Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Fasciitis Plantaris

  • Uploaded by: Nira Arera
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Fasciitis Plantaris as PDF for free.

More details

  • Words: 4,467
  • Pages: 28
Loading documents preview...
MAKALAH STASE MUSKULOSKELETAL PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI TERHADAP PLANTAR FASCIITIS DI RSIJ PONDOK KOPI

Disusun oleh : Nama : Nira Arera NIM

: 1810306103

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2019

i

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah yang berjudul “Makalah stase musculoskeletal penatalaksanaan fisioterapi pada plantaris fasciitis di RSIJ Pondok Kopi” ini ditulis guna melengkapi tugas pada Program Studi Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan kemampuan dan pengetahuan sehingga makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada : 1.

Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu

2.

Bapak Andry Ariyanto, SST.Ft., M. Or selaku dosen pembimbing stase muskuloskeletal Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

3.

Bapak Parmono Dwi Putro, S. Ft., MM dan Bapak Binartha Arsie, SST.Ft selaku clinical educator di RSIJ Pondok Kopi

4.

Bapak/Ibu staff fisioterapi di RSIJ Pondok Kopi yang telah membimbing dan mendukung serta berbagi ilmu dan pengalaman

5.

Orangtua yang telah memberi doa dan dukungan penuh dan teman-teman sejawat Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah

presentasi ini, namun penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan masih jauh dari kesempurnaan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya pada penyusun.

Yogyakarta,29 Juni 2019

Penulis

ii

LEMBAR PENGESAHAN MAKALAH STASE MUSKULOSKELETAL PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI TERHADAP PLANTAR FASCIITIS DI RSIJ PONDOK KOPI

Disusun oleh :

Nira Arera

1810306103

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Fisioterapi pada Stase Muskuloskeletal Program Studi S1 Fisioterapi Profesi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Oleh :

Pembimbing

: Parmono Dwi Putro, S. Ft., MM

Hari/Tanggal

: Senin, 01 Juli 2019

Tanda Tangan

:

iii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................. i KATA PENGANTAR .......................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iii DAFTAR ISI ......................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3 C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 3 D. Manfaat penulisan ........................................................................ 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi .......................................................................................... 4 B. Etiologi .......................................................................................... 5 C. Patofisiologi .................................................................................. 7 D. Tanda dan Gejala........................................................................... 9 E. Faktor Resiko ................................................................................ 10 F. Anatomi ......................................................................................... 11 G. Intervensi Fisioterapi ..................................................................... 15 BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI A. Status Klinis .................................................................................. 17 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 23 B. Saran ............................................................................................. 23 DAFTAR PUSTAKA

iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaki merupakan bagian dari tubuh yang penting untuk melakukan aktivitas sehari-hari contohnya berjalan, berlari, melompat. Bahkan bila salah satu kaki mengalami gangguan, tubuh kita bisa bisa kehilangan keseimbangan. Tumit dan telapak kaki berfungsi sebagai penerima tekanan saat berjalan maupun berlari dan dapat menyesuaikan diri dalam bermacam-macam posisi. Karena tumit dan telapak kaki merupakan tempat pusatnya tekanan, maka tumit dan telapak kaki sering mengalami gangguan gerak dan fungsi yang bermacam-macam. Salah satunya yang sering dijumpai adalah

plantar

fasciitis. Plantar fasciitis adalah rasa sakit yang disebabkan oleh iritasi degeneratif pada penyisipan plantar fasciitis pada proses medial tuberositas calceneus, rasa sakit di substansial, mengakibatkan perubahan kegiatan seharihari. Berbagai istilah telah digunakan untuk menggambarkan plantar fasciitis, termasuk tumit pelari, tumit petenis, dan tumit polisis. Meskipun keliru, kondisi ini kadang-kadang disebut sebagai tumit taji oleh masyarakat umum (Young, 2014). Kondisi plantar fasciitis dapat menyebabkan gangguan yang serius terlebih untuk wanita yang memiliki mobilitas tinggi, maka diperlukan penanganan yang tepat pada kasus plantar fasciitis, karena jika dibiarkan akan terjadi gangguan musculoskeletal lebih lanjut seperti mengubah cara jalan (Aden et al , 2015)

1

2

Tahririan (2012) menyebutkan bahwa faktor yang terkait dengan plantar fasciitis adalah obesitas sampai dengan 70% dari pasien plantar fasciitis. Hubungan yang kuat antara peningkatan indeks massa tubuh (BMI) dan plantar fasciitis pada populasi non-atletik. Obesitas adalah faktor utama pada pasien dengan kasus plantar fasciitis. obesitas akan meningkat akibat beban paling besar yang diterima oleh kaki dan pergelangan kaki dapat mempengaruhi terjadinya suatu tekanan yang kuat pada plantar fasciitis. Meningkatnya pembebanan pada kaki juga di ikuti meningkatnya

pembebanan

pada

arcus

longitudinal

sehingga

dengan akan

mempengaruhi plantar fasciitis mengalami cedara atau inflamasi. Angka kejadian plantar fasciitis secara global di Amerika menunjukkan 10% dari populasinya mengalami nyeri pada tumitnya yang disebabkan oleh plantar facitis dan hanya 11%-15% yang melakukan pemeriksaan ketika mereka menderita sakit plantar fasciitis . Selain itu juga, plantar fasciitis sering terjadi pada usia 40-70 tahun, tapi kebanyakan yang terkena plantar fasciitis berjenis kelamin perempuan. Sebanyak 40% terjadi pada pekerja yang bekerja dengan berdiri lebih dari 6 jam, 70% terjadi pada orang yang mengalami kegemukan atau obesitas dan lebih dari 30% pada orang berusia diatas 50 tahun. Telah dilaporkan bahwa sekitar 1 dari 10 orang akan mengembangkan kronis nyeri tumit. Gejala ini dapat menyebabkan keterbatasan fungsional yang ringan dan berkepanjangan (Cleland e t al, 2009). Pada kasus Plantar Fascitis kemungkinan akan terjadi gangguan muskuloskeletal dalam aktifitas penumpuan tumit. Untuk mengurangi derajat gangguan musculoskeletal yang berdampak munculnya rasa nyeri maka perlu

3

penanganan fisioterapi dengan kombinasi intervensi stretching exercise dan US. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari plantar fasciitis? 2. Apa etiologi dari plantar fasciitis? 3. Bagaimana patofisiologi dari plantar fasciitis? 4. Apa tanda dan gejala dari plantar fasciitis? 5. Apa faktor resiko dari plantar fasciitis? 6. Bagaimana anatomi dari plantar fasciitis? 7. Bagaimana intervensi fisioterapi pada kasus plantar fasciitis? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui definisi dari plantar fasciitis? 2. Untuk mengetahui etilogi dari plantar fasciitis? 3. Untuk mengetahui patofisiologi dari plantar fasciitis? 4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari plantar fasciitis? 5. Untuk mengetahui faktor resiko dari plantar fasciitis? 6. Untuk mengetahui anatomi dari plantar fasciitis? 7. Untuk mengetahui intervensi fisioterapi pada kasus plantar fasciitis? D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Memberikan tambahan dan memperkarya khasanah keilmuan serta referensi tentang peran fisioterapi terhadap kasus plantar fasciitis. 2. Bagi Profesi Fisioterapi Memberikan informasi, pedoman dan alternatif peran fisiterapi terhadap kasus plantar fasciitis.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Plantar fasciitis adalah cedera berlebihan menyebabkan peradangan pada asal plantar fasia dan sekitarnya struktur perifascial, seperti periosteum kalkanealis, yang mempengaruhi sekitar 10% dari manusia setidaknya dalam satu saat dalam hidup (Roxas, 2005). Plantar fasciitis adalah suatu kondisi terjadinya peradangan yang terjadi akibat overstretch pada fascia plantaris (Lawson, 2007). Plantar fasciitis adalah proses inflamasi atau peradangan pada fascia plantaris, yang merupakan jaringan ikat fibrosa disepanjang permukaan bawah telapak kaki yang menghubungan tulang tumit (calcaneus) dengan tulang jari-jari kaki. Penyebab paling sering terjadi pada cedera ini adalah akibat overuse yang menyebabkan terjadinya peradangan pada fascia plantaris (Kurniawan, 2013). Plantar fasciitis adalah cedera berlebihan yang pada umumnya terjadi sebagai akibat dari kekuatan traksi berulang pada plantar fascia selama kalkaneus distal (Thing et.al., 2012).

Gambar 2.1 facitis plantaris

4

5

B. Etiologi Plantar fasciitis merupakan peradangan pada fasia plantaris terutama pada perlekatan fascia plantaris yang letaknya di medial dari tuberositas calcaneus. Wibowo (2011) menyatakan bahwa kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1. Proses degenerasi Proses degenerasi ditandai dengan jaringan lemak yang tebal menjadi menipis. Adanya proses degenerasi menyebabkan perubahan serabut-serabut di dalam struktur fascia. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan crosslinkage dari serabut kolagen sehingga struktur kolagen menjadi lebih kaku dan akan mengganggu gerakan molekular dari nutrisi dan sisa metabolisme pada level seluler. Hal ini mengakibatkan berkurangnya daya regang dari struktur fascia sihingga fascia mudah mengalami cedera. 2. Kekakuan otot gastrocnemius dan soleus Kekakuan pada otot gastrocnemius dan soleus membatasi gerakan fleksi pada ankle dan menimbulkan pronasi subtalar yang berlebihan. Akibatnya adalah terjadi penekanan pada fascia plantaris. 3. Kelemahan otot-otot intrinsik kaki Kelemahan dari otot-otot intrinsik kaki dan yang utama yaitu otot tibialis posterior pada tumit dan penambahan berat badan atau aktivitas yang berat. Hal tersebut akan mengakibatkan tarikan pada ligament fascia, sehingga terjadi kerobekan dan timbul iritasi pada ligament plantar fascia.

6

4. Kurangnya fleksibilitas fascia Kurangnya fleksibilitas fascia menyebabkan daya regang fascia menurun dan akibatnya fascia mudah mengalami cedera. 5. Aktifitas pembebanan yang berat dan berlebihan Aktifitas seperti berdiri atau berjalan yang lebih lama biasanya akan menimbulkan overstretch pada struktur fascia. 6. Adanya deformitas dari struktur kaki Deformitas seperti pes cavus atau pes planus menimbulkan perubahan alignment dari kalkaneus sehingga mempengaruhi arkus plantaris dalam aktifitasnya menumpu berat badan saat derdiri atau berjalan. 7. Penggunaan alas kaki yang keras Penggunaan alas kaki yang keras menimbulkan penekanan pada fascia. 8. Berat badan yang berlebihan Berat badan yang berlebihan akan memberikan beban yang besar pada kaki terutama daerah tumit yang menerima persentase tekanan yang besar sehingga origo struktur fascia mengalami penekanan. 9. Rheumatoid arthritis atau gouty arthritis. Pada plantar fasciitis kronik kadang nyeri dirasakan pada seluruh permukaan plantar dari kaki. Bahkan kadang disertai dengan adanya nyeri pada tendon achilles dan calf muscle.

7

C. Patofisiologi Menurut Siburian, 2008 mekanisme nyeri plantar fasciitis diawali dengan adanya lesi pada soft tissue disisi tempat perlengketan plantar aponeurosis yang letaknya dibawah dari tuberositas calcaneus atau pada fascia plantar bagian medial calcaneus akibat dari penekanan dan penguluran yang berlebihan. Hal tersebut menimbulkan nyeri pada fascia plantarnya dan terjadilah plantar fasciitis. Mekanisme

terjadinya

plantar

fasciitis

adalah

adanya

pembebanan yang berlebihan menyebabkan fascia plantaris yang mengalami degenerasi terjadi penarikan secara berulang-ulang sehingga menyebabkan micro injury. Adanya gaya regangan yang konstan dan berulang menyebabkan fascia yang merupakan lapisan luar arcus plantaris mengalami penekanan pada origonya atau kerobekan pada tempat perlekatannya. Kerobekan tersebut menyebabkan tipe saraf A delta yang bermielin tipis menjadi aktif sehingga timbul rasa nyeri, kemudian impuls tersebut merangsang pelepasan “P” substance ke struktur fascia sehingga memacu reaksi radang di lokasi tersebut. Adanya peradangan tersebut akan mempengaruhi beberapa jaringan spesifik yang terlibat. Pada otot-otot akan terjadi spasme sebagai kompensasi dari nyeri yang terjadi. Selain itu kelemahan pada otot tertentu juga akan menyababkan terjadinya instabilitas sehingga terjadi strain. Fascia plantaris yang mengalami inflamasi pada proses penyembuhan akan mengalami fase proliferasi. Pada fase ini bila terjadi aktifitas fibroblast yang berlebihan dan tidak terkontrol maka akan terjadi abnormal

8

crosslink yang dapat menyebabkan elastisitas fascia menurun. Penurunan elastisitas fascia ini menyebabkan nyeri regang bila fascia terulur. Bila hal ini terjadi terus menerus maka terjadi trauma berulang yang akan menimbulkan inflamasi kronik yang akan semakin memperlambat proses penyembuhan jaringan. Proses radang juga akan mempengaruhi sistem sirkulasi yang akan menurunkan suplai gizi pada jaringan yang mengalami cedera sehingga berlangsung kronik. Penurunan mikrosirkulasi ini juga menyebabkan penumpukan sisa-sisa metabolisme yang dapat mengiritasi jaringan sehingga menimbulkan nyeri. Iritasi kimiawi dari proses radang juga akan mempengaruhi konduktifitas saraf. Akibat terjadi hipersensitifitas yang dapat menurunkan nilai ambang rangsang. Ketika plantar fasciitis menjadi kronik sering kali berkembang menjadi heel spur. Heel spur atau kalkaneus spur merupakan suatu pertumbuhan tulang yang abnormal pada bagian bawah tulang calcaneus yang biasnya dihasilkan dari inflamasi fascia plantaris dibagian bawah kaki yang menekan pada tulang kalkaneus. Spur pada tulang berkembang karena fascia plantaris menarik tulang kalkaneus, reaksi terhadap beban regangan tersebut dengan menghasilkan deposit kalsium pada tempat perlekatan fascia sebagai mekanisme proteksi. Deposit kalsium tersebut akan membentuk spur yang bila ujungnya masuk ke dalam fascia plantaris akan menimbulkan nyeri hebat. Kondisi ini dikenal dengan plantar fasciitis setempat.

9

Jaringan ikat padat terdiri atas tiga komponen utama yaitu sel, serabut dan bahan ekstraseluler. Sel terdiri dari fibroblast, kondroblas dan osteoblast. Serabut terdiri dari elastin, retikulin dan collage. Sedang bahan ektraseluler terdiri dari glikosaminoglika, proteoglikan, glikoprotein dan cairan jaringan. Pada proses penyembuhan cedera jaringan ikat sel memiliki peran yang sangat besar. Sel-sel yang terlibat dalam proses tersebut dibedakan atas dua kategori yaitu sel yang bersifat local dan sel yang memiliki kemampuan berpindah tempat (transient). Proses penyembuhan cedera terdiri dari beberapa fase yang saling terkait satu sama lain. Untuk dapat memahami proses penyembuhan pada jaringan cedera, berikut ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan proses tersebut. D. Tanda dan Gejala Gejala terjadinya plantar fascitis adalah nyeri tajam dibagian dalam telapak kaki di daerah tumit. Nyeri tumit yang cenderung bertambah buruk pada beberapa langkah pertama setelah bangun tidur, pada saat naik tangga atau pada saat jinjit, nyeri tumit setelah berdiri lama kemudian bangkit dan berjalan. Area nyeri terdapat di bagian medial atau lateral calcaneus atau dibagian lunak dari apponeurosis plantaris dari bagian inferior tuberositas di calcaneus (Wibowo, 2011). Plantar fasciitis biasanya timbul secara bertahap, tetapi dapat dirasakan dengan tiba-tiba dan langsung nyeri hebat. Dan meskipun

10

dapat mengenai kedua kaki, akan tetapi lebih sering hanya pada satu kaki saja (Wibowo, 2008) yaitu : 1. Nyeri tajam di bagian dalam telapak kaki di daerah tumit, yang dapat teraasa seperti ditusuk pisau pada telapak kaki. 2. Nyeri tumit yang cenderung bertambah buruk pada beberapa langkah pertama setelah bangun tidur, pada saat naik tangga atau pada saat jinjit (berdiri pada ujung-ujung jari). 3. Nyeri tumit yang timbul setelah berdiri lama atau duduk lama kemudian bangkit dan berjalan, maka timbul nyeri tumit. 4. Nyeri tumit yang timbul setelah berolahraga, tetapi tidak timbul saat sedang berolahraga. 5. Pembengkakan ringan di tumit. E. Faktor Resiko Astuti (2012) menyatakan bahwa beberapa faktor risiko nyeri plantar fasciitis meningkat antara lain adalah : 1. Aktif dalam olahraga Aktifitas yang menempatkan sejumlah stress pada tulang tumit dan jaringan yang melekat di sekitar tumit adalah yang paling sering menyebabkan plantar fasciitis, antara lain berlari, dansa balet, dan aerobik. 2. Kaki datar atau mempunyai lengkung tinggi Orang-orang dengan kaki datar mempunyai penyerapan kejutan yang kurang, yang mana hal ini meningkatkan peregangan dan tegangan pada plantar fascia. Orang orang dengan lengkung kaki

11

yang tinggi mempunyai jaringan plantar yang lebih ketat, yang juga menyebabkan penyerapan kejutan yang kurang. 3. Usia Nyeri tumit cenderung lebih umum dijumpai oleh karena penuaan

menyebabkan

lengkung

kaki

mulai

mendatar,

menimbulkan stress pada plantar fascia. 4. Berat badan berlebih Berjalan-jalan dengan berat badan yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan jaringan lemak di bawah tulang tumit dan menyebabkan nyeri tumit. Orang-orang yang naik berat badannya dengan cepat dapat menderita plantar fasciitis, tetapi tidak selalu. 5. Pekerjaan Orang-orang dengan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan banyak berjalan atau berdiri pada permukaan yang keras, termasuk pekerja pabrik, guru, dan pelayan restoran, dapat merusak plantar fascia mereka. 6. Mengenakan sepatu dengan support lengkung kaki yang kurang atau alas sepatu yang kaku. F. Anatomi 1. Tulang dan persendian Tumit merupakan salah satu bagian dari 11igame pertulangan tubuh kita yang terletak di kaki. Tumit itu sendiri merupakan tulang terbesar dari telapak kaki. Tulang ini terletak disebelah belakang yang mengalihkan berat baban di atas tanah ke belakang. Dengan demikian, tulang tumit mempunyai tugas untuk menyangga berat

12

badan, terutama ketika sedang berjalan atau berlari. Di sebelah atas tumit juga bersendi dengan talus (tulang tempat mata kaki berada) dan di depan kuboid (tulang penguhubung dengan jari kaki) (Novita, 2012). Sendi pergelangan kaki membentuk, sendi engsel. Sendi ini dibentuk oleh 3 tulang yaitu: tulang tibia, tulang fibula dan tulang talus. Pada ujung-ujung di persendian pergelangan kaki lindungi ligament articularis. Terdapat tiga ligament yang terletak di sebelah lateral dan satu ligamentum yang terletak di sebelah medial. Ligamentum yang terletak di sebelah lateral di antaranya talofibular anterior ligament, calcaneofibular ligament (CFL) dan posterior ligament talofibular (PTFL), sedangkan ligamentum yang terletak di sebelah medial adalah ligament Deltoid. Pada penderita plantar fasciitis, pada saat berjalan tidak terdapat fase heel strike dan fase mid stance. Hal ini di karenakan adanya nyeri sehingga berjalan jinjit (langsung fase toe off) (Tamsuri, 2007).

Gambar 2.2 Bones of the Foot and Ankle (Sumber: Novita, 2012)

13

Menurut Putz dan Pabst, 2005 pada sendi pergelangan kaki terdapat banyak otot di antaranya adalah sebagai berikut : 1) otot gastrocnemius dan soleus yang menpunyai tendon yang lebar yang dikenal dengan tendon Achilles yang berfungsi untuk fleksi plantar 2) Otot peroneus longus yang berorigo di caput fibula dan insersio di tulang tuberositas ossis metatarsal I dan berfungsi untuk fleksi plantar 3) Otot peroneus brevis yg berorigo di setengah distal fasies lateralis dan insersio di tuberositas osis metatarsal V yang berfungsi untuk fleksi plantar 4) Otot tibialis anterior yang berfungsi untuk fleksi dorsal dan inverse pergelangan kaki 5) Otot tibialis posterior yang berfungsi untuk fleksi plantar dan inverse pergelangan kaki Sedangkan persarafan pada sendi ankle terdiri dari : 1) Nerves ischiadicus yang mensarafi otot tungkai bawah dan kaki yang terletak di segmen vertebra setingkat L4 – S3,2 2) Nerves fibularis superficialis yang terletak di segmen vertebra L4-S2 yang mensarafi otot peroneus longus dan peroneus brevis 3) Nerves fibularis profundus yang terletak di segmen L4-S1 yang mensarafi otot tibialis anterior dan ekstensor jari kaki 4) Nerves tibialis yang terletak di segmen vertebra L4-S3 yang mensarafi gastrocnemius,soleus,tibialis posterior dan fleksor jari kaki

14

2. Perlekatan fascia dengan tulang Pada periosteum tulang banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Aponeurosis plantaris sebagai fascia plantaris melekat pada periosteum tulang calcaneus, sehingga jika fascia plantaris mengalami gangguan atau cedera akan terdeteksi dengan adanya rasa nyeri yang dihantarkan oleh saraf–saraf pada periosteum tulang calcaneus. Selain itu pada perlekatan aponeurosis plantaris dan periosteum ini terdapat sel–sel yang saling bertumpang tindih, sehingga bila terjadi cedera maka cenderung bersifat kronik dan mudah terjadi deposit kalsium yang dapat memicu terbentuknya spur.

Gambar 2.3 Perlekatan plantar fascia (Sumber: Novita, 2012)

15

G. Intervensi Fisioterapi Adapun intervensi yang dapat diberikan untuk kasus plantar fasciitis adalah sebagai berikut : 1. Ultra Sound (US) Ultra Sound adalah Suara merupakan getaran mekanik di dalam sebuah medium yang mudah berubah bentuk (elastis) dengan frekuensi antara 20 dan 20.000 Hz. Gelombang suara adalah gelombang longitudinal yang dalam frekuensi tersebut dapat diregistrasi oleh telinga manusia. Untuk mengurangi nyeri 12w/cm2 continous (serabut saraf) selama 3-5 menit, 0.5-1 w/cm2 continous (akar saraf dan ganglia) selama 3-4 menit atau pulsed selama 6-8 menit. diberikan selama 15 menit di setiap pengobatan sebanyak 5 kali setiap 2-3 hari sekali (Barliand, 2011). Mekanisme pengurangan nyeri dengan modalitas ultrasound (US) yang didapat dari efek micromassage menghasilkan gesekan mekanik menyebabkan peningkatan sirkulasi darah, metabolisme meningkat, dan efek rileksasi pada otot (Drapper, 2011). Menghasilkan

efek

gesekan

melalui

micromassage

dapat

mengurangi nyeri pada tingkat spinal dan menghancurkan jaringan upnormal crosslink yang ada pada fascia sehingga menghasilkan inflamasi baru yang terkontrol. Kemudian mekanisme thermal yang dihasilkan ultrasound (US) meningkatkan kondusif saraf dan menghasilkan efek counter iritan sehingga nyeri dapat berkurang melalui mekanisme gerbang kontrol. (Periatna dan Gerhaniawati, 2006).

16

2. Stretching Exercise Menurut Arovah 2010, stretching exercise merupakan bagian dari modalitas fisioterapi, dilakukan dengan manual baik secara aktif maupun pasif untuk meningkatkan mobilitas gerak dan mencegah kontraktur jaringan baik secara aktif maupun pasif. Menurut Drake et al. (2011), stretching dilakukan pada otot gastrocnemius, soleus, dan plantar fascia. Dosis stretching dengan durasi 30 detik, repetisi 3x, dilakukan 3x sehari, ketika bangun tidur sebelum memulai ativitas, siang hari, dan malam sebelum tidur. Stretching ini bertujuan untuk membatasi mikro trauma dan peradangan kronis dengan melakukan latihan sebelum melakukan langkah pertama di pagi hari atau setelah duduk lama (Chakraborty et al., 2011). Tujuan stretching ini untuk meregangkan fascia plantaris kembali ke posisi fungsional normalnya dan mempersiapkan fascia kembali ke aktivitas normal sehari- hari (Drake et al., 2011).

17

BAB III STATUS KLINIS I.

KETERANGAN UMUM PENDERITA

Nama

: Ny. M

Umur

: 50 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Bagian administrasi di RS

Alamat

: Jakarta Selatan

No. Rekam Medik : II.

DATA DATA MEDIS RUMAH SAKIT / KLINIK

Radiologi

:-

Laboratorium

:-

EMG

:-

III. SEGI FISIOTERAPI A. ANAMNESIS ● ⃝ AUTOANAMNESIS ⃝ HETEROANAMNESIS 1. Keluhan Utama : Pasien mengeluhkan nyeri pada tumit dan telapak kaki bagian dalam sebelah kanan. Sakit sering terjadi di pagi hari dan bertambah sakit bila menggunakan alas kaki yang keras, berjalan jauh dan berdiri terlalu lama. 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Satu tahun yang lalu pasien merasakan sakit pada tumit dan telapak kaki namun seiring berjalan dengan waktu sembuh, pasien mengira karena ada kolesterol akhirnya dibiarkan saja dan pasien merasa sembuh. Namun sekitar 6 bulan yang lalu pada saat perawatan di salon kaki pasien di tepuk kecang oleh pekerja salon dan pasien merasakan nyeri seperti tertusuk di bagian telapak kaki sebelah kanan dan keesokan harinya pasien ke puskesmas terdekat karena dikira ada kolesterol namun saat di cek kolesterol masih dalam batas normal dan asam urat (6,6) sehingga konsumsi obat alumpronol dan pentistatin. Karena sakit pada tumit dan telapak kaki tidak kunjung sembuh tetapi malah bertambah sakit ketika pagi hari dan bertambah sakit bila menggunakan alas kaki yang keras, berjalan jauh dan berdiri terlalu lama pasien berobat ke RSIJ Pondok Kopi dan di rujuk ke fisioterapi . 3. Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta : Hipertensi (karena KB) dan Asam urat (6,6)

17

18

B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF Pemeriksaan Vital Sign : Kemampuan Fungsional :

1. TD: 120/80mmHg

1. Tidur/bedrest/gendong

2. HR : 74x/mnt

2. Jalan Sendiri

3. Suhu: ............... 4. RR : 21x/mnt 5. Skor Nyeri: ... 6. BB : 74 kg 7. TB : 156 cm 8. BMI : 30,40 (Obesitas) 1.

3. Kursi Roda 4. Alat Bantu : ............ 5. Prothese : ........... 6. Deformitas : ............ 7. Resiko Jatuh: ............ 8. Lain-lain : ............

Pemeriksaan Sistemik Khusus : *) Inspeksi : Statis : - Kedua lutut nampak berbentuk o (varus) - Telapak kaki terlihat sedikit flat foot Dinamis : - Pasien berjalan dengan sedikit pincang kearah kiri -Tidak ada fase heel strike dan mid stand Palpasi : - Spasme pada m. piriformis, m. gastroc nemeus dan pes anserinus dextra - Nyeri tekan pada tendon archiles dan pada plantar fascia dextra - Thigthness pada m. hamstring

2.

Pengukuran Khusus : -

Sit and reach : 10,5 cm (d,s)

-

VAS : - nyeri diam : 0 cm - Nyeri tekan : pada plantar fascia 8 cm - Nyeri gerak : gerakan dorso fleksi 6,5 cm

-

Antropometri Figure 8 : D = 49 mm S= 49 mm

19

-

PFGD

Regio (Dextra) HIP Fleksi Ekstensi KNEE Fleksi Ekstensi ANKLE Dorso Fleksi

End Feel

Full ROM Nyeri (-) Full ROM Nyeri (-)

-

Full ROM Nyeri (-) Full ROM Nyeri (-)

Elastic end feel

-

Full ROM Nyeri (-) Full ROM Nyeri (-)

-

Full ROM Nyeri (-) Full ROM Nyeri (-)

Elastic end feel

-

Tidak Full ROM Nyeri (+) Full ROM Nyeri (-)

-

Full ROM Nyeri (+)

Soft tissue stretch

-

Full ROM Nyeri (-)

Elastic end feel

Elastic end feel

Soft tissue stretch

ROM REGIO (DEXTRA) HIP KNEE ANKLE

-

PFGD Pasif

-

-

Plantar Fleksi

-

PFGD Aktif

ROM S: 15°-0°-120° S: 12°-0°-130° S: 5°-0°-50°

MMT

Regio HIP

KNEE ANKLE

KEKUATAN OTOT (MMT) Kelompok otot Dextra Fleksor 4Ekstensor 4+ Abductor 4Adductor 4Fleksor 4Ekstensor 4Dorso fleksor 4Plantar fleksor 5

Sinistra 5 5 4+ 4+ 5 5 5 5

20

C. UNDERLYING PROCCES Etiologi : - Proses degenerasi - Aktivitas pembebanan berlebihan - Deformitas stuktur kaki (O atau X) - Obesitas - Penggunaan alas kaki yang keras

Over load

Penarikan berulang-ulang pada plantar fascia

Microinjury

Regangan konstan/tetap dan berulang Origo pada fascia mengalami penekanan/kerobekan Stretching Spasme m. gluteus, m. gastroc & pes anserinus

Tipe saraf A-delta aktif Kompensasi nyeri

Palpasi

Potential problem: Heel spur/ calcaneus spur c

Nyeri Merangsang pelepasan substance “P” kestruktur fascia

Plantar fasciitis Keterbatasan ROM

ADL terganggu

Strengthening

Imobilisasi

MMT

hypoactivity Muscle weak; m. gluteus, m. quadriceps, m. tibialis anterior Kompensasi antar kerja otot Muscle imbalance Muscle tight; m. hamstring Hamstring stretch

Palpasi

21

D. DIAGNOSIS FISIOTERAPI 1.

Impairment (Body Structure & Body Function) -

Spasme pada m. piriformis, m. gastroc nemeus dan pes anserinus dextra Nyeri tekan pada tendon archiles dan pada plantar fascia dextra Thigthness pada m. hamstring Weakness pada m. gluteus, m. quadriceps, m. tibialis anterior Fleksibilitas m. hamstring menurun Keterbatasan ROM dorso fleksi dextra

Functional Limitation Kesulitan berdiri lama dan berjalan jauh

2.

3. Participation Restriction Kesulitan dalam perjalan menuju ke tempat bekerja (jarak -+ 45 menit menggunakan kereta api) E. PROGRAM FISIOTERAPI 1. Tujuan Jangka Pendek -

Mengurangi spasme m. piriformis, m. gastroc nemeus dan pes anserinus dextra Mengurangi nyeri tekan pada tendon archiles dan pada plantar fascia dextra Mengurangi thightness m. hamstring Meningkatkan kekuatan otot Meningkatkan fleksibilitas hamstring Meningkatkan keterbatasan ROM

2. Tujuan Jangka Panjang -

Pasien mampu berdiri dan berjalan lama tanpa hambatan

F. TEKNOLOGI INTERVENSI FISIOTERAPI - US - Stretching - Heel Rise - Strengthening G. PROGNOSIS -

Qua ad sanam Qua ad vitam Qua ad functionam Qua ad cosmeticam

: Bonam : Bonam : Bonam : Bonam

22

H. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT - Sit and reach : 5 cm (d,s) - VAS : - Nyeri diam : 0 cm - Nyeri tekan : pada plantar fascia 4 cm - Nyeri gerak : gerakan dorso fleksi 3 cm -

-

ROM REGIO (DEXTRA) HIP KNEE ANKLE

ROM S: 15°-0°-120° S: 12°-0°-130° S: 10°-0°-50°

MMT Regio HIP

KNEE ANKLE

KEKUATAN OTOT (MMT) Kelompok otot Dextra Fleksor 5 Ekstensor 5 Abductor 4+ Adductor 4+ Fleksor 5 Ekstensor 5 Dorso fleksor 5 Plantar fleksor 5

Sinistra 5 5 5 5 5 5 5 5

Edukasi : - Pasien melakukan latihan berupa penguatan otot dan stretching yang sudah di ajarkan - Menggunakan sepatu dengan design yang berarchus (medial arch support) - Mengurangi BB sebanyak 15 kg

Yogyakarta, ............................................ Clinical Educator

NIP. Catatan :

23

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Plantar fasciitis adalah proses inflamasi atau peradangan pada fascia plantaris, yang merupakan jaringan ikat fibrosa disepanjang permukaan bawah telapak kaki yang menghubungan tulang tumit (calcaneus) dengan tulang jarijari kaki. Penyebab paling sering terjadi pada cedera ini adalah akibat overuse yang

menyebabkan

terjadinya

peradangan

pada

fascia

plantaris.

Penatalaksanaan fisioterapi dalam kasus ini adalah lebih mengutamakan mengurangi keluhan yang dirasakan pasien dengan intervensi menggunakan modalitas berupa US dan exercise berupa stretching dan strengthening. B. Saran Fisioterapis diharapkan bisa melakukan pemeriksaan dengan teliti dan benar sehingga dapat menegakkan diagnosa fisioterapi dengan tepat agar bisa memberikan intervensi sesuai dengan problematika yang ada sehingga didapatkan hasil

yang maksimal. selain itu fisioterapis hendaknya

meningkatkan wawasan dan khasanah keilmuan terbaru agar mengerti dengan perkembangan khanasanah keilmuan yang ada.

23

DAFTAR PUSTAKA

Aden Z.S.M, et al. 2015. penambahan kinesiotaping pada perlakuan myofascial release technique lebih baik dalam menurunkan nyeri fungsional pada plantar fasciitis oleh karena pemakaian sepatu hak tinggi ( highheels ). http://Ojs.unud.ac.i d . Diakses pada tanggal 20 Juni 2019 Arovah, N. I. 2010. Dasar-dasar Fisioterapi Pada Cedera Olahraga. Yogyakarta. Hal 42. Barliand, 2011. Ultrasound and Laser Theraphy in The Treatment of Carpal Tunnel Syndrome. Australian Journal of Physiotheraphy, 50: 147-151. Cleland, J.A., Abbott, H.J., Kidd, M.O., Stockwell, S., Cheney, S., Gerrard, D.F., dan Flynn, T.W. 2009. Manual Physichal Therapy and Exercise Versus Electrophysichal Agents and Exercise in the Management of Plantar Heel Pain: A Multicenter Randomized Clinical Trial. Journal Of Orthopedic & Sports Physical Therapy. Vol 39. no: 8. Cleland. J.A. J.Haxby Abbott, Martin O. Kidd 2009. Manual Physical Therapy and Exercise Versus Electrophysical Agents and Exercisenin the Management of Plantar Heel Pain: A Multicenter Randomized Clinical Trial. journal of orthopaedic & sports physical therapy | volume 39 | number 8 | 39:573-585 Siburian. 2008. Penyakit Plantar Fasciitis. Dalam: Soeparman, Waspadjin S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Tahririan, M. A. Mehdi, M. Tahmasebi, M. N. and Siavashi, B. 2012. Plantar fasciitis. J Res Med Sci. 2012 Aug; 17(18):799-804. Dalam http: www. Ncbi .nlm, nih.gov. Diakses pada tanggal 20 juni 2019. Wibowo, S. 2008. Plantar Fasciitis atau Nyeri Tumit. Diakses pada tanggal 26 Juni 2019. http://suryo-wibowo.blogspot.com/2008/08/plantar-fasciiti-atau-nyeritumit.html. Young CC, Rutherford DS, Niedfeldt MW. Treatment of plantar fasciitis. American Family Physician 2001; 63:467 - 74

Related Documents


More Documents from "Nurul Fadhillah"