Pengantar Teologi

  • Uploaded by: irfa genjie
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengantar Teologi as PDF for free.

More details

  • Words: 8,564
  • Pages: 112
Loading documents preview...
PENGANTAR TEOLOGI

• Teologi dari kata Yunani Theos (=Allah) dan logos (= kata, pembicaraan ilmiah). Jadi teologi: suatu pembicaraan ilmiah tentang Allah. • Tetapi pembicaraan ilmiah tentang Allah, juga suatu yang tidak mudah, bahkan problematik karena hal yang dibicarakan itu tidak konkret dan tidak dapat diobservasi. • Perbandingan dengan ilmu-ilmu alam (fisika, kimia, biologi): ada obyek yang dapat diobservasi dan diselidiki di laboratorium, untuk kemudian menemukan data yang menjadi dasar kesimpulan / temuan ilmiah. Teologi tidak punya obyek konkret yang dapat diselidiki.

• Perbandingan dengan ilmu-ilmu sosial / humaniora (sosiologi, politik, psikologi, budaya, ekonomi): obyek dan sumber datanya adalah manusia dan masyarakat. Memang menyelidiki manusia, jauh lebih rumit dibandingkan menyelidiki obyek fisik / biologis. Tetapi yang pasti obyeknya dapat diselidiki, sudah pasti ada. • Demikian juga peristiwa sejarah, walaupun merupakan penyelidikan atas situasi masa lampau tetapi kejadian itu memang benar-benar terjadi dan pasti ada. Kita dapat menyelidiki tradisi lisan atau dokumen tertulis, peninggalan-peninggalan masa lampau, untuk mengetahui sejarah. • Teologi: sekali lagi tidak punya obyek konkret dan empiris yang dapat diselidiki.

• Teologi berbeda dari ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu humaniora / ilmu sosial. Kita dapat katakan teologi lebih dekat dengan filsafat, khusus dalam arti obyek studinya tidak konkret. • Tetapi tidak semua orang percaya akan adanya Allah. Banyak filsuf yang tidak percaya adanya Allah. Kalau Allah tidak ada maka sesungguhnya tidak ada obyek studi dari teologi. • Teolog tidak berbicara tentang hal yang sungguh real / nyata dalam arti dapat dilihat dan diselidiki secara ilmiah. Tetapi obyek studi teologi itu hanya real / nyata bagi orang beriman. • Karena itu hanya orang beriman yang dapat belajar teologi. Teologi hanya berlaku bagi orang yang percaya akan adanya Allah.

• Orang ateis dapat saja berbicara tentang Allah tetapi mereka tidak berteologi melainkan melakukan studi atas pemikiran religius manusia. • Singkatnya teologi menuntut adanya iman, dan menuntut pengakuan bahwa dunia yang dilihat bukan satu-satunya kenyataan yang ada. Ada kenyataan lain yang mengatasi segala yang dapat dilihat dan diselidiki secara ilmiah. • Tetapi kesulitannya adalah, pengakuan akan adanya yang mengatasi segala yang nyata itu hanya dapat dimulai dari hal-hal yang nyata. • Segala pembicaraan tentang Allah hanya dapat dimulai dari dunia ciptaan Allah.

• Setelah pengakuan akan Allah, persoalan lain adalah: bagaimana menggambarkan Allah itu. Teologi disebut di atas: pembicaraan ilmiah tentang Allah. Dan bukan hanya orang kristen yang berbicara tentang Allah. Orang Islam, Hindu, dll juga berbicara tentang Allah. Karena itu ada pula teologi Islam, teologi Hindu dll. Tetapi di sini kita hanya pusatkan pembicaraan kita tentang teologi Kristen. • Teologi sebagai pembicaraan tentang Allah, dapat dipahami dalam berbagai cara. Beberapa teolog yang lebih konservatif mengatakan: teologi adalah suatu gambaran sistematis tentang Allah sebagaimana Dia ada serta tentang kodratnya yang sejati. Menurut mereka, hal ini mungkin, karena Allah telah mewahyukan diriNya secara penuh kepada manusia, melalui Kitab Suci.

• Yang lain walaupun tidak menyangkal wahyu Allah tetapi berpendapat bahwa pikiran manusia tidak mungkin mampu memahami kodrat Allah yang sejati. Karena itu teologi tidak dapat menggambarkan Allah sebagaimana Dia ada. Teologi adalah gambaran pemahaman manusia tentang Allah. Ini tidak berarti bahwa Allah hanyalah buah pikiran manusia. • Tetapi sejauh pemikiran manusia terbatas, tidak mungkin memahami Allah yang tak terbatas. Demikian juga sejauh revelasi Allah itu harus diungkapkan dalam bahasa manusia, maka kita hanya mampu berbicara tentang Allah dengan ungkapan-ungkapan yang mendekati kebenaran. Teologi memang tidak pernah merupakan ilmu yang pasti. • Agustinus mengatakan: kalau ada yang menjelaskan tentang Allah sejelas-jelasnya, pasti bukan Allah yang dia jelaskan. Allah itu misteri yang tak terjelaskan.

DEFINISI TEOLOGI • Teologi adalah: pengungkapan dan penguraian secara ilmiah kenyataan revelasi ilahi yang ditanggapi dengan iman, dengan tujuan menjadikan kenyataan itu sedapat mungkin dimengerti oleh akal budi manusia. • Jadi obyek penyelidikan adalah kenyataan revelasi ilahi yang ditanggapi dengan iman. • Kenyataan itu diungkapkan dan diuraikan secara ilmiah, agar sedapat mungkin dipahami oleh akal budi manusia. • Dari pengertian ini, dapat dipahami adanya perbedaan pendapat di kalangan para teolog tentang isi revelasi kristen dan bagaimana hal itu diungkapkan dengan bahasa manusiawi.

• Dari definisi teologi, ada tiga komponen di dalamnya:  Revelasi (Wahyu)  Iman  Akal budi manusia

REVELASI • Revelasi adalah pernyataan diri Allah dan kehendaknya kepada umat manusia. • Di sini existensi Allah sudah pasti diyakini, dan lebih dari itu, Allah itu menyatakan diri dan kehendaknya kepada umat manusia. • Dalam agama Kristen, diyakini bahwa Allah itu membangun relasi dengan umat manusia. Dan revelasi merupakan bagian dari relasi Allah dan manusia • Beberapa teolog berbicara tentang wahyu umum: yaitu keterbukaan Allah untuk menyatakan dirinya kepada setiap manusia. Karena itu setiap manusia memiliki kesadaran akan adanya Allah

• Wahyu umum dibedakan dari wahyu khusus, yaitu pernyataan diri Allah dalam sejarah yang dikenal melalui kekristenan. Kitab Suci dan tradisi kristen merupakan sumber / data wahyu. • Ada beberapa teks Kitab Suci yang berbicara tentang wahyu umum yaitu pernyataan diri Allah kepada seluruh umat manusia. Mazmur 8: berbicara tentang kemuliaan Allah yang terpancar melalui ciptaannya. Ciptaan yang ada menyatakan kemuliaan Allah  Allah dikenal melalui ciptaannya.

• Beberapa nabi berbicara tentang karya Allah dalam sejarah bangsa-bangsa lain / non-Israel (Yesaya 44:28-45:6; Amos 9; 7). • Dalam Injil Yesus berbicara tentang pemeliharaan Allah bagi seluruh umat manusia (Mat 5: 45). • Kisah para Rasul 17: 21 – 34. Paulus berbicara tentang kerinduan hati setiap manusia untuk mencari Allah. • Dari kenyataan bahwa Allah menyatakan diri dalam ciptaan dan dalam hati setiap orang, maka dikenal adanya “Teologi natural” yaitu pengetahuan akan Allah sebagai pencipta, dan pengetahuan seperti itu dimiliki oleh setiap manusia. • Pengenalan melalui “teologi natural” itu menghantar manusia pada pengenalan akan Allah sebagai penebus yang dinyatakan dalam Kitab Suci.

REVELASI KHUSUS • Revelasi khusus adalah revelasi Allah bagi bangsa tertentu dalam tempat dan waktu yang tertentu pula. • Hal ini paling nyata dalam bangsa Israel sebagai bangsa terpilih Perjanjian Lama. Allah mewahyukan diri secara khusus kepada Israel melalui perjanjiannya dengan mereka. • Selanjutnya, revelasi khusus itu dinyatakan bagi Gereja, sebagai umat Perjanjian Baru. • Revelasi ini disebut juga revelasi biblis, dan komunitas umat tertentu dipilih untuk menerima revelasi itu (orang Yahudi dan kemudian orang Kristen)

• Tetapi pemilihan komunitas khusus ini tidak bertujuan ekslkusif, melainkan melalui Israel keselamatan ditawarkan kepada bangsa-bangsa lain. Demikian juga melalui Gereja, keselamatan ditawarkan kepada seluruh umat manusia. • Revelasi Allah seperti itu terjadi dalam sejarah. Peristiwaperistiwa tertentu dalam sejarah bangsa terpilih merupakan tindakan penyelamatan Allah bagi bangsa terpilih itu dan kemudian bagi umat manusia seluruhnya. • Peristiwa-peristiwa penting yang dikemukakan dalam Kitab Suci antara lain: perjanjian Allah kepada bapa-bapa bangsa, peristiwa exodus Israel dari Mesir, tuntunan Allah kepada Israel di padang gurun, pemberian hukum di Sinai, peristiwa masuk ke tanah Kanaan. Peristiwa ini yang terus menerus ditafsirkan oleh umat Israel

• Puncak dari pewahyuan diri Allah adalah peristiwa Yesus dari Nazareth: hidup dan ajarannya, wafat dan kebangkitannya yang dikemukakan dalam Perjanjian Baru. • Singkatnya dalam kekristenan, peristiwa pewahyuan Allah itu terjadi dalam sejarah. Hal ini beda dengan mithos (dalam agama-agama asli / suku). • Allah bukan sekadar gagasan filosofis, tetapi sungguh-sungguh hadir dan berkarya dalam peristiwa-peristiwa sejarah. Peristiwa-peristiwa sejarah merupakan tempat Allah menyatakan karya penebusan dan pembebasan umat manusia.

• Teologi tidak hanya menyatakan kembali peristiwa-peristiwa pewahyuan diri Allah dalam sejarah sebagaimana terdapat dalam Kitab Suci. • Teologi berusaha memahami peristiwa-peristiwa revelasi itu, lalu merumuskannya secara baik dan sistematis untuk menjadi prinsip-prinsip kepercayaan. Itulah dogma / ajaran iman. • Jadi Kitab Suci, di mana peristiwa pewahyuan dinyatakan, merupakan bahan utama dari teologi. • Tetapi Kitab Suci tidak menyediakan bagi kita suatu kebenaran iman yang disusun secara sistematis. • Oleh karena itu, Kitab Suci perlu ditafsirkan untuk kemudian didapatkan prinsip-prinsip tentang hakikat Allah dan karya penyelamatannya.

• Tetapi wahyu Allah tidak berhenti ketika Kitab Suci dikanonisasikan. • Pewahyuan diri Allah masih berlangsung sepanjang sejarah Gereja. • Kitab Suci sendiri merupakan penafsiran atas wahyu Allah. Penafsiran itu masih terus berlangsung dalam sejarah Gereja. Inti revelasi adalah pernyataan diri Allah dalam sejarah, yang kemudian dicatat dalam Kitab Suci, diteruskan oleh Gereja.

IMAN • Iman sebagai tanggapan atas revelasi memiliki dua dimensi makna, sebagaimana dibedakan oleh St. Agustinus:  Fides qua creditur: iman difahami sebagai sikap personal manusia atas pewahyuan diri Allah. Manusia mempercayakan diri pada Allah.  Fides quae creditur: penerimaan atas ajaran / doktrin / dogma Gereja mengenai isi revelasi. • Kedua dimensi ini saling berhubungan satu sama lain. Penerimaan atas doktrin / dogma menyangkut isi revelasi, mendorong orang beriman membentuk sikap personal untuk tunduk serta mempercayakan diri pada Allah.

• Awalnya, iman itu memang merupakan tanggapan personal manusia atas revelasi Allah, dengan membangun sikap religius dan ethis. • Namun, dalam perkembangan, iman sebagai tanggapan atas revelasi, perlu dirumuskan secara baik. Dan isi revelasi pun perlu dirumuskan secara baik, supaya tidak di-salah-fahami. • Dalam sejarah kekristenan, sering terjadi pemahaman salah atas iman dan isi revelasi. Salah pemahaman ini dikenal dengan ajaran-ajaran sesat (bidaah). • Adanya ajaran sesat, semakin mendorong Gereja merumuskan iman secara resmi. Dengan itu maka muncul dimensi baru iman: fides quae creditur, yaitu iman sebagai penerimaan atas sejumlah doktrin / dogma / yang merupakan ringkasan atas isi revelasi. • Perumusan doktrin iman, dikenal sebagai pernyataan iman / credo / syahadat.

PERNYATAAN IMAN • Selama periode kontroversi teologis dalam Gereja (abad I – abad V), Gereja berusaha merumuskan pernyataan-pernyataan iman yang pada waktu itu dianggap definitif. • Perumusan itu terjadi baik melalui ajaran para rasul, lalu kemudian dalam sinode, konsili Gereja. Konsili terkenal yang merumuskan iman kristologis dan trinitaris:  Nicaea (325)  Konstantinopel I (381)  Efesus (431)  Kalchedon (451)  Konstantinopel II (681)

• Perumusan iman itu lebih dikenal sebagai credo (aku percaya), atau syahadat. Credo adalah rumusan ringkas mengenai pokok-pokok iman kristiani: Bapak, Putera, Roh Kudus, Gereja. • Credo berkembang sehubungan dengan pembaptisan: orang harus mengakui imannya sebelum dibaptis. • Credo yang kita kenal sekarang:  Credo para rasul. Walaupun disebut credo para rasul, tetapi baru mencapai bentuknya seperti sekarang pada abad ke-8. Inti ajarannya memang berasal dari para rasul.  Credo Nicaea-Konstantinopel: merupakan rumusan pengakuan iman yang disusun dalam konsili Nicaea (325) dan Konstantinopel I (381). Intinya: pengakuan akan keilahian Yesus Kristus dan keilahian Roh Kudus.

• Perumusan iman yang sudah dicapai dalam konsili-konsili Gereja awal, tetap penting dari zaman ke zaman, karena berbicara tentang hal yang amat inti dalam iman kristen. • Akan tetapi, perumusan iman itu dibuat pada zaman tertentu, dalam lingkup kebudayaan tertentu (abad ke-4, dalam lingkup kebudayaan hellenisme). • Karena itu seringkali dikritik pada zaman modern: rumusan iman seperti konsili Nicaea dan Konstantinopel tidak dapat menjawabi persoalan manusia modern, agak jauh dari konteks situasi dan kebudayaan kita. • Rumusan credo yang telah disusun, sebenarnya dikondisikan oleh situasi historis zaman ketika dia muncul, dan karena itu tidak mudah ditransfer ke dalam kebudayaan baru di zaman kita.

• Walaupun demikian pernyataan dan rumusan iman, tidak mudah diubah begitu saja, melainkan perlu penafsiran baru terus menerus sejalan dengan konteks kebudayaan dan zaman. • Inti iman kristen seperti terdapat dalam credo, sambil dipertahankan intinya yang tak berubah, masih perlu dirumuskan ulang supaya dapat dipahami oleh manusia yang hidup dalam konteks situasi dan kebudayaan yang berbeda.

AKAL BUDI MANUSIA • Perumusan iman, mau tidak mau menggunakan akal budi manusia. St. Anselmus mengatakan: fides quaerens intellectum (iman mencari pemahaman). • Untuk memahami iman dibutuhkan akal budi. Teologi sejak zaman Bapak Gereja, dan terutama zaman scholastik amat menekankan aspek rasional dari iman. Teologi lalu berkembang sebagai ilmu pengetahuan. • Tetapi pada zaman scholastik juga telah ada dua aliran yang berbeda: sekolah Thomist (Dominikan, Tokoh utama Thomas Aquinas) menekankan aspek rasional iman; dan sekolah Scotist (Fransiskan, tokoh utama Dun Scotus) yang menekankan aspek psikologis dan afektif dari iman.

• Pada abad ke-19, ada debat panjang tentang relasi iman dan ilmu pengetahuan, dan ada dua ekstrim yang saling bertentangan:  Satu pihak : rationalisme, yang mereduksi iman ke dalam ilmu pengetahuan. Salah satu tokohnya adalah G.W.F.Hegel  Pihak lain: fideisme, yang menolak rasionalitas karena menurut penganut fideisme, iman itu bersifat intuitif dan berupa pengalaman bathiniah orang beriman. Karena berupa pengalaman bathiniah, maka iman bersifat non-rasional. Tokoh penganjur fideisme: H.F.R. Lamennais dan A. Bonnetty.

• Kedua ekstrim ini coba dijembatani oleh pemikiran baru dari J. H. Newmann, M. Blondell dll. Menurut mereka, iman adalah jawaban radikal atas cinta Allah. Lalu mereka membuat analisis atas iman. Dan dari analisis itu muncul persoalan: apa yang merupakan dasar iman?  Jika iman didasarkan hanya pada otoritas Allah, iman pasti tidak bisa rational. Allah itu misteri yang tak terselami akal budi manusia.  Jika iman didasarkan pada pemahaman atas isi revelasi yang sudah ada / telah dirumuskan, maka iman tidak lagi bebas dalam menjawabi cinta Allah.

• Untuk menjawabi persoalan, pertama-tama perlu dipahami bahwa iman bukanlah kegiatan spontan manusia, melainkan didasarkan pada revelasi. Revelasi juga hanya dapat mencapai tujuannya kalau membangkitkan iman. • Dari aspek ini: • Pertama, iman difahami sebagai fides qua:  iman adalah suatu kegiatan yang dimungkinkan hanya oleh rahmat Allah (lumen fidei, terang iman), sejauh dalam iman, Allah menganugerahkan keselamatan.  Iman kristen suatu kegiatan yang bercorak trinitaris: iman akan Allah Tritunggal. Allah Bapak merupakan pencipta dan asal revelasi, Putera (Yesus Kristus) merupakan puncak dari revelasi, juga dasar iman, dan Roh Kudus adalah penolong dan menjadikan iman kristen itu efektif / berdayaguna.  Iman adalah suatu kegiatan personal dan mendalam, yaitu melalui cintakasih, manusia bergerak menuju pemahaman baru tentang dirinya (yang berada dalam relasi dengan Allah), tentang sesamanya (yang samasama diselamatkan Allah), tentang sejarah (sebagai realisasi yang berbedabeda dari iman yang sama), tentang alam semesta (sebagai ciptaan Allah).

 Iman adalah suatu kegiatan tunggal, karena dalam segala bentuknya, iman ditujukan kepada Allah yang satu.  iman adalah kegiatan yang melengkapi pengetahuan, karena menuntun kepada pemahaman akan dasar dari segala sesuatu. Dalam aspek ini, iman menawarkan dasar makna bagi pengetahuan manusia, juga iman membutuhkan pengetahuan sebagai otoritas kritis supaya iman dapat diterima akal.  Iman adalah kegiatan yang mengarah pada pemenuhan di akhir zaman, yaitu kesatuan abadi dengan Allah.  Iman adalah kegiatan bebas, sejauh merupakan jawaban manusiawi yang asli atas revelasi Allah  Iman adalah kegiatan rational, sejauh merupakan keputusan fundamental manusia yang adalah makhluk berakal budi. Kepastian iman didapati oleh manusia ketika ungkapan iman dibuktikan dalam hidup.

• Kedua, iman difahami sebagai fides quae: Iman berhubungan dengan penerimaan akan kebenaran Sabda dan wahyu Allah, yang nyata dalam rumusan credo. Dari aspek ini terdapat beberapa pokok pengertian:  Iman merupakan pengenalan akan isi revelasi  Iman berhubungan dengan Gereja, sejauh revelasi ditujukan pertama-tama kepada komunitas Gereja, yaitu komunitas orangorang beriman.  Iman tunduk pada peraturan dan bahasa, karena kesatuan komunitas Gereja diungkapkan hanya melalui bahasa yang sama.  Iman perlu dikembangkan dalam teologi, karena iman merupakan materi dari teologi fundamental. Teologi menempati posisi sebagai pengantara antara iman dan revelasi. Teologi bertugas: menganalisis tema-tema, kondisi historis, kategori pemikiran yang mengungkapkan iman, dan juga berusaha menerjemahkannya dalam bentuk-bentuk baru supaya dapat difahami manusia di setiap zaman.

• Bahan-bahan bagi seorang teolog adalah: revelasi umum, Kitab Suci, Sejarah Gereja dan semuanya ini diterima sebagai bentuk-bentuk revelasi Allah bagi umat manusia. • Teolog mempelajari bahan-bahan itu, menyelidiki hal-hal penting di dalamnya, juga mempelajarinya secara kritis. • Beberapa pemikir menekankan pentingnya pengetahuan, walaupun mereka mengakui bahwa iman tidak dapat dibatasi pada hal-hal yang dapat masuk akal / dipahami akal budi. • Dengan kata lain, iman dapat dijelaskan dengan akal budi, tetapi ada pula aspek yang mengatasi akal budi manusia, mengatasi hal-hal yang empiris (nyata / kelihatan).

• Akal budi memang merupakan elemen utama dalam kepribadian manusia. Tetapi di samping akal budi ada aspekaspek lain, misalnya cintakasih, pengalaman mistik yang tidak selamanya dapat dipahami dengan akal budi. • Jadi selalu ada aspek transenden dalam hal iman dan teologi yang menguraikan iman. • Walaupun demikian, teologi adalah suatu disiplin ilmu yang dapat diuraikan secara rational. Teologi harus menguraikan isi doktrin iman kristen • Akal budi tidak dapat diabaikan dalam teologi, sebab bila diabaikan, teologi tidak lagi dapat dimengerti dan tidak relevan. • Penggunaan akal budi juga merupakan jalan menghubungkan revelasi dengan konteks nyata yang dihidupi manusia.

SIAPAKAH YANG BERTEOLOGI? • Semua orang kristen dapat berteologi. Semua kegiatan doa, ibadat, renungan Kitab Suci, meditasi dan refleksi iman, diskusi / sharing iman adalah bentuk kegiatan berteologi. • Juga keterlibatan orang kristen dalam perjuangan keadilan, damai, kesejahteraan orang banyak atas dasar inspirasi iman Katolik, juga merupakan kegiatan teologis-praksis. • “Teologi oral” (lisan) seperti di sebutkan di atas, merupakan dasar yang dapat direfleksikan secara sistematis menjadi “teologi literal” (tertulis). • Tentu saja ada teologi normatif dan resmi seperti dalam ajaran Magisterium Gereja. • Memang biasanya teologi difahami sebagai refleksi sistematis tentang makna iman kristen, dari pada ekspresi spontan iman kristen (teologi oral)

• Hal ini dalam Perjanjian Baru sudah dimulai dalam surat-surat. Para penulis surat PB sudah berusaha menjelaskan makna iman kristen dan konsekwensi iman itu bagi hidup nyata, dengan argumen-argumen yang baik. • Berteologi mengandaikan suatu pemahaman yang dalam akan isi revelasi, makna iman kristen, juga konteks situasi umat. • Kedua aspek ini harus seimbang.  Penekanan berat sebelah pada isi revelasi dan makna iman akan menuntun kepada teologi yang konservatif, orthodoxi, fundamentalis dan kurang relevan dengan situasi yang dihidupi umat sekarang.  Sebaliknya, penekanan berat sebelah pada konteks situasi lalu mengabaikan isi revelasi dan makna iman juga menyebabkan teologi kehilangan akar dan fundamen.

PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN • Teolog perlu memiliki pengetahuan luas akan isi revelasi dan rumusan doktrin kristen. Tetapi pengetahuan saja belum cukup. • Penulis PB lebih menggunakan kata epignosis daripada gnosis untuk menyebut pengetahuan iman. Gnosis berarti pengetahuan, sedangkan epignosis berarti pengetahuan berdasarkan pengalaman. • Maka pengetahuan yang dibutuhkan seorang yang berteologi bukan hanya pengetahuan intellektual tetapi pengetahuan yang melibatkan seluruh pribadinya: baik hati maupun budi, berdasarkan pengalaman personal tentang Allah yang diimani dan berdasarkan pemahaman akan Kitab Suci dan tradisi Gereja. • Pengalaman religius personal merupakan medium melalui mana sumber revelasi berbicara kepada kita, Sabda Allah berbicara kepada kita sebagai pribadi.

KESATUAN DAN KEANEKAAN TEOLOGI • Theologi sebagai pembicaraan tentang Allah memang merupakan satu kesatuan. Tetapi Allah yang menyatakan diri dalam revelasi ditangkap dengan iman dan akal budi manusia, maka terdapat banyak aspek dalam pembicaraan tentang Allah. • Pendekatan klasik atas theologi, selalu dimulai dari sudut Allah. Tetapi di zaman modern, titik tolak lebih banyak dimulai dari manusia / ciptaan.

BEBERAPA POKOK YANG PENTING 1. Teologi memiliki beberapa pengandaian awal. Di antaranya: a) Penerimaan akan eksistensi Allah sebagai dasar dari segala kenyataan; b) Adanya revelasi sebagai pernyataan diri Allah yang diakui kebenarannya sebagaimana terdapat dalam Kitab Suci; c) Adanya komunitas kaum beriman (Gereja) yang berperanan sebagai pengantara revelasi. 2. Metode kerja teologi adalah rational, diskursif dan argumentatif

3. Berhubungan dengan historisitas (kesejarahan) dari revelasi dan iman, teologi sendiri juga bersifat historis. 4. Historisitas teologi menyebabkan pluralitas teologi. Teolog dapat menafsirkan wahyu dari perspektif subyektif, dan menyatakannya dalam konteks yang berbeda-beda. Tetapi teolog menafsirkan kebenaran wahyu dengan cara yang tidak menyimpang, dengan menggunakan berbagai ungkapan, kategori pemikiran, model dan wawasan.

5. Karena iman diterima melalui Gereja, maka kriteria refleksi teologis dibentuk dari komunitas Gereja dan kesaksian imannya yang diungkapkan dalam Kitab Suci, tradisi dan hidup umat beriman (liturgi, spiritualitas, seni dll). 6. Supaya iman Gereja dapat diterima oleh arus pemikiran suatu zaman, teologi menuntut adanya kebebasan berpikir dalam Gereja dan masyarakat. 7. Teologi juga merupakan disiplin ilmu yang diajarkan di Universitas.

8. Beberapa tuntutan untuk seorang teolog: seorang teolog haruslah seorang beriman sebab teologi adalah refleksi iman; seorang teolog haruslah memiliki kepekaan terhadap Gereja sebab teologi mendalami iman Gereja yang adalah pengantara revelasi; seorang teolog perlu memiliki kompetensi dalam hal sistematik, sebab teologi diuraikan menurut peraturan akademis; seorang teolog harus mampu berpikir dan bekerja sejalan dengan arus permikiran zamannya karena wahyu harus diselaraskan dengan situasi zaman supaya menjadi relevan.

KLASIFIKASI TEOLOGI Status Persoalan

Menuju Penyelesaian

Bidang kajian

Apa yang merupakan landasan historis iman?

Mempertanyakan Teologi Kitab Suci secara Biblis kritis, sebagai dokumen dasar revelasi

Pengantar Kitab Suci; eksegese Perjanjian Lama; eksegese Perjanjian Baru

Bagaimana iman diungkapkan sepanjang sejarah?

Kajian kritis atas semua interpretasi atas revelasi

Sejarah Gereja (Gereja perdana dengan patrologi; Gereja abad pertengahan; Gereja zaman modern); sejarah dogma

Teologi historis

Bidang Studi

Status Persoalan

Menuju Penyelesaian

Bidang kajian

Bidang studi

Terdiri atas apakah makna dan kesatuan kesaksian atas revelasi?

Penyatuan ungkapanungkapan individual atas iman ke dalam iman sebagai keseluruhan

Teologi sistematik

Teologi fundamental, teologi dogmatik, teologi moral, Ajaran Sosial Gereja, Hukum Gereja, Pengantar teologi

Bagaimana pesan revelasi disaksikan dan diwartakan kini?

Mengorientasikan Teologi pengungkapan Praktis iman menuju situasi hidup umat

Pendidikan agama, kateketik, teologi pastoral, studi liturgi, homiletik.

PERKENALAN SECARA RINGKAS TEOLOGI DARI ZAMAN KE ZAMAN

1. Masa awal Gereja (abad 1-7) Abad

Era

Tokoh utama

Karakteristik

1/2

Bapak-Bapak Gereja Apostolik

Clemens, Ignatius, Polikarpus, Gembala Hermas, Didache.

Parenesis (bersifat nasihat / petuah); Kristosentris; orientasi eskatologis, metode alegoris.

2

Bapak-Bapak Gereja Apologetik

Aristides, Athenagoras, Yustinus Martir, Theofilus, Surat kepada Diognetus.

Pembelaan iman dari serangan para filsuf kafir (Yunani); perumusan awal iman kristologis

Abad Era 2/3 Pembentukan Teologi Sistematik

3/4

Tokoh utama Tertullianus, Clemens dari Alexandria, Origenes, Ireneus dari Lyon, Hippolitus

Berawalnya Mazab Alexandria: mazab-mazab Athanasius, Sirilus teologi dari Alexandria

Karakteristik Pembentukan peraturan iman (regula fidei) melawan ajaran gnostik, montanisme, millenarianisme; Berpikir spekulatif dan spiritualistik; penekanan pada ke-Allah-an Yesus

Mazab Kappadokia: Pengembangan mistisisme Basilius, Gregorius Kristen; pengembangan teologi dari Nazianzus, trinitaris Gregorius dari Nyssa Mazab Antiokhia: Theodorus dari Mopsuestia, Sirilus dari Yerusalem, Yohanes Krisostomus

Teologi empiris dan positif, eksegese kritis dan historis, penekanan pada kemanusiaan Yesus.

Abad Era 4/5 Zaman keemasan teologi patristik

Tokoh utama Agustinus, Jerome, Ambrosius dari Milano, Paus Leo Agung, Hilarius dari Poitiers, Ephraem dari Syrus

6/7

Gregorius Agung, Isidorus dari Seville, Maximus Confessor, Pseudo Dionisius, Boethius, Yohanes Damascenus

Zaman Patristik akhir

Karakteristik Di Timur: penyusunan dogma Trinitas dan Kristologi melawan ajaran sesat Arianisme, Monofisitisme, Nestorianisme; di Barat: suatu orientasi yang lebih praktis, peletakan dasar dogma soteriologis melawan ajaran sesat donatisme dan pelagianisme. Penyusunan secara lebih sistematis hasil karya teologis yang sudah ada, dalam bentuk kumpulan ungkapan-ungkapan

2. Abad Pertengahan (abad 8-15) Abad 8/9

Era Teologi zaman Carolingian

Tokoh utama Venerabilis Beda, Alcuin, Yohanes Scotus Erigena, Walafrid Strabo

Karakteristik Peralihan dari zaman ptaristik ke abad pertengahan; orientasi praktis; perdebatan tentang Ekaristi dan predestinasi

10/11 Monastisis me

Bernard dari Clairvaux, Rupert dari Deutz, Hugo dan Richard dari Biara St. Victor

Penyusunan elemen-elemen asketik-kontemplatif dari tradisi patristik

11/12 Skolastik awal

Anselmus dari Canterbury, Gilbert de la Porree, Anselmus dari Laon, Petrus Abelardus, Petrus Lombardus

Refleksi atas isi iman dari dalam dan dari dasar yang perlu (fides quaerens intellectum); otoritas teologi patristik disusun dalam bentuk quaestio (pertanyaan), tema utama: doktrin ekaristi dan soteriologi.

Abad 13

Era Zaman keemasan scolastik

Tokoh utama Albertus Magnus, Alexander dari Hales, Thomas Aquinas

Bonaventura, Dun Scotus 14/15

Zaman skolastik akhir

William Ockham, Gabriel Biel.

Karakteristik Penggunaan filsafat Aristoteles untuk menjelaskan isi iman; teologi bercorak konseptualistik dan intellektualistik; penyusunan sintesis teologi yang besar dalam bentuk summa (ringkasan) Dalam tradisi Fransiskan, teologi dijelaskan secara mistikvoluntaristik (mengutamakan kehendak). Pertentangan antara iman dan ilmu Pengetahuan; refleksi positif dengan penekanan yang individualistik menjadi utama.

3. Gereja di zaman Modern (abad 16-20) Abad Era 16 Reformasi dan kontra reformasi

17

Tokoh utama Cajetanus de Vio, G. Contarini, R. Bellarminus, J. Sadoleto, Ambrosius Chatarinus

Skolastisisme G. Vazquez, F. zaman Barok Suarez, Gregorius dari Valencia, M. Cano, D. Petau

Karakteristik Kaum reformator menyatakan bahwa Kitab Suci satu-satunya norma bagi teologi, lalu menolak Magisterium dan tradisi. Penekanan diletakkan pada doktrin pembenaran (Luther), Predestinasi (Calvin). Jawaban Gereja Katolik: pembatasan teologi kontroversial dan pembelaan iman yang benar Teologi sebagai metafisika kebenaran-kebenaran iman; peletakan dasar metodologi teologi, pembagian teologi dalam berbagai disiplin.

Abad Era

Tokoh utama

Karakteristik

18/19 Neo-Skolastik

F. Kleutgen, C.R. Billuart, C. Schrader, J.B. Franzelin, G. Perrone

Pemikiran restoratif tanpa pembangunan sistem kekuasaan, Positivisme defensif dari Magisterium, Pergolakan menghadapi zaman pencerahan (aufklaerung) Pendalaman historisitas fundamental dari teologi; perdebatan dengan idealisme dan rationalisme Jerman.

19

20

Gerakan Sekolah Katolik Pembaharuan Tuebingen (J.A. Moehler, S. Drey, J.E. Kuhn); J.H. Newmann; M.J. Scheeben; H. Schell, A. Gardeil, P. Rousselot, M. Blondel Teologi antara Theologie Nouvelle dua perang (H. De Lubac, J. dunia Danielou, H. Bouillard), R. Guardini, G. Soehngen.

Penerimaan secara produktif tradisi teologis non-skolastik (Teologi biblis, ekumenis, patristik, liturgis); dalam eksegese dan teologi dogmatik; penggunaan metode historis kritis; diskusi dengan ilmu-ilmu manusiawi

Abad Era 20 Teologi Konsili Vatikan II dan sesudahnya

Tokoh utama Karl Rahner, H.U. Von Balthasar, Y. Congar, J.B. Metz, E. Schillebeexck

Karakteristik Penyusunan teologi Konsili vatikan II; anthroposentrik; Praktis; orientasi ekumenis; pengembangan teologi-teologi regional dan kontekstual; orientasi kepada sejarah keselamatan; perdebatan dengan eksistensialisme dan Marxisme; diskusi atas hasil dari teori ilmiah dan filsafat linguistik.

KITAB SUCI, TRADISI DAN MAGISTERIUM • Petingnya tradisi:  Tradisi mendahului Kitab Suci: pewartaan tidak berdasarkan Perjanjian Baru tetapi sumber PB. Demikian semua kegiatan Gereja perdana: empat tugas Gereja yaitu kerygma, koinonia, liturgia, diakonia. Lebih dahulu dalam tradisi, kemudian menjadi sumber Kitab Suci juga.  Kanonosasi Kitab Suci: oleh wewenang mengajar Gereja. Maka ada Magisterium Gereja.

PROSES PENERUSAN WAHYU • Peristiwa Yesus merupakan sumber wahyu. Peristiwa itu diteruskan dan dihidupi dalam treadisi, lalu didokumenkan dalam PB. • Setelah kanonisasi, peristiwa pewahyuan tidak berakhir. Tetapi tidak dapat dinantikan lagi wahyu publik yang baru (seperti peristiwa Yesus). Peristiwa Yesus sudah merupakan puncak wahyu. Pewahyuan lebih lanjut dalam tradisi: pengembangan potensi penyelamatan peristiwa Yesus. • Maka ada dua sumber: tradisi dan Kitab Suci. • Roh Kudus membimbing proses itu, juga kehadiran Kristus saampai akhir zaman

HUBUNGAN TRADISI DAN KITAB SUCI • Keduanya saling melengkapi, untuk menghadirkan misteri Kristus yang berbuah di dalam Gereja. • Baik Kitab Suci maupun tradisi mengalir dari sumber ilahi yang sama, bersama-sama membentuk khazanah iman yang suci, dari keduanya Gereja mendapatkan kepastian tentang wahyu. • Keduanya dipercayakan kepada Gereja. Gereja berperanan menafsirkan keduanya bagi umat, supaya dihayati secara lebih penuh.

KUASA MENGAJAR GEREJA (MAGISTERIUM) • Pada sentrum Gereja ada Magisterium (Kuasa Mengajar) yang berperanan menafsirkan secara autentik khazanah iman dari tradisi dan Kitab Suci. • Yang dimaksud Magisterium adalah Paus (pengganti Petrus) bersama-sama dalam kolegialitas dengan para uskup (pengganti para rasul). • Selain Paus sendiri, termasuk Magisterium juga berbagai badan / kongregasi yang ada di Vatikan (seperti kongregasi ajaran iman, kongregasi Ibadah Ilahi, kongregasi penginjilan bangsa-bangsa dll.). Badan seperti itu diketuai oleh seorang kardinal.

• Dalam pelayanan Sabda Allah, pengajaran resmi ini mempunyai kharisma kebenaran. Magisterium juga berwewenang merumuskan dogma, yaitu rumusan kebenaran yang terdapat dalam wahyu ilahi. • Hubungan Kitab Suci, Tradisi dan Magisterium:  Kitab Suci dan tradisi adalah sumber wahyu  Magisterium meneruskan, memelihara, menafsirkan kebenarannya secara autentik  Ketiganya berhubungan erat satu sama lain, dan semua memberi sumbangan bagi keselamatan umat manusia, di bawah naungan kuasa Roh Kudus. Jadi Roh Kudus yang menjiwai ketiganya.

INFALLIBILITAS PAUS (DAN MAGISTERIUM) • Paus tidak dapat sesat, demikian juga Magisterium Gereja, dalam menyatakan kebenaran iman dan wahyu, tidak dapat sesat. • Paus tidak dapat sesat sudaah merupakan dogma, yang diumumkan dalam Konsili Vatikan I. • Walaupun demikian, pernyataan seperti di atas seringkali dipermasalahkan, khususnya sejak milenium kedua. • Pertanyaannya: dalam arti apa suatu pernyataan Paus dan Magisterium tidak dapat sesat?

• Menurut Konsili Trente, doktrin Paus dan Magisterium berkenaan dengan masalah iman dan moral (res fidei et morum). • Ketidak-dapat-sesatan Paus dalam hal ajaran iman dan moral merurut konsili Vatikan I, “dalam hal-hal khusus”. Dan menurut Konsili Vatikan II: Paus tidak dapat sesat “sejauh Paus merupakan pengungkapan diri seluruh Gereja atau seluruh umat Allah”. Dalam arti ini pernyataan Paus “dalam kesatuan dengan para uskup” dan juga “pernyataan Paus sendiri”, bisa dikatakan bebas dari kesesatan. • Dasarnya adalah: wewenang yang diberikan Kristus kepada seluruh Gereja, untuk menafsirkan kebenaran Wahyu, menyatakan dan mengajarkannya kepada umat manusia.

AJARAN MAGISTERIUM GEREJA JABATAN

KUASA MENGAJARNYA

SIFAT PERNYATAAN

Seorang Uskup (sendiri)

Biasa

Kemungkinan bisa sesat

Semua uskup dalam kesatuan dengan Paus

Biasa dan universal

Bebas dari kesesatan

Konsili ekumenis yang dihadiri semua uskup dan dalam kesatuan dengan Paus

Luar biasa dan universal

Bebas dari kesesatan

Paus sendiri

Biasa

Kemungkinan bisa sesat

Luar biasa (ex chatedra)

Bebas dari kesesatan

OBYEK DARI MAGISTERIUM GEREJA • Obyek langsung: isi revelasi yaitu depositum fidei (semua isi iman yang penting bagi keselamatan manusia). Hal ini paling nyata dalam credo. Juga res fidei et morum yaitu isi dasar dari iman yang diwahyukan dan orientasi dasar kehidupan kristiani. Isi iman seperti ini bisa implisit, bisa pula explisit dalam pewahyuan. • Obyek tak langsung: yaitu kebenaran yang perlu dan berguna bagi pemeliharaan revelasi. Hal ini meliputi:  Kesimpulan teologis, yaitu kebenaran yang dipahami melalui sintesis atas kebenaran kodrati dan kebenaran yang diwahyukan. Misalnya: Kristus memiliki kodrat manusiawi. Kodrat manusiawi memiliki kehendak manusiawi. Maka Kristus memiliki kehendak manusiawi.

 Pengandaian iman: yaitu semua premis bagi benarnya penerimaan isi revelasi. Misalnya: existensi Allah; manusia berpribadi.  Pengandaian dogma: pengandaian bahwa pemakluman kebenaran revelasi itu sah (misalnya suatu konsili yang sah, Paus yang sah).

KUALITAS PERNYATAAN MAGISTERIUM • Pernyataan Magisterium dikatakan tidak dapat sesat bila memenuhi beberapa syarat:  Pernyataan disampaikan baik secara kolegial oleh Paus bersama semua uskup dalam bentuk pernyataan biasa atau luar biasa, atau dari Paus sendiri ex chatedra (dalam kapasitasnya sebagai guru tertinggi khusus untuk persoalan iman dan moral).  Ada intensi yang diungkapkan untuk menyatakan suatu pernyataan doktrinal bersifat tak dapat sesat (infallible).

• Magisterium dikatakan berbicara secara authentik bila: berbicara dari otoritasnya dan bersifat mengikat, tanpa klaim infallibel. Misalnya pernyataan resmi Paus kepada orang / kelompok orang tertentu, untuk kasus tertentu dll., seperti halnya membela iman melawan tendensi tertentu dalam kelompok umat atau teolog. • Ada kualifikasi dari Magisterium atau pernyataanpernyataan individual. Kualifikasi positif disebut catatan / penilaian teologis; sedangkan kualifikasi negatif disebut kecaman.

SIFAT MENGIKAT DARI PERNYATAAN TEOLOGIS KUALITAS PERNYATAAN Menyangkut Kebenaran wahyu yang formal (materi dogma) Menyangkut kebenaran wahyu yang formal dan kebenaran demikian telah dirumuskan oleh Magisterium (dogma formal) Menyangkut Kebenaran yang diajarkan sebagai wahyu oleh Magisterium Menyangkut Pernyataan yang yang telah didefinisikan dan disampaikan Magisterium secara tak langsung

CATATAN TEOLOGIS de fide divina (tentang iman akan yang ilahi)

KECAMAN Haeresis manifesta (Ajaran sesat yang nyata)

de fide divina definita (tentang iman akan yang ilahi dan telah didefinisikan)

Haeresis formalis (ajaran sesat yang formal)

de fide (tentang iman)

Haeresis (ajaran sesat)

de fide ecclesiastica definita (tentang iman gerejawi yang telah didefinisikan)

Propositio reprobata (dalil yang ditolak)

KUALITAS PERNYATAAN Menyangkut pernyataan yang disampaikan secara tidak langsung oleh Magisterium Menyangkut dalil dari Magisterium secara langsung, Magisterium belum menyatakannya secara final, tetapi penolakan atasnya kemungkinan dapat mengancam kebenaran lain dari iman Menyangkut dalil dari Magisterium secara tak langsung, untuk yang sama benarnya Menyangkut dalil-dalil dari teologi akademis

CATATAN TEOLOGIS de fide ecclesiastica (iman gerejawi) fide proximum (dekat pada iman / berkenaan dengan iman)

theologice certum (kepastian teologis) sententia communis, probabilis, tolerata, pia (ajaran yang umum, ajaran yang kemungkinan benar, ajaran yang dapat diterima, ajaran saleh

KECAMAN propositio falsa (dalil salah / palsu) haeresi proximum (dekat pada ajaran sesat / berkenaan dengan ajaran sesat) sententia falsa (ungkapan yang salah / palsu)

METODE HERMENEUTIKA DALAM TEOLOGI • Hermeneutika (dari kata Yunani: hermeneuein = menjadikan sesuatu dapat dimengerti, dapat diiterpretasikan dan diterjemahkan). Hermeneutika adalah seni dan ilmu penjelasan dan penafsiran teks. • Persoalan penafsiran telah muncul dalam Gereja sejak transisi dari lingkungan kebudayaan Yahudi ke lingkungan kebudayaan Yunani (hal ini sudah terdapat dalam PB). Dalam lingkungan yang baru (Yunani), Injil harus dipahami pula secara baru.

• Berhubungan dengan penafsiran, Origenes orang pertama yang memberikan beberapa refleksi sistematik, dengan berpendapat bahwa kenyataan historis dalam Injil harus ditafsirkan secara spiritual (aliegoris). • Kemudian Agustinus mengusulkan suatu teori penafsiran dengan mengatakan bahwa pembicaraan adalah simbol (signum) bagi kenyataan yang dimaksudkan (res). • Ajaran Agustinus ini diperluas melalui doktrin tentang peranan normatif dalam menafsirkan iman. • Di Abad pertengahan mulai penekanan pada otoritas magisterium Gereja sebagai penafsir otentik atas Kitab Suci. Penekanan ini berpuncak pada Konsili Trente.

• Sampai abad modern, hermeneutika dipahami sebagai teori tentang aturan-aturan penafsiran. Hal ini baru diubah pada zaman pencerahan. • Pada zaman pencerahan muncul kesadaran baru akan sejarah. Kesadaran ini menimbulkan pertanyaan tentang: bagaimana Kitab Suci dan tradisi yang dalam dirinya bersifat contigent (terbatas) karena bersifat historis, dapat menjadi normatif bagi segala zaman? Hermeneutika lalu menjadi ilmu pengetahuan sejarah, dan karena itu dia lebih sebagai disiplin filsafat. • Dalam perjalanan sejarah, tetap diakui pentingnya penafsiran atas teks Kitab Suci dan teks dogmatis dari masa lampau. Konsili Vatikan II mengemukakan beberapa prinsip penafsiran untuk memahami Kitab Suci, yang juga berlaku bagi teks dogmatis.

MAKNA PROSES HERMENEUTIKA BAGI IMAN DAN TEOLOGI • Pengarang Kitab Suci dan dogma  hidup dalam suatu zaman yang khas, dengan bahasa yang khas, dalam horizon pemikiran yang khas, memilih jenis literer yang khas, memiliki perspektif penuntun yang khas (Contoh: Kej 1: 28: “kuasailah Bumi”). • Penafsir teks (komunitas Gereja)  memahami pengarang teks. Komunitas Gereja hidup di zaman sekarang, dengan bahasa zaman modern, dengan horizon pemikiran modern, dengan gaya pengungkapan modern, dan perspektif penuntun yang modern (Contoh: tafsiran atas Kej 1: 28: situasi ekologis dewasa ini menuntut perhatian dan pemeliharaan atas ciptaan).

• Selanjutnya: umat manusia yang menerima pewartaan iman  memahami penafsiran Gereja. Bumi bukan untuk dieksploitasi, tetapi sebaliknya supaya ditata dalam semangat Allah yang penuh cinta. • Iman dalam penghayatan nyata  Allah merevelasikan dirinya. Ciptaan adalah manifestasi cinta Allah, dan tetap tinggal dalam pemeliharaan Allah.

• Dalam proses hermeneutika, wahyu dan iman dijembatani satu sama lain. Pewahyuan ilahi harus dipahami (misalnya: kehendak Allah mengenai sikap kita atas dunia ciptaan). Melalui pengatang Kitab Suci atau perumus teks dogmatik, yang hidup pada zamannya, pemahaman itu lalu dirumuskan dalam Kitab Suci atau teks dogmatik. Melalui penafsir yang hidup dewasa ini, yang menyesuaikan pesan revelasi dalam hidup konkretnya sekarang, yang kepadanya revelasi ditujukan oleh pengarang. Teks dari pengarang diterima sebagai yang bermakna secara teologis, lalu diambil dalam proses hermeneutika (misalnya: apa yang teks ini katakan pada kita dewasa ini dalam situasi kita? Bagaimana dan alasan apa teks berbicara demikian? Apa yang mau dikatakannya bagi diriku dan pengalaman hidupku?). Dengan demikian teks lebih dapat dipahami.

• Melalui setiap orang yang ingin percaya. Tetapi diperlukan mediasi dari komunitas yang menginterpretasikannya: lalu proses hermeneutika selanjutnya berlangsung. Pemahaman dari hasil proses ini memungkinkan pemenuhan kehendak Allah dalam iman. • Dalam pengungkapan iman melalui hidup, suatu proses hermeneutika berlangsung. Orang beriman mengalami bahwa imannya terbukti kebenarannya, dan revelasi yang terdapat dalam Kitab Suci mendapat perspektif baru. Demikian juga dogma, membuahkan sesuatu dalam hidup dan bahkan dogma baru / pernyataan doktrinal baru dirumuskan.

KODRAT DAN RAHMAT

1. KODRAT (NATURA / PHYSIS) - Etimologi: Bahasa Yunani: physis, (dari kata phyein = bertumbuh, lahir). Bahasa Latin: natura (dari kata nasci: lahir). Kedua kata ini memiliki pengertian yang kaya. - Makna natura atau physIs: a) Dalam metafisika: natura adalah karakter konstitutif, esensi, dan prinsip dasar kegiatan dari sesuatu. b) Makna anthropologis-teologis: kodrat manusia memiliki keterbukaan pada Allah. Ada kerinduan kodrati (desiderium naturale) dari manusia kepada Allah; ada kapasitas /potensi ketaatan (potentia oboedientialis) manusia pada Allah. c) Dalam hubungan dengan ini, teologi rahmat berbicara tentang suatu pengangkatan / penyempurnaan supernatural atas kodrat melalui rahmat Allah yang cuma-cuma. d) Dalam ilmu alam: natura dimaksudkan segala sesuatu yang organik atau inorganik yang merupakan obyek pengalaman nyata, dapat diselidiki secara intellektual, dapat dimanipulasi secara teknis.

- Latar belakang biblis: natura / kodrat dibedakan dari yang adikodrati / supernatural. Natura menunjuk ciptaan, yang supernatural menunjuk pencipta. Segala yang ada diciptakan oleh Allah: manusia, binatang, dan segala unsur alam semesta seluruhnya. - Ajaran Gereja: natura / kodrat dibicarakan dalam bingkai anthropologi teologi. Dikatakan bahwa status asli manusia bukan sekedar status kodrati tetapi sudah dalam status rahmat, yaitu rahmat supernatural yang dianugerahkan Allah pada kodrat manusia. Dosa asal tidak menjadikan kodrat manusia seluruhnya jelek, tetapi manusia tetap memiliki kehendak bebas, walaupun kehendak bebas itu telah dilemahkan. Dengan kehendak bebas manusia dapat bekerjasama lagi dengan rahmat yang ditawarkan Allah. Hanya rahmat yang dapat mengangkat kodrat untuk mengatasi kekuatan dosa asal.

- Hubungan kodrat dan rahmat. Kodrat dan rahmat bersifat inheren dalam manusia, menunjuk relasi manusia dengan Allah yang bersifat kodrati. a) Agustinus berpendapat bahwa setelah Adam jatuh dalam dosa (dosa asal), kodrat manusia menjadi rusak total (natura corrupta), dan hanya dengan rahmat Tuhan kodrat manusia diperbaiki lagi dan mampu melakukan yang baik. b) Thomas Aquinas: kodrat terbuka pada rahmat untuk disempurnakan. Rahmat menolong kodrat dan menyempurnakannya (gratia supponit naturam et perficit illam) c) Teologi Skolastik menambahkan suatu konsep abstrak tentang kodrat murni (natura pura) terlepas dari rahmat (sebagai kemungkinan). Natura pura tidak akan dapat selamat oleh perbuatannya, melainkan hanya dengan bantuan rahmat dia selamat.

d) Di zaman modern: Henry de Lubac menekankan kondisi supernatural manusia. Maka pengandaian tentang natura pura tidak diterimanya. Sedangkan Karl Rahner berpendapat bahwa kodrat manusia bersifat existensial supernatural, yang menghubungkannya secara batiniah dengan rahmat. Konsep natura pura diterimanya untuk mempertahankan bahwa rahmat itu tidak diterima atas jasa manusia.

STATUS KODRAT MANUSIA DALAM HUBUNGAN DENGAN RAHMAT ALLAH Natura pura (kodrat murni)

Suatu konsep tentang kodrat dilihat secara terpisah dari rahmat Allah (hanya suatu kemungkinan)

Natura elevata (kodrat yang diangkat oleh rahmat)

Status asli manusia pertama sebelum jatuh dalam dosa

Natura lapsa (kodrat yang telah rusak)

Status manusia setelah kejatuhan manusia pertama dalam dosa

Natura reparata (kodrat yang telah diperbaiki)

Status manusia setelah penebusan Kristus

Natura glorificata (kodrat yang dimuliakan)

Status manusia ketika telah memandang wajah Allah (visio beatifica) dalam surga

2. Rahmat - Rahmat adalah kegiatan kasih yang tanpa syarat dan bebas dari Allah Tritunggal dengan mana Allah masuk ke dalam persatuan personal dengan umat manusia dalam sejarah dengan tujuan menganugerahkan keselamatan kepada manusia. - Dalam sejarah teologi, ada penekanan berbeda tentang pengertian rahmat dalam Gereja Timur dan Barat. Bagi Bapak Gereja Timur (Yunani), rahmat Allah menjadikan manusia diilahikan: “Allah menjadi manusia supaya manusia diilahikan”. Rahmat lalu diidentikkan dengan karya penyelamatan Allah dalam sejarah. Pengilahian manusia terjadi melalui kehadiran Allah dalam diri manusia.

- Di Gereja Barat, ajaran tentang rahmat dari karyakarya terakhir St. Agustinus amat berpengaruh penting. Dalam melawan ajaran sesat Pelagius, Agustinus mengemukakan dua posisi dasar. Pertama: rahmat adalah bantuan dalam jiwa manusia (adiutorium). Rahmat itu meskipun berasal dari Allah tetapi melekat dalam jiwa manusia. Kedua, Agustinus menekankan keunggulan rahmat. Hanya rahmat yang menjadikan manusia selamat. Dalam hal ini rahmat seakan-akan berlawanan dengan kebebasan manusia. - Pada zaman scholastik teologi rahmat dikembangkan. Thomas Aquinas mengajarkan bahwa rahmat adalah sesuatu yang essensial dalam jiwa manusia, suatu kualitas aksidental yang permanen (habitus).

Bonaventura dan Dun Scotus melihat habitus yasng dimasukkan oleh rahmat itu sebagai terang batiniah dan cintakasih. Selanjutnya teologi scholastik membedakan jenis-jenis rahmat yang diterima manusia. Neo-scholastik mengembangkan lebih lanjut sistem rahmat. Makna dari term-term tentang rahmat: - Gratia = rahmat - Gratia increata = rahmat tak tercipta yaitu Allah sendiri. - Gratia creata = rahmat tercipta, yaitu anugerah-anugerah, sebagai hasil rahmat Allah dalam diri manusia.

- Gratia creatoris = rahmat dari Sang Pencipta, yaitu rahmat yang Sang Pencipta berikan kepada Adam dan Hawa di Firdaus sebagai status asli manusia yang dirahmati. - Gratia redemptoris = rahmat penebusan, yaitu rahmat Kristus yang menyelamatkan umat manusia yang telah jatuh dalam dosa. - Baik gratia creatoris maupun gratia redemptoris mengangkat manusia ke tingkatan keberadaan yang baru. Karena itu keduanya disebut gratia elevans (rahmat pengangkatan), di mana rahmat penebusan (gratia redemptoris) menyembuhkan manusia yang telah terluka oleh dosa, “rahmat pengangkatan dan penyembuhan” (gratia elevans et sanans).

- Menurut cara bagaimana rahmat itu berdaya-guna (efektif), gratia creata (rahmat tercipta) dibedakan atas gratia externa (rahmat external) yaitu pewartaan dan pelayanan sakraamen; dan gratia interna (rahmat internal) yaitu rahmat yang bekerja dalam jiwa. Dan rahmat external diarahkan ke rahmat internal sebagai tujuannya. - Rahmat internal merupakan pusat pemahaman dan memiliki sub-divisi yang banyak. Pada pokoknya rahmat ini dibedakan atas rahmat jabatan yang diberikan sebagai karisma individual untuk pelayanan kepada sesama manusia (gratia gratis data = rahmat yang dianugerahkan secara cuma-cuma) dan rahmat pengudusan atau rahmat pembenaran (gratum faciens) yang dimaksudkan bagi setiap orang untuk mencapai kekudusan personal.

- Rahmat pengudusan terdiri atas rahmat status, suatu rahmat pengudusan yang habitual (gratia habitualis sanctificans) yaitu rahmat yang sudah lama / biasa terdapat dalam jiwa, dan rahmat aktual (gratia actualis adiuvans) yaitu rahmat yang diberikan Allah pada setiap individu. Gratia actualis adiuvans ini terdiri atas rahmat iluminasi atau rahmat inspirasi (gratia illuminationis / inspirationis) di mana Allah berkarya dalam kehendak dan pemahaman; dan rahmat yang menyertai (gratia praeveniens, concomitans) di mana Allah berkarya mendahului atau menyertai kegiatan kehendak manusia. Ada pula rahmat yang cukup, mujarab (gratia sufficiens, efficax) di mana Allah memberikan kapasitas untuk kegiatan penyelamatan atau kemampuan untuk mencapai keselamatan.

SISTEM RAHMAT

increata creatoris: elevans GRATIA Redemptoris: elevans

et sanans creata

Externa faciens

Interna

Gratis data Gratum

Habitualis: sanctificans Gratum faciens Actualis adiuvans

Illuminationis inspirationis praeveniens; concomitans Sufficiens Efficax

AGAMA DAN MAKNA AGAMA (Diskusi)

1. Apa dorongan orang untuk beragama dan melaksanakan kehidupan beragama?  Adakah motivasi palsu? Sebutkan contohnya!  Rumuskan motivasi beragama yang sejati 2. Konflik antar umat beragama  Sebutkan contoh-contoh konflik antar umat beragama!  Pilih satu contoh dan coba analisa pokok persoalan di balik konflik tersebut! 3. Masalah kebebasan beragama.  Sebutkan contoh-contoh kasus orang atau kelompok orang dihambat kebebasannya menjalankan hidup beragama!  Mengapa hal itu terjadi! 4. Pengertian agama:  Aspek-aspek apa yang anda amati dari suatu agama?  Rumuskan apa itu agama.

Diskusi kelompok • Mengenal Allah / percaya / beriman, bersandar pada Allah, rindu. • Nyaman dalam hidup • Manusia makhluk religius • Motivasi palsu: bisnis, perkawinan, gengsi, • Motivasi sejati: - persoalan misteri kematian

• + perebutan tempat suci (trauma perang salib). • Kebencian, protes atas dunia Barat, Barat identik kristen, maka kristen dimusuhi  umat muslim ingin hanya islam di mesir (exclusivisme) – hanya Allah Tuhan, orang kristen kafir, cara berbeda memahami Kitab Suci.  Barat mendominasi dunia (kapitalisme)  Adanya kaum ekstrimis – menyimpang  Identitas budaya: patriarkhi didukung oleh Islam, Barat tidak dukung.

• Kasus Cina, Mesir • Larangan pendirian mesjid di Atapupu • Alasan: ajaran agama: kebenaran, politik, expansi, fanatisme.

• • • •

Religius: liturgi Moral: kasih dll Historis: ajaran Apa itu agama: sarana …jalan keselamatan soal ketidaktertiban.

MAKNA AGAMA • Agama: terdiri atas unsur-unsur:  Sistem kepercayaan (doktrin, ajaran iman dan moral). Sumbernya: Kitab Suci. Uraian lebih lanjut atas Kitab Suci: ada teologi.  Institusi: aspek organisatoris. Ada umat, ada struktur organisasi, ada pimpinan.  Ritual / upacara / ibadah.  Tradisi khas / “budaya”: hal-hal yang nyata dihidupi, karena pengaruh ajaran agama.

Persoalan agama • Persoalan agama: 1. Internal: a) Soal penghayatan. Adanya kesenjangan antara apa yang diimani dan apa yang dihidupi. Agama hanya sejenis “adat kebiasaan”, tetapi kurang membentuk watak manusia. Alasan: kurangnya internalisasi / pembatinan. b) Soal motivasi beragama yang palsu: beragama untuk tujuan yang sifatnya duniawi belaka: kepentingan politik, ekonomi, keamanan dll. Alasan: kurangnya pembatinan nilai-nilai agama. c) Pewartaan agama yang bersifat agresif.

2. External: a) Konflik antar umat beragama. Konflik dipicu oleh: Fanatisme, eksklusivisme, fundamentalisme. Akar masalah: >> Mentalitas budaya: cara memandang agama (agama warisan yang harus dijaga kemurniannya), identifikasi antara etnis / bangsa dan agama tertentu  memicu exklusivisme, tidak ada toleransi hidup beragama. >> Sekularisme  memicu fundamentalisme b) Terhambatnya kebebasan beragama oleh sistem politik tertentu: hubungan antara agama dan negara. c) Politisasi agama / instrumentalisasi agama untuk kepentingan politik.

• Sikap yang benar: 1) Menggali motivasi beragama yang benar. Agama: bertujuan mencari keselamatan kini dan akhirat nanti. Semua orang dengan agamanya masing-masing mencari keselamatan. Maka perlu kerelaan hati membiarkan orang lain menjalankan dan menghayati agamanya demi keselamatannya. 2) Hidup bersama yang harmonis, hidup dalam persaudaraan sejati  inti ajaran setiap agama. 3) Menghindari fanatisme dan eksklusivisme 4) Tidak jatuh pada indifferentisme: melihat semua agama sama saja. Harus punya keyakinan teguh pada agama sendiri, walaupun tidak menganggap salah dan lebih rendah agamaagama lain. 5) Membangun dialog dan kerjasama yang baik dengan umat beragama lain.

KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT DH 2 DAN 3 DH no. 2 - Pribadi manusia berhak atas kebebasan beragama - Kebebasan beragama berarti: orang tidak dipaksa baik oleh orang perorangan, kelompok sosial atau kuasa manapun, untuk bertindak melawan suara hatinya. - Hak kebebasan beragama didasarkan pada martabat pribadi manusia, dan harus diakui dalam tata hukum masyarakat sehingga menjadi hak sipil warga. - Berdasarkan martabat manusia sebagai pribadi (yang berakal budi dan berkehendak bebas), dia berkewajiban moril mencari kebenaran terutama menyangkut agama. Dia juga berkewajiban untuk berpegang pada kebenaran.

DH no. 3 - Tolok ukur hidup manusia adalah hukum ilahi sendiri yang bersifat kekal dan obyektif: Allah mengatur, mengarahkan serta memerintah alam semesta dan perjalanan sejarah umat manusia. - Allah mengikut-sertakan manusia dalam hukumnya, sehingga manusia dapat turut mengatur segalanya, dapat semakin menyelami kebenaran dan dapat berubah. - Pencarian kebenaran dilaksanakan sesuai martabat pribadi manusia serta kodrat sosialnya, yakni melalui penyelidikan yang bebas, pendidikan, komunikasi dan dialog. - Manusia menangkap hukum ilahi melalui suara hatinya. Dia wajib mematuhi suara hati, dan dia tidak dipaksa bertindak melawan suara hatinya terutama dalam hal keagamaan. Dia tidak dapat diperintah atau dihalang-halangi oleh kuasa manusiawi mana pun untuk menjalankan kewajiban agamanya.

INTI AGAMA 1. Wahyu (Revelasi). Wahyu adalah pernyataan diri dan kehendak Allah bagi dunia. Wahyu terdapat dalam Kitab Suci. 2. Iman adalah tanggapan atas wahyu ilahi dari pihak manusia. Iman: mempunyai dua aspek:  Penerimaan sejumlah kebenaran doktrin / dogma agama yang berasal dari revelasi Allah  Penyerahan diri, ketundukan dan kepatuhan kepada Allah: suatu sikap mempercayakan diri pada Allah. Iman itu bersifat personal dan sosial. Institusi Agama (Gereja) merupakan tempat wahyu diteruskan dari generasi ke generasi.

MAKNA AGAMA 1. Agama mewartakan keselamatan.  Karya missioner (ke luar untuk menambah anggota), karya pastoral (ke dalam untuk memperdalam iman, memelihara iman).  Manusia menanggapi warta keselamatan: dengan membangun relasi dengan Allah. Keselamatan direalisasikan bila dicapai kesatuan manusia dengan Allah. 2. Agama mewartakan arti terdalam hidup. Hidup manusia dalam kebersamaan dengan sesama, dengan makhluk hidup lain dan dengan Allah.  Paham ateisme (tidak ada Tuhan), materialisme (hidup berakhir dengan materi), sekularisme (tidak ada Tuhan, dunia ini otonom dalam dirinya), tidak diterima.

3. Agama mengajarkan cara hidup:  Menghayati nilai-nilai kasih (berbagi, punya kepedulian terhadap yang menderita, beramal), pengampunan, kedamaian hidup bersama.  Semangat pengekangan diri  Menghindari dosa  Semuanya ada dalam dekalog (10 perintah Allah), dan dalam seluruh Kitab Suci. Intinya: perintah kasih yang diajarkan Yesus: kasih pada Tuhan dan kasih pada sesama.

KEBAJIKAN TEOLOGAL • Kebajikan teologal disebut juga kebajikan ilahi, adalah kekuatan yang dianugerahkan secara cuma-cuma yaitu iman, pengharapan dan kasih. • Ketiga kebajikan ini menghasilkan relasi kasih dengan Allah bagi mereka yang dibenarkan. Ketiganya disebut kebajikan karena menggambarkan sikap-sikap yang bertahan lama, dan disebut teologal / ilahi karena dianugerahkan oleh Allah dan diarahkan langsung kepada Allah.

DASAR BIBLIS KEBAJIKAN TEOLOGAL • Ketiga kebajikan teologal: iman, harapan dan kasih ditemukan dalam surat-surat Perjanjian Baru. Teks paling penting adalah Roma 5: 1-5; I Kor 13: 7.13; Gal 5: 5; Ef 4: 2-5; Kol 1: 4; 1 Tes 1: 3. 5-8; Ib 6: 10-12. • Seringkali iman dan kasih dikelompokkan (Misalnya 1 Kor16: 1; Ef 1: 16. 3: 17). Kadang-kadang ima dihubungkaan dengan harapan (Rom 4: 18; 15: 13; Tit 1:1). • Teks utama Roma 5:1-5, menunjuk apa yang dimiliki bersama oleh ketiganya: ketiganya merupakan anugerah Allah bagi kita untuk membangun relasi dengan Allah.

• Kadang-kadang mereka memiliki fungsi khusus. Iman dianugerahkan untuk pembenaran pada permulaan relasi kita dengan Allah. Pengharapan memberikan ketahanan dalam relasi kita dengan Allah. Anugerah dan hasil dari ketiga kekuatan dalam berrelasi dengan Allah sebagai Trinitas dikenakan secara khusus kepada Roh Kudus. Roh Allah adalah kekuatan pengendali iman (2 Kor 4: 13). Melalui Roh, kasih Allah dicurahkan kedalam hati kita (Rom 5: 5). Dengan kekuatan Roh pengharapan menantikan pembenaran yang penuh.

• Kesatuan iman, pengharapan dan kasih dilihat secara konkret sebagai kegiatan bersama dari kekuatan-kekuatan dasar itu: iman menjadi nyata oleh kasih (Gal 5:6) dan iman merupakan dasar bagi hal-hal yang diharapkan (Ib 11: 1). Pengharapan berdiri teguh di atas iman (Rom 4: 18) dan dibuktikan dengan kasih (Rom 5: 5). Kasih merupakan sumber kekuatan bagi iman dan pengharapan (1 Kor 13: 7). Di antara semuanya, kasihlah yang paling besar dan tak pernah berakhir (1 Kor 13: 8) dan berkembang menuju kepenuhan dalam kesatuan dengan Allah (1 Kor 13: 12).

• St. Clemens dari Alexandria menyebut ketiga kebajikan itu sebagai “Tri-suci”. Bapak-bapak Gereja Timur amat menekankan pentingnya ketiga kebajikan itu. St. Sirilus dari Yerusalem menjadikan ketiganya tema-tema utama katekesenya. Agustinus menyebut ketiganya sebagai pilar-pilar agama dan dijadikan pula tema katekesenya. Gregorius Agung orang pertama yang menerapkan pada iman, pengharapan dan kasih pemahaman filosofis atas kebajikan. Dia menyebutnya nilai-nilai tertinggi. • Pada zaman scholastik, ketiga kebajikan ini dikaji secara mendalam. Hal ini berlangsung sampai abad ke-16.

• Term kebajikan teologal (virtus theologica) muncul pertama kali pada abad ke-13. Dalam Summa Teologiae, Thomas Aquinas menguraikan ketiga kebajikan itu. Sesudah Konsili Trente, ketiganya kurang didiskusikan dalam lingkup teologi dogmatik tetapi lebih dalam lingkup teologi moral. • Dewasa ini ketiganya dibicarakan dalam teologi dogmatik, khususnya sebagai akibat lanjut dari pembenaran.

AJARAN GEREJA • Dalam melawan ajaran sesat semi-pelagianisme konsili Orange menekankan bahwa iman dan kasih adalah anugerah Allah yang mendahului rahmat. • Konsili Trente menekankan bahwa ketiganya dianugerahkan secara Cuma-Cuma; atau dicurahkan ke dalam hati kita. Dengan itu mau ditekankan aspek baathiniah dari ketiga kebajikan itu (Ketiganya ada dalam bathin kita). • Dalam melawan ajaran Luther yang mengatakan bahwa pembenaran hanya oleh iman saja (sola fides) Konsili Trente menekankan bahwa iman, pengharapan dan kasih termasuk semuanya bagi pembenaran manusia.

• Dalam pembenaran ketiganya dicurahkan secara berturut-turut sebagai hasil langsung dan terus menerus dari pembenaran. • Benar bahwa iman sebagai sumber dan dasar setiap pembenaran merupakan permulaan keselamatan. Tetapi akan menuntun kepada keselamatan yang paripurna hanya dalam kesatuannya dengan pengharapan dan kasih.

PERSPEKTIF EKUMENIS • Menurut Luther, ketika teologi menggunakan term filosofis kebajikan (virtus) dan habitus untuk iman, pengharapan dan kasih menuntun kepada kekeliruan. Kebajikan sebagai kegiatan manusia akan menuntun kepada pembenaran oleh karya manusia sendiri. Habitus sebagai status faktual, atau kondisi yang kita dapat kontrol menghilangkan kegiatan bebas dan Cuma-Cuma dari Allah.

• Selanjutnya menurut Luther, makna dasar dari iman, sebagai satu-satunya yang membenarkan dilemahkan ketika scholastik mengajarkan bahwa iman dibentuk oleh kasih (fides caritate formata). Menurut Luther, kasih bukan bentuk iman sebaliknya iman adalah bentuk kasih. • Tetapi dewasa ini, ajaran protestan juga sudah melihat kesatuan antara iman, pengharapan dan kasih dalam pembenaran manusia. • Sebaliknya pihak Katolik berusaha mencari padanan untuk kebajikan supaya dipahami pihak protestan. Padanannya adalah: kekuatan dasar.

REFLEKSI SISTEMATIS • Pemahaman tradisional “kebajikan teologal” dapat diganti dengan “kekuatan dasar” dalam relasi kita dengan Allah. Maka iman, pengharapan dan kasih memiliki karakteristik: a) Ketiganya dihubungkan dengan Allah dalam dua cara: sebagai dasar dan sebagai tujuan. b) Ketiganya merupakan hasil langsung dari pembenaran dalam umat manusia; dengan kata lain, ketiganya merupakan bentuk-bentuk antropologis dari rahmat pembenaran. c) Ketiganya merupakan dasar yang menopang relasi kita dengan Allah sepanjang hidup.

d) ketiganya merupakan dinamisme hidup dalam orang kristen, pertama-tama sebagai kekuatan pengendali yang datang dari Allah dan gerakan yang berakhir pada Allah. e) Ketiganya membentuk satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ketiganya tak terpisahkan karena sama-sama berasal dari Allah dan menuntun kembali kepada Allah. Ketiganya merupakan prinsip dinamis keselamatan satusatunya yang terdiri atas tiga bentuk konkret. f) Dalam konteks kesatuan itu mereka memiliki fungsi khusus: dalam pembenaran, iman menghasilkan permulaan keselamatn; dalam kegiatan kasih yang nyata, kasih menghasilkan realisasi historis dari keselamatan; dalam kepercayaan akan janji Allah, pengharapan menghasilkan ketahanan di jalan untuk menuju kepenuhan keselamatan.

g) Ketiganya berdaya guna dalam kesalingtergantungan satu sama lain: iman menghasilkan kegiatan kasih dan memberikan dasar kuat bagi pengharapan; kasih adalah pengungkapan iman yang hidup dan kekuatan nyata dari pengharapan; pengharapan memberikan tujuan akhir bagi iman dan ketahanan bagi kasih. h) Pada akhirnya, iman dan pengharapan akan lenyap tetapi kasih tinggal selamanya. Iman dan pengharapan telah selesai ketika menghantar kepada kesatuan dengan Allah. Sedangkan kasih justru menemukan kepenuhannya dalam kesatuan dengan Allah yang adalah kasih yang tak berakhir.

Allah Kasih manusia

iman

pengharapan

- Kebajikan teologal (iman, pengharapan dan kasih berasal dari Allah - Ketiganya bekerja sama menghasilkan pengaruh atas pribadi manusia - Kasih, kepenuhan kesatuan dengan Allah yang adalah kasih, tinggal tetap.

Soal-soal untuk latihan 1. Rumuskan pengertian teologi dan uraikan unsurunsurnya 2. Klasifikasi teologi 3. Uraikan mazab-mazab teologi yang berkembang pada abad ke-3 dan 4, serta ciri khas masing-masing 4. Uraikan hubungan antara Kitab Suci, Tradisi dan Magisterium 5. Metode hermeneutika dalam teologi 6. Hubungan antara kodrat dan rahmat 7. Kebajikan-kebajikan teologal

Related Documents

Pengantar Teologi
January 2021 2
Rps Pengantar Ilmu Teologi
February 2021 0
Gbpp Pengantar Teologi
February 2021 1
Teologi
February 2021 2
Teologi
January 2021 2
Teologi Pb
January 2021 3

More Documents from "Selamat"