyatakan kepada pikiran manusia bahwa Allah itu ada. Gagasan ini diambil alih oleh Paulus dari kitab-kitab kebijaksaan (bdk Kebij 13:1-9; Kis 14:17). Paulus tidak menganut panteisme tetapi keyakinan bahwa Allah dalam batas tertentu bisa menyatakan realitas diri-Nya serta sifat-Nya itu lewat ciptaan. 21 Oleh karena itu, orang bukan-Yahudi tidak dapat mencari alasan untuk membenarkan diri. Mereka itu 20 21

LBI, Op.cit., hlm. 132: "Orang dapat dan [sic!] mengetahui bahwa ada Allah. Alam sendiri memberikan kemam-puan untuk mengetahui adanya Allah sejati dari alam ciptaan." Ben Witherington III, Op.cit., 321: "The point of this theology is not pantheism but rather that all of creation reflects the imprint of its Maker and so to some degree reveals something about the reality and character of God." 18

bertanggung jawab atas dosa mere-ka. Sebab sebenarnya mereka tahu tentang adanya Allah dan kekuasaan-Nya, namun ternyata mereka gagal memuliakan Allah yang benar. Mereka malah menggantikan Allah yang benar dengan berhala-berhala buatan mereka sendiri atau hewan (ay. 23; bdk. Mzm 106:20; Kel 32). Juga dalam hal ini Paulus berinspirasikan pada Kebij 13:5 -14:30. Ayat 24-32 : sebagai akibat dari penyembahan berhala, orang jatuh ke dalam kebobrokan moral. Juga dalam hal ini Paulus banyak terpengaruh oleh literatur kebijaksanaan.22 Pemakaian istilah akatharsia (dalam arti ketidakbersihan / kecemaran moral) serta istilah epithumia (dalam arti keinginan dosa, istimewanya keinginan seksual) dapat ditemukan dalam Kitab Kebijaksa-naan (masing-masing dalam Kebij 2:16 dan 4:12). Kalau dalam Kebij 14:12 dikatakan, "Sebab penemuan berhala adalah awal dari persundalan dan penemuannya merupakan pembusukan kehidupan" (Kebij 14:12), maka dalam Rm 1:24 Paulus berkata: "karena itu Allah menyerah-kan mereka kepada keinginan hati (epithumia) mereka akan kecemaran (akatharsia). Lebih lanjut, sebagaimana menurut Kebij 11:15-16 penyembahan berhala harus dihukum oleh Allah, demikian juga di sini Paulus melihat kebobrokan moral orang bukanYahudi di jamannya sebagai hukuman dari Allah. Allah menyerahkan mereka kepada kebobrokan moral, terutama penyimpangan-penyimpangan seksual. Sampai tiga kali dikatakan "Allah menye-rahkan" (ay. 24, 26 dan 28). Jadi, Allah aktif menghukum manusia, meskipun di sini "aktif" tidak berarti menjadi penyebab langsung melainkan hanya "membiarkan" (yakni membiarkan manusia mengalami akibat dosanya). Seperti ditegaskan oleh L. Morris,23 Allah tidak bersikap indiferen terhadap dosa manusia, sebab setiap dosa pada akhirnya berupa perbuatan yang bertentangan dengan Allah. Oleh karena itu penghukuman atas dosa bukanlah sekedar akibat alami dari dosa, melainkan penghukuman yang diberikan Allah kepada pendosa. Memang Allah tidak menghendaki atau membuat orang berdosa, tetapi Ia membiarkan orang-orang bukan-Yahudi jatuh ke dalam dosa-dosa seksual sebagai hukuman atas penyembahan berhala. Berikut ini disajikan skema perbandingan Kitab Kebijaksanaan dan Surat Roma, sejauh menyangkut pemyembahan berhala: Kebij 13:1 - 14:30

Rm 1

"Sungguh tolol karena kodratnya semua orang yang tidak mengenal Allah sama sekali; dan mereka tidak mampu mengenal Dia yang ada dari barang-barang yang kelihatan,

Rm 1:20, "Apa yang tidak nampak dari padaNya, yaitu kekuatanNya yang kekal dan keilahianNya, dapat nampak kepada pikiran dari karyaNya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih."

22 23

Ibid., , hlm. 323. Teologi Perjanjian Baru (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1996) 32-33. 19

dan walaupun berhadapan dengan pekerjaan-Nya mereka tidak mengenal Senimannya" (13:1-1) Kebij 4:12: "Sebab penemujan berhala Rm 1:24, "Karena itu Allah menyerahkan adalah awal dari persundalan (epithumias) mereka kepada keinginan hati (epithumia) dan penemuannya merupakan pembusukan mereka akan kecemaran (akatharsia). kehidupan" "Kita dianggap olehnya sebagai orang yang tidak sejati, dan langkah laku kita dijauhinya seolah-olah najis (akatharsiōn) adanya" (Kebij 2:16) "Oleh karena pikiran-pikiran mereka yang bodoh dan jahat ... hingga memuja binatang melata yang tidak berakal serta hewan yang keji ... maka telah Kaukirimkan kepada mereka ....( Kebij 11:15-16)

4. Rm 2:1 - 3:20 (orang Yahudi pun berdosa) Sulit menentukan kesatuan literer perikop di atas. Masalah ini erat sekali kaitannya dengan identitas "manusia" yang disapa Paulus pada 2:1 ("Karena itu, hai manusia"). Siapakah manusia yang dimaksud di sini? Ada macam-macam tafsiran. Namun ada dua tafsiran utama. Pendapat yang pertama mengatakan dia itu semua orang yang menghakimi sesamanya; sang hakim itu bisa orang Yahudi bisa juga bukanYahudi. Menurut pendapat yang kedua, dia itu orang Yahudi. Menurut pendapat yang pertama (a.l. Barrett), Rm 2:1-16 berbicara mengenai umat manusia secara umum, yakni tentang orang Yahudi maupun bukanYahudi, karena pada ayat 9 dan 12-16 Paulus menyebut kedua kelompok manusia itu (orang Yahudi dan orang Yunani; baru pada 2:17dst Paulus secara khusus menyapa orang Yahudi. Pendapat kedua (yang menurut J. Fitzmyer dianut oleh banyak ekseget modern) mengatakan bahwa manusia yang suka menghakimi sesama itu adalah orang Yahudi. Memang orang Yahudi suka membang-gakan diri sebagai lebih baik dari orang lain. 24 Mengapa pada ayat 9 dan 12-16 Paulus masih berbicara tentang orang Yahudi dan bukan-Yahudi? Jawabannya: sebab ayat 1-16 baru bersifat persiapan, tetapi sudah pada ayat 1-16 Paulus menyapa orang Yahudi! "Maka dari itu" (2:1; Yunani: dio) menunjukkan pergantian ide. Pada perikop ini Paulus mengajukan kritikan kepada orang Yahudi yang suka menghakimi orang lain tetapi mereka sendiri melakukan hal-hal yang sama (ay. 1 dan 3). Orang yang

24

J. A. Fitzmyer, The Letter to the Romans, dalam R.E. Brown - J. A. Fitzmyer - R. E. Murphy (ed.), The NewJerome Biblical Commentary(Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, 1990, him. 836. 20

menghakimi orang lain mengetahui hukum Allah, mengetahui mana yang benar mana yang tidak benar. Karena itu mereka sebenarnya menghakimi diri sendiri karena mereka pun melakukan hal yang sama. Daftar kejahatan yang dilakukan orang bukan-Yahudi pada 1:29dst ini mirip dengan Kebij 14. Begitu juga di sini pada Rm 2:4 (sebagai kelanjutan 1:29dst) kita menemukan kemiripannya dengan Kebij 15:1-2 (sebagai kelanjutan dari Kebij 14). Persamaannya adalah ide kesabaran dan kemurahan Allah. Allah tidak memandang muka. Setiap orang akan diadili menurut perbuatan-perbuatannya (bdk. Mzm 62:12; Ams 24:12; Mat 16:27; 2 Kor 5:10 dll). Di sini Paulus tidak menerangkan bagaimana hubungan ajaran ini dengan ajarannya bahwa manu-sia dibenarkan dan diselamatkan melulu karena iman, bukan karena perbuatannya. Yang pen-ting, di sini Paulus mau meyakinkan orang Yahudi bahwa mereka pun layak dihukum! Orang Yahudi yang mempunyai Taurat akan diadili menurut Taurat (bdk. juga 2:13); sedang orang lain yang tidak mempunyai Taurat akan diadili tanpa Taurat, yakni menurut "dorongan dirinya sendiri" (harafiah: dari alam/kodrat; Yunani: physei) dan dari "hati nuraninya" yang mengan-dung pikiran-pikiran yang berdebat satu dengan yang lain (2:15). Tentu saja apa yang diketahui dari kodrat tidak selengkap Hukum Taurat. Dengan kata lain yang dimaksudkan di situ hanya-lah "prinsip-prinsip susila yang dasariah dari Taurat Musa".25 Apa yang diuraikan Paulus di atas akan menjadi paling nyata pada Pengadilan Akhir yang akan dilaksanakan oleh Yesus Kristus (2:16). Menurut Ben Witherington III,26 ayat ini mungkin berinspirasikan pada Kebij 1:6-8 ("... Memang Allah menyaksikan hati sanubarinya, benar-benar mengawasi isi hatinya dan mendengarkan ucapan bibirnya... Maka tidaklah tersembunyi siapa saja yang fasik bicaranya..."). Mulai dari ayat 17 sampai dengan ayat 29 Paulus secara eksplisit berbicara kepada orang Yahudi. Pada ay. 1 dan 3 Paulus mengecam orang Yahudi yang mengadili orang lain tetapi yang juga melakukan sendiri apa yang mereka kutuk. Sekarang pada ay. 17dst Paulus mengecam orang Yahudi yang merasa dirinya hebat dalam banyak hal, tetapi yang tidak mela-kukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Mereka menggantungkan diri pada Taurat dan merasa diri dekat dengan Allah (ay. 17), mereka merasa tahu kehendakNya dan tahu mana yang baik mana yang jahat (ay. 18). Mereka tidak hanya bangga akan kemampuan dan keisti-mewaan diri sendiri, tetapi juga mau menularkan keistimewaan dirinya kepada orang lain, yakni mau menjadi guru bagi orang lain (ay. 20). Sebenarnya kalimat Paulus tidak selesai. Ia mulai dengan "jika", tetapi kalimat utamanya tidak ada. Ia mulai dengan kalimat baru pada ayat 21. Di sini Paulus menyatakan bahwa dalam arti tertentu Israel dapat dituduh melakukan ketiga hal yang menurut ajaran mereka sendiri 25 26

Bdk. Fitzmyer, JerBC51:30, "the things of the Law," a phrase not to be understood too rigidly, as if each of the precepts of the Torah was meant"; LBI, Op.cit., hlm. 135. Jesus the Sage: The Pilgrimage of Wisdom (Edinburgh: T & T dark, 1994) 321. 21

adalah dosa, yakni mencuri, berzinah dan penyembah-an berhala. Menurut Barrett ketiga dosa ini tidak diambil dalam arti harafiah, melainkan sim-bolis. Misalnya: Israel mencuri karena tidak membayar persepuluhan yang seharusnya menjadi hak Tuhan; sedang zinah berarti tidak setia kepada Tuhan satu-satunya Allah Israel. Jadi, ter-nyata orang-orang Yahudi tidak melaksanakan apa yang mereka banggakan dan mereka ajar-kan! Justru karena perbuatan-perbuatan mereka itu maka Allah Israel dinistakan di antara bangsabangsa (ay.23-24). Ayat 25-29 berbicara tentang sunat. Orang Yahudi sangat menghargai sunat sebagai tanda perjanjian. Bahkan banyak orang Yahudi merasa bahwa dengan sunat orang tidak bisa masuk neraka. Namun sunat fisik yang mereka banggakan hanya punya makna, apabila disertai perbuatan-perbuatan hukum (Gal 5:3, "Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat"). Malah Paulus menyatakan bahwa orang bukanYahudi yang tidak bersunat tetapi melakukan tuntutan Taurat sama dengan orang bersunat bahwa akan mengadili orang Yahudi yang tidak menjalankan Taurat (ay. 25-9). Sunat yang berlaku adalah sunat rohani, sunat dalam hati. Gagasan tentang sunat hati/rohani bukanlah hal baru. Sudah sejak dahulu gagaan itu ada (bdk. Ul 10:16; 30:6; Yer 4:9 dll). Pernyataan-pernyataan Paulus tadi tentu saja menyakitkan hati orang Yahudi, sekaligus menimbulkan pertanyaan sanggahan ini: "Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat?" Mengikuti logika Paulus selama ini, tentunya kita meng-harapkan jawaban negatif dari Paulus, yaitu: "Tidak ada kelebihan orang Yahudi atas bangsa-bangsa

lain!" Namun secara tidak terduga Paulus menjawab,

"Banyak sekali", sebab dalam PL jelas bangsa Israel mendapat banyak privilegi dari Allah. Paulus memulai dengan menyebut kelebihan yang pertama, yakni bahwa bangsa Israel memperoleh firman-firman Allah. Tetapi ia tidak mendaftar kelebihan kedua, ketiga, dst. Ketidaksetiaan sebagian orang Israel tidak bisa membatalkan kesetiaan Allah sendiri (ay. 3-4). Masalah ini akan diuraikan secara panjang-lebar pada bab 9-11. Untuk itu Paulus mengutip Mzm 51:6, "Supaya engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika engkau di hakimi." Tetapi dari kutipan itu (yang mengandung kata "supaya ...") muncul obyeksi lain: kalau kebohongan orang Yahudi "bertujuan" menunjukkan kebenaran Allah, bukankah mereka berjasa? Kalau orang Yahudi berjasa, maka Allah tidak adil kalau menghu-kum mereka. Obyeksi ini dibalas Paulus dengan mengatakan bahwa konklusi mereka itu juga berlaku untuk dunia. Kalau dosa dunia pada akhirnya menunjukkan kebenaran Allah, maka Allah tidak pernah akan mengadili dunia. Nah, bahwa dunia tidak akan dihakimi Allah, itu sungguh tak masuk akal bagi orang

22

Yahudi. Dengan kata lain, kesimpulan yang ditarik oleh "musuh bayangan" Paulus jelas keliru. Lalu timbul keberatan lagi: kalau gara-gara dosa manusia kemuliaan Allah semakin nyata, maka baiklah kalau orang berbuat dosa saja (bdk. juga Rm 6:1). Jelas logika ini keliru dan tak masuk akal. Maka Paulus dengan tegas menolaknya dan mengatakan, "Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman." Secara sepintas Rm 3:9 membingungkan. Bukankah pada 3:2 Paulus mengatakan bahwa orang Yahudi mempunyai banyak kelebihan atas orang lain? Mengapa pada ayat 9 orang Yahudi tidak mempunyai kelebihan dari orang lain? Maksudnya: dalam hal mempunyai kitab suci orang Yahudi memang memiliki kelebihan, tetapi dalam hal jatuh dalam dosa, tidak, mela-inkan sama saja! Lalu Paulus merangkai ayat-ayat PL (jadi kitab suci orang Yahudi sendiri!) untuk menunjukkan bahwa semua orang berdosa (termasuk orang Yahudi sendiri, ay. 19): 10 "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. 11 Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. 12 Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. 13 Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. 14 Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, 15 Kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. 16 Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, 17 dan jalan damai tidak mereka kenal 18 rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu. Jadi, digambarkan bagaimana dosa telah meresapi seluruh kepribadian manusia, dari atas sampai ke bawah, dari kepala sampai ke kaki: akal budi (ay. 10-12; bdk. Mzm 14:1-3; 53:2-4), kerongkongan dan lidah (ay. 13; bdk. Mzm 5:9; 140:4), bibir (ay. 130), mulut (ay. 14;bdk. Mzm 10:7) dan kaki (ay. 15; bdk. Yes 59:7-8; Mzm 36:2). Kesimpulannya: tidak ada orang yang mampu memenuhi tuntutan Taurat yang demikian banyak. Jadi, ternyata kitab suci orang Yahudi sendiri memberi kesaksian bahwa tidak ada orang yang benar di hadapan Allah karena melakukan hukum. Inilah situasi suram seluruh umat manusia! 5. Orang dibenarkan melulu karena iman (Rm 3:21-31) Sampai sejauh ini Paulus mau membuktikan bahwa orang bukan-Yahudi berdosa dan patut mendapat murka Allah; begitu juga nasib orang Yahudi. Karena sistim filsafat alami, hati nurani serta hukum Taurat ternyata tidak dapat membenarkan manusia, maka

23

dibutuhkan prinsip lain, yakni pembenaran oleh Allah secara cuma-cuma lewat iman kepada Yesus yang telah wafat sebagai pendamaian bagi kita. "Tetapi sekarang ...." (ay. 21) menunjukkan babak baru yang amat penting bagi sejarah manusia! Sekarang yang berlaku adalah: pembenaran oleh iman secara cumacuma dan itu berlaku untuk semua. manusia, Yahudi maupun bukan Yahudi karena mereka semua bernasib sama, maka pemecahannya pun sama: "Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus (Roma 3:22-23). Dengan frasa "semua orang" dimaksudkan orang Yahudi maupun bukan-Yahudi; mereka semua adalah pendosa sebagaimana telah dibuktikan oleh Paulus pada 1:18 - 3:20. Pertentangan antara sistim Hukum Taurat dan sistim iman nampak dari seringnya pertentangan antara kata "dibenarkan", "benar", "membenarkan", "iman" dengan istilah "hukum Taurat" (atau ungkapan yang searti dengan hukum Taurat). Paulus sekarang melukiskan bagaimana keadaan manusia sesudah Kristus wafat dan bangkit bagi kita. Pembandingan keadaan "dahulu" dan keadaan "sekarang" cukup sering kita jumpai dalam surat Paulus (mis. Rm 6:20-23; 1 Kor 6:11, "Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita"). Orang dibenarkan oleh "iman dalam Yesus Kristus" (ay. 22). Ungkapan ini aslinya berbunyi pistis Iesou Christou yang kalau mau diterjemahkan secara hurufiah berbunyi "iman Yesus Kristus." Paling tidak ada dua persoalan yang timbul dari frasa ini. Persoalan pertama menyangkut makna kata pistis. Kata Yunani ini bisa berarti: (1) iman kepercayaan (Inggris: faith), bisa juga berarti (2) kesetiaan (Inggris: fidelity), atau bisa juga berarti "sifat bisa dipercaya atau bisa diandalkan." Persoalan kedua menyangkut soal fungsi genitif dari "Iesou Christou" yang dikaitkan dengan kata pistis. Ada sejumlah ahli menafsirkan Iesou Christou sebagai genitif subyektif, artinya Yesus Kristus adalah subyek atau pelaku dari iman. Jadi, Yesuslah yang beriman atau yang memiliki kesetiaan. Menurut pandangan ini iman Yesus merupakan iman yang mewakili umat manusia atau berkat iman Yesus itulah maka rahmat turun bagi umat manusia sebagaimana iman yang dimiliki Abraham menurunkan rahmat bagi bangsabangsa.27 Alasan yang diajukan pendukung pendapat ini antara lain: 1) dari sudut tata bahasa Yunani hal itu mungkin 2) yang penting dalam proses penyelamatan manusia adalah iman Yesus Kristus, sebab kalau keselamatan manusia berasal dari iman yang dimiliki manusia, itu berarti 27

Arland J. Hultgren, "The Pistis Christou formulatiom in Paul," in NT XXII, 3 (1980) 248-263). 24

kesela-matan manusia tergantung pada perbuatan manusia; bukankah hal ini sama dengan meng-gantungkan keselamatan pada pelaksanaan hukum Taurat dari pihak manusia? 3) kata pistis berlatar belakang kata Ibrani 'aman dan 'emunah yang mempunyai makna dasar yang berikut ini: sifat bisa dipercaya, kokoh dsb. Nah sifat itu hanya cocok dikenakan pada Allah. Namun kiranya lebih banyak ahli yang memandang Iesou Christou sebagai genitif obyektif, artinya Yesus Kristus adalah sasaran atau obyek dari iman manusia. Pandangan ini lebih masuk akal, bila ditinjau dari sudut pandang gramatikal-sintaksis maupun dari konteksnya. Alasannya antara lain:28 1) jika mau mengungkapkan iman yang dimiliki seseorang, tentunya Paulus mengungkapkannya secara lain, yakni dengan membubuhkan artikel penentu di depan genitif, misalnya iman milik Abraham dirumuskan demikian: pistis tou Abraam, bdk. kesetiaan (milik) Allah dirumuskan demikian: pistis tou Theou. 2)

James Barr menunjukkan bagaimana dalam PL kata ''aman dan 'emunah bisa juga dikenakan pada manusia. Jadi, seperti dikatakan oleh C.F.D. Moule, jika orang hanya menekankan iman/kesetiaan Yesus Kristus dalam karya keselamatan, itu berarti orang terlalu mengecilkan peranan manusia dalam karya keselamatan.

3) dalam Gal 2:16 jelas bahwa frasa pistis Iesou Christou paralel dengan frasa "kami telah percaya kepada Yesus Kristus" - ini argumen yang paling meyakinkan! 4)

dari segi ekesegetis paling logis jika iman itu dimiliki orang, bukan dimiliki oleh Yesus Kristus, sebab yang mau dipertentangkan adalah kebenaran yang diperoleh orang lewat pelaksanaan hukum dan kebenaran yang diperoleh manusia lewat iman (1:17; 3:28 dll). Jadi, tentunya dalam cara berpikir Paulus pelaku dari istilah "iman" tanpa embel-embel dan pelaku dari istilah "iman Yesus Kristus" adalah sama, yakni orang-orang yang mau percaya kepada Yesus Kristus.

5)

Dalam seluruh PB kata kerja pisteuein (yang akar katanya sama dengan pistis) tidak pernah dipakai untuk Yesus sebagai subyek. Ada satu perkecualian, yaitu Yoh 2:24 yang berbunyi demikian, "Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka karena ia mengenal mereka semua." Namun di sini sasaran dari kata "percaya" adalah manusia, bukan Allah; lagi pula bentuknya negatif, artinya (Yesus) tidak percaya kepada manusia.

28

Hultgren, art.cit:, Vanhoye, art.cit. 25

Mengingat data di atas, maka lebih cocok kalau pistis Christou itu diartikan sebagai iman akan Kristus, bukan iman milik Kristus. Manusia dibenarkan secara cuma-cuma oleh Allah (Yunani: dōrea); bdk. 3:24; 5:17; 4:4. Cara pembenaran itu diungkapkan secara ringkas padat pada ay. 24-25, "oleh kasih karunia [semua orang] telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadijalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya." Karya keselamatan Allah dijelaskan dengan memakai tiga metafor atau kategori pemikiran: pembenaran, penebusan dan pendamaian. Istilah "pembenaran" diambil dari dunia pengadilan (istilah forensik), istilah "penebusan" diambil dari dunia perdagangan atau dunia perang, sedangkan istilah "jalan pendamaian" (yang erat kaitannya dengan istilah "darah" diambil dari dunia kultis-liturgis).

29

Semua

uraian ini pada akhirnya mengacu pada satu karya keselamatan saja.

Catatan: Berkaitan dengan metafora "jalan pendamaian" ada persoalan. Kata Yunani yang dipakai di sini adalah hilasterion yang bisa diterjemahkan sebagai: 1) "jalan pendamaian" (Inggris: means of propitiatio)30, artinya cara untuk meredakan amarah Allah atau cara mendamaikan Allah dengan manusia. Dalam arti ini hilasterion pada akhirnya berarti "kurban pendamaian." 2) tempat terjadinya pendamaian itu (Inggris: place of propitiation), yakni tempat yang dianggap sebagai takhta kerahiman Allah, tempat di mana terjadi pendamian. Nah, tempat yang dimaksud adalah tutup tabut perjanjian, sebab menurut Im 16, pada hari raya Pendamaian ada upacara mereciki tutup pendamaian (yakni tutup tabut perjanjian) dengan darah lembu jantan dan domba jantan! Dengan perecikan darah itu terjadilah pendamaian antara Tuhan dan umat-Nya. 31 Namun T. Jacobs, op.cit. pada 29

Uraian mengenai ketiga metafora tersebut, lihat T. Jacobs, Paulus Hidup, Karya dan Teologinya (Yogyakarta: Kanisius, 1983), hal. 208dst.

30

Lih.M. Zerwick - M. Grosverno, A Grammatical Analysis if the Greek New Testament Unabridged (Roma: Biblical Institute Press, 1981). 446. Akan tetapi tidak semua orang setuju dengan terjemahan ini. Pada hari raya Pendamaian imam besar boleh masuk ke Tempat Mahakudus, untuk mengurbankan seekor lembu muda sebagai tebusan untuk dosa-dosanya sendiri dan dosa-dosa keluarganya, dan seekor kambing muda sebagai tebusan untuk dosa-dosa bangsa Israel. Imam besar harus menyembelih kedua hewan itu dan memercikkan darahnya ke atas dan ke depan tutup pendamaian, yakni tutup tabut perjanjian (Yunani: hilasterion; RSV dan NJB : mercy seat, kursi kerahiman). Imam besar harus juga membubuhkan sedikit darah tadi pada tanduk mezbah dan memercikkan sebagain 26

31

hal. 209, menulis demikian: "Kiranya dalam pandangan Paulus ini tidak tercakup faham korban. Sebab yang mengadakan tempat perdamaian ini adalah Allah sendiri." Terhadap pendapat Jacobs ini kita bisa mengajukan keberatan sebagai berikut. Memang keselamatan itu misteri: Allah mendamaikan manusia dengan diri-Nya dengan jalan menjadikan Kristus pembayar "hutang" manusia; artinya, manusia "berhutang" pada Allah, dan Allah yang mengambil inisiatif untuk membayar hutang tersebut. Namun sejauh Yesus Kristus adalah juga manusia, maka dapat dikatakan korban-Nya itu sebagai silih atau pembayar hutang manusia. Begitu juga dengan gagasan pendamaian. Allah marah karena dosa manusia; tetapi Allah sendiri yang mengambil inisiatif untuk mengutus Yesus Kristus yang meredakan atau menghapus kemarahan Allah. Aneh untuk pemikiran manusia, tetapi tidak bagi Tuhan. Menu-rut hemat kami, lebih baik melihat adanya gagasan korban di dalam Rm 3:25, sebab istilah "jalan pendamaian" pada ayat ini harus ditafsirkan dalam kaitan erat dengan gagasan darah Yesus Kristus yang disebut secara eksplisit. Dengan kata lain, dalam Rm 3:25 kurban Yesus Kristus di kayu adalah sarana pendamaian sekaligus tempat terjadinya pendamaian. Oleh Kristus dan berkat kurban-Nya terjadilah pendamaian antara Allah dan manusia yang terjadi di dalam diri Kristus. Maka tepatlah kalau Kristus disebut "Imam, altar dan sekaligus kurban." Sebagai perbandingan: paham korban Kristus sebagai penghapus dosa dan pendamaian jelas terdapat dalam Ibr 9 (lebih-lebih ay. 14, 22 dan 26). Masalah terjemahan/gagasan hilasterion32 Menurut beberapa ahli, hilasterion aslinya memang berarti pendamaian atau usaha meredakan amarah seseorang. Kata kerja yang menjadi asal kata itu adalah hilaskesthai yang dalam bahasa Yunani memang berarti "meredakan amarah, mendamaikan" (Inggris: to propiatiate, kata bendanya: propitiation). Akan tetapi, menurutsejumlah ahli, dalam LXXkata hilaskestai biasanya. merupakan terjemahan dari kata Ibrani kipper yang, berarti "menghapus, menutupi, menyucikan". Kalau kata hilaskesthai dipakai dalam kaitan dengan dosa, maka terjemahan yang lebih lebih tepat adalah "memberi silih atas dosa" (Inggris: to expiate), praktis berarti "menghapus dosa." Meskipun Barrett cenderung pada terjemahan terakhir ini, ia ternyata mengakui juga bahwa dalam terjemahan ini terkandung gagasan "pendamaian" (propiatiation) juga.

lagi ke atas mezbah. Selain kambing jantan yang disembelih, ada seekor kambing jantan lain yang

32

disedikan bagi Azazel. Imam besar harus menumpangkan kedua tangannya ke atas kepala kambing tersebut sambil mengakukan dosa-dosa bangsa Israel. Lalu kambing itu harus dilepas ke padang gurun sebagai lambang pelepasan dosa-dosa Israel. Mengenai perdebatan tentang makna istilah ini, lihat a.l. C.K. Barrett, Op.cit., hal. 77-78; L. Morris, Op.cit., hlm. 97. 27

Macam-macam makna istilah "kebenaran" Menurut Rm 3:24-26 ini manusia yang beriman dibenarkan Allah secara cumacuma; itu berarti kebenaran itu diberikan kepadanya. Kalau begitu, istilah "kebenaran" di sini dipakai bukan dalam arti moral. Mengapa? Sebab kebenaran dalam arti moral berarti keuta-maan-keutamaan moral/rohani yang dimiliki seseorang. Keutamaan rohani jelas tidak bisa diberikan secara cuma-cuma kepada seseorang. Allah tidak mau begitu saja memberikan kesucian/keutamaan kepada seseorang. Manusia harus berusaha menjadi suci dengan usahanya sendiri. Itu suatu tugas bagi manusia, seperti dikatakan Allah dalam Im 19:2, "Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus." Sebaliknya, kebenaran moral tidak bisa dirampas dari seseorang. Bagaimana orang bisa merampas kepandaian, kesabaran, kesucian seseorang? Tidak bisa! Mengingat dalam Rm 3:24-26 "kebenaran" itu dianugerahkan oleh Allah, tentunya di sini kebenaran dipakai dalam arti yuridis-forensik, yakni status hukum sebagai orang benar. Seseorang bisa berstatus hukum "orang bersalah" atau "orang benar," sesuai dengan vonis yang dijatuhkan oleh hakim. Kebenaran dalam arti yuridis-forensik ini bisa diberikan kepada seseo-rang, tetapi bisa juga dirampas dari seseorang. Menurut Yes 5:23 hakim yang tidak jujur bisa "membenarkan orang fasik karena suap dan yang memungkiri hak orang benar." Menurut Rm 3:25 Allah membenarkan manusia dengan jalan "membiarkan dosadosa" yang telah terjadi dahulu. Dalam bahasa Yunaninya ungkapan itu berbunyi dia ten paresin, suatu ungkapan yang bisa diterjemahkan dengan: 1) pengampunan 2) "tindakan tidak mengacuhkan sesuatu". Terjemahan yang kedua kiranya lebih tepat, sebab seandainya yang dimaksud Paulus adalah "pengampunan" (=terjemahan pertama), mengapa ia tidak memakai kata yang biasa dipakai, yakni aphesis? Dengan kata lain, Allah menunjukkan kebenaran-Nya dengan jalan tidak memperhitungkan dosa-dosa manusia di masa lalu.Gagasan yang sama terdapat pada 2Kor 5:19, "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhi-tungkan pelanggaran mereka." Manusia yang percaya divonis sebagai orang yang benar di hadapan Allah, meskipun sebenarnya pada saat vonis itu dijatuhkan dia itu orang berdosa. Menurut Rm 3:25-26 (juga 1:17) pembenaran orang yang beriman itu terjadi melulu karena kebenaran Allah (TB-LAI: keadilan-Nya; suatu terjemahan yang kurang konsisten karena pada 1:17 kata yang sama diterjemahkan dengan "kebenaran [Allah]"). Apa artinya kebenaran Allah? Seperti sudah dijelaskan pada tafsiran Rm 1:17. 6. Abraham sebagai bukti dan contohnya (Rm 4) 28

Ajaran tentang iman sebagai jalan pembenaran untuk semua orang menimbulkan sanggahan ini: adakah hukum Taurat dibatalkan karena iman? Sama sekali tidak! Justeru Hukum Taurat menegaskan ajaran Paulus ini bahwa manusia itu dibenarkan melulu karena iman, bukan karena perbuatan. Tidak ada contoh lebih baik daripada menguraikan kisah Abraham, bapa iman bangsa Israel dan semua orang (ay. 1-5). Abraham tidak berbuat apa-apa, melainkan hanya percaya. Maka hal itu diperhitungkan Tuhan sebagai kebenaran. Contoh lain untuk menguatkan kisah Abraham adalah kutipan Mzm 32:1-2. Perhatikan kata "diperhitung-kan" pada ayat 3 dan 8. Kebenaran di sini dihubungkan dengan Abraham, maka artinya: Allah memberi vonis bahwa Abraham itu orang benar di hadapan-Nya, bukan karena Abraham dari dirinya sendiri sudah benar! Karena Abraham dibenarkan Allah sebelum disunat, maka Abraham menjadi bapa semua orang yang tak bersunat (ay. 11) maupun yang bersunat (ay. 12). Tetapi syaratnya: mere-ka semua juga beriman seperti Abraham ketika ia belum disunat (ay. 12)! Janji Allah kepada Abraham bahwa ia akan menjadi bapa bangsa yang besar tidak berdasarkan jasa atau perbuatan Abraham, melainkan janji cuma-cuma. Karena itu juga semua orang lain hanya diselamatkan karena percaya kepada janji cuma-cuma dari Allah. Sebaliknya, hukum Taurat mendatangkan hukuman, sebab adanya hukum Taurat justeru membuat manusia tahu mana yang baik dan mana yang jahat. Tetapi hukum Taurat tidak mampu menolong manusia untuk selalu memilih yang baik. Jadi, hukum Taurat malah membuat pelanggaran manusia bertambah (ay. 15). Sebelum ada Taurat, dosa-dosa tertentu belum diperhitungkan Allah terhadap orang yang melakukannya jutseru karena mereka belum mengetahui bahwa itu dosa. (Bdk. orang yang tidak tahu bahwa abortus itu sama dengan pembunuhan, kalau ia melakukan abortus ia tidak bisa dianggap melakukan pembunuhan!). Pada ay. 17 dan 23-24 tema ini disinggung kembali tetapi secara sedikit lain, karena pada ay. 23-24 iman sudah dihubungkan dengan Yesus Kristus! Iman Abraham nampak dalam ketekunannya mengharapkan janji Allah. Meskipun sudah berusia seratus tahun. Secara manusiawi dia sendiri sudah tidak mampu mempunyai anak, apalagi isterinya tidak hanya sudah tua tetapi memang mandul. Jadi secara manusiawi tidak ada dasar bagi abraham untuk berharap. Namun ternyata ia teguh dalam kepercayaannya kepada janji Allah. Itulah yang membuat Allah menganggap benar Abraham (ay. 22). Sekarang, pembenaran kita terjadi berkat wafat dan kebangkitan Yesus Kristus (ay. 25). Itulah yang membuat hidup Paulus berubah total. 7. Rm 5:1-11 (Hasil pembenaran) Pada bagian ini Paulus menguraikan buah pembenaran yang dinikmati oleh orang yang beriman kepada Yesus Kristus. Bagian ini berkaitan erat dengan Rm 8, yang

29

berbicara juga tentang hasil/buah pembenaran, tetapi pda pasal 8 ini buah pembenaran banyak dikaitkan dengan karya Roh Kudus. Ayat 1: Karena dibenarkan karena iman, maka orang hidup dalam damai dengan Allah. Ide ini sudah beberapa kali diuraikan sebelumnya. Ayat

2:

"Beroleh

jalan

masuk

kepada

kasih

karunia

ini"

berarti

mendapatjalan/kemungkinan untuk dinyatakan benar, didamaikan dan dipersatukan dengan Allah seperti diungkapkan dalam ayat 1 tadi. Bdk. Ef2:18; 3:12; Ibr 10:19; terutama 1 Ptr 3:18! Ayat 3-4: tentang bermegah dalam pengharapan bahkan ditengah penderitaan, bdk. Rm 12:12 di mana gagasan pengharapan dan kesabaran dalama penderitaan juga muncul sebagai nasehat. Ayat 5: gagasan kasih Allah sebagai sumber atau dasar pengharapan dan penghiburan terdapat juga pada 2 Tes 2:16. Ayat 6-11 menunjukkan bagaimana kasih Allah yang sudah nyata pada saat kita masih berdosa, akan bertambah besar dan nyata lagi ketika kita sudah didamaikan dengan-Nya oleh Kristus! Ini cara berpikir Paulus yang khas (bdk. 5:17, "Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah ber-kuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus"; juga 11:11-12, "Tetapi oleh pelanggaran mereka [bangsa Israel], kesela-matan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu. Sebab jika pelanggaran mereka berarti kekayaan bagi dunia, dan kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, lebih - lebih lagi kesempumaan mereka"). Selain itu ada gagasan mengenai gradasi dalam keselamatan: didamaikan/ditebus diselamatkan (ay. 10). Namun ayat 11 rasanya tidak menambah ide baru, karena ide pendamaian sudah disebut pada ayat 10. 8. Rm 5:12-21 Tipologi Adam - Kristus Menurut Paulus Adam "adalah gambaran Dia yang akan datang" (yakni Kristus). Adam adalah gambaran dari Kristus dalam arti yang bertentangan. Yang satu mendatangkan dosa dan kematian bagi semua orang, yang lain menyebabkan pembenaran dan kehidupan bagi semua orang. Dengan kata lain Kristus adalah anti-typos dari Adam. Tipologi Adam-Kristus nampak dari ayat ini, "Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karuniaNya, yang dilimpahkanNya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus" (5:15). 30

Rm 5:13 rupanya bermaksud mengatakan bahwa dosa-dosa yang melawan hukum Taurat sudah ada sebelum adanya Taurat, tetapi dosa-dosa semacam itu belum/tidak diperhitungkan sebagai dosa. Namun dosa-dosa lain seperti yang dilukiskan Paulus tentang manusia yang tidak mendapat wahyu Allah dan tidak berTaurat (l:18dst) tentunya diperhitungkan sebagai dosa yang mendatangkan murka Allah. Sebab jika tidak demikian, sulit memahami bagaimana orang bukan-Yahudi bisa dihukum, karena bukankah mereka memang tidak mengenal Taurat? (bdk. Rm 5:20 bdk. 4:15 di atas). Jadi pada perikop ini fungsi Taurat itu ganda: a) karena adanya Taurat manusia malah mengetahui bahwa perbuatannya selama ini adalah dosa; dan sejak itu dosanya memang dihitung. Jadi, dalam arti ini Taurat "menambah" dosa orang. Dan kalau manusia belum pernah melakukan suatu dosa, larangan-larangan yang diberikan Taurat malah menimbulkan ide dan dorongan kepada manusia untuk melakukannya. b) karena itu Taurat pada akhirnya mau menyadarkan manusia akan ketidakberdayaannya, akan kedosaannya, supaya manusia mau menyerahkan diri melulu pada kasih Yesus Kristus. Hidup kekal adalah hasil terakhir keselamatan yang dibawa oleh Kristus: Rm 2:7; 6:22.23; 1 Tim 1:16. 9. Rm 6:1-14 (Mati dan bangkit bersama Kristus) Perikop ini cukup jelas dan mudah, dan tidak perlu, diuraikan di sini karena sudah dibahas dalam teologi dogmatik dan liturgi. Bandingkan Rm 6:1 dengan Rm 3:5 dan 6:15, yakni suatu kesimpulan yang ngawur dan absurd! Rm 6:3-4 tentang misteri persatuan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, bdk. Kol 2:12; 3:1 dan Ef 3:10. Dalam pengertian ditenggelamkan dalam air baptis ada ide dimatikan bersama Kristus! 10. Rm 6:15-23 (dua macam perhambaaan) - Cukup jelas/mudah! 11. Fungsi Hukum Taurat (Rm 7:1-25) Apakah arti "hukum" yang terdapat pada 7:1? Ada beberapa pendapat: a) hukum Romawi b) hukum pada umumnya atau semua hukum c) hukum Taurat Kiranya pendapat c) yang tepat."What was grasped by the conscience as evil came to be regarded as formal rebellion dan transgression through the law. As in 3:20, the law appears as a moral informer." (Barrett, p. 850). ["Apa yang dapat diketahui oleh hati nurani sebagai jahat dihitung sebagai pemberontakan dan pelanggaran formal karena hukum Taurat. Sebagaimana dalam 3:20, hukum tampak sebagai informan di bidang moral.]

31

Yang dimaksud dengan "suami kedua" atau laki-laki lain (ayat 3) adalah Kristus. Menurut Sanday-Headlam: isteri adalah diri sendiri (ego), suami pertama adalah keadaan manusia lama, hukum suami adalah hukum yang menghukum keadaan manusia lama; sedang perkawinan baru adalah persatuan dengan Kristus. Pendapat ini terlalu mengada-ada! Kematian orang kristen terhadap dosa sekarang diterangkan dengan gambar yang "dipinjam" dari dunia hukum. Isteri hanya terikat pada suaminya selama suaminya masih hidup (ay. 2-3). Orang kristen bebas dari hukum Taurat karena telah mati bersama Kristus. (P.F. Ellis, Op. Cit., p. 230:"... Paul likens the Christian to one who is free from the Law, which is now dead, and so free to belong to another - Christ. As in 6:1-4, it is like being dead to Lord Sin and alive to Lord Christ"; menurut hemat saya, dia keliru menafsirkan analoginya. Yang mati adalah orang kristen, bukan Taurat). Keadaan orang kristen sebelum dibaptis itu suram, bahkan mati. Menurut Rm 7:5 ini, "hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggotaanggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut." Mengapa? Sebab "mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah" (Rm 8:8). Namun setelah mati terhadap dosa, orang kristen hidup kembali bersama Kristus bukan untuk kembali ke kehidupan yang lama. Juga dalam Gal 5:24 Paulus mengemukakan gagasan yang sama, "Barangsiapa menjadimilik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." Setelah dibaptis orang kristen menjadi "hamba" Roh Kudus (Mengenai arti hidup dalam Roh, bacalah Gal 5-6). Menurut Rm 7:8 dan 7:11, Hukum Taurat justeru memberi kesempatan kepada dosa untuk menguasai manusia kodrati. Dengan demikian Paulus mengembangkan apa yang sudah dikata-kannya pada 3:20, "justeru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa." Hukum Taurat itu sendiri baik dan suci, tetapi fungsinya justeru untuk menunjukkan betapa buruknya dan hebatnya kuasa dosa (ay. 13) dan menunjukkan betapa lemahnya manusia yang egositis dan sombong itu (ay. 7; Ellis, p. 231: "unmasks this egotism"). Dari apa yang dikatakan Paulus dalam surat Roma tentang Taurat rupanya fungsi Taurat itu ganda (lihat di atas, pada uraian tentang Rm 5). Ay. 7-25: ada perdebatan mengenai kata "aku". Mengacu pada siapa? Pada umat manusia pada umumnya? pada Paulus sebelum bertobat? pada Paulus yang sudah kristen? dll. Menurut Ellis, kata "aku" tidak mengacu pada Paulus sendiri melainkan pada Adam (dan semua ketu-runan Adam). Ellis, p. 231, yang mengikuti Kaeseman, mengatakan bahwa struktur 5:12 - 7:25 membuktikan hal tersebut. Struktur 5:12 - 7:25 menurut Ellis (pp. 224 - 231) adalah sbb:

32

A 5:12-21 The Adam-face of humanity proves that all need Christ and experience liberation through him . B 6:1-14 Christians through baptism are dead to Lord Sin and alive to serve Lord Christ C 6:15-23 Christians are no longer slaves obedient to sin but slaves obedient to God B' 7:1-6 Like a wife whose husband has died, Christians are dead to the law and free to give themselves to another -Christ A' 7:7-25 The Adam-face of humanity shows that all need Christ and experience liberation through him Struktur di atas rupanya disusun berdasarkan persamaan kata yang dipakai dan juga peralihan gagasan Paulus melalui kata-kata, seperti: "Oleh karena itu" (5:13); "Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan?" (6:1); "Jadi bagaimana?" (6:15); "Jika demikian ..." (7:7). Beberapa catatan lebih lanjut: 7:10 Bahwa hukum dan peraturan Tuhan memberi hidup lih. Im 18:15; Yeh 20:11.13; Rm 10:5. 7:12 Hukum Taurat in se sebenamya baik, benar, kudus danjuga rohani (Rm 7:14). 7:16 Di satu sisi manusia memiliki kehendak baik untuk mentaati hukum dan peraturan Allah (lih. juga ayat 22); namun di sisi lain manusia tidak berdaya melakukan halhal baik yang dikehendakinya (7:17.20.23). Manusia semacam itu dirumuskan sebagai "tawanan hukum dosa” (ay. 23) atau yang "terjual di bawah kuasa dosa" (ay. 14b) dan sebagai budak dosa memang ia "melayani" hukum dosa (ay. 26). Kuasa dosa itu begitu memperbudak manu-sia, sehingga Paulus bisa berkata, "Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan aku

yang

memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku" (ay. 20). Namun tanggung jawab pribadi manusia tentunya tidak disangkal oleh Paulus. Pada Gal 2:20 ia berkata: "Aku hidup, tetapi bukan aku sendiri yang hidup di dalam aku, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (Gal 2:20). Dari sini menjadi jelas bahwa Paulus tidak menyangkal "aku" sendiri yang hidup dan yang tetap bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Hanya saja di sini amat ditekankan pengaruh Kristus dalam hidupnya, sehingga timbul ucapan yang terkenal itu. Secara analog, Rm 7:20 dapat ditafsirkan demikian: menurut Paulus dosa itu begitu menguasai manusia sehingga perbuatan jahatnya seakan-akan dilakukan bukan oleh dirinya sendiri, melainkan oleh dosa yang menguasai dirinya. Fungsi Hukum Turat menurut surat Galatia

33

Dalam Galatia 2:16 Paulus berkata kepada orang-orang Galatia, "Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus." Sebagai seorang Yahudi Paulus tentu berpendapat bahwa hukum Taurat diberikan Allah kepada orang Israel dengan tujuan tertentu. Jadi, apakah sebenarnya tujuan Taurat? ("Kalau demikian, apakah maksudnya hukum taurat? (Gal 3:19). Menurut Gal 3:19, hukum taurat itu "ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu dan ia disampaikan dengan perantaraan malaikat-malaikat ke dalam tangan seorang pengantara." Frasa "oleh karena pelanggaran-pelanggaran" dapat juga diterjemahkan dengan "untuk (menghasilkan) pelanggaran-pelanggaran."33Menurut Gal 3:22-23 fungsi hukum Taurat (atau Kitab Suci) adalah "mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa", mengawal kita, dan menuntun kita sampai Kristus datang. Namun, dalam terang Gal 4:1, fungsi hukum Taurat sebagai penuntun atau penjaga rupanya negatif, yakni menjadikan orang budak atau mengikat orang. Dalam Gal 4:3-5 "roh-roh dunia" disejajarakan (tetapi tidak berarti disamakan) dengan "Taurat"; dalam Gal 5:16-18 hidup menurut daging disejajarkan (tetapi tidak disamakan) dengan hidup di bawah hukum Taurat.34 12. Rm 8:1-39 Jika kita bandingkan Rm 5 dengan Rm 8, maka kita bisa melihat adanya beberapa tema yang mirip satu sama lain, yakni yang dicetak dengan huruf tebal berikut ini:

Rm 5 Manusia

yang

" dibenarkan

Rm 8 karena "Demikianlah

sekarang

tidak

ada

iman" (5:1) ......" akan diselamatkan dari penghukuman bagi mereka yang ada di murka Allah"(5:9dst)

dalam Kristus Yesus" (ayat1)

"kita hidup dalam damai sejahtera dengan "keinginan Roh adalah hidup dan damai Allah" (ayat 1)

sejahtera" (ayat 6)

"kita bermegah dalam pengharapan akan "dalam pengharapan, karena makhluk itu menerima kemuliaan Allah" (ayat 2)

sendiri

juga

akan

dimerdekakan

dari

perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anakanak Allah (ayat 21; 24-25) "... kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah "kita yang telah menerima karunia sulung 33 34

E.P. Sanders, Paul, the Law, and the Jewish People (London: SCM Press Ltd., 1985) 66 Ibid., hlm. 70: "Since the law does not secure the inheritance promised to Abraham, it is paralleled with, though not mad the same as, sin, the power of evil, and pagan deities." Ibid., him. 70. 34

dikaru-niakan kepada kita" (ayat 5)

Roh" (ayat 23)

"... dosa telah masuk ke dalam dunia ... Roh, dan oleh dosa itu juga maut... (ayat 12)

yang

memberi

hidup

telah

memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut" (ay. 2)

"Kita

juga

malah

bermegah

dalam

kesengsaraan kita" (ayat 3)

"penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat di-bandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyata-kan kelak kepada kita" (ay. 18)

Ayat 1: "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus." Kata "sekarang" mengacu pada keadaan orang yang dibenarkan oleh iman kepada Yesus Kristus. Keadaan selamat ini sudah dilukiskan pada 7:1-6, tetapi kemudian terpotong oleh sisipan yang panjang lebar tentang hukum Taurat (7:7-25). Paulus menyambung kembali gagasannya pada 8:ldst, dengan mengulang kembali gagasangagasan yang sudah dimulai pada 7:1-6. Gagasan tentang pembebasan manusia dari hukum Taurat pada 7:6 diulang kembali pada 8:2, dan gagasan cara hidup lama (7:5) diulang kembali pada 8:2dst). Di samping itu, tiga kata kunci yang ada pada Rm 8 (yakni "hukum", "dosa" dan "maut") memang meringkas tema yang dibicarakan dalam Rm 5-7. Ayat 2: Ayat ini sebenarnya berbunyi: "Sebab hukum Roh kehidupan dalam Yesus Kristus telah membebaskan daku dari hukum dosa dan kematian." Menurut Fitzmyer: pada ayat ini yang dimaksud dengan "hukum" di sini bukanlah hukum Musa lagi. Tom Jacobs dan Barrett: hukum yang dimaksud adalah hukum Taurat. Menurut pendapat kami: Fitzmyer yang benar. Kata "hukum" yang dipakai dalam ayat 2 harus mempunyai arti yang sama. Karena kata "hukum" dalam frasa "hukum Roh kehidupan" tentunya tidak bisa berarti hukum/peraturan, maka istilah "hukum" dalam ayat 2 adalah prinsip, cara hidup (way of life, religion). Ayat 3b: "Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging..." (TB-LAI) dapat juga diterjemahkan secara lain: ""Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa; untuk menangani dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging ..." Ayat 4: 35

Kata "roh" muncul 29 kali dalam Rm, tetapi hanya 5 kali muncul pada bab 1-7. Ayat 26: A New Catholic Commentary on Holy Scriptures: "Most commentators think of the charisma of tongues or glossolalia, Mk. 16:17; Ac 10:46; 1 Cor 14:1-28. But this may be too narrow or too exact an interpretation. Ecstatic prayer in general satisfies the text. Menurut P. F. Ellis: itu adalah karunia bahasa roh (gift of tongues; cf. 1 Kor 15:6-11). Ayat 28: Menurut The New Jerome Biblical Commentary ada 3 kemungkinan terjemahan: a) Allah bekerja sama dalam segala hal dengan mereka yang mengasihi-Nya" b) Allah membuat segala-galanya bekerja sama demi kebaikan mereka yang mengasihi-Nya" c) "Segala-galanya bekerja sama demi kebaikan mereka yang mengasihi Allah" (kata Allah dalam beberapa manuskrip memang tidak ada). 13. Rm 12:1-21 Ayat 1: "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." Kata sambung "karena itu" (Yunani: oun) dapat mempunyai dua arti: a) arti yang sesungguhnya, yakni menunjukkan hubungan sebab-akibat b) kata pelancar saja (semacam basa-basi), yang tidak mempunyai banyak arti. "Tubuh" dapat diartikan secara sempit (bdk. 13:13-14 - nasehat untuk menjauhi percabulan dan perawatan tubuh secara berlebihan), dapt juga diartikan secara luas dalam arti keseluruhan pribadi manusia (bdk. 6:6.12). "Persembahan yang hidup" (aslinya logike latreia) dapat diterjemahkan dengan "persembahan rohani" (Barrett). Gagasan tentang persembahan rohani yang kontras dengan persembahan lahiriah sudah lama dikenal dalam PL (bdk. Mzm 51:17; Ul 11:13). Menurut C.K. Barrett, oun di sini dipakai dalam arti yang sesungguhnya. Hal ini cocok dengan kata "oleh kerahiman Allah" (TB-LAI: "demi kemurahan Allah"), yang meringkas isi seluruh Rm 1-11. Jadi, tingkah-laku yang baik atau etika kristen benarbenar berdasar pada keselamatan yang merupakan anugerah kerahiman Allah. Namun, Rm 12:1 menunjukkan juga bagaimana iman yang menyelamatkan manusia itu tidak bisa dilepaskan dari cara hidup yang baik yang dituntut Allah. Menurut Barrett, ketaatan adalah unsur hakiki dari iman (bdk. Rm 1:5). Jika demikian, maka keselamatan adalah hasil kerja-sama antara Allah dan manusia. Memang pertama-tama keselamatan itu adalah anugerah cuma-cuma dari Allah, namun begitu manusia 36

diselamatkan, Allah menuntut kerja-sama dari pihak manusia, dengan cara berusaha hidup baik. Pada kesempatan ini baiklah kami coba menguraikan masalah yang sering menimbul-kan salah paham di antara orang katolik dan orang-orang Protestan tertentu. Cukup sering orang katolik dicurigai sebagai penganut paham "keselamatan melalui perbuatan" dan bukan "kesela-matan melalui iman saja" seperti nyata dari tulisan-tulisan Paulus! Bagaimana masalah hubungan iman dan perbuatan? Dengan kata lain, siapa yang menyelamatkan manusia: imannya atau perbu-atannya? Jawabannya sudah kami berikan secara singkat dalam buku pertama. Di sini kami beri-kan pokok-pokok penting secara lebih lengkap: IMAN SEJAUH MERUPAKAN ANUGERAH (KARYA ALLAH) 1. Allah lebih dahulu mengasihi manusia (1 Yoh 4:19). la mengasihi dan menebus kita pada waktu kita ini masih musuh-musuh-Nya. Kata Paulus, "Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa" (Rm 5:8). Jadi, kese-lamatan itu anugerah cuma-cuma yang diberikan oleh Allah dari kelimpahan kasih-Nya, bukan karena jasa kita. 2. Allah mendorong kita untuk beriman kepada Putera-Nya. Yesus sendiri bersabda, "Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku" (Yoh 6:44). Lagi, Paulus berkata, "Tidak ada seorangpun yang dapat mengaku, "Yesus adalah Tuhan," selain oleh Roh Kudus" (1 Kor 12:3). Jadi, iman sebagai syarat menerima keselamatan dari Allah itu pun adalah anugerah Allah. 3. Bahkan untuk mengamalkan iman dalam hidup sehari-hari orang perlu dibimbing oleh Allah sendiri, seperti kata Paulus dalam Flp 2:13, "Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya." Tidak perlu diuraikan lagi perlunya bantuan Allah agar kita mampu hidup dengan baik. Jadi, beriman adalah anugerah Allah. IMAN SEJAUH MERUPAKAN KARYA MANUSIA (KERJASAMA DARI PIHAK MANUSIA) 1. Iman adalah kepercayaan manusia kepada Allah, penyerahan diri kepada-Nya sebagai jawaban manusia kepada panggilan Allah. Jadi, didorong oleh rahmat Allah, manusia bisa beriman. 2. Iman itu, harus diamalkan dalam hidup sehari-hari, dalam perbuatan nyata. Itu adalah perbuatan manusia tetapi berkat bantuan rahmat Allah. Nah, dalam arti ini manusia 37

bekerja-sama dengan Tuhan. Tuhan tidak mau memaksa manusia. Tuhan memberi iman yang menyelamatkan, sedang manusia berjuang untuk menerima dan menghayati iman itu. Dalam arti inilah, keselamatan adalah GANJARAN ATAU UPAH atas perjuangan manusia yang bersedia bekerja sama dengan Allah. Injil penuh dengan paham tentang upah atau ganjaran. Kepada para pengikut-Nya yang tetap setia dalam penganiayaan Yesus bersabda, "Besarlah upahmu di surga" (Mat 5:12). Setiap perbuatan baik akan diberi ganjaran oleh Tuhan (bdk Mat 10:41-42; bdk 5:46; 6:1.4.6 dll). Bahkan kepada orang yang rela meninggalkan segala-galanya Tuhan akan memberikan ganjaran yang melimpah sampai "seratus kali lipat" dan memperoleh hidup kekal (Mat 19:29). Pada hari penghakiman orang akan diadili sesuai de-ngan perbuatannya (Mat 25:14-46; Rm 2:6). Nah, dalam arti ini juga dapat dikatakan bahwa keselamatan manusia itu hams diperjuangkan sendiri oleh manusia, seperti sabda Yesus, "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya" (Mat 7:13), atau seperti kata Paulus, "Tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar" (Flp 2:12). Dari pokok-pokok di atas menjadi jelas bahwa manusia harus berjuang juga untuk bisa selamat. Dalam arti dan batas-batas tertentu keselamatan itu memang jerih-payahnya sendiri. Tetapi manusia tidak pernah boleh sombong. Mengapa? Sebab sebelum manusia bisa ber-juang menyelamatkan diri sendiri, Allah lebih dahulu telah menebusnya, Allah lebih dahulu telah mendorong manusia untuk beriman dan Allah telah lebih dahulu membantu manusia untuk menghayati iman. JADI, PERTAMATAMA DAN TERUTAMA KESELAMATAN ITU ADALAH KARYA ALLAH, BARU SESUDAH ITU KERJA-SAMA DARI PIHAK MANUSIA. Tetapi dalam praktik atau kenyataannya, begitu Allah menganugerahkan iman kepada manusia, begitu juga manusia harus aktif menjawabnya. Kata pepatah Jerman, "Gabe ist Aufgabe," yang artinya "Anugerah itu adalah suatu tugas." Dari uraian di atas menjadi jelas bahwa tidak benar, jika orang katolik dicurigai sebagai penganut paham "keselamatan karena perbuatan, bukan karena iman." Agak mengherankan mengapa perbuatan-perbuatan baik yang diusahakan orang katolik cepat dicurigai. Asal orang mengerti dengan baik skema di atas, tidak ada bahaya orang jatuh ke paham "kesela-matan karena perbuatan." Untuk menjaga diri dari bahaya semacam itu, setiap kali kita selesai berbuat baik, janganlah kita mengira bahwa kita berhak menuntut ganjaran dari Tuhan, melainkan dengan rendah hati berkata kepada Tuhan, "Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan" (Luk 17:10). Ayat 2: 38

"Budi baru" bdk Ef 4:23-24; 1:17. Budi baru itu tentunya sama dengan budi/pikiran yang disesuaikan engan pikiran Kristus. Paulus dapat berkata, "Tetapi kamimemiliki pikiran Kristus" (1 Kor 2:16).

SEPAK TERJANG RASUL PAULUS SEBAGAI PEWARTA KRISTUS Paulus dan Karya Pewartaannya

KELAS PERSIAPAN ATAS 2006 – 2007 SEMINARI MENENGAH SANTO PETRUS CANISIUS MERTOYUDAN – MAGELANG -------------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB I LATAR BELAKANG KEHIDUPAN PAULUS A. Latar Belakang Geografis Paulus yang sebelumnya bernama Saulus lahir di Tarsus, sebuah kota besar. Tarsus merupakan ibukota Silisia, daerah yang memiliki pemandangan alam indah, merupakan persimpangan jalan di dataran Silisia, dilingkungi oleh puncak-puncak pegunungan Taurus yang diselimuti salju dan dihubungkan ke Laut Tengah oleh Cyndus. Kota Tarsus merupakan kota perdagangan dan kota peradaban yang mempertemukan budaya Timur dan Barat. Tarsus juga terkenal sebagai kota pengajaran, dalam dunia fisafat Tarsus bersaing dengan Atena dan 39

Iskandaria. Pada zaman Saulus, di Tarsus dan di seluruh daerah Timur lainnya, sejumlah besar Agama sedang bergulat dalam sinkretisme. Pergulatan ini sangat keras dan membingungkan. Umat tergila-gila akan kehidupan mistik. Kegilaan ini nampak ketika mereka mendengar suara tambur dan seruling, ketika mereka berkumpul di hadapan tiang korban baal yang tua dari Tarsus dibakar tiap tahunnya, dalam penghormatan sapi jantan dan upacara-upacara lain yang diadakan. Di kota ini orang-orang Yunani berkuasa namun ada juga orang-orang Yahudi yang tinggal di sana. Orang-orang Yahudi yang tinggal di sana berpusat di sinagoga-sinagoga seperti di kotakota besar lainnya di Laut Tengah tetapi mereka tidak tertutup. Mereka mengambil peran dalam setiap segi kehidupan di sana, juga dalam pemerintahan. Mereka adalah orang yang bersemangat dalam memperkenalkan agama mereka. Di kota seperti itulah Saulus dibesarkan maka tidaklah aneh bila Saulus menjadi orang yang mudah menerima gagasan atau pendapat. Perkembangan kepribadiannya tidak bisa dipisahkan dari latar belakangnya yang bersemarak ini, dengan percampuran suku-suku bangsa, agama, dan kelas kelas sosial. Saulus memiliki watak yang rumit, watak ini merupakan seberkas sifat-sifat yang kontras. Ia bertingkah laku penuh keyakinan seperti anak kota pada umumnya. Bakatbakatnya dalam berorganisasi dan kecintaannya pada pergumulan, bersamaan dengan nada senda gurau dan sindiran yang cerdik, merupakan senjata yang tak ternilai bagi seorang penentang seperti Saulus. Sampai akhir hidupnya, ia tetap mempertahankan semangat bersenda guraunya yang kadang-kadang menjadi sarkasme apabila ia mencaci maki musuhmusuhnya atau orang-orang yang terlalu mudah percaya. Di dalam diri Saulus kita temukan sebuah kontras lagi, yaitu: bahwa dalam tubuhnya yang lemah dan berpenyakit menahun itu tersembunyi watak seorang jago gulat dan serdadu. Meskipun begitu Saulus selalu dicengkeram oleh rasa was-was. Jelas ia tidak pernah lepas dari ketegangan syaraf yang biasanya diderita oleh orang kota dan olahragawan gigih. Ia menonjol dalam kegesitan dan kecakapan otaknya, sangat peka dan bukan main cepat bereaksi. Dia seorang pemimpin yang setia kepada tradisi tetapi juga sangat kreatif. Dia pandai memikat orang-orang, dan ini tampak dalam surat-suratnya. Menjadikan ia tampak hadir bersama suratnya. Saulus adalah seorang yang beremosi kuat. Maka tidaklah mengherankan bila sifat ini memberi kesan bahwa tulisan-tulisan Saulus bertentangan dengan dirinya sendiri, bahwa kalimatnya sepintas tidak sesuai dengan pendapatnya. Saulus berbakat untuk menciptakan kalimat-kalimat yang mudah dihafalkan; ia sanggup memperingkas iman kristen yang masih muda usianya dalam rumusan-rumusan yang ringkas. Hal itu membuat para pembacanya kadang-kadang bertanya pada diri sendiri, apakah dengan berpegang pada ayat-ayatnya yang 40

bernada keras itu mereka tidak tersesat dalam cara berpikir yang terlalu picik dan ringkas?

B. Seorang Farisi Diaspora35 Saulus dari Tarsus adalah seorang Yahudi. Tradisi seperti yang dikutip oleh santo Hironimus, mengatakan bahwa orang tuanya berasal dari Giskala, di Galilea. Mereka termasuk suku Benyamin. Suku Benyamin di jaman dahulu terpilih untuk menurunkan seorang raja bagi Israel, yaitu Raja Saul, raja orang Yahudi yang pertama. Nama Saul ini pulalah yang diberikan kepada anak ini pada hari sunatnya. Sesuai dengan adat kebiasaan di situ, ia juga mendapat nama kedua, nama Yunani, yaitu Saulus. Keluarga orang-orang Yahudi Galilea yang merantau ke daerah-daerah di tepi sungai Cyndus jelas sudah memperlihatkan kesanggupan mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka yang baru ini. Hal ini jelas dari kenyataan apabila seorang anak lahir, ia tergolong lingkungan saudagar-saudagar yang cukup berada, sejenis golongan menengah di Propinsi Roma ini. Terlebih lagi, mereka mendapat kewarganegaraan Romawi, hak istimewa yang memungkinkan pemiliknya menikmati hak-hak kewarganegaraan sepenuhnya, mereka dapat dipilih menjadi magistrat dan memiliki hak-hak istimewa dalam persoalan kehakiman, khususnya hak memohon pada kaisar untuk lepas dari tuduhan. Saulus dapat menggunakan hak ini. Dengan demikian nasibnya menjadi lebih baik dibandingkan dengan nasib orangorang sebangsanya. Memang hak dan wewenang yang dimilikinya melebihi yang dimiliki oleh rekan-rekan sesama Yahudi. Saulus dibesarkan dalam suasana Yudaisme paling murni, didasari iman yang utuh dan mendalam. Keluarganya termasuk mashab Farisi, dan ini merupakan kenyataan dasar dalam hidupnya. Saulus senantiasa membanggakan keluarganya dan meletakkannya di tempat paling atas. Dalam kotbah-kotbah serta surat-suratnya, ia mempertahankan keaslian Yahudi, sebagai nenek moyangnya, serta membanggakan adat Yahudi sebagai adat yang ketat. Dia disunat tujuh hari setelah kelahirannya sesuai dengan perintah hukum. Saulus keturunan Abraham. Dari keturunan ini ia termasuk bangsa Israel. Di dalam bangsa Israel ia termasuk suku bangsa Benyamin dan di dalam suku bangsa ini dia termasuk mashab Farisi. Mashab Farisi terkenal sebagai mashab yang keras dan tekun beribadat. Di dalam mashab Farisi inipun Saulus terkenal sebagai mashab yang keras dan tekun beribadat. Di dalam mashab Farisi ini pun Saulus masih menunjukkan keistimewaan dirinya, yaitu dengan perkembangan rohani yang mengagumkan dan dengan usaha gigih yang tak kunjung layu meskipun menderita penganiayaan. 35

Diaspora : orang Yahudi yang tersebar ke mana-mana. Sejarah mencatat tersebarnya orang Yahudi yang terjadi secara besar-besaran. Pertama pada tahun 586 aebelum masehi. Pada waktu itu Nebukadnezar merusak Yerusalem dan membuang bangsa Yahudi ke Babilonia. Kedua, ketika angkatan bersenjata Romawi di bawah pimpinan Titus, pada tahun 70 membinasakan Yerusalem dan membuat orang Yahudi tersebar ke seluruh dunia.

41

Berkat pengaruh dari keluarganya, Saulus menjadi seorang Farisi yang tulen, yang mempunyai sifat puas akan keadaan diri sendiri sehingga hampir merupakan kesombongan. Orang-orang Farisi, lawan dari aristokrat-aristokrat Saduki, merupakan kelompok yang terkenal. Mereka progresif dalam ajaran, tetapi kolot dalam hal moral. Mereka mengajarkan taurat di serambi-serambi bait Allah, di sinagoga dan di sekolah-sekolah dan di tempattempat ahli taurat mendapat pendidikan. Pengalaman luas serta kesanggupan intelektual untuk membeda-bedakan secara teliti sekali membuat mereka sanggup memperkembangkan sistim kasuistik36, dan mempertahankan tradisi serta membuat hukum lisan mempunyai kekuatan sama seperti hukum tertulis yang diberikan kepada Musa oleh Allah. Karena kesalehan rakyat lekas menjadi pudar, maka mereka mendapat julukan “orang-orang yang terpisah”, atau Farisi. Mereka menjadikan nama ini sebagai tanda kemasyuhran mereka. Yesus mencela formalitas serta kemunafikan yang merata di kalangan orang-orang Farisi ini. Akan tetapi bagaimanapun juga harus kita akui pula bahwa di tengah-tengah mashab ini terdapatlah nilai-nilai spiritual yang sejati. Seperti setiap anak Yahudi, pelajaran membaca bahasa Ibrani dimulai di rumah, di sekolah Yahudi di kota Tarsus dan di tempat remang di dalam sinagoga-sinagoga. Waktu pelajaran, ia membuka gulungan megiloth, atau gulungan berbentuk kecil terdiri dari kulit binantang yang sudah dikeringkan dan bertuliskan bagianbagian dari kitab Lewi, buku utama tentang hukum agama, dan antologi Pentateukh. Pada jaman Saulus, bahasa Ibrani hanya dipergunakan sebagai bahasa buku. Sejak bangsa Yahudi hidup di pembuangan di Babilonia, bahasa itu tidak dipergunakan di dalam percakapan sehari-hari. Bahasa Ibrani telah menjadi bahasa suci, bahasa liturgi, suatu bahasa yang dipergunakan hanya di dalam ibadat. Kalimat-kalimat Kitab Suci dibaca dalam bahasa Ibrani, lalu diterjemahkan dan diterangkan, dalam bahasa Aram bagi umat Yahudi Palestina, atau dalam bahasa Yunani bagi umat Yahudi diaspora. Memang, 2000 tahun yang lalu, seluruh kitab suci telah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani bagi orang-orang Yahudi di Mesir. Versi ini dikenal sebagai septuaginta, dibaca dan diterangkan di semua sinagoga-sinagoga Yahudi di laut tengah. Inilah kiranya persiapan Perjanjian Baru yang dilaksanakan oleh penyelenggara illahi karena naskah-naskah Kitab Suci yang terakhir juga ditulis dalam bahasa Yunani tersebut. Setiap ayah Yahudi memusatkan perhatian pada pendidikan Kitab Suci bagi anakanaknya. Setiap orang Yahudi adalah pemilik kitab. Bahasa Ibrani, Aram dan Yunani menjadi alat intelektual yang penting bagi seseorang anak; lebih-lebih karena masyarakat Timur sudah menunjukkan kemampuannnya untuk menguasai bahasa-bahasa dengan mudah sekali. Bahasa Yunani menjadi bahasa percakapan Saulus. Memang, bahasa Yunani ini bukan Yunani klasik, belum juga bisa dikatakan bahasa Yunani antik, bahasa yang merupakan peninggalan segelintir ahli-ahli di universitas. Saulus berbicara bahasa Yunani daerah yang 36

Kasuistik : semacam seni untuk menentukan salah atau benarnya suatu tindakan pada saat tertentu, bilamana saat itu sukar ditentukan atas dasar kaidah-kaidah umum yang ada.

42

dipelajarinya baik selama ia menuntut ilmu dan tahu tentang naskah-naskah Kitab Suci Septuaginta, maupun karena ia bermain-main dengan kawannya di jalanan. Perjalanan-perjalanan yang kerap ia lakukan, perjumpaan-perjumpaannya dengan pembicara-pembicara terkenal, perdebatan-perdebatannya dengan orang-orang Yahudi di sinagoga-sinagoga dan pertentangan-pertentangannya dengan lawan-lawan yang tak mau kalah, semuanya memperkaya bahasa Yunaninya. Memang Saulus bukan ahli bahasa Yunani. Bahasanya hanya setaraf dengan bahasa seorang yang mendapat pendidikan di abad pertama; sanggup mendiskusikan soal-soal serius, tanpa mengusahakan atau memperhitungkan soal keindahan bahasa. Akhirnya Saulus benar-benar menguasai bahasa ini. Dia mampu mempergunakan perbendaharaan kata yang beraneka ragam; dia mengetahui lika-liku kalimat agar dapat mengungkapkan maksudnya dengan tepat. Ia tidak segan-segan mempergunakan istilahistilah baru. Seorang pemuka kesusasteraan Yunani berkata bahwa Saulus memperlihatkan bahwa ia sanggup menggunakan bahasa ini dengan kemahiran seorang pengarang besar. Kecerdasannya menutup kekurangannya dalam perbendaharaan kata. Meskipun bahasa Demostenes mungkin lebih murni, namun tulusan-tulisannya tidak lebih menggairahkan dari pada beberapa kalimat si pembuat kemah ini. Mengingat bahwa Saulus harus menciptakan bahasa teologi di dalam Gereja, halangan-halangan yang harus dihadapinya dalam bidang ini patut dihargai. Sebenarnya perbendaharaan kata yang dimiliki oleh Saulus terlalu miskin untuk mengungkapkan pengertian religius. Kerap kali terjadi bahwa satu-satunya jalan keluar dari kemiskinan perbendaharaan katanya ialah menyatukan atau menggabungkan peribahasaperibahasa yang artinya sama atau dengan menjejal-jejal banyak gagasan ke dalam satu kata saja. Beberapa kalimat Saulus tidak bisa diterjemahkan. Paling-paling orang hanya dapat menguraikan gagasan-gagasan Saulus yang dipadukan secara cemerlang dalam satu pengertian. Sebenarnya Saulus tidak perlu merasa rendah diri terhadap orang-orang Kristen di Korintus yang membanggakan diri sebagai penggemar sastra. Sebenarnya Saulus tidak perlu meminta maaf karena kata-katanya bukan kata-kata yang gemilang (1Kor 2; 1, 4; 2Kor 11,6). Kenyatannya orang-orang tidak fasih ini telah disebut seorang yang unggul dalam Hellenisme. Ibu Saulus telah berhasil mengajarnya berdoa. Orang Yahudi dilahirkan untuk berdoa. Rumusan-rumusan Kristen Saulus merupakan susunan teratur yang diambilnya dari Kitab Suci. Hal ini membuktikan bahwa suasana kesucian dari cinta kasih Allah memenuhi masa kanak-kanaknya. Kitab Suci dan seluruh kesusasteraan Yahudi dipenuhi dengan doa-doa dan menjadi tema hidup sehari-hari bagi orang Yahudi, dan membuatnya selalu dekat dengan Allah. Mazmur-mazmur apokrif Sulaiman, yang disusun dengan cucuran air mata bangsa yang berpegang teguh pada pengharapan, serta madah-madah yang dinyanyikan di biara 43

Qumran, menunjukkan bahwa segelintir orang-orang yang penuh semangat, doa berkembang menjadi menjadi aliran mistik. Yudaisme telah menjadi agama yang terdiri atas doa-doa. Demikianlah Saulus menjadi Farisi sejati. Di masa Saulus, kaum Farisi merupakan orang yang puas akan keadaan diri sendiri, dan merekalah yang secara terus terang dicaci-maki oleh Yesus. Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia dan Roma, Saulus menjelaskan betapa ia terkejut setelah sadar akan kekurangan-kekurangan orang Farisi. Di dalam surat-surat itu pula Saulus menuliskan betapa rendah dirinya dan kesediaannya mengharapkan apa pun juga dari Allah. Karena sampai sekarang dia yakin bahwa ia Farisi sejati , orang yang tak bercela, putera Abraham, yang merasa pasti bahwa akan deselamatkan karena tidak berhutang sedikit pun kepada Allah.

C. Latar Belakang Pendidikan Yerusalem sejak masa pemerintahan Raja Daud merupakan kota suci bagi Yudaisme, pada zaman Saulus telah menjadi kota universitas. Ke kota itulah anak-anak orang kelas menengah pergi melanjutkan studi serta menyelesaikan pendidikan mereka. Setelah berumur lima belas tahun, Saulus beserta keluarganya pergi juga ke tempat itu. Saulus sendiri menceritakan sebagian kecil riwayat hidupnya: “Aku orang Yahudi, dilahirkan di Tarsus di Silisia, tetapi diasuh di kota ini (Yerusalem). Aku dididik dengan seksama di bawah bimbingan Gamaliel, dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang penuh gairah bekerja bagi Allah dan sama seperti kamu sekarang ini.” (Bdk. Kis.22:3) Kita tahu sedikit tentang Gamaliel. Santo Lukas memperkenalkan kepada kita kalam kisah para rasul sebagai “ahli taurat bernama Gamaliel yang sangat dihormati”(Kis. 5:33). Kisah para rasul juga mencatat pidatonya yang tidak menentang para rasul. Hal ini mungkin terjadi karena Saulus tetap setia kepadanya. Saulus tidak meninggalkan ajaran-ajaran gurunya, bahkan dengan senang hati menyesuaikan dengan keadaan yang baru. Rabbi Gamaliel merupakan pengganti Rabbi Hillel yang terkenal. Ia mewarisi pendirian seta pandangan Hillel dan ia seorang liberalis yang cemerlang. Orang-orang Yahudi dan Kristen sama-sama menghargai ajaran-ajarannya, dan tentang Tentang Gamaliel dikatakan bahwa sejak kematiannya kehormatan taurat telah lenyap dan tiada lagi kemurnian dan pantangan. Saulus selama bertahun-tahun belajar pada Rabbi Gamaliel, duduk di kaki gurunya dan mendengarkan madah-madah yang dinyanyikan secara teratur. Saulus mendapat pelajaran yang tingi untuk memahami kitab suci dan dengan demikian menemui lebih banyak persoalan rumit mengenai tafsiran-tafsiran. Untuk menerapkan hukum Allah ke dalam jumlah besar persoalan-persoalan konkrit di masa itu, rabbi-rabbi Yahudi terus menambah hukum Allah ini dengan yurisprudensi-yurisprudensi, yaitu hukum lisan yang benar-benar berlaku sebagai hukum. Hukum lisan ini dianggap memiliki kekuasaan yang sama seperti hukum tertulisnya. Kekuasaan ini adalah wewenang illahi. Bagaimanapun juga hukum lisan merupakan tafsiran-tafsiran hukum Musa. Tugas eksegese melelahkan ini mungkin 44

menghabiskan hampir seluruh waktu Saulus antara tahun 20-25, yaitu dengan tugas-tugas meneliti kata-kata kitab suci agar mengetahui artinya yang tersembunyi untuk menyelesaikan soal-soal yang tak berarti. Pendidikan yang dijalaninya ini tentu mempengaruhi hidup Saulus, lebih-lebih di bidang mempertahankan ajaran. Tetapi latihan di bidang intelektual memberikan dorongan untuk mencintai ketangkasan dialektis serta membuat tafsiran-tafsiran gilang-gemilang untuk menyusun antitesis dan pernyataan-pernyataan yang memberikan alasan-alasan tepat dan penjelasan-penjelasan yang mengena dengan melontarkan kutipan-kutipan kitab suci. Dahulu Saulus tentu merupakan lawan yang bersemangat di dalam diskusi-diskusi bersama para rabbi dan murid-murid mereka. Dengan gigih ia turut melawan “penyelewengan-penyelewengan” yang dilakukan oleh Yesus dari Nasaret. Ini semua karena Saulus adalah seorang yang pandai, berkehendak kuat serta sangat perasa, unggul dalam hal tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang. Tentunya perlawanan ini dilakukan dengan penuh semangat pula. Rupanya Saulus tidak berada di Galilea semasa Yesus mewartakan ajaranNya. Saulus telah kembali ke Tarsus untuk melengkapi pendidikannya dalam bidang perdagangan, seperti dilakukan juga oleh setiap rabbi. Ia memilih belajar membuat kemah. Sesudah Tuhan Yesus disalib di Golgota, Saulus kembali ke Yerusalem. Kericuhan yang ditimbulkan oleh Yesus belum reda. SabdaNya, perbuatanNya, tuntutanNya yang gila masih merupakan pokok pembicaraan orang-orang di Yerusalem. Para peminat ajaran Yesus semakin banyak mengikuti ajaran para rasul. Kelompok yang terbentuk itu tidak diam saja, mereka berusaha sekuat tenaga dan matimatian agar diakui bahwa misteri Kristus sudah dinubuatkan serta diterangkan dalam kitab suci. Mereka menaati taurat dengan cermat dan pergi ke bait Allah untuk berdoa, mereka juga berkumpul di rumah biasa, di muka umum mereka senantiasa mengajukan persoalan mengenai Yesus. Di mata mereka Yesus adalah Mesias. Barang siapa percaya padaNya, pada wafatNya serta kebangkitanNya keselamatannya akan terjamin. Saulus sebagai mahaguru muda segera menetukan sikapnya terhadap persoalan yang melawan hukum. KematianNya sudah membuktikan hal itu. Saulus menganggap perlu untuk menghentikan dengan segera gerakan-gerakan berbahaya yang dilakukan oleh orang Galilea yang tak berpendidikan itu. Mereka mencemarkan orang Yahudi. Saulus marah dan menjadi benci kepada mereka, setelah terlibat beberapa kali pertengkaran, Saulus secara langsung ikut terlibat dalam pengejaran orang Kristen. Dia yakin bahwa kemuliaan Allah serta kelangsungan hidup Yudaisme sedang terancam bahaya. Saulus masih terlalu muda untuk ikut dalam tragedi pembunuhan Stefanus. Meskipun begitu ia menyetujui pembunuhan itu dan ia berdiri menjagai pakaian-pakaian para korban. Tak lama kemudian ia terjun ke dalam gerakan pengejaran dan menjadi orang yang paling 45

ditakuti jemaat kristen di Yerusalem. Saulus tidak tanggung-tanggung mengejar mereka yang tersebar di segenap penjuru Yudea dan Samaria. Ia memasuki rumah ke rumah dan menangkap banyak orang baik laki-laki maupun perempuan dan memasukkannya ke penjara(Kis.8:3). Begitulah ia berkobar-kobar mengejar orang kristen dan sangat antipati dengan mereka.

D. Tanggapan dan Refleksi Seperti manusia pada umumnya, karakter Saulus sangat dipengaruhi oleh tempat dimana ia dilahirkan, latar belakang keluarga, karakter budaya dan pendidikannya. Karena lahir di sebuah kota besar yang bernama Tarsus ia menjadi seorang anak kota yang pandai berorganisasi. Karena lahir dari sebuah keluarga Yahudi yang saleh, ia memiliki kebanggaan dan kecintaan terhadap tradisinya. Ditambah lagi kehadiran Gamaliel dalam pendidikannya, membentuk Saulus menjadi seorang ahli hukum dan Kitab Suci mendarah dagingkan tradisi dalam hidupnya. Begitulah bagaimana latar belakang berperan besar dalam membentuk hidup seseorang. Apakah latar belakang kita yang menbentuk kita menjadi kita sekarang? Apakah latar belakang tersebut mendukung kita dalam menghayati panggilan hidup kita?

BAB II PERTOBATAN PAULUS DAN PENGENALAN AKAN KRISTUS A. Pengantar Pertobatan Paulus Saulus adalah seorang Yahudi yang taat. Dengan melihat kehidupannya sebelum mengenal Kristus, kita tahu bahwa ia sangat memusuhi orang-orang Kristen. Salah satu buktinya adalah kematian martir pertama yaitu St. Stefanus. Menjadi hal yang menarik bagi kita ketika seorang Saulus yang begitu membenci umat Kristus bisa berbalik arah dari penganiaya Kristus menjadi pewarta Kristus. Ia menjadi pewarta Kristus di tengah-tengah umat Yahudi dan bahkan di tengah orang-orang kafir yang masih menganut paganisme. Sebuah pengalaman dalam hidup Saulus membawanya dalam kehidupan baru sebagai murid yang tertangkap Kristus. Rahmat ilahi melalui sapaan Yesus Kristus yang membutakan matanya telah mengubah Saulus pada suatu saat yang tak terduga karena pada saat itu dia justru sedang melancarkan penganiayaan terhadap murid-murid Yesus dari Nazaret yang dibencinya itu, yang sedang berkumpul di Damaskus. “Rencana-rencana penumpasan berdarahnya itu” disusunnya “dengan kuasa penuh dan atas perintah para imam agung” (Kis 26:12). Berkat kejadian di depan pintu gerbang Damaskus itulah Saulus menjadi petugas Kristus yang tidak kenal letih. Semuanya ini dilakukan sebab “Cinta Kristus terus 46

mendorongnya” (2 Kor 5:14) sebab dia adalah “pembantu Allah” dan “pewarta Kristus”. Kristus inilah yang telah menyerahkan hidupnya untuk semua orang, tanpa membedabedakan warna kulit atau suku bangsa, tanpa memperhatikan pendidikan dan latihan yang pernah diterima orang. Dan rasul inipun rela mempertaruhkan segala-galanya, sampai dirinya sekalipun, untuk kepentingan semua orang. (2 Kor 12:15) Cita-cita yang luhur ini diperjuangkan Paulus tanpa henti selama tiga puluh tahun dan dimeterainya dengan pertumpahan darahnya sendiri secara perkasa. Meski ia harus mati hingga dipenggal kepalanya di Roma, iapun tak pernah merasa takut. Ia mau bangkit dari kedosaannya untuk berani menuju panggilan Yesus Kristus untuk melayaniNya. Walaupun tak ada bukti bahwa Paulus pernah mengenal Yesus pada masa pelayanan Yesus di dunia ini (2 Kor 5:16 hanya mengacu 'menilai menurut ukuran manusia'), saudarasaudaranya orang Kristen (bdk Rm 16:7) dan pengalamannya bersama dengan Martir Stefanus (Kis 8:1) pasti mempunyai dampak dalam hatinya. Pertanyaan Yesus yang sudah dimuliakan dalam Kis 26:14 mengacu pada pengertian di atas. Dampak perjumpaan Saulus dengan Kristus yang sudah bangkit memberikan bukti yang melimpah, bahwa hal itu dialami oleh akal sehat dalam kesadaran yang mantap; dan hal itu jelas dapat ditafsirkan, seperti yang dialami oleh Lukas, mutlak sebagai mukjizat, yang mengubah musuh Kristus menjadi rasulNya.37 Pertobatannya menjadi titik tolak karyanya yang akhirnya menguasai Roma yang merupakan pusat dunia pada saat itu. Dalam bab ini kisah pertobatan Paulus akan diulas bagaimana awal dan perjalanannya sehingga ia betul-betul mengenal Yesus Kristus dan mewartakan-Nya walaupun ia belum pernah melihat Yesus secara langsung.

B. Pengenalan Akan Kristus 1. Peristiwa dalam perjalanan ke Damsyik Saulus cukup dikenal oleh umat Kristen pada saatDalam perjalanan menuju Damsyik, pada waktu tengah hari, tiba-tiba sebuah cahaya yang membutakan mata bersinar mengelilingi Paulus dan teman-temannya. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah suatu suara berkata kepadanya, "Saul, Saul mengapa engkau mengani-aya Aku?" Jawab Saulus: "Siapakah engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kau aniaya itu. Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat." (Kisah Para Rasul 9:4-6) Paulus berdiri dari tanah dan mendapati dirinya buta. Beberapa anak buahnya menuntun dia dan membawanya ke Damsyik. Selama tiga hari lamanya dia tidak dapat melihat dan tidak makan ataupun minum. Pengalaman ini mengubah Paulus sepenuhnya. Sekarang orang Farisi yang sombong ini berubah menjadi seorang yang sakit, gemetar, meraba-raba dan bergantung pada tangan orang lain yang menuntunnya sampai 37 Tom Jacobs; Rasul Paulus; Yogyakarta : Kanisius, hal 9-13

47

ia tiba di Damsyik. Ia pergi ke rumah Yudas dan langsung masuk ke kamarnya. Di sana ia tinggal selama tiga hari tanpa makanan dan minuman. Selama tiga hari itu Paulus berdoa dan berpuasa. Seluruh hidupnya telah berubah setelah pertemuannya dengan Kristus. Sekarang dia harus membangun kembali kehidupannya di dalam Kristus.38 Tuhan, yang bekerja di dalam segala sesuatu, menangkap Paulus pada waktu yang tidak pernah diperkirakan, karena pada saat itu dia justru sedang melancarkan penganiayaan terhadap murid-murid tokoh dari Nazaret yang dibencinya itu, yang sedang berkumpul di Damaskus. “Rencana-rencana penumpasan berdarahnya itu” disusunnya “dengan kuasa penuh dan atas perintah para imam agung” (Kis 26:12). Maksudnya supaya supaya “semua penganut Kristus yang dijumpainya, pria maupun wanita, ditangkap dan dibawa ke Yerusalem” (Kis 9:2). Penyiksa Kristus itu menjawab “Apa yang harus kuperbuat,Tuhan?” Lalu suara Tuhan menjawab, “Bangunlah dan teruskanlah perjalananmu ke Damaskus, di sana nanti akan disampaikan kepadamu segala sesuatu yang harus kaukerjakan” (bdk Kis 22:7-10). Cahaya yang dilihat oleh Saulus membuat matanya buta, sehingga ia harus dituntun oleh teman-temannya menuju tempat yang diperintahkan Tuhan. Setibanya di rumah Yudas, ia tinggal dan berpuasa di sana tiga hari lamanya sampai akhirnya ia dibaptis oleh Ananias. 2. Siapa Ananias Ananias adalah seorang murid di antara banyak orang Kristen di Damsyik. Dia dikasihi dan dihormati oleh semua orang yang mengenalnya. Ananias mendapatkan sebuah penglihatan dari Allah dan diperintahkan pergi ke rumah Yudas untuk menemui Saulus dari Tarsus. Ananias merasa sangat takut karena ia telah mendengar tentang semua kejahatan yang telah dilakukan Saulus terhadap orang- orang Kristen.39 Ananias mungkin sudah tahu kalau Saulus datang ke Damsyik dengan tujuan yang sama seperti yang ditakutkannya. Namun Tuhan meyakinkan Ananias bahwa ia harus pergi, sehingga ia pun pergi mengunjungi Saulus. Kemudian Ananias menumpangkan tangannya ke atas kepala orang Farisi muda ini dan berkata, "Saulus, saudaraku." dan memberitahukannya bahwa Yesuslah orang yang telah menampakkan diri dalam penglihatannya. Kemudian terbukalah mata Paulus dan ia menerima anugerah Roh Kudus. Setelah itu dia dibaptis oleh Ananias.40 Saat itu juga ia mengubah namanya menjadi Paulus. 3. Panggilan Kristus Kejadian dalam perjalanan Saulus ke Damsyik membuat Saulus mulai mendengarkan Kristus dan melakukan perintah-perintah Yesus. Karyanya yang 38 Ibid 39 Tom Jacobs; Rasul Paulus; Yogyakarta : Kanisius, hal9-13 40 Ibid

48

menggebu-gebu muncul demi cintanya yang menjadi balasan atas cinta Tuhan Yesus Kristus yang terus mengobarkan semangatnya. Hampir tiga puluh tahun lamanya ia berkeliling dan berkarya mewartakan Yesus Kristus yang wafat demi menebus dosa manusia. Ia rela mengorbankan apapun bahkan nyawanya sekalipun demi Kristus yang telah memanggilnya. Dengan demikian ia mampu melakukan hal-hal yang berat. Walaupun tak ada bukti bahwa Paulus pernah mengenal Yesus pada masa pelayanan Yesus di dunia ini (2 Kor 5:16 hanya mengacu 'menilai menurut ukuran manusia'), saudara Kristen-nya (bdk Rm 16:7) dan pengalamannya bersama dengan Martir Stefanus (Kis 8:1) pasti mempunyai dampak dalam hatinya. Pertanyaan Yesus yang sudah dimuliakan dalam Kis 26:14 mengacu pada pengertian di atas. Dampak perjumpaan Paulus dengan Kristus yang sudah bangkit memberikan bukti yang melimpah, bahwa hal itu dialami oleh akal sehat dalam kesadaran yang mantap; dan hal itu jelas dapat ditafsirkan, seperti yang dialami oleh Lukas, mutlak sebagai mujizat, yang mengubah musuh Kristus menjadi rasul-Nya.41

4. Pertobatan a. Tugas dan tantangan bagi Paulus Paulus sudah dikenal sebagai penyiksa umat Kristen paling wahid di seantero bangsa Yahudi. Pertobatannya membawa titik tolak dalam hidupnya sehingga ia berubah 180o kepada Kristus. Latar belakang hidupnya membuatnya sulit diterima sebagai anggota Gereja pada saat itu. Selain itu Saulus yang biasa “berburu” itu juga seorang Yahudi yang amat taat. Namun kini ia menjalankan tugas sebagai pengkhotbah di hadapan orang banyak untuk mewartakan Kristus. Tentunya perubahan drastis macam ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi Paulus. b. Pergulatannya dengan komunitas para rasul Tantangannya semakin jelas ketika ia dihadapkan pada para rasul Yesus yang juga sangat mengenal Paulus sebagai pemburu umat Kristiani. Awalnya Petrus mulai memahami Paulus, namun ketika terdengar kabar miring bahwa Petrus bergaul dengan pemburu umat Kristen Petrus menarik lagi relasinya dengan Paulus. Paulus awalnya kecewa namun ia terus mengusahakan relasi yang baik dengan para rasul. Perlahan-lahan ia mulai diterima sebagai salah satu rasul yang dianggap cukup berjasa oleh Gereja pada saat itu, bahkan sampai saat ini. c. Rahmat Allah dalam karya Paulus Rahmat Allah sudah nampak sejak pertama kalinya Saulus bertemu dengan Yesus dalam rupa cahaya yang menyilaukan dan membutakannya selama hampir tiga 41 Tom Jacobs; Rasul Paulus; Yogyakarta : Kanisius, hal

49

hari. Pamornya sebagai penyiksa Kristus membuatnya sulit diakui sebagai pewarta Kristus. Namun berkat rahmat Allah ia bisa menjalankan tugas-tugasnya dalam setiap karyanya. Surat-surat yang ia tulis adalah salah satu dari bukti bahwa Allah menyinari akal budinya dengan terang Roh Kudus, sehingga ia bisa menulis surat yang mampu menyentuh hati para pendengarnya. Dalam rahmat Allah pula, Paulus mampu melihat situasi dan keadaan jemaat pada saat itu, sehingga surat-surat yang ia tulis bisa menjadi pesan-pesan yang aktual di tengah jemaat Gereja.

C. Tanggapan dan Refleksi Kita dapat melihat proses pertobatan yang dialami oleh Rasul Paulus sebagai murid Kristus. Ia dipanggil untuk memperjuangkan Kristus justru bukan dari kelebihannya, namun sebagai seorang pendosa yang mau bertobat. Ia mau sembuh dari kebutaannya lalu ia berani untuk mewartakan Kristus meski ia harus berbagai tantangan dan hambatan baik dari dalam diri maupun luar dirinya. Dia tak pernah menyerah karena ia yakin bahwa Kristus ada di dalam dirinya dan ia ada dalam Kristus. Bagi Paulus sendiri, “Hidup adalah Kristus dan mati adalah

keuntungan.”

Sungguh, penyerahan

hidup

yang total

karena

ia berani

memperjuangkan Kristus walau ia tidak pernah berjumpa Kristus sebelumnya dalam bentuk fisik. Ia sungguh pewarta yang mampu membawa Kristus hingga ke luar Yerusalem menuju Roma, pusat kekafiran dunia saat itu. Hasilnya, Kota Roma yang dulunya merupakan kota kafir sekarang berhasil menjadi kota bermayoritaskan umat Gereja Katolik. Berbagai nilai-nilai reflektif yang dapat kita dalami sebagai umat Kristiani : 1. Seorang pendosa yang dipanggil Setiap orang Kristiani selalu dipanggil Tuhan untuk memperbaiki kehidupannya melalui sakramen tobat. Dalam sakramen tobat ditekankan unsur yang penting yakni pertobatan. Hal ini mengarahkan seseorang untuk berani mengambil sikap metanoia yakni perubahan hidup. Berani mengubah jalan hidup yang selama ini kurang benar ke arah yang lebih baik lagi sesuai kehendak Allah. Melalui dosa manusia menemukan rahmat pengampunan. Melalui penebusanNya kita menemukan kembali rahmat diangkat dari dosa. 2. Menemukan guru sebagai pendamping kehidupan Sama halnya ketika Paulus menemukan Ananias sebagai guru pertobatannya, begitu pula kita dipanggil untuk menemukan seseorang yang akan menjadi pendamping hidup rohani kita. Paulus cukup bahagia dengan adanya Ananias karena ia merasakan mampu untuk membangun kembali hidupnya ke arah yang lebih baik. 3. Mau berjuang sebagai seorang pribadi Kristiani Meski Paulus belum pernah berjumpa dengan Kristus dengan mata dan kepalanya, sampai hari ini kita dapat merasakan buah-buah kegigihannya dalam mewartakan Kristus 50

pada jemaat Kristen di zamannya. Baginya hidup adalah perjuangan yang bertitik tolak pada kasih Allah. Melalui kasih Allah tersebut, ia merasa berani untuk melakukan apa yang dianggap benar dan berguna bagi perkembangan iman umat Kristiani. Ia terus meneguhkan umat dengan berbagai suratnya sehingga melalui nasehat dan wejangannya zaman itu, jemaat dapat terus merasakan kasih Allah yang berkarya dalam diri Paulus. 4. Pertanyaan Reflektif Sebagai murid Kristus zaman ini kita senantiasa dipanggil untuk mau bertobat dari kehidupan keseharian yang kita jalani. Esensi dari tobat ialah mengubah jalan hidup menuju ke arah yang dikehendaki Allah sendiri. Seringkali kita menganggap dosa sebagai sebuah hal yang tabu dan merasa diri sebagai orang yang benar. Jika kita mau menyadarinya, seperti kata-kata Rasul Paulus sendiri, “Di dalam dosa kutemukan banyak rahmat”, kita akan mampu merasakan karya Allah yang selalu mendampingi. Setiap hari kita dipanggil untuk melakukan hal itu namun apakah kita berani untuk menyadarinya?

BAB III PERJALANAN DAN PEWARTAAN MISI PAULUS A.

Perjalanan Misi Pertama Barnabas, Paulus, dan Yohanes Markus, seorang muda dari Yerusalem, memulai pekerjaan mereka dengan berlayar ke Seleukia dan berjalan sepanjang 110 kilometer ke Salamis, di pantai timur Siprus. Di Pafos mereka bertemu dua orang terkemuka, yaitu seorang tukang sihir yang bernama Elimus Baryesus dan Sergius Paulus yang menjadi gubernur pulau itu. Ketika para penginjil itu berusaha memenangkan Sergius Paulus bagi Kristus, Elimus berusaha menghalang-halangi mereka. Akhirnya, Paulus menantang "anak iblis" ini dan membuat mata orang itu buta untuk beberapa saat. Melihat apa yang terjadi, Sergius Paulus merasa sangat takjub dan percaya ajaran Tuhan. Mulai saat inilah Lukas menyebut para pengabar Injil ini sebagai "Paulus dan kawan-kawannya atau Paulus dan Barnabas". 1. Ke Asia Kecil Kemudian Paulus dan kawan-kawannya meninggalkan Pafos dan berlayar ke Perga. Di sana Yohanes Markus meninggalkan kelompok dan kembali ke rumahnya di Yerusalem. Paulus dan Barnabas meneruskan perjalanannya ke Antiokia (di Pisidia). Pada hari Sabat Paulus berkhotbah dan hampir seluruh kota berkumpul bersama-sama untuk mendengar Firman Tuhan. Hal ini membuat jengkel orang-orang Yahudi di sana. 51

Mereka merasa iri dan mulai membantah apa yang dikatakan Paulus. Mereka melawan Paulus dan Barnabas serta mengusir mereka. Setelah itu Paulus dan Barnabas pergi ke Ikonium yang terletak di sebelahtenggara Antiokia dan disana mereka mengajar banyak orang. Banyak orang menjadi percaya dan menerima Kristus. Namun ada juga musuh-musuh di sana yang membentuk suatu kelompok massa dan mengancam untuk membunuh para pengabar Injil ini. Akibatnya, Paulus dan Barnabas terpaksa harus menyingkir dari kota itu. 2. Paulus di Listra Kota tujuan Paulus berikutnya adalah Listra di mana ada janda bernama Eunike yang memiliki seorang anak bernama Timotius. Suami Eunike bukanlah Yahudi dan Timotius belum pernah disunat. Paulus dan Barnabas memenangkan keluarga ini bagi Kristus. Di Listra ada seorang lumpuh sejak lahir yang mendengarkan Paulus berkhotbah. Dia hanya bisa duduk di pinggir jalan di Listra. Paulus melihat bahwa orang ini beriman. Kemudian ia menyuruh orang itu berdiri. Orang itupun segera berdiri dan berjalan. Ketika orang-orang bukan Yahudi melihat kejadian itu mereka menyangka Paulus dan Barnabas adalah dewa-dewa yang menjelma sebagai manusia. Mereka memanggil Paulus dan Barnabas dengan sebutan Zeus dan Hermes (nama dari dua dewa Yunani). Orangorang itu mulai mempersiapkan perayaan yang besar untuk menghormati mereka. Dengan segera Paulus dan Barnabas memberitahukan bahwa mereka bukanlah dewa, dan menjelaskan bahwa mereka hanyalah manusia biasa dan kedatangan mereka ke kota itu untuk memberitakan Firman Tuhan. Kemudian datanglah satu kelompok orang-orang Yahudi yang memimpin suatu massa dan melempari Paulus dengan batu lalu meninggalkannya sebab mereka menyangka dia telah mati. Lalu, datanglah teman-teman Paulus membawanya pergi dari tempat itu. Kemudian, ia dan Barnabas pergi ke Derbe. Sekarang tiba saatnya untuk menyelesaikan pelayanan misi yang pertama dan memulai perjalanan pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang mereka mengunjungi Listra, Ikonium, Antiokia, dan Perga. Paulus dan Barnabas ingin menolong orang-orang itu dalam pekerjaan mereka dan mengumpulkan mereka dalam berbagai jemaat Gereja dan menolong mereka memilih penatua yang dapat bertanggung jawab untuk jemaat-jemaat ini. Mereka mendirikan jemaat gereja di setiap kota dan menetapkan seorang pemimpin sebagai gembala dan guru. 3. Kembali ke Antiokia Ketika tiba di Antiokia, para penginjil itu mengumpulkan para jemaat dan menceritakan semua hal yang telah Tuhan lakukan kepada mereka. Para jemaat yang mendengarkan merasa puas sekali atas laporan para rasul itu. Pekerjaan di antara orang 52

Yunani telah dimulai dengan cara yang luar biasa dan Tuhan telah memberkatinya. Pekerjaan penginjilan Paulus bukan lagi menjadi sebuah angan-angan tetapi merupakan suatu kenyataan yang mulia. Banyak orang Yahudi dan Yunani kini menjadi bagian dari tubuh Kristus. Setelah beberapa lama beristirahat dan mengajar di jemaat Antiokia, pikiran Paulus tertuju lagi kepada pekerjaannya sehingga ia mengusulkan kepada Barnabas agar kembali kepada jemaat-jemaat yang dulu pernah bersamanya. Barnabas ingin membawa Yohanes Markus beserta mereka lagi. Namun, Paulus tidak setuju membawa orang muda yang telah meninggalkan mereka sebelumnya. Jadi Barnabas dan Paulus memutuskan untuk pergi secara terpisah. Barnabas membawa Yohanes Markus berlayar ke Siprus sedangkan Paulus memilih Silas dan memulai perjalanan misinya yang kedua.

B.

Perjalanan Misi Kedua Pertama Paulus dan Silas tiba di Derbe. Kemudian mereka meneruskan ke Listra dan bertemu dengan Timotius Paulus menginginkan supaya Timotius bisa ikut bersama mereka dalam perjalanan ini. Ketika Paulus tiba di Pisidia dia merencanakan untuk pergi ke bagian lain di Asia. Tetapi Roh Kudus tidak mengizinkan mereka pergi ke sana. Oleh karena itu ia berbelok ke utara menuju Frigia dan Galatia. Di tempat ini Paulus dan kawan-kawannya memberitakan Firman Allah dan mendirikan jemaat baru. Kemudian Paulus merencanakan untuk pergi dari daerah ini menuju Bitinia tetapi sekali lagi Roh Kudus tidak mengizinkan mereka ke sana sehingga mereka harus pergi ke arah barat. Kemudian mereka tiba di Troas. Suatu malam ketika mereka di Troas, tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan. Ada seorang dari Makedonia berdiri di situ dan memanggilnya supaya menyeberang ke tanah itu dan menolong mereka. Kemudian mereka mengadakan perjalanan menyeberangi laut menuju ke benua Eropa. Rupanya Lukas bergabung dengan kelompok ini di Troas. 1. Filipi Paulus dan kawan-kawannya tiba di Neapolis dan berjalan sejauh 16 kilometer menuju ke Filipi. Di sana mereka bertemu dengan sekelompok wanita. Salah satu dari mereka adalah seorang penjual kain ungu bernama Lidia. Dia menerima Firman yang disampaikan para rasul dan menjadi seorang Kristen. Dia menunjukkan imannya dengan bersedia dibaptis dan menuntun seluruh anggota keluarganya untuk percaya dan dibaptis. Selama tinggal di kota itu wanita itu meminta Paulus dan rekan-rekannya menjadi tamu dan bersedia menginap di rumahnya. Di tempat itu ada juga seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung yang suka mengikuti Paulus dan kawan-kawannya setiap hari. Dengan hasil tenungannya tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar. Paulus menyembuhkan wanita ini dan dia menjadi seorang Kristen. Melihat harapan mereka 53

untuk mendapat penghasilan lenyap maka marahlah tuan-tuan wanita itu. Lalu mereka menangkap Paulus dan Silas dan membawa mereka ke hadapan penguasa. Paulus dan Silas berkali-kali didera dan dimasukkan ke dalam penjara. 2. Saat dalam penjara Kira-kira tengah malam pada saat Paulus dan Silas sedang berdoa dan menyanyikan lagu puji-pujian bagi Allah tiba-tiba terjadilah gempa bumi yang menggoncangkan seluruh penjara itu. Seketika itu semua pintu terbuka dan terlepaslah semua rantai yang membelenggu setiap orang di penjara itu. Ketika kepala penjara terbangun dari tidurnya dan melihat semua pintu terbuka, ia menyangka para tahanan telah melarikan diri. Oleh karena itu ia berniat untuk bunuh diri namun Paulus mencegahnya. Ia mengantar mereka ke luar dan merasa menyesal atas kejadian semua ini. Pada waktu malam itu juga kepala penjara membawa Paulus dan Silas dan membersihkan luka-luka mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri untuk dibaptis. Kemudian ia membawa Paulus dan Silas ke rumahnya dan menghidangkan mereka makanan. Ia dan seisi rumahnya sangat bersukacita sebab mereka boleh percaya kepada Allah. Pembesar-pembesar kota mengetahui bahwa Paulus dan Silas adalah warganegara Romawi. Mereka menyadari bahwa mereka dalam bahaya karena telah mendera dua orang itu. Walikota itu datang dan meminta maaf kepada Paulus dan Silas lalu menyuruh mereka meninggalkan penjara. Mereka meminta Paulus dan Silas meninggalkan kota itu. Tetapi Paulus dan Silas pergi ke rumah Lidia untuk bertemu dengan saudara-saudara Kristen di sana dan memberi mereka semangat untuk meneruskan pekerjaan mereka di Filipi. 3. Tesalonika Dari Filipi, Paulus dan Silas pergi ke Tesalonika. Selama tiga hari Sabat berturutturut Paulus memberitakan Firman Allah di rumah ibadat Yahudi dan berhasil memenangkan banyak orang Yahudi dan Yunani kepada iman Kristen. Sekali lagi orangorang Yahudi menjadi iri hati dan membuat keributan. Walapun demikian para rasul berhasil mendirikan jemaat yang kuat sebelum mereka diusir ke luar dari kota itu. 4. Berea Dari Tesalonika Paulus dan Silas pergi ke Berea. Orang-orang di sana mendengarkan rasul Paulus dan kemudian mempelajari Kitab Suci untuk membuktikan kebenaran yang dikatakan oleh rasul itu. Banyak orang Yahudi dan Yunani percaya dan menjadi orang Kristen. Ketika orang-orang di Tesalonika mendengar tentang keberhasilan rasul Paulus, mereka marah dan pergi ke Berea untuk mengusir mereka. Lalu Paulus pergi meninggalkan Berea tetapi Silas dan Timotius tetap tinggal di sana. Beberapa teman Paulus membawanya menuju pantai laut dan meneruskan sampai ke 54

Atena. Ketika teman-teman itu pulang ke Berea Paulus mengirimkan pesan untuk Silas dan Timotius supaya mereka secepat mungkin datang ke Atena. 5. Athena Paulus tidak bermaksud untuk memberitakan Firman di Atena namun sekarang ia tidak dapat berdiam diri lebih lama lagi. Ia harus menyatakan kebenaran tentang Tuhan dan Juru Selamat yang sesungguhnya. Paulus mulai memberitakan Firman Allah di rumah ibadat dan pasar. Pada saat ia memberitakan Firman Allah, orang-orang mulai mendengarkannya. Sesudah itu ia dibawa ke dewan kota itu. Ia mengatakan kepada mereka bahwa Allah yang ia kenal adalah Pencipta langit dan bumi dan semua kehidupan dan kekuatan berasal daripadaNya. Selanjutnya Paulus menjelaskan tentang arti pentingnya pertobatan dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah bangkit dari kubur. Saat ia mulai berbicara tentang kebangkitan dari kematian orang-orang itu mulai tertawa dan mengejeknya. Tetapi yang lain berkata. "Kami ingin mendengar engkau berbicara mengenai hal ini lagi”.

6. Korintus Paulus meninggalkan Atena dan pergi ke Korintus yang merupakan kota yang kaya dan kuat tetapi kota ini juga kota yang penuh dengan dosa. Banyak orang Yahudi yang diusir dari Roma oleh kaisar tinggal di kota ini. Salah satu dari orang-orang ini adalah Akwila dan istrinya Priskila. Mereka bekerja sebagai tukang kemah. Ketika Paulus tiba di Korintus ia perlu bekerja kembali supaya dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Karena itulah ia menemui Akwila dan Priskila. Ia tinggal bersama-sama dengan mereka dan setiap hari Sabat ia pergi ke rumah ibadat untuk memberitakan Firman Allah kepada orang Yahudi dan Yunani. Paulus terus bersaksi kepada orang-orang Korintus. Ia memiliki teman-teman baru yang mencukupi kehidupannya dengan bekerja dan memberitakan Firman Allah serta mengajar di mana pun ada kesempatan. Paulus sangat bersukacita ketika Silas dan Timotius datang dari Makedonia. Mereka memberitahukan kepadanya bahwa jemaat di Tesalonika memiliki iman yang teguh. Pekerjaan Paulus di Korintus menjadi semakin kuat sehingga orang-orang Yahudi mulai membuat masalah dengannya lagi. Permasalahan itu begitu besar sehingga Paulus berkata kepada mereka, "Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku bersih tidak bersalah. Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain." Ia pergi ke rumah Titus Yustus yang terletak di sebelah rumah ibadat. Krispus kepala rumah ibadat itu percaya kepada Kristus bersama-sama dengan seisi keluarganya. Suatu malam Paulus menerima sebuah penglihatan dari Allah dan Allah berfirman 55

bahwa Ia akan selalu memberikan perlindungan dan bimbingan kepadanya. Maka Paulus menetap di sana satu setengah tahun lamanya, mengajarkan Firman Allah di tengahtengah mereka. Ketika Galio menjadi gubernur orang-orang Yahudi berusaha mengusir Paulus dari Korintus. Lalu ia dibawa ke hadapan Galio. Di sana orang Yahudi menuduh Paulus telah mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan Hukum Taurat. Tetapi Galio berkata kepada mereka bahwa ia tidak mau mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan agama. Persidangan itu dibubarkan dan orang-orang Yahudi itu diusir keluar. Paulus berada di Korintus selama dua tahun dan ia telah melakukan banyak hal di sana. Ia menyadari bahwa perlu membantu para jemaat supaya mereka menjadi kuat dan tidak goyah maka ia pun menulis surat pertamanya kepada jemaat di Tesalonika. Ketika Paulus belum begitu lama berada di Antiokia, ia menerima kabar bahwa ada suatu masalah dalam jemaat di Galatia. Oleh karena itu ia memulai perjalanannya yang ketiga perjalanan yang panjang dan penuh rintangan. Paulus telah mengunjungi banyak tempat dan memberitakan Firman Allah selama tiga tahun dan ia tidak sabar untuk kembali ke Antiokia. Paulus meninggalkan Korintus bersama-sama dengan Akwila dan Priskila. Lalu berhenti di Efesus dan memberitakan Firman Allah di sana. Setelah itu ia pergi ke Yerusalem untuk waktu yang tidak lama lalu ke Antiokhia.

C.

Perjalanan Misi Ketiga Perjalanan misi ini meliputi daerah-daerah di mana ia pernah bekerja belum lama ini. Saat perjalanannya yang ketiga ini Paulus merasa perlu untuk meluangkan lebih banyak waktunya untuk menyampaikan hal-hal yang lain. Pada waktu itu orang-orang Kristen di Yerusalem sedang menderita kelaparan dan banyak dari mereka yang tidak memiliki perkerjaan. Oleh sebab itu Paulus meminta jemaat yang berasal dari bangsa-bangsa lain agar menolong secara sukarela jemat-jemaat di Yerusalem. Paulus tahu bahwa hal ini akan menjadi berkat bagi kedua belah pihak baik yang memberi maupun yang menerima. Orangorang Kristen Yahudi berpendapat bahwa seorang harus menjadi orang Yahudi terlebih dahulu sebelum menjadi orang Kristen. Banyak orang Kristen bukan Yahudi merasa begitu kecewa dengan hal ini sehingga mereka meninggalkan iman Kristen. Ada banyak jemaat lain yang berdebat mengenai kepercayaan orang Kristen. Paulus menyadari bahwa ia harus mengajar dan melatih jemaat-jemaat ini supaya mereka dapat bersatu, kuat dalam iman. 1. Efesus Paulus tinggal di Efesus hampir tiga tahun. Efesus adalah ibukota Asia waktu itu dan di kota inilah Paulus tinggal paling lama selama melakukan perjalanan misinya. Orang-orang Efesus masih percaya dan menyembah dewa-dewa terbukti dengan adanya Kuil Artemis (dewi Yunani) adalah salah satu dari kuil yang paling mengagumkan di dunia pada waktu itu. Namun dengan ini memberi kesempatan kepada Paulus untuk memberitakan Firman Allah kepada orang-orang yang ada di sana. Selama di sana ia 56

mengajar di tempat-tempat ibadah. 2. Mengunjungi Makedonia Paulus meninggalkan Efesus dan kembali lagi ke Makedonia untuk mengunjungi para jemaat barunya di sana. Ia memberitakan Firman Allah di Troas kemudian meneruskan perjalanannya ke Filipi. Di sana Timotius dan Titus bergabung dengannya. Ia memberitakan Firman Allah di daerah ini selama dua atau tiga bulan sebelum ia pergi ke Korintus. Waktu Paulus di kota itu ia membimbing dan melatih para pemimpin di sana. Alasan lain Paulus pergi ke Korintus adalah untuk memberi semangat kepada mereka agar memberikan persembahan yang memadai bagi jemaat di Yerusalem. Ketika Paulus berada di Korintus ia menulis surat kepada jemaat di Galatia. Dari semua suratnya yang paling luar biasa adalah suratnya yang ditujukan kepada jemaat di Roma. Ia telah bepergian selama empat tahun dan selama itu pula memikirkan tentang keadaan para jemaat di mana yang telah ia mulai. Ia juga tidak sabar untuk pergi ke Yerusalem untuk memberikan persembahan yang telah ia kumpulkan selama perjalanannya ini. Paulus telah bersiap-siap untuk berlayar bersama-sama rekanrekannya ke Yerusalem. Tetapi Paulus mendengar bahwa orang-orang Yahudi bermaksud untuk segera membunuhnya setelah kapal yang ia tumpangi berlayar ke lautan. Paulus pun mengubah rencananya. Ia dan Lukas mengadakan perjalanan yang sulit dan panjang melalui darat. Paulus berhenti di Troas dan di sana ia bertemu dengan orang-orang Kristen pada hari pertama dalam minggu itu. Hari berikutnya Paulus berjalan dari Troas ke Asos di sana ia dan teman-temannya menumpang kapal untuk berlayar ke Miletus. Sebelum berlayar dari Miletus Paulus memanggil para penatua dari jemaat Efesus. 3. Kembali ke Yerusalem Sepanjang perjalanan banyak orang-orang Kristen yang memperingatkannya akan ada bahaya sebab orang-orang Yahudi berkeinginan untuk membunuhnya. Kemudian Paulus meneruskan perjalanannya ke Yerusalem karen ia tahu ada sesuatu yang harus diselesaikannya. Setelah empat tahun, akhirnya sampailah kembali Paulus di Yerusalem. Orangorang Kristen di sana penuh dengan sukacita karena dapat bertemu lagi dengan dia. Semua pemimpin jemaat di Yerusalem bertemu dan mendengarkan pengalaman Paulus. Paulus menceritakan dengan terperinci apa yang telah Allah lakukan di antara bangsabangsa melalui pelayanannya. Para pemimpin jemaat di sana sangat terkesan dan mereka bersyukur kepada Allah atas semua pekerjaan yang telah dilakukan. 4. Masalah kaum Yahudi Ada banyak orang Yahudi yang masih memelihara hukum Taurat mengatakan bahwa Paulus mengajarkan kepada orang-orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa57

bangsa lain untuk tidak mematuhi Hukum Musa. Hal ini tentu saja tidak benar tetapi pemimpin jemaat di Yerusalem menasehati Paulus untuk pergi bersama empat orang yang bernazar ke Bait Allah untuk menguduskan dirinya bersama-sama dengan mereka. Paulus mengikuti nasihat para pemimpin itu tetapi ketika orang-orang Yahudi melihat dia di dalam Bait Allah, mereka mulai menghasut banyak orang dan menuduh bahwa Paulus telah membawa seorang Yunani masuk ke dalam Bait Allah dan menajiskan tempat suci itu. Ada hukum yang tidak memperbolehkan orang dari bangsa lain masuk ke dalam Bait Allah. Paulus tidak melakukan hal ini, tetapi sangatlah mudah menyebarkan laporan palsu yang menyatakan bahwa Paulus telah melakukannya. Paulus pun diseret keluar dari Bait Allah dan seketika itu juga pintu gerbang Bait Allah ditutup. Pada saat mereka mencoba membunuhnya, sampailah kabar kepada kepala pasukan Romawi bahwa seluruh Yerusalem gempar. 5. Penangkapan Paulus Kepala pasukan itu menangkap Paulus dan mengikatnya dengan dua rantai dan menyuruh prajurit-prajuritnya membawa Paulus. Ketika mereka mencapai tangga kerumunan orang Yahudi menjadi beringas sehingga prajurit-prajurit harus memanggul Paulus di atas pundak mereka supaya dapat melindunginya. Paulus meminta ijin kepada kepala pasukan untuk berbicara pada orang-orang di sana. Paulus pun berbicara pada kerumunan itu dalam bahasa Ibrani. Pada saat Paulus menyebut kata "bangsa-bangsa lain", kerumunan orang itu menjadi lepas kendali dan menginginkan supaya Paulus dibunuh secepatnya. Ketika mereka bersiap-siap membunuhnya kepala pasukan itu mencegah mereka. Lalu ia membawa Paulus ke dalam dan memerintahkan para prajurit untuk menyiksanya sampai ia mengakui kejahatannya. Kepala pasukan itu ingin mengetahui apa yang menyebabkan kerumunan itu begitu marah kepada Paulus. Kemudian berkatalah Pulus, "Apakah diperbolehkan untuk memukuli warga Romawi?" Ketika mengetahui hal itu kepala pasukan menjadi takut dan membawa Paulus ke hadapan Mahkamah Agama. 6. Di hadapan Sanhedrin Paulus mengatakan di hadapan para anggota Mahkamah Agama bahwa selama ini ia hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah. Imam Besar Ananias menyuruh orang-orang yang berdiri dekat Paulus untuk menampar mulutnya. Hal ini menyebabkan Paulus marah dan berbicara sangat keras kepada Ananias. Setelah itu ia meminta maaf sebab ia tidak tahu bahwa Ananias adalah Imam Besar. Paulus menyadari bahwa beberapa orang anggota dewan adalah orang-orang Farisi dan beberapa yang lainnya orang-orang Saduki. Paulus mengetahui bahwa mereka saling bermusuhan. Paulus berkata dengan suara yang keras, "Hai saudara-saudara, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi." Rupanya perkataan Paulus ini menyebabkan perdebatan dan 58

perpecahan di antara dua kelompok itu. Lalu kepala pasukan itu membawa Paulus pergi dari tempat itu sebab ia takut kalau-kalau mereka akan mengoyak-ngoyak Paulus. Sekali lagi Paulus lolos dari maut. Malam itu Tuhan mendatangi Paulus yang masih ada dalam penjara. Tuhan berkata, "Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma." Sekarang Paulus tahu bahwa cepat atau lambat ia akan pergi ke Roma, tetapi ia tidak tahu berapa lama dan bagaimana itu akan terjadi. 7. Selamat dari Yerusalem Orang-orang Yahudi, yang kalah berdebat dengan Paulus, bersepakat untuk membunuhnya. Mereka bersumpah tidak akan makan maupun minum sebelum mereka membunuh Paulus. Namun, kemenakan Paulus mendengar rencana jahat ini, lalu ia pergi kepada kepala pasukan dan menceritakan tentang rencana komplotan orang-orang Yahudi yang akan membunuh Paulus. Kemudian, kepala pasukan memerintahkan 200 prajurit bersenjata lembing dan 70 orang berkuda untuk membawa Paulus ke Kaisarea. Di Kaisarea, Paulus dibawa kepada Felix dan ditahan di istana Herodes. Sekali lagi Paulus selamat dari maut. Paulus dipenjarakan di Kaisarea selama dua tahun dan ditambah lagi selama tiga tahun sebelum dia dibebaskan. Sidang Paulus yang pertama di hadapan Feliks. Feliks adalah seorang penguasa yang jahat dan tidak adil. Orang-orang yang mendakwa Paulus bukanlah orang-orang Yahudi yang berasal dari Asia, melainkan dari Yerusalem. Mereka menyewa seorang pengacara bangsa Romawi bernama Tertulus. Tertulus mulai menyampaikan tuduhannya di hadapan sidang dengan terlebih dahulu memuji-muji Feliks pemimpin yang jahat itu. Kemudian ia menyampaikan dua dakwaan Paulus: 

Paulus adalah seorang anggota sekte Nasrani.



Ia telah melanggar kekudusan Bait Allah. Paulus tidak memiliki pengacara, tetapi dengan keahliannya ia membela kasusnya sendiri. Ia membuktikan bahwa ia tidak melanggar kekudusan Bait Allah. Ia memberitahukan mereka semuanya bahwa ia adalah seorang Kristen dan agama itulah sebenarnya "agama Yahudi yang benar". Paulus memenangkan persidangan ini. Seharusnya ia segera dibebaskan, tetapi Feliks takut kepada para pemimpin Yahudi, sehingga ia menunda keputusannya dan membiarkan Paulus tetap dalam penjara.

8. Di hadapan Festus Karena Feliks seorang pemimpin yang jahat, maka Kaisar Nero mengganti dia dengan Ponsius Festus. Karena Festus adalah pemimpin baru, maka orang-orang Yahudi sekali lagi membawa perkara Paulus di hadapan Festus. Mereka meminta Paulus dikembalikan ke Yerusalem untuk disidangkan di sana dan mereka masih merencanakan untuk membunuhnya. Festus menolak permintaan itu, tetapi ia mengijinkan mereka 59

meneruskan kasus mereka di Kaisarea. Karena itulah Paulus disidang untuk kedua kalinya. Kali ini ia dibawa di hadapan Festus. Orang-orang Yahudi menuduh bahwa Paulus menyebabkan banyak masalah di antara orang Yahudi, bahwa ia menyembah kepada Allah dengan cara yang salah, dan ia berusaha menjatuhkan pemerintahan Romawi. Karena Festus tidak mengerti tuduhan yang dituduhkan terhadap Paulus, ia minta agar perkara itu dibawa kepada Mahkamah Agama di kota Yerusalem. Paulus yakin bahwa dia tidak akan disidangkan secara adil di hadapan para pemimpin Yahudi di Yerusalem. Paulus adalah seorang warga negara Romawi. Oleh karena itu, ia berhak menolak untuk pergi ke Yerusalem. Paulus naik banding kepada Kaisar. Rupanya Festus terkejut, tetapi mau tidak mau ia harus menerima permohonan Paulus. Festus menjawab: "Engkau telah naik banding kepada Kaisar, jadi engkau harus pergi menghadap Kaisar." 9. Di hadapan Agripa Perubahan kasus ini menempatkan Festus berada dalam posisi yang memalukan. Ia tidak dapat mengajukan satu tuduhanpun kepada Paulus. Dengan menyerahkan kasus ini kepada Kaisar, tanpa ada satu tuduhanpun, akan menjadikan Festus seorang yang bodoh. Namun kebetulan waktu itu Herodes Agripa II dan saudara perempuannya sedang mengunjungi Festus. Festus beranggapan bahwa dengan mendengarkan apa yang dikatakan oleh tahanan ini menghibur mereka semuanya. Lagi pula Agripa tahu benar tentang adat-istiadat dan peraturan agama Yahudi. Festus juga beranggapan bahwa mungkin Agripa dapat menolongnya menyiapkan kasus ini untuk dikirimkan bersama Paulus ke Roma. Acara yang hebat telah disiapkan. Paulus dibawa menghadap sidang dan Agripa memimpin persidangan itu. Paulus mulai berbicara. Ia menceritakan pengalamannya dari saat Yesus berbicara kepadanya dalam perjalanannya menuju Damsyik sampai waktu itu. Kemudian ia mulai memberitakan Firman tentang Yesus Kristus supaya dapat memenangkan gubernur itu bagi Yesus. Festus, Agripa dan yang lain yang hadir di situ merasa sangat terkesan pada Paulus sehingga ia berkata: "Paulus, hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!" (Kisah Para Rasul 26:28) Semua pemimpin yang hadir di persidangan itu setuju bahwa Paulus tidak melakukan kesalahan yang setimpal dengan hukum mati. Tetapi mereka enggan melepaskannya. 10. Berlayar ke Roma Beberapa hari setelah persidangan itu, Festus mengizinkan Paulus untuk memulai perjalanannya ke Roma. Lukas dan Aristarkus pergi bersama Paulus. Mereka mulai menuju pelabuhan di sepanjang pantai Asia. Setelah sehari mereka sampai di Sidon, dan Paulus diijinkan untuk mengunjungi teman- temannya di kota itu. Kemudian, mereka berlayar lagi ke utara Siprus dan meneruskan ke Mira, sebuah kota di Likia. Di sini mereka menumpang kapal yang langsung menuju ke Italia. Setelah beberapa hari mereka 60

akhirnya mencapai Pelabuhan Indah di pulau Kreta. Berhubung saat itu sedang terjadi badai maka Paulus memperingatkan mereka agar menunda perjalanan tetapi banyak orang, termasuk nahkoda dan pemilik kapal, memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke kota Feniks dan tinggal di sana selama musim dingin. 11. Kandas di Malia Ketika mereka meninggalkan Pelabuhan Indah, mereka merencanakan untuk tinggal berlayar tidak jauh dari pantai beberapa jam. Tetapi angin kencang melanda dan menghanyutkan mereka sampai ke Pulau Kauda. Mereka terhanyut dan karena takut terdampar di tebing Sirtis, mereka membuang muatan kapal ke laut dan menurunkan layar untuk membuat kapal lebih ringan. Selama beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang tidak kelihatan, sehingga para pelaut itu tidak tahu di mana mereka berada. Akhirnya mereka kehilangan harapan untuk selamat. Selama 14 hari kapal terombang-ambing di lautan. Kemudian pada suatu malam pelaut-pelaut itu mendengar suara ombak memecah pantai. Mereka melempar sauh dan berharap kapal mereka tidak kandas di batu karang. Kemudian mereka menunggu sampai pagi. Beberapa anak buah kapal tidak mau menunggu sampai pagi. Mereka mencoba meninggalkan kapal dengan sekoci. Waktu melihat hal ini Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya "Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat." (Kisah Para Rasul 27:31) Sehingga anak-anak kapal tidak diizinkan untuk meninggalkan kapal. Paulus memberikan mereka satu janji bahwa mereka tidak akan celaka. Lalu ia mengambil sepotong roti dan mengucap syukur pada Tuhan. Mereka semua makan dan kuat hatinya. Ketika pagi tiba mereka membuang lebih banyak muatan dan mencoba sedapat mungkin mendamparkan kapal ke pantai, tetapi kapal itu kandas. Pada waktu itu, para prajurit bermaksud untuk membunuh para tahanan supaya jangan seorangpun dari mereka yang melarikan diri. Namun, perwira itu melarang dan memerintahkan, supaya orang-orang yang pandai berenang lebih dahulu terjun ke laut dan naik ke darat, dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal." (Kisah Para Rasul 27:43-44) Demikianlah mereka semua mendarat di pulau Malta. Karena hawanya dingin, mereka membuat api unggun. Saat Paulus memungut seberkas ranting-ranting, seekor ular beludak menggigit tangannya. Dengan tenang, Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api. Orang- orang melihat kepada Paulus dan menanti. Tangannya sama sekali tidak bengkak. Publius, gubernur pulau itu, mengundang dan menjamu para awak kapal itu ke rumahnya. Di sana Paulus melihat ayah Publius terbaring karena sakit demam dan disentri. Lalu Paulus berdoa dan menumpangkan tangannya ke atas orang tua itu dan menyembuhkan dia. Setelah peristiwa itu, mereka membawa orang-orang yang sakit kepada Paulus dan merekapun disembuhkan juga. Tiga bulan kemudian, Paulus dan yang 61

lainnya meninggalkan tempat itu menuju ke Roma. Orang-orang di pulau itu memberi banyak hadiah dan bekal untuk perjalanan. Kapal Paulus berlabuh di Teluk Napel, kurang lebih 210 kilometer dari Roma. Akhirnya Paulus tiba di ibukota Kekaisaran Roma. Roma adalah kota yang terpenting di dunia pada masa itu. 12. Pemenjaraan Paulus Ketika mereka tiba di Roma semua tahanan kecuali Paulus dimasukkan ke dalam penjara. Karena beberapa alasan Paulus diberi hak istimewa. Paulus dirantai bersama dengan seorang prajurit, tetapi ia tinggal dalam rumah sendiri. Ia diizinkan menerima kunjungan dari teman-temannya. Pada waktu itu terdapat banyak orang Yahudi yang menetap di Roma. Tiga hari setelah Paulus tiba di kota itu, ia mengundang orang- orang terkemuka bangsa Yahudi. Ia memberitahukan mereka semua hal yang telah terjadi padanya. Mereka menjawab bahwa mereka tidak pernah menerima surat tentang Paulus dari orang-orang Yahudi di Yerusalem. Tampaknya mereka ingin tahu lebih banyak tentang kepercayaan Kristen. Oleh karena itu, mereka semua menentukan hari untuk mendengar apa yang akan diajarkan oleh Paulus. Ketika waktunya tiba, datanglah banyak orang untuk mendengarkan Paulus berkhotbah tentang Injil Kristus. Dari pagi sampai sore ia menerangkan kebenaran-kebenaran Kristus. Beberapa orang menjadi percaya dan beberapa lainnya tetap tidak percaya. Paulus mengatakan kepada mereka bahwa ia akan menghabiskan waktunya di Roma mengajar bangsa-bangsa lain. Paulus berharap dapat menghadapi persidangan dalam waktu yang cepat dan segera dilepaskan. Dua tahun berlalu dan Paulus masih menunggu kabar. Paulus memberitakan Firman Tuhan, mengajar dan menyambut setiap orang yang datang mengunjunginya. Dia tidak pernah takut. Selama dua tahun itu banyak orang menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Setelah dua tahun Paulus dilepaskan dari penjara dan ia kembali kepada para jemaat yang telah dibangunnya dulu. 13. Menuju ke Kreta Ada ribuan orang yang menghuni pulau Kreta. Dikatakan bahwa ada seratus kota di pulau itu. Orang-orang di sana terkenal jahat dan kejam. Baik laki-laki maupun wanita suka minum anggur dan bermabuk-mabukan. Mereka suka menjarah kapal-kapal yang lewat di sana. Di pulau itu ada juga beberapa orang Yahudi yang menjadi pedagangpedagang penting. Titus telah dikirim ke sana untuk memberitakan Injil. Ada kemungkinan Paulus menghabiskan waktu dengan tinggal beberapa lama bersama Titus di sana. Kemudian, Paulus menulis sebuah surat kepada Titus yang memberi nasehat tentang bagaimana caranya mengatur jemaat di Kreta. Dalam suratnya ini, Paulus meminta Titus menemuinya di Nikopolis. 14. Paulus ditangkap Waktu Paulus ditangkap untuk yang kedua kalinya di Roma, ada kemungkinan ia 62

dijebloskan di dalam penjara bawah tanah: sebuah penjara yang dingin, gelap, dan sangat mengerikan. Pada saat ini teman-temannya tidak lagi berani mengunjunginya. Beberapa dari mereka takut, jika mereka mengunjungi Paulus, mereka pasti akan dibunuh. Paulus menulis surat kepada Timotius pada saat ia mengunjungi para jemaatnya untuk terakhir kalinya. Timotius menjadi pemimpin jemaat yang sangat kuat. Paulus memanggilnya "anakku yang sah di dalam iman." Timotius kemudian menjadi pemimpin jemaat di Efesus.

D.

Surat-Surat Paulus 1. Surat kepada jemaat di Galatia Surat ini dialamatkan kepada orang Kristen di Galatia yang terletak di bagian Asia kecil Permasalahan Paulus dengan jemaat di Galatia menyangkut soal-soal agama Yahudi. Mereka mau membebankan hukum Taurat dan sunat kepada orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen seolah-olah itu perlu diselamatkan. Dalam bagian penutup surat ini berisikan banyak nasehat. 2. Surat kepada jemaat di Filipi Mereka adalah salah satu jemaat yang paling disukai oleh Paulus. Jemaat Filipi telah mendengar tentang masalah yang dialami Paulus dan telah mengirimkan persembahan kasih kepadanya. Surat kepada jemaat di Filipi berisi tentang pernyataan kasih dan pengucapan syukur. Nada surat Filipi sangat ramah. Ciri-ciri praktis dan pribadi menonjol. Tetapi Paulus sanggup menggabungkan dengan sebuah madah pujian bagi Kristus. 3. Surat kepada jemaat di Kolose Jemaat di Kolose didirikan ketika Paulus berada di Efesus selama tiga tahun. Ketika Paulus berada di dalam penjara, ia mendengar beberapa ajaran palsu yang sedang tersebar di bagian Asia itu. Jemaat-jemaat di Efesus dan Kolose merasa terganggu dengan ajaran-ajaran palsu itu sehingga Paulus mengkhawatirkan keadaan mereka. 4. Surat kepada jemaat di Efesus Surat kepada jemaat Efesus mungkin ditulis sebagai surat berantai, yakni sebuah surat yang dikirimkan dari jemaat satu kepada jemaat yang lain, sampai semua jemaat di daerah itu membacanya. 5. Surat kepada Filemon Surat ini pendek sekali. Ditulis pada waktu Paulus berada dalam tahanan di Roma. Isinya tentang permintaan Paulus agar Filemon mau menerima kembali Onesimus budaknya yang telah bertobat. 6. Surat kepada Timotius dan Titus 63

Ketiga surat ini biasanya disebut “ Surat-surat Pastoral ”. Sebab berisikan petunjuk dan nasehat bagi para pemimpin jemaat sehubungan dengan tugas mereka. Ketiga surat ini memang menjadi sebuah kelompok tersendiri yang baik karena isi dan gaya sastranya.

E.

Tanggapan dan Refleksi Dengan mempelajari surat-surat ini, kita dapat melihat beberapa masalah yang dihadapi jemaat mula-mula antara lain: 

Mereka tidak memiliki bangunan gereja. Baru setelah abad kedua jemaat Kristen memiliki gedung sendiri untuk beribadah. Sebelumnya mereka harus bertemu di rumahrumah. Seringkali mereka bertemu di gua-gua atau tempat terbuka atau mungkin di gedung pertemuan yang mereka sewa.



Hari Minggu bukanlah libur yang resmi. Para anggota gereja harus tetap bekerja pada hari ibadah.



Mereka tidak memiliki alat-alat bantu dalam ibadah, seperti kita sekarang. Misalnya, mereka tidak memiliki Alkitab yang bisa dipakai oleh semua anggota jemaat.



Mereka tidak memiliki pekerja dan pemimpin yang terlatih. Mereka banyak bergantung pada para pengajar dan pengkhotbah yang kurang mampu, kecuali pada waktu Paulus, Timotius, Silas, atau lainnya tingal bersama-sama dengan mereka. Dengan melihat keadaan para jemaat pada saat itu dapat dikatakan bahwa iman mereka

sangatlah dewasa. Meskipun dalam keadaan yang sesulit itu mereka masih saja percaya akan kekuatan Ilahi. Dengan semangat Paulus yang tak kenal lelah dalam mewartaan ajaran Sang Guru kita sebagai umat kristiani diajak untuk mau meneladan sikap Paulus dan merealisasikannya dalam hidup dan terus menghayatinya sehingga kita menjadi alter Kristus di dunia ini.. Sekarang mampukah kita menjadi alter Kristus? Maukah kita untuk menjalankan perutusan seperti Paulus?

DAFTAR PUSTAKA Bea, Agustinus. 1975. Paulus yang Tertangkap Kristus. Ende: Arnoldus Drane, John. 1996. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Jacobs, Tom. 1984. Rasul Paulus. Yogyakarta: Kanisius. Ludwig, Charles. 1975. Kota-Kota Pada Perjanjian Baru. Bandung: Kalam Hidup. Packer, J.L; Tenney, Merrill C.; White, William Jr. 1993. Dunia Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas. Tenney, Merrill C. 1995. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas. www.pesta.org 64

Related Documents


More Documents from "Muhammad Husain"