Makalah Manajemen Risiko K3 Di Dalam Dan Di Luar Gedung-docx

  • Uploaded by: Tasya Syafhira
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Manajemen Risiko K3 Di Dalam Dan Di Luar Gedung-docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,733
  • Pages: 18
Loading documents preview...
MAKALAH MANAJEMEN RISIKO K3 DI DALAM DAN DI LUAR GEDUNG

Oleh : 

Bakti Nur Utama



Pandu Rifqi Amalia



Tasya Syafhira Aprilia



Jumantoro

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS 2019

i

Kata Pengantar Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dalam waktu yang ditentukan. Makalah yang berjudul “Manajemen Risiko K3 di Dalam dan di Luar Gedung” ini, disusun sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah KPK3. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang ikut membantu baik langsung maupun tidak langsung. Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan mahasiswa keperawatan dan masyarakat umum dapat memahaminya. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis juga menyadari makalah ini terdapat kekurangan baik materi maupun penyajian. Oleh karena itu, segala saran dan kritik dari semua pihak ataupun pembaca sangat kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat

memberikan wawasan lebih dan bermanfaat bagi semuanya.

Surakarta, Agustus 2019

Penyusun

ii

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................ii DAFTAR ISI .....................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1 A. Latar Belakang ...............................................................................................1 B. Rumusan .........................................................................................................1 C. Tujuan .............................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................3 A. Konsep Manajemen Risiko K3.......................................................................3 B. Teori Penyebab Kecelakaan dan Manajemen K3 ...........................................3 C. Perencanaan Respon Terhadap Risiko ...........................................................4 D. Cara Pengendalian dan Monitoring Risiko Dalam K3 ...................................5 E. Proses Manajemen Risiko Kecelakaan Kerja .................................................7 BAB III PENUTUP .......................................................................................... 9 A. Kesimpulan ................................................................................................... 9 B. Saran .............................................................................................................. 9 DAFTAR PUSTAKA

iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih termasuk buruk. Pada tahun 2014 saja, lebih dari seribu tujuh ratus pekerja meninggal di tempat kerja. Menurut Juan Somavia, Dirjen ILO, industri konstruksi termasuk paling rentan kecelakaan, diikuti dengan anufaktur makanan dan minuman (Kompas, 1/05/14). Tidak saja di negara-negara berkembang, di negara maju sekalipun kecelakaan kerja konstruksi masih memerlukan perhatian serius. Penelitian yang dilakukan oleh

Duff (2008) dan Alves Diaz (2005)

menyatakan hasil analisa statistik dari beberapa negara-negara menunjukkan peristiwa tingkat kecelakaan fatal pada proyek konstruksi adalah lebih tinggi dibanding rata-rata untuk semua industri, dalam Suraji (2012). Kecelakaan kerja sering terjadi akibat kurang dipenuhinya persyaratan dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam hal ini pemerintah sebagai penyelenggara Negara mempunyai kewajiban untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Dahulu, para ahli menganggap suatu kecelakaan disebabkan oleh tindakan pekerja yang salah. Sekarang anggapan itu telah bergeser bahwa kecelakaan kerja bersumber kepada faktor-faktor organisasi dan manajemen. Para pekerja dan pegawai mestinya dapat diarahkan dan dikontrol oleh pihak manajemensehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman. Sejalan dengan teori-teori penyebab kecelakaan yang terbaru, maka pihak manajemen harus bertanggungjawab terhadap keselamatan kerja para pekerjanya. Tulisan ini akan membahas peranan manajemen risiko K3 di dalam gedung.

B. Rumusan Masalah a)

Bagaimanakah konsep manajemen risiko K3 ?

b)

Bagaimanakah teori penyebab kecelakaan dan manajemen K3 ?

c)

Bagaimanakah faktor resiko K3 didalam dan diluar gedung RS?

d)

Bagaimanakah perencanaan respon terhadap risiko ?

e)

Bagaimanakah cara pengendalian dan monitoring risiko K3 didalam dan diluar gedung RS?

f)

Bagaimanakah proses manajemen risiko kecelakaan kerja ?

C. Tujuan Penulisan g)

Untuk mengetahui konsep manajemen risiko K3.

h)

Untuk mengetahui teori penyebab kecelakaan dan manajemen risiko.

i)

Untuk mengetahui faktor resiko K3 didalam dan diluar gedung RS

j)

Untuk mengetahui perencanaan respon terhadap risiko.

k)

Untuk mengetahui cara pengendalian dan monitoring risiko K3 didalam dan diluar gedung RS. 5

l)

Untuk mengetahui proses maanjemen risiko kecelakaan kerja.

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Manajemen Risiko K3 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja baik dari segi perencanaan maupun pengambilan keputusan dan organisasi, baik kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan harus merupakan bagian dari biaya produksi. Manajemen K3 pada dasarnya mencari dan mengumpulkan kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengungkapkan sebab suatu kecelakaan, dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dapat dilakukan atau tidak. Kesalahan operasional yang kurang lengkap, keputusan yang tidak tepat, salah perhitungan, dan manajemen yang kurang tepat dapat menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan (Rumondang, 2015). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Konsep rasional Total Safety Control adalah suatu pengintegrasian tindakan manajemen dan tindakan pelaksanaan yang sinergis untuk mempromosikan suatu proses konstruksi yang aman (Suraji, 2014). Ada banyak pendekatan dalam manajemen K3, diantaranya menurut OHSAS 18001, dan menurut TQM di mana keselamatan merupakan suatu pusat dan fokus integral dalam program pengendalian mutu terpaduyang harus ditingkatkan secara terus - menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan (intern-ekstern). Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali risiko dalam sebuah proyek dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan menghindarinya, dilain sisi juga harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang yang ada (Wideman, 2012). Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan 6

suatu proses di dalam menangani risiko-risiko yang ada, sehingga dalam penanganan risiko tidak akan terjadi kesalahan. Proses tersebut antara lain adalah identifikasi, pengukuran risiko dan penanganan risiko. B. Teori Penyebab Kecelakaan dan Manajemen K3 Kecelakaan adalah kejadian merugikan yang tidak direncanakan, tidak terduga, tidak diharapkan serta tidak ada unsur kesengajaan(Hinze, 2009). Ada beberapa teori yang menjelaskan penyebab suatu kecelakaan. Dahulu teori penyebab kecelakaan memandang bahwa kecelakaan disebabkan oleh tindakan pekerja yang salah (misalnya pada The Accident-Proneness Theory). Semenjak dikenalkannya The Chainof-Events Theory, The Domino Theory, dan The Distraction Theory, maka pihak organisasi dan manajemenyang dianggap berperan sebagai penyebabsuatu kecelakaan. Anggapan tentang kecelakaan kerja yang bersumber kepada tindakan yang tidak aman yang dilakukan pekerja telah bergeser dengan anggapan bahwa kecelakaan kerja bersumber kepada factor-faktor organisasi dan manajemen (Andi, 2015). Pihak manajemen harus bertanggungjawab terhadap keselamatan. Para pekerja dan pegawai mestinya dapat diarahkan dan dikontrol oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman. Pada teori yang terbaru makin terlihat bahwa penyebab kecelakaan kerja semakin komplek. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Konsep rasional Total Safety Control adalah suatu pengintegrasian tindakan manajemen dan tindakan pelaksanaan yang sinergis untuk mempromosikan suatu proses konstruksi yang aman (Suraji, 2014). Ada banyak pendekatan dalam manajemen K3, diantaranya menurut OHSAS 18001, dan menurut TQM di mana keselamatan merupakan suatu pusat dan fokus integral dalam program pengendalian mutu terpaduyang harus ditingkatkan secara terus - menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan (intern-ekstern). C. Faktor Risiko K3 Didalam dan Diluar gedung RS 1. Faktor Risiko K3 Didalam Rumah Sakit Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik , peralatan listrik maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam : 1.

Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat– obatan).

2.

Bahan beracun, korosif dan kaustik .

3.

Bahaya radiasi .

4.

Pencahayaan.

5.

Syok akibat aliran listrik .

6.

Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam . Cth : Ampul Obat, Jarum Suntik,

7.

Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

2. Faktor Resiko K3 Diluar Rumah Sakit 7

Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :

1. Ruang bangunan dan halaman RS. 2. Lingkungan bangunan RS. 3. Lingkungan bangunan RS harus bebas dari banjir. 4. Lingkungan RS harus bebas dari asap rokok, tidak berdebu, tidak becek, atau tidak terdapat genangan air, dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman.

5. Pencahayaan Faktor-Faktor Risiko K3 di Luar Gedung 6. Kebisingan 7. Kebersihan 8. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah 9. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan keseluruhan 10.Tempat-tempat tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah. 11.Selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan.

12.Jalur lalu lintas pejalan kaki dan jalur kendaraan harus dipisahkan. 13.Ketetapan yang diatur oleh the environment protection act 1990 mendefinisikan : Polutan, Limbah terkendali, Limbah khusus.

14.Kriteria limbah berbahaya. D. Perencanaan Respon Terhadap Risiko A. Risiko Positif Risiko positif adalah risiko yang mungkin terjadi dan merupakan peluang untuk memberikan manfaat terhadap suatu proyek. Strategi untuk risiko positif antara lain: 1. Exploit

: strategi untuk memastikan bahwa kesempatan (risiko positif) dapat terealisasi. Contoh:

menugaskan SDM yang lebih berbakat untuk mengurangi waktu penyelesaian atau menyediakan mutu lebih baik dari yang direncanakan. 2. Share

:

alokasi kepemilikan kepada pihak ke tiga yang memiliki kemampuan terbaik

menangkap peluang manfaat proyek. Contoh: special purpose company, joint venture. 3. Enchance : memodifikasi ukuran kesempatan dengan meningkatkan peluang dan dampak positif dengan mengidentifikasi dan memaksimalkan pengendali kunci dari risiko berdampak positif. B. Risiko Negatif Risiko Negatif adalah risiko yang mungkin terjadi dan jika terjadi dapat memberikan dampak buruk dan merugikan untuk suatu proyek. Strategi untuk risiko negatif antara lain: 1. Avoid

: upaya untuk mencegah risiko dengan cara menghentikan aktivitas atau kondisi yang

dapat memberikan risiko. Upaya ini dilakukan jika tidak ada respon risiko yang sesuai untuk menangani risiko yang diperkirakan. 8

2. Transfer

: respon risiko yang dilakukan dengan upaya mengurangi frekuensi ataupun dampak

risiko dengan cara mentransfer atau membagi porsi risiko dengan pihak lain dengan cara membuat asuransi atau melakukan outsource pada aktivitas yang diperkirakan dapat memberikan risiko. 3. Mitigate

: melakukan tindakan pengurangan peluang atau dampak dari aktivitas risiko yang dapat

merugikan. E. Cara Pengendalian dan Monitoring Risiko K3 Didalam dan Diluar Gedung Rumah Sakit 1. Cara Pengendalian dan Monitoring Risiko Dalam K3 Didalam Rumah Sakit a) Planning/ (Perencanaan) Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit dan instansi kesehatan.perencanaan ini dilakukan untuk memenuhi standarisasi kesehatan pacsa perawatan dan merawat (hubungan timbal balik pasien – perawat / dokter, serta masyarakat umum lainnya). Dalam perencanaan tersebut, kegiatan yang ditentukan meliputi: a. Hal apa yang dikerjakan b. Bagaiman cara mengerjakannya c. Mengapa mengerjakan d. Siapa yang mengerjakan e. Kapan harus dikerjakan f. Dimana kegiatan itu harus dikerjakan g. hubungan timbal balik ( sebab akibat) Kegiatan kesehatan ( rumah sakit / instansi kesehatan ) sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metode-metode yang dipakai makin banyak ragamnya. Semuanya menyebabkan risiko bahaya yang dapat terjadi dalam ( rumah sakit / instansi kesehatan ) makin besar. Oleh karena itu usahausaha pengamanan kerja di rumah sakit / instansi kesehatan harus ditangani secara serius oleh organisasi keselamatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan. b) Organizing/ (Organisasi) Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan dapat dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat rumah sakit / instansi kesehatan daerah (wilayah) sampai ke tingkat pusat atau nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah), di samping memberlakukan Undang-Undang Keselamatan Kerja. Di tingkat daerah (wilayah) dan tingkat

9

pusat (nasional) perlu dibentuk Komisi Keamanan Kerja rumah sakit / instansi yang tugas dan wewenangnya dapat berupa : 1. Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan . 2. Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana- an keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan . 3. Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan . 4. Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin rumah sakit / instansi kesehatan. 5. mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu rumah sakit / instansi kesehatan. 6. Dan lain-lain. Perlu juga dipikirkan kedudukan dan peran organisasi /Cermin Dunia Kedokteran No. 154, 2007 5/ background image Manajemen keselamatan kerja profesi (PDS-Patklin) ataupun organisasi seminat (Patelki, HKKI) dalam kiprah organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan ini. Anggota organisasi profesi atau seminat yang terkait dengan kegiatan rumah sakit / instansi kesehatan dapat diangkat menjadi anggota komisi di tingkat daerah (wilayah) maupun tingkat pusat (nasional). Selain itu organisasi-organisasi profesi atau seminar tersebut dapat juga membentuk badan independen yang berfungsi sebagai lembaga penasehat atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit / Instansi Kesehatan. c) Actuating/ (Pelaksanaan) Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong semangat kerja, mengerahkan aktivitas, mengkoordinasikan berbagai aktivitas yang akan menjadi aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang bekerja maupun masyarakat dalam rumah sakit / instansi kesehatan wajib mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam rumah sakit / instansi kesehatan, serta memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen reagensia dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul permasalahan, keraguraguan atau pertentangan, maka menjadi tugas semua untuk mengambil keputusan penyelesaiannya.

d) Controlling/ (Pengawasan) Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu : 10

a. Adanya rencana b. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan. Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi tentang perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama di rumah sakit / instansi kesehatan. Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan bahaya yang bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam rumah sakit / instansi kesehatan perlu dibentuk pengawasan rumah sakit / instansi kesehatan yang tugasnya antara lain : 1. Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek rumah sakit / instansi kesehatan yang baik, benar dan aman. 2. Memastikan semua petugas rumah sakit / instansi kesehatan memahami cara- cara menghindari risiko bahaya dalam rumah sakit / instansi kesehatan. 3. Melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya atau kecelakaan. 4. mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan . 5. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegah meluasnya bahaya tersebut. 6. Dan lain-lain. 2. Cara Pengendalian dan Monitoring Risiko Dalam K3 Diluar Rumah Sakit 1. Eliminasi – memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya; misalnya, memperkenalkan perangkat mengangkat mekanik untuk menghilangkan penanganan bahaya manual; 2. Subtitusi – pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi energi sistem (misalnya, menurunkan kekuatan, ampere, tekanan, suhu, dll); 3. Kontrol teknik / Perancangan – menginstal sistem ventilasi, mesin penjagaan, interlock, dll. 4. Kontrol administratif – tanda-tanda keselamatan, daerah berbahaya tanda, tanda-tanda fotoluminescent, tanda untuk trotoar pejalan kaki, peringatan sirene / lampu, alarm, prosedur keselamatan, inspeksi peralatan, kontrol akses, sistem yang aman, penandaan, dan izin kerja, dll. 5. Alat Pelindung Diri (APD) – kacamata safety, perlindungan pendengaran, pelindung wajah, respirator, dan sarung tangan. Umumnya tiga tingkat pertama adalah paling diinginkan, namun tiga tingkat tersebut tidak selalu mungkin untuk diterapkan. Dalam menerapkan hirarki, Anda harus mempertimbangkan biaya relatif, manfaat pengurangan risiko, dan keandalan dari pilihan yang tersedia. Dalam membangun dan memilih kontrol, masih banyak hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya: 

Kebutuhan untuk kombinasi kontrol, menggabungkan unsur-unsur dari hirarki di atas (misalnya, perancangan dan kontrol administratif), 11



Membangun praktik yang baik dalam pengendalian bahaya tertentu yang dipertimbangkan, beradaptasi bekerja untuk individu (misalnya, untuk memperhitungkan kemampuan mental dan fisik individu),



Mengambil keuntungan dari kemajuan teknis untuk meningkatkan kontrol,



Menggunakan langkah-langkah yang melindungi semua orang (misalnya, dengan memilih kontrol rekayasa yang melindungi semua orang di sekitar bahaya daripada menggunakan Alat Pelindung Diri),



Perilaku manusia dan apakah ukuran kontrol tertentu akan diterima dan dapat dilaksanakan secara efektif,



Tipe dasar kegagalan manusia/human error (misalnya, kegagalan sederhana dari tindakan sering diulang, penyimpangan memori atau perhatian, kurangnya pemahaman atau kesalahan penilaian, dan pelanggaran aturan atau prosedur) dan cara mencegahnya,



Kebutuhan untuk kemungkinan peraturan tanggap darurat bila pengendalian risiko gagal,



Potensi kurangnya pengenalan terhadap tempat kerja, contoh: visitor atau personil kontraktor. Setelah

kontrol

telah

ditentukan,

organisasi

dapat

memprioritaskan

tindakan

untuk

melaksanakannya. Dalam prioritas tindakan, organisasi harus memperhitungkan potensi pengurangan risiko kontrol direncanakan. Dalam beberapa kasus, perlu untuk memodifikasi aktivitas kerja sampai pengendalian risiko di tempat atau menerapkan pengendalian risiko sementara sampai tindakan yang lebih efektif diselesaikan – misalnya, penggunaan mendengar perlindungan sebagai langkah sementara sampai sumber kebisingan dapat dihilangkan, atau aktivitas kerja dipisahkan untuk mengurangi paparan kebisingan. kontrol sementara tidak harus dianggap sebagai pengganti jangka panjang untuk langkah-langkah pengendalian risiko yang lebih efektif. Seleksi dan pelaksanaan kontrol adalah bagian paling penting dari Sistem Manajemen K3, tapi itu tidak cukup untuk membuatnya bekerja. Efek dari implementasi kontrol harus dipantau untuk menentukan apakah sudah mencapai hasil yang diinginkan, dan organisasi harus selalu mengejar kemungkinan adanya kontrol baru yang lebih efektif dan lebih low cost. F. Proses Manajemen Risiko Kecelakaan Kerja Proses yang dilalui dalam manajemen risiko adalah : A. Perencanaan Manajemen Risiko Perencanaan meliputi langkah memutuskan bagaimana mendekati dan merencanakan aktivitas manajemen risiko untuk proyek. B. Identifikasi Risiko Tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah mengenali jenis-jenis risiko yang mungkin dan umumnya dihadapi oleh setiap pekerja. C. Analisis Risiko Kualitatif

12

Analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah proses menilai (assessment) kemungkinan dari risiko yang sudah diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko berdasarkan efeknya terhadap tujuan proyek. D. Analisis Risiko Kuantitatif Proses identifikasi secara numerik probabilitas dari setiap risiko dan konsekuensinya terhadap tujuan proyek. E. Perencanaan Respon Risiko Risk response planning adalah proses yang dilakukan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai batas yang dapat diterima. F. Pengendalian dan Monitoring Risiko Langkah ini adalah proses mengawasi risiko yang sudah diidentifikasi, memonitor risiko yang tersisa, dan mengidentifikasikan risiko baru, memastikan pelaksanaan risk management plan dan mengevaluasi keefektifannya dalam mengurangi risiko.

13

PENATALAKSANAAN TERTUSUK JARUM ATAU BENDA TAJAM

SOP

UPTD Kesehatan Puskesmas Sadananya A. Pengertian

B. Tujuan

No. Dokumen

: 800/

No. Revisi

:

Tanggal Terbit

:

Halaman

: 1/2

/ /2017

Januari 2017

Tanda Tangan Kapus

Dedeng NSP, SKM., MM NIP. 197704272001121002

: Penatalaksanaan tertusuk jarum atau benda tajam adalah salah satu upaya pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap petugas yang tertusuk benda yang memiliki sudut tajam atau runcing yang menusuk, memotong, melukai kulit seperti jarum suntik, jarum jahit bedah, pisau, skalpel, gunting, atau benang kawat : Melindungi petugas kesehatan, mahasiswa, petugas kebersihan, pengunjung dari perlukaan dan tertular penyakit seperti hepatitis B, hepatitis C atau HIV

C. Kebijakan

: SK Kepala UPTD Puskesmas sadananya NOMOR : 800 /

D. Referensi

: Permenkes no 11 tahun 2017;

E. Prosedur

:

/C.SK/PKM/I/2017

Pertolongan pertama - Segera cuci bagian tubuh yang terpapar dengan sabun antiseptik dan air mengalir - Bilas dengan air bila terpapar pada daerah membran mukosa - Bilas dengan air atau cairan NaCl bila terpapar pada daerah mata Laporan dan Pendokumentasian a. Laporan meliputi: hari, tanggal, jam, di mana, bagaimana, kejadian, bagian mana yang terkena, penyebab, jenis sumber (darah, urin, feses) dan jumlah sumber yang mencemari (banyak/sedikit) b. Tentukan status pasien sebagai sumber jarum dan benda tajam (pasien dengan riwayat sakit apa) c. Tentukan status petugas terpapar: apakah menderita hepatitis B, apakah pernah mendapatkan imunisasi hep B, apakah sedang hamil atau menyusui d. Jika tidak diketahui sumber paparannya, petugas yang terpapar diperiksa status HIV, HBV, HCV (konsul ke ahli penyakit dalam) e. Bila status pasien bebas HIV, HBV, HCV dan bukan dalam masa inkubasi tidak perlu tindakan khusus untuk petugas, tetapi bila diragukan dapat dilakukan konseling Evaluasi pencemaran berdasarkan mode, rute, beratnya yang terpapar - Cairan resiko tinggi yang perlu diwaspadai dan dapat menimbulkan pencemaran adalah darah, cairan sperma, sekret vagina - Cairan tubuh yang tidak menimbulkan pecemaran: urin, sputum non purulen, air mata, keringat, feses Evaluasi yang terpapar pasien terinfeksi hep B dan HIV, yang perlu di follow 14

up, dengan indikasi: tertusuk jarum, terpapar cairan tubuh pada mukosa, terpapar pada kulit yang tidak utuh/bekas luka Laporan kejadian dilakukan oleh unit pelayanan tempat terjadinya insiden kepada tim PMKP dan PPI Puskesmas

1

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan A. Manajemen K3 pada dasarnya mencari dan mengumpulkan kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengungkapkan sebab suatu kecelakaan. B. Dahulu teori penyebab kecelakaan memandang bahwa kecelakaan disebabkan oleh tindakan pekerja yang salah. Tetapi anggapan tentang kecelakaan kerja telah bergeser dengan anggapan bahwa kecelakaan kerja bersumber kepada faktor-faktor organisasi dan manajemen. C. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat– obatan), Bahan beracun, korosif dan kaustik, Bahaya radiasi, Pencahayaan., Syok akibat aliran listrik ., Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam . D. Perencanaan respon terhadap risiko terdapat respon positif dan respon negatif. Respon positif meliputi : exploit, share dan enchance, sedangkan respon negatif meliputi :avoid, transfer, mitigate. E. Cara pengendalian dan monitoring risiko K3 didalam gedung adalah dengan Planning/ (Perencanaan), Organizing/ (Organisasi), Actuating/ (Pelaksanaan), Controlling/ (Pengawasan) sedangkan untuk diluar gedung adalah dengan eliminasi, Substitusi, Kontrol teknik atau perancangan, Administratif dan APD. F. Proses yang dilalui dalam manajemen risiko adalah perencanaan manajemen risiko, identifikasi risiko, analisis risiko kualitatif, analisis risiko kuantitatif, perencanaan respon risiko, pengendalian dan monitoring risiko.

2

B. Saran A. K3 harus dibudayakan dan dilaksanakan sepenuhnya oleh para pekerja, stakeholder dan semua yang ada dalam satu organisasi perusahaan atau proyek. Manajemen risiko K3 harus menjamin adanya tindakan perbaikan kinerja dan budaya keselamatan secara berkesinambungan. B. Perusahaan dapat memperhatikan penerapan K3 yang baik bagi pekerjanya agar tidak terjadi hal-hal yang dapat menimbulkan risiko yang sangat tinggi (Very High Risk). C. Perusahaan dapat melakukan pemeriksaan yang rutin terhadap pekerja, alat dan berbagai hal yang menyangkut Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). D. Pekerja dapat mengikuti setiap instruksi ataupun aturan yang ditetapkkan oleh pihak manajemen secara berkesinambungan sehingga target zero accident dapat tercapai.

3

DAFTAR PUSTAKA

Adityanto, Beryl,dkk. 2013. Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Pekerjaan Struktur Bawah dan Struktur Atas Gedung Bertingkat. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Anwar, Fahmi Nurul. 2014. Analisis Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pada Pekerjaan Upper Structure Gedung Bertingkat (Studi Kasus Proyek Skyland City – Jatinangor). Jurnal Konstruksi ISSN : 2302-7312 Vol. 13 No. 1 2014. Soputan, Gabby E. M.,dkk. 2014. Manajemen Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Study Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar. Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (229-238) ISSN: 2087-9334.

4

Related Documents


More Documents from "kimmimaroo"