Loading documents preview...
Kelompok 13 Hymenolepis nana Hymenolepis diminuta dipylidium caninum Fikri Bachtiar
: PO.71.34.018.002
Chitra Widya Asmarandhika
: PO.71.34.018.009
Novia Christiani Millenium
: PO.71.34.018.044
Rosalia Bonai
: PO.71.34.018.057
Brian Mandosir
: PO.71.34.018.008
Hymenolepis nana Merupakan parasit yang termasuk dalam kelas cestoda yang hidup dalam usus
manusia dan dapat menyebabkan penyakit Hymenolepiasis nana atau dwarf tape worm infection.
Cacing ini tidak memiliki hospes intermedier sehingga disebut dengan non obligatory intermedier,
sedangkan hospes definitifnya adalah manusia. Hymenolepis nana menginfeksi anak kecil terutama pada tingkat higienis yang rendah.
Hymenolepis diminuta Merupakan parasit yang termasuk dalam kelas cestoda yang hidup dalam usus tikus dan manusia, cacing ini dapat menyebabkan penyakit Hymenolepiasis diminuta.
Hospes definitif cacing ini adalah tikus dan manusia, sedangkan hospes intermediernya adalah golongan pinjal, golongan kumbang , golongan, serta golongan kecoa.
Nama lain Hymenolepis diminuta adalah cacing pita tikus, the rat tape worm, dan Taenia diminuta.
Dipylidium caninum Merupakan parasit yang termasuk dalam kelas cestoda yang sering menginfeksi anjing dan jarang menginfeksi manusia. Infeksi cacing disebut dipylidiasis dan sering menginfeksi pada anak-anak terutama yang suka bermain dengan anjing.
Hospes definitif cacing ini adalah anjing dan kucing sedangkan hospes intermediernya golongan pinjal antara lain Ctenocephalides canis, Ctenocephalides felis, Pulex irritans, dan kutu anjing Trichodectes canis.
Nama lain cacing ini adalah cacing pita anjing, the double ported dog tape worm, dan Taenia canina.
Morfologi Hymenolepis nana • ukurannya panjang tubuhnya antaran 2 dan 4 cm • dengan leher badan antara 0,7 dan 1 mm. • Scolex. Cacing kerdil mempunyai kepala berbentuk bulat berukuran kecil, • mempunyai rostelum yang pendek (dapat digerakkan keluar masuk) • dilengkapi dengan satu baris kait. Pada kepala juga terdapat 4 buah alat isap yang berbentuk seperti mangkuk. • Leher cacing yang panjang ukurannya mempunyai permukaan yang halus
Morfologi • Proglotid. Cacing ini memiliki segmen matur yang berbentuk trapezium
• mempunyai 3 buah testis dan ovarium yang memiliki 2 lobus • Terdapat sebuah lubang kelamin ( genital pore ) yang terletak dibagian sisi kiri dari segment.
• Segmen grafid cacing berisi 80-180 butir telur yang berada di dalam kantung telur.
Morfologi • Telur. Telur cacing berbentuk lonjong atau bulat dengan ukuran sekitar 30 x 45 mikron.
• Telur ini memiliki dua lapis selaput tipis ( membrane ) jernih yang membungkus embrio yang mempunyai 6 kait( hexacanth embryo ).
• Di daerah kutub telur terdapat penebalan membran yang merupakan tempat keluarnya 4-8 helai filament yang merupakan ciri khas telur Hymenolepis nana.
Gambar Hymenolepis nana
Gambar 1. Cacing Hymenolepis nana
Gambar 2. Skoleks Hymenolepis nana
Gambar Hymenolepis nana
Proglotid muda (immature)
Proglotid dewasa (mature)
Gambar 3. Proglotid Hymenolepis nana
Proglotid matang(gravid)
Gambar Hymenolepis nana
Gambar 4. Telur cacing Hymenolepis nana
Morfologi Hymenolepis diminuta
• Hymenolepis diminuta dewasa mempunyai ukuran panjang badan antara 1060 cm dengan lebar badan antara 3-5mm.
• cacing ini mempunyai jumlah segmen tubuh yang berkisar antara 800 dan 1000 buah.
• Skoleks. Kepala cacing berbentuk gada, dengan rostelum yang telah mengalami kemunduran dan tidak mempunyai kait.
• Kepala mempunyai 4 alat isap yang berukuran kecil.
Morfologi • Proglotid. Cacing ini mempunyai segmen matur yang panjangnya
sekitar 2,5 mm, yang bentuknya mirip segmen matur Hymenolepis nana,
• sedangkan segmen grafid berisi uterus berbentuk kantung yang penuh berisi telur.
• Telur. Telur cacing bulat bentuknya mirip dengan bentuk telur H.nana. telur mempunyai ukuran sekitar 58 x 86 mikron,
• tidak mempunyai filamen.
Gambar Hymenolepis diminuta
Gambar 5. Cacing Hymenolepis diminuta
Gambar 6. Skoleks cacing Hymenolepis diminuta
Gambar Hymenolepis diminuta
Gambar 7. Proglotid muda (immature)
Gambar 8. Proglotid dewasa (mature)
Gambar Hymenolepis diminuta
Gambar 9. Proglotid matang (gravid)
Gambar 10. Telur Hymenolepis diminuta
Morfologi Dipylidium caninum
• Panjang cacing dewasa dapat mencapai 70 cm dengan strobili yang terdiri dari 60-175 proglotid.
• • • •
Skoleks. Kepala cacing berbentuk belah ketupat ( rhomboidal scolex ), mempunyai 4 alat isap yang lonjong dan menonjol. Terdapat rostelum yang bersifat restraktil, mempunyai bentuk sperti kerucut yang dilengkapi dengan 30-150 kait yang berbentuk duri mawar yang tersusun melengkung transversal.
Morfologi • Proglotid matur. Segmen ini berbentuk tempayan atau vas bunga, yang masing-masing segmen mempunyai dua perangkat organ reperoduksi dan satu lubang kelamin yang terletak di tengah – tengah segmen.
• Proglotid gravid. Segmen grafid yang terletak dibagian ujung penuh berisi telur yang tersimpan di dalam kantung telur ( egg ball ) yang masing-masing kantung berisi 15-25 butir telur.
• Seperti halnya Taenia, segmen grafid dapat bergerak aktif dan terlepas satu demi satu atau dalam bentuk rangkaian segmen.
Morfologi • Telur. Telur cacing bulat bentuknya dengan garis tengah sekitar 35-60 mikron mengandung onkosfer yang mempunyai 6 buah kait.
• Telur cacing terbungkus dalam kantung yang masing-masing kantung berisi 15-25 butir telur.
Gambar Dipylidium caninum
Gambar 11. Cacing Dipylidium caninum
Gambar 12. Skoleks Dipylidium caninum
Gambar Dypilidium caninum
Gambar 13. Proglotid dewasa (mature)
Gambar 14. Proglotid matang(gravid)
Gambar Dypilidium caninum
Gambar 15. Telur Dipylidium caninum
Klasifikasi 1. Hymenolepis nana • Kingdom : Animalia • Filum : Plathyhelminthes • Kelas : Cestoda • Ordo : Cyclophyllidea • Family : Hymenolepididae • Genus :Hymenolepis • Spesies : Hymenolepis nana
Klasifikasi 2. Hymenolepis diminuta • Kingdom : Animalia • Filum : Plathyhelminthes • Kelas : Cestoda • Ordo : Cyclophyllidea • Family : Hymenolepididae • Genus :Hymenolepis • Spesies : Hymenolepis diminuta
Klasifikasi 3. Dypilidium caninum • Kingdom : Animalia • Filum : Plathyhelminthes • Kelas : Cestoda • Ordo : Cyclophyllidea • Family : Dipylidiidae • Genus :Dipylidium • Spesies : Dipylidium caninum
Siklus hidup Hymenolepis nana
Siklus hidup Hymenolepis diminuta
Siklus hidup Dipylidium caninum
Distribusi geografis Hymenolepis nana • Cacing ini terdapat diseluruh dunia, tetapi prevalensi yang tertinggi di daerah tropis dan sub tropis.
• Diperkirakan ada sekitar 20 juta penduduk terinfeksi cacing ini. Prevalensinya pada tikus antara 1-10% bahkan mencapai 45% di beberapa tempat
Distribusi geografis Hymenolepis diminuta • Parasite ini tersebar luas di seluruh dunia, terutama menginfeksi rodent.
Dipylidium caninum • Cacing ini pada umumnya menyerang anjing dan kucing, penyebarannya cosmopolitan. Infeksi pada manusia pernah dilaporkan di Eropa, Philipina, Cina, Jepang, Rhodesia, Argentina, dan Amerika Serikat
Epidemiologi Hymenolepis nana • infeksi dengan cacing ini sering terjadi di daerah yang berpenduduk padat dengan kebersihan pribadi yang buruk serta kebersihan lingkungan yang tidak sehat, misalnya di lembaga-lembaga dan pantipanti asuhan.
• Penularan secara langsung lebih sering terjadi daripada penularan tidak langsung (melalui insecta).
Epidemiologi Hymenolepis diminuta • Pengawasan tikus merupakan langkah yang baik untuk membasmi cacing ini.
Disamping itu karena serangga memegang peranan penting sebagai intermediate host, maka sebaiknya semua makanan dilindungi terhadap serangga.
• Perlu dicatat bahwa pada cacing ini tidak dikenal adanya internal autoinfection. Dipylidium caninum • Cacing ini banyak dilaporkan menginfeksi anak berumur dibawah 8 tahun, terutama yang berumur dibawah 6 bulan.
• Infeksi terjadi secara perorang, tertelan pinjal atau tuma anjing dan kucing bersama makanan, atau secara langsung dari tangan yang tercemar tinja anjing.
Patologi klinis a) Hymenolepis nana • Tidak menyebabkan gejala, bila infeksinya berat menyebabkan mual muntah, diare, eosinophilia, anemia.
b) Hymenolepis diminuta • Tidak menimbulkan gejala. c) Dipylidium caninum • Tidak menimbulkan gejala pada anak-anak dapat menyebabkan toksik pada susunan saraf pusat sehingga menimbulkan kejang-kejang.
Diagnosis laboratorium Hymenolepis nana • diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur yang mempunyai ciri khusus(penebalan dengan 4 buah filament dan oncosphere yang mempunyai kait).
• Adanya filament pada telur cacing ini digunakan untuk membedakannya dengan telur Hymenolepis diminuta.
• Kadang-kadang pasien membawa scolex yang mereka temukan di
tinja mereka . pada scolex cacing ini ditemukan adanya 4 buah alat isap dan rostellum yang berakait-kait.
Diagnosis laboratorium Hymenolepis diminuta • Diagnosa ditegakkan dengan menemukan telur cacing ini tidak memiliki filament dan kait-kaitnya tersusun seperti kipas kadangkadang diagnosa didasarkan pada penemuan scolex dalam tinja penderita.
Diagnosis laboratorium Dipylidium caninum • Ciri khas yang mendukung ditegakkannya diagnosa dyplidiasis adalah ditemukannya barel shape proglotid atau peroglottid yang terbentuk tong di tinja, tempat tidur, atau pakaiaan dalam.
• Dalam proglotid tadi terdapat sekumpulan telur dalam kapsul. • Ciri khas lain dari proglotid adalah genital pore yang terdapat dikiri kanan proglotid (double pored ).
• Pada pemeriksaan laboratorium tidak pernah ditemukan telur yang terlepas dari kapsulnya.
Pengobatan dan Pencegahan Hymenolepis nana
• Pengobatan : Niklosamid dan kuinakrin (atabirin) dapat digunakan
untuk mengobati infeksi cacing ini. Untuk orang dewasa niklosamid diberikan sebanyak 1 gram dosis tunggal, sedangkan anak-anak 0,5 gram
• Pencegahan : karena penularan dapat terjadi secara langsung ,
pencegahan sulit dilakukan , meningkatkan kebersihan lingkungan dan hygiene pribadi terutama pada anak
Pengobatan dan Pencegahan Hymenolepis diminuta
• Pengobatan : Infeksi cacing ini dapat diobati dengan kuinakrin ( atabrin ).
• Pencegahan : Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan makanan dan minuman serta memasaknya dengan baik. Pemberantasan tikus dilingkungan hunian harus dilakukan.
Pengobatan dan Pencegahan Dipylidium caninum
• Pengobatan : Untuk mengobati infeksi cacing ini digunakan niklosamid per oral dengan dosis tunggal 2 gram untuk orang dewasa dan 0,5-1,0 mg untuk anak. Selain itu dapat digunakan kuinakrin ( atabrin ).
• Pencegahan :Upaya untuk mencegah penularan dan infeksi cacing ini dapat dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan anjing. Manusia dan binatang yang terinfeksi cacing ini harus diobati dengan baik, sedangkan pinjal dan tuma anjing dapat diberantas menggunakan insektisida yang sesuai.