Pokok2 Hukm Perdata Subekti

  • Uploaded by: Catherinee Hutanto
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pokok2 Hukm Perdata Subekti as PDF for free.

More details

  • Words: 4,028
  • Pages: 10
Loading documents preview...
Rangkuman Pokok-pokok Hukum Perdata Karangan Prof.Subekti,S.H. I. KEADAAN HUKUM PERDATA DI INDONESIA Perkataan hukum perdata dalam arti luas meliputi hukum privat materiil yaitu seg ala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan. Dalam arti s empit sebagai lawan hukum dagang seperti dalam pasal 102 Undang-undang Dasar Sem entara yang menitahkan pembukuan (kodifikasi) hukum di Negara kita ini terhadap Hukum Perdata dan Hukum Dagang. Hukum Pidana Sipil maupun Hukum Pidana Militer, Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana, dan susunan serta kekuasaan pengadil an. Untuk mengerti keadaan hukum perdata di Indonesia sekarang ini, perlu kita seked ar mengetahui riwayat politik Pemerintah Hindia Belanda dahulu terhadap hukum di Indonesia. Pedoman politik bagi Pemerintah Hindia Belanda terhadap hukum di Indonesia ditul is dalam pasal 131 indishe Staatsregeling (sebelum itu pasal 75 Regeringreglement) yang dalam pokoknya sebagai berikut : Hukum perdata dan dagang (begitu pula hukum pidana beserta hukum acara perdata d an pidana) harus diletakan dalam kitab-kitab undang-undang yaitu dikodifisir. Untuk golongan bangsa Eropa dianut perundang-undangan yang berlaku di Negara Bel anda (asas konkordansi). Untuk golongan bangsa Indonesia asli dan Timur Asing jika ternyata kebutuhan kem asyarakatan mereka menghendakinya, dapatlah peraturan-peraturan untuk bangsa Ero pa dinyatakan berlaku bagi mereka baik seutuhnya maupun dengan perubahan-perubah an dan juga diperbolehkan membuat suatu peraturan baru bersama, untuk selainnya harus diindahkan aturan-aturan yang berlaku di kalangan mereka, dan boleh diadak an penyimpangan jika diminta oleh kepentingan umum atau kebutuhan kemasyarakatan mereka (ayat 2). Orang Indonesia asli dan orang Timur Asing, sepanjang mereka belum ditundukan di bawah suatu peraturan bersama sengan bangsa Eropa siperbolehkan menundukkan dir i pada hukum yang berlaku untuk bangsa Eropa. Penundukan ini boleh dilakukan bai k secara umum maupun secara hanya mengenai suatu perbuatan tertentu saja (ayat 4 ). Sebelum hukum untuk bangsa Indonesia ditulis di dalam undang-undang bagi mereka itu akan tetap berlaku hukum yang sekarang berlaku bagi mereka yaitu hukum adat (ayat 6). Perihal kemungkinan untuk menundukan diri pada hukum Eropa telah diatur lebih la njut di dalam Staatsblad 1917 no.12. Peraturan ini mengenal empat macam penunduk an yaitu : a. Penundukan pada seluruh hukum perdata Eropa b. Penundukan pada sebagian hukum perdata Eropa yang dimaksudkan hanya pada huku m kekayan harta benda saja (vermogensrecht, seperti yang telah dinyatakan berlak u bagi golongan Timur Asing bukan Tionghoa c. Penundukan mengenai suatu perbuatan hukum tertentu. d. Penundukan secara diam-diam menurut pasal 29. Undang-undang Dasar di negara kita tidak mengenal adanya golongan-golongan warga negara, adanya hukum yang berlainan untuk berbagai golongan itu dianggap jangga l. Kita sedang berusaha membentuk suatu kodifikasi hukum nasional. Sementara bel um tercapai B.W. dan W.v.K. masih berlaku, tetapi dengan ketentuan bahwa hakim ( pengadilan) dapat menganggap suatu pasal tidak berlaku lagi jika dianggapnya ber tentangan dengan keadaan jaman kemerdekaan sekarang ini. Dikatakan bahwa B.W. da

n W.v.K. itu tidak lagi merupakan suatu Wetboek

tetapi suatu rechtsboek .

II. SISTEMATIK HUKUM PERDATA Adanya kitab undang-undang hukum dagang (W.v.K.) disamping kitab undang-undang h ukum perdata (B.W.) sekarang dianggap tidak pada tempatnya karena hukum dagang s ebenarnya tidak lain dari hukum perdata. Memang adanya pemisahan hukum dagang dan hukum perdata dalam perundang-undangan kita sekarang ini. Hanya terbawa oleh sejarah saja yaitu karena di dalam hukum R umawi yang merupakan sumber terpenting dari hukum perdata di Eropa merupakan sum ber terpenting dari hukum perdata di Eropa Barat belumlah terkenal hukum Dagang sebagaimana yang terletak dalam kitab undang-undang hukum dagang kita sekarang. Sebab memang dalam perdagangan internasional juga dapat dikatakan baru mulai ber kembang dalam abad pertengahan. Hukum perdata menurut ilmu hukum sekarang ini, lazim dibagi dalam empat bagian : Hukum tentang diri seseorang Hukum kekeluargaan Hukum kekayaan Hukum waris Bagaimana sistematik yang dipakai oleh kitab Undang-undang Hukum perdata? B.W. itu terdiri dari empat buku : Buku ke I yang berkepala Perihal Orang um kekeluargaan;

memuat hukum tentang diri seseorang dan huk

Buku ke II yang berkepala Perihal Benda

memuat hukum perbendaan serta Hukum Waris;

Buku ke II yang berkepala Perihal Perikatan memuat hukum kekayaan yang mengenai ha k-hak dan kewajiban-kewajiban yang berlaku terhadap orang-orang atau pihak-pihak yang tertentu; Buku ke IV yang berkepala Perihal Pembuktian dan lewat Waktu (Daluarsa) memuat pe rihal alat-alat pembuktian dan akibat-akibat lewat waktu terhadap hubungan-hubun gan hukum. III. PERIHAL ORANG DALAM HUKUM Dalam hukum kerkataan orang (person) berarti pembawa hak atau subjek di dalam hu kum. Sekarang ini boleh dikatakan bahwa tiap manusia pembawa hak tetapi belum la ma berselang masih ada budak belian yang menurut hukum tidak lebih dari suatu ba rang saja. Berlakunya seseorang sebagai pembawa hak mulai dari saat filahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal. Malahan jika perlu untuk kepentingannya, dapat dihitung durut hingga mulai orang itu berada dalam kandungan asal saja kemudian ia dilah irkan hidup, hal mana penting sekali berhubungan dengan warisan-warisan yang ter buka pada suatu waktu, dimana orang itu masih berada di dalam kandungan. Tiap orang menurut hukum harus mempunyai tempat tinggal. Tempat tersebut dinamak an domicili. Juga badan hukum harus mempunyai tempat kedudukan tertentu. Biasanya orang mempunyai domicili di tempat kediaman pokok. Tetapi bagi orang ya ng tidak mempunyai tempat kediaman tertentu, domicili dianggap berada di tempat ia sungguh-sungguh berada. Pengertian rumah kematian yang sering dipakai dalam undang-undang tidak lain sep

erti domicili penghabisan dari seorang yang meninggal. Pengertian ini, penting unt uk menentukan hukum mana yang berlaku dalam soal warisannya, hakim mana yang ber kuasa mengadili perkara tentang warisan itu dan oenting pula berhubung dengan pe raturan yang memperkenankan kepada orang-orang yang menghutangkan si meninggal u ntuk menggugat seluruh ahli waris pada rumah kematian tersebut dalam waktu enam bulan sesudah meninggalnya orang itu. IV. HUKUM PERKAWINAN Perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang lelaki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama. Undang-undang memandang perkawinan hanya dari hubungan k eperdataan demikian pasal 26 B.W. Syarat-syarat untuk dapat sahnya perkawinan, ialah : kedua pihak harus telah mencapai umur yang ditetapkan dalam undang-undang yaitu untuk seorang lelaki 18 tahun dan untuk seorang perempuan 15 tahun; harus ada persetujuan bebas antara kedua pihak; untuk seorang perempuan yang sudah pernah kawin harus lewat 300 hari dahulu sesu dahnya putusan perkawinan pertama; tidak ada larangan dalam undang-undang bagi kedua pihak; untuk pihak yang masih si bawah umur, harus ada izin dari orang tua atau walinya ; Sebelum perkawinan dilangsungkan harus dilakukan terlebih dahulu : pemberitahuan tentang kehendak akan kawin kepala Pegawai Pencatatan Sipil yaitu pegawai yang nantinya akan melangsungkan pernikahan. Pengumuman oleh pegawai tersebut tentang akan dilangsungkan pernikahan itu. Surat-surat yang harus diserahkan kepada Pegawai pencatatan Sipil agar dapat mel angsungkan pernikahan ialah : surat kelahiran masing-masing pihak surat pernyataan dari Pegawai Pencatatan Sipil tentang izin orang tua, izin mana juga dapat diberikan dalam surat perjanjian sendiri yang akan dibuat itu proses verbal dari mana ternyata perantaraan ini dibutuhkan surat kematian suami atau istri atau putusan perceraian perkawinan lama surat keterangan dari Pegawai Pencatatan Sipil yang menyatakan telah dilangsungk an pengumuman dengan tiada perlawanan dari sesuatu pihak dispensasi dari presiden (Menteri Kehakiman) dalam hal ada suatu larangan untuk kawin. Pada asasnya suatu perkawinan harus dibuktikan dengan surat perkawinan. Hanya ap abila daftar-daftar pencatatan sipil telah hilang diserahkan kepada hakim untuk menerima pembuktian secara lain asal saja menurut keadaan yang nampak keluar dua orang lelaki perempuan sapat dipandang sebagai suami istri atau menurut perkata an undang-undang : asal ada suatu bezit van den huwelijken staat . V. HUKUM KEKELUARGAAN Seorang anak sah ialah anak yang dianggap lahir dari perkawinan yang sah antara ayah dan ibunya. Kepastian seorang anak sungguh-sungguh anak ayahnya tentu sukar didapat. Pembuktian keturunan dilakukan dengan surat kelahiran yang diberikan oleh Pegawa i Pencatatan Sipil. Jika tidak mungkin didapatkan surat kelahiran, hakim dapat m emakai bukti-bukti lain asal saja keadaan yang nampak keluar, menunjukan adanya hubungan seperti antara anak dengan orang tuanya. Kekuasaan orang tua (ouderlijke macht)

Seorang anak sah sampai pada waktu ia mencapai usia dewasa atau kawin, berada di bawah kekuasaan orang tuanya, selama kedua orang tuanya terkait dalam hubungan perkawinan. Dengan demikian, kekuasaan orang tua itu mulai berlaku sejak lahirny a anak atau sejak hari pengesahannya dan berakhir pada waktu anak itu menjadi de wasa atau kawin, atau pada waktu perkawinan orang tuanya dihapuskan. Kekuasaan orang tua, terutama berisi kewajiban untuk medidik dan memelihara anak nya. Pemeliharaan meliputi pemberian nafkah, pakaian dan perumahan. Selanjutnya kekuasaan orang tua tidak saja meliputi diri si anak, tetapi juga me liputi benda atau kekayaan si anak itu. Apabila si anak mempunyai kekayaan sendi ri, kekayaan ini diurus oleh orang yang melakukan kekuasaan orang tua. Hanya yai tu mengenai benda-benda tidak bergerak, surat-surat penagihan yang tidak boleh d ijual sebelum mendapat izin dari hakim. Perwalian (Voogdij) Perwalian adalah pengawasan terhadap anak yang dibawah umur, yang tidak berasa d i bawah kekuasaan orang tua serta pengurusan benda atau kekayaan anak tersebut d iatur oleh undang-undang. Dengan demikian berada di bawah perwalian; anak yang b erada di bawah perwalian adalah : anak yang sah kedua orang tuanya telah dicabut kekuasaannya sebagai orang tua; anak sah yang orang tuanya telah cerai; anak yang lahir di luar perkawinaan Pendewasaan (handlichting) Dalam hal-hal yang sangat penting, adakalanya dirasa perlu untuk mempersamakan s eorang anak yang masih si bawah umur dengan seorang yang sudah dewasa, agar anak tersebut dapat bertindak sendiri di dalam pengurusan kepentingan-kepentingannya . Untuk memenuhi keperluan tersebut, diadakan peraturan tentang handlichting ial ah suatu pernyataan tentang seorang yang belum mencapai usia dewasa sepenuhnya a tau hanya untuk beberapa hal saja dipersamakan dengan seorang yang sudah dewasa. Permohonan untuk persamakan sepenuhnya dengan seorang yang sudah dewasa, dapat d iajukan oleh seorang anak yang sudah berumur 20 tahun kepada presiden, dengan me lampirkan surat kelahiran atau lain-lain bukti yang menyatakan, ia telah mencapa i umur tersebut. Presiden akan menberikan keputusannya setelah mendapat nasihat dari MA yang untuk itu akan mendengar orang-orang tua anak tersebut dan lain ang gota keluarga yang dianggap perlu. Begitu juga dalam hal si pemohon berada dibaw ah perwalian, wali dan wali pengawas akan didengar juga. Curatele Orang yang sudah dewasa, yang menderita sakit ingatan menurut undang-undang haru d ditaruh dibawah pengawasan. Selanjutnya diterangkan bahwa seorang dewasa juga dapat ditaruhkan di bawah curatele dengan alasan bahwa ia mengobral kekayaan. Dalam hal seorang sakit ingatan, tiap anggota keluarga berhak untuk meminta cura tele itu, sedangkan terhadap seorang dilakukan oleh anggota-anggota keluarga yan g sangat dekat saja. Dalam kedua hal itu seorang suami atau isteri selalu dapat meminta curetele terhadap isteri atau suaminya. Selanjutnya pikirannya sehingga tidak mampu untuk mengurus sendiri kepentingan-kepentingannya, dapat juga mengaj ukan permohonan supaya menderita sakit ingatan, hingga membahayakan umum. Jaksa diwajibkan meminta curetele bila ternyata belum ada permintaan dari suatu pihak. Permintaan untuk menaruh seorang di bawah curetele harus siajukan kedapa pengadi lan negeri dengan menguraikan peristiwa-peristiwa yang menguatkan persangkaan te ntang adanya : alasan-alasan untuk menaruh orang tersebut dibawah pengawasan, de ngan disertai bukti-bukti dan saksi-saksi yang dapat diperiksa oleh hakim. Penga

dilan akan mendengar saksi-saksi ini, begitu pada anggota-anggota keluarga dari orang yang dimintakan curetele itu dan akhirnya orang itu sendiri akan diperiksa . Orang yang hilang Jikalau seorang meninggalkan tempat tinggalnya dengan tidak memberikan kuasa pad a seseorang untuk mengurus kepentingan-kepentingannya itu sedangkan kepentingankepentingan itu harus diurus atau orang itu harus diwakili, maka atas permintaan orang yang berkepentingan ataupun atas permintaan jaksa, hakim untuk sementara dapat memerintahkan Balai Harta Peninggalan (Wesskamer) untuk mengurus kepenting an-kepentingan orang yang bepergian itu dan dimana perlu mewakili orang itu. Jik a kekayaan orang yabg bepergian itu terlalu besar, maka pengurusannya cukup dise rahkan juga kepada anggota-anggota keluarga yang ditunjuk oleh hakim. Wesskamer berkewajiban, jika perlu menyegel dulu kekayaan itu, membuat pencatatan tentang benda-benda tersebut dan seterusnya akan diperlakukan menurut peraturan yang ber laku bagi pengurusan harta benda seorang yang masih dibawah umur. Tiap tahun Wes skamer harus pula memberi pertanggungjawab kepada Kejaksaan Negeri setempat. VI. HUKUM BENDA Tentang benda pada umumnya Pengertian yang paling luas dari perkataan benda zaak ialah segala sesuatu yang da pat dihaki oleh orang. Ada juga pekataan benda itu dipakai dalam arti yang sempi t yaitu sebagai barang dapat terlihat saja. Ada lagi dipakai jika yang dimaksudk an kekayaan seseorang. Undang-undang membagi benda-benda dalam beberapa macam : benda yang dapat diganti dan benda yang tidak dapat diganti benda yang dapat diperdagangkan dan yang tidak dapat diperdagangkan atau diluar perdagangan. Benda yang dapat dibagi dan benda yang tidak dapat dibagi Benda yang dapat bergerak dan yang tidak bergerak. Tentang hak-hak kebendaan Suatu hak kebendaan ialah suatu hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suat u benda, yang dapat dipertahankan terhadap tiap orang. Ilmu hukum dan perundang-undangan telah lama membagi segala hak-hak manusia atas hak-hak kebendaan dan hak-hak perseorangan. Bezit Suatu hal yang khusus dalam hukum barat ialah adanya pengetian bezit sebagai hak kebendaan disampingnya atau sebagai lawannya pengertian eigendom atau hak milik atas sesuatu benda. Bezit adalah suatu keadaan lahir, dimana seorang menguasai suatu benda seolah-ol ah kepunyaan sendiri, yang oleh hukum siperlindungi, dengan tidak mempersoalkan hak milik atas benda itu sebenarnya ada pada siapa. Perolehan bezit atas benda yang tak bergerak hanya dengan suatu pernyataan belak a, mungkin menurut undang-undang dalam hal-hal berikut : jika orang yang akan mengambil alih bezit itu sudah memegang benda tersebut seba gai houder. Jika ornag yang mengoperkan bezit itu, berdasarkan suatu perjanjian dibolehkan t etap memegang benda itu sebagai houder.

Jika benda yang harus dioperkan bezitnya dipegang seorang pihak ketiga dan orang ini degan persetujuannya bezitter lama mengatakan bahwa untuk seterusnya ia aka n memegang benda itu sebagai bezitter baru atau kepada irang tersebut diberitahu kan oleh bezitter lama tentang adanya pengoperan bezit ini. Eigendom Eigendom adalah hak yang paling sempurna atas suatu benda. Seorang yang mempunya i hak eigendom (milik) atas suatu benda dapat berbuat apa saja dengan benda itu (menjual, menggadaikan, memberikan, bahkan merusak) adal saja ia tidak melanggar undang-undang atau hak orang lain.. Menurut pasal B.W. eigendom hanyalah dapat diperoleh fengan jalan : perjanjian natrekking lewat waktu pewarisan penyerahan Dalam zaman sekarang yang terpenting ialah cara paling akhir disebutkan itu, yai tu penyerahan. Perkataan penyerahan mempunyai dua arti. Pertama perbuatan yang b erupa penyerahan kekuasaan belaka. Kedua perbuatan hukum yang bertujuan memindah kan hak milik tersebut nampak dalam pemindahan hak milik atas benda yang tak ber gerak karena pemindahan itu tidak cukup dilaksanakan dengan pengoperan kekuasaan belaka, melainkan harus pula dibuat suatu surat penyerahan yang harus fikutip d alam daftar eigendom. Hak-hak kebendaan di atas benda orang lain : Erfdienstbaarheid atau servituut Yang dimaksud dengan erfdienstbaarheid ialah suatu beban yang diletakan di atas suatu pekarangan untuk keperluan suatu pekarangan lain yang berbatasan. Hak Opstal Hak opstal adalah suatu hak untuk memiliki bangunan-bangunan atau tanaman-tanama n di atas tanahnya orang lain. Hak kebendaan ini, dapat dipindahkan pada orang l ain dan dapat juga dipakai sebagai jaminan hutang. Hak Erfpacht Hak erfpacht adalah suatu hak kebendaan untuk menarik penghasilan seluas-luasnya untuk waktu yang lama dari sebidang tanah milik orang lain dengan kewajiban mem bayar sejumlah uang atau penghasilan tiap-tiap tahun. Semua hak si pemilik tanah dijalankan oleh orang yang memegang Hak Erfpacht dan pengakuan terhadap hak si pemilik hanya berupa pembayaran canon tersebut. Vruchtgebruik Vruchtgebruik adalah suatu hak kebendaan untuk menarik penghasilan dari suatu be nda orang lain, seolah-olah benda itu kepunyaan sendiri, degan kewajiban menjaga supaya benda tersebut tetap dalam keadaannya semula. Pand dan Hypotheek Kedua hak kebendan ini, memberikan kekuasaan atas suatu benda tidak untuk dipaka i, tetapi untuk dijadikan jaminan bagi hutang seseorang. Pandrecht Menurut B.W. Pandrecht adalah suatu hak kebendaan atas suatu benda yang bergerak

kepunyaan orang lain. Yang semata-mata diperjanjikan dengan menyerahkan bezit a tas benda tersebu, dengan tujuan untuk mengambil pelunasan suatu hutang dari pen dapatan penjualan benda itu. Hypotheek Hypotheek adalah suatu hak kebendaan atas suatu benda yang tidak bergerak bertuj uan mengambil pelunasan suatu hutang dari (pendapatan penjualan) benda itu Hak reklame Sebagaimana diterangkan, seorang penjual barang bergerak yang belum menerima pem bayaran harga barangnya, mempunyai suatu penagihan yang diberikan kedudukan isti mewa atas hasil penjualan barang tersebut,jikalau barang itu masih berada di tan gan si berhutang, yaitu si pembeli. Hak tersebut diberikan si penjual barang den gan tidak dibedakan apakah penjualan telah diplakukan dengan tunai atau dengan k redit. VII. HUKUM WARIS Perihal warisan pada umumnya Menurut undang-undang ada dua cara untuk mendapatkan warisan, yaitu : sebagai ahli waris menurut ketentuan undang-undang karena ditunjuk dalam surat wasiat (testament) Cara yang pertama dinamakan mewarisi menurut undang-undang atau yang kedua dimanakan mewarisi secara testamentair .

ab intestato . Cara

Dalam hukum waris berlaku suatu asas, bahwa hanyalah hak-hak dan kewajiban-kewaj iban dalam lapangan hukumkekayaan harta benda saja yang dapat diwariskan. Dengan kata lain hanyalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dinilai dengan ua ng. Dalam hal mewarisi menurut undang-undang (ab intestato) kita dapat membedakan an tara orang-orang yang mewarisi uit eigen hoofde dan ia dikatakan mewarisi bij plaat svervulling . Jika sebenarnya seorang lain yang berhak atas suatu bagian warisan, tetapi orang itu meninggal lebih dahulu daripada orang yang meninggalkan warisan . Apabila beberapa orang sama-sama mengantikan seseorang makad ikatakan mereka i tu mewarisi bij plaatsvervulling karena mereka itu bersama-sama merupakan suatu st aak atau cabang. Makin banyak anggota suatu cabang, semakin sedikit bagian masing -masing. Dalam suatu cabang dapat terjadi satu atau beberapa cabang lagi. Hak mewarisi menurut undang-undang Siapa yang berhak mewarisi harta peninggalan seseorang diatur sebagai berikut ol eh undang-undang. Untuk menetapkan itu, anggota-anggota keluarga si meninggal, d ibagi dalam berbagai golongan. Jika terdapat orang-orang dari golongan pertama, mereka itulah yang bersama-sama berhak mewarisi semua harta peninggalan. Sedangk an anggota keluarga lainnya tidak dapat bagian satu pun. Jika tidak terdapat ang gota keluarga dari golongan pertama itu, barulah orang-orang yang termasuk golon gan kedua tampil ke nuka sebagai ahli waris. Seterusnya, jika tidak terdapat kel uarga dari golongan kedua, barulah orang-orang golongan ketiga tampil ke muka. Menerima atau menolak warisan Jika terbuka suatu warisan, seorang ahli waris dapat memilih apakah ia akan mene rima atau menolak warisan itu, atau ada pula kemungkinan untuk menerima tetapi d engan ketentuan ia tidak akan diwajibkan membayar hutang-hutang si meninggal, ya

ng melebihi bagiannya dalam warisan itu. Perihal wasiat atau testament Suatu wasiat ialah suatu pernyataan dari seseorang tentang apa yang dikehendaki setelahnya ia meninggal. Pada asasnya suatu pernyataan yang demikian, adalah kel uar dari suatu pihak saja dan setiap waktu dapat ditarik kembali oleh orang yang menbuatnya. Fidei-commis Fidei-commis ialah suatu pemberian warisan kepada seorang waris dengan ketentuan , ia wajib menyimpan warisan itu dan setelah lewat suatu waktu apabila si waris itu sendiri telah meninggal, warisan itu harus diserahkan kepada seorang lain ya ng sudah ditetapkan dalam testament. Orang yang akan menerima warisan terkemudia n ini dinamakan verwachter . Legitieme portie Sebagaimana telah diterangkan, para ahli waris dalam garis rancang baik ke bawah maupun ke atas, berhak atas suatu legitieme portie yaitu suatu bagian tertentu da ri harta peninggalan yang tidak dapat dihapuskan oleh orang yang meninngalkan wa risan. Dengan kata lain mereka itu tidak dapat onterfd . Perihal pembagian warisan Jika beberapa orang waris bersama-sama memperoleh suatu warisan, maka awarisan i ni tentunya pada suatu waktu akan dibagi. Peraturan-peraturan yang temuat dalam buku II B.W. perihal boedelscheiding (pasal 1066 dsl) oleh undang-undang ditetap kan berlaku untuk segala macam pembagian dari tiap kekayaan bersama yang belum t erbagi. Jadi tidak saja untuk pembagian warisan tetapi juga misalnya untuk pemba gian kekayaan bersama yang terjadi karena perkawinan atau karena beberapa orang bersama-sama telah mendirikan suatu persekutuan dagang. Karena itu, perkataan boe del-scheiding dapat diartikan sebagai suatu perbuatan hukum yang bermaksud untuk mengakhiri suatu keadaan, dimana terdapat suatu kekayaan bersama yang belum terb agi. Executeur-testamentair dan bewindvoerder Orang yang akan meninggalkan wrisan, berhak untuk menunjuk seorang atau beberapa orang executeur-testamentair atau pelaksana wasiat yang ditugaskan mengawasi ba hwa surat wasiat itu sungguh-sungguh dilaksanakan menurut kehendak si meninggal. Penunjukan tersebut, dapat dilakukan di dalam surat wasiat sendiri. Orang yang akan meninggalkan warisan berhak pula dalam surat wasiatnya atau dala m suatu akte notaris khusus menentukan bagian warisan salah seorang ahli waris a tau benda yang diberikannya kepada seorang legataris selama hidupnya ahli waris atau legataris tersebut atau suatu waktu tertentu ditaruh bawah kekuasaan seoran g bewindvoerder yang ditugaskan untuk mengurus kekayaan itu sedangkan ahli waris atau legataris tersebut hanya dapat menerima penghasilannya saja dari kekayaan tersebut. Harta peninggalan yang tidak terurus Jika ada suatu warisan terbuka dan tiada seorang pun yang tampil ke depan sebaga i ahli waris atau orang-orang yang terkena sebagai ahli waris semuanya menolak w arisan itu, maka harta peninggalan itu dianggap tidak terurus. Dalam hal yang de mikian, Balai Harta Peninggalan dengan tidak usah menunggu perintah dari hakim, wajib mengurus warisan itu dan waktu mengambil pengurusan warisan itu Weeskamer harus memberitahunya kepada kejaksaan negeri setempat.

VIII. HUKUM PERJANJIAN Perihal perikatan dan sumber-sumbernya Buku III B.W. berjudul perihal Perikatan . Perkataan perikatan mempunyai arti yang lebih luas dari perkataan perjanjian.sebab dalam Buku III itu, diatur juga perih al hubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu persetujuan atau p erjanjian yaitu perihal perikatan yang timbul dari hal yang melanggar hukum dan perihal perikatan yang timbul adari pengurus kepentingan orang lain yang tidak b erdasarkan persetujuan. Adapun yang dimaksud dengan perikatan oleh Buku III B.W. itu ialah: suatu hubung an hulum (mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut banrang sesuatu dari yang lainnya sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu. Sistem Buku III B.W. Buku III B.W, terdiri atas suatu bagian umum dan suatu bagian khusus. Bagian umu m memuat peraturan-peraturan yang berlaku bagi perikatan umumnya, misalnya tenta ng bagaimana lahir dan hapusnya perikatan, macam-macam perikatan dan sebagainya. Bagian khusus memuat peraturan-peraturan mengenai perjanjian-perjanjian yang ba nyak dipakai dalam masyarakat dan yang sudah mempunyai nama-nama tertentu misaln ya jual beli, sewa menyewa, perjanjian perburuhan, maatschap, pemberian dsb. Macam-Macam Perikatan Bentuk perikatan yang paling sederhana ialah suatu perikatan yang masing-masing pihak hanya ada satu orang dan satu prestasi yang seketika juga dapat ditagih pe mbayarannya disamping bentuk yang paling sederhana itu terdapat berbagai macam p erikatan lain yaitu: Perikatan bersyarat (Voorwaardelijk) Perikatan yang digantungkanpada suatu ketetapan waktu (Tijdsbepaling) Perikatan yang membolehkan memilih (Alternatief) Perikatan tanggung menanggung (Hoofdelijk atau solidair) Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dibagi Perikatan dengan penetapan hukuman (Strafbeding) Perikatan-perikatan yang lahir dari undang-undang Sebagaimana telah diterangkan, suatu perikatan dapat lahir dari undang-undang at au dari persetujuan. Perikatan-perikatan uang lahir dari undang-undang dapat dib agi lagi atas : yang lahir dari undang-udang saja yang lahir dari undang-undang karena perbuatan seorang, sedangkan perbuatan oran g ini dapat berupa perbuatan yang diperbolehkan, atau yang melanggar hukuman (on rechtmatig) Yang dimaksud dengan perikatan-perikatan yang lahir dari undang-undang saja iala h perikatan-perikatan yang timbul oleh hubungan kekeluargaan. Jadi yang terdapat dalam B.W. misalnya kewajiban seorang anak yang mampu untuk memberikan nafkah p ada orang tuanya yang berada dalam keadaan kemiskinan. Perikatan-perikatan yang lahir dari perjanjian Untuk suatu perjanjian yang sah harus terpenuhi empat syarat yaitu : perizinan yang bebas dari orang-orang yang mengikatkan diri kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

suatu hal tertentu yang diperjanjikan suatu sebab ( oorzaak) yang halal, artinya tidak terlarang (pasal 1320). Perihal resiko, wanprestasi dan keadaan memaksa Kata resiko berarti kewajiban untuk memikul kerugian jikalau ada suatu kejadian di luar kesalah satu pihak yang menimpa benda yang dimaksudkan dalam perjanjian. Bagaimana resiko ini dalam B.W.? Pasal 1237 menetapkan bahwa dalam suatu perjanjian mengenai pemberian suatu bara ng tertentu, sejak lahirnya perjanjian itu barang tersebut sudah menjadi tanggun gan orang yang berhak menagih penyerahannya. Yang dimaksudkan oleh pasal tersebu t ialah suatu perjanjian yang meletakan kewajiban hanya pada suatu pihak saja, m isalnya suatu schenking. Jadi jikalau seseorang menjanjikan akan memberikan seek or kuda dan kuda ini sebelum diserahkan mati karena tersambar petir, maka perjan jian dianggap hapus. Orang yang harus menyerahkan kuda bebas dari kewajiban untu k menyerahkan. Ia pun tidak usah memberikan sesuatu kerugian dan akhirnya yang m enderita kerugian ini ialah orang yang akan menerima kuda itu. Apakah yang dapat dituntut dari seorang debitur yang lalai? Si berpiutang dapat memilih antara berbagai kemungkinan. Pertama, ia dapat meminta pelaksanaan perjanjian meskipun pelaksanaan ini sudah terlambat. Kedua, ia dapat meminta penggantian kerugian saja yaitu kerugian yang dideritany a karena perjanjian tidak atau terlambat dilaksanakan, atau dilaksanakan tetapi tidak sebagaimana mestinya. Ketiga, ia dapat menuntut pelaksanaan perjanjian disertai dengan penggantian ker ugian yang diderita olehnya sebagai akibat terlambatnya pelaksanaan perjanjian. Keempat, dalam hal suatu perjanjian yang meletakkan kewajiban timbal balik, kela laian satu pihak memberikan hak kepada pihak yang lain untuk meminta pada hakim supaya perjanjian dibatalkan, disertai dengan permintaan penggantian kerugian WEB : http://bloggesiesanova.blogspot.com/2009/07/rangkuman-pokok-pokok-hukum-pe rdata.html

Related Documents


More Documents from "Reza Bagus Hermawan"

Pokok2 Hukm Perdata Subekti
February 2021 0