Metabolisme Mineral Kromium

  • Uploaded by: AirinLevina
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Metabolisme Mineral Kromium as PDF for free.

More details

  • Words: 3,144
  • Pages: 20
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral juga berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dan aktivitas enzimenzim. Mineral digolongkan ke dalam mineral mikro dan mineral makro. Mineral mikro dibutuhkan tubuh dalam jumlah kurang dari 100 mg perhari. Sedangkan mineral makro dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg per hari. Kandungan mineral mikro dalam bahan makanan sangat bergantung pada konsentrasi mineral mikro tanah asal bahan makanan tersebut. Krom merupakan mineral essensial yang berperan dalam metabolisme karbohidrat dan lipida. Seperti halnya besi, krom berada dalam berbagai bentuk dengan jumlah muatan berbeda. Krom paling mudah diabsorbsi dan paling efektif bila dalam bentuk Cr3+. Absorbsi kromium akan naik jika konsumsi rendah dan turun jika konsumsi tinggi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi kromium? 2. Bagaimana mekanisme absorbsi, transportasi, dan metabolism kromium 3. 4. 5. 6. 7.

dalam tubuh? Apa saja bahan makanan yang menjadi sumber kromium? Berapa angka kecukupan gizi untuk kromium? Apa fungsi kromium dalam tubuh? Apa saja efek dari kekurangan kromium? Apa akibat dari toksik kromium?

1.3 Manfaat 1. Mengetahui definisi kromium.

1

2. Mengetahui mekanisme absorbsi, transportasi, dan metabolism kromium 3. 4. 5. 6. 7.

dalam tubuh. Mengetahui bahan makanan yang menjadi sumber kromium. Mengetahui angka kecukupan gizi untuk kromium. Mengetahui fungsi kromium dalam tubuh. Mengetahui efek dari kekurangan kromium. Akibat dari toksik kromium.

BAB II PEMBAHASAN

2

2.1 Definisi Kromium (Cr) Kromium merupakan mineral esensial yang berperan dalam metabolisme karbohidrat dan lipida. Kromium paling mudah diabsorpsi dan paling efektif bila berada dalam bentuk Cr3+. Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium trivalen (Cr(III) atau Cr3+) diperlukan dalam jumlah kecil dalam metabolisme gula pada manusia. Kromium terdapat di alam dalam beberapa bentuk senyawa yang berbeda. Bentuk kromium yang sering dijumpai adalah dalam bentuk trivalent dan heksavalen. Kromium (III)/trivalalen terdapat di alam secara alamiah dan merupakan salah satu unsur nutrisi yang penting bagi manusia. Seperti terdapat di berbagai sayuran, buah-buahan, daging, ragi, dan biji-bijian. Sedangkan pada kromium heksavalen digunakan dalam bidang industri. Kromium merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, dan keras. Kromium terdapat 0,00003 % dari berat badan tubuh. Kromium tidak ditemukan dalam bentuk logam bebas di alam. Kromium banyak digunakan dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang biologi, kromium memiliki fungsi dalam metabolism glukosa. Dalam bidang kimia, kromium digunakan sebagai katalis seperti K2Cr2O7 yang merupakan agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif. Kromium yang digunakan dalam bidang medis seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah. Sifat – sifat kromium : a. Merupakan logam pasif berwarna putih perak dan lembek jika dalam keadaan murninya. b. Tahan terhadap korosi karena reaksi dengan udara menghasilkan Cr2O3 yang bersifat nonpori. c. Warna oksidanya berbeda – beda tergantung jenis dan jumlah atom yang diikatnya. d. Titik leleh : 1900 C e. Titik didih : 2690 C f. Mempunyai tingkat oksidasi +3, +2, +6

2.2 Pencernaan, Absorbsi, Transportasi, dan Mekanisme Fungsi Kromium Dalam Tubuh, serta Ekskresi.

3

Dalam makanan, kromium berbentu trivalent (Cr3+) masuk ke dalam mulut dan dicerna secara mekanik oleh gigi dan secara kimiawi oleh saliva. Setelah mengalami penernaan awal di mulut, makanan melewati faring dan masuk ke dalam lambung dan dicerna secara kimiawi oleh enzim-enzim lambung dan oleh gerakan lambung. Setelah selesai dicerna di dalam lambung, masuk ke dalam usus halus. Di dalam usus, Cr3+ diserap, utamanya di duodenum dan illeum. Absorbsi kromium sangat dipengaruhi oleh jumlah intake kromium. Absorbsi kromium ketika intake rendah, lebih besar dibandingkan ketika intake kromium tinggi. Ketika intake kromium sebesar 10μg maka kromium yang diabsorbsi sekitar 2%, ketika intake kromium meningkat menjadi 40μg maka absorbsi kromium akan menurun menjadi 0,5%, dan ketika intake kromium >40μg per hari, absorbsi kromium konstan sekitar 0,4%. Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti mekanisme penyerapan kromium.

4

Absorbsi dibantu oleh asam-asam amino yang mencegah krom mengendap dalam media alkali usus halus. Setelah diserap di mukosa intestinal, selanjutnya kromium akan diangkut oleh transferin. Karena transferin juga mengangkut zat besi, maka mekanisme pengangkutan kromium juga sangat dipengaruhi kadar zat besi dalam tubuh. Ketika kadar zat besi dalam darah lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kromium, maka transferin cenderung mengangkut zat besi, sedangkan ketika kadar kromium dalam darah lebih banyak dibandingkan kadar zat besi, maka transferin akan cenderung mengangkut zat besi. Hal ini terjadi dikarenakan kromium dan zat besi sama-sama dalam bentuk trivalen sehingga berkompetisi dalam berikatan dengan transferin. Ada dua macam transferin, yaitu transferin mukosa dan transferin reseptor. Transferin mukosa berfungsi mengangkut kromium yang telah diabsorbsi dan mendistribusikannya ke seluruh sel yang membutuhkan kromium. Sedangkan transferin reseptor berfungsi menangkap kromium di dalam sel untuk kemudian akan menjalankan metabolismenya. Ekskresi kromium sebagian besar lewat urin dan sedikit melalui feces dan keringat. Berikut ini merupakan gambaran dan skema mekanisme kromium terhadap hormon insulin dalam menjaga homeostasis glukosa dalam darah.

Setelah diabsorbsi, Cr3+

diangkut oleh transferin mukosa menuju ke

seluruh sel yang membutuhkan kromium. Ketika Cr 3+

mencapai sel target, 5

transferin mukosa akan melepaskan kromium. Selanjutnya, Cr3+ akan masuk ke dalam sel dengan bantuan transferin reseptor. Setelah berhasil masuk ke dalam sel, kromium akan bergabung dengan apokromodulin dan membentuk kromodulin. Selanjutnya, kromodulin disebut sebagai GTF (Glucose Tolerance Factor). GTF merupakan kompleks Cr3+ dengan 2 bagian asam nikotinat dan 3 asam amino, terutama glisin, glutamate dan sistein (Hepher, 1988; Linder, 1992) .

Kromodulin akan berikatan dengan insulin reseptor dan mengaktifkan transporter glukosa (GLUT 4). Ketika GLUT 4 telah aktif, maka sel dapat meng uptake glukosa. Penjelasan tersebut jika dipaparkan dalam bentuk skema adalah sebagai berikut:

Cr3+ dibawa oleh alat transporternya yaitu transferin mukosa ke sel.

Cr3+ masuk ke dalam sel dengan bantuan transferin reseptor.

Di di dalam sel, 4 ion Cr3+ dilepaskan dari transferin reseptor dan berikatan 6 dengan apokromodulin membentuk bentuk aktif kromodulin. Kromodulin berikatan dengan insulin reseptor dan mengaktifkan transporter glukosa GLUT 4 sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel.

Kedua gambar tersebut menunjukkan perbedaan kadar gula darah dalam tubuh yang dipengaruhi kemampuan sel dalam menyerap glukosa. Gambar bagian atas menunjukkan sel yang resisten terhadap insulin dikarenakan tidak terdapat kromium, akibatnya GLUT 4 tidak aktif dan menyebabkan sel tidak dapat meng-uptake glukosa ke dalam sel sehingga menyebabkan glukosa berkumpul di dalam darah lalu mengakibatkan hiperglikemia. Pada gambar bagian bawah menunjukkan sel normal dengan kromium. Sel dengan kromium dapat meng-uptake glukosa ke dalam sel sehingga menyebabkan kadar glukosa dalam darah normal.

2.3 Makanan sumber kromium

7

Adapun sumber-sumber kromium terbaik sebagai berikut: 1. Beras merah 2. Biji-bijian (terutama pada kedelai) 3. Buah (terutama anggur) 4. Sayur (terutama pada brokoli) 5. Kentang 6. Ikan laut 7. Kuning telur 8. Daging (terutama hati) 9. Sereal 10. Bawang putih jamur 11. Gandum 12. Kacang- kacangan Berbagai cara penyiapan dan penyimpanan makanan dapat mengubah kandungan kromium pada makanan. Ketika makanan dimasak dalam wadah stainless steel, konsentrasi kromium yang terasup kemungkinan dapat meningkat. Hal ini dikarenakan stainless steel tersusun dari berbagai macam logam, salah satunya adalah kromium. Ketika Stainless steel dipanaskan dan suhu mencapai 49o C, kromium akan luruh dari stainless steel dan kromium ikut bercampur pada makanan. Akibatnya, kadar kromium dalam makanan akan meningkat. Kromium ( III ) klorida dan kromium ( III ) sulfat telah digunakan sebagai suplemen diet (disetujui untuk pembuatan makanan untuk keperluan nutrisi tertentu dan dalam suplemen makanan di Uni Eropa ), sedangkan Kromium organik ( III ) kompleks picoli - nate kromium dan nicotinate tidak disetujui di Eropa tetapi digunakan secara luas di USA dalam bentuk multivitamin , multimineral produk ( Riihimäki & Luotamo , 2006) . Selain itu krom dipasarkan untuk menurunkan berat badan dan sebagai suplemen atletik. 2.4 Angka kecukupan gizi untuk kromium Kebutuhan kromium menurut AKG 2013 adalah sebagai berikut: a. Kebutuhan kromium pada anak-anak adalah 5-25 mcg/hari. b. Kebutuhan kromium pada laki-laki remaja-dewasa adalah 30-36 mcg/hari. c. Kebutuhan kromium pada perempuan remaja-dewasa adalah 22-25 mcg/hari.

8

Saat memasuki usia tua, kebutuhan kromium akan menurun. Pada ibu hamil dan menyusui diperlukan pula penambahan kebutuhan kromium, antara lain: a. Penambahan kromium pada ibu hamil adalah +5 mcg/hari. b. Penambahan kromium pada ibu menyusui adalah +20 mcg/hari. 2.5 Fungsi kromium dalam tubuh Kromium adalah mineral yang berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dalam percepatan pembentukan energi. Kromium berpotensi meningkatkan kerja insulin dalam memindahkan glukosa kedalam sel. Selain itu diketahui bahwa kromium meningkatkan keterikatan insulin, jumlah reseptor insulin dan sensitivitas insulin pada tingkat seluler. Hasil dari penelitian menunjukkan manfaat kromium dalam meningkatkan massa otot, penurunan lemak dan memperbaiki metabolism glukosa dan kadar serum lemak pada pasien dengan atau tanpa diabetes. Kromium ini besar peranannya dalam meningkatkan sensitivitas insulin sehingga kemampuannya dalam mengendalikan kadar glukosa sudah terbukti secara ilmiah. Kromium dalam bentuk oksidasi terdiri dari 0, 2 +, 3+, dan 6+. Kromium dalam bahan pangan ditemukan hanya dalam dua bentuk yaitu kromium trivalen (3+) dan kromium yang terikat dengan senyawa kompleks lainnya. Kromium trivalen adalah komponen integral dari glucose tolerance factor (GTF), yang mana senyawa ini berberat molekul rendah dengan trivalen sebagai koordinat dua asam nikotinat dan koordinat lain yang dilindungi oleh asam amino. Selain itu kromium merupakan kofaktor untuk hormon insulin. Kromium bervalensi tiga diketahui mempunyai peranan yang penting dalam metabolisme karbohidrat, terutama pada metabolisme glukosa dan kerja hormon insulin. Kromium tersebut merupakan komponen GTF (glucose tolerance factor) dimana GTF merupakan senyawa berberat molekul rendah dengan trivalen sebagai koordinat dua asam nikotinat dan koordinat lain yang dilindungi oleh asam amino. Kromium bervalensi tiga merupakan materi essensial dan memiliki sifat racun yang rendah dibanding dengan kromium enam valensi yang merupakan pengoksida tinggi. Kromium ini dapat berfungsi untuk menangkal hipertensi

9

dan penyakit kencing manis, meningkatkan efisiensi kadar insulin dalam tubuh yang secara langsung juga akan membantu mengatur kadar gula darah dalam tubuh. 2.6 Akibat kekurangan kromium Tanda-tanda dan gejala defisiensi kromium

adalah

penurunan berat

badan, konsentrasi glukosa plasma tinggi atau gangguan penggunaan glukosa, dan konsentrasi asam lemak bebas plasma yang tinggi. Gangguan glukosa intoleran meningkat karena faktor usia dan mungkin berhubungan dengan kurangnya asupan kromium atau menurun dalam konsentrasi jaringan. Kromium juga perlu dapat ditingkatkan pada penyakit tertentu, seperti diabetes mellitus dan penyakit jantung, meskipun hubungan antara kromium dan penyakit ini tidak konklusif. Jika tanda-tanda tersebut terjadi maka metabolisme tubuh akan terganggu dan dibutuhkan metabolisme karbohidrat dan lemak untuk meningkatkan kerja insulin. Mekanisme pengaruh Cr terhadap kerja insulin: Defiensi krom diaplikasikan dalam bentuk diabetes. Kandungan krom yang lebih rendah diduga terjadi akibat pengolahan dan pemurnian pangan, dengan kehilangan kromium diperkirakan sampai 80 % untuk jenis bahan pangan karena ada kecenderungan orang lebih menyukai biji-bijian, lemak, dan gula yang telah dimurnikan dan diolah lebih lanjut dan mengingat bahwa dalam bentuknya yang dimurnikan bahan-bahan itu adalah sumber krom. Hasil kekurangan kromium dalam resistensi insulin yang ditandai dengan hiperinsulinemia mempunyai faktor risiko untuk penyakit jantung. Resistensi insulin adalah kondisi dimana tubuh menjadi resisten (menolak/tidak mempan/tidak merespon) terhadap insulin, khususnya pada fungsinya untuk menjaga kadar gula darah tetap normal. Diabetes mellitus dan resistensi insulin yang timbul sebelum perkembangan diabetes juga merupakan faktor resiko yang independen dan kuat terhadap gagal jantung. Kadar yang lebih rendah umumnya dimiliki oleh individu yang berusia lanjut. Peran kromium penting bagi tubuh karena kromium sangat membantu

10

melindungi tubuh terhadap resiko diabetes. Semakin bertambah usia, semakin buruk pula penyerapan kromium oleh usus dan akibatnya mereka yang berusia lanjut ternyata beresiko kekurangan kromium di dalam tubuh. Selain faktor penyerapan, kekurangan kromium disebabkan karena mereka yang berusia lanjut lebih banyak mengalami kehilangan Kehilangan kromium

kromium melalui urine.

ini sendiri berhubungan dengan

meningkatnya

pengeluaran kromium seiring dengan bertambahnya usia dan asupan kromium pada mereka yang berusia lanjut juga diketahui lebih rendah. Padahal, kekurangan kromium dapat mengganggu metabolisme glukosa, metabolisme lemak, dan kerja hormon insulin. Akibatnya, tingkat risiko penyakit diabetes meningkat. Kadar kromium menjadi faktor penentu utama dalam sensitivitas insulin, sebagai pengatur transportasi gula di dalam tubuh. Kromium berperan untuk mengendalikan metabolisme insulin dalam tubuh, sehingga disebut faktor pengendali kadar gula darah (glucose tolerance

factor / GTF). Kromium

terlibat dalam pengaturan gula darah, baik ketika kekurangan maupun kelebihan gula didalam tubuh.

Penyerapan kromium oleh tubuh cenderung

lamban, tetapi keluarnya dari tubuh malah sebaliknya, sangat mudah. Karena itu resiko kelebihan atau keracunan jarang terjadi. Gejala Klinis Diabetes Mellitus akibat resistensi insulin karena defisiensi kromium: Gejala Akut Penyakit Diabetes melitus Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan, mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.

1. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli), yaitu: a. Banyak makan (poliphagia). b. Banyak minum (polidipsia). c. Banyak kencing (poliuria). 2. Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala: a. Banyak minum. 11

b. Banyak kencing. c. Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun 5- 10 kg dalam waktu 2-4 minggu). d. Mudah lelah. e. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik. Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes melitus adalah sebagai berikut: 1. Kesemutan. 2. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum. 3. Rasa tebal di kulit. 4. Kram. 5. Capai 6. Mudah mengantuk. 7. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata 8. Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita. 9. Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan

seksual

menurun,bahkan impotensi. 10. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg. Akibat kelebihan : Belum diketahui karena makanan.

2.7 Toksisitas Kromium Cara kerja chromium dalam pankreas adalah mampu melipat gandakan daya kerja insulin melalui sistem kerja Glucose Tolerance Factor (GTF). Jika saluran pencernaan terkontaminasi oleh chromium dalam jumlah besar maka dapat menyebabkan kelenjar pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang besar pula. Hal ini dapat menghambat pemakaian glukosa oleh sel dan dapat terjadi pemecahan glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot secara berlebihan (Setyo,2006). Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari kerusakan pankreas antara lain dengan melakukan test laboratorium.

12

BAB III PENUTUP Kesimpulan Krom merupakan mineral essensial yang berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dalam percepatan pembentukan energi. Seperti halnya besi, krom berada dalam berbagai bentuk dengan jumlah muatan berbeda. Krom paling mudah diabsorbsi dan paling efektif bila dalam bentuk Cr3+. Absorbsi kromium akan naik jika konsumsi rendah dan turun jika konsumsi tinggi. Absorbsi meningkat ketika intake sedikit dan menurun ketika intake makanan sumber krom tinggi.Krom dalam bentuk Cr3+ diabsorbsi sebanyak 10% hingga 25%.

13

Sumber krom yang baik terdapat secara alami di berbagai sayuran, buahbuahan, daging, ragi, dan biji-bijian. Kekurangan unsur ini menyebabkan masalah jantung, gangguan metabolisme, dan diabetes. Efek toksik chromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, pankreas dan usus.

SOAL-SOAL 1. Krom paling mudah diabsorpsi dan paling efektif dalam bentuk a. Cr2+ b. Cr3+ c. Cr4+ d. Cr5+ e. Cr+ Jawab : B 2. Penyerapan krom dipengaruhi oleh? a. Vitamin A dan lemak b. Vitamin C dan Besi c. Vitamin B dan Protein d. Vitamin C dan Protein e. Vitamin A dan glukosa Jawab : D 3. Siapa yang membawa krom ke urin? a. Kromodulin b. Lipoprotein

14

c. Transferin d. Globulin e. Plasma Jawab : C 4. Krom bekerja sebagai kofaktor bagi? a. Insulin b. Hormon c. Tyroid d. TCA e. Rantai respirasi Jawab : A 5. Di dalam tubuh manusia dewasa pada umumnya mengandung 0,4 mg hingga 6 mg Chromium, dengan kadar yang lebih rendah umumnya dimiliki oleh individu pada usia a. Anak-anak b. Remaja c. Dewasa d. Bayi e. Lansia 6. Krom diduga merupakan bagian dari ikatan organik faktor toleransi terhadap glukosa (glucose tolerance factor) bersama a. asam nikotinat dan glutation. b. asam amino dan asam lemak c. kolesterol d. asam askorbat e. asam amino Jawab : A 7. Eksresi utama kromium melalui? a. Feses b. urin c. keringat d. air mata e. semua benar

15

JAWAB : B 8. Kebutuhan kromium paling tinggi pada usia? a. Dewasa b. Anak-anak c. Remaja d. Bayi e. Lansia JAWAB : C 9. Apakah salah satu fungsi asam amino yang membantu absorpsi kromium? a. mencegah krom mengendap dalam media alkali usus halus b. membantu penyerapan di usus halus c. membantu insulin untuk dapat bekerja d. agar krom dapat mengendap dalam media alkali usus e. untuk mengangkut krom ke dalam sel JAWAB : A 10. Efek toksik chromium dapat merusak organ berikut ini, kecuali : a. iritasi hidung b. paru-paru c. lambung d. pankreas e. bibir JAWAB : E

16

SOAL SEBAB AKIBAT 1. Kadar kromium menjadi faktor penentu utama dalam sensitivitas insulin, sebagai pengatur kadar gula darah dalam tubuh. Sebab Kromium berperan untuk mengendalikan metabolisme insulin dalam tubuh Jawab : Benar Benar Berhubungan 2. Resiko kelebihan atau keracunan sering terjadi pada konsumsi kromium Sebab Penyerapan kromium oleh tubuh cenderung lamban, tetapi keluarnya dari tubuh sangat mudah Jawab : Salah Benar SOAL PILIHAN 1 . Berikut peran kromium dalam mengatur kadar gula dalam darah : 1. Mengaktifkan apokromodulin menjadi kromodulin 2. Meningkatkan kadar insulin dalam darah 3. Meperkuat sinyal reseptor insulin dalam mengaktifkan GLUT4 4. Membantu mengubah glikogen menjadi glukosa JAWAB : 1 & 3 (B) 2. Berikut jenis protein yang membantu untuk mengangkut kromium dalam absorpsinya adalah : 1. globulin 2. transferin

17

3. seruloplasmin 4. albumin JAWAB : 2 & 4 (C) 3. Kromium berperan dalam metabolisme : 1. karbohidrat 2. protein 3. lemak 4. vitamin JAWAB : 1,2, & 3 (A) 4. Sifat – sifat kromium : g. Merupakan logam pasif berwarna putih perak dan lembek jika dalam keadaan murninya. h. Tahan terhadap korosi karena reaksi dengan udara menghasilkan Cr2O3 yang bersifat nonpori. i. Warna oksidanya berbeda – beda tergantung jenis dan jumlah atom yang diikatnya. j. Mempunyai tingkat oksidasi +3, +2, +6 JAWAB : SEMUA BENAR (E) 5. Berikut akibat defisiensi kromium dalam tubuh : 1. Diare 2. Mual 3. Anemia 4. Konsentrasi glukosa plasma tinggi JAWAB : 4 (D)

18

DAFTAR PUSTAKA Setyo, Bambang Pramono. 2006. EFEK KONSENTRASI KROMIUM (Cr+3) DAN SALINITAS BERBEDA TERHADAP EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus). Sitasi

daari

adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/523/gdlhub-gdl-s1-2013-

pratamanin-26110-17.-daft.a.pdf . Diakses pada 31 Mei 2015. Mertz, Walter. 1987. Trace Elements in Human and Aminal Nutrition 5 th Edition. London: Academic Press, INC. Gomes, Mariana Rezende, dkk. 2005. Consideration about Chromium, Insulin, and Physical Exercise. Sitasi dari www.scielo.br/scielo.php?pid=S1578692200500050003&script=sci_arttext&ting=en . Diakses pada 1 Juni 2015. Jabbar,

Hasyim

Abdul.

2011.

Kromium.

[online].

https://www.vbook.pub.com/doc/52871350/Kromium. Diakses 22 Mei 2015. Anonim.

DM.

Tanpa

Tahun.

[online].

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31359/4/Chapter%20II.pdf. Diakses 22 Mei 2015. Luman, Andi. Diabetes dan Penyakit Kardiovaskular. Tanpa Tahun. [online]. http://ikaapda.com/resources/Kardio/Reading/DIABETES-DANPENYAKIT-KARDIOVASKULAR.pdf. Diakses 23 Mei 2015. Mulkah, Rety. Tanpa Tahun. Paparan Zat Toksisk terhadap Sistem Pencernaan. [online]. http://www.academia.edu/7663908/Paparan_Zat_Toksik_terhadap_Sistem_ Pencernaan_Makalah_Toksikologi_Industri_BAB_I_PENDAHULUAN. Diakses 23 Mei 2015. Gropper, Saren S. 2009. Advanced Nutrition and Human Metabolism 5 th Edition. Canada: Wandworth Cengage Learning.

19

Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sri Budiasih,Kun. 2009. Karakterisasi Kromium (Iii) Askorbat Produk Industri Sebagai Upaya Mendapatkan Data Pembanding Bagi Produk Sintesis. [online]

http://eprints.uny.ac.id/12360/1/17.%20Kun%20sri

%20Budiasih(151%20-%20157).pdf. Diakses 22 mei 2015. Kartika, Feni. 2014. AKG 2013. [online]. http://www.slideshare.net/ttika/akg2013. Diakses 21 Mei 2015. Lenntech

B.V.

Chromium



Cr.

[online].

http://www.lenntech.com/periodic/elements/cr.htm. Diakses 22 Mei 2015 Santonen,

Tiina

dkk.

Switzerland:WHO

2005.

Inorganic

Chromium(III)

Press.

Compounds. [online].

www.inchem.org/documents/cicads/cicads/cicad76.pdf . Diakses 22 Mei 2015.

20

Related Documents

Deskripsi Mineral
February 2021 1
Endokrin Dan Metabolisme
January 2021 1
Pengendapan Mineral
February 2021 1
Mineral Salts Book
March 2021 0

More Documents from "friasjus"