Referat Luka Bakar

  • Uploaded by: Dhilla Feroh Kesuma T
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat Luka Bakar as PDF for free.

More details

  • Words: 9,766
  • Pages: 44
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN Luka bakar berat adalah luka yang kompleks. Sejumlah fungsi organ tubuh mungkin ikut terpengaruh. Luka bakar bisa mempengaruhi otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah. Sistem pernapasan dapat juga rusak, kemungkinan adanya penyumbatan udara, gagal nafas dan henti nafas. Karena luka bakar mengenai kulit, maka luka tersebut dapat merusak keseimbangan cairan atau elektrolit normal tubuh, temperatur tubuh, pengaturan suhu tubuh, fungsi sendi, dan penampilan fisik. Sebagai tambahan terhadap kerusakan fisik yang disebabkan oleh luka bakar, pasien juga bisa menderita permasalahan psikologis dan emosional yang dimulai sejak peristiwa terjadi dan bisa bertahan / berlangsung untuk jangka waktu yang lama.(1) Mencegah timbulnya bekas luka adalah merupakan tujuan utama dari penatalaksanaan luka bakar. Edukasi pasien secara konsisten dan berulang adalah suatu bagian yang penting dalam terapi pasien. Penatalaksanaan terhadap edema, penatalaksanaan gangguan nafas, memposisikan, dan melibatkan pasien dalam aktivitas fungsional dan pergerakan harus dimulai sejak dini. Pasien perlu dimotivasi untuk bekerja sesuai dengan kemampuan mereka dan menerima tanggung jawab untuk merawat diri mereka sendiri. Kemampuan fungsional pasien setelah terapi tidak akan maksimal jika pasien tidak secara teratur terlibat dalam pergerakan.(2)

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1.

Batasan Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi

seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan. Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah sambaran petir, sengatan listrik, sinar X dan bahan korosif. Kerusakan kulit yang terjadi tergantung pada tinggi suhu dan lama kontak. Suhu minimal untuk dapat menghasilkan luka bakar adalah sekitar 44°C dengan kontak sekurang-kurangnya 5-6 jam. Suhu 65°C dengan kontak selama 2 detik sudah cukup menghasilkan luka bakar. Kontak kulit dengan uap air panas selama 2 detik mengakibatkan suhu kulit pada kedalaman 1 mm dapat mencapai suhu 47°C, air panas yang mempunyai suhu 60°C yang kontak dengan kulit dalam waktu 10 detik akan menyebabkan kehilangan sebagian ketebalan kulit dan diatas 70°C akan menyebabkan kehilangan seluruh kulit. Temperatur air yang digunakan untuk mandi adalah berkisar 36°C-42°C. Pelebaran kapiler dibawah kulit mulai terjadi pada saat suhu mencapai 35°C selama 120 detik, vesikel terjadi pada suhu 53°C57°C selama kontak 30-120 detik.(3) II.2.

Klasifikasi Luka Bakar Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan 2 cara: sumber penyebab dan

derajat luka bakar.(1) Berdasarkan sumber penyebab dibedakan atas: •

Panas. Termasuk api, radiasi, atau pajanan panas dari api, uap dan cairan panas serta benda – benda yang panas



Bahan kimia. Termasuk berbagai macam asam dan basa



Listrik. Termasuk didalamnya arus listrik dan sambaran petir



Cahaya. Luka bakar yang disebabkan oleh sumber cahaya yang kuat atau cahaya ultra violet, juga termasuk sinar matahari

2



Radiasi. Seperti radiasi nuklir, cahaya ultra violet juga termasuk salah satu sumber penyebab luka bakar karena radiasi

Berdasarkan penyebabnya, luka bakar secara kasar dapat dibagi dalam enam kategori (4) A. Luka Bakar Api Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan api 1.

Keparahan tergantung lamanya waktu kulit terpajan dengan api.

2.

Bentuk lain dari jenis ini adalah luka bakar cahaya •

Disebabkan oleh ledakan yang berasal dari gas, atau berupa partikelpartikel halus suatu benda panas.



Menyebabkan luka bakar derajat dua dan tiga pada seluruh daerah kulit yang terkena, termasuk rambut.

B. Luka Bakar Kontak Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan objek yang panas, misalnya besi panas, setrika, dll. Jenis luka bakar ini dapat memberikan gambaran mengenai benda panas yang menyebabkan luka bakar tersebut. C. Luka Bakar Radiasi Terjadi apabila kulit terpajan dengan gelombang panas 1. Tidak selalu diperlukan kontak langsung dengan benda yang menghasilkan gelombang panas untuk menimbulkan luka bakar 2. Dapat menimbulkan lepuh dan eritema 3. Bila pajanan terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan karbonisasi D. Luka bakar terjadi bila kulit berhubungan langsung dengan cairan panas (biasanya air) 1. Air pada 1580F (700C) akan menghasilkan suatu luka bakar derajat tiga pada kulit orang dewasa, kira-kira dalam satu detik dari kontak; pada 1310F (550C), hampir 25 detik untuk menghasilkan luka bakar yang sama

3

2. Pemanas air hampir seluruh rumah di Amerika berasal dari pengaturan pabrik kira-kira 1300-1400F, meskipun begitu,unit terbaru sekarang disesuaikan menjadi sekitar 1200F 3. Luka terbakar dapat dibagi menjadi 3 tipe : a)

Luka imersi, yang mana bisa saja karena ketidak sengajaan atau kecerobohan dirumah. Luka bakar imersi akibat kecerobohan dirumah sering terjadi karena anak kecil ditempatkan didalam kolam atau bak mandi yang dipenuhi air panas membara, dengan tujuan untuk mendisiplinkan atau menghukum si anak. Bentuk khas luka bakar dapat terlihat, sebagai anak yang terrefleksi tenggelam di dalam air. Disekeliling area dari kulit yang melingkari tiap-tiap daerah lutut tidak terkena karena anak tersebut dipaksa berjongkok di dalam air. Anak biasanya dipegang diantara tangannya dan ke bawah pada air membara. Hasil luka bakar menunjukkan bentuk khas dengan tidak terdapat luka di bawah lututnya, fosa poplitea dan daerah inguinal

b)

Luka bakar karena percikan atau tumpahan biasanya tidak disengaja, disebabkan karena memercikkan, menumpahkan cairan panas ke tubuh. Luka akibat tumpahan dapat terjadi bila seorang anak kecil menuangkan pot berisi air panas dari kompor dan cairan tumpah ke seluruh tubuh. Di beberapa bagian kasus, bentuk dari luka bakar harus berhubungan dengan cerita, dengan yang paling berat luka bakarnya dari kulit kepala atau kepala.

c)

Luka bakar hangat biasanya karena ketidaksengajaan. Uap yang sangat panas dapat menyebabkan luka berat pada mukosa saluran nafas. Pada beberapa kasus, edema laring masif dapat terjadi, penyebab asfiksia dan kematian

E. Luka bakar karena gelombang mikro Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik yang mana frekwensi berkisar antara 30 – 300.000 MHz dan panjang antara 1mm sampai 30cm. Radiasi microwave adalah non-ionisasi, oleh karena itu efek biologi 4

primernya adalah panas, yang mana memproduksi melalui agitasi molekuler dari molekul polar seperti air. Pada sistem biologi, oleh karena itu, jaringan dengan komposisis air yang lebih tinggi (seperti otot) akan menjadi lebih panas daripada jaringan dengan komposisis air yang lebih rendah (seperti lemak). Standar operasi untuk microwave di dapur adalah pada 2,450 MHz. 1. Tergantung pada panjang gelombang radiasi, dan ketebalan, orientasi, dan karakter dari target, apabila ada salah satu atau kombinasi dari tiga hal ini : a. Gelombang mikro terrefleksi b. Gelombang mikro diabsorpsi c. Gelombang mikro melewati dikeseluruhan terget 2. Surell et al, pada 1987 melaporkan pada suatu studi yang mana piglet anestesi terekspos pada radiasi gelombang mikro dari sebuah 750 watt microwave rumah tangga, pada energi penuh dalam waktu berkisar 90 – 120 detik. Studi ini menunjukkan bahwa : a. Pada semua kasus, luka bakar memproduksi demarkasi yang sempurna, luka bakar penuh b. Luka bakar yang mana lebih ekstensif dipermukaan tubuh mendekati alat pengeluaran (biasanya bertempat diatas dari oven) c. Secara

mikroskopik

kasar menunjukkan

penemuan

yang

konsisten dari perubahan relatif lemak subkutaneus, selain luka bakar pada kulit diatas atau di bawah otot (perubahan relatif lapisan jaringan). Arus nuklir tidak ada d. Mikroskopik elektron tidak memperlihatkan kerusakan seluler atau organel yang berarti 3. Hampir

luka

bakar

karena

microwave

adalah

karena

ketidaksengajaan, berkaitan dengan memasukkan tangan kedalam microwave dengan tidak benar – benar mematikan terlebih dahulu, atau karena ingesti dari cairan panas yang dipanaskan ke dalam microwave. Pada suatu pelaporan, seorang pria yang menggunakan tambalan nitro transdermal mengalami luka bakar derajat dua didekat 5

tambalan itu,ketika dia duduk disebelah oven microwave yang bocor. Diperkirakan, plastik alumunium yang ada pada tambalan tersebut merupakan faktor yang menyebabkan kebakaran tersebut. 4. Bentuk tidak biasa dari penyiksaan anak pernah dilaporkan pada tahun 1987 oleh Alexander et al yang mana berhubungan dengan dua kasus terpisah yang mana seorang bayi perempuan umur 5 minggu, dan seorang anak laki-laki umur 14 bulan yang terbakar karena diletakkan di oven microwave yang sedang dinyalakan. F. Luka bakar kimia adalah diproduksi oleh agen kimia seperti asam kuat dan alkali, sama seperti agen lain seperti fosfor dan fenol. Luka bakar menghasilkan perbaikan yang lebih lambat daripada luka bakar akibat agen panas. 1. Ekstensi luka tergantung dari : a. Agen kimianya b. Kekuatan atau konsentrasi dari agen kimianya c. Durasi kontak dengan agen tersebut 2. Agen alkalin : a. Cenderung lebih menjadi luka berat dibanding agen asam b. Yang dapat menyebabkan luka bakar umumnya memiliki pH >11,5 c. Sering menghasilkan luka yang cukup tebal d. Menghasilkan luka yang menimbulkan nyeri, dan merusak kulit dan licin 3. Agen asam biasanya menghasilkan hanya sebagian dari ketebalan luka, yang mana diikuti dengan eritema dan erosi yang superfisial saja. Klasifikasi derajat luka bakar berbeda-beda untuk masing-masing negara oleh karena ini sangat bergantung terhadap manajemen pengobatan yang digunakan oleh negara tersebut.

6

Klasifikasi lama yang diperkenalkan oleh Dupuytren adalah pembagian derajat luka bakar dalam 6 derajat (3) 1.

Luka bakar derajat 1. Luka akibat terkena panas dari api, benda panas dan cairan panas yang suhunya tidak mencapai titik didih, atau akibat cairan kimia. Biasanya bentuk luka berupa kemerahan dan proses penyembuhan terjadi tanpa meninggalkan parut. Waktu penyembuhan antara beberapa jam sampai beberapa hari.

2.

Luka bakar derajat 2. Luka diakibatkan terkena benda panas atau cairan panas yang suhunya mencapai titik didih atau lebih tinggi. Lapisan kulit superfisial hanya sedikit yang rusak dan penyembuhannya tanpa meninggalkan jaringan parut. Pada awalnya terdapat vesikel yang kemudian akan terasa sakit dan warnanya menjadi hitam.

3.

Luka bakar derajat 3. Luka bakar ini adalah akibat cairan yang suhunya diatas titik didih. Pada keadaan ini lapisan superfisial kulit seluruhnya rusak sehingga pada penyembuhan akan meninggalkan jaringan parut. Ujung persyarafan juga terbakar dan halini mengakibatkan rasa nyeri yang hebat. Pada proses penyembuhan dapat terjadi jaringan parut yang mengandung semua elemen kulit, sehingga tidak mengalami kontraktur.

4.

Luka bakar derajat 4. Seluruh jaringan kulit mengalami kerusakan. Ujung saraf juga ikut rusak, sehingga pada luka bakar ini rasa nyeri tidak ada. Jaringan parut yang terbentuk akan mengalami kontraksi dan deformitas. Luka terkelupas pada hari ke 5 atau ke 6 dan penyembuhan akan berjalan lambat.

5.

Luka bakar derajat 5. Pada keadaan ini kerusakan juga meliputi fasia otot dan hampir selalu mengalami deformitas.

6.

Luka bakar derajat 6. Keadaan ini biasanya fatal, jika tidak meninggal maka biasanya mengakibatkan kerusakan anggota badan.

7

Klasifikasi luka bakar menurut Wilson(3) 1.

Luka bakar derajat satu (derajat satu dan dua, Dupuytren) Terjadi eritema dan blister tanpa kehilangan epidermis. Disini kapiler mengalami dilatasi dan terjadi transudasi cairan kedalam jaringan ikat, yang menyebabkan edema. Secara umum blister diliputi oleh kulit yang berwarna keputihan diatasnya, epidermis yang avaskuler dan dibatasi oleh zona yang berwarna hiperemi. Bila besar blister kurang dari 1 cm maka blister ini akan diresorbsi, sebaliknya bila blister ini pecah maka akan meninggalkan daerah dengan dasar yang berwarna kemerahan. Luka bakar derajat satu ini akan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Walaupun luka bakar yang terjadi adalah derajat satu akan tetapi bila meliputi lebih dari sepertiga permukaan tubuh terutama yang terletak pada daerah kepala, leher, badan, atau dinding depan dari abdomen maka akan menyebabkan kefatalan.

2.

Luka bakar derajat dua (derajat tiga dan empat, Dupuytren) Terjadi destruksi dari seluruh ketebalan kulit. Epidermis dapat mengalami koagulasi, pengerutan, berupa daerah yang dibatasi oleh zona yang berwarna kemerahan, dan blister kulit. Dalam beberapa hari, biasanya dalam beberapa minggu jaringan yang nekrosis akan mengelupas dan meninggalkan ulkus yang lambat menyembuh. Luka bakar derajat dua sering memerlukan koreksi bedah plastik untuk mengatasi jaringan parut yang terbetuk selama penyembuhan.

3. Luka bakar derajat tiga (derajat lima dan enam, Dupuytren) Yang karakteristik dari luka bakar ini adalah destruksi yang luas tidak hanya pada kulit dan subkutis tetapi juga pada otot dan tulang. Destruksi pada ujung-ujung saraf juga dapat terjadi yang mengakibatkan kehilangan rasa nyeri yang relatif. Devitalisasi jaringan pada area luka bakar menyebabkan mudah terkenanya infeksi dan penyembuhan yang berjalan lambat. Bila paparannya berkepanjangan, maka kulit dan jaringan ikat dibawah kulit akan terbakar dan menjadi arang. Sedangkan paparan yang luas dari tubuh setelah kematian oleh karena panas dan asap menyebabkan seluruh tubuhh menjadi arang dengan otot-otot dan organ-organ dalam yang terpanggang, dan 8

akhirnya menghanguskan bagian-bagian tubuh terutama ekstremitas, genitalia dan telinga. Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Dalamnya Luka(4) Luka bakar biasanya digolongkan berdasarkan dalamnya luka yang terbentuk (kerusakan jaringan) A. Luka bakar derajat Satu Adalah luka bakar yang terbatas pada epidermis superfisial 1. Dapat terlihat dalam bentuk eritema dan edema, biasanya tidak terdapat lepuh (blister), kulit bisa saja, mengalami pengelupasan 2. Biasanya sangat nyeri 3. Tidak terbentuk jaringan parut dalam proses penyembuhan 4. Misalnya luka bakar akibat terpajan sinar matahari B. Luka bakar derajat dua Yang meliputi seluruh epidermis dan sebagian dermis juga mengenai sebagian apendiks kulit. Luka bakar derajat dua dapat terletak dangkal (superfisial) maupun dalam (profunda) 1. Biasanya terdapat lepuh 2. Sensasi sensori utuh, biasanya menyembuh tanpa membentuk jaringan parut, namun pada luka bakar yang dalam dapat menimbulkan jaringan parut C. Luka Bakar Derajat Tiga Meliputi nekrosis (kematian jaringan) yang mengenai seluruh lapisan kulit, termasuk seluruh apendiks kulit. 1.

Daerah yang terbakar terlihat berwarna putih

2.

Kehilangan semua sensasi (mati rasa)

3.

Hampir selalu terbentuk jaringan parut yang parah

D. Luka Bakar Derajat Empat Dikenal sebagai karbonisasi, dimana seluruh jaringan terbakar dan menjadi arang. Terjadi kerusakan total pada kulit dan jaringan subkutan,

9

dan tulang juga

mengalami

karbonisasi baik sebagian maupun

keseluruhan. Tabel 1. Deskripsi Tradisional dan Klasifikasi Umum dari Luka Bakar.(5) Nomenklatur Ketebalan Dangkal Ketebalan sebagian — dangkal Ketebalan Sebagian — dalam Seluruh Ketebalan

Nomenklatur Tradisional

Kedalaman

Penemuan Klinis

Derajat 1

Epidermis

Erythema, nyeri

Derajat 2

Dermis dangkal (papillar)

Lepuh, cairan jernih, nyeri

Kulit tampak pucat, nyeri berkurang. Sulit Derajat 2 dibedakan dengan derajat 3 Dermis dan jaringan Keras, eschar seperti Derajat 3 atau 4 dibawahnya, mungkin kulit, cairan berwarna fascia, tulang, otot ungu, sensibilitas (-) Dermis dalam (reticular)

Klasifikasi Derajat Luka Bakar yang lainnya(3) 1. Luka bakar derajat 1 (luka bakar superfisial). Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5 – 7 hari. Gambar 1. Luka Bakar Derajat I

2. Luka bakar derajat 2 (luka bakar dermis) Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut. Dengan adanya sisa epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 10 – 21 hari. Oleh karena kerusakan kapiler dan 10

ujung saraf di dermis, luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri dibandingkan luka bakar superfisial, karena adanya iritasi ujung saraf sensorik. Juga timbul bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi. Luka bakar derajat 2 dibedakan menjadi : a. Derajat dua dangkal dimana kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10- 14 hari. b. Derajat dua dalam dimana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Bila kerusakan lebih dalam mengenai dermis, subyektif dirasakan nyeri. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung bagian dari dermis yang memiliki kemampuan reproduksi sel-sel kulit (epitel, stratum germinativum, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan lain sebagainya) yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan. Gambar 2. Luka Bakar Derajat II

Gambar 3. Evaluasi luka bakar derajat 2 — 1 jam

Gambar 5 Evaluasi luka bakar derajat 2 — dua hari, lepuh tampak

Gambar 4 Evaluasi luka bakar derajat 2 – 1 hari

11

3. Luka bakar derajat 3. Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutis, atau organ yang lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi memberikan gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula dan tidak nyeri. Gambar 6. Luka Bakar Derajat III

II.3.

Luas Luka Bakar(3) Penentuan luas luka bakar pada kulit adalah penting pada kasus-kasus

dimana kematian terjadi lambat oleh karena luas dan derajat luka bakar sangat penting pengaruhnya terhadap prognosis dan manajemen pengobatannya. Untuk perhitungan luas luka bakar secara tradisional dihitung dengan menggunakan `Rule of Nines` dari Wallace. Dikatakan bahwa luka bakar yang terjadi dapat diindikasikan sebagai presentasi dari total permukaan yang terlibat oleh karena luka termal. Bila permukaan tubuh dihitung sebagai 100%, maka kepala adalah 9%, tiap – tiap ekstremitas bagian atas adalah 9%, dada bagian depan adalah 18%, bagian belakang adalah 18%, tiap-tiap ekstremitas bagian bawah adalah 18% dan leher 1%. Lihat gambar Rumus tersebut tidak dapat digunakan pada anak dan bayi karena relatif luas permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih

12

kecil. Oleh karena itu, digunakan `Rule of ten` untuk bayi dan `Rule of 10-15-20` dari Lund and Browder untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus tersebut adalah luas telapak tangan dianggap seluas 1%. Derajat dan luas luka bakar tergantung pada banyak faktor seperti jarak korban dengan api, lamanya pajanan, bahkan pakaian yang digunakan korban pada waktu terjadinya kebakaran. Komposisi pakaian dapat menentukan derajat keparahan dan luasnya luka bakar. Kain katun murni akan mentransmisi lebih banyak energi panas ke kulit dibandingkan dengan bahan katun polyester. Bahan katun terbakar lebih cepat dan dapat menghasilkan luka bakar yang besar dan dalam. Bila bahan yang dipakai kandungan poliesternya lebih banyak akan menyebabkan luka bakar yang relatif ringan atau kurang berat. Bahan rajutan akan menghasilkan daerah luka bakar yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan bahan pintalan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bila bahan yang dipakai bertambah berat maka daerah yang terbakar akan berkurang. Selain itu derajat luka bakar akan berkurang bila pakaian yang dipakai korban ketat dan mengelilingi tubuh. Gambar 4. Perhitungan Luas Luka Bakar 0

– 1 th

5 th 14 18 9

9

9

9 18 18

18 18 16 14

16

14

15 th

Dewasa 10

9

9

9

9

9

13 18 18 18

18 18 18

18

18

1

Tabel 2. Rule of Nines untuk Penatalaksanaan Luka Bakar Pada Permukaan Tubuh Struktur Anatomi Area Permukaan Kepala 9% Badan Depan 18% Punggung 18% Tiap Kaki 18% Tiap Lengan 9% Genitalia/perineum 1%

II.4.

Patofisiologi Luka Bakar(6) Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi, rusak dan permeabilitasnya meningkat. Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar <25%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh, masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan

14

cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin yang berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah 8 jam. Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Edema laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan nafas dengan gejala sesak nafas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat, sehingga hemoglobin tidak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12 – 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya diuresis. Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit untuk diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai macam antibiotik. Perubahan luka bakar derajat 2 menjadi derajat 3 akibat infeksi, dapat dicegah dengan mencegah infeksi. Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari kulit sendiri atau dari saluran nafas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gream negatif. Peudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi Pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau

15

pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah. Infeksi ringan dan non invasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat 2 menjadi derajat 3. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis sehingga jaringan yang diperdarahinya mati. Bila luka bakar di biopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman dan terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar demikian disebut luka bakar septik. Bila penyebabnya kuman Gram positif, seperti Staphylococcus atau basil Gram negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi di usus. Syok septik dan kematian dapat terjadi karena toksin kuman yang menyumbat di darah. Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat 2 dapat sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat 2 yang dalam mungkin menimbulkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku, dan secara estetik sangat jelek. Luka bakar derajat 3 yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila ini terjadi dipersendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang. Pada luka bakar dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristaltik usus menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi, peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion kalium. Stress atau beban faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak

16

Curling. Yang di khawatirkan pada tukak Curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan/atau melena. Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi, dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil dan berat badan menurun. Dengan demikian, korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut penyakit luka bakar. Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka bakar mengenai wajah sehingga rusak berat, penderita mungkin menderita beban kejiwaan berat. Jadi, prognosis luka bakar terutama ditentukan oleh luasnya luka bakar. II.5.

Jenis Parut Akibat Luka Bakar(7) Ada tiga jenis parut utama yang biasanya disebabkan oleh luka bakar:

Keloid, Parut hipertrofik dan kontraktur. Keloid adalah jaringan parut yang tebal tak beraturan dan membesar secara progresif akibat pembentukan kolagen yang berlebihan dalam lapisan korium selama pembentukan jaringan ikat pada bekas luka. Parut akan tumbuh di luar lokasi yang luka. Parut ini biasanya berwarna merah muda atau merah dan pada akhirnya akan menjadi berwarna coklat gelap. Parut Hipertrofik biasanya berwarna merah, tebal, berbeda dengan keloid, parut hipertrofik berada di luar lokasi dari luka. Kontraktur adalah suatu pengencangan kulit yang permanen yang bisa mempengaruhi otot dan tendon dibawahnya sehingga membatasi pergerakan dan mungkin merusak atau mengurangi fungsi saraf. 1.

Keloid Keloid adalah suatu pertumbuhan yang terlalu cepat dari jaringan parut.

Parut akan tumbuh di luar lokasi luka. Parut ini biasanya berwarna merah muda atau merah dan pada akhirnya akan menjadi berwarna coklat gelap. Keloid terjadi ketika tubuh melanjutkan prosesnya untuk menghasilkan kolagen suatu protein berserat kuat, setelah luka telah disembuhkan. Parut keloid biasanya tebal, bersimpai, kaku dan gatal selama proses pembentukan dan perkembangannya. 17

Keloid yang luas bisa membatasi pergerakan. Apalagi, gesekan dari pakaian atau jenis friksi lain bisa mengiritasi keloid. Orang-orang berkulit gelap lebih mudah untuk mengalami Keloid dibanding mereka yang mempunyai kulit berwarna putih dan angka kejadian terjadinya Keloid berkurang sesuai dengan umur. Keloid bisa dikurangi ukurannya dengan cryotherapy (pembekuan), tekanan dari luar, suntikan kortison, suntikan steroid, radiasi atau dengan pembedahan. Jika suntikan dan tekanan dari luar seperti balut tekan tidak cukup, jaringan parut dapat dioperasi, hal ini biasanya dilakukan pada pasien dengan anestesi lokal dan mereka bisa kembali ke pekerjaan atau sekolah dalam beberapa hari. Dokter anda boleh merekomendasikan bahwa kamu memakai balut tekan di atas area yang atas selama satu tahun untuk mencegah Keloid dari kekambuhan. adalah mungkin bahwa prosedur ini akan perlu untuk diulangi sedikitnya tiap tahun sebab Keloid mempunyai suatu kecenderungan untuk timbul kembali. Gambar 7. Keloid

2. Parut Hipertrofik Parut Hipertrofik biasanya berwarna merah, tebal dan timbul, bagaimanapun juga mereka berbeda dengan Keloid karena mereka tumbuh di bawah jaringan yang mengalami luka. Apalagi, Parut Hipertrofik akan tumbuh dari waktu ke waktu. Pertumbuhannya ini bagaimanapun juga dapat dikurangi dengan bantuan steroid atau suntikan. Gambar 8. Parut Hipertrofik

18

Tabel 3. Perbedaan antara keloid dan parut hipertrofik(6) Permulaan

Keloid Timbul setelah beberapa bulan atau tahun

Parut Hipertrofik Timbul dalam beberapa

Invasi

Meluas ke daerah kerusakan epitel

minggu Terbatas pada bekas

Penyembuhan Predileksi Ras/bangsa Luka bakar Gatal

Tak ada regresi Sternum,bahu,pipi,telinga,pinggang Ras kulit gelap/hitam Mungkin Jarang hebat

kerusakan Hilang sendiri Dapat timbul dimanapun Ras kulit putih Sering Sangat mengganggu

3. Kontraktur Suatu parut kontraktur adalah suatu pengencangan kulit yang permanen yang bisa mempengaruhi otot dan tendon dibawahnya sehingga membatasi pergerakan dan mungkin merusak atau mengurangi fungsi saraf. Kontraktur terjadi ketika jaringan elastis normal digantikan dengan jaringan berserat yang tidak elastis. Hal ini membuat jaringan tersebut resisten terhadap regangan dan mencegah pergerakan normal area yang terpengaruh. Fisioterapi,

tekanan

dan

memperbanyak

berlatih

dapat

membantu

mengendalikan kontraktur. Jika perawatan ini tidak bisa mengendalikan efek kontraktur, pembedahan mungkin diperlukan. Suatu skin graft atau suatu prosedur penutupan mungkin bisa dilakukan. Apalagi dokter anda bisa merekomendasikan suatu teknik baru seperti Z-Plasty atau perluasan jaringan. Gambar 9. Kontraktur

19

II.6. •

Menentukan Keparahan Luka Bakar(1) Sumber luka bakar. Luka bakar minor yang disebabkan oleh radiasi nuklir lebih parah dibandingkan dengan suatu luka bakar termal. Luka bakar yang disebabkan oleh bahan kimia adalah berbahaya sebab bahan kimia mungkin masih terdapat pada kulit.



Bagian tubuh yang terbakar luka bakar yang terdapat pada wajah lebih berbahaya sebab bisa mempengaruhi jalan nafas atau mata. Luka bakar pada telapak tangan dan kaki juga membutuhkan perhatian khusus sebab bisa membatasi pergerakan jari dan jari kaki.



Derajat luka bakar. Derajat luka bakar adalah penting untuk ditentukan sebab bisa menyebabkan infeksi/peradangan jaringan yang terbakar dan memudahkan invasi kuman ke sistem sirkulasi.



Luas daerah luka bakar. Adalah penting untuk mengetahui persentase dari jumlah permukaan kulit yang terbakar. Tubuh orang dewasa dibagi menjadi beberapa regio, masing-masing mewakili sembilan persen dari total permukaan tubuh. Regio ini adalah kepala dan leher, masing-masing ekstremitas bagian atas, dada, abdomen, punggung bagian atas, pantat dan punggung bagian bawah, bagian depan dari masing-masing ekstremitas bawah, dan bagian belakang dari masing-masing ektremitas bagian bawah. Jumlahnya 99 persen. 1 persen sisanya adalah area genital. Pada bayi atau anak kecil, persentase yang lebih besar ditempatkan pada kepala dan batang tubuh.

20



Umur pasien. Ini sangat penting sebab anak-anak kecil dan orang tua pada umumnya mempunyai reaksi yang lebih berat terhadap luka bakar dan berbeda proses penyembuhannya.



Kondisi fisik dan mental sebelum terjadinya luka bakar. Pasien dengan penyakit saluran pernapasan, kelainan jantung, diabetes atau penyakit ginjal berada dalam bahaya yang lebih besar dibanding orang-orang yang sehat.

II.7.

Berat Ringannya Luka Bakar(8) Dibagi menjadi : 1. Berat = Parah a. Luka bakar derajat II 25% atau lebih b. Luka bakar derajat III 10% atau lebih c. Luka bakar derajat III pada tangan, kaki dan muka d.Terdapat komplikasi pada saluran nafas, jantung, patah tulang, kerusakan soft tissue yang luas 2. Sedang a. Luka bakar derajat II 15 – 25% b. Luka bakar derajat III 2 – 10% kecuali pada muka, tangan dan kaki 3. Ringan a. Luka bakar derajat II <15% b. Luka bakat derajat III <2%

II.8.

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keparahan Luka Bakar(4) Tingkat keparahan luka bakar dipengaruhi oleh factor-faktor berikut :



Intensitas panas Pada kebakaran rumah, biasanya suhu berada pada kisaran di bawah 1200 – 16000F



Durasi terpajan panas

21

Misalnya, kulit manusia dipanaskan sampai 450C selama 2 jam, maka kulit akan menjadi hiperemis tanpa terjadi kerusakan epidermis, namun bila durasi pajanan diperpanjang sampai 3 jam, akan terjadi kerusakan total atau nekrosis pada epidermis. •

Pada pelaksanaan pembakaran jenazah (kremasi) orang dewasa, alat yang digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu selama 1,5 jam dengan suhu 15000F

II.9.

Terapi Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya

dengan menyelimuti dan menutupi bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin atau melepaskan baju yang tersiram air panas. Pertongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka bakar dengan air atau menyiraminya dengan air mengalir selama sekurang kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar selama 15 menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Dengan demikian luka yang sebenarnya menuju derajat dua dapat berhenti pada derajat satu, atau luka yang akan menjadi derajat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu. Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin, tidak usah steril. Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-

22

sisa sel epitel untuk berploriferasi dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka. Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau perlu dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen. Kalau terjadi edema laring, dipasang endotrakeal tube atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi ruang mati dan memudahkan pembersihan jalan nafas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, diberikan oksigen murni. Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan tertutup. Kalau perlu, penderita dimandikan terlebih dahulu. Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid. Analgesik diberikan bila penderita kesakitan.(6) Secara singkat, berikut adalah hal – hal yang bisa dilakukan untuk menolong korban luka bakar di tempat kejadian.(7) A. Bantuan Pertama untuk Luka Bakar Derajat Pertama 1.

Jika kulit tidak rusak, siram air dingin di atas area yang terbakar atau rendam dengan air dingin (bukan air es). Lakukan hal tersebut untuk beberapa menit. Jika luka bakar terjadi karena suatu lingkungan dingin, Jangan gunakan air. Suatu handuk basah yang dingin dapat juga membantu mengurangi sakit.

2.

Luka bakar dapat sangat menyakitkan, tenteramkan hati korban dan jaga ia agar tetap tenang.

3.

Setelah membilas atau merendam luka bakar untuk beberapa menit, tutup luka bakar dengan suatu perban yang steril, tidak mudah lengket atau kain bersih.

4.

Lindungi luka bakar dari gesekan dan tekanan.

23

5.

Pemberian analgesik mungkin diperlukan untuk mengurangi sakit, mereka

juga

bisa

membantu

mengurangi

peradangan

dan

pembengkakan. 6.

Luka bakar ringan pada umumnya sembuh tanpa perawatan lebih lanjut.

B. Bantuan Pertama untuk Luka Bakar Derajat Dua dan Tiga 1.

Jangan lepas atau tanggalkan pakaian yang terbakar; (kecuali jika pakaian itu lepas dengan mudah), tetapi pastikan bahwa korban tidak kontak dengan bahan atau material yang terbakar.

2.

Pastikan bahwa korban masih bernafas. Jika nafasnya berhenti atau airway korban terhalang kemudian buka airway dan jika perlu mulai resusitasi.

3.

Jika korban bernafas, tutup luka bakar dengan suatu perban yang steril, lembab, dingin atau kain bersih. Jangan menggunakan suatu selimut atau handuk; suatu seprai yang mudah terbakar. Jangan gunakan obat salep dan hindari terjadinya lepuh.

4.

Jika jari tangan atau jari kaki telah dibakar, pisahkan mereka dengan pembalut luka yang tidak mudah lengket steril, kering.

5.

Angkat area yang terbakar dan lindungi dari tekanan atau gesekan.

6.

Lakukan tindakan untuk mencegah syok. Letakkan korban pada tempat yang datar, angkat kaki setinggi 12 inci, dan tutup korban dengan suatu mantel atau selimut. Jangan tempatkan korban pada posisi syok bila dicurigai ada kepala, leher, punggung, atau kaki yang luka atau jika posisi tersebut membuat korban tidak nyaman.

7.

Lanjutkan dengan memonitor tanda vital korban (nafas, denyut nadi, tekanan darah).

C. Hal Yang Tidak Boleh Dilakukan 1. Jangan oleskan obat salep, mentega, es, pengobatan, pakaian berbahan kapas halus, perban yang mudah lengket, kain sari, meminyaki percikan, atau menggunakan bahan rumah tangga apapun untuk memperbaiki luka bakar. Hal ini dapat bertentangan dengan penyembuhan yang sesuai. 24

2. Jangan biarkan luka bakar terkontaminasi. Hindari bernafas atau batuk di area yang terbakar. 3. Jangan lakukan apapun pada kulit yang mati atau melepuh. 4. Jangan lakukan kompres beku dan jangan rendam suatu luka bakar serius dengan air dingin. Hal ini dapat menyebabkan syok. 5. Jangan letakkan bantal di bawah kepala korban jika ada suatu luka bakar pada airway. Hal ini dapat menutup airway. Luka bakar adalah merupakan suatu keadaan gawat darurat, jadi setelah halhal diatas dilakukan sebaiknya korban di bawa ke rumah sakit. Berikut adalah halhal yang dilakukan:(6,8) DUA PULUH EMPAT JAM PERTAMA (HARI 1) Survei primer : A = Airway adakah trauma inhalasi: anamnesa, suara serak (stridor)→observasi selama 24 jam bila perlu pasang ET atau lakukan trakheostomi B = Breathing Gangguan nafas karena eschar yang melingkar dada, trauma thorax dll→lakukan escharotomi atau penanganan trauma thorax yang lain C = Circulation Dilakukan resusitasi cairan. Bila penderita syok maka diatasi dulu syoknya dengan infus RL diguyur sampai nadi teraba atau tekanan darah >90mmHg. Baru kemudian lakukan resusitasi cairan. Cairan yang dibutuhkan dalam penanganan syok tidak dihitung. Resusitasi cairan yang sering digunakan adalah cara Baxter. Baxter dengan rumus : 4cc x kgBB x %luka bakar Setengah dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya diberikan selama 16 jam berikutnya. Cairan yang diberikan biasanya RL karena terjadi defisit ion Na. Cara lain yang bisa dilakukan adalah cara Evans : 25

1. %luka bakar x kgBB menjadi NaCl per 24 jam 2. %luka bakar x kgBB menjadi ml plasma per 24 jam Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat edema. Plasma diperlukan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh darah dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar. 3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2000cc glukosa 5% per 24jam. Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya dalam 16 jam berikutnya. - Pasang kateter untuk memonitor produksi urin. Diharapkan produksi urin ½ - 1cc/KgBB/jam - Pasang CVP pada luka bakar >/=40% dan pada penderita yang mengalami kesulitan untuk mengukur tekanan darah.

Survei Sekunder •

Penilaian luas luka bakar dan derajat kedalamannya. Biasanya dihitung sebelum resusitasi cairan definitive



Pasang NGT. Untuk dekompresi penderita yang mengalami ileus paralitik dan untuk memasukkan makanan



Cuci luka dengan NaCl dan savlon, keringkan, olesi dengan salep (Dermazin) kemudian rawat luka secara tertutup



Pemeriksaan laboratorium darah dan Analisa Gas Darah tiap 24 jam



Pemberian analgetika dan antibiotika Luka bakar termal, listrik dan bahan kimia membutuhkan penanganan dan

pengobatan yang berbeda. Terapi farmakologi memiliki peran yang terbatas dalam penatalaksanaan luka bakar kimia. Disisi lain kunci dari penanganan luka bakar listrik adalah pada rehidrasi sementara luka bakar termal memerlukan analgetik

26

dan antibiotik topikal. Pastikan pasien memberi informasi tentang alergi obat yang mereka miliki, obat – obatan yang sedang diminum atau kondisi kesehatan lain.(7) A. Terapi Luka Bakar Termal 1. Analgetik Untuk luka bakar termal dokter biasanya memberikan resep analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri dan memberikan kenyamanan pada pasien. Morfin sulfat, Demerol dan Vicodin mungkin diresepkan untuk nyeri yang sangat hebat. 2. Anti Inflamasi Non steroid Golongan obat ini digunakan untuk nyeri akibat luka bakar ringan sampai sedang. Ibuprofen biasanya digunakan untuk terapi awal, tapi pilihan lain seperti naproxen, ansaid dan anaprox dapat juga diberikan. 3. Antibiotik Topikal Antibiotik topikal digunakan untuk mencegah infeksi dan pertumbuhan bakteri. Neo sporin digunakan untuk infeksi minor dan dioleskan ke kulit 1 – 3x sehari. Silvadene adalah krim topikal yang digunakan untuk luka bakar yang lebih berat. Silvadene adalah obat golongan sulfa yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi bakteri atau jamur. Silvadene harus dioleskan menggunakan teknik steril ke tempat luka bakar dan tempat luka bakar tersebut harus dicuci bersih sebelum pemakaian. Hindari menggunakan silvadene pada wajah dan silvadene tidak boleh digunakan pada neonatus, bayi berumur kurang dari 2 tahun atau pada kehamilan trimester akhir. B. Terapi Luka Bakar Kimia Walaupun

obat-obatan

memegang

peranan

yang

terbatas

pada

penatalaksanaan luka bakar kimia pada umumnya namun antibiotik topikal, garam magesium dan kalsium mungkin dapat digunakan. Setelah luka dibersihkan, terapi cairan IV dan obat-obat narkotik diberikan 1. Antibiotik 27

Silvadene digunakan untuk luka bakar pada kulit dan berguna dalam pencegahan infeksi pada luka bakar derajat 2 dan 3. Obat ini harus dioleskan pada kulit 1 atau 2x sehari dan semua obat yang diberikan sebelumnya harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum mengoleskan salep baru. Eritromicin salep (bacitracin) digunakan untuk mencegah infeksi pada luka bakar yang terdapat di bagian mata. 2. Analgetik Morfin dan asetaminofen diberikan untuk penatalaksanaan nyeri dan mungkin dapat bertindak sebagai sedatif yang penting bagi pasien yang mengalami cedera pada daerah mata. 3. Anti Inflamasi Non Steroid Advil, Motrin, Ansaid, Naprosyn, dan anaprox adalah obat anti inflamasi yang digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang.

C. Terapi Luka Bakar Elektrik Kunci dari penatalaksanaan luka bakar listrik adalah hidrasi. Hidrasi yang adekuat dapat menurunkan morbiditas. Jika kerusakan otot terjadi sangat parah, diuretik osmotik diberikan. 1. Terapi Cairan Ringer Lactat biasanya digunakan untuk terapi. Ringer lactat adalah larutan isotonik dan berfungsi sebagai pengganti volume cairan tubuh. Pemberiannya melalui jalur intra vena dan harus dihentikan apabila terdapat tanda-tanda edema pulmo. 2.

Osmosis diuretik Manitol adalah diuretik osmosis yang tidak dimetabolisme secara signifikan dan melewati glomerulus tanpa direabsorpsi oleh ginjal. Manitol digunakan untuk mengembalikan dan mempertahankan urin output. 28

DUA PULUH EMPAT JAM KEDUA (HARI II) dst(8) •

Cairan yang diberikan volumenya ½ dari hari pertama



Pemberian koloid/plasma ekspander sudah boleh dilakukan



Diet sudah mulai 8 jam pasca trauma bila tidak terjadi ileus, melalui NGT



Perawatan luka dilakukan sesuai kebutuhan, biasanya setiap hari



Hari ke 7 penderita boleh dimandikan



Posisi penderita diletakkan dalam posisi yang baik agar tidak

terjadi kontraktur maupun problem rekonstruksi yang lain. Selain penatalaksanaan secara farmakologik, perawatan luka bakar juga tak lepas dengan masalah nutrisi. Nutrisi bagi penderita luka bakar tak kalah pentingnya dalam proses penyembuhan luka.(7) Memperkirakan jumlah kebutuhan nutrisi pada pasien luka bakar sangat penting dalam proses penyembuhan. Terdapat beberapa rumus untuk menghitung kebutuhan nutrisi pasien kula bakar. Persamaan Harris-Benedict dibuat untuk menghitung kebutuhan kalori orang dewasa sementara Galvaston digunakan pada anak-anak. Rumus Curreri digunakan untuk menghitung kebutuhan kalori dewasa dan anak-anak. Studi terbaru menunjukkan bahwa rumus ini cenderung bersifat berlebihan (over estimate) sebesar kira – kira 150% dari kebutuhan kalori. Karena tidak ada satupun rumus yang dapat memperhitungkan secara akurat berapa banyak kalori yang dibutuhkan oleh pasien, adalah penting bagi dokter dan ahli gizi untuk memonitor secara ketat kondisi nutrisi pasien.(7) Kebutuhan protein pada umumnya meningkat daripada kebutuhan energi dan tampaknya berhubungan dengan besarnya massa tubuh. Tubuh kehilangan protein melalui luka dan karena hal ini tubuh meningkatkan kebutuhan kalori untuk penyembuhan. Bagaimanapun juga mayoritas dari peningkatan kebutuhan protein berasal dari adanya kerusakan otot dan terkait penggunaannya dalam memproduksi energi. Memberikan indeks protein yang lebih tinggi tidak dapat

29

menghentikan proses perusakan ini akan tetapi protein penting untuk menyediakan bahan untuk sintesis jaringan yang rusak atau hilang. Karbohidrat merupakan penyuplai kalori terbesar pada kebanyakan kondisi terrmasuk stress pada luka bakar. Memberikan kalori yang adekuat dari karbohidrat dapat mengurangi penggunaan protein sebagai bahan bakar. Tubuh memecah karbohidrat menjadi glukosa yang akan digunakan sebagai energi. Luka bakar membutuhkan glukosa untuk energi dan tidak dapat menggunakan sumber energi lain.(7) Lemak dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan juga sebagai sumber kalori. Rekomendasi umum memberikan 30% kalori dalam bentuk lemak, dan jumlah ini bisa lebih besar jika diperlukan. Kekurangan asupan lemak berimplikasi pada penurunan fungsi imun.(7) Kebanyakan

institusi

kesehatan

mengetahui

bahwa

luka

bakar

membutuhkan jumlah vitamin dan mineral yang lebih tinggi akan tetapi berapa peningkatan kebutuhan ini belum dapat ditentukan. Beberapa vitamin yang penting adalah vitamin C dan E bersama dengan zinc dapat membatasi kerusakan oksidatif dan mempercepat penyembuhan luka. Memberikan kalori dan zat gizi yang adekuat adalah tugas yang sangat sulit pada pasien luka bakar terutama pada anak-anak. Adalah sangat penting bagi para tenaga kesehatan untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dalam rangka meminimalisasi efek buruk dari kehilangan masa tubuh,dan malnutrisi energi protein. Kegagalan memenuhi kebutuhan ini dapat bermanifestasi sebagai penyembuhan luka yang tidak sempurna, balance nitrogen yang negatif, penurunan BB dan penurunan fungsi kekebalan tubuh.(7) Penilaian status nutrisi awal sebaiknya dilakukan secepatnya setelah masuk rumah sakit. Hal ini sangat penting agar pemberian makan yang adekuat dapat diberikan dalam 24-48 jam pertama setelah pasien mengalami luka bakar. Pengukuran berat badan dan tinggi badan yang akurat seperti sebelum luka bakar terjadi yang dapat dilihat pada Tabel Standar Pertumbuhan Anak sangat diperlukan untuk memperkirakan kebutuhan nutrisi pada anak. (7)

30

II.10. Rehabilitasi Pasca Luka Bakar(2) Mencegah timbulnya bekas luka adalah merupakan tujuan utama dari penatalaksanaan luka bakar. Edukasi pasien secara konsisten dan berulang adalah suatu bagian yang penting dalam terapi pasien. Penatalaksanaan terhadap edema, penatalaksanaan gangguan nafas, memposisikan, dan melibatkan pasien dalam aktivitas fungsional dan pergerakan harus dimulai sejak dini. Pasien perlu dimotivasi untuk bekerja sesuai dengan kemampuan mereka dan menerima tanggung jawab untuk merawat diri mereka sendiri. Kemampuan fungsional pasien setelah terapi tidak akan maksimal jika pasien tidak secara teratur terlibat dalam pergerakan. A. Pengendalian Nyeri(2) Dalam rangka mencapai hasil akhir yang diinginkan, adalah sangat penting untu memberikan penghilang nyeri yang adekuat. Tujuan dari pemberian obat penghilang sakit adalah untuk memberikan dasar yang baik pada penatalaksanaan nyeri agar baik aktifitas dan pergerakan fungsional hidup sehari-hari dapat dilakukan oleh pasien setiap waktu. Penggunaan obat penghilang sakit kombinasi seperti paracetamol, AINS, tramadol, dan obat narkotika lepas lambat dapat menurunkan kebutuhan akan dosis narkotika untuk nyeri yang sangat hebat. Kodein harus dihindarkan jika mungkin oleh karena efek negatifnya mempengaruhi motilitas usus. Metode penatalaksanaan yang mungkin dapat membantu adalah Stimulasi Listrik Syaraf Transkutaneus (TENS) B. Trauma Inhalasi(2,7) Penata laksanaan agresif dan profilaksis terhadap saluran pernafasan harus dimulai bila ada kecurigaan adanya suatu trauma inhalasi. Jika terdapat riwayat luka bakar pada suatu ruang tertutup atau pasien mengalami penurunan tingkat kesadaran maka perawatan harus dimulai secepatnya. Perawatan harus diarahkan pada menghilangkan sekresi paru-paru (oedema), menormalisasi mekanisme pernafasan, dan mencegah komplikasi lain seperti pneumonia. Penatalaksanaan awal meliputi:

31



Normalisasi mekanisme pernafasan-seperti menggunakan suatu alat Bantu ekspirasi bertekanan positif, intermittent positive pressure breathing, posisi duduk, dan potitioning



Meningkatkan kedalaman pernafasan dan ventilasi kolateral alveolar – seperti dengan ambulasi atau, jika tidak mungkin, menggunakan tilt table, dan teknik fasilitasi. Gambar 10 Penggunaan Alat Bantu Nafas Bertekanan Positif

C. Pergerakan dan Fungsi(2,7) Pergerakan adalah suatu kebiasaan yang harus dimotivasi untuk dimulai bahkan sejak saat masuk rumah sakit. Jika suatu pasien dapat menerima tanggung jawab atas latihan diri sendiri dan dapat melakukan aktivitas hidup sehari-hari maka aspek tersulit dari program rehabilitasi akan mudah terlewati. Jika dicurigai ada kerusakkan tendon akibat luka bakar, maka mungkin akan dibutuhkan bidai pelindung dan alat pelindung pergerakan lain. Gambar 11. Latihan Kekuatan untuk Penderita Luka Bakar Listrik Pada Tubuh Bagian Atas. Rehabilitasi untuk Mengembalikan Fungsi difokuskan Pada Kekuatan Alat Gerak Atas Dan Kestabilan Badan Atas

32

D. Penatalaksanaan Oedema(2) Menghilangkan Oedema harus dilakukan sejak awal masuk rumah sakit. Satu-satunya sistem tubuh yang dapat dengan aktif memindahkan kelebihan cairan dan debris dari jaringan interstitium adalah sistem limfatik. Oedema yang terkumpul pada zona stasis suatu luka bakar dapat menyebabkan penambahan kedalaman luka bakar secara progresif. Prinsip pengurangan oedema merupakan bagian yang holistic dalam penata laksanaan luka bakar. Rehabilitasi Yang dimulai pada saat terjadinya luka bakar meliputi: •

Kompresi-misalnya Coban, sarung tangan edema



Pergerakan-Ritmik



Elevasi

atau

memposisikan

ekstremitas

untuk

membantu

penyerapan kembali cairan oedema •

Maksimalisasi pembuluh limfe



Pembidaian

tidak

mengendalikan

oedema

kecuali

untuk

mengalirkan cairan ke daerah yang mengalami imobilisasi. Gambar 12. Sarung Tangan Kompresi (Coban)

E. Imobilisasi(2) Penghentian pergerakan, fungsi, dan ambulasi mempunyai indikasi masing-masing. Imobilisasi hanya boleh dilakukan apabila terdapat kerusakan tendon atau tulang atau apabila jaringan yang rusak telah diperbaiki (termasuk rekonstruksi kulit). Apabila bagian tubuh harus diimobilisasi, misalnya untuk membuat skin graft menempel, maka bagian tersebut harus dipasang bidai atau diposisikan pada posisi antideformitas (mencegah adanya deformitas dikemudian hari) untuk jangka waktu yang sesingkat mungkin.

33

F. Rekonstruksi Kulit(2) Rekonstruksi Kulit dirancang sesuai dengan kedalaman luka bakar yang dinilai pada saat operasi. Teknik rekonstruksi dan perkiraan waktu pelaksanaan rekonstruksi sepenuhnya tergantung pada masing-masing ahli bedah. Faktor lain yang mempengaruhi metode pemilihan rekonstruksi kulit ini meliputi ketersediaan dan biaya produk bioteknologi. G. Penatalaksanaan Jaringan Parut(2,7) Penatalaksanaan jaringan parut berhubungan komponen fisik dan komponen estetik dikarenakan adanya implikasi emosional dan psikososial pasca luka bakar. Jaringan parut hipertrofik merupakan hasil dari pembentukan serat kolagen yang berlebihan selama masa penyembuhan luka dan

reorientasi dari serat

tersebut dengan pola yang tidak seragam. Jaringan keloid berbeda dari jaringan parut hipertrofik karena ia bisa meluas di luar area luka bakar. Keloid lebih sering dijumpai pada orang-orang dengan kulit hitam dibanding orang-orang kulit putih. Pembentukan jaringan parut dipengaruhi oleh banyak faktor: •

Faktor diluar kulit: pertolongan pertama kecukupan resusitasi cairan, penempatan di rumah sakit, intervensi bedah, penatalaksanaan luka dan pembebatan luka.



Faktor yang berhubungan dengan pasien sendiri. Derajat penyesuaian dengan program rehabilitasi, tingkat motivasi, umur, kehamilan, warna kulit.

1. Prosedur Pembedahan(2,7) Terdapat dua tipe besar prosedur bedah yang dapat menghilangkan jaringan parut dan mengganti jaringan yang hilang pada korban luka bakar berat: dermabrasi dan skin graft. Dermabrasi adalah prosedur bedah yang bertujuan meminimalisasi

penampilan

jaringan

parut,

mengembalikan

fungsi

dan

mengkoreksi kelainan bentuk akibat dari luka. Skin graft adalah prosedur bedah 34

dimana sepotong kulit yang berasal dari tubuh pasien di transplantasikan ke daerah lain dari tubuh. a. Dermabrasi Dermabrasi adalah prosedur bedah yang bertujuan meminimalisasi penampilan jaringan parut, mengembalikan fungsi dan mengkoreksi kelainan bentuk akibat dari luka. Dermabrasi digunakan untuk menghaluskan jaringan parut dengan “mencukur” atau mengikis lapisan kulit teratas. Walaupun dermabrasi dapat menghaluskan permukaan jaringan parut,proses ini tidak akan menghilangkan jaringan parut tersebut. Jaringan parut akan tetap ada akan tetapi penampilannya akan menjadi lebih baik seiring dengan waktu. Prosedur ini dapat dilaksanakan di tempat praktek bedah kulit atau di fasilitas kesehatan lain bagi pasien yang berobat jalan. Segera setelah pembedahan ini dilakukan, kulit akan diberikan salep, perban yang basah atau mengandung lilin,perawatan kering atau kombinasi dari keduanya. Biasanya kulit akan terlihat merah dan bengkak setelah pembedahan. Pembengkakan ini akan berlanjut selama 2 – 3 minggu. Pasien akan mengalami rasa nyeri, gatal atau rasa terbakar setelah pembedahan yang menandakan kulit baru yang mulai tumbuh. Krusta akan terbentuk di area yang sudah mulia menyembuh, bagaimanapun jika salep dioleskan pada daerah yang terluka segera setelah pembedahan maka hanya akan ada sedikit atau tidak ada krusta sama sekali. Seiring dengan proses penyembuhan, krusta akan luruh meninggalkan lapisan kulit baru yang berwarna merah jambu. Jika daerah tersebut tetap berwarna merah, bengkak dan terasa gatal mungkin ini merupakan tanda pembentukan jaringan parut abnormal. Hal ini harus segera dilaporkan pada ahli bedah yang bersangkutan. Setelah pembedahan, pasien dapat beraktifitas dengan normal seperti kembali bekerja dalam waktu 2 minggu. Pasien disarankan untuk menghindari aktivitas yang dapat menyebabkan benturan pada area yang di operasi selama 2 minggu. Olah raga harus dihindari untuk 4 – 6 minggu setelah operasi. Sangatlah penting untuk melindungi kulit selama 6 – 12 bulan sampai proses pigmentasi kulit lengkap terbentuk. Warna kulit akan kembali normal dalam waktu sekitar 3

35

bulan. Pada saat repigmentasi kulit sudah lengkap, warna kulit akan tampak sama dengan warna kulit sekitarnya. Gambar 13. Dermabrasi

b. Skin Graft Skin graft adalah prosedur bedah dimana sepotong kulit yang berasal dari tubuh pasien di transplantasikan ke daerah lain dari tubuh. Kulit dari orang lain atau dari binatang mungkin digunakan sebagai penutup sementara pada luka bakar luas untuk menghindari kehilangan cairan. Kulit yang diambil dari donor haruslah kulit yang sehat dan diiplantasikan ke daerah kulit yang rusak dari resipien. Skin graft merupakan prosedur bedah yang lebih rumit daripada dermabrasi. Skin graft biasanya dilakukan di rumah sakit besar di bawah anestesi umum. Waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan tergantung dari luas dan keparahan luka, antara 6 minggu sampai beberapa bulan. Dalam 36 jam pertama setelah pembedahan, pembuluh darah yang baru akan mulai terbentuk pada kulit yang ditransplantasi. Pada umumnya skin graft berhasil, tetapi ada beberapa yang membutuhkan pembedahan tambahan jika proses penyembuhan tidak berjalan dengan sempurna. Ada beberapa tipe dari skin graft: pinch,split - thickness,full – thickness dan pedicle graft. •

Pinch Graft : potongan kulit sebesar ¼ inchi dipasang pada donor. Bagian kulit yang kecil ini kemudian akan tumbuh menutup area yang terluka. Kulit ini akan tumbuh bahkan didaerah dengan suplai darah yang terbatas dan dapat mencegah infeksi. 36



Split – thickness graft : terdiri dari lapisan superficial dan lapisan dalam dari kulit yang berbentuk helaian. Graft yang diambil dari daerah donor dapat mencapai lebar 4 inchi dan panjang 10 – 12 inchi. Graft ini kemudian ditempel pada area resipien. Segera setelah graft ditanam daerah tersebut dapat ditutup dengan balut tekan atau dibiarkan terbuka. Split thickness graft digunakan pada bagian tubuh yang tidak menyangga berat badan (non weight bearring).



Full – thickness graft : digunakan pada bagian tubuh yang menyangga berat badan dan yang cenderung mengalami gesekan seperti telapak kaki dan sendi. Full thickness graft terdiri dari semua lapisan kulit termasuk pembuluh darah. Pembuluh darah dari area resipien akan tumbuh menyambung area transplantasi dalam 36 jam.



Pedicle graft: dengan pedicle graft bagian dari kulit yang digunakan dari daerah donor akan tetap menempel pada daerah tersebut dan sisanya akan menempel pada daerah resipien. Suplai darah akan tetap utuh pada daerah donor dan tidak akan dipotong sampai suplai pembuluh darah baru terbentuk dengan lengkap. Prosedur ini pada umumnya dilakukan pada tangan, wajah atau sekitar leher.

Gambar 14. Skin Graft Keberhasilan skin graft dapat diperkirakan 72 jam setelah pembedahan. Jika transplantasi kulit ini dapat melewati 72 jam pertama tanpa infeksi atau trauma, tubuh pada umumnya tidak menolak transplantasi ini. Sebelum pembedahan, area donor dan resipien harus bebas dari infeksi dan mempunyai suplai darah yang stabil. Prosedur lanjutan yang berupa memindahkan atau

37

meregangkan area resipien harus dihindari. Perban yang digunakan harus steril dan biasanya diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi. 2. Penggantian Kulit (2,7) Pada beberapa pasien dengan luka bakar yang sangat parah, transplantasi kulit menggunakan kulit sehat meraka sendiri tidak dapat dilakukan karena mereka hanya memiliki sedikit sekali kulit yang sehat atau meraka tidak cukup kuat menjalani operasi. Alternatif lain untuk menutup luka bakar ini adalah dengan menggunakan kulit cadaver atau kulit binatang. Tubuh akan menolak kedua pilihan ini dalam beberapa hari dan pembedahan harus diulangi lagi. Pada tahun 1997, produk sintetik baru bernama Dermagraft–TC tersedia di pasaran. Dermagraft TC dibuat dari sel manusia hidup dan secara luas digunakan untuk mengganti kulit kadaver. Badan pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui penggunakan Dermagraft TC ini. Ada dua jenis perban kulit buatan yang dapat digunakan untuk perawatan luka bakar derajat tiga: Integra Artificial Skin dan Original BioBrane. Tidak seperti

perban tradisional, perban baru ini dapat

mempercepat penyembuhan luka dengan berinteraksi langsung dengan jaringan tubuh. BioBrane adalah bahan nilon yang mengandung gelatin yang berinteraksi dengan factor pembekuan pada luka. Interaksi ini menyebabkan perban menempel dengan baik membentuk lapisan pelindung yang lebih kuat. Integra adalah perban 2 lapis. Lapisan paling atas berperan sebagai lapisan epidermis sintetik, lapisan di bawahnya berperan sebagai dasar pertumbuhan kembali jaringan kulit. Lapisan yang bawah terbuat dari serat kolagen dan berperan sebagai penghubung bagi sel tubuh untuk mulai membentuk jaringan kulitnya sendiri. Produk pengganti kulit lain banyak muncul di pasaran. Organogenesis inc. menjual Apilgra, suatu bahan yang ekuivalen dengan kulit manusia hidup untuk merawat luka dan ulcus. Lifecell corporation membuat jaringan kulit manusia

38

yang dapat di implantasi untuk keperluan bedah rekonstruksi dan perawatan luka bakar. Sebagai tambahan dari kulit buatan adalah kulit kultur. Dokter dapat mengambil potongan kulit sebesar perangko dari pasien dan menumbuhkannya di media kultur khusus. Dari bagian kulit yang kecil ini, para ahli dapat menumbuhkan cukup kulit untuk menutup hampir seluruh tubuh dalam jangka waktu 3 minggu. Kultur kulit sudah tersedia di Amerika sejak 10 tahun yang lalu. Kulit buatan hanya merupakan perbaikan sementara;pasien akan tetap membutuhkan skin graft bagaimanapun juga dengan penggunaan kulit buatan berarti skin graft yang akan di gunakan semakin tipis yang membantu daerah donor dan resipien menyembuh secara lebih cepat dan akan lebih sedikit operasi yang dibutuhkan. Penggunaan kulit buatan belum sepenuhnya sempurna dan mungkin tidak cocok bagi semua pasien luka bakar. Jaringan parut masih akan tetap tampak akan tetapi jauh lebih ringan.

Gambar 15. Kulit Buatan

3. Balut Tekan(2,7) Kulit normal yang tidak mengalami kerusakan terdiri dari jaringan ikat yang terdapat pada lapisan dermis yang membentuk serabut kolagen 3 dimensi yang menyatu secara pararel pada permukaan kulit. Kulit memerlukan tekanan yang berlawanan dengan lapisan di bawahnya. Pada keadaan normal, tekanan

39

yang diberikan kulit terhadap tubuh memastikan setiap kulit yang terluka digantikan ke bentuknya semula tanpa adanya jaringan parut. Ketika luka bakar merusak kulit, tekanan papilla dermis yang normal pada lapisan ini tidak ada lagi. Tanpa tekanan ini jaringan parut hipertrofik akan mulai terbentuk menyebabkan berbagai macam deformitas. Perban balut tekan menyediakan dan mengontrol pembentukan dari jaringan parut hipertrofik dengan memberikan reaksi titik topang pada daerah luka. Pembalut takan berperan dalam menurunkan pembentukan jaringan parut hipertrofik dengan menurunkan pembentukan jaringan parut dan deformitas. Sangatlah penting bagi pasien luka bakar menggunakan balut tekan pada saat jaringan parut masih in aktif dan belum matur. Jaringan parut sangat responsif pada awal pembentukannya dan penggunaan balut tekan secara dini sangat membantu. Balut tekan sebaiknya dipakai paling tidak 23 jam sehari dan hanya dibuka pada saat mandi atau membersihkan balut tekan tersebut. Pada umumnya pasien harus memakai balut tekan ini selama 12-18 bulan. Penggunaan lanjut balut tekan mencegah penebalan, pemadatan dan pembentukan nodul yang biasa terlihat pada jaringan parut hipertrofik. Diharapkan hanya akan terbentuk jaringan parut tipis yang elastis yang masih memungkinkan pergerakan semi normal. Tekanan eksternal yang diberikan oleh balut tekan dapat menurunkan respon inflamasi dan jumlah darah dalam jaringan parut, mengurangi rasa gatal dan mencegah sintesis kolagen. Sebagai tambahan, balut tekan memberikan perlindungan terhadap trauma. Gambar 16. Balut Tekan

Pemasangan balut tekan adalah intervensi yang utama di dalam penata laksanaan jaringan parut. Pemberian tekanan pada luka bakar bertujuan untuk mengurangi pembentukan jaringan parut dengan menghalangi maturasi jaringan

40

parut dan memudahkan reorientasi serat kolagen menjadi seragam, dan tersusun paralel sebagai kebalikan dari pola melingkar yang terlihat di jaringan parut tidak dirawat. Bahan pembalut tekan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan sering kali dipengaruhi oleh jenis pembedahan yang telah di jalani. Pasien harus diukur pada hari ke lima atau ke tujuh setelah operasi transplantasi dan bahan pembalut tekan ini harus langsung digunakan secepatnya setelah mereka selesai dibuat. Balut tekan bisa digunakan untuk 3 bulan, setelah masa itu diharapkan diadakan pengukuran kembali terhadap pasien untuk menyesuaikan dengan perubahan dimensi jaringan parut. Pada orang-orang dengan luka bakar derajat sedang sampai berat di daerah muka atau leher, masker wajah yang terbuat dari akrilic harus dipertimbangkan untuk digunakan. Masker ini memberikan tekanan yang cukup untuk daerah wajah dan leher. Masker ini juga bisa dibuat untuk dipakai pasien pada malam hari. Pada daerah dengan jaringan parut yang persisten yang tidak responsive terhadap pemasangan balut tekan, teknik perawatan jaringan parut lain harus di pertimbangkan. Teknik ini termasuk dengan pijatan, krim pelembab.

Gambar 17. Topeng Akrilik 4. Edukasi Pasien Pada Penatalaksanaan Jaringan Parut(2) Setelah mengalami luka bakar, kulit mengalami perubahan fungsi, oleh karena itu pasien harus di beri motivasi untuk terus menerus menggunakan zat pelembab bagi kulit. Pelembaban sangat penting karena dapat mencegah kulit dari

41

kekeringan, berkerut dan pecah-pecah yang dapat menyebabkan infeksi sekunder dan kerusakan kulit. Edukasi tentang perlindungan terhadap sinar matahari juga penting bagi pasien. Pasien harus mengetahui bahwa mereka harus melindungi kulit mereka dari sinar matahari sampai 2 tahun dan mereka juga harus melindungi dan menutup kulit mereka tidak hanya dengan tabir surya tapi juga pakaian yang baik pada saat bekerja atau beraktivitas di luar ruangan. H. Follow Up pasien rawat Jalan(2) Unit penanganan luka bakar sebaiknya memberikan ringkasan yang teratur dan komprehensif mengenai perkembangan terapinya. Jenis follow up pasien rawat jalan tergantung dari derajat beratnya luka bakar, akan tetapi dalam hubungannya dengan pengembalian fungsi dan pergerakan, pasien rawat jalan membutuhkan monitoring yang ketat dan perubahan secara berkala dosis latihan fisioterapi dan program latihan di rumah.

Gambar 18. Fisioterapi

42

BAB III RINGKASAN Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan. Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah sambaran petir, sengatan listrik, sinar X dan bahan korosif.(3) Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan 2 cara: sumber penyebab dan derajat atau kedalaman luka bakar. Berdasarkan sumber di bedakan atas panas, bahan kimia, listrik, cahaya dan radiasi. Berdasarkan derajat dibagi menjadi derajat satu, dua dan tiga.(1) Luas luka bakar dihitung berdasarkan rumus Rule Of Nine atau Rule of Wallace. Bila permukaan tubuh dihitung sebagai 100%, maka kepala adalah 9%, tiap-tiap ekstremitas bagian atas adalah 9%, dada bagian depan adalah 18%, bagian belakang adalah 18 5, tiap-tiap ekstremitas bagian bawah adalah 18% dan leher 1%. Rumus tersebut tidak dapat digunakan pada anak dan bayi karena relatif luas permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, digunakan `Rule of ten` untuk bayi dan `Rule of 10-15-20` dari Lund and Browder untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus tersebut adalah luas telapak tangan dianggap seluas 1 %.(3) Ada tiga jenis parut utama yang biasanya disebabkan oleh luka bakar: Keloid, Parut hipertrofik dan kontraktur. Keloid adalah jaringan parut yang tebal tak beraturan dan membesar secara progresif akibat pembentukan kolagen yang berlebihan dalam lapisan korium selama pembentukan jaringan ikat pada bekas luka. Parut akan tumbuh di luar lokasi yang luka. Parut ini biasanya berwarna merah muda atau merah dan pada akhirnya akan menjadi berwarna coklat gelap. Parut Hipertrofik biasanya berwarna merah, tebal, berbeda dengan Keloid, parur hipertrofik berada di luar lokasi dari luka. Kontraktur adalah suatu pengencangan kulit yang permanen yang bisa mempengaruhi otot dan tendon dibawahnya sehingga membatasi pergerakan dan mungkin merusak atau mengurangi fungsi saraf.(7) 43

Berat Ringannya Luka Bakar(8) Dibagi menjadi : 1. Berat = Parah a. Luka bakar derajat II 25% atau lebih b. Luka bakar derajat III 10% atau lebih c. Luka bakar derajat III pada tangan, kaki dan muka d. Terdapat komplikasi pada saluran nafas, jantung, patah tulang, kerusakan jaringan lunak yang luas 2. Sedang a. Luka bakar derajat II 15 – 25% b. Luka bakar derajat III 2 – 10% kecuali pada muka,tangan dan kaki 3. Ringan a. Luka bakar derajat II <15% b. Luka bakat derajat III <2% Prinsip penanganan luka bakar meliputi:(2,7) 1. Pertolongan pertama di tempat kejadian 2. Pertolongan di rumah sakit 3. Rehabilitasi pasca luka bakar.

44

Related Documents

Referat Luka Bakar
March 2021 0
Referat Luka Bakar
March 2021 0
Referat Luka Bakar
March 2021 0
Luka Bakar
February 2021 1
Makalah Luka Bakar
January 2021 1

More Documents from "Sinta Bella"

Referat Luka Bakar
March 2021 0
Nine Centers Human Design
January 2021 3
Ajna - Human Design
January 2021 0
Human Design Book
January 2021 3