Pembahasan Gel

  • Uploaded by: yuuahra
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pembahasan Gel as PDF for free.

More details

  • Words: 1,235
  • Pages: 4
Loading documents preview...
PEMBAHASAN GEL Gel adalah sediaan dengan sistem semi solid yang mengandung sejumlah kecil atau besar molekul obat yang terdispersi pada suatu cairan kental seperti jelly dengan penambahan gelling agent (Ansel, 2011). Menurut Khushbu P.Shah et.al. (2014), gelling agent adalah substansi hidrokoloidal yang memberikan konsistensi tiksotropik pada gel yang juga diketahui berfungsi sebagai pengental dan penstabil sekaligus sebagai eksipien. Sebagaimana eksipien yang lain, zat sebagai gelling agent harus memiliki kriteria tertentu diantaranya tidak bereaksi dengan bahan obat, bersifat non toxik, stabil dan tidak berubah dengan penambahan bahan obat. Gelling agent ada yang berasal dari alami seperti tragakan dan ada pula sintetik seperti carbopol, HPMC, Na-CMC dan lain sebagainya. Gelling agent alami relatif aman dibandingkan dengan gelling agent sintetik karena berifat biodegradable, biokompatibel, nontoksik, dan hampir tidak ada efek samping. Pemilihan gelling agent dapat dipertimbangkan beberapa faktor diantaranya kecocokan dengan bahan padat (tidak saling bereaksi atau pun mendegradasi), ketersediaan bahan, efisiensi pemakaian, penampilan dan viskositas sediaan yang diinginkan. Mengingat viskositas sediaan gel tergantung pada komposisi polimer yang digunakan sebagai gelling agentnya. Pada praktikum kali ini dibuat gel dengan memvariasikan formulasi sediaan gel menthol yaitu F1, F2, F3, F4, F5, dan F6 dengan perbedaan tiap formula yang terletak pada jenis dan jumlah gelling agent yang digunakan. Pada f1 menggunakan carbopol sebanyak 2%, F2 menggunakan HPMC 5%, F3 menggunakan CMC-Na 2,5%, F4 menggunakan Na-alginat 5% F5 menggunakan Tragakan 5%, dan F6 menggunakan Metil Selulosa 2,5%. Dengan penambahan Trietanolamin (TEA) khusus untuk Formula 1. Gelling agent yang umumnya dipakai yaitu hidroksi propil metil selulosa (HPMC) dan karbomer (Sudjono et al., 2012). Formula 1 menggunakan karbomer/carbopol sebagai gelling agent yang merupakan polimer akrilik, viskositas yang dihasilkan karbomer tergantung pada pH, gel yang terbentuk adalah gel transparan (Christine dan Nyi Mekar). Karbopol berbentuk serbuk hablur putih, sedikit berbau khas (Rowe et al., 2009). Sediaan yang dihasilkan berwarna bening, berbau menthol, kental, homogen dan pH 7. Pada pH 3, karbomer akan berbentuk larutan, dan pada pH 6-8 viskositas akan meningkat dan membentuk gel (Quinones et al., 2008). Karbomer tidak mengiritasi pada pemakaian berulang serta cocok untuk sediaan gel yang didalamnya terdapat air dan alkohol (Shu, 2013). Karbomer saat disebar dalam air akan mengembang, membentuk polimer untuk membentuk dispersi koloid yang bertindak sebagai elektrolit anionik (Buchan et al., 2010).

Pada formula 2 menggunakan HPMC sebagai gelling agent. HPMC merupakan golongan selulosa-eter larut air yang menciptakan kekentalan tertentu untuk mengontrol pelepasan bahan aktif. HPMC stabil pada pH 3 hingga 11, gel yang dihasilkan jernih, bersifat netral, serta vikositasnya yang stabil meski disimpan pada jangka waktu yang lama (Christine dan Nyi Mekar). HPMC juga tidak mengiritasi kulit dan tidak dimetabolisme oleh tubuh (Joshi, 2011). HPMC akan melarut dalam air dengan suhu dibawah 40°C atau etanol 70%, tidak larut dalam air panas namun mengembang menjadi gel (Huichao et al., 2014). Meningkatnya jumlah HPMC yang digunakan maka akan semakin banyak cairan yang tertahan dan diikat oleh HPMC, berarti viskositas meningkat (Arikumalasari et al., 2013). Pada Formula 3 menggunakan Na CMC sebagai gelling agent. Na-CMC merupakan polimer yang dapat digunakan secara luas sebagai pengental, pengikat, stabilizing agent, emulsifying agent, dan gelling agent (Veeran, 2011). Sediaan yang dihasilkan berwarna bening, berbau menthol, kental, homogen dan pH 7. Berbentuk kental dan tidak begitu cair dikarenakan fungsi Na CMC juga untuk meningkatkan viskositas (Rowe,2009). Semakin banyak penggunaan Na CMC, maka viskositas gel akan meningkat dan semakin banyak penggunaan propilen glikol, maka viskositas gel akan menurun. Efek interaksi Na CMCpropilen glikol juga akan menurunkan viskositas gel Viskositas gel dipengaruhi oleh konsentrasi dari gelling agent. Peningkatan jumlah gelling agent dapat memperkuat matriks gel sehingga menyebabkan kenaikan viskositas (Zats and Kushla, 1996). Oleh karena itu dalam formula ini Na CMC dominan dalam menentukan respon viskositas gel. Sediaan gel pada F3 menghasilkan pH 7 dimana dalam literatur, pH Na CMC stabil antara 6,5 hingga 8,5 (FI V,2014).Hal ini menandakan bahwa sediaan F3 menggunakan gelling agent Na CMC stabil. Pada Formula 4 menggunakan Na Alginat sebagai gelling agent, Na-alginat (C6H7NaO6)n berasal dari alga coklat. Menurut Food and drug Association (FDA), Na-alginat dapat digunakan sebagai stabilizer, thickener, gelling agent, dan emulsifier. Natiurm alginat tersedia dalam bentuk bubuk tidak berbau dan tidak berasa, dan berwarna kuning pucat sampai kecoklatan. sediaan yang dihasilkan berwarna coklat, berbau menthol,kental, homogen dan pH 5. Na Alginat memiliki viskositas maksimum pada pH 7 dan Ph 4-10 menurun sekitar 10%. Viskositas dapat meningkat dengan penambahan 0,3% Ca sitrat, sebelumnya dicampur dengan sedikit air. Penambahan alcohol 10% atau gliserin 20% dapat menstabilkan viskositasnya. Berdasarkan kan literature gel yang baik yaitu yang tidak terlalu kental dan juga terlalu cair sehingga mudah diaplikasikan pada kulit. pH gel harus mendekati

ph kulit yaitu 5-6,5 . jika gel memiliki pH yang terlalu rendah atau asam akan dikhawatirkan mengiritasi kulit sedangkan jika terlalu basa bisa membuat kulit menjadi kering. Pada formula 5 menggunakan gelling agent Tragakan. Tragakan merupakan eksudat gom dari tanaman Gummifer labil. Penampilan tragakan agak kekuningan. sediaan yang dihasilkan berwarna putih kekuningan, berbau menthol,kental, homogen dan pH 4 Meskipun tragakan tidak larut dalam air namun daat mengembang 10 kali beratnya dalam air dingin atau pun air panas. Tragakan terdiri dari campuran tragacanthin (bagian larut air) dan Bassorin (polisakarida tidak larut air) dan tragakan menghasilkan gel pada konsentrasi 2-5% dalam keadaan asam (Khushbhu et.al., 2014). Pada formula 6 menggunakan gelling agent metil selulosametil selulose merupakan semisintesis polisakarida yang mudah larut dalam air dingin dibandingkan dengan air panas. sediaan yang dihasilkan berwarna bening, berbau menthol,kental, homogen dan pH 7. Pada konsentrasi 5% membentuk gel. Penambahan etanol tidak menurunkan viskositasnya.

DAFPUS Kaddaji, Veeran Godwa dan Guru V. Betageri. 2011. Water Soluble Polymer for Pharmaceutical Application. Jurnal MDPI. Department of Pharmaceutical Sciences, Western University of Health Sciences : Pomona. Diakses dari www.mdpi.com/journal/polymer Arikumalasari, J., I GNA, D., & NPAD, W. (2013). Optimasi Hpmc Sebagai Gelling agent Dalam Formula Gel Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal Farmasi Udayana, 2(3). Huichao, W., Shouying, D., Yang, L., Ying, L., & Di, W. (2014). The application of biomedical polymer material hydroxy propyl methyl cellulose (HPMC) in pharmaceutical preparations. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 6(5), 155-160. Joshi, S. C. (2011). Sol-Gel behavior of hydroxypropyl methylcellulose (hpmc) in ionic media including drug release. Materials, 4(10), 1861-1905. Sudjono, T. A., Honniasih, M., & Pratimasari, Y. R. (2012). Pengaruh Konsentrasi Gelling agent Karbomer 934 dan HPMC Pada Formulasi Gel Lendir Bekicot (Achatina Fulica) Terhadap Kecepatan Penyembuhan Luka Bakar Pada Punggung Kelinci. Pharmacon Pharmaceutical Journal of Indonesia, 13(1), 6-11.

Dewi, Christine Citra dan Nyi Mekar Saptarini. HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA DAN KARBOMER SERTA SIFAT FISIKOKIMIANYA SEBAGAI GELLING AGENT. Jurnal FARMAKA Volume 4 No. 3. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran : Bandung. Quinones, D., & Ghaly, E. S. (2008). Formulation and characterization of nystatin gel. Puerto Rico health sciences journal, 27(1).

Buchan, B., Kay, G., Heneghan, A., Matthews, K. H., & Cairns, D. (2010). Gel formulations for treatment of the ophthalmic complications in cystinosis. International journal of pharmaceutics, 392(1), 192-197. Shu, M. (2013). Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer Dengan Bahan Aktif Triklosan 0, 5% dan 1%. CALYPTRA: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(1). Khushbhu et.al., 2014, Natural Gelling Agent, International Journal of general Pharmacy and Biosciences, Trust’ Institute of Pharmacy : India FAO Corporate Document of Repository. Sodium Alginate. Diakses dari http://www.fao.org/docrep/w6355e/w6355e0x.htm Ussolehah, N. 2012. Gel Aloe vera untuk Terapi Luka Bakar. Diakses dari eprints.ums.ac.id/

Rini Dwiastuti. Pengaruh Penambahan CMC(Carboxymethyl Cellulose) Sebagai Gelling Agent Dan Propilen Glikol Sebagai Humektan Dalam Sediaan Gel Suncreeb Gel Suncreen Ekstrak Kering Polifenol The Hijau (Camellia Sinensis L). Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010

Related Documents

Pembahasan Gel
January 2021 1
Gel Antibacterial
March 2021 0
Perbedaan Pasta Salep Gel
February 2021 1
Pembahasan Jagung
February 2021 1
Pembahasan Centrifuge
February 2021 1

More Documents from "putri wahyuni"

Pembahasan Gel
January 2021 1