Perikondritis

  • Uploaded by: Frisca Sidabalok
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perikondritis as PDF for free.

More details

  • Words: 2,407
  • Pages: 13
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Kulit pada permukaan daun telinga melekat erat pada tulang rawan di bawahnya

beserta jaringan ikat dari dermis yang padat membentuk perikondrium. Sebaliknya, kulit permukaan belakang daun telinga mempunyai lapisan subkutan sejati. Keadaan daun telinga serta posisi daun telinga yang terbuka, merupakan penyebab timbulnya sebagian besar masalah klinis yang mengenai daun telinga, yaitu trauma, kontak langsung dengan cuaca dan infeksi. Pengumpulan cairan akibat proses-proses tersebut mengakibatkan terpisahnya perikondrium dari tulang rawan. Bila proses ini tidak cepat diatasi, akan terjadi nekrosis tulang rawan karena terganggunya perfusi nutrisi dari pembuluh darah perikondrium.1 Perikondritis adalah radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu trauma atau radang menyebabkan efusi atau serum atau pus diantara lapisan perikondrium dan kartilago telinga luar. Umumnya trauma berupa laserasi atau akibat kerusakan yang tidak disengajakan pada pembedahan telinga. Adakalanya perikondritis terjadi setelah suatu memar tanpa adanya hematoma. Dalam stage awal infeksi, pinna dapat menjadi merah dan kenyal. Ini diikuti oleh pembengkakan yang general dan membentuk abses subperikondrial dengan pus terkumpul diantara perikondrium dengan tulang rawan dibawahnya.2 Bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi perikondritis adalah Pseudomonas aeruginosa yang dapat ditemukan ditanah, air, dan paling banyak di lingkungan buatan manusia di seluruh dunia. Bentuk paling umum dari perikondritis adalah perikondritis aurikuler yang melibatkan infeksi pada cuping telinga akibat infeksi luka traumatic atau luka pembedahan atau proses peradangan yang menyebar. Bentuk yang jarang adalah perikondritis laryngeal. Hal ini terjadi tiba-tiba akibat suatu cedera, organisme virulen, atau gangguan system kekebalan tubuh manusia.2 Bila pengobatan dengan antibiotika gagal dapat timbul komplikasi berupa mengkerutnya daun telinga akibat hancurnya tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga (cauliflower). Pada kasus-kasus yang sudah terjadi kerusakan berat, bagian dari telinga dapat mati dan memerlukan pembedahan.2

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Anatomi Telinga Secara anatomi dan fungsional, telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar,

telinga tengah, dan telinga dalam.2,3,4,5

Gambar 2.1 Anatomi Telinga 2.1.1 Telinga luar (acusticus eksternus) Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga.2,3,4,5 a.

Daun telinga (aurikula, pinna)

Gambar 2.2 Aurikula 2

Daun telinga terletak di kedua sisi kepala, merupakan lipatan kulit dengan dasarnya terdiri dari tulang rawan yang juga ikut membentuk liang telinga bagian luar. Hanya cuping telinga atau lobulus yang tidak mempunyai tulang rawan, tetapi terdiri dari jaringan lemak dan jaringan fibrosa. 2 Tulang rawan daun telinga berhubungan dengan tulang rawan liang telinga melalui bagian yang disebut isthmus pada permukaan posterior perlekatannya tidak terlalu erat karena terdapat lapisan lemak subdermis yang tipis. Kulit daun telinga ditutupi oleh rambut – rambut halus yang mempunyai kelenjar sebasea.2 Ligamentum daun telinga terdiri dari ligamentum ekstrinsik dan ligamentum instrinsik. Ligamentum ekstrinsik menghubungkan tulang rawan daun telinga dan tulang temporal. Ligamentum instrinsik berukuran kecil dan menghubungkan bagianbagian daun telinga satu sama lain.2 Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan 6 buah otot instrinsik. Otot ekstrinsik terdiri dari muskulus aurikularis anterior, muskulus aurikularis superior, muskulus aurikularis posterior. Otot – otot ini menghubungkan daun telinga dengan tulang tengkorak dan kulit kepala. Otot – otot ini bersifat rudimenter, tetapi ada beberapa orang tertentu ada yang masih mempunyai kemampuan untuk menggerakkan daun telinganya ke atas dan ke bawah dengan menggerakkan otot – otot ini. Otot instrinsik terdiri dari muskulus helicis mayor, musculus helicis minor, musculus tragicus, musculus antitragus, musculus obliqus auricularis, dan musculus transpersus auricularis. Otot – otot ini berhubungan dengan bagian – bagian daun telinga.2 Persarafan sensorik daun telinga ada yang berasal dari pleksus cervicalis yaitu nervus auricularis magnus bersama dengan cabang cutaneus nervus fasialis mempersarafi permukaan posterior dan anterior serta bagian posterior. Nervus occipitalis mempersarafi bagian atas permukaan posterior daun telinga. Nervus auriculotemporalis merupakan cabang nervus mandibularis yang mempersarafi bagian tragus, crus heliks, dan bagian atas heliks. Cabang nervus auricularis ke konka, anteheliks, dan eminensia konka. Cabang nervus fasialis ada yang menuju dasar konka serta saraf daun telinga.2 b.

Liang telinga (meatus akustikus eksternus) Liang telinga berbentuk huruf S dengan rangka tulang rawan pada sepertiga

bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang-tulang. Panjangnya sekitar 2 ½ - 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat 3

banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.3 2.1.2 Telinga Tengah (acusticus media)

Gambar 2.3 Telinga Tengah Telinga tengah berbentuk kubus dengan:3 

Batas luar

: membran timpani



Batas depan

: tuba eustachius



Batas bawah

: vena jugularis (bulbus jugularis)



Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis



Batas atas

: tegmen timpani (meningen/otak)



Batas dalam

: berturut-turut dari atas ke bawah, kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium

Telinga tengah terdiri dari membrane timpani dan tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, stapes). Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida sedangkan bagian bawah disebut pars tensa. Pars flaksida hanya berlapis dua yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan

4

sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.3 Di membrane timpani terdapat 2 macam serabut yaitu sirkuler dan radier yang menyebabkan munculnya reflex cahaya yang berupa kerucut. Secara klinis, reflex ini dinilai bila letak reflex cahaya mendatar berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius. Selain itu pada membrane timpani dibagi 4 kuadran yaitu kuadran anterior-superior, kuadran anterior-inferior, kuadran posterior-superior, kuadran posterior-inferior. Ke empat kuadran ini dapat membantu dalam menyatakan letak perforasi membrane timpani.3 Tulang-tulang tersebut saling berhubungan yaitu maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Rangkaian ketiga tulang ini menghantarkan getaran ke telinga dalam.3 2.1.3 Telinga dalam (acusticus internus)

Gambar 2.4 Telinga Dalam Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa 2 ½ lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Pada koklea atau rumah siput berisi cairan endolimpa dan perilimpa serta sel “rambut” yang sangat peka terhadap rangsangan. Struktur yang berupa rambut halus ini bergetar ketika dirangsang oleh getaran bunyi. Sedangkan pada sistem vestibular berisi sel yang mengendalikan keseimbangan. Selain itu pada telinga dalam juga terdapat saraf auditori yang menghubungkan koklea atau rumah siput ke system saraf pusat (otak). 3 5

2.2

Fisiologi Pendengaran

Gambar 2.7 Fisiologi Pendengaran Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalambentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea. Getaran tersebutmenggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.3

2.3

Perikondritis

2.3.1 Definisi Perikondritis adalah radang pada tulang rawan dan telinga yang terjadi apabila suatu trauma atau radang menyebabkan efusi serum atau pus diantara lapisan 6

perikondrium dan kartilago telinga luar. Umumnya trauma berupa laserasi atau akibat kerusakan yang tidak disengaja pada pembedahan telinga. Adakalanya perikondritis terjadi setelah suatu memar tanpa adanya hematoma. Dalam stage awal infeksi, pinna dapat menjadi merah dan kenyal. Ini diikuti oleh pembengkakan yang general dan membentuk abses subperikondrial dengan pus terkumpul diantara perikondrium dengan tulang rawan dibawahnya.1,2,3,4

Gambar 2.8 Telinga Normal dan Perikondritis 2.3.2 Etiologi Patogen yang paling umum adalah Pseudomonas aeruginosa (tersering), diikuti oleh Staphylococcus aureus, Proteus mirabilis dan organisme gram negatif lainnya.1, 4, 6, 8

2.3.3 Faktor predisposisi 1) Inadekuat pada terapi selulitis daun telinga (pinna) dan otitis eksterna akut. 2) Accidental atau surgical (sesudah aspirasi atau insisi hematomadaun telinga). 3) Infeksi sekunder dari laserasi atau hematoma. 4) Infeksi superfisialis meatus akustikus. 5) Luka bakar atau frostbite. 6) Penusukan

anting-anting

pada

tulang

rawan,

dapat

terjadi

septicemia

Streptococcus beta hemoliticus.2

7

2.3.4 Patofisiologi Trauma pada aurikula apat berupa trauma tajam yang menimbulkan luka, dan trauma tumpul. Dan terjadilah reaksi inflamasi dengan 5 tanda cardinal berupa dolor atau nyeri, rubor atau kemerahan, kalor atau panas, tumor atau benjolan, dan fungsiolesa atau terganggunya fungsi dari organ yang mengalami inflamasi. (Mitchell, 2009). Proses terjadinya peradangan pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi inflamasi, dimana pembuluh darah akan dilatasi sehingga saat inspeksi akan terlihat merah dan saat palpasi teraba hangat. Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di daerah sekitar luka, sehingga akan terjadi benjolan, cariran yang terkumpul tersebut akan menekan saraf, maka pada saat perabaan juga biasanya terdapat rasa nyeri, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan menutupi saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi. (Mitchell, 2009). Proses inflamasi tersebut juga berlaku pada trauma tumpul, namun pada trauma tumpul yang relatif tidak menimbulkan luka, tidak terjadi proses pengeluaran benang-benang fibrin.3 Infeksi superfisial dari liang telinga luar atau dari daun telinga menyebar lebih kedalam ke perikondrium. Pada keadaan ini disebut stadium dini, daun telinga (pinna) merah dan nyeri kemudian mulai terbentuk abses subperikondrial. Hal ini menyebabkan tulang rawan kekurangan blood supply, sehingga terjadi nekrosis tulang rawan sehingga dapat terjadi deformitas pada daun telinga yang disebut dengan cauliflower.2 2.3.5 Gejala dan tanda Timbulnya perikondritis ditandai dengan pembengkakan kemerahan yang merata pada daun telinga dan menyebabkan nyeri. Daun telinga terasa panas, dan nyeri jika disentuh. Edem dapat menyebar ke daerah belakang telinga dan menyebabkan daun telinga menonjol (tegang/tender). Terbentuknya abses, biasanya juga ditemukan demam, pembesaran kelenjar limfe regional, dan leukositosis. Pengumpulan

serum

di

lapisan

subperikondrium

segera

menjadi

purulen,

menimbulkan fluktuasi lokal atau difus.1, 6, 8, 9 2.3.6 Diagnosis 1.

Anamnesis1, 6, 8, 9 Daun telinga membengkak, berwarna kemerahan, terasa panas, nyeri, kadang disertai demam, dan pembesaran kelenjar limfe regional. 8

2.

Pemeriksaan fisik1, 6, 8, 9 Oedem yang luas pada aurikula, hiperemis, terasa panas, nyeri tekan, terdapat fluktuasi bila terjadi supurasi, terdapat deformitas bila sudah terjadi nekrosis, pembesaran kelenjar limfe regional.

3.

Pemeriksaan penunjang1 Darah rutin menunjukkan leukositosis. Kultur untuk menentukan bakteri penyebab infeksi. Test sensitivitas untuk penetapan antibiotik yang tepat sesuai bakteri penyebab.

2.3.7. Diagnosis banding 

Othematoma 2 Suatu hematom daun telinga akibat rudapaksa yang menyebabkan timbulnya

darah dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago. Mekanisme biasanya melibatkan gangguan traumatis pembuluh darah perikondrial. Akumulasi darah dalam hasil ruang subperikondrial dalam pemisahan perikondrium dari tulang rawan. Penanganan dengan cara aspirasi dan dilanjutkan penekanan memakai gips sebagai fiksasi.

Gambar 2.9 Othematoma 

Pseudokista2 Terdapat benjolan di daun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan

cairan kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga. Biasanya pasien datang ke dokter karena ada benjolan di daun telinga yang tidak nyeri dan tidak diketahui penyebabnya. 9

Gambar 2.10 Pseudokista 

Polikondritis berulang2 Suatu penyakit autoimun yang melibatkan struktur tulang rawan secara

generalisata, terutama telinga, hidung, dan laringotracheobrachial. Tampak deformitas aurikula menyerupai perikondritis akut. Biasanya terdapat serangan tunggal atau berulang. Untuk pengobatan diberikan pada fase akut dengan salisilat dan steroid. 2.3.8 Penatalaksanaan Pengobatan perikondritis sukar, karena biasanya terdapat organisme yang resisten terhadap antibiotik, sehingga tindakan yang utama adalah pencegahan. Pengobatan dengan antibiotik sering gagal karena bakteri Pseudomonas aeruginosa sering resisten terhadap sebagian besar antibiotik. Untuk pengobatan dapat diberikan antipseudomonas yaitu golongan aminoglikosida (gentamicin), fluorokuinolon (kuinolon) seperti siprofloksasin. 1, 6, 7, 8, 9 Sebaiknya dilakukan kultur dan tes sensitivitas sebelumnya. Pada daun telinga diberikan kompres panas. Bila terdapat fluktuasi, dilakukan insisi secara steril dan diberi perban tekan selama 48 jam. Bila kondisi ini tampaknya meluas dan terdapat bukti-bukti adanya cairan di bawah perikondrium, terdapat indikasi untuk mengeluarkan cairan (drainase). 1

10

2.3.9 Komplikasi Cauliflower ear.8, 9

Gambar Cauliflower ear 2.3.10 Prognosis Semakin cepat di diagnosis, estetikanya baik, yang terbatas hanya pada bekas luka hipotrofik yang nondeforming. Tetapi apabila sudah terjadi nekrosis tulang rawan, untuk estetikanya tidak baik. Rekonstruksi estetika bisa dilakukan, tetapi harus ditungggu beberapa bulan, supaya yakin bahwa infeksi yang tersisa telah hilang seluruhnya.1, 6

11

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan Perikondritis adalah radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu trauma atau radang menyebabkan efusi atau serum atau pus diantara lapisan perikondrium dan kartilago telinga luar. Umumnya trauma berupa laserasi atau akibat kerusakan yang tidak disengajakan pada pembedahan telinga. Adakalanya perikondritis terjadi setelah suatu memar tanpa adanya hematoma. Dalam stage awal infeksi, pinna dapat menjadi merah dan kenyal. Ini diikuti oleh pembengkakan yang general dan membentuk abses subperikondrial dengan pus terkumpul diantara perikondrium dengan tulang rawan dibawahnya Bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi perikondritis adalah Pseudomonas aeruginosa yang dapat ditemukan ditanah, air, dan paling banyak di lingkungan buatan manusia di seluruh dunia. Bentuk paling umum dari perikondritis adalah perikondritis aurikuler yang melibatkan infeksi pada cuping telinga akibat infeksi luka traumatic atau luka pembedahan atau proses peradangan yang menyebar. Bentuk yang jarang adalah perikondritis laryngeal. Tampak daun telinga membengkak, merah, panas, dirasakan nyeri, dan nyeri tekan. Pembengkakan ini dapat menjalar ke bagian belakang daun telinga sehingga sangat menonjol. Terdapat demam, pembesaran kelenjar limfe regional, dan leukositosis. Untuk pengobatan dapat diberikan antipseudomonas yaitu golongan aminoglikosida (gentamicin), fluorkinolon (kuinolon) seperti siprofloksasin.

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Ballenger, John Jacob. Penyakit Telinga Luar. Dalam: Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid II. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hal. 332, 335-336.

2. Adams L George, Boies L, dkk. Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta: EGC.

3. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi 6. Jakarta: FKUI.

4. Den Broek Dr. P, Debruyne Dr. F, edt. 2007. Telinga. Dalam: Buku Saku Kesehatan Tenggorok, Hidung dan Telinga. Edisi 12. Jakarta: EGC. Hal. 39-55.

5. Nagel P, Gurkov R. 2009. Dasar-dasar Ilmu THT Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal: 2-3.

6. Recinos A, Zahouani T, dkk. 2016. Auricular Perichondritis Complicating Helical Ear Piercing. USA: Lincoln Medical Center-Department of Pediatrics. Available at https://www.omicsonline.org/open-access/auricular-perichondritis-complicatinghelical-ear-piercing-2161-0665-1000305.php?aid=83616. Diakses September 2018.

7. Lucerna

A,

Espinosa

J.

2018.

Acute

Atraumatic

Pinna

(Auricular)

Perichondritis.USA: World Journal of Emergency Medicine. Available at https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5847504/. Diakses September 2018.

8. Modul Utama Otologi. 2015. Perikondritis. Surabaya: Kolegium Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher-FK UNAIR. Available at http://spesialis1.tht-kl.fk.unair.ac.id/download/. Diakses September 2018.

9. Fernandes

AP,

Neto

IC,

dkk.

Perikondritis.

Available

at

https://id.vbook.pub.com/document/160088547/jurnal-perikondritis. Diakses September 2018. 13

Related Documents

Perikondritis
January 2021 1
Perikondritis
January 2021 3

More Documents from "RudySyahputraDaulay"