Lp Tb Paru - Fix

  • Uploaded by: adisubhani
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Tb Paru - Fix as PDF for free.

More details

  • Words: 5,904
  • Pages: 24
Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)

A. ANATOMI FISIOLOGI 1. Anatomi

2. Fisiologi Paru-paru merupakan alat pernapasan utama pada manusia, paru-paru mengisi dada. Terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak di dalam mediastium. Paru-paru adalah organ berbentuk kerucut dengan aspeks (puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari pada klavikula di dalam dasar leher, pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga toraks, diatas diafragma (Pearce, 2009 ). Paru-paru adalah sebuah organ tubuh sebagian besar terdiri dari gelembung ( gelembung aveolid ) gelembung luas permukaannya ± 90m2 pada lapisan ini terjadi pertukaran udara O2 memasuki ke dalam darah CO2 dikeluarkan dari darah banyaknya gelombang paru-paru ini ± 700.000 buah paru-paru kiri dan kanan. Pembagian paru-paru; paru-paru dibagi 2 (dua) : Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), Lobus Pulmo dekstra superior, Lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus.

1

2

Paru-paru kiri, terdiri dari; Pulmo sinester lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu; 5 (lima) buah segment pada lobus superior, dan 5 (lima) buah segment pada inferior. Paruparu kanan mempunyai 10 segmen yaitu;5 (lima) buah segmen pada lobus superior; 2 (dua) buah segmen pada lobus medialis, dan 3 (tiga) buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikal yang berisi pembuluh-pembuluh darah getah bening dan saraf-saraf, dalam tiaptiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 - 0,3 mm. Letak Paru-Paru Pada rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada/kavum mediastinum. Pada ba-gian tengah iiu tcrdapal lampuk paiu-paru alau hilus Pada mediastinum depan terletak jantung. Paruparu dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 (dua): a. Pleura viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru. Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eskudat) yang berguna untuk meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada dimana sewaktu bernapas bergerak b. Pembuluh Darah Pada Paru Sirkulasi pulmonar berasal dari ventrikel kanan yang tebal dinding 1 /3 dan tebal ventrikel kiri, Perbedaan ini menyebabkan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi ventrikel kiri. Selain aliran melalui arteri pulmonal ada darah yang langsung mengalir ke paru-paru dad aorta melalui arteri bronkialis. Darah ini adalah darah "kaya oksigen" (oxyge-nated) dibandingkan dengan darah pulmonal yang relatif kekurangan oksigen. Darah ini kembali melalui vena pulmonalis ke atrium kiri.

3

Arteri pulmonalis membawa darah yang sedikit mengandung 02 dari ventrikel kanan ke paru-paru. Cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkial sampai ke alveoli halus. Alveoli itu membelah dan membentuk jaringan kapiler, dan jaringan kapiler itu menyentuh dinding alveoli (gelembung udara). Jadi darah dan udara hanya dipisahkan oleh dinding kapiler. Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu sampai menjadi vena pulmonalis dan sejajar dengan cabang tenggorok yang keluar melalui tampuk paru-paru ke serambi jantung kiri (darah mengandung 02), sisa dari vena pulmonalis ditentukan dari setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan ada yang mencapai vena kava inferior, maka dengan demikian paru-paru mempunyai persediaan darah ganda. Kapasitas paru-paru. Merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara didalamnya. Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai berikut : a. Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paruparu pada inspirasi sedalam-dalamnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat tergantung pada beberapa hal : Kondisi paruparu, umur, sikap dan bentuk seseorang. b. Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksima.l Dalam keadaan yang normal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak ± 5 liter. Waktu ekspirasi di dalam paru-paru masih tertinggal 3 liter udara. Pada waktu kita bernapas biasa udara yang masuk ke dalam paru-paru 2.600 cm3 (2 1/2 liter). c. Jumlah pernapasan, dalam keadaan yang normal : Orang dewasa: 16 - 18 x/menit, Anak-anak kira-kira : 24 x/menit, Bayi kira-kira : 30 x/menit, Dalam keadaan tertentu keadaan tersebut akan berubah, misalnya akibat dari suatu penyakit, pernafasan bisa bertambah cepat dan sebaliknya. Beberapa hal yang berhubungan dengan pernapasan ; bentuk menghembuskan napas dengan tiba-tiba yang kekuatannya luar biasa, akibat dari salah satu rangsangan baik yang berasal dari luar bahan-bahan kimia yang merangsang selaput lendir di jalan pernapasan. Bersin. Pengeluaran napas dengan tiba-tiba dari terangsangnya selaput lendir hidung, dalam hal ini udara keluar dari hidung dan mulut.(Arif Muttaqin, 2008).

4

B. DEFINISI Tuberculosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Irman Somantri, 2008). Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosa) yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas (Widoyono, 2008). Menurut Saputra (2010), tuberkulosis (TB) paru- paru adalah infeksi pada paru- paru dan kadang pada struktur- struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. C. ETIOLOGI Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri mycrobacterium tuberculosis dan mycrobacterium boxis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5 - 4 mikron x 0,3 - 0,6 mikron dengan bentuk benang tipis lurus atau agak bengkok atau tidak mempunyai selubung tetapi mempunyai lapisan luar tebal terdiri dari lipoid ( terutama asam mikrolat ). Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol. Sehingga sering disebut basil tahan asam ( BTA ) serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin bersifat dorman aerob ( Widoyono, 2008 ). Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100o C selama 30 menit. Dan dengan alkohol 70 - 95% selama 15 - 30 detik, bakteri ini tahan selama 1 - 2 jam di udara terutama di tempat lembab dan gelap ( bisa bertahan ) namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran di udara. Data tahun 1993 melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 x pertukaran udara perjam ( Widoyono, 2008 ). D. MANIFESTASI KLINIK a. Demam, malaise, anoreksia, berat badan menurun, kadang-kadang batuk namun batuk tidak selalu ada dan akan menurun sejalan dengan lamanya penyakit, nyeri dada. Gejala lanjut apabila jaringan paru-paru sudah banyak yang rusak maka akan terjadi pucat, anemia lemah, dan berat badan menurun. b. Gejala akibat TB paru adalah batuk produktif yang berkepanjangan (lebih dari 3 minggu), juga nyeri dada. Gejala sistemik termasuk demam

5

c. d. e. f.

menggigil, berkeringat pada malam, kelemahan, hilangnya nafsu makan, dan penurunan berat badan. Demam ringan, tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-410C. Sesak nafas terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Batuk darah.

E. KLASIFIKASI TB ada dua macam klasifikasi, yaitu : a. Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang paru tidak termasuk selaput paru (pleura). b. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi lagi dalam: 1. Tuberkulosis Paru BTA Positif Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (sewaktu-Pagisewaktu) hasilnya BTA positif, 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberkulosis aktif. 2. Tuberkulosis Paru BTA Negatif Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberkulosis aktif. 3. Tuberkulosis Ekstra Paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (perikardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, ginjal. 4. TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu: a) TB Ekstra Paru Ringan Misalnya TB kelenjar limfe, tulang dan sendi. b) TB Ekstra Paru Berat Misalnya : meningitis, TB tulang belakang dan TB usus. F. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY A. Patofisiologi Perjalanan penyakit tuberculosis menurut Soemantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium tuberkulosis. Bakteri menyebar melalui jalan nafas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberkulosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru- paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui system limfe dan aliran darah ke bagian

6

tubuh lain (ginjal, tulang, dan korteks serebri) dan area lain dari paru- paru (lobus atas). Selanjutnya, system kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutorfil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifiktuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2- 10 minggu setelah terpapar bakteri. B. Pathway

7

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Menurut Soemantri (2008), Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan tuberkulosis adalah: a. Sputum culture yaitu untuk memastikan apakah keberadaan Mycobacterium tuberkulosis pada stadium aktif. b. Skin test: mantoux, tine, and vollmer patch yaitu reaksi positif mengindikasi infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak mengindikasikan infeksi lam dan adanya antibody, tetapi tidak mengindikasikan penyakit yang sedang aktif. c. Darah: leukositosis, LED meningkat. d. Laboratorium

8

e. f.

g.

h.

i.

j.

k.

l.

Diagnosis TB ditegakkan dengan pemeriksaan 3 specimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu – Pagi – Sewaktu (SPS): 1. S (Sewaktu) ; dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. 2. P (Pagi) ; dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK. 3. S (Sewaktu) ; dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi. Positif jika ditemukan bakteri tahan asam. Hasil tes mantoux dibagi menjadi dalam; 1. Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative. 2. Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan. 3. Indurasi 10-15 mm : hasil mantoux positif. 4. Indurasi lebih dari 16 mm : hasil mantouk positif kuat. Reaksi timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intra kutan,berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody dan antigen tuberculin. Rontgen dada menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan perkembangan tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa. Pemeriksaan histologi/kultur jaringan. 1. Positif bila terdapat mikobakterium tuberculosis 2. Biopsi jaringan paru. 3. Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan terjadinya nekrosis Pemeriksaan elektrolit Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi, misalnya hipernatremia yang disebabkan retensi air mungkin ditemukan pada penyakit tuberkulosis kronis. Analisa Gas Darah (BGA) Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan paru. Pemeriksaan Fungsi Paru Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang rugi, meningkatnya rasio residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim/fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis).

9

H. PENATALAKSANAAN a. Pengobatan TB Paru Pengobatan TB diberikan dalarn 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. 1. Tahap Intensif Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 1-2 minggu. Sebagian besar penderita TB dengan BTA (+) ini menjadi BTA (-) atau konversi pada akhir pengobatan intensif. 2. Tahap Lanjutan Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. b. WHO dan IUATLD (Intemational Union Against Tuberculosis Lung Disease) merekomendasikan panduan OAT standar di Indonesia, yaitu 1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 Tahap intensif : terdiri. dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E). obat-obat terisebut diberikan Setiap hari selama 2 bulan (2HRZE.). kemudian diteruskan dengan tahap Lanjutan yang terdiri dari Isoniasid (H) dan Rifampisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3). Obat ini diberikan untuk : a. Penderita baru TB Paru BTA Positif b. Penderita TB Paru BTA negatif Rontgen Positif c. Penderita TB Ekstra Paru Berat ; yaitu TB pada meningen ( meningitis), TB milier, peritonitis, perikarditis, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih. 2. Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3 Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) dan suntikan streptomisin setiap hari di unit pelayanan kesehatan. Setelah itu dilanjutkan dengan tahap lanjutan selama, 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu. Obat ini diberikan untuk : a. Penderita kambuh (relaps) b. Penderita gagal (failure) c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai

10

3. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3 Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan untuk : a. Penderita baru BTA (-) dan rontgen (+) sakit ringan. b. Penderita ekstra paru ringan ; yaitu TB kelenjar limfe, TB kulit, TB tulang (kecuali tulang belakang). c. Disamping ketiga kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE). OAT sisipan ini diberikan bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 1, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan (Pedoman Nasional Penanggulangan TB . Depkes 2002 : 34 -37). d. Jenis, sifat dan dosis OAT

c. Perawatan TB Paru 1. Pencegahan Penularan a) Menutup mulut bila batuk, bersin. b) Membuang sputum pada wadah tertutup yang telah disediakan, misalnya kaleng tertutup yang berisi lisol, savlon atau air sabun. c) Tidak membuang tisu pada sembarang tempat. d) Memisahkan alat makanan dan minuman penderita TB paru. e) Memeriksa anggota keluarga lainnya apakah juga terkena penularan TB paru. f) Menjaga kebersihan dan kerapihan rumah, usahakan sinar matahari masuk kedalam setiap ruangan di dalam rumah, ventilasi yang adekuat untuk sirkulasi udara. g) Ventilasi dan pencahayaan harus memenuhi syarat.

11

2. Perawatan Penderita TB Paru Di Rumah a) Mengawasi anggota keluarga yang sakit untuk meminum obat secara teratur sesuai dengan ajuran dokter. b) Klien harus memahami bahwa penyakit TB paru adalah penyakit menular dan cara yang efektif untuk pencegahan penularan dan pengobatan adalah dengan meminum semua obat yang diberikan secara teratur, untuk itu diperlukan pengawas minum obat dan sebaiknya dari keluarga. c) Mengetahui gejala efek samping obat, selain harus tahu jadwal dan dosis yang harus diminum Klien dan keluarga juga harus tahu efek samping obat yang diminum dan tindakan apa yang harus dilakukan unuk mengatasi efek samping obat tersebut. d) Memberikan makanan yang bergizi / diet TKTP Anorexia, penurunan berat badan dan malnutrisi secara umum terjadi pada penyakit TB paru. Untuk mengatasinya diantaranya dengan memberikan makan dengan porsi kecil tapi sering, memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein yang harganya sesuai kemampuan, minum air hangat untuk mengurangi mual dan mengurangi konsumsi makanan yang dapat merangsang mual. e) Memberikan waktu istirahat yang cukup pada anggota keluarga yang sakit. f) Tidak merokok Merokok dapat mengganggu kerja siliaris, meningkatkan sekresi bronchial dan menyebabkan inflamasi dan hiperplasia membran mukosa serta mengurangi pembentukan surfaktan, sehingga drainse bronchial mengalami kerusakan. Jika merokok dihentikan, volume sputum menurun dan daya tahan terhadap infeksi bronchial meningkat. g) Tingkatkan oral Hygiene yang adekuat h) Nafsu makan mungkin menurun akibat bau sputum dan rasanya yang tertinggal dalam mulut. Bersihkan mulut untuk merangsang nafsu makan. i) Jika sputum terlalu kental untuk dapat dikeluarkan , ada baiknya mengurangi viskositasnya dengan hidrasi yang adekuat ( banyak minum ). j) Berikan penjelasan tentang metode untuk membantu batuk secara produktif.

12

I.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Pengumpulan data a. Identitas klien Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain. b. Riwayat penyakit sekarang Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan. c. Riwayat penyakit dahulu Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif. d. Riwayat penyakit keluarga Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya. e. Riwayat psikososial Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain f. Pola fungsi kesehatan 1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak – desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek. 2) Pola nutrisi dan metabolik Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun. 3) Pola eliminasi Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun defekasi 4) Pola aktivitas dan latihan Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas

13

5) Pola tidur dan istirahat Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat. 6) Pola hubungan dan peran Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular. 7) Pola sensori dan kognitif Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada gangguan. 8) Pola persepsi dan konsep diri Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya. 9) Pola reproduksi dan seksual Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena kelemahan dan nyeri dada. 10) Pola penanggulangan stress Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan. 11) Pola tata nilai dan kepercayaan Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien. g. Pemeriksaan fisik 1. Sistem integumen Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun 2. Sistem pernapasan Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah. Palpasi : Fremitus suara meningkat. Perkusi : Suara ketok redup. Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang nyaring. 3. Sistem pengindraan Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan 4. Sistem kordiovaskuler Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.

14

5. Sistem gastrointestinal Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun. 6. Sistem muskuloskeletal Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan. 7. Sistem neurologis Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456 8. Sistem genetalia Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental atau sekret darah 2.

Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura.

3.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-kapiler

4.

Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis

5.

Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi

6.

Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

7.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh dan proses pengobatan

K. NURSING CARE PLANNING (NCP) TUJUAN DAN N DIAGNOSA KRITERIA O KEPERAWATAN HASIL (NOC) 1

Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif

NOC : Respiratory status : Ventilation Respiratory status : Airway patency Aspiration Control

Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk Kriteria Hasil : mempertahankan Mendemonstrasikan

INTERVENSI (NIC) NIC : Airway suction 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning. 3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

15

kebersihan jalan nafas.

-

-

-

-

2

batuk efektif dan 4. Minta klien nafas dalam suara nafas yang sebelum suction dilakukan. Batasan Karakteristik : bersih, tidak ada 5. Berikan O2 dengan Dispneu, Penurunan sianosis dan menggunakan nasal untuk suara nafas dyspneu (mampu memfasilitasi suksion Orthopneu mengeluarkan nasotrakeal Cyanosis sputum, mampu 6. Gunakan alat yang steril sitiap Kelainan suara nafas bernafas dengan melakukan tindakan (rales, wheezing) mudah, tidak ada 7. Anjurkan pasien untuk Kesulitan berbicara pursed lips) istirahat dan napas dalam Batuk, tidak efekotif Menunjukkan jalan setelah kateter dikeluarkan atau tidak ada nafas yang paten dari nasotrakeal Mata melebar (klien tidak merasa 8. Monitor status oksigen pasien Produksi sputum tercekik, irama 9. Ajarkan keluarga bagaimana Gelisah nafas, frekuensi cara melakukan suksion Perubahan frekuensi pernafasan dalam 10. Hentikan suksion dan dan irama nafas rentang normal, berikan oksigen apabila tidak ada suara pasien menunjukkan Faktor-faktor yang nafas abnormal) bradikardi, peningkatan berhubungan: Mampu saturasi O2, dll. Lingkungan : merokok, mengidentifikasikan menghirup asap rokok, dan mencegah factor Airway Management perokok pasif-POK, yang dapat menghambat 1. Buka jalan nafas, guanakan infeksi jalan nafas teknik chin lift atau jaw thrust Fisiologis : disfungsi bila perlu neuromuskular, 2. Posisikan pasien untuk hiperplasia dinding memaksimalkan ventilasi bronkus, alergi jalan 3. Identifikasi pasien perlunya nafas, asma. pemasangan alat jalan nafas Obstruksi jalan nafas : buatan spasme jalan nafas, 4. Pasang mayo bila perlu sekresi tertahan, 5. Lakukan fisioterapi dada jika banyaknya mukus, perlu adanya jalan nafas 6. Keluarkan sekret dengan buatan, sekresi bronkus, batuk atau suction adanya eksudat di 7. Auskultasi suara nafas, catat alveolus, adanya benda adanya suara tambahan asing di jalan nafas. 8. Lakukan suction pada mayo 9. Berikan bronkodilator bila perlu 10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. 12. Monitor respirasi dan status O2 Ketidakefektifan pola NOC : NIC : pernapasan  Respiratory status Airway Management  Buka jalan nafas, guanakan : Ventilation Definisi : Pertukaran teknik chin lift atau jaw thrust  Respiratory status udara inspirasi dan/atau bila perlu : Airway patency

16

ekspirasi tidak adekuat Batasan karakteristik :  Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi  Penurunan pertukaran udara per menit  Menggunakan otot pernafasan tambahan  Nasal flaring  Dyspnea  Orthopnea  Perubahan penyimpangan dada  Nafas pendek  Assumption of 3-point position  Pernafasan pursed-lip  Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama  Peningkatan diameter anterior-posterior  Pernafasan ratarata/minimal    

Bayi : < 25 atau > 60 Usia 1-4 : < 20 atau > 30 Usia 5-14 : < 14 atau > 25 Usia > 14 : < 11 atau > 24  Kedalaman pernafasan

 Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat  Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg  Timing rasio  Penurunan kapasitas vital Faktor yang berhubungan :  Hiperventilasi  Deformitas tulang  Kelainan bentuk dinding dada  Penurunan energi/kelelahan  Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal  Obesitas



Vital sign Status

 Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi  Identifikasi pasien perlunya

Kriteria Hasil :  Mendemonstrasik an batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal  Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

pemasangan alat jalan nafas buatan  Pasang mayo bila perlu  Lakukan fisioterapi dada jika perlu  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan  Lakukan suction pada mayo  Berikan bronkodilator bila perlu  Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.  Monitor respirasi dan status O2 Terapi Oksigen  Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea  Pertahankan jalan nafas yang paten  Atur peralatan oksigenasi  Monitor aliran oksigen  Pertahankan posisi pasien  Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi Vital sign Monitoring  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR  Catat adanya fluktuasi tekanan darah  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas  Monitor kualitas dari nadi  Monitor frekuensi dan irama pernapasan  Monitor suara paru

17

3.

 Posisi tubuh  Kelelahan otot

 Monitor pola pernapasan

pernafasan  Hipoventilasi sindrom  Nyeri  Kecemasan  Disfungsi Neuromuskuler  Kerusakan persepsi/kognitif  Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang  maturitas Neurologis

 Monitor suhu, warna, dan

Gangguan Pertukaran gas Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli Batasan karakteristik : Gangguan penglihatan Penurunan CO2 Takikardi Hiperkapnia Keletihan somnolen Iritabilitas Hypoxia kebingungan Dyspnoe nasal faring AGD Normal sianosis warna kulit abnormal (pucat, kehitaman) Hipoksemia hiperkarbia sakit kepala ketika bangun frekuensi dan kedalaman nafas abnormal Faktor faktor yang berhubungan : ketidakseimbangan perfusi ventilasi perubahan membran

abnormal kelembaban kulit  Monitor sianosis perifer  Monitor adanya cushing triad

(tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

NOC : Respiratory Status : Gas exchange Respiratory Status : ventilation Vital Sign Status Kriteria Hasil : Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Tanda tanda vital dalam rentang normal

NIC : Airway Management Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Lakukan suction pada mayo Berika bronkodilator bial perlu Barikan pelembab udara Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2 Respiratory Monitoring Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal Monitor suara nafas, seperti dengkur Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,

18

kapiler-alveolar

4.

-

Nyeri

NOC : Pain Level, Definisi : Pain control, Sensori yang tidak Comfort level menyenangkan dan Kriteria Hasil : pengalaman emosional Mampu mengontrol yang muncul secara nyeri (tahu aktual atau potensial penyebab nyeri, kerusakan jaringan atau mampu menggambarkan adanya menggunakan kerusakan (Asosiasi Studi tehnik Nyeri Internasional): nonfarmakologi serangan mendadak atau untuk mengurangi pelan intensitasnya dari nyeri, mencari ringan sampai berat yang bantuan) dapat diantisipasi dengan Melaporkan bahwa akhir yang dapat nyeri berkurang diprediksi dan dengan dengan durasi kurang dari 6 menggunakan bulan. manajemen nyeri Mampu mengenali Batasan karakteristik : nyeri (skala, Laporan secara verbal intensitas, frekuensi atau non verbal dan tanda nyeri) Fakta dari observasi Menyatakan rasa Posisi antalgic untuk nyaman setelah menghindari nyeri nyeri berkurang Gerakan melindungi Tanda vital dalam Tingkah laku berhatirentang normal hati Muka topeng Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)

hiperventilasi, cheyne stokes, biot Catat lokasi trakea Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya NIC : Pain Management Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk

19

-

-

-

-

-

-

5.

Terfokus pada diri sendiri Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang) Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) Perubahan dalam nafsu makan dan minum

mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik Faktor yang berhubungan pertama kali : Berikan analgesik tepat waktu Agen injuri (biologi, terutama saat nyeri hebat kimia, fisik, psikologis) Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping) Hipertermia NOC : NIC : Thermoregulation Fever treatment Definisi : suhu tubuh naik Kriteria Hasil : Monitor suhu sesering mungkin diatas rentang normal Suhu tubuh dalam Monitor IWL rentang normal Monitor warna dan suhu kulit Batasan Karakteristik: Nadi dan RR dalam Monitor tekanan darah, nadi dan kenaikan suhu tubuh rentang normal RR diatas rentang normal Tidak ada perubahan Monitor penurunan tingkat serangan atau warna kulit dan kesadaran konvulsi (kejang) tidak ada pusing, Monitor WBC, Hb, dan Hct kulit kemerahan merasa nyaman Monitor intake dan output pertambahan RR Berikan anti piretik takikardi Berikan pengobatan untuk saat disentuh tangan mengatasi penyebab demam terasa hangat Selimuti pasien Lakukan tapid sponge Berikan cairan intravena

20

-

Faktor faktor yang berhubungan : penyakit/ trauma peningkatan metabolisme aktivitas yang berlebih pengaruh medikasi/anastesi

-

-

ketidakmampuan/pe nurunan kemampuan untuk berkeringat terpapar dilingkungan panas dehidrasi pakaian yang tidak tepat

Kompres pasien pada lipat paha dan aksila Tingkatkan sirkulasi udara Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation Monitor suhu minimal tiap 2 jam Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu Monitor TD, nadi, dan RR Monitor warna dan suhu kulit Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi Tingkatkan intake cairan dan nutrisi Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan Berikan anti piretik jika perlu Vital sign Monitoring  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR  Catat adanya fluktuasi tekanan darah  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas  Monitor kualitas dari nadi  Monitor frekuensi dan

21

irama pernapasan  Monitor suara paru  Monitor pola pernapasan abnormal  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit  Monitor sianosis perifer  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

6.

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.

-

-

-

-

-

-

Batasan karakteristik : Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance) Membran mukosa dan konjungtiva pucat Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah Luka, inflamasi pada rongga mulut Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan Miskonsepsi

NOC : Nutritional Status : food and Fluid Intake Kriteria Hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda tanda malnutrisi Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC : Nutrition Management Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C Berikan substansi gula Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring BB pasien dalam batas normal Monitor adanya penurunan berat badan Monitor tipe dan jumlah

22

- Kehilangan BB dengan makanan cukup - Keengganan untuk makan - Kram pada abdomen - Tonus otot jelek - Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi - Kurang berminat terhadap makanan - Pembuluh darah kapiler mulai rapuh - Diare dan atau steatorrhea - Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok) - Suara usus hiperaktif - Kurangnya informasi, misinformasi Faktor-faktor yang berhubungan : Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi. Intoleransi aktivitas

7.

Definisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari. Batasan karakteristik : 

Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas  Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia

aktivitas yang biasa dilakukan Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah Monitor mual dan muntah Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht Monitor makanan kesukaan Monitor pertumbuhan dan perkembangan Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor kalori dan intake nuntrisi Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. x 24 jam klien akan: – 0002. Energy conservation – 0300. Self Care : ADLs, yang dibuktikan dengan indikator sebagai berikut: (1-5 = tidak pernah, jarang, kadangkadang, sering, atau selalu) Kriteria Hasil :



Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia



Energy Management Aktivitas keperawatan: 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas 2. Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan 3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan 4. Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat 5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan 6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas 7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

23

   

Ketidaknyaman setelah beraktivitas Dispnea setelah beraktivitas Menyatakan merasa letih Menyatakan merasa letih Faktor yang berhubungan :

  

 

Tirah baring Kelemahan umum Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Imobilitas Gaya hidup monoton

Berpartisipas i dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR – Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

4310. Activity Therapy Aktivitas keperawatan: 1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat. 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan 3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan 5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek 6. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai 7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang 8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas 9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas 10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan 11. Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

24

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika. Evelyn C. Pearce.2009. Anatomi dan fisiologi. Jakarta : PT Gramedia Medika Irman Soemantri.2008. Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika Somantri, Irman, 2008. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.” Jakarta: Salemba Medika Widoyono.2008. Penykit tropis.Jakarta penerbit Erlangga Wibowo,Doni.2017.Ringkasan Diagnosa Nanda,NIC dan NOC. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan cahaya Bangsa.Banjarmasin http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/12/laporan-pendahuluan-tbctuberkulosis.html diakses tanggal 7 Juni 2017 http://www.askepkeperawatan.com/2015/10/askep-tb-paru-aplikasi-nanda-nicnoc.html diakses tanggal 7 Juni 2017

Related Documents

Lp Tb Paru - Fix
January 2021 4
Lp Tb Paru
January 2021 1
Lp Tb Paru
January 2021 1
Lp Tb Paru
January 2021 1
Lp Tb Paru (medikal)
January 2021 1
Lp Tb Paru
January 2021 1

More Documents from "Rizki Nurse Bee Edogawa"

Lp Tb Paru - Fix
January 2021 4