Lp Trombositopenia.docx

  • Uploaded by: gilang deka
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Trombositopenia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,846
  • Pages: 12
Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN BAYI NY “S” DENGAN TROMBOSITOPENIA DI RUANG TULIP RSUD TUGUREJO SEMARANG

DISUSUN OLEH : Gilang Deka Hayuna ( 1808012 )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG TAHUN AJARAN 2018/2019

A. Konsep Dasar 1. Definisi Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditandai oleh adanya penurunan jumlah trombosit dalam darah perifer. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam produksi trombosit yang memadai dan peningkatan destruksi trombosit perifer atau sekuestrasi trombosit dalam limpa (Sandara, 2009). Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari 100.000/ mm3 dalam sirkulasi darah. Darah biasanya mengandung sekitar 150.000-350.000 trombosit/mL. Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal meskipun biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari 10.000/ml (Prawirohardjo, 2010) Trombositopenia

adalah

suatu

kekurangan

trombosit,

yang

merupakan bagian dari pembekuan darah. Pada orang normal jumlah trombosit di dalam sirkulasi berkisar antara 150.000-450000/ul, rata-rata berumur 7-10 hari kira-kira 1/3 dari jumlah trombosit di dalam sirkulasidarah mengalami

penghancuran

di

dalam

limpa

oleh

karena

itu

untukmempertahankan jumlah trombosit supaya tetap normal di produksi 150.000 - 450000 sel trombosit perhari. Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL,

bisa

terjadi

perdarahan

abnormal

meskipun

biasanya

gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari 10.000/mL.(Sudoyo, dkk ,2016). 2. Klasifikasi a.

Akut. 1) Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak. 2) Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis (remisi spontan). 3) Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.

b.

Kronik 1) Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis. 2) Awitan tersembunyi dan berbahaya. 3) Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit. 4) Bentuk ini terutama pada orang dewasa.

c.

Kambuhan 1) Mula-mula terjadi trombositopenia.

2) Relaps berulang. 3) Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh 3. Etiologi a. Penurunan produksi trombosit 1) Kongenital bone narrow (misalnya, anemia Fanconi Wiskott-Aldrich syndrome) 2) Kegagalan sumsum tulang Acquired (misalnya, anemia aplastik, 3) myelodysplasia) 4) Paparan kemoterapi, radiasi 5) Neoplastik, infeksi 6) Defisiensi vitamin B12, folat, zat besi 7) Konsumsi alkohol b. Peningkatan penghancuran trombosit c. Idiopatik 4. Patofisiologi Trombosit dapat dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang diakibatkan oleh obat (seperti yang ditemukan pada kinidin dan senyawa emas) atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringnnya sendiri). Antibodi tersebut menyerang trombosit sehingga lama hidup trombosit diperpendek. Gangguan –gangguan autoimun yang bergantung pada antibodi manusia, palling sering menyerang unsur-unsur darah, terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini terkait dengan penyakit trombositopenia, yang memiliki molekul-molekul IgG reaktif dalam sirkulasi dengan trombosit hospes. Meskipun terikat pada permuakaan trombosit, antibodi ini tidak menyebabkan lokalisasi protein komplemen atau lisis trombosit dalam sirkulasi bebas. Namun, trombosit yang mengandung molekul-molekul IgG lebih mudah dihilangkan dan dihancurkan oleh makrofag yang membawa reseptor membrane untuk IgG dalam limpa dan hati. Manifestasi utama adalah trombosit kurang dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya petekie. Petekie ini dapat muncul karena adanya antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit yang akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan pembuangan serta penghancuran trombosit oleh sistem makrofag. Agregaasi trombosit yang terganggu ini akan menyebabkan penyumbatan kapiler-kapiler darah yang kecil. Pada proses ini dinding kapiler dirusak sehingga timbul perdarahan dalam jaringan. Bukti

yang mendukung mekanisme trombositopenia ini disimpulkan berdasarkan pemeriksaan yang menunjukkan kekurangan trombosit berat tetapi singkat, setelah menerima serum trombositopenia. Trombositopenia sementara, yang ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan trombositopenia, juga sesuai dengan kerusakan yang disebabkan oleh IgG, karena masuknya antibodi melalui plasenta. trombositopenia dapat juga timbul setelah infeksi, khususnya pada masa kanak-kanak, tetapi sering timbul tanpa peristiwa pendahuluan dan biasanya mereda setelah beberapa hari atau beberapa minggu. 5. Pathway

6. Manifestasi Klinik a.

Masa prodormal: keletihan, demam, dan nyeri abdomen,

b. Riwayat perdarahan (ekimosis multipel, petekie, epistaksis) Ekimosis yang bertambah dan perdarahan yang memanjang akibat trauma ringan terjad pada trombosit <50,000. Petechie timbul sebab jumlah trombosit yang ada tidak mencukupi untuk membuat sumbat trombosit dan karena penurunan resistensi kapiler darah. Pada keadan trombosit <20.00 terjadi eperdarahan mukosa, jaringan dalam, dan intrakranial. c.

Anemia jika banyak darah yang hilang karena perdarahan

d. Simple easy bruising (mudah memar) e.

Perdarahan yang sukar / lama berhenti dengan sendirinya

7. Komplikasi a. syok hipovolemik b. penurunan curah jantung c. splenomegali 8. Pemeriksaan Penunjang a. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa Hb sedikit berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat hypochrome mycrosyter. Leukosit meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi PMN. Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya abnormal. Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada anak b. Pemeriksaan darah tepi. Hematokrit normal atau sedikit berkurang c. Aspirasi sumsum tulang Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang mudah sekali morfologi megakaryosit abnormal (ukuran sangat besar, inti nonboluted, sitoplasma berfakuola dan sedikit atau tanpa granula). Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan darah tepi merupakan pemeriksaan laboratorium pertama yang terpentong. 9. Penatalaksanaan a. Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan. b. Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid. c. Bila

tidak

berespon

terhadap

kortikosteroid,

maka

berikan

immunoglobulin per IV. d. Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit. b. ITP Menahun · Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan. Misal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV). · Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral. e. Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral. f. Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.

g. Splenektomi B. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian a.

Identitas

Idenitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal, dan jam masuk rumah sakit, nomor register,asuransi kesehatan, dan diagnosa medis b.

Keluhan utama: Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta perolongankesehatan adalah adanya gejala dan tanda seperti demam, bintik-bintik merah padakulit di daerah kaki, memar di sekitar mulut, dan sering mimisan

c.

Riwayat penyakit dahulu Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan perdarahan seperti epistaksis yang lama, gusi berdarah, dan juga ekimosis Riwayat kesehatan keluarga Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan pasien saat inin untuk melihta penyebab herediter e.

d.

Pemeriksaan fisik Keadaan umum Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah Mata: perlu dilihat adanya konjungtiva anemis dikarenakan kondisi anemia yang mendampingi Gusi; sering terdapat perdarahan pada gusi Pada kulit biasanya ditemukan bercak/prekia dan ekimosis Pemeriksaan diagnostik: Didapatkan hasil abnormal pada pemeriksaan darah lengkap seperti menurunnya jumlah trombosit, eritrosit, hemoglobin dan juga hematokrit.

2. Diagnosa Keperawatan a.

Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

b.

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.

c.

Gangguan

pemenuhan

kebutuhan

oksigen

berhubungan

penurunan kapasitas pembawa oksigen darah. d.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

dengan

e.

Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi

f.

Resiko

perdarahan

berulang

berhubungan

dengan

fungsi

trombosit

abnormal,trombositopeni 3. Intervensi a.

Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam menghilangkan mual dan muntah Kriteria hasil: Menunjukkan berat badan normal sesuai dengan usia, tidak terjadi muntah Intervensi keperawatan: 1) Berikan nutrisi yang adekuat secara kualitas maupun kuantitas. Rasional : mencukupi kebutuhan kalori setiap hari. 2) Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari. Rasional : anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan malnutrisi yang serius. 3) Lakukan konsultasi dengan ahli diet. Rasional : sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. 4) Berikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah, diare atau konstipasi.

Rasional :Mengurangi gejala gastrointestinal dan perasaan tidak enak pada perut

b.

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel. Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Pangisian kapiler baik, nadi dan suhu dalam batas normal Kriteria hasil: Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil. Intervensi keperawatan: 1) Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.

Rasional : memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi. 2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi. Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. 3) Awasi upaya parnafasan, auskultasi bunyi nafas. Rasional : dispne karena regangan jantung lama / peningkatan kompensasi curah jantung. c.

Gangguan

pemenuhan

kebutuhan

oksigen

berhubungan

dengan

penurunan kapasitas pembawa oksigen darah. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tidak terjadi distress pernafasan. Kriteria hasil: Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif Intervensi keperawatan: 1)

Kaji / awasi frekuensi pernafasan, kedalaman dan irama. Rasional : perubahan (seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesoris) dapat menindikasikan berlanjutnya keterlibatan / pengaruh pernafasan yang membutuhkan upaya intervensi.

2) Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman. Rasional : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan dan menurunkan resiko aspirasi. 3) Beri posisi dan Bantu ubah posisi secara periodic. Rasional

:

meningkatkan

areasi

semua

segmen

mobilisasikan sekresi.

d.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Tujuan: Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas. Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas. Intervensi keperawatan: 1) Pantau kelemahan/ pergerakan pasien Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi. 2) Awasi nadi, pernafasan.

paru

dan

Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk emmbawa jumlah oksigen ke jaringan. 3) Berikan lingkungan tenang. Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh. 4) Ubah posisi pasien dengan perlahan. Rasional : hipotensi postural / hipoksin serebral menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera. e.

Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam terjadi peningkatan pengetahuan Kriteria hasil: 1) Menyatakan pemahaman proses penyakit. 2) Faham akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan. Intervensi keperawatan: 1) Berikan informasi tentang trombositopeni Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga keluarga dapat membuat pilihan yang tepat. 2) Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic. Rasional : ketidak tahuan meningkatkan stress. 3) Jelaskan bahwa darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk penyakit Rasional : merupakan kekwatiran yang tidak diungkapkan yang dapat memperkuat ansietas keluarga.

f.

Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan fungsi trombosit abnormal,trombositopeni Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien tidak mengalami perdarahan Kriteria hasil: Peningkatan jumlah Hb, trombosit, eritosit dan Hct Intervensi 1) Pantau istirahat tirah baring ( bedrest )

Rasional : tirah baring dapat menunjang penyembuhan 2) Berikan penjelasan kepada

keluarga tentang bahaya yang dapat

timbul akibat dari adanya perdarahan Rasional : keluarga paham akan bahaya sehingga dapat lebih berhati-hati dan lebih cermat dalam memantau kondisi pasien 3) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium secara berkala (darah lengkap). Rasional : Mengetahui jumlah Hb, eritrosit, trombosit hematokrit dalam batas normal atau tidak 4) Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis. Rasional : untuk menentukan intervensi selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M., dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam Bahasa Indonesia. Elsevier Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC Khoirunnisa, Endang. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika

Moorhead, S. dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima Bahasa Indonesia. Elsevier Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan. Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sudoyo A W, Setyohadi B, Alwi I dkk. 2016 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid. III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing Yulianti, Ai Yeyeh Rukiyah. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta : TIM

Related Documents

Lp Trombositopenia
January 2021 1
Lp Mikrosefalus.docx
January 2021 1
Lp Oligohidramnion
February 2021 1
Lp Hipertensi
February 2021 1
Lp Cad
January 2021 3
Lp-chf
January 2021 4

More Documents from "Ak bar"