Laporan Askep Pada Nn. K Dengan Mastitis Dextra

  • Uploaded by: vinda astri permatasari
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Askep Pada Nn. K Dengan Mastitis Dextra as PDF for free.

More details

  • Words: 2,664
  • Pages: 20
Loading documents preview...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. K DENGAN MASTITIS DEXTRA DI RUANG NUSA INDAH 2 RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktik Klinik Kebutuhan Dasar Manusia II

Disusun Oleh : 1. Utita Agustina

P07120112079

2. Vinda Astri Permatasari

P07120112080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2013

1

LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. K DENGAN MASTITIS DEXTRA DI RUANG NUSA INDAH 2 RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Diajukan untuk disetujui pada : Hari

:

Tanggal

:

Tempat

:

Pembimbing Lapangan

Pembimbing Pendidikan

Sukwan Sumono, S.Kep

Sri Arini WR, SKM, M.Kep.

BAB I

2

PENDAHULUAN

A. Pengertian Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran darah. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. B. Penyebab Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi. 1. Statis ASI Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua atau lebih. 2. Infeksi Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus. Escherichia coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid.

3

C. Faktor Predisposisi Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu : 1. Umur Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun. 2. Paritas Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara. 3. Serangan sebelumnya Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki. 4. Melahirkan Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko. 5. Gizi Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis. 6. Faktor kekebalan dalam ASI Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara. 7. Stres dan kelelahan Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat, tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak. 8. Pekerjaan di luar rumah Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat. 9. Trauma Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.

4

D. Gejala Mastitis 1. Nyeri payudara dan tegang atau bengkak 2. Kemerahan dengan batas jelas 3. Biasanya hanya satu payudara 4. Terjadi antara 3-4 minggu pasca persalinan

BAB II

5

PROSES KEPERAWATAN A. Pengkajian Hari / tanggal

: Kamis / 20 Juni 2013

Waktu

: 09.30 WIB

Tempat

: Bangsal Nusa Indah 2

Oleh

: 1. Utita Agustina 2. Vinda Astri Permatasari

Sumber Data

: Klien, keluarga klien, catatan medis dan keperawatan, tim kesehatan lain

Metode

: Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumen

I.

Pengkajian A. Identitas 1. Klien Nama

: Nn “K”

Umur

: 17 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Status perkawinan

: Belum kawin

Suku

: Jawa/Indonesia

Alamat

: Panggang Bantul Yogyakarta

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Pelajar

Tanggal Masuk RS

: Selasa, 18 Juni 2013

No. CM

: 50.43.00

2. Penanggung jawab Nama

: Ny “D”

6

Umur

: 40 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Buruh Tani

Alamat

: Panggang Bantul Yogyakarta

Hubungan dgn klien

: Ibu kandung

3. Diagnosis Medis

: Mastitis Dextra

B. Riwayat Kesehatan 1. Riwayat kesehatan sekarang a. Keluhan utama : Pasien mengeluhkan payudaranya membesar, keras, nyeri dan munculnya abses tepat dibawah puting susu disertai dengan kemerahan pada payudara sebelah kanan. Pasien menyatakan nyeri pada saat payudaranya disentuh. b. Alasan masuk RS : Pasien menyatakan gejala ini muncul seminggu yang lalu, akan tetapi semakin hari nyerinya semakin bertambah hebat dan warna kemerahannya juga bertambah pada payudara sebelah kanan. Nyeri yang hebat menjalar sampai ke payudara sebelah kiri. Kemudian orang tua pasien membawa pasien ke RSUD Panembahan Senopati Bantul pada tanggal 18 Juni 2013. Pasien dinyatakan oleh dokter mengalami Mastitis Dextra. 2. Riwayat kesehatan yang lalu Pasien belum pernah mengalami masalah serupa sebelum ini dan belum pernah rawat inap di rumah sakit. 3. Riwayat kesehatan keluarga Berdasarkan hasil pengkajian tidak didapatkan keluarga pasien memiliki riwayat penyakit mastitis yang serupa. Juga tidak pula memiliki penyakit menular atau menurun seperti asma, DM, hipertensi maupun alergi. 4. Diagnosa medis saat masuk rumah sakit

7

Mastitis Dextra C. Pola Kebiasaan 1. Aspek Fisik dan Psikologi a. Pola Nutrisi 1) Sebelum sakit Pasien biasa makan 2 x sehari, pagi dan sore hari. Pasien menyatakan suka makan nasi goreng dan makanan yang asin-asin. Pasien biasanya makan dikantin sekolahnya. Pasien menyatakan tidak suka makan kangkung. Pasien biasanya makan setengah porsi setiap makan. Pasien minum sehari 3 kalu dengan ukuran botol air 600 ml. 2) Selama dirawat Pasien hanya makan 5 sendok sehari. Pasien menyatakan tidak nafsu makan. Pasien minum sehari hanya 900 ml. b. Pola Eliminasi 1) Sebelum dirawat Pasien mengaku BAK 4 kali sehari dan BAB sehari 3 kali. BAB dan BAK pasien normal tidak ada kelainan. Pasien tidak memakai obat pencahar. 2) Selama dirawat Pasien mengaku BAK 4 kali sehari dan BAB 1 kali sehari. Tidak ada gangguan dalam pola BAB maupun BAK. c. Pola Aktivitas – Istirahat – Tidur 1) Sebelum dirawat Di rumah, pasien biasanya tidur jam 10 malam sampai jam 6 pagi. Pasien kira-kira tidur sehari selama 8 jam. Pasien menyatakan tidak ada gangguan pernapasan maupun jantung. 2) Selama dirawat

8

Di rumah sakit pasien mengeluh tidak bisa tidur. Tidurnya terasa tidak nyenyak. Selama di rumah sakit pasien hanya tidur saja dan sesekali pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil maupun buang air besar. Tidak ada keluhan gangguan pernapasan. Dalam waktu luang pasien hanya mainan handphone. d. Pola Kebersihan Diri 1) Kulit Kulit pasien berwarna sawo matang, kering tetapi tidak ada lesi. Pasien menyatakan malas mandi karena nyeri. 2) Rambut Rambut pasien panjang, lebat dan hitam. Agak sedikit kusut karena belum sempat keramas. 3) Telinga Kedua telinga tampak simetris. Bersih, tidak ada serumen, tidak mengalami gangguan pendengaran. 4) Mata Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. 5) Mulut Bibir pasien lembab, keadaan gigi tidak rapi, karies gigi. 6) Genetalia Tidak terkaji. 7) Kuku Kuku tangan dan kaki pasien dibiarkan panjang dan diberi kutek warna merah dikuku tangan dan kaki. e. Aspek Mental – Intelektual – Sosial – Spiritual 1) Konsep Diri a) Identitas diri

: Pasien adalah seorang remaja

berusia 17 tahun yang saat ini masih duduk dibangku kelas 1 SMA. Sebelum sakit pasien sering bermain

9

bersama teman-teman sekolahnya, dirumah sakit pasien mengaku kesepian dan hanya mainan handphone. b) Gambaran diri : Pasien

mengaku

lebih

senang

menggunakan BH berkawat daripada BH yang tidak berkawat. Pasien juga menyatakan merasa takut ketika dilakukan perawatan luka di luka operasi insisi di payudara. c) Peran diri : Peran diri pasien menjadi terganggu selama sakit, bahkan pasien tidak bisa mengikuti ujian kenaikan kelas yang sedang berlangsung di sekolahnya. d) Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh dan segera pulang. Pasien ingin cepat masuk sekolah dan mengikuti ujian susulan. 2) Intelektual Pasien menyatakan belum mengetahui tentang penyakit yang sedang dideritanya. Pasien belum mengetahui tentang penyakit mastitis yang biasanya hanya menyerang ibu-ibu yang sedang menyusui, sedangkan pasien belum menikah. 3) Mekanisme koping Ketika dilakukan tindakan perawatan luka, pasien meminta untuk pulang. 4) Support System Keluarga

pasien

sangat

mendukung

kesembuhan

pasien.Orang tua pasien selalu memberi dukungan supaya pasien kuat menahan rasa sakitnya terlebih lagi ketika mendapatkan perawatan luka setiap pagi dan sore. 5) Spiritual Selama dirawat di rumah sakit pasien belum sempat menjalankan ibadah sholat. II.

Pemeriksaan Fisik

10

A. Keadaan Umum 1. Kesadaran : Compos Mentis 2. Status Gizi : a. TB

: 155 cm

b. BB

: 54 kg

c. IMT

: 22,47

3. Tanda-tanda vital : a. Suhu : 36,7° C b. Nadi

: 85 x/menit

c. TD

: 110/70 mmHg

d. RR

: 20 x/menit

B. Pemeriksaan cepalo-kaudal 1. Kepala : Bentuk kepala normal, tidak ada lesi, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe. a. Mata :Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. b. Telinga :Bersih, simetris, tidak keluar serumen, tidak ada gangguan pendengaran. c. Hidung : Bersih, simetris, tidak ada lendir atau sekret, fungsi pembauan baik. d. Mulut : Bibir lembab, gigi tidak rapi, karies gigi. 2. Leher : Normal, tidak ada pembesaran thyroid, ada gerakan peristaltik. 3. Dada a. Inspeksi

: Dada tidak simetris, terdapat luka post

operasi insisi payudara dextra. Tidak menggunakan otot pernapasan tambahan.

11

b. Palpasi

: Terdapat nyeri tekan pada payudara

sebelah kanan dan kiri. c. Perkusi

: Tidak terkaji. (Pasien mengeluhkan nyeri

saat pemeriksaan) d. Auskultasi

: Tidak terkaji. (Pasien mengeluhkan nyeri

saat pemeriksaan. e. Abdomen 1)

Inspeksi

: Simetris, tidak ada asites, tidak ada

massa, warna kulit merata 2)

Auskultasi

: Frekuensi peristaltik atau bising

usus 20x/menit 3)

Perkusi

: Suara normal, tympani

4)

Palpasi

: Tidak ditemukan adanya massa dan

nyeri tekan f. Genetalia : Tidak terpasang kateter g. Ekstrimitas 1)

Atas

: Anggota gerak lengkap, warna kulit

merata, turgor kulit elastis kurang dari 3 detik, tidak ada kelainan jari. 2)

Bawah

: Anggota gerak lengkap, warna kulit

merata, turgor kulit elastis kurang dari 3 detik, tidak ada kelainan jari. III.

Pengobatan yang didapat saat ini A. Ceftriaxone (injeksi IC) skin test dan injeksi 2x1 mg perhari B. Meropex (injeksi IC) skin test dan injeksi 2x500 mg perhari C. Infus RL ditangan kanan 20 tpm sejak tanggal 18 Juni 2013 di tangan kanan

IV.

Pemeriksaan laboratorium

12

PARAMETER HASIL DARAH LENGKAP OTOMATIS HB 13,1 AL (Angka 21,9

Gr% Ribu/ul

12-15 4-10

Leukosit) AE (Angka Eritrosit) 4,90 AT (Angka 278

Juta/ul Ribu/ul

4,0-5,0 150-450

%

36-46

% % % % % %

2-4 0-1 2-5 51-67 20-35 4-8

Detik detik detik detik Mg/dl Mg/dl Mg/dl Mg/dl Mmol/l Mmol/l Mmol/l

12,0-16,0 28,0-38,0 11,0-16,0 28,0-36,5 <200 17-43 0,6-1,1 3,5-5,5 135-148 3,5-5,3 98-107 negatif

Trombosit) HMT (Hematokrit) 39,5 HITUNG JENIS LEUKOSIT Eosinofil 1 Basofil 0 Batang 1 Segmen 85 Lymposit 10 Monosit 3 Golongan darah A PPT 12,3 APTT 29,2 Control PPT 14,1 Control APTT 32,9 Glukose sewaktu 116 Ureum darah 18 Kreatin darah 0,47 Albumin 4,16 Natrium 139,2 Kalium 4,37 Chlorida 106,6 HBS AG negatif ANALISA DATA Data

SATUAN

Masalah

NILAI NORMAL

Etiologi

13

DO :

Nyeri akut

1. Pasien

melindungi

payudara sebelah kanan 1.

Agen injuri : Fisik sekunder post operasi insisi payudara dextra

Pasien terlihat meringis kesakitan

2.

Adanya luka bekas operasi pada payudara sebelah kanan

3.

Tanda-tanda vital :

Suhu : 36,7° C Nadi : 85 x/menit TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/menit DS: 1.

Pasien menyatakan nyeri pada payudara sebelah kanan

2.

Pasien menyatakan skala nyeri 5 untuk rentang skala nyeri 1-10

3.

Pasien menyatakan kurang tidur akibat nyeri

14

DO : 1.

Ketidakseimbangan nutrisi Intake makanan kurang Pasien

tidak : Kurang dari kebutuhan

menghabiskan makanannya 2.

Makanan

masih

tubuh

tersisa

banyak dimeja pasien DS: 2.

Pasien menyatakan tidak nafsu makan

3.

Keluarga

pasien

menyatakan

bahwa

pasien

hanya makan 5 sendok sehari DO : Resiko infeksi 1.

Adanya operasi

balutan

insisi

Prosedur Invasif

luka

dipayudara

sebelah kanan. 2.

Pemeriksaan laboratorium : Angka leukosit 21,9 ribu/uL Segmen 85% Limfosit 10%

3.

Pasien terpasang infuse RL 20 tpm sejak tanggal 18 Juni 2013 di tangan kanan

DS: 1.

Pasien

mengeluh

nyeri

pada daerah sekitar operasi DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri : Fisik sekunder post operasi insisi payudara dextra yang ditandai dengan pasien melindungi payudara

15

sebelah kanan, pasien terlihat meringis kesakitan, adanya luka bekas operasi pada payudara sebelah kanan, tanda-tanda vital : Suhu : 36,7° C, Nadi : 85 x/menit, TD : 110/70 mmHg, RR : 20 x/menit, pasien menyatakan nyeri pada payudara sebelah kanan, pasien menyatakan skala nyeri 5 untuk rentang skala nyeri 1-10, pasien menyatakan kurang tidur akibat nyeri 2. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan kurang yang ditandai dengan pasien tidak menghabiskan makanannya, makanan masih tersisa banyak dimeja pasien, pasien menyatakan tidak nafsu makan, keluarga pasien menyatakan bahwa pasien hanya makan 5 sendok sehari 3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif yang ditandai dengan: adanya balutan luka operasi insisi dipayudara sebelah kanan, pemeriksaan laboratorium : Angka leukosit 21,9 ribu/ul, Segmen 85%, Limfosit 10%, pasien terpasang infuse RL 20 tpm sejak tanggal 18 Juni 2013 di tangan kanan, pasien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.

16

PERENCANAAN KEPERAWATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN

PERENCANAAN RENCANA

RASIONAL

Nyeri akut

Setelah dilakukan

TINDAKAN 1. Kaji

berhubungan

tindakan

karakteristik

mengetahui

dengan agen injuri : keperawatan

nyeri, skala nyeri,

sejauhmana

Fisik sekunder post

selama 5x24 jam

sifat nyeri, lokasi

perkembangan

operasi insisi

nyeri pasien

dan penyebaran.

rasa nyeri yang

payudara dextra

berkurang dengan

dirasakan oleh

yang ditandai

kriteria :

klien sehingga

dengan:

1. Skala nyeri

dapat dijadikan

DO:

turun menjadi 3

sebagai acuan

1. Pasien

1.Untuk

untuk intervensi

melindungi

2. Pasien

payudara sebelah

mengatakan nyeri

kanan

berkurang

selanjutnya. 2.Lakukan

2.Perawatan luka

2. Pasien terlihat

perawatan luka

dapat

meringis kesakitan

setiap pagi dan

mempercepat

3. Adanya luka

sore.

kesembuhan luka

bekas operasi pada

operasi pasien.

payudara sebelah kanan

3.Beri posisi yang

3.Dapat

4.Tanda-tanda vital

aman dan

mempengaruhi

:

nyaman.

kemampuan klien

Suhu : 36,7° C

untuk

Nadi

:85 x/menit

rileks/istirahat

TD

:110/70

secara efektif dan

17

mmHg RR

dapat mengurangi :20 x/menit

nyeri.

DS: 1. Pasien

4. Ajarkan teknik

4. Relaksasi napas

menyatakan nyeri

relaksasi napas

dalam dapat

pada payudara

dalam.

mengurangi rasa

sebelah kanan

nyeri dan

2. Pasien

memperlancar

menyatakan skala

sirkulasi O2 ke

nyeri 5 untuk

seluruh jaringan.

rentang skala nyeri 1-10

5.Tindakan

5.Analgetik dapat

3. Pasien

kolaborasi

memblok

menyatakan kurang

pemberian

rangsangan nyeri

tidur akibat nyeri

analgetik.

sehingga nyeri tidak

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan

1.Berikan

dipersepsikan. 1. Makanan

nutrisi : Kurang

tindakan

makanan

kesukaan

dari kebutuhan

keperawatan

kesukaan tapi

menambah nafsu

dibolehkan.

makan.

tubuh yang ditandai selama 3x24 jam dengan:

kebutuhan nutrisi

DO:

pasien terpenuhi

2. Berikan

2.Memberi

1. Pasien tidak

dengan kriteria

makanan sedikit

kesempatan

menghabiskan

hasil :

tapi sering.

lambung untuk

makanannya

1.Pasien makan

menelan dan

2. Makanan masih

habis 1 porsi

mencerna

tersisa banyak

setiap kali

makanan.

dimeja pasien

penyajian

DS: 1. Pasien

2. Nafsu makan

3. Berikan

3. Untuk

makanan selagi

meningkatkan

18

menyatakan tidak

pasien meningkat

hangat

nafsu makan

2. Keluarga pasien

4. Ajarkan klien

4. Agar

menyatakan bahwa

untuk menjaga

menambah nafsu

pasien hanya

kebersihan mulut

makan pada waktu

makan 5 sendok

dan gigi.

makan.

5. Libatkan

5. Partisipasi

keluarga dalam

keluarga dapat

nafsu makan

sehari

pemenuhan nutrisi meningkatkan klien.

asupan nutrisi untuk kebutuhan energi.

6. Kolaborasi

6. Ahli gizi adalah

dengan ahli gizi

spesialisasi dalam

dalam

ilmu gizi yang

menentukan diet

membantu klien

yang tepat

memilih makanan sesuai dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat

Resiko infeksi

Setelah dilakukan

1. Kaji adanya

badannya. 1.Untuk

berhubungan

tindakan

tanda-tanda

mengetahui secara

dengan prosedur

keperawatan

infeksi

dini adanya tanda-

invasif yang

selama 3x24 jam,

tanda infeksi

ditandai dengan:

resiko infeksi

sehingga dapat

DO:

menurun dengan

segera diberikan

1. Adanya balutan

kriteria hasil :

tindakan yang

luka operasi insisi

1.Tidak ada

tepat.

19

dipayudara sebelah

tanda-tanda

kanan.

infeksi

2.Lakukan

2. Menghindari

2.Pemeriksaan

2. Luka dapat

pencucian tangan

resiko penyebaran

laboratorium :

sembuh dengan

sebelum dan

kuman penyebab

sesudah prosedur

infeksi

Angka

leukosit sempurna

21,9 ribu/uL

tindakan

Segmen 85% Limfosit 10%

3.Lakukan

3.Untuk

3. Pasien terpasang

perawatan luka

menghindari

infuse RL 20 tpm

dan dressing

kontaminasi

sejak

infuse secara

dengan kuman

Juni 2013 di tangan

aseptik dan

penyebab infeksi

kanan

antiseptik

tanggal

18

DS: 1.Pasien mengeluh

4. Kolaborasi

4. Menghambat

nyeri pada daerah

dengan dokter

perkembangan

sekitar operasi

dalam pemberian

kuman sehingga

obat antibiotik.

tidak terjadi proses infeksi

20

Related Documents


More Documents from "Dian PurnamaNgs"