Kristologi Ppt

  • Uploaded by: Virgi Moningka
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kristologi Ppt as PDF for free.

More details

  • Words: 3,026
  • Pages: 58
Loading documents preview...
Nama NIM Mata Kuliah Dosen Pengampu

: Virgilio S. Moningka : 1164316.86208.0007 : Teologi Kristen : Dr. Markus Adifirmanu, M.Th

Sumber Referensi Millard J. Erikson (vol 2)

Pribadi Kristus

1 Masalah-masalah kontemporer dalam metodologi Kristologis

 Hubungan

di antara iman dan sejarah  Hubungan di antara penelaahan tentang pribadi Kristus dengan penelaahan tentang karya Kristus  Makna sesungguhnya dari penjelmaan

Dengan kata lain Dapatkah pemahaman yang tepat tentang Kristus diperoleh berdasarkan data-data sejarah semata semata ataukah masih diperlukan juga iman? 2) Haruskah kita lebih dahulu menetapkan sifat Kristus sebelum mempelajari karya-Nya atau sebaliknya? 3) Adakah gagasan tentang penjelmaan Allah itu sekedar suatu pengertian mitodologis sehingga tidak dapat dipertahankan? 4) Kedua pertanyaan yang pertama berkaitan dengan bagaimana kita harus meleksanakan Kristologi kita; sedangkan pertanyaan yang ketiga mempersoalkan mungkinkah kita dapat mengerjakan Kristologi. Apabila kita ingin memahami laingkungan kontemporer dalam penyusunan Kristologi, maka kita perlu juga mempelajari latar belakang situasi yang sekarang. 1)

Sejarah & Kristologi

Selama jangka waktu yang cukup lama, para teolog membatasi pemahasan mereka menganai Kristus pada pandangan-pandangan yang diungkapkan dalam tradisi denominasi atau keprcayaan mereka masing-masing. Dan tradisi ini cenderung mengikuti pendapatpendapat yang dirumuskan dalam konsilikonsili oikumenis pada abad-abad awal zaman gereja. Ketika itu persoalan-persoalan Kristologi lebih banyak diungkapkan secara metafisik.

Salah satu persoalannya ialah kecurigaan bahwa Yesus yang pernah dikemukakan tradisi teolog itu berbeda dengan Yesus yang pernah hidup di Palestina, serta mengajar dan bekerja diantara murid-murid-Nya dan orang banyak.

Mencari yang Berkaitan Dengan Sejarah

Usaha untuk menemukan bagaimana Yesus yang sebenarnya dan apa yang dilakukan-Nya kemudian dikenal sebagai “Mencari Yesus yang berkaitan dengan sejarah.” Dasar pencarian ini ialah harapan bahwa Yesus yang sesungguhnya yaitu pastilah berbeda dengan Yesus yang dikisahkan dalam Perjanjian Baru, yaitu Yesus yang merupakan hasil teologi Paulus dan kawan-kawannya.

Kristologi Dari Atas

Kristologi dari atas merupakan strategi dan orientasi dari Kristologi sejak dari awal berdirinya gereja. Kristologi ini juga hampir merupakan pandangan dari Kristologi ortodoks selama zaman sebelum studi kritis terhadap Alkitab.

Kristologi Dari Bawah

Contoh terbaik untuk mempelajari pendekatan Kristologi dari bawah tidak dapat disangkal lagi dapat ditemikan di dalam karya Wolfhart Pannenberg yang berjudul Jesus – God and Man; dalam karya ini Pannenberg telah menghasilkan diskusi yang seksama tentang Kristologi. Beliau telah memeriksa dengan teliti dan mengkritik praduga-praduga dalam metodologi Kristologi dari atas

Pannenberg mengajukan tiga landasan mendasar mengapa dia sendiri tidak dapat menggunakan metode ini • Kristologi ialah menyajikan dukungan rasional terhadap kepercayaan akan ke-Allahan Yesus, karena pokok inilah dewasa ini deperdebatkan. Kristologi dari atas tidak dapat diterima karena sudah meyakini sebelumnya akan ke-Allahan Yesus • Kristologi daria atas cenderung untuk mengesampingkan pentingnya ciri-ciri historis Yesus dari Nazaret. Khususnya, hubungan Yesus dengan Yudaisme pada zaman-Nya, yang merupakan bagian penting untuk memahami hidup dan amanatNya. Hal ini hampir tidak dipergitungkan oleh Kristologi dari atas itu. Sesungguhnya, sebuah Kristologi dari atas hanya dapat dilakukan dari poisisi Allah sendiri, dan tidak dapat dilakukan oleh manusia. Kita ini terbatas, manusia yang terikat pada bumi ini, oleh karena itu kita harus mengawali semua penelaahan dari sudut pandangan bumi pula.

Evaluasi

Kristologi dari atas memiliki kekuatan karena mengakui tujuan dan nilai sebenarnya dari penjelmaan adalah pengaruh kehidupan Yesus atas orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dilain pihak, Kristologi dari bawah menumpulkan tuduhan bahwa paling banter teologi Kristen mengatasi persoalan ini (dan khususnya ajaran tentang pribadi Yesus) didasarkan pada iman dan yang paling buruk teologi itu kosong sama sekali. Sekalipun mangakui perlunya keterlibatan (komitmen) subyektif itu, Kristologi dari bawah berusaha mengelak untuk menyaringnya lewat subjektivitas orang-orang percaya yang lain, dalam hal ini para murid Yesus.

Pendekatan Yang Alternatif

1) Kristologi dari atas pada dasarnya bersifat Fideistik (paham bahwa akal budi tidak mampu mencukupi untuk membuktikan kebenaran, oleh karena itu orang percaya dapat mengendalikan iman). 2) Sebaliknya, Kristologi dari bawah terutama bersifat Tomistik (Thomas Aquinus). Pendekatan ini berusaha untuk memperlihatkan sifat adikodrati Kristus dengan memakai bukti-bukti historis. Dengan demikian, ke-Allahan Kristus bukan merupakan perkiraan, melainkan kesimpulan dari suatu proses. 3) Model Agustinian. Menurut model ini, iman mendahului, tetapi tidak senantiasa terlepas dari akal. Iman menyediakan sudut pandang atau titik tolak yang dapat dipakai oleh akal, yang memungkinkan orang untuk mengerti apa yang tidak mungkin dipahaminya tanpa iman.

Pribadi dan Karya Kristus

Perlu dicatat ada dua alasan utama mengapa pokok pembahasan tentang kepribadian Kristus didahului oleh penelitian tentang karya Kristus. Satu alasan ialah keinginan untuk mengaitkan Kristologi dan soteriologi. Memang mungkin untuk membahas Kristologi terlepas dari soteriologi. Namun tidak mungkin untuk membahas apa yang dilakukan Kristus dalam kehidupan kita tanpa mengaitkan karya tersebut dengan watak Kristus. Alasan yang kedua adalah ini menimbulkan berbagai kesulitan. Salah satu kesulitan ialah bahwa ketika kita menekankan apa yang diperbuat karya Kristus bagi umat manusia, maka persepsi diri manusia akan kebutuhan nya sendirilah yang cenderung mendiktekan atau menentukan agenda untuk membangun pengertian tentang pribadi atau watak Kristus.

Penjelmaan yang Dipandang Sebagai Mitologi

Persoalan lain yang makin meningkatkan keprihatinan dalam melaksanakan sesuatu Kristologi ialah apakah gagasan penjelmaan Kristus itu merupakan sebuah mitos. Menurut kalangan tertentu, gagasan bahwa Allah menjadi manusia serta memasuki sejarah manusia, yang merupakan doktrin penjelmaan dari segi sejarah, tidak dapat diartikan secara harafiah

Terdapat banyak perbedaan didalam aneka Kristologiyang memandang penjelmaan Kristus sebagai peristiwa mitologis. Sekalipun keanekaragaman dan perbedaan, ada juga beberapa kesamaan, yaitu: 1. Gagasan bahwa Allah secara harafiah menjelma menjadi manusia merupakan suatu pengertian yang tidak dapat diterima dan bertentangan dengan kenyataan. 2. Para murid berusaha untuk mengungkapkan kesan mendalam mereka mereka ketika berhadapan dengan Yesus. Ketika melakukan hal itu, mereka memakai gelar-gelar dan gambarangambaran yang umum pada waktu itu, misalnya, gagasan bahwa Allah datang ke dunia. Para murid berusaha untuk mengungkapkan bahwa mereka telah menemukan di dalam Yesus seorang yang hidup-Nya menjadi teladan kepercayaan dan iman kepada Allah.

3) Jenis Kristologi yang telah menjadi pandangan tradisonal dari gereja tidak berasal dari Perjanjian Baru, melainkan timbul karena tindakan berteologi yang dilakukan gereja, khususnya pada abad ke-4 dan ke-5. Dengan berteologi, gereja telah memanfaatkan pengertianpengertian filsafat yang ketika itu berlaku.

4) Gagasan tentang Yesus sebagai penjelma bukanlah merupakan pengertian yang unik sebagaimana yang biasanya diperkirakan. Berpikir bahwa Yesus adalah satusatunya jalan, dan bahwa hanya orang percaya ajaran gereja tentang Yesus akan diselamatkan, paling banter adalah pandangan yang picik dan seburuk-buruknya adalah pandangan yang menyeramkan. Pandangan semacam ini sebenarnya mengatakan bahwa sebagian besar orang yang telah hidup ini tidak selamat, dan bahkan tidak mempunyai kesempatan untuk diselamatkan. Sebaliknya, kita harus menyadari bahwa pengakuan dosa dasar kekristenan – bahwa Allah mengasihi dunia serta ingin diperdamaikan dengan-Nya – juga dipercayai dan diungkapkan secara berbada dalam agama-agama yang lain

5) Penjelmaan dapat dipahami secara sempit dan secara luas. • Dalam pengertian sempit, penjelmaan artinya keyakinan bahwa pada suatu saat tertentu dalam sejarah dan ditempat tertentu Allah telah memasuki dunia dalam diri Yesus Kristus, suatu perbuatan yang belum pernah dilakukan sebelumnya serta tidak akan dilakukan-Nya lagi. • Dalam pengertian yang luas, pejelmaan menunjuk kepada pengertian kehadiran Allah di dalam dunia ini. Dengan demikian, sarana untuk menghampiri Allah terdapat di dunia jasmaniah ini dan bukan dengan melarikan pada diri-Nya. Dunia jasmaniah merupakan pembawa dunia rohaniah. Pengertian yang luas ini bukanlah ciri khas Kristen

2 Ke-Allahan Kristus

Ajaran Alkitab

Kesadaran Diri Yesus

Wibawa yang dituntut dan diberklukan oleh Yesus juga tampak dengan jelas berkenaan dengan hari Sabat. Kekudusan hari Sabat memang telah ditetapkan oleh Allah sendiri (Kel 20:8-11). Hanya Allah yang dapat membatalkan atau mengubah peraturan ini. Sekalipun demikian saksikanlah apa yang terjadi ketika murid-murid Yesus memetik gandum pada hari Sabat dan orang-orang Farisi mengajukan keberatan bahwa peraturan Sabat (khususnya yang sesuai dengan tafsiran mereka) sedang dilanggar

Yesus menganggapi keberatan mereka dengan mengatakan bahwa Daud juga pernah melanggar hukum Taurat dengan memakan roti yang khusus diperuntukan bagi para imam saja. Kemudia Yesus beralih kepada situasi itu dan menyatakan, “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.” (Mrk 2:27-28).

Injil Yohanes

Ketika kita memeriksa seluruh Perjanjian Baru, kita menemukan bahwa apa yang dikatakan oleh para penulisnya tentang Yesus sepenuhnya konsisten dengan pemahaman diri Yesus sendiri dan pernyataan tentang diriNya. Injil Yohanes tentu saja terkenal karena sering kali merujuk kepada ke-Allahan Yesus. Pengantar Injil ini secara khusus mengungkapkan gagasan tersebut. Yohanes mengatakan, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah.” Sebenarnya yang dikatakan oleh Yohanes ialah, “Yang Ilahi (atau Allah) adalah Firman.” (qeoV en o logoV). Dengan mendahulukan qeoV sebagai konteks terhadap sususan kata dari anak kalimat yang sebelumnya, Yohanes menjadikan pernyataan ini sangat kuat.

Surat Ibrani

Surat Ibrani juga sangat tegas dalam menonjolkan keAllahan Yesus. Dalam pasal satu, penulisnya berbicara tentang Sang Anak sebagai cahaya kemuliaan Allah serta wujud dari Allah (carakthr thV nhostasewV autou, Ibr. 1:3). Anak ini, yang oleh-Nya Allah menciptakan dunia, juga menopang segala sesuatu dengan Firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dalam ayat ke-8 yang merupakan kutipan Mzm 45:7, Sang Anak disebut sebagai “Allah.” Alasannya ialah bahwa Anak itu lebih tinggi daripada malaikat (1:4, 2:9), dari Musa (3:1-6, dan dari semua imam besar (4:14, 5:10). Dia itu lebih tinggi karena Dia memang bukan sekedar manusia atau malaikat, melainkan sesuatu yang lebih tinggi dari semuanya itu, yaitu Allah.

Paulus

Paulus sering kali bersaksi tentang keyakinannya akan ke-Allahan Yesus. Dalam surat Kolose 1:15-20 Paulus menulis bahwa Sang Anak adalah gambar (eikwn) dari Allah yang tidak kelihatan (Ay. 15): di dalam Dia (Yesus) oleh Dia dan untuk Dia sehala sesuatu diciptakan dan dipelihara (ay. 17). Dalam ayat 19 Paulus menyimpulkan seluruh argumentasinya selama ini, “Karena seluruh kepenuhan. Allah berkenan diam di dalam Dia.” Dalam Kolose 2:9 Paulus mengungkapkan suatu gagasan yang mirip sekali, “Sebab dalam Dialah berdian secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan.”

Istilah “Tuhan”

Terdapat penjelasan yang lebih umum lagi mengenai keAllahan Kristus. Para penulis kitab dalam Perjanjian Baru menghubungkan istilah kurioV (Tuhan) dengan Yesus, khususnya setelah Ia dinagkitkan dan naik ke surga. Sekalipun istilah ini memang dapat dipergunakan tanpa pengertian tambahan kristologis yang unggul, ke-Allahan apabila diterapkan pada Yesus. pertama di Septuaginta kurioV biasanya adalah terjemahan dari (Yehova) serta dari nama penghormatan yaitu (Adonai) yang baisanya dipakai sebagai pengganti. Lagi pula, beragai rujukan Perjanjian Baru kepada Yesus sebagai “Tuhan” merupakan kutipan dari ayat-ayat Perjanjian Lama yang menggunakan salah satu nama Ibrani untuk Allah (Mis , Kis 2:20-21 dan Rm 10:13 bnd: Yl 2:31-32); I Ptr 3:3-15 (bnd Yes 8:13).

Bukti Kebangkitan

Pennenberg beranggapan bahwa peristiwa kebangkitan Yesus harus dipahami dari sudut pandang tradisi-tradisi historis yang peristiwa ini merupakan bagian. Sekalipun telah basa untuk menilai peristiwa tertentu sebagai sesuatu yang tetap, dan penafsarannya sebagai suatu fakta yang tidak tetap, yang berubah-ubah dengan waktu, Penneberg memadukan keduanya. Makna dari sebuah peristiwa adalah makna yang diberikan kepada peristiwa tersebut oleh orang-orang yang sejarahnya terkena olehnya, Pennenberg mengemukakan apa sebenarnya kenyataan kebangkitan Yesus bagi orang-orang Yahudi yang sebangsa denganNya

Penyimpangan Historis dari Kepercayaan pada Ke-Allahan Kristus Eboinisme Satu kelompok yang dikenal sebagai kaum Ebionit, menyelesaikan persoalan tersebut dengan menolak sama sekali ke-Allahan Yesus yang nyata atau yang ontologis itu. Nama Eboit ini, merupakan suatu istilah yang diambil dari sebuah kata Ibrani yang artinya “miskin”, pada mulanya dikenakan pada semua orang Kristen. Menurut kauam Ebionit, Yesus adalah manusia biasa yang dikaruniai kebenaran dan hikmat yang luar baisa tetapai ridak adikodrati. Ebionisme ternyata harus mengabaikan atau menolak materi Alkitab yang cukup banyak, yaitu semua rujukan Alkitab yang menunjukkan eksistensi Yesus sebelumnya, kelahiran-Nya dari seorang perawan, dan status Yesus Kristus yang unik serta fungsi-Nya yang kualitatif 

Arianisme Suatu pandangan yang jauh lebih menyeluruh dan cerdik kemudian muncul pad abad ke-4 dan sekitar ajaran seorang tuatua Aleksandria, yang bernama Arius. Pandangan yang digagaskan arius ini merupakan ancaman besar pertama yang menyerang pandangan gereja mengenai ke-Alhan Yesus. Terdapat dua tanggapan perting terhadap teologi Arianisme. 

Bukti-bukti yang disebutkan sebelumnya untuk membuktikan ke-Allahan Kristus telah diabaikan atau bahkan tidak ditafsirkan secara benar oleh kaum Arian. Dengan memperlihatkan secara teliti ayat-ayat yang telah dikemukakan oleh Arianisme yang mendikung pendapat mereka.

Kristologi Fungsional Salah satu perkembangan Kristologi yang menarik dari abad ke-20 ini ialah munculnya aliran “Kristologi Fungsional”. Yang dimaksudkna dengan istilah ini ialah bahwa Kristologi ini lebih menekankan apa yang dilakukan oleh Yesus dan bukan siapa Yesus itu. Pada dasarnya, Kristologi fungsional ini mengaku hanya bergarak berdasarkan landasan Perjanjian Baru yang bukan murni dan bukan kategori-kategori metafisik atau spekulatif dari pemikiran yang kemudian yang dianggap sebagai berakar dan bertumbuh dalam pemikiran Yunani di kemudia hari.

Berbagai Implikasi dari Ke-Allahan Kristus 1.

2.

3.

4.

Kita dapat memiliki pengenalan yang benar akan Allah. Yesus berkata, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9). Sedangkan para nabi sebelumnya datang membawa amanat Allah, Yesus adalah Allah itu sendiri. Penebusan tersedia bagi kita. Kematian Yesus memadai bagi semua orang berdosa yang pernah hidup, karena yang mati bukanlah manusia yang fana saja, melainkan Allah yang tak terbatas. Allah dan manusia telah bersekutu kembali. Yang datang bukan malaikat atau manusia yang diutus oleh Allah kepada manusia, melainkan Allah sendiri yang telah melintasi jurang akibat dosa. Menyembah Kristus itu layak. Kristus bukanlah sekedar yang tertinggi dari semua makhluk ciptaan, tetapi Diala Allah sendiri yang serata dengan Bapa. Ia pantas menerima pujian, pujian dan ketaatan kita sama seperti Allah Bapa.

2 Kemanusiaan Kristus 

Pentingnya Kemanusiaan Kristus

Kita tidak dapat meremehkan pentingnya kemanusiaan Yesus, karena asal penjelmaan-Nya menjadi manusia yang bersifat soteriologis, maksudnya, berkenaan dengan keselamatan kita. Persoalan yang diahadapi manusia ialah jurang yang memisahkan dirinya dengan Alah. Diantara Allah dan manusia juga terdapat jurang yang lain, yaitu jurang yang rohani dan moral. Jurang ini tercipta oleh manusia. Akan tetapi, apabila Yesus bukan manusia seungguhnya seperti kita, maka kemanusiaan dipersatukan, dan kita tidak dapat diselamatkan.

Bukti Alkitab Terdapat bukti yang cukup banyak dalam Alkitab bahwa Yesus memang sepenuhnya manusia seperti kita.  Kelaparan ketika Dia berpuasa (Mat 4:2)  Dia juga menderita kehausan (Yoh 19:28)  Yesus juga mengalami kelelahan ketika mengadakan perjalanan (Yoh 4:6) Yesus menderita secara jasmaniah dan kemudian wafat, seperti manusia lainnya. Kenyataan ini jelas dalam seluruh kisah penyaliban Yesus, dan mungkin paling jelas dalam (Yoh 19:34) ketika sebuah tombak ditusukkan ke dalam lambung-Nya dan darah yang mengalir menunjukkan bahwa Dia sudah mati. Pastilah Dia menderita sekali secara jasmaniah ketika Dia didesah, diberi mahkota duri dan ketika telapak tangan dan kaki-Nya dipaku.

Ajaran Sesat yang Mula-mula Mengenai Kemanusiaan Yesus Dosetisme Sejak awak dalam kehidupan gereja, terdapat sebuah aliran yang berusaha untuk menyangkal kemanusiaan Yesus. Pada hakikatnya Dosetisme merupakan sebuah Kristologi yang sangat dipengaruhi oleh fisafat Yunani, khususnya perpaduan asumsi Plato dan Aristoteles. Plato mengajarkan tentang gagasan perubahan secara bertingkat dari kenyataan. Aristoteles menekankan gagasan tentang keadaan ilahi yang tidk dapat dilalui. Menurut pandangan ini Allah tidak bisa berubah, menderita, atau bahkan terpengaruh oleh apa saja yang terjadi di dunia ini. 

• Apolinarisme Apolinarisme menangkas kemanusiaan Yesus. menurut pandangan ini Yesus menerima kemanusiaan yang sejati, tetapi tidak seluruhnya. Apolinarisme merupakan sebuah contoh terlalu membesar-besarkan sesuatu uang baik. Apolinarius adalah sahabat karib dan rekan Atanisius, tokoh pembela Kristologi ortodoks terhadap Arianisme di Konsili Nicea.

Depresiasi Baru-baru Ini Terhadap Kemanusiaan Yesus Karl Barth Kristologi Barth sebagaimana dikembangkan dalam karyanya Churh Dogmatics, berkaitan dengan dengan pandangannya mengenai penyataan maupun pengertian Kierkergaard tentang peranan sejarah terhadap iman. Kierkergaard beranggapan bahwa dari sudut pandang iman Kristen, maka orang percaya dan bukan saksi mata yang merupakan orang yang sezaman dengan Yesus. 

• Rudolf Bultmann Kristologi Bultman tidak berpusat pada serangkaian fakta obyektif tentang Yesus, melainkan pada maksa eksistensial-Nya. Yang penting ialah apa yang dilakukanNya pada kita, bagaimana Dia mengubah kehidupan kita.

Keadaan Yesus yang Tidak Berdosa Yesus telah dicobai tetapi tetap tidak berbuat dosa (Ibr 4:15)  Terpisah dari orang-orang berdosa (Ibr 7:26)  Tak bercacat (berdosa) (Ibr 9:14)  Yang kudus dari Allah (Yoh 6:69)  Tidak berbuat dosa dan menipu (I Ptr 2:22)  Di dalam Dia tidak ada dosa (I Yoh 3:5)  Tidak mengenal dosa (II Kor 5:21) 

Berbagai Implikasi Terhadap Kemanusian Yesus 1.

2. 3.

4. 5. 6.

Kematian Yesus yang mendamaikan dapat bermanfaat bagi kita. Bukanlah makhluk ajaib yang mati disalib. Yang mati itu adalah manusia seperti kita, karena itu Dia dapat dengab sungguh mempersembahkan kurban demi kepentingan kita. Yesus dapt benar-benar menaruuh simpati terhadap kita dan menaikkan doa syafaat bagi kita. Yesus menyatakan dengan jelas sifat manusia yang sesungguhnya Yesus juga dapat menjadi teladan kita Sifat manusia sendiri baik Allah tidak transenden secara total. Ia tidak begitu jauh dari manusia

3 Kesatuan Kepribadian Kristus Doktrin mengenai penggabungan yang ilahi dan yang manusiawi di dalam Yesus Kristus sangat sulit untuk dipahami karena mengusulkan penggabungan dua sifat yang berbeda secara definisi bertentangan. Sebagai Allah, Kristus tidak terbatas dalam pengetahuan, kekuasaan, dan kehadiran-Nya. Bila Dia itu Allah, pastilah Dia dapat melakukan segala sesuatu yang menjadi objek dan patut bagi kuasa-Nya. Tetapi pada sisi lain, apanila Dia itiu manusia, maka pastilah pengetahuan, kekuasaan itu terbatas. Dan ia pasti hanya bisa berada di suatu temat sekaligus

Persoalan ini makin sulit untuk dipahami karena hampir tidak ada ayat yang membahasnya. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, sangat perlu untuk bertindak dengan sangat hati-hati dan cermat. Kita harus meneliti dengan seksama setiap pernyataan yang kita miliki, serta mempraktikkan berbagai cara yang telah digunakan oleh para teolog dan aliran pikiran yang berbeda-beda untuk menghadapi masalah ini

Fakta-fakta Alkitab Sebagai kontras, tampak adanya petunjuk mengenai keanekaragaman di dalam ke-Allahan misalnya, di Kejadian 1:26, “Berfirmanlah Allah (tunggal), ‘Baiklah Kita (jamak) menjadikan manusia menurut gambar da rupa Kita (jamak)’.” Hal ini khususnya mencolok sekali dalam doa yang tercatat dalam Yohanes 17 dimana Yesus mengatakan bahwa diriNya dan Bapa adalah satu (21-22).  Terdapat berbagai rujukan dalam Alkitab yang merujuk kepada ke-Allahan dan kemanusiaan Yesus, namun jelas menunjuk kepada subyek tunggal saja. Diantaranya ialah Yohanes 1:14, Galatia 4:4, dan I Timotius 3:16 

Kesalahpahaman Yang Terdahulu Golongan Nestorius Terdapat beberapa alasan mengapa sangat sulit untuk memahami serta menilai ajaran Nestorius ini. Salah satu alasan ialah bahwa pandangan ini muncul ditengah-tengah persaingan politik yang ketat dalam gereja. Oleh karena itu, tidaklah begitu mudah untuk menentukan apakah sesuatu pandangan ditolak oleh gereja karena gagasan-gagasanya kurang memadai atau karena pertentangan diantara pendukungnya yang utama dan seseorang yang mempunyai pengaruh yang unggul di gereja. Yang jelas ialah bahwa pandangan nestorius ini tidak memenuhi pandangan ortodoks yang lengkap, dan mungkin tetap dipertahankan oleh oleh beberapa pengikutnya. 

Golongan Eutikhis Pandangan yang juga sangat sulit untuk dipastikan ialah Kristologi dari golongan Eutikhes. Setelah Konsili di Efesus (th 431), telah diterbitkan sebuah dokumen sebagai usaha untuk mendamaikan situasi dalam gereja ketika itu. Sesungguhnya dokumen ini diprakarsai oleh para uskup Antiokhia yang umumnya mendukung pandangan Nestorius di Efesus. Dokumen tersebut dikirim oleh Yohanes dari Antiokhia di Cyrillus.

Related Documents

Kristologi Ppt
March 2021 0
Doktrin Kristologi
February 2021 1
Diktat Kristologi
February 2021 1
Ppt
February 2021 3
Ppt
January 2021 4
Ppt
February 2021 3

More Documents from "LUCILLE DELA CRUZ"

Ppt Soteriologi Virgi
March 2021 0
Kristologi Ppt
March 2021 0
Origami, Flores
January 2021 3
Kartu Werewolf
March 2021 0