Laporan Praktikum Kimia Dasar (kelompok 1)

  • Uploaded by: Astri Widyarini
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Kimia Dasar (kelompok 1) as PDF for free.

More details

  • Words: 41,514
  • Pages: 201
Loading documents preview...
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 1. Abdul hakim 2. Aprizal 3. Astri widyarini 4. Ayu rizky nanda 5. Daniel marison 6. Dhani windra gusva 7. Ekin dwi arif kurniawan 8. Elvi arni 9. Emalia contesa 10. Husna

A1C112009 A1C112015 A1C112001 A1C112007 A1C112017 A1C112010 A1C112011 A1C112039 A1C112023 A1C112037

ASISTEN : Muhammad Al Muttaqi Wulan Primadhani Suryadi Ade Gusnita

PENDIDIKAN KIMIA REGULER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Page 1

DAFTAR ISI PERCOBAAN 1 PENGAMATAN ILMIAH DAN STOIKIOMETRI KClO3 ........................................

1

2 GOLONGAN DAN IDENTIFIKASI UNSUR ............................................................ 21 3 RUMUS EMPIRIS SENYAWA DAN HIDRASI AIR ...............................................

39

4 TERMOKIMIA DAN HUKUM HESS .......................................................................

57

5 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN DAN ANALISIS MELALUI PENGENDAPAN ........................................................................................................

68

6 REAKSI-REAKSI KIMIA DAN REAKSI REDOKS ................................................

85

7 PENETAPAN MASSA MOLAR BERDASARKAN PENURUNAN TITIK BEKU . 100 8 SKALA pH DAN PENGGUNAAN INDIKATOR ....................................................

110

9 TITRIMETRI DAN PENGENDALIAN KEASAMAN (pH) LARUTAN BUFFER .. 122 10 KINETIKA KIMIA ..................................................................................................... 137 11 PERBANDINGAN SENYAWA KOVALEN DAN IONIK ...................................... 153 12 IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ............................................................................ 164 13 ESTER ........................................................................................................................ 178

Page 2

PERCOBAAN 1 I. II. III.

JUDUL HARI/ TANGGAL TUJUAN

: Pengamatan Ilmiah dan Stoikiometri KClO3 : Rabu, 20 Maret 2013 : 1. Memperoleh pengalaman dalam mencatat dan menjelaskan pengamatan percobaan 2. Mengembangkan keterampilan dalam menangani alat kaca dan mengalihkan bahan kimia padat maupun cair 3. Membiasakan diri dengan tata cara keselamatan kerja di laoraturium 4. Menentukan koefisien reaksi penguraian KClO3 5. Menghitung volume molar gas oksigen pada keadaan STP 6. Menghitung persentase O2 dalam KClO3

IV.

PERTANYAAN PRAPRAKTIK 1. Dengan kata-kata sendiri definisikan istilah berikut : kimia, percobaan, hipotesis, ilmu, hukum ilmiah, metode ilmiah, teori. Jawab : Kimia : ilmu yang mempelajari tentang susunan, sifat dan reaksi dari unsur, senyawa atau campuran Percobaan : suatu tindakan uji yang dilakukan untuk menguji suatu hipotesis atau masalah yang hasilnya digunakan untuk menambah atau mengembangkan pengetahuan Hipotesis : jawaban atau pemecahan masalah sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui eksperimen Ilmu : pemahaman yang dihasilkan dari usaha berpikir manusia secara sadar yang telah diuji melalui uji coba dan digunakan untuk menambah pengetahuan manusia lainnya Hukum ilmiah : suatu hukum atau pernyataan dalam ilmul pengetahuan yang bermula dari hipotesis dan pemikiran kritis Metode ilmiah : suatu cara sistematis yang digunakan untuk memperoleh atau mengembangkan pengetahuan Teori : suatu dalil atau penjelasan dalam ilmu pengetahuan yang diterima masyarakat dan telah dibuktikan melalui percobaan

Page 3

2. Mana dari bahan berikut yang perlu ditangani dengan hati-hati dan sebutkan bahayanya :asam pekat, alkohol, amonium nitrat, kalsium klorida, bahan kimia organik, air suling Jawab : Yang perlu ditangani dengan hati-hati adalah asam pekat, alkohol, amonium nitrat, kalsium klorida dan bahan kimia organik, bahayanya yaitu : - Asam pekat dapat bereaksi dengan jaringan hidup (mata, kulit, saluran pernafasan), yang dapat mengakibatkan kerusakan berupa luka peradangan, iritasi, dan jika terpercik ke mata dapat mengakibatkan kebutaan - Alkohol, dapat menyebabkan kebutaan, jika dipanaskan langsung dengan api akan mudah terbakar - Amonium nitrat, jika mengalami kontak dengan hidrokarbon dapat meledak dan bila terkena kulit, akan terasa pedih dan panas - Kalsium klorida, menyebabkan gatal dan merah bahkan kulit dapat terkelupas - Bahan kimia organik, bila terhirup dapat menyebabkan mual-mual dan pingsan 3. Apa yang akan Anda lakukan bila bahan kimia terpercik ke mata Anda? Jawab : Apabila bahan kimia terpercik ke mata saya, maka saya akan mencuci mata saya dengan air banyak-banyak dan melaporkan kejadian ini kepada asisten 4. Tuliskan persamaan reaksi kimia untuk reaksi yang terjadi bila sampel KClO3 dipanaskan? Jawab : 2KClO3 MnO 2KCl + 3O2 5. Apa gunanya MnO2 yang ditambahkan pada KClO3 sebelum dipanaskan? Jawab : MnO2 berguna untuk mempercepat laju reaksi karena MnO2 merupakan katalis 2

6. Tuliskan kegunaan KClO3 dalam industri! Jawab : KClO3 dalam industri berguna sebagai bahan pembuat kembang api, petasan , pelapis korek api batangan ,bahan peledak, serta pupuk V.

LANDASAN TEORI Ilmu kimia sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam mempelajari komposisi dan struktur zat kimia serta hubungan keduanya dengan sifat zat tersebut. Komposisi (susunan) zat menyatakan perbandingan unsur yang membentuk zat itu. Contohnya air dan etanol. Di dalam satu molekul air ter apat dua atom hidrogen dan satu atom oksigen, sedangkan dalam molekul etanol terdapat dua atom karbon, enam atom hidrogen, dan satu atom oksigen. Dengan demikian, rumus senyawa air dan etanol adalah H2O dan C2H5OH (Syukri,1999:1). Sebagian besar ilmua kimia merupakan ilmu percobaan, sebagian besar pengetahuaanya diperoleh dari penelitian di laboratorium. Banyak penelitian canggih di bidang biologi dan kedokteran dilakukan pada tingkat atom dan molekul, unit struktural yang merupakan dasar dari ilmu kimia (Chang, 2003:4). Page 4

Metode ilmiah (scientific method) adalah suatu pendekatan sistematik untuk melakukan penelitian. Lanhkah umum dalam metode ilmiah adalah mengadakan pengamatan, merumuskan hipotesis, melakukan percobaan, menarik kesimpulan, dan membuat laporan. Data pengamatan yang telah diperoleh, memerlukan penjelasan sementara yang disebut hipotesis. Kebenaran hipotesis dapat diketahui setelah diuji dengan percobaan. Data yang diperoleh mungkin sesuai dengan hipotesis, tetapi mungkin juga tidak. Hipotesis yang teruji kebenarannya melalui percobaan yang dilakukan berulang kali dapat dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan umum yang disebut teori. Menarik kesimpulan untuk mendapatkan sebuah teori adalah puncak kegatan dalam metode ilmiah (Syukri,1999:2-5). Aspek penting penelitian ilmiah adalah eksplanasi. Eksplanasi dapat membantu mengorganisasikan pengetahuan dan meramalkan kemungkinan gejala berikutnya. Suatu hipotesis adalah eksplanasi sementara dari beberapa keteraturan alam. Hipotesis ini harus diuji melalui percobaan baru. Jika hipotesis adalah dasar ilmiah dan berhasil melewati serangkaian pengujian, maka hipotesis menjadi suatu teori. Kedua aspek ilmiah, yakni pengukuran dan eksplanasi saling berhubungan satu sama lain (Sunarya,2010:5-6). Dalam ilmu kimia, stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani stoikheion (elemen) dan metria (ukuran). Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia (Zul, 2009: 1-2). Hukum-hukum pokok reaksi kimia atau hukum pokok ilmu kimia dan biasanya disebut juga hukum persenyawaan kimia merupakan generalisasi dari hasil eksperimen tentang massa pereaksi dan hasil reaksi dari sejumlah reaksi kimia, yaitu : 1. Hukum kekekalan massa Pada setiap reaksi kimia, massa zat-zat yang bereaksi adalah sama dengan massa zat-zat hasil reaksi. Hukum ini berlaku untuk semua reaksi kimia. 2. Hukum kekekalan tetap Suatu senyawa murni selalu terjadi dari unsur-unsur yang sama, yang tergabung dalam perbandingan tertentu. Hukum ini tidak berlaku untuk senyawa non stoikiometrik 3. Hukum kelipatan perbandingan Bila dua unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa, perbandingan massa dari unsur yang satu, yang bersenyawa dengan sejumlah tertentu unsur lain, merupakan bilangan mudah dan bulat 4. Hukum perbandingan setara menunjukkan bahwa setiap gram hidrogen beraksi dengan 8 gram oksigen (Achmad, 1993:7) Dapat dinyatakan bahwa reaksi kimia adalah suatu proses dimana zat-zat baru yaitu hasil reaksi, terbentuk dari beberapa zat aslinya, yang disebut pereaksi. Biasanya, suatu reaksi kimia disertai oleh kejadian-kejadian fisis, seperti perubahan warna, pembentukan endapan atau timbulnya gas (Petrucci, 1987: 92). Page 5

Satuan yang digunakan untuk reaktan atau produk adalah mol, untuk menghitung jumlah produk yang terbentuk dalam reaksi kimia. Pendekatan ini disebut metode mol (mol method) yang berarti bahwa koefisien stoikiometri dalam persamaan kimia dapat diartikan sebagai jumlah mol dari setiap zat. Sebagai contoh, pembakaran karbon monoksida di udara menghasilkan karbon dioksida : 2CO(g) + O2(g)

2CO2(g)

Untuk perhitungan stoikiometri persamaan di atas dibaca sebagai, “2 mol gas karbon monoksida bergabung dengan 1 mol gas oksigen membentuk 2 mol gas karbon dioksida”. Metode mol terdiri dari beberapa tahap :

massa reaktan

menggunakan massa molar

mol reaktan

menggunakan perbandingan mol

mol produk

menggunakan massa molar

massa produk

Metode mol. Pertama ubah kuantitas reaktan (dalam gram atau satuan lain) menjadi mol. Kemudian, gunakan perbandingan mol dalam persamaan yang sudah setara untuk menghitung jumlah mol produk terbentuk. Akhirnya, ubah mol produk menjadi gram (Chang, 2003:74-75). Zat yang dihasilkan dari penguraian termal KClO 3 adalah zat padat KCl dan gas O2 dengan menggunakan katalis MnO2 : 2KClO3

MnO2

2KCl + 3O2

Jumlah mol O2 yang dibebaskan dapat dihitung dari hukum gas ideal, n=PV/RT, sehingga diperlukan informasi tentang tekanan, volume, dan suhu dari gas oksigen. Jika salah satu zat telah diketahui molarnya maka mol zat-zat lain pada persamaan reaksi tersebut dapat dicari dengan cara membandingkan koefisien : Mol zat A = koefisien zat A x mol zat B koefisien zat B Karena volume oksigen yang dihasilkan diukur dengan cara pemindahan air, uap air juga akan ada dalam gas. Percobaan dirancang sedemikian, sehingga tekanan total oksigen dan air dapat diukur kuantitasnya dengan barometer. Tekanan parsial oksigen dalam labu dapat dihitung dari tekanan total dan tekanan uap air. PO2 = P total – P H2O Dengan percobaan ini, selain dapat menentukan koefisien reaksi penguraian KClO3 , volume molar gas oksigen dapat dihitung : V O2 = Volume molar O2 N O2

Page 6

V O2 (pada STP) = V O2

×

P O2 ( mmHg ) 273 × 760 (mmHg) T O2 (K)

(Epinur,2012:18-19) VI.

ALAT DAN BAHAN 4.1 ALAT 4.1.1 Pengamatan Ilmiah 1. Labu florance 2. Labu erlenmeyer 3. Gelas piala 150 mL 4. Kaca arloji 5. Sudip 6. Paku besi 7. Batang pengaduk 4.1.2 Stoikiometri 1. Labu florence 2. Klem penjepit 3. Selang karet 4. Tabung reaksi 5. Pembakar spritus 6. Gelas piala 7. Pipa kaca 4.2 BAHAN 4.2.1 Pengamatan Ilmiah 1. Larutan biru (10 gram glukosa dalam 300mL KOH 0,5 M dan 10 mL larutan biru metil 0,1 gr/L) 2. Asam nitrat pekat 3. Gula pasir 4. Asam sulfat pekat 5. Etanol 6. Air suling 7. Serbuk zink dan amonium nitrat 8. Amonium klorida 9. Kalsium klorida 10. Merkuri (II) nitrat 11. Kalium Iodida 4.2.2 Stoikiomtri 1. Air 2. 0,2 gr KClO3 3. 0,03 MnO2 Page 7

VII. PROSEDUR KERJA VII.1 Pengamatan Ilmiah A. Demonstrasi oleh asisten 1. Warna biru yang sirna Larutan biru (10 gr glukosa dalam 300 ml KOH 0,5M dan 10 ml larutan biru metil ) Labu Florance Ditutup, diangkat dan ditutup dengan ibu jari menutup tutup Percobaan diulang 2-3 kali Hasil pengamatan dicatat Hipotesis diajukan

2. Asbut (smog) tembaga Sekeping logam tembaga dimasukkan ke dalam

Labu erlenmeyer Seluruh kepingan logam terendam Labu ditutup rapat Seluruh kepingan logam terendam Hasil pengamatan dicatat Hipotesis diajukan

3. Busa hitam Gula

Page 8

dituangkan

Asam nitrat

dimasukkan ke dalam

Gelas piala 150 ditambahkan

Gelas piala + gula pasir Gula pasir + diaduk asamhati-hati nitrat pekat

15 mL asam nitrat pekat

Hasil pengamatan dicatat Hipotesis diajukan

4. Kalor 40 mL etanol 60 mL air dalam 150 mL gelas piala

direndam dalam

Kertas saring

kelebihan larutan diperas dibentangkan

Kaca arloji dibakar

Hasil pengamatan dicatat

Hipotesis diajukan

5. Bahaya air 3 gr amonium nitrat digerus dalam lumpang dimasukkan ditaburkan Cawan penguap mundur beberapa langkah

Air disemprot dari botol semprot Page Hasil pengamatan 9dicatat

Serbuk zink

Hipotesis diajukan

B. Percobaan oleh praktikan 1. Panas dan dingin

Seujung sudip amonium dimasukkan klorida

Seujung sudip kalsium dimasukkan klorida

Tabung reaksi 1

Tabung reaksi 2

diiisi dengan air

Bag. Bawah tabung dipegang Hasil pengamatan dicatat Hipotesis diajukan

2. Aktif dan tidak aktif

Airdimasukkan sampai setengah dimasukkan

Paku besi

Gelas piala 250 mL Sekeping logam

Hasil pengamatan dicatat

3. Paku tembaga

Hipotesis diajukan Larutan tembaga (II) sulfat dimasukkan

Gelas piala 250 mL

Hasil pengamatanPage dicatat 10

Paku besi

Hipotesis diajukan

4. Ada dan hilang

100 mL merkuri (II) nitrat dimasukkan ditambahkan 20 mL larutan Kalium iodida

Gelas ukur

Gelas ukur berisi merkuri (II) nitrat + larutan kalium iodida

ditambahkan

30 mL larutan Kalium iodida

Hasil pengamatan dicatat

VII.2 Stoikiometri  Persiapan alat Alat dipasang seperti pada gambar Labu florance - diisi air hingga hampir penuh - klem penjepit dibuka Selang karet -

dilepaskan, selang karet bag. atas labu florence berhubungan dengan tabung reaksi ditiup melalui pipa kaca hingga selang karet terisi penh air, air mengalir dari labu ke gelas piala dihubungkan kembali selang karet ke pipa kaca pendek labu florence, selama air masih mengalir

Gelas piala - jika tidak ada kebocoran, tidak ada lagi air mengalir dari labu ke gelas piala - selang kret dijepit dengan klem penjepit, gelas piala dikosongkan Alat siap digunakan Page 11



Percobaan Tabung reaksi pyrex - ditimbang dalam keadaan bersih, kering, dan kosong menggunakan neraca 0,2 gr KClO3 dalam tabung reaksi - ditimbang dengan ketelitian 0,001 gr lalu tambahkan 0,03 gr MnO2 - KClO3 dengan MnO2 dihomogenkan tabung reaksi berisi KClO3 dan MnO2 - dipasang menggantikan tabung reaksi kosong pada alat yg telah disiapkan Spritus

-

dasar tabung reaksi dipanaskan selama 1 menit dan klem penjepit dibuka

Selang karet - pemanasan dilanjutkan hingga tidak ada lagi air yang mengalir Gelas piala - tidak ada lagi air menetes, selang karet dijepit kembali dan api dipadamkan Air dalam gelas kimia - volumenya diukur dengan gelas ukur, suhu air dicatat - tabung reaksi dingin, dilepaskan, dibersihkan lalu ditimbang dgn ketelitian 0,001 gr

Tekanan dan suhu udara laboraturium dicatat Percobaan dilakukan 2 kali VIII. DATA PENGAMATAN VIII.1 Pengamatan Ilmiah A. Demonstrasi oleh asisten 1. Warna biru yang sirna Page 12

Pengamatan Larutan KOH dan glukosa yang awalnya bening setelah ditambahkan larutan biru metil menjadi berwarna biru pekat, namun setelah diaduk warna biru lama-kelamaan pudar dan sirna

Hipotesis Warna biru sirna karena larutan biru metil yang awalny berkonsentrasi tinggi dimasukkan ke larutan KOH dan glukosa konsentrasinya menjadi rendah, sehingga menghilangkan warna biru

2. Asbut tembaga Pengamatan Hipotesis Asam nitrat yang ditambahkan pada tembaga Logam tembaga bereaksi dengan asam nitrat menjadi berwarna biru kehijauan disertai menghasilkan H2 timbulnya gas 3. Busa hitam Pengamatan Hipotesis Gula pasir yang ditambahkan asam sulfat Warna hitam menandakan adanya karbon pekat berubah warna menjadi coklat dan pada gula pasir lama-kelamaan menjadi hitam, terasa panas 4. Kalor Pengamatan Hipotesis Kertas saring yang direndam di larutan etanol Terjadi reaksi karena muncul api setelah dibakar muncul api yang berwarna biru 5. Bahaya air Pengamatan Hipotesis Amonium nitrat yang ditambahkan serbuk Tidak terjadi reaksi zink setelah ditambah air menjadi berasap, timbul gelembung gas, terjadi endapan berwarna abu-abu, menjadi keruh, dan terasa panas B. Percobaan oleh praktikan 1. Panas dan dingin 

Pengamatan Amonium klorida ditambahkan menjadi dingin (suhu turun) Page 13

air

 

Hipotesis NH4Cl + H2O adalah reaksi endoterm CaCl + H2O adalah reaksi eksoterm



Kalsium klorida ditambahkan air menjadi panas (suhu naik)

2. Aktif dan tidak aktif Pengamatan Paku menjadi lebih bersih, logam Ca melapisi paku, terdapat gelembung gas di sekitar paku

Hipotesis Terjadi reaksi antara logam kalsium dan paku besi

3. Paku tembaga Pengamatan X

Hipotesis X

Pengamatan X

Hipotesis X

4. Ada dan hilang

VIII.2 Stoikiometri : Pengukuran KClO3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

A. 1. 2. 3. 4.

B. 1. 2. 3. 4.

Massa tabung reaksi pyrex + KClO3 Massa tabung reaksi pyrex Massa KClO3(g) Massa KClO3 + MnO2(g) Suhu air (oC) Tekanan uap air (mmHg) Tekanan udara (mmHg) Volume air yang pindah (bobot jenis H2O 1,00 g/mL) Volume O2 yang timbul (l) Massa tabung reaksi pyrex dan perlengkapannya setelah pemanasan (g) Koefisien reaksi penguraian KClO3 Mol KClO3 Mol O2 Mol KCl Persamaan reaksi penguraian KClO3 2 KClO3 2 KCl + 3 O2

Volume molar O2 dan % dalam KClO3 Tekanan dari O2 kering Volume O2 pada STP Mol O2 yang timbul (mol) Volume molar O2 (l/mol) pada STP Page 14

Ulangan 1 39,7 39,5 0,2 0,23 29 oC 30,04 mmHg 760 mmHg 45 mL 0,045 L 39,6 gram

0,00163265 0,003125 0,00134228

729,96 mmHg 0,0396 L 0,001668 22,35 L/mol

5. Volume molar rata-rata dari O2 (l/mol) pada STP 6. Persentase O2 dalam KClO3 IX.

50 %

PEMBAHASAN Pada percobaan ini, praktikan dituntut untuk dapat membuat suatu hipotesis dari hasil pengamatan percobaan dengan berpatokan pada teori yang telah dipelajari. Pada percobaan ini terdapat 9 percobaan yang harus dilakukan namun hanya 7 percobaan yang dilakukan dan sisanya berdasarkan studi literatur. Setiap percobaan tersebut masing-masing perubahannya diamati dan membuat hipotesisnya. Pada percobaan ini analisa yang digunakan merupakan analisa kualitatif, karena praktikan mengamati perubahan fisik seperti adanya gas, padatan, perubahan warna, dan sebagainya dengan menggunakan indera. 1. Warna biru yang sirna Dalam gelas piala telah disediakan 300 mL KOH 0,5M dan 10 gr glukosa. Dalam larutan tersebut ditambahkan 10 mL larutan biru metil 0,1 gr/L. Larutan yang awalnya bening berubah menjadi biru, setelah diaduk dan didiamkan beberapa saat larutan kembali bening. Hal ini dikarenakan larutan biru metil dengan massa jenis 0,1 gram setiap liternya yang artinya larutan biru metil memiliki konsentrasi yang cukup besar, dicampurkan dengan larutan KOH dengan volume 300 mL menjadikan konsentrasinya semakin kecil. Karen akonsentrasi berbanding terbalik dengan volume larutan, semakin besar volume larutan maka semakin kecil konsentrasi. 2. Asbut (smog) tembaga Tembaga dalam tabung reaksi ditambahkan 10 tetes HNO 3 pekat, yang terjadi adalah suatu larutan yang berwarna biru kehijauan yang disertai dengan kemunculan asap, gelembung gas, dan dasar tabung reaksi terasa panas. Hal ini menunjukkan bahwa logam tembaga bereaksi dengan HNO3 dan menghasilkan gas H2. 3. Busa hitam Seujung sudip gula pasir yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan 15 tetes asam sulfat pekat, yang terjadi adalah gula pasir menjadi seperti gelembung-gelembung yang berwarna coklat kehitaman namun lama-kelamaan campuran tersebut menjadi larutan berwarna hitam dan pada dasar tabung terasa panas. Hal ini menandakan bahwa terjadi reaksi antara gula pasir dan H2SO4. Warna hitam yang dihasilkan menandakan bahwa dalam gula pasir tersebut mengandung unsur C. Gula pasir yang dibakar oleg asam sulfat menyebabkan ikatan gula terputus. 4. Kalor Kertas saring direndam dalam larutan lakohol, yaitu etanol yang dilarutkan dalam air. Setelah direndam kertas saring diperas dan dibakar. Yang terjadi adalah muncul api berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa alkohol mudah bereaksi dengan dengan udara dan terjadi pembakaran. Hal ini dapat terjadi karena sifat etanol yang mudah menguap dan Page 15

terbakar. Namun dalam percobaan ini reaksi yang terjadi tidak sempurna karena kertas saring yang dibakar tidak smapai hangus. 5. Bahaya air Amonium nitrat (NH4NO3) yang ditambahkan serbuk zink dalam tabung reaksi dan ditambahkan air menghasilkan endapan berwarna abu-abu, air menjadi keruh, munculnya asap, gelembung gas, dan dasar tabung terasa panas. Dari hasil tersebut, percobaan yang dilakukan dikatakan gagal karena jika NH4NO3, Zn, dan H2O bereaksi tidak terbentuk endapan, selain itu larutan seharusnya mendidih. 6. Panas dan dingin  Tabung reaksi berisi amonium klorida (NH4Cl) Serbuk NH4Cl yang dimasukkan dalam tabung reaksi ditambahkan dengan beberapa tetes air, menyebabkan dasar tabung reaksi terasa dingin. Reaksi yang terjadi adalah reaksi endoterm, karena terjadi penurunan suhhu. Pada reaksi ini kalor berpindah dari lingkungan ke sistem sehingga sistem menyerap energi.  Tabung reaksi berisi kalsium klorida (CaCl2) Serbuk CaCl2 yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan dengan beberapa tetes air, yang terjadi adalah dasar tabung reaksi terasa hangat. Pada reaksi ini kalor berpindah dari sistem ke lingkungan sehingga sistem membebaskan energi. Reaksi ini termasuk ke dalam reaksi eksoterm, dimana terjadi kenaikkan suhu. 7. Aktif dan tidak aktif Paku besi dan logam kalsium yang dimasukkan dalam air yang berada dalam gelas piala menunjukkan bahwa pada paku besi menjadi lebih bersih. Hal ini dikarenakan paku besi yang digunakan telah sedikit berkarat dan dapat dilihat pada paku menempel gelembunggelembung gas. Adanya gelembung gas menunjukkan bahwa kalisum bereaksi dengan air dan melepaskan gas H2. Dan paku besi yang menjadi lebih bersih dikarenakan terlapisi logam kalsium.

8. Paku tembaga Percobaan ini tidak dilakukan, sehingga untuk memperoleh data pengamatan berdasarkan studi literatur yang dijelaskan secara teori. Paku besi yang dimasukkan ke dalam larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4) menyebabkan paku berkarat. Hal ini dikarenakan Cu 2+ yang berasal dari CuSO4 mengoksidasi logam besi sehingga besi menjadi berkarat. Reaksi yang terjadi ini merupakan reaksi redoks. 9. Ada dan hilang Percobaan ini juga tidak dilakukan dan hanya didadsarkan pada studi literatur. Pada percobaan ini 20 mL larutan kalium iodida ditambahkan pada 10 mL merkuri (II) nitrat dan Page 16

setelah itu ditambahkan lagi 30 mL kalium iodida. Larutan merkuri (II) nitrat yang ditambahkan dengan larutan kalium iodida menghasilkan larutan yang berwarna kuning, namun setelah ditambahkan lagi kalium iodida menyebabkan warna kuning menghilang dan berubah menjadi larutan berwarna hitam. Dari serangkaian percobaan tersebut, dapat dilihat bahwa dari hasil percobaan dapat ditarik suatu dugaan sementara (hipotesis). Semua reaksi yang terjadi mengikuti hukum tertentu. Seperti pada reaksi antara gula pasir dan asam sulfat yang melepaskan karbon, antara logam Ca dan H2O menghasilkan Ca(OH)2 dan gas H2, reaksi antara CaCl2 dengan air tergolong reaksi eksoterm, reaksi antara NH4Cl dengan air tergolong reaksi endoterm, serta reaksi antara logam Fe dengan CuSO4 yang tergolong reaksi redoks. Untuk percobaan pengukuran KClO3 tidak dilakukan secara praktik. Namun, secara teori dapat dibahas sebagai berikut :  Massa KCl = (massa tabung reaksi pyrex + KClO3) – (massa tabung reaksi pyrex setelah dipanaskan) = (39,7 – 39,6) gram = 0,1 gram  Massa O2 = (massa KCO3) – (massa KCl) = 0,2 gr – 0,1 gr = 0,1 gram  Mol KClO3 = massa KClO3 = 0,2 gr Mr KClO3 122,5 gr/mol  Mol O2 = massa O2 = 0,1 gr Mr O2 32 gr/mol

= 0,00163265 mol

= 0,00325 mol

 Mol KCl = massa KCl = 0,1 gr = 0,001342281 mol Mr KCl 74,5 gr/mol  Tekanan dari O2 kering = Ptotal – PH2O = 760 mmHg – 30,04 mmHg = 729,96 mmHg P O2 ( mmHg ) 273  Volume O2 pada STP = VO2 × 760 (mmHg) × T O (K) 2 = 0,045 L × 729,96 mmHg × 273 K 760 mmHg (29+273) K = 0,039 L  Mol O2 yang timbul : n = P.V/R.T n = 729,96 × 0,045 Page 17

760 × 0,082 × 302 = 0,0017453 mol  Volume molar O2 pada STP = VO2 (STP) = 0,039 L = 22,35 L/mol n O2 (STP) 0,0017453 mol  Persentase O2 dalam KClO3 % O2 dalam KClO3 = massa O2 × 100% massa KClO3 = 0,1 gr × 100% 0,2 gr = 50 % X.

DISKUSI Dari percobaan yang telah dilakukan terdapat beberapa kegagalan yang disebabkan ketidaktelitian dalam pengamatan, penggunaan alat, atau tidak sesuai dengan petunjuk. 1. Warna biru yang sirna Larutan bitu metil yang ditambahkan pada larutan KOH dan glukosa menyebabkan larutan berwarna biru, untuk menunggu larutan biru tersebut kembali bening membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini mungkin disebabkan volume KOH yang terlalu banyak. 2. Asbut (smog) tembaga Serbuk logam tembaga bereaksi dengan HNO3 dengan reaksi Cu+HNO3 Cu(NO3)2 + H2 telah dilakukan dengan benar, karena dari hasil pengamatan didapat adanya gelembung gas, asap, dasar tabung terasa panas, dan larutan berubah warna menjadi biru kehijauan. 3. Busa hitam Pada percobaan ini reaksi anatar gula pasir dan H 2SO4 tidak sampai menghasilkan busa hanya saja pada awal reaksi gula pasir menjadi gelembung-gelembung coklat kehitaman dan lama-kelamaan gula pasir mencair menjadi larutan yang berwarna hitam. Reaksi ini tidak sempurna karena penggunaan pipe tetes sehingga volume H2SO4 tidak tepat, serta dapat dipengaruhi juga oleh asam sulfat yang kurang pekat. 4. Kalor Kertas saring yang telah direndam dalam larutan alkohol dan dibakar memang menimbulkan api berwarna biru dan menunjukkan bahwa alkohol mudah terbakar. Namun, percobaan yang dilakukan tidak sempurna karena kertas saring tidak dibakar sampai habis dan menghasilkan abu. Selain itu, percobaan di temapt terang sehingga api tidak terlalu tampak. 5. Bahaya air Amonium nitrat yang ditambahkan serbuk zink dan kemudian ditambahkan air, reaksi yang terjadi seharusnya disertai ledakan kecil dan kepulan asap dikarenakan sifat amonium nitrat Page 18

yang mudah meledak. Selain itu pada percobaan yang kami lakukan menyebabkan adanya endapan. Hal seperti intu terjadi karena volume air yang ditambahkan terlalu banyak atau perbandingan antara amonium nitart, serbuk zink dan air tidak sesuai dengan prosedur kerja. 6. Panas dan dingin Untuk reaksi antara NH4Cl dan air pada dasar tabung reaksi memang terasa dingin dan sesuai dengan teorinya, namun untuk reaksi antara Ca(Cl)2 dan air pada dasar tabung reaksi hanya terasa sedikit hangat, hal ini dikarenakan jumlah Ca(Cl)2 yang dimasukkan terlalu sedikit. 7. Aktif dan tidak aktif Pada percobaan ini paku yang digunakan sudah dalam kondisi berkarat sehingga kami kurang dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi antara paku besi, logam kalsium dan air. Namun pada paku tersebut kami dapat melihat adanya gelembung gas yang menempel pada paku, dan jika dilihat paku yang tadinya berkarat menjadi sedikit bersih. Pada percobaan ini kami melupakan sesuatu, yaitu merasakan gelas piala apakah menjadi panas atau tidak, karena reaksi antara logam kalsium selain menghasilkan gas H2, gelas piala yang digunakan juga akan terasa panas. 8. Paku tembaga dan ada dan hilang Untuk kedua percobaan ini tidak kami lakukan sehingga kami tidak dapat mendiskusikan kesalahan yang terjadi. Dan untuk dua percobaan ini hanya dibahas secara teori atau berdasarkan hasil pecobaan praktikan lain. Untuk stoikiometri pengukuran KClO3 juga tidak kami lakukan secara praktik karena waktu yang tidak mencukupi untuk melakukan percobaan ini. Namun untuk percobaan ini, asisten memberikan data yang harus kami bahas bagaimana mendapatkannya secara teori. XI.

PERTANYAAN PASCA PRAKTIK 1. Benar (B) atau salah (S) pernyataan ini? a. ___S___ kaca mata pelindung tidak berguna bagi pekerja di laboratorium b. ___B___ semua bahan kimia dianggap berbahaya c. ___B___ semua reaksi yang menggunakan bahan kimia yang mengiritasi kulit atau berbahaya harus dilakukan di lemari asam d. ___S___ bila menyisipkan pipa kaca atau termometer ke dalam gabus, gunakan bahan pelumas mesin motor e. ___B___ buanglah sisa reagen cair ke dalam bak cuci dan siram dengan air yang banyak 2. Setelah menyelesaikan percobaan dan memeriksa data, apalagi yang perlu Anda lakukan ? Jawab : Page 19

Setelah percobaan selesai maka alat-alat yang digunakan dibersihkan, dicuci, dan dikembalikan atau disimpan pada temapt yang telah ditentukan. Sisa-sisa bahan kimia ditempatkan pada tempat yang ditentukan, membersihkan meja dan alat tulis dan menyerahkan laporan sementara kepada asisten. 3. Anda diberi sembilan uang logam dan sebuah neraca palang. Salah satu keping lebih ringan dan delapan lainnya yang bobotnya sama. Bagaimana anda menetapkan kepingan mana yang ringan hanya dengan melakukan dua kali penimbangan ? Jawab : Pertama, kesembilan keping uang logam tersebut ditimbang dab catat bobotnya. Kedua, salah satu uang logam ditimbang dan dicatat bobotnya. Masing-masing bobot tadi dibagi dengan bobot total. Dari hasil pembagian tersebut maka dapat diketahui kepingan mana yang lebih ringan. 4. Gas oksigen sedikit larut dalam air. Apakah keadaan ini akan mempengaruhi jumlah KClO 3 yang terurai dalam campuran yang sudah Anda laporkan ? Jelaskan Jawab : Ya, karena gas O2 yang sedikit larut dalam air akan bercampur dengan KCl, dimana mol KClO3 akan mendapat pengaruh dari mol O2 5. a. Bila ketinggian air di luar tabung reaksi pengumpul gas lebih tinggi daripada yang di luar, apakah ini disebabkan oleh tekanan gas O2 lebih tinggi atau lebih rendah daripada tekanan udara? Jelaskan Jawab : Ketinggian air di luar tabung reaksi pengumpul gas lebih tinggi daripada yang di luar disebabkan oleh tekanan gas O2 yang lebih rendah dari tekanan udara, karena semakin tinggi volume air dalam tabung reaksi, semakin kecil tekanannya jika dibandingkan tekanan udara. b. Bila Anda menyertakan tekanan gas pada pertanyaan 2a, apakah volume gas O 2 bertambah atau berkurang ? Jelaskan Jawab : Volume O2 bertambah pada tabung pengumpul ditandai dengan banyaknya air yang berpindah. Namun pertambahan volume ini disebabkan tekanan O 2 dan gas yang bertambah. c. andaikan Anda tidak menyertakan tekanan, tetapi mengambil tekanan O2 sama dengan tekanan udara luar, apakah jumlah mol O2 yang timbul lebih besar atau lebih kecil daripada yang sebenarnya? Jelaskan jawab : jumlah mol O2 yang timbul akan lebih kecil dari jumlah yang sebenarnya, karena tidak ada faktor yang mempengaruhi pemindahan air ke tabung pengumpul disebabkan tekanan O2 dan tekanan udara luar yang sama. Page 20

6. Bila udara memasuki tabung reaksi pengumpul gas, bagaimana hal ini dapat mempengaruhi jumlah mol KClO3 yang terurai? Jelaskan Jawab : Udara yang memasuki tabung pengumpul gas menyebabkan air yang berada dalam tabung tersebut berpindah, air yang berpindah ini merupakan volume dari gas O 2 yang timbul. Gas O2 ini merupakan hasil reaksi penguraian KClO3. XII.

XIII.

KESIMPULAN 1. Praktikan memperoleh pengalaman dalam mencatat dan menjelaskan pengamatan percobaan melalui percobaan pengamatan ilmiah yang dilakukan dengan prosedur kerja yang benar. Dalam menjelaskan pengamatan hasil percobaan diperlukan suatu perumusan yang didasarkan pada hukum atau aturan tertentu (hipotesis) yang perlu diuji lagi melalui eksperimen. 2. Percobaan kimia memerlukan alat dan bahan tertentu, sebelum melakukan percobaan, praktikan harus mengetahui terlebih dulu peralatan dasar laboraturium serta cara menanganinya. Keterampilan dalam mengalihkan bahan kimia padat atau cair didapat dari pemahaman prosedur kerja. 3. Laboraturium bukan temaot yang berbahaya jika praktikan mengetahui tata cara keselamatan kerja di laboraturium. Bahan kimia yang ada harus dianggap berbahaya agar praktikan dapat menangani secara hati-hati. Alat-alat praktikum serta peraturan prapraktikum seperti memakai jas labor, sepatu, dan lain-lain juga harus dipatuhi. 4. Koefisien reaksi penguraian KClO3 didapatkan dari perbandingan mol zat pereaksi dan produk atau dengan menyetarakan koefisien pereaksi dengan produk. Persamaan reaksi penguraian KClO3 : 2KClO3 2KCl + 3O2 5. Volume molar gas O2 pada keadaan STP, dapat dihitung : Volume molar O2 = V O2 N O2 6. Persentase O2 dalam KClO3 didapat dari perbandingan massa O2 terhadap massa total KClO3: % O2 = massa O2 x 100% massa KClO3 DAFTAR PUSTAKA Achmad, Hiskia. 1993. Materi Pokok Kimia Dasar I:1-9. Jakarta : Universitas Terbuka. Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jl. 1 Ed. 3. Jakarta : Erlangga. Epinur. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Jambi : UNJA. Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar : Prinsip dan Terapan Modern Ed. 4b Jl.1. Jakarta : Erlangga. Sunarya, Yayan. 2010. Kimia Dasar I. Bandung: Yrama Widya. Syukri,S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung : ITB. Page 21

Zul, Alfian. 2009. Kimia Dasar. Medan : USU Press.

PERCOBAAN 2

I. JUDUL : Golongan dan identifikasi unsur II. HARI/TANGGAL : Rabu / 27 maret 2013 III. TUJUAN : 1. Mengkaji kesamaan sifat unsur-unsur dalam tabel berkala 2. Mengamati uji nyala dan reaksi beberapa unsur alkali dan alkali tanah 3. Mengenali reaksi air klorin dan halide 4. Menganalisis larutan anu yang IV. PERTANYAAN PRAPRAKTEK 1. Tulislah unsur-unsur yang termasuk golongan IA ( alkali ) dan dolongan IIA ( alkali tanah ) Jawab : Golongan IA alkali, yaitu : golongan IIA ( alkali tanah), yaitu : a. Litium (Li) a. Berilium (Be) b. Natrium (Na) b. Magnesium (Mg) Page 22

c. Kalium (K) d. Rubidium (Rb) e. Cesium (Cs) f. Fransium (Fr)

c. Kalsium (Ca) d. Stronsium (Sr) e. Barium (Ba) f. Radium (Ra)

2. Selesaikan persamaan reaksi berikut : Jawab : a. CaCl2 + (NH4)2CO3 CaCO3 + 2NH4Cl b. BaCl2 + (NH4)2CO3 BaCO3 + 2NH4Cl c. 2NaCl + (NH4)2CO3 Na2CO3 + 2NH4Cl d. NaCl + Cl e. 2NaBr + Cl2 2 NaCl + Br2 f. NaI + Cl2 2NaCl + I2 3. Apakah fungsi penambahan CCl4 dalam percobaan C ? Jawab : Fungsi penambahan CCl4 adalah sebagai pelarut non polar untuk melarutkan golongan halogen, untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang ada di dalam larutan tersebut sehingga dapat diketahui jenisnya.

V. LANDASAN TEORI Berdasarkan teori atom Dalton, atom dapat didefinisikan sebagai unit terkecil dari suatu unsur yang dapat melakukan penggabungan kimia.Dalton membayangkan suatu atom yang sangat kecil dan tidak dapat dibagi.Tetapi, serangkaian penyelidikan secara jelas menunjukan bahwa atom sesungguhnya memiliki struktur internal, yaitu atom tersusun atas partakel-partikel yang lebih kecil lagi yang disebut partikel subatom.Penelitian mengarah pada penemuan tiga partikel subatom yaitu electron, proton, dan neutron. Suatu atom dapat diidentifikasi berdasarkan jumlah proton dan neutron yang dikandungnya.Jumlah proton dalam inti setiap atom suatu unsur disebut nomor atom (Z).sedangkan jumlah total neutron dan proton yang ada dalam inti atom suatu unsur disebut nomor massa (A). Cara yang lazim digunakan untuk menandai nomor atom dan nomor massa dari satu atom untuk unsur X adalah sebagai berikut :

Nomor Massa

Nomor Atom Page 23

XZ

A

( Chang, 2003 : 35-36) Pada mulanya pengelompokkan unsur didasarkan massa atom relatif, seperti yang dikemukakan oleh Dobereiner, Newland, dan Mendeleyev. Sejak ditemukan nomor atom, ternyata sifat unsur ditentukan oleh nomor atomnya sehingga lahirlah system priodik modern yang didasarkan konfigurasi electron. Dalam sistem priodik ini, unsur dibagi atas blok, golongan, dan prioda. Setiap unsur menempati kotak tertentu sesuai dengan nomor atomnya.(Syukri, 1999 : 155 ) Unsur-unsur kimia menunjukkan keteraturan tertentu.Ini memungkinkan penggolongan unsur kedalam kelompok yang anggotanya mempunyai sifat kimia dan fisik yang serupa. Bila unsur-unsur ini disusun berdasarkan meningkatnya nomor atom Z, kelompok-kelompok ini menunjukkan fakta yang luar biasa : pola perilaku kimianya berulang secara teratur menurut fungsi Z. Temuan ini di ringkas oleh hukum keberkalaan : sifat kimia unsur merupakan fungsi berkala dari nomor atom Z. Akibatnya, unsur-unsur yang disusun dengan Z yang mengikat ini dapat dimuat dalam bagan yang disebut tabel berkala ( Oxtoby, dkk. 2001 : 21 ) Sistem priodik unsur adalah suatu daftar unsur-unsur yang disusun dengan aturan tertentu.Semua unsur yang ada dalam daftar tersebut.System priodik modern

disusun

berdasarkan

nomor

atom

dan

kemiripan

sifat.Lajur-lajur

horizontal disusun berdasarkan kenaikan nomor atom, sedangkan kolom vertical disusun berdasarkan kemiripan sifat.( Purba, 2006 : 58 ) Baris mendatar pada tabel yang disusun berdasarkan jenaikan nomor atom, dinamakan priode.Kolom-kolom tegak, yang berisi unsur-unsur serupa dinamakan golongan atau family.Golongan dalam tabel berkala ditulis angka romawi dan huruf. Unsur-unsur golongan A dikenal sebagai unsur-unsur wakil ( representative elements ). Unsur-unsur golongan B, bersama dengan golongan VIII dan erat lantanoid serta aktanoid dinamakan unsur-unsur transisi ( transition elements ). (Petrucci, 1987 : 247) Page 24

Semua unsur blok s dan p disebut golongan utama (A), sedangkan blok d dan f disebut golongan transisi. Golongan utama terdiri dari 8 kolom yang betrurut-turut disebut golonagn (A) s/d VIIIA. Electron valensi masing-masing golongan adalah : S1 = IA

S2 = IIA

S2P3 = VA

S2P4 = VIA

S2P1 = IIIA S2P5 = VIIA

S2P2 = IVA S2P6 = VIIIA

Unsur golongan VIIIA disebut golongan gas mulia, karena tidak dapat bersenyawa dengan unsur lain, dan disebut juga golongan O ( Syukri, 1999 :164 ) Unsur-unsur golongan IA, yaitu logam alkali memiliki energy ionisasi yang rendah dan karena itu memiliki kecendrungan besar kehilangan satu electron valensinya. Dalam sebagian besar senyawanya, unsur-unsur tersebut berupa ion unipositif. Logam-logam sangat reaktif, sehingga tidak pernah ditemukan dalam keadaan bebas di alam.Logam-logam yang berseseuaian tersebut bereaksi dengan air menghasilkan gas hydrogen dan hidroksida logam. 2M

(s)

+ 2H2O(l

)

2MOH (aq) + H2O(g)

Dimana M adalah logam alkali. Ketika dibiarkan di udara, unsur-unsur tersebut secara

bertahap kehilangan kilap logamnya karena bergabung dengan gas

oksigen membentuk oksida. ( Chang, 2003 : 246-247 ). Unsur

Konfigurasi

Titik leleh

Jari-jari

Spekrtum

elekton

(0C)

ionic (0A)

warna (nyala Bunsen)

1

H1

1sI

7

Li3

[He] 2sI

180

0,60

Merah

Na11

[Ne] 3sI

98

0,96

Kuning

K19

[Ar] 4sI

64

1,33

Ungu

Rb37

[Kr] 5sI

39

1,48

Merah

I

29

1,69

Biru

23

39 85

132

Cs55

[Xe] 6s

Page 25

223

[Rn] 7sI

Fr87

-

-

-

Unsur alkali merupakan logam lunak, berwarna putih mengkilap, dan yang mempunyai titik leleh yang rendah.Unsur alkali mempunyai 1 elektron valensi dalam pembentukan ikatan logam, seingga logam ini mempunyai energy kohesi kesil yang menjadikannya sebagai logam lunak.Senyawa alkali tidak pernaha ditemukan dalam keadaan unsur bebas, karena sifatnya yang sangat reaktif dan alakali merupakan reduktor kuat.Unsur alkali biasanya disimpan dalam minyak tanah atau hidrokarbon yang innert (tidak reaktif).Senyawa alkali yang paling banyak ditemukan adalah senyawa Natrium (NaCl) dan kalium (pada tumbuhan, garam oksalat, dan garam tartat). (Lestari,2004 :21-22)

Sebagai

suatu

golongan,

logam

alakali

tanah

agak

kurang

reaktif

dibandingkan dengan alkali. Baik energy ionisasi pertama maupun kedua turun dari Berilium ke Berilium. Jadi, kecendrungannya adalah untuk membentuk ion M2+( dengan M melambangkan atom logam alkali ), dank arena itu karakter logamnya meningkat dari atas ke bawah dalam golongan itu. Kereaktifan logam alkali tanah dengan air cukup beragam. Berilium tidak bereaksi dengan air, magnesium bereaksi lambat dengan uap, dan kalsium, stronsium, dan barium cukup reaktif untuk air dingin. Ba(s) + 2H2O(l)

Ba(OH)2(aq) + H2(g)

Kereaktifan logam alkali tanah terhadap oksigen juga meningkat dari Be ke Ba. Berilium dan Magnesium membentuk oksida (BeO) dan (MgO) hanya pada suhu tinggi, sedangkan CaO, SrO, dan BaO terbentuk pada suhu kamar. (Chang,2003 : 247-248). Semua unsur alkali tanah bereaksi langsung dengan halogen membentuk halida, dengan nitrogen dapat membentuk nitrida pada suhu tinggi, misalnya magnesium nitrida :

Page 26

Mg(s) + N2(g)

Mg3N2(s)

Pembakaran unsur-unsur alakali tanah atau garamnya dalam nyala Bunsen dapat memancarkan spectrum warna khas.Stronsium berwarna crimson, barium hijau-kuning, dan magnesium putih terang.( Yayan& Agus, 2007 : 78-80 ). Garam halida dari alkali dan alkali tanah dapat bereaksi dengan halogen yang lebih bersifata pengoksidasi, sehingga terbentuk halogen dari halida tersebut. Urutan kekuatan pengoksidasi adalah : F 2> Cl2> Br2 > I2. F2 dapat mengoksidasi Cl- menjadi Cl2 dan Cl2 dapat mengoksidasi Br- menjadi Br2, dam setrusnya. Sedangkan Br2 tidak dapat menoksidasi Cl- menjadi Cl2. Reaksinya dapat dilihat sebagai berikut : Cl2 + Br Cl2 + I

-

-

Br2 + Cl

Cl- + Br2 Cl- + I2

-

tidak bereaksi

Dalam reaksi ini untuk mendapatkan klorin dapat dibuat air klorin dengan jalan memanaskan campuran MnO2 dengan HCl ( MnO2+ 4HCl

MnCl2 + 2H2O +

Cl2). ( Penuntun Praktikum Kimia Dasar, 2012 : 25-26 ).

VI.

ALAT DAN BAHAN A. Uji nyala untuk usnur alkali dan alkali tanah Alat : 1. Tabung reaksi 6 buah 4. Pembakar bunsen 2. Rak tabung reaksi 5. Korek api 3. Kawat nikrom 6. Sarung tangan Bahan : 1) 2mL BaCl2 0,5M ; CaCl2 0,5M ; LiCl 0,5M ; KCl 0,5M ; NaCl 0,5M; SrCl20,5M 2) Larutan HCl pekat (12M) B. Reaksi-reaksi unsur alkali dan alkali tanah Alat : 1. Tabung reaksi 2. Tissue 3. Alat tulis Page 27

Bahan : 1) 1 ml larutan amonium karbonat 0,5 M 2) 3 ml larutan barium, kalsium, litium, kalium, natrium, dan stronsium 3) 1 ml larutan amonium fosfat 0,5M 4) 1 ml larutan amonium sulfat C. Reaksi-reaksi halida Alat : 1) Tabung reaksi 3 buah

2) Rak tabung reaksi

BAHAN : 1) 1 ml larutan NaCl 0,5M ; NaBr 0,5M ; NaI 0,5M 2) 1 ml karbon tetraklorida (CCl4) 3) 1 ml air klorin 4) 5 tetes asam nitrat encer (6M) D. Analisis larutan anu Alat : 1) tabung reaksi 3 buah Bahan : 1) Larutan anu (X) dan (Y) 2)1 ml ammonium karbonat 3) 1 ml ammonium fosfat 4) 1 ml ammonium sulfat

VII.

5) 1 ml karbon tetraklorida 6) 1 ml air klorin 7) setetes asam nitrat

PROSEDUR KERJA A. Uji nyala untuk unsur alkali dan alkali tanah

6 tabung reaksi

Diletakkn dalam rak

Ditambahkan masing-masing 2ml BaCl2 0,5M ; CaCl2 0,5M ; LiCl 0,5M ; KCl 0,5M ; NaCl 0,5M; SrCl20,5M

Kawat Nikrom

Page 28

Dipanaskan pada nyala biru bunsen sampai tidak ada lagi warna nyala yang timbul Untuk

mencegah

kontaminasi

kawat

nikrom bersih jangan disentuh Dicelupkan dalam tabung berisi barium Ujung kawat dipanaskan pada nyala Mencatat hasil

Kawat dibersihkan

Ulangi uji nyala pada

B. Reaksi-reaksi unsur alkali dan alkali tanah

1 ml ammonium

Tabung reaksi

DImasukkan kedalam setiap lubang berisi larutan Barium, Kalium, Litium, Jika terjadi endapan ditulis Natrium dan Stronsiium. EDP dan bila tidak ada reaksi ditulis TR pada laporan. Dibersihkan dan dibilas dengan air suling. 2ml Larutan Ba, Ca, Li, K, Na, dan Sr dimasukkan kedalam masing-masing Pagetabung reaksi. 29

1ml larutan Amonium Fosfat 0,5 ditambahkan kedalam tabung reaksi.

Mencatat hasil Dibersihkan . 1ml larutan Ba, Ca, Li,K, Na, dan Sr dimasukkan kedalam masing-masing tabung reaksi. 1ml larutan Amonium Sulfat ditambahkan kedalam setiap lubang.

1 ml ammonium

Mencatat hasil

C. Reaksi-reaksi halida Tiga tabung reaksi Diletakkan pada rak Dimasukkan 1ml larutan

NaCl 0,5M; NaBr 0,5M; NaI 0,5 M

Kedalam setiap tabung ditambahkan

1ml Karbon tetraklorida (CCla), 1ml Air klorin, 5 tetes Asam nitrat encer (6M) Page 30

Dikocok Warna lapisan Karbon Tetraklorida dibagian bawah diamati

D. Analisis Larutan Anu Sejumlah larutan anu (x)

Dilakukan uji nyala

1ml larutan anu

1ml Amonium Karbonat

Dimasukkan kedalam tiga tabung reaksi Dimasukkan kedalam tabung pertama

1ml AmoniumFosfat 1ml Amonium Sulfat Mencatat pengamatan

Dimasukkan kedalam tabung kedua Dimasukkan kedalam tabung ketiga Dibandingkan uji nyala Unsur alkali yang terdapat dalam larutan x dinyatakan

1ml larutan anu (y) Dimasukkan kedalam tabung reaksi

1ml Karbon Tetraklorida, 1ml air klorin, setetes Ditambahkan dalam tabung Page 31

Dikocok

Mencatat warna lapisan Karbon Uji halida larutan Y dibandingkan dengan ketiga larutan halida Halida yang ada dalam larutan Y dinyatakan

VIII. DATA PENGAMATAN A. Uji nyala unsur alkali dan alkali tanah No

Zat

Warna nyala

Keterangan

. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

CaCl2 BaCl2 SrCl2 KCl NaCl LiCl

Merah Hijau Marah Tua Biru Keunguan Kuning Merah Terang

Alkali Tanah Alkali Tanah Alkali Tanah Alkali Alkali Alkali

B.

Reaksi-reaksi unsur alkali dan alkali tanah

No

Zat

. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

CaCl2 BaCl2 SrCl2 KCl NaCl LiCl

No. 1. No 2. . 3. 4. 5. 6.

Pereaksi

TR

  

(NH4)2CO2

   Zat

CaCl2 Zat BaCl2 SrCl2 KCl NaCl LiCl

EDP

Pereaksi Pereaksi (NH4)2PO4

EDP  EDP   Page 32

TR TR   

1. 2. 3. 4. 5. 6.

CaCl2 BaCl2 SrCl2 KCl NaCl LiCl

  

(NH4)2SO4

  

C. Reaksi- reaksi Halida No. 1. 2. 3.

Zat NaCl+Cl2 NaBr+Cl2 NaI+Cl2

Warna Lapisan Bening Kuning Cokelat Kemerahan

D. Analisis larutan Anu a. Zat X - Warna nyala zat X : Tak Berwarna - X+(NH4)2CO2 Berwarna putih dan terdapat endapan - X+(NH4)3PO4 Berwarna putih dan terdapat endapan - X+(NH4)2SO4 Berwarna putih dan tidak terdapat endapan Kesimpulan : Zat X dapat berupa larutan CaCl2 atau mnegandung unsur Ca b. Zat Y Zat Y + CCl4 + HNO3 Kuning Jernih Warna lapisann CCl4 : Bening Kekuningan Kesimpulan : Zat Y dapat berupa larutan NaBr atau larutan yang mengandung unsur Br. IX.

PEMBAHASAN IX.1. Uji Nyala Unsur Alkali dan Alkali Tanah Golongan alkali dan alkali tanah adalah golongan yang terdiri dari unsur-

unsur yang bersifat logam yang apabila dipanaskan/ dibakar pada nyala api akan menyebabkan unsur tereksitasi dengan memancarkan radiasi elektromagnetik yang memberikan warna nyala. Setiap unsur logam alkali maupun alkali tanah memiliki warna nyala yang berbeda.Pada percobaan ini, untuk mengetahui warna nyala unsur alkali dan alkali tanah melalui uji nyala menggunakan kawat nikrom. Kawat nikrom harus dipanaskan terlebih dahulu sampai panas atau tidak ada lagi Page 33

warna yang timbul pada nyala Bunsen, kemudian dimasukkan kedalam larutan ke tabung reaksi, setelah itu kawta di bakar lagi dan akan tibul warna pada api, warna yang muncul tersebut adalah warna dari zat yang ada pada tabung reaksi. Larutan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan garam dari unsur alkali dan alkali tanah, yaitu Barium klorida( BaCl 2), kalsium klorida (CaCl2), litium klorida (LiCl2), kalium klorida (KCl2), Natrium Klorida(NaCl), dan stronsium klorida (SrCl2) dengan konsientrasi msing-masing ) 0,5 M. setelah masing-masing larutan di uji nyala di dapatkan bahwa; CaCl 2 memiliki warna nyala merah, BaCl 2 warna hijau, SrCl2 berwarna merah tua, KCl berwarna biru keunguan, NaCl berwarna kuning, LiCl berwarna merah terang. Dari hasil tersebut, percobaan yang kami lakukan dapat dikatakan berhasil, karena seperti yang di jelaskan oleh lestari,(2004;21), bahwa unsur litium, natrium, dan kalium masing-masing memiliki spectrum warna (nyala Bunsen) merah, kuning, dan ungu. Dan untuk untuk unsur alkali tanah, seperti yang di jelaskan oleh surtresna (2007;115) bahwa unsur alkali tanah, yaitu kalsium, stronsium, dan barium masing-masing memiliki warna yang khas jika garam dari unsur-unsur tersebut dibakar, yaitu jingga merah, merah bata, dan hijau. Pada warna nyala yang dihasilkan unsur alkali tanah dapat dilihat kurang sesuai dengan teori, hal ini disebabkan hampir setiap orang memliki pandangan yang berbeda dalam mengamati dan menjelaskan warna yang terjadi, bisa juga disebabkan factor warna api pada lampu spiritus yang lebih dominan. IX.2. Reaksi-reaksi unsur alkali dan alkali tanah Untuk mengetahui unsur alkali dan alkali tanah ,BaCl 2, CaCl2, LiCl, KCl, NaCl, dan SrCl2, masing-masing dicampurkan dengan larutan ammonium karbonat ((NH4)2CO3), ((NH4)2PO4 ), dan ((NH4)2SO4 ) masing-masing 0,5M sebanyak 10 tetes kedalam tabung reaksi. Untuk reaksi dengan ((NH4)2CO3) didapatkan bahwa: 1. CaCl2 + (NH4)2CO3 CaCO3 + 2NH4Cl (membentuk endapan) 2. BaCl2 + (NH4)2CO3 BaCO3 + 2NH4Cl (membentuk endapan) 3. SrCl2 + (NH4)2CO3 SrCO3 + 2NH4Cl (membentuk endapan) 4. KCl + (NH4)2CO3 K3CO3+ 2NH4Cl (tidak bereaksi) 5. NaCl + (NH4)2CO3 Na2CO3 + 2NH4Cl (tidak bereaksi) 6. 2LiCl + (NH4)2CO3 Li2CO3 + 2NH4Cl (tidak bereaksi)

Page 34

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa unsur alkali tanah di campur dengan (NH4)2CO3 memvbentuk endapan (bereaksi), sedangkan unsur alkali yang di campur (NH4)2CO3 tidak membentuk endapan karena tidak bereaksi.Hal ini dikarenakan garam CaCO3, BaCO3, dan SrCO3 sukar larut dalam air sehingga membentuk endapan berwarna putih. Untuk reaksi dengan ((NH4)2PO4 ), dapat dikatakan bahwa : 1. 3CaCl2 + 2(NH4)3PO3 Ca3(PO4)2+ 6NH4Cl (membentuk endapan) 2. 3BaCl2 +2(NH4)3PO3 Ba3(PO4)2+ 6NH4Cl (membentuk endapan) 3. 3SrCl2 +2(NH4)3PO3 Sr3(PO4)2+ 6NH4Cl (membentuk endapan) 4. 3KCl + 2(NH4)3PO3 K3PO4+ 3NH4Cl (tidak bereaksi) 5. 3NaCl + 2(NH4)3PO3 Na3PO4+ 3NH4Cl (tidak bereaksi) 6. 3LiCl + 2(NH4)3PO3 Li3PO4+ 3NH4Cl (tidak bereaksi) Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwaBaCl2, CaCl2dan SrCl2yang dicampur dengan ((NH4)2PO4 ) membentuk endapan sedangkan KCl, NaCl, dan LiCl tidak bereaksi dengan larutan (NH4)2PO4. Hal ini dikarenakan garam Ca3(PO4)2, Ba3(PO4)2, dan

Sr3(PO4)2adalah

garam-garam

yang

sukar

larut

dalam

air

sehingga

membentuk endapan, yang berwarna putih. Dan garam K 3CO3, Na3PO4, dan Li3PO4adalah garam-garam yang mudah larut. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Untuk reaksi dengan di dapatkan(NH4)2SO4 bahwa : CaCl2 +(NH4)2SO4 CaSO3 + 2NH4Cl (tidak bereaksi) BaCl2 + (NH4)2SO4 BaSO3 + 2NH4Cl (membentuk endapan) SrCl2 + (NH4)2SO4 SrSO3 + 2NH4Cl (membentuk endapan) 2KCl +(NH4)2SO4 K2SO3+ 2NH4Cl (tidak bereaksi) 2NaCl +(NH4)2SO4 Na2SO3 + 2NH4Cl (tidak bereaksi) 2LiCl +(NH4)2SO4 Li2SO3 + 2NH4Cl (tidak bereaksi) Dari hasil-hasil tersebut dapat dilihat bahwa hanyaBaCl 2 dan SrCl2setelah

dicampur dengan larutan (NH4)2SO4 membentuk endapan. Hal ini disebab karena garam BaSO3dan SrSO3 adalah garam yang sukar larut, sedangkan garam CaSO 3, K2SO3, Na2SO3, dan Li2SO3adalah garam-garam yang mudah larut tidak ditemukan endapan. IX.3. Reaksi-reaksi Halida Pada percobaan ini, 20 tetes larutan NaCl 0,5M , NaBr 0,5M, dan NaI 0,5M masing-masing

dimasukkan

kedalam

tabung

reaksi

dan

masing-masing

ditambahkan dengan 10 tetes CCl4, 10 tetes air klorin (Cl2), dan 5 tetes HNO3 Page 35

encer. Setelah dicampur diperoleh bahwa, NaCl + Cl 2 membentuk lapisan CCl4 tak berwarna/bening, NaBr + Cl2 membentuk lapisan CCl4 berwarna kuning , dan NaI + Cl2 membentuk lapisan CCl4 berwarna cokelat kemerahan. Dari perubahan warna lapisan tersebut dapat diketahui bahwa NaBr dab NaI dapat bereaksi dengan

Cl2

karena

terdapat

perubahan

warna,

sedangkan

NaCl

tidak

berwarna/bening karena tidak dapat bereaksi dengan Cl2. IX.4. Analisis Larutan Anu Pada percobaan analisis larutan X dengan hasil percobaan, warna nyala zat X tak berwarna. Kemudian zat X yang dicampur dengan larutan (NH 4)2CO3 dan (NH4)2PO4 Sedangkan

membentuk endapan putih dan warna larutan memnjadi keruh. zat

X

yang

dicampur

dengan

(NH 4)2SO4

tidak

membentuk

endapan.Dari hasil tersebut dan data yang diperoleh pada percobaan uji nyala alkali dan alkali tanah dan reaksinya, dapat disimpulkan larutan zat X adalah larutan BaCl2 atau SrCl2 atau larutan garam dari Ba atau Sr. Larutan Y yang digunakan adalah untuk mengetahui halida yang ada didalamnya.Larutan zat Y yang dimasukkan dalam tabung reaksi ditambahkan dengan larutan CCl4, air klorin, dan HNO3.Setlah dicampur warna lapisan CCl4 yang terbentuk didasar tabung berwarna bening kekuningan dan warna larutan menjadi kuning jernih. Dari hasil tersebut, jika dibandingkan dengan reaksi halida sebelumnya laruatan zat Y yang digunakan adalah larutan garam NaBr atau garam lain yang mengandung unsur Br. X. DISKUSI A. Uji Nyala Unsur Alkali dan Alkali Tanah Menurut teori alkali memberikan warna nyala yang khas. Misalnya, Li (merah), Na (kuning), dan K (ungu). Sama seperti logam Alkali, Alkali tanah juga memberikan warna nyala yang khas.Misalnya, Ca memberikan warna nyala merah jingga, Sr memberikan warna nyala merah ungu, dan Ba memberikan warna nyala kuning.Pada percobaan yang kami dapatkan Sr berwarna merah tua, Ca berwarna merah, dan Li berwarna merah tua. Untuk logam alkali kami memdapatkan warna nyala Na berwarna kuning, Ba berwarna hijau kekuningan, dan K berwarba biru Page 36

keunguan. Pada percobaan ini hampir sama dengan yang dinyatakan teori hanya seaja terdapat kesalahan pada si pengamat yang kurang teliti dalam mengamati warna nyala yang timbul. B. Reaksi-reaksi Unsur Alkali dan Alkali Tanah Untuk reaksi unsur alkali dan alkali tanh dapat diketahui dari hasil pengamatan bahwa unsur dari golongan alkali tanah membentuk endapan, sedangkan golongan alkali tidak terdapat pengendapan, yang berarti tidak terjadi reaksi. Dan hasil ini sesuai dengan teori, bahwa CaCl 2, BaCl2 dan SrCl2 yang dicampur dengan (NH4)3PO4 dan (NH4)CO3 membentuk endapan, sedangkan ketika dicampurkan dengan (NH4)2SO4 hanya BaCl2 dan SrCl2 yang terbentuk endapan. Adanya endapan ini dikarenakan golongan IIA tidak mudah larut dalam pelarut dan membentuk basa lemah, dan ion karbonat (CO 32-), sulfat (SO42-), dan fosfat(PO43-) pada

umumnya

sukar

larut

kecuali

Na 2CO3,K2CO3,

LiCO3,

CaSO4,

K2SO4,Na2SO4,Li2SO4, Na3PO4, K3PO4,dan Li3PO4. Selain itu, golongan IA mudah larut membentuk basa kuat (bersifat elektolit) sehingga tidak terjadi pengendapan. C. Reaksi-reaksi Halida Reaksi antara garam halida denag CCl 4, air klorin, dan HNO3 membentuk warna pada dasar tabung dan perubahan warna pada larutan. Dari hasil pengamatan dapat dilihat lapisan CCl4 yang terbentuk memiliki warna yang berbeda-beda untuk setiap unsurnya.Perbedaan warna ini menandakan bahwa garam halida NaBr dan NaI dapat bereaksi dengan Cl 2. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa Cl 2 dapat mengoksidasi Br dan I sesuai dengan tingkatan oksidasi F 2>Cl2>Br2>I2.Yang berarti Cl2 dapat mengoksidasi Br- menjadi Br2 dan Cl2 dapat mengoksidasi Imenjadi I2. D. Analisis Larutan Anu Untuk larutan anu X, kelompok kami tidak melakukannya dikarenakakn waktu yang terbatas. Namun, kami memngan data dari kelompok lain yang kami perhatikan bahwa warna nyala zat X menunjukkan tidak berwarna ketika direaksikan dengan (NH4)2CO3 membentuk endapan putih, ketika di reaksikan dengan (NH4)2SO4 membentuk endapan putih juga, dan ketika direaksikan dengan Page 37

(NH4)3PO4 tidak membentuk endapan. Jika dilihat data dengan reaksi (NH 4)2CO3, (NH4)2SO4 , dan(NH4)3PO4dapat disimpulkan bahwa zat tersebut adalah BaCl 2 datau SrCl2. Namun, jika dilihat dari warna nyalanya zat X adalah larutan Fr atau Ra. Dengan berpatokan pada uji nyala dan reaksi-reaksi insur alkali dan alkali tanah, kita dapat menentukan unsur apa yang terkandung pada larutan zat X dapat dilihat tidak sesuai dengan data yang telah ada, sehingga kesalahan ini dapat disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan dalam menguji nyala, ketidak sterilnya kawat nikrom, ata nyala api spiritus yang terlalu besar. Untuk larutan anu Y, ketika zat Y dimasukkan kedalam tabung reaksi, CCl 4, air klorin, dan HNO3 encer ditambahkan, kemudian lapisan CCl4 yang terbentuk didasar tabung reaksi kami amati. Lapisan yang terbentuk berwarna bening kekuningan dan warna berubah menjadi warna kuning jernih, sehingga dapat disimpulkan bahwa zat Y adalah larutan NaBr atau larutan yang mengandung unsur Br. Pada percobaan ini kami kurang cermatdalam mengamati warna yang terjadi, karena jika dilihat dengan hasil yang kami dapatkan sebelumnyapada reaksi-reaksi halida, warna yang kami peroleh tidak terlalu jelas ( lebih jernih). Hal ini dapat bisa disebabkan oleh ketidak akuratan pipet tetes atau tabung reaksi yang kurang bersih, serta dapat dipengaruhi oleh pencahayaan jika diperhatikan dengan baik dan tabung reaksi diletakkan pada bidang bersih yang berwarna putih separti kertas, warna lapisan yang mengendap adalah bening sehingga dapat disimpulkan dari data reaksi halida zat Y adalah NaCl. Namun, larutan yang terbentuk berwarna kuning jernih, sedangkan warna larutan NaCl adalah bening/tak berwarna.Jadi, kesalahan ini disebabkan oleh praktikan yang kurang cermat.

XI.

PERTANYAAN PASCA PRAKTEK 1. Apakah reaksi nyala saja dapat digunakan untuk mengidentifikasi unsur ? jelaskan jawaban anda ! Page 38

Jawab :Tidak, karena uji nyala adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi unsur yang memiliki ciri khas warna. Selain reaksi nyala, dapat juga digunakan atau direaksikan dengan unsur atau senyawa lain (reaksi pengendapan) atau reaksi halida. 2. Mengapa reaksi air klorin dengan NaCl, NaBr, dan NaI memberikan hasil yang berbeda? Jawab : Reaksi air klorin denganNaCl, NaBr, dan NaI memberikan hasil yang berbeda karena senyawa tersebut memiliki unsur halogen yang berbeda dan memiliki kereaktifan yang berbeda, serta tingkat oksidasi yang berbeda. Dan fungsi dari air klorin berguna untuk meberikan perbedaan warna dari tiap zat. 3. Mengapa unsur golongan IA memberikan hasil yang berbeda dengan golongan IIA pada percobaan B 1, 2, dan 3 ? Jawab : unsur golongan IA memberikan hasil yang berbeda dengan golongan IIA pada percobaan B 1, 2, dan 3 karena kelarutan yang berbeda.

Golongan

IA

apabila

bereaksi

dengan

garam

akan

membentuk basa kuat dan mudah larut, sedangkan golongan IIA akan membentuk basa lemah dan sukar larut. XII.

KESIMPULAN 1. Kesamaan sifat unsur-unsur dalam tabel berkala berdasarkan kesamaan jumlah elektron valensi dan diletakkan dalam satu golongan. 2. Unsur alkali dan alkali tanah dapat diketahui melalui warna nyala larutan garamnya. Litium (Li) memilikiwarna nyala merah, Natrium (Na) warna kuning, Kalium (K)

warna ungu, Barium (Ba) warna hijau, Kalsium (Ca)

warna merah, dan Stronsium (Sr) warna merah tua. Garam-garam alkali dan alkali tanah dapat beraksi da nada juga yang tidak. Larutan garam yang dapat bereaksi dengan (NH4)2CO3 dan (NH4)3PO4 adalah CaCl2, BaCl2, dan SrCl2, sedangkan yang bereaksi dengan (NH4)2SO4 adalah BaCl2 dan SrCl2. 3. Reaksi

antara

garam

halida

dengan

CCl 4,

air

klorin,

dan

HNO3

menghasilkan warna lapisan CCl 4 yang terletak didasar tabung. Warna ini Page 39

berbeda tergantung senyawa halida yang digunakan ( mengandung unsur halogen). Air klorin CCl4 yang digunakan adalah untuk mengetahui garam halida dapat bereaksi dengan halogen yang bersifat pengoksidasi. 4. Analisis larutan X dan Y adalah unsur alkali atau alkali tanah atau halida apa yang terdapat di dalamnya., dngan cara membandingkan data uji nyala,

reaksi

halida

unsur

alkali

dan

alkali

tanah,

serta

membandingkannya dengan teori yang sudah ada.

XIII. DAFTAR PUSTAKA Chang, Raymond.2003. Kimia Dasar : Konsep-KonsepInti Jl.I Ed.3. Jakarta: Erlangga Epinur, dkk. 2012. PenuntunPraktikumKimiaDasar. Jambi :UNJA Lestari, Sri. 2004. MenguraiSusunanPriodikUnsurKimia. Jakarta:

Kawan

Pustaka Oxtoby, dkk.2001.Prinsip-PrinsipKimiaModernJl.I Ed.4.Jakarta : Erlangga Petrucci, Ralph. 1987. KimiaDasar: PrinsipdanTerapanModernEd.4.Jl.I. Jakarta :Erlangga Purba, Michel. 2006. Kimia. Jakarta : Erlangga Sutresna, Nana.2007. CerdasBelajarKimia. Bandung : Grafindo Media Pratama Syukri, S.1999.Kimia Dasar I. Bandung :ITB Yayan Dan Agus. 2007. MudahdanAktifBelajarKimia. Bandung : Setia Purna Inves

PERCOBAAN 3 Page 40

I.JUDUL II. HARI / TANGGAL III. TUJUAN

: Rumus Empiris Senyawa Dan Hidrasi Air : Rabu, 20 Maret 2013 : 1. Mencari rumus empiris dari suatu senyawa dan menetapkan rumus molekul senyawa tersebut 2. Mempelajari cara mendapatkan data percobaan dan cara memakai data untuk menghitung rumus empiris 3. Mempelajari sifat-sifat senyawa bwrhidrat 4. Mempelajari reaksi bolak-balik hidrasi 5. Menentukan persentase air di dalam suatu hidrat

IV.

PERTANYAAN PRAPAKTIKUM 1. Apakah yang disebut rumus empiris dan rumus molekul ? Jawab : a. rumus empiris adalah rumus yang paling sederhana yang menyatakan perbandingan atom-atom dari berbagai unsure dalam senyawa. b. Rumus molekul adalah rumus yang menggambarkan perbandingan mol berbagai unsure serta imformasi tentang berapa banyak atom dalam masing-masing molekul 2. Jika dalam 5 gr tembaga klorida terdapat 2,35 gr tembaga dan 2,65 gr klorida. Tentukan rumus yang paling sederhana dari rumus klorida tersebut ! Jawab :

Unsur Massa Mr Mol Atom Rumus empiris

Tembaga (Cu) 2,35 gr 63,543 2,35/63,543-0,04 1

Clorida (Cl) 2,65 gr 35 2,25/35=0,08 2

3. Difinisikan apa yang dimaksud dengan hidrat Jawab : Hidrat adalah yang setiap satu mol nya mengandung air atau senyawa yang tersusun karna adanya molekul air sebagai bagian komposisinya. 4. Suatu sampeldiketahui berupa hidrat yaitu zink sulfat (ZnSO 4). Bila 300 gr dipanaskan hingga bobotnya tetap, bobot yang tersisa adalah 1,692 gr. Bagai mana rumus garam hidrat ini ? Jawab : znso4 ………… ZnSo4 + x H2o Page 41

300 gr

300 gr 300-1,692 300 gr 298,308 gr Mol ZnSo4 = gr ZnSo4 / Mr 300 / 161 =1,86 mol Mol H2o = gr H2o / mr =298,308 / 18 =16,6 mol Mol ZnSo4 =mol H2o 1,86 =16,6 1 =9 Jadi rumus garam hidrat adalah ZnSo4.9H2o V.

LANDASAN TEORI 5.1. Rumus empiris Rumus paling sederhana dari suatu molekul dinamakan rumus empiris, yaitu rumus molekul yang menunjukan perbandingan atom-atom penyusun molekul paling sederhana dan merupakan bilangan bulat. Rumus molekul merupakan rumus yang diproleh dari percobaan. Rumus empiris dapat juga ditunjukan rumus molekul apabila tidak ada imformasi tentang massa molekul relative dari senyawa itu. Minsalnya, NO 2 dapat dikatakan sebagai rumus molekul jika tidak ada imformasi massa molekul relatifnya, tetapi jika massa molekulnya di ketahui, misalnya 92 maka Na2 merupakan rumus empiris karena rumus molekul senyawa tersebut adalah N2O4. Untuk menentukan rumus empiris perlu terlebihdahulu mengetahui komposisi massa dari cuplikan senyawa yang di tentukan melalui percobaan seperti di uraikan di atas. Selanjutnya data tersebut bersama dengan massa atom relative unsure penyusun senyawa digunakan untuk menghitung nilai perbandingannya yang paling sederhana dari atom-atom penyusun cuplikan senyawa itu (Sunarya, Yayan. 2010). Rumus empiris suatu senyawa menyatakan nisbah terkecil jumlah atom yang terdapat dalam senyawa tersebut.menurut sejarahrumus empiris ditentukan lewat penggantungan nisbah bobot dari unsure-unsurnya ini merupakan langkah yang penting untuk memperlihatkan sifat berkala dari unsure-unsur, percobaan rumus empiris juga dilakukan untuk menentukan daya gelombang suatu unsure.(Epinur. 2011) Rumus kimia senyawa menggambarkan jum;ah atom relative dan berbagai unsure yang ada. Rumus kimia juga menggambarkan jumlah mol relatif berbagai unsure tersebut. Jika rumus senyawa tidak diketahui, rumus kimia itu dapat di perkirakan dari perbandingan yang di tentukan secara eksprimen . prosedur ini dapat dilakukan karena jika massa relative unsure Page 42

sudah tidak diperoleh, jumlah mol relatifmasing-masing unsure tersebut dapat diketahui. Rumus kimia yang diturunkan dengan cara seperti ini disebut rumus empiris. Dalam menyelesaikan soal-soal yang telah diketahui komposisi persennya, kita dapat menggunakan berbagai ukuran sampel, karna presentase setiap unsure tidak bergantung pada ukuran sampel (Goldberg. 2004). Rumus empiris biasanya digunakan untuk zat-zat yang terddiri dari molekul-molekul diskrit seperti kalsium karbonat (CaCo3), Natrium klorida (NaCL). Dari suatu rumus, massadari setiap unsure dapat dihitung. Karna rumus suatu senyawa menyatakan jumlah dan massa atom. Sebaiknya dari massa setiap unsure dapat ditentukan (Chang,Raymond. 2005). Rumus empiris dapat di tentukan dari data :   

Macam unsure dalam senyawa (analisis kualitatif) Persen komposisi unsure (analisis kuantitatif), dan Massa atom relative unsure-unsur yang bersangkutan

Cara menentukan rumus empiris suatu senyawadapat dilakukan dalam tahap-tahap berikut :   

Tentukan massa setiap unsure dalam sejumlah massa tertentu senyawa atau persen massa tiap unsure. Dari data ini dapat di perolehmassa relative yang di dapat dalam senyawa. Membagi massa setiap unsure dengan massa atom relatif, sehingga di peroleh perbandingan mol setiap unsure atau perbandingan atom Mengubah perbandingan yang di peroleh pada opsi 2menjadi bilangan sederhana dengan cara membagi dengan bilangan bulat terkecil

1.2. Rumus molekul Rumus molekul adalah rumus yang menggambarkan perbandingan mol berbagai unsure serta imformasi tentang beberapa banyak jumlah atom dalam masing-masing molekul. Untuk memperkirikan rumus molekul dari data eksprimen, biasanya ditentukan perserinya dan massa molarnya (Gold, David E. 2004). Rumus kimiayang menggambarkan jenis dan jumlah nyata dari atom-atom yang membentuk molekul suatu zat disebut rumus molekul, rumus molekul menyatakan jumlah atom yang sebenarnya dari suatu unsure dalam suatu molekul. Rumus molekul dapat membedakan antara zat-zat yang berbeda tapi mempunyai rumus empiris sama (Achmad, Hiskia.1993).

Page 43

Rumus molekul memberikan jumlah mol (bukan saja perbandingan) setiap jenis atom dalam suatu molmolekul senyawa menentukan rumus molekul senyawa yang tidak diketahui memerlikan percobaan di laboratorium dengan langkah umum sebagai berikut :     

Analisis kualitatif, menentukan unsure yang terdapat dalam senyawa. Analisis kuanlitatif, menentukan persen masing-masing unsure. Menentukan rumus empiris dari dat aanalisis kuallitatif dan kuantitatif Menentukan Mr Menentukan rumus molekul. (Syukri, S.2004).

1.3. Hidrasi Air Beberapa reaksi yang dilakukan di laboratorium kimia selallu berkenaan dengan larutan, beberaapa di antaranya bekerja dengan menggunakan air sebagai pelarut. Ketika air di uapkan, hasil reaksi dapat di isolasi seringkali dalam bentuk padatan kadang kala produk padatan mengandung molekul air sebagai bagian dari komposisinya, sebagai contoh nikel (11) oksida (Nio) di larutkan dalam larutan H2SO4 encer,akan terbentuk NiSo4. Beberapa bahan akan menyerap sedikit air jika di tempatkan di atmosfer yang mengandung banyak uap air. Penambahan air akan membentuk zat anhidrat dan proses ini merupakan proses bolak-balik, sebagai contoh, hidrst nikel (11) sulfat jika dipanaskan akan kehilangan air membentuk nikel (11) sulfat anhidrat. Nikel (11) sulfat anhidrat dapat dilarutkan kembali dalam air dan dikristalkan ulang sebagai senyawa hidrat. NiSO4 . 6H2O

NiSO4 (s) + 6H2O (g)

(Epinur.2011)

Hidrat adalah zat yangmengikat beberapa molekul air sebagai bagian dari molekul kristalnya. Contoh : Terusi , CuSO4 . 5H2O

Tembaga (11) sulfat penta hidrat

Gips , CaSO4 .2H2O

Kalsium sulfat dihidrat

Garam inggris, Mg SO4. 7H2O

Magnesium sulfat heptahidrat

Soda hablur , Na2CO3 .10 H2O

Natrium karbonat dekahidrat

Jika suatu hidrat dipanaskan, seluruh air kristalnya dapat lepas (menguap) Contoh : Page 44

CaSO4 . 2H2O(S)

CaSO3. 10H2O. ½ H2O(S) + 3/2 H2O(g) Gips

Jika suatu hidrat dilarutkan dalam air, maka air kristalnya akan lepas. Contoh : CuSO4 .5 H2O(S)

CuSO4 (aq) + 5H2O(l) (Purba, Michael.2000).

Hidrat adalah suatu larutan yang dapat bekerja dengan menggunakan air sebagai pelarut dan air yang diupkan hasil reaksi akan diisolasi membentuk padatan yang mengandung molekul air sebagai bagian dari kapasitasnya. Sifat-sifat senyawa berhidrat di antaranya membentuk Kristal memiliki molekul air, reaksi bolak- balik dapat dipisahkan dengan pemanasan persentase air dalam hidrat dapat dihitung dari data yang diperoleh dari percobaan. Persentase air = massa air sebelum pemanasan – massa air setelah pemanasan x 10 Massa air sebelum pemanasan

(Yuni, Astuti .2004). Reaksi adalah hasilreaksi dapat bereaksi kembali membentuk zat pereaksi. Garam hidrat jiga mengalami pereaksi bolak-balik dari garam hidrat dapat panaskan pada suhu tertentu menjadi garam anhidrat dapat di ubah menjadi garam hidrat dengan menambahkan molekul air. Air dapat bereaksi dengan logam-logam yang aktif pada suhu biasa minsalnya natrium , kalium, magnesium dan kalsium. Reaksi logam dengan air akan menghasilkan basa dan basa hydrogen. Reaksi logam dengan air akan menghasilkan basa dan basa hydrogen.air akan terikat secara kimia dalam molekul Kristal dan di sebut air Kristal. Banyaknya molekul air dapat dilihat dari rumus kimia hidrat misalnya : CuSO4 +5H2O

CuSO4 .5H2O tembaga sulfat pentahidrat

Air Kristal dalam suatu zat dapat dihilangkan atau di keluarkan dari Kristal dengan cara pemasaran . (Anggota Ikapi. 1984).

VI.

Alat dan Bahan Page 45

6.1 Rumus empiris senyawa a. alat alat-alat yang digunakan pada saat percobaan ini antara lain : 1. Cawan krus dan tutupnya 2. Neraca 3. Kertas tissue 4. Penjepit krus 5. Pembakar Bunsen 6. Pipetetes 7. Gelas arloji 8. Segitiga porselen 9. Kalitiga 10. Stopwatch b. bahan bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain : 1. 2. 3. 4.

Pita Mg (10-15 cm) Air 0,5 gr logam tembaga 10 ml asam nitrat 4m

6.2 Hidrasi air a. alat alat yang digunakan pada percobaan ini adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Cawan porselen dan tutupnya Segitiga penyangga Kaca arloji Neraca Lampu spiritus Spatula Stopwatch

b. bahan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: 1. 2. 3. 4.

Deterjen Air Air suling Larutan HNO3 6m Page 46

5. CuSO4 . 5H2O ½ spatula 6. Contoh sampel 6.1. Reaksi bolak balik hidrat a. alat alat yang digunakan pada percobaan ini adalah : 1. Spatula 2. Cawan porselen 3. Kaca arloji b. bahan bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain : 1. Tembaga (11) sulfat pnta hidrat (CuSO4 . 5H2O) VII.

PROSEDUR KERJA - Rumus empiris dan senyawa

Cawan krus dan tutupnya Ditimbang hingga Ketelitian 0,001 gram Potong pipa mg 15 cm. Di gulung Gulungan mg Dimasukkan ke dalam Krus Di letakkan diatas Kaki tiga

Krus beserta isi

Di ilengkpi dg kakitiga porselen

Page 47

dipanaskan dengan

Membakar bunsen Setelah 20 mnt ambil dg Penjepit krus Buka sedikit agar udara masuk,dan di lanjutkan pembakar 20 mnt.

bunsen Di matikan ,di biarkan dingin dan di tetes 40 tetes air Di teteskan air Cawan krus

Timbang krus dan tutupnya

ketelitian 0,001 gram dengan selama 5 menit hingga tak ada asap

Api kecil

Dinginkan krus

-

selama 15 menit

timbang

Api kecil

lnjt pemanasan

Menggunakan Cu Cawan penguap

Panaskan

Dinginkan

Ditambahkan 0,5 gram tutup logam tembaga

10 ml asam nitrat 4 ml setelah logam larut Panaskan lagi Page 48

Gelas arloji

timbang

sampai terbentuk kristal hitam Pemanasan dilanjutkan smpai terbentuk kristal ke kuningan Di dinginkan

dalam satu kamar

Cawan penguap beserta isinya di timbang

Tentukan rumus empiris dari oksida tembaga

-

Hidrasi air

A.penentuan kuantitatif persentase air dalam senyawa hidrat. Cawan penguap dan Bilas dg tutupnya Kemudian

Cuci dengan setengah air

Di periksa

Cawa n

Air suling

Larutan HNO3

Kaki segitiga penyangga

Cawan penguap

Panaskan dg hati-hati Sampai bagian tengah cawan Membara. Hentikan Pada suhu kamar utpemanasan Selama 10-15 menit dan dinginkan

Page 49

Air suling

Cawan beserta tutup

Jaga agar tetap dalam keadaan bersih

Di timbang 1 gram sampel dalam cawan

Naikkan panas hingga bagian atas cawan terlihat

Letakkan pada

pembak ar

segitiga

Dpnskan

cawan

Selama 1o menit

Hentikan Di tutup di biarkan dingin pada suhu kamar

Cawan

Timbang

Ulangi pemanasan

B. Reaksi bolak-balik hidrat

Setengah spatula tembaga (ll) sulfat pentahidrat (CuSo4.5H2O ) Di masukkan ke dalam Page 50

dengan penutup sedikt Terbuka.

Cawan porselen

Amati sampai dan catat Di tutup dengan Di panaskan ( amati dan catat hasil )

Hentikan pemansan

Setelah dingin Teteskan air Yang terkumpul pada Kaca arloji Ke dalam Cawan

Amati apa yang terjadi

VIII. DATA PENGAMATAN 1.1.

Senyawa Mg

no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Bobot cawan krus + tutup Bobot cawan krus + magnesium Bobot magnesium Bobot cawan krus + magnesium oksida + tutup Bobot magnesium oksida Bobot oksida Bobot atom magnesium Bobot atom oksida Jumlah mol atom oksigen Jumlah mol atom magnesium Rumus empiris magnesium oksida

Bagaimana mendapatkannya Menimbang Menimbang (2)-(1) Menimbang

Ulang 1

Ulang II

57,5420 57,5667 0,0257 57,5830

57,5426

(4)-(1) (4)-(1) Table berkala Table berkala 6 /8 3 /7

0,041 0,0153 24,3 16,0 0,00095625 0,001057612 Mg O

Page 51

24,3 16,0

Senyawa Tembaga      

Bobot cawan penguap = 57,4930 g Bobot cawan penguap + tembaga = 57,5793 g Bobot cawan penguap + oksida tembaga = 57,5880 g Bobot oksida tembaga yang di peroleh = 0,095 g Tulis reaksi antara logam tembaga dengan asam nitrat Cu(s) + HNO3(aq) + H2(g) Dari hasil percobaan buatlah perhitungan untuk menentukan rumus empirisoksida tembaga tersebut Massa Cu = 57,5793 – 57,4930= 0,0863 gr Massa O = 0,095-0,083 = 0,0087 gr Mol Cu = mol O 0,0863 = 0,0087 63,5 16 0,00108 = 0,00054 2 = 1 RE = Cu2O

A. Air hidrat 1. Massa cawan kosong + tutup =57,58 gr 2. Massa cawan kosong + tutup + contoh = 57,6725 gr 3. Massa cawan kosong +tutup +contoh, pemanasan 1 = 57,5804 gr 4. Massa contoh setelah pemanasan = 0,0004 gr 5. Massa air yang hilang dari contoh =0,0921 gr 6. Persentase air yang hilang dari contoh = 9956 0/0 7. Massa molar senyawa anhidrat = 159,5 gr 8. Rumus hidrat = CuSO4, 5H2O B. Reaksi bolak balik hidrasi a. Warna CuSO4 , 5H2O b. Pada pemanasan CuSO4 , 5H2O Terdapat / air pada kaca arloji c. Warna contoh setelah pemanasan adalah putih d. Setelah pemanasan dan penambahan H2O Terjadi warna biru muda e. Persamaan reaksi CuSO4 .. 5H2O CuSO4 + 5H2O CuSO4 + 5H2O CuSO4 . 5H2O XI. PEMBAHASAN 1. Senyawa Magnesium Pada percobaan inidi lakukan terlebih dahulu memeriksa cawan penguap dan kaca arloji sebagai tutup, baik untuk di gunakan. Setelah itu,perlakuan pertama menimbang bobot cawan penguap kemudian + tutup kemudian menimbang bobot cawan penguat + magnesium, lalu Page 52

mencari bobot magnesium dengan percobaan (2)-(1), setelah itu menimbang bobot cawan penguat + tutup + magnesium oksidasi dengan langkah percobaan (4)-(1), bobot atom magnesium pada table berkala. Langkah selanjutnya, mencari jumlah atom magnesium dengan cara konsep gay lussac. Kemudian terakhir mencari rumus empiris magnesium oksida. A. Air Hidrat Percobaan ini dilakukan dengan terlebih dahulu memeriksa cawan penguap dan tutupnya, baik untuk digunakan. Kemudian di atur ketinggian kaki tiga sehinggah tengah cawantetap dan tetap pada bagian panas pada bagian pembakaran. Cawan tadi dipanaskan dengan hati-hati sampai bagian tengah cawan tampak membara, dan dibiarkan selama 5 menit. Setelah dipanaskan, cawan diangkat dan didinginkan pada suhu kamar. Cawan di timbanng dan di dapatkan hasil timbangan 57,5804 gr. Cawan kosong + tutup adalah 57,58 gr cawan beserta contoh dan tutup adalah 57 gr dipanaskan selama 5 menit kemudian didinginkan dan cawan ditimbang. Berdasarkan data yang di peroleh pada saat percobaan, maka dicari dengan rumus yaitu: ~ Massa sampel sebelum dipanaskan =data (2) – data (1) = 57,6725 gr – 57,58 gr = 0,09925 gr ~ Massa sampel sesudah di panaskan = data 3 – data 1 = 57,5804 – 57,58 gr =0,0004 gr Massa yang hilangdpat di peroleh dari selisih massa sampel sebelum pemanasan dengan massa sampel ssetelah pemanasan dapat di tulis sebagai berikut : ~ Masssa air yang hilang =nmasssa sampel sebelum dipanas –massa sampel sesudahdi panaskan = 0,0925 gr – 0,0004 gr = 0,0921 gr ~ persentase air yang hilang dari sampel dapat dicari dengan rumus 0

/0 air = massa air yang hilang dari sampel x 100 0/0 Massa sampel sebelum pemanasan Page 53

= 0,0925 X 100 0/0 0,0921 = 99,56 0/0 Massa molar senyawa anhidrat dapat ditentukan berdasarkan massa atom-atom penyusun sehingga Mr CuSO4

= (1xArCu) + (1x ArO) +(4 x ArO ) = 63,5 + 32 + 64 = 159,5

Menentukan rumus hidrat senyawa CuSO4 . H2O ~ Mol CuSO4 = massa CuSO4 Mr CuSO4 = 0,0925 g 159,5 mol = 0,00058 gr/mol ~ Mol H2O

= massa H2O MO H2O = 0,0921 g 18 mol = 0,00512

~ Perbandingan antara mol CuSO4 : Mol H2O 0,0006 : 0,005 1

:

8

Maka rumus hidrat yang didapatkan yaitu CuSO4 . 8H2O Pada percobaan yang kami lakukan rumus hidrat yang di dapat adalah CuSO4 . 8H2O . Dapat diketahui bahwa pada senyawa CuSO4 tersebut mengandung air Page 54

B. Reaksi bolak-balik hidrasi Pada percobaan ini dilakukan dengan di masukan 1 gr tembaga sulfat pentahidrat (CuSO4 . 5H2O). kedalam cawan penguap setelah di amati CuSO4 . 5H2O menghasilkan warna biru. Kemudian tutup cawan dengan kaca arloji yang di panaskan pada nyala Bunsen 10 menit sampai warna pada CuSO4 .5H2O Berubah menjadi putih. Hal ini terjadi karena molekul H 2O melepas diri dari ikatan CuSO4 . 5H2O Setelah warna putih di tetesi H2O kemudian jadi warna biru kembali. Hal ini terjadi karena H2O Terikatkembali pada CuSO4 . 5H2O. melepassnya H2O terlihat pada kaca arloji. Persamaan reaksi yang diperoleh yaitu : CuSO4 . 5H2O

CuSO4 + 5H2O

(BIRU)

(PUTIH)

CuSO4 + 5H2O

CuSO4 . 5H2O

(PUTIH)

(BIRU)

Maka, reaksi bolak balik tersebut dapat dituliskan sebagai berikut : CuSO4 . 5H2O

CuSO4 + 5H2O

X. DISKUSI 1. Air Hidrat Pada percobaan ini didapat rumus hidrat yaitu : CuSO 4 . 3H2O. Hal ini tidak sesuai dengan teori . ini terjadi mungkin karena kami kurang telitih dalam melakukan percobaan. Pada teori sebenarnya hasil yang di dapat adalah : rumus hidrat CuSO 4 .5H2O Persentase air yang hilang dari sampelmenghasilkan 99,56 0/0 Rumus hidrat pada senyawa CuSO4 . H2O ~ mol CuSO4 = Massa CuSO4 Mr CuSO4 = 0,0925 g 159,5 mol =0,00058 gr/mol ~ mol H2O

= Massa H2O Page 55

Mr H2O =0,0921 gr 18 mol = 0,00512 gr/mol

~ perbandingan antara mol CuSO4

: mol H2O

0,0006 : 0,005 1

:

8

Maka rumus senyawa hidrat yaitu CuSO4

: 8H2O

2. Reaksi bolak balik hidrasi Reaksi bolak balok yaitu reaksi di mana hasil dapat menjadi pereaksi kembali. Pada percobaan ini warna awal dari senyawa CuSO4 . 5H2O adalah biru setelahdipanaskan menjadi berwarna putih. Pemanasan di lakukan sampai warna berubah hal yang terjadi H2O melepas diri dari CuSO4 . 5H2O tampak menguap bintik-bintik air pada kaca arloji . setelah itu di bari atau di tetesi H2O pada CuSO4 . H2O yang bewarna putih tadi dan yang terjadi warna CuSO 4 . H2O menjadi biru kembali. Hal ini terjadi karena H 2O terikat kembali pada percobaan reaksi bolak balik ini adalah CuSO4 . 5H2O

CuSO4 + 5H2O

Percobaan ini sesuai dengan teori, maka hasil percobaan yang kami lakukan ini berhasil. XI. Pertanyaan Pasca Praktek 1. Kenapa di pilih cawan praselin yang masih baik (utuh) untuk percobaan menentukan rumus hidrat (percobaan A) Jawab : karena agar menghasilkan hasil yang maksimal, jika keadaan cawan tidak baik maka hasil yang didapatkan tidak baik pula. 2. Apa yang dimaksud dengan bobot tetap Jawab : bobot tetap adalah massa suatu sampel sebelum dan sesudah stabil (tetap) 3. Apa tujuan menutup mulut tabung reaksi pada percobaan B ? Page 56

Jawab : agar zat tidak bereaksi dengan oksigen dan uap airsampel CuSO 4 . 5H2O tidak langsung keudara dan untuk melihat ada atau tidaknya air pada kaca arloji 4. Mengapa warna CuSO4 . 5H2O yang biru berubah menjadi putih pada pemanasan Jawab : karena senyawa hidrat CuSO 4 . 5H2O melepaskan molekul H2O hingga terbentuk senyawa anhidrat CuSO4 . Hidrat CuSO4 Menjadi putih karena airnya hilang. 5. Pemanasan harus dihentikan segera bila warna nya berubah menjadi coklat atau hitam. Jelaskan maksud kalimat berikut ! Jawab : agar zat tidak menjadi abu atau bahkan mengeluarkan asap yang dapat membuat senyawa tersebut menguap. Hal ini mengakibatkan senyawa anhidrat tidak akan membentuk senyawa hidrat kembali semula secara sempurna 6. Suatu senyawa hidrat mempunyai massa 1,632 gr sebelum dipanaskan dan 1,0689 setelah dipanaskan. Hitunglah persentase air secara eksperimen pada hidrat penyelesaian ; Dik : massa sebelum pemanasan = 1,632 gr Massa sesudah pemanasan = 1,0089 gr Dit : 0/0 air ? Jawab : 0 /0 air = masa air yang hilang X 100 0/0 Massa sebelum pemanasan = 1,632 – 1,008 X100 0/0 1,632 0 = 38,24 /0 7. Tuliskanlah rx setimbang dari persamaan CuSO4 . 5H2O Jawab : CuSO4 . 5H2O CuSO4 + 5H2O

XII. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapatkan dari percobaan ini adalah : 1. Cara mencari rumus molekul adalah dengan menentukan 0/0 massa setiap unsure sehingga diperoleh massa relative unsure mencari mol tiap senyawa dengan menggunakan pers : ~ massa senyawa Mr senyawa Kemudian dicari perbandingan mol tiap senyawa 2. Cara mendapatkan data percobaan dengan menimbang sampel rumus empiris ditentukan dengan  Analisis kuantitatif  Analisis kuanlitatif  Massa atom relatif 3. Sifat-sifat senyawa berhidrat yaitu Page 57

~ jika senyawa berhidrat dipanaskan pada suhu tertentu, maka akan terbentuk senyawa anhidrat dan molekul air ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi putih. ~ jika senyawa anhidrat di tambahkan air maka akan terbentuk kembali senyawa hidrat dan warna kembali kesemula. 4. Dapat mempelajari reaksi-reaksi bolak balik , reaksinya yaitu : CuSO4 . 5H2O

CuSO4 + 5H2O

CuSO4 + 5H2O

CuSO4 . 5H2O

Maka reaksi bolak –baliknya . CuSO4 . 5H2O

CuSO4 + 5H2O

5. Persentaase air yang terdapat dalam suatu senyawa hidrat dapat dihitung dengan rumus : 0 /0 H2O = Massa air yang hilang x 100 0/0 Massa sampel sebelum pemanasan

XIII. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Hiskia, dkk. 1993. Materi Pokok Kimia Dasar . Depdikbut : Jakarta. Astuti, Yuni . 2004 . Kimia. Jakarta : Erlangga. Epinur, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Jambi : Universitas Jambi. Purba, Michael. 2000. Kimia . Jakarta : Erlangga. Wismono, joko. 2007. Kimia Dasar . Jakarta : Grafindo.

Page 58

PERCOBAAN 4 I.

JUDUL

: Termokimia Dan Hukum Hess

II.

HARI/TANGGAL

: Rabu,03 April 2013

III.

TUJUAN

: 1.Mengukur kalor reaksi dengan alat yang sederhana 2.Mengumpukan dan menganalisis data termokimia 3.Menerapkan ukum Hess

IV,

PERTANYAAN PRAPRAKTEK 1. Berikan pengertian tentang (a) entalpi, (b) sistem terisolasi, (c)sistem terbuka,(d) sistem tertutup,(e) lingkungan,(f) kalorimeter,(g) eksotermik Jawaban : a. Entalpi adalah jumlah enegi data semua bentuk energi yang dimiliki zat tersebut,yang jumlahnya tidak daat diukur atau kalor yang dimiliki oleh satu bahan atau zat. b. Sistem terosilasi adalah sistem dengan lingkungannya tidak dapat mempertukarkan baik energi mupun materi c. Sistem terbuka adalah sistem dengan lingkungannya dapat saling mempertukarkan baik materi maupun energi d. Sistem tertutup adalah sistem yang menjadi penyekatnya atau mencegah aliran zat masuk dan keluar sistem Page 59

e. Lingkungan adalah bagian sisa dari semesta yang apat bertkar energi dengan sistem selama proses berlangsung atau segala sesuatu di luar sistem f. Kalorimeter adalah alat yang dipakai uuk mengukur panasnya suatu reaksi. g. Eksotermik adalah kalor yang dilepaskan dari sistem ke lingkungan.

2. Apa perbedaan antara entalpi dengan energi dalam? Jawaban :  

Entalpi adalah kalor yang dimiliki oleh suatu zat ,zat tersebut tidak dapat diukurkeculi zat tersebut mengalami perubahan wujud atau beraksi dengan zat lain . Energi dalam yaitu jumlah total energi potensial dan energi kinetik zat-zat yang terdapat dalam suatu sistem.

V.

LANDASAN TEORI Termokimia adalah hukum pertama termodinamika terhadap peristiwa kimia yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi kimia.Pesamaan termokimia adalah persamaan kimia yang sudah setara berikut perubahan entalpi reaksi yng dituliskan secara langsung setelah persamaan kimia.Untuk reaksi Natrium dan air,persamaan termokimianya dapat ditulis sbb: 2Na(s) + 2H2O(l) → 2NaOH(aq) + H2(g)

∆H= -367,5kj

Persamaan ini menyatakan bahwa dua mol natrium bereaksi dengan dua mol air menghasilkan dua mol natrium hidroksida dan satu mol hidrogen serat kalor dilepaskan sebanyak 367,5 kj.Dalam persamaan termokimia harus melibatkan fasa zat-zat yang bereaksi, sebab perubahan entalpi bergantung pada fasa zat.Sebagai contoh reaksi antara gas hidrogen dan gas oksigen membentuk air,jika air yang di hasilkan berwujud cair akan dilepaskan kalor sebesar 483,7kj, tetapi jika air yang di produksi berupa uap, kalor yang dilepaskan sebesar 571,7 kj.Pesamaan termokimianya adalah: 2H2(s) + O2 →2H2O(l)

∆H= -571,1

Kalorimeter adalah alat untuk mengukur kalor yang diserap atau dilepaskan oleh suatu reaksi kimia.Kalorimeter terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan batang pengaduk dan termometer.Perubahan kalor dilakukan melalui pengukuran suhu yang terjadi selama proses perubahan kimia atau fisika berlangsung (Sunarya,2010: 136-141). Hukum Hess

Page 60

Walaupun ada alat untuk mengukur kalor reaksi,tetapi ada reaksi yang berlangsung terlalu cepat atau lambat sehingga sulit diukur.Disamping itu ada reaksi yang tidak ada terjadi tetapi kita ingin mengetahui kalor reaksinya.Masalah ini dapat di pecahkan dengan menggunakan Hukum Hessyang menyatakan: kalor yang menyertai suatu reaksi tidak bergantung pada jalanyang ditempuh,tetapi hanya pada keadaan awal dan akhir. Contoh CO2 dapat dibuat dengan dua cara,yaitu  

C(s) = O2(g) → CO2 C(s) = ½ O2(g) →CO CO(g) + ½ O2 (g) →CO2

Reaksi kimia termasuk proses isotermal,dan bila dilakukan di udara maka bereaksi Qp = ∆H Akibatnya, kalor dapat di hitung dari perubahan entalpi reaksi q = ∆Hreaksi = Hhasil reaksi – pereaksi Kalor yang menyertai suatu reaksi dapat ditentukan dangan percobaan labolatorium zat pereaksi yang terukur direaksikan dalam kalorimeter, yaitu alat yang akan mengukur kalor yang akan dihasilkan atau diserap reaksi.Jika reaksi eksotermik, kalor yang dihasilkan akan menaikka suhu air dalam kalorimeter.Besarnya kalor dapat dihitung dari kenaikan suhu dan massa air di dalam alat tersebut (Syukri,1999:84). Kimia termo mempelajari perubahan panas yang mengikuti reaksi kimia dan perubahan fisika.Satuan tenaga panas biasanya dinyatakan oleh kalori. 1 joule =107 erg = 0.24 kal 1 kal =4,148 joule Untuk menentukan perubahan panas yang terjadi pada eaksi-reaksi kimia di pakai kalorimeter.Besarnya panas reaksi kimia dinyatakan pada tekanan tetap yaitu sebagai berikut: gv = Ep – Er (Vp –Vr) dengan p sebagai produk dan r sebagai reaktan.adapun hubungan keduanya yaitu: ∆H,∆E = + Panas diserap atau reaksi endoterm sedangkan reaksi eksoterm yaitu : ∆H,∆E = - Panas dikeluarkan.Besaranya panas reksi bergantung pada jumlah zat beeaksi,keadaan fisik,temperatur,tekanan dan jenis reaksi (Sukardjo,1997 :71-73). Kalor adalah energi yang dipindahkan karena perbedaan suhu,mengalir dari suhu tinggi ke suhuyang lebih rendah.Jumlah energi kalor tergantung pada suhu,jumlah zat dan identitas.Kapasitas kalor adalah banyak energi kalor yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu Page 61

zat 1 derajat celcius,tergantung pada jumlah zat kalor jenis adalah banyaknya energi kalor yag dibutuhkanuntuk meningkatkan 1 gram zat tersebut 1 derajat celcius.   

∆H adalah sifat eksientif, perubahan entalpi berbanding langsung dengan jumlah zat-zat yang terlibat dalam suatu proses ∆H berubah jika reaksi berlangsung sebaliknya. Hukum Hess tentang penjumlahan kalor konstant.

Berdasarkan sejumlah percobaan yang dilakukan dan sifat- sifat entalpi, Hess mengajukan temuannya yaitu, oleh karena entalpi adalah suatu fungsi keadaan, maka perubahan entalpi yang berlangsung dari keadaan awal ke keadaan akhir tidak bergantung pada pada jalannya reaksi (Petrucci Halp,1987:174-175). Jumlah perubahan kalor sebagian hasil reaksi kimia,dapat diukur dalam suatu kalorimer.Kalorimeter terdiri dari suatu tabung yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada perpindahan atau pertukaran kalor harus sekecil mungkin sehingga diabaikan.Sebagai kalorimeter sederhana dapat di gunakan botol termos gelas kimia yang dihubungkn atau dibungkus busa, plastik atau botol plastik.Jumlah kalor yang di serap kalorimeter untu menaikkan suhunya sebesar satu derajat disebut tetapan kalorimeter.Harga tetapan kalorimeter diperoleh dengan membagi jumlah kalor yang di serap kalorimeter untuk menaikkan suhunya sebesar satu derajat disebut tetapan kalorimeter. Harga tetapan kalorimeter diperoleh dengan membagi jumlah kalor yang diserap kalorimeter dengan perubahan temperaturnya pada kalorimeter.Adapun satuan dari tetapan kalorimeter adalah JK-1 (Hiskia Ahmad,1993: 43-44).

VI. ALAT DAN BAHAN 1. Alat  Gelas ukur  Kalorimeter  Termometer  Alat pengaduk  Gelas piala

2 .Bahan Air suling Larutan NaOH Larutan NaCl Asam asetat Natrium hidroksida Asam nitrat

VII. PROSEDUR KERJA A. PENENTUAN TAN KALORIMETER Page 62

40 ml air suling

Diukur dalam gelas

Tuangkan dalam kalorimeter

Tutup kalorimeter dilengkapi Aduk dan catat

40 ml air suling

Gelas ukur

Gelas piala kering Panaskan 6070ᵒC

Ukur dengan termometer yang sama

Cairan 6 dipindahkan dalam kalorimeter Aduk campuran

Tutup kembali

Catat suhu 15 detik

Catat suhu setiap 1

B. PENENTUAN ∆H NETRALISASI UNTUK REAKSI ASAM- BASA Kalorimeter dikeringkan 40 ml larutan NaOH

Kalorimeter

40 ml HCl

Diu ukur Masukkan dalam

Gelas piala dekat kalorimeter

Ukur suhu larutan Ukur suhu larutan Page asam basa 63

Bilas termometer kkeringkan

Panaskan gelas piala dengan telapak tangan

Larutan asam

Aduk dan catat

VIII. DATA PENGAMATAN A. Penentuan Tetapan Kalorimeter Ulangan 1

Ulangan 2

Rata-rata

Suhu air panas

70ᵒC

70ᵒC

70ᵒC

Suhu air dingin

27ᵒC

28ᵒC

27.5ᵒC

Shu campur

41ᵒC

40ᵒC

43.5ᵒ

Ulangan 1

Ulangan 2

Rata-Rata

Suhu larutan asam(...) 1M

28ᵒC

28ᵒC

28ᵒC

Suhu lartan basa(...) 1M

28ᵒC

28ᵒC

28ᵒC

Suhu campuran

32ᵒC

32ᵒC

32.5ᵒC

B. Penentuan ∆H Netralisasi untuk asam-basa

A. Asam asetat dengan suhu= 28ᵒC

C. Suhu Natrium Asetat = 28ᵒC

Suhu Natrium Asetat = 28ᵒC

Suhu HCl = 28ᵒc

Suhu Campuran = 31ᵒC

Suuhu Campuran = 28ᵒC

B. Suhu Asam Nitrat = 28ᵒC Suhu Natrium Hidroksida =28ᵒC Suhu Campuran = 30ᵒC

D. Suhu HCl =28ᵒC Suhu Amonia = 28ᵒC Suhu Campuran =30ᵒC

Page 64

IX. PEMBAHASAN A. Penentuan Tetapan Kalorimeter Percobaan praktikum kali ini yaitu penentuan tetapan kalorimeter.sebelum percobaan praktikum dilaksanakan,ada baiknya disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu.Setelah semuanya siap,hal yang pertama kalinya dilakukan yaitu memasukkan 20 ml air suling ke dalam gelas ukur,selanjutnya setelah di ukur,air suling tersebut dimasukkan ke dalam kalorimeter yang telah i sediakan sebelumnya,kalorimeter di lengkapi dengan alata pengaduk sehinga di peroleh suhu yaitu 27ᵒ.Dimasukkan lagi ke dalam gelas ukur dan dimasukkan ke dalam gelas piala,serta dipanaskan pada biru bunsen.Suhu pemanasan tidak boleh melebihi dari 70 ᵒC.Setelh pemanasan berlangsung,api di matikan,kemudian selanjutnya dengan cepat di masukkan air suling dari gelas piala ke dalam kalorimeter,untuk mengukur suhu pendinginan dicatat suhu pendinginan 15 detik satu kali sambil mengaduk-aduk campuran tersebut.Hasil yang di dapat dari campuran tersebut yaitu 41ᵒC.Tetapan kaloimeter dari campuran tersebut adalah sbb: (Mp (Tp-Tm) =CMd (Tm-Td) + W (Tm- Td) Diketahui: C = Kalor jenis air (4,148 j/gᵒC) Mp = Bobot air panas 20 Md = Bobot air dingin 20 (Mp (Tp –Tm)=CMd (Tm-Td) + W (Tm-T) (4.148 (20) (70-43.5) = (4,148 (20) (43,5- 27,5) + W (43,5- 27,5) (83,68) (26,5) = (83,68) (16) +W (16) (2217,52) = (1338,88) 16W 16W = (2217,52) – (1338,88) 16 W = 878,62 W = 54,915

Pada percobaan kali ini dilakukan 2 kali pengulangan,anatara percobaan

1 dan dua

mendapatkan hasil yang berbeda,hasil dapat dilihat pada data pengamatan. B. Penentuan ∆H Netralisasi Untuk Reaksi Asam-Basa Adapun langkah yang pertama kalinya dilakukan yaitu dikeringkan termometer terlebih dahulu,kemudian selanjutnya yaitu dimasukkan 40 ml NaOH ke dalam gelas ukur, dan dimasukkan ke dalam kalorimeter,suhu larutan tersebut diukur dengan termometer yang berada Page 65

dalam kalorimeter .Adapun hasil yang di dapat dari larutan NaOH yaitu 28 ᵒC.Selanjutnya diukur pula 40 ml HCl dalam gelas ukur,dan dimasukkan termometer ke dalam gelas ukur dan di ukur suhunya.Hasil yang di dapat 28ᵒC sama seperti NaOH.Pada mulanya suhu tersebut tidak sama,akan tetapi dapat disamakan dengan meletakkan larutan asam diatas telapak tangan. Selanjutnya larutan asam tersebut di masukkan ke dalam kalorimeter. Adapun suhu campurannya yaitu 32ᵒC.Dari data yang diperoleh dapat di hitung : Q = CM (Tf- Ti) + W (Tf-Ti) = 4,148 (20) (32,5 – 28) + 54,915 (32,5 – 28) = 83,68 (4,5) + 54,915 (4,5) = 376,56 + 247,1179 = 623,67

Selanjutnya yaitu dilakukan percobaan dalam mengamati beberapa larutan asam dan basa diantaranya diantaranya: Q1 = CH3COOH + NaOH →CH3COONa +H2O = 989,12 Joule Q2 =HCl + NH3 Q3 =HNO3 + NaOH Q4 = NH3 + HCl Adapun perhitungannya yaitu sebagai berikut: Q1 = 4, 148 (20) (31 -28) =54,915 (31-28) = 83,68 (3) + 54,195 (3) =251,04 +164,785 joule Q2 = 4,148 (20) (28-28) + 54,915 (28-28) = 83,68 (0) + 54,915 (0) = 0 Q3 = 4,148 (20) (30-28) + 54,915 (30-28),

Q4 = 4,184 (20) (31-28) + 54,915 ( 31 -28)

= 83,68 (2) + 54,915 (30 – 28)

= 83,68 (3) +54,915 (3)

= 167, 36 + 109,83

= 251,04 +164,745

=277,19

= 415,785

Page 66

X. DISKUSI A. Penentuan Tetapan Kalorimeter

Adapun pada praktiku percobaan dalam mengamati penentuan tetapan kalorimeter,terdapat berbagai kesalahan yang terjadi.Salah satunya yaitu ketika pencatatan suhu air suling dalam gelas ukur,kemudian dipindahkan ke dalam kalorimeter. Suhu semestnya tidak boleh meebihi dari 70ᵒC.Namun karena adanya keslahan, suhu tersebut diukur melebihi dari 70 ᵒC.Sehingga perlu dilakukannya pengulangan pada prosedur kali ini.Kesalahan yang kedua yaitu ketika dilakukannya pula pencatatan untuk suhu pendinginan 1 menit satu kali sampai tidak ada perubahan suhu,namun pencatatan yang dilakukan dalam pendinginan untuk yang pertama kalinya melebihi ambang waktu.Oleh karena itu waktu yang dibutuhkan makin bertambah.Sehingga pencatatan pada suhu air panas dan air dingin dilakukan pada pengamatan yang kedua kalinya.Suhu air panas 70ᵒC,suhu air dingin 27ᵒC. Suhu rata-rata diperoleh 43,5ᵒC.Dari kedua pengulangan tersebut tidak samanya suhu pengulangan 2 dengan pengamatan yang pertama.Hal ini terjadi dikarenakan kurang hati – hati dalam pengamatan. B . Penentuan ∆H netralisasi untuk reaksi asam basa. Dalam pengukuran yang dilakukan pertama kalinya yaitu pada suhu larutan basa didalam kalorimeter dengan mendapatkan hasil 28ᵒC, demikian pula pada laruta asam.Pada mulanya suhu kedua larutan tersebut tidak sama,akan tetapi dilakukan penyamaan suhu kedua larutan tersebut yaitu dengan meletakkan atau menggenngam tabung reaksi yang berisi laritan asam atau HCl pada telapak tangan.Sehingga suhu antara kedua larutan tersebut sama yaitu 28 ᵒC.Hal ini dilakukan kedua kalinya,dengan proses yang sama, dan menghasilkan suhu yang sama pula antara larutan asam dan larutan basa. Beberapa pasangan asam basa dapat di uji oleh praktikan yaitu diantaranya asam asetat (HNO3) dengan Natrium Hidroksida (NaOH).Pada pengamatan kali ini yaitu mengukur suhu larutan asam dalam gelas ukur dan suhu larutan basa dalam kalorimeter.Hasil yang di dapat yaitu suhu larutan asam 28ᵒC,dan larutan basa 28ᵒC.Ketika keduanya di campur,adapun hasil yang di dapat yaitu 31ᵒC.Selanjutnya dilakukan pula pada larutan asam asetat (CH 3COOH) dengan Asam Klorida (HCl) dalam percobaan kali ini terdapat kesalahan yang tejadi,ini dikarenakan suhu ketiga larutan dan campuran tersebut sama yaitu 2ᵒC.Selanjutnya pada pengamatan dengan menggunakan asam nitrat (HNO3) dan Natrium Hidroksida (NaOH) didapatkan suhu larutan asam 28ᵒC,suhu larutan basa 28ᵒC dan suhu campuran 30ᵒC.Dalam hal ini suhu larutan asam dipanaskan dengan menggunakan telapak tangan sehingga suhunya sama.Dan yang terakhir suhu larutan asma di ukur yaitu HCl dan NH 3. Hasil yang di dapatkan yaitu 28ᵒC untuk keduanya karena suhunya sama,adapun suhu campuran yaitu 31ᵒC.

Page 67

XI. PERTANYAN PASCAPRAKTEK 1. Untuk reaksi asam basa dalam prosedur B,berapa ∆H Netralisasi bila anda secara sadar menganggap bahwa kalor yang diterima kalorimeter adalah nol? Tunjukkan dengan hitungan menggunakan data anda! Jawab: W= 0ᵒC Adapun contohnya yaitu R×1: CH3COOH +NaOH→Q =989,12Joule Q = CM(Tf-Ti) + W(Tf –Ti) =4 ,148 (20) (32-20) + 0 (32-20) = 83,68 (4) = 334,72 Joule ∆H = -Q/mol = -334,72/0,04 = -8368 j/mol 2. Apa pengaruhnya terhadap ∆H netralisasi bila yang di reaksikan dengan NaOH 1,0 M ialah HCl dengan kosentrasi lebih dari 1,0 M? Jawab: tidak berprngaruh karena ∆H netralisasi digunakan yaitu mol yangbereaksi dan yang beraksi adalah mol NaOH yaitu 0,04 mol.jadi, ∆H reaksi dengan HCl 1M,∆H reaksi HCl>1M 3. Tunjukkan bahwa kalor reaksi dari pasangan berikut! a. NaOH +HCl b.NaOH + HOAC c. HCl + NaOH Dapat di gunakan untuk menggambarkan hukum Hess,kumpulkan data dari praktikan dan hitunglah ∆H reaksi teoritis untuk reaksi (a).Apakh hasilnya cocok dengan angka hasil percobaan Jawab: CH3COOH + NaOH→CH3COONa+ H2O HCl + CH3 COONa → NaCl+ CH3COOH NaOH + HCl→NaCl +H2O 4. Simpulkan harga ∆H netralisasi untuk asam dan basa dengan kekuatan yang berbeda-beda! Jawab: Kesimpulannya yaitu semakin kuat asam dan basa yang beraksi,maka semaki besar entalpi ∆H reaksi tersebut.Dapat dilihat bahwa reaksi asam (HCl) dengan basa (NaOH) mennghasilkan ∆H netralisasi yang paling besar dibandingkn yang lain. XII. KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa kalorimeter dapat digunakan untuk mengukur kalor reaksi,terutama untuk larutan basa.Selain itu kalorimeter dapat digunakan untuk membandingkan suhu larutanasam dan larutan basa.Adapun untuk mencari data tetapan kalorimeter dapat di cari dengan menggunakan rumus CMp ( Tp-Tm) = CMd (TM-Td) +W (Tm-Td) Dengan

C= Kalor jenis air 4,184 j/gᵒC

Mp =Bobot Air Panas Page 68

Md = Bpbot Air Dingin Tp = Suhu Air Panas Sebelum Bercampur Td = Suhu Air Dingin Sebelum Bercampur Tm = Suhu Campuran W = Tetapan Kalorimeter ᵒC Sebelum mencari tetapan kalorimeter tersebut, harus terlebih dahulu di cari suhu panas dan dingin yang di hasilka dalam setiap percobaan yang dilakukan.Perhitungan kalor reaksi dapat dilakukan dengan menggunakan yaitu antaranaya   

Hukum Hess Data entalpi pembentukan standar Energi ikatan rata –rata

XIII. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Hiskia,dkk. 1994. Kimia Dasar1.Jakarta: Univ ersitas Terbuka Sunarya Yayan.2010.Kimia Dasar 1 Berdasarkan Prinsip- Prinsip Kimia Cv Yrama Widya Syukri.1999.Kimia Dasar 1.Bandung : ITB Sukadjo.1997.Kimia Fisika.Jakarta : Rineka Cipto Sastrohamidjojo Hardjono,2008.Kimia Dasar.Yogyakarta: Gajah Mada

Page 69

Terkini. Bandung:

PERCOBAAN 5

I. II. III.

JUDUL

: Pemisahan komponen dari campuran dan analisis melalui pengedapan

HARI / TANGGAL

: Rabu, 3 April 2013

TUJUAN

: 1. Memisahkan campuran dengan cara (1) sublimasi (2) ekstraksi (3) elekantasi (4) kristalisasi (5) kromatografi 2. Mengendapkan kalium klorida dan menentukan persentase hasil dari barium klorida 3. Menentukan persentase dari barium klorida dalam suatu campuran 4. Mendalami dan menggunakan hukum stoikiometri dalam reaksi kimia 5. Mengembangkan keterampilan menyaring dan memindahkan endapan.

IV.

PERTANYAAN PRAPRAKTEK 1. Apa yang di maksud dengan pemisahan komponen dari campuran? Jawab: pemisahan komponen dari campuran yaitu memisahkan komponen atau zat dari campuran dengan menggunakan alat sederhana atau modern. 2. Sebutkan cara-cara pemisahan yang anda ketahui dan jelaskan prinsipnya! Jawab: a. Pemisahan campuran dengan penyaringan (filtrasi) Page 70

Prinsip kerjanya : perbedaan kelarutan zat dalam air atau perbedaan ukuran partikel zat. b. Pengkristalan (kristalisasi) prinsipnya didasarkan bahwa pada keadaan lewat jenuh, salah satu zat yang bercampur akan membentuk kristal. c. Penyubliman (sublimasi) prinsip kerjanya didasarkan pada sifat zat yang bercampur, zat yang satu dapat menyublim (berubah wujud dari padat ke gas), sedangkan zat lainnya tidak dapat menyublim. d. kromatografi prinsip kerjanya di dasarkan pada perbedaan kecepatan merambat atau daya serap antara partikel-partikel zat yang bercampur pada medium tertentu dengan larutan pelarut berbeda. e. penyulingan (distilasi) prinsip kerjanya didasarkan pada perbedaan titik didih dari dua zat atau lebih yang bercampur f. ekstraksi prinsipnya adalah kelarutan bahan dalam pelarut tertentu. 3. Apakah yang di sebut Rf dan apa peranannya dalam proses pemisahan? Jawab: Rf adalah perbandingan gerakan zat terhadap aliran pelarut, Rf berperan dalam pemisdahan campuran secara kromatografi, pemisahan zat padat dari campurannya berdasarkan perbedaan migrasi senyawa. 4. Berikan definisi untuk: a. Filtrasi, b. % komposisi, c. Endapan, d. Stoikiometri, e. Supernatan, f. Hasil teoritis. Jawab: a. Filtarasi : hasil penyaringan berupa larutan b. % komposisi: persentase banyaknya unsur dalam suatu larutan c. Endapan: suatu zat yang memisahkan diri dari larutan sebagai fase padat. d. Stoikiometri: ilmu yang mempelajari hubungan kuantatif dari zat yang bereaksi dalam suatu reaksi e. Supernatan: zat atau larutan yang terdapat diatas endapan f. Hasil teoritis: hasil perhitungan tanpa adanya suatu percobaan terlebih dahulu. 5. Bagaimana menguji apakah endapan telah sempurna? Jawab: dengan cara memasukan beberapa tetes larutan yang kita ujikan sehingga tidak terlihat lagi endapan atau dengan cara menghitung bobot endapan agar dapat menentukan apakah telah sempurna atau tidak. 6. Masalah apa yang terjadi jika endapan yang terjadi tidak sempurna? Jawab: sebagian bobot yang seharusnya mengendap terpaksa harus menguap karena masih menyatu dengan larutan yang paling atas dan juga tidak dapat membentuk senyawa berdasarkan proses pemisahan cairan padatannya. Page 71

7. Apakah yang anda lakukan jika partikel endapan kelihatan dalam filtral? Apakah sumber utama dari kesalahan percobaan tersebut? Jawab: apabila partikel endapan kelihatan dalam filtral maka harus dilakukan penyaringan kembali sampai tidak ada lagi partikel dalam filtrat, sedangkan sumber utama dari kesalahan tersebut adalah kertas saring yang digunakan tidak sesuai atau praktikum yang kurang teliti dalam menyaring. V.

Landasan teori Kebanyakan materi yang terdapat di bumi ini tidak murni, tetapi beberapa campuran dari beberapa komponen contohnya, tanah terdiri dari berbagai senyawa dan unsur baik dalam wujud padat, cair, dan gas. Untuk memperoleh zat murni kita harus memisahkan dari campuran, contohnya untuk mendapatkan air suling (akuades) kita harus menulingnya dari air sumur atau sungai (campuran dapat di pisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia, pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan, sedangkan secara kimia satu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga dapat di pisahkan (syukri. 1999 : 15) Campuran adalah gabungan dua zat atau lebih yang mempunyai sifat zat asalnya dengan komposisi tidak tertentu dan dapat di pisahkan campuran tersebut dapat di bedakan atas dua macam a. Campuran homogen Campuran homogen adalah campuran yang serba sama di seluruh bagiannya, membentuk satu fase b. Campuran heterogen Campuran heterogen adalah campuran yang tidak sama membentuk dua fase atau lebih dan terdapat batas yang jelas diantara fase-fase tersebut. Campuran ini di pisahkan dengan beberapa cara: 1. Penyaringan (filtrasi)  Cara pemisahan campuran berdasarkan perubahan wujud zat padat menjadi gas atau sebaliknya. Contohnya pembuatan kapur barus. 2. Penyaringan  Cara ini biasanya di gunakan untuk memisahkan senyawa organik dan campurannya. Contohnya pemisahan asam pada sabun. (Wiwik winarti. 1997: 19-22)

Pemisahan campuran dapat di lakukan dengan beberapa cara antara lain: ekstraksi, dekantasi, kristalisasi, dan kromatografi. 1. Ekstraksi yaitu proses pemisahan komponen zat dari suatu campuran berdasarkan perbedaan kelarutan. Page 72

2. Dekantasi yaitu proses pemisahan cairan dari padatannya dengan nuruankan supernatan (perlahan). 3. Kristalisasi yaitu proses pemisahan cairan dari padatannya berdasarkan kelarutan. 4. Kromatografi yaitu pemisahan zat padat dari campurannya berdasarkan perbedaan migrasi senyawa.

Dalam sistem kromatografi, perbandingan gerakan zat terhadap aliran pelarut adalah tetap dan merupakan sifat yang khas hal in dinyatakan sebagai harga Rf yang di definisikan sebagai Rf =

jarak yang ditempuh zat jarak yang ditempuh pelarut

Suatu zat akan mengendap apabila hasil kali kelarutan ion-ionnya lebih besar dari pada harga Kp. Pada percobaan ini larutan barium klorida di endapkan dengan barium kromat. BaCl2 + K2CrO4→ BaCrO4[s] + 2KCl Endapan barium tromal disaring hasil teoritis barium kromal di hitung dari endapan yang terbentuk semua barium klorida aianggap berubah menjadi hasil teoritis di tentukan dari stoikiometri reaksi. (penuntun praktikum kimia dasar, 2012 ) Salah satu jenis reaksi yang umumnya berlangsung dalam larutan berair adalah reaksi pengendapan (precipitahan) yang cirinya adalah terentuknya produk yang tak larut atau endapan. Endapan adalah padatan tek larut yang terpisah dari larutan reaksi pengendapan biasanya melibatkan senyawa-senyawa ionik. Misalnya, ketika larutan timbal nitrat (Pb(NO3)2) di tambahkan kedalam larutan natrium iodida (PbI2) Pb(NO3)2 (aq) + 2 NaI (aq)

→ PbI2 + 2NaNO3 (aq)

Untuk dapat meramalkan apakah endapan terbentuk ketika dua larutan di campurkan atau ketika satu senyawa di tambahkan kedalam suatu larutan bergantung pada kelarutan (solubility) dari zat terlarut, yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang akan larut dalam jumlah tertentupelarut pada suhu tertentu dalam konteks kualitatif. Ahli kimia membagi zat-zat sebagai dapat larut, sedikit larut atau tak dapat larut. Zat dikatakan dapat larut jika sebagian besar zat tersebut melarut apabila di tambahkan air. Jika tidak, zat tersebut di gambarkan sebagai sedikit larut atau tidak dapat larut (Chang, 2003: 92-93) Larutan merupakan campuran homogen (serba sama) antara zat terlarut dalam zat pelarut, sedangkan zat terlarut merupakan zat yang terdispersi (tersebar secar merata) dalam zat pelarut zat terlarut umumnya jumlah lebih sedikit dalam campuran tersebut, zat terlarut ini di sebut solut dan zat pelarut saya umumnya bewujud cair, zat pelarut merupakan zat yang mensidpersikan komponenPage 73

komponen zat terlarut. Umumnya yang termasuk zat pelarut adalah zat yang jumlahnya lebih banyak dalam campuran terrsebut zat pelarut ini biasanya di sebut dengan solven. Kelarutan di defensikan sebagai kosentrasi molar dari larutan jenuhnya pembentukan endapan adalah salah satu teknik untuk memisahkan analit dan zat lain dan endapan dengan cara menimbang endapan yang terbentuk kemudian dilakukan perhitungan stoikiometri, cara pemisahan dengan pengendapan ini disebut dengan gravimetri dalam reaksi hasil reaksi di peroleh suatu senyawa yang sukar larut dalam air. Senyawa inilah disebut pengendapan, endapan merupakan zat yang memisahkan diri dari suatu larutan sebagai fase padat atau terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan suatu zat akan mengendap jika hasil kali ionnya lebih besar dari konsepnya (brady, 1999 : 105).

Beberapa dasar pemisahan campuran, yaitu : 1. Ukuran partikel. Bila ukuran partikel zat yang di gunakan berada dengan zat yang tidak diinginkan dapat dipisahkan dengan metode filtrasi (penyaringan). Jika partikel zat hasil lebih kecil dari pada zat percampurannya, maka dapat di pilih penyaring atau media berpori yang sesuai dengan ukuran partikel zat yang di inginkan. 2. Titik didih. Bila antara zat hasil dan at pencampur memiliki titik didih yang jauh berbeda dapat di pisahkan melalui proses distilasi. 3. Kelarutan. Dengan melihat kelarutan suatu zat yang berbeda dengan zat lain dalam campurannya, maka kita dapat memisahkan zat yang di inginkan tersebut dengan menggunakan pelarut tertentu 4. Pengendapan zat-zat dengan berat jenis besar dari pada pelarutnya akan segera mengendap jika dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan mengendap yang berbeda dan kita hanya menginginkan salah satu zat maka dapat dipisahkan melalui proses sedimentasi atau sentri fungsi. Namun jika dalam campuran mengandung lebih dari satu zat yang kita inginkan maka di gunakan metoda prestasi, metode prestasi biasanya di kombinasikan dengan metoda filtrasi. (Keenan, dkk. 1984: 405)

VI.

ALAT DAN BAHAN 1. Pemisahan komponen dari campuran a. Pemisahan dengan cara konvesional Alat: > cawan penguap >neraca >pembakar bunsen >kaca arloji >batang pengaduk >stopwatch Page 74

Bahan:

> NH2Cl 0.1 gr

>NaCl 0.1 gr > SiO2 > Air b. pemisahan dengan kromatografi Alat: > bejana kromatografi > gelas piala >kaca arloji >gunting >kertas saring >pensil >pipa kapiler Bahan: >campuran butanol, asam asetat, air (1:1:4) > Tinta

2. Analisis melalui pengendapan a. Persentase hasil barium kromat Alat : >gelas piala 250ml >neraca >batang pengaduk >pembakar bunsen >kertas saring whatman Bahan : >BaCl2 1 gr >air suling 25 ml >larutan K2CrO4 0,2M 25ml. VII. PROSEDUR KERJA Pemisahan dengan cara kenvesional Cawan penguap

Kering, bersih di timbang Cawan penguap + NH2Cl 0,1 gr + NaCl 0,1 gr + SiO2

di timbang Page 75

panaskan hati-hati sampai asap putih habis Cawan penguap

di timbang Air 25ml

di tambahkan

Padatan yang

diaduk selama 5 menit dekantasi larutan Cawan penguap yang telah di timbang

cuci dengan air sampai bebas NaCl Cawan penguap mengandung NaCl

di tempatkan diatas pemanas di tutup dengan kaca arloji di biarkan sampai berbentuk kristal NaCl kering di timbang SiO2

di keringkan dengan pembakar bunsen Cawan penguap +

di tutup kaca arloji SiO2 kering dan tidak menguap

di dinginkan sampai suhu kamar di timbang Pemisahan dengan kromatografi Gelas piala 150 ml

Kertas saring

Di isi

di gunting

elven

Buat garis Page 76

Di tutup dengan kaca arloji Gelas piala + eluen

Noda hitam

Di gantung dalam gelas

Kertas saring dengan noda hitam Di atas permukaan pelarut

Pelarut di biarkan bergerak Menaikan harga Rf

Persentase hasil barium kromat Gelas piala 250 ml di timbang

BaCl2 1 gr

Gelas piala + BaCl2

Di timbang Air suling di tambahkan

Di aduk-aduk Larutan homogen

Di masukkan

Larutan k2CrO4 0,2M 25 ml

Larutan BaCl2 + k2CrO4

Di aduk-aduk endapan

Di amati Di uji dengan beberapa tetes larutan k2CrO4 Endapan BaCrO4

Tambahkan k2CrO4 sampai tidak terbentuk lagi Di panaskan sampai mendidih, di alihkan dari api BaCrO4 Page 77

Menghitung hasil beretis

Di saring Di keringkan, di timbang, bobotdi catat

Mencari persen hasil

Persentase barium klorida dalam campuran

Campuran mengandung BaCl2

Di catat bobot Prosedur A

Di ulangi Massa BaCl2 di hitung

Mencari % BaCl2 dalam campuran

VII.

DATA PENGAMATAN A. Pemisahan dengan cara konvensional 1. Bobot cawan penguap dan contoh semula Bobot cawan penguap Bobot contoh Bobot cawan penguap sesudah NH4Cl menyublim Bobot NH4Cl Persentase NH4Cl 0.0015 × Perhitungan 100% 0.3

Page 78

56,9567gr 56,6567gr 0,3 gr 56,9552gr 0.0015 gr 0,5 gr

2. Bobot cawan + kaca arloji + NaCl Bobot cawan + kaca arloji Bobot NaCl Persentase NaCl Perhitungan

79,6990gr 9,74381gr 0,04487gr 14,96%

3. Bobot cawan + SiO2 Bobot cawan Bobot SiO2 Persentase SiO2

56,7487gr 55,6567gr 0,092 gr 30,67%

4. Bobot sampel Bobot NH4Cl +NaCl+ SiO2 Selisih bobot

0,3 gr 0,13837gr 2,83837

Persen bahan yang terpisahkan =

gr zat yang terbentuk ×100 gr sampel 0,13837 ×100 =46,123 0.3

=

B. Pemisahan dengan kromatografi No 1 2 3 4 5

Noda Hitam Biru Kuning Merah muda Hijau

Rf 3,9/4,5 = 0,87 4/4,5 = 0,89 4,2/4,5 = 0,93 4/4,5 = 0,89 4,5/4,5 = 1

Warna Hitam dan biru Biru, ungu tua Merah muda, putih dan orange Ungu muda dan putih Kuning muda, biru, putih

Apakah campran warna terpisah dengan baik? > sebagian campuran warna terpisah dengan baik yaitu hitam, biru, kuning. Warna hijau tidak terpisah dengan sempurna, begitu juga dengan warna merah muda Kesimpulan anda mengenai bahan penyusun tinta? >bahwa tinta tidak terdiri dari suatu warna tetapi terdiri dari beberapa warna C. Analisis melalui pengendapan Page 79

Persentase hasil barium kromat Bobot piala + BaCl2 Bobot piala Bobot BaCl2 Bobot kertas saring + endapan BaCrO4 Bobot ketas saring Hasilnyata endapan BaCrO4 Perhitungan hasil teoritis BaCrO4: mol BaCrO4 × Mr=5 ×10 Bobot endapan BaCrO4 (hasil teoritis)

perhitungan persetase hasil : % hasil =

×253

1,265 gr bobot praktek × 100 bobot teori

persen hasil BaCrO4

VIII.

-3

616,74%

PEMBAHASAN A. Pemisahan komponen dari campuran

Campuran adalah gabungan dua zat tunggal atau lebih dengan perbandingan sembarang. Campuran terdiri dari berbagai komponen untuk memperoleh zat murni kita harus memisahkannya dari campurannya. Campuran dapat di pisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan secara fisika tidak merubah zat selama pemisahan, sedangkan secar kimia komponen di reaksikan dengan zat lain sehingga dapat di pisahkan. Ara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen yang terkandung di dalamnya. Pada percobaan ini pemisahan komponen dari campurannya, dilakukan melalui car konvensional dan kromatografi. Cara konvensional yang di lakukan menggunakan cara dekantasi dan pemisahan kromatografi menggunakan kromatografi kertas. 1. Pemisahan dengan cara konvensional Pada percobaan ini, pemisahan dengan cara konvensional menggunakan NH4Cl, Na Cl, dan SiO2 dengan bobot masing-masing 0,1 gram. Semuabahan tersebut di tempatkan kedalam cawan penguap dan dipanaskan hingga asap putih yang muncul betul-betul habis. Setelah dingin di timbang, padatan yang terbentuk setelah pemanasan di tambahkan air dan diaduk. Setelah pengadukan larutan ini di diamkan sebentar hingga padtannya mengendap. Lalu, dekantasi dengan cara menuangkan supernatan ke cawan penguap lain. Supernatan yang di gunakan tersebut adalah larutan NaCl dan padtan sisa (residu) yang mengendap merupakan SiO2. Keduanya ditutp dengan kca arlojidengan tujuan Page 80

untuk memantau bahan, dan di panaskan hingga kering dan setelahnya di timbang. Dari percobaan yang telahdi lakukan, di dapat bahwa: 1. Bobot sampel (NH4Cl + NaCl + SiO2) = 0,3 gr Bobot cawan penguap = 56,6567 gr Bobot cawan penguap + sampel = 56,6567 +0,3 =56,9567 gram Bobot cawan penguap sesudah NH4Cl menyublim = 56,9552 gram Bobot NH4Cl = (Bobot cawan penguap + sampel) – (Bobot cawan penguap sesudah NH4Cl menyublim) =56,9567 gram - 56,9552 gram = 0,0015 gram bobot NH 4 Cl × 100 Persentase NH4Cl = bobot sampel =

0.0015 ×100 =0,5 0,3

2. bobot cawan + kaca arloji

= 46 04467 + 33,6992

= 79,74387 gram bobot cawan + kaca arloji + NaCl = 79,6990 gram bobot NaCl = (bobot cawan + kaca arloji + NaCl i)- (bobot cawan + kaca arloji) =79,6990 – 79,74387 = 0,04487 gram Bobot NaCl 0,04487 × 100 = ×100 14,96 Persentase NaCl Bobot sampel 0,3 3. bobot cawan + SiO2

= 56,7487 gram

bobot cawan Bobot SiO2

= 56,6567 gram = (bobot cawan + SiO2) –( bobot cawan) = 56,7487 gram - 56,6567 gram = 0,092 gram

Persentase SiO2

=

bobot SiO 2 0,092 ×100 = × 100 bobot sampel 0,3

= 46,123% 4. bobot sampel

= 0,3 gram

Bobot NH4Cl + NaCl +SiO2 =0,0015 + 0,04487 + 0,092 Page 81

= 0,13837 gr Selisih bobot = (bobot sampel) – (Bobot NH4Cl + NaCl +SiO2) = 0,3 – 0,13837 = 0,16163 gr Persen bahan yang terpisahkan =

=

massa zat yang terbentuk × 100 massa sampel 0,13837 ×100 0,3

= 46,123 % 2. Pemisahan dengan kromatografi Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran dalam berbagai wujud baik padat cair, maupun gas. Dasar kromatografi adalah perbedaan daya serap satu zat dengan zat lainnya. Kromatografi memiliki 4 cara yaitu kromatografi kolom, kertas, lempeng tipis dan gas. Namun, pada percobaan ini menggunakan cara kertas. Kertas saring yang digunakan berfungsi sebagai absorben dan pelarut (eluen) yang digunakan merupakan campuran dari butanol, asam asetat dan air, dengan nisbah 1:1:4 Kertas saring yang digunakan di beri noda spidol setitik, berjarak 1 cm dari tepi bawah kertas. Kemudian, kertas ini di celupkan ke dalam eluen sedemikian sehingga noda tidak terendam pelarut. Pelarut perlahan diserap/bergerak oleh kertas dan di biarkan hingga menjelang 1 cm dari atas tepi kertas, ketika pe;arut mengenai tinta matawarna tinda akan terurai menjadi komponennya. Setelah pelarut mencapai jarak 1 cm dari tepi atas, dilakukan pengukuran dengan menggunakan mistar. Jarak tinta yang bergerak dan jarak pelarut di ukur untuk mendapatkan harga Rf. Pada noda pertama ( tinta hitam ) diperoleh bahwa jarak yang di tempuh tinta 3,9 cm dan jarak yang ditempuh eluen 4,5 cm, sehingga diperoleh harga Rf = 0,87. Warna yang diuraikan tinta hitam yaitu hitam dan biru. Pada noda kedua (tinta biru) diperoleh jarak tinta 4 cm dan jarak eluen 4,5 sehingga harga Rf= 0,89, dengan penguraian warna biru menjadiungu tua. Kemudian noda ke 3 (tinta kuning) diperoleh jarak tinta 4,2 cm dan jarak eluen 4,5 sehingga harga Rf = 0,93. Warna yang diuraikan tinta kuning adalah merah muda, putih, dan orange. Lalu, noda ke 4 (tinta merah muda) di peroleh bahwa jarak tinta 4 cm dan jarak yang ditempuh eluen 4,5 cm sehingga harga Rf 0,89 dengan penguraian warna yaitu ungu muda menjadi putih. Dan noda ke 5 tinta hijau diperoleh jarak yang ditempuh tinta sama panjangnya dengan jarak yang di tempuh eluen, yaitu 4,5 cm sehingga harga Rf yang diperoleh adalah 1, dengan penguraian warna dari kuning muda menjadi biru dan putih. Page 82

Dari hasil tersebut dapat dilihat semua tinta memiliki Rf dan warna komponene yang berbeda-beda. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan daya serap tinta pada kertas atau adanya perbedaan kepolaran senyawa yang dianalisis oleh pelarut . B. Analisis Melalui Sedapan Endapan adalah padatan yang tak telarut yang memisahkan diri dari larutannya. Suatu zat akam mengendap apabila hasil kali kelarutan ionnya lebih besar dari pada harga KSP nya. Pada percobaan ini larutan Ba Cl2 dilarutkan dengan larutan K2CrO4 untuk memperoleh BaCrO4. BaCl2 yang dibutuhkan pada larutan ini sebesar 1 gr, BaCl 2 dalam gelas piala ditambahkan air dan di aduk hingga memperoleh yang homogen. Kemudian 25 ml larutan K2CrO4 0,2 M ditambahkan dan larutan diamati. Untuk menguji endapan yang masih terlarut atau tidak, beberapa tetes K2CrO4 di tambahkan hingga BaCrO4 tidak terbentuk lagi. Lalu, gelas piala yang berisi endapan BaCrO4 dan larutan KCl di panaskan hingga mendidih, dan disaring dengan kertas saring whatman. Kertas saring dan endapan ini di timbang dan bobot BaCrO 4 secara praktiknya dapat diketahui, untuk endapan BaCrO4 secara teoritis dapat digunakan stoikiometri. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh bahwa:  Bobot piala + BaCl2 = 79,2058 gr  Bobot piala = 78,1926 gr  Bobot BaCl2= (bobot piala + BaCl2) – (bobot piala) = 79,2058 – 78,1926 = 1,0132  Bobot kertas saring = 1,832  Bobot kertas saring + endapan BaCrO4 = 9,6338 gr  Bobot nyata endapan BaCrO4 = Bobot kertas saring + endapan BaCrO4 - Bobot kertas saring = 9,6338 – 1,832 = 7,8018 gr Perhitungan hasil teoritis BaCrO4 : BaCl2 + K2CrO4 Mol BaCl2 =

1 gr 208 gr / mol

BaCrO4 + 2KCl = 0,005 mol = 5.10-3

Mol K2CrO4 = 25.10-3. 0,2 = 50.10-4 = 5.10-3 mol BaCl2

+ K2CrO4

M

5.10-3mol

5.10-3mol

Rx

5.10-3mol

5.10-3mol

BaCrO4 + 2KCl

5.10-3mol

10.10-3mol Page 83

Hasil -

5.10-3mol

-

10-2mol

Mol BaCrO4 = 5.10-3 mol Massa BaCrO4 = mol × Mr

= 5.10-3 ×253 = 1265.10-3 = 1,265 gram

Jadi bobot endapan BaCrO4 (hasil teoritis) = 1,265 gram Perhitungan persentase hasil : -

Pesen hasil BaCrO4 =

bobot praktek 7,8018 gr × 100 = ×100 =616,74 bobot teori 1,265 gr

Pada percobaan analisis melalui pengendapan ini diperlukan ketelitian dan kesepakatan untuk memperoleh hasil yang baik. Percobaan analisis melalui pengendapan ini merupakan suatu cara analisis melalui metode gravinetri, di mana pengukuran sampel berdasarkan bobot dari sampel yang berubah selam proses reaksi. Dari hasil dapat dilihat bobot endapan BaCrO4 melalui percobaan bobot endapan BaCrO4 secara teoritis.

IX.

Diskusi A. Pemisahan Secara Konvensional

Dengan vara konvensional pemisah komponene dari campurannya dilakukan dengan cara menuangkan supernatan secara perlahan. Dari percobaan yang kami lakukan menunjukan bahwa persentase NH4Cl yang menyublim sebesar 0,5%. Hal ini disebabkan kami tidak memanaskan NH4Cl, NaCl dan SiO2 sampai asap putih yang muncul benar-benar hilang, sehingga tidak semua NH4Cl menyublim. Kemudian untuk memperoleh kristal NaCl, larutan NaCl harus dipanaskan. Dalam percobaann ini air suling di gunukan untuk mendapatkan NaCl terlalu banyak dan menyebabkan waktu yang lama untuk memperoleh kristal NaCl. Lalu persentase SiO2 yang diperoleh 30,67%. SiO2 adalah residu endapan dari NaCl dan NH4Cl. Jika dibandingkan dengan NaCl,pemanasan SiO2 dapat di katakan cepat. Dari percobaan yang telah dilakukan dan hasilnya yang diperoleh percobaan yang kami lakukan terdapat beberapa kesalahan yang disebabkan ketidaktelitian ataupun ketidak tepatan praktikan dalam mengukur dan menghitung, serta gangguan yang disebabkan sumbu spritus yang pendek dan menyebabkan pemanasan berjalan lama. B. Pemisahan dan kromatografi Pemisahan komponen dari campurannya dipengaruhi oleh perbedaan fase gerak danKepolaran senyawa. Apabila zat dalam campuran tersebut tidak memisah sebagai mana mestinya maka fase Page 84

gerak maupun kepolarannya hampir atau bahkan sama. Pada percobaan pemisahan dengan kromatografi ini, di peroleh data dari kelompok lain yaitu harga Rf yang berbeda untuk tiap warna: 1. 2. 3. 4. 5.

Hitam = 0,87 Biru = 0,89 Kuning =0,93 Merah muda = 0,89 Hijau = 1

Menurut teorinya perbedaan Rf yang memungkinkan terjadinya pemisahan zat benda dari sekitar angka 0,1. Pada hasil diatas tinta berwarna hijau memiliki nilai Rf 1 yang artinya tidak ada perbedaan Rf, sehingga pada percobaan kromatografi ini terjadi kesalahan yang di sebabkan kelalaian dan kesalahan dalam melakukan prosedur C. persentase hasil barium kromat Berdasarkan hasil pengamatan kelompok lain, dapat di lihat bahwa bobot endapan BaCrO 4 secara teori lebih kecil di banding bobot endapan BaCrO 4 secara praktik. Oleh karena BaCrO4 hasil praktik lebih besar maka percobaan ini dapat di katakan berhasil, namun hasil yang di peroleh terlalu besar. Hal ini dapat di sebabkan oleh kertas saring, karena pada saat penimbangan mungkin kertas saring masih dalam kondisi basah dan belum di keringkan sehingga mempengaruhi bobot BaCrO4 pada saat penimbangan.

X. PERTANYAAN PASCA PRAKTIKUM 1. Gunakan handbook untuk menjawab pertanyaan ini: a. Bagaimana anda memisahkan NiCO3 dari Na2CO3 ? Jawab: dengan cara kromatografi b. Bagaimana cara memisahkan AgCl dari BaCl2? Jawab : melalui dekantasi c. Bagaimana cara memisahkan FeO2 dari SiO2? Jawab: dengan cara konvensional 2. Apakah ada cara pemisahan selain yang di sebut dalam percobaan ini? Jawab: ada, yaitu filtrasi, distilasi (penyulingan) 3. Mengapa contoh NaCl perlu di tutup selama pemanasan? Jawab: karena bila tidak di tutup maka larutan NaCl akan menguap dan menyebabkan ketidaktepatan pengukuran bobot NaCl yang terbentuk 4. Apa kekurangan dan kelebihan cara kromatografi sebagai alat analisis? Jawab: kekurangan: Kelebihan: -tidak memerlukan alat dan larutan yang mahal -prosedur kerja sederhana dan cepat Page 85

- tidak perlu kuantitas kecil dari larutannya - metode ini terbukti berhasil untuk deteksi golongan sukar di analisis secara kuantitatif 5. Contoh magnesium krorida sebanyak 0,552 gr di larutkan dalam air dan diendapkan dengan larutan perak nitrat. Jika endapan perak klorida bobotnya 1,631 gr, berapa persentase hasil? Jawab: MgCl + 2 AgNO → 2AgCl + Mg(NO ) 2

3

3 2

0,552 95 0,0058 mol

2/1. 0,0058 = 0,0116 mol

Massa AgCl = 0,0116 × 143,5 = 1,6646 massa praktek 1,631 gr × × 100 =97,98 %hasil = 100% 1,6646 gr massateori 6. Batu gamping terutama mengandung kalsium karbonat. Contoh batu gamping di olah dengan asam hidro klorida dan memberikan reaksi. CaCO3 + 2HCl → CaCl2 + H2O + CO2 Larutan kalsium klorida di uapkan sampai kering, dan ternyata mempunyai bobot 0,789 gr. Hitunglah persentase kalsium karbonat jika contoh batu gamping bobotnya 0,750 gr Jawab: massa 0,789 = =0,0071mol Mol CaCl2 = Mr 111 Mol CaCO3 = 1/1.mol CaCl2 =0,0071 mol Massa CaCO3 = 0,0071 mol × 100 gr/mol = 0,71 %CaCl2 =

massa praktek 0,71 ×100 ×100 =54,67 massa sampel 0,75

XI.

KESIMPULAN 1. Pemisahan campuran dapat di lakukan dengan berbagai cara diantaranya sebagai berikut: Page 86

    

Sublimasi Ekstraksi Dekantasi Kristalisasi Kromatografi

2. Untuk mendapatkan barium klorida dengan cara menambahkan K2CrO4 persentase hasil barium kromat (BaCrO2), yaitu : bobot endapan p raktek ×100 % BaCrO4 = bobot endapan teori 3. Persentase barium klorida(BaCl2) dalam suatu campuran dapat di hitung rumus: bobot BaCl 2 ×100 % BaCl2 = bobot campuran 4. Dalam suatu reaksi kimia di gunakan hukum stoikiometri yang mempelajari hubungan kuantatif zat pereaksi (reaktan) dengan hasil reaksi 5. Endapan adalah zat fase padat yang memisahkan diri dari larutan. Untuk memperoleh dan memindahkan endapan, kita dapat menyaringnya menggunakan kertas saring(proses filtrasi).

XII.

DAFTAR PUSTAKA Brady, J.E. 1990. Generalchemistry, principles and structure Edisi 5. New york : John Willy and sons Chang, Raymond. 2003. Konsep-konsep inti jilid satu edisi ke 3. Jakarta: Erlangga Epinur,dkk.2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Jambi : UNJA Keenan,dkk.1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga Syukri,S. 1999. Kimia Dasar. Bandung: ITB

PERCOBAAN 6 I. JUDUL

: REAKSI-REAKSI KIMIA DAN REAKSI REDOKS Page 87

II. HARI/TANGGAL : Rabu/ 10 April 2013 III. TUJUAN

: 1. Mempelajari jenis reaksi kimia secara sistematis 2. mengamati tanda-tanda terjadinya reaksi 3. menuis persamaan reaksi dengan benar 4. menyelesaikan reaksi redoks dari setiap percobaan

IV. PERTANYAAN PRA PRAKTEK 1. Berikan defenisi dari istilah-istilah berikut: katalis, deret elektromatif, reaksi eksotermik, endapan, produk, dan pereaksi? Jawab:  katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi dengan cara menurunkan energy aktivasi sebagai komplekstraktifasi lebih mudah terbentuk.  Deret elektromatif adalah suatu deret yang menyatakan atau berdasarkan kemampuan untuk mereduksi dari yang paling kuat sampai yang lama.  Reaksi eksotermik adalah reaksi kimia dimana system melepaskan kalor kelingkungan.  Endapan adalah komponen campuran yang tidak larut dan terdapat di bawah larutan.  Produk adalah zat hasil reaksi.  Pereaksi adalah zat yang digunakan untuk mereaksikan zat-zat yang lain. 2. Terangkan arti lambing-lambang berikut: ,WR,(s), (l),(g), dan (aq).? Jawab:  Adalah reaksi diberi panas  WR adalah jumlah energy dalam suatu reaksi  (s) adalah solid untuk fase padat  (l) adalah liquid untuk fase cair  (g) adalah gas untuk fase gas  (aq) adalah aquos untuk berlangsung dalam larutan air 3. Berapa kira-kira volume dalam tabung reaksi yang berisi 1/10 bagian? Jawab: PV = nRT V=

nRT P

Page 88

V=

1 nRT x 10 P

4. Apakah warna indikator PP dalam larutan asam? Jawab: Tidak berwarna 5. Hitung masa atom Cu dari data berikut!  Bobot cawan penguap + logam M yang tidak diketahui = 45,82 gr  Bobot cawan penguap = 45,361 gr  Bobot cawan penguap + Logam Cu = 45,781 gr Jawab: Bobot logam Cu = (bobot logam Cu + bobot cawan penguap) – (bobot cawan penguap ) = 45,781 gr – 45,361 gr = 0,42 gr 6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan oksidasi dan reduksi.? Jawab:  Oksidasi adalah proses dimana senyawa kimia melepaskan elektron.  Reduksi adalah proses dimana senyawa kimia menerima electron. 7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan oksidator dan reduktor.? Jawab:  Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi  Reduktor adalah zat yang mengalami oksidasi

V. LANDASAN TEORI Reaksi reduksi oksidasi atau reaksi redoks berperan dalam banyak hal dalam kehidupan seharihari. Reaksi redoks dapat berguna bagi pembakaran bahan bakar minyak bumi, dan digunakan juga sebagai cairan pemutih. Selain itu, sebagai unsure logam dan non logam diperoleh dari bijihnya melalui proses oksidasi atau reduksi. Contohnya dalam reaksi pembentukan kalsium oksida (CaO) dari kalsium dan oksigen. 2 Ca(s) + O2 (g) 2 CaO(s) Kalsium oksida (CaO) adalah senyawa ionik yang tersusun atas ion Ca 2+ dan O2-. Dalam reaksi pertama, dua atom Ca memberikan atau memindahkan empat elektron pada dua atom O (dalam O 2). Agar lebih mudah dipahami, proses ini dibuat sebagai dua tahap terpisah, tahap yang satu melibatkan hilangnya empat elekron dari dua atom Ca dan tahap lain melibatkan penangkapan empat electron oleh molekul O2. 2 Ca  2 Ca2+ + 4 e O2 + 4 e  2 O2Page 89

Setiap tahap di atas dapat disebut sebagai reaksi setengah sel (hal reaction) yang secara eksplisit menunjukan banyaknya elektron yang terlibat dalam reaksi. Reaksi setengah sel yang melibatkan hilangnya elektron disebut reaksi oksidasi. Istilah “oksidasi” pada awalnya berarti kombinasi unsur dengan oksigen. Namun istilah itu sekarang memiliki arti yang lebih tua. Reaksi setengah sel yang melibatkan penangkapan elektron disebut reaksi reduksi. Dalam contoh di atas, kalsium bertindak sebagai zat pereduksi karena memberikan elektron pada oksigen dan menyebabkan oksigen tereduksi. Oksigen tereduksi bertindak sebagai zat pengoksida karena menerima elektron dari kalsium dan menyebabkan kalsium teroksidasi. Dalam persamaan redoks tingkat oksidasi harus sama dengan tingkat reduksi yaitu jumlah elektron yang hilang oleh zat pereduksi harus sama dengan jumlah elektron yang diterima oleh suatu zat pengoksida (Raymond, Chang 2005: 311). Reaksi redoks ialah reaksi dimana terdapat perubahan bilangan oksidasi, valensi atau muatan. Dalam reaksi redoks selalu terdapat unsur yang teroksidasi bersama-sama dengan unsure yang tereduksi sebab reaksi redoks, terjadi karena perpindahan elektron. Reduktor melepaskan elektron sedangkan oksidator menangkap electron. Unsur yang teroksidasi naik bilangan oksidasinya sedangkan unsur yang tereduksi turun bilangan oksidasinya atau muatan positifnya yang naik bilangan oksidasinya. Reduktor

: - Unsur yang mereduksi -

Oksidator

Yang melepaskan elektron Yang naik muatan positifnya : - Unsure yang dioksidasi

-

Yang menangkap elektron Yang turun bilangan oksidasinya Yang turun muatan positifnya

Mengenali reaksi redoks : 1. Ada unsur bebas yang terlibat (terdapat sebagai pereaksi atau hasil) sebab muatan dan biloks unsur yang bebas = 0 dan dalam senyawa tidak 0 tapi positif atau negatif. Unsur bebas dalam reaksi terjadi dari senyawa atau berubah menjadi senyawa, sehingga terjadi perubahan biloks 2. Ada unsur yang diketahui dapat berubah-ubah valensi atau biloks ini membutuhkan pengetahuan tentang valensi biloks unsur-unsur. (Harjadi,W 1993; 36-37) Suatu reaksi kimia besarnya dinyatakan dengan persamaan reaksi kimia atau singkatan persamaan reaksi harus setara, artinya jumlah atom unsur diruas kiri sama banyaknya dengan jumlah atom diruas kanan pada persamaan reaksi. Demikian pula jumlah uatan diruas kiri sama dengan diruas kanan. Page 90

Banyak cara untuk menggolongkan macam reaksi kimia, salah satunya cara mengelompokan reaksi kimia dalam : 1. Reaksi sintesis adalah pembentukan senyawa darui unsur-unsurnya Fe(s) + Cl(g) FeCl2(s) 2. Reaksi metatesis adalah reaksi dimana terjadi pertukaran antara senyawa Na2CO3(aq) + CaCl2(aq)  CaCO3(s) + 2 NaCl(aq) 3. Reaksi penetralan atau reaksi asam basa HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l) 4. Reaksi reduksi oksidasi K2SO3(aq) + ½ O2(g)K2SO4(aq) Persamaan reaksi adalah suatu bahasan utama dalam ilmu kimia. Persamaan reaksi dapat mengungkapkan secara kualitatif. Apa yang terjadi jika zat-zat bereaksi secara kuantitatif mengungkapkan banyaknya zat pereaksi dan hasil reaksi (Hiskia, 1991: 230). Suatu reaksi tidak boleh melanggar hukum kekekalan massa, artinya jenis dan jumlah atom sebelum dan sesudah reaksi sama. Untuk menyetarakan persamaan reaksi harus mengetahui hal-hal berikut:   

Harus diketahui rumus pereaksi dan produk reaksi Jumlah atom setiap unsure dalam pereduksi sama dengan produk reaksi Koefisien reaksi merupakan bilangan bulat sederhana

Penyetaraan reaksi merupakan hal penting karena perhitungan kimia dapat diselesaikan bila peramaan reaksinya benar-benar setara. Penyetaraan reaksi dapat dilakukan dengan cara yaitu:  

Dengan menerka untuk reaksi sederhana Dengan persamaan matematika untuk reaksi yang rumit (Sudarmanto,1997:83)

Reaksi redoks ditandai dengan serah terima elektron dari suatu partikel kepada yang lain, sebagai contoh: 3 I2 Fe3+

I3- + 2 e

-

(oksidasi)

Dalam reaksi ini terlihat elektron yang dilepaskan I - diterima oleh Fe3+. Jumlah elektron tersebut dapat disamakan dengan menyetarakan koefisien reaksinya. Di samping itu, ada reaksi yang tidak sederhana karena melibatkan banyak partikel, contoh: 5 SO32- + 5 H2O

5 SO42- + 10 H+ + 10 e

2 MnO4- + 16 H+ + 10 e

2 Mn2+ + 8 H2O Page 91

(oksidasi) (reduksi)

2 MnO4- + 5 SO32- + 6 H+

2 Mn2+ + 5 SO42- + 3 H2O (redoks)

Yang sering menjadi masalah adalah syarat terjadinya reaksi dan cara menyetarakan koefisien reaksinya. Reaksi redoks dapat diketahui dengan melihat perubahan bilangan oksidasi atom-atom sebelum dan sesudah reaksi. Atom yang biloksnya naik mengalami oksidasi dan melepaskan elektron, Sedangkan biloksnya turun adalah reduksi atau menerima elektron. Sebagai contoh: Zn + 2 HCl

ZnCl + H2

0

+2

+1

0

Yang mengalami kenaikan biloks (oksidasi) adalah Zn dari 0 Yang mengalami biloks turun (reduksi) adalah H dari +1

+2 0 (Syukri, 1998:68)

VI. ALAT DAN BAHAN 6.1

Alat      

6.2

Sudip Cawan krus + tutup Bunsen Kaki tiga + kasa Tabung reaksi + rak Pipet tetes bahan

           

Magnesium Kristal CuSO4 . 5 H2O 1 ml larutan AgNO3 0,01 M 0,1 gr serbuk Cu 1 ml larutan Hg(NO3)2 0,1 M 1 ml HCl 0,1 M 0,1 gr serbuk Mg 1 ml larutan Al(NO3)2 0,1 M 3 ml KI 0,1 M, NaNO3 0,5 M Larutan Na3PO4 0,1 M 5 tetes H2O2 0,1 M Larutan HNO3 0,1 M Page 92

        

VII. 7.1

Larutan H2SO4 0,1 M Larutan H3PO4 0,1 M NaOH 0,1 M FeCl3 0,1 M Larutan KMnO4, ZnSO4 0,5 M NaHSO3 0,1 M, NaOH 10 M N2C2O4 0,1 M, CuSO4 0,5 M Logam Zn dan logam Cu Pb(NO3)2 0,5 M

PROSEDUR KERJA Reaksi penggabungan

Seujung sudip Mg dimasukkan Cawan krus di bakar pada nyala bunsen Hasil pengamatan 7.2

Reaksi penguraian

Seujung sudip kristal CuSO4 . 5 H2O dimasukkan Tabung reaksi dipanaskan dengan bunsen Hasil pengamatan

7.3

Reaksi penggantian tunggal

1 ml laruta AgNO3 0,01 M

1 ml larutan HCl 0,1 M Page 93

dimasukkan

dimasukkan

Tabung reaksi

Tabung reaksi

dimasukkan 0,1 gr serbuk Cu dan dikocok

dimasukkan 0,1 gr serbuk Mg Hasil pengamatan

Hasil pengamatan 7.4

Reaksi penggantian rangkap

1 ml larutan Ag NO3 0,01 M

1 ml larutan Hg(NO3)2 0,1 M

1 ml larutan Al(HO3)3 0,1 M

ditambahkan KI 0,1 M diamati Hasil pengamatan

1 ml AgNO3 0,01 M

1 ml larutan Hg(NO3)2 0,1

1 ml larutan Al(NO3)3 0,1 M

ditambahkan Air Na3PO4 0,1 M diamati Hasil pengamatan

7.5 Reaksi Netralisasi 1 ml larutan HNO3 0,1 M

1 ml larutan H2SO4 0,1 M ditambahkan 1 tetes penoftalen ditambahkan Larutan NaOH 0,1 M Page 94

1 ml larutan H3PO4 0,1 M

diamati dengan dicatat NaOH yang terpakai Hasil pengamatan

7.6 Reaksi redoks serta perubahan warna 0,5 ml H2SO4 6 M

3 ml N2HSO3 0,1 M

1 ml HCl 6 M

+

+

+

0,5 ml KMnO4 0,1 M dideteksi

1 ml NaOH 10 M dikocok

1 gr Kristal KMnO4 dipanaskan di dalam

ditetesi

Larutan Na2C2O4 0,1 M

lemari asam

Larutan KMnO4 0,1 M

diamati

diamati

Hasil pengamatan

diamati Hasil pengamatan

Hasil pengamatan

7.7 Beberapa Reaksi Redoks 1. 2 ml laruran CuSO4 0,5 M dimasukkan

Logam Cu dimasukkan

Tabung reaksi

Larutan Zn SO4 0,5 M

ditambahkan

diamati

Logam Zn

Hasil pengamatan

dibiarkan beberapa menit diamati Hasil pengamatan

Page

Serbuk logam Mg 95

2. dimasukkan Larutan Pb(NO3) 0,5 M

dimasukkan Larutan NaNO3 0,5 M

diamati

diamati

Hasil pengamatan

3.

Hasil pengamatan

5 tetes H2O2 0,1 M dimasukkan Tabung reaksi ditambahkan 10 tetes H2SO4 0,1 M ditambahkan 10 tetes KI 0,1 M dipanaskan 2 menit ditanbahkan 1 tetes larutan kanji Hasil pengamatan

VIII. DATA PENGAMATAN No A.

B.

Persamaan Reaksi Reaksi penggabungan

Bukti Terjadinya Reaksi Terbentuknya MgO tidak terjadi

Mg + ½ O2

perubahan warna

Reaksi penguraian CuSO4 . 5H2O

C.

MgO

Terjadinya perubahan warna dan CuSO4 + 5 H2O

terurai melalui uap.

Reaksi penggantian tunggal 1. Cu + 2AgNO3  Lu(NO3)2 + 2Ag 1. Adanya endapan 2. Adanya endapan terbentuk gas, 2. Mg + HCl  MgCl2 + H2 dan perubahan warna Page 96

Reaksi penggantian rangkap D.

1. 2. 3. 4.

AgNO3 + KI  KNO3 + AgI Hg(NO3)2 + KI K(NO3)2 + HgI Al(NO3)3 + KI  AgNO3 + Na3PO4NaNO3+AgPO4

5. Hg(NO3)2 + Na3PO4Hg(PO4)2 + 3NaNO3

1. Berwarna hijau, tidak ada endapan 2. Berubah warna menjadi orange 3. Tidak beraksi 4. Warna kehijauan dan tidak ada endapan 5. Warna berubah menjadi keemasan, terjadi endapan dan

6. Al(NO3)3 + Na3PO4 3NaNO3 +

tidak terjadi perubahan suhu 6. Putih tidak ada endapan

Al(PO4)3 Reaksi netralisasi 1. HNO3 + NaOH  NaNO3 + H2O E.

1. Warna berubah menjadi pink

2. H2SO4 + NaOH  Na2SO4 + 2 H2O

setelah ditetesi 71 tetes dan tidak mengendap 2. Warna berubah pink setelah

3. H3PO4 + NaOH 

ditetesi 97 tetes dan tidak mengendap 3. Warna berubah pink setelah

Reaksi redoks 1. Na2C2O4 + KMnO4 F.

2. NaHSO4 + KMnO4

ditetesi 32 tetes dan tidak

H

OH

mengendap KHSO4 +

NaMnO4 1. Perubahan warna dari ungu ke coklat setelah ditetesi 20 tetes

3. HCl + KMnO4 KCl + HMnO4

Na2C2O4 2. Terdapat gelembung gas dan warna bening setelah ditetesi KMnO4 sebanyak 20 tetes 3. Ada gelembung gas, warnanya berubah menjadi hitam dan terasa berbau menyengat Page 97

setelah ditetesi 20 tetes larutan KMnO4

No 1.

Percobaan CuSO4 + logam Zn

Pengamatan Mengendap, ada gelembung gas

Reaksi CuSO4+ Zn ZnSO4+ Cu

ZnSO4 + logam Cu

Menggumpal

ZnSO4+ Cu CuSO4+ Zn

Serbuk Mg + Pb(NO3)2

Terasa hangat & berwarna keruh

Mg + Pb(NO3)2 Mg(NO3)2+ Pb

2.

Serbuk Mg + Zn(NO3)2

Menggendap tidak terjadi perubahan warna

Serbuk Mg + NaNO3 3.

H2O2 + H2SO4 + KI +

Berubah warna menjadi coklat

Mg + NaNO3 MgNO3 +

kemerahan

Na2

Berubah warna menjadi kuning

Amilum 4.

FeCl3 + H2SO4+ KI +

Keruh, timbul asap berwarna

Amilum

ungu

IX. PEMBAHASAN A. Reaksi penggabungan Pada reaksi penggabungan, dimasukkan Mg seujung sudip kedalam krus dan dibakar pada nyala Bunsen. Hasil pengamatan yang diperoleh yakni Mg beraksi dengan O 2. Hal ini dibuktikan dengan asap putih yang keluar dari dalam krus saat dipanaskan. Persamaan reaksi Mg + O2 yaitu: Mg + ½ O2  MgO B. Reaksi penguraian Pada reaksi penguraian CuSO4 . 5H2O dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak seujung sudip. Selanjutnya dipanaskan pada nyala Bunsen. Percobaan ini tidak dilakukan pada percobaan sebelumnya. C. Reaksi penggabungan tunggal Page 98

1. Pada reaksi ini, sebanyak 1 ml larutan AgNO 3 0,01 M di masukkan kedalam sebuah tabung reaksi kemudian dicampurkan dengan seujung sudip serbuk Cu. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa ada reaksi yang terjadi antara AgNO3 dan serbuk Cu. Dengan bukti terjadinya endapan. 2. Pada reaksi ini, 1 ml larutan HCl 0,01 M di masukkan kedalam sebuah tabung reaksi dan kemudian ditambahkan 0,1 gr serbuk Mg. Hasil pengamatan yang diperoleh yaitu tampaklah gas dan endapan terbentuk di dasar tabung. Ini membuktikan jika Mg dapat menggantikan H. persamaan reaksi sebagai berikut: Mg + 2 HCl  MgCl2 + H2 D. Reaksi penggantian rangkap 1. Pada percobaan reaksi ini, 1 ml larutan AgNO3 0,01 M, 1 ml larutan Hg(NO3)2 0,1 M dan larutan Al(NO3)2 masing-masing dimasukkan kedalam sebuah tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 ml KI 0,1 M pada tiap larutan. Hasil pengamatan sebagai berikut: a. Pada tabung a, AgNO3 beraksi dengan KI. Dibuktikan dengan adanya perubahan warna dari bening menjadi berwarna hijau. Persamaan reaksinya: AgNO3 + KI  KNO3 + AgI b. Pada tabung b, Hg(NO3)2 beraksi dengan KI. Hal ini di buktikan dengan perubahan warna larutan menjadi orange. c. Pada tabung c, Al(NO3)3 0,1 M tidak bereaksi dengan KI karena tidak adanya perubahan dari percampuran keduanya. 2. 1 ml larutan AgNO3 0,1 M. 1 ml larutan Hg(NO 3)2 0,1 M, dan larutan Al(NO3)3 0,1 M. Masingmasing di masukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian pada tiap tabung ditambahkan 1 ml larutan NaPO4 0,1 M. Hasil pengamatanya yaitu: a. AgNO3 beraksi dengan Na3PO4. Hal ini dibuktikan dengan perubahan warna menjadi hijau tetapi tidak ada endapan. b. Hg(NO3)2 beraksi dengan Na3PO4. Hal ini dibuktikan dengan perubahan warna campuran keduanya. c. Al(NO3)3 beraksi dengan Na3PO4. Ini ditunjukkan dengan perubahan warna dari bening menjadi putih dan terdapat endapan.

E. Reaksi netralisasi Pada reaksi ini masing-masing larutan yakni 1 ml HNO 3 0,1 M, 1 ml H2SO4 0,1 M dan 1 ml HCl 0,1 M di masukkan ditiap tabung reaksi dan ditetesi dengan indikator penoftalein hingga terjadi suatu reaksi. Hasil yang diperoleh yaitu: 1. 1 ml HNO3 0,1 M membutuhkan 71 tetes NaCl untuk bereaksi dengan cara mengubah warna menjadi pink. Page 99

2. 1 ml H2SO4 0,1 M membutuhkan 97 tetes NaOH untuk bereaksi dengan cara mengubah warna menjadi pink. 3. 1 ml HCl 0,1 M membutuhkan 30 tetes NaOH untuk bereaksi dengan cara mengubah warna menjadi pink.

F. Reaksi redoks dan perubahan warna 1. 0,5 ml larutan H2SO4 6 M dan 0,5 ml larutan KMnO4 0,1 M ditetesi 20 tetes larutan Na2C2O4 0,1 M menunjukan adanya reaksi karena tampak adanya perubahan warna dari ungu menjadi coklat. 2. Campuran dari larutan NaHSO4 0,1 M dan 1 ml NaOH 10 M dengan ditetesi larutan KMnO4 sebanyak 20 tetes terdapat gelembung gas dan warnanya bening. 3. Campuran dari larutan HCl dengan KMnO4 menunjukan adanya reaksi karena terdapat gelembung gas dan berbau menyengat. G. Beberapa reaksi redoks 1. 2 ml larutan CuSO4 0,5 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan sepotong logam Zn. Terlihat adanya reaksi karena campuran dari keduanya menghasilkan endapan dan terbentuk gelembung gas. Selanjutnya logam Cu di masukkan kedalam larutan ZnSO 4. Tampak terjadi gumpalan yang menandakan terjadinya reaksi. Selanjutnya serbuk Mg di masukkan ke dalam larutan Pb(NO3)2. Ternyata keduanya tidak dapat bercampur, yang menandakan jika keduanya tidak dapat bereaksi, hanya terasa hangat dan terlihat larutan keruh. 2. Serbuk Mg di masukkan kedalam tabung reaksi yang berisi larutan NaNO 3 0,5 M. Campuran ini dapat bereaksi karena warnanya berubah menjadi coklat kemerahan, sedangkan apabila serbuk Mg direaksikan dengan Zn(NO3)2 tampak terjadi reaksi karena campuran ini mengalami pengendapan dan tidak terjadi perubahan warna. 3. 5 tetes H2O2 0,1 M direaksikan dengan H 2SO4 1M sebanyak 5 tetes dan 10 tetes KI 0,1 M. Kemudian tambahkan amilum, campuran ini dapat bereaksi karena warnanya berubah menjadi kuning. 4. FeCl3 0,1 M lalu tambahkan 10 tetes H 2SO4 1 M dan 10 tetes KI 0,1 M, dan reaksikan dengan amilum. Hasil yang didapat, larutan menjadi keruh dan timbul asap berwarna ungu. X. DISKUSI A. Pada reaksi penggabungan ternyata Mg dapat bereaksi setelah dipanaskan. Hal ini sesuai dengan literatur yang dibaca karena Mg memang dapat bereaksi dengan O2. B. Pada reaksi penguraian CuSO4 . 5 H2O tidak dilakukan. C. Pada reaksi penggantian tunggal, ada reaksi yang terjadi dari campuran terbentuknya AgNO3 dengan Cu. Hal ini sesuai dengan literatur, begitu juga untuk campuran antara Mg dengan larutan HCl 0,01 M, tampak terjadi reaksi. Page 100

D. Pada reaksi penggantian rangkap, semua percobaan yang dilakukan menunjukan terjadinya reaksi. E. Pada reaksi netralisasi, masing-masing senyawa membutuhkan jumlah NaOH berbeda-beda untuk membuat ketiganya bereaksi. F. Pada reaksi redoks, ketiga percobaan yang dilakukan menunjukkan terjadinya reaksi yang terjadi. Hal ini sesuai dengan literatur. G. Pada reaksi beberapa reaksi redoks terjadi reaksi dari 1 sampel yang dicampurkan. Sedangkan yang satu lainya tidak dilakukan percobaan karena tidak tersedia alat dan bahan.

XI. PERTANYAAN PASCA PRAKTEK 1. Identifikasikan zat-zat berikut ini. Lihatlah hasil pengamatan Anda. a. Asap putih b. Cairan tak berwarna c. Gas yang dapat memadamkan api d. Padatan kelabu e. Gas tak berwarna f. Endapan jingga g. Endapan kuning h. Yang mengubah warna indikator. 2. Buatlah persamaan reaksinya. a. Tembaga logam + oksigen  tembaga (II) oksida. Cu + O2  CuO b. Merkuri (II) nitrat + kalium bromida  merkuri (I) bromida + kalium nitrat Hg(NO3)2 + 2 KBr  2 HgBr + 2 KNO3. 3. Lengkapi persamaan reaksi berikut. Bila tak ada reaksi, tulislah TR. a. Hg + Fe(NO3)2  TR b. Zn + Ni(OH)2  Zn(OH)2 + Ni c. Pb(NO3)2 + K2CrO4  TR d. Zn(HCO3)2  XII. KESIMPULAN 

Tanda-tanda terjadi reaksi adalah: 1. Terbentuk gelembung-gelembung gas 2. Ada endapan 3. Ada perubahan warna 4. Ada perubahan suhu 5. Menimbulkan bau dan berasap



Reaksi kimia yang terjadi 1. Reaksi penggabungan

: A + Z  AZ Page 101

2. 3. 4. 5.

Reaksi penguraian Reaksi penggantian tunggal Reaksi penggantian rangkap Reaksi netralisasi

: AZ  A + Z : A + B2  AZ + B : AX + BZ  AZ + BX : HX + BOH  BX + HOH



Cara menyetarakan reaksi redoks ada 2, yaitu: 1. Dengan metode ½ reaksi 2. Dengan PBO



Menulis persamaan reaksi dengan benar yaitu dengan penyetaraan reaksi terlebih dahulu, yaitu dengan cara sebagai berikut: 1. Harus diketahui rumus zat pereaksi dan produk. 2. Jumlah atom relatif setiap unsur dalam pereaksi sama dengan jumlah atom unsur dalam produk reaksi. 3. Koefisien rumus diubah menjadi bilangan bulat terkecil. 4. Persamaan diberi koefisien sehingga jumlah setiap unsur diruas kiri dan kanan sama.

XIII. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Hiskia. 1991. Stoikiometri dan Energitika Kimia. Bandung : Citra Aditya Bakti Hardjadi, W,1993. Stokiometri. Jakarta : Gramedia Raymond, Chang. 2005. Penuntun Belajar Kimia. Bandung : Ganesca Exact Sudarmanto. 1997. Intisari Kimia. Jakarta : Erlangga Syukri. 1998. Kimia Dasar. Bandung : ITB.

PERCOBAAN 7 I.

JUDUL

: Penetapan Massa Molar Berdasarkan Penurunan Titik Beku

II.

HARI/TANGGAL

: Rabu,17 April 2013

III.

TUJUAN

: Page 102

1. Menetapkan titik beku cairan murni dan titik beku larutan dalam pelarut yang bersangkutan 2. Menetapkan massa molar dan senyawa yang tidak diketahui berdasarkan penurunan titik beku IV.

PERTANYAAN PRAPRAKTEK 1. Sebanyak 1,2 gram senyawa yang rumusnya C 8H8O dilarutkan dalam 15 ml sikloheksana C6H12( rapatan sikloheksana 0,779 g/ml ).hitunglah molaritas larutan ini. Jawab : C8H8O = 1,2 Mol C6H8O = gr = 1,2 =0,01 mol Mr 120 V = 15 ml = 15.10-3 L M = mol = 0,01 mol = 0,66 M V 15.10-3 L 2. Hitunglah penurunan titik beku , TF, larutan pada soal 1 .Tetapan titik beku molal (kf) untuk sikloheksana ialah 20,0 km-1. Jawab : V C6H12 = 15 L  C6H12 = 0,779 g/ml m C6H12 = .v = 0,779 g/ml . 15 ml = 11,685 gr Kf C6H12 = 20 km-1  Tf = m.kf = 1,2 . 1000 . 20 120 60 11,685 = 1,7116 k 3. Asam asetat ,HC2H3O2,terurai dalam air menjadi H+ dan C2H3O2-.larutan tersebut diberi label 0,100 m HC2H3O2 yang mempunyai titik beku hasil pengukuran -0,190 0c.hitunglah persentase penguraian HC2H3O2. Jawab : HC2H3O2 H+ + C2H3O20 Tf = -0,190 c Tf = 0-(-0,19) = 0,190c  Tf = m.kf.i 0,19 = 0,1 . 1,86 (1+(n-1)) 0,19 = 0,186 (1+(2-1)) 0,19 = 0,186 + 0,186   = 0,19 – 0,186 = 0,02 0,186  = jumlah mol terionisasi Jumlah mol mula-mula 0,02 = x 10-1 X = 2.10-3  terurai = 2.10-3 . 100 = 2  Page 103

10-1 V.

LANDASAN TEORI Kebanyakan larutan mempunyai salah satu komponen yang besar jumlahnya.komponen yang besar itu disebut pelarut (solvent) dan yang lain disebut zat terlarut (solute).contohnya 1 gram gula dicampur dengan 1.000 ml air membentuk larutan gula.berdasarkan pelarutnya,larutan dapat dibagi tiga,yaitu larutan gas,larutan cair,dan larutan padat.Dalam larutan gas tidak banyak interaksi atau pengaruh suatu komponen terhadap yang lain,karena partikelnya sangat berjauhan.Dalam larutan cair,antara partikel komponen larutan terdapat interaksi yang relative kuat.Dalam larutan padat,pelarut tidak dapat sebagai medium karena partikelnya tidak bergerak,kecuali bila dicairkan (syukri,199:351-352). Larutan ialah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat,yang bisa berupa padatan,cairan,atau gas.Mudahnya pelarutan zat terlarut dalam pelarut dipengaruhi oleh gayagaya antar molekul.Energi dan peningkatan ketidakteraturan yang dihasilkan bila molekul zat terlarut dan molekul pelarut membentuk larutan merupakan factor-faktor pendorong terjadinya proses pelarutan (chang,2003:21). Zat yang tidak menguap apabila dilarutkan kedalam zat pelarut,sifat-sifat fisika larutan berbeda nyata dengan sifat-sifat pelarut murni.Sifat-sifat fisika larutan yang hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel dikenal dengan sifat-sifat koligatif.Ada 4 sifat koligatif larutan,yaitu penurunan titik beku,kenaikan titik didih,timbulnya tekanan osmotic,dan penurunan tekanan uap (sumardjo,2008:506). Penambahan zat terlarut tak-atsiri kedalam cairan murni menyebabkan turunnya tekanan uap cairan itu.Ini mengkibatkan turunnya titik beku larutan dan naiknya titik didih larutan bila dibandingkan dengan cairan murninya.Seberapa jauh perubahan itu terjadi hanya bergantung pada banyaknya zat yang dilarutkan,dan pada tingkat disosiasi zat terlarut.Perubahan titik beku dan titikdidih tidak berkaitan dengan identitass kimia zat kimia yang bersangkutan.penurunan tekanan uap,kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dikenal sebagai sifat koligatif.Seberapa jauh titik beku menurun dirumuskan sebagai berikut :

 T = kf . bobot zat terlarut Kg pelarut (Epinur,dkk.2012:52) Sifat koligatif larutan nonelektrolit dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat terlarut.Secara teoritis,semua dari keempat sifat koligatif dapat digunakan untuk tujuan tersebut.Namun,pada praktiknya,hanya penurunan titik beku dan tekanan osmotic yang digunakan sebab keduanya menunjukkan perubahan yang paling mencolok.Contoh,7,85 gram Page 104

sampel senyawa dengan rumus empiris C 5H4 dilarutkan dalam 301 gram benzena.Titik larutan ialah 1,050c dibawah titik beku benzene murni.Berapa massa molar dan rumus molekul senyawa tersebut? Penyelesaian soal ini memerlukan tiga tahap.pertama,kita menghitung molaritas larutan dari titik bekunya.kemudian,kita menentukan jumlah mol senyawa dalam 7,58 gram.Akhirnya dengan membandingkan massa molar hasil percobaan dengan massa molar dari rumus empiris akan diperoleh rumus molekulnya. Molaritas = Tb = 1,05 oc = 0,205 m 0 kb 5,12 c/m karena ada 0,205 mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut,jumlah mol zat yang terlarut dalam 301 gr,ata 0,301 kg pelarut adalah 0,25 mol 1kg pelarut

x 0,301 kg pelarut = 0,0617 mol

Akhirnya kita menghitung massa molar zat terlarut : 7,85 gr 0,0617 mol

= 127 gr/mol

Karena rumus C5H4 adalah 64 gr dan massa mlarnya adalah 127 gr,maka rumus molekulnya adalah C10H8 (naftalein) (chang,2003:19). VI.

VII.

ALAT DAN BAHAN VI.1 Alat 1. Tabung reaksi dan gabus 2. Thermometer 3. Statif dan klem 4. Kawat kasa dan kawat pengaduk 5. Gelas piala 600 ml 6. Stopwatch,neraca serta gelas ukur VI.2 Bahan 1. Es 2. Air 3. Garam 4. 25 ml p-xilena 5. 2-2,5 gr senyawa

PROSEDUR KERJA A. Penetapan titik beku pelarut Merakit alat seperti Page 105 gambar

Thermometer dan kawat pengduk dipasang pada lubang gabus Diisi ke

Gelas 25 ml p-xilena

ditambahkan

Es,garam dan air

Tabung reaksi disumbat dijepit

Permukaan p-xilena berada di bawah permukaan cairan pendingin dalam gelas piala

Pelarut p-xilena diaduk sewaktu mendingin suhu di catat Tabung dan cairan pendingin diangkat Biarkan cair

B. Penetapan massa molar senyawa yang tidak diketahui 2-2,5 gr senyawa

ditimbang dengan ketelitian tinggi  Dialihkan secara kuantitatif

Tabung reaksi

Semua zat larut

VIII.

Dicatat suhu tiap 15 detik

Titik beku dalam larutan p-xilena di tentukan DATA PENGAMATAN A. Penetapan titik beku pelarut murni 1. Pembacaan buret akhir

20 ml Page 106

Pembacaan buret awal Volume p-xilenayang digunakan

25 ml 5 ml

Waktu (s) Suhu (0c) 15 14 30 5 45 3 60 -2 75 -5 90 -6 105 -7 120 -7 135 -8 150 -8 165 -8 B. Penetapan massa molar senyawa yang tidak diketahui 1. Massa tabung dan senyawa 22,1 gr Massa tabung 18,1 gr Massa senyawa 4 gr Waktu (s) 15 30 45 60 75 IX.

Suhu ( 0c) 15 0 -3 -5 -6

PEMBAHASAN A. Penetapan titik beku pelarut murni Percobaan ini adalah untuk mengetahui tetapan titik beku pelarut murni,yaitu pxilena.sebelum percobaan dilakukan alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.Alat yang digunakan harus dirakit terlebih dahulu,yaitu tabung reaksi besar disumbat dengan gabusyang telah dilubangi,lubang tersebut untuk thermometer dan kawat pengaduk.Kemudian tabung tersebut dijepit dengan penjepit tabung reaksi.Selanjutnya,gelas piala diisi dengan campuran pendingin yang terdiri dari es,air dan garam.Fungsi garam disini sebagai media pngisi ruang diantara essehingga es tidak mudah mencair atau esmencair lebih lama.Kemudian sebanyak 5 ml p-xilena dimasukkan kedalam tbung reaksi,dan tabung yang telah berisi pelarutdimasukkan kedalam gelas piala. Setelah dimsukkan kedalam pendingin,suhu p-xilena akan turun secara perlahanlahan,dan penurunan ini dapat dilihat melalui thermometer.Suhu yang turun dicatat tiap 15 detik sampai suhu tetap.Selama p-xilena membeku,suhunya akan tetap dan jika semua bahan telah beku,suhunya akan turun lagi.Berikut ini adalah data data yang kami peroleh dengan suhu setelah 180c,yaitu : Page 107

Waktu (s) 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165

Suhu (0c) 14 5 3 -2 -5 -6 -7 -7 -8 -8 -8

Berdasarkan data tersebut pada waktu 105-120 detik,suhu p-xilena yaitu -7 0c dan pada waktu 135-165 detik,suhu menunjukkan -80c.Yang berarti p-xilena telah membeku.Hal ini dapat dilihat pada kurva di bawah ini. 12 10 8 6 4 2 0

Dari kurva tersebut dapat dilihat garis berada pada suhu -8 0c,maka titik beku p-xilena adalah -80c. B. Penetapan massa molar senyawa yang tidak diketahui Untuk menetukan massa molar (mr) senyawa yang tidak diketahui,dilakukan dengan menambahkan 2-2,5 gr senyawa kedalam tabung reaksi berisi p-xilena,lalu dicatat suhunya setiap 15 detik sampai larutan membeku.berikut ini adalah data percobaan dengan menggunakan 4 gr senyawa,setelah suhu mencapai 150c dengan suhu awal percobaan 310c. Waktu (s) 15

Suhu (0c 15 Page 108

30 45 60 75

0 -3 -5 -6

Massa mlar senyawa dapat ditentukan berdasarkan kurva : 80 70 60 50 40

Waktu (s)

30

Suhu (0c

20 10 0 -10

1

2

3

4

5

-20

Untuk memperoleh titikbeku larutan ditarik dua garis,masing-masing untuk bagian atasdan bagian bawah kurva.Pada kurva dapat dilihat titik potong kedua garis ditunjukkan oleh garis putus-putus,dan diperoleh bahwa titik beku larutan berada pada suhu -30c. Sebelum mencari massa molar senyawa,dibutuhkan data yaitu : Diketahui kf p-xilena = 4,3 0c/molal  p-xilena = 0,861 gr/mL V p-xilena = 5 mL Sehingga,massa p-xilena =  .  = 0,861 gr/mL . 5 mL = 4,305 gr Tf = Tf pelarut - Tf larutan = 130c – (-30c) = 160c Setelah itu,massa molar senyawa dapat diketahui : Tf = m . kf Tf = gr . 1000 . kf Mr mpelarut 16 = 4 . 1000 . 4,3 Mr 4,305 Mr = 4 . 1000 . 4,3 16 . 4,305 Mr = 249,7 Page 109

X.

DISKUSI A. Penetapan titik beku pelarut murni Dalam percobaan ini pelarut yang digunakan adalah p-xilena,p-xilena dimasukkan kedalam pendingin,yaitu campuran antara air,es dan garam.Pendingin ini berfungsi untuk membekukan p-xilena.Agar didapatkan hasil yang maksimal,garam yang digunakan harus tepat,yaitu tidak terlalu banyak dan tidak juga sedikit.Karena jika garam digunakan sedikit,es akan cepat mencair.Kemudian,untuk mengetahui suhu p-xilena digunakan thermometer,thermometer yang digunakan harus dijaga keadaannya,karena jika thermometer bersentuhan dengan tabung akan mempengaruhi pengukurannya. Dari percobaan yang telah dilakukan praktikan didapatkan bahwa titik beku p-xilena adalah -80c.Sedangkan,menurut handbook,p-xilena memiliki titik beku 130c.Dengan perbedaan tersebut,percobaan kami lakukan tidak berhasil.Karena pada saat percobaan dilakukan p-xilena tidak membeku,hanya pada bagian dinding tabung saja yang membeku.ketidak berhasilan ini,dapat disebabkan kesalahan yang berasal dari praktikan.Untuk melakukan percobaan ini,ketelitian sangat diperlukan,karena banyak factor luar yang berpengruh.Faktor-faktor tersebut adalah seperti garaam yang digunakan terlalu banyak,gabus penyumbat tabung reksi tidak terpasang dengan baik sehingga suhu dari lingkungan dapat mempengaruhi suhu p-xilena didalam tabung,selain itu kawat kasa yang berfungsi sebagai alas gelas piala tidak kami gunakan sehingga suhu dalam gelas piala terpengaruh oleh suhu yang berasal dari meja praktikum.Karena factor-faktor tersebutlah percobaan ini tidak berhasil. B. Penetapan massa molar senyawa yang tidak diketahui Percobaan penetapan massa molar senyawa yang tidak diketahi ini,tidak dilakukan oleh praktikan karena p-xilena yang berfungsi sebagai pelarut tidak berhasik diketahui titik bekunya secara praktik.Untuk itu pada percobaan ini digunakan data dari literatur. Untuk mendapat mr senyawa,diperlukan data-data seperti tetapan titik beku (k f) pxilena,rapatan () p-xilena,serta Tf p-xilena.selain data tersebut,kurva titik beku larutan harus dibuat guna mengetahui dimana larutan membeku. Titik beku larutan berubah karena ketika suatu larutan dibekukan,yang membeku adalah pelarutnya.ketika sebagian pelarut mulai membeku,maka zat terlarut akan memasuki pelarut yang belu membeku dan demikian larutan.Jadi,proses pembekuan tidak terjadi pada suhu tetap,tetapi pada suhu yang semakin lama semakin rendah.Penurunan titik beku tidak bergantung padajenis zat terlarut,tetapi bergantung pada jumlah dan konsentrasipartikel pelarut dalam larutan.berdasarkan percobaan yang telah diperoleh dari literature,dapat diketahui bahwa titik beku pelarut lebih tinggi daripada titik beku larutan.

Page 110

XI.

PERTANYAAN PASCA PRAKTEK 1. Apa efek yang akan terjadi pada perhitungan massa molar dari tiap kemungkinan kesahan berikut : a. Sejumlah kecil p-xilena menguap,selama percobaan Jawab : jika p-xilena menguap,maka volumenya akan berkurang sehingga akan mempengaruhi molaritasnya.sehingga Mr nya seemakin besar. Mr = gr x 1000 x kf Massa pelarut x Tf b. Zat asing yang terdapat dalam p-xilena Jawab : jika terjadi demikian, massa zat tersebut menjadi larut.Dengan demikian,massa molarnya akan berkurang. 2. Diketahui 3,39 gr urea,H2NCONH2,bila dilarutkan kedalam 98 gr pelarut,titik pelarut lebih rendah 7,80c.Hitung tetapan titik beku molal dari pelarut. Jawab : Tf = m . kf Tf = gr . 1000 . kf Mr p 0 7,8 c = 3,39 gr . 1000 . kf 60 gr/mol 98 gr Kf = 7,80c . 60 . 98 = 13,53 0c/molal 3,39 mol.1000 3. Sebanyak 88,0 gr zat dilarutkan dalam 393 mL benzena.Larutan membeku pada -0,500c.Titik beku normal benzene 5,50c dan tetapan titik beku molalnya 5,120c/m.Rapatan benzene 0,879 gr/mL.Hitung massa molar dari zat pelarut. Jawab : Tf = Tf pelarut-Tf larutan Tf = 5,5 – (-0,5) Tf = 60c Mbenzena =  . = 0,879 .393 = 345,447 gr Tf = gr . 1000 . kf Mr 345,447 6 = 88 . 1000 . 5,12 Mr 345,447 Mr = 88 . 1000 . 5,12 = 217,38 gr/mol 6 . 345,447 4. Ketika 3,5 gr zat dilarutkan dalam 20 mL air,titik beku air turun hingga -1,250c.Kf air =1,860c/m.Hitung massa molar zat terlarut. Jawab : Tf = Tf pelarut – Tf larutan Tf = 0 – (-1,25) Tf = 1,25 Tf = m.kf Page 111

1,25 = 3,5 . 1000 . 1,86 Mr 20 Mr = 3,5 . 1000 . 1,86 1,25 . 20

= 260,4

XII.

KESIMPULAN 1. Titik beku larutan murni dan larutn dapat ditentukan dari penurunan suhu zat.Keadaan suhu yang tetap (konstan) menunjukkan titik bekunya. 2. Untuk menetapkan massa molar (Mr) senyawa yang tidak diketahui,dapat ditentukan berdasarkan titik beku. Tf = massa zat terlarut x 1000 x kf Mr pelarut (gr) Tf = Tf pelarut - Tf larutan 3. Percobaan penetapan massa molar berdasarkan penurunan titik beku harus dilakukan dengan sangat teliti,baik pada saat mengamati penurunan suhu,maupun cara kerja dan alatalat. 4. Kesalahan dalam percobaan dapat disebabkan oleh situasi percobaan serta kesalahan praktikan.

XIII.

DAFTAR PUSTAKA Ahmad,Hiskia.2001.kimia larutan.Bandung:Citra Aditya Bakri Chang,Raymond.2003.Kimia Dasar:konsep-konsep inti JL.I Ed 3.Jakarta:Erlangga Epinur,dkk.2012.Penuntun praktikum kimia dasar.Jambi:UNJA Sumardjo,Damin.2008.Pengantarkimia:Buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran. Jakarta:EGC Syukri,S.1999.Kimia Dasar 1.Bandung:ITB

Page 112

PERCOBAAN 8

I. JUDUL

: Skala PH dan Penggunaan Indikator

II. HARI/TANGGAL

: Rabu, 01 Mei 2013

III. TUJUAN

: 1. membuat larutan standar asam dan basa dalam berbagai konsentrasi 2. mengatur PH larutan dengan berbagai indikator 3. memilih indikator yang sesuai dengan PH 4. mengukur PH larutan dengan menggunakan PH meter

IV. PERTANYAAN PRAPRAKTIKUM 1. Fenoftalein adalah salah satu indikator yang lazim. Bagaimana warnanya larutan asam? dan larutan basa?

dalam

Jawaban : Warna fenolftalein dalam asam adalah tidak berwarna dan untuk basa warna fenolftalein adalah merah muda/pink

larutan

2. Apa yang dimaksud dengan PH? berapa PH larutan netral? Jawaban : PH (Potensial Hidrogen) adalah suatu larutan dihitung berdasarkan ion H⁺ atau logaritma negatif [H⁺] dan secara matematis ditulis PH= -log [H⁺] . PH netral = 7. 3. Apabila 0.01 mol HCL ada dalam 10L larutan , berapa molaritasnya , berapa konsentrasi [H⁺] dan berapa PH-nya? Jawaban : HCL  H⁺ + Cl ¯ Rumus yang digunakan adalah M = n/V 0.01/10 = 0.001 M =1x10¯³ M [H⁺] = a.M = 1 x 1.10ˉ³ = 1x10¯³ M PH = -Log [H⁺] = - Log [10ˉ³] = 3 4. Bagaimana hubungan antaran [H⁺] dan [OHˉ ] dalam larutan air , jika [H⁺] =10¯⁴ M? Page 113

Jawaban : Kw = [H⁺] [OHˉ ]  10¯¹⁴ = [H⁺] [OHˉ ]  10ˉ¹⁴ = 10¯⁴ [OHˉ ] [OHˉ ] = 10ˉ¹⁴/10ˉ⁴ = 10ˉ¹º

V. LANDASAN TEORI Konsep asam dan basa didasarkan pada beberapa sifat yang ditunjukkan oleh sekelompok senyawa larutannya dalam air. Berdasarkan sifat-sifat yang ditunjukkan tersebut , asam adalah senyawa yang mempunyai rasa asam , dan memerahkan lakmus biru. Basa adalah senyawa yang memiliki rasa pahit, dan dapat membirukan lakmus merah. Dalam larutan air, asam menghasilkan ion H⁺ dan basa menghasilkan ion OHˉ (Penuntun Praktikum Kimia Dasar, 2012 :56). Konsentrasi ion [H⁺] dan konsentrasi [OHˉ ] dalam air, larutan asam atau basa merupakan bilangan yang sangat kecil. Oleh sebab itu,seorang ahli kimia yang bernama Sorensen mengemukakan suatu konsep yang disebut PH (P berarti Potensial dan H adalah simbol darii unsur Hidrogen ) PH didefenisikan secara matematika sebagai berikut : PH = - Log[H⁺] Untuk PH pada lingkungan : Asam : PH < 7 Basa : PH > 7 Netral : PH = 7 (Tony Bird, 1987 : 71) Asam dan basa merupakan zat kimia yang banyak terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Sari jeruk dan vitamin c tidak lain dari asam askorbat. Di lambung kita terdapat getah untuk pencernaan yang mengandung asam klorida (HCl). Asam asetat, yaitu asam cuka yang banyak digunakan di dapur untuk memasak, asam karbonat terdapat pada minuman bersoda dan untuk memberikan rasa segar dan asam sulfat yang banyak digunakan dalam aki. Itu merupaka contoh-contoh asam di sekitar kita. Basa yang disekitar kita adalah amonia yang digunakan sebagai pelarut yang memiliki bau yanh kuat. Untuk dapat mengetahui larutan bersifat asam atau basa , biasanya menggunakan indikator PH, umumnya kebanyakan Lakmus yang sering digunakan (Benny karyadi. 1997 : 67- 68). Asam dan basa menurut arrhenius. Asam adalah senyawa yang dilarutkan dalam air meningkatkan konsentrasi [H⁺] dan basa adalah senyawa yang meningkatkan konsentrasi [[OHˉ ] (David.W Oxtoby,1998 : 29). Terjadinya asam : beberapa oksida unsur bukan logam dapat bereaksi dengan air dan menghasilkan asam disebut oksida asam. Contoh reaksi : SO₂ + H₂O  H₂SO₃ = Asam sulfit Page 114

SO₃ + H₂O  H₂SO₄ = Asam sulfat (Soehito, 1997 : 78 - 79) Kekuatan asam dapat diukur dan dibandingkan melalui nilai tetapan kesetimbangan protolisisnya . Untuk protolisis asam asam asetat tetapan kesetimabangan ini dapat dinyatakan sebagai berikut : Ka = [H₃O⁺] [CH₃COOˉ] / [CH₃COOH] Rumus ini identik dengan tetapan ionisasi yang didefinisikan dan diuraikan. Protolisis asam dalam air dapat digambarkan dengan persamaan umum : Asam + H₂O  H₃O⁺ + Basa Maka, Ka = [H₃O⁺] [Basa] / [Asam] Makin besar tetapan ionisai, makin kuat asam itu, dan akibatnya makin lemah basanya. Jadi, nilai Ka adalah sama juga suatu ukuran dari kekuatan basa (G.Svahite .1990 : 98 – 99).

VI. ALAT DAN BAHAN Alat : 1. Tabung reaksi 2. Pipet tetes 3. Rak tabung reaksi 4. Indikator 5. PH meter 6. Elektroda 7. Sudip

Bahan : 1. HCl 0,01 M 2. Air suling 3. NaOH 0,01 M Page 115

4. Indikator : - metil jingga - fenolftalein - biru bromtimol - kuning alizarin - merah metil 5. PH berbagai zat : -Larutan cuka (encerkan 10X) -Sari buah anggur/jeruk -Minuman berkarbonat (encerkan 50%) -Shampo -Detergen cair (larutan 5%) -Amonia untuk keperluan Rumah tangga -Soda kue (larutan 10%) -Tablet aspirin (asam salisilat dilarutkan dalam 20ml air)

VII. PROSEDUR KERJA A. Daerah asam, PH 2 sampai PH 6

-Diisi tabung pertama

Larutan standar HCl 0.01 N

Sehingga terionisasi sempurna dengan

Larutan lain

PH = 2

-Dibuat dengan PH 3, PH 4, PH 5 dan PH 6 dengan cara pengenceran 10 kali dengan PH 2 -Diambil larutan untuk menjadi PH 3 Page 116

1 ml Larutan PH 2

1ml Larutan PH 3 -Diencerkan dengan 9ml air suling yang telah dididihkan dan diaduk perlahan-lahan.

Diambil larutan tersebut dan diencerkan dengan 9ml air mendidih untuk mendapatkan larutan PH 4 -Dengan cara yang sama dibuat PH 5 dan PH 6

Dicatat Hasil Pengamatan B. Daerah netral, PH 7

Air yang Mendidih -Dimasukkan Kedalam tabung reaksi

Dicatat Hasil Pengamatan C. Daerah Basa, PH 8 sampai 12

Larutan NaoH 0,01 M -Dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan menjadi PH 12

Larutan Lain -Diencerkan dengan 9ml air suling yang telah dididih kan untuk membuat PH 11

Larutan dengan PH 10, PH 9 dan PH 8 ddandan

-Dibuat dengan cara yang sama Page 117

1 ml setiap larutan lalarutan -Disimpan yang dibuat percobaan A,B,dan C Yang akan digunakan pada percobaa berikutnya Dan diberi labe sesuai dengan PH nya.

Dua tetes indikator

-Ditetesi pada tiap tabung reaksi sampai terjadi perubahan warna . -Diamati perubahan yang terjadi -Indikator yang digunakan adalahh jingga meti, fenolftalein,biru bromtimol, kuning alizarin & metil merah

Dicatat Hasil Pengamatan

D. Penunjuk PH dalam berbagai zat Menentukan PH dari zat berikut : -Larutan cuka -Sari buah anggur/ jeruk -Minuman berkabornat -Shampo -Detergen air -Amonia Page 118

-Soda kue -Tablet aspirin

2ml dari setiap zat -Dipipet dan dimasukkan masing-masing ke Dalam 5 tabung reaksi

2 tetes indikator -Ditetesi ke dalam masing-masing tabung reaksi Dan dibandingkan warnanya.

Setiap larutan -Ditentukan PH berdasarkan warnanya. Larutan yang terjadi setelah penambahan dari Indikator

Dicatat hasil pengamatan

VIII. DATA PENGAMATAN Data I Hasil pengukuran PH PH standar dengan standa menggunakan PH meter r

2 3

MJ

AK

Jingga Jingga

Kuning Kunig Page 119

Jenis indikator MM F Pink Jingga

Tidak berwarna Tidak berwarna

BB Kuning Kuning

4 5 6 7 8 9 10 11 12 Keterangan : MJ

Jingga Jingga Kuning Jingga Jingga Jingga Jingga Jingga Jingga

Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Ungu Ungu Ungu

Merah Merah Pink Merah Merah Merah Kuning Kuning Kuning

Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak berwana Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak berwarna Merah Pink

Kuning Hijau Hijau Kuning Hijau Biru Biru Biru Biru

: Metil Jingga

AK

: Alizarin Kuning

MM

: Metil Merah

F

: Fenolftalein

BB

: Bromtimol Biru

Trayek PH indikator : Metil jingga 3,1 - 4,4 Metil merah 4,4 – 6,2 Fenolfatlein 8,3 – 10 Bromtimol biru 6,0 – 7,6 Alizarin kuning 10 - 12

Data II No 1 2

Sampel Larutan cuka Sari Anggur/

MJ

MM

J J

P M

Jenis indikator AK PP BB K K Page 120

TB K

K M

PH < 3,1 3,1- 4,4

Keterangan

3 4 5 6

Jeruk Sprite Shampo Detergen cair Amonia RT

J K H K

K M K K

TB H B TB

TB H P TB

M K H K

7

Soda kue

J

K

U

U

B

8

Aspirin

M

M

K

TB

K

3,1 - 4,4 10 – 12 6,2 - 7,6 4.6 - 6,0/ 6,7 - 8,3 3,1 - 4,4 / 6,7 - 8,3 < 3,1

Keterangan : Indikator MJ = Metil Jingga, MM = Metil Merah, AK = Alizarin Kuning, PP/F = Fenoftalein, dan BB = Bromtimol Biru. Warna J = Jingga, P = Pink, K = Kuning, TB = Tidak Berwarna, H = Hijau, B = Biru, M = Merah, dan U = Ungu

IX. PEMBAHASAN Pada percobaan kali ini kami melakukan percobaan mengenai PH dan pengggunaan indikator. A. Daerah asam, PH 2 sampai PH 6 Untuk membuat PH 2 sampai 6 kami menggunakan larutan standar 1ml HCl dengan konsentrasi 2M. Untuk membuat konsentrasi 0,01 Molar agar terionisasisempurna dengan pH = 2. Maka kami melakukan pengenceran dengan cara menambahkan air sebanyak 199ml . Dengan hitungan seperti ini : M₁ V₁ = M₂ V₂ 2.1 = 1x10 ˉ². V₂ V₂ = 2/1x10ˉ² = 200ml Jadi, volume air yang ditambahkan adalah 200ml-1ml = 199ml. Dari percobaan tersebut didapat PH sebesar 2.

* Untuk membuat PH 3 adalah menggunakan 1ml larutan PH 2 dan ditambahkan 9ml air suling. Dengan hitungan seperti ini : PH = 3 [H⁺] = 1x10ˉ³ atau 0,003 Page 121

Jadi menggunakan rumus yang sama yaitu, M₁ V₁ = M₂ V₂ 0,01.1 = 0,001. V₂ V₂ = 0,01/0,001 = 10ml Volume air yang ditambahkan adalah 10ml - 1ml = 9ml Dan untuk PH 4- PH 6 langkah kerjanya sama seperti diatas yaitu dengan menggunakan 1ml larutan PH sebelumnya dan tambahkan 9ml air suling.

B. Daerah netral, PH = 7 Daerah netral dapat diperoleh dengan menggunkan air suling saja yang telah dipanaskan lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Karena air bersifat netral maka PH yang diperoleh adalah 7. * Setelah dibuat larutan PH 2-7 dimasukkan pada tabung reaksi yang berbeda dan beri tanda dengan menggunakan label yang ditulis dengan sesuai PH -nya. C. Daerah Basa, PH 8 sampai 12 Pada percobaan ini kami menggunakan larutan NaoH 0,01 M dengan volume 1ml maka akan terionisasi sempurna menjadi PH = 12. Untuk membuat PH 11 dilakukan percobaan dengan cara pengenceraan juga dengan menambahkan 9ml air suling ke dalam 1ml larutan PH 12 dengan perhitungan sebagai berikut : M₁ V₁ = M₂ V₂ 0,01.1 = 0,001 V₂ V2 = 0,01/0,001 = 10ml Jadi volume air yang ditambahkan adalah 10ml - 1ml = 9ml. Maka untuk PH 8 sampai PH 10 dilakukan percobaan yang sebelumnya yaitu menggunkan larutan PH sebelumnya dan ditambah 9ml air suling ke dalam tabung reaksinya. * Setelah selesai membuat PH 2 - PH 12 letakkan seluruh tabung reaksi ke dalam rak tabung reaksi lalu ambil tabung reaksi baru lagi dan teteskan dengan 5 indikator yaitu : metil merah, metil jingga, fenolftalein, alizarin kuning, dan bromtimol biru. Pada setiap larutan yang mewakili PH-nya ditetesi kelima indikator tersebut pada masing-masing tabung yang berbeda.

D. Petunjuk PH berbagai zat Pada pecobaan ini banyak sampel yang digunakan, diantaranya yaitu larutan cuka, sari buah anggur / jeruk , sprite, detergen cair, shampo, amonia rumah tangga, soda kue dan obat aspirin. Masing -masing sampel dimasukkan kedalam taabung reaksi dan volumenya 1ml. Setelah itu masing - masing tabung reaksi ditetesi indikator sebanyak 2 tetes. Dimana indikatornya yang Page 122

digunakan sama dengan sebelumnya. E. Penentuan PH dengan PH meter Pada percobaan kali ini kami tidak melakukannya dikarenakan ketersedian bahan kimia telah habis, keterbatasan waktu penggunaan laboratorium, adanya mata kuliah lain juga pada praktikan. Sehingga kami tidak dapat menjelaskannya secara lebih detail. Namun kami sedikit mengetahui penentuan PH dengan alat PH meter dilakukan dengan cara mencelupkannya ke dalam larutan yang sedang diuji. Dan nantinya pada alat tersebut akan muncul angka/nilai yang menunjukkan larutan itu termasuk golongan asam ataukah basa.

X. DISKUSI Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan adapun informasi yang diperoleh adalah sebagai berikut : A. Daerah asam, PH 2 - PH 6 Larutan HCl 0,01 M dapat diterionisasi sempurna menjadi PH = 2 . Untuk memperoleh PH = 3 kita dapat menggunakan 1ml larutan PH 2 dan menambahkannya 9ml air suking yang telah dipanaskakan. Begitu juga untuk larutan PH 4 sampai PH 6 dilakukan caran yang sama dengan cara sebelumnya dengan cara menggunakan 1ml larutan PH sebelumnya dan ditambahkan 9ml air suling.

B. Daerah netral, PH = 7 Pada percobaan ini dapat membuat dengan menggunakan air suling yang telah dipanaskan. karena air bersifat netral maka PH yang diperoleh adalah 7.

C. Daerah basa, PH 8 - PH 12 Larutan yang digunakan adalah 1ml larutan NaoH 0,01 M , pada larutan ini akan terionisasi sempurna dengan PH = 12, karena larutan bersifat basa maka [OHˉ ] = 0,01 jadi POH = 2 dan PH = 14 - 2 = 12. Untuk membuat larutan PH 11 digunakan larutan PH 12 sebanyak 1ml dan ditambahkan 9ml air suling maka PH yang diperoleh adalah 11 dan seterusnya untuk PH 8 sampai PH 10 dilakukan cara dengan cara menambahkan 9ml air pada 1ml larutan sebelumnya , Page 123

Setelah dibuat larutan PH 2 sampai PH 12 yang sudah berada pada masing-masing tabung dan diletakkan di rak tabung reaksi. Kemudian Setiap larutan perwakilan PH ditetesi 5 indikator tersebut sebanyak 2ml dalam 5 buah tabung reaksi yang baru. Dan setiap indikator menghasilkan warna yang hampir sama dan ada juga yang berbeda semua bahkan bening/tidak berwarna. D. Penunjuk PH berbagai zat Pada praktikum ini, semua sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1ml dan setiap sampel ditetesi 5 indikator dan dimasukkan ke dalam 5 buah tabung reaksi yang baru dan sebanyak 2 tetes. E. Penentuan PH dengan menggunakan PH meter Pada Percobaan ini kami tidak melakukannya tetapi kami bisa menjelaskannya berdasarkan buku. (Kimia Dasar, 2009 : 1992)PH meter adalah suatu alat yang digunaka untuk mengukur PH suatu larutan. Dengan cara mencelupkannya ke dalam larutan tersebut. Maka alat ini akan menampilkan nilai/angka yang menunjukkan jumlah PH tersebut. Sehingga kita dapat mengidentifikasi larutan itu termasuk golongan asam atau basa.

XI. PERTANYAAN PASCA PRAKTIK 1). Mengapa larutan soda kue bersifat asam ? Jelaskan ! Jawab : Karena soda kue memiliki PH <7 dan berwarna merah saat dicelupkan indikator (metil merah) 2). Setelah anda melakukan percobaan, kelompokkanlah zat pada percobaan D menjadi kelompok zat yang asam, netral, dan basa. Jawaban : Zat yang bersifat asam : Sari jeruk, Asam cuka, Soda kue, dan Amonia. Zat yang bersifat netral : Aspirin. Zat yang bersifat basa : Sprite, Detergen cair, dan Shampo.

XII. KESIMPULAN Berdasarkan Praktikum yang telah dilaksanakan, adapun kesimpulan yang diperoleh adalah : 

Larutan standar asam dan basa dapat diperoleh dengan berbagai konsentrasi apabila konsentrasi diketahui konsentrasi awal dan PH awal-Nya. Larutan ini dapat dibentuk dengan Page 124

pengenceran pada larutan awal 

Pengukuran PH larutan dapat menggunakan berbagai indikator dengan mengamati perubahan warna pada larutan dan membandingkan warnanya kita dapat menentukan PH nya .



Pengukuran PH dapat juga dilakukan menggunakan alat yaitu PH meter yang dimana ketika dicelupkan maka alat tersebut akan menunjukkan PH nya dengan angka/nilai yang keluar pada alat tersebut.



Pada indikator akan menunjukkan PH nya berdasarkan warna yang berubah pada larutan asam atau basa tersebut . Dan jika larutan tersebut asam akan menimbukan warna yang berbeda dengan basa.



Dalam praktikum ini kita dapat mengetahui bahwa : PH asam PH < 7 PH netral PH = 7 PH basa PH > 7

XIII. DAFTAR PUSTAKA Bird, Tony. 1987. Kimia Fisik. Jakarta : Erlangga. Epinur dan M. Dwi Wiwi.E. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. UNJA : FKIP. Karyadi, Benny. 1997. Kimia Untuk Universitas. Bandung : Cipta Aditya Bakti. Oxtoby, W. David.1998. Kimia Modern. Bandung : Bumi Aksara. Soehito. 1975. Penuntun Praktikum Kimia. Bandung : Yudhistira. Stevia, G. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta : Vagel.

PERCOBAAN 9

I. II.

JUDUL HARI/TANGGGAL

: Titrimetri dan Pengendalian pH : Rabu/ 15 Mei 2013

III.

TUJUAN

:

Page 125

1. Mempelajari dan menerapkan teknik tirasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam 2. Menstandardisai larutan penitrasi 3. Memstandardisai larutan NaOH 4. Menggambarkan kurva titrasi 5. Menentukan tetapan kesetimbangan asam lemah 6. Menjelaskan pentingnya pengendalian pH, terutama pada sistem fisiologi tubuh 7. Menguraikan cara mempertahankan pH dalam berbagai macam penggunaan 8. Mengenal denggan baik beberapa larutan buffer dari sistem tertentu dan bagaimana mereka berfungsi

Pertanyaan Prapraktek 1. Apa yang dimaksud dengan a. Asam b. Basa c. Titik ekuivalen d. Indilkator Jawab : a. b. c. d.

Asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion H⁺ Basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH¯ Titik ekuivalen adalah titik dimana pada titik tersebut mol H⁺ sama dengan mol OH¯ Indicator adalah suatu senyawa yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu zat apakah bersifat asam atau basa

2. Jelasakan perbedaan titik akhir titrasi dengan titik ekuivalen ? Jawab : - Titik akhir titrasi adalah suatu titik dimana indicator yang digunakan dalam titrassi dapat berubah warna. - Titik ekuivalen adalah suatu titik dimana titik mol H⁺ sama dengan mol OH¯ yang ditunjukkan dengan pH 3. Sebanyak 0,7742 g Kalium hydrogen sitrat dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan dilakukan dalam air suling, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH, bila terpakai 33,6 ml larutan NaOH, berapa molaritas larutan NaOH tersebut ? Jawab : Dik : Massa kalium Hidrogen Sitrat : 0,7742 gr V NaOH : 33,6 ml Dit : Molaritas NaOH ? Page 126

M NaOH

= = =

mol NaOH / V NaOH 0,00336 / 0,0336 0,1 M

4. Apa yang dimakud dengan : a. Kurva titrasi asam basa ? Jawab : Kurva atau aliran grafik antara pH dengan jumlah asam atau basa yang dimbahkan b. Titik ekuivalen ? Jawab : kondisi saat dimana larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa c. Standardisasi ? Jawab : proses pengukuran konsentarasi larutan standar d. Larutan standar primer ? Jawab : suatu larutan yang konsentrasinya dapat ditentukan dengan bahan murni e. pH ? Jawab : adalah derajat keasaman suatu larutan asam atau basa f. pH meter ? Jawab : alat untuk mengukur pH suatu larutan

5. Hitung massa kalium hydrogen flatat (KHP) untuk menetralisasi 25ml NaOH 0,1M dan tulis persamaan rekasinya Jawab : Dik : V NaOH : 25 ml M NaOH : 0,1 M Dit : Massa KHP=> untuk menetralkan NaOH ? Mol = M.V = 0,1 . 0,025 = 25 . 10¯⁴ mol Massa = mol . MR = 0,0025 . 204 = 0,51 gram 6. Bagaimana membuat 50 ml larutan HCl dengan pH 1 dari larutan HCl 1 M Jawab : V₁ . M₁= V₂ . M₂ V₁ . 1 = 50 . 10¯¹ V₁ = 5 ml V air = V₁ - V₂ = 50ml – 5ml = 45 ml

Page 127

7. - Apakah larutan buffer itu ? Jawab : larutan yang bila ditambahkan sedikit asam , basa atau tidak mengubah pH secara berarti - Mengapa larutan buffer itu penting ? Jawab : karena dapat mempertahankan pH larutan dalam daerah pH tertentu sebaba menandung ion garam kesetimbangan asam lemah dan kesetimbangan air

8. Berikan definisi untuk asam lemah dan basa lemah Jawab : - Asam lemah adalah ion H⁺ nya lebih bear dibandingkan air. Sehingga menggeserkan kesetimbangan air, akibatnya (H⁺) dan air makin kecil dan dapat diabaikan - Basa lemah adalah ion OH¯ dan air dapat diabaikan karena sangat kecil dibandingkan basa

9. Jelaskan dengan persamaan reaksi bagaimana larutan natrium sianida (NaCH) dengan hydrogen sianida (HCN) berfungsi sebagai larutan buffer ? Jawab : HC₂H₃O₂ + NaOH  NaC₂H₃O₂ + H₂O KH₂PO₄ + NaOH  KNaHPO₄ + H₂O

10. Sebutkan beberapa pasangan larutan buffer yang sifat fisiologinya sama besar Jawab : - Basa lemah dan asam konjugassi NH₄OH dan NH₄CL - Asam dan baa konjugasi campuran CH₃COOH dan CH₃COONa

IV.

LANDASAN TEORI

Berdasarkan pengertian titrasi, titrasi asam basa merupakan metode penentuan kadar penentuan kadar larutan asam dengan zat penites ( zat penitrasi ) suatu larutan basa atau penentuan kadar larutan basa dengan at peniter ( zat penitrasi ) suatu larutan asam . titrasi titik akhirnya adalah kondisi pada saat terjadi perubahan warna dari indicator. Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekuivalen yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa . Contoh reaksi netralisai NaOH (aq) + HCL (aq)



NaCl (aq) + H₂O (l) Page 128

(Nana Sutresna . 2007 : 221-222)

Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa dengan mengukur volume dari asam basa yang bereaksi ssehingga disebut volmetri. Asam + Basa garam + Air Reaksi penetralan asama basa dibagi menjadi : -

Penetralan asam kuat oleh basa kuat Penetralan asam kuat oleh basa lemah Penetralan asam lemah oleh basa kuat Penetralan asam lemah oleh basa lemah ( Parning . 2002 : 54 )

Suatu penerapan penting dari stoikiometri dilaboratorium adalah analisis unsur-unsur untuk menentukan komposisinya. Pengukuran yang didasarkan pada massa disebut gravimetric ,dan pengukuran yang dilakukan berdasarkan volume larutan adalah volumetric atau titrasi. Dalam percobaan ini teknik analisi volumetric diterapkan pada analisi contoh yang mengandung asam. Reaksi- reaksi yang dapat dipakai untuk analisis volumetric harus mempunyai sifat-sifat penting yaitu : -

Stoikiometri yang baik tidak Memberikan reaksi samping (hanya bahan yang dianalisis yang bereaksi dengan titran) Laju reaksi tinggi Tidak ada gangguan yang berarti Ada alat untuk mendeteksi titik ekuivalen reaksi ( Epinur ,dkk . 2012 : 61 )

Campuran antara larutan asam lemah dengan garamnya atau basa lemah dengan garamnya disebut campuran buffer. Campuran itu dapat menahar perubahan pH bila larutan ini ditambah sedikit asam atau basa mislanya campuran buffer HA



H⁺ + A¯

NaA ↔

Na⁺ + A¯

Kalau kedalam larutan ditambah asam ( ion H⁺) ion ini diikat oleh A¯ menjadi HA hingga OH¯ didalam larutan tetap, kalau didalamnya ditambahkan basa ion OH¯ dari basa ini juga ditarik oleh ion H⁺ dan air untuk membentuk H₂O kekurangan ion H⁺ ditambah dari asam dengan ini ion H⁺ dalam larutan ditahan tetap ( Sukardjo . 2002 : 312 ). Page 129

Suatu buffer dapat mempertahankan pH larutan dalam pH daerah tertentu dalam membuat buffer perlu diperhatikan perbandingan Cad an Co atau Ck dan Cg. Perbandingan itu jangan terlalu besar atau terlalu kecil karena akan mengganggu penggabungan. Kesetimbangan contohnya buffer CH₃COOH dengan CH₃COO¯ Jika Ca terlalu kecil maka pergeseran tekanan akan tepat terganggu ( berhenti ) sebaliknya. Jika Cg terlalu kecil, maka pergeseran kekiri akan mudah berhenti. Keterbatasan nilai Ca/Cg mengakibatkan buffer mempunyai daerah pH tertentu yang secara umum ketentuannya adalah : 1. Bufer asam lemah, garamnya untuk daerah pH tertentu dan besar dari 7 2. Bufer basa lemah, garamnya untuk daerah pH tertentu dan kecil dari 7 ( Hiskia Ahmad . 1993 : 42 ) V.

ALAT DAN BAHAN

1. Penyiapan larutan NaOH 0,1 M - Botol 500 ml - Larutan NaOH - Botol plastik - Timbangan - Air suling 2. Standardisasi larutan NaOH 0,1 M - Biuret 50 ml - Air suling - Larutan NaOH - Erlenmeyer 250 ml - Pipet - Larutan HCL 0,1 M - Indicator fenoflatan - Stopwatch - Kalium hydrogen ftalat 3. Menentukan persentae asam asetat dalam cuka - Cuka dapur ( asam 4-6 % ) - Larutan NaOH - Erlenmeyer - Pipet tetes - Air suling - Indicator fenolfralein Potensiometri a. pH meter b. Neraca c. Labu ukur Page 130

d. Pipet tetes e. Gelas piala f. Statif g. Larutan penyangga ( pH 5 ) h. Kalium hydrogen flafat i. Air suling j. Larutan NaOH 1. Larutan bukan buffer - Tabung reaksi - Air suling - Larutan HCl 0,0001 M - Larutan NaOH 0,0001 M - Indikarot Universal 2. Larutan Buffer - Tabung reaksi - Asam asetat 1 M - Natrium asetat 1 M - NH₄Cl 1 M - Larutan HCl 1 M - Larutan NH₄OH 1 M

VI.

PROSEDUR KERJA A. Penyiapan larutan NaOH 0,1 M

-

1,6 gr NaOH Ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol

-

Dilarutkan dengan NaOH tadi Dikocok hingga larut

400 ml air suling

Hasil

B. Standardisasi Larutan NaOH 0,1 M 5 ml NaOH -

Dimasukkan kedalam biuret 50 ml yang sudah dicuci dan dibilas dengan air suling Diimiring dan diputar biuret untuk membasahi permukaan biuret Larutan NaOH Page 131

-

-

Dikeluarkan dari biuret dan diulangi proses pembilasan sekali atau dua kali dengan larutan NaOH Larutan Diisi pada biuret sampai mencapai angka Nol Dialirkan larutan untuk mengeluarkan Gelembung udara pada unjung biuret Dan isi biuret kembali

-

Dipipet 25 ml dan dimasukkanLarutan kedalam HCL standar 0,1 M erlenmeyer

-

25 ml dan 3 tetes indicator fenolftalein Ditambahkan kedalam masing-masing erlenmeyer Larutan NaOH

-

Dicatat kedudukan awal pada buret Kemudian dialirkan sedikit demi sedikit Larutan NaOH pada Erlenmeyer pertama Dicatat V akhir pada biuret Diisi biuret kembali dan titrasi contoh Pada Erlenmeyer kedua dan ketiga Dibitung molaritas dengan menunjukkan Rincian perhitungan

0,35 gr KHP -

Dimasukkan kedalam Erlenmeyer yang Sudah dicuci

-

Ditambah dan dikocok

-

Ditambahkan 3 tetes NaOH Dititrasi hingga merah muda Dicatat waktunya Dihitung molaritas

25 ml air suling

Indicator fenolftalein

Page Hasil pengamatan 132

C. Menentukan persentase Asam asetat dalam cuka

-

3 buah erlenmeyer

Dicuci dan dibilas Ditambah 20 ml air suling Ditambah indicator PP (3tetes) Dititrasi dengan NaOH

Campuran warna merah jambu -

Dihitung persen massa pada Tiap contoh Diulangi percobaan jika ketiga Contoh berbeda lebih besar Dari 0,05%

Data

Potensiometri

pH meter -

Dikalibrasi dengan larutan buffer PHS KHP

-

-

Ditimbang dengan 5,1 gr Dilarutkan dengan air suling dan diencerkan Dan labu ukur 250 ml Dipipet 50 ml dan dimasukan ke dalam gelas piala

Sekitar 0,1 M dimasukan ke biuret

Larutan NaOH

pH dicatat dan dibuat kuva titrasi

Page 133

A. Larutan Bukan buffer 1. Penentuan larutan bukan buffer 3 buah tabung reaksi 1 ml air suling -

Diisi pada tabung reaksi Ditentukan dan dicatat pH dengan indicator universal

1ml larutan HCl 0,0001 M

1 ml NaOH 0,0001 M

Hasil

2. Penentuan pH larutan bukan buffer setelah ditambah asam

3 tabung reaksi

1 ml air suling

1 ml larutan HCL 0,000 M

1 ml larutan NaOH 0,0001 M

HCl 1 M -

Ditambahkan 1 tetes kedalam Tabung reaksi Ditentukan pH Hasil

B. Larutan Buffer 1. Penentuan pH larutan buffer a. 5ml asam asetat HC₂H₂O₂ 1M b.

5 ml Natrium asetat NaC₂H₂O₄ 1M  Ditentukan pH dengan indicator dicampur universal

5ml larutan NH₄OH 1M

5ml NH₄Cl 1M

Page dicampur 134

 Ditentukan pH larutan

2. Penambahan pH larutan buffer setelah penambahan asam

2ml larutan buffer -

Diisi pada tabung 1 dan 2 HCl 1M

-

Ditambahkan 1 tetes HCL 1M

-

Dicatat dan ditentukan pH

Hasil

3. Penentuan pH larutan buffer setelah penambahan basa

-

Diisi tabung 1 dan 2

2ml larutan buffer Larutan NaOH 1M

- Ditambahkan ketabung - Ditentukan pH dan dibandingkan dengan Larutan buffer Hasil

VII.

PEMBAHASAN Analisis volumetric adalah analisis yang pengukuran dilakukan berdasarkan volume larutan.Volumetric biasa dikenal dengan titrasi, dimana contoh yang dianalisis ditempatkan dalam Erlenmeyer. Metode volumetric dapat dilakukan untuk mengetahui konsentrasi zat penitrasi yang tidak diketahui pada percobaan ini, praktikan akan melakukan standarisasi ,yaitu proses pengukuran konsentrasi larutan standar. Larutan standar adalah larutan yang Page 135

konsentrasinya diketahui secara tepat.Selain melakukan standardisasi praktikan juga menentukan persentase asam asetat dalam cuka, da juga pengendalian pH pada larutan penyangga (buffer). Sebelum melakukan percobaan, larutan NaOH harus disiapkan terlebih dahulu ,karena akan digunakan untuk percobaan-percobaan selanjutnya. Untuk membuat larutan NaOH dengan konsentrasi 0,1M , dibutuhkan NaOH padahan sebnyak 0,1 gram dan dilarutkan dalam air sebanyak 100 ml. dengan perhitungan : Mol NaOH = massa/Mr = 4/40 = 0,1 mol M = mol/V = 0,1 mol/1L = 0,1 M Setalah larutan NaOH 0,1 M siapa, maka praktikan melakukan standardisasi larutan NaOH dengan cara titrasi. Zat yang dititrasi adalah larutan HCl standar 0,1 M. pada percobaan ini dibutuhkan 3 tabung Erlenmeyer. Ke dalam tabung dimasukkan 25 ml larutan HCl 0,1 M dan ditambahkan air suling sebganyak 25ml, sehingga M₁ . V₁

=

M₂ . V₂

0,1 M . 25ml

=

M₂ . 50 ml

M₂

=

0,1 M . 25 / 50

M₂

=

0,05 M

Molaritas larutan HCl menjadi 0,05 a) Penyiapan larutan NaOH 0,1M Pada percobaan ini kami membuat titrasi atau pengenceran yaitu dengan mengambil 1,6 gr NaOH dan menambahkannya 400ml air suling. Sehingga diperoleh dengan konsentrasi 0,1M dari rumus : M = gr/Mr x 1000/V(ml)



0,1

= 1,6/40 x 1000/X

4X

= 1600  X = 400 ml

Jadi air suling yang digunakan sebanyak 400ml

b) Standardisasi NaOH 0,1M Pada percobaan ini kami melakukan sebanyak 2 kali yaitu : Page 136

1. Standardisasi NaOH 0,1M dengan 50 ml HCl 0,1M. dengan cara menyiapkan buret yang telah dicuci bersih kemudian dimasukkan NaOH sebanyak 50ml. setelah itu letakkan Erlenmeyer yang berisi larutan HCl dan sudah ditetesi sebanyak 2 tetes indicator PP (funol Ftalein). Kemudian alirkan NaOH dengan cara memutar tuas pada buret sehingga NaOH mengalit ke dalam Erlenmeyer tersebut. dan tunggu hingga larutan berubah warna menjadi merah muda. Untuk percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali. 2. Standardisasi NaOH dengan KHp (kalium hydrogen ptalat). Dengan cara minimbang sebanyak 0,35g KHp dan ditumbauhkan air suling 25ml serta kocok hingga larut. Di dalam Erlenmeyer dan tambahkan 3 tetes PP. laruatn tersebut dialirkan NaOH dari buret ke Erlenmeyer hingga warna berubah menjadi merah muda serta hitung pemakaian volume NaOH pada larutan tersebut. reaksi yang terjadi adalah : NaOH (aq) + KHC₈H₄O₄



NaKC₈H₄O₄ + H₂O

c) Menentukan presentase asam asetat dalam cuka. Pada ercobaan ini digunakan asam cuka mengandung 25% asam asetat. Dimasukkan asam cuka 2ml ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 20 ml air suling dan 3 tetes indicator PP. selanjutnya dititrasi dengan larutan standar NaOH sampai larutan membentuk warna menjadi merah jambu. Percobaan tersebut dilakukan sebanyak tiga kali dan hasil yang diperoleh : Volume Cuka = 2ml Massa jenis cuka = 1,008 g/m Massa cuka = rapatan/ massa jenis x volume = 1,008 x 2 = 2,016 gr Mol asam asetat = 6,5 x 10ˉ² x 0,1 = 6,5 x 10ˉ³ mol Berat asam asetat =massa asetat contoh/ massa cuka x 100% =Mol asetat . Mr / 2,016 x 100% = 0,39/2,016 x 100% = 19,345 = 19,34 % VIII.

DISKUSI Pada percobaan pertama siapkan terlebih dahulu Erlenmeyer 500ml sebanyak 3 botol lalu masukkan larutan HCl lalu masukkan larutan HCl lalu teteskan dengan NaOH dengan burret sampai warna berubah menjadi merah mudah. Pada botol pertama NaOH yang terpakai sebanyak 350ml. pada botol kedua NaOH yang terpakai sebanyak 300ml, dan pada botol ketiga NaOH yang terpakai sebanyak 250ml. disini dapat disimpulkan titik titrasi yang sama pula. Pada percobaan kedua yang pertama kali harus dilakukan adalah siapkan Erlenmeyer sebanyak 3 buah, lalu masukkan KHp. Kedalam erlenmeyer seberat 0,35gr.Lalu dititrasi lagi dengan larutan NaOH sampai warna pada KHp tersebut berubah menjadi merah muda. Pada botol pertama NaOH yang terpakai sebanyak 15ml sedangkan pada botol kedua NaOH yang Page 137

terpakai sebanyak 16ml. dan pada botol ketiga NaOH yang terpakai sebanyak 22ml. dan dapat disimpulkan molaritas rata-rata larutan NaOH adalah 0,099 M. Pada percobaan ketiga yang pertama kali harus dilakukan adalah siapkan Erlenmeyer sebanyak 3 buah juga.Lalu masukkan cuka ke dalam Erlenmeyer sebanyak 2ml. lalu di titrasi lagi dengan larutan NaOH sampai warna pada KHp tersebut berubah menjadi merah muda.Pada botol pertama NaOH yang terpakai sebanyak 18,5ml.pada botol kedua NaOH yang terpakai sebanyak 18ml. pada botol ketiga NaOH yang terpakai sebanyak 17,5ml. dan % massa rata-rata asam asetat adalah 200,16%

IX.

PERTANYAAN PASCAPRAKTEK 1. Apakah hasil standardisasi larutan NaOH dengan menggunakan larutan HCl dan KHp memberikan hasil yang sama ? bila tidak beri komentar Jawab : tidak, karena pada larutan HCl, NaOH yang dibutuhkan semakin besar, % banyak sebab HCl merupakan asam buatan 2. Komentar hasil analisis asam asetat dalam contoh yang anda kerjakan Jawab: Analidid asam asetat dalam contoh yang kami gunakan semakin besar % massa asam asetat maka lebih banyak lagi larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menstrelerelisasinya. 3. Agar titrasi untuk contoh kedua dan ketiga berjalan cepat, tidakan apa yang anda lakukan Jawab : Dengan terus digoyang tabung Erlenmeyer dan memperbesar lubang kran dan NaOH yang keluar 4. Agar titik akhir titrasi mendekati titik ekuivalen. Bagaimana caranya dan bagaimana pula pengamatan untuk titrasi itu ? Jawab : Dengan cara memperlambat / memperkecil larutan NaOH yang apabila larutan telah burubah menjadi merah muda, maka titrasi dihentikan 5. Dari semua prosedur percobaan, mengapa indicator begitu penting dalam titrasi jelaskan alasannya Jawab : Karena Indikator tersebut pemberi warna pada saat titik ekuivalen dalam proses titrasi 6. Jika falat pada bagian B titrasinya berlebihan dengan NaOH apakah kekeliruan dalam bobot KHC₈H₄O₄ pada bagian B atau asam asetat pada cuka mengasilkan hasil yang positif atau negative ?jelaskan pendapat anda. Jawab : Jika pada flafat berlebihan, tidak ada kaitannya dengan bobot asam asetat pada cuka. 7. Selesaikanlah persamaan reaksi berikut : KHC₈H₄O₄ + NaOH  Jawab : KHC₈H₄O₄ + NaOH  NaKC₈H₄OH + H₂O Page 138

XI.

KESIMPULAN Dari hasil percobaan diatas, maka dapat disimpulkan : 1. Suatu contoh larutan yang mengandung asam dapat diketahui dengan uji titrasi 2. Pada proses titrasi, perlu digunakan suatu indicator, yang berfungsi sebagai penentu perubahan warna 3. Ada 3 jenis titrasi : a) Titrasi asam kuat dengan basa kuat b) Titrasi asam lemah dengan kuat c) Titrasi basa lemah dengan asam kuat 4. Larutan penyangga terdiri dari campuran-campuran a) Asam lemah dengan basa konjugasinya b) Basa lemah dengan asam konjugasinya 5. Larutan buffer sangat penting peranannya dalam pengendalian pH . terutama pada fisiologi tubuh

XII. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Hiskia. 1993. Kimia larutan. Bandung : Citra Aditya Bakti

Epinur, dkk.2011.Penuntun praktikum kimia dasar.Jambi : Universitas Jambi Parning.2002. KIMIA.Jakarta : Bumi Aksara Sukardjo.2002. Kimia Fisik.Jakarta : PT.Bina Aksana Sutresno, Nana.2007. Cerdas Kimia. Bandung : Grafindo.

PERCOBAAN 10

I. II.

JUDUL HARI, TANGGAL

: Kinetika Kimia : Rabu, 22 Mei 2013

III.

TUJUAN

: 1. Mengukur perubahan konsentrasi pereaksi menurut waktu Page 139

2. Mengamati pengaruh konsentrasi, suhu, dan katalis pada laju reaksi 3. Menentukan hukum laju suatu reaksi dalam larutan berair

IV.

PERTANYAAN PRA PRAKTEK Soal 1. Apa definisi ringkas dari (a) hukum laju (b) tetapan laju (c) orde reaksi (d) energi aktivasi ? 2. Apakah satuan tetapan laju reaksi untuk (a) Reaksi orde nol (b) Reaksi orde satu (c) Reaksi orde dua ? 3. Belerang dioksida mereduksi HIO3 dalam larutan asam dengan reaksi 3 SO2 (g) + 3 H2O (l) + HIO3 (aq)

3 H2SO4 (aq) + HI (aq)

Pada akhir reaksi, jika terdapat HIO3 berlebih. Zat ini dapat diambil dengan larutan kanji. Senyawa HI dan HIO3 segera bereaksi membentuk I2 yang diserap oleh kanji dan menimbulkan warna biru. Dari perbedaan diperoleh data. [SO2] M 14,6 . 10-4 7,31 . 10-3 14,6 . 10-4

[HIO3] M 3,6. 10-3 3,6. 10-3 7,21. 10-3

t (detik) 25,8 52,8 12,6

Page 140

Tentukan orde reaksi untuk setiap pereaksi dan orde keseluruhannya? Jawaban 1. (a) Hukum laju adalah persamaan yang mengaitkan laju reaksi dengan konsentrasi molar atau tekanan parsial dengan pangkat yang sesuai. (b) Tetapan laju adalah perbandingan laju dengan hasil konsentrasi yang mempengaruhi laju reaksi. (c) Orde reaksi adalah bilangan pangkat (eksponen) yang menyatakan bertambahnya laju reaksi/jumlah pangkat konsentrasi pereaksi dalam persamaan laju reaksi. (d) Energi aktivasi adalah energi yang diperlukan untuk membentuk kompleks teraktivasi. 2.

a). Reaksi Orde Nol : K = Laju / [A]0 = MS-1 ( mol L-1 S-1) b). Reaksi Orde Satu : K = Laju / [A]1 = mol L-1 S-1/(mol L-1)-1 = S-1 c). Reaksi Orde Dua : K = Laju / [A]2 = mol L-1 S-1 /[M] 2 = M-1S-1

3. Reaksinya : 3 SO2 (g) + 3 H2O (l) + HIO3 (aq)



[SO2] M 14,6 . 10-4 7,31 . 10-3 14,6 . 10-4

Orde Reaksi terhadap A [SO2] : Perc. 1 & 2 V2 / V1 = ( [SO2]1 / [SO2]2)m

3 H2SO4 (aq) + HI (aq) [HIO3] M 3,6. 10-3 3,6. 10-3 7,21. 10-3

52,8 / 25,8 = ( 14,6. 10-4 / 7,31. 10-3 )m 2 = 2m m=1



Orde Reaksi terhadap B [HIO3] : Perc. 1 & 3 V3 / V1 = ( [HIO3]1 / [HIO3]3)n 12,6 / 25,8 = ( 3,60. 10-3 / 7,21. 10-3 )n 1/2 = 1/2n n=1 Page 141

t (detik) 25,8 52,8 12,6

 V.

Orde Total : m + n = 1 + 1 = 2

LANDASAN TEORI Pengukuran laju reaksi merupakan bidang kimia yang menakjubkan. Dari kajian kinetika, mekanisme reaksi dapat dideduksi. Informasi tentang reaksi katalis maupun penghambatan hanya dapat diperoleh melalui pengkajian kinetika. Faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi a) Sifat Pereaksi Salah satu faktor penentu laju reaksi adalah sifat pereaksinya. Ada yang reaktif dan ada yang kurang reaktif, Misalnya bensin lebih cepat terbakar daripada minyak tanah. b) Konsentrasi Pereaksi Dua molekul yang akan bereaksi harus bertabrakan langsung. Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti kerapatannya bertambah dan akan memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat reaksi c) Suhu Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya, jumlah dan energi tabrakan bertambah besar. d) Katalis Laju suatu reaksi dapat diubah (umumnya dipercepat) dengan menambah zat yang disebut katalis. Katalis sangat diperlukan dalam reaksi zat organik, termasuk organisme. Katalis dalam organism disebut enzim dan dapat mempercepat reaksi ratusan sampai puluhan ribu kali. ( S. Syukri, 1999 : 468-470) Laju reaksi adalah banyaknya pereaksi yang berkurang ( hilang) persatuan waktu. Banyaknya atau produk yang dinyatakan dalam berbagai satuan konsentrasi umumnya dalam satuan molar (mol/l) (M) dengan notasi []. Misalnya untuk reaksi A 2B, maka laju reaksi (V) dapat dinyatakan sebagai berikut. V = - [A] / t atau V = + [B] / t Pada umumnya pernyataan persamaan laju reaksi mengacu pada pereaksinya. Karena tetapan yang diterapkan berhubungan dengan arah laju reaksi ke kanan. ( Mulyono, 2008 : 221) Pengaturan kecepatan reaksi

Page 142

Bila ahli kinetika kimia mengatur kecepatan reaksi, hasil reaksinya dinyatakan sebagai kecepatan perubahan dari jumlah suatu zat yang ada didalam campuran reaksi. Biasanya pernyataan itu diberikan dalam variabel intensif, yaitu misalnya konsentrasi. Kecepatan = d [C] / dt Dimana d [C] / dt adalah kecepatan dari perubahan dengan waktu t dari konsentrasi produk (C). Dari gambar dibawah ini, kecepatan merupakan kemiringan dari plot konsentrasi waktu.

c t

t waktu ( Soeni, 1989 : 99) Cara mengukur laju reaksi Salah satu segi penting dari pengkajian kinetika ialah merancang teknik yang mudah untuk memantau jalannya reaksi menurut waktu. Analisis kimia dengan cara volumetri atau gravimetri relatif lambat, sehingga cara seperti ini tidak digunakan kecuali bila reaksinya lambat atau dapat dihentikan dengan pendinginan tiba-tiba atau dengan penambahan pereaksi yang menghentikan reaksi. Beberapa cara umum digunakan ialah dengan menggunakan sifat warna dan hantaran listrik. Laju reaksi melibatkan gas ditetapkan dengan mengukur volume gas persatuan waktu. Dalam percobaan ini, anda menggunakan perubahan warna. Untuk suatu reaksi hipotesis 2A + 3B

C + 5D

Hukum lajunya : Laju :

[C] /

t = K [A]n [B]m

Ket : k = tetapan laju n = orde reaksi untuk A Page 143

m = orde reaksi untuk B Orde reaksi keseluruhan = m + n Orde reaksi hanya dapat ditentukan melalui percobaan, karena angka-angka ini tidak selalu sama dengan koefisien reaksi (stoikiometri). Dalam percobaan ini, akan direaksikan natrium trisulfat dengan asam hidroklorida. S2O32- + 2H+

SO2 + H2

Laju reaksi ini hanya bergantung pada konsentrasi S2O32- , tidak pada konsentrasi asam. Hal ini dibuktikan dari grafik I/t terhadap S2O32- yang memberikan garis lurus. Grafik ini menyiratkan bahwa orde reaksi adalah salah satu untuk tiosulfat. Karena konsentrasi asam tidak berpengaruh maka ordenya adalah nol. ( Epinur, dkk. 2012 : 71-72) Faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi 1) Keadaan pereaksi dan luas permukaan Jika dibandingkan dengan pita magnesium, serbuk magnesium lebih cepat bereaksi dengan asam sulfat encer. Pada umumnya, makin kecil partikel pereaksi, maka makin besar permukaan pereaksi yang bersentuhan dalam reaksi, sehingga reaksinya makin cepat. 2) Konsentrasi Makin besar konsentrasi, makin cepat laju reaksi, begitupun sebaliknya. 3) Suhu Jika suhu dinaikkan, laju reaksi bertambah begitupun sebaliknya. 4) Katalis Katalis dapat mempengaruhi laju reaksi, biasanya katalis mempercepat laju reaksi. ( Achmad, Hiskia. 2001 : 158-159) VI.

ALAT DAN BAHAN ALAT  Erlenmeyer  Stopwatch  Tab. Reaksi  Gelas piala  Bunsen & kaki tiga  Termometer  Pipet Tetes  Gelas ukur  Kawat kasa Page 144



Spritus

BAHAN            

Larutan Na2S2O3 (ml) : 25, 20, 15, 10, 5 Larutan Na2S2O3 (M) : 0,15 ; 0,12 ; 0,09 ; 0,06 ; 0,03 Larutan H2O (ml) : 5, 10, 15, 20 Larutan HCI (ml) : 4 Pita Mg Larutan HCI (M) : 0,6 ; 0,8 ; 1,12 ; 1,4 ; 1,6 ; 1,8 ; 2 Asam oksalat 8 ml 0,1 M Asam sulfat 2 ml 6M KMnO4 0,1 M 2 ml H2SO4 1M 1 ml H2SO4 1M 4 ml H2O

Page 145

VII.

PROSEDUR KERJA A. Orde reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida

Campuran-campuran zat-zat pereaksi dengan volume seperti tertera pada tabel 10.1     

Dibuat Dicampurkan larutan tiosulfat dengan air sebelum HCI ditambahkan Diputar erlenmeyer agar campuran homogen Dicatat waktu mulai asam ditambahkan sampai saat timbulnya kekeruhan karena pengendapan berkurang Dilakukan 2x pengulangan

Komposisi campuran seperti tertera pada tabel 10.2 Dilakukan percobaan Volume tiosulfat dibuat tetap, volume asam diragamkan Dibuat grafik ( S2O32- ) terhadap t dan ( S2O32- ) terhadap I/t

Hasil Pengamatan

B. Orde reaksi dalam reaksi antara Magnesium dengan asam hidroklorida



Pita Mg  Dipotong menjadi 16 potong yang panjangnya 2cm Dimasukkan masing” 1 potong logam ke dalam 8 erlenmeyer yang disediakan  Disisihkan dulu 8 potong lainnya Larutan HCI 2M

   

Diencerkan sampai konsetrasi seperti tertera pada tabel 10.3 Diencerkan didalam labu takar 100ml Dituangkan 100ml larutan asam 1ml ke dalam erlenmeyer Dicatat waktu dengan stopwatch Page 146

    

Digoyangkan sekali-kali tabung reaksi agar Mg tetap dalam keadaan bergerak Dihentikkan segera stopwatch setelah Mg terlarut Diulangi percobaan ini dengan memasukkan lagi potongan Mg yang lain Dicatat waktu untuk melarutkan pita Mg Dibuat grafik i/t terhadap HCI dan i/t terhadap [HCI]

Hasil Pengamatan C. Pengaruh Suhu terhadap laju reaksi

8 ml asam oksalat 0,1 M dan 2 ml Asam sulfat 6M  

Dimasukkan ke dalam 6 tabung reaksi Disiapkan 3 gelas piala, diisi sepenuhnya

Gelas Piala 1 

Didihkan

Gelas Piala 2 

Dipanaskan hingga 50oC

Gelas Piala 3    

Tidak dipanaskan Dimasukkan 2 tabung dalam gelas piala Setelah 10 menit ditambahkan 3 tetes KMnO4 0,1 M setiap tabung Diperhatikan perubahan warna & dicatat waktu & reaksi dalam setiap tabung

Hasil Pengamatan

Page 147

D. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi

6 ml larutan Asam oksalat  Dimasukkan kedalam 6 tabung reaksi

Tabung 1 dan 2 

Ditambah 2 ml H2SO4

Tabung 3 dan 4 

Ditambah 1 ml H2SO4

Tabung 5 dan 6  Ditambah 4 ml H2O Larutan KMnO4 

Ditetesi 3 tetes ke dalam setiap tabung  Diperhatikan perubahan warna dan dicatat

waktu reaksi

Hasil Pengamatan

VIII. Hasil Pengamatan A. Orde reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi Na-tiosulfat Na2S2O3 (ml) 25 20 15 10 5

Na2S2O3 (M) 0,15 0,12 0,09 0,06 0,03

H2O (ml) 5 10 15 20

H2O (M) 4 4 4 4 4

T (detik)

i/t ( det-1)

22 34 70 85 480

1/22 1/34 1/70 1/85 1/480

Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi asam hidroklorida Na2S2O3

H2O (ml)

HCI (ml) Page 148

[HCI] (M)

T (detik)

i/t ( det-1)

(ml) 25 25 25

2 4

5 3 1

3 1,8 0,6

42 51 55

1/42 1/51 1/55

B. Orde reaksi dalam reaksi magnesium dengan asam hidroklorida Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi Asam Hidroklorida [HCI] (M) 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0

HCI (ml) 100 100 100 100 100 100 100 100

T (detik) 28 20 8 12 40 12,41 6,5 6,7

i/t (detik-1) 1/28 1/20 1/8 1/12 1/40 1/12,41 1/6,5 1/6,7

[HCI]2

Log [HCI]

Log i/t

0,36 0,64 1 1,44 1,96 2,56 3,24 4

-0,2218 -0,0969 0 -0,07918 0,146 0,204 0,2552 0,301

-1,447 -1,301 0 -1,079 -1,602 -1,0937 -0,813 -0,826

C. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi Waktu reaksi pada berbagai suhu (detik) Ulangan

Suhu Reaksi o

50oC

100 C 1

25oC

20

50

15

1/20

1/50

1/15

2 i/t Rata-rata

D. Pengaruh katalisis terhadap laju reaksi Waktu reaksi pada berbagai suhu (detik) Ulangan

H2SO4 0,5 ml

1

3,49

2 i/t Rata-rata

3,47 3,48

1 ml

2 ml 1,55

20,27

2,42

20,25

1,985

20,25

Page 149

IX.

Pembahasan Laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi pereaksi / hasil reaksi persatuan

waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi ; a) b) c) d)

Luas permukaan bidang sentuh Konsentrasi Suhu Katalis

A. Keadaan pereaksi dan luas permukaan Jika dibandingkan dengan pita magnesium, serbuk magnesium lebih cepat bereaksi dengan asam sulfat encer. Pada umumnya, makin kecil partikel pereaksi, maka makin besar permukaan pereaksi yang bersentuhan dalam reaksi, sehingga reaksinya makin cepat. B. Konsentrasi Makin besar konsentrasi, makin cepat laju reaksi, begitupun sebaliknya. C. Suhu Jika suhu dinaikkan, laju reaksi bertambah begitupun sebaliknya. D. Katalis Katalis dapat mempengaruhi laju reaksi, biasanya katalis mempercepat laju reaksi. Orde Reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida Orde reaksi untuk Natrium tiosulfat R4 = ( K [Na2S2O3]4 ) m R5 ( K [Na2S2O3]5 ) 1/85 = 1/480

( [0,06] ) ( [0,03] )

m

5,6 = 2m M = 2,5

Mendekati 3

M=3

Orde reaksi untuk HCI R2 =

K [HCI]2

n

Page 150

R3

K [HCI]3

1/51 =

[1,8]

1/55

n

[0,6]

1,1 = 3n n=0,1 Orde total : m + n

3+ 0,1 = 3,1

Orde reaksi dalam reaksi magnesium dengan asam hidroklorida m

R1 = K [HCI]1 R2

K [HCI]2

1/28 =

[0,6]

1/20

[0,8]

0,71 = 0,75m

m

Mendekati 1

1=1 m M = 1/0 Persamaan reaksi Mg (s) + 2HCI (aq)



MgCI2 + H2 (g)

grafik [HCl] terhadap t

Page 151

45 40 35 30 25

[HCI] (M)

20

T (detik)

15 10 5 0 1



2

3

4

5

6

7

grafik [HCl]2 terhadap t 4.5 4 3.5 3 2.5

[HCI]2 i/t (detik-1)

2 1.5 1 0.5 0 1

2

3

4

5

6

7

8

Pengaruh suhu terhadap laju reaksi Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan, karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya, jumlah dan energi tabrakan bertambah kecuali enzim yang hanya bisa bekerja pada suhu optimumnya. Dari percobaan, diperoleh bahwa semakin tinggi suhu semakin cepat laju reaksi. Dibuktikan dengan kurva (grafik) yang antara laju reaksi dan suhu berbanding lurus. H2C2O4 + 2KMnO4

H2SO4

K2C2O4 + 2MnO4 + H2 Page 152

Walaupun ada katalis H2SO4 tapi dikarenakan katalis bekerja efektif pada suhu optimum maka katalis tidak mempengaruhi, faktor utama pengaruhnya adalah suhu. Yang membuat laju reaksi semakin cepat pada suhu yang semakin tinggi adalah nilai konstanta, laju reaksi (K) Pers. Reaksi : K = Ae Ea/RT Pengaruh katalis terhadap laju reaksi Sifat-sifat katalis     

Katalis tidak bereaksi secara permanen Jumlah katalis yang diperlukan dalam reaksi sangat sedikit Katalis tidak memulai suatu reaksi tetapi hanya mempengaruhi lajunya Katalis tidak mempengaruhi hasil akhir reaksi Katalis bekerja efektif pada suhu optimum H2C2O4 + 2KMnO4

H2SO4

K2C2O4 + 2MnO4 + H2

Terbukti dengan zat yang tidak diberi katalis akan bereaksi lambat dibandingkan yang diberi katalis. Katalis hanya mempengaruhi laju reaksi secara spesifik. Berarti suatu katalis mempengaruhi laju reaksi satu / sejenis reaksi dan tidak dapat untuk reaksi jenis lain.

X.

Diskusi A. Orde reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida Orde reaksi : Bilangan pangkat yang menyatakan naiknya laju reaksi akibat naiknya konsentrasi Orde reaksi Na2S2O3 dengan HCI 3,1 Na2S2O3 (aq) + 2HCI (aq)

2NaCI (aq) + SO2 (g) + S (s) + H2O (l)

Semakin besar konsentrasi, maka laju reaksi akan semakin cepat kecuali pada karena pada orde nol, konsentrasi tidak berpengaruh. B. Orde reaksi dalam reaksi Mg dengan asam hidroklorida Orde reaksi Mg dengan HCI adalah 1/0 Mg (s) + HCI (aq)

MgCI2 (aq) + H2 (g)

Page 153

orde nol,

 

Pada saat pita dimasukkan kedalam larutan HCI terdapat gelembung gas H2 dan pita Mg semakin lama semakin menghilang Ini menunjukkan bahwa Mg ditambah HCI bereaksi Semakin besar konsentrasi laju reaksi, semakin cepat kecuali pada orde nol. Karena kita mengukurnya dengan waktu, maka untuk mendapatkan laju reaksi dengan i/t

C. Pengaruh Suhu terhadap Laju reaksi Jika suhu dinaikkan maka laju reaksi bertambah, ini dibuktikan dengan kurva (grafik) yang antara laju reaksi dan suhu berbanding lurus. H2C2O4 + 2 KMnO4 K2C2O4 + 2MnO4 + H2 Yang mmbuat laju reaksi semakin cepat pada suhu yang semakin tinggi adalah nilai konstanta laju reaksi. Pers. K = Ae Ea/RT D. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi Katalis merupakan zat yang dapat mempercepat terjadinya reaksi. Hal ini karena katalis akan menurunkan energi pengaktifan reaksi. Dalam mempercepat reaksi katalis tidak ikut bereaksi dan katalis dapat terbentuk lagi pada akhir reaksi. Jadi, dngan penambahan katalis akan dapat mempercepat laju reaksi. Suatu reaksi yang menggunakan katalis dan prosesnya disebut katalisme.

XI.

Pertanyaan Pasca Praktek 1. Tuliskan persamaan reaksi pada percobaan C. Apakah H2SO4 dalam percobaan ini dapat dikatakan katalis? Jawab : H2C2O4 + 2 KMnO4 K2C2O4 + 2MnO4 + H2 Bisa, tapi dikarenakan sifat katalis yang bekerja efektif pada suhu optimum maka katalis pada percobaan ini tidak begitu mempengaruhi. 2. Tuliskan persamaan reaksi pada percobaan D. Jelaskan mekanisme kerja H2SO4 sebagai katalis dalam reaksi ini ? Jawab : H2C2O4 + 2 KMnO4 K2C2O4 + 2MnO4 + H2 Katalis mempengaruhi, terbukti dengan zat yang tidak diberi katalis dengan diberikan katalis, yang lebih cepat laju reaksinya adalah yang diberi katalis. H2SO4 tidak mempengaruhi hasil reaksi tapi hanya mempercepat laju reaksinya.

XII.

Kesimpulan Page 154



Semakin besar konsentrasi pereaksi maka waktu yang dibutuhkan akan semakin kecil. Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi.  Konsentrasi Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti kerapatannya bertambah dan akan memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercpat reaksi.  Suhu Jika suhu dinaikkan, laju reaksi semakin cepat kecuali pada saat-saat tertentu, misalnya pada enzim.  Katalis Semakin banyak katalis maka laju reaksi akan semakin cepat. Katalis tidak bereaksi secara permanen. Katalis tidak memulai suatu reaksi tetapi hanya mempengaruhi lajunya.  Hukum laju reaksi ditentukan dengan persamaan R = K [A]m [B]n

XIII. Daftar Pustaka Achmad, Hiskia. 2001 .Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung : PT.Citra Aditya bakti. Drs. Epinur, dkk. 2011 . Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Jambi : Universitas Jambi. Ham, Mulyono. 2008. Kamus Kimia. Jakarta : Bumi Aksara. Respati. 1986. Dasar-dasar ilmu kimia untuk Universitas. Bandung : Yudishtira. Soeni, Ms. 1989. Kimia Fisik I . Bandung : ITB Press.

Page 155

PERCOBAAN 11

I. II. III.

JUDUL : Perbandingan Senyawa Ionik Dan Kovalen HARI/TANGGAL: RABU,29 MEI 2013 TUJUAN 1. Mengenal perbedaan antara senyawa kovalen dengan ionic 2. Mempelajari jenis ikatan dan struktur molekul yang mempengaruhi senyawa secara langsung 3. Membandingkan sifat fisis dan kimia beberapa pasang isomer 4. Mempersiakan diri untuk memasuki praktikum kimia organik

IV.

PERTANYAAN PRAPRAKTIKUM 1. Apa sebabnya air disebut molekul polar ? jelaskan dwikutub air berdasarkan bentuk molekulnya. Jawab :  Karena air memiliki kutub polar sehngga dapat melarutkan senyawa polar  Bentuk molekul air (H2O) adalah bentuk huruf U (non linear) sebesar 104,50 . kedua,asam hydrogen lebih cenderung lemah dibandingkan atom oksigen sehingga ikatan lebih cenderung kea rah atom O.Dwikutub yang terbentuk ini dapat melarutkan senyawa polar dan non polar sehingga air disebut pelarut universal. 2. Tuliskan beberapa perbedaan senyawa ionic dan kovalen. Jawab : # senyawa ionic

#senyawa kovalen Page 156

  

Mempunyai titik leleh dan Titik didih tinggi Cairan dan larutannya dapat Menghantarkan listrik Pada suhu kamar berwujud Padat

* titik leleh dan titik didih rendah * cairan dan larutannya tidak dapat menghantarkan listrik * pada suhu kamar berwujud zat padat, cair,dan gas

3. Gambarkan struktur isomer dari C3H6Cl12 (gambarkan setiap ikatan dengan garis).Apakah setiap isomer mempunyai ikatan yang sama.Berapa jumlahnya? Jawab : H Cl H H C

C

C

H

H

H Cl H

H H

H

H

Cl

C

C

C

H

H

Cl

Cl Cl C

C C

H

H H

Cl

C

H C

H C Cl

H H H H H H 4. Diantara senyawa-senyawa berikut ini : MgCl2,C4H10,Li2O,SO3,C3H3,PCL3,dan HCl.Tentukan mana senyawa ionic dan mana senyawa kovalen. Jawab : Senyawa ionic : MgCl2,Li2O, Senyawa kovalen : C4H10,SO3,C3H8,PCl3,HCl

V.

5. Gambarkan ikatan rantai lurus dan siklik dari C 4H8 (setiap ikatan digambar dengan garis). Jawab :  Ikatan rantai lurus CH2 = CH-CH2-CH3 ( 1- butena )  Ikatan rantai siklik CH2 CH2 CH2 CH2 LADASAN TEORI Gaya antar partikel terdiri dari : Page 157

1. Ikatan logam adalah ikatan antar atom dalam logam  Makin banyak electron yang dipakai dalam ikatan logam,titik leleh makin tinggi. 2. Cahaya vander walls adalh gaya molekul dalam senyawa kovalen  Untuk molekul polar disebut gaya antar dipole  Untuk molekul non polar disebut gaya London (dipole sesaat).dalam hal ini makin besar Mr senyawa kovalen gaya vanderwalls makin makin kuat sehingga titik didih makin tinggi. 3. Ikatan hydrogen adalah ikatan antar atom yang sangat elektromagnetif (F,O dan N ) dengan H yang teikat pada atom F,O dan N pada molekul yang lain. Kekuatan hydrogen lebih besar dari pada gaya vonderwalls sehingga senyawa yang mengandung ikatan hydrogen mempunyai titk didih lebih tinggi dari pada MR nya ( sukardjo : 1997 ). Ikatan ion dapat dikatakan jauh lebih kuat daripada ikatan kovalen karena ikatan ionic terbentuk akibat gaya tarik listrik (gaya coulomb).sedangkan ikatan kovalen terbentuk karena pemakaian electron ikatan bersama. Ikatan kovalen koordiant terjadi apabila pasangan electron yang dipakai berasal dari senbarangan salah satu atom yang berkaitan.ikatan kovalen koordinat dikenal juga sebagai ikatan semi polar.ikatan kovalen koordinat dinyatakan dengan garis berpindah dari atom donor menuju akseptor pasangan elelktron bebas ( wati : 2005 ). Ikatan ion lebih kuat dari pada ikatan kovalen karena ikatan ion terjadi akibat gaya coulomb.sedangkan ikatan kovalen terjadi karena pemakaian bersama pasangan electron bebas.perbandingan senyawa ion dan senyawa kovalen. 



Senyawa ion - Mempunyai titik didh dan titik leleh yang tinggi - Ciran dan larutannya dapat meghantarkan listrik - Pada suhu kamar semua senyawa berwujud padat Senyawa kovalen - Mempunyai titik didih dan titik leleh rendah - Cairan dan larutannya tidak dapat menghantarkan listrik - Pada suhu kamar ada yang bewujud padat,cair dan gas (sudarmanto : 1997)

Atom yang cenderung melepas elekron bertemu dengan electron yang electron yang cenderung menerima electron akan membentuk ikatan ion.ikatan ion adalah adalah ikatan antara ion positif dan negative,karena partikel yang muatannya berlawanan tarik menarik.ion positif dan negative dapat terbentuk bila terjadi serah terima electron antar atom.atom yang melepas electron akan menjadi ion positif,dan sebaliknya.yang menerima electron menjadi ion negative ( syukri : 1998 ). Ciri-ciri ikatan ion yaitu : Page 158

   

Ikatan ion terbentuk karena adanya perpindahan electron antara sebuah atom logam (+) dan atom non logam (-) Atom bukan lpgam memperoleh sejumlah electron yang cukup menghasilkan anion dengan konvigurasi electron ga mulia. Kecuali dalam keadaan gas,senyawa ion tidak tersusun dari pasangan ion sederhana atau sekalompok kecil ion. Yang dimaksud suatu senyawa ionic adalah sekelompok terkecil ion-ion yang kemudian listrik netral. (sura : 2000 )

Dalam struktur leewis Nacl dan Hcl dan atom cl memperoleh konfigurasi gas mulia.Na labih bersifat logam daripada hydrogen.hydrogen bukan logam pada keadaan normal , hidrogen tidak memberikan elektronnya pada atom bukan logam lainnya pembentukan ikatan antara H dan cl melibatkan pemakaian bersama elektron menghasilkan ikatan kovalen beberapa unsur gas tidak merupakan kumpulan atom berisolasi tetapi berbentuk molekul , misalnya H2,Cl2,N2,dan O2 (Ansyori : 2000 ). VI.

ALAT DAN BAHAN 5.1 Alat  Tabung kapilaer  Karet gelang  Pengaduk  Tabung reaksi  Pipet tetes  Gelas piala  Sudip spritus 5.2 Bahan  Naftalen C10H8  P-diklorobenzena  Air raksa  Air suling  Nacl  Kalium iodide  KI  MgsO4  N-butil alcohol  Logam natrium  Isoprofil alcohol  Karbon tetraklorida  N-heksana  N-dekana Page 159

    

Minyak bumi O-diklorobenzena P-diklobenzena Alcohol Detil eter

VII. PROSEDUR KERJA A. Perbandingantitikleleh a. SenyawaKovalen

-

Disusun Ditentukantitiklelehnyadannaftalen CH₁₀H₈dan P-diklorobenzena

Radastitikleleh

Hasil Cara penentuantitikleleh

Naftalen, C₁₀H P-Diklorobenzena C₆H₄C₂ -

Dimasukandalamtabungkapiler Disejajarkanujungpipakapilerdenganujung air raksa Dipanaskanpenangas air sehingga Hg dalam thermometer naiksekitar 10⁰C/menit Dicatatsuhusaasuhumeleleh

Hasil b. Senyawaionik

NaCl, kaliumklorida, KI,MGSO₄ - Ditentukandengan hand book

Hasil

B. Perbandingankelarutan

0,5 gr isopropyl alcohol dan 5 senyawa yang adapadapercobaan I - Disediakan 6 tabungreaksi - Dimasukkanmasing-masing 6 senyawakita 0,5 g Page 160

1 ml air

- Dimasukkankedalamtabungreaksitadi - Diamatipadapercobaantersebut - Diulangidenganmenggunakantetraklorida C. Senyawakarbonberantai, lurusdanlingkar (cincin)

-

n-heksana dan sikloheksana Dibandingkansifatfisis Diteteskanmasing-masing n-heksana, n dekanadanminyakbumiuntuk Membandingkankekentalan

Hasil D. Isomer

p-diklorobenzena, p-diklorobenzena -

Dibandingkandandicatat baud an wujudnya

n-butil alcohol dan t-butil alcohol -

Dicatatdandibandingkanbaunya

-

Ditentukankelarutandenganmeneteskanlebihkurang 15 tetesketabungreaksi

n-butil alcohol dan t-butilalkohol

- Dibandingkansifatkimia -

Dimasukkan 1 ml dalamtabung Ditambahkansepotonglogamnatrium Dicatatlajupembuatangelembung Dituang alcohol dannatrium Dimasukkandalamgelaspiala

-

Dicatatbaunya

-

Dibandingkandenganbau alcohol

-

Diteteskanpadasudipdanbakarpadanyalabunsen

Dietileter

Page 161

Dicatat waktu terbakarnya

VIII. DATA PENGAMATAN A. Perbandinan Titik Leleh a. Senyawa kovalen Senyawa kovalen Naftalena C10H8 p-diklorobenzena

Titik leleh 86oC -

Titik leleh pustaka 79-81oC

b. Senyawa ionik Senyawa ionik 1. Garam dapur, NaCl 2. KI 3. MgSO4

Titik leleh pustaka 801oC 681oC 1124oC

B. Perbandingan Kelarutan Senyawa 1. 2. 3. 4. 5.

Isopropil alkohol (CH3)2CHOH Naftalena C10H8 NaCl KI MgSO4

Kelarutan Air Karbon tetraklorida X X Tidak larut X X Tidak larut X Tidak larut X Tidak larut

C. Senyawa Karbon Berantai Lurus Dan Lingkar (Cincin) Senyawa 1. n-Heksana 2. sikloheksana Senyawa 1. n-Heksana 2. sikloheksana 3. n-Heptana Catatan : untuk taraf kekentalan 1. sangat kental 2. kental 3. kurang kental 4. tidak kental

Warna Bening Bening Warna Bening Bening Bening

Page 162

Bau Menyengat Tidak menyengat Bau Menyengat Tidak menyengat Halus

D. Isomer  Sifat fisis 1. 2. 3. 4. 

Senyawa o-Diklorobenzena p-Diklorobenzen n-Butil alkohol t-Butil alkohol

Warna Bening keruh Bening

Sifat kelarutan Senyawa 1. n-Butil alkohol 2. t-Butil alkohol



Kejenuhun larutan (tetes) 15 15

Sifat kimia Senyawa 1. Dietil eter 2. n-Butil alkohol 3. t-Butil alkohol

IX.

Bau Sedikit menyengat, harum Sedikit menyengat, lembut

Bau Sangat menyengat Agak menyengat Menyengat harum

Kecepatan terbakar 0,1 s 0,72 s 2s

PEMBAHASAN Senyawa terbentuk karena adanya tarik menarik yang terjadi antara atom yang disebut dengan ikatan kimia.ikatan kimia terjadi karena kecendrungan atom mempunyai konfigurasielektron seperti gas mulia.kecendrungan tersebut melahirkan atau memunculkan berbagai jenis ikatan,terutama ikatan ion dan kovalen.ikatan ion terjadi karena adanya serah terima electron antara logam dan logam,sedangkan ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian bersama pasangan electron,dan terjadi antara unsure logam dengan non logam. Percobaan ini adalah untuk membandingkan senyawa ionic dengan senyawa kovalen.perbedaan yang mencolok antara keduanya adalah terdapat pada titik leleh,kelarutan maupun hantaran listrik.selain membandingkan senyawa ionic dan kovalen ,percobaan ini juga bertujuan untuk membandingkan sifat fisis dan kimia beberapa pasang isomer. A. Perbandingan titik leleh Untuk membandingkan senyawa ion dan kovalen,digunakan naftalena ( C 10H8 ) yang merupakan senyawa kovalen.sedangkan senyawa ion tidak dapat dilakukan melalui percobaan radas.untuk itu percobaan ini menggunakan handbook untuk senyawa ionic.untuk mengetahui titk leleh C10H8,percobaan ini memerlukan alat berupa Page 163

radas,yaitu seperangkat alat labor yang terdiri dari gelas piala,thermometer,tabung reaksi,tabung kapilaer,statif,klem penjepit,pembakar spritus,dan karet gelang yang dirancang sedemikian rupa. Naftalena yang digunakan adalah dalam bentuk bubuk dan dimasukkan kedalam tabung kapiler,lalu diikat ke thermometer dan di masukkan ke tabung reaksi kemudian dimasukkan kedalam gelas piala yang telah diisi air.setelah C 10H8 di pastikan berada di bawah permukaan air,api spirtus dapat di hidupkan .degan menaikan suhu air, maka naftalena ikut meleleh, akibat pengaruh suhu luar.setelah di panaskan, ternyata praktikan mendapatkan bahwa titik leleh dari naftalena adalah 86 0c.sedangkan berdasarkan literature titik leleh dari naftalena adalah berkisar 79-810c. Kemudian,untuk senyawa ion,titik lelehnya diketahui berdasarkan literature didapat bahwa titik leleh Nacl adalah 801 0c, titik leleh KI adalah 6810c,dan titik leleh MgSO4 adalah 11240c. Dapat dilihat bahwa titik leleh dari senyawa ionic sangat tinggi dan lebih tinggi daripada senyawa kovalen. Hal ini dikarenakan daya tarik antara ion yang muatannya berlwanan. Akibatnya titik lebur dan didih senyawa ion lebih tinggi dibandingkan senyawa kovalen. B. Perbandingan kelarutan Untuk mengetahui bagaimana kelarutan dari senyawa ion dan senyawa kovalen pada percobaan ini digunakan senyawa isopropil alcohol (CH3)2CHOH,Naftalena C10H8,Nacl,KI,dan MgSO4.Dari elima senyawa tersebut,ternyata yang dapat larut dalam air adalah isopropyl alcohol,Nacl,KI,dan MgSO4.Sedangkan senyawa yang dapat larut dalam karbon tetraklorida ( CCL2 ) adalah isopropyl alcohol dan naftalena. Dapat dilihat bahwa Nacl,KI,dan MgSO 4 adalah senyawa ion,ketiga senyawa tersebut larut dalam air.Air adalah pelarut polar.Senyawa Nacl,KI,MgSO 4 dapat larut dalam air karena molekul pelarut menghadapkan kutub negative (oksigen pada molekul air) ke ion positif,dan sebagian menghadapkan kutub positifnya (hydrogen) ke ion negative.Akhirnya ion-ion berpisah satu sama lain. Untuk senyawa kovalen seperti isopropyl alcohol dan naftalena larut dalam CCL 4 yang merupakan pelarut non polar.Hal ini disebabkan PEI (pasangan electron ikatan) pada ikatan kovalen tertarik sama kuat kea rah atom-atom yang berikatan.Sehinggaterbentuk atom-atom unsure yang mempunyai beda keelektronegatifan nol atau memiliki bentuk molekul simetris. C. Senyawa karbon yang berantai lurus dan melingkar Senyawa karbon adalah senyawa yang unsure penyusunnya terdiri dari karbon ( C ) hydrogen ( H ),selain itu unsure lainnya oksigen,nitrogen,fosforus,halogen dan beberapa unsure logam.Pada percobaan ini praktikan membandingkan senyawa karbon yang digunakan adalah n-heksana,sikloheksana,n-heksana,dan n-heptana.Yang dibandingkan melalui warna tampak dan bau serta kekentalannya. Berdasarkan warna yang tampak,n-heksana dan sikloheksana,keduanya berwarna bening.Sedangkan berdasarkan baunya,n-heksana memiliki bau yang menyengat sedangkan sikloheksana baunya tidak menyengat.selain dibandingkan melainkan Page 164

kenampakan dan bau,dapat juga melalui kekentalannya,yaitu kejenuhan larutan.Terjadi dari percobaan yang telah dilakukan,n-heksana,sikloheksana dan n-heptana semuanya tidak kental. D. Isomer Isomer adalah senyawa yang memiliki rumus molekul sama tetapi rumus strukturnya berbeda.Senyawa yang digunakan pada percobaan ini adalah n-butil alcohol,t-butil alcohol dan dietil eter.Antara n-butil alcohol dan t-butil alcohol dibandingkan dari baud an kelarutannya.berdasarkan baunya,n-butil alcohol memiliki bau yang harum tetapi tidak menyenyengat,sedangkan t-butil alcohol memiliki bau yang lembut tetapi agak menyangat.Senyawa alcohol ini memiliki bau karena senyawa alcohol merupakan senyawa organikyang mengandung atom C yang mudah terurai oleh udara. Berdasarkan larutannya,pada hasil percobaan ternyata dibutuhkan 15 tetes t-butil alcohol dan 15 tetes n butyl alcohol agar dapat berubah keruh dalam air.Dan berdasarkan sifat kimianya,senyawa dietil eter memiliki bau yang sangat menyengat,n-butil alcohol berbau agak menyangat,dan t-butil alcohol berbau menyangat harum.Selain berdasarkan bau,senyawa dietil eter,n-butil alcohol dan t-butil alcohol dapat juga dibandingkan berdasarkan kecepatan terbakarnya.ternyata senyawa dietil eter terbakar selama 0,1 detik,senyawa n-butil alcohol terbakar selama 0,72 detik,dan senyawa t-butil alcohol terbakar selam 2 detik.hal ini dikarenakan senyawa organic dietil eter,n-butil alcohol dan t-butil alcohol mengandung karbon dan hydrogen sehingga menyebabkan mudah bereaksi dengan oksigen membentuk H2O dan CO2 pada saat pembakaran.adapun reaksinya  Pembakaran dietil eter C4H10O + 6O2  4CO2 + 5H2O  Pembakaran n-butil alcohol dan t-butil alcohol C5H12O + 15CO2  5CO2 + 6H2O 2 2C5H12O + 15O2  10CO2 + 12H2O X.

DISKUSI Pada percobaan kali ini,praktikan membandingkan senyawa ionic dengan senyawa kovalen berdasarkan perbedaan titik leleh, kelarutan, keisomeran, bau, warna, maupun kemudahannya untuk terbakar.Pada percobaan ini ada yang langsung dipraktikkan dan ada yang tidak,seperti untuk penentuan titik leleh senyawa ion tidak dilakukan karena senyawa ion memiliki titik leleh yang sangat tinggi yang sangat sulit dan tidak mungkin dilakukan di laboratorium biasa. Karena senyawa ion memiliki ikatan antara ion-ion dengan gaya elektrostatis sangat kuat dengan susunan Kristal tertentu dan teratur.Oleh karena itu,praktikan hanya dapat membandingkan dengan data toritis yang didapat dari literature. Pada percobaan ini,terdapat beberapa kesalahan,contohnya pada penentua titik leleh, dimana titik leleh naftalena hasil percobaan adalah 86 0c,sedangkan pada teoritis titik Page 165

leleh naftalena adalah 790c-810c.Selain itu,pada reaksi pembakaran,dan kejenuhan larutan,dimana air mengeruh pada saat n-butil alcohol dan t-butil alcohol diteteskan sebanyak 15 tetes. Perbedaan hasil percobaan yang dilakukan dengan teoritisini dapat disebabkan olehfaktor teknis dan nonteknis,yaitu dapat berasal dari kesalahan praktikan.Seperti kesalahan pembacaan alat laboratorium,kesalahan penggunaan alat,ketidak telitian melhat hasil reaksi,serta ketidak bersihan alat yang digunakan.Selain itu factor yang lingkungan juga dapat mempengaruhi,seperti tekanan uadara dan suhu. XI.

PERTANYAAN PASCA PRAKTIKUM 1. Manakah yanglebih tinggi titik lelehnya,kalsium klorida,cacl,atau asetil klorida,CH3C(O)Cl ? jelaskan alas an ramalan anda ! Jawab : Yang lebih tinggi titik lelehnya adalah cacl2,karena cacl2 adalah senyawa ionic,sedangkan CH3COCl adalah senyawa kovalen.Hal ini menyebabkan gaya tarik vanderwall,antara molekul senyawa lebih rendah dibandingkan senyawa ion.Karena itu hanya sedikit energy yang diperlukan oleh molekul senyawa kovalen untuk merusak keadaan padatannya yang teratur dan berubah manjadi keadaan cair yang lebih acak. 2. Mengapa naftalena tidak larut dalam air ? Jawab : Karena naftalena adalah senyawa kovalen dan bersifat nonpolar sehingga hanya bisa larut pada pelarut non polar pula,sedangkan air bersifat polar. 3. Mengapa senyawa ionic tidak larut dalam heksana ? Jawab : Karena senyawa ionic hanya larut dalam pelarut polar seperti air,karena untuk membuat senyawa ionic larut,pelarut harus memiliki kutub-kutub positifdan negative yang dapat berikatan dengan anion dan kationdari senyawa ionic. 4. Dietil eter larut dalam air.Jelaskan peranan air dalam pelarut eter ? Jawab : Air sukar melarutkan dietil eter dikarenakan adanya daya kepolaran kecil dan kurang reaktif atau bisa juga karena dietil eter molekulnya tidak begitu polar. 5. Gambarkan 2 isomer eter dari etil eter ! Jawab :  C2H5 O C2H5  dietil eter  CH3 O C3H8  metal propel eter

XII.

KESIMPULAN  Senyawa ionic terjadi Karena adanya serah terima electron antara atom-atom dalam suatu senyawa.senyawa kovalen terjadi karena adanya pemakaian bersama electron.  Perbedaan fisis antara senyawa ionic dan kovalen terdapat pada titik leleh,dan hantaran listriknya. Page 166

 

XIII.

Perbedaan sifat fisika dan kimia pada senyawa ion dan senyawa kovalen dipengaruhi oleh jenis ikatannya dan struktur molekulnya. Isomer adalah beberapa molekul dengan rumus molekul yang sama tetapi berbeda struktur molekulnya.Perbedaan sifat fisis dan kimia senyawa isomer dapat diketahui melalui kenampakannya (warna),bau,atau kejenuhannya.

DAFTAR PUSTAKA Ansyori,Irfan.2000.Acuan Pembelajaran Kimia.Jakarta:Erlangga Sudarmanto.1997.Inti Sari Kimia.jakarta:Erlangga Sukardjo.1997.Kimia Organik II.Bandung:ITB Suro.1997.Kmia Organik.Yogyakarta:Rineka Cipta Syukri.1998.Kimia Dassar.Bandung:ITB Wati,Sulistyo.2005.Belajar Kimia.Jakarta:Yudhistira

Page 167

PERCOBAAN 12 I.JUDUL II. HARI/TANGGAL III. TUJUAN

IV.

: Identifikasi Gugus Fungsi : Rabu, 5 Juni 2013 : 1. Mengenal sifat fisis dan kimia alkohol, aldehida, keton, asam karboksilat, hlida, senyawa nitro, dan ester. 2. Melakukan uji yang khas untuk gugus fungsi

PERTANYAAN PRAPRAKTIK 1. Bagaimana membedakan alkohol dengan hidrokarbon? Jawab : Alkohol merupakan senyawa hidrokarbon dengan satu atom H disubstitusikan oleh satu gugus OH sedangkan hidrokarbon merupakan senyawa yang terdiri dari atom C dan H 2. Mengapa alkohol mempunyai sifat diantra hidrokarbon dan air? Jawab : Karena selalu bisa dibuat dari substitusi atom H dari senyawa hidrokarbon, juga dapat dibuat dari subtitusi atom H pada H2O dengan atom H disubstitusi oleh alkil 3. a. Bagaimana cara membuat ester di laboraturium? Jawab : Dengan cara mereaksikan asam karboksilat dengan alkohol b. Bagaimana cara membuat asam karboksilat di laboraturium ? Jawab : dengan cara mengoksidasi aldehida atau alkohol 4. Tuliskan rumus molekul aldehida yang terbentuk dari oksidasi alkohol? Jawab : O R-CH2-OH + O2 R-C-H + H2O RM = CnH2nO 5. Bagaimana membedakan asam organik dari basa organik? Jawab : Asam organik didapat dengan mengoksidasi alkohol/aldehida. Basa organik umumnya mengandung gugus fungsi –NH2. Asam memiliki pH rendah, sedangkan basa memiliki pH tinggi. 6. Tuliskan rumus mokekul asam yang terbentuk dari oksidasi etanol! Jawab : O O [O] [O] R-OH R-C-H R-C-OH Page 168

V.

LANDASAN TEORI Senyawa organik menunjukkan sifat kimia dan fisika yang sangat berbeda karena strukturnya berbeda. Beberapa diantaranya berwujud padat, sebagian berwujud cair, dan ada pula gas. Ada yang rasanya manis, ada pula yang asam. Ada yang beracun, ada yang sangat penting untuk kehidupan. Tiga prinsip sederhana yang dapat memberikan pengertian dasar tentang struktur dan kimiawi molekul organik ialah : 1. Atom karbon dapat membentuk ikatan kovalen dengan atom hidrogen 2. Atom karbon dapat membentuk ikatan kovalen dengan atom karbon lain untuk membangun rantai karbon 3. Atom karbon dapat membentuk ikatan kovalen dengan unsur lain, terutama oksigen, nitrogen, belerang, dan halogen Pada umumnya kimia organik melibatkan substituen yang menempel pada rantai hidrokarbon. Substituen ini, yang biasanya mengandung oksigen, nitrogen, sulfur atau fosfor, dinamakan gugus fungsi, yakni bagian suatu molekul yang berfungsi secara kimia (Wilbraham. 1992 : 24-51). Alkohol merupakan senyawa yang mempunyai rumus R-OH, dimana R adalah gugus alkil atau alkil tersubstitusi. Gugus ini dapat merupakan rantai terbuka, tertutp (siklis) dan dapat mempunyai ikatan rangkap atau mengikat gugus aromatik. Semua alkohol mengandung gugs OH yang merupakan gugs fungsional. Titik didih alkohol jauh lebih tinggi dari titik didih alkana yang mempunyai atom C sama. Ini disebabkan dalam keadaan cair molekul-molekul alkohol terasosiasi, makin banyak atom C makin tinggi titik didih. Alkohol mempunyai berat jenis yang lebih tinggi daripada alkana tetapi masih lebih rendah daripada air (Respati. 1986 : 128-129). Berdasarkan letak OH pada rantai hidrokarbon, alkohol dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu : 1. Alkohol primer : CH3-CH2-OH 2. Alkohol sekunder : CH3-CH-CH3 OH

3. Alkohol tersier

:

CH3 CH3 – C – CH3 OH (Epinur. 2012 : 83).

Aldehida dan keton mengandung gugs karbonil C=O. Jika kedua gugs yang menempel pada gugus karbonal adalah gugs-gugus karbon, maka disebut keton. Jika salah satu dari kedua gugs tersebut hidrogen, termasuk aldehida : Page 169

Oksidasi dari alkohol menghasilkan aldehida (oksidasi lanjutannya menghasilkan asam karboksilat). Oksidasi alkohol sekunder menmberikan keton. Cr2O72-

CH3CH2OH Etanol (alkohol primer)

Cr2O72-

CH3CHO asetaldehida

CH3CO2H asam asetat

Cr2O72-

CH3CH2OHCH3 2 propanol (alkohol sekunder)

CH3COCH3 propanon (keton) (Petrucci. 1987 : 270-271).

Ester diturunkan dari asam dengan mengganti gugus –OH oleh gugus –OR. Erster dinamai dengan cara yang sama dengan garam asam karboksilatnya. Bagian R dari gugus –OR ditulis dahulu, diikuti dengan nama asam dengan akhiran –at tidak berubah. Ester dinamai dengan dua kata dan tidak gabung. Kebanyakan ester merupakan zat berbau enak dan menyebabkan cita rasa dan harus dari banyak buah-buahan dan bunga. CH3COOCH3Metil asetat

CH3COOCH2CH3 etil asetat

Pada kondisi-kondisi yang tidak sesuai baik lakohol maupun aldehid dapat dioksidasi menjadi asam karboksilat tersebar luas di atom. Asam ini ditemukan baik dalam tumbuhan dan binatang. Semua molekul protein terbuat di asam amino. Jenis khusus asam karboksilat yang mengandung gugus amino –NH2 dan gugus karboksil (-COOH). Tidak seperti asam anorganik HCl, HNO3, dan H2SO4, asam karboksilat pada umumnya merupakan asam lemah. Asam karboksilat bereaksi dengan alkohol untuk membentuk ester yang baunya sedap. CH3COOH + HOCH2CH3

CH3COOC2H5 + H2O

Dan pembentukan halida asam : CH3COOH + PCl5

CH3COCl + HCl + POCl3

Halida asam merupakan senyawa reaktif yang digunakan sehingga zat antara dalam pembuatan banyak senyawa organik lainnya (Chang. 2004 : 352-353).

Page 170

VI.

ALAT DAN BAHAN VI.1 Alat - Tabung reaksi - Pipet tetes - Pembakar spritus - Batang pengaduk - Kertas lakmus - Stopwatch VI.2 -

VII.

Bahan Alkohol Air NaOH 10 % I2/KI 10% K2Cr2O7 0,1 M H2SO4 pekat Aldehida NaHSO3 40% H2SO4 3 M

- Asam organik dan basa - Kristal asam salisilat - NaHCO3 10% - KMnO4 0,1M - Etanol - Senyawa Nitrobenzena - Fe(NH4)2(SO4)2 - KOH 15%

PROSEDUR KERJA 1. Alkohol

5 mL air

dimasukkan dalam

Tabung reaksi

dilarutkan

0,5 mL alkohol

ditambahkan Alkohol dalam tabung tabung reaksi

5 mL NaOH 10% diteteskan

Tabung digoyang

I2/KI 10%

Warna coklat I2 tabung reaksi dipanaskan, suhu tidak > 60o C I2/KI ditambahkan lagi

Warna coklat tua bertahan selamaPage 2 menit 171

Tabung reaksi menjadi dingin ditambahkan beberapa tetes

Tabung digoyang diisi aquades dibiarkan 10 menit Kristal CHI3 timbul 2. Oksidasi alkohol

2 mL K2Cr2O7 0,1 M

dituang ke dalam

Tabung reaksi 1 mL H2SO4 ditambahkan diaduk Semua larut

didinginkan

2 mL alkohol ditambahkan Terjadi perubahan warna dan bau 3. Aldehida dan keton Aldehida 1 mL + NaHSO3 40% 3 mL didalam Tabung reaksi ditambahkan 1 tetes alkohol digoyangkan Terbentuk senyawa padat ditambahkan

3 mL air suling Page 172

Ulangi percobaan dengan keton

NaOH 10%

4. Asam dan basa  Keasaman 0,1 gr asam/basa organik

atau

4/5 tetes asam/basa organik

1 mL air suling dalam tabung reaksi diuji pH dengan kertas lakmus 

Dekarboksilasi

2 mL NaHCO3 10% ditambahkan pada 0,2 mL larutan asam dalam tabung Gas CO2 

Oksidasi 2 mL KmnO4 0,1 M dituangkan dalam Tabung reaksi ditambahkan Etanol

Perubahan warna dan bau

5. Senyawa nitro 10 mg senyawa nitrobenzena Page 173

dimasukkan dalam Tabung reaksi dicampur dengan 1,5 mL Fe(NH4)2(SO4)2 15% ditambahkan

1 mL KOH 15% dalam suasana alkohol diaduk kuat-kuat diperhatikan Warna endapan setelah 1 menit 6. Ester Asam salisilat HOC6H4COOH dimasukkan dalam Tabung reaksi 5 tetes H2SO4 3M dan 3 tetes air ditambahkan 3-4 tetes metanol CH3OH ditempatkan pada Penangas air bersuhu 60o C VIII. DATA PENGAMATAN I. Alkohol a. Uji iodoform Nama alkohol 1. Metanol 2. Etanol 3. Propanol 4. Butanol

Nama golongan Alkohol primer Alkohol primer Alkohol Alkohol

Pengamatan Larutan bening Larutan bening Larutan bening Larutan bening

Hasil iodoform Bening tak berwarna Bening tak berwarna Bening tak berwarna Bening tak berwarna

b. Oksidasi alkohol Nama alkohol

Nama golongan Page 174

Pengamatan

Hasil oksidasi

II.

1. Metanol

Alkohol primer

Larutan berwarna hijau toska

2. Etanol

Alkohol primer

3. Propanol

Alkohol

Larutan berwarna hijau toska Larutan berwarna hijau toska

4. Butanol

Alkohol

Aldehida dan keton Uji natrium bisulfat Nama senyawa Benzaldehid + butanol

III.

Larutan berwarna hijau toska muda, terdapat endapan berwarna hijau toska tua

Berubah warna, berbau tidak menyengat Berubah warna, berbau menyengat Berubah warna, berbau sedikit menyengat Berubah warna, berbau sedikit mnyengat

Perubahan akibat uji Terbentuk dua lapisan, bag. bawah kuning jernih, bag.atas terbetuk minyak kuning

Struktur kimia produk OH

CHSO3-Na+

Asam dan basa a. pH Nama senyawa 1. asam salisilat

Asam/basa Asam, pH = 1

2. asam benzoat

Asam, pH = 2

Struktur kimia

b. Uji natrium bikarbonat Nama senyawa 1. Asam salisilat

Perubahan akibat uji Ada banyak gelembung, berbusa, berwarna kuning Ada gelembung gas, berbusa bening, suhu turun (dingin)

2. Asam benzoat

c.

Oksidasi

KmnO4

Page 175

Struktur kimia produk

-

-

IV.

Reaksi : CH3CH2OH CH3COOH Pengamatan : terbentuk 3 lapisan, terdapat endapan berwarna coklat keunguan dan ungu tua, berbau tidak menyengat, beraroma seperti anggur Kesimpulan : alkohol dioksidasi dengan menggunakan oksidator kuat (KMnO4) menghasilkan asam karboksilat

Senyawa Nitro Uji ferohidroksida Nama senyawa Nitrobenzena

V.

Pembuatan minyak gandapura Reaksi : HOC6H4COOH + CH3OH

Perubahan akibat uji Larutan awal berwarna kuning menjadi coklat kemerahan dan terdapat endapan seperti pasir berwarna coklat bata

Struktur kimia produk + Fe(OH)3

H2SO4

HOC6H4COOCH3 + H2O

Pengamatan : Terbentuk zat berwarna putih, struktur seperti balsem, berbau balsem, kental seperti minyak Kesimpulan : Ester (minyak gandapura) dapat dibuat dari asam salisilat dengan asam sulfat dan alkohol (metanol) IX.

PEMBAHASAN Senyawa organik merupakan senyawa hidrokarbon yang mengandung satu atom atau gugus atom yang mensubstitusi hidrogen atau karbon dari senyawa karbon. Atom atau gugus atom ini disebut dengan gugus fungsi yang memiliki sifat khusus. Percobaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi tersebut. I. Alkohol Alkohol adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki gugus fungsi –OH. Berdasarkan letak OH, alkohol dibagi menjadi alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier. Untuk membedaannya, dilakukan uji iodoform. Uji ini akan positif apabila iodin dalam suasana basa (digunakan NaOH) akan mengoksidasi alkohol menjadi asam karboksilat dan iodoform (CHI3). Dari percobaan yang telah dilakukan, praktikan tidak menemui adanya kristal CHI 3 dan tidak pula mencium bau yang khas, dan larutan yang didapat berwarna bening. Sedangkan seharusnya larutan yang didapat berwarna coklat, sehingga praktikan tidak dapat membedakan alkohol primer, alkohol sekunder, ataupun alkohol tersier. Page 176

Percobaan berikutnya, oksidasi alkohol. Alkohol dapat dioksidasi menjadi alkanal atau keton, namun dengan menggunakan oksidator kuat seperti K2Cr2O7, alkohol dapat menghasilkan asam karboksilat. Pada percobaan ini, praktikan mengoksidasi alkohol yang terdiri dari metanol, etanol, propanol, dan butanol menggunakan oksidator K2Cr2O7. Setelah K2Cr2O7 ditambahkan H2SO4 lalu ditambahkan alkohol, terjadi perubahan warna menjadi larutan berwarna hijau toska, selain terjadi perubahan warna juga timbul bau. Yang memiliki bau menyengat adalah larutan yang mengandung etanol, sedangkan larutan yang mengandung propanol dan butanol berbau sedikit menyengat, dan beda halnya dengan larutan yang mengandung metanol yang tidak memiliki bau menyengat. Berdasarkan teori, oksidasi alkohol menggunakan larutan natrium atau kalium dikromat (VI) yang bersifat asam atau diasamkan dengan asam sulfat. Jika oksidasi terjadi, larutan orange yang mengandung ion-ion dikromat direduksi menjadi larutan hijau yang mengandung ion-ion kromium (III). Persamaan setengah reaksi untuk reaksi ini : Cr2O72- + 14H+ + 6e2Cr3+ + 7H2O II.

Aldehida dan keton Pada percobaan ini digunakan larutan benzaldehid dengan menggunakan reagen natrium bisulfit. Dari percobaan yang telah dilakukan, ternyata terbentuk dua lapisan. Dimana lapisan atas terbentuk seperti minyak dan lapisan bawah larutan berwarna kuning jernih. Uji positif reagen ini ditandai dengan terbentuknya kristal-kristal. Reaksi adisi natrium bisulfit ini hanya berlangsung baik pada senyawa aldehid. Sedangkan pada senyawa keton, reaksi adisi natrum bisulfit akan berlangsung jika salah satu gugus hidrokarbon yang terikat pada gugus karbonil berupa gugus metil. Reaksi yang terjadi adalah: OH

Benzaldehid : III.

+ NaHSO3

CH-SO3-Na+

Asam dan basa Untuk mengetahui keasaman suatu asam organik dapat menggunakan kertas lakmus. Namun pada percobaan ini kami menggunkan indikator universal. Senyawa yang digunakan adalah asam salisilat dan asam benzoat. Dari hasil percobaan, didapat bahwa asam salisilat dan asam benzoat bersifat asam dengan pH masing-masing adalah 1 dan 2. Kedua asam tersebut dilakukan uji terhadap natrium bikarbonat dan didapatkan bahwa setelah direaksikan keduanya menghasilkan gelembung gas. Gas ini adalah gas CO2, sesiau dengan teorinya bahwa asam organik bereaksi cepat dengan NaHCO3 menghasilkan gas CO2. Sesuai dengan reaksinya : + Na+HCO3-

C7H5NaO3 + H2O + CO2

+ NaHCO3

C7H5NaO2 + H2O + CO2

Asam salisilat

Page 177

Asam benzoat Percobaan oksidasi alkohol dengan menggunakan KMnO4 alkohol yang digunakan dalam percobaan ini adalah etanol. Ternyata setelah dtambahkan KMnO 4 terbentuk larutan dengan tiga lapisan. Lapisan paling bawah terdapat endapan berwarna coklat keunguan, lapisan tengah berupa larutan berwarna coklat keunguan dan lapisan paling atas berupa larutan ungu bening. IV.

Senyawa nitro Untuk mengetahui senyawa nitro, percobaan ini menggunakan nitrobenzena. Senyawa nitro ini sangat mudah direduksi oleh ferohidroksida menjadi ferihidroksida (Fe(OH)3). Larutan nitrobenzena yang awalnya berwarna kuning setelah ditambahkan Fe(HH 4)2(SO4)2 dan KOH dalam suasana alkohol warnanya berubah menjadi coklat kemerahan dan terdapat endapan seperti pasir berwarna merah bata. Reaksi yang terjadi adalah : + 6Fe(OH)2 + 4H2O

+ 6Fe(OH)3

Endapan yang terjadi menanda senyawa nitro tereduksi menjadi amina. V.

Ester Ester dapat terbentuk dari reaksi antara asam organik dengan alkohol. Ester biasanya memiliki bau, karena molekulnya mudah menguap. Pada percobaan ini ester yang berupa minyak gandapura dibuat dari asam salisilat yang dicampurkan dengan asam sulfat dan metanol, dan dipanaskan. Dari hasil percobaan didapatkan zat yang berwarna putih seperti balsem dan baunya juga seperti balsem. H2SO4

HOC6H4COOH + CH3OH

HOC6H4COOCH3 + H2O

Penambahan asam sulfat pekat pada percobaan ini adalah berfungsi sebagai katalis yang sifatnya asam dan hanya untuk mempercepat laju reaksi dengan menurunkan energi aktivasi. X.

DISKUSI Pada percobaan identifikasi gugus fungsi ini memerlukan ketelitian dan kehati-hatian, karena bahan-bahan yang digunakan adalah senyawa organik yang perlu ditangani hati-hati. Seperti metanol yang dapat membutakan mata atau senyawa organik lain yang dapat membuat mual dan pingsan. I. Alkohol Pada percobaan alkohol dengan uji iodoform dikatakan tidak berhasil karena larutan sampel (metanol, etanol, propanol, butanol) yang direaksikan dengan NaOH, dan I 2 tidak menunjukkan adanya tanda-tanda reaksi. Hal ini terjadi karena larutan I 2 yang digunakan tidak dalam keadaan baru. Selain itu pada percobaan ini juga tidak ditemukan terbentuknya Page 178

kristal CHI3, faktor-faktor yang menyebabkan gagal terbentuknya iodoform ini adalah seperti reaksi antara alkohol dengan iodin kurang sempurna, suasananya kurang basa (uji positif bila iodin dalam keadaan basa), takaran yang tidak tepat atau dapat juga dikarenakan iodin yang menguap. Uji iodoform, reaksi antara sampel alkohol dengan iodin seharusnya membentuk larutan berwarna kuning dan disertai bau yang menyengat. Hal ini disebabkan karena alkohol bereaksi dengan hidrogen halida menghasilkan alkil halida. Pada percobaan oksidasi alkohol dengan menggunakan K2Cr2O7 dapat dikatakan berhasil, karena larutan yang terbentuk dihasil reaksi berwarna hijau yang menandakan mengandung ion-ion kromium (Cr). II.

Aldehida dan keton Reaksi antara aldehida/keton dengan natrium bisulfit termasuk dalam reaksi adisi. Reaksi ini akan berlangsung baik pada aldehida. Karena pada percobaan ini yang digunakan hanya benzaldehid sehingga praktikan tidak dapat membandingkan reaksi ini pada keton. Aldehida yang ditambahkan natrium bisulfit akan terbentuk satu fase cairan, jika yang terbentuk senyawa padat dapat ditambahkan air suling untuk melarutkannya. Namun, pada percobaan kami tidak ditemukan adanya padatan putih melainkan suatu larutan bening dengan larutan minyak diatasnya. Hal ini mungkin terjadi karena faktor ketidaktelitian atau alkohol yang digunakan tidak sesuai.

III.

Asam dan basa Pada percobaan ini dikatakan berhasil, karena asam salisilat dan asam benzoat adalah asam organik, terbukti pH yang didapatkan adalah 1 dan 2. Selanjutnya reaksi antara asam slaisilat dan antrium bikarbonat juga dikatakan berhasil, karena timbul gas CO 2 yang berarti hal ini sesuai dengan teori bahwa asam organik bereaksi cepat dengan NaHCO 3 menghasilkan gas CO2. Kemudian pada reaksi oksidasi etanol menggunakan KMnO4 dikatakan juga berhasil, karena terjadi perubahan warna dari yang awalnya ungu menjadi ungu kecoklatan disertai adanya endapan dan bau.

IV.

Senyawa nitro Percobaan ini juga berhasil, terbukti dengan ditemukannya produk berupa larutan merah kecoklatan dengan adanya endapan berpasir berwarna merah bata yang menandakan senyawa nitro tereduksi menjadi amina dan Fe(OH) 2 yang teroksidasi menjadi Fe(OH)3 yang berwarna merah coklat.

V.

Ester Pada percobaan esterifikasi ini juga dikatakan berhasil, karena hasil percobaan menunjukkan bau khas seperti balsem yang merupakan bau dari metil salisilat, hasil reaksi antara asam salisilat dan metanol dengan katalisnya H 2SO4. Namun, percobaan pembuatan minyak gandapura ini membutuhkan waktu yang cukup lama, dan suhu air (penangas air) juga harus dijaga pada suhu sekitar 60oC. Page 179

XI.

PERTANYAAN PASCA PRAKTIK 1. Tuliskan rumus molekul propanol dan isopropanol Jawab : Propanol : C3H8O Isopropanol : C3H8O 2. Ester apa yang dikaitkan dengan bau yang khas dari: Jawab : a. Nanas : C3H7COOCH3 b. Jeruk : C2H5COOC2H5 c. Anggur : NH2C6H6 COOCH3 3. Bagaimana Anda dapat membedakan: a. CH3NH2 dengan CH3OH  Adanya gugus amina dan CH3OH adalah alkohol dengan gugus OH serta bau yang khas b. C2H6 dengan t-C4H9OH  C2H6 adalah senyawa hidrokarbon alkana tidak bereaksi dengan Na sedangkan tC4H9OH senyawa karbon yang dapat bereaksi dengan Na c. CH3CHO dengan CH3CH2OH  CH3CHO adalah senyawa aldehida yang tidak bereaksi dengan I 2 dan NaOH sedangkan CH3CH2OH adalah senyawa alkohol yang dapat bereaksi dengan NaOH d. CH3COOH dengan CH3CH3  CH3COOH adalah asam karboksilat yang dapat bereaksi dengan alkohol, sedangkan CH3CH3 adalah senyawa alkana tidak bereaksi dengan alkohol e. CH3CH2Cl dengan CH3CH2CH3  CH3CH2Cl adalah senyawa alkil halida dapat bereaksi dengan halida, sedangkan CH3CH2CH3 adalah alkana yang dapat bereaksi dengan halida. f. CH3CH2CHO dengan CH3CH2CH2Cl  CH3CH2CHO dapat direduksi sedangkan CH3CH2CH2Cl tidak dapat direduksi 4. Asam asetat dapat dibuat dengan mengoksidasi etanol dengan ion permanganat dalam suasana asam. Tuliskan reaksi yang terjadi Jawab : CH3CH2OH + KMnO4 + H2SO4

XII.

CH3COOH + K 2SO4 + MnSO4 + H2O

KESIMPULAN Page 180

1. Sifat fisika dan kimia senyawa alkohol, aldehid, keton, asam karboksilat, halida, senyawa nitro, dan ester berbeda-beda karena mengandung gugus fungsi yang berbeda sehingga masing-masing memiliki ciri khas dan fungsi yang berbeda. 2. Dalam membedakan gugus fungsi yang satu dengan yang lainnya dapat dilakukan uji identifikasi, sehingga dapat ditentukan ciri khas dari setiap gugus fungsi. XIII.

DAFTAR PUSTAKA Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Epinur, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Jambi : UNJA. Hart, Harold. 2003. Kimia Organik : Suatu Kuliah Singkat Ed. 2. Jakarta : Erlangga. Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga. Respati. 1986. Dasar-dasar Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Aksara Baru. Wilbraham dan Matta. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung : ITB.

PERCOBAAN 13 Page 181

I. II. III.

JUDUL HARI / TANGGAL TUJUAN

: ESTER : Rabu, 12 Juni 2013 : 1. Mensintesis sekurang-kurangnya 3 macam ester 2. Mengetahui pengaruh konsentrasi alcohol terhadap reaksi kesetimbangan padapembuatan ester 3. Mengetahui pengaruh konsentrasi asam karboksilat terhadap reaksi kesetimbangan pada pembuatan ester 4. Mengenal bau khas dari beberapa ester 5. Menggunakan ester sebagai bahan pembuatan sabun 6. Mengetahui prinsip saponifikasi 7. Membuat berbagai macam sabun untuk bahan pencuci dan untuk kosmetik 8. Menguji daya kerja dalam air

IV. PERTANYAAN PRAPRAKTEK 1. Tuliskan rumus umum dari senyawa ester Jawab : R-C-OR’ O 2. Tuliskan struktur umum a. Alkohol primer : R-OH b. Alkohol sekunder : R-CH-OH R R c. Alkohol tersier : R-C-R OH 3. Tuliskan Persamaan reaksi antara a. Alkohol primer dan asam karboksilat R-OH + R-C=O  R-C= OR’ + H₂O OH O b. Alkohol sekunder dan asam karboksilat R-CH-OH + R-C=O  R-C-O=CH +H₂O OH O c. Alkohol tersier dengan asam karboksilat R OH O R R-C-R + R-C=O  R-C-O-C-R +H₂O OH R

4. Tuliskan reaksi pembentukan aspirin casetilsalisilat ! Jawab : COOH CH₃-C=O OH

CH₃-C=O Page 182

COOH O-C=O

CH₃COOH

CH₂ 5. Apa perbedaan esterifikasi dan netralisasi Jawab : - Esterifikasi : reaksi atau metode untuk menghasilkan ester dengan mereaksikan ester dengan mereaksikan asam karboksilat dengan alcohol pada suasana basa - Netralisasi : reaksi antara asam dan basa menghasilkan garam dan air 6. Apakah bahan dasar pembuatan sabun Jawab : ester dan basa kuat 7. Gambarkan satu molekul khas lemak dan tuliskan persamaan reaksi saponifikasi untuk menghasilkan sabun natrium Jawab :Molekul Khas Lemak

Persamaan reaksi saponifikasi

V.

LandasanTeori Sejumlah besar senyawa di alam raya terdiri dari bahan yang menyenangkan bagi kita.Berbagai macam bunga dan buah mengandung zat-zat yang baunya enak. Berkat ilmu pengetahuan zat ini dapat dipisahkan , didefinisikan dan disintesis begitu banyak sehingga senyawa ini tersedia melimpah denganharga yang layakuntukdigunakandalamkosmetikproduk- produk rumah tangga ,alat pembersih dan bahkan berbagai macam makanan. Page 183

Hasil sintesis senyawa-senyawa ini dapat harapkan dengan pasti umumnya senyawa yang baunya wangi digolongkan dalam kelas ester senyawa dari ester-ester ini mempunyai gugus fungsi : R-C-OR’ O Dengan R dan R’ adalah gugus alkil. Salah satu metode untuk menghasilkan ester adalah dengan mereaksikan asam karboksilat dengan alkohol pada suasana asam. Asam karboksilat dapat bereaksi dengan basa menghasilkan garam karboksilat dan air. Pada umumnya garam larut dalam air tetapi dalam asam sering tidak larut. Asam karboksilat RCOOH pada umumnya tidak mengion kecuali apabila BM nya rendah. Senyawa yang tidak mengion ini membentuk lapisan yang tidak larut atau endapan (Epinur, dkk. 2012 :89). Aster adalah salah satu dari kelas senyawa organik yang sangat berguna sering dijumpai di alam. Ester merupakan senyawa turunan karboksilat dimana satu atom H pada COOH diganti dengan gugus alkil (-R) atau (-Ar). Sehingga tata nama menurut IUPAC gugus alkil disebut lebih dahulu lalu gugus karboksilatnya, contoh CH 3COOCH3. Ester dapat disintesisi dengan mereaksikan asam karboksilat dan alkohol dengan bantuan katalis asam. Reaksi ini disebut esterifikasi, dengan reaksi umum : R-COOH + R-OH RCOOR + H2O (Sumo dan Channah. 1992: 150). Senyawa-senyawa ester antara lain memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1. Pada umumnya mempunyai bau yang harum, menyerupai bau buah-buahan 2. Senyawa ester pada umumnya sukar larut dalamair dan bersifat polar 3. Ester lebih mudah menguap dibandingkan dengan asam atau alkohol pembentuknya 4. Ester merupakan senyawa karbon yang netral 5. Ester dapat mengalami reaksi hidrolisis Contoh :

6. Ester dapat direduksi oleh H2 menggunakan katalisator Ni dan dihasilkan dua buah senyawa alkohol Contoh :

7. Ester khususnya minyak dan lemak bereaksi dengan basa membentuk garam (sabun) dan gliserol. (Safrizal. 2009 : 128). Page 184

Ester umumnya dihidrolisis dengan basa. Reaksi ini disebut penyabunan (saponifikasi). Dari kata latin, sapun yang berarti sabun. Sebab jenis reaksi ini digunakan untuk membuat sabun dari lemak. Reaksi umunya yaitu : kalor

R-COO-R’ + NaOH

R-COO-Na + R-OH H2O

Ester

nukleofili

garam dan asam alkohol

Mekanisme ini merupakan contoh lain dari substitusi asli nukleofilik. Reaksinya melibatkan senyawa nukleofilik oleh ion hidroksida, yaitu nukleofilik pada karbonil dan ester. Dalam penetapan struktur, penyabunan terutama bermanfaat untuk memecah ester yang tidak diketahui, misalnya diisolari dari sumber alam, menjadi asam dan alkohol penyusunnya (Hart. 2003 : 324-325). Pada mulanya diperkirakan bahwa hidrolisis senyawa karbonil dalam susana basa berlangsung melalui mekanisme SN2 Ester turunan alkana diberi nama alkil alkanoat yang disebut alkil pada nama itu adalah gugus karbon yang terikat pada atom O.Sedangkan alkanoat adalah gugus R-CO.Atom C gugus fungsi masuk ke dalam alkanoat.Beberapa ester yang penting dan kegunaannya. A. Zat memberi aroma B. Lemak dan minyak Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan bantuan katalis asam.Katalis ini biasanya Asam sulfat pekat. Gas hidrogen klorida kering terkadang digunakan,tetapi penggunaaanya cenderung melibatkan ester- ester aromatik ( Ester dimana asam karboksilat mengandung sebuah cincin benzena) (Sukadjo, 1997: 132) Ester adalah senyawa yang dapat dianggap sebagai turunandari asam karboksilat dengan mengganti ion hidrogen oleh radikal hidokarbon.Adapun tata nama dariester yaitu sebagai berikut: Setiap asam kaboksilat membrikan kenaikan terhadap deret homolog ester.Oleh sebab itu,nama ester di rancang sedemikian rupa untuk menunjukkan asam karboksilat dan radikal hidrokarbon.Dengan kata lain,penamaan ester dimulai dengan menyebutkan gugus alkil diikuti dengan gugus karboksilatnya.Beberapa tata nma ester di tunjukkkan berikut ini. Dari asam format (HCOOH): HCOO-CH3 atau metil format HCOO-CH2CH3 atau etil format HCOO-CH2CH2CH3 atau n-propil asetat. Dari asam asetat ( CH3COOH) Page 185

CH3COO-CH3 atau metil asetat CH3COO-CH2CH3 atau etil asetat CH3COO-CH2CH2CH3 atau n- propil asetat (Sunarya,2012:485) Adapun reaksi- reaksi ester antara lain: 1. Hidrolisa →Asam karboksila O R

C

OR + H2O →-OH RCOOH + R’OH

2. Amonalisa →Amida O R 3.

C

O OR + NH3 → R

C

NH2 + R’OH

Alkoholisa O

R

C

O OR + R’’ OH → R C

R

Keisomeran ester Seperti halnya senyawa karbon lain,ester mempunyai keisomeran struktur dan isomer fungsional dengan asam karboksilat.sepeti contohnya yaitu ester dengan rumus molekul C4H8O2.Terdapat banyak metode untuk membuat ester ,salah satu metode yang sering digunakan adalah reaksi alkohol dengan asam karboksilat.Dalam reaksi tersebut asam sulfat ditambahkan sebagai zat dehidrasi.Untuk medapatkan hasil yang banyak,dapat dilakukan dengan mengunakan alkohol atau asam berlebih.Selain itu dapat juga dieroleh dengan cara memisahkan ester yang terbentuk dari air agar kesetimbangan bergeser ke arah kanan (Respati,1986:165-166).

VI.

ALAT DAN BAHAN ALAT

BAHAN Page 186

       

VII.

Tabung reaksi Pipet tetes Gelas piala Kaca arloji Batang pengaduk Termometer Stopwatch Pemanas spritus n-Butanol NaOH

Asam asetat glaserol Isomil alkoho/etanol H2SO4 6M Air Asam benzoat Asam Asetat Asam Butirat Metanol PbNO3 1M

PROSEDUR KERJA

A. Sintesis Dan Identifikasi Ester 1 ml asam asetat

1 ml isomil

Masukkan tabung 10 tetes asam sulfat Tabung reaksi dalam penangas air Teteskan pada kaca arloji Identifikasi zat dengan mencium bau

B. Esterifikasi Dengan Alkohol Berlebih 3 buah tabung reaksi

Masukkan 3 ml asamnya

Masukkan alkohol dalam tabel Masukkan 10 tetes Amati bentuk lapisan Amati bentuk lapisan

C. Sintesis Beberapa Ester Page Asam Benzoat 250 ml, metanol 3 ml,15 187 tetes H2S04

HCl % 10 Lakmus Minyak kelapa NaOH NaCl jenuh Larutan sabun CaCl2 1M MgSO4 1M

Asam asetat 1 ml dg n-butanol 1ml,10 tetes Asam butirat 1 ml dg n-butanol 1 ml,10 tetes H2SO4

D. Estrifikasi Dengan Asam berlebih 3 tabung reaksi dengan 4,6 dan 8 ml asamnya 3 ml alkohol pada setiap tabung 15 tetes H2SO4 di kocok merata Badingkan bau yang terbentuk

E. SAFONIFIKASI ESTER Masukkan 1 ml NaOH Tabung reaksi 3 ml larutan dalam penangas air

Pemanasan selama

Aliran air dengan dinginkan tabung reaksi 1 ml HCl 10 %,aduk dan periksa keasaman Tambahkan HCl 10 %20-50 tetes

F. PEMBUATAN SABUN

Gelas piala 500 ml

Page 188 5 ml minyak kelapa,15 ml NaOH 3M, dan

Aduk dengan suhu sekitar 90% selama Tambahkan Ambil sedikit25 padatan ml NaCllarutkan jenuh,dan ddengan angkatair

Sedikan 4 tabung reaksi,masukkan sekitar 3ml larutan sabun dalam air 1 ml Kalsium Klorida,1 ml magnesium sulfat,dan tambahlan 1 ml timbal nitrat Tidak ditambahkan apapun

VIII. DATA PENGAMATAN A. Sintesis dan identifikasi ester Persamaan reaksi esterifikasi : CH3COOH + CH3CH2OH

CH3COOCH2CH3 + H2O

Apakah reaksi berjalan seperti yang dituliskan ? ya Bukti terjadinya reaksi : adanya perubahan warna dari bening menjadi kuning, terdapat dua lapisan Ester yang dihasilkan berbau seperti : balon

B. Esterifikasi dengan alkohol berlebih Tabung

Volume asam

1 2

1 mL 1 mL

Volume alkohol 1 mL 2 mL Page 189

Tebal lapisan ester 0,7 cm 1,2 cm

Bau Nanas Pisang (menyengat)

3

1 mL

3 mL

1,5 cm

Pisang (tidak terlalu menyengat)

Kesimpulan mengenai reaksi kesetimbangan : Makin banyak alkohol yang digunakan pada reaksi esterifikasi, makin banyak ester yang terbentuk C. Reaksi beberapa ester Bereaksi/tidak bereaksi Bereaksi

Persamaan reaksi a. Asam benzoat + metanol

b. Asam salisilat + butanol C7H6O3 + C4H9OH C11H14O3

Bereaksi

c. Asam butirat + butanol C4H8O2 + C4H9OH C3H7COOC4H9 + H2O

Bereaksi

Ciri fisis produk Terdapat dua lapisan, bag. atas bening cair, bag. bawah padatan merah muda, berbau mint Terdapat dua lapisan, bag. atas bening berminyak, bag. bawah bening, berbau pisang Terdapat dua lapisan, bag. atas kuning, bag. bawah kuning, berbau pisang

Kesimpulan terhadap jalannya esterifikasi : Ester terbentuk dari reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol, dihasil reaksi terbentuk dua lapisan, lapisan atas merupakan ester dan memiliki bau khas D. Esterifikasi dengan asam berlebih  Asam butirat Tabung 1 2 3



Volume asam 2 mL 4 mL 6 mL

Volume alkohol 1 mL 1 mL 1 mL

Asam salisilat

Page 190

Tebal lapisan ester 1 cm 2 cm 2,5 cm

Bau Nanas Nanas (menyengat) Nanas (tidak terlalu menyengat/lembut)

2 mL 4 mL

Volume alkohol 1 mL 1 mL

Tebal lapisan ester 0,3 cm 0,2 cm

6 mL

1 mL

0,2 cm

Tabung

Volume asam

1 2 3

Bau Pisang Pisang (agak menyengat) Pisang (paling menyengat)

Kesimpulan mengenai reaksi kesetimbangan; Pada reaksi esterifikasi menggunakan asam salisilat, volume asam tidak memperngaruhi banyanya ester yang terbentuk, sedangkan esterifikasi menggunakan asam butirat, makin banyak asam yang digunakan maik banyak ester yang terbentuk. E. Saponifikasi ester 1. Reaksi antara metil salisilat dengan NaOH C8H8O3 + NaOH C7H4O3Na2 + CHOH + H2O 2. CH3COOC2H5 + HCl CH3COOH + C2H5Cl 3. Larutan menunjukkan sifat asam dengan pH = 1 F. Pembuatan sabun 1. Campuran reaksi yang dilarutkan dalam air dapat digunakan sebagai uji kesempurnaan reaksi penyabunan. Hal ini karena jika campuran tersebut dilarutkan dalam air dan dikocok kemudian dihasilkan busa yang baik, maka dalam campuran tersebut tidak terdapat asam lemak bebas, yang berarti reaksi penyabunan berjalan baik. 2. Pengamatan terhadap daya kerja sabun

CaCl2 MgSO4

Sabun dalam larutan Sabun mengapung, agak larut Sabun menyatu dengan larutan Sabun tidak menyatu

Pb(NO3)2

IX.

Pengamatan Sabun mengapung, larutan menjadi keruh Sabun larut, larutanputih keruh Sabun tidak menyatu dan sabun menjadi seperti butir-butir

PEMBAHASAN Ester adalah salah satu jenis senyawa organik yang memiliki bau khas. Ester memiliki gugs fungsi –COO. Ester dapat disintesis dengan mereaksikan asam karboksilat dengan Page 191

alkohol dengan menggunakan katalis asam. Pada percobaan ini dilakukan berbagai reaksi esterifikasi (sintesis ester). A. Sintesis dan identifikasi beberapa ester Praktikan mereaksikan asam asetat dengan menggunakan katalis asam sulfat H 2SO4 3M. Setelah dicampurkan terbentuk dua lapisan, yaitu larutan yang awalnya bening berubah warna menjadi kuning jernih. Lapisan atas hasil reaksi ini adalah ester. Ester yang dihasilakn memiliki bau khas seperti bau balon. Ester yang dihasilkan adalah etil etanoat seperti pada reaksi : CH3COOH + CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + H2O B. Esterifikasi dengan alkohol berlebih Sintesis ester dengan menggunakan alkohol berlebih, dimana volume asam yang digunakan dibuat sama yaitu 1mL sedangkan alkohjol yang digunakan volumenya berbeda-beda yaitu 1 mL, 2 ml, 3ml. Asam yang digunakan adalah asam butirat yaitu berupa zat cair berbau tengik sedangkan alkohol yang digunakan adalah butanol. Setelah dicampurkan dan ditambah katalis H2SO4 , tebal lapisan ester yang terbentuk berbeda-beda, yaitu 0,7 cm, 1,2 cm, dan 1,5 cm. Bau yang dihasilkan adalah seperti nanas, makin banyak ester yang terbentuk makin berkurang baunya. Ester yang dihasilkan pada reaksi ini adalah butil butirat. CH3CH2CH2COOH + CH3CH2CH2CH2OH C3H7COOC4H9 + H2O Butil butirat yang dihasilkan ternyata dipengaruhi oleh banyaknya alkohol yang digunakan. C. Reaksi beberapa ester Sintesis beberapa macam ester, asam yang digunakan adalah asam benzoat, asam salisilat dan asam butirat. Alkohol yang digunakan adalah metanol dan n-butanol, sedangkan katalisnya adalah H2SO4. Reaksi pertama, asam benzoat dan metanol, setelah dicampurkan dan ditambah H 2SO4 serta dipanaskan, terbentuk dua lapisan. Lapisan atas cairan bening sedangkan lapisan bawah terbentuk padatan berwarna merah muda. Lapisan atas yang berupa cairan bening tersebut menimbulkan bau seperti mint. C6H5COOH + CH3OH C6H5COOCH3 + H2O Selanjutnya reaksi asam salisilat dengan n-butanol, setelah ditambahkan H 2SO4 serta dipanaskan, terbentuk dua lapisan. Lapisan atas cairan bening begitupun bagian bawah yang juga bening. Lapisan atas ini berbau seperti pisang. C7H6O3 + C4H9OH C11H14O3 + H2O Kemudian reaksi asam butirat dengan n-butanol, setelah ditambahkan H2SO4 serta dipanaskan, terbentuk dua lapisan. Lapisan atas cairan bening begitupun bagian bawah bening. Dan lapisan atas ini menimbulkan bau seperti bau pisang. Page 192

CH3CH2CH2COOH + CH3CH2CH2CH2OH

C3H7COOC4H9 + H2O

Pada percobaan reaksi beberapa ester ini dapat disimpulakn bahwa esetr dapat etrbentuk dari asam karboksilat dan alkohol dengan menggunakan katalis asam kuat, dihasilakn dua lapisan, lapisan atas yang etrbentuk merupakan ester. D. Esterifikasi dengan asam berlebih Sintesis ester menggunakan asam dengan volume berbeda sedangkan alkoholnya dibuat sam. Asam yang digunakan adalah asam butirat dan asam salisilat, volume keduanya dibuat menjadi 2ml, 4ml, dan 6 ml. Sedangkan alkohol yang digunakan adalah butanol dengan volumenya 1 ml.  Asam butirat Ester yang terbentuk memiliki tebal 1 cm, 2cm, dan 2,5 cm, ester yang dihasilkan adalah butil butirat memiliki bau seperti nanas. Dapat disimpulkan bahwa esterifikasi menggunakan asam butirat berlebih menghasilkan ester yang lebih abnyak.  Asam salisilat Ester yang dihasilkan memiliki tebal 0,3 cm, 0,2 cm, dan 0,2 cm. Dari tebal yang dihasilkan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan asam salisilat dihasilkan ester yang sama banyak (konstan). E. Saponifikasi ester Ester yang digunakan adalah ester dari percobaan A, yaitu etil asetat. Etil asetat ditambahkan dengan NaOH menghasilkan suatu garam karboksilat dan alkohol, reaksinya adalah : C8H8O3 + NaOH C7H4O3Na2 + CHOH + H2O Garam karboksil yang terbentuk ini dipanaskan dalam penangas sampai bau dan volume ester berkurang. Setelah didinginkan larutan ini ditambahkan 5 tetes HCl lalu diperiksa keasamannya. Pada penambahan HCl tersebut, ternyata pH yang terbentuk adalah 1. CH3COOC2H5 + HCl

CH3COOH + NaCl

Garam natrium karboksilat dikenal sebagai sabun. Pembentukan garam dibuktikan juga dengan penambahan HCl. HCl berfungsi untuk mengetahui banyaknya NaOH yang tersisa dalam proses saponifikasi, penambahan HCl juga untuk memberikan suasana asam, karena hasil mula-mula reaksi saponifikasi adalah berupa karboksilat, dengan penambahan HCl ini karboksilat diubah menjadi asam karboksilat. F. Pembuatan sabun Reaksi antara asam lemak dengan basa menghasilkan sabun dan gliserol. Asam lemak dihasilkan dari hidrolisis lemak atau minyak dengan cara pemanasan. Pada Page 193

percobaan ini digunakan minyak kelapa. Minyak kelapa ditambahkan dengan NaOH dan etanol kemudian dipanaskan dalam penangas air lalu didinginkan. Setelah dingin terbentuk padatan putih, padatan ini diambil sedikit lalu dilarutkan dalam air panas, setelah dikocok ternyata busa yang dihasilkan cukup baik, berarti tidak terdapat \asam lemak bebas.  Pengamatan terhadap daya kerja sabun Untuk mengetahui daya kerja sabun, sabun yang diperoleh sebelumnya ditambahkan larutan panas NaCl jenuh. Sehingga padatan sabun terpisah dari gliserol. Setelah didinginkan padatan sabun dilarutkan dalam air. Larutan sabun ini dimasukkan dalam 3 tabung yang berisi CaCl2, MgSO4, dan Pb(NO3)2. Setelah ditambahkan dalam larutan CaCl2 sabun agak larut dan sedikit mengapung, dalam larutan MgSO4 sabun menyatu dengan larutan dan larutan menjadi putih keruh, sedangkan dalam larutan Pb(NO 3)2 sabun tidak menyatu dan sabun yang ditambahkan menjadi seperti butir-butir/bubuk detergen. X.

DISKUSI A. Sintesis dan identifikasi beberapa ester Sintesis ester dari asam asetat dan etanol dengan menggunakan katalis H2SO4 ini dapat dikatakan berhasil. Dalam literatur disebutkan bahwa ester cukup tidak larut dalam air dan cenderung membentuk lapisan tipis pada permukaan. Asam dan alkohol akan larut dan terpisah di bawah lapisan ester. Ini sesuai dengan percobaan yang telah dilakukan mmenghasilkan dua lapisan. Bau ester yang didapat seperti bau balon, ester ini masih sedikit tercium bau asetat (menyengat) yang dihasilakn dari asam asetat hal ini dapat terjadi karena reaksinya yang berlangsung lambat dan dapat balik (reversible), maka kemungkinan ester yang terbetuk tidak banyak, sehingga bau khas ester sering kali tertutupi oleh bau asam asetat. B. Esterifikasi dengan alkohol berlebih Reaksi eterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan yang bersifat dapat balik (reversible). Untuk memperoleh ester lebih banyak, kesetimbangan harus digeser ke arah ester. Untuk memperoleh ini adalah dengan cara salah satu zat pereaksi (asam karboksilat atau alkohol) ditambahkan secara berlebih. Dari percobaan esterifikasi dengan alkohol berlebih, ester yang dihasilakn semakin banyak. Hal ini menunjukkan percobaan yang telah dilakukan berhasil. Kemudian bau dari butil butirat yang ditimbulkan untuk alkohol 1 mL adalah nanas, sedangkan untuk alkohol 2 mL dan 3 mL adalh pisang. Berdasarkan literatur, bau dari butil butirat adalah anans. Perbedaan bau ini dapat disebabkan perbedaan penciuman antar praktikan, karena bau antara ester yang satu dengan yang lain serupa. C. Reaksi beberapa ester Page 194

Reaksi beberapa ester yang dilakukan yaitu ester dari hasil reaksi antara asam benzoat dengan metanol , asam salisilat dengan butanol, serta asam butirat dengan butanol. Ester yang dihasilakn yaitu metil benzoat, butiil salisilat, dan butil butirat. Percobaan ini dapat dikatakan berhasil, karena reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol menghasilkan ester, yang ditandai dengan terbentuknya dua lapisan dan lapisan atas yang berwarna bening merupakan ester. Bau ester yang dihasilkan pada percobaan ini, yaitu metil benzoat berbau seperti mint, butil salisilat berbau pisang, dan butil butirat berbau pisang. Menurut teori, bau dari metil benzoat adalah fruity, ylang-ylang atau pohon feijoa, dan bau dari butil butirat adalah nanas. Perbedaan bau terhadap teori ini mungkin disebabkan perbedaan penciuman praktikan atau karena karena bau ester yang tertutupi oleh bau asam karboksilatnya. D. Esterifikasi dengan asam berlebih Sama halnya dengan esterifikasi dengan lakohol berlebih, percobaan ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh konsentrasi asam karboksilat terhadap reaksi kesetimbangan esterifikasi. Unutk memperoleh ester lebih banyak, kesetimbangan harus digeser ke arah ester dengan cara zat pereaksi (asam karboksilat atau alkohol) ditambah berlebih. Asam karboksilat yang digunakan adalah asam butirat dan asam salisilat. Didapatkan bahwa butil butirat yang doihasilkan makin banyak, namun pada butil salisilat volumenya cenderung konstan walaupun dengan volume asam salisilat yang berlebih. Hal ini mungkin disebabkan oleh ketidaktelitian atau ketidaktepatan praktikan dalam mereaksikan/mencampur volume pereaksi yang dibutuhkan. E. Saponifikasi ester Ester yang dihasilkan pada percobaan A direaksikan dengan NaOH membentuk garam natrium karboksilat, ester yang ditambahkan dengan NaOH dipanaskan hingga bau dan volumenya berkurang, setelah itu didinginkan dan ditambahkan dengan larutan HCl. Pada penambahan HCl ini, larutan langsung berubah sifatnya menjadi asam, dengan pH menunjukkan 1, dengan menggunakan indikator universal. Pada percobaan ini dapat dikatakan berhasil karena garam natrium karboksilat yang direaksikan dengan HCl membentuk asam karboksilatnya, asam ini bersifat asam. F. Pembuatan sabun Pada pebuatan sabun ini digunakan minyak kelapa untuk membentuk sabun, minyak yang telah dicampur NaOH dipanaskan membutuhkan waktu yang cukup lamaa untuk menjadi padatan dan dibutuhkan air es. Sabun yang terbentuk tidak berbau minyak lagi tetapi berbau segar. Dan sabun yang terbentuk ini tidak menunjukkan adanya lemak bebas, karena sabun menunjukkan busa yang baik setelah ditambahkan air panas. Ini berarti pembuatan sabun yang dilakukan berhasil. Lalu pada daya kerja sabun dalam air sadah menunjukkan bahwa larutan sabun dalam CaCl2, MgSO4, dan Pb(NO3)2 tidak menimbulkan adanya busa karena berdasarkan Page 195

percobaan yang telah dilakukan, larutan sabun dalam CaCl2 agak larut dan arutan menjadi keruh, larutan sabun dalam MgSO4 larut dan menjadi putih keruh, sedangkan larutan sabun dalam Pb(NO3)2 tidak larut. Berdasarkan teori, air sadah adalah air yang memiliki kandungan mineral tinggi seperti ion kalsium (Ca) atau magnesium (Mg). Pada air sadah, sabuntidak akan menghasilkan busa atu sedikit sekali menghasilkan busa. Dari teori tersebut, percobaan kami dapat diakatakan berhasil karena larutan sabun tidak menunjukkan adanya busa. XI.

PERTANYAAN PASCA PRAKTIK 1. Tuliskan persamaan reaksi untuk setiap percobaan Jawab : a. Sintesis dan identifikasi ester CH3COOH + CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + H2O b. Esterifikasi dengan alkohol berlebih CH3CH2CH2COOH + CH3CH2CH2CH2OH c. Reaksi beberapa ester C6H5COOH + CH3OH C7H6O3 + C4H9OH d. Saponifikasi ester C8H8O3 + NaOH CH3COOC2H5 + HCl

C3H7COOC4H9 + H2O

C6H5COOCH3 + H2O C11H14O3 + H2O C7H4O3Na2 + CHOH + H2O CH3COOH + C2H5Cl

2. Dari pustaka, tulislah langkah-langkah mekanisme reaksi esterifikasi Jawab : Mekanisme reaksi esterifikasi: 1. Tranfer proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonil, sehingga meningkatkan elektrofilisitas dari atom karbon karbonil 2. Atom karbon karbonil kemudian diserang oleh atom oksigen dari alkohol yang bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium 3. Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol menghasilkan kompleks teraktivasi 4. Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil yang diikuti oleh pelepasan air menghasilkan ester 3. Setelah pengasaman sabun Anda memperoleh endapan yaitu asam lemak. Apakah asam lemak ini murni atau campuran? Jawab : Murni, karena asam lemak tersebut berasla dari asam karboksilatnya yang murni. Jika direaksikan dengan ester dan gliserol menghasilkan asam lemak dan minyak. Page 196

4. Mengapa sabun tidak bekerja baik dalam air sadah? Jawab : Karena air sadah memiliki kandungan mineral yang tinggi sehingga sabun tidak me nghasilkan busa 5. Apakah air di laboraturium Anda tergolong air sadah? Bagaimana membuktikannya? Jawab : Untuk mengetahui air yang digunakan di laboraturium air sadah atau bukan dapat diuji dengan cara melarutkan larutan sabun ke dalam sampel air, kemudian dikocok. Jika tidak dihasilkan busa berari air tersebut adalah air ssadah, namun jika dihasilkan busa yang cukup banyak berarti air tersebut bukan air sadah. 6. Jika pada pabrik sabun tersedia minyak kelapa sebanyak 1 ton, bepara kilogram sekurang-kurangnya antrium hidroksida yang dipergunakan untuk membuat sabun? Jawab : Perbandingan minyak kelapa dengan NaOH adalah 1:3, sehingga jika digunakan minyak kelapa 1 ton maka dibutuhkan NaOH sebanyak 3 ton. XII.

KESIMPULAN 1. Pembuatan ester dapat dilakukan dengan mereaksikan asam karboksilat dengan alkohol menggunakan katalis asam kuat H2SO4. 2. Ester yang disintesis pada percobaan ini, yaitu etil etanoat/etil asetat, butil butirat, metil benzoat, dan butil salisilat. 3. Esterifikasi adalah reaksi yang dapat dibalik (reversible), sehingga reaksi esterifikasi dapat juga disebut reaksi kesetimbangan. Jika dalam pembuatan ester digunakan alkohol dalam konsentrasi berlebih, maka ester yang dihasilkan akan lebih banyak karena kesetimbangan bergeser ke arah ester (produk). 4. Dalam esterifikasi, asam karboksilat dengan konsentrasi berlebih menyebabkan kesetimbangan reaksi esterifikasi bergeser ke arah produk, sehingga ester yang dihasilkan lebih banyak. 5. Ester adalah senyawa organik yang memiliki bau khas, seperti bau buah-buahan atau harum atau aroma bunga-bungaan. Berikut ini bau beberapa ester : - Etil asetat CH3COOC2H5 : Balon, Lem - Butil Butirat C3H7COOC4H9 : Nanas -Metil Benzoat C6H5COOCH3 : Feijoa 6. Penyabunan / saponifikasi merupakan reaksi antara ester dengan basa yang menghasilkan sabun. 7. Air sadah adalah air yang mengandung mineral tinggi. Dalam air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau hanya sedikit sekali busa. Page 197

XIII. DAFTAR PUSTAKA Epinur,dkk. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Jambi : UNJA. Petrucci Ralph. 1985.Pengantar Kimia Organik.Jakarta:Balai Pustaka. Respati.1986.Dasar Ilmu Kimia. Jakarta:Aksara Baru. Sukadjo.1997.Kimia Fisika. Jakarta:Rineka Cipto. Soehito.1982.Penuntun Belajar Kimia. Jakarta:Fa Widjaja. Sunarya Yayan.2012.Kimia Dasar 2. Bandung:CV.Yrama Widya.

LAMPIRAN

Percobaan(8)skala pH dan penggunaan indikator

Page 198

Percobaan (9) titrimetri dan pengendalian pH

Page 199

Standardisasi dgn lrutan HCl

standardisasi dgn KHP

PERCOBAAN (10) KINETIKA KIMIA =

PERCOBAAN (11) PERBANDINGAN SENYAWA KOVALEN & IONIK

Page 200

PENGARUHKATALIS TERHADAP LAJU REAKSI\

Page 201

Related Documents


More Documents from "Berliana Rahmawati"