Lp & Askep Dermatitis

  • Uploaded by: moni
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp & Askep Dermatitis as PDF for free.

More details

  • Words: 7,502
  • Pages: 51
Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN (NYERI AKUT) PADA PASIEN DENGAN DERMATITIS KONTAK

KOMANG MIRAH PEBRYANI P07120018044 KELAS 3.2

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2020

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DERMATITIS A.

KONSEP DASAR PENYAKIT

1.

Definisi Menurut World Allergy Organization tahun 2018 menyebutkan bahwa

dermatitis adalah penyakit kulit inflamasi yang mengganggu penghalang kulit dalam kemampuannya menahan kelembaban. Menurut Ardhie (2014) Dermatitis ialah kelainan kulit yang subyektif ditandai oleh rasa gatal dan secara klinis terdiri atas ruam polimorfi yang umumnya berbatas tidak tegas. Dermatitis merupakan penyakit kulit yang bersifat akut, sub-akut, atau kronis yang disebabkan adanya peradangan pada kulit. Penyakit ini terjadi karena adanya faktor eksogen dan endogen. 2.

Faktor Resiko Penyebab dermatitis tidak diketahui dengan pasti, diduga disebabkan oleh

berbagai faktor yang saling berkaitan (multifaktorial). Faktor intrinsik berupa predisposisi genetik, kelainan fisiologi dan biokimia kulit, disfungsi imunologis, interaksi psikosomatik dan disregulasi atau ketidakseimbangan sistem saraf otonom, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi bahan yang bersifat iritan dan kontaktan, alergen hirup, makanan, mikroorganisme, perubahan temperatur, dan trauma. Faktor-faktor risiko terjadinya dermatitis secara umum antara lain predisposisi

genetik,

sosioekonomi,

polusi

lingkungan,

jumlah

anggota

keluarga.Faktor-faktor yang umum terkait dengan dermatitis yaitu: a. Suhu dan Kelembaban Lingkungan terdapat beberapa potensial bahaya yang perlu diperhatikan seperti kelembaban udara dan suhu udara. Kelembaban udara dan suhu udara yang tidak stabil dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak. Kelembaban rendah menyebabkan pengeringan pada epidermis. b. Usia Kulit manusia mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia. Sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih kering.

Kekeringan pada kulit ini memudahkan bahan kimia untuk menginfeksi kulit, sehingga kulit menjadi lebih mudah terkena dermatitis. Kondisi kulit mengalami proses penuaan mulai dari usia 40 tahun. Pada usia- tersebut, selsel kulit lebih sulit untuk menjaga kelembapannya`karena menipisnya lapisan basal. Produksi sebum menurun tajam, hingga banyak sel mati yang menumpuk karena pergantian sel menurun. c. Jenis kelamin Jenis kelamin adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Dalam hal penyakit kulit perempuan dikatakan lebih berisiko mendapat penyakit kulit dibandingkan dengan pria. Dibandingkan dengan pria, kulit wanita memproduksi lebih sedikit minyak untuk melindungi dan menjaga kelembapan kulit, selain itu juga kulit wanita lebih tipis daripada kulit pria sehingga lebih rentan untuk menderita penyakit dermatitis, terlihat dari beberapa penelitian. d. Ras Faktor individu yang meliputi jenis kelamin, ras dan keturunan merupakan

pendukung

terjadinya

dermatitis.

Ras

Manusia

adalah

karakteristik luar yang diturunkan secara genetik dan membedakan satu kelompok dari kelompok lainnya. Bila dikaitkan dengan penyakit dermatitis, ras merupakan salah satu faktor yang ikut berperan untuk terjadinya dermatitis. Kulit putih lebih rentan terkena dermatitis dibandingkan dengan kulit hitam. e. Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya Dalam melakukan diagnosis dermatitis kontak dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan melihat sejarah dermatologi termasuk riwayat keluarga, aspek pekerjaan atau tempat kerja, sejarah alergi (misalnya alergi terhadap obat-obatan tertentu) dan riwayat penyakit sebelumnya. f. Personal Hygiene Kebersihan Perorangan adalah konsep dasar dari pembersihan, kerapihan dan perawatan badan. Kebersihan perorangan dapat mencegah penyebaran kuman dan penyakit, mengurangi paparan pada bahan kimia dan kontaminasi, dan melakukan pencegahan alergi kulit, kondisi kulit dan sensitifitas terhadap bahan kimia.

3.

Pathway

4.

Klasifikasi Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki

indikasi dan gejala berbeda: 1.

Contact Dermatitis Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi

yang menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005) Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.

2.

Neurodermatitis Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan

garis kulit tampak lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005) Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher. 3.

Seborrheich Dermatitis Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara

kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson. 4.

Statis Dermatitis Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau

hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005) yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab. 5.

Atopic Dermatitis Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang

umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anaka, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita(D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan(fleksural). (Adhi Djuanda,2005) Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecahpecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota

keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa. 5.

Gejala Klinis a. Dermatitis kontak 1) Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak. 2) Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul sebelum 24-48 jam, bahkan sampai 72 jam. 3) Untuk dermatitis kontak iritan, gejala terbagi dua menjadi akut dan kronis. Saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan sampai terasa perih bahkan lecet. Saat kronis gejala dimulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang akhirnya menjadi menebal. 4) Pada kasus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut. 5) Kulit terasa gatal bahkan terasa terbakar. 6) Dermatitis kontak iritan, gatal an rasa terbakarnya lebih terasa dibandingkan dengan tipe alergi. b. Dermatitis atopic (DA) Ada 3 fase klinis DA yaitu: 1) DA infantile (2bulan-2 tahun) DA paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan yaitu bulan kedua. Lesi mula-mula tampak di daerah muka (dahi-pipi) berupa eritema, papul- vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta. Lesi bisa meluas ke kepala, leher, pergelangan tangan dan tungkai. Bila anak mulai merangkak,lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas. Sebagai besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak. 2) DA anak (2-10 tahun)

Dapat merupakan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri (denovo). Lokasi lesi di lipatan siku/ lutut, bagian fleksor pergelangan tangan kelopak mata dan leher. Ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuam, erosi, hiperkeratosis dan mungkin infeksi sekunder. DA erat yang lebih dari 50% permukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan. 3) DA pada remaja dan dewasa Lokasi lesi pada remaja adalah di lipatan siku/lutut, samping leher, dahi,

sekitar

mata.

Pada

dewasa,

distribusi

lesi

kurang

karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi setempat misalnya pada bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu atau skalp. Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah di daerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak likenifikasi dan sed i kit skuama. Bisa dida pati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi hiperpigmentasi. Umurnnya DA remaja dan dewasa berlangsung lama kemudian cenderung membaik setelah usia 30 tahun, jarang sampai usia pertengahan dan sebagian kecil sampai tua. c. Neurodermatitis sirkumskripta 1) Kulit yang sangat gatal 2) Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau mata kaki, kadang muncul pada alat kelamin. 3) Rasa gatal sering hilang timbul. Sering timbul pada saat santai atau sedang tidur, akan berkurang saat beraktifitas. Rasa gatal yang digaruk akan menambah berat rasa gatal tersebut. 4) Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisik akibat garukan atau penggosokan dan sudah terjadi bertahuntahun. d. Dermatitis numularis 1) Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat mengganggu.

2) Lesi akut berupa vesikel dan papulovesike! (0,3-1,0cm), kemudian membesar dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping, membentuk satu lesi karateristik seperti uang, logam (coin), eriternatosa, sedikit edematosa, dan bebatas tegas. 3) Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta kekuningan. 4) Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran bervariasi dari miliar sampai numular, bahkan plakat. 5) Tempat predileksi biasanya terdapat di tungkai bawah, badan, lengan termasuk punggung tangan. e. Dermatitis statis 1) Bercak-bercak berwarna merah yang bersisik 2) Bintik-bintik berwarna merah dan bersisik 6) Borok atau bisul pada kulit 7) Kulit yang tipis pada tangan dan kaki 8) Luka (lesi) kulit 9) Pembengkakan pada tungkai kaki 10) Rasa gatal di sekitar daerah yang terkena 11) Rasa kesemutan pada daerah yang terkena 6.

Pemeriksan diagnostik Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan

integument yaitu : a. Biopsi kulit Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulityang terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasanatau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. b. Uji kultur dan sensitivitas

Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur padakulit.

Kegunaan

mikroorganisme

lain

adalah

tersebutresisten

pada

untuk

mengetahui

obat–obat

tertentu.

apakah Cara

pengambilan bahan untuk uji kultur adalahdengan mengambil eksudat pada lesi kulit. c. Pemeriksaan Darah Hb, leoukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin d. Uji temple Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi. Untuk mengetahuiapakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis, mengidentifikasi responalergi. Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnyadilihat bagaimana reaksi local yang ditimbulkan. Apabila ditemukan kelainan padakulit, maka hasilnya positif 7.

Penatalaksanan Medis Pada prinsipnya penatalaksanaan yang baik adalah mengidentifikasi

penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit. a. Pencegahan Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen. e. Pengobatan 1) Pengobatan topical Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik

berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya adalah : a) Kortikosteroid Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi sel T dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses dermatitis kontak dengan demikian efek terapetik. Jenis yang dapat diberikan adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk meningkatan penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis. b) Radiasi ultraviolet Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak

melalui

sistem

imun.

Paparan

ultraviolet

di

kulit

mengakibatkan hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans (CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya. Kombinasi 8-methoxy-psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis. Secara imunologis dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan jumlah sel

Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel Langerhans akan sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. c) Siklosporin A Pemberian

siklosporin

A

topikal

menghambat

elisitasi

dari

hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis. d) Antibiotika dan antimikotika Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa hemolitikus, E. koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal. e) Imunosupresif Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus) dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan mengurangi peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik. SDZ ASM 981 merupakan derivat askomisin makrolatum yang berefek anti inflamasi yang tinggi. Pada konsentrasi 0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17-propionat 0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-valerat 0,1%, namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan adalah 1%. Efek anti peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik dan penggunaan secara topikal sama efektifnya dengan pemakaian secara oral. 2) Pengobatan sistemik

Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenisnya adalah : a) Antihistamin Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan asetilkolin. b) Kortikosteroid Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita ulkus peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya terutama pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan dari insomnia hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLADR pada sel Langerhans, menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF. c) Siklosporin Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit, makrofag dan keratinosit serta menghambat ekspresi ICAM-1. d) Pentoksifilin Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat teobromin yang memiliki efek menghambat peradangan. e) FK 506 (Trakolimus)

Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular. Menghambat sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan serotonin. Dapat juga diberikan secara topikal. f) Ca++ antagonis Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti nifedipin dan amilorid. g) Derivat vitamin D3 Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan INF-r yang merupakan mediator-mediator poten dari peradangan. Contohnya adalah kalsitriol. h) SDZ ASM 981 Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang tinggi. Dapat juga diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih baik daripada siklosporin b. Komplikasi a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b. Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus c. Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi d. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identita pasien Hal utama yang harus dikaji dalam melakukan pengkajian pda pasien adalah identitas pasien, dimana terdapat nama, tempat tangal lahir, usia, alamat, pendidikan, agama, dan lain sebagainya b. Keluhan utama Dalam keluhan utama ini perawat mengkaji keluhan-keluhan utama yang terjadi pada pasien saat ini c. Riwayat kesehatan 1) Riwayat penyakit sekarang Dalam riwayat kesehatan sekarang mencakup kapan mulai terjadinya penyakit hingga tindakan yang telah diberikan 2) Riwayat penyakit dahulu Dalam hal ini perawat menanyakan mengenai penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh pasien, terutama yang mengacu pada penyakit yang dideritanya sekarang 3) Riwayat penyakit keluarga Dalam hal ini perawat menanyakan mengeni penyakit keluarga yang diderita d. Pola fungsional 1) Pola persepsi dan penanganan kesehatan Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien. 2) Pola nutrisi dan metabolisme 

Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang dan malam )



Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau alergi



Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan



Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant

3) Pola eliminasi 

Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna  dan karakteristiknya



Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi



Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.

4) Pola aktivitas/olahraga 

Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada kulit.



Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya



Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.

5) Pola istirahat/tidur 

Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien



Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada kulit



Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?

6) Pola kognitif/persepsi 

Kaji status mental klien



Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu



Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien



Kaji penglihatan dan pendengaran klien.



Kaji apakah klien mengalami vertigo



Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah pada kulit.

7) Pola persepsi dan konsep diri



Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya



Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi atau takut



Apakah ada hal yang menjadi pikirannya

8) Pola peran hubungan 

Tanyakan apa pekerjaan pasien



Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll.



Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien

9) Pola seksualitas/reproduksi 

Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya



Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan menopause



Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks

10) Pola koping-toleransi stress 

Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau perawatan diri )



Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien). Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.

11) Pola keyakinan nilai 

Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.

e. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik ini, biasnaya terdiri dri pemeriksan head to toe, serta pemeriksaan ttv dan antropometri f. Pemeriksaan penunjang Dalam hasil pemeriksaan penunjang, bias any terdiri dari pemeriksaan Lab, rongten, CT-Scan dan lain sebagainya 2. Diagnosa keperawatan a. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan factor mekanis b. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan gejala penyakit c. Nyeri akut yang behubungan dengan agen pencedera fisiologis 3. Rencana asuhan keperawatan No

Dx

Tujuan

Dx Keperawatan 1 Gangguan

Setelah

diberikan

Intervensi

Rasional

Perawatan Integritas

Perawatan Integritas

Kulit

Kulit

Integritas Kulit intervensi yang

keperawatan

berhubungn

…x24

dengan mekanis

factor integritas

selama Observasi :

jam

maka 1. Identifikasi penyebab dan

1. Mengetahui penyebab

gangguan integritas

gangguan

kulit

kulit

dengan kriteria hasil :

Terapeutik :

Terapeutik :

1. Kerusakan

1. Gunakan produk

1. Menghindari

jaringan

kulit

Observasi :

meningkat,

jaringan menurun 2. Kerusakan lapisan kulit menurun 3. Nyeri menurun 4. Kemerahan menurun 5. Suhu membaik

kulit

integritas

berbahan petroleum

terjadinya alergi dan

atau minyak pada

memperparah

kulit kering

keadaan kulit

2. Gunakan produk

2. Menghindari

berbahan

terjadinya iritasi pda

ringan/alami dan

kulit

hipoalergik pada kulit sensitive 3. Hindari produk berbahan dasar

3. Menghindari terjadinya iritasi

alcohol pda kulit kering Edukasi :

Edukasi :

1. Anjuran

1. Untuk

menggunakan

menjaga

kelembapan kulit

pelembab 2. Anjurkan minum air yang cukup 3. Anjurkan menghindari terpapar

2. Untuk

menjaga

hidrasi kulit 3. Menghindari terjadinya kulit kering

suhu ekstrem 4. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun

4. Untuk

menjaga

kebersihan kulit

secukupnya Pemberian Obat Topikal Observasi : 1. Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi dan

Pemberian Obat Topikal Observasi : 1. Mengetahui

adanya

alergi dan interaksi obat lainnya

konraindikasi obat 2. Periksa tanggal kadaluwarsa obat 3. Monitor efek terapeutik obat

2. Mengetahui

tanggal

kadaluwarsa obat 3. Mengetahui terapeutik

efek yang

ditimbulkan oleh obat 4. Monitor efek local, efek sistemik dan efek samping obat Terapeutik :

4. Mengetahui

efek

local,sistemik,

dan

efek samping obat Teraputik :

1. Lakukan prinsip 6 1. Menghindari

hal-hal

benar

yang tidak diinginkan yang diakibtkan oleh pemberian obat

2. Cuci tangan dan pakai 2. Menjaga sarung tangan

kebersihan

tangan

dan

menghindari

infeksi

nosocomial 3. Bersihkan kulit

3. Agar tidak terjadinya infeksi

4. Oleskan obat pada kulit

Gangguan rasa Setelah nyaman

yang intervensi

berhubungan dengan penyakit

diberikan

keperawatan

Edukasi :

1. Jelaskan jenis obat,

1. Menambah

alasan pemberian,

pengetahuan

tindakan yang

mengenai jenis obat

diharapkan, dan efek

yang diberikan, alas

samping sebelum

an pemberian, serta

pemberian

efek samping obat

meningkat,

dengan

kriteria hasil : 1. Keluahn

pemberian obat

pemberian

secara mandiri Manjemen Nyeri

topical Manjemen Nyeri

nyaman menurun

obat

Observasi : 1. Mengetahui

lokasi,

karakteristik, durasi,

krkteristik,

frekuensi, kualitas,

frekuensi,

intensitas nyeri

dan intensitas nyeri

2. Identifikasi skala tidak

2. Menambah wawasan pasien mengenai cara

selama 1. Identifikasi lokasi,

kenyamanan

pasien

keluarga tentang cara

Observasi :

gejala …x24 jam maka status

topical

Edukasi :

2. Ajarkan pasien dan

2

4. Mengaplikasikan obat

nyeri 3. Identifikasi factor

2. Mengetahui

durasi, kulititas, skala

nyeri pasien 3. Mengetahui

factor

2. Gatal menurun

yang memperberat

yang

memperberat

3. Pola

dan memperingan

dan

memperingan

tidur

membaik

nyeri 4. Monitor efek

nyeri 4. Mengetahui

efek

samping penggunaan

samping penggunaan

analgetik

analgesic

Terapeutik :

Terapeutik :

1. Berikan terapi

1. Membantu

nonfarmakologis

meredakan

nyeri

untuk mengurangi

dengan

terapi

rasa nyeri

nonfarmakologis

2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri Edukasi : 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

2. Mempertahankan kenyamanan

pasien

dengan

control

lingkungan Edukasi : 1. Menambah pengetahuan dan

pasien keluarga

menyenai penyebab, periode, dan pemicu 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri

nyeri 2. Menambah wawasan pasien dan keluarga mengenai

3. Ajarkan teknik nonfarmakologis

strategi

meredakan nyeri 3. Menambah wawasan

untuk mengurangi

pasien dan keluarga

rasa nyeri

mengenai

teknik

nonfarmakologis untuk nyeri Kolaborasi :

Kolaborasi :

mengurangi

1. Pemberian analgetik, jika perlu

1. Membantu mengurangi

nyeri

dengan farmakologi Terapi relaksasi

Terapi relaksasi

Observasi :

Observasi :

1. Monitor respons

1. Mengetahui

respon

terhadap terapi

pasien

terhadap

relaksasi

teknik relaksasi

Terapeutik :

Terapeutik :

1. Ciptakan lingkungan

1. Menjaga ketenangan

tenang dan tanpa

dan

gangguan dengan

pasien

dalam

pencahayaan dan

melakukan

teknik

suhu ruang nyaman

relaksasi

2. Gunakan pasien pakaian longgar 3. Gunakan nada suara

kenyamanan

2. Menjaga kenyamanan pasien 3. Agar

pasien

lembut dengan Irma

merasakan

lambat dan berirama

kenyamanan

Edukasi :

Edukasi :

1. Jelaskan tujuan,

1. Agar

pasien

dn

manfaat, batasan, dan

keluarga mengetahui

jenis relaksasi yng

tujuan,

tersedia

batasan,

manfaat, dan

relaksasi

jenis yang

diberikan 2. Anjurkan mengambil posisi nyaman 3. Anjurkan rileks dan

2. Menjaga kenyamanan pasien 3. Membuat

merasakan sensasi

relaks

relaksasi

mendukung terapi

pasien dan suasana

3

Nyeri akut yang Setelah berhubungan dengan

diberikan

intervensi …x24

fisiologis

4. Menambha wawasan

latih teknik relaksasi

pasien dan keluarg

Manjemen Nyeri Observasi :

agen keperawatan

pencedera

4. Demonstrasikan dan

jam

selama 1. Identifikasi lokasi,

teknik

relaksasi

yang

diberikan Manjemen Nyeri Observasi : 1. Mengetahui

lokasi,

karakteristik, durasi,

karakteristik,

tingkat nyeri menurun,

frekuensi, kualitas,

frekuensi,

dengan kriteria hasil :

intensitas nyeri

dan intensitas nyeri

1. Keluhan

maka

mengenai

nyeri 2. Identifikasi skala

menurun

nyeri

2. Meringis menurun 3. Frekuensi

nadi

membaik 4. Tekanan

darah

membaik 5. Pola membaik

3. Identifikasi factor

kulititas,

2. Mengetahui

skala

nyeri pasien 3. Mengetahui

factor

yang memperberat

yang

memperberat

dan memperingan

dan

memperingan

nyeri

nyeri

4. Monitor efek tidur

durasi,

4. Mengetahui

efek

samping penggunaan

samping penggunaan

analgetik

analgesic

Terapeutik :

Terapeutik :

1. Berikan terapi

1. Membantu

nonfarmakologis

meredakan

nyeri

untuk mengurangi

dengan

terapi

rasa nyeri

nonfarmakologis

2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

2. Mempertahankan kenyamanan

pasien

dengan

control

lingkungan Edukasi :

Edukasi :

1. Jelaskan penyebab,

1. Menambah

periode, dan pemicu

pengetahuan

pasien

nyeri

dan

keluarga

menyenai penyebab, periode, dan pemicu nyeri 2. Jelaskan strategi

2. Menambah wawasan

meredakan nyeri

pasien dan keluarga mengenai

strategi

meredakan nyeri 3. Ajarkan teknik

3. Menambah wawasan

nonfarmakologis

pasien dan keluarga

untuk mengurangi

mengenai

rasa nyeri

nonfarmakologis untuk

teknik mengurangi

nyeri Kolaborasi :

Kolaborasi :

1. Pemberian analgetik,

1. Membantu

jika perlu

mengurangi

nyeri

dengan farmakologi Pemberian Analgesik

Pemberian Analgesik

Observasi :

Observasi :

1. Identifikasi

1. Mengetahui

karakteristik nyeri 2. Identifikasi riwayat alergi obat 3. Identifikasi kesesuian

karakteristik nyeri 2. Mengetahui riwayat alergi obat pasien 3. Menentukan jenis

jenis analgesic dngan

analgesic yang sesuai

tingkat keparahan

tingkat keparahan

nyeri

nyeri

4. Monitor tanda-tanda

4. Mengetahui perubhan

vital sebelum dan

tanda-tanda vital

sesudah pemberian

pasien

analgesic

5. Monitor efektifitas analgesic

5. Mengetahui efektifitas analgesik

Terapeutik :

Terapeutik :

1. Dokumentasikan

1. Mencatat respon

respons terhadap efek

psien terhadap

analgesic dan efek

analgesic dan efek

yang tidak diinginkan

yang tidak diinginkan

Edukasi :

Edukasi :

1. Jelaskan efek terapi

1. Menambah

dan efek samping

pengetahuan pasien

obat

dan keluarga mengenai efek samping obat yang diberikan

Kolaborasi :

Kolaborasi :

1. Kolaborasi

1. Memberikan dosis

pemberian dosis dan

dan analgesic yang

jenis analgesic

tepat

Terapi relaksasi

Terapi relaksasi

Observasi :

Observasi :

1. Monitor respons

1. Mengetahui

respon

terhadap terapi

pasien

terhadap

relaksasi

teknik relaksasi

Terapeutik :

Terapeutik :

1. Ciptakan lingkungan

1. Menjaga ketenangan

tenang dan tanpa

dan

gangguan dengan

pasien

dalam

pencahayaan dan

melakukan

teknik

suhu ruang nyaman

relaksasi

2. Gunakan pasien pakaian longgar

kenyamanan

2. Menjaga kenyamanan pasien

3. Gunakan nada suara

3. Agar

pasien

lembut dengan Irma

merasakan

lambat dan berirama

kenyamanan

Edukasi :

Edukasi :

1. Jelaskan tujuan,

1. Agar

pasien

dn

manfaat, batasan, dan

keluarga mengetahui

jenis relaksasi yng

tujuan,

tersedia

batasan,

manfaat, dan

relaksasi

jenis yang

diberikan 2. Anjurkan mengmbil posisi nyaman 3. Anjurkan rileks dan

2. Menjaga kenyamanan pasien 3. Membuat

merasakan sensasi

relaks

relaksasi

mendukung

pasien dan suasana

terapi 4. Demonstrasikan dan

4. Menambha wawasan

latih teknik relaksasi

pasien dan keluarg mengenai

teknik

relaksasi

yang

diberikan

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Dalam hal ini, perawat mengaplikasikan intervensi atau rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan kondisi pasien dan terdapat evaluasi formatif untuk mengetahui respon klie ketika diberikan implementasi pada saat itu juga, adapun yang harus diperhatikan adalah : 1. Mencegah terjadinya komplikasi 2. Meningkatkan konsep diri dan penerimaan situasi 3. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, risiko komplikasi dan kebutuhan pengobatan lainnya.

5.

EVALUASI KEPERAWATAN Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Evaluasi yang digunakan dalam proses keperawatan ini adalah evaluasi sumatif.Tujuan evaluasi sumatif adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan : 1.

Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan).

2.

Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan).

3.

Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan).

DAFTAR PUSTAKA Banowati, Andini. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dermatitis. https://www.academia.edu/10853371/Asuhan_Keperawatan_pada_Pasi en_Dermatitis. Diakses pada 21 September 2020 Meylani, Yesika.2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dermatitis Kontak. https://www.academia.edu/33453247/Asuhan_keperawatan_pada_pasie n _dengan_Dermatitis_Kontak. Diakses pada 21 September 2020 SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI SLKI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesi. Jakarta: DPP PPNI Sumaryati, Maria. 2018. Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Lansia Tentang Penyakit Dermatitis Di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar Widiari,Widiari. 2020. Laporan Pendahuluan Dermatitis. https://www.academia .edu/36319367/LAPORAN_PENDAHULUAN_DERMATITIS. Diakses pada 21 September 2020

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN (NYERI AKUT) PADA PASIEN DENGAN DERMATITIS KONTAK

Nama Mahasiswa

: Komang Mirah Pebryani

Tempat Praktek

: RSUD Wangaya

Tanggal Pengkajian

: 21 September 2020

PENGKAJIAN I.

Identitas Diri Pasien Nama

: Ny.K

Tanggal Masuk RS

: 21 September 2020

Tempat/Tanggal Lahir

: Buleleng/ 11 Nopember 1974

Sumber Informasi

: Pasien

Umur

: 46 Tahun

Agama

:Hindu

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status Perkawinan

:Kawin

Pendidikan

: SMA

Suku

: Bali

Pekerjaan

: Wiraswasta

Lama Bekerja

: 25 tahun

Alamat

: Jalan Pulau Moyo, Pedungan Denpasar Selatan

Keluhan Utama

: Pasien mengeluh kulitnya terasa nyeri dan gatal

Riwayat Penyakit

: Pasien mengatakan bahwa tiga hari yang lalu dirinya mengganti sabun mandinya, yang mana ia menggunakan sabun mandi yang dibelikan oleh anaknya, pasien memang memiliki riwayat alergi terhadap paraben dan pernah dirawat di rumah sakit akibat alerginya 10 tahun yang lalu. Pada

awalnya

pasien

mengatakan

sedikit

gatal

menggunakan sabun tersebut, tetapi pasien tidak berpikir bahwa dalam sabun tersebut mengandung paraben. Pasien mengatakan semakin hari rasa gatal semakin meningkat dan sampai terdapat luka-luka kecil yang memerah di tubuhnya,

dan rasa gatalnya berubah menjadi rasa nyeri yang panas. Pada tanggal 21 September 2020 pukul 08.00 pasien dibawa oleh keluarganya ke UGD RSUD Wangaya karena pasien tidak tahan lagi akan nyeri yang dirasakan, setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan dokter mendiagnosa pasien dengan Dermatitis Kontak. Setelah diobservasi selama kurang lebih 2 jam pasien dipindahkan ke ruang rawat inap. Sesampainya di ruang rawat inap dilakukan pengkajian dan didapatkan hasil pasien mengeluh nyeri pada kulitnya yang mengalami peradangan dan lesi, pasien mengatakan nyeri terasa seperti dibakar, nyeri terasa menyebar ke seluruh tubuh, pasien mengatakan skala nyerinya ada di rentang 4, nyeri dirasakan sewaktu waktu dengan durasi yang tidak menentu. Pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, nafsu makan pasien menurun, dengan tanda-tanda vital TD : 140/100, Suhu : 37.4, RR : 20 x per menit, N = 90 kali per menit.

1. Keluarga terdekat yang dapat dihubungi (orang tua, wali, suami, istri, dan lain-lain) Pekerjaan

: Pegawai Swasta

Pendidikan

: SMA

Alamat

: Jalan Pulau Moyo, Pedungan Denpasar Selatan

2. Alergi

:

Tipe

Reaksi

3.Alergi Kebiasaan akibat iritan

Gatal dan lesi pada kulit

Tindakan Pemberian obat antialergi

Pasien biasanya minum Kopi pada pagi hari sebelum berangkat bekerja 3.Obat-obatan Lamanya

:-

Sendiri

:-

Orang lain (resep)

:-

4. Pola nutrisi Frekuensi/porsi makan

: sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari dengan habis 1 porsi, sedangkan pada saat pasien sakit pasien hanya makan 2 kali dan hanya habis ½ porsi Berat Badan

: 58 kg

Tinggi Badan

: 160 cm

Jenis makanan dan lauk

: Nasi sayur

Makanan yang disukai : Pasien menyukai semua makanan yang diberikan

Nafsu makan

Makanan tidak disukai

:-

Makanan pantangan

:-

: Kurang, alasan : pasien tidak nyaman dengan kondisinya saat ini Perubahan BB 3 bulan terakhir kg

: berkurang 1

5. Pola eliminasi a. Buang air besar Frekuensi hari

: 1 kali sehari

Waktu

: pagi

Warna lembek

: kecoklatan

Konsistensi

:

Penggunaan Pencahar : b. Buang air kecil Frekuensi

: 4 kali

Bau

: berbau khas

Warna

: kekuningan

6. Pola tidur dan istirahat : Waktu tidur (jam)

: Pukul 10 malam

Lama tidur/hari

: 7 jam

Kebiasaan pengantar tidur:Kebiasaan saat tidur

:-

Kesulitan dalam hal tidur : sering/mudah terbangun karena rasa gatal

7. Pola aktivitas dan latihan : a. Kegiatan dalam pekerjaan

: Bersih-bersih

b. Olah raga

:-

c. Kegiatan di waktu luang

: Membuat banten

d. Kesulitan/keluhan dalam hal ini

: Tidak dapat beraktivitas dengan

baik, karena nyeri yang dialami pada kulitnya 8. Pola kerja : Jenis pekerjaan dalam 1 minggu

: Serabutan lamanya 8 jam perhari selama 5 hari

Jumlah jam kerja

: 8 jam per hari

Jadwal kerja

: Hari senin sampai hari jumat

Riwayat Keluarga Genogram :

x

Keterangan : = Laki-Laki

= Perempuan

x

= Pasien

= Tinggal Bersama

II.

Riwayat Lingkungan Kebersihan Lingkungan

: Pasien mengatakan lingkungan nya bersih, dan sanitasi lingkungan baik, tetapi masih banyak yang sering membakar sampah di lingkungannya

Bahaya

:-

Polusi III.

: Udara Aspek Psikososial

1. Pola pikir dan persepsi a. Alat bantu yang digunakan

:-

b. Kesulitan yang dialami

:-

2. Persepsi diri Hal yang dipikirkan saat ini

:Bagaimana cara menghilangkan nyeri yang dialami

Harapan setelah menjalani perawatan hilang

:Nyeri dapat berkurang dan

Perubahan yang dirasa setelah sakit

:Merasa tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik

3. Suasana hati : kurang baik, karena nyeri yang dialami 4. Hubungan/komunikasi: a. Bicara [v] jelas

bahasa utama : Bahasa Bali

[v] relevan

bahasa daerah : Bahasa Bali

[v] mampu mengekspresikan [v] mampu mengerti orang lain b. Tempat tinggal Tinggal bersama dengan keluarga, yaitu suami, anak kedua dan anak ketiganya c. Kehidupan keluarga Adat istiadat yang dianut Pembuatan keputusan dalam keluarga kepala keluarga

: Bali : Suami sebagai

Pola komunikasi

: Baik

Keuangan

: Memadai

d. Kesulitan dalam keluarga

:-

5. Kebiasaan seksual a. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut : [ ] fertilitas

[ ] menstruasi

[ ] libido

[ ] kehamilan

[ ] ereksi

[ v ] alat kontrasepsi

b. Pemahaman terhadap fungsi seksual : Baik 6. Pertahanan koping a. Pengambilan keputusan Pengambilan keputusan biasanya dibantu oleh suami pasien sebagai kepala keluarga b. Yang disukai tentang diri sendiri

: Menyukai tekadnya yang

kuat c. Yang ingin dirubah dari kehidupan

: -

d. Yang dilakukan jika sedang stress

: Bercerita kepada suami dan

anak - anaknya 7. Sistem nilai – kepercayaan a. Siapa atau apa yang menjadi sumber kekuatan : Tuhan b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda : [v] ya

[ ] tidak

c. Kegiatan Agama atau Kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi) Sebutkan : Biasanya pasien setiap hari mebanten rarapan dan selalu mebanten canang setiap sore d. Kegiatan Agama atau Kepercayaan yang ingin dilakukan selama di rumah sakit, Sebutkan : Sembahyang di tempat tidur IV.

Pengkajian Fisik A. Vital Sign Tekanan darah

:140/100 mmHg

Suhu

: 37,4oC

Nadi

: 90 x per menit

Pernafasan

: 20 x per menit

B. Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4V5M6

Eye

: Membuka mata dengan dendirinya tanpa dirangsang

Motorik

: Mengikuti perintah pemeriksa

Verbal

: Orientasi baik, bicranya jelas

C. Keadaan umum : Sakit/ nyeri

: Sedang

Skala nyeri

: Sedang

Nyeri di daerah

: Seluruh badan

Status gizi

: Normal

BB

TB : 160 cm

: 58 Kg

Sikap

: Gelisah dan menahan nyeri

Personal hygiene

: Bersih

Orientasi waktu/ tempat/ orang : Baik D. Pemeriksaan Fisik Head To Toe Kepala Bentuk

: Normal

Lesi/ luka

:-

Rambut Warna

: Hitam

Kelainan

: Rontok

Mata Penglihatan

: Normal

Sklera

: Tidak ikterik

Konjungtiva

: Anemis

Pupil

: Isokor

Kelainan

:-

Hidung Penghidu

: Nomal

Sekret/ darah/ polip

:-

Tarikan caping hidung

: tidak

Telinga Pendengaran

: Normal

Skret/ cairan/ darah

: Tidak ada

Mulut Dan Gigi Bibir

: Kering

Gigi

: Terdapat gigi berlubang dan karang gigi

Leher Pembesaran tyroid

:-

Lesi

: Ya, diseluruh badan

Nadi karotis

: teraba

Pembesaran limfoid

:-

Thorax Jantung

: nadi 90 x/ menit, dengan kekuatan: kuatdan irama : teratur

Paru

:

1. frekwensi nafas

:20 kali per menit teratur

2. kualitas

: normal

3. suara nafas

: vesikuler

4. batuk

: tidak

5. sumbatan jalan nafas: 6. Retraksi dada Abdomen Peristaltik usus

: ada, 20 x/menit

Kembung

: tidak

Nyeri tekan

: tidak

Ascites

: tidak ada

Genetalia

: tidak ada

Pimosis

: tidak

Alat Bantu

: tidak

Kelainan

: tidak

Kulit Turgor

:kering

Laserasi

:luka lecet dan terjadi peradangan di seluruh badan

Warna kulit

:normal sawo matang

Ekstremitas Kekuatan otot kelelahan otot

: 5 (pergerkan ktif melawan tahanan penuh tanpa adanya

ROM

: penuh

Hemiplegi/parese

: tidak

Akral

: hangat

Capillary refill time

: < 3 detik

Edema

: tidak ada

Data pemeriksaan fisik neurologis

:-

1. Data Penunjang a. Pemeriksaan Penunjang: 1) Uji Biopsi Kulit

: tidak adanya infeksi bakteri atau jamur

2) Skin Pact Test

: Positif dermatitis kontak

ANALISIS DATA Data focus Data Subyektif : pasien mengeluh nyeri pada kulitnya yang

Analisis

Masalah

Zat yang terkandung dalam sabun mandi

Nyeri Akut

mengalami peradangan dan lesi di sekujur tubuh pasien mengatakan nyeri terasa seperti dibakar pasien mengatakan nyeri terasa menyebar ke seluruh tubuh

Iritan Primer (Agen pencedera fisiologis

Mengiritasi kulit

pasien mengatakan skala nyerinya ada di rentang 4

Peradangan dan lesi

pasien mengatakan nyeri dirasakan sewaktu waktu dengan durasi yang tidak menentu.

Nyeri Akut

Data Obyektif : Pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, Pasien mengeluh nyeri, pasien tampak nafsu makan pasien menurun, dengan tandameringis, pasien tampak gelisah tanda vital TD : 140/100, Suhu : 37.4, RR : 20 x per menit, N = 90 kali per menit.

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH 1. Nyeri Akut yang berhubungan dengan agen pencedera fisiologis yang dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri dengan pengkajian PQRST P= pasien mengeluh nyeri pada kulitnya yang mengalami peradangan dan lesi di sekujur tubuh, Q= pasien mengatakan nyeri terasa seperti dibakar, R= pasien mengatakan nyeri terasa menyebar ke seluruh tubuh, S= skala nyeri 4, T= pasien mengatakan nyeri dirasakan sewaktu waktu dengan durasi yang tidak menentu. Pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, nafsu makan pasien menurun, dengan tanda-tanda vital TD : 140/100, Suhu : 37.4,RR:20xpermenit,N=90kali/menit.

PERENCANAAN (lihat SLKI dan SIKI) No. Tujuan Intervensi Dx 1 Setelah diberikan Manjemen Nyeri intervensi keperawatan Observasi : selama 3x24 jam maka tingkat nyeri menurun, 1.Identifikasi lokasi, dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi, 1. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas, intensitas menurun dengan nyeri skala : 5 2.Identifikasi skala nyeri 2. Meringis menurun dengan skala : 5 3. Frekuensi membaik skala : 5 4. Tekanan membaik skala : 5

nadi 3.Identifikasi factor yang dengan memperberat dan memperingan nyeri darah Terapeutik : dengan 4.Berikan terapi

Rasional Manjemen Nyeri Observasi : 1. Mengetahui

lokasi,

karakteristik,

durasi,

frekuensi, kulititas, dan intensitas nyeri 2. Mengetahui skala nyeri pasien 3. Mengetahui factor yang memperberat

dan

memperingan nyeri Terapeutik : 4.Membantu

meredakan

nonfarmakologis untuk

nyeri

dengan

terapi

mengurangi rasa nyeri

nonfarmakologis

5.Kontrol lingkungan yang

5.Mempertahankan

memperberat rasa nyeri

kenyamanan

pasien

dengan control lingkungan Edukasi :

Edukasi :

6.Jelaskan penyebab, periode,

6.Menambah pengetahuan

dan pemicu nyeri

pasien

dan

menyenai Kolaborasi : 7.Pemberian analgetik, jika perlu

keluarga penyebab,

periode, dan pemicu nyeri Kolaborasi : 7.Membantu

mengurangi

nyeri dengan farmakologi

Pemberian Analgesik

Pemberian Analgesik

Observasi :

Observasi :

1.Identifikasi riwayat alergi

1.Mengetahui riwayat

obat

alergi obat pasien

2.Monitor tanda-tanda vital

2.Mengetahui perubhan

sebelum dan sesudah

tanda-tanda vital pasien

pemberian analgesic Edukasi : 3.Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

Edukasi : 3.Menambah pengetahuan pasien dan keluarga mengenai efek samping obat yang diberikan

Kolaborasi :

Kolaborasi :

4.Kolaborasi pemberian dosis

4.Memberikan dosis dan

dan jenis analgesic

analgesic yang tepat

Terapi relaksasi

Terapi relaksasi

Observasi :

Observasi :

1.Monitor respons terhadap

1.Mengetahui

respon

terapi relaksasi

pasien

teknik

terhadap

relaksasi Terapeutik :

Terapeutik :

2.Ciptakan lingkungan tenang

2.Menjaga ketenangan dan

dan tanpa gangguan dengan

kenyamanan pasien dalam

pencahayaan dan suhu ruang

melakukan teknik relaksasi

nyaman 3.Gunakan pasien pakaian

3.Menjaga

kenyamanan

longgar

pasien

4. Gunakan nada suara

4.Agar pasien merasakan

lembut dengan Irma

kenyamanan

lambat dan berirama Edukasi :

Edukasi :

5. Jelaskan tujuan, manfaat,

6. Agar

batasan, dan jenis relaksasi

keluarga

yng tersedia

tujuan, batasan,

pasien

dn

mengetahui manfaat, dan

relaksasi

jenis yang

diberikan 6. Anjurkan mengmbil posisi 7. Menjaga kenyamanan nyaman pasien 7. Anjurkan rileks dan 8. Membuat pasien relaks merasakan sensasi dan mendukung relaksasi

suasana terapi

8. Demonstrasikan dan latih 9. Menambah wawasan teknik relaksasi pasien dan keluarg mengenai

teknik

relaksasi

yang

diberikan

PELAKSANAAN No 1

Tgl/ jam

Implementasi

Respon

21 September 2020

Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

Ds : pasien mengatakan nyeri di seluruh tubuh yang luka, nyeri terasa seperti terbakar, nyeri datang sewaktu-waktu dengan durasi yang tidak dapat ditentukan

10.30

Do : Pasien tampak meringis

Mengidentifikasi skala nyeri pasien

Ds : Pasien mengatakan skala nyeri 4 Do : Pasien tampa k meringis

Mengukur tanda-tanda vital pasien

Mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri

Ds : Pasien mengatakan nyeri pada sekujur tubuhnya Do : TD pasien 140/100, RR = 20x/mnt, N = 90x/Mnt, S=37,4oC Ds : Pasien mengatakan merasa sanga t nyeri ketika lukanya bergesekan dengan bahan kasar Do : pasien tampak meringis

Paraf

11.00

12.00

12.15

Mengontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri

Ds : Pasien mengatakan lebih nyaman setelah linen pasien diganti dengan linen yang lebih lembut

Do : Pasien tampak Mengidentifikasi riwayat alergi meringis obat Ds : pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat Mengkolaborasikan pemberian dosis dan jenis analgesic

Do : -

Ds : Dokter menganjurkan pemberian analgesic dan obat antialergi 13.00

13.15

Menjelaskan efek terapi dan efek samping obat

Memberikan analgetik

Do : Ds : pasien mengatakan paham terhadp penjelsan perawat Do : Pasien tampak dapat menerima informasi dengan baik Ds : Do : pasien diberikan analgesic sesuai dengan arahan dokter

16.00

Menjelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia

Ds :pasien mengatakan mengerti

Do : Pasien tampak Menciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan 16.15

antusias mendengarkan

dengan pencahayaan dan suhu

Ds : pasien merasa

ruang nyaman

sedikit lebih nyaman Do : pasien tampak

Menganjurkan mengambil posisi nyaman

lebih tenang Ds :Do : pasien tampak nyaman dengan posisi semi fowler

Menggunakan pasien pakaian longgar Ds :Do : Pasien tampak sudah mengenakan Menggunakan nada suara lembut dengan Irma lambat 16.30

dan berirama

pakaian longgar Ds : Do : pasien tampak lebih relaks

Menganjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi 16.45

Ds : pasien mengatakan merasa lebih nyaman dan relaks Do : pasien tampak

Memberikan analgetik

lebih relaks

19.00

Ds :Do : pasien diberikan analgesic sesuai dengan anjuran dokter

1

22 September 2020

Mengukur tanda-tanda vital pasien

08.00

Ds : pasien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang Do : TD=130/90, S=36,5oC, RR=20x/mnt, N=85x/mnt

Memberikan analgetik 08.30

Ds : Do : pasien diberikan analgesic sesuai dengan anjuran dokter

09.00

Mengidentifikasi skala nyeri pasien

Ds : Skala nyeri pasien 3 Do : pasien tampak meringis

Mengontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri

Ds : pasien mengatakan nyaman dengan lingkungannya Do : pasien tampak lebih tenang

10.30

Menjelaskan efek terapi dan efek samping obat

Ds : pasien mengatakan mengerti tentang apa yang

dijelaskan perawat Memberikan analgetik 13.55

Do : pasien tampak antusias mendengarkan perawat Ds: -

Menjelaskan tujuan, manfaat, 14.00

batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia

Menciptakan lingkungan 18.00

tenang dan tanpa gangguan

Ds : pasien mengatakan mengerti tentang apa yang dijelaskan oleh perawat Do : pasien tampak antusias mendengar

dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman

Menganjurkan mengambil 18.15

Do : pasien diberikan obat analgesic sesuai dengan anjuran dokter

posisi nyaman

Ds : pasien mengatakan jauh lebih relaks dari kemarin Do : pasien tampak lebih relaks

Ds : pasien mengatakan nyaman dengan posisi setengah duduk 18.30

Menggunakan pasien pakaian longgar

Do : pasien tampak berada dalam posisi semi fowler Ds : -

Menggunakan nada suara 18.45

lembut dengan Irma lambat

Do : Pasien sudah berpakaian longgar

dan berirama

Mendemonstrasikan dan melatih teknik relaksasi 18.50

18.55

Menganjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi

Memberikan analgetik

Ds : pasien mengatakan relaks dan nyaman Do : pasien tampak lebih relaks Ds : pasien mengatakan mengerti dan mau mencoba teknik relaksasi yang diajarkn secara mandiri Do : pasien tampak menyimak dengan baik Ds : pasien mengatakan merasa rileks dan nyaman Do : pasien tampak lebih tenang

19.00

Ds : Do : pasien diberikan analgesic sesuai dengan anjuran dokter 1

23 September 2020

Mengukur tanda-tanda vital pasien

08.00

08.30

Ds : pasien mengatakan nyeri berkurang Do : TD=120/80, S=36,0oC, RR= 20x/mnt, N=80 x/ mnt

Memberikan analgetik

Ds :Do : pasien diberikan analgesic sesuai

anjuran dokter 09.00 Mengidentifikasi skala nyeri pasien

Ds : pasien mengatakan skala nyerinya 2 Do : pasien tampak lebih nyaman dan tenang

Mengontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri

Ds : pasien mengatakan lebih nyaman Do : pasien tampak tenang dan nyaman

10.30

Menjelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia

Ds : pasien mengatakan mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh perawat Do : pasien tampak antusias mendengarkan perawat

11.00

Menciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman

Ds : pasien mengatakan mengatakan lebih nyaman Do : pasien tampak tenang rileks dan nyaman

Ds: pasien

13.00

Menganjurkan mengambil posisi nyaman

mengatakan nyaman dengan posisinya saat ini Do : pasien dengan posisi semifowler

Menggunakan pasien pakaian longgar

14.30

Menggunakan nada suara lembut dengan Irma lambat dan berirama

Ds : Do : pasien tampak menggunakan pakaian yang longgar Ds : pasien mengatakan merasa nyaman dan nyeri berkurang Do : pasien tampak rileks

16.00

Mendemonstrasikan dan melatih teknik relaksasi

Ds : pasien mengatakan sudah bisa melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan terapi music secara mandiri Do : pasien tampak lebih nyaman dan tenang

17.30

Menganjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi

Ds : pasien mengatakan lebih rileks dan nyeri sudah tidak separah dua hari yang lalu Do : pasien tampak nyaman

19.00

Memberikan analgetik

Ds : Do : pasien diberikan obat analgesic sesuai dengan anjuran dokter

EVALUASI No 1

Tgl / jam

Catatan Perkembangan

Paraf

24 September 2020

S : Pasien mengatakan sudah tidak merasa nyeri lagi, pasien mengatakan merasa nyaman O : pasien tampak tidak meringis lagi, pasien tampak tenang, dengn TTV : TD= 110/80 mmHg S= 36,0oC RR= 20x/mnt N= 80x/mnt A : Tujuan tercapai dengan hasil keluhan nyeri menurun, meringis menurun, frekuensi nadi membaik, tekanan darah membaik P : Pertahankan Kondisi Pasien

Denpasar, 24 September 2020 Nama Clinical Teacher / CT,

Nama Mahasiswa,

V.M.Endang S.P Rahayu S.Kp.M.Pd NIP : 195812191985032005

Komang Mirah Pebryani P07120018044

Related Documents

Lp & Askep Dermatitis
March 2021 0
Lp Dermatitis
March 2021 0
Lp & Askep Keputusasaan
February 2021 1
Lp Dermatitis Seboroik
February 2021 1

More Documents from "Qian Hakiki"