Brunei Darussalam

  • Uploaded by: Lia Herewila
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Brunei Darussalam as PDF for free.

More details

  • Words: 4,281
  • Pages: 11
Loading documents preview...
Perkenalan Brunei Darussalam Brunei Darussalam adalah sebuah negara kecil yang sangat makmur di bagian utara Pulau Borneo/ Kalimantan dan berbatasan dengan Malaysia. Brunei terdiri dari dua bagian yang dipisahkan di daratan oleh Malaysia. Nama Borneo berdasarkan nama negara ini, sebab pada zaman dahulu kala, negeri ini sangat berkuasa di pulau ini. Asal-usul Brunei Silsilah kerajaan Brunei didapatkan pada Batu Tarsilah yang menuliskan Silsilah RajaRaja Brunei yang dimulai dari Awang Alak Betatar, raja yang mula-mula memeluk agama Islam (1368) sampai kepada Sultan Muhammad Tajuddin (Sultan Brunei ke-19, memerintah antara 1795-1804 dan 1804-1807). Brunei adalah sebuah negara tua di antara kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Keberadaan Brunei Tua ini diperoleh berdasarkan kepada catatan Arab, China dan tradisi lisan. Dalam catatan Sejarah China dikenal dengan nama Po-li, Po-lo, Poni atau Puni dan Bunlai. Dalam catatan Arab dikenali dengan Dzabaj atau Randj. Catatan tradisi lisan diperoleh dari Syair Awang Semaun yang menyebutkan Brunei berasal dari perkataan baru nah yang berarti tempat itu sangat baik, berkenan dan sesuai di hati mereka untuk mendirikan negeri seperti yang mereka inginkan. Kemudian perkataan baru nah itu lama kelamaan berubah menjadi Brunei. Replika stupa yang dapat ditemukan di Pusat Sejarah Brunei menjelaskan bahwa agama Hindu-Buddha pada suatu masa dahulu pernah dianut oleh penduduk Brunei. Sebab telah menjadi kebiasaan dari para musafir agama tersebut, apabila mereka sampai di suatu tempat, mereka akan mendirikan stupa sebagai tanda serta pemberitahuan mengenai kedatangan mereka untuk mengembangkan agama tersebut di tempat itu. Replika batu nisan P'u Kung Chih Mu, batu nisan Rokayah binti Sultan Abdul Majid ibni Hasan ibni Muhammad Shah Al-Sultan, dan batu nisan Sayid Alwi Ba- Faqih (Mufaqih) pula menggambarkan mengenai kedatangan agama Islam di Brunei yang dibawa oleh musafir, pedagang dan mubaligh-mubaliqh Islam, sehingga agama Islam itu berpengaruh dan mendapat tempat baik penduduk lokal maupun keluarga kerajaan Brunei. Sejarah Brunei Para peneliti sejarah telah mempercayai terdapat sebuah kerajaan lain sebelum berdirinya Kesultanan Brunei kini, yang disebut orang Tiongkok sebagai Po-ni. Catatan orang Tiongkok dan orang Arab menunjukkan bahwa kerajaan perdagangan kuno ini ada di muara Sungai Brunei awal abad ke-7 atau ke-8. Kerajaan itu memiliki wilayah yang cukup luas meliputi Sabah, Brunei dan Sarawak yang berpusat di Brunei. Kesultanan Brunei juga merupakan pusat perdagangan dengan China. Kerajaan awal ini pernah ditaklukkan Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Sumatra pada awal abad ke-9 Masehi dan seterusnya menguasai Borneo utara dan gugusan kepulauan Filipina. Kerajaan ini juga pernah dijajah Kerajaan Majapahit yang berpusat di pulau Jawa tetapi berhasil membebaskan dirinya dan kembali sebagai sebuah negeri yang penting. Pada awal abad ke-15, Kerajaan Malaka di bawah pemerintahan Parameswara telah menyebarkan pengaruhnya dan kemudian mengambil alih perdagangan Brunei. Perubahan ini menyebabkan agama Islam tersebar di wilayah Brunei oleh pedagangnya pada akhir abad ke-15. Kejatuhan Melaka ke tangan Portugis pada tahun 1511, telah menyebabkan Sultan Brunei mengambil alih kepimpinan Islam dari Melaka, sehingga Kesultanan Brunei

mencapai zaman kegemilangannya dari abad ke-15 hinga abad ke-17 sewaktu memperluas kekuaaannya ke seluruh pulau Borneo dan ke Filipina di sebelah utaranya. Semasa pemerintahan Sultan Bolkiah (1473-1521) yang terkenal disebabkan pengembaraan baginda di laut, malah pernah seketika menaklukkan Manila. Kesultanan Brunei memperluas pengaruhnya ke utara hingga ke Luzon dan Sulu serta di sebelah selatan dan barat Kalimantan; dan pada zaman pemerintahan sultan yang kesembilan, Hassan (1605-1619), yang membangun susunan aturan adat istiadat kerajaan dan istana yang masih kekal hingga hari ini. Pada tahun 1658 Sultan Brunei menghadiahkan kawasan timur laut Kalimantan kepada Sultan Sulu di Filipina Selatan sebagai penghargaan terhadap Sultan Sulu dalam menyelesaikan perang saudara di antara Sultan Abdul Mubin dengan Pengeran Mohidin. Persengketaan dalam kerajaan Brunei merupakan satu faktor yang menyebabkan kejatuhan kerajaan tersebut, yang bersumber dari pergolakan dalam disebabkan perebutan kuasa antara ahli waris kerajaan, juga disebabkan timbulnya pengaruh kuasa penjajah Eropa di rantau sebelah sini, yang menggugat corak perdagangan tradisi, serta memusnahkan asas ekonomi Brunei dan kesultanan Asia Tenggara yang lain. Pada Tahun 1839, James Brooke dari Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja disana seerta menyerang Brunei, sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas Serawak. Sebagai balasan, ia dilantik menjadi gubernur dan kemudian "Rajah" Sarawak di Barat Laut Borneo sebelum meluaskan kawasan di bawah pemerintahannya. Pada tanggal 19 Desember 1846, pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan kepada James Brooke. Sedikit demi sedikit wilayah Brunei jatuh ke tangan Inggris melalui perusahaan-perusahaan dagang dan pemerintahnya sampai wilayah Brunei kelak berdiri sendiri di bawah protektorat Inggris sampai berdiri sendiri tahun 1984. Pada masa yang sama, Persekutuan Borneo Utara Britania sedang meluaskan penguasaannya di Timur Laut Borneo. Pada tahun 1888, Brunei menjadi sebuah negeri di bawah perlindungan kerajaan Britania dengan mengekalkan kedaulatan dalam negerinya, tetapi dengan urusan luar negara tetap diawasi Britania. Pada tahun 1906, Brunei menerima suatu lagi langkah perluasan kekuasaan Britania saat kekuasaan eksekutif dipindahkan kepada seorang residen Britania, yang menasihati baginda Sultan dalam semua perkara, kecuali yang bersangkut-paut dengan adat istiadat setempat dan agama. Pada tahun 1959, Brunei mendeklarasikan kerajaan baru yang berkuasa memerintah kecuali dalam isu hubungan luar negeri, keamanan dan pertahanan di mana isu-isu ini menjadi tanggung jawab Britania. Percobaan untuk membentuk sebuah badan perundangan pada tahun 1962 terpaksa dilupakan karena terjadi pemberontakan oleh partai oposisi yaitu Partai Rakyat Brunei dan dengan bantuan Britania, pemberontakan ini berhasil diberantas. Pada akhir 1950 dan awal 1960, kerajaan Brunei ketika itu menolak cadangan (walaupun pada awalnya menunjukkan minat) untuk bergabung dengan Singapura, Sabah, Sarawak, dan Tanah Melayu untuk membentuk Malaysia dan akhirnya Sultan Brunei ketika itu bercadang untuk membentuk sebuah negara yang merdeka. Pada 1967, Omar Ali Saifuddin III telah turun dari takhta dan melantik putranda sulungnya Hassanal Bolkiah, menjadi Sultan Brunei ke-29. Baginda juga berkenan menjadi Menteri Pertahanan setelah Brunei mencapai kemmerdekaan penuh dan disandangkan gelar Paduka Seri Begawan Sultan. Pada tahun 1970, pusat pemerintahan negeri Brunei Town, telah diubah namanya menjadi Bandar Seri Begawan untuk mengenang jasa baginda. Baginda mangkat pada tahun 1986. Pada 4 Januari 1979, Brunei dan Britania Raya telah menandatangani Perjanjian Kerjasama dan Persahabatan. Pada 1 Januari 1984, Brunei

Darussalam telah berhasil mencapai kemerdekaan sepenuhnya. Saat ini Brunei memiliki wilayah yang lebih kecil daripada masa lalu, dengan berbatasan dengan Serawak dari sebelah barat sampai timur wilayah itu, serta sebelah utara berbatasan dengan Laut China Selatan. Latar Belakang: Pengaruh Kesultanan Brunei mencapai puncaknya antara abad ke 15 dan 17 saat kekuasaannya menyebar ke daerah pantai timur laut Kalimantan dan Filipina Selatan. Brunei kemudian memasuki masa penurunan akibat usaha internal atas suksesi kerajaan, ekspansi kolonial dari kekuatan Eropa dan pembajakan laut. Di 1888, Brunei menjadi negara perlindungan Inggris; kemerdekaan diperoleh tahun 1984. keluarga yang sama telah memerintah di Brunei selama lebih dari enam abad. Brunei mendapat keuntungan dari petrolium dan gas alam yang ekstensif, sumber dari pendapatan perkapita tertinggi di dunia berkembang. Geografi Brunei Darussalam • Sumber daya alam: Minyak tanah, gas alam, kayu • Penggunaan tanah: Lahan pertanian: 2.08%, panen permanen: 0.87%, lain: 97.05% (2005) • Isu lingkungan terbaru: Asap/kabut musiman akibat kebakaran hutan di Indonesia • Perjanjian Lingkungan Internasional: pendukung: Endangered Species, Hazardous Wastes, Law of the Sea, Ozone Layer Protection, Ship Pollution ditandatangani, tapi tidak disahkan: tidak satu pun dari perjanjian terpilih • Catatangeografi: Dekat jalur laut penting melalui Laut Cina Selatan menghubungkan Lautan Hindia dan Pasifik; dua bagian terpisahkan secara fisik oleh Malaysia; hampir terkurung dalam Malaysia • Penduduk Brunei Darussalam o Populasi: 379,444 (Juli 2006 ) o Struktur usia: 0-14 tahun: 28.1% (laki-laki 54,411/perempuan 52,134) 15-64 tahun: 68.8% (lelaki 138,129/perempuan 123,017) 65 tahun dan lebih: 3.1% (lelaki 5,584/perempuan 6,169) (2006) o Suku bangsa: Melayu 67%, Cina 15%, asli 6%, lain-lain 12% o Agama: Islam (resmi) 67%, Budha 13%, Kristen 10%, kepercayaan o penduduk asli dan lain-lain 10% o Bahasa: Melayu (resmi), Inggris, Cina Pemerintah Brunei Darussalam  Nama negara: Bentuk banjang konvensional: Negara Brunei Darussalam  Bentuk pemerintahan: Kesultanan konsitusional  Ibukota: nama: Bandar Seri Begawan. koordinat geografi: 4 52 S, 114 55 E  Pembagian administratif: 4 distrik (daerah-daerah, singular - daerah); Belait, Brunei dan Muara, Temburong, Tutong Distrik-distrik Brunei dibagi lagi menjadi 38 mukim.  Kemerdekaan: 1 January 1984 (dari Inggris)

 Undang-undang: 29 September 1959 (beberapa persyaratan ditunda di bawah Keadaan darurat sejak Desember 1962, lainnya sejak kemerdekaan pada 1 Januari 1984)  Sistem legal: Berdasarkan hukum umum Inggris; untuk Muslim, hukum Syariah Islam melebihi hukum sipil di beberapa wilayah  Batas usia memilih: Tidak ada  Cabang eksekutif: o Kepala negara: Sultan dan Perdana Menteri Tuan HASSANAL Bolkiah (sejak 5 Oktober 1967); catatan monarki adalah kepala negara dan kepala pemerintahan o kepala pemerintahan: Sultan Perdana Menteri Tuan HASSANAL Bolkiah (sejak 5 Oktober 1967); catatan monarki adalah kepala negara dan kepala pemerintahan kabinet: Dewan Kabinet Menteri dipilih dan berada di bawah kepala negara monarki; mengatasi masalah eksekutif; catatan – ada juga Dewan Keagamaan (anggota dipilih oleh kepala negara monarki) yang menjadi penasihat untuk masalah agama, Dewan Penasihat (anggota dipilih oleh kepala negara monarki) yang mengatasi masalah konstitusional, dan Dewan Suksesi (anggota dipilih oleh kepala negara monarki) yang menentukan suksesi tahta jika diperlukan pemilihan: tidak ada; monarki diwariskan  Cabang legislatif: Dewan Legislatif bertemu pada 25 September 2004 untuk pertama kali dalam 20 tahun dengan 21 anggota yang ditunjuk Sultan; amandemen konstitusional yang diperbolehkan butuh dewan dengan 45 kursi dengan 15 aanggota terpilih; Sultan membubarkan dewan pada 1 September 2005 dan menunjuk dewan baru dengan 29 anggota mulai berlaku pada 2 September 2005 pemilihan: terakhir diadakan pada Maret1992 (tanggal pemilihan berikutnya NA)  Cabang kehakiman: Pengadilan Tertinggi – kepala hakim dan hakim disumpah oleh kepala negara monarki untuk masa tugas tiga tahun; KOmite Judisial dari dewan Penasihat di London adalah pengadilan terakhir untuk kasus sipil; pengadilan Syariah mengurus hukum Islam (2006)  Partai dan pemimpin politik: Brunei Solidarity National Party (PPKB) [Haji Mohd HATTA bin Haji Zainal Abidin]; National Development Party (NDP) [YASSIN Affendi]; People's Awareness Party (PAKAR) [Awang Haji MAIDIN bin Haji Ahmad] catatan: parta-partai berukuran kecil dan memiliki aktivitas terbatas (2005)  Kelompok Penekan dan pemimpin politik: NA  Partisipasi organisasi internasional: APEC, APT, ARF, AsDB, ASEAN, C, EAS, G-77, IBRD, ICAO, ICRM, IDB, IFRCS, IMF, IMO, Interpol, IOC, ISO (koresponden), ITU, NAM, OIC, OPCW, UN, UNCTAD, UNESCO, UPU, WCO, WHO, WIPO, WMO, WTO  Deskripsi bendera: Kuning dengan dua pita diagonal berwarna putih (atas, hamper dua kali lipat lebarnya) dan hitam mulai dari sisi kerekan bagian atas; emblem nasional berwarna merah ditekankan di tengah-tengah; emblem terdiri dari bendera burung wallet berekor di atas kolom bersayap di dalam bualn

sabit yang mengarah ke atas di atas gulungan perkamen dan didampingi oleh dua tangan yang mengarah ke atas Ekonomi Brunei Darussalam  Pandangan singkat – ekonomi: Ekonomi kecil tapi berkecukupannya mencakup gabungan dari wiraswasta asing dan domestic, peraturan pemerintah, kegiatan pensejahteraan, dan tradisi desa. Jumlah produksi minyak mentah dan gas alam adalah hamper setengah GDP dan lebih dari 90% pendapatan negara. GDP per kapita berada jauh di atas sebagian besar negara dunia ketiga, dan pendapatan substansial dari investasi luar negeri menambah pemasukan dari produksi domestik. Pemerintah menyediakan semua pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis sampai tingkat universitas dan mensubsidi beras dan perumahan. Pemimpin-pemimpin Brunei khawatir akan integrasi yang meningkat secara perlahan tapi pasti di dunia ekonomi akan mengikis kohesi sosial internal, walaupun Brunei telah menjadi pemain yang penting dengan menjadi Ketua untuk forum APEC (Asian Pacific Economic Cooperation) tahun 2000. rencana untuk masa depan termasuk meningkatkan sumber daya manusia, mengurangi pengangguran, memperkuat sector perbankan dan pariwisata, dan, secara umum, terus memperluas basis ekonomi di luar minyak dan gas.  GDP (kesamaan kemampuan membeli): $6.842 miliar (2003 )  GDP (tingkat tukar resmi): $5.486 miliar  GDP – tingkat pertumbuhan sebenarnya: 1.7% (2004 )  GDP – percapita (PPP): $23,600 (2003 )  GDP – komposisi oleh sektor: pertanian: 3.6%, industri: 56.1%, pelayanan: 40.3% (2004 )  Kekuatan tenaga kerja: 146,300 catatan: termasuk tenaga kerja asing dan personel militer; penetap sementara berjumlah sekitar 40% dari tenaga kerja (2003 )  Tingkat pengangguran: 4.8% (2004)  Anggaran: pemasukan: $3.765 miliar. pengeluaran: $4.815 miliar; termasuk pengeluaran capital $NA (2004 )  Produk agrikultur: Beras, sayur-sayuran, buah-buahan; ayam, kerbau, telur  Industri: Minyak tanah, minyak tanah olahan, gas alam cair, konstruksi  Mata uang (code): Dollar Brunei (BND) Isu Transnasional Brunei Darussalam Perselisihan internasional: Tahun 2003, Brunei dan Malysia menahan eksplorasi gas dan minyak dalam perebutan seabed lepas pantai dan laut dalam dan negosiasi mereka mengalami kebuntuan setelah keputusan hukum internasional; batasan daratan Malaysia dengan Brunei sekitar Limbang masih dalam perdebatan; Brunei menetapkan zona perikanan ekonomi eksklusif mencakup Karang Louisa di selatan Pulau Spratly pada 1984 tapi tidak melakukan klaim public terhadap karang lepas pantai; "Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea" pada tahun 2002 telah meredakan ketegangan di Pulau Spratly tapi tidak mencakup peraturan pelaksanaan yang mengikat secara hukum yang diinginkan oleh beberapa pihak yang terlibat dalam perdebatan

Politik Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak pemerintahan monarki konstitusional dengan Sultan yang menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, merangkap sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dengan dibantu oleh Dewan Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri. Sultan Hassanal Bolkiah yang gelarnya diturunkan dalam wangsa yang sama sejak abad ke-15, ialah kepala negara serta pemerintahan Brunei. Baginda dinasihati oleh beberapa majelis dan sebuah kabinet menteri, walaupun baginda secara berkesan merupakan pemerintah tertinggi. Media amat memihak kerajaan, dan kerabat kerajaan melestarikan status yang dihormati di dalam negeri. Brunei tidak memiliki dewan legislatif, namun pada bulan September 2000, Sultan bersidang untuk menentukan Parlemen yang tidak pernah diadakan lagi sejak tahun 1984. Parlemen ini tidak mempunyai kuasa selain menasihati sultan. Disebabkan oleh pemerintahan mutlak Sultan, Brunei menjadi salah satu negara yang paling stabil dari segi politik di Asia. Pertahanan Keamanan Brunei mengandalkan perjanjian pertahanan dengan Inggris di mana terdapat pasukan Gurkha yang terutama ditempatkan di Seria. Jumlah pertahanan keamanannya lebih kecil bila dibandingkan dengan kekayaannya dan negara negara tetangga. Secara teori, Brunei berada di bawah pemerintahan militer sejak pemberontakan yang terjadi pada awal dekad 1960-an. Pemberontakan itu dihancurkan oleh laskar-laskar Britania Raya dari Singapura. Brunei memiliki dengan hubungan luar negeri terutama dengan negara negara ASEAN dan negara negara lain serta ikut serta sebagai anggota PBB. Kesultanan ini juga terlibat konflik Kepulauan Spratly yang melibatkan hampir semua negara ASEAN (kecuali Indonesia, Kamboja, Laos dan Myanmar), China dan Taiwan. Selain itu terlibat konflik perbatasan laut dengan Malaysia terutama masalah daerah yang menghasilkan minyak dan gas bumi. Brunei menuntut wilayah di Sarawak, seperti Limbang. Banyak pulau kecil yang terletak di antara Brunei dan Labuan, termasuk Pulau Kuraman, telah dipertikaikan oleh Brunei dan Malaysia. Bagaimanapun, pulau-pulau ini diakui sebagai sebagian Malaysia di tingkat internasional.

Perancis Perancis dikenal sebagai negara yang berkarakter dominasi Pemerintah Pusat walaupun tidak sepenuhnya benar. Undang-undang terakhir bagi dasar praktek Pemerintahan daerah di perancis adalah UU Pemerintahan daerah Tahun 1982 yang hingga kini dilakukan beberapa kali Amandemen (Lugan: 2001) Di sana terdapat 96 department (pemerintah lokal), yang dikelompokkan ke dalam 22 regions (pemerintah regional), ditambah adanya 36,000 communes. Masingmasing memiliki lembaga perwakilan dan kepala daerahnya (Owen: 2000). Tidak jauh berbeda dengan apa yang ditulis oleh Owen (2000), Lugan (2001) menuliskan sebagai berikut: “Daerah-daerah otonom tersebut memiliki kewenangan yang cukup beragam. Meskipun demikian sistem pemerintahan daerahnya condong sebagai ‘local administration forms’ dimana status yang dimiliki oleh daerah-daerah tersebut bersifat ganda karena sebagai bagian juga dari mesin Pemerintah Pusat.” Selama 20 tahun terakhir dilakukan modernisasi terutama dengan penciutan beberapa daerah otonom yang lemah menjadi satu bagian dari daerah otonom lainnya. Perubahan signifikan terjadi terhadap sistem prefektoral, yakni diberi sebutan ‘komisioner prefek-republikan’ dimana lembaga perwakilan dapat mengambil kebijakan tanpa harus melalui persetujuan prefek atasan –dan bukan sub-perfect pada level ‘arrondissement’ (Owen: 2000). Dari bagan di atas, pada level nasional Eksekutive membawahi Para Menteri termasuk Menteri dalam Negeri yang mengawasi jalannya pemerintahan daerah. Menteri Dalam Negeri mengawasi para wakil Pemerintah (perfect) di daerah mulai dari level ‘region’ sampai ‘arrondissement’. Level terbawah (Commune) dalam pemerintahan daerah di Perancis tidak terdapat ‘perfect’, namun di atas ‘commune’ yakni ‘arrondissement’ ditempatkan wakil Pemerintah yang disebut sub-perfect dan tidak ada lembaga pemerintahan daerah di sana. Sub-perfect ini mengawasi ‘commune’. Sampai pada level ‘departments’ terdapat kantor instansi vertikal dari Departemen/ Lembaga Non-departemen yang beroperasi di wilayahnya sebagai administrasi lapangan. Nampaknya susunan tersebut menjadi dasar analisis Humes IV menempatkan Perancis pada pola ‘dual supervision’ dalam kerangka di depan yang condong ke arah digunakannya pengawasaan dari departemen sektoral lebih banyak berperan. Dimensi I: Dari antar organisasi sampai inter-organisasi: HYBRID-SUPERVISION Perancis dikenal sebagai negara yang kuat dominasi eksekutifnya (Owen: 2000). Set-up kelembagaan tersebut memberi sedikit gambaran bahwa pemerintahan daerah di Perancis tidak pernah sepenuhnya dianggap lepas dari struktur Pemerintah Pusat sebagai pemegang kendali roda pemerintahan negara. Humes IV (1991: 6) menerangkan pemerintahan daerah di Perancis bertanggungjawab kepada DPRD dan Kepala Daerah (Eksekutif)-nya berperan juga sebagai agen Pemerintah pusat atau sebagai bagian dari struktur (hirarki) Pemerintah Pusat yang secara langsung bertanggungjawab kepada Pemerintah dan diawasi pula oleh Pemerintah. Perancis berada di antara dua titik esktrim dimensi I. Humes IV (1991: 6) menyebut pola Pemerintahan seperti ini dalam pengembangan pemerintahan daerah sebagai pola ‘HYBRID-SUPERVISION’.

Dimensi II: Dari Penggunaan Wakil Pemerintah (generalis) sampai Instansi vertikal di daerah (Spesialis):DUAL-FUNCTIONAL Struktur yang digambarkan Humes IV di atas, menjadi salah satu indikator utama bahwa Pemerintahan daerah Perancis dijalankan dengan dominasi adanya penggunaan wakil Pemerintah di setiap levelnya. Hanya level paling bawah (commune) yang tidak terdapat adanya wakil pemerintah. Namun, di level atasannya terdapat ‘arrondissement’ yang menjadi tempat bagi ‘sub-perfect’ sebagai wakil Pemerintah (generalis) terakhir. Disamping itu, di Perancis juga tidak kurang peran bagi departemen sektoral dalam memberi warna jalannya roda pemerintahan di daerah karena ditempatkan berbagai instansi vertikal di daerah. Sampai pada level ‘departments’ masih terdapat instansi vertikal dari Departemen/ LPND. Baik pada level arrondissement maupun commune tidak ada instansi vertical beroperasi di sana. Bahkan sub-perfect pada level ‘arrondissement’ tidak memiliki perangkat fungsional-sektoral seperti di commune atau di ‘departments’ karena sub-perfect ini adalah ‘field office-nya perfecturate atasannya (departments). Kondisi menurut dimensi II dilengkapi oleh beroperasinya departemen sektoral di daerah dimana Perancis menganut bahwa instansi vertikal dapat muncul sampai di level departments. Pada level ‘commune’ peran instansi vertikal masih ada dalam rangka pembinaan dan pengawasan pelayanan yang dilakukan oleh Dinas-dinas di ‘commune’. Oleh karena itu, di ‘commune’ tidak ada instansi vertikal. Dalam dimensi ini, Humes IV (1991) menyebut Perancis menganut ‘Dual Functional’, yakni: Beroperasinya departemen sektoral/ LPND hingga ke tingkat lokal melalui administrasi lapangannya, membawa dominasi unsur fungsional/ sektoral dalam pemerintahan daerah di Perancis. Menurut Humes IV (1991: 20-22) ada empat faktor yang berpengaruh terhadap dominasi departemen sektoral/ LPND di Perancis. Pertama, faktor besarnya struktur organisasi Pemerintah Pusat yang tajam (the sheer of the national civil service). Kedua, menguatnya peran yang prestisius dari kelompok senior Departemen/ LPND (enhancing the role of the ministries is the prestige and authority of the members of French civil service senior corps). Ketiga, fragmentasi pemerintahan daerah terjadi karena kuatnya fungsi spesifik yang diemban oleh Departemen/ LPND yang berpengaruh. Keempat, keterlibatan langsung para menteri dalam masalah-masalah lokal. Atas dasar itu, Humes IV (1991) dalam bukunya menempatkan pola Pemerintahan daerah di Perancis sebagai ‘dual-supervision’. Pola ini dikiblati oleh berbagai negara terutama jajahan dari Perancis sendiri seperti Maroko.

1. GAMBARAN UMUM NEGARA PERANCIS Nama resminya adalah Republik Perancis (Republique Francaise) dengan Ibukota Paris, dipimpin oleh Kepala Negara soerang Presiden dan Kepala Pemerintahan seorang Perdana Menteri. Bahasanya Bahasa Perancis, dengan lagu kebangsaan La Marseillaise, agama Katholik Roma (88 %), Protestan (2 %), Yahudi (1 %), Islam (5 %) dan lain-lain (4 %). a.Geografi Negara Perancis terletak di benua Eropa bagian barat, pada posisi 42,5° 51° LU dan 5° BB - 8° BT, berbatasan dengan sebelah Utara Selat Inggris dan Belgia, sebelah Selatan Spanyol dan Laut Tengah, sebelah Timur dengan Swiss, Italia, Jerman, Luxemburg dan Belgia. Luas wilayah 550.000 Km², dengan jumlah penduduk 61.538.322 jiwa. b. Konstitusi Konstitusi Perancis tertanggal 28 September 1958. Dalam pembukaan Konstitusi Perancis menegaskan bahwa Perancis adalah negara sekuler dan berbentuk republik yang demokratis dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Konstitusi tersebut menjadi dasar dari Republik Kelima (Fifth Republic) dan dapat diamandemen baik melalui referendum atau melalui proses di parlemen dengan persetujuan presiden. Konstitusi Republik Kelima Perancis telah beberapa kali mengalami amandemen antara lain sehubungan dengan pemilihan presiden secara langsung (1962), Maastricht Treaty (1992), UU Imigrasi (1993), Referendum (1995), Amsterdam Treaty (1996), International Criminal Court/ICC (1999), Treaty of Nice (2000), pengurangan masa jabatan presiden (2000), referendum Konstitusi UE (2005) serta imunitas Presiden (2007). Dewan Konstitusi terdiri atas 9 Anggota dan khususnya bertanggung jawab terhadap ketentuan dan pelaksanaan pemilu. c.Sistem Pemerintahan Perancis Sistem pemerintahan Perancis adalah Parlementer dan Presidensial. Disebut Presidensial karena Presiden dipilih secara langsung melalui pemilu dan Presiden dapat membubarkan Assemblee Nationale/Majelis Rendah, setelah berkonsultasi dengan PM dan Ketua Assemblee Nationale dan Ketua Senat (Pasal 12). Disebut Parlementer karena Kepala Pemerintahan / PM bertanggung jawab kepada Majelis Rendah (Assemblee Nationale). d. Partai Politik Partai-partai poliik utama di Perancis antara lain Partai UMP (Union pour la Majorite Presidentielle). Partai UMP ini didirikan oleh Jacques Chirac untuk menghadapi pemilu presiden tahun 2002, sebelumnya Chirac telah mendirikan Partai RPR (Rassemblement pour la Republique) yang kemudian dibubarkan pada tahun 2002 menyusul terbentuknya Partai UMP. Partai politik lainnya adalah Partai UDF (Union pour la Democratie Francaise), Partai PS (Parti Socialiste), Partai PCF (Parti Communiste Francaise), Partai Hijau (Les Verts) dan Partai FN (front Nationale).

e.Kepala Negara Kepala Negara (Presiden) dipilih secara langsung untuk masa jabatan lima tahun. Sebelum referendum tanggal 24 September 2000, periode jabatan presiden beralngsung selama 7 tahun. Pemilu terakhir dilaksanakan tanggal 21 April dan 5 Mei 2002. Perdana Menteri diangkat Presiden terpilih atas usulan mayoritas Assemblee Nationale (National Assembly). Hasil pemilu terakhir adalah terpilihnya kembali Jacques Chirac (Partai Union pour la Majorite Presidentielle)/UMP) dengan perolehan suara sebesar 82,21 % mengalahkan Jean-Marie Le Pen (Partai Front Nasional/FN) yang memperoleh suara 17,79 % pada putaran kedua. Dengan hasil tersebut Jacques Chirac terpilih untuk kedua kalinya sebagai Presiden Perancis untuk masa jabatan lima tahun berikutnya (2002-2007). Anggota kabinet (Council of Ministers) diangkat oleh presiden atas usulan perdana menteri. f. Parlemen Parlemen Perancis bersifat bicameral, terdiri atas Senate (senat) dan Assemblee Nationale. Senat berjumlah 321 orang dan dipilih secara tidak langsung oleh electoral college untuk masa jabatan 9 tahun. Sepertiga anggota senat dipilih setiap tiga tahun. Pemilu terakhir dilaksanakan tanggal 23 September 2001. komposisi senat hasil pemilu terakhir adalah Partai Rassemblement pour la Republique/RPR (95 orang), Partai Sosialis/PS (83 orang), Union Centriste Groupe (53 orang), Republique et Independent (41 orang), Rassemblement Democratique et Social Europeen Groupe (20 rang), Communiste (23 orang) dan non partai (6 orang). g. Sistem Peradilan Berdasarkan Pasal 66 Konstitusi Perancis, sistem peradilan diatur menurut perbedaan fundamental antara pengadilan biasa, yang menangani kasus individu dengan pengadilan administratif, yang menangani semua kasus yang melibatkan individu dan institusi publik. Perancis memiliki dua jenis pengadilan yaitu pengadilan sipil dan pengadilan kriminal. Badan peradilan tertinggi adalah Cour de Cassation (Supreme Court of Appeals) yang berwenang memeriksa permohonan banding. Conseil d’Etat adalah pengadilan tertinggi administratif dan berwenang memutuskan pengajuan banding terhadap legalitas tindakan administratif. Pemerintah juga melakukan konsultasi dengan Conseil d’Etat untuk pengajuan rancangan undang-undang. h. Hubungan Bilateral RI - Perancis Hubungan bilateral Indonesia – Perancis di bidang politik secara umum berjalan dengan baik. Antara Perancis dan Indonesia terdapat paralelisme dalam penerapan sistem Politik Luar Negeri, Indonesia menganut politik bebas aktif dan Perancis menganut sistem Politique Independence, prinsip tersebut sekaligus menjadi landasan bagi kedua negara dalam membina hubungan luar negerinya. Perancis mendukung pelaksanaan proses informasi di Indonesia termasuk dalam upaya pemajuan HAM, good governance serta supremasi hukum. Perancis menyambut baik upaya-upaya demokratisasi di Indonesia yang semakin memperlihatkan kemajuan pesat. Hasil dari pelaksanaan pemilu

2004 yang demokratis di Indonesia dipandang Perancis sebagai langkah penting dalam kehidupan politik di Indonesia. Pemerintah Perancis menyambut gembira hasil kesepakatan RI-GAM di Helsinki tanggal 15 Agustus 2005. Kementerian Luar Negeri Perancis ikut berpartisipasi aktif dalam misi pengawasan UE ke Aceh (Aceh Monitoring Mission) sejak pertengahan bulan Septeber 2005. Pada abad pertengahan, Dinasti Capetian yang berkuasa berhasil menyatukan wilayah Prancis. Kedinastian ini sempat goyah akibat muncul Perang 100 hari, wabah Maut Hitam, serta rivalitas kaum ningrat Burgundi. Namun, Prancis bangkit dan berkembang pesat pada masa Renaisans, yang diawali kekuasaan raja Louis XIV. Keemasan zaman kerajaan pun berakhir yang ditandai dengan Revolusi pada tahun 1789, yang kemudian diikuti dengan reformasi sosial dan institusional Prancis di bawah pengaruh Napoleon. Revolusi tersebut jualah yang mengakibatkan ketidakstabilan politik yang hingga kini menjadi catatan sejarah Prancis. Sejak abad pertengahan hingga sekarang, Prancis telah 11 kali mengubah sistem pemerintahannya, mengecap 5 kali menjadi republik, 2 kali kekaisaran serta 3 kekuasaan elit, plus pemerintahan semu semasa PD II. Pada abad 19 dan 20, modernisasi di Prancis tampak berjalan lambat, dan rivalitas dengan Jerman telah menjadi warna yang mendominasi politik Prancis pada masa itu. Kehilangan populasi yang terjadi semasa PD I, serta pendudukan Jerman atas Prancis pada 1940-1944 sempat membuat penduduk Prancis menjadi trauma. Namun sejak 1945, kedua negara mulai menjadi tulang punggung bagi terbentuknya Uni Eropa. Dalam sejarah Prancis dikenal peristiwa "Perang 100 Hari". Perang ini terjadi pada tahun 1337-1453, dimana Inggris dan Prancis memperebutkan wilayah Prancis. Akibatnya parah, kerusakan akibat perang dan wabah Maut Hitam pada 1348 hampir saja menghancurkan Prancis. Prancis nyaris saja dibagi oleh Raja Inggris dan Duke dari Burgundi, jika saja Joan of Arc tidak muncul menyingkirkan Inggris dari wilayahnya, dan mengembalikan kedaulatan Prancis. Setelah era kekuasaan religius berakhir, muncullah kekuatan monarki absolut yang dimulai sejak Louis ke-XIV. Namun pada abad 18, banyak filsuf modern bermunculan, dan banyak melontarkan ide sosial yang akhirnya menjadi pemicu Revolusi 1789. Di bawah motto 'Kebebasan, Persamaan dan Persaudaraan' (liberte, egalite, fraternite), republik baru yang terbentuk serta reformasi yang dibawanya menyebar ke seluruh penjuru Eropa. Revolusi ini tampaknya telah mengakhiri kekuasaan monarki dinasti Bourbon, namun pada tahun 1814-1830 kekuatan tersebut kembali lagi. Abad ke19, Prancis didominasi kekuatan klan Bonaparte, Napoleon I dan Napoleon III. Barulah sejak turunnya Napoleon III pada tahun 1870, Prancis kembali menjadi negara republik hingga saat ini. Republik ini menganut demokrasi yang menganut sistem semipresidensial. Ide-ide pokoknya tertuang dalam La Déclaration des droits de l'Homme et du Citoyen. Sebagai tiga besar Uni Eropa bersama Inggris dan Jerman, Prancis merupakan salah satu dari pendiri Uni Eropa dan merupakan anggota dengan luas daratan terbesar. Prancis juga merupakan salah satu pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memiliki hak veto.

Related Documents


More Documents from "Linda Prihastiwi"