Lp & Konsep Askep Pielonefritis

  • Uploaded by: Qian Hakiki
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp & Konsep Askep Pielonefritis as PDF for free.

More details

  • Words: 2,150
  • Pages: 14
Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN PYELONEPHRITIS DI RUANGAN RPD 1 RUMAH SAKIT UMUM GENTENG

Oleh : Fani Mohamad Yunus 2017.04.006

Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi 2017

LEMBAR PENGESAHAN NAMA

: Fani Mohamad Yunus

NIM

: 2017.04.006

JUDUL LP

: Pyelonephritis

Laporan pendahuluan dengan Pyelonephritis telah di setujui dan disahkan oleh :

Banyuwangi,

Desember 2017

Mahasiswa

(

Pembimbing Klinik

(

)

Pembimbing Institute

)

(

)

Kepala Ruangan

(

)

Laporan Pendahuluan Pyelonephritis A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan

gejala

lanjut

yang

disebut

dengan

pielonefritis

kronis.

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436). Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668) 2. Etiologi 1) Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumonac, Streptococus fecalis, dll). Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi. 2) Obstruksi urinaria track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat 3) Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke dalam ureter. 4) Kehamilan 5) Kencing manis 6) Keadaan-keadaan menurunya imunitas untuk melawan infeksi. 3. Patofisiologi Bakteri naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra. Flora normal fekal seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus adalah bakteri paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut. E. coli menyebabkan sekitar 85% infeksi. Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.

Infeksi pada ginjal

Infeksi pada usus

4. Pathway Kerusakan pada Nefron ginjal Diit tinggi mineral secara berlebihan

Gangguan absorbsi mineral pada usus

Gangguan reabsobsi dan kebocoran ginjal Mineral diangkut bersama darah menuju seluruh tubuh

Peningkatan mineral di ginjal Obat-obatan (laktasif, antasida, diuretik)

Konsumsi air rendah

Peningkatan konsentrasi mineral di urine

Inflamasi

Terjadi pengendapan mineral menjadi kristal

Responsistemik

Penurunan cairan ke ginjal

Endapan kristal membentuk nucleus dan menjadi batu

Urine menjadi pekat

Tidak mendapat penanganan

Gagal ginjal akut

Ginjal

IL 1 Meningkat Bladder

Distensi saluran kemih dan abdomen

Uretrha

Suhu tubuh meningkat Sensasi panas saat kencing

Sepsis

Kencing bercampur darah (hematuri) Gang. Termoregulasi

Peningkatan tekanan hidrostatik

Kencing sedikit/ menetes/ tiba-tiba berhenti

Nyeri saat berkemih

IL 2 Meningkat

Set point meningkat

Infeksi

Pemasangan Kateter

Hambatan Aliran Urine Hidronefrosis

Endogen pirogen

Urolitiasis

Ureter

Obstruksi

Pengeluaran pirogen

Pielonefritis

Nyeri pinggang

Nyeri akut

Actual/resiko tinggi infeksi

Gangguan Eliminasi Urine

Retensi Urine

Terlihat cemas, aktif bertanya dan menyatakan ketidak tahuan tentang penyakit

Mula dan muntah Kurang Pengetahuan Resiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan

5. Klasifikasi Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu : 

Pielonefritis kronis



Pielonefritis akut 1) Pyelonefritis akut Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.KronisPielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. 2) Pyelonefritis kronis Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.Pembagian PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karen uterus yang membesar.

6. Manifestasi Klinis Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut

berkontraksi kuat Pada pielonefritis kronis, nyerinya dapat menjadi samar-samar dan demam menjadi hilang timbul atau malah bisa tidak ditemukan demam sama sekali. 7. Pemeriksaan Penunjang 1. Whole blood 2. Urinalis 3. USG dan Radiologi 4. BUN 5. Creatinin 6. Serum electrolytes 8. Komplikasi Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi Umum & Sistemik J. C. E. Underwood, 2002: 669): • Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal, terutama pada penderita

diabetes

melitus

atau

pada

tempat

terjadinya

obstruksi.

• Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus. • Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik. 9. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007: 

Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari.



Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologi

tambahan

antispasmodic

dan

anticholinergic

oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine)

seperti



Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal secara progresif.

2. Penetalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007: 

Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.



Monitor Vital Sign



Melakukan pemeriksaan fisik



Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.



Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis



Memantau input dan output cairan.



Mengevaluasi hasil tes laboratrium (BUN, creatinin, serum electrolytes)



Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan.

9. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan yang dilakukan meliputi : 

Pemeriksaan IVP



Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur



Cystoscopy



Cultur urin



Biopsi ginjal.

B. Konsep Askep Pielonefritis 1. Pengkajian 1) Identitas Klien Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insiden infeksi saluran kemih yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. 2) Riwayat penyakit a. Keluhan utama : nyeri panggul dan disuria b. Riwayat penyakit sekarang : masuknya bakteri ke ginjal sehingga menyebabkan infeksi c. Riwayat penyakit dahulu : mungkin pasien pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya d. Riwayat penyakit keluarga : ISK bukanlah penyakit keturunan 3) Pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kurangnya pengetahuan tentang pencegahaan b. Pola istirahat dan tidur : istirahat dan tidur kadang mengalami gangguan karena gelisah dan nyeri. c. Pola eliminasi : kadang mengalami disuria dan sering kencing d. Pola aktivitas : aktivitas kadang mengalami gangguan karena rasa nyeri yang kadang datang 4) Pemeriksaan fisik a. Tanda-tanda vital : -

TD : normal / meningkat

-

Nadi : normal / meningkat

-

Respirasi : normal / meningkat

-

Temperatus : meningkat

b. Data fokus -

Inpeksi : Frekuensi miksi bertambah, lemah dan lesu, urine keruh

-

Palpasi : Suhu tubuh meningkat

2. Diagnosa Keperawatan a. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal. b. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi. c. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan denga infeksi pada ginjal.

d. Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal. e. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah. 3. Rencana Keperawatan A. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal 1) Tujuan dan kriteria hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, tanda-tanda infeksi mulai berkurang dengan hasil : -

Warna keruh urine mulai menurun

-

Suhu tubuh pasien dalam batas normal 36 – 370 C

-

Eliminasi urine sudah membaik

2) Intervensi: -

Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C R/ : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh

-

Catat karakteristik urine R/ : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

-

Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada kontra indikasi R/ : Untuk mencegah stasis urine.

-

Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi. R/ : Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.

-

Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih. R/ : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih.

-

Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering. R/ : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra.

B. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi. 1) Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah hipertermia teratasi dengan indikator : -

Suhu tubuh dalam batas normal 36 – 370 C

-

Nadi dan RR dalam rentang normal

-

Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

-

Merasa nyaman

2) Intervensi : -

Pantau suhu R/ : Tanda vital dapat menandakan adanya perubahan di dalam tubuh.

-

Pantau suhu lingkungan R/ : Suhu ruangan dan jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal

-

Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik R/ : Mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus

C. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal. 1) Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah gangguan eliminasi urine dapat teratasi dengan indikator : -

Pola eliminasi dalam rentang normal 5-6 x/hari

-

Warna, bau dan jumlah urine dalam rentang normal

2) Intervensi : -

Ukur dan catat urine setiap kali berkemih R/ : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put .

-

Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam R / : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.

-

Palpasi kandung kemih tiap 4 jam R/ : Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.

-

Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal R / : Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.

-

Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman R/ :

-

Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.

D. Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal. 1) Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri akut dapat teratasi dengan indikator : -

Melaporkan perasaan nyaman

-

Dapat mengurangi nyeri dengan non analgetik

-

Ekspresi wajah dan perilaku tidak menunjukkan gejala nyeri

-

Skala nyeri berkurang

2) Intervensi : -

Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri. R/ : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi

-

Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran. R/ : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otototot

-

Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi R/ : Untuk membantu klien dalam berkemih

-

Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi. R/ : Analgetik memblok lintasan nyeri

E. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah. 1) Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah kurang pengetahuan dapat teratasi dengan indikator : -

Pasien tampak relaks dan perasaan cemas mulai menurun

-

Pasien melaporkan stres/ cemasnya berkurang

-

Pasien aktirf mencari informasi berkaitan dengan penyakit dan pengobatan

2) Intervensi : -

Kaji tingkat kecemasan R/ : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien

-

Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya R/ : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan

-

Beri support pada klien R/ : Dukungan dari pihak lain sangat membantu cepatnya proses penyembuhan.

-

Beri dorongan spiritual R/ : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.Beri support pada klien

-

Beri penjelasan tentang penyakitnya R/ : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.

DAFTAR PUSTAKA Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC. Doenges, Marilyn E. (1999). Enggram, Barbara. (1998). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI http://nursingacademy2c.blogspot.co.id/2011/03/laporan-pendahuluan-pyelonephritis.html Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC. Parsudi, Imam A. (1999). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC Price, Sylvia Andrson. (1995). Rencana Asuhan Keperawatan Nugroho, Wahyudi. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC. Smeltzer, Suzanne C. (2001). Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001).

Related Documents


More Documents from "Raufia Ardini"