Identitas Nasional

  • Uploaded by: Mustaqim Bima Aveiro
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Identitas Nasional as PDF for free.

More details

  • Words: 2,528
  • Pages: 14
Loading documents preview...
IDENTITAS NASIONAL

Disusun Oleh : Kelompok 3

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2016

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. Wb. Salam sejahtera buat kita semua.

Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penulisan makalah “Pendidikan Kewarganegaraan” yang membahas mengenai Identitas Nasional. Makalah ini kami buat berdasarkan buku-buku penunjang yang kami miliki dan dari situs-situs yang berhubungan dengan mata kuliah ini serta dari berbagai sumber lainnya. Kami

juga

berterima

kasih

kepada

Bapak

Dosen

mata

kuliah

Pendidikan

Kewarganegaraan Khusunya yang tengah membimbing kami pada mata kuliah umum ini. Kami berharap Semoga Makalah singkat ini nantinya bermanfaat bagi kita semua terutama pada para pembacanya. Demikianlah yang dapat kami sampaikan lebih dan kurang kami mohon maaf dan demi perbaikan hasil Makalah singkat ini, kami perlukan kritik beserta saran dari para pembaca sekalian agar kelak mendapat masukan yang lebih baik untuk kedepannya, akhir kata kami haturkan

terima

kasih,

wabbillahi

taufikwallidaya

wassalamualaikum

warahmatullahi

wabarakatuh.

Medan, Maret 2016

Kelompok 3

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..........................................................................................................1 DAFTAR ISI........................................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3 1.1.

Latar Belakang Masalah.....................................................................................3

1.2.

Rumusan Masalah..............................................................................................3

1.3.

Tujuan.................................................................................................................3

BAB II ISI...........................................................................................................................4 2.1. Pengertian Identitas Nasional...................................................................................4 2.2. Karakteristik Identitas Nasional...............................................................................5 2.3. Pancasila Sebagai Sumber Kepribadian dan Identitas Nasional Indonesia..............5 2.4. Sejarah Budaya Bangsa sebagai Akar Identitas Nasional.........................................6 BAB III PENUTUP............................................................................................................8 3.1. Kesimpulan...............................................................................................................8 3.2. Saran.......................................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................11

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dewasa ini ideology kapitaslis bisa saja menguasai dunia.

Kapitalisme dapat mengubah masyarakat dan menjadi sistem internasional yg menentukan nasib ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa di dunia. Secara tidak langsung kapitalisme juga dapat mempengaruhi sistem sosial politik dan budaya masyarakt diberbagai negara. Dalam kondisi dimana negara-negara masional telah dipengaruhi prinsip kapitalisme, lambat laun negara-negara kebangsaan akan semakin terdesak. Dalam menghadapi kondisi seperti itu tentunya sangat tergantung kemampuan bangsa bersangkutan mempertahankan jati dirinya. Identitas nasional Indonesia yg diharapkan tidak cukup hanya dipahami secara statis, tetapi juga dalam konteks dinamis. Karena pengembangan identitas nasional secara dinamis lebih memungkin suatu bangsa diperhitungkan dalam pergaulan antar bangsa didunia. Sehubungan dengan identitas nasional secara dinamis, bangsa Indonesia harus memiliki visi yg jelas. Terlebih dalam melakukan reformasi identitas nasional Indonesia haruslah dikembangkan melalui dasar filosofi bangsa dan negara yaitu bhineka tunggal ika, yg terkandung dalam filosofi pancasila.

1.2.

Rumusan Masalah a. b. c. d.

1.3.

Apa itu identitas nasional ? Bagaimana karakteristik dari identitas nasional ? Apa itu Pancasila sebagai sumber kepribadian dan identitas nasional indonesia ? Bagaimana sejarah budaya bangsa sebagai akar identitas nasional ?

Tujuan a. b. c. d.

Menjelaskan pengertian dari identitas nasional. Menjelaskan karakteristik dari identitas nasional. Menjelaskan pancasila sebagai sumber kepribadian dan identitas nasional indonesia. Menjelaskan sejarah budaya bangsa sebagai akar identitas nasional.

e.

BAB II ISI

f. 2.1. Pengertian Identitas Nasional g.

Dewasa setiap bangsa tidak mungkin bisa menghindar dari pengaruh

kehidupan global. Kemajuan teknologi kominikasi dan informasi yg sangat pesat membuat batas-batas teritori negara tidak berarti dalam menghempang masuknya pengaruh-pengaruh asing. Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yg merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi. h.

Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu cirri yg dimiliki

oleh suatu bangsa yg secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Pada pengertian ini , dapat dipastikan bahwa setiap bangsa memiliki identitas yg menjadi keunikan tersendiri, yg tercermin dalam sifat, ciri2 serta karakter dari bangsa bersangkutan. Para tokoh besar ilmu pengetahuan yg mengkaji tentang hakikat kepribadian bangsa tersebut dari beberapa disiplin ilmu, antara lain Margaret mead, Ruth benedict, Ralph linton, Abraham kardiner, Darwis riesmen.Menurut mead dalam “antrophology to day” misalnya, bahwa studi tentang “National Character” mencoba untuk menyusun suatu kerangka pikiran yg merupakan suatu konstruksi tentang bagaimana sifat-sifat yg dibawa oleh kelahiran dan unsur-unsur ideotyncrotie pada tiaptiap manusia dan patron umum serta patron individu dari proses pendewasaannya diintegrasikan dalam tradisi sosial yg didukung oleh bangsa itu sedemikian rupa sehingga Nampak sifat-sifat kebudayaan yg sama, yg menonjol yg menjadi cirri khas suatu bangsa tersebut. i.

Linton juga mengemukakan pengertian tentang status personality, yaitu

waktu individu yg ditentukan oleh statusnya yg didapatkan dari kelahiran maupun dari segala daya upayanya. Status personality seseorang mengalami perubahan dalam suatu saat , jika seseorang tersebut bertindak dalam kedudukannya yg berbeda-beda, misalnya sebagai ayah, sebagai pegawai, sebagai anak laki-laki dan sebagainya.

j.

Oleh karena itu pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak dapat

dipisahkan dengan pengertian “people character”, national character” atau national identity”. Dalam hubungannya dengan identitas national Indonesia kepribadian bangsa Indonesia kiranya sangat sulit jikalau hanya dideskripsikan berdasarkan cirri khas fisik.

k. 2.2. Karakteristik Identitas Nasional a. Unsur- unsur Identitas Nasional l. Identitas Nasional, pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai- nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu nation (bangsa) dengan ciri- ciri khas, dimana dengan ciri- ciri yang khas tersebut suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan kehidupannya. m. Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka identitas nasional itu merupakan manifestasi nilai- nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya agama- agama besar di bumi nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan dan ratusan suku yang kemudian “dihimpun” dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan Pancasila dan roh Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. b. Pelaksanaan Unsur- unsur Identitas Nasional n. Pada hakikatnya identitas nasional indonesia sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan beserta UUD 1945, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai- nilai etik, moral, tradisi, bahasa, mitos, ideologi dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan baik dalam tataran nasional maupun internasional dan lain sebagainya. o. Perlu dikemukakan bahwa nilai- nilai budaya yang tercermin sebagai identitas Nasional Indonesia bukanlah barang jadi yang sudah selesai “mandheg” dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang “terbuka” cenderung terusmenerus bersemi sejalan dengan hasrat menuju kemajuan yang diimplikasinya adalah

bahwa identitas nasional adalah juga sesuatu yang terbuka, dinamis dan dialektis untuk ditafsir dengan diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang di masyarakat. p. Krisis multidimensi yang kini sedang melanda masyarakat kita menyadarkan kita semua, bahwa pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan identitas nasional kita telah ditegaskan sebagai komitmen konstitusional sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri negara kita dalam pembukaan, khusunya dalam pasal 31 UUD 1945 beserta penjelasannya, yaitu: “Pemerintah memajukan kebudayaan Nasional Indonesia” yang diberi penjelasan “kebudayaan bengsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budaya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli terdapat sebagai puncak- puncak kebudayaan di daerah- daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju kearah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahanbahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsai Indonesia”. Kemudian dalam UUD 45 yang diamandemen dalam satu naskah disebutkan dalam pasal 32: 1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai- nilai budaya. 2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sendiri sebagai kekayaan budaya nasional. q. Dengan demikian secara konstitusional pengembangan kebudayaan untuk membina dan mengembangkan Identitas Nasional kita telah diberi dasar dan arahnnya, terlepas dari apa dan bagaimana kebudayaan itu dipahami yang dalam khasanah Ilmiah terdapat tidak kurang dari 166 definisi sebagaimana dinyatakan oleh Kroeber dan Klukhon di tahun 1952. r. Untuk mendukung tetap tumbuh dan berkembangnya identitas nasional bagi bangsa Indonesia diperlukan adanya:

1) Nasionalisme yang kuat menjadi pilar terhadap pengaruh buruk perkembangan teknologi yang cukup pesat. Dalam hal ini bangsa Indonesia harus komit terhadap nilai bersama yang harus dijaga. Menurut Haas yang dikutip Yahya dalam Sumaatmadja & Wihardit (2010:3.7) Nasionalisme menunjuk pada totalitas kultur, sejarah, bahasa dan psikologi serta sentimen sosial lainnya yang menarik orang pada satu perasaan saling memiliki cita- cita maupun kemasyarakatan. 2) Implementasi Norma dan Agama yang menjadi landasan untuk dapat memiliki dan memilah informasi yang dapat digunakan. Ini penting untuk menangkal pengaruh negatif seiring dengan gelombang globalisasi. 3) Pelestarian Nilai Budaya bangsa yang dapat dijadikan filter terhadap berbagai pengaruh negatif serta pilar pendukung pengaruh budaya asing yang berdampak positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai contoh: alon- alon asal kelakon sebagai simbol kehati- hatian dalam bertindak, guru kencing berdiri, murid kencing berlari sebagai simbol keteladanan, berat sama dipikul ringan sama dijinjing sebagai simbol kebersamaan. “Pela Gandong” di Ambon sebagai simbol untuk landasan kerukunan.

s. 2.3. Pancasila Sebagai Sumber Kepribadian dan Identitas Nasional Indonesia t. Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat Internasional, memiliki sejarah serta prinsip dan hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala bangsa Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme

modern,

diletakkanlah prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam hidup berbangsa dan bernegara. Para pendiri Negara menyadari akan pentingnya dasar filsafat ini, kemudian melakukan suatu penyelidikan yang dilakukan oleh badan, yaitu BPUPKI yang akan meletakkan dasar filsafat bangs dan Negara yang berakar pada pandangan hidup yang bersumber kepada kepribadiannya sendiri. u.

Prinsip-prinsip dasar hidup berbangsa dan bernegara ditemukan oleh

founding father dari filsafat hidup atau pandangan hidup Bangsa Indonesia, yang diabstraksikan menjadi filsafat Negara yaitu Pancasila. Dari itu diketahui bahwa dasar filsafat negara berakar pada pandangan hidup yang bersumber kepada kepribadian Indonesia.

v.

Dapat pula dikatakan bahwa Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan

ngara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nila budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi filsafat pancasila itu bukan muncul secara tiba-tiba dan dipaksakan oleh suatu rezim atau penguasa melainkan memulai suatu fase histories yang cukup panjang. Pancasila sebelum dirumuskan secara formal yudiris dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia, dalam kehidupan sehari-hari sebagi suatu pandangan hidup, sehingga materi Pancasila berupa nilai-nilai tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri. Dalam pengertian seperti ini, menurut Notonegoro, bangsa Indonesia adalah sebagai kuasa materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri Negara untuk dijadikan sebagai dasar negara Republik Indonesia. Proses perumusan materi pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam siding-sidang BPUPKI pertama, sidang “Panitia 9” , siding BPUPKI kedua, serta akhirnya disahkan secara formal yudiris sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia ( Kaelan & Zubaidi, 2007:51-52)

w. 2.4. Sejarah Budaya Bangsa sebagai Akar Identitas Nasional x. Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang. Berdasarkan kenyataan objektif tersebut maka untuk memahami jati diri bangsa Indonesia serta identitas nasional Indonesia maka tidak dapat dilepaskan dengan akar-akar budaya yang mendasari identitas nasional Indonesia. Kepribadian, jati diri serta identitas nasional Indonesia yang terumuskan dalam filsafat Pancasila harus dilacak dan dipahami melalui sejarah terbentuknya bangsa Indonesia sejak zaman kutai, Sriwijaya,Majapahit sera kerajaan lainnya sebelum penjajahan bangsa asing di Indonesia. y.

Nilai-nilai esensial yag terkandung dalam Pancasila, yaitu : Ketuhanan,

Kemanusiaan, Persatuan,Kerakyatan serta keadilan, dan kenyataannya secara memandirikan Negara. Proses terbentuknya bangsa dan Negara Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV , ke-V kemudian dasardasarkebangsaan Indonesia telah mulainampak pada abad ke-VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra di Palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya. Proses terbentuknya nasionalisme yang berakar pada budaya ini menurut Yamin diistilahkan sebagai fase

terbentuknya nasionalisme lama, dan oleh karena itu secara objektif sebagai dasar identitas nasionalisme Indonesia. z.

Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin dirintis

oleh para pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesiauntuk menemukan identitas nasionalnya sendiri membentuk suatu bangsa Indonesia tercapai pada tanggal Agustus 1945 yang kemudian diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan Bangsa Indonesia. aa.

Oleh karena itu, akar-akar Nasionalisme Indonesia yang berkembang

dalam perspektif sejarah sekaligus juga merupakan unsure-unsur identitas nasional, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah terbentuknya bangsa Indonesia. (Kaelan & Zubaidi, 2007: 52-53)

ab.

BAB III

PENUTUP ac. 3.1. Kesimpulan ad. Agar apa dan bagaimana Identitas Nasional itu dipahami oleh generasi bangsa sebagai penerus tradisi nilai-nilai yang diwariskan sebagai ajaran oleh nenek moyang maka pemberdayaan warian nilai-nilai itu harus tetap bermakna dalam arti relean dengan fungsi dan fungsional bagi kondisi actual yang sedang berkembang dalam masyarakat. ae.

Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi dewasa ini mendapatkan

tantangan yang sangat kuat, terutama karena pengaruh kekuasaan internasional. Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakankepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi.Sebagaimana terjadi diberbagai Negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan nasionalisme, muncul kebangkitan kembali kesadaran nasional. af.

Prinsip-prinsip dasar hidup berbangsa dan bernegara ditemukan oleh

founding fathers dari filsafat hidup atau pandangan hidup Bangsa Indonesia, yang diabstraksikan menjadi filsafat Negara yaitu Pancasila. Dari itu diketahui bahwa dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia berakar pada pandangan hidup yang bersumber kepada kepribadian Indonesia, yang diharapkan tumbuh menjadi jati diri dan identitas nasional Indonesia. ag.

Konsekuensi dan implikasinya ialah bahwa sebagai upaya pemberdayaan

Identitas Nasional Indonesia perlu ditempuh melalui revitalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Revitalisasi nilai-nilai Pancasila sebagai manifestasi identitas nasional mengandung makna bahwa pancasila harus kita letakkan dalam satu keutuhan tafsir dalam Pembukaan sebagai StaatsfundamentalNorm, dieksplorasikan pada dimensi-dimensi yang melekat padanya, yaitu: ah. Realitasnya : dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dikontretisasikan dalam kehidupan keseharian sebagai cerminan kondidi objectif yang

tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kampus utamanya, sebagai suatu rangkaian nilainilai yang bersifat sein im sollen dan sollen im sein. ai. Idealitasnya : dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bukanlah utopi tanpa makna, melainkan diobjektivasikan sebagai “kata kerja” untuk membangkitkan gairah dan optimisme para warga Negara masyarakat guna melihat hari kedepan secara prospektif, menuju hari esok yang lebih baik, misalnya melalui seminar atau “gerakan moral” dengan semangat “Revitalisasi Pancasila”. aj. Fleksibilitasnya : dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai dan “tertutup” menjadi sesuatu yang sacral, malainkan terbuka bagi tafsir-tafsir baru utuk memenuhi kebutuhan zaman yang terus menerus berkembang. Dengan demikian tanpa kehilangan nilai hakikinya nilai-nilai Pancasilamenjadi ttap actual, relevan serta fungsional sebagai tiang-tiang penyangga bagi kehidupan bangsa dan Negara dengan jiwa dan semangat “Bhineka Tunggal Ika”, sebagaimana dikembangkan di Pusat Pancasila dan Pusat Studi ekonomi Pancasila (di UGM), Laboratorium Pancasila (di Universitas Negeri dahulu IKIP Malang) , Forum KomunikasiDosen Pancasila (FKDP di Semarang) ak.

Revitalisasi Pancasila sebagai manifestasi identitas nasional pada

gilirannya harus diarahkan juga pada Pembinaan dan Pengembangan moral, sedemikian rupa sehingga moralitas Pancasila dapat dijadikan dasar dan arah dala upaya untuk mengatasi krisi dan disentegrasi yang cendrung sudah menyentuh kesemua segi dan sendi kehidupan; namun perlu kita sadari bahwa moralitas Pancasila akan menadi tanpa makna, menjadi sebuah “karikatur” apabila tidak disertai dukungan suasana kehidupan dibidang hokum secara kondusif dan suprematif. al.

Antara moralitas dan hokum memang terdapat korelasi yang sangat erat,

dalam arti bahwa moralitas yang tidak didukung oleh kehidupan hokum yang kondusif akan menjadi subjectivitas yang satu sama lain akan berbenturan; sebaliknya ketentuan hukum yang disusun tanpa disertai dasar dan alasan moral akan melahirkan suatu legalisme yang represif, kontra produktif dan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila itu sendiri. am.

an.3.2. Saran ao. Makalah ini sangat jauh dari kata sempurna,, maka dari itu kami disini dari kelompok dua mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca agar makalah ini menjadi makalah yang jauh lebih sempurna.

ap.

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan & Zubaidi Achmad, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan . Paeadigma. Yogjakarta Pasaribu Payareli, 2016. Pendidikan Kewarganegaraan Edisi Revisi. UNIMED Press. Medan

Related Documents


More Documents from "Ayu Nurul Hayyu"

Identitas Nasional
January 2021 1
Volvo Twd1240ve
March 2021 0
Data Engine Forklift
February 2021 1
5s Audit Form
January 2021 0