Makalah Tentang Fleksus Brachialis: 30 Maret 201530 Maret 2015 Windygusliwulandari

  • Uploaded by: Musyahidatun anisa
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Tentang Fleksus Brachialis: 30 Maret 201530 Maret 2015 Windygusliwulandari as PDF for free.

More details

  • Words: 4,892
  • Pages: 26
Loading documents preview...
makalah tentang fleksus brachialis 30 Maret 201530 Maret 2015 | windygusliwulandari

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trauma fleksus brachialis umunya terjadi pada bayi besar.Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat pada daerah leher saat melahirkan bayi sehingga terjadi kerusakan pada fleksus brachialis.Biasanya ditemukan pada persalinan letak sunsang bila dilakukan kontraksi yang kuat saat melahirkan kepala bayi.Pada persalinan letak kepala, kelainan ini dapat terjadi pada kasus distosia bahu. Pada kasus tersebut kadang-kadang dilakukan tarikan pada kepala yang agak kuat ke belakang untuk melahirkan bahu depan. (Sarwono Prawirohardjo, 2013) Trauma lahir adalah trauma mekanis yang disebabkan karena persalinan/kelahiran. Pengertian yang lain tentang trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karenaproses kelahiran. Istilah trauma digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat dihindarikan maupun yang dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat keterampilan atau perhatian medic yang tidak pantas atau tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. Insidens paralisis pleksus brachialis ialah 0,5-2,0 per 1.000 kelahiran hidup. Kebanyakan kasus merupakan paralis Erb.Paralisis pada seluruh fleksus brachialis terjadi pada 10 % kasus.. (Sarwono Prawirohardjo, 2013) Paralisis Erb (C5-C6) paling sering terjadi dan berhubungan dengan terbatasnya gerakan bahu. Anggota gerak yang terkena akan berada dalam posisi adduksi, pronasi, dan rotasi internal. Reflex moro, bisepa, dan radiasi pada sisi yang terkena akan menghilang. Reflex menggenggam biasanya masih ada. Pada lima persen kasus disertai paresis nervus frenikus ipsilateral.(Sarwono Prawirohardjo, 2013) Paralisis klumpke (C7-8, Th1) jarang terjadi dan mengakibatkan kelemahan pada otot-otot intrinsic tangan sehingga bayi kehilangan reflex menggenggam. Bila serabut simpatis servikal pada spina torakal pertama terlibat, maka akan dijumpai sindrom Horner. Tidak ada pedoman dalam penentuan prognosis.Narakas mengembangkan system klasifikasi (tipe I-V) berdasarkan beratnya dan luasnya lesi dalam menentukan prognosis pada 2 bulan pertama setelah lahir. Berdasarkan studi kolaboratif perinatal yang melibatkan 59 bayi, 88 % kasus sembuh pada 4 bulan pertama, 92 % sembuh dalam 12 bulan, dan 93 % sembuh dalam 48 bulan. Penelitian lain pada 28 bayi dengan paralisis fleksus parsial dan 38 bayi dengan fleksus total, 92 % bayi sembuh spontan.(Sarwono Prawirohardjo, 2013)

B. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan fleksus brakialis ? 2. Apa saja kelainan pada fleksus brakilis ? 3. Apa etiologi fleksus brakialis? 4. Bagaimana tanda dan gejala fleksus brakialis ? 5. Bagaiman penatalaksanaan fleksus brakialis ? 6. Bagaimana peran bidan dalam asuhan dan kobnseling untuk keluarga ? C. Tujuan a. Tujuan Umum Mahasiswa mampu melaksanankan asuhan pada neonatus, bayi dan balita dengan kasus fleksus brachialis dan mendokumentasikan dalam bentuk MENAJEMEN VARNEY. b. Tujuan Khusus 1. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada kasus fleksus brachialis. 2. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada kasus fleksus brachialis. 3. Mampu melakukan analisis berdasarkan data subjektif dan objektif. 4. Melakukan penatalaksanaan pada neonatus, bayi dan balita dengan kasus fleksus brachialis. 5. Melakukan pendokumentasian dengan benar dan lengkap. D. MANFAAT a. Bagi penulis Mahasiswa diharapkan mampu melakukan asuhan pada neonatus, bayi dan balita dengan kasus seborrhea. b. Bagi instansi pendidikan Menjadi sarana evaluasi dalam pembelajaran asuhan neonatus, bayi dan balita. BAB II TINJAUAN TEORI A.PENGERTIAN Jejas pada fleksus brachialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan. Jejas pleksus brachialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada penarikan lateral dipaksakan pada kepala dan leher selama persalinan bahu pada presentasi vertex atau bila lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu. (Rukiyah, Ai Yeyeh.2013.Asuhan neonates bayi dan anak balita,Jakarta: Trans Info Media) Trauma fleksus brachialis umunya terjadi pada bayi besar.Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat pada daerah leher saat melahirkan bayi sehingga terjadi kerusakan pada fleksus brachialis.Biasanya ditemukan pada persalinan letak sunsang bila dilakukan kontraksi yang kuat saat melahirkan kepala bayi.Pada persalinan letak kepala, kelainan ini dapat terjadi pada kasus distosia bahu. Pada kasus tersebut kadang-kadang dilakukan tarikan pada kepala yang agak kuat ke belakang untuk melahirkan bahu depan. (Sarwono Prawirohardjo, 2013)

B.KELAINAN FLEKSUS BRAKHIALIS A. Erb Duchene paralysis Yaitu kelumpuhan bagian-bagian tubuh yang disarafi oleh cabang-cabang C5 dan C6 gari pleksus barkialis. Gejala pada kerusakan fleksus ini, antara lain hilangnya reflek moro dan biseps, lengan posisi adduksi, putaran ke dalam, lengan bawah pronasi, telapak tangan menghadap belakang. Penanganan pada kerusakan fleksus ini, anatara lain meletakkan lengan atas dalam posisi abduksi 90º dalam putaran keluar, siku dalam fleksi 90º dengan supinasi lengan bawah dan ekstensi pergelangan, serta telapak tangan mengahadap depan. Kerusakan ini akan sembuh dalam waktu 3-6 bulan B.Paralysis klumpke Yaitu kelumpuhan bagian-bagian tubuh yang disarafi oleh cabang C8-Th 1 dari fleksus brakialis.Kerusakan ini menyebabkan kelemahan lengan dan otot-otot fleksor pergelangan, sehingga gejala yang tampak adalah telapak tangan tidak dapat mengepal.Penanganan pada kerusakan fleksus ini adalah dengan melakukan fisioterapi. Kerusakan fleksus ini akan sembuh dalam waktu 3-6 bulan. C.ETIOLOGI 1. Tarikan lateral pada kepala dan leher pada saat melahirkan bahu. 2. Lengan ekstensi melewati kepala pada presentasi bokong atau terjadi tarikan yang berlebihan pada bahu. (Dewi, lia Nanny Vivian.2013.asuahn neonates bayi dan anak balita,Jakarta: Salemba Medika) 3. Faktor bayi sendiri :http://bidan novitaamdkeb.blogspot.com/2012/03/makalahtrauma-brachialis.html a. Makrosomia b. Presentasi ganda c. Letak sunsang d. Distosia bahu e. Malpresentasi f. Bayi kurang bulan 3. Faktor ibu : a. ibu sefalo pelvic disease (panggul ibu yang sempit) b. umur ibu yang sudah tua c. adanya penyulit saat persalinan 4. Faktor penolong persalinan : a. tarikan yang berlebihan pada kepala dan leher saat menolong kelahiran bahu pada presentasi kepala b. tarikan yang berlebihan pada bahu pada presentasi bokong D.TANDA DAN GEJALA FLEKSUS BRACHIALIS 1. Gangguan motoric dari lengan atas. 2. Lengan atas pada kedudukan ekstensi dan abduksi.

3. Jika anak diangkat, lengan akan tampak lemas dan menggantung. 4. reflex morro negative. 5. hiperekstensi dan fleksi pada jari-jari.(Dewi, lia Nanny Vivian.2013.asuahn neonates bayi dan anak balita,Jakarta: Salemba Medika) 6. Refleks meraih dengan tangan tidak ada. 7. Gejala sisa dapat berupa deformitas tulang yang progresi, atrofi otot, kontraktur sendi, kemungkinan terganggunya pertumbuhan anggota gerak, dan kelemahan bahu. E.PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan radiologi daerah bahu dan lengan atas untuk menyingkirkan trauma tulang 2. foto toraks harus dikerjakan untuk menyingkirkan kemungkinan paresis nervus frenikus. 3. elektromiografi (EMG) dan pemeriksaan konduksi saraf kadang-kadang diperlukan 4. MRI dapat digunakan untuk menilai trauma fleksus secara noninvasif dalam waktu yang relatif singkat dan dapat dikerjakan tanpa anestesi umum.MRI dapat mengetahui adanya meningokel dan dapat membedakan antar akar saraf yang utuh dengan pseudomeningokel ( kemingkinan avulsi komplit ). F.PENATALAKSANAAN(Dewi, lia Nanny Vivian.2013.asuahn neonates bayi dananak balita,Jakarta: Salemba Medika) 1. immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai untuk mencegah rejadinya kontraktur. 2. memberi penguat atau bidai ± 1-2 minggu 3. Rujuk. G.PERAN BIDAN DALAM FLEKSUS BRAKIALIS a. Menjelaskan kepada ibunya dan keluarganya tentang keadaan bayinya saat ini agar mengurangi kecemasan ibu. b. Menjelaskan kepada ibu tentang penyebab, penanganan dan komplikasi yang mungkin ditimbulkan dari bayi dengan fraktur brachialis c. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan awal atau pengobatan trauma fleksus brachialis d. Melakukan penanganan awal untuk mencegah terjadinya komplikasi e. Mengajarkan ibu tentang perawatan bayi dengan trauma fleksus brachialis f. Menganjuran orang tua untuk sebisa mungkin menghindari menyentuh ekstremitas yang terkena selama minggu pertama karena adanya rasa nyeri BAB III KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. G HARI KE- 5 DENGAN TRAUMA PADA FLEKSUS BRAKHIALIS DI BPS RINI Amd.Keb KECAMATAN LUBUK PINANG KAB.MUKO-MUKO PROVINSI BENGKULU TANGGAL 20 DESEMBER 2014

1. PENGUMPULAN DATA A. BIODATA Biodata bayi Nama bayi : bayi Ny. G Umur bayi : 5 hari Tanggal / jam lahir : 20 desember 2014 / jam 06.00 WIB Jenis kelamin : laki – laki Biodata orang tua Nama : Ny. G Nama suami : Tn. W Umur : 37 tahun Umur : 40 tahun Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesi Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : SMA pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta Alamat : Desa Ranah Karya Alamat : Desa Ranah Karya Lubuk Pinang Lubuk Pinang B. DATA SUBJEKTIF o Pasien masuk Pada tanggal / jam : 20 desember 2014 jam 09.00 WIB o Pasien di data pada tanggal / jam : 20 desember 2014 jam 09.05 WIB 1. Keluhan utama : a. Ibu mengatakan bayi sering menangis dan rewel b. Ibu mengatakan tangan kanan bayinya tidak bereaksi terhadap ransangan yang diberikan c. ibu mengatakan telapak tangan kanan bayinya terbalik kearah belakang d. ibu mengatakan tangan kanan bayinya tidak bisa menggengam dan kedua telapak tangan terkulai lemah e. Ibu mengatakan tangan kanan bayinya seperti tangan orang lumpuh 2. Riwayat kehamilan ibu a. Kehamilan yang ke : kehamilan anak ke -5 b. Keluhan selama hamil Trimester I : sering kencing Trimester II : pegal pegal Trimester III : nyeri pinggang hingga ke perut dan sering kencing Saat hamil bayi ini, ibu mengatakan pembesaran perutnya lebih besar dari kehamilan sebelumnya c. Riwayat penyakit kehamilan Perdarahan : tidak ada Pre eklampsia : tidak ada Eklampsia : tidak ada Jantung : tidak ada

Asma : tidak ada Penyakit lain : tidak ada d. Kebiasaan waktu hamil Konsumsi Obat-obatan/jamu : tidak ada Merokok : tidak ada Alergi makanan tertentu : tidak ada dan nafsu makan sangat meningkat saat hamil Alergi obat obat tertentu : tidak ada Lain-lain : tidak ada e. Kunjungan ANC Trimester I : 1 kali Triemester II : 2 kali Trimester III : 2 kali 3. Riwayat persalinan a. Jenis persalinan : spontan b. Di tolong oleh : Bidan c. Lama persalinan Kala I : 8 jam Kala II : 3 jam Kala III : 30 menit Kala IV : 2 jam d. Penyulit saat lahir : saat kepala lahir, lama sekali untuk melakukan putaran paksi luar,bidan mengalami kesulitan saat menolong kelahiran bahu e. Tindakan yang dilakukan bidan : bidan menarik dengan kuat lengan bayi terutama lengan kanan f. Ketuban : pecah spontan setelah pembukaan lengkap, ± 500 cc dan baunya amis g. Plasenta : lahir lengkap h. Komplikasi persalinan lainnya : tidak ada 4. Riwayat kelahiran bayi a. Berat badan : 3900 gram b. Panjang badan : 50 cm c. Lingkar dada : 32 cm d. Lingkar kepala : 34 cm e. Apgar score : menangis kuat, kulit kemerahan pergerakan kaki aktif

tetapi pergerakan tangan kanan tidak ada f. Resusitasi : tidak dilakukan g. Keadaan fisik : saat pemeriksaan fisik, organ tubuh lengkap, tetapi terdapat kelainan pada lengan kanan yang tidak bergerak h. Tindakan keluarga : belum ada, karena menurut keluarga hal tersebut akan hilang dalam waktu 2 hari i. Reflek saat lahir Reflek morro : tidak ada Reflek rooting : ada Reflek walking : tidak ada Reflek graph : tidak ada Reflek sucking : ada Reflek tonic neck : tidak ada j. Komplikasi lainnya : tidak ada 5. Pola Nutrisi : bayi diberi ASI setiap kali 2 jam 6. Pola eliminasi A. BAK Frekuensi : 7 – 8 x/hari Warna : kuning jernih Konsistensi : encer Kelainan : tidak ada B. BAB Frekuensi : 1 – 2x/hari Warna : kuning keemasan Konsistensi : lunak Kelainan : tidak ada 7. Pola istirahat : bayi sering menangis sehingga jarang tidur 8. Personal hygiene : bayi dimandikan 2x sehari dan ganti popok 2x sehari 9. Riwayat penyakit keluarga a. Asma : tidak ada b. Jantung : tidak ada c. Hipertensi : tidak ada d. Ginjal : tidak ada e. Penyakit lain : tidak ada C. DATA OBJEKTIF 1. Tanda tanda vital Keadaan umum : Baik Suhu : 37, 2 C Pernafasan : 60 x / menit Nadi : 120 x / menit Berat badan : 4000 gram 2. Pemeriksaan fisik

1) inspeksi Kepala : ubun ubun agak cekung, tidak ada caput dan tidak ada cephal Hematoma Muka : kemerahan, simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema Mata : conjungtiva tidak pucat, sclera tidak ada ikterik dan tidak ada infeksi Telinga : Daun telinga lengkap, simetris kiri dan kanan, Lubang telinga ada Mulut : bibir merah, tidak ada labio palato skizis dan labio Hidung : lubang hidung dibatasi sekat, tidak ada kelainan Pada lubang hidung dan hidung bersih Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe Dada : Bentuk simetris dan tidak ada pembengkakan Tali pusat : terawat dan terbungkus dalam kassa steril dan tidak ada tanda – tanda infeksi Punggung : tidak ada kelainan dan tidak ada spina bifida Ekstremitas 1. Ekstremitas atas : a. jari jari tangan lengkap b.tidak ada pembengkakan c.tidak ada sianosis di ujung ujung jari d.terlihat kebiruan di kulit lengan kanan e.telapak tangan kanan terbalik kebelakang f.pergerakan tangan kiri aktif, tangan kanan tidak aktif g. tangan kanan tidak bisa menggengam h.tangan kanan terkulai lemah dan pergerakannya tidak seaktif tangan kiri. i.Saaat lengan kanan diraba, bayi langsung menangis 2. Ekstrimitas bawah : a. Jari – jari kaki lengkap- Pergerakan kaki kanan dan kiri aktif dan tidak ada gangguan pergerakan b. tidak ada odema c. tidak ada sianosis di ujung ujung jari. Genitalia : testis sudah turun kedalam scrotum, saluran uretra dan penis ada dan tidak ada kelainan Anus : ada lubangnya 2) Auskultasi : a. bunyi jantung normal dan teratur b. terdengar bising usus di abdomen kiri 3. Reflek Reflek morro : tidak ada Reflek rooting : ada Reflek walking : tidak ada Reflek graph : tidak ada Reflek sucking : ada Reflek tonic neck : tidak ada

4.Antropometri Berat badan : 3900 gram Panjang badan : 50 cm Lingkar dada : 32 cm Lingkar kepala : 34 cm BAB IV PEMBAHASAN Data Subjektif Bayi Ny.”G” (37 th) dan Tn. “W” (40 th) berumur 5 hari tanggal 20 desember 2014 pukul 06.00 WIB lahir secara normal dan jenis kelamin laki-laki dengan kedua orang tua beragama islam. Dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA bekerja sebagai ibu rumah tangga dan ayah sekolah terakhir tamat SMA seorang swasta.Penghasilan keduanya sebesar Rp. 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di Desa Ranah Karya Lubuk Pinang. Ibu mempunyai riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda sering periksa kandungan 4 kali oleh bidan.Dengan keluhan mual tiap pagi kadang muntah 1-2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk, sering kencing, kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Umur saat persalinan anak ke 5 ini 37 minggu, ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya,pendarahan, preeklampsi, eklampsi, jantung dan asma tidak ada. Ibu tidak pernah merokok, minum obat-obatan/jammu, alergi makanan dan alergi obat-obatan tertentu. Ibu mengatakan bayi sering menangis dan rewel, tangan kanan bayinya tidak bereaksi terhadap ransangan yang diberikan,telapak tangan kanan bayinya terbalik kearah belakang, tangan kanan bayinya tidak bisa menggengam dan kedua telapak tangan terkulai lemah, tangan kanan bayinya seperti tangan orang lumpuh. Data objektif 1.Pemeriksaan umum bayi baru lahir Keadaan umum : Baik Suhu : 37, 2 C Pernafasan : 60 x / menit Nadi : 120 x / menit Berat badan : 4000 gram 2.Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir Kepala : ubun ubun agak cekung, tidak ada caput dan tidak ada cephal Hematoma Muka : kemerahan, simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema Mata : conjungtiva tidak pucat, sclera tidak ada ikterik dan tidak ada infeksi Telinga : Daun telinga lengkap, simetris kiri dan kanan, Lubang telinga ada Mulut : bibir merah, tidak ada labio palato skizis dan labio Hidung : lubang hidung dibatasi sekat, tidak ada kelainan Pada lubang hidung dan hidung bersih Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe Dada : Bentuk simetris dan tidak ada pembengkakan Tali pusat : terawat dan terbungkus dalam kassa steril dan tidak ada tanda – tanda

infeksi Punggung : tidak ada kelainan dan tidak ada spina bifida Ekstremitas 1. Ekstremitas atas : a. jari jari tangan lengkap b. tidak ada pembengkakan c. tidak ada sianosis di ujung ujung jari d. terlihat kebiruan di kulit lengan kanan e. telapak tangan kanan terbalik kebelakang f. pergerakan tangan kiri aktif, tangan kanan tidak aktif g. tangan kanan tidak bisa menggengam h. tangan kanan terkulai lemah dan pergerakannya tidak seaktif tangan kiri. i. Saaat lengan kanan diraba, bayi langsung menangis 2. Ekstrimitas bawah : a. Jari – jari kaki lengkap- Pergerakan kaki kanan dan kiri aktif dan tidak ada gangguan pergerakan b. tidak ada odema c. tidak ada sianosis di ujung ujung jari. Genitalia : testis sudah turun kedalam scrotum, saluran uretra dan penis ada dan tidak ada kelainan Anus : ada lubangnya 3.Reflek morro : tidak ada Reflek rooting : ada Reflek walking : tidak ada Reflek graph : tidak ada Reflek sucking : ada Reflek tonic neck : tidak ada 4.Antropometri Berat badan : 3900 gram Panjang badan : 50 cm Lingkar dada : 32 cm Lingkar kepala : 34 cm 5.Eliminasi A. BAK Frekuensi : 7 – 8 x/hari Warna : kuning jernih Konsistensi : encer Kelainan : tidak ada B. BAB Frekuensi : 1 – 2x/hari Warna : kuning keemasan Konsistensi : lunak Kelainan : tidak ada

ASSESMENT Bayi baru lahir umur 5 hari didapatkan diagnosa trauma fleksus brakialis. Masalah : kecamasan dari orang tua bayi tersebut terhadap anaknya. Kebutuhan : memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua agar tetap tenang dan tidak cemas dalam menghadapi bayinya. PLANNING (Maryanti, dwi. 2013. Neonatus, Bayi dan Balita. Cetakan Pertama. Jakarta : Trans Info Media ) a) Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaaan umum bayi baik,kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x/menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat, BB bayi 4000 gram dengan panjang badan 45 cm. b) Beritahu ibu tentang trauma fleksus brakialis pada bayi baru lahir yaitu saat kepala lahir, lama sekali untuk melakukan putaran paksi luar, bidan mengalami kesulitan saat menolong kelahiran bahu sehingga bidan menarik dengan kuat lengan bayi terutama lengan kanan. c) Beritahu ibu untuk tetap memberikan ASi ekslusif segera setelah lahir sampai usis 6 bulan prtama dengan jarak 2-3 jam perhari dan ibu melaksanakannya, d) Beritahu ibu dan keluarga untuk merujuk bayi ke dokter spesialis anak. BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Mahasiswa telah mampu melakukan pengkajian data subjektif degan lengkap pada kasus fleksus brachialis. 2. Mahasiswa telah mampu melakukan pengkajian data objektif pada kasus fleksus brachialis.. 3. Mahasiswa telah mampu melakukan analisis berdasarkan data subjektif dan objektif. 4. Mahasiswa telah mampu melakukan penatalaksanaan pada neonatus, bayi dan balita dengan kasus fleksus brachialis. 5. Mahasiswa telah mampu melakukan pendokumentasian dengan benar dan lengkap. B. SARAN Dalam menangani persalinan bidan harus memperhatikan persalinan tersebut dengan penuh hati-hati agar dapat melakukan persalinan dengan persalinan yang normal dan seorang bidanpun dapat menghindari sebagian dari persalinan yang abnormal seperti trauma ,pada pleksus brachialis.pada saat persalianan neonatus. Oleh karena itu bidan juga sangat berperan dalam menangani trauma pada fleksus brachialis dengan cara merujuk kerumah sakit terdekat. DAFTAR PUSTAKA Prawiroraharjo, Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan: PT. Bina Pustaka Jakarta Dewi, Lia Nanny Vivian. 2013. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita: Salemba Medika Ai yeyeh rukiyah, Lia, Yulianti.2012.Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita: Trans

Info Media Jakarta. http://bidan novitaamdkeb.blogspot.com/2012/03/makalah-trauma-brachialis.html Iklan

Paralisis Erb-Duchene

24

MAR

1. Pengertian Kerusakan cabang-cabang C5 – C6 dari pleksus biokialis menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk fleksi, abduksi, dan memutar lengan keluar serta hilangnya refleks biseps dan moro. Lengan berada dalam posisi abduksi, putaran ke dalam, lengan bawah dalam pranasi, dan telapak tangan ke dorsal.

Gambar. Sikap lengan kiri yang paralitik (erb) 2. Etiologi Pada trauma lahir Erb, perlu diperhatikan kemungkinan terbukannya pula serabut saraf frenikus yang menginervasi otot diafragma. Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau 1 – 2 minggu untuk memberi kesempatan penyembuhan yang kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan. Secara klinis di samping gejala kelumpuhan Erb akan terlihat pula adanya sindrom gangguan nafas. Kelumpuhanmenyangkut : M.supraspinatus, M.infraspinatus, M.subscapularis, M.teres mayor, M.biseps brachialis, M.brachialis dan M.brachioradialis 3. Patofisiologi -Ketika persalinan, -Saat kepala sudah muncul, -Untuk melahirkan bahu kepala perlu dilakukan lateral flexy. -Bagi bayi yang tidak terlalu gemuk, ketika lateral flexy, bahu dapat dilahirkan. pada bayi yang terlalu besar (mis. diabetes), maka saat menarik diperlukan menambah lateral flexi dan tambahan tenaga, hal ini akan berdampak pada plexus brachialis, yaitu mengalami stretching. * Inilah yang menyebabkan terjadinya Erb’s palsy.

Jenis trauma pada pleksus brachialis yang mengkibatkan Erb’ palsy: – Avulsi, penyebab terbanyak lesi pleksus. Kondisi ini saraf sobek sampai ke medula spinalis. – Ruptur, seperti avulsi tetapi tidak mengenai medula spinalis. – Neuroma, lesi ini membentuk jaringan parut dan akhirnya akan menekan pleksus brakialis. – Neurapraxia/stretch, terjadi lesi tanpa sobekan. sembuh sendiri dalam 3 bulan dengan fungsi yang hampir normal. 4. Penatalaksanan Penanganan terhadap trauma pleksus brakialis ditujukan untuk mempercepat penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah kemungkinan komplikasi lain seperti kontraksi otot. Upaya ini dilakukan antara lain dengan jalan imobilisasi pada posisi tertentu selama 1 – 2 minggu yang kemudian diikuti program latihan. Pada trauma ini imobilisasi dilakukan dengan cara fiksasi lengan yang sakit dalam posisi yang berlawanan dengan posisi karakteristik kelumpuhan Erb. Lengan yang sakit difiksasi dalam posisi abduksi 900 disertai eksorotasi pada sendi bahu, fleksi 900. 5. Pengobatan – Obat ☻Vitamin B1,B6,B12,E ☻Antiedema ☻Vasodilator ☻Corticosteroid ☻Danzen (Takeda) ☻Papase (Warner-Lambert) ☻Neurobion (E.Merck) ☻Fundamine-E (Biomedis) ☻Enico (Eisai)

Sebaiknya konsulkan dulu kepada dokter ahli. – Fisioterapi : o

Latihan ROM

o

Alat – alat -Terapi panas (IRR) 3. Operasi 5. Saran dan Larangan

o

Saran * Peran aktif orang tua sangat dibutuhkan dalam terapi * Konsultasi pada dokter khususnya bagi orang-orang beresiko tinggi

o

Larangan * Pembidaian tidak dianjurkan

Sumber : – http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Ilmu%20Penyakit%20Saraf/ERB Advertisements

Pemeriksaan Klinis Erb's Palsy Sterno Pena Erb's Palsy

DAFTAR ISI[Sembunyikan] 1. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Pemeriksaan Kelumpuhan Karena Erb's Palsy Definisi Epidemiologi Anamnesa Pemeriksaan Fisik Dan Penunjang Diagnosa Rencana Penatalaksanaan Terapi Prognosis Kode Penyakit

Sobat secangkir terapi, pasien yang menderita erb's palsy akan mengalami kelumpuhan pada level saraf tingkat atas yang menghambat gerak fungsional dan aktivitas keseharian penderita.

Dimana hal itu tentu membuat orang tua dari anak kuatir dengan perkembangan fisik dan pertumbuhannya, sehingga memerlukan pemeriksaan klinis untuk menegakkan diagnosa penyakit itu.

Pemeriksaan Kelumpuhan Karena Erb's Palsy

Definisi Erb's Palsy adalah kelumpuhan pada lengan yang disebabkan oleh cedera pada kelompok saraf lengan atas, khususnya saraf yang berada pada C5 sampai C6 dimana bagian dari plexus brachialis yang terdiri dari rami ventral saraf spinal C5 sampai C8 dan T1.

Epidemiologi



Prevalensi di negara Amerika Serikat 4,4 dari 1.000 kelahiran hidup menderita erb's palsy Di negara Perancis 8 orang dari 1.000 kelahiran hidup menderita erb's palsy  Perbandingan kasus laki-laki dan perempuan adalah hampir seimbang  Lebih banyak disebabkan oleh bayi dengan lahir prematur  Kasus penyakit ini dapat juga disebabkan oleh proses persalinan yang salah sewaktu ibu melahirkan anak 

Anamnesa Pasien datang dengan keluhan kesulitan dalam menggunakan tangan kiri, sulit untuk rolling, posisi duduk mengalami hambatan gerak.

Keluhan lain posisi tangan kiri lurus terus tidak dapat ditekuk dan memutar ke dalam, orang tua sering menekuk tangan kiri yang lurus terus namun kembali lagi ke posisi semula.

Anak tidak bisa melakukan tengkurap sendiri serta tangan kanan tidak aktif.

Orang tua pasien kuatir jika anak ada gangguan tersebut dan mempengaruhi kemampuan anak di kemudian hari.

Saat proses persalinan, ibu melahirkan anak itu dengan waktu yang lama dan sulit.

Usia penderita 4,5 tahun, jenis kelamin laki-laki.

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi Statis:     

Seluruh tubuh terlihat normal kecuali pada lengan kiri Lengan kiri terlihat dalam posisi adduksi bahu Forearm pronasi Elbow ekstensi Wrist fleksi

Dinamis  Lengan kiri tidak aktif bergerak  Meraih benda dengan tangan kiri tidak dapat dilakukan



Tangan kanan aktif bergerak daripada tangan kiri

2. Pemeriksaan Reflek  Reflek menggenggam masih ada  Reflek bicep tidak ada pada lengan kiri  Radial reflek tidak ada pada tangan kiri 3. Tes sensorik  Lateral fore arm (C6) tidak ada respon  Lateral lengan (C5) tidak ada respon  Trisep respon tidak ada 4. Tes Tonus Otot (postural tone test)  Terdapat hipotonus pada daerah deltoid kiri  Ada hipotonus pada bicep kiri  Palpasi pada lengan kiri terdapat hipotonus  Gerak pasif lengan tidak ada tahanan gerak dan memicu hipotonus

Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan NCV   

Sistem motorik mengalami kenaikan tonus Kecepatan saraf pada latensi distal sinistra meningkat Sensorik tidak ada respon

2. Rontgen  CT Scan normal  Tidak ada kelainan pada lengan kiri 3. MRI  

Struktur anatomi tubuh penderita bagian lengan kiri mengalami perubahan bentuk Jaringan lunak dan saraf perifer mengalami kenaikan grafik respon sensomotorik

Diagnosa Struktur Tubuh dan Fungsi   

Lesi pada pleksus brachialis bagian kiri Kontraktur pada otot lengan atas dan bawah bagian sinistra Lengan kiri hiperekstensi

Keterbatasan Aktivitas Keseharian (ADL)  Penderita tidak dapat Rolling  Memegang mainan terasa sulit pada tangan kiri  Penderita kehilangan fungsi gerak tangan kiri Partisipasi Restriksi

 

Penderita tidak dapat bermain dengan baik dengan menggunakan tangan dan lengan kiri Kesulitan dalam mengambil mainan

Diagnosa Berdasarkan ICF

Anak kesulitan dalam memainkan gerak lengan kiri dimana fungsi gerak rolling, memegang mainan, posisi lengan kontraktur karena adanya lesi pada pleksus brachialis bagian atas sisi kiri.

Rencana Penatalaksanaan Terapi Tujuan   

Meningkatkan fungsi motorik lengan kiri Mengembalikan fungsi sensorik pada daerah lengan kiri Meningkatkan kemampuan fungsional anak

Prinsip Terapi  Meningkatkan fungsi motorik lengan kiri  Mengembalikan sensorik pada daerah lengan kiri  Membantu dalam tumbuh kembang anak Edukasi  Mengajarkan gerak pasif melawan pola lengan penderita  Memberikan fasilitasi anak untuk rolling dan tidak langsung dibantu rolling  Mengajak penderita untuk program fisioterapi Kriteria Rujukan  Dokter Umum  Fisioterapi

Prognosis Prognosis akan membaik dan sembuh apabila penderita mengalami erb's palsy pada tingkat level saraf C5 dan C6 sekitar 90% sembuh sendiri tanpa melakukan terapi.

Kondisi 53% ekstremitas atas dapat berfungsi dengan normal.

Namun jika penderita mengalami erb's palsy tingkat level saraf C7 ke bawah, maka dipastikan tidak sembuh dan memerlukan terapi khusus untuk memulihkan kondisi anak itu.

Jika dibiarkan tanpa perawatan, maka prognosis akan memburuk.

Kode Penyakit  

Kode ICD: P14.0 Kode ICF: b2, S2

PROTAP FISIOTERAPI PADA ERBS PARALYSIS Final Praktikum Ft Neuromuscular

PROTAP FISIOTERAPI PADA ERBS PARALYSIS

MUHAMMAD TASBIH TAHIR PO. 714241112011

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR PROGRAM STUDI DIPLOMA IV JURUSAN FISIOTERAPI TAHUN 2012 PROTAP FISIOTERAPI PADA ERBS PARALYSIS

A. Pemeriksaan FT 1. Hetero Anamnesis a. Anamnesis Umum -

Nama

: NY W

-

Umur

: 3 bulan

-

Sex

: Perempuan

-

Agama

: Islam

-

Alamat

: jln Nuri

b.

Anamnesis Khusus

-

Keluhan Utama

: Lengan tidak dapat digerakkan

-

Lokasi keluhan

: Lengan kanan

-

Sifat Keluhan

: Kelumpuhan

:

Saat dilahirkan ukuran bayi besar sedangkan panggul ibu sempit sehingga bayi susah keluar, sehingga harus dibantu dengan forcep, setelah beberapa bulan tangan bayi yang satu tidak dapat bergerak seperti tangan yang lainnya.

2. Inspeksi -

Statis Lengan kanan lunglai dengan posisi bahu endorotasi, siku lurus dan pronasi lengan bawah

-

Dinamis Bayi diberikan mainan lalu memegang mainan tersebut namun tidak dapat mengangkat mainan untuk didekatkan kemulutnya.

3. Tes orientasi / Quick Test Dengan memberikan mainan bunyi-bunyian atau yang berwarna diats tangan kanan, bayi tidak dapat meraihnya dengan tangan kanan, malah sebaliknya tangan kiri yang akit untuk meraih untuk mainan tersebut.

4. Pemeriksaan Spesifik 1. Pemeriksaan reflex primitif a. Reflex Moro (lahir sampai usia 5-6 bln). Ada beberapa cara utk membangkitkan reflex tsb (Walker 1976, Garmstrop, 1985) sbb:Dg memberikan suara yg keras atau hentakan pd t4 tidur dikedua sisi bayi (Walker, 1976, Garmstrop, 1985). Hasil : lengan kanan yang tidak memberikan refleks yang diinginkan

b.

Snout refleks ( lahir – 1 thn) Cara: ketuk/usap pd bibir dg jari tgn R : ada kerutan di bawah bibir Hasil : normal

c. Tonick neck refleks (lahir- 2,3 bln) Cara: lying, jgn menangis, putar kepala ke satu sisi .

Reaksi : tangan & kaki extensi se arah putaran kepala disertai flexi lutut kontralat. Hasil : ada gangguan pada lengan kanan (respon lambat) d.

Refleks Palmar GASP Pelaksanaan : Fisioterapis memakai jari telunjuk menyentuh sisi bagian luar tangan ke bagian telapak tangan secara cepat dan hati-hati Hasil : Normal Lengan dekstra :Positif Lengan sinistra :Positif

2. Tes Sensorik Fisioterapi memberikan cubitan pada daerah lengan kanan hasilnya bayi tidak merasakan apa-apa atau tanpa respon menangis.

3. Tes Tonus otot : Teknik palpasi : Palpasi pada lengan kanan hasilnya hipotinus, dibandingkan dengan yang kiri Teknik gerakan pasif : Fisioterapis menggerakkan lengan cepat, hasilnya tidak ada tahanan gerak (Hipotonus)

5. Diagnosa a. Impairment -

Kelemahan Otot (body struktur)

-

Gangguan sensasi (body struktur)

-

Tidak bisa mengangkat dan mengengam (body fungsi)

b.

Functional limitation

-

Tidak bisa mengangkat dan mengengam mainan / bonekanya

c. Disability -

Pasien belum bisa bermain.

6. Tujuan Fisioterapi

a) Tujuan jangka panjang Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional lengan kanan pasien.

b) Tujuan Jangka Pendek -

meningkatkan kekuatan otot lengan

-

Mencegah kontraktur

7. Interferensi FT 1. Massage bayi Tujuan umum -

Meningkatkan berat badan

-

Meningkatkan pertumbuhan

-

Meningkatkan daya tahan tubuh

-

Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap

-

Membina ikatan kasih sayang orang-tua dan anak (bonding)

-

Meningkatkan produksi ASI Tujuan khusus :Pemanasan sebelum dilatih Dosis :Tiap Hari pada Seluruh badan

2. Senam bayi Tujuan : merangsang tonus otot, mencegah kontraktur Dosis :Tiap Hari pada Seluruh badan

3. Positioning Tujuan : Edukasi untuk orang tua pasien agar dapat dilakukan di setiap saat. Fisioterapismengajarkan ke orang tua cara menggendongdan pada saat membaringkan anaknya . Pada saat membaringkan anaknya agarlengan diposisikan ke supinasi dan eksternalrotasi shoulder memberikan bantal atau boneka di bawah ketiak dan di samping lengan apakah pasien pada saat istirahat atau tidur. Mendidikorang tua untuk mengamati kepala anaknya, agar selalu pada

posisi garis pertengahan, karena rawan posisi kepala ke salah satu sisi.Pada saat digendong atau menyusui Jangan biarkan lengan menjuntai, Orang tua dapat menjaga siku tertekuk dan atas dada tetapitidak untuk jangka waktu yang lama(menyusui di kedua sisi)

di

Related Documents


More Documents from "Nuryani Syamsyiyah"