Makalah Filsafat Komunikasi Dan Budaya (1).docx

  • Uploaded by: Henky Andyka S
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Filsafat Komunikasi Dan Budaya (1).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,049
  • Pages: 17
Loading documents preview...
MAKALAH FILSAFAT KOMUNIKASI DAN BUDAYA

KELOMPOK 2: Bella Laurensia / F11170035 Metta Devina / F11170040 Stephanie Oktavia / F11170048 Michelle Gunadi / F11170057 Elisha Kristiani Putri / F11170059 Melinda / F11170065

UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 2017/2018

A. Latar Belakang Masalah Komunikasi dan budaya adalah dua entitas yang tidak terpisahkan, sebagaimana dikatakan Edward T. Hall, “budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya. Seiring dengan perkembangan budaya dalam konsep antropologi , para ahli budaya pun melihat bahwa budaya sangat tergantung pada komunikasi. Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti budaya adalah komunikasi karena budaya muncul melalui komunikasi. Sebaliknya budaya yang tercipta pun mempengaruhi cara berkomunikasi anggota budaya yang bersangkutan. Hubungan antara budaya dan komunikasi adalah timbal balik. Budaya takkan eksis tanpa komunikasi dan komunikasi pun takkan eksis tanpa budaya. Menurut Alfred G. Smith, budaya adalah kode yang kita pelajari bersama dan untuk itu dibutuhkan komunikasi. Komunikasi membutuhkan perkodean dan simbol-simbol yang harus dipelajari. Godwin C. Chu mengatakan bahwa setiap pola budaya dan tindakan melibatkan komunikasi. Untuk dipahami, keduanya harus dipelajari bersama-sama. Budaya takkan dapat dipahami tanpa mempelajari komunikasi, dan komunikasi hanya dapat dipahami dengan memahami budaya yang mendukungnya (Deddy Mulyana, 2004: 14). Seiring berjalannya era globalisasi, budaya semakin berkembang baik dari terbentuknya

budaya

baru

maupun

cara

penyebarannya.

Hal

tersebut

menyebabkan budaya menjadi sangat luas dan tidak terbatas. Sehingga agar masyarakat dapat menyaring budaya-budaya baru yang ada dan tetap mempertahankan budayanya demi kesejahteraan masyarakat maka diperlukan filsafat komunikasi dalam mengkaji budaya. Melalui filsafat komunikasi manusia dapat mencari kebenaran yang terbukti secara ilmiah akan budaya dari ruang lingkup ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi (apa yang ingin kita ketahui) diperlukan untuk menelaah hubungan antara filsafat komunikasi dan budaya. Epistemologi (tata cara) diperlukan untuk menalaah pewarisan dan penerapan budaya. Sedangkan aksiologi (asas kebermanfaatan atau kegunaan) diperlukan untuk mengetahui fungsi budaya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan begitu tidak ada lagi budaya bangsa Indonesia yang punah karena kita telah memahami seluk-beluknya serta dapat dilestarikan dan berkembang sesuai

jaman agar mampu bertahan menghadapi budaya baru yang menghadang dari luar.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana hubungan filsafat komunikasi dengan budaya dalam kajian ontologi? 2. Bagaimana

pewarisan

dan

penerapan

budaya

dalam

kajian

epistemologi? 3. Bagaimana

fungsi budaya

dalam

menyejahterakan

masyarakat

sebagai kajian aksiologi?

C. Perspektif Teori  Teori Agenda Setting Teori agenda setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.  Teori Uses and Gratifications Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1971). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternative untuk memuaskan kebutuhannya.

 Teori Difusi Inovasi Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deskripsi yang menarik mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, dimana terdiri dari penemuan difusi (atau komunikasi), dan konsekuensi. Perubahan seperti diatas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalan

waktu

yang

bervariasi,

bisa

pendek,

namun

seringkali

membutuhkan waktu yang panjang. Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian

difusi

adalah

untuk

menemukan

sarana

guna

memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten.  Teori Norma Budaya Teori norma budaya menurut Melvin DeFleur hakikatnya adalah bahwa media massa melalui penyajiannya yang selektif dan penekanannya pada tema tema tertentu, menciptakan kesan pada khalayak dimana norma norma budaya umum mengenai topik yang diberi bobot itu dibentuk dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu perilaku individual biasanya dipandu oleh norma-norma budaya mengenai suatu hal tertentu, amak media komunikasi secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku.  Teori Ketergantungan Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa.

Namun perlu di garis bawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap medianya. Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi social. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi social itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey, dan riset etnografi.

D. Pembahasan Sebelum kita memahami hubungan dari filsafat komunikasi dengan budaya maka perlu terlebih dahulu kita pahami mengenai arti dari filsafat komunikasi dan arti dari budaya itu sendiri. Filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah secara mendasar mengenai keilmuan komunikasi dari teori hingga semua hal yang terkait dengannya. Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah secara fundamental, metodologis, analitis, kritis, dan holistis teori.Tidak hanya itu, filsafat komunikasi juga mempelajari proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifat, tatanan, tujuaan dan fungsinya, teknik, serta peranannya. Filsafat komunikasi sendiri miliki 3 pilar utama yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Menurut Suparlan (2005) ontologi berarti telaah atau studi mengenai arti sesuatu yang “ada” dan “berada”, tentang ciriciri yang mendasar yang ada padanya menurut bentuknya

yang paling

abstrak.Ontologi merupakan teori yang membahas mengenai hakikat dari suatu ilmu pengetahuan. Hakikat diartikan sebagai suatu realitas kenyataan yang utuh, dapat pula dikatakan yang sebenar-benarnya. Lebih lanjut, ontologi merupakan kajian mengenai objek materil dan objek formil dari ilmu pengetahuan, yaitu berkenaan dengan hal-hal yang bersifat empiris. Kemudian epistemologi merupakan metode atau teori yang mengkaji bagaimana suatu ilmu pengetahuan didapat atau diperoleh. Fokus dari pada epistemologi adalah metode atau cara memperoleh pengetahuan. Kemudian

juga

tentang

verifikasi

dan

kebenaran

dari

suatu

pengetahuan.epistemologi komunikasi diartikan sebagai suatu penjelasan yang membahas metode, teori, serta proses komunikasi. Yang terakhir, Aksiologi mempelajari dan membahas tentang manfaat yang diperoleh dari suatu ilmu

pengetahuan, serta menyelidiki hakikat nilai baik etika maupun estetika. Dalam pandangan ini, hakikat ilmu pengetahuan yang bersifat etik sangat terkait dengan aspek kebermanfaatan dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan, aksiologi komunikasi adalah sebuah penjelasan mengenai substansi, tujuan dan manfaat komunikasi. Budaya merupakan satu kesatuan dari interpretasi, ingatan dan makna yang ada pada manusia dalam berbagai bentuk seperti kepercayaan, nilai, norma yang memperngaruhi perilaku sekumpulan manusia. Sehingga kebudayaan menjadi karakteristik suatu kelompok manusia yang dijalankan berulang-ulang pada waktu tertentu. Untuk lebih memahaminya secara mendalam maka ada 3 pendekatan dari pengertian budaya. Yang pertama, pendekatan deskriptif yang menyatakan bahwa kebudayaan adalah deskripsi rincian pengetahuan, seni, moral, hukum, adat istiradat dan setiap kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat tertentu. Yang kedua, pendekatan bawaan sosial bahwa budaya adalah warisan dari orang dewasa ke anak-anak dari generasi yang satu ke yang lain. Yang ketiga, pendekatan perseptual yang menyatakan untuk mempelajari kebudayaan adalah dengan meneliti persepsi suatu kelompok masyarakat terhadap dunia. Persepsi tersebut dengan mudah dapat dilihat dari perilaku suatu kelompok dalam kegiatan sehari-hari yang konsisten. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang berbeda budaya. Ketika komunikasi terjadi antara orang-orang berbeda bangsa, kelompok ras, atau komunitas bahasa, komunikasi tersebut disebut komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya pada dasarnya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi: apa makna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak dikomunikasikan, bagaimana cara mengkomunikasikannya (verbal nonverbal),

kapan

mengkomunikasikannya

(Mulyana,

2004:

xi).Komunikasi

antarbudaya merupakan istilah yang mencakup arti umum dan menunjukkan pada komunikasi antara orang-orang yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda.Dalam era modern ini muncul dan berkembang berbagai model dan bentuk dalam komunikasi antarbudaya. Ada beberapa jenis atau model komunikasi yang menjadi bagian dari komunikasi antarbudaya. Di antaranya adalah sebagai berikut (Purwasito, 2003:122):

 Komunikasi internasional (a. International Communications), yaitu proses komunikasi antara bangsa dan negara. Komunikasi ini tercermin dalam diplomasi dan propaganda, dan seringkali berhubungan dengan situasi intercultural

(antarbudaya)

dan

interracial

(antarras).

Komunikasi

internasional lebih menekankan kepada kebijakan dan kepentingan suatu negara dengan negara lain yang terkait dengan masalah ekonomi, politik, pertahanan, dan lain-lain. Menurut Maletzke, komunikasi antarbudaya lebih banyak

menyoroti

realitas

sosiologis

dan

antropologis,

sementara

komunikasi antarbangsa lebih banyak mengkaji realitas politik. Namun demikian, komunikasi internasional (antarbangsa) pun masih merupakan bagian dari komunikasi antarbudaya.  Komunikasi antarras (b. interracial communication), yaitu suatu komunikasi yang terjadi apabila sumber dan komunkan berbeda ras. Ciri penting dari komunikasi antarras ini adalah peserta komunikasi berbeda ras. Ras adalah sekelompok orang yang ditandai dengan ciri-ciri biologis yang sama. Secara implisit komunikasi antarras ini termasuk ke dalam komunikasi antarbudaya. Hambatan utama dalam komunikasi antar-ras ini adalah sikap curiga kepada ras lain. Misalnya orang Jepang berkomunikasi dengan orang Amerika.  Komunikasi antaretnis (c. interethnic communication), yaitu berkaitan dengan keadaan sumber komunikannya, sama ras/suku bangsa tetapi berbeda asal etnis dan latar Modern belakangnya. Kelompok etnik adalah kelompok orang yang ditandai dengan bahasa dan asal-usul yang sama. Oleh karena itu komunikasi antaretnik merupakan komunikasi antarbudaya. Misalnya, komunikasi antara orang-orang Kanada Inggris dengan Kanada Prancis. Mereka samasama warga negara Kanada, sama rasnya tetapi mempunyai latar belakang, perspektif, pandangan hidup, cita-cita, dan bahasa yang berbeda. Dari pengertian yang ada maka kita telah memahami realitas dari keberadaan budaya yang berpengaruh besar dalam kegiatan komunikasi. Dimana komunikasi antar budaya adalah kajian ontologi yang menjelaskan keterkaitan dari filsafat komunikasi dengan budaya itu sendiri. Setelah memahami keberadaan dari komunikasi antar budaya maka perlu diketahui bagaimana semua itu dapat kita peroleh. Dari mana asal-usulnya dan penyebarannya merupakan pembahasan dalam kajian epistemologi yang berdasar

pada tata cara atau prosedur secara ilmiah. Pewarisan budaya adalah suatu kebudayaan didalam masyarakat yang terus menerus dilestarikan atau diterus kan ke generasi selanjutnya agar kebudayaan tersebut tidak hilang atau punah diterjang oleh kebudayaan yang baru.Oleh karena itu kita sebagai penerus generasi selanjut nya harus bisa melestarikan budaya yang sudah ada agar budaya itu tidak punah.Warisan budaya dapat berupa bahasa, tari, lagu, alat musik, masakan, bangunan atau candi dan peninggalan lain nya. Budaya diwariskan dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.Pewarisan tersebut dilakukan melaui suatu proses belajar yang disebut sosialisasi dan enkulturasi. Terdapat dua cara pewarisan budaya oleh masyarakat zaman praaksara yakni : 1. Melalui keluarga Keluarga merupakan lingkup sosial terkecil dari suatu masyarakat. Dari sinilah pewarisan kisah-kisah dapat dilakukan secara turun temurun secara intern meliputi bahasa, acara adat, peraturan keluarga dll.

2. Melalui masyarakat dan lingkungan sekitar Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang mendiami wilayah tertentu. Setiap masyarakat dapat memiliki budaya yang berbeda-beda. Mereka membuat kebudayaan dan mewariskannya kepada generasi muda dengan berbagai cara, antara lain upacara adat, kesenian, bahasa dll.

Selain dua cara tersebut, terdapat metode-metode pewarisan masa lalu yang dilakukan masyarakat praaksara:

Melalui tatanan sosial seperti keluarga dan

masyarakat, nenek moyang mewariskan budayanya ke generasi penerus. Dari sinilah kita yang ada di zaman saat ini mendapat kemudahan untuk melacak jejak sejarah melalui tradisi yang dilakukan oleh masyarakat. Tentunya kita dapat melacaknya dari tradisi lisan yang dikisahkan secara turun-temurun. Bentuk tradisi lisan meliputi folklore, mitologi, legenda, upacara dan lagu-lagu daerah 1. Folklore Berdasarkan asal kata, folklore berasal dari dua kata yaitu folk dan lore. Folk berarti sekelompok manusia yang memiliki ciri fisik, budaya dan sosial yang khas sehingga dapat membedakan masyarakat tersebut dengan masyarakat yang lain. Contohnya

masyarakat yang memiliki bahasa yang sama, warna kulit yang sama, acara adat, agama dan taraf pendidikan yang sama. Sedangkan lore berarti sebagian kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun melalui lisan maupun suatu contoh yang disampaikan melalui gerak isyarat. 2. Mitologi Mitologi adalah cerita rakyat yang diyakini telah terjadi dan menyangkut terbentuknya sesuatu atau bertalian dengan terjadinya suatu tempat. Mitologi sangat dianggap sebagai cerita suci oleh si pemiliknya. Tokoh-tokoh dalam mitologi biasanya diperankan oleh orang suci, dewa atau manusia setengah dewa. Contoh mitologi antara lain kisah dewi sri, kisah pemindahan Gunung Suci Mahameru di India oleh para dewa ke Gunung Semeru, cerita Barong di Bali. 3. Legenda Legenda adalah suatu cerita rakyat yang diyakini benar-benar terjadi dimana ceritanya dihubung-hubungkan dengan tokoh sejarah tertentu yang memiliki ilmu atau kesaktian. Legenda dapat kita bagi menjadi empat kelompok, yakni: a. Legenda keagamaan yakni legenda yang menceritakan seorang tokoh suci. Contoh: legenda tentang wali songo di daerah jawa atau legenda tentang Ratu Calon Arang di Bali. b. Legenda kegaiban atau alam gaib yakni legenda yang menceritakan tentang alam gaib atau hal-hal yang berbau supranatural. Contoh: Legenda Nyai Roro Kidul di pantai selatan atau legenda tentang Si manis jembatan Ancol. c. Legenda perseorangan yakni legenda yang menceritakan tentang tokoh yang diyakini dulu pernah ada dan terjadi. Contohnya: Lutung Kasarung dari Jawa Barat, Rara Mendut dan Jaka Tingkir dari Jawa Tengah dll. d. Legenda lokal atau legenda setempat yakni legenda yang menceritakan tentang asal usul terjadinya suatu tempat atau bangunan. Misalnya: legenda tentang terjadinya danau tangkuban perahu, danau toba atau legenda tentang terjadinya candi prambanan. 4. Dongeng

Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak pernah terjadi tapi tetap diceritakan dikarenakan berisi nasehat atau petuah yang baik. Misalnya dongeng Meraksamana dari Papua, Jaka Tarub yang mencuri pakaian bidadari berasal dari Jawa Timur dll. 5. Upacara Upacara merupakan sebuah tindakan atau acara tertentu yang terkait dengan nilai adat istiadat, agama dan kepercayaan tertentu. Adapun jenis upacara yang sering dilakukan oleh masyarakat antara lain upacara pernikahan, kelahiran, kematian, penyambutan tamu, pengukuhan kepala adat atau kepala suku dll. 6. Lagu-lagu daerah (Folksongs) Lagu-lagu daerah atau yang disebut sebagai tembang rakyat merupakan syair-syair yang dialunkan dengan irama tertentu serta beredar secara lisan. Setiap kelompok masyarakat pada zaman dahulu memiliki tembang rakyat yang berbeda-beda dan memiliki ciri khas tertentu terutama dalam hal bahasa dan logat. Misalnya: tembang Cublak- Cublak Suweng dan Ilir-Ilir dari Jawa tengah-timur, lagu Kampuang nan Jauh di Mato dari daerah Sumatra Barat dll. Terdapat dua cara pelestarian budaya pada saat ini, yaitu : 1. Culture experience Adalah pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung. Contohnya masyarakat dianjurkan mempelajari tarian daerah lalu ditampilkan dan

diperkenalkan kepada

khalayak dengan

demikian

selain

dapat

melestarikan budaya, tetapi dapat memperkenalkan budaya kepada khalayak luas. 2. Culture knowledge Merupakan pelestarian budaya dengan cara membuat pusat informasi kebudayaan. Sehingga mempermudah seseorang untuk mencari tahu tentang kebudayaan. Selain itu cara tersebut dapat menjadi sarana edukasi bagi para pelajar dan dapat pula menjadi tempat wisata bagi para wisatawan yang berkunjung ke pusat informasi tersebut. Tidak hanya kepada wisatawan lokal tetapi juga wisatawan internasional.

Selain kedua cara tersebut, terdapat berbagai cara sederhana untuk melestarikan suatu kebudayaan yang dapat diaplikasikan di kehidupan masyarakat masa kini : a. Meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) dalam memajukan budaya lokal. b. Berusaha

menghidupkan

kembali

semangat

toleransi

kekeluargaan,

keramah-tamahan dan solidaritas. Contohnya melalui kerja bakti (gotong royong). Gotong royong merupakan salah satu dari kebudayaan Indonesia. c. Mempertahankan kebudayaan Indonesia agar tidak punah dimakan arus globalisasi. Dengan

cara

mempelajari

budaya

tersebut,

bukan

hanya

sekedar

mempelajari melainkan juga dipraktekan dalam kehidupan bermasyarakat. Contohnya mempelajari tarian daerah dan membuat pertunjukan tarian daerah tersebut agar tarian daerah tersebut dikenal oleh masyarakat luas. d. Mencintai budaya sendiri tanpa merendahkan dan melecehkan budaya orang lain. Mencintai budaya yang ada dan menghormati kebudayaan lain. e. Menghindari sikap primordialisme dan etnosentrisme Primordialisme adalah suatu pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya. Secara etimologis, primordialisme berasal dari kata bahasa Latin primus yang artinya pertama dan ordiri yang artinya tenunan atau ikatan. Ikatan seseorang pada kelompok yang pertama dengan segala nilai yang diperolehnya melalui sosialisasi akan berperan dalam membentuk sikap primordial. Paham primordialisme menganggap bahwa pandangannya atau daerahnya lebih unggul atau benar dibandingkan pandangan atau daerah yang lainnya. Etnosentrisme adalah penilaian terhadap kebudayaan lain atas dasar nilai dan standar budaya sendiri. Orang-orang etnosentris menilai kelompok lain relatif terhadap kelompok atau kebudayaannya sendiri.

Pewarisan budaya sangat penting bagi manusia karena dengan budaya manusia dapat menunjukkan jati diri kita sebagai suatu makhluk yang berbudaya dan sebagai ciri khas nya. Sebagai contohnya selaku orang Indonesia, harus melestarikan budaya indonesia agar jati diri dan martabat bangsa Indonesia tidak hilang terbawa arus globalisasi. Oleh karena itu orang Indonesia harus bangga dengan budaya Indonesia. Jangan sampai kebudayaan Indonesia hilang karena adanya arus globalisasi yang melunturkan kebudayaan Indonesia. Terutama bagi para generasi penerus bangsa. Pewarisan budaya sangat penting bagi manusia karena dengan budaya manusia dapat menunjukkan jati diri kita sebagai suatu makhluk yang berbudaya dan sebagai ciri khas nya. Sebagai contohnya selaku orang Indonesia, harus melestarikan budaya indonesia agar jati diri dan martabat bangsa Indonesia tidak hilang terbawa arus globalisasi. Oleh karena itu orang Indonesia harus bangga dengan budaya Indonesia. Jangan sampai kebudayaan Indonesia hilang karena adanya arus globalisasi yang melunturkan kebudayaan Indonesia. Terutama bagi para generasi penerus bangsa. Agar dapat melakukan semua hal tersebut dengan baik maka harus kita pahami bagaimana komunikasi antar budaya mampu menyejahterakan masyarakat secara keseluruhan. Mampu menyejahterakan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-sehari yang berarti fungsi budaya bagi masyarakat. Budaya memiliki fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, karena kekuatan yang harus dihadapi oleh masyarakat dan anggota-anggotanya (misalnya kekuatan alam) yang tidak selalu baik bagi mereka. Ditambah lagi manusia sebagai masyarakat itu sendiri perlu kepuasan

baik

spiritual

maupun

material.

Apabila

manusia

sudah

dapat

mempertahankan diri dan menyesuaikan diri dengan alam serta hidup damai dengan manusia-manusia lainnya, maka akan timbul keinginan untuk menyatakan perasaan dan keinginan yang akan disalurkan seperti kesenian. Jadi, fungsi budaya bagi masyarakat: 1. Melindungi diri dari alam/adaptasi diri terhadap perubahan Hasil karya manusia melahirkan tekhnologi yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya. Dengan tekhnologi, manusia dapat memanfaatkan dan mengolah alam untuk kebutukan hidupnya, sehingga manisia dapat menguasai alam.

2. Mengatur tindakan manusia Dalam budaya ada norma, aturan kaidah, dan adat istiadat yang kesemuanya itu berfungsi untuk mengatur bagaimana manusia bertindak dan berlaku dalam pergaulan hidup dengan anggota masyarakat lainnya. Dalam mengatur hubungan antar manusia, budaya dinamakan pula sebagai “design for living” artinya budaya adalah garis-garis pokok tentang perikelakuan atau “blue print for behavior”, yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak

boleh

dilakukan.Unsur-unsur

normatif

yang

merupakan

bagian

dari

kebudayaan itu diantaranya adalah: 

Unsur yang menyangkut pertanian, berhubungan dengan hal-hal yang baik dan buruk, menyenangkan dan tidak menyenangkan. Misalnya, perilaku lakilaki yang memakai anting, kalung, tato, rambut panjang, dan lain sebagainya yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat dan pasti ada yang menilai baik dan buruknya.



Unsur keharusan, yaitu apa yang harus dilakukan seseorang.



Unsur kepercayaan. Misalnya, harus mengadakan upacara adat pada saat kelahiran, perkawinan, kematian, dan lain-lain.

3. Sebagai wadah segenap perasaan 4. Sebagai indentitas dan citra dari suatu masyarakat 5. Sebagai kekuatan penggerak dan pengubah’ 6. Sebagai pola perilaku 7. Sebagai warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi 8. Sebagai substitusi dari formalisasi, tanpa diminta/diperintah seseorang akan melakukan tugasnya 9. Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan 10. Sebagai proses mempersatukan 11. Sebagai produk proses usaha dalam mencapai tujuan bersama dan sejarah yang sama 12. Sebagai sumber akan berbagai hal seperti sumber inspirasi, kebanggan sumber daya dll.

Di sadari atau tidak sikap yang kita lakukan maupun bahasa yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari dapat membentuk suatu budaya. Contoh lainnya adalah seorang remaja yang kesehariannya selalu bersenang-senang dan menghamburkan uang. Maka,remaja itu sudah menciptakan suatu budaya yang saat ini kita kenal dengan budaya hedonisme. Budaya itu tidak hanya meliputi tingkah laku dan bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Kesenian dan sistem mata pencaharian pun dapat menjadi suatu kebudayaan suatu bangsa dan tidak dapat di sangkal lagi bahwa teknologi dan perkembangan zaman itu sangat mempengaruhi suatu kebudayaan. Contoh yang dapat di ambil tentang pengaruh teknologi dan perkembangan zaman dengan kebudayaan suatu bangsa adalah dari cara berkomunikasi.

Dulu

orang

berkomunikasi

dengan

cara

berkirim

surat.

Namun,seiring perkembangan zaman dan teknologi kini surat sudah tergantikan dengan handphone. Hal ini pun berpengaruh terhadap mata pencaharian penduduknya.Jika dulu orang-orang berbondong-bondong mendirikan wartel kini masyarakat berbondong-bondong menjual aksesoris handphone dan pulsa. Contoh budaya yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat adalah kebiasaan masyarakat yang tinggal di negara-negara bagian timur tentu berbeda dari kebiasaan masyarakat yang tinggal di negara-negara bagian barat.Masyarakat yang tinggal di negara timur cenderung lebih sopan dalam berpakaian maupun bersikap dan juga penduduk – penduduk yang tinggal di negara-negara bagian timur cenderung masih mempercayai tahayul-tahayul yang beredar di kalangan masyarakat.Hal ini tentu berbeda dengan pemikiran dan sikap penduduk yang tinggal di negara-negara bagian barat.Mereka cenderung lebih bebas baik dalam berpakaian maupun dalam bersikap.Mereka juga kebanyakan tidak mempercayai takhayul seperti halnya penduduk yang tinggal di daerah timur.Jadi,manusia dengan kebudayaan itu memiliki suatu ikatan yang sangat kuat dan tak dapat dipisahkan.Kebudayaan ada karena manusia yang menciptakan. Budaya ada karena manusia yang melestarikan dan tanpa campur tangan manusia Budaya akan punah begitu saja. Selain itu ada pula komunikasi ritual yang dilakukan untuk pemenuhan jati diri. Orang yang berpartisipasi dalam komunikasi tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa negara, dan yang lainnya. Komunikasi ritual akan terus dijalankan karena merupakan kebutuhan manusia. Komunitas Atoni Pah Meto adalah orang orang yang masih memegang erat ritual

yang ada. Petani Atoni Pah Meto berada di dalam suatu masyarakat yang memiliki aturan. Dalam hal ini, budaya dapat mengatur kehidupan manusia, yaitu berupa aturan aturan yang ada. Selain itu budaya juga mengatur masyarakat melalui norma budaya yang ada. Norma budaya yang ada pada petani Atoni Pah Meto merupakan siklus yang dilaksanakan setiap satu periode musim tanam. Budaya juga berfungsi sebagai pertunjukan yang menunjukkan keindahan. Budaya tidak bisa terlepas dari kegiatan komunikasi (adanya simbol simbol yang nampak).

E. Kesimpulan Dari pembahasan makalah mengenai filsafat komunikasi dan budaya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui kajian filsafat yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi, ditemukan dengan jelas bahwa komunikasi dan budaya memiliki keterkaitan yang erat sehingga tidak dapat lagi dipisahkan. Keduanya dapat diibaratkan seperti 2 sisi koin yang berbeda namun tetap satu kesatuan. Sehingga diketahui pula kesimpulan dari 2 sisi yang berbeda. Sudut pandang yang pertama adalah dari pengaruh kebudayaan terhadap masyarakat yang begitu melekat pada setiap individu dari suatu kelompok. Hal tersebut terjadi karena ketika manusia lahir maka mereka akan langsung diperhadapkan dengan budaya setempat. Sehingga pada akhirnya mempengaruhi pola piker, sikap dan perilaku dalam hidup bermasyarakat dan menjadikannya sebagai identitas. Setelah itu seseorang akan pergi ke berbagai tempat yang budayanya berbeda dan terjadi komunikasi antar budaya. Hal tersebut akan menimbulkan penyesuaian diri dari kedua belah pihak, kedua hal tersebut merupakan pengaruh langsung. Sedangkan pengaruh tidak langsung dapat dilihat dari ketika seseorang melhat dan memahami budaya melalui media-media komunikasi baik itu elektronik, gambar maupun tulisan. Untuk dapat memahami secara utuh diperlukan pemikiran yang kritis yang mampu menyaring berbagai hal sehingga tidak terjerumus dan langsung meniru dari luar saja. Sudut pandang yang kedua dilihat dari pengaruh masyarakat terhadap budaya baik secara langsung maupun tidak langsung. Hak tersebut dapat terjadi karena budaya sendiri diciptakan oleh manusia sebagai suatu kelompok tertentu. Sehingga kebudayaan berubah sesuai dengan perkembangan jaman dan situasi kondisi yang

dihadapi masyarakat tersebut. Tentunya perubahan tersebut dilakukan dengan harapan dapat mengatasi masalah yang ada hingga semakin menyejahterakan masyarakat lebih dari yang sebelumnya. Karena itu kita perlu kritis tehadap perubahan budaya yang terjadi maupun dengan pengaruh dari budaya luar yang terus menerus datang. Kita perlu melihat dan mengetahui betul apakah suatu budaya benar-benar memberikan dampak yang positif atau negatif sehingga masyarakat dapat semakin maju dan bijak dalam melaksanakan budaya-budaya yang ada. Hal tersebut dilakukan dengan mengembangkan budaya yang ada / membentuk budaya baru tanpa melupakan budaya lama yang telah diwariskan turun-temurun yang menjadi harta sejarah negara Indonesia dari para leluhur kita. F. Daftar Pustaka Alo, Liliweri. (2013). Dasar-dasar komunikasi antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Retrieved November 6, 2017. Apriadi, Tamburaka. (2013). Agenda setting media massa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Retrieved November 6, 2017. Babari, Y., Gea, A.A.,& Wulandari A.P.Y. (2005). Relasi dengan sesama (3rded.). Jakarta:Gramedia. Retrieved November 8, 2017. Daryanto. (2014). Teori komunikasi. Malang: Gunung Samudera. Retrieved November 8, 2017. Duha, T. (2014). Perilaku organisasi. Yogyakarta:Deepublish. Retrieved November 8, 2017. Karim, A. (2015). Komunikasi antar budaya di era modern. At-tabsyir: jurnal komunikasi penyiaran islam, 3(2). Retrieved November 8, 2017. Manafe, Y. D. (2011). Budaya bertani atoni pah meto di Timor-Nusa Tenggara Timur. Jurnal Komunikasi Ritual, 1(3). Retrieved November 14, 2017. Sudibyo, L., Suswandari, M., Triyanto, B. (2014). Filsafat ilmu. Yogyakarta: Deepublish. Retrieved November 10, 2017. Zein, S. (2012). Komunikasi antar budaya: sebuah alternatif dalam pemecahan masalah pada interaksi sosial. Exposure, 1(2). Retrieved November 10, 2017.

https://rifqi098.wordpress.com/2017/03/10/pengaruh-budaya-terhadapkehidupan-masyarakat/ http://ariniwindi.blogspot.co.id/2012/10/kebudayaan-dan-pengaruhnyapada.html http://pustaka-makalah.blogspot.co.id/2011/03/kebudayaan-dalam-kehidupanmasyarakat.html 2

Desember

2013.

Bagaimana

Cara

Melestarikan

Budaya.

http://dwinastiti7.blogspot.co.id/2013/12/bagaimana-cara-melestarikan-budaya.html Dina,

Hany.

n.d.

Cara

menjaga

budaya

http://hanydina.blogspot.co.id/2013/02/cara-menjaga-budaya-lokal.html.

lokal.

Related Documents


More Documents from "Ibnu Aziz Fathoni"