Metoda Pelaksanaan Dan Evaluasi Pengendalian Mutu Perkerasan Kaku Shidqi.docx

  • Uploaded by: Shidqi Muhammad Farisan Fagmi
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Metoda Pelaksanaan Dan Evaluasi Pengendalian Mutu Perkerasan Kaku Shidqi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 18,188
  • Pages: 104
Loading documents preview...
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

METODA PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU PERKERASAN KAKU PROYEK JALAN TOL RUAS SOREANG – PASIR KOJA Achmad Ilham Dwi Fauzi, Shidqi Muhammad Farisan Fagmi, Asep Sundara., BSCE., MT Politeknik Negeri Bandung

ABSTRAK Lapisan perkerasan adalah susunan lapisan yang paling atas dalam sebuah struktur jalan yang berfungsi sebagai penahan dari beban kendaraan yang disalurkan melalui roda kendaraaan. Jalan tol Soreang-Pasir Koja adalah salah satu proyek yang berfungsi untuk mengatasi masalah kemacetan yang terjadi di Kota Bandung khususnya di daerah jalan Kopo – Soreang. Pada proyek ini terdapat beberapa jenis pekerjaan dimulai dari lapisan pekerjaan tanah dasar, lapisan pondasi agregat , lapisan beton kurus, dan lapisan perkerasan kaku. Dalam hal ini pekerjaan lapisan perkerasan kaku meliputi dua cara pekerjaan dengan cara semi-masinal dan masinal. Terdapat dua lokasi tinjauan pekerjaan yaitu ramp 8 dan main road. Agar semua pekerjaan berjalan dengan baik, maka diperlukannya evaluasi terhadap metoda pelaksanaan dan evaluasi terhadap kendali mutu dari struktur perkerasan kaku. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil pekerjaan yang berlangsung dilapangan dengan spesifikasi yang telah dibuat. Untuk evaluasi kendali mutu dapat dilakukan berbagai macam pengujian yang dilakukan di setiap lapisan struktur perkerasan. Pengujian tersebut antara lain melalui kerucut pasir, kuat tekan dan kuat lentur beton, dan slump test. Dari hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan. Untuk kerucut pasir pada lapisan tanah dasar telah memenuhi spesifikasi teknis, dan untuk lapisan pondasi agregat pada ramp – 8 tidak memenuhi spesifikasi, sedangkan main road memenuhi. Untuk slump test pada lapisan lean concrete ada satu titik dari ramp – 8 dan 6 titik main road yang memenuhi spesifikasi teknis. Untuk kuat tekan semuanya telah memenuhi spesifikasi. Slump test pada lapisan perkerasan kaku untuk ramp – 8 tidak memenuhi spesifikasi dan untuk main road memenuhi spesifikasi teknis. Kuat lentur pada lapisan perkerasan kaku semua telah memenuhi spesifikasi teknis.

Kata Kunci : Perkerasan kaku, evaluasi metoda pelaksanaan, kendali mutu.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

i

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

ABSTRACT The pavement layer is the topmost layer arrangement in a road structure that serves as anchoring from vehicle loads channeled through the wheels of the vehicle. Soreang-Pasir Koja toll road is one of the projects that serves to overcome the congestion problem that occurred in Bandung, especially in Kopo Soreang road area. In this project there are several types of work starting from the ground work layer, the aggregate foundation layer, the thin layer of concrete, and the rigid pavement layer. In this case the work of rigid pavement layers includes two ways of work in a semi-masinal and masinal way. There are two job review locations namely ramp 8 and main road. For all work to proceed properly, an evaluation of the implementation and evaluation methods of the quality control of the rigid pavement structure is required. Evaluation can be done by comparing the results of work that took place in the field with the specifications that have been made. For evaluation of quality control can be done various kinds of testing conducted in each layer of pavement structure. The tests are, among others, through sand cones, compressive strength and concrete bending strength, and slump test. From the evaluation results can be concluded. For the sand cones on the base soil have met the technical specifications, and for the aggregate foundation layer on ramp - 8 does not meet the specifications, while the main road meets. For the slump test on the lean concrete layer there is a point from the ramp - 8 and 6 main road points that meet the technical specifications. For compressive strength everything has met the specs. Slump test on rigid pavement for ramp - 8 does not meet the specifications and for main road meet the technical specifications. The flexible bending in the rigid pavement layers all meet the technical specifications.

Keywords: the rigid pavement, evaluation of implementation methods, quality control.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

ii

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala kuasa dan pertolongan yang diberikan oleh-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir penulis yang berjudul “ METODA PELAKSANAAN PERKERASAN KAKU DAN PENGENDALIAN MUTU PROYEK JALAN TOL RUAS SOREANG – PASIR KOJA”. Tidak lupa shalawat serta salam kepada baginda Rasulullah SAW, semoga karunianya selalu tercurah baginya dan para umat-umatnya. Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan dan penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini banyak pihak yang membantu, membimbing, dan memberikan dukungan atau dorongan positif kepada penulis. Dengan segala hormat serta penghargaan, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada: 1.

Kedua orang tua penulis yang tiada henti memberikan dukungan baik moril dan materil, serta memberikan doa kepada penulis dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

2.

Bapak Asep Sundara, BSCE., MT. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, nasihat, dan serta dorongan semangat kepada penulis dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.

3.

Bapak Suherman Sulaiman., Ir., M.Eng., Ph.D dan Rochaeti., ST., MT selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam melakukan penyusunan Laporan Tugas Akhir.

4.

Bapak Tatang Sumarna, ST., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Teknik Kontruksi Sipil Politeknik Negeri Bandung.

5.

Bapak Hendry. Dipl. Ing. HTL., MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung.

6.

Bapak Angga Marditama Sultan Sufanir, ST., MT selaku koordinator pelaksanaan Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

iii

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

7.

Bapak Wahyu Utomo, ST dan Bapak Hitler dari pihak PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk yang telah membantu dalam hal pengumpulan data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir.

8.

Serta rekan – rekan seperjuangan dan pihak – pihak lain yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir. Penulis telah melakukan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini dengan

sebaik mungkin. Mudah - mudahan Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang telah membacanya.

Bandung, Juli 2017

Penulis

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

iv

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

DAFTAR ISI ABSTRAK .............................................................................................................. i ABSTRACT ............................................................................................................ ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR ISI .......................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Judul Tugas Akhir ....................................................................................... 1 1.2 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.3 Lokasi Pengamatan ..................................................................................... 3 1.4 Tujuan ......................................................................................................... 3 1.5 Ruang Lingkup ............................................................................................ 3 1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5 2.1 Definisi dan Jenis Konstruksi Perkerasan Jalan .......................................... 5 2.2 Definisi dan Jenis Perkerasan Kaku ............................................................ 6 2.3 Komponen Struktur Perkerasan Kaku ......................................................... 7 2.3.1

Semen ............................................................................................ 7

2.3.2

Air .................................................................................................. 8

2.3.3

Bahan Tambah ............................................................................... 8

2.3.4

Agregat .......................................................................................... 8

2.4 Lapisan-Lapisan Perkerasan Kaku .............................................................. 9 2.5 Sambungan ................................................................................................ 13 2.6 Pengendalian Mutu.................................................................................... 17 2.6.1

Pengendalian Mutu Tanah Dasar dan Pondasi Agregat Berbutir 17

2.6.2

Pengendalian Mutu Lean Concrete ............................................. 18

2.6.3

Pengendalian Mutu Perkerasan Kaku .......................................... 19

BAB III METODOLOGI ................................................................................... 21

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

v

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

3.1 Studi Pustaka ............................................................................................. 21 3.2 Tinjauan Lapangan .................................................................................... 22 3.3 Pengumpulan Data .................................................................................... 22 3.4 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Kaku ..................................... 23 3.4.1

Lapisan Tanah Dasar ................................................................... 23

3.4.2

Lapisan Pondasi Agregat ............................................................. 24

3.4.3

Kerucut Pasir ............................................................................... 26

3.4.4

Lapisan Lean Concrete ................................................................ 27

3.4.5

Lapisan Perkerasan Kaku ............................................................ 28

3.4.6

Slump Test ................................................................................... 32

3.4.7

Kuat Tekan Beton ........................................................................ 33

3.4.8

Kuat Lentur Beton ....................................................................... 34

BAB IV HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN ....................................... 37 4.1 Kondisi Lapangan Asli .............................................................................. 38 4.2 Evaluasi Metoda Pelaksanaan Perkerasan Kaku ....................................... 39 4.2.1

Lapisan Tanah Dasar ................................................................... 40

4.2.2

Lapisan Pondasi Agregat ............................................................. 44

4.2.3

Lapisan Lean Concrete ................................................................ 45

4.2.4

Lapisan Perkerasan Kaku ............................................................ 47

4.3 Evaluasi Kendali Mutu Perkerasan Kaku ................................................. 58 4.3.1

Lapisan Tanah Dasar ................................................................... 60

4.3.2

Lapisan Pondasi Agregat ............................................................. 66

4.3.3

Lapisan Lean Concrete ................................................................ 72

4.3.4

Lapisan Perkerasan Kaku ............................................................ 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 83 5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 83 5.2 Saran .......................................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 85

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

vi

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

DAFTAR TABEL Tabel 4. 1 Kendali Mutu pada Setiap Lapis dan Spesifikasi................................. 59 Tabel 4. 2 Resume Derajat Kepadatan Tanah Ramp-8 ......................................... 61 Tabel 4. 3 Resume Derajat Kepadatan Tanah Sisi Kiri Main Road...................... 63 Tabel 4. 4 Resume Derajat Kepadatan Tanah Sisi Kanan Main Road.................. 64 Tabel 4. 5 Resume Derajat Kepadatan Pondasi Agregat Ramp-8 ........................ 67 Tabel 4. 6 Resume Derajat Kepadatan Pondasi Agregat Sisi Kiri Main Road ..... 69 Tabel 4. 6 Resume Derajat Kepadatan Pondasi Agregat Sisi Kanan Main Road . 70 Tabel 4. 8 Resume Kuat Tekan Beton dan Nilai Slump Lapisan Lean Concrete Ramp-8 .................................................................................................................. 73 Tabel 4. 9 Resume Kuat Tekan Beton dan Nilai Slump Lapisan Lean Concrete Ramp-8 .................................................................................................................. 75 Tabel 4. 10 Resume Kuat Lentur Beton dan Nilai Slump Lapisan Lean Concrete Ramp-8 .................................................................................................................. 78 Tabel 4. 11 Resume Kuat Lentur Beton dan Nilai Slump Lapisan Perkerasan Kaku Main Road ............................................................................................................. 80

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

vii

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1 Peta Lokasi Ruas Jalan Tol Soreang – Pasir Koja ............................. 3 Gambar 2. 1 Jenis-Jenis Perkerasan Beton Semen.................................................. 7 Gambar 2. 2 Transfer Beban dari lapis permukaan menuju subgrade .................... 9 Gambar 2. 3 Lapisan Perkerasan Beton Semen .................................................... 12 Gambar 2. 4 Efisiensi transfer beban .................................................................... 13 Gambar 2. 5 Tipikal sambungan memanjang ....................................................... 14 Gambar 2. 6 Ukuran standar penguncian sambungan memanjang ....................... 14 Gambar 2. 7 Sambungan Susut Melintang tanpa Ruji .......................................... 15 Gambar 2. 8 Sambungan Susut Melintang dengan ruji......................................... 15 Gambar 2. 9 Sambungan pelaksanaan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan untuk pengecoran per lajur ............................................................. 15 Gambar 2. 10 Sambungan pelaksanaan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan untuk seluruh lebar perkerasan ....................................................... 15 Gambar 2. 11 Sambungan Isolasi.......................................................................... 16 Gambar 2. 12 Tampak Atas Sambungan Isolasi pada lubang masuk saluran ....... 17 Gambar 2. 13 Alat Untuk Kerucut Pasir ............................................................... 18 Gambar 2. 14 Alat Slump Test .............................................................................. 19 Gambar 3. 1 Diagram Alir Tugas Akhir ............................................................... 21 Gambar 3. 2 Diagram Alir Pekerjaan Lapisan Tanah Dasar ................................. 23 Gambar 3. 3 Diagram Alir Pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat .......................... 25 Gambar 3. 4 Diagram Alir Pekerjaan Kerucut Pasir ............................................. 26 Gambar 3. 5 Diagram Alir Metoda Pelaksanaan Lapisan Lean Concrete ............ 27 Gambar 3. 6 Diagram Alir Metoda Pelaksanaan Lapisan Perkerasan Kaku Masinal ............................................................................................................................... 29 Gambar 3. 7 Diagram Alir Metoda Pelaksanaan Lapisan Perkerasan Kaku SemiMasinal .................................................................................................................. 31 Gambar 3. 8 Diagram Alir Pekerjaan Pengujian Slump Test ............................... 32 Gambar 3. 9 Diagram Alir Pekerjaan Pengujian Kuat Tekan Beton .................... 33 Gambar 3. 10 Diagram Alir Pekerjaan Pengujian Kuat Lentur Beton .................. 35

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

viii

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4. 1 Lokasi Tinjauan Jalan Tol Ruas Soreang-Pasir Koja ....................... 37 Gambar 4. 2 Layout Proyek Jalan Tol Ruas Soreang-Pasir Koja Seksi 1............. 37 Gambar 4. 3 Kondisi Lapangan yang Berada diantara Lahan Persawahan dan Pemukiman Warga ................................................................................................ 38 Gambar 4. 4 Lapisan dari Pekerjaan Perkerasan Kaku Ramp-8 ........................... 40 Gambar 4. 5 Struktur Perkerasan Kaku Main Road .............................................. 40 Gambar 4. 6 Penembakan Pesawat Waterpass untuk Menentukan Tinggi Layer. 41 Gambar 4. 7 Penembakan Pesawat Theodolite untuk Menentukan Titik ............. 41 Gambar 4. 8 Dasar Pelaksanaan Berupa Patok ..................................................... 41 Gambar 4. 9 Proses pemadatan oleh Vibrator Roller ............................................ 42 Gambar 4. 10 Preses pemadatan oleh Sheep Foot Roller ..................................... 43 Gambar 4. 11 Proses Pelaksanaan Pemotongan Talud Samping Tanah Dasar ..... 43 Gambar 4. 12 Tampak Atas Badan Jalan .............................................................. 44 Gambar 4. 13 Ilustrasi Pelaksanaan Lean Concrete .............................................. 46 Gambar 4. 14 Hasil dari Proses Pelaksanaan Lean Concrete................................ 46 Gambar 4. 15 Bekisting untuk Pengecoran Perkerasan Kaku............................... 48 Gambar 4. 16 Pemasangan Plastic Sheet Di atas Lapisan Lean Concrete ............ 48 Gambar 4. 17 Persiapan Dowel ............................................................................. 49 Gambar 4. 18 Proses Pekerjaan Grooving ............................................................ 50 Gambar 4. 19 Pekerjaan Curing Compound ......................................................... 51 Gambar 4. 20 Perkerasan Kaku yang Sudah Tertutupi oleh geotextile ................ 51 Gambar 4. 21 Alat untuk Cutting Lapis Perkerasan Kaku .................................... 52 Gambar 4. 22 Pemasangan Plastic Sheet Di atas Lapisan Lean Concrete ............ 53 Gambar 4. 23 Penembakan Titik Elevasi dengan Pesawat Waterpass.................. 53 Gambar 4. 24 Pemasangan Dowel sebelum campuran beton semen diratakan dan dipadatkan ............................................................................................................. 54 Gambar 4. 25 Penurunan Material Campuran Beton dari Dump Truck ............... 54 Gambar 4. 26 Penghamparan Material Campuran Beton dengan Dump Truck dan Wheel Excavator ................................................................................................... 55 Gambar 4. 27 Pengujian Slump test di Lapangan ................................................. 55 Gambar 4. 28 Pembentukan Elevasi Campuran Beton dengan Concrete Paver ... 56

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

ix

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4. 29 Pemasangan Tie Bar dengan Tie Bar Inserter ................................ 56 Gambar 4. 30 Pemadatan Campuran Beton dengan Vibrator ............................... 56 Gambar 4. 31 Perataan Elevasi Lapisan Perkerasan Kaku ................................... 56 Gambar 4. 32 Proses Pekerjaan Grooving ............................................................ 57 Gambar 4. 33 Pekerjaan Curring Compound ........................................................ 57 Gambar 4. 34 Alat untuk Cutting Lapis Perkerasan Kaku .................................... 58 Gambar 4. 35 Proses Pengujian Kerucut Pasir...................................................... 60 Gambar 4. 36 Grafik Kadar Air Tanah Dasar Ramp-8 ......................................... 62 Gambar 4. 37 Grafik Derajat Kepadatan Tanah Dasar Ramp-8 ........................... 62 Gambar 4. 38 Grafik Kadar Air Tanah Dasar Main road ..................................... 65 Gambar 4. 39 Grafik Derajat Kepadatan Tanah Dasar Main Road ...................... 65 Gambar 4. 40 Grafik Kadar Air Pondasi Agregat Ramp-8 ................................... 67 Gambar 4. 41 Grafik Derajat Kepadatan Pondasi Agregat Ramp-8 ..................... 68 Gambar 4. 42 Grafik Kadar Air Pondasi Agregat Main Road .............................. 71 Gambar 4. 43 Grafik Derajat Kepadatan Pondasi Agregat Ramp-8 ..................... 71 Gambar 4. 44 Proses Kendaili Mutu Slump Test.................................................. 72 Gambar 4. 45 Proses Kendali Mutu Kuat Tekan Beton ........................................ 72 Gambar 4. 46 Grafik Nilai Slump Lapisan Lean Concrete Ramp-8 ..................... 73 Gambar 4. 47 Grafik Nilai Kuat Tekan Lapisan Lean Concrete Ramp-8 ............. 74 Gambar 4. 48 Grafik Nilai Slump Lapisan Lean Concrete Ramp-8 ..................... 76 Gambar 4. 49 Grafik Nilai Kuat Tekan Beton Lapisan Lean Concrete Ramp-8 .. 77 Gambar 4. 50 Pencetakan Beton Untuk Kendali Mutu Kuat Lentur Beton .......... 78 Gambar 4. 51 Grafik Nilai Slump Lapisan Perkerasan Kaku Ramp-8 ................. 79 Gambar 4. 52 Grafik Nilai Kuat Lentur Lapisan Perkerasan Kaku Ramp-8 ........ 80 Gambar 4. 53 Grafik Nilai Slump Lapisan Perkerasan Kaku Main Road ............ 81 Gambar 4. 54 Grafik Nilai Kuat Lentur Beton Lapisan Perkerasan Kaku Main Road ...................................................................................................................... 82

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

x

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

DAFTAR ISTILAH

A

B Base Course

: Lapisan pondasi perkerasan dari perkerasan yang berupa agregat kelas A yang memiliki fungsi sebagai lapisan drainase dari lapisan perkerasan kaku

Batching Plant

: Lokasi yang digunakan sebagai tempat pembuatan campuran beton

Bulldozer

: Suatu alat berat yang digunakan untuk menghamparkan tanah dan meratakan tanah gembur

Black Out

: Sebuah dudukan untuk dowel

Borrow Pits

: Sebuah lahan yang digunakan untuk material tanah

C Composite Pavement : Lapisan perkerasan yang dikombinasikan dari perkerasan kaku dan lentur, dimana perkerasan lentur diatas perkerasan kaku. Compound

: Perawatan beton yang dilakukan dengan melakukan setelah pengecoran dilakukan dengan cara menyiramkan campuran

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

xi

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

kimia. Concrete Paver

: Sebuah alat berat yang digunakan dalam proses pengecoran lapisan perkerasan kaku dimana berfungsi untuk meratakan, dan memadatkan.

Curring

: Perawatan beton yang dilakukan dengan cara melapisi struktur beton dengan plastic sheet atau terpal

Cutting

: Pekerjaan yang dilakukan untuk memotong struktur jalan agar ketika terjadi keretakan tidak akan menyebar ke bagian yang lainnya

D Dowel

: Sambungan melintang yang dipasangkan melintang pada perkerasan kaku, yang berfungsi untuk mentransfer beban menuju arah melintang.

Dump Truck

: Sebuah alat berat yang digunakan untuk membawa material ke lokasi pelaksanaan pekerjaan

E Excavator

: Suatu alat berat yang biasanya digunakan dalam pekerjaan tanah yang berfungsi untuk menggali

F

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

xii

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Finishing

: Suatu pelaksanaan pekerjaan penyelesaian disebuah proyek

Flexible Pavement

: Lapisan perkerasan jalan yang dilapisi dengan bahan aspal, sering disebut juga lapisan perkerasan lentur

G Grooving

: Sebuah pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan setelah pengecoran dilakukan yang berfungsi membantu kekasaran kontruksi jalan

H Hollow

: Bahan besi yang digunakan sebagai bekisting yang terpasang sebelum pengecoran dilakukan

I Index Properties

: Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik tanah

J Joint Sealant

: Sambungan pada konstruksi jalan yang menggunakan aspal

Joint Filler

: Sambungan pada konstruksi jalan yang menggunakan

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

xiii

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

bahan aspal K

L Layer

: Pembagian lapisan tanah untuk pelaksanaan pemadatan dilapangan

Layout

: Tata letak dari suatu elemen desain yang ditempatkan dalam sebuah bidang

Lean Concrete

: Lantai kerja yang permukaannya datar dan stabil, dan juga berfungsi sebagai penahan air dari lapisan lain agar tidak masuk dan menekan langsung kedalam perkerasan kaku

M Main Road

: Jalan utama yang sering dilalui oleh kendaraan

Marking

: Salah satu item pekerjaan dari surveyor yang biasanya dilakukan untuk pekerjaan struktur

Motor Grader

: Alat berat yang digunakan untuk membuat elevasi pada permukaan tanah

N

O

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

xiv

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

P Passing

: Jumlah lintasan yang dilalui alat berat roller dalam pekerjaan pemadatan

Plastic Sheet

: Lembaran plastik yang digunakan untuk menutupi beton dalam masa perawatan setelah pengecoran

Portland Cement

: Suatu bahan pengikat yang digunakan dalam campuran material beton dengan bahan dasar kapur

Q Quarry

: Tempat yang digunakan untuk mengambil sebuah bahan yang berupa tanah

R Ramp

: Jalan peralihan yang terdapat di sebuah ruas jalan tol

Rigid Pavement

: Lapisan perkerasan yang lapisan pengikatnya berupa semen Portland

S Sample

: Material yang diambil dari lokasi pekerjaan untuk melakukan pengujian sebagai perwakilan dari keseluruhan material

Sand Cone Test

: Suatu bentuk pengujian yang berfungsi untuk mengetahui derajat kepadatan tanah dan kepadatan tanah dilapangan

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

xv

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

dari material yang digunakan Sheep Foot Roller

: Suatu jenis alat berat yang mempunyai fungsi untuk melakukan pekerjaan pemadatan

Sliding

: Kelongsoran yang terjadi pada landaian tanah dasar

Slink

: Suatu sensor untuk elevasi struktur perkerasan kaku yang terpasang pada concrete paver

Stacking Out

: Pematokan dilapangan yang dilakukan sebagai dasar untuk mengawali sebuah pekerjaan dilapangan

T Theodolit

: Alat ukur tanah yang berfungsi untuk mengukur tinggi tanah dengan sudut datar dan sudut tegak

Tie Bar

: Sambungan lapisan perkerasan yang berupa tulangan yang dipasang dengan posisi melintang

Tie Bar Inserter

: Komponen dari alat concrete paver yang berfungsi untuk memasangkan tie bar pada lapisan perkerasan ketika pengecoran berlangsung

U

V Vibrator

: Alat pemadatan campuran beton yang merupakan salah satu komponen dari concrete paver

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

xvi

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Vibrator Roller

: Suatu jenis alat berat yang mempunyai fungsi untuk melakukan pekerjaan pemadatan

W Watertank

: Alat berat yang dilakukan untuk proses penyiraman saat pelaksanaan pekerjaan dilapangan

Wire Automatic Level : Salah satu komponen dari concrete paver yang berfungsi untuk mengelevasi lapisan perkerasan pada saat pengecoran

X

Y

Z

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

xvii

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I

Data Administrasi Tugas Akhir 

Surat Permohonan Data Tugas Akhir



Surat Permohonan Sidang Tugas Akhir



Formulir Bimbingan Laporan Tugas Akhir



Lembar Revisi Laporan Tugas Akhir



Lembar masukan dan perbaikan Laporan Tugas Akhir

LAMPIRAN II

Data Pendukung Tugas Akhir 

Spesifikasi Umum Teknis Proyek Jalan Tol Soreang Pasir Koja BAB 4 tentang Pekerjaan Tanah



Spesifikasi Umum Teknis Proyek Jalan Tol Soreang Pasir Koja BAB 9 tentang Perkerasan



Spesifikasi Umum Teknis Proyek Jalan Tol Soreang Pasir Koja BAB 10 tentang Struktur Beton



Form Hasil Pengujian Kerucut Pasir (Sandcone Test) untuk Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)



Form Hasil Pengujian Kerucut Pasir (Sandcone Test) untuk Lapisan Tanah Pondasi Agregat (Base Course)



Form Hasil Pengujian Kuat Tekan dan Slump Test untuk Lapisan Beton Kurus (Lean Concrete)

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

xviii

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG



Form Hasil Pengujian Kuat Lentur dan Slump Test untuk Lapisan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)



Shop Drawing Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Kaku untuk Ramp-8



Shop Drawing Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Kaku untuk Main Road

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

xix

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Judul Tugas Akhir Metoda Pelaksanaan Dan Pengendalian Mutu Perkerasan Kaku Proyek Jalan

Tol Ruas Soreang-Pasir Koja. 1.2

Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya wilayah dan dinamika pertumbuhan

masyarakat Kabupaten Bandung semakin membutuhkan berbagai prasarana pembangunan seperti akses jalan tol. Kota Bandung sebagai pusat kegiatan masyarakat Bandung, bahkan masyarakat Jawa Barat sebagai Ibu Kota provinsi, sudah seharusnya sarana dan prasarana mobilisasi masyarakat harus tersedia dengan baik dan memudahkan masyarakat untuk mencapai tujuan tepat pada waktunya. Didorong pula dengan perkembangan yang secara signifikan dalam berbagai bidang, sebagai contoh secara ekonomi yang sudah sangat jelas berhubungan dengan mata pencarian masyarakat Jawa Barat. Tidak hanya Kota Bandung yang melatar belakangi dibutuhkannya jalan berupa jalan tol, Kabupaten Bandung sebagai salah satu destinasi wisata turis asing maupun turis lokal, sangat mendorong adanya pembangunan akses seperti jalan tol guna mengurai kemacetan yang sering terjadi di daerah jalan Kopo – Soreang. Permasalahan di atas mendorong pemerintah membuat satu kebijakan berupa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang terdapat pada Perda Kabupaten Bandung No. 3 Tahun 2008, pada pasal 58 yang menyebutkan tentang akan di bangunya Jalan Tol Ruas Soreang -Pasir Koja. Perkerasan jalan merupakan hal terpenting dari suatu jalan tol. Pada proyek pembangunan Jalan Tol Ruas Soreang-Pasir Koja, perkerasan jalan yang digunakan merupakan perkerasan kaku. Ini di sebabkan karena adanya estimasi akan banyaknya kendaraan yang melintasi jalan tol ini. Ini dikarenakan daerah Kabupaten Bandung, khususnya Soreang dan Pasir Koja terdapat banyak industri

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

1

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

yang akan banyak menggunakan kendaraan berat dalam kegiatan distribusi barang, serta banyaknya kegiatan masyarakat Kabupaten atau Kota Bandung yang akan melalui jalan tol ini akibat dari kegiatan yang akan dilakukan oleh masyarakat tersebut, bisa jadi dalam perjalanan wisata ataupun kegiatan seharihari masyarakat. Pada Ramp-8 digunakan metoda pelaksanaan menggunakan metoda SemiMasinal dengan perkerasan kaku. Penggunaan metoda ini dikarenakan panjang dari jalan tersebut hingga mencapai 800 meter dan lebar untuk lalu lintas 4 meter, sedangkan pekerjaan dari perkerasan Ramp khususnnya pada Ramp-8 Simpang Susun Pasir Koja, harus diselesaikan dengan cepat sehingga metoda ini dipilih supaya pekerjaan dapat diselesaikan dengan waktu yang tepat dengan kualitas yang baik. Kualitas pada Ramp ini sangat dituntut untuk sangat baik, ini dikarenakan jalan ini akan sangat banyak dilalui oleh kendaraan yang berat dengan volume yang padat. Pada Main Road digunakan metoda pelaksanaan menggunakan metoda Masinal dengan perkerasan kaku. Penggunaan metoda ini dikarenakan panjang dari jalan tersebut mencapai 8 km dengan lebar tiap lajur untuk lalu lintas yaitu 7,2 meter. Ini merupakan jalan utama yang akan digunakan oleh setiap kendaraan sehingga sangat menuntut kualiatas yang sangat baik agar tercapainya kenyamanan dari pengguna jalan tol tersebut. Maka dari itu dalam pelaksanaannya sangat dituntut untuk sesuai dengan yang sudah direncankan dan mutu yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang sudah disetujui oleh semua pihak. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada saat praktek kerja lapangan, masalah-masalah pelaksanaan di lapangan terkadang masih terjadi saat setiap pekerjaan dilaksanakan. Permasalahan tersebut terjadi akibat human error maupun akibat peralatan yang kurang memadai. Berdasarkan permasalahan tersebut dan perbedaan metoda pelaksanaan yang digunakan perlu adanya evaluasi yang dilakukan pada kedua lokasi tersebut, guna mengetahui bagaimana kondisi dan hasil dari pelaksanaan di lapangan yang telah dilaksankan.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

2

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1.3

Lokasi Pengamatan Lokasi yang akan ditinjau untuk pengerjaan Tugas Akhir ini adalah di ruas

jalan tol Soreang-Pasir Koja yang dikerjakan oleh PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.

Ramp - 8

Main Road STA 1+000 s/d 2+000 Gambar 1. 1 Peta Lokasi Ruas Jalan Tol Soreang – Pasir Koja Sumber : Dokumen Kontraktor

1.4

Tujuan Tujuan dari tugas akhir ini adalah:

1) Mengevaluasi metoda pelaksanaan struktur perkerasan kaku pada Proyek Tol Soreang-Pasir Koja. 2) Mengevaluasi mutu pekerjaan struktur pekerasan kaku pada Proyek Tol Soreang-Pasir Koja. 1.5

Ruang Lingkup Bahasan yang dikaji dalam Tugas Akhir ini adalah susunan metoda

pelaksanaan dan proses kendali mutu perkerasan dilapangan pada perkerasan kaku di Proyek Tol Soreang-Pasir Koja.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

3

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1.6

Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini telah disusun menjadi beberapa

bab yang saling berkaitan satu sama lainnya. Selain itu, terdapat sub bab untuk masing-masing bab. Berikut adalah urutan laporan tugas akhir ini: BAB I PENDAHULUAN Membahas mengenai latar belakang kajian, ruas jalan yang akan ditinjau, tujuan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan BAB II DASAR TEORI Membahas mengenai teori –teori yang digunakan untuk mendukung penyusunan tugas akhir ini. BAB III METODOLOGI Membahas mengenai susunan metoda pelaksanaan perkerasan kaku dan tahapan – tahapan evaluasi mutu perkerasan kaku BAB IV HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN Membahas mengenai evaluasi metoda pelaksanaan dan kendali mutu yang dibuat berdasarkan spesifikasi yang digunakan. BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran untuk tugas akhir ini.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

4

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Definisi dan Jenis Konstruksi Perkerasan Jalan Menurut Undang – Undang No. 38 tahun 2004 “Jalan adalah prasarana

transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaantanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.” Jalan pada dasarnya di peruntukan bagi masyarakat yang memiliki kendaraan, baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tak bermotor. Sebelum manusia mengenal konstruksi perkerasan jalan, dulu jalan untuk kendaraan masih berupa tanah tanpa adanya kontruksi perkerasan jalan. Dengan semakin berkembangnya teknologi manusia kini mengenal konstruksi perkerasan jalan untuk berjalannya kendaraan. Lapis perkerasan adalah Suatu konstruksi yang memikul beban kendaraan yang memberikan keamanan dan kenyamanan kepada pengendara yang berada diatas tanah dasar (Sukirman, 1999). Konstruksi perkerasan jalan yang ditempatkan di atas tanah dasar tanah dimaksudkan agar pembebanan yang dihasilkan oleh kendaraan ke tanah dasar tidak melebih kapasitas daya dukung tanah dasar. Pada dasarnya konstruksi perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yang dikelompokan berdasarkan bahan pengikatnya (Sukirman, 1999), yaitu: a. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement), yaitu lapis perkerasan dengan lapis pengikat aspal. Setiap lapisan pada perkerasan lentur bersifat memikul beban lalu lintas dan menyebarkannya ke tanah dasar. b. Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), yaitu lapis perkerasan dengan lapis pengikat berupa semen (portland cement). Beban lalu lintas yang didapatkan, dipikul oleh lapis pelat beton dengan atau tanpa tulangan.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

5

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

c. Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement), yaitu lapis perkerasan dengan mengkombinasikan perkerasan lentur dan perkerasan kaku dengan perkerasan lentur berada di atas lapis perkerasan kaku. 2.2

Definisi dan Jenis Perkerasan Kaku Perkerasan kaku atau perkerasan beton semen adalah suatu konstruksi

(perkerasan) dengan bahan baku agregat dan menggunakan semen sebagai bahan ikatnya, (Aly, 2004). Ary Suryawan (2009) menjelaskan bahwa “Perkerasan beton yang kaku memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban terhadap bidan area tanah yang cukup luas, sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari slab beton sendiri.”. Perkerasan kaku merupakan struktur yang terdiri dari pelat beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan dan terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan pengaspalan sebagai lapis aus (nonstruktural). Perkerasan Kaku dapat dibedakan menjadi 4 jenis diantaranya adalah sebagai berikut (Bina Marga, 2003): a.

Perkerasan Kaku Bersambung Beton yang Dibuat Tanpa Tulangan, yaitu jenis perkerasan beton semen yang dibuat tanpa menggunakan tulangan dimana bentuk dari pelat betonnya menyerupai bujur sangkar. Pada setiap panjang pelatnya dibatasi dengan sambungan melintang dengan panjang setiap pelatnya pada jenis ini berkisar 4-5 meter.

b.

Perkerasan Kaku Sambungan dengan Tulangan, yaitu jenis perkerasan beton semen yang dibuat menggunakan tulangan dengan berbentuk empat persegi panjang, dimana setiap panjang pelatnya dibatasi oleh sambungan melintang, dimana panjang setiap pelatnya berkisar 8-15 meter

c.

Perkerasan Kaku Menerus dengan Tulangan, yaitu jenis perkerasan beton semen yang dibuat dengan menggunakan tulangan dengan panjang pelat yang menerus dan dibatasi dengan sambungan-sambungan muai melintang dimana panjang dari setiap pelatnya mencapai 75 meter atau lebih.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

6

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

d.

Perkerasan Kaku Pratekan, yaitu jenis perkerasan beton menerus yang dibuat tanpa tulangan yang menggunakan kabel-kabel pratekan untuk mengurangi pengaruh susut, muai dan lenting akibat perubahan temperatur dan kelembaban.

Gambar 2. 1 Jenis-Jenis Perkerasan Beton Semen Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

2.3

Komponen Struktur Perkerasan Kaku

2.3.1 Semen Semen atau Portland Semen merupakan terak dari semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis yang digiling secara

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

7

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

bersama-sama dengan bahan tambahan yang berbentuk kristal senyawa kalsium sulfat serta dengan bahan tambah lainnya. Menurut Pd T-05-2004-B “Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton semen harus sesuai dengan SNI 15-2049-1994. Semen harus dipilih dan deperhatikan sesuai dengan lingkungan dimana perkerasan digunakan serta kekuatan awalnya harus cukup untuk pemotongan sambungan dan ketahanan abrasi permukaan.”. 2.3.2 Air Air merupakan komposisi yang harus ada pada setiap campuran beton semen, karena air merupaka bahan yang membuat semen mengalami pengikatan antar partikel. Air yang digunakan dalam campuran beton semen pada perkerasan kaku harus lah bersih, bebas dari minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau ataupun bahan lainnya yang membahayakan dalam jumlah tertentu. Air yang dipakai harus memenuhi spesifikasi berdasarkan SK SNI S-04-1989-F (Pd T-052004-B). 2.3.3 Bahan Tambah Bahan tambah untuk campuran beton semen pada perkerasan kaku ini dimaksudkan untuk: 1.

Kemudahan pekerjaan (workability) yang lebih tinggi

2.

Pengikatan beton yang lebih cepat supaya acuan dapat di buka lebih awal ataupun untuk pembukaan jalur lalu lintas yang lebih cepat.

3.

Pengikatan beton yang lebih lambat, supaya beton tidak mengalami pengikatan lebih cepat dikarenakan tempat batching plan jauh dari tempat pelaksanaan.

2.3.4 Agregat Agregat merupakan salah satu material yang terdapat pada campuran beton yang berfungsi sebagai penopang kekuatan terbanyak pada calon beton nantinya. D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

8

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Pada umumnya agregat terdapat dua jenis yaitu agregat kasar dan agregat halus. Agregat kasar merupakan agregat yang tertahan pada ayakan nomor #4, sedangkan agregat halus merupakan agregat yang lolos pada ayakan nomor #4 Agregat yang digunakan untuk campuran beton semen perkerasan kaku harus lah memiliki persyaratan yang sesuai dengan SK SNI 04-1989-F. Ukuran agregat pada perkerasan beton semen harus setebal ≤ 1/3 tebal pelat beton ataupun ≤ 3/4 jarak bersih minimum antar tulangan (Pd T-05-2004-B). 2.4

Lapisan-Lapisan Perkerasan Kaku Supaya perkerasan mempunyai daya dukung dan keawetan yang memadai,

tetapi tetap ekonomis, maka perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis. Lapis paling atas disebut sebagai lapis permukaan, merupakan lapisan yang paling baik mutunya. Di bawahnya terdapat lapis pondasi, yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan (Suprapto, 2004).

Gambar 2. 2 Transfer Beban dari lapis permukaan menuju subgrade Sumber: http://azanurfauzi.blogspot.co.id, 2010

Pada konstruksi perkerasan kaku terdapat 4 lapis perkerasan yang memiliki material yang berbeda dan dengan fungsi yang juga berbeda. Lapisan-lapisan tersebut antara lain: 1.

Lapisan Tanah Dasar Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah dengan tebal 50-100 cm, yang

terletak dibawah pondasi bawah (Sukirman, 1999). Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatakan, tanah yang didatangkan dari tempat lain D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

9

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

untuk dipadatkan ataupun tanah yang distabilisasi dengan kapur ata bahan lainnya. Lapisan tanah ini memiliki maksud untuk membantu lapis perkerasan untuk memikul beban lalu lintas yang diterimanya. Kualitas tanah dasar yang didapatkan dari hasil pemadatan, tergantung pada kadar air yang digunakan pada saat proses pemadatan. Jika kadar air yang digunakan saat pemadatan optimum, maka hasil pemadatan yang didapatkan pun akan maksimal, dan jika kadar air tidak optimum maka hasil pemadatan tidak akan maksimal. Selama umur rencana perkerasan dipakai, diusahakan kadar air dari tanah dasar harus lah optimum, hal ini dicapai dengan perlengkapan drainasi yang memadai dan memenuhi syarat. 2.

Lapisan Pondasi Agregat Lapis pondasi bawah merupakan lapisan yang berada diantara lapis tanah

dasar dan lapis pondasi atas, yang berfungsi sebagai bagian perkerasan yang meneruskan beban di atasnya, dan selanjutnya menyebarkan tegangan yang terjadi ke lapis tanah dasar (Sukriman, 1999) Adapun fungsi lapis pondasi bawah lain menurut Sukirman (1999), antara lain: 1) Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban roda. 2) Menjaga

efisiensi

penggunaan

material

yang

relatif

murah

agar

lapisanlapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi). 3) Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi. 4) Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. Menurut Pd T-14-2003 “Material berbutir tanpa pengikat harus memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI-03-6388-2000. Persyaratan dan gradasi pondasi bawah harus sesuai dengan kelas B. Sebelum pekerjaan dimulai, bahan pondasi bawah harus diuji gradasinya dan harus memenuhi spesifikasi bahan untuk

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

10

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

pondasi bawah, dengan penyimpangan ijin 3% - 5%. Ketebalan minimum lapis pondasi bawah untuk tanah dasar dengan CBR minimum 5% adalah 15 cm. Derajat kepadatan lapis pondasi bawah minimum 100 %, sesuai dengan SNI 031743-1989.” 3.

Lapisan Lean Concrete Lapis Pondasi Lean Concrete merupaka lapisan yang berfungsi untuk

meneruskan beban yang diterima oleh pelat beton menuju lapisan dibawahnya. Lapisan ini biasanya diharuskan memiliki kualitas campuran beton semen yang baik, karena lapisan ini harus bisa menahan air rembesan dari pelat beton agar tidak mencapai tanah dasar. Menurut Pd T-14-2003 tentang Perencanaan Perkerasan Beton Semen menjelaskan bahwa, “Campuran Beton Kurus (CBK) harus mempunyai kuat tekan beton karakteristik pada umur 28 hari minimum 5 MPa (50 kg/cm2) tanpa menggunakan abu terbang, atau 7 MPa (70 kg/cm2) bila menggunakan abu terbang, dengan tebal minimum 10 cm.” Adapun fungsi dari lapis beton kurus sebagai lapis pondasi pada struktur perkerasan kaku antara lain (Ary, 2009): a.

Menyediakan lantai kerja.

b.

Menaikan harga modulus reaksi tanah dasar.

c.

Melindungi gejala pumping butiran-butiran halus tanah pada daerah sambungan, retakan dan ujung samping perkerasan.

d.

Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dam permanen.

e.

Mengurangi terjadinya keretakan pada pelat beton.

4.

Lapisan Permukaan Pelat Beton Semen Lapis Pelat Beton Semen merupakan lapisan paling atas dari kontruksi

perkerasan kaku, yang artinya bahwa pelat beton semen secara langsung

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

11

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

bersentuhan dengan beban lalu lintas sehingga beban yang diterima oleh lapis permukaan pelat beton merupakan beban yang paling besar dibandingkan dengan lapisan yang lain. Menurut Pd T-14-2003 tentang Perencanaan Perkerasan Beton Semen menjelaskan bahwa “Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural strength) umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 3–5 MPa (30-50 kg/cm2). Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat penguat seperti serat baja, aramit atau serat karbon, harus mencapai kuat tarik lentur 5–5,5 MPa (50-55 kg/cm2). Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm2) terdekat.” Adapun fungsi lain dari lapis permukaan beton semen pada struktur perkerasan jalan antara lain (Departemen Pekerjaan Umum, 1978): a.

Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda.

b.

Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca.

c.

Sebagai lapisan aus.

Gambar 2. 3 Lapisan Perkerasan Beton Semen Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

12

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2.5

Sambungan Pada perkerasan kaku, sambungan merupakan alat yang digunakan untuk

menghubungkan tiap segmen yang ada pada perkerasan kaku. Sambungan pada perkerasan kaku berfungsi sebagai pendistribusi beban yang diterima dari kendaraan pada satu segmen menuju segmen yang lain, ini dikarenakan setiap segmen pada pekerasan kaku diharapkan tidak terjadi pergeseran yang akibat beban kendaraan yang telah diterima. Diharapkan dengan adanya sambungan ini tidak terjadi perubahan bentuk yang signifikan pada permukaan perkerasan kaku sehingga berpengaruh pada kenyaman pengguna jalan sebagai pengendara yang bias jadi menyebabkan kecelakaan bagi pengendara kendaraan.

Gambar 2. 4 Efisiensi transfer beban Sumber: http://azanurfauzi.blogspot.co.id, 2010

Pada dasarnya sambungan pada perkerasan kaku terdapat 3 jenis. Desain yang diperlukan pada setiap jenis sambungan tergantung pada orientasi sambungan terhadap arah jalan (melintang atau memanjang). Jenis sambungan tersebut antara lain (Pd T-14-2003): 1.

Sambungan Memanjang Sambungan ini merupakan sambungan yang digunakan memanjang pada

perkerasan kaku untuk mentransfer beban menuju arah memanjang perkerasan

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

13

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

kaku untuk mencegah terjadinya deformasi yang signifikan pada lapis perkerasan. Pada sambungan ini tulangan yang digunakan berupa tie bar. Biasanya tulangan yang digunakan merupakan tulangan berulir. Sambungan memanjang dapat berupa sambungan pelaksnaan memanjang dan sambungan susut memanjang.

Gambar 2. 5 Tipikal sambungan memanjang Sumber: Pd-T-14-2003

Gambar 2. 6 Ukuran standar penguncian sambungan memanjang Sumber: Pd-T-14-2003

2.

Sambungan Melintang Sambungann melintang merupakan sambungan yang dipasangkan melintang

dengan perkerasan kaku. Ini dimaksudkan untuk mentransfer beban menujur arah melintang perkerasan kaku untuk mencegah terjadinya deformasi yang signifikan pada lapis perkerasan. Pada sambungan ini, tulangan yang digunakan biasanya berupa ruji (dowel). Sambungan melintang ini dapat berupa sambungan pelaksanaan melintang dan sambungan susut melintang.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

14

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 2. 7 Sambungan Susut Melintang tanpa Ruji Sumber: Pd-T-14-2003

Gambar 2. 8 Sambungan Susut Melintang dengan ruji Sumber: Pd-T-14-2003

Gambar 2. 9 Sambungan pelaksanaan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan untuk pengecoran per lajur Sumber : Pd-T-14-2003

Gambar 2. 10 Sambungan pelaksanaan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan untuk seluruh lebar perkerasan Sumber : Pd-T-14-2003 D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

15

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

3.

Sambungan Isolasi Sambungan isolasi berfungsi sebagai pemisah lapis perkerasan dengan

bangunan yang lainna seperti menhole, jembatan, tiang listrik, jalan lama, persimpangan. Pada dasarnya sambungan isolasi haruslah dilengkapi dengan bahan penutup (joint sealer) setebal 5 – 7 mm dan sisanya diisi dengan bahan pengisi (joint filler)

Gambar 2. 11 Sambungan Isolasi Sumber : Pd-T-14-2003

Sambungan isolasi yang digunakan pada bangunan seperti jembatan, perlu dipasangakan ruji sebagai transfer beban. Pada ujung ruji diperlukan adanya pelindung sehingga ruji dapat bergerak bebas. Pelindung muai harus cukuo panjang sehingga menutup ruji dan masih mempunyai ruang bebas yang cukup dengan panjang minimum. Sambungan isolasi pada persimpangan dan ram tidak perlu diberi ruji tetapi perlu diberikan penebalan tepi untuk mereduksi tegangan. Setiap tepi sambungan ditebalkan sebesar 20 % dari tebal perkerasan. Sambungan isolasi yang digunakan pada saluran, menhole, tiang listrik dan bangunan lainnya yang tidak memerlukan penebalan dan ruji, ditempatkan disekeliling bangunan tersebut.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

16

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 2. 12 Tampak Atas Sambungan Isolasi pada lubang masuk saluran Sumber : Pd-T-14-2003

2.6

Pengendalian Mutu Pengendalian mutu adalah suatu proses untuk mengetahui mutu dari suatu

material yang digunakan baik untuk pelaksanaan di lapangan atau setelah dilaksanakan di lapangan. Pengendalian mutu ini dimaksudkan agar hasil dari pelaksanaan nantinya akan sesuai dengan perencanaan dan spesifikasi, sehingga hasil tersebut dapat digunakan dan tidak mengalami kerusakan sebelum umur rencana yang sudah ditentukan.

2.6.1 Pengendalian Mutu Tanah Dasar dan Pondasi Agregat Berbutir 1.

Kerucut Pasir Kerucut pasir merupakan salah satu pengujian pada tanah atau pondasi

berbutir yang dimaksudkan untuk mendapatkan berat isi tanah kering (γdlap) pada suatu tanah dasar dan pondasi perkerasan yang telah dipadatkan dengan benda uji di lapangan dengan cara menggali dengan dimensi yang sudah tertera pada spesifikasi yang lalu diisi kembali dengan pasir Otawa atau pasir yang setara dengan pasir Otawa. Kerucut pasir bertujuan untuk mengevaluasi hasil dari pemadatan di lapangan dengan membandingkan hasil berat isi tanah dilapangan (γdlap) dengan berat isi tanah di laboratorium

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

17

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

(γdlab) dikalikan seratus persen, sehinga didapatkan nilai derajat kepadatan (D). Pengujian kerucut pasir pada konstruksi mengacu pada SNI 03-28281992.

Gambar 2. 13 Alat Untuk Kerucut Pasir Sumber : Dokumen Pribadi, 2017

2.6.2 Pengendalian Mutu Lean Concrete 1.

Pengujian Kuat Tekan Kuat tekan beton adalah besarnya gaya tertentu yang diterima per satu

satuan luas oleh beton yang menyebabkan beton mengalami keretakan akibat tekanan yang didapatkan dari mesin tekan beton (SNI 03-1974-1990). Pengujian kuat tekan beton dimaksudkan untuk mengevaluasi hasil dari pencampuran beton yang akan dilaksanakan dilapangan nantinya, sudahkah sesuai dengan perencanaan pencampuran beton atau belum. Benda uji yang digunakan pada kuat tekan beton bias berupa kubus ataupun silinder yang sudah mencapai umur maksimum pencampuran beton. Rumus umum yang digunakan pada kuat tekan beton adalah f'c=

P A

f’c

= Kuat Tekan Beton

P

= Beban maksimum (kg)

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

18

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

A 2.

= Luas Penampang (kg/cm2)

Slump Test Slump test merupakan pengujian terhadap beton segar yang akan dicor

di lapangan guna mengetahui workability dari campuran beton tersebut. Pada beton, kekakuannya sangat ditentukan oleh seberapa banyak air yang digunakan saat pencampuran beton, maka dari itu dari uji slump tersebut dapat ditentukan apakah beton tersebut kelebihan, kekurangan atau cukup air saat pencampuran. Kadar air yang digunakan pada saat pencampuran sangat berpengaruh pada mutu beton yang akan dikerjakan. Bisa jadi karena kadar air yang terlalu sedikit atau bahkan terlalu banyak akan mengurangi mutu beton nantinya ketika pengoprasian nantinya. Pengujian slump pada konstruksi biasanya mengacu pada SNI 1972-2008.

Gambar 2. 14 Alat Slump Test Sumber : http://www.sawargateknik.co.id, 2015

2.6.3 Pengendalian Mutu Perkerasan Kaku 1.

Pengujian Kuat Lentur Beton Kuat lentur beton merupakan kemampuan balok beton yang

ditempatkan pada dua buah perletakan untuk menahan beban yang tegak lurus dengan balok beton sampai beton mengalami patah dan dinyatakan dengan Mega Pascal (MPa) per satu satuan luas (SNI 03-4431-1997). D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

19

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Rumus-rumus yang digunakan pada kuat lentur beton antara lain (SNI 03-44331-1997) : 1.

Untuk pengujian dimana patahnya beton berada pada daerah pusat 1/3 jarak titik perletakan pada bagian tarik dari beton. σ1=

2.

P.l b.h2

Untuk pengujian dimana patahnya beton berada pada pusat luar (diluar daerah 1/3 jarak titik perletakan) di bagian tarik beton, dan jarak antara titik pusat dan titik patah kuran dari 5% dari panjang titik perletakan. σ1=

3.P.a b.h2

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

20

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BAB III METODOLOGI Untuk memudahkan dalam penyusunan Tugas Akhir ini, maka proses penyusunan Tugas Akhir dijelaskan dengan menggunakan diagram alir yang digunakan sebagai acuan yang disajikan pada Gambar 3.1. Mulai

A

Studi Pustaka

Memahami Spesifikasi Teknis dan Metode Pengujian

Observasi dan wawancara di lapangan kepada dan manajer konstruksi

Pengumpulan Data

Tidak

   

Shop Drawing Spesifikasi Tanah Data Pengujian Metoda Pelaksanaan

Mengambil Gambar Untuk Dokumen Metoda Pelaksanaan

 

Gambaran Proses Pelaksanaan di Lapangan Dokumentasi Pelaksanaan

Memahami Metoda Pelaksanan Pekerjaan Perkerasan Kaku

Pengerjaan Laporan Tugas Akhir

Evaluasi Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Kaku dan Pengendalian Mutu

Pengecekan Kelengkapan Data Selesai Ya

A

Gambar 3. 1 Diagram Alir Tugas Akhir Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

Diagram alir di atas merupakan tahapan-tahapan dalam penyusunan Tugas Akhir pada pekerjaan perkerasan kaku semi-masinal yang terdapat di Ramp-8 Simpang Susun Pasir Koja Proyek Jalan Tol Ruas Soreang-Pasir Koja. Tahapantahapan yang di atas meliputi: 3.1

Studi Pustaka Langkah pertama yang dilakukan ialah mempelajari literatur maupun jurnal

yang berhubungan dengan bahasan persiapan badan jalan, sehingga dapat D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

21

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

mengetahui apa saja metode-metode pelaksanaan yang dilakukan serta ketentuanketentuan teknis yang dibutuhkan. 3.2

Tinjauan Lapangan Pada tahap ini, peninjauan ke lapangan dibutuhkan untuk melihat kondisi

lapangan aktual dan membandingkan metode pelaksanaan serta pengujianpengujian yang dilaksanakan di lapangan apakah sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah dibuat dan disetujui. 3.3

Pengumpulan Data Dalam proses evaluasi metode pelaksanaan dan kendali mutu, selain

mengamati langsung pekerjaan di lapangan dibutuhkan data-data yang menunjang dalam penyusunan Tugas Akhir. Data – data yang dibutuhkan meliputi: 1.

Gambar Rencana Sebelum melakukan peninjauan perlu diketahui terlebih dahulu mengenai

gambar rencana. Gambar rencana berupa denah, potongan memanjang dan potongan melintang. 2.

Rencana Metoda Pelaksanaan (Spesifikasi Teknis) Metoda pelaksanaan pekerjaan di lapangan mengacu pada spesifikasi teknis

yang telah direncanakan, oleh karena itu untuk mengevaluasi metoda pelaksaan diperlukan spesifikasi teknis. 3.

Data Pengujian Data – data pengujian dibutuhkan untuk mengevaluasi kendali mutu suatu

pekerjaan. Dengan data tersebut kita dapat mengecek apakah kualitas dari hasil pengujian tersebut memenuhi ketentuan yang telah direncanakan. 4.

Dokumentasi Pelaksanaan

dan

pengujian

yang

dilaksanakan

di

lapangan

didokumentasikan sebagai data pelengkap penulisan laporan Tugas Akhir.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

22

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

3.4

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Kaku Diagram alir dibuat dari masing-masing pekerjaan untuk memudahkan

pengamatan di lapangan. Diagram alir tersebut berisi komponen-komponen metode pelaksanaan dan kendali mutu yang menjadi tinjauan pada tugas akhir ini. Berikut ini komponen-komponen metode pelaksanaan dan kendali mutu yang digunakan dalam pekerjaan perkerasan kaku: 3.4.1 Lapisan Tanah Dasar Lapisan tanah dasar adalah pekerjaan lapisan tanah dasar yang meliputi berbagai pekerjaan yaitu pematokan, pemadatan, pekerjaan pemotongan lereng timbunan, dan pekerjaan pembentukan elevasi untuk subgrade. Dalam subgrade diperlukan pengujian untu mengetahui nilai derajat kepadatan pada suatu lapisan tanah tersbut. Diagram alir lapisan tanah dasar (subgrade) dapat dilihat pada Gambar 3.2. Mulai

  

Shop Drawing Persutujuan Konsultan Daftar perlatan, material, dan tenaga kerja

A

B

Penghamparan Tanah Timbunan

Pemotongan Talud (Side Slope) Tidak

Cek Ketebalan Gembur

Stacking Out

Top Layer, Slope

Ya Pemadatan tanah Timbunan Per Layer

Loading Material dari Borrow Pits

Transport Borrow Material

Tidak

Selesai

Monitoring Elevasi Tidak Timbunan

Cek Kesesuaian Material

Sand Cone Test

Ya

YA

A

B

Gambar 3. 2 Diagram Alir Pekerjaan Lapisan Tanah Dasar Sumber: Dokumen Pribadi, 2016

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

23

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Tahapan pelaksanaan: a. Pematokan ( stacking out )yang dilakukan di badan jalan pada area tanah dasar. b. Melakukan loading material yang dilakukan dari borrow pits. c. Mengirimkan material ke lokasi pekerjaan tanah dasar. d. Cek kesesuaian material apakah mencukupi atau tidak, apabila material kurang bisa dilakukan pengiriman material kembali. e. Penghamparan material tanah timbunan. f. Cek ketebalan gembur. g. Pemadatan tanah timbunan per layer dilakukan dengan 4 passing pada setiap pekerjaan oleh alat berat pemadatan. h. Monitoring elevasi timbunan untuk mendapatkan jumlah layer yang telah dilaksankaan. i. Pengujian sand cone untuk mengetahui derajat kepadatan tanah. j. Dilakukan pemotongan talud dilaksanakan setelah semua proses selesai dilaksankan. 3.4.2 Lapisan Pondasi Agregat Lapisan pondasi agregat adalah lapisan yang memiliki fungsi sebagai lapisan drainase dari perkerasan kaku diatasnya. Agregat yang digunakan pada lapisan ini adalah agregat kelas A. Lapisan ini adalah lapisan yang mampu menahan beban yang lebih berat dibandingkan dengan lapisan pondasi bawah. Untuk diagram alir lapisan pondasi agregat dapat dilihat pada Gambar 3.3.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

24

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Mulai

  

A

Penghamparan material dengan motor grider dan bulldozer

Shop Drawing Material, Alat, dan pekerja Persetujuan Konsultan

Pemadatan material agregat Pematokan

Sand Cone Test

Tidak

Transport Material Tidak Sesuai spesfikasi ? Cek kesesuaian material

Ya

Ya Pondasi agregat kelas A telah selesai dilaksanakan

A

Selesai

Gambar 3. 3 Diagram Alir Pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

Tahapan pelaksanaan: a. Melakukan pematokan untuk mempermudah pekerjaan bagi setiap pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan. b. Transport material dilakukan dengan cara mengirimkan agregat ke area kerja dari batching plan. c. Cek material apakah sudah sesuai dari rencana dari mulai jumlahnya sampai agregatnya apakah yang digunakan benar – benar agregat kelas A. d. Penghamparan material dengan menggunakan motor grider dan bulldozer. e. Pemadatan pondasi agregat dilakukan dengan 4× passing oleh alat berat pemadatan.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

25

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

f. Melakukan pengujian sand cone test. g. Pekerjaan lapisan pondasi agregat kelas A telah selesai dilaksanakan 3.4.3 Kerucut Pasir Kerucut pasir adalah pengujian tanah yang dilakukan untuk mengetahui derajat kepadatan tanah dan kepadatan tanah dilapangan dari material yang digunakan. Diagram alir kerucut pasir dapat dilihat pada Gambar 3.4. A A

Mulai Mulai

  

Mengankat Mengankat kerucut kerucut dan dan pasir, pasir, lalu lalu ditutup ditutup kembali kembali lubang lubang lalu lalu dipadatkan dipadatkan

Hasil Hasil pelaksanaan pelaksanaan Persetujuan Persetujuan Konsultan Konsultan Peralatan Peralatan dan dan penguji penguji

Menetukan Menetukan titik titik pengujian pengujian

Timbang Timbang silinder silinder dengan dengan kerucut kerucut berisi berisi pasir pasir sisa sisa

Persiapan Persiapan peralatan peralatan untuk untuk kerucut kerucut pasir pasir

Mendapatkan Mendapatkan Nilai Nilai berat berat isi isi tanah tanah di di lapangan. lapangan. Bandingkan Bandingkan dengan dengan berat berat isi isi tanah tanah di di lab lab

Membuat Membuat lubang lubang 10 10 cm, cm, lalu lalu di di isi isi dengan dengan pasir pasir otawa otawa dari dari tabung tabung dengan dengan kerucut kerucut

Pemadatan Pemadatan kembali kembali tidak

Sesuai Sesuai Spesifikasi Spesifikasi ya

A A Selesai Selesai

Gambar 3. 4 Diagram Alir Pekerjaan Kerucut Pasir Sumber : Dokumen Pribadi, 2017

Tahapan pelaksanaan: a. Penentuan titik pengujian untuk melakukan pengujian kerucut pasir b. Persiapan alat – alat kerucut pasir yang dibawa langsung kelapangan c. Membuat lubang sedalam 10 cm, lalu diisi dengan pasir otawa D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

26

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

d. Mengangkat kerucut , lalu tutup kembali lubang dan padatkan e. Timbang sillinder dan kerucut berisi pasir sisa f. Didapatkan nilai berat isi tanah 3.4.4 Lapisan Lean Concrete Lean concrete merupakan lapisan yang berfungsi sebagai lantai kerja yang permukaannya datar dan stabil, dan juga berfungsi sebagai penahan air dari lapisan lain agar tidak masuk dan menekan langsung kedalam perkerasan kaku. Pekerjaan pengecoran lean concrete pada proyek yang kami tinjau menggunakan beton mutu tinggi dengan K-100. Tahapan-tahapan pekerjaan beton kurus dapat dilihat pada Gambar 3.5. Mulai

A

Gambar Kerja Tidak

Pemadatan dan Elevasi lapisan lean concrete

Selected material Ya Pemasangan bekisting

Penghamparan lean concrete

Perawatan Beton

Pembersihan lapisan lean concrete

Pengujian beton misalnya slump test, kuat tekan beton Selesai

Tidak

Apakah sesuai dengan spesifikasi atau tidak ?

Ya

A

Gambar 3. 5 Diagram Alir Metoda Pelaksanaan Lapisan Lean Concrete Sumber : Dokumen Pribadi, 2017

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

27

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Tahapan pelaksanaan: a. Siapkan material untuk pelaksanaan pekerjaan lean concrete b. Pemasangan bekisting c. Pengecoran lean concrete d. Melakukan pengujian dengan cara melakukan slump test dan kuat tekan. e. Cek apakah sesuai dengan spesifikasi atau tidak f. Setelah pengecoran dilakukan finishing dengan cara elevasi permukaan lean concrete g. Melakukan curing beton terhadap struktur lean concrete h. Pelepasan bekisting dari setelah pengecoran lean concrete. 3.4.5 Lapisan Perkerasan Kaku Setelah semua pekerjaan baik persiapan, timbunan, pengujiannya telah selesai dilakukan. Selanjutnya melakukan pekerjaan perkerasan kaku. Perkerasan kaku adalah suatu jens perkerasan yang menggunakan bahan pengikat berupa semen (Portland cement) berupa plat beton dengan menggunakan atau tanpa menggunakan tulangan yang diletakka diatas tanah dasar dengan atau tanpa menggunakan lapis pondasi sebagai pemikul utama bebanyang dihasilkan oleh kendaraan (Sukirman, S 1992). Dalam proses penyusunan laporan tugas akhir penulis terdapat dua metoda untuk melakukan pekerjaan perkerasan kaku. Berikut adalah metoda yang ditinjau oleh penulis dalam penyusunan laporan tugas akhir: 1.

Pelaksanaan Pekerjaan Lapisan Perkerasan Kaku Masinal Pekerjaan pelaksanaan perkerasan kaku masinal adalah pengecoran yang

dilakukan dengan bantuan alat concrete paver dalam pelaksanaan untuk melakukan pemadatan dan mengelevasi sebuah struktur perkerasan setelah beton dihamparkan. Berikut tahapan-tahapan dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan kaku masinal dapat dilihat pada Gambar 3.6.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

28

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Mulai

Pemasangan plastic sheet dan persiapan concrete paver

Elevasi struktur lean concrete

Pemasangan wire automatic level pada concrete paver Persiapan dowel yang dipasang manual dan tie bar dengan tie bar insecter

Penghamparan Material Beton

Slump Test TIDAK Apakah sesuai dengan rencana ?

A Pemadatan, elevasi, pemasangan tie bar TIDAK Apakah sesuai dengan rencana ? YA

Grooving

Perawatan Beton

Cutting dan Joint Sealent

Pengujian Kuat Lentur di Batching Plant

Selesai

YA A

Gambar 3. 6 Diagram Alir Metoda Pelaksanaan Lapisan Perkerasan Kaku Masinal Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

Tahapan pelaksanaan: a. Pemasangan plastic diatas lean concrete untuk mencegah material tidak merusak lean concrete dan persiapan concrete paver. b. Melakukan elevasi untuk mengecek apakah ketinggian dari lean concrete sudah sesuai, karena akan mempengaruhi ketebalan lapisan perkerasan kaku. c. Persiapan dan pemasangan dowel.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

29

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

d. Penghamparan material beton yang dibawa menggunakan dump truck. e. Melakukan slump test material beton f. Pemadatan, elevasi, dan pemasangan tie bar yang dilakukan dengan menggunakan concrete paver , karena ketiga pekerjaan tersebut dilakukan secara bersama-sama. g. Grooving dilakukan untuk membantu kekasaran struktur perkerasan kaku h. Melakukan perawatan beton. i. Memotong bagian dari perkerasan kaku sesuai dengan hasil pengukuran dan diisi dengan joint sealant. j. Melakukan pengujian kuat lentur yang dilakukan di batching plant. 2.

Pekerjaan Lapisan Perkerasan Kaku Semi – Masinal Pekerjaan pelaksanaan perkerasan kaku masinal adalah pengecoran yang

dilakukan dengan bantuan alat concrete paver dalam pelaksanaan untuk melakukan mengelevasi sebuah struktur perkerasan setelah beton dihamparkan. Dalam metoda ini untuk memadatkan hasil penghamparan dengan menggunakan vibrator yang dioperatori oleh seorang pekerja. Tahapan – tahapan pekerjaan perkerasan kaku semi – masinal dapat dilihat pada Gambar 3.7.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

30

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Mulai

Pemasangan Pemasangan plastic plastic sheet sheet dan dan persiapan persiapan concrete concrete paver paver

A A

Pemadatan, Pemadatan, elevasi, elevasi, pemasangan pemasangan tie tie bar bar

TIDAK

Elevasi Elevasi struktur struktur lean lean concrete concrete

Apakah Apakah sesuai sesuai dengan dengan rencana rencana ??

YA Pemasangan Pemasangan wire wire automatic automatic level level pada pada concrete concrete paver paver

Grooving Grooving

Persiapan Persiapan dowel dowel dan dan tie tie bar bar Perawatan Perawatan Beton Beton

Penghamparan Penghamparan Material Material Beton Beton

Cutting Cutting dan dan Joint Joint Sealent Sealent

Slump Slump Test Test Pengujian Pengujian Kuat Kuat Lentur Lentur di di Batching Batching Plant Plant

TIDAK

Apakah Apakah sesuai sesuai dengan dengan rencana rencana ??

Selesai

YA A A

Gambar 3. 7 Diagram Alir Metoda Pelaksanaan Lapisan Perkerasan Kaku Semi-Masinal Sumber : Dokumen Pribadi, 2017

Tahap pelaksanaan: a. Pemasangan plastic diatas lean concrete untuk mencegah material tidak merusak struktur lean concrete dan persiapan concrete paver b. Melakukan elevasi untuk mengecek apakah ketinggian dari lean concrete sudah sesuai, karena akan mempengaruhi ketebalan lapisan perkerasan kaku c. Persiapan dan pemasangan dowel d. Penghamparan material beton yang dibawa menggunakan truck mixer

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

31

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

e. Melakukan slump test material beton f. Pemadatan dilakukan secara manual dengan menggunakan vibrator yang dioperasikan oleh pekerja, elevasi dengan concrete paver, dan pemasangan tie bar yang dilakukan secara manual. Ketiga pekerjaan tersebut dilakukan secara bersama - sama g. Grooving dilakukan untuk membantu kekasaran struktur perkerasan kaku h. Melakukan perawatan beton i. Memotong bagian dari perkerasan kaku sesuai dengan hasil pengukuran dan diisi dengan joint sealant. j. Melakukan pengujian kuat lentur yang dilakukan di batching plant 3.4.6 Slump Test Slump test adalah salah satu jenis pengujian mutu beton yang dilakukan dengan bertujuan untuk mengetahui nilai kadar air atau nilai kelecakan yang terjadi pada campuran beton tersebut. Diagram alir slump test dapat dilihat pada Gambar 3.8. Mulai Mulai



Hasil Hasil campuran campuran beton beton pada pada batching batching plan plan

Pembersihan Pembersihan peralatan peralatan

Pengambilan Pengambilan sample sample dari dari dump dump truck truck atau atau truck truck mixer mixer

A A

Material Material dimasikan dimasikan kedalam kedalam kerucut kerucut abrams abrams dalam dalam 33 tahap dengan tahap dengan 25 25 kali kali tumbukan tumbukan

Kerucut Kerucut abrams abrams diangkat diangkat dan dan diukur diukur

Selesai Selesai

A A

Gambar 3. 8 Diagram Alir Pekerjaan Pengujian Slump Test Sumber : Dokumen Pribadi, 2017

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

32

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Tahapan pelaksanaan: a. Hasil campuran beton pada batching plant b. Membersihkan alat – alat yang ingin digunakan dalam slump test c. Melakukan pengambilan sample dari truck mixer d. Untuk menuangkan sample kedalam kerucut abrams dengan dituangkan sebanyak 3 lapis dan perlapisnya ditumbuk sebanyak 25 kali 3.4.7 Kuat Tekan Beton Kuat tekan terhadap beton sangat dibutuhkan untuk mengetahui seberapa kuat struktur beton tersebut dalam menahan beban yang berikan oleh benda yang berada diatasnya. Untuk diagram alir dari cara pengujian kuat tekan pada beton dapat dilihat pada Gambar 3.9.



Mulai Mulai

A A

Hasil Hasil dari dari campuran campuran beton beton

Timbang Timbang silinder silinder beton beton

Mengambil Mengambil Sample Sample Tidak

Memasukan Memasukan kedalam kedalam cetakan cetakan silinder silinder

Uji Uji tekan tekan beton beton

Sesuai Sesuai spesifikasi spesifikasi

Ya Membuka Membuka cetakan cetakan dalam dalam waktu waktu 3, 3, 7, 7, 14 dan 28 14 dan 28 hari hari

Selesai Selesai

A A

Gambar 3. 9 Diagram Alir Pekerjaan Pengujian Kuat Tekan Beton Sumber : Dokumen Pribadi, 2017

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

33

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Tahapan pelaksanaan: a. Hasil campuran beton pada batching plant b. Ambil sample dari lokasi pekerjaan pengecoran perkerasan kaku c. Masukkan sample kedalam cetakan yang berbentuk silinder yang telah dibersihkan sebelum material dimasukkan d. Setelah material dimasukkan kedalam cetakan silinder, lalu dibawa menuju laboratorium menunggu hingga beton mengeras dalam waktu 28 hari e. Beton mengeras dan lakukan penimbangan terhadap beton yang sudah menjadi silinder tersebut. f. Lalu dilakukan uji tekan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan spesifikasi 3.4.8 Kuat Lentur Beton Pengujian kuat lentur yang dilakukan pada struktur perkerasan kaku bertujuan untuk mengetahui nilai optimum kuat lentur yang dihasilkan pada struktur perkerasan kaku. Untuk langkah – langkah melakukan pengujian kuat lentur pada struktur perkesan kaku dapat dilihat pada Gambar 3.10.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

34

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Mulai

A

Siapkan benda uji

Hentikan pembebanan dan catat beban maksimum

Ukur dan catat dimensi benda uji

Ambil benda uji dari mesin uji lentur

Timbang benda uji dan catat berat benda uji

Tempatkan benda uji disamping alat penekan Siapkan mesin untuk uji lentur

Atur posisi benda uji dan berikan pembeban dengan cara memompa hingga jarum terbaca sampai benda uji patah

Tidak

Ukur lebar dan tinggi tampang lintang patah

Hitung nilai kuat lentur

Apakah sesuai dengan spesifikasi atau tidak ?

Ya Selesai

A

Gambar 3. 10 Diagram Alir Pekerjaan Pengujian Kuat Lentur Beton Sumber : Dokumen Pribadi, 2017

Tahap pelaksanaan: a. Siapkan benda uji kemudian ukur dan catat dimensi penampang benda uji lentur beton b. Ukur dan catat panjang benda uji pada keempat rusuknya c. Timbang dan catat berat dari benda uji masing – masing d. Tempatkan benda uji yang telah diukur dan telah ditimbang di samping alat penekan e. Siapkan mesin uji lentur f. Atur benda uji sehingga siap untuk dilakukan pengujian dengan cara diberikan beban yang dipompa sehingga jarum pada alat terbaca dan sampai benda uji patah D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

35

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

g. Hentikan pembebanan dan catat beban maksimum yang menyebabkan benda uji patah h. Ambil benda uji yang sudah dilakukan pengujian dengan cara menurunkan plat dan menaikan alat pembebanannya i. Ukur dan catat lebar dan tinggi tampang lintang patah sedikitnya pada tiga tempat dan ambil harga rata-ratanya j. Kemudian hitung nilai kuat lentur k. Setelah dilakukan perhitungan kuat lentur, maka akan didapatkan nilai kuat lentur apakah sesuai dengan rencana atau tidak.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

36

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BAB IV HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN Pada bab ini menjelaskan tentang hasil dari evaluasi metoda pelaksanaan dan kendali mutu yang telah dilaksanakan di lapangan untuk pekerjaan perkerasan kaku dari Ramp-8 dan Main Road pada proyek Jalan Tol Soreang-Pasir Koja yang berada pada Kabupaten Bandung dan Kota Bandung Provinsi Jawa Barat. Lokasi dan Lokasi Tinjauan Jalan Tol Ruas Soreang-Pasir Koja. Lokasi dan layout dapat terlihat pada Gambar 4. 1 dan Gambar 4. 2

Lokasi proyek

Gambar 4. 1 Lokasi Tinjauan Jalan Tol Ruas Soreang-Pasir Koja Sumber: Dokumen Kontraktor

Gambar 4. 2 Layout Proyek Jalan Tol Ruas Soreang-Pasir Koja Seksi 1 Sumber: Dokumen Kontraktor D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

37

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.1

Kondisi Lapangan Asli Kondisi lapangan asli merupakan kondisi lapangan saat proyek belum

memulai pekerjaan dilapangan. Dimana bagian yang ditinjau oleh penulis adalah Ramp-8 dan Main Road. Kondisi awal dari pada lokasi yang ditinjau merupakan keadaaan tanah yang kurang baik pada lapisan permukaan, dimana lahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan dari Jalan Tol Ruas Soreang-Pasir Koja, sebelumnya adalah lahan untuk persawahan yang biasa digunakan warga untuk bertani. Sehingga diperlukan pekerjaan pada konstruksi tanah seperti membersihkan area pekerjaan yang kotor dari rumput, akar-akar, dan kotorankotoran, galian tanah yang tidak dapat digunakan untuk timbunan, ataupun stabilisasi tanah yang terdapat pada konstruksi tanah tersebut. Dapat dilihat pada Gambar 4. 3, bahwa kondisi lapangan berada pada lahan persawahan dan pemukiman warga.

Gambar 4. 3 Kondisi Lapangan yang Berada diantara Lahan Persawahan dan Pemukiman Warga Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

Dari kondisi di lapangan dapat dilihat bahwa proyek ini awalnya berupa sebuah lahan yang peruntukannya adalah lahan sawah, sehingga kondisi tanah kurang baik untuk konstruksi perkerasan jalan tol. Maka dari itu pihak kontraktor melakukan galian dan timbunan agar daya dukung tanah untuk perkerasan akan

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

38

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

mampu menahan beban yang melawatinya. Proyek ini juga berada pada pemukiman warga yang mengakibatkan sulitnya pembebasan lahan yang dilakukan oleh semua pihak yang terlibat pada proyek ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan kondisi Main Road STA 0+000-1+000 belum dimulai akibat sengketa lahan. Kondisi jalanan yang sempit juga mengakibatkan sulitnya mobilisasi material dan alat berat sehingga terkadang alat berat maupun material terlambat untuk sampai dilokasi pekerjaan. 4.2

Evaluasi Metoda Pelaksanaan Perkerasan Kaku Metoda pelaksanaan dari perkerasan kaku pada Proyek Jalan Tol Soreang-

Pasir Koja terdiri dari 2 metoda yang berbeda yaitu metoda pelaksanaan menggunaan semi-masinal dan masinal. Perbedaan antara metoda pelaksanaan menggunakan semi-masinal dan masinal ini hanya pada pekerjaan lapisan perkerasan kaku dengan metoda pelaksanaan setiap lapisan tetap sama. Cara ini dipilih dengan alasannya dari sisi produktivitas pekerjaan dari kedua alatnya serta kondisi dari panjang pekerajaan lapisan perkerasan kaku yang akan dikerjakan. Kedua metoda ini digunakan pada lokasi pelaksanaan yang berbeda. Metoda pelaksanaan dengan semi-masinal digunakan perkerasan kaku yang dikerjakan pada Ramp-8 dan metoda pelaksanaan masinal digunakan pada Main Road. Metoda pelaksanaan yang dibahas, akan dijelaskan berdasarkan pada setiap lapisan yang ada dilapangan. Dimulai dari lapisan tanah dasar (subgrade), lapisan pondasi agregat (base course), lapisan beton kurus (lean concrete), dan lapisan perkerasan kaku (rigid pavement). Lapisan-lapisan yang dikerjakan pada Ramp-8 maupun Main Road dapat dilihat pada Gambar 4. 4 dan Gambar 4. 5. Berikut adalah penjelasan dari metoda pelaksanaan perkerasan kaku dari Proyek Jalan Tol Ruas Soreang-Pasir Koja.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

39

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4. 4 Lapisan dari Pekerjaan Perkerasan Kaku Ramp-8 Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

Gambar 4. 5 Struktur Perkerasan Kaku Main Road Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

4.2.1 Lapisan Tanah Dasar Pada pekerjaan untuk lapisan tanah dasar meliputi pekerjaan pekerjaan pematokan (Stacking Out), pekerjaan pemadatan, pekerjaan pemotongan talud samping, dan pekerjaan pembentukan elevasi untuk tanah dasar untuk mengetahui apakah pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan ditentukan pada spesifikasi teknis yang telah dibuat. 

Pekerjaan Pematokan Pekerjaan pematokan dilakukan oleh surveyor dari pihak kontraktor

menggunakan alat utama berupa Theodolit Total Station dan tiang bambu yang akan digunakan sebagai patok di lapangan. Pekerjaan pematokan dilakukan berdasar kepada data-data berupa titik-titik vertikal dan horizontal yang diberikan oleh divisi teknik yang disetujui oleh konsultan pengawas dan owner. Dari data-

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

40

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

data yang ada lalu di-input ke Theodolit Total Station, kemudian akan memunculkan titik yang dimaksud pada data untuk di jadikan patokan pelaksanaan saat dilapangan. Patok yang sudah ada dijadikan dasar untuk melaksanakan

pekerjaan

selanjutnya

dilapangan.

Gambaran

pelaksanaan

pekerjaan pematokan dapat dilihat pada Gambar 4. 6, Gambar 4. 7 dan Gambar 4. 8.

Gambar 4. 6 Penembakan Pesawat Waterpass untuk Menentukan Tinggi Layer Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

Gambar 4. 7 Penembakan Pesawat Theodolite untuk Menentukan Titik Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

Gambar 4. 8 Dasar Pelaksanaan Berupa Patok Sumber: Dokumen Pribadi, 2017 D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

41

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG



Pekerjaan Pemadatan Tanah Pekerjaan pemadatan dilakukan menggunakan alat berat seperti bulldozer,

excavator, vibrator roller, dan sheep foot roller. Pemadatan untuk subgrade, dimulai dari penghamparan tanah yang dikirimkan dari quarry menggunakan dump truck. Penghamparan tanah dilaksanakan menggunakan bulldozer dan excavator. Tanah yang dihamparkan mengunakan bulldozer tidak boleh melebihi ketebalan 20 cm dalam pelaksanaannya, agar tanah yang dipadatkan mendapatkan hasil yang maksimal. Setalah penghamparan dilakukan, tanah yang sudah siap untuk dipadatkan kemudian akan dilalui oleh vibrator roller tanpa menggunakan getaran agar tanah menjadi rata dan siap untuk dipadatkan. Setalah itu, sheep foot roller melalui tanah. Tanah tersebut akan dilalui oleh sheep foot roller sebanyak 4× passing selebar 1,5 meter. Kemudian tanah dilalui oleh vibrator roller untuk mendapatkan hasil pemadatan pada permukaan lapisan. Proses ini mengalami 4× passing selebar 1,5 meter. Seluruh proses pemadatan tanah yang dijelaskan diatas, dapat dilihat pada Gambar 4. 9 dan Gambar 4. 10.

Gambar 4. 9 Proses pemadatan oleh Vibrator Roller Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

42

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4. 10 Preses pemadatan oleh Sheep Foot Roller Sumber: Dokumen Pribadi, 2017



Pekerjaan Pemotongan Talud Samping Ketika setalah proses pemadatan tanah selesai, tanah yang akan melalui

proses pemotongan lereng timbunan. Pemotongan talud ini dimaksudkan agar tanah tidak mengalami sliding saat menerima beban lalu lintas dari lapis perkerasan. Pemotongan lereng ini dilakukan menggunakan excavator. Bentuk dari talud subgrade akan dapat terlihat dari patok yang sudah dibuat oleh surveyor berdasarkan data yang diberikan oleh tim teknis. Pelaksanaan pemotongan lereng, didasarkan pada patok yang sudah dibuat tersebut. Kemudian tanah sisa dari pemotongan tersebut dapat digunakan kembali sebagai bahan untuk material subgrade kembali. Proses pemotongan talud samping yang dijelaskan diatas dapat dilihat pada Gambar 4. 11.

Gambar 4. 11 Proses Pelaksanaan Pemotongan Talud Samping Tanah Dasar Sumber: Dokumen Pribadi, 2017 D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

43

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG



Pembentukan Elevasi Badan Jalan Setelah bentuk dari badan jalan terlihat, subgrade melalui proses

pembentukan elevasi dari badan jalan. Pembentukan elevasi ini didasarkan pada patok yang sudah ada. Pekerjaan ini dilakukan menggunakan alat berat motor grader. Motor grader nantinya akan memotong bagian yang berlibahan dari permukaan jalan dan membentuk elevasi sesuai settingan pada alat berat tersebut. Hasil dari pembentukan elevasi dan pemotongan landaian tanah dasar dapat dilihat pada Gambar 4. 12.

Gambar 4. 12 Tampak Atas Badan Jalan Sumber: Dokumen Kontraktor

4.2.2 Lapisan Pondasi Agregat Pada lapisan pondasi agregat terdapat 2 pekerjaan antara lain yaitu, pekerjaan penghamparan material agregat dan pekerjaan pemadatan pondasi agregat. Lapisan pondasi agregat dikerjakan menggunakan material berupa agregat kelas A. 

Pekerjaan Penghamparan Material Agregat Pekerjaan yang pertama dimulai adalah penghamparan agregat yang telah

dikirimkan sesuai spesifikasi menggunakan

dump truck. Pekerjaan ini

dilaksanakan menggunakan alat berat berupa motor grader. Motor grader

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

44

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

digunakan dengan maksud, agar material yang dihamparkan mendapatkan hasil yang sesuai dengan elevasi yang sudah dibentuk. Pondasi dari agregat ini memiliki ketebalan 15 cm, sehingga saat pelaksanaan penghamparan tebal yang digunakan tidak boleh kurang dari 15 cm. 

Proses Pemadatan Pondasi Agregat Sebelum proses pemadatan dilakukan, penyiraman air untuk dilakukan

untuk mendapatkan kadar air optimum yang telah ditentukan menggunakan water tank. Selanjutnya proses pemadatan dilaksanakan menggunakan alat berat vibrator roller. Vibrator roller akan melalui agregat yang telah dihamparkan sebelumnya. Vibrator roller akan melalui agregat sebanyak 4× passing dengan getaran selebar 1,5 m. 4.2.3 Lapisan Lean Concrete Campuran material beton yang digunakan pada proyek ini adalah campuran beton dengan kualitas K-105. Untuk lapisan beton kurus sendiri dalam proyek ini direncanakan ketebalannya 10 cm. Hal pertama yang dilakukan untuk pekerjaan lean concrete adalah melakukan marking dan stacking out dimana sebelum pekerjaan harus dielevasi dan dilakukan pematokan pada bagian badan jalan yang akan dicor. Sebelum dilakukannya pengecoran harus dipasangkan bekisting yang berbahan besi hollow. Setelah semua persiapan dilakukan, maka selanjutnya dilaksanakan pembuatan benda uji sebelum pengecoran. Benda uji tersebut berasal dari material yang dibawa oleh truck mixer, pengujian yang dilakukan dengan pembuatan sample untuk melakukan pengujian kuat tekan beton dan selain itu juga melakukan pengujian terhadap nilai kelecakan beton atau slump test. Setelah nilai slump sudah sesuai dengan yang sudah direncanakan untuk material beton, maka selanjutnya dilaksanakan pengecoran yang dilakukan per 5 m untuk penghamparan material yang dilakukan oleh truck mixer yang membawa material dari batching plant menuju lokasi pengerjaan. Setelah dihamparkan, maka selanjutnya dilakukan pemadatan dengan vibrator untuk pemadatan dan D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

45

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

dengan menggunakan concrete paver yang dilakukan untuk mengelevasi agar lapisan beton kurus ketinggiannya sesuai yaitu 10 cm yang direncanakan oleh perencana. Berikut ilustrasi pekerjaan lean concete dapat dilihat pada Gambar 4. 13 dan Gambar 4. 14.

Gambar 4. 13 Ilustrasi Pelaksanaan Lean Concrete Sumber: Dokumen Kontraktor

Gambar 4. 14 Hasil dari Proses Pelaksanaan Lean Concrete Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

Setelah pelaksanaan pengecoran dilakukan dan hasilnya sesuai dengan rencana, maka selanjutnya setelah beton mengeras dilakukan pembersihan struktur beton kurus dari sisa-sisa material atau kotoran-kotoran yang terdapat pada struktur beton kurus. Hal ini berfungsi agar lapisan benar-benar bersih dari sisasisa material yang dapat mengganggu terhadap struktur yang berada diatas lapisan beton kurus dan untuk memperlancar pekerjaan selanjutnya.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

46

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.2.4 Lapisan Perkerasan Kaku Lapisan perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasan tersebut. Pada proyek Jalan Tol Soreang Pasir Koja menggunakan dua cara yaitu dengan cara masinal dan semi-masinal. Untuk yang semi-masinal digunakan pada Ramp-8 dan yang masinal digunakan pada Main Road. Berikut penjelasan dari pekerjaan lapisan perkerasan kaku semimasinal dan masinal. a.

Ramp-8 Ramp adalah jalan penghubung pada jalan tol merupakan jalan yang

menghubungkan jalan tol dengan jalan umum yang ada, sampai simpang pertama atau sering juga untuk lalu lintas keluar dan masuknya kendaraan dari atau ke jalan tol. Pada Ramp-8 ini menggunakan metoda pelaksanaan pekerjaan lapisan perkerasan kaku dengan cara semi-masinal. Berikut penjelasan dan tahapan – tahapan pekerjaan lapisan perkerasan kaku semi-masinal yang dilakukan di Ramp-8: 

Pemasangan Bekisting Pemasangan bekisitng ini berfungsi sebagai cetakan beton dan

menjadi penahan tekanan ketika pekerjaan pengecoran berlangsung. Untuk bekisting yang digunakan berbahan besi hollow. Untuk pemasangan bekisting dapat dilihat pada Gambar 4. 15.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

47

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4. 15 Bekisting untuk Pengecoran Perkerasan Kaku Sumber: Dokumen Pribadi, 2017\



Pemasangan Plastic Sheet Pemasangan plastic sheet adalah pekerjaan yang dilakukan untuk

menjaga menyatunya material beton yang digunakan dalam pengecoran perkerasan dengan lapisan lean concrete. Pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. 16.

Gambar 4. 16 Pemasangan Plastic Sheet Di atas Lapisan Lean Concrete Sumber: Dokumen Pribadi

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

48

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG



Mengelevasi Lapisan Lean Concrete Pekerjaan ini dilakukan untuk mengontrol ketinggian lapisan lean

concrete yang direncanakan 10 cm pada setiap titik dan permukaannya. Bahan campuran beton bisa jadi berkurang atau berlebih akibat tidak sesuainya elevasi dari lapisan lean concrete. 

Persiapan dan Pemasangan Dowel Pemasangan

dowel

dilakukan

secara

manual,

dengan

jarak

pemasangan adalah 5 m dan pada setiap interval 400 m telah dibuat block out yang terpasang dengan jarak 400 m. Untuk dowel sendiri mempunyai panjang 70 cm. Dowel dapat dilihat pada Gambar 4. 17.

Gambar 4. 17 Persiapan Dowel Sumber: Dokumen Pribadi



Penghamparan Material Beton Penghamparan material beton dilakukan dengan menggunakan truck

mixer yang membawa material dari batching plant menuju lokasi penghamparan. 

Melakukan Slump Test Slump test dilakukan setelah material semua dihamparkan. Pengujian

tersebut berfungsi untuk mengetahui nilai kelecakan dari beton sehingga dapat ditentukan apakah workability . Dimana nilai slump test adalah 5 cm.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

49

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG



Pemadatan, Pengelevasian, dan Pemasangan Tie Bar Untuk pemadatan dilakukan dengan cara manual yang menggunakan

alat vibrator. Setelah pemadatan dilakukan, maka selanjutnya dilakukan elevasi lapisan perkerasan kaku dengan menggunakan concrete paver dan dilakukan juga dengan memasangkan tie bar. 

Pekerjaan Grooving Pekerjaan grooving dilakukan untuk membuat kekasaran pada lapisan

perkerasan kaku, dimana untuk membuat kenyamanan pada pengendara karena lapisan yang dibuat tidak licin. Proses pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. 18.

Gambar 4. 18 Proses Pekerjaan Grooving Sumber: Dokumen Pribadi



Curing compound Untuk melindungi beton dari kehilangan air semennya akibat sinar

matahari, maka harus dilakukan perawatan terhadap lapisan perkerasan kaku dengan cara curing compound. Dimana dengan cara membasahi lapisan dengan cairan berbahan dasar synthetic rubber dicampur dengan bahan lainnnya. Selain itu juga dilakukan dengan memasangkan geotextile untuk menjaga kondisi air pada beton semen. Pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 4.19.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

50

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4. 19 Pekerjaan Curing Compound Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

Gambar 4. 20 Perkerasan Kaku yang Sudah Tertutupi oleh geotextile Sumber: Dokumen Pribadi, 2017



Melakukan Pekerjaan Cutting dan Joint Sealant Cutting dilakukan setelah beton mengeras selama 12 jam setelah

pengecoran. Pekerjaan tersebut berfungsi untuk mencegah keretakan yang menyebar luas pada lapisan perkerasan kaku. Joint sealant adalah campuran yang digunakan untuk mengisi kekosongan setelah cutting. Alat cutting dapat dilihat pada Gambar 4.21.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

51

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4. 21 Alat untuk Cutting Lapis Perkerasan Kaku Sumber: Dokumen Pribadi, 2017



Pembuatan Benda Uji Setelah beton mengeras selama 7 hari, kemudian dilakukan pengujian

kuat lentur terhadap benda uji yang telah dibuat. b.

Main Road Main Road adalah jalan utama yang terdapat pada jalan tol, dimana

lalu lintas kendaraan yang melewati jalan tol dalam aksesnya pasti akan melalu jalan utama tersebut. Jalan utama biasanya terdiri dari lebih dari 1 lajur, yang terdapat pada jalan tol. Pada Main Road untuk melakukan pengecoran menggunakan metoda yang masinal. Berikut penjelasan tahapan-tahapan pekerjaan perkerasan kaku masinal: 

Pemasangan Plastic Sheet Pemasangan plastic sheet adalah pekerjaan yang dilakukan untuk

menjaga menyatunya material beton yang digunakan dalam pengecoran perkerasan dengan lapisan lean concrete. Pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. 22.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

52

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4. 22 Pemasangan Plastic Sheet Di atas Lapisan Lean Concrete Sumber: Dokumen Pribadi



Mengelevasi Lapisan Lean Concrete Pekerjaan ini dilakukan untuk mengontrol ketinggian lapisan lean

concrete yang direncanakan 10 cm pada setiap titik dan permukaannya. Bahan campuran beton bisa jadi berkurang atau berlebih akibat tidak sesuainya elevasi dari lapisan lean concrete. Pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. 23.

Gambar 4. 23 Penembakan Titik Elevasi dengan Pesawat Waterpass Sumber: Dokumen Pribadi, 2017



Persiapan dan Pemasangan Dowel Pemasangan

dowel

dilakukan

secara

manual,

dengan

jarak

pemasangan adalah 5 m dan pada setiap interval 400 m telah dibuat block out yang terpasang dengan jarak 400 m. Untuk dowel sendiri mempunyai panjang 70 cm. Dowel dapat dilihat pada Gambar 4. 24.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

53

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4. 24 Pemasangan Dowel sebelum campuran beton semen diratakan dan dipadatkan Sumber: Dokumen Pribadi



Penghamparan Material Beton Penghamparan material beton dilakukan dengan menggunakan dump

truck yang membawa material dari batching plant menuju lapangan. Untuk penghamparan

material

dibantu

dengan

wheel

excavator

untuk

menyebarkan material ke badan jalan. Pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. 25 dan Gambar 4. 26.

Gambar 4. 25 Penurunan Material Campuran Beton dari Dump Truck Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

54

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4. 26 Penghamparan Material Campuran Beton dengan Dump Truck dan Wheel Excavator Sumber: Dokumen Pribadi, 2017



Melakukan Slump Test Slump test dilakukan setelah material semua dihamparkan. Pengujian

tersebut berfungsi untuk mengetahui nilai kelecakan dari beton. Dimana nilai slump test adalah 5 cm. Pengujian tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. 27.

Gambar 4. 27 Pengujian Slump test di Lapangan Sumber: Dokumen Pribadi, 2017



Melakukan Pemadatan, Elevasi, dan Pemasangan Tie Bar Untuk pemadatan, elevasi, dan pemasangan tie bar dilakukan secara

bersamaan dengan menggunakan concrete paver. Karena pada concrete paver terdapat vibrator, tie bar insecter yang digunakan untuk menyimpan tie bar itu sendiri. Pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. 28. sampai dengan Gambar 4. 31. D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

55

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4. 28 Pembentukan Elevasi Campuran Beton dengan Concrete Paver Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

Gambar 4. 29 Pemasangan Tie Bar dengan Tie Bar Inserter Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

Gambar 4. 30 Pemadatan Campuran Beton dengan Vibrator Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

Gambar 4. 31 Perataan Elevasi Lapisan Perkerasan Kaku Sumber: Dokumen Pribadi, 2017



Pekerjaan Grooving Pekerjaan grooving dilakukan untuk membuat kekasaran pada

lapisan perkerasan kaku, dimana untuk membuat kenyamanan pada pengendara karena lapisan yang dibuat tidak licin. Proses pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. 32.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

56

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4. 32 Proses Pekerjaan Grooving Sumber: Dokumen Pribadi



Curing Compound Untuk melindungi beton dari kehilangan air semennya akibat sinar

matahari, maka harus dilakukan perawatan terhadap lapisan perkerasan kaku dengan cara curing compound. Dimana dengan cara membasahi lapisan dengan cairan berbahan dasar synthetic rubber dicampur dengan bahan lainnnya. Selain itu juga dilakukan dengan memasangkan geotextile untuk menjaga kondisi air pada beton semen. Pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 4. 33.

Gambar 4. 33 Pekerjaan Curring Compound Sumber: Dokumen Pribadi, 2017 D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

57

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG



Melakukan Pekerjaan Cutting dan Joint Sealant Cutting dilakukan setelah beton mengeras selama 12 jam setelah

pengecoran. Pekerjaan tersebut berfungsi untuk mencegah keretakan yang menyebar luas pada lapisan perkerasan kaku. Joint sealant adalah campuran yang digunakan untuk mengisi kekosongan setelah cutting. Alat cutting dapat dilihat pada Gambar 4. 34.

Gambar 4. 34 Alat untuk Cutting Lapis Perkerasan Kaku Sumber: Dokumen Pribadi, 2017 

Pembuatan Benda Uji

Setelah beton mengeras selama 7 hari, kemudian dilakukan pengujian kuat lentur terhadap benda uji yang telah dibuat.

4.3

Evaluasi Kendali Mutu Perkerasan Kaku Kendali mutu yang dilaksanakan pada Proyek Jalan Tol Soreang Pasir Koja

ini dilaksanakan pada setiap lapisan struktur perkerasan kaku. Ini dimaksudkan untuk tercapainya hasil dari pelaksanaan perkerasan kaku yang sesuai dengan spesifikasi yang telah disetujui berbagai pihak. Jenis dan spesifikasi dari kendali mutu dapat dilihat pada Tabel 4. 1.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

58

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Tabel 4. 1 Kendali Mutu pada Setiap Lapis dan Spesifikasi

Lapis No. Perkerasan

Pengujian

Persyaratan Spesifikasi

1

Tanah Dasar

Kerucut Pasir

Kepadatan 95%

2

Pondasi Agregat

Kerucut Pasir

Kepadatan 100 %

Kuat Tekan Beton

Kuat tekan beton 28 hari 90% 5 dari nilai kuat tekan beton 105 kg/cm2

Lean Concrete

3

4

Perkerasan

Dasar Spesifikasi Spesifikasi Teknis Proyek Jalan Tol Soreang Pasir Koja BAB 4 tentang Pekerjaan Tanah, Pasal S4.05 Spesifikasi Teknis Proyek Jalan Tol Soreang Pasir Koja BAB 8 tentang Lapis Pondasi Agregat, Pasal S8.01 Spesifikasi Teknis Proyek Jalan Tol Soreang Pasir Koja BAB 9 tentang Perkerasan, Pasal S9.09

Slump Test

Nilai slump7 cm sampai dengan 9 cm

Spesifikasi Teknis Proyek Jalan Tol Soreang Pasir Koja BAB 10 tentang Struktur Beton, Pasal S10.01

Kuat Lentur Beton

Kuat lentur beton 28 hari 45 kg/cm2 dan kuat lentur beton 7 hari 80 % dari nilai kuat tekan beton 45 kg/cm2

Spesifikasi Teknis Proyek Jalan Tol Soreang Pasir Koja BAB 9 tentang Perkerasan, Pasal S9.08

Nilai slump minimal 5 cm

Spesifikasi Teknis Proyek Jalan Tol Soreang Pasir Koja BAB 10 tentang Struktur Beton

Slump Test

Evaluasi kendali mutu yang dibahas berdasarkan setiap lapisan yang ada di lapangan. Berikut merupakan hasil dari evaluasi kendali mutu perkerasan kaku pada Proyek Jalan Tol Ruas Soreang-Pasir Koja. Hasil kendali mutu di lapangan, disajikan berupa resume dan grafik dari form yang telah dibuat dari pihak kontraktor. Semua hasil kendali mutu dibandingkan dengan spesifikasi teknik yang telah disetujui oleh berbagai pihak pada proyek. Berikut merupakan hasil dari perbandingan di lapangan dengan spesifikasi teknis. D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

59

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.3.1 Lapisan Tanah Dasar Pengujian yang dilakukan pada tanah dasar yaitu, kerucut pasir. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui derajat kepadatan dari hasil pemadatan yang dilaksanakan guna menyiapkan tanah dasar untuk mendukung lapis perkerasan. Pengujian ini dilaksanakan menggunakan alat sebuah tabung berisi pasir Otawa dengan atasnya berupa kerucut, seperti yang dijelaskan pada BAB 2 pada Sub BAB 2.6 tentang Pengedalian Mutu. Di lapangan pengujian ini dilaksanakan pada setiap 25 meter. Pada Ramp-8 kerucut pasir dilaksanakan hanya pada satu sisinya saja, sedangkan pada Main Road dilaksanakan pada kedua sisinya. Kerucut pasir dilaksanakan dengan membuat lubang sedalam ± 10 cm. Kemudian tanah yang didapat dari penggalian tersebut dimasukan kedalam sebuah kantong plastik untuk dibawa ke laboratorium untuk diuji dalam segi index properties. Lubang dibuat disesuaikan dengan cetakan dan tempat untuk dilaksanakannya sandcone seperti yang. Kemudian tabung yang berisi pasir otawa tersebut dibalikan kedalam lubang untuk mengecek berat isi kering dari tanah di lapangan. Proses pelaksanaan kerucut pasir dapat dilihat pada Gambar 4. 35

Gambar 4. 35 Proses Pengujian Kerucut Pasir Sumber : Dokumen Kontraktor

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

60

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1.

Ramp-8 Berikut merupakan hasil dari pengujian kerucut pasir untuk tanah

dasar pada Ramp-8 di lapangan. Tabel 4. 2 Resume Derajat Kepadatan Tanah Ramp-8

Titik Test 0+100 0+125 0+150 0+175 0+200 0+225 0+250 0+275 0+300 0+325 0+350 0+375 0+400 0+425 0+450 0+475 0+625 0+650 0+675

Aktual (%) 28 27,5 27 28 28,5 28,5 29,5 28 30 30 29,5 30 29,5 28,5 29 28,5 30 30 30

Kadar Air Optimum (%) 30,3 30,3 30,3 30,3 30,3 30,3 30,3 30,3 30,3 30,3 30,3 30,3 30,3 30,3 30,3 30,3 30,3 30,3 30,3

Derajat Kepadatan Aktual Spesifikasi (%) (%) 99,9 95 100 95 100 95 99,9 95 100,53 95 100,65 95 100,48 95 100,81 95 99,92 95 99,58 95 99,98 95 99,89 95 99,84 95 99,82 95 99,78 95 99,67 95 100,12 95 100,55 95 100,44 95

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

61

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Kadar Air Subgrade Ramp-8 Kadar Air (%)

31 30 29 28

27 26

STA (Km) Kadar Air Optimum (%)

Kadar Air Lapangan

Gambar 4. 36 Grafik Kadar Air Tanah Dasar Ramp-8 Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

Derajat Kepadatan (%)

Derajat Kepadatan Subgrade Ramp-8 102 101 100 99 98 97 96 95 94

STA (Km) Kepadatan Minimum

Derajat Kepadatan Lapangan

Gambar 4. 37 Grafik Derajat Kepadatan Tanah Dasar Ramp-8 Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

Dari hasil evaluasi yang terlihat pada Gambar 4. 36 dan Gambar 4. 37, dapat disimpulkan bahwa walaupun dengan kadar air yang tidak memenuhi kadar air optimum, pemadatan tanah dilapangan telah memenuhi spesifikasi teknis, dengan persyaratan nilai derajat kepadatan minimum pada spesifikasi adalah 95 %. Kehilangan kadar air dilapangan terjadi akibat saat pengiriman material, terpal yang seharusnya menutupi seluruhnya tidak menutupi tanah

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

62

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

seluruhnya pada dump truck. Hal ini terjadi akibat lebar terpal yang tidak dapat menutup bucket dump truck seluruhnya maupun akibat terpal yang digunakan terdapat lubang-lubang. Pada saat penghamparannya pun dilapangan tidak dilakukan penyiraman kembali pada tanah yang sudah kehilangan kadar air. Hasil dari derajat kepadatan yang dapat memenuhi spesifikasi bisa terjadi akibat energi pemadatan yang diberikan saat pelaksanaan pemadatan di lapangan. Peran utama dalam hasil pemadatan yang berupa derajat kepadatan, sangat dipengaruhi oleh jumlah passing dari alat berat pemadatan di lapangan. 2.

Main Road Berikut merupakan hasil kendali mutu kerucut pasir untuk tanah dasar

yang dilaksanakan pada Main Road. Tabel 4. 3 Resume Derajat Kepadatan Tanah Sisi Kiri Main Road

Titik Test 1+100 1+125 1+150 1+175 1+200 1+225 1+250 1+275 1+300 1+325 1+350 1+375 1+400 1+425 1+450 1+475

Aktual (%) 15,5 14,5 15,5 14,5 14 14 15,5 15,5 15,5 15,5 14 14 15,5 15,5 15,5 15,5

Kadar Air Optimum (%) 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8

Derajat Kepadatan Aktual Spesifikasi (%) (%) 108,27 95 101,93 95 102,85 95 100,98 95 102,24 95 103,35 95 104,21 95 103,61 95 101,09 95 105,15 95 101,93 95 102,96 95 104,56 95 102,39 95 100,04 95 101,26 95

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

63

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1+500 1+525 1+550 1+575 1+600 1+625 1+650 1+675 1+700 1+725 1+750

14,5 14,5 15,5 15,5 15 15 14 14 14 14 15

14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8

100,97 102,83 103,81 100,93 102,42 100,84 103,97 101,61 100,97 101,73 102,21

95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95

Tabel 4. 4 Resume Derajat Kepadatan Tanah Sisi Kanan Main Road

Titik Test 1+100 1+125 1+150 1+175 1+200 1+225 1+250 1+275 1+300 1+325 1+350 1+375 1+400 1+425 1+450 1+475 1+500 1+525 1+550 1+575 1+600 1+625 1+650

Aktual (%) 14,5 14 14 14,5 14,5 15 15 14,5 14,5 14 14 15 14,5 15 14,5 15 15 15 15 15,5 14 15,5 14

Kadar Air Optimum (%) 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8

Derajat Kepadatan Aktual Spesifikasi (%) (%) 101,54 95 105,32 95 103,95 95 105,15 95 105,23 95 104,41 95 101,33 95 100,26 95 101,48 95 100,05 95 101,99 95 101,78 95 104,57 95 100,02 95 102,21 95 102,46 95 101,81 95 101,88 95 102,59 95 101,88 95 105,09 95 100,74 95 102,11 95

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

64

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1+675 1+700 1+725 1+750

14 14 14 14

14,8 14,8 14,8 14,8

103,97 100,54 101,72 100,17

95 95 95 95

1+625

1+650

1+675

1+700

1+725

1+750

1+650

1+675

1+700

1+725

1+750

1+600

1+625

1+575

1+550

1+525

1+500

1+475

1+450

1+425

1+400

1+375

1+350

1+325

1+300

1+275

1+250

1+225

1+200

1+175

1+150

1+125

16 15.5 15 14.5 14 13.5 13

1+100

Kadar Air (%)

Kadar Air Subgrade Main Road

STA (Km) Kiri

Kadar Air Optimum (%)

Kanan

Gambar 4. 38 Grafik Kadar Air Tanah Dasar Main road Sumber: Dokumen Pribadi, 2017

1+600

1+575

1+550

1+525

1+500

1+475

1+450

1+425

1+400

1+375

1+350

1+325

1+300

1+275

1+250

1+225

1+200

1+175

1+150

1+125

110 108 106 104 102 100 98 96 94

1+100

Derajat Kepadatan (%)

Derajat Kepadatan Subgrade Main Road

STA (Km) Kepadatan Minimum

Kiri

Kanan

Gambar 4. 39 Grafik Derajat Kepadatan Tanah Dasar Main Road Sumber : Dokumen Pribadi, 2017

Dari hasil evaluasi yang terlihat pada Gambar 4. 38 dan Gambar 4. 39 dapat disimpulkan bahwa, meskipun dengan kadar air yang tidak mencapai kadar air optimum, pemadatan tanah di lapangan telah memenuhi spesifikasi teknis dengan melebihi derajat kepadatan minimum yang telah ditentukan pada spesifikasi teknik dengan nilai derajat kepadatan minimum 95 %.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

65

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Hampir sama dengan permasalahan yang terjadi pada ramp-8, yaitu ketidaklayakannya penutup tanah berupa terpal pada saat pengiriman. Dari permasalahan ini menyebabkan tidak sedikit tanah yang menagalami kehilangan kadar air saat pengiriman. Namun di Main Road tanah yang akan dipadatkan, dilakukan peyiraman pada tanah, sehingga tanah tersebut dapat mendekati kadar air optimum yang seharusnya. Hasil dari derajat kepadatan yang dapat memenuhi spesifikasi bisa terjadi akibat energi pemadatan yang diberikan saat pelaksanaan pemadatan di lapangan. Peran utama dalam hasil pemadatan yang berupa derajat kepadatan, sangat dipengaruhi oleh jumlah passing dari alat berat pemadatan di lapangan. 4.3.2 Lapisan Pondasi Agregat Pada lapis pondasi agregat, kendali mutu yang dilaksanakan adalah kerucut pasir. Pada dasarnya setiap pelaksanaanya dilapangan sama dengan kerucut pasir yang dilaksanakan pada lapisan tanah dasar. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengendalikan mutu dari pelaksanaan pemadatan agregat di lapangan, supaya hasil pelaksanaanya nanti sesuai dengan perencanaan. Di lapangan pengujian ini dilaksanakan pada setiap 25 meter. Pada Ramp-8 kerucut pasir dilaksanakan hanya pada satu sisinya saja, sedangkan pada Main Road dilaksanakan pada kedua sisinya. Berikut merupakan hasil dari perbandingan kendali mutu kerucut pasir untuk tanah dasar di lapangan dengan spesifikasi teknis. 1.

Ramp-8 Berikut ini merupakan hasil dari kendali mutu kerucut pasir pada lapis

pondasi agregat Ramp-8.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

66

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Tabel 4. 5 Resume Derajat Kepadatan Pondasi Agregat Ramp-8

Titik Test 0+100 0+125 0+150 0+175 0+275 0+300 0+325 0+350 0+425 0+450 0+475 0+500 0+575 0+600 0+625 0+650

Aktual (%) 10 8 8 9 8 8 8 10 8 10 8 8 9 10 8,5 8

Kadar Air Optimum (%) 10,9 10,9 10,9 10,9 10 9,5 9,5 9,5 9,5 10,9 10,9 10,9 10,9 10 10 10

Derajat Kepadatan Aktual Spesifikasi (%) (%) 99,98 100 99,95 100 99,73 100 99,9 100 99,69 100 99,9 100 99,78 100 99,88 100 100,84 100 100,66 100 100,55 100 100,35 100 100,45 100 100,69 100 100,5 100 100,6 100

Kadar Air (%)

Kadar Air Base Course 12 11 10 9 8 7 6

STA (Km) Kadar Air Optimum (%)

Kadar Air Lapangan

Gambar 4. 40 Grafik Kadar Air Pondasi Agregat Ramp-8 Sumber : Dokumen Pribadi, 2017

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

67

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Derajat Kepadatan (%)

Derajat Kepadatan Base Course 101 100 99 98

STA (Km) Kepadatan Minimum

Derajat Kepadatan Lapangan

Gambar 4. 41 Grafik Derajat Kepadatan Pondasi Agregat Ramp-8 Sumber : Dokumen Pribadi, 2017

Dari hasil evaluasi yang terlihat pada Gambar 4. 40 dan Gambar 4. 41 dapat diambil kesimpulan bahwa pemadatan agregat di lapangan pada titik STA 0+100, 0+125, 0+150, 0+175, 0+275, 0+300, 0+325, 0+350 tidak memenuhi spesifikasi teknis dengan tidak melebihi derajat kepadatan yang ditentukan dengan nilai derajat kepadatan 100%. Dari permasalahan yang dilihat di lapangan yaitu, kuranganya jumlah passing saat melakukan pemadatan dan ketidaksesuaian kadar air dengan kadar air optimum bisa menjadi penyebab utama tidak sesuainya hasil derajat kepadatan dengan spesifikasi teknis. Pengaruh energi pemadatan saat pelaksanaan di lapangan menjadi peran utama dalam menentukan hasil pemadatan. Proses penyiraman saat pemadatan pula menentukan hasil pemadatan dan derajat kepadatan. 2.

Main Road Berikut ini merupakan hasil dari kendali mutu kerucut pasir pada lapis

pondasi agregat Main Road.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

68

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Tabel 4. 6 Resume Derajat Kepadatan Pondasi Agregat Sisi Kiri Main Road

Titik Test 1+100 1+125 1+150 1+175 1+200 1+225 1+250 1+275 1+300 1+325 1+350 1+375 1+400 1+425 1+450 1+475 1+500 1+525 1+550 1+575 1+600 1+625 1+650 1+675 1+700 1+725 1+750

Aktual (%) 10 10,5 11,5 9,5 9 10 11,5 11 10 10 15,5 9 12 12 11,5 11 N/A N/A N/A N/A 12 12 17 17 15,5 11 10

Kadar Air Optimum (%) 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2

Derajat Kepadatan Aktual Spesifikasi (%) (%) 104,06 100 103,61 100 105,83 100 108,55 100 107,78 100 108,58 100 102,57 100 102,58 100 105,58 100 105,16 100 108,14 100 107,54 100 108.33 100 109,64 100 108,23 100 109,88 100 106,43 100 106,49 100 107,68 100 106,88 100 106,08 100 105,38 100 107,11 100 108,85 100 108,58 100 108,88 100 107,79 100

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

69

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Tabel 4. 7 Resume Derajat Kepadatan Pondasi Agregat Sisi Kanan Main Road

Titik Test 1+100 1+125 1+150 1+175 1+200 1+225 1+250 1+275 1+300 1+325 1+350 1+375 1+400 1+425 1+450 1+475 1+500 1+525 1+550 1+575 1+600 1+625 1+650 1+675 1+700 1+725 1+750

Aktual (%) 10,5 10,5 11 11 11,5 12 10 10,5 11,5 11,5 11 10,5 10 11,5 10,5 12 11,5 10,5 10,5 10 12 11,5 12 10,5 11 12 11

Kadar Air Optimum (%) 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2

Derajat Kepadatan Aktual Optimum (%) (%) 103,1 100 104,74 100 104,76 100 102,54 100 102,79 100 102,37 100 103,63 100 102,12 100 106,1 100 104,14 100 105,91 100 106,67 100 105,94 100 104,33 100 102,82 100 104,96 100 102,11 100 103,51 100 102,75 100 102,8 100 103,21 100 104,53 100 102,2 100 104,78 100 108,36 100 105,64 100 106,26 100

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

70

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1+750

1+725

1+700

1+675

1+650

1+625

1+600

1+575

1+550

1+525

1+500

1+475

1+450

1+425

1+400

1+375

1+350

1+325

1+300

1+275

1+250

1+225

1+200

1+175

1+150

1+125

17 16 15 14 13 12 11 10 9 8

1+100

Kadar Air (%)

Kadar Air Base Course Main Road

STA (Km) Kadar Air Optimum (%)

Kiri

Kanan

Gambar 4. 42 Grafik Kadar Air Pondasi Agregat Main Road Sumber : Dokumen Pribadi, 2017

Derajat Kepadatan (%)

Derajat Kepadatan Base Course Main Road 110 109 108 107 106 105 104 103 102 101 100 99 1+100 1+150 1+200 1+250 1+300 1+350 1+400 1+450 1+500 1+550 1+600 1+650 1+700 1+750

STA (Km) Kepadatan Minimum

Kiri

Kanan

Gambar 4. 43 Grafik Derajat Kepadatan Pondasi Agregat Ramp-8 Sumber : Dokumen Pribadi, 2017

Dari hasil evaluasi yang terlihat pada Gambar 4. 42 dan Gambar 4. 43 dapat disimpulkan bahwa, walaupun dengan kadar air yang tidak memenuhi kadar air minimum, pemadatan agregat dilapangan telah memenuhi spesifikasi teknis dengan derajat kepadatan yang dapat melebihi derajat kepadatan minimum yang ditentukan pada spesifikasi dengan nilai 100%. Hasil dari derajat kepadatan yang seluruhnya memenuhi spesifikasi, dapat terjadi karena energi pemadatan yang didapatkan oleh tanah dasar telah cukup membuat tanah tersebut memiliki derajat kepadatan sesuai

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

71

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

dengan spesifikasi. Peran utama dari alat berat sangat berpengaruh terhadap hasil pemadatan di lapangan. 4.3.3 Lapisan Lean Concrete Kendali mutu yang dilakukan untuk beton kurus adalah kuat tekan beton dan slump test. Kuat tekan beton dilaksanakan untuk mengetahui kekuatan dari beton kurus untuk menahan beban tekan ketika beton kurus dioprasikan. Benda uji yang digunakan saat kendali mutu kuat tekan beton adalah silinder dengan ukuran 15 × 30 cm. Slump test dilaksanakan untuk mengetahui kelecakan campuran beton saat campuran beton saat sampai dilapangan. Kelecakan beton sangan menetukan workability campuran beton saat dilaksanakan di lapangan. Semakin sesuai kelecakan beton dengan spesifikasi, maka semakin mudah campuran beton tersebut dilaksanakan dilapangan. Proses slump test dan kuat tekan dilapangan dapat dilihat pada Gambar 4. 44 dan Gambar 4. 45.

Gambar 4. 44 Proses Kendaili Mutu Slump Test Sumber: Dokumen Kontraktor

Gambar 4. 45 Proses Kendali Mutu Kuat Tekan Beton Sumber: Dokumen Kontraktor

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

72

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

a.

Ramp-8 Tabel 4. 8 Resume Kuat Tekan Beton dan Nilai Slump Lapisan Lean Concrete Ramp-8

No.

Lokasi

0 + 125 s/d 0 + 170 0 + 170 s/d 0 + 215 0 + 215 s/d 0 + 248 0 + 248 s/d 0 + 304 0 + 304 s/d 0 + 357 0 + 357 s/d 0 + 373 0 + 373 s/d 0 + 423 0 + 423 s/d 0 + 498 0 + 498 s/d 0 + 500

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1.

Spesifikasi Rata - Rata Kuat Kuat Tekan Nilai Umur Tekan 28 Slump Beton Hari (Kg/cm2) (%) 2 (Kg/cm )

Spesifikasi Spesifikasi Slump Slump Atas Bawah (cm) (cm)

10

28

105

108,68

103,05

9

7

9

28

105

110,6

105,33

9

7

10

28

105

108,68

103,05

9

7

9,5

28

105

109,64

104,42

9

7

10

28

105

109,64

104,42

9

7

10

28

105

108,2

103,05

9

7

10

28

105

111,8

106,48

9

7

9,5

28

105

111,08

105,79

9

7

9,5

28

105

111,56

106,25

9

7

Slump Test

Slump (cm)

Nilai Slump Lean Concrete Ramp-8 11 10 9 8 7 6 0 + 125 s/d 0 + 170 s/d 0 + 215 s/d 0 + 248 s/d 0 + 304 s/d 0 + 357 s/d 0 + 373 s/d 0 + 423 s/d 0 + 498 s/d 0 + 170 0 + 215 0 + 248 0 + 304 0 + 357 0 + 373 0 + 423 0 + 498 0 + 500

STA (Km) Slump Lean Concrete

Batas Atas

Batas Bawah

Gambar 4. 46 Grafik Nilai Slump Lapisan Lean Concrete Ramp-8 Sumber: Dokumen Kontraktor D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

73

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Dari hasil evaluasi yang terlihat pada Gambar 4. 46, dapat disimpulkan bahwa, nilai slump yang didapatkan dari hasil pengujian yang dilakukan di lokasi pengecoran, tidak memenuhi spesifikasi 8 titik dari 9 titik pengujian. Kelas beton yang ditentukan untuk beton kurus adalah kelas E dengan persyaratan nilai slump 7 s/d 9 cm. Campuran beton yang tidak sesuai dengan perencanaan menjadi penyebab utama dari nilai slump yang sampai melebihi dari spesifikasi. Permasalahan yang terjadi bisa jadi akibat dari kelebihan Faktor Air Semen (FAS) saat melakukan pencampuran, sehingga campuran beton yang akan dikerjakan menjadi terlalu encer. Permasalahan terjadi pun bisa jadi akibat kadar air dari bahan yang ada mempengaruhi kelebihan FAS pada saat pencampuran beton. Cuaca pun bisa menjadi faktor dari nilai slump yang terlalu encer. 2.

Kuat Tekan Beton

Kuat Tekan (Kg/cm2)

Kuat Tekan Ramp-8 115 110 105 100 0 + 125 s/d 0 + 170 s/d 0 + 215 s/d 0 + 248 s/d 0 + 304 s/d 0 + 357 s/d 0 + 373 s/d 0 + 423 s/d 0 + 498 s/d 0 + 170 0 + 215 0 + 248 0 + 304 0 + 357 0 + 373 0 + 423 0 + 498 0 + 500

STA (Km) Kuat Tekan

Spesifikasi

Gambar 4. 47 Grafik Nilai Kuat Tekan Lapisan Lean Concrete Ramp-8 Sumber: Dokumen Kontraktor

Dari hasil evaluasi pada Gambar 4. 47, dapat di simpulkan bahwa beton yang digunakan untuk beton kurus di lapangan dari 9 titik pengujian, seluruh titik telah memenuhi spesifikasi, karena nilai dari kuat tekan beton telah melebihi kuat tekan beton minimum yang telah ditentukan pada spesifikasi yaitu yaitu 90 % dari nilai kuat lentur minimum 105 kg/cm2 pada umur beton 28 hari. D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

74

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Proporsi dari campuran beton yang dihasilkan dari Batchin Plan sudah cukup menghasilkan beton dengan kekuatan yang sudah memenuhi spesifikasi teknis. Nilai slump juga dapat berpengaruh terhadap kuat tekan beton yang dihasilkan. Dari Gambar 4. 46, kebanyakan nilai slump yang tidak memenuhi spesifikasi pun tidak terlalu jauh nilainya dari spesifikasi. b.

Main Road Tabel 4. 9 Resume Kuat Tekan Beton dan Nilai Slump Lapisan Lean Concrete Ramp-8

Titik Uji

1+090 s/d 1+172 1+172 s/d 1+238 1+238 s/d 1+315 1+315 s/d 1+355 1+355 s/d 1+430 1+430 s/d 1+490 1+490 s/d 1+530 1+530 s/d 1+650 1+650 s/d 1+780 1+780 s/d 1+840 1+840 s/d 1+910 1+910 s/d 1+920

Spesifika Spesifika Spesifika si Kuat si Nilai si Nilai Tekan 28 Slump Slump Hari Atas Bawah

Slum p

Umur Beton

Rata - Rata Kuat Tekan

(cm)

(Hari)

(Kg/cm^ 2)

(%)

(%)

(cm)

(cm)

10

28

114,45

109

90

9

7

9

28

110,36

105,1

90

9

7

10

28

109,64

90

9

7

8

28

111,37

90

9

7

9

28

110,79

90

9

7

10

28

110,79

90

9

7

10

28

110,6

90

9

7

9

28

109,64

90

9

7

9

28

109,64

90

9

7

9

28

108,68

90

9

7

9,5

28

110,6

90

9

7

10

28

111,37

90

9

7

104,4 2 106,0 7 105,5 1 105,5 1 105,3 3 104,4 2 104,4 2 103,5 105,3 3 106,0 7

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

75

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1.

Slump Test

Slump (cm)

Nilai Slump Lean Concrete Main Road 11 10 9 8 7 6 5 4 1+090 1+172 1+238 1+315 1+355 1+430 1+490 1+530 1+650 1+780 1+840 1+910 s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d 1+172 1+238 1+315 1+355 1+430 1+490 1+530 1+650 1+780 1+840 1+910 1+920

STA (Km) Nilai Slump

Batas Atas

Batas bawah

Gambar 4. 48 Grafik Nilai Slump Lapisan Lean Concrete Ramp-8 Sumber: Dokumen Kontraktor

Dari hasil evaluasi pada Gambar 4. 48, dapat disimpulkan bahwa, nilai slump yang didapatkan dari hasil pengujian material beton yang dilakukan di lokasi pengecoran, tidak memenuhi spesifikasi 6 titik dari 12 titik pengujain. Kelas beton yang ditentukan untuk beton kurus adalah kelas E dengan persyaratan nilai slump 7 s/d 9 cm. Campuran beton yang tidak sesuai dengan perencanaan menjadi penyebab utama dari nilai slump yang sampai melebihi dari spesifikasi. Permasalahan yang terjadi bisa jadi akibat dari kelebihan Faktor Air Semen (FAS) saat melakukan pencampuran, sehingga campuran beton yang akan dikerjakan menjadi terlalu encer. Permasalahan terjadi pun bisa jadi akibat kadar air dari bahan yang ada mempengaruhi kelebihan FAS pada saat pencampuran beton. Cuaca pun bisa menjadi faktor dari nilai slump yang terlalu encer.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

76

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2.

Kuat Tekan Beton

Kuat Tekan Beton (%)

Kuat Tekan Beton Lean Concrete Main Road 110 108 106 104 102 100 98 96 94 92 90 88 86 1+090 1+172 1+238 1+315 1+355 1+430 1+490 1+530 1+650 1+780 1+840 1+910 s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d 1+172 1+238 1+315 1+355 1+430 1+490 1+530 1+650 1+780 1+840 1+910 1+920

STA (Km) Kuat Tekan

Spesifikasi

Gambar 4. 49 Grafik Nilai Kuat Tekan Beton Lapisan Lean Concrete Ramp-8 Sumber: Dokumen Kontraktor

Dari hasil evaluasi Gambar 4. 49, dapat di simpulkan bahwa beton yang digunakan untuk beton kurus di lapangan dari 12 titik pengujian, seluruh titik telah memenuhi spesifikasi, karena nilai dari kuat tekan beton telah melebihi kuat tekan beton minimum yang telah ditentukan pada spesifikasi yaitu 90 % dari nilai kuat lentur minimum 105 kg/cm2 pada umur beton 28 hari. 4.3.4 Lapisan Perkerasan Kaku Kendali mutu yang dilaksanakan pada lapisan perkerasan kaku dilapangan adalah perkerasan kuat lentur beton dan slump test. Kuat lentur beton dilaksanakan guna mengetahui kekuatan lentur beton saat dioprasikan dilapangan. Benda uji kuat lentur beton berupa sebuah balok dengan ukuran 15 × 15 × 60 cm. Slump test dilaksanakan untuk mengetahui kelecakan campuran beton saat campuran beton saat sampai dilapangan. Kelecakan beton sangan menetukan workability campuran beton saat dilaksanakan di lapangan. Semakin sesuai kelecakan beton dengan spesifikasi, maka semakin mudah campuran beton tersebut dilaksanakan dilapangan. Proses slump test dan kuat lentur beton dilapangan dapat dilihat pada Gambar 4. 50.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

77

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4. 50 Pencetakan Beton Untuk Kendali Mutu Kuat Lentur Beton Sumber: Dokumen Kontraktor

a.

Ramp-8

Tabel 4. 10 Resume Kuat Lentur Beton dan Nilai Slump Lapisan Lean Concrete Ramp-8

Lokasi

0 + 20 s/d 0 + 075 0 + 20 s/d 0 + 100 0 + 91 s/d 0 + 125 0 + 100 s/d 0 + 180 0 + 126 s/d 0 + 290 0 + 180 s/d 0 + 215 0 + 290 s/d 0 + 350 0 + 350 s/d 0 + 400 0 + 400 s/d 0 + 496

Spesifikasi Kuat Lentur 28 hari (Kg/cm2)

Rata - Rata Kuat Lentur (Kg/cm2)

(%)

Spesifikasi Slump (cm)

Nilai Slump

Umur Beton

7,5

28

45

56,29

125,09

5

6

28

45

59,14

131,42

5

7

28

45

60,61

134,69

5

7

28

45

55,78

123,96

5

7,5

28

45

70,22

156,04

5

8

28

45

53,03

117,84

5

7

28

45

59,64

132,53

5

8

28

45

58,46

129,91

5

8

28

45

57,33

127,4

5

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

78

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

0 + 405 s/d 0 + 505 0 + 496 s/d 0 + 515 1.

8

28

45

59,04

131,2

5

8

28

45

59,04

131,2

5

Slump Test

Nilai Slump Rigid Pavement Ramp-8 Slump (cm)

9 8 7 6 5 4 0 + 91 s/d 0 + 100 s/d 0 + 126 s/d 0 + 180 s/d 0 + 290 s/d 0 + 350 s/d 0 + 400 s/d 0 + 405 s/d 0 + 496 s/d 0 + 125 0 + 180 0 + 290 0 + 215 0 + 350 0 + 400 0 + 496 0 + 505 0 + 515

STA (Km) Slump Rigid Pavement

Spesifikasi

Gambar 4. 51 Grafik Nilai Slump Lapisan Perkerasan Kaku Ramp-8 Sumber: Dokumen Kontraktor

Dari hasil evaluasi pada Gambar 4. 51, dapat disimpulkan bahwa, nilai slump yang didapatkan dari hasil pengujian material beton yang dilakukan di lokasi pengecoran, tidak memenuhi spesifikasi pada ke 9 titik pengujian. Dengan kelas beton yang ditentukan untuk beton kurus adalah kelas P dengan persyaratan nilai slump 5 cm. Jika dilihat pada grafik, campuran beton yang dikirim lalu ditest di lapangan terlalu encer pada saat pengujian slump. Kemungkinan permasalahan yang terjadi adalah jumlah campuran yang kurang proporsi pada air. Kendaraan untuk membawa material campuran beton bisa jadi tidak mengalami hambatan saat perjalanan menuju lokasi pengecoran, sehingga estimasi yang seharusnya campuran beton sudah memulai sedikit ikatan supaya pada saat pengocaran mempunya nilai slump yang cukup, termyata campuran tersebut belum mengalami pengikatan. Cuaca pun bisa menjadi faktor dari nilai slump yang terlalu encer.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

79

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2.

Kuat Lentur Beton

Kuat Lentur (Kg/cm2)

Kuat Lentur Ramp-8 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 + 91 s/d 0 + 100 s/d 0 + 126 s/d 0 + 180 s/d 0 + 290 s/d 0 + 350 s/d 0 + 400 s/d 0 + 405 s/d 0 + 496 s/d 0 + 125 0 + 180 0 + 290 0 + 215 0 + 350 0 + 400 0 + 496 0 + 505 0 + 515

STA (Km) Kuat Lentur

Spesifikasi

Gambar 4. 52 Grafik Nilai Kuat Lentur Lapisan Perkerasan Kaku Ramp-8 Sumber: Dokumen Kontraktor

Dari hasil evaluasi pada Gambar 4. 52, dapat di simpulkan bahwa beton yang digunakan untuk perkerasan kaku di lapangan dari 9 titik pengujian, seluruh titik telah memenuhi spesifikasi, karena nilai dari kuat tekan beton telah melebihi kuat tekan beton minimum yang telah ditentukan pada spesifikasi yaitu 80 % dari nilai kuat lentur minimum 45 kg/cm2 untuk umur beton 7 hari. b.

Main Road

Tabel 4. 11 Resume Kuat Lentur Beton dan Nilai Slump Lapisan Perkerasan Kaku Main Road

Titik Uji 1+125 s/d 1+375 1+120 s/d 1+265 1+375 s/d 1+625 1+410 s/d 1+574 1+600 s/d 1+680

(cm)

Umur Beton (Hari)

5

7

42,84

95,2

80

5

5

7

37,94

84,31

80

5

5

7

42,55

94,56

80

5

5

7

41,97

93,27

80

5

5

7

41,48

92,18

80

5

Slump

Rata - Rata Kuat Tekan (Kg/cm^2) (%)

Spesifikasi Kuat Lentur (%)

Spesifikasi Slump (%)

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

80

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1+740 s/d 1+760 1+680 s/d 1+790 1+790 s/d 1+805 1+920 s/d 1+924 1+915 s/d 1+933

1.

5

7

44,2

98,22

80

5

5

7

38,31

85,13

80

5

5

7

38,75

85,62

80

5

5

7

37,63

83,62

80

5

5

7

38,53

85,62

80

5

Slump Test

Slump (cm)

Nilai Slump Rigid Pavement Main Road 11 10 9 8 7 6 5 4 1+090 s/d 1+172 s/d 1+238 s/d 1+315 s/d 1+355 s/d 1+430 s/d 1+490 s/d 1+530 s/d 1+650 s/d 1+780 s/d 1+172 1+238 1+315 1+355 1+430 1+490 1+530 1+650 1+780 1+840

STA (Km) Nilai Slump

Spesifikasi

Gambar 4. 53 Grafik Nilai Slump Lapisan Perkerasan Kaku Main Road Sumber: Dokumen Kontraktor

Dari hasil evaluasi pada Gambar 4. 53, dapat disimpulkan bahwa, seluruh titik pengujian pada Main Road telah memenuhi spesifikasi. Dengan kelas beton yang ditentukan untuk beton kurus adalah kelas P dengan persyaratan nilai slump 5 cm.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

81

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2.

Kuat Lentur Beton

Kuat Lentur Beton (%)

Kuat Lentur Beton Rigid Pavement Main Road 100 98 96 94 92 90 88 86 84 82 80 78 1+125 s/d1+120 s/d1+375 s/d1+410 s/d1+600 s/d1+740 s/d1+680 s/d1+790 s/d1+920 s/d1+915 s/d 1+375 1+265 1+625 1+574 1+680 1+760 1+790 1+805 1+924 1+933

STA (Km) Kuat Lentur

Spesifikasi

Gambar 4. 54 Grafik Nilai Kuat Lentur Beton Lapisan Perkerasan Kaku Main Road Sumber: Dokumen Kontraktor

Dari hasil evaluasi Gambar 4. 54, dapat di simpulkan bahwa beton yang digunakan untuk perkerasan kaku di lapangan dari 12 titik pengujian, seluruh titik telah memenuhi spesifikasi, karena nilai dari kuat tekan beton telah melebihi kuat tekan beton minimum yang telah ditentukan pada spesifikasi yaitu 80 % dari nilai kuat lentur minimum 45 kg/cm2 untuk umur beton 7 hari.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

82

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil evaluasi metoda pelaksanaan lapisan perkerasan kaku dan evaluasi kendali mutu pekerjaan perkerasan kaku pada proyek Jalan Tol Ruas Soreang-Pasir Koja, maka didapatkan hasil yang dapat disimpulkan dan diberikan saran sebagai berikut: 5.1

Kesimpulan

1.

Pada dasarnya metoda pelaksanaan yang dilakukan di lapangan terdapat hal yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang ada, hal itu dapat dibuktikan dengan terdapatnya hasil kendali mutu yang tidak sesuai baik yang dilaksanakan di lapangan maupun di laboratorium.

2.

Dari hasil evaluasi, permasalahan yang paling banyak terjadi adalah pada pengujian nilai slump. Dimana hanya pada Main Road lapisan perkerasan kaku yang memiliki nilai sesuai dengan spesifikasi teknis pada setiap titiknya.

3.

Lapisan pondasi agregat pada Ramp-8 merupakan lapisan yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi teknis dimana terdapat titik yang memiliki nilai derajat kepadatan di bawah 100%.

4.

Terdapat data yang tidak ditampilkan pada form pengujian, sehingga menyulitkan untuk melakukan evaluasi.

5.2

Saran

a.

Pada saat melakukan pengujian slump test di lapangan dan terdapat hasil pengujian yang tidak memenuhi spesifikasi yang telah dibuat, sebaiknya dilakukan kontrol terhadap pembuatan material beton di batching plant dari perbandingan antara material yang digunakan seperti semen, pasir, dan air. Hal tersebut dilakukan agar nilai kelecakan beton sesuai dengan spesifikasi

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

83

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

yang dibuat, sehingga campuran beton dapat mempermudah pekerjaan yang akan dilakukan di lapangan. b.

Kadar air dari material yang seharusnya dilaksanakan di lapangan adalah material yang sudah memenuhi kadar air optimum. Sebagai kontraktor lebih baik memberikan perbaikan bagi material yang kehilangan kadar air saat pengiriman material dilakukan, seperti halnya penyiraman saat akan dilaksanakannya pemadatan tanah ataupun agregat.

c.

Kendali mutu yang dilakukan di proyek ini sangatlah kurang akibatnya terdapat pengujian yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah dibuat oleh pihak kontraktor. Hal ini diperlukan penegasan terhadap bagian yang mengontrol kualitas material agar lebih disiplin dalam bekerja, dan menjalankan pekerjaan sesuai dengan tugasnya dengan baik.

d.

Dalam hal penerimaan material hendaknya pihak kontraktor lebih tegas dalam melakukan penyaringan saat material datang ke lapangan karena sangat mempengaruhi kualitas dari hasil yang telah dilaksanakan.

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

84

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

DAFTAR PUSTAKA Aly, M.A. 2004. Teknologi Perkerasan Beton Semen. Jakarta. Yayasan Pengembangan Teknologi dan Manajemen. Departemen Pemukiman dan Prasaran Wilayah. 2004. Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Semen. Pedoman Konstruksi Bangunan. Pd T-05-2004-B. Departemen Pemukiman dan Prasaran Wilayah. 2003. Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen. Pedoman Konstruksi Bangunan. Pd T-14-2003. http://azanurfauzi.blogspot.com/2010/06/rigid-pavement.html

(diakses

pada

tanggal 24 Mei 2017, pukul 21.06) Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga. 2013. Manual Desain Perkerasan Jalan. Nomor 02/M/BM/2013. Sukirman, Silvia. 1999. Pekerasan Lentur Jalan Raya. Bandung. Nova. Suprapto. 2004. Bahan dan Struktur Jalan Raya. Edisi II. Yogyakarta. Biro Penerbit KMTS FT UGM. Suryawan, Ary. 2009. Perkerasan Jalan Beton Semen Portland (Rigid Pavement). Yogyakarta. Beta Offset. Standar Nasional Indonesia. 1990. Metoda Pengujian Kuat Lentur Beton Dengan Dua Titik Pembebanan. Indonesia. Badan Standar Nasional. SNI 034431-1997. Standar Nasional Indonesia. 1990. Metoda Pengujian Kuat Tekan Beton. Indonesia. Badan Standar Nasional. SNI 03-1972-1990 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan

D3-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL - LAPORAN TUGAS AKHIR

85

Related Documents


More Documents from "Ryan Agustian Rahmatulloh"