Makalah Komplikasi Phlebotomy.docx

  • Uploaded by: Zet's Gagckadia
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Komplikasi Phlebotomy.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,988
  • Pages: 24
Loading documents preview...
MAKALAH KOMPLIKASI PHLEBOTOMY

Kelompok 6 : 1. Novita Nur Rachmasari

(P27834119105)

2. Nur Hidayati

(P27834119106)

3. Nurul Yulida Rahmatika

(P27834119107)

4. Pitra Nurdinta

(P27834119108)

5. Putri Nur Rahayu

(P27834119109)

6. Putu Ayu Seroja Kusuma W.

(P27834119110)

7. Ratna Handayani

(P27834119111)

8. Rudi Hery Susiyanto

(P27834119112)

9. Salwa Nur Afifah

(P27834119113)

10. Silvia Rahmi Astuti

(P27834119114)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA PRODI DIV ALIH JENJANG ANALIS KESEHATAN 2019

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Komplikasi Phlebotomy” tepat pada waktunya. Penyusunan ini, penulis ajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah phlebotomy. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan menambah ilmu pengetahuan.

Surabaya, Desember 2019

Penulis

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Praktek pengambilan darah sudah diterapkan pada zaman dahulu dan

sudah sejak lama dikenal manusia dan menjadi bagian dari pengobatan pasien. Teknik pengeluaran darah yang pertama(tahun 100 SM) dilakukan oleh dokterdokter dari Syria dengan menggunakan lintah. Sebelum dikenal Hippocrates dengan sebutan”Bapak Ilmu Kedokteran”(abad 5 SM), seni pengambilan darah banyak mengalami perubahan demikian pula berbagai alat untuk keperluan pengambilan dan penampunngan bahan darah. Lanset untuk pengambilan darah digunakan pertama kali sebelum abad ke 5 SM dengan tetap mengacu kepada lintah sebagai bentuk dasar. Dengan lanset ini seorang dokter (practitioner) melubangi vena, kadang-kadang sampai beberapa lubang. Menjelang akhir abad 19 barulah teknologi mengambil alih memproduksi “lintah artificial”. Kini telah dikenal beragam alat pengambilan darah dan mudah diperoleh di pasaran. Proses flebotomi saat ini sudah modern dikarenakan alat-alat yang canggih untuk memudahkan pengambilan darah dan menghindari infeksi yang terjadi sehingga bisa meningkatkan pelayanan kesehatan. Pengambilan darah saat ini sudah dilakukan oleh tenaga kesehatan ahli/ analis laboratorium yang dilakukan pemeriksaan

laboratorium

atau

ruang

perawatan.

Pengumpulan

atau

pengambilan sampel darah yang baik merupakan langkah awal dalam menjamin

ketelitian

dan

kepercayaan

terhadap

hasil

pemeriksaan

laboratorium. Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit. Agar hasil pemeriksaan laboratorium akurat dan dapat dipercaya harus dilakukan pengendalian terhadap pra analitik, analitik, dan pasca analitik. Pelaksanaan flebotomi akan menyebabkan dampak pasca pengambilan darah, salah satunya adalah terjadinya komplikasi. Komplikasi flebotomi dapat

terjadi karena berbagai faktor mulai dari pasien, flebotomis dan juga lingkungan. Untuk menghindari adanya flebotomis dapat dilakukan dengan komunikasi yang baik dengan pasien dan peningkatan kualitas kemampuan flebotomis yang lebih profesional.

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1

Apa yang dimaksud dengan flebotomi?

1.2.2

Apa saja jenis-jenis flebotomi?

1.2.3

Bagaimana prosedur flebotomi?

1.2.4

Apa saja komplikasi flebotomi?

1.2.5

Apa saja faktor penyebab komplikasi flebotomi?

1.2.6

Bagaimana cara penanganan komplikasi flebotomi?

1.3

Tujuan

1.3.1

Untuk mengetahui pengertian dari flebotomi.

1.3.2

Untuk mengetahui jenis-jenis flebotomi.

1.3.3

Untuk mengetahui prosedur flebotomi.

1.3.4

Untuk mengetahui komplikasi flebotomi.

1.3.5

Untuk mengetahui faktor penyebab komplikasi flebotomi.

1.3.6

Untuk mengetahui penanganan komplikasi flebotomi.

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Plebotomi Phlebotomy yaitu pengambilan sample darah dengan cara melubangi pembuluh darah vena subcutis. ”Phlebo yaitu vena subcutis sedangkan tomy artinya melubangi. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture. Phlebotomis harus melaksanakan tugasnya dengan kompeten yaitu pada saat mengumpulkan sample darah harus dengan sikap trampil, aman dan dapat dipercaya. Tujuan phlebotomi adalah memperoleh sampel darah dalam volume yang cukup untuk pemeriksaan yang dibutuhkan, dengan memperhatikan pencegahan interferensi preanalisis, memasukkannya ke dalam tabung yang benar, memperhatikan

keselamatan

(safety),

dan

dengan

sesedikit

mungkin

menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien. Dalam peraturan perundang-undangan di indonesia belum diatur tenaga kesehatan yang disebut sebagai teknisi phlebotomi, oleh karena itu teknisi phlebotomi belum sah sebagai salah satu tenaga kesehatan. Keputusan menteri kesehatan nomor : 370/MenKes/SK/III/2007 Standar Profesi

Ahli

Teknologi

Laboratorium

Kesehatan

tidak

mencantumkan

kewenangan analis kesehatan/pranata laboratorium kesehatan untuk melakukan phlebotomi kecuali tercantum dalam hal persiapan pengambilan sampel.

2.2 Jenis-Jenis spesimen yang digunakan dalam Plebotomi 2.2.1

Darah vena Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya

diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median. Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek laboratorium klinik adalah sebagai berikut : 

Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)



Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi



Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.



Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)



Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)



Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.



Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.



Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.

2.2.2

Darah arteri Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah

pergelangan tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis di daerah lengan atau arteri femoralis di lipat paha. Pengambilan darah harus dilakukan dengan hati-hati dan oleh tenaga terlatih. Sampel darah arteri umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas darah.

2.2.3

Darah kapiler Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang

berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler adalah : 

Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.



Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak kaki atau ibu jari kaki.



Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat. Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan sampel dengan volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa,

kadar Hb, hematokrit (mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary method).

2.3 Prosedur Plebotomi 2.3.1 Pra Plhebotomy 1. Persiapkan alat-alat yang diperlukan : a. Sarung tangan Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah terjadi infeksi, tetapi harus diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien yang lainnnya untuk mencegah kontaminasi silang. Sarung tangan harus dipakai kalau menangani darah, duh tubuh, sekresi dan eksresi (kecuali keringat) b. Syring /spuit Adalah alat yang digunakan untuk pengambilan darah atau pemberian injeksi intravena dengan volume tertentu. Spuit mempunyai skala yang dapat digunakan untuk mengukur jumlah darah yang akan diambil, volume spuit bervariasi dari 1ml, 3ml, 5ml bahkan ada yang sampai 50ml yang biasanya digunakan untuk pemberian cairan sonde atau syring pump. Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat. c. Kapas alkohol 70% Merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah menyerap dan dibasahidengan antiseptic berupa etil alkohol. Tujuan penggunaan kapas alkohol adalah untuk menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan. d. Tali pembendung (tourniquet)

Merupakan bahan mekanis yang fleksibel, biasanya terbuat dari karetsintetis yang bisa merenggang. Digunakan untuk pengebat atau pembendung pembuluh darah pada organ yang akan dilakukan penusukan plebotomy. Adapun tujuan pembendungan ini adalah untuk fiksasi, pengukuhan vena yang akan diambil. Dan juga untuk menambah tekanan vena yang akan diambil, sehingga akan mempermudah proses penyedotan darah kedalam spuit e. Plester Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi, sehingga membantu proses penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat penusukan. f. Tabung/vacutainer Tabung vakum pertama kali dipasarkan dengan nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu tercapai. g. Pendokumentasian. Pencatatn idenditas pasien baik di tabung penampung darah maupun di buku atau aplikasi untuk data pasien 2. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin ( Fase Orientasi). 3. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan. 4. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb. 2.3.2

Cara Plhebotomy 1. Pengambilan Darah Vena dengan Syring Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring) merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium

klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil). Prosedur : 

Persiapkan alat-alat yang diperlukan



Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin (Fase Orientasi).



Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.



Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.



Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.



Minta pasien mengepalkan tangan.



Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.



Pilih

bagian

vena median

cubital atau cephalic.

Lakukan

perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan. 

Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.



Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah

masuk ke dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena. 

Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.



Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum tourniquet dibuka.



Lepaskan jarum, alirkan darah dalam wadah melalui dindingnya supaya tidak terjadi hemolisa.(Mencegah terjadinya hemolis)



Tuangkan darah ke dalam botol penampungan yang volumenya sesuai

(sesuai

dengan

jenis

pemeriksaan

yang

diminta)

Mengamankan specimen untuk diantar ke laboratorium terkait) 

Jika menggunakan antikoagulan, kocok botol beberapa menit agar antikoagulan

tercampur

dengan

darah

dan

tidak

terjadi

pembekuan.(Mencegah terjadinya pembekuan darah.) 

Rapikan pasien dan lakukan pendokumentasian

2. Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum Prosedur : 

Persiapkan alat-alat yang diperlukan



Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.



Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.



Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.



Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.



Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.



Minta pasien mengepalkan tangan



Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.



Pilih

bagian

vena median

cubital atau cephalic.

Lakukan

perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan. 

Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi



Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.



Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.



Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

3. Pengambilan Darah Kapiler 

Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah

dengan

tusukan

kulit.

Tempat

yang

digunakan

untuk

pengambilan darah kapiler adalah : 

Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.



Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak kaki atau ibu jari kaki.



Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat.



Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan sampel dengan volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan

kadar

glukosa,

kadar

Hb,

hematokrit

(mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary method). Prosedur 

Siapkan peralatan sampling :



Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.



Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.



Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus diperas-peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena darah akan diencerkan oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga susah ditampung dalam wadah.



Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas kering, tetes berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.



Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras untuk mencegah terbentuknya jendalan.



Segera rapikan pasien dan lakukan pendokumentasian.

4. Pengambilan Darah arteri Pengambilan darah arteri

adalah suatu

tindakan untuk

mengambil darah arteri yaitu pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang berdinding tebal dan kaku. Sedangkan analisa gas darah adalah prosedur untuk menilai tekanan parsial oksigen, karbondioksida dan pH (konsentrasi ion hydrogen) di darah arteri. Mengambil sampel darah arteri membutuhkan suntikan perkutan pada arteri brachialis, radial atau femoralis. Juga bisa didapatkan dari arterial line. Untuk menilai arteri radial untuk sampling, harus melakukan tes Allen dimodifikasi untuk menjamin patensi arteri ulnaris. Adapun cara melakukan tes Allen adalah sebagai berikut 1.

Melenyapkan denyut radial dan ulnar secara bersamaan dengan menekan di kedua pembuluh darah di pergelangan tangan.

2.

Minta pasien untuk mengepalkan tangan dan melepaskannya sampai kulit terlihat pucat.

3.

Lepaskan tekanan arteri ulnaris sementara mengompresi arteri radial.

4.

Perhatikan kembalinya warna kulit dalam waktu 15 detik Jika tes Allen adalah negatif untuk kedua tangan dan arteri

radial tidak dapat diakses, maka arteri brakialis dapat digunakan. Potensi untuk mendapatkan sampel vena lebih besar bila menggunakan arteri brakialis

karena ada

pembuluh darah

besar terletak di dekat arteri brakialis. Selain itu, saraf medial terletak sejajar dengan arteri brakialis dan akan menyebabkan rasa sakit pasien jika Anda secara tidak sengaja mengenainya dengan jarum

Prosedur: 1. Peralatan sampling di tempat/ruangan dimana akan dilalkukan. 2. Pilih arteri radialis

3. Pasang tali pembendung (tourniquet) jika diperlukan 4. Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk. 5. Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%, 6. Biarkan kering. Kulit yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi 7. Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu tusukkan jarum di samping bawah jari telunjuk dengan posisi jarum tegak atau agak miring. Jika tusukan berhasil darah terlihat memasuki spuit dan mendorong thorak ke atas. 8. Setelah tercapai volume darah yang dikehendaki, lepaskan/tarik jarum dan segera letakkan kapas pada tempat tusukan lalu tekan kapas kuat-kuat selama ±2 menit. Pasang plester pada bagian ini selama ±15 menit 2.3.3

Post Plhebotomy Hal-hal yang harus dicatat setelah tindakan (dokumentasi) : 1. Catat identitas pasien 2. Nama dokter yang memberi order 3. Waktu pengambilan sampel 4. Jumlah sampel yang diambil 5. Suhu pasien, area tusukan 6. Catat waktu yang diterapkan pada area untuk mencegah perdarahan, 7. tentukan tipe dan jumlah untuk terapi oksigen jika pasien menerima terapi 8. Catat respon klien 9. Tanda tangan dan nama perawat yang melaksanakan tindakan.

2.4 Komplikasi Plebotomi 1. Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannya beberapasaat/ sementara waktu sebagai akibat menurunnya tekanan darah. Gejala dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, nadi cepat,pengelihatan kabur/ gelap, bahkan bisa sampai muntah. merupakan suatu mekanisme tubuh dalam mengantisipasi perubahan suplai darah keotak dan biasanya

terjadi secara mendadak dan sebentar atau kehilangan kesadaran dan kekuatan

posturaltubuh

serta

kemampuan

untuk

berdiri

karena

pengurangan aliran darah ke otak. Pingsan, "blacking out",atau syncope juga bisa diartikan sebagai kehilangan kesadaran sementara yang diikuti oleh kembalinya kesiagaan penuh.Pingsan merupakan suatu bentuk usaha terakhir tubuh dalam mempertahankan kekurangan zat-zat penting untuk di suplai ke otak seperti oksigen dan substansi-substansi lain (glukosa) dari kerusakan yang bisa permanen (Lalongo dan Bernarnidi, 2016). 2. Nyeri Nyeri

adalah

pengalaman

sensorik

dan

emosional

yang

tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan dalam suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga berkaitan dengan reflex menghindar dan perubahan output otonom (Bahrudin,2017). 3. Seizure Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebiha (Nurindah dkk., 2014). 4. Hematome Hematoma dalah terkumpulnya massa darah dalam jaringan (dalam Hal Flebotomi : jaringan dibawah kulit ) sebagai akibat robeknya pembuluh darah (Kim dan Oh, 2016). 5. Mual sensasi mengeluarkan makanan yang kuat atau ingin muntah. Sensasi muntah disertai dengan tanda-tanda otonomik seperti hipersalivas (pengeluaran liur yang berlebih), diaforesis, takikardia, pucat dan takipnea (Lalongo dan Bernarnidi, 2016).

6. Kerusakan syaraf Adanya gangguang syaraf karena respon dari luar. Kerusakan syaraf bisa berakibat fatal karena menyebabkan penyakit yang berbahaya. (Kim dan Oh, 2016). 7. Spasma Adanya

kontraksi

terutama

dibagian

otot

yang

menyebabkan

ketidaknyamanan bagi penderita. Hal ini juga bisa meyebabkan rasa sakit. (Kim dan Oh, 2016). 2.5 Faktor Penyebab Komplikasi Plhebotomy Banyak Hal-hal

yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi

phlebotomy, faktor penyebab ini juga mengakibatkan komplikasi plhebotomy yang bebeda. 2.5.1 Pendarahan Pendarahan yang berlebihan ( atau sukar berhenti ) terjadi karma terganggunya system kouglasi darah pasien. Hal ini bisa terjadi karena : 1.

Pasien mengalami pengobatan dengan obat antikougulan sehingga menghambat pembekuan darah.

2.

Pasien

menderita

gangguan

pembekuan

darah

( trombositopenia,

defisiensi factor pembeku darah (misalnya hemofilia ) 3.

Pasien

mengidap

penyakit

hati

yang

berat

(

pembentukan

protrombin, fibrinogen terganggu ) 2.5.2 Hematoma Sebagai akibat robeknya pembuluh darah. Faktor penyebab terletak pada teknik pengambilan darah : 1.

Jarum terlalu menungkik sehingga menembus dinding vena

2.

Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum berada diluar vena

3.

Setelah pengambilan darah, tempat penusukan kurang ditekan atau kurang lama ditekan.

4.

Pada waktu jarum ditarik keluar dari vena, tourniquet (tourniket) belum dikendurkan.

5.

Tempat penusukan jarum terlalu dekat dengan tempat turniket atau pemasangan tournikuet yang terlalu dekat dengan tempat penusukan

2.5.3 Syncope Syncope dapat terjadi disebabkan beberapa hal berikut yaitu : 1.

Akibat menurunnya tekanan darah

2.

Posisi saat plhebotomy yang kurang nyaman atau

pasien terlalu lama

berdiri 3.

Pasien sudah merasakan kondisi tubuh yang tidak nyaman sebelum dilakukannya plhebotomy

4.

Rasa takut berlebihan yang dirasakan oleh pasien

5.

Suhu udara yang panas

6.

Stress

7.

Dehidrasi

2.5.4 Rasa Nyeri Rasa nyeri bisa timbul, diakibatkan oleh beberapa hal yaitu : 1.

Penggunaan alkohol saat desenfeksi yang belum kering sempurna

2.

Akibat penarikan jarum yang terlalu kuat.

3.

Penusukan jarum saat plhebotomy yang terlalu dekat dengan tulang dan terdapat banyak serabut saraf

4.

Rasa nyeri yang diakibtkan karena komplikasi plhebotomy lainnya seperti hematoma dan infeksi

2.5.5 Alergi Alergi bisa terjadi terhadap bahan-bahan yang dipakai dalam flebotomy, biasanya pasien tidak tahan terhadap bahan seperti zat antiseptic/ desinfektan, latex yang ada pada sarung tangan, turniket atau plester. 2.5.6 Trombosis Trombosis terjadi dikarenakan oleh hal-hal berikut yaitu: 1.

Pengambilan darah yang berulang kali ditempat yang sama sehingga menimbulkan kerusakan dan peradangan setempat dan berakibat dengan penutupan ( occlusion ) pembuluh darah.

2.

Penggeseran jarum yang berlebihan ketika darah tidak langsung bisa masuk kedalam spuit

3.

Pasien mempunyai riwayat kelainan koagulasi

2.5.7 Radang Tulang Penyakit ini sering terjadi pada bayi karena jarak kulit-tulang yang sempit dan pemakaian lanset yang berukuran panjang. 2.5.8 Komplikasi neuologis Komplikasi neulogis disebabkan karena tertusuknya syaraf dilokasi penusukan. 2.5.9 Kegagalan pengambilan darah Faktor yang dapat menyebabkan antara lain : 1. Karena jarum kurang dalam. 2. Jarum terlalu dalam/tembus, 3. Lubang jarum menempel didinding pembuluh darah, 4. Vena kolap atau tabung tidak vakum. Vena kolaps dapat terjadi bila menarik penghisap dengan cepat, menggunakan tabung yang terlalu besar atau jarum terlalu kecil.

2.5.10 Hemokonsentrasi Hemoknsentrasi dapat terjadi dikarenakan : 1. Pembendungan / pemasangan turniket yang ketat 2. Pembendungan / pemasangan turniket yang teralalu lama ( > 1 menit), 3. Mengepal telapak tangan dengan pemijatan atau massage 2.5.11 Infeksi Komplikasi infeksi dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : 1. Plhebotomis tidak mengikuti peraturan kerja yang berlaku misalnya handhygine sebelum melakukan tindakan 2. Penggunaan sarung tangan yang berulang 3. Pengambilan darah pada tempat yang sudah mengalami infeksi, atau pada luka bakar 4. Sebelum melakukan pengambilan darah, area penusukan tidak didesenfektan terlebih dahulu 2.6 Cara Penanganan Komplikasi Plebotomi 1. Pendarahan Cara mengatasi: a. Tekan tempat pendarahan b. Panggil perawat/dokter untuk penanganan selanjutnya Cara pencegahan : a. Perlu anamnesis ( wawancara) yang cermat denga pasien b. Setelah pengambilan darah, penekanan tempat penusukan jarum perlu ditekan lebih lama 2. Pingsan (Syncope) Cara Mengatasi : a. Hentikan pengambilan darah

b. Pasien dibaringkan di tempat tidur, kepala dimiringkan ke salah satu sisi c. Tungkai bawah ditinggikan (lebih tinggi dari posisi kepala) d. Longgarkan baju dan ikat pinggang pasien e. Minta pasien untuk menarik nafas panjang f. Minta bantuan kepada dokter g. Jika pasien belum sempat dibaringkan, minta pasien menundukkan kepala diantara kedua kakinya dan menarik nafas panjang 3. Hematoma Cara mengatasi : Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar tempat penusukan jarum segera a. Lepaskan turniket dan jarum b. Tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa c. Angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala ( 15 menit) d. Kalau perlu kompres untukmengurangi rasa nyeri 4. Alergi Cara mengatasi : a. Tenangkan pasien, beri penjelasan b. Panggil dokter atau perawat untuk penanganan selanjutnya Cara pencegahan : a. Wawan cara apa ada riwayat allergi b. Memakai plester atau sarung-tangan yang tidak mengandung latex

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan 1. Phlebotomy yaitu pengambilan sample darah dengan cara melubangi pembuluh darah vena subcutis. ”Phlebo yaitu vena subcutis sedangkan tomy artinya melubangi. 2. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. 3. Prosedur dalam Phlebotomy terlebih dahulu menyiapkan alat kemudian melakukan pengambilan darah sesuai denganprosedur yang sudah di tetapkan 4. Komplikasi phlebotomy yaitu Syncope, nyeri, seizure, hematome, mual, kerusakan saraf, dan spasma 5. Faktor penyebab komplikasi yaitu pendarahan, hematoma, syncope, rasa nyeri, alergi, trombosis, radang tulang, komplikasi neurologis, kegagalan pengambilan darah, hemokonsentrasi, dan infeksi. 6. Penanganan komplikasi dilakukan dengan cara yang sesuai dengan standar dan sesuai dengan prosedur Rumah Sakit. 3.2 Saran 1. Dari makalah ini diharapkan bagi tenaga analis dapat melaksanakan prosedur phlebotomy sesuai dengan standar

2. Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat mengetahui jenis, macam komplikasi, faktor penyebab, serta cara penanganan dari komplikasi phlebotomy.

DAFTAR PUSTAKA Bahrudin, M. 2017. Patofisiologi Nyeri. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Kim, K. H., dan Ohh, K. Y. 2016. Clinical Applications of Therapeutic Phlebotomy. Journal of Blood Medicine Lalongo, C., dan Bernandini, S. 2016. Phlebotomy, A Bridge Between Laboratory and Patient. Biochemia Medica. Nurindah, D., Muid, M., dan Retoprawiro, S. 2014. Hubungan Antara Kadar Tumor Necrosis Factor-Alpha Plasma dengan Kejang Demam Sederhana pada Anak. Jurnal Kedokteran Brawijaya

Related Documents


More Documents from "Youu Ndaa"