Lp Marasmus

  • Uploaded by: sakina
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Marasmus as PDF for free.

More details

  • Words: 3,021
  • Pages: 19
Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN NUTRISIONAL MARASMUS RUANG PERAWATAN LONTARA 4 ATAS BELAKANG DI RS WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2019

Nama Mahasiswa

: NURLIA RAHMA

Nim

: R014191051

CI LAHAN

[

CI INSTITUSI

]

[

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019

]

BAB I KONSEP MEDIS A. Definisi Marasmus adalah bentuk kekurangan gizi. Itu terjadi ketika asupan nutrisi dan energi terlalu rendah untuk kebutuhan seseorang. Ini menyebabkan buang-buang, atau hilangnya lemak dan otot tubuh. Seorang anak dengan marasmus mungkin tidak tumbuh seperti anakanak biasanya. Malnutrisi terjadi ketika kekurangan nutrisi menyebabkan masalah kesehatan, biasanya karena diet seseorang tidak mengandung semua vitamin dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi. Ketika seseorang tidak mendapatkan nutrisi yang tepat, akan lebih sulit bagi tubuh mereka untuk melakukan proses rutin yang memungkinkan mereka untuk menumbuhkan sel baru atau melawan penyakit. Masalah kesehatan yang lebih serius dapat terjadi (Gill, 2018). Marasmus ini merupakan kondisi yang terutama disebabkan oleh kekurangan kalori dan energi, gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. (Rabinowitz, 2016)

B. Etiologi Menurut Nelson (2007) dalam Pardi (2014), penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena: diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut : 1. Masukan makanan yang kurang: marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer. 2. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital.

3. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas 4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat 5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup 6. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance 7. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab maramus yang lain disingkirkan 8. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang kurang akan menimbulkan marasmus 9. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan makanan yang kurang atau anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup salah mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi

C. Patofisiologi Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan manghilangkan lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan prosesn fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan cadangan

protein

digunakan

juga

untuk

memenuhi

kebutuhan

energi

tersebut.

Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin. (Ngastiyah, 2005 dalam Pardi, 2014)

D. Manifestasi Klinik Gejala klinis KEP berat/gizi buruk yang dapat ditemukan pada marasmus yaitu tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, kulit keriput, perut cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas (iga gambang), pantan kendur dan keriput (baggy pants) serta tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang. (Nadila & Anggraini , 2016). Tanda dan gejala dari marasmus adalah: 1. Anak cengeng, rewel, dan tidak bergairah. 2. Diare. 3. Mata besar dan dalam 4. Akral dingin dan tampak sianosis 5. Wajah seperti orang tua 6. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu 7. Terjadi pantat begi karena terjadi atrofi otot. 8. Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput dan turgor kulit jelek 9. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas 10. Nadi lambat dan metabolisme basal menurun 11. Vena superfisialis tampak lebih jelas 12. Ubun-ubun besar cekung 13. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol 14. Anoreksia

15. Sering bangun malam

E. Pemeriksaan Penunjang Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain: (Pardi , 2014) 1. Tanda klinis a. Wajah seperti orang tua b. Sering terdapat penurunan kesadaran c. Kulit kering, dingin dan kendor d. Otot-otot mengecil sehingga tulang-tulang terlihat jelas e. Sering disertai diare atau konstipasi f. Tekanan darah, frekuensi jantung dan frekuensi pernafasan berkurang 2. Antropometrik Lebih ditujukan untuk menemukan malnutrisi ringan dan sedang. Pada pemeriksaan antropometrik, dilakukan pengukuranpengukuran fisik anak (berat, tinggi, lingkar lengan, dll) dan dibandingkan dengan angka standard (anak normal). Untuk anak, terdapat 3 parameter yang biasa digunakan, yaitu a. Berat dibandingkan dengan umur anak b. Tinggi dibandingkan dengan umur anak c. Berat dibandingkan dengan tinggi/panjang anak Parameter tersebut lalu dibandingkan dengan tabel standard yang ada Untuk membandingkan berat dengan umur anak. 3. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium, misalnya pemeriksaan kadar darah merah (Hb) dan kadar protein (albumin/globulin) darah, dapat dilakukan pada anak dengan malnutrisi. Dengan pemeriksaan laboratorium yang lebih rinci, dapat pula lebih jelas diketahui penyebab malnutrisi dan komplikasi-komplikasi yang terjadi pada anak tersebut.

F. Komplikasi Komplikasi Menurut Markum (1999) dalam (Pardi , 2014) komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita marasmus adalah: 1. Defisiensi vitamin A Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau absorbsi yang terganggu. Malabsorbsi ini dijumpai pada anak yang menderita malnutrisi , sering terjangkit infeksi enteritis, salmonelosis, infeksi saluran nafas, atau pada penyakit hati. Karena vitamin A larut dalam lemak, masukan lemak yang kurang dapat menimbulakn gangguan absorbsi. 2. Infestasi cacing Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadi infeksi khususnya gastroenteritis.pada anak dengan gizi buruk atau kurang gizi akan mengalami peningkatan jumlah parasit seperti cacing. 3. Tuberkulosis Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkulosis, anak akan membentuk “tuberkulosis primer”. Gambaran yang utama adalah pembesaran kelenjar limfe

pada pangkal paru (kelenjar hilus), yang terletak dekat bronkus utama dan

pembuluh darah. Jika pembesaran menghebat, penekanan pada bronkus utama mungkin dapat menyebabkan penyumbatan, sehingga tidak ada udara yang dapat memasuki bagian paru, yang selanjutnya pada bagian yang terinfeksi. Pada sebagian besar kasus, biasanya menyembuh dan meninggalkan sedikit kekebalan terhadap penyakit ini. Pada anak dengan keadaan umum dan gizi yang buruk, kelenjar dapat pecah ke dalam bronkus, menyebarkan infeksi dan mengakibatkan penyakit paru yang luas. 4. Bronkopneumonia Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein dengan kelemahan otot yang menyeluruh atau menderita poliomeilisis dan kelemahan otot pernapasan. Anak mungkin tidak dapat batukdengan baik untuk menghilangkan sumbatan pus. Kenyataan ini lebih sering menimbulkan pneumonia, yang mungkin mengenai banyak bagian kecil tersebat di paru (bronkopneumonia).

5. Noma Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikaai kekurangan kalori-protein berat yang perlu segera ditangani, karena sifatnya sangatdestruktif dan akut. Keruskan dapat terjadi pada jaringan lunak maupun jaringan tulang sekitar rongga mulut. Gejala yang khas adalah bau busuk yang sangat menyengat. Luka bermula dengan bintik hitam berbau diselaput mulut. Pada tahap berikutnya, bintik ini akan mendestruksi jaringan lunak sekitarnya dan lebih mendalam. Sehingga dari luar akan terlihat lubang kecil berbau busuk

G. Penatalaksanaan Menurut Mansjoer (2000 : 514 – 517) dalam Ningsih, (2015) penatalaksanan marasmus adalah : 1. Atasi / cegah hipoglikemia Periksa gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila < 35’C, suhu rektal 35,5‘C. Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegah kondisi tersebut. 2. Atasi/cegah hipotermia Bila suhu rektal < 35,5’C a. Segera beri makanan cair/fomula khusus. b. Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala. 3. Atasi/cegah dehidrasi Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati dengan tetesan pelan-pelan untuk mengurangi beban sirkulasi dan jantung. 4. Koreksi gangguan keseimbang elektrolit Pada marasmus berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar natrium plasma rendah. a.

Tambahkan Kalium dan Magnesium dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan

ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan pada 1 liter formula. 5. Obati / cegah infeksi dengan pemberian antibiotic 6. Koreksi defisiensi nitrien mikro, yaitu dengan : Berikan setiap hari : - Tambahkan multivitamin. - Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).

- Seng (Zn) 2 mg/KgBB/hari. - Bila berat badan mulai naik berikan Fe (zat besi) 3 mg/KgBB/hari. 7. Vitamin A oral pada hari 1, 2, dan 14. Umur > 1 tahun : 200 ribu SI (satuan Internasional). Umur 6-12 bulan : 100 ribu SI (satuan Internasional). Umur 0-5 bulan : 50 ribu SI (satuan Internasional). 8. Mulai pemberian makan Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat dan harus dirancang sedemikian

rupa

metabolisme basal.

sehingga

cukup

energi

dan

protein

untuk

memenuhi

BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian Keperawatan 1. Identitas a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan klien tentang : nama perawat, nama klien, panggilan perawat,

panggilan klien, tujuan waktu,

tempat, pertemuan, dan topik yang akan dibicarakan. b. Usia dan nomor Rekam Medik. c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat 2. Alasan Masuk a. Tanyakan kepada klien atau keluarga yang datang? b. Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini? 3. Fokus pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah : a. Data Subjektif 1) Rasio berat badan a) Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat. b) BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan & bentuk tubuh yang normal. 2) Tinggi aktivitas Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus marasmus. Anak tampak lesu dan tidak bergairah & pada anak yang lebih tua terjadi penurunan produktivitas kerja. 3) Masukan atau intake nutrisi a) Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah harian yang dianjurkan. b) Melaporkan atau terlihat kurang makan. 4)

Diet Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan Pengetahuan tentang nutrisi Memperlihatkan atau terobservasi kurangnya pengetahuan dalam perilaku peningkatan kesehatan.

b. Data Objektif 1) Data umum

a) Perubahan rambut Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus, panjang, halus, mudah lepas bila ditarik). b) Warna kulit lebih muda Seluruh tubuh atau lebih sering pada muka, mungkin menampakan warna lebih muda daripada warna kulit anak sehat. c) Tinja encer Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula. d) Adanya ruam “bercak bersepih”. Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan warna kulit yang sangat muda atau bahkan ulkus di bawahnya. e) Gangguan perkembangan & pertunbuhan f) Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan kurang mengandung kalori dan protein. g) Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas h) Adanya anemia yang berat Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan berbagai vitamin. i) Mulut dan gigi Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut. j) Kaji adanya anoreksia, mual.

B. Diagnosa Keperawatan (Herdman, T.H & Kamitsuru, S, 2015). 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2. Kerusakan integritas kulit 3. Resiko infeksi 4. Kurang pengetahuan

C. Rencana/Intervensi Keperawatan Rencana asuhan keperawatan dan kriteria hasil berdasarkan Moorhead, Jhonson, Maas, & Swanson (2013). dan Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, (2013) adalah sebagai berikut:

NO

Diagnosa

NOC (Tujuan & Kriteria Hasil)

NIC (Intervensi)

Keperawatan 1

Ketidakseimbang

NOC:

an nutrisi kurang

Setelah perawatan selama 3x24 jam, diagnosa Monitor nutrisi

dari kebutuhan

dapat teratasi dengan kriteria:

tubuh

NIC

a. Timbang berat badan pasien b. Lakukan pengukuran antropometrik pada komposisi

Status nutrisi (asupan makanan dan

tubuh seperti IMT

cairan)

c. Identifikasi perubahan berat badan terakhir

a. Asupan makanan secara oral menjadi

d. Monitor turgor kulit dan mobilitas

adekuat. b. Asupan cairan secara oral menjadi adekuat c. Asupan cairan intravena menjadi adekuat d. Asupan cairan parenteral menjadi adekuat Status Nutrisi a. Asupan makanan tidak menyimpan dari rentang normal

e. Monitor adanya mual muntah f. Identifikasi abnormalitas eliminasi bowel g. Identifikasi perubahan nafsu makan dan aktivitas akhir-akhir ini h. Lakukan evaluasi kemampuan menelan i. Identifikasi adanya ketidaknormalan dalam rongga mulut j. Lakukan pemeriksaan laboratorium dan monitor hasil koelsterol, albumin, dan lain-lain

b. Asupan cairan tidak menyimpang dari rentang normal

k. Tentukan faktor-faktor yang mempengaruhi asupan nutrisi seperti ketersediaan dan kemudahan

c. Rasio berat badan tidak menyimpang dari rentang normal

memperoleh makanan l. tentukan rekomendasi pemberian nutrisi berdasaran karakteristik klien

2

Kerusakan

NOC:

integritas kulit

Setelah

NOC: dilakukan

tindakan

keperawatan Pengecekan Kulit

selama 3×24 jam, hambatan mobilitas fisik pasien berkurang dengan kriteria hasil:

1. Periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan adanya kemerahan, kehangatan ekstrim, edema, atau drainase.

Integritas jaringan: Kulit dan Membran Mukosa: 1. suhu kulit tidak terganggu

2. Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur, edema, dan ulserasi pada ekstremitas. 3. Gunakan alat pengkajian untuk mengidentifikasi

2. sensasi tidak terganggu

pasien yang berisiko mengalami kerusakan kulit

3. elastisitas tidak terganggu

(misalnya, skala braden)

4. hidrasi tidak terganggu

4. Monitor warna dan suhu kulit.

5. keringat tidak terganggu

5. Monitor kulit dan selaput lendir terhadap area

6. tekstur tidak terganggu

perubahan warna, memar, dan pecah.

7. ketebalan tidak terganggu

6. Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet.

8. perfusi jaringan tidak terganggu

7. Monitor kulit untuk adanya kekeringan yang

9. pertumbuhan rambut pada kulit tidak

berlebihan dan kelembaban.

terganggu

8. Monitor sumber tekanan dan gesekan.

10. integritas kulit tidak terganggu

9. Monitor infeksi, terutama di daerah edema.

11. pigmentasi upnormal tidak terganggu

10. Periksa pakaian yang terlalu ketat.

12. lesi pada kulit tidak terganggu

11. Dokumentasikan perubahan membrane mukosa.

13. lesi mukosa membrane tidak terganggu

12. Lakukan

langkah-langkah

untuk

mencegah

14. jaringan parut tidak terganggu

kerusakan lebih lanjut (misalnya, melapisi kasur,

15. eritema tidak terganggu

menjadwalkan reposisi)

16. nekrosis tidak terganggu 17. pengelupasan kulit tidak terganggu

13. Ajarkan anggota keluarga/pemberi asuhan mengenai tanda-tanda kerusakan kulit, dengan tepat.

Perawatan Tirah Baring 1. Jelaskan alasan diperlukannya tirah baring 2. Tempatkan matras atau kasur terapeutik dengan cara yang tepat. 3. posisikan sesuai body alignment yang tepat. 4. Hindari menggunakan kain linen kasur yang teksturnya kasar. 5. Jaga kain linen kasur tetap bersih, kering dan bebas kerutan. 6. Aplikasikan papan untuk kaki di tempat tidur pasien. 7. Gunakan alat di tempat tidur yang melindungi

pasien. 8. Aplikasikan

alat

untuk

mencegah

terjadinya

footdrop. 9. Tinggikan teralis tempat tidur, dengan cara yang tepat. 10. Letakkan alat untuk memposisikan tempat tidur dalam jangkauan yang mudah. 11. Letakkan lampu panggilan berada dalam jangkauan pasien. 12. Letakkan meja di samping tempat tidur berada dalam jangkauan pasien. 13. Tempelkan trapeze [segi tiga] di tempat tidur, dengan cara yang tepat. 14. Balikkan pasien, sesuai kondisi kulit. 15. Balikkan pasien yang tidak dapat mobilisasi paling tidak setiap 2 jam, sesuai dengan

jadwal yang

spesifik. 16. Monitor kondisi kulit pasien. 17. Ajarkan latihan di tempat tidur, dengan cara yang tepat. 18. Fasilitasi penggiliran kecil dari berat badan. 19. Bantu menjaga kebersihan (misalnya, dengan

menggunakan deodorant atau parfum) 20. Aplikasikan aktifitas sehari-hari. 21. Berikan stoking antiemboli 22. Monitor komplikasi dari tirah baring (misalnya, kehilangan tonus otot, nyeri punggung, konstipasi, peningkatan stress, depresi, kebingungan, perubahan siklus tidur, infeksi saluran kemih, kesulitan dalam berkemih, pneumonia).

3

Resiko infeksi

NOC:

NIC:

Setelah perawatan selama 3x24 jam, diagnosa

 Pertahankan teknik aseptif

dapat teratasi dengan kriteria:

 Batasi pengunjung bila perlu



Klien bebas dari tanda dan gejala inf

 Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan

keperawatan

ksi 

mendeskripsikan

proses

penularan

penyakit, faktor yang mempengaruhi

 Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung  Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan

petunjuk umum

penularan dan penatalaksanaannya 

menunjukkan

kemampuan

untuk

 Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi

kandung kencing

mencegah timbulnya infeksi 

jumlah leukosit dalam baas normal

 Tingkatkan intake nutrisi



menunjukkan perilaku hidup sehat

 Berikan terapi antibiotik:ceftazidine 

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal



Pertahankan teknik isolasi k/p



Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase

4

Kurang pengetahuan

NOC:  



Monitor adanya luka



Dorong masukan cairan



Dorong istirahat



Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi



Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

NIC: Klien mampu mengidentifkasi dan



Tenangkan klien

mengungkapkan gejala cemas



Berusaha memahami keadaan klien

Mengidentifikasi, mengungkapkan



Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan

dan menunjukkan teknik untuk



Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan

mengontrol cemas 

cara yang tepat

Vital sign dalam batas normal Postur



Monitor TTV

tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh



Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit

dan tingkat aktivitas menunjukkan



Tentukan

berkurangnya cemas

keputusan

kemampuan

klien

untuk

mengambil

WOC

Malabsorpsi, infeksi, anoreksia

Kegagalan melakukan sintesis protein dan kalori

Sosial ekonomi rendah

Intake kurang dari kebutuhan tubuh Defisiensi protein dan kalori

Hilangnya lemak di bantalan kulit Turgor kulit menurun dan keriput

Daya tahan tubuh menurun

Defisiensi pengetahuan

Asam amino esensial menurun dan produski albumin menurun

keadaan umum lemah Atrofi (pengecilam) otot

kerusakan integritas kulit

Resiko infeksi Resiko infeksi saluran pencernaan Anoreksia, diare Ketidasekseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2013). Nursing Interventions Classification Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elseviers Herdman, T.H & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC. Gill, K. (2018, Agustus 23). MedicalNewsToday. Retrieved from Marasmus: A type of malnutrition: https://www.medicalnewstoday.com/articles/313185.php. Nadila, F., & Anggraini , D. I. (2016). Manajemen anak gizi buruk tipe marasmus dengan TB Paru. J Medula Unila, 36-43. Ningsih, L. (2015, Agustus 25). Indonesia Document. Retrieved from LP Marasmus: https://fdokumen.com/document/lp-marasmus.html Moorhead, S., Jhonson , M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes Classification Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elsevier. Pardi , A. (2014, December 7). Laporan pendahuluan marasmus. Retrieved from Scribd: https://www.vbook.pub.com/doc/249386728/Laporan-pendahuluan-marasmus Rabinowitz, S. (2016). Marasmus. Medscape.

LAPORAN KASUS KOMPREHENSIF RUANG PERAWATAN LONTARA 4 ATAS DEPAN DI RS WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2019

Nama Mahasiswa

: NURLIA RAHMA

Nim

: R014191051

CI LAHAN

[

CI INSTITUSI

]

[

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019

]

Related Documents

Lp Marasmus
February 2021 0
Pathway Marasmus
January 2021 0
Referat Marasmus
January 2021 0
Marasmus Kwashiorkor
January 2021 0
Lp Trombositopenia
January 2021 1

More Documents from "Aulia Royyani Elya"

Lp Marasmus
February 2021 0
Lp Episiotomi
January 2021 1