Risalah Ibnu Fadhlan.pdf

  • Uploaded by: TARMIZI THALIB
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Risalah Ibnu Fadhlan.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 38,309
  • Pages: 201
Loading documents preview...
"Dia menceritakan bagaimana Karavan bepergian. Dia juga menulis flora dan fauna sepanjang perjalanan. Dia menunjukkan pada kita bagaimana perdagangan berlangsung. Tidak ada sumber seperti itu."

(Thomas S. Noonan; Ahli Sejarah Rusia dari Universitas Minessota) *

Risalah Ibnu Fadhlan Narasi Ekspedisi dari Baghdad Sampai Eropa Utara Abad ke-10 /In Ordinary Man... An Extraordinary Journey! ("The 13th Warrior" Movie)

Ahmad bin Fadhlan bin al-‘Abbas bin Rasyid bin Hammad

RISALAH IBNU FADHLAN Narasi Ekspedisi dari Baghdad sampai Eropa Utara Abad ke-10

Risalah Ibnu Fadhlan

Narasi Ekspedisi dari Baghdad sampai Eropa Utara Ahad ke-10

Diterjemahkan dari edisi bahasa Arab: Risalah Ibn Fadhlan: Fi Wasf al-Rihlah ilaa Bilad al-Turki wa al-Khazar wa al-Ruus wa al-Shaqalibah.

Alih Bahasa: Nasih Burhani Editor: Abd. Kholiq Tata Letak: A.Jamroni Desain Sampul: Aulia Rahmat SM

Cetakan, 2017 vi + 200; 14 x 20 cm E-ISBN: 978-602-5436-79-6

ISBN 978-602-6556-21-9 Diterbitkan oleh:

RELASI INTI MEDIA (Anggota IKAPI) Jin. Permadi Nyutran RT/RW. 61/19 MG II No. 1606 Wirogunan, Mergangsan, Yogyakarta 55151 Telp. (0274) 2870300

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................

v

BAGIAN PERTAMA

MUKADIMAH.....................................................................

1

BAB I _ Perjalanan Ibnu Fadhlan.................................

Penulisan Ekspedisi pada masa ini (abad ke-10 M) Gambaran Keadaan pada masa Ibnu Fadhlan......... Duta dan Hubungan Bilateral................................... Deskripsi Perjalanan Ibnu Fadhlan........ -................ Arti Penting Perjalanan Ibnu Fadhlan---- -----------

7 7 13 19 23 30

BAB II__ Penelitian Risalah Ibnu Fadhlan-------------

41

A. Biografi Ibnu Fadhlan.................. B. Bagian-Bagian Risalah---- ------------------------------C. Manuskrip Risalah----------------------------------------

41 48 55

A. B. C. D. E.

v

D. Metode Penelitian....................................................... E. Enam Model atau Bentuk Manuskrip

61

Catatan Perjalanan Ibnu Fadhlan.............................

76

BAGIAN KEDUA Risalah Ibnu Fadhlan: Berdasarkan Manuskrip Asli

83 Pengantar..................................................................... 83 Persia dan Turki.......................................................... 86 Saqalibah...................................................................... 121 Rusia............................................................................. 153 Khazar.......................................................................... 168

Tentang Kota-Kota yang Disaksikan---------------------

A. B. C. D. E.

BAGIAN KETIGA Indeks ................................................................................... 175

A. Indeks Nama Tokoh, Suku, dan Komunitas........... 175 B. C.

Indeks Tempat dan Lokasi....................................... 182 Indeks Budaya dan Bahasa..... ................................. 189

Bibliografi-----------

193

Profil Muhaqqiq-------------------------------------------------- 199

MUKADIMAH

ada musim panas tahun 1951, saya mengunjungi guruku, pemimpin yang mulia, Muhammad Kurdi Ali, di Damaskus. Saat itu, beliau tengah sibuk membolak-balik beberapa majalah dari sebuah lembaga ilmu pengetahuan. Beliau mempelajari majalah itu dan membaca beberapa artikel yang ditulis oleh para orientalis dan cendekiawan Arab tanpa melewatkan satu halaman pun. Beliau kemudian memberiku sebuah majalah Hongaria yang diterbitkan di kota Budapest bulan lalu. Di dalamnya ada sebuah artikel dalam bahasa Jerman tentang perjalanan Ibnu Fadhlan yang ditulis oleh seorang orientalis dengan mendasarkan pada catatan perjalanan tersebut yang telah tersebar dan diterjemahkan, memberikan koreksi dalam beberapa aspeknya, dan menyuguhkan keteranganketerangan baru yang dirujuk dari teks asli dalam bahasa Arab tentang perjalanan itu serta foto-foto/ gambar yang menguatkan catatan tersebut. Saya membolak-balik majalah itu dan menyerahkannya lagi kepada guruku (aim). Namun saya tidak mampu me­ mahami maksud tersembunyi yang diberikannya artikel

B

RISALAH IBNU FADHLAN

tersebut kepadaku. Beliau kemudian memberitahuku tentang pentingnya tulisan ini, perlunya para cendekia Arab untuk membaca, memahami, dan mengurai intisari dari catatan perjalanan itu, serta memandang besar temuan ini dalam peradaban mereka. Catatan ini mampu memberikan gambaran tentang negara Rusia, Bulgaria, dan Turki pada abad ke-10 Masehi dengan suatu gambaran yang mungkin hanya ditemukan dalam sumber ini. Bangsa Rusia sendiri telah merujuk pada catatan ini, membaca, mengkaji, me­ ngembangkan dan menerjemahkannya sejak seratus tahun yang lalu. Mereka menjadikan catatan perjalanan Ibnu Fadhlan itu sebagai sumber mereka yang berharga; sebagai sebuah referensi pokok yang tidak tergantikan. Sejak beberapa tahun ini, bangsa Rusia selalu merujuk pada catatan perjalanan Ibnu Fadhlan dalam berbagai artikel dan kajian mereka untuk menambah pemahaman dan pengetahuan tentang hal ini. Di mana dalam catatan ini tercantum nama-nama benda, tokoh, jenis pakaian, jenis makanan, adat kebiasaan, dan tradisi Catatan ini mampu memberikan gambaran tentang negara Rusia, Bulgaria, dan Turki pada abad ke-10 Masehi dengan suatu gambaran yang mungkin hanya ditemukan dalam sumber ini.

yang berbagai simbol dan petunjuk­ nya mampu mengungkap hal-hal baru tatkala orientalis mengkajinya secara seksama di dalam membaca teks, me­ nelaah hal-hal yang samar/ tersembunyi dan mengurai hal-hal yang muskil di

dalamnya.

BAGIAN PERTAMA: MUKADIMAH

Sebagian kajian dan artikel ini telah sampai kepada kami dan sebagian yang lain hilang di tengah jalan. Mayoritas orang Arab tidak mengetahui apa yang ada dibalik harta terpendam ini. Mereka tidak memposisikan karya ini sebagai peninggalan dalam bidang sastra abad ke-4 Hijriyah, bahkan dalam kesusastraan kita secara umum. Hal ini karena bagianbagian catatan perjalanan ini diterbitkan dan diterjemahkan di dunia Barat namun cetakannya tidak sampai di lemari buku kita, bangsa Arab secara umum, apalagi di dalam lemari buku pribadinya. Ketidaktahuan ini membuat bangsa Arab tidak bisa melihat sebuah sinar di dalam dunia kita. Dan hal ini merupakan sesuatu yang tidak lazim. Dari hal inilah, Muhammad Kurdi Ali menganjurkan kepadaku untuk mencurahkan perhatiannya dengan mem­ pelajari catatan perjalanan ini secara tuntas, mengkajinya dan memberikan keterangan atas karya itu. Saya sangat

bahagia atas kepercayaan ini. Saya mengira perkara ini sebagai hal yang mudah dan ringan. Saya kemudian pulang dari rumah beliau dengan memperoleh keuntungan yang besar seolah-olah saya akan pulang selamanya. Ketika saya menerima gambar-gambar tersebut, saya membacanya dan memperhatikan gaya bahasanya secara seksama. Butuh waktu yang lama untuk memahaminya dan saya mengalami kesulitan untuk mengungkap maksud yang dikehendaki catatan tersebut. Setelah berulang kali mem­ bacanya, saya frustasi dalam mencoba untuk memahami dan mengungkapnya. Dari sini saya kemudian bisa memahami alasan keengganan penerbit Arab untuk menelitinya.

RISALAH IBNU FADHLAN

Buku catatan perjalanan Ibnu Fadhlan ini merupakan manuskrip/ naskah tunggal dan satu-satunya yang disusun

dengan sangat rumit, banyak penjelasanya yang terpotong dan dipenuhi dengan nama-nama baju, nama-nama tokoh, dan wilayah. Seolah-olah setiap kata yang ada dalam buku tersebut merupakan sumber kebingungan dan keraguan yang membutuhkan kajian dan pembuktian yang seksama. Hampir saja saya menyerah untuk menelitinya kalau saja Nikita Elieseeff — teman orientalisku yang menguasai bahasa Rusia —tidak menunjukkan kepadaku beberapa referensi dalam bahasa Rusia dan Jerman yang berkaitan dengan catatan Ibnu Fadhlan ini. la mendorong agar meneruskan usaha dalam meneliti catatan ini, di mana ia sendiri pernah mengkajinya sebagai bahan kajian doktoralnya dan menggantungkan harapan kepadaku untuk mengungkapnya secara tuntas dengan harapan agar ia bisa mencurahkan perhatiannya untuk hal yang lain. Setelah peristiwa itu, saya bertemu dengan Dunlop, seorang orientalis asal Inggris. Kami berbincang-bincang

mengenai buku catatan ini. Ternyata, ia juga memiliki ketertarikan tentang hal ini dan telah mengungkap sebagian keterangan yang ada dalam buku catatan tersebut. Dia memberiku sebuah artikel yang membahas sebagian hal yang diungkap oleh buku Risalah Ibnu Fadhlan khususnya yang terkait dengan suku-suku di Turki. Saya merujuk pada artikel tersebut dan memperoleh keterangan yang berharga. Akan tetapi bersamaan dengan terpecahkan satu masalah

BAGIAN PERTAMA: MUKADIMAH

ini, tidak henti-hentinya muncul hal-hal samar lain yang susah dipecahkan. Pada tahun 1954, ketika saya berkunjung ke Universitas Harvard, professor Dischard Lafrey menunjukkan sebuah tulisan yang ia kerjakan bersama sahabatnya yang bernama professor Blake. Tulisan ini merupakan sebuah kajian tentang satu hal yang ada di catatan Ibnu Fadhlan, khususnya koreksi sebagian kata-kata yang ada di lembaran-lembaran catatan tersebut. Di tahun yang sama, professor Kholil Mirdam Beik — pimpinan lembaga tinggi—menemuiku dan menunjukku sebagai utusan akademik ke Uni Soviet untuk menjadi anggota lembaga ilmu pengetahuan di sana. Hal pertama yang saya inginkan di sana adalah mendapat salinan asli catatan perjalanan Ibnu Fadhlan yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia serta penelitianpenelitian yang terkait dengannya. Saya sangat berterima kasih kepada professor Baeliev yang mengizinkanku untuk mendapatkannya. Di dalam salinan ini ada gambaran yang sangat jelas tentang catatan Ibnu Fadhlan. Sedang

penelitian-penelitian tentang catatan ini menjadi petunjuk dan tuntunan bagiku. Sejak saat itu, saya bergelut dengan catatan ini. Saya baca tulisannya yang rumit dan ungkapannya yang tidak lengkap. Kemudian saya membandingkannya dengan apa yang telah disalin oleh Yaqut al-Hamawi1 dan naskah-naskah lain yang 1

Yaqut al-Hamawi lahir di Asia Kecil pada tahun 574 H dan wafat di Aleppo pada tahun 626 H. Beliau mengelilingi banyak daerah yang pernah dilihat oleh Ibnu Fadhlan. Ia seorang yang jujur dan tcrpcrcaya dalam menyalin.

ojy

RISALAH IBNU FADHLAN

telah dibuat oleh para ahli ilmu Geografi dari kalangan orang Arab. Akhirnya selesai juga pekerjaan ini meski saya masih ragu di dalam sebagian ungkapan yang ada dalam catatan tersebut. Jika terselip kekeliruan dalam karya ini, semoga Allah meluruskan kekeliruanku dan jika saya benar dalam sebagian keterangannya maka hal yang harus kita maklumi sebagai orang yang beriman atas ketidakmampuan kita dalam mengapai kesempurnaan. Orang pertama yang paling berkontribusi dalam proyek ini adalah alm. Professor Muhammad Kurdi Ali, orang pertama dari dunia Arab yang memelopori pengungkapan dan pemublikasian catatan perjalanan Ibnu Fadhlan. Begitu juga pimpinan lembaga tinggi pendidikan, professor Khalil Mirdam Beik. Beliau merupakan penerus terbaik dari sebaik-baiknya generasi salaf, yang memiliki perhatian besar di dunia penulisan sebagaimana golongan salaf Tak lupa kepada lembaga ilmu pengetahuan yang beliau pimpwn yang menfasilitasi penerbitan karya ini. Sungguh kami ucapkan terima kasih. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pertolongan-Nya sehingga penelitian ini dapat selesai dan dipersembahkan dalam bentuk seperti ini. Segala syukur dan doa kami panjatkan kepada Allah di permulaan dan di akhir.

PERJALANAN IBNU FADHLAN

A. Penulisan Ekspedisi pada masa ini (abad ke-10 M)

Semenjak kemunculannya, tampaknya masyarakat Arab secara alami terlahir sebagai bangsa yang gemar melakukan perjalanan. Sejarah telah menunjukkan adanya kisah-kisah perjalanan dan penjelajahan mereka, baik dalam rangka mencari rezeki, perdagangan, maupun ilmu pengetahuan. Banyak dari mereka yang berkelana ke daerah rawa-rawa dan daerah tandus yang sangat jauh hingga sampai ujung wilayah Syam dan Habasyah. Para pemudanya terbiasa berpergian ke daerah pedalaman, seolah mereka tidak memiliki tempat untuk tinggal atau menetap dan lebih memilih untuk me­ nikmati sulitnya hidup berpindah-pindah dan mengembara. Perjalanan ini ada yang bersifat perseorangan dan ada yang dilakukan kabilah-kabilah. Disebutkan dalam syair-syair Arab bahwa para penyair terbiasa melakukan perjalanan

RISALAH IBNU FADHLAN

ke negara-negara tetangga seperti Damaskus dan Romawi. Imru’ alQais — seorang penyair Arab abad ke-6 M—mengisahkan bahwa ia melakukan perjalanan ke Konstantinopel yang ia sebut dengan kota Ankara. Bagi kabilah Quraish sendiri, setiap tahunnya mereka melakukan dua perjalanan, satu per­ jalanan dilakukan di musim dingin dan satunya lagi dilakukan di musim panas. Ketika Islam datang, Bangsa arab segera menyebar ke luar jazirah Arab. Dalam waktu sekejap mereka telah tersebar dari ujung timur hingga ujung barat. Mereka akhirnya mengetahui bahwa ada negara-negara yang memiliki nilai peradaban tinggi. Nilai-nilai tersebut kemudian diserap oleh bangsa Arab dan diterapkan dalam hidup, cara hidup, dan cara berpakaian

Pada awal abad ke-8 M, bangsa Arab telah menguasai wilayah yang sangat luasdibawah kekaisaran yang besar. Batas wilayahnya mencakup India di sisi timur dan membentang sampai laut Atlantik di sisi barat, gunung Kaukus di sisi utara dan gurun Afrika di bagian ___selatan.______

mereka. Sampai pada satu titik, bangsa Arab memiliki peradaban luhur yang terus dikembangkan dan dijaga sedang­ kan bangsa-bangsa lainnya mengalami kemunduran dan tidak lagi memiliki gairah untuk mengembangkan budaya mereka. Jadilah bangsa Arab sebagai satu-satunya mercusuar peradaban dan sumber yang cahayanya menyinari bangsabangsa yang ada pada masa suram kemundurannya. Pada awal abad ke-8 M, bangsa Arab telah menguasai wilayah yangsangat luas dibawah kekaisaran yang besar. Batas

wilayahnya mencakup India di sisi timur dan membentang

BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

sampai laut Atlantik di sisi barat, gunung Kaukus di sisi utara dan gurun Afrika di bagian selatan. Pemerintahan kekaisaran ini menetapkan banyak hal, di antaranya penarikan upeti dan pajak. Para pembesar wilayah menyerahkan harta kepada khalifah Daulah Abbasiyyah baik berupa jaminan, perdamaian, maupun hadiah untuk kerajaan. Sebagian besar uang ini digunakan untuk men­ jalankan roda pemerintahan, memperkuat kesultanan, dan untuk menjaga kehormatan serta entitas negara. Hal paling penting untuk diketahui oleh hakim dalam menentukan jumlah pajak dan harta ini adalah dengan melihat kondisi jalan dan kemakmuran wilayah itu, termasuk wilayah kota atau perbatasan. Ketika itu banyak tokoh yang men­ curahkan sebagian besar waktunya untuk melakukan per­ jalanan guna menghimpun informasi dan berita tentang pengidentifikasian wilayah ini sehingga berkembanglah ber­ bagai catan perjalanan dan catatan-catatan geografis dalam bentuk yang mirip dengan yang disusun oleh orang-orang Yunani.

Sejak abad ke-3 H, banyak lahir karangan tentang ruterute jalan dan wilayah kekuasaan. Mereka membuat buku tentang batas-batas dan pembagian wilayah, gambaran kota-kota, gunung-gunung, dan sungai-sungai. Tokoh-tokoh seperti Al-Kindi, Ibnu Khardzabah, Qudamah bin Ja’far, AlYaquti, Ibnu Faqih Al-Hamdani, Ibnu Rusyd, Ibnu Hauqal, dan Al-Istakhary membuat buku yang memberi gambaran tentang negara-negara di daerah timur hingga barat, mulai negara Cina sampai wilayah Andalusia, Spanyol. Di dalam

Cx..9,

RISALAH IBNU FADHLAN

buku-buku tersebut, disebutkan kondisi bangsa-bangsa beserta tradisi dan kepercayaan mereka. Digambarkan pula keadaan negara-negara, jalan-jalannya, hasil buminya, dan pajak yang dibebankan kepada mereka. Sebagian dari mereka sangat teliti dan hati-hati dalam menulis apa yang mereka lihat dan dengar, sedangkan sebagian yang lain menuliskan semua yang mereka dengar bahkan yang hampir-hampir tidak masuk akal. Namun secara umum, mereka telah mem­ beri sebuah gambaran yang telah diperbincangkan dalam berbagai perkumpulan ilmiah pada masa itu yang terkait dengan pendapat, informasi, dan khabar. Dalam beberapa hal, bahkan terkadang kami meragukan apa yang mereka sampaikan. Setelah lebih dari sepuluh abad berlalu, kita memiliki referensi yang melimpah yang tidak mungkin didapatkan pada masa itu. Sketsa, pembagian wilayah, peta, dan gambargambar menjadi objek pembahasan ilmiah dengan standar yang tinggi. Kini melakukan perjalanan, pengembaraan, dan kunjungan lebih mudah dilakukan olah manusia. Namun, selamanya keutamaan tetap akan berada pada para perintis zaman dahulu mengingat sarana, transportasi, dan jalan yang ada pada masa itu jauh lebih sulit dibandingkan dengan masa sekarang. Kenyataannya, sebagian penulis tersebut menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri dan mengetahui secara pasti apa yang mereka sampaikan. Ibnu Khardzabah contohnya, ia bekerja sebagai tukang pos dan informan pada pertengahan abad ke-3 H di daerah perbukitan di wilayah Persia. Al-

BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

Miqdasy menceritakan bahwa dirinya melakukan perjalanan pengembaraan yang menghabiskan dana lebih dari sepuluh ribu dirham. Ibnu Hauqal berkata bahwa dirinya menyaksikan sendiri setiap apa yang ia tulis kecuali gurun al-Kubra. Al-Miqdasy dan Ibnu Hauqal adalah tokoh yang banyak dijadikan rujukan oleh para ahli ilmu geografi. Saya amati, buku-buku ini mampu menguraikan dengan jelas gambaran kondisi bangsa-bangsa beserta tradisi dan cara berpakaiannya. Suatu pengambaran yang seolah-olah bisa kita lihat sendiri kejadiannya, tidak terlalu sederhana namun juga tidak bersifat parsial. Barangkali hal tersebut dilakukan karena laporan ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan utama dalam menentukan pajak dan permodalan oleh kekhalifahan di ibukota. Kekaisaran Arab ini mulai kehilangan kesatuannya pada pertengahan abad ke-2 H. Ikatan keagamaan dan budaya menjadi satu-satunya pemersatu wilayah yang luas tersebut dan mempersatukan setiap ujung-ujungnya. Pada masa itu,perjalanan perdagangan menjadi penyangga perekonomian. Orang-orang Islam pergi ke berbagai negara dengan membawa barang dagangan dan membawa pulang komoditas tertentu. Mereka menjelajah sampai laut Cina, Baltik, Andalusia, Atlantik, dan sekitar semenanjung India. Di kerajaan-kerajaan tersebut, mereka meninggalkan peninggalan berupa mata uang dan jejak-jejak lainnya yang di kemudian hari diungkap oleh para peneliti sebagai peninggalan para pedagang tersebut. Al-Miqdasy menyebutkan dalam bukunya bahwa orangorang Islam banyak mendatangkan barang dagangan dari

RISALAH IBNU FADHLAN

Rusia selatan dan negara-negara Eropa utara. Di antaranya kulit, bulu, lilin, songkok/ baret, madu dan pedang. Disebutkan pula bahwa mereka hendak mendatangkan budak dari kawasan Saqalibah. Kawasan ini dalam istilah mereka mencakup Slavia, Jerman, dan beberapa daerah Eropa lainnya. Komoditas paling penting yang mereka bawa ke daerah pedalaman adalah berbagai macam tekstil, artefak dan buah-buahan. Perjalanan-perjalanan tersebut merupakan perjalanan perdagangan dan merupakan upaya perorangan. Pihak kerajaan juga mengutus para delegasinya ke berbagai daerah dan kerajaan dengan membawa misi-misi tertentu. Ada kalanya dengan tujuan politis, kebudayaan, keagamaan, perdagangan, atau pengintaian semata. Di antaranya adalah Bi’thah Baryah yang diutus oleh khalifah Al-Watsiq Billah (227 H - 232 H ) untuk menghalau para pengacau sekitar pertengahan abad ke-3 H. Pengutusan ini diabadikan oleh Yaqut al-Hamawi dalam bukunya yang berjudul Sallam alTurjuman. Sebuah buku bagus yang bisa dijadikan rujukan

dan hiburan langka untuk memahami pola pikir para pengembara pada zaman itu. Begitu juga delegasi yang dikirim ke Cina saat adanya perselisihan antara orang-orang Saman dengan raja Cina. Perjalanan ini dideskripsikan dengan detail oleh Abu Dalf. Para delegasi resmi yang diutus untuk memata-matai ini terdiri dari laki-laki dan perempuan dan bertugas untuk mengumpulkan informasi. Ibnu Hauqal menceritakan bahwa Khalifah Harun al-Rayid mengirim seorang laki-laki untuk mengorek informasi di

BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

negara Romawi selama 20 tahun. Utusan tersebut dimintai keterangan tentang hal-hal luar biasa yang ada di negara Romawi.

Di dalam mukadimah ini saya tidak bermaksud untuk

menyelidiki informasi para pengembara Muslim,23nama-nama

utusan resmi abad ke-3 dan ke-4 hijriyah, mendeskripsikan apa yang mereka alami, dan buku apa yang mereka wariskan karena uraian hal itu terlalu luas/ umum. Namun saya ingin memulai perbincangan tentang perjalanan ini, memaparkan arti penting perjalanan ini, mencatat khalifah yang berkuasa,

dan membahas Ibnu Fadhlan beserta perjalanannya. B. Gambaran Keadaan pada masa Ibnu Fadhlan

Para

sejarawan

menyebutkan

bahwa

al-Muqtadir

Billah adalah Ja’far bin al-Khalifah al-Mu’tadhid yang berkuasa tahun 295 H ketika masih berumur 13 tahun.

Ibnu

al-Thaqtaqy:

al-Muqtadir

menggambarkan

sebagai

sosok

yang

dermawan, toleran, banyak bersedekah, banyak istri, dan pemberani. Di dalam istananya ada sebelas ribu pembantu

yang didatangkan dari Romawi dan Sudan. Gudang penyimpanannya di­

penuhi

dengan

permata-permata

Para sejarawan menyebutkan bahwa alMuqtadir Billah adalah Ja'far bin al-Khalifah al-Mu’tadhid yang berkuasa tahun 295 H ketika masih berumur 13 tahun.

yang mahal. Diceritakan bahwa pada 2

3

Dr. Zaky Muhammad Hasan memiliki sebuah buku tentangberbagai perjalanan berikut para tokohnya yang bagus untuk dijadikan rujukan berjudul ALRihalah Al-Mitslimunfil ‘Usural-Wustho (Mesir, 1945). Lihat al-Fikhra (cetakan Eropa, him. 305)

RISALAH IBNU FADHLAN

masa kepemimpinannya, roda pemerintahan mengalami kelimbungan karena usisanya yang masih remaja dan campur tangan ibu serta para istri dan para pembantunya. Urusan negara banyak direcoki oleh para istri dan pembantunya, sedangkan dirinya sendiri terbuai oleh kenikmatan yang melingkupinya. Dia hanya berfoya-foya dan menghabiskan kas negara. Para sejarawan mengemukakan bahwa Khalifah Al-Muqtadir menghabiskan 70.000.000 dinar di luar urusan pemerintahan. Pada akhirnya ia terpaksa memenuhi tuntutan tentara dan para pembantunya untuk menjual minyak wangi, perabotan, dan emas yang dimiliki. Bahkan ia ditelanjangi, diusir, dan akhirnya dibunuh. Jasadnya dibuang di pinggir jalan pada tahun 320 H. Khalifah Al-Muqtadir mengangkat Abul Hasan Ali bin al-Furat sebagai menteri. Ia merupakan sosok yang dihormati dan disegani. Kemudian digantikan oleh Ali bin Isa bin alJirah dan digantikan lagi oleh Hamid bin al-Abbas. Ketiga menteri ini adalah menteri yang paling kuat dan berhasil mengurusi kerajaan. Namun fitnah —baik kalangan dalam maupun luar-menghalangi mereka untuk bekerja secara efektif. Kerajaan pun tertimpa nasib buruk. Jika saja tidak ada fitnah, kekhalifahan al-Muqtadir pasti menjadi masa yang penuh dengan kejayaan. Meskipun demikian, para menteri telah melakukan banyak hal sebagaimana dijelaskan oleh seorang sejarawan bernama al-Shaby dalam bukunya

yang berjudul Tuhfah al-Umara’fi Tarikh aTWuzara'.4 Dalam 4

Seorang orientalis bernama Omdarz mencetak kitab ini di Beirut tahun 1904 dan dicetak lagi beberapa tahun kemudian di Mesir.

BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

buku itu dijelaskan secara rinci dan lengkap tentang hal itu. Sebuah buku yang tidak boleh dilewatkan bagi orang yang senang mempelajari tentang zaman pertengahan, hukum, dan keadaan bangsa-bangsanya. Orang yang ingin mengetahui bagaimana reputasi dan nama besar kekhalifahan di mata dunia dapat merujuk ke buku-buku sejarah. Dari situ akan tampak betapa besarnya peranan para menteri di dalam menegakkan hukum dan mengupayakan kejayaan kekaisaran. Ibnu Miskawaih dalam karya yang berjudul Tajarub al-Umam5 memaparkan uraian yang jelas dalam mendeskripsikan keadaan Kota Baghdad dan sistem pemerintahannya pada tahun 305 H, empat tahun sebelum perjalanan Ibnu Fadhlan. Dalam kitab tersebut, Ibnu Miskawaih menceritakan bahwa pada tahun 305 H datang dua utusan kerajaan Romawi ke Madinah al-Salam (Baghdad) melalui perantara Ibnu al-Furrat dengan membawa hadiah yang sangat banyak. Keduanya datang pada hari Senin malam, dua malam sebelum bulan Muharram berakhir dan menginap

di rumah Said bin Mukhallad. Abu al-Hasan bin al-Furrat pun bergegas untuk mempersiapkan setiap kebutuhan ke­ duanya berupa peralatan, wadah, dan berbagai kebutuhan lainnya. Keduanya juga dibuatkan tempat tinggal yang sangat luas, diberi hewan ternak dan makanan yang banyak sehingga terpenuhi semua kebutuhannya. Kedua utusan tersebut berusaha menemui al-Muqtadir Billah untuk me5

Tajarubal-Umam li Miskawaih (Mesir ,1914, 53/5).

RISALAH IBNU FADHLAN

nyerahkan surat yang dibawanya. Kemudian keduanya sadar bahwa hal itu sulit dilakukan kecuali setelah bertemu dengan menteri, menyampaikan maksud tujuan, berunding bersamanya, meminta rekomendasi untuk dapat bertemu dengan Khalifah, dan memperoleh tanggapan dari apa yang diinginkan oleh keduanya. Abu ‘Amr Adi bin Abdul Baqi’ yang datang bersama kedua utusan itu menanyakan kepada Abu al-Hasan Ibnu al-Furrat mengenai celah untuk bisa menghadapnya. Ibnu al-Furat akhirnya menjanjikan hal tersebut pada hari yang telah ditentukan. Sang menteri segera mengatur para tentara pilihan untuk berderet dari istana tertutup hingga istana yang terbuka. Para pembantu kekaisaran, tentara, dan para penjaga diatur secara rapi dari pintu istana sampai tempat perjamuan. Di dalam gedung besar yang langit-langitnya dilapisi emas yang dikenal sebagai istana Dar al-Bustan, digelar permadani dan bantal duduk halus yang indah, dipasang tirai-tirai yang

serasi dengan alas lantainya. Permadani, sarung bantal, dan tirai-tirai itu harganya mencapai 300.000 dinar. Tidak tersisa sedikitpun bagian istana yang luput dari keindahan. Di samping istana dibangun sebuah masjid besar dengan dinding yang tinggi. Para pelayan tersebar di segala penjuru. Para panglima dan para pembantu memenuhi halaman istana. Maka masuklah kedua utusan tersebut. Keduanya menyaksikan banyaknya pasukan dan orang-orang yang ber­

kumpul di sepanjang jalan yang dilaluinya. Ibnu Miskawaih menambahkan deskripsinya dengan detail dan jelas. Para tokoh baik laki-laki maupun perempuan

BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

memenuhi istana, halaman istana, dan ruang tempat menteri duduk. Disebutkan pula bahwa kedua utusan itu di­ dampingi seorang penerjemah yang bertugas menjelaskan dan menerangkan berbagai hal kepadanya. Dijelaskan bahwa kedua utusan itu meminta perlindungan. Sang menteri men­ janjikan hal tersebutkan dan akan mengusahakan agar ke­ dua utusan itu dapat menghadap khalifah. Pada hari yang telah ditentukan, para prajurit berbaris dari markas hingga istana raja dan menempati sudut-sudut kota dengan persenjataan yang lengkap. Mengatur penyebaran orang-orang dan senjata di halaman istana, persimpangan-persimpangan dan sepanjang jalan. Ibnu Miskawaih menceritakan bagaimana kedua utusan itu melewati jalan-jalan hingga sampai ke halaman istana. Keduanya melintasi tanah-tanah lapang dan sepanjangjalan secara perlahan dan terkesan dengan banyak­ nya orang yang berkumpul beserta persenjataannya. Hingga akhirnya masuk ke istana menghadap Khalifah al-Muqtadir. Khalifah al-Muqtadir duduk di atas singgasananya dikelilingi oleh para pembantunya yang duduk sesuai dengan urutan jabatannya. Ketika dua utusan itu masuk, keduanya bersujud kemudian duduk ditempat yang telah dipersiapkan oleh pelayan bagian penerima tamu. Utusan itu menyerahkan sebuah surat kepada Khalifah al-Muqtadir melalui perantara menteri Ibnu al-Furat. Pertemuan pun berakhir. Ketika ke­ dua utusan undur diri dari hadapan khalifah, keduanya di­ anugerahi kain sutera bermotif, serban sutera, dan dititipi uang sebesar 170.000 dinar yang diambil dari baitul mal. Masing-masing dari keduanya juga diberi 20.000 dinar

RISALAH IBNU FADHLAN

untuk bekal perjalanan. Kedua utusan itu keluar hingga

batas negara bersama penerjemahnya. Dan misinya selesai. Mungkin saya terlalu panjang lebar dalam mengisahkan, menukil, dan meringkas riwayat ini. Akan tetapi yang saya inginkan adalah dapat memberikan gambaran keadaan kota Baghdad, kekhalifahan, para menteri, tentara, dan sketsa kota Baghdad empat tahun sebelum Ibnu Fadhlan melaku­ kan perjalanan dan keluar dari kota tersebut. Saya hendak menggambarkan keadaan kota yang ditinggalkan Ibnu Fadhlan baik dalam hal peradaban, bangunan-bangunan, sudut-sudut, dan tradisi-tradisinya. Saya juga ingin me­ nunjukkan kekayaan, keagungan, kekuatan, dan representasi keunggulan kekhalifahan di Baghdad yang sulit ditandingi oleh negara-negara Eropa pada masa itu dalam hal penjagaan terhadap tradisi terdahulu. Saya tidak melihat satu pun dari mereka dalam deskripsi keadaan pasukan, cara berpakaian, perabotan, distribusi kekayaan, dan kemakmurannya menyamai apa yang dilakukan oleh Baghdad sepuluh abad yang lalu. Bahkan saya hampir tidak bisa menemukan cara untuk membandingkan dalam hal pemberian hadiah,

perhatian terhadap pengembara, dan keluasan visi yang diterapkan pemerintahan Baghdad dengan apa dilakukan berbagai ibu kota kerajaan Eropa pada masa itu. Kita akan melihat bukti semua ini pada Ibnu Fadhlan. Setelah ia mengetahui apa yang terjadi dengan artefak dan peradaban di ibukota pemerintahan beserta kekaisarannya, ia pun memandang kecil keadaan kerajaan-kerajaan Eropa yang ia lihat, khususnya di kawasan Eropa Utara yang ia

BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

gambarkan sebagai daerah yang asing. Saya menduga, ketika Ibnu Fadhlan melihat daerah tersebut, ia merasa heran —

seperti para pengembara Eropa pada waktu itu yang juga merasa heran-dengan apa yang mereka sebut sebagai

Sukkan al-Mamalik yang bermacam-macam. Dan sekarang

waktunya untuk mengulas perjalanan itu dan tokoh yang menempuhnya. C. Duta dan Hubungan Bilateral

Sebelumnya saya telah mendeskripsikan bagaimana ke­

adaan khalifah dan kekhalifahan dengan maksud agar kita

mengerti bahwa nama Baghdad di dunia luar begitu baik dan bahkan agung. Para raja dan pejabat berlomba untuk menjalin hubungan baik dan kerjasama yang erat dengannya. Sampai-

sampai kerajaan Saqalibah — sebuah wilayah di Eropa Utara di penghujung sungai Volga dengan ibukotanya Kazan;'’ pada masa itu sejajar dengan dengan kota Moskow — meminta perlindungan dan bantuan kepada khalifah. Ibnu Fadhlan menyebutkan bahwa raja Saqalibah, Almish bin Yiltawar6 7 me­

mohon kepada Amir al-Mukminin al-Muqtadir Billah untuk

mengirim seorang utusan yang memiliki pengetahuan agama yang mendalam dan mengerti syariat Islam, dibangunkan

untuknya sebuah masjid, mendirikan mimbar-mimbar 6 7

Ihukota Bulgaria lama, 6,5 Kilometer dari sungai Volga. Dijelaskan bahwa terdapat inkonsistensi penulisan nama ini. Dalam satu kesempatan ditulis Al-Hasan birt Yiltawar dan di kesempatan yang lain ditulis Almish bin Yiltawar. Kebanyakan orientalis telah mencari validitas nama ini, namun mereka tidak menemukannya di sejarah Rusia. Hal ini dikarenakan pada zaman itu mereka belum memiliki data yang rinci dan tidak memberikan perhatian terhadap hal tesebut.

RISALAH IBNU FADHLAN

dakwah khalifah di seluruh wilayah kekuasaannya, dan me­ minta dibuatkan benteng-benteng untuk memperkuat diri dari kerajaan yang berselisih dengannya. Ibnu Fadhlan berkata bahwa kerajaan yang berselisih dengan kerajaan Saqabilah adalah kerajaan Khazar yang me­ rupakan pemeluk agama Yahudi. Mereka berlaku sewenangsewenang terhadap masyarakat Saqalibah, mewajibkan untuk membayar pajak pada kerajaan berupa kulit binatang (Musang) yang ditarik dari setiap rumah penduduk. Anak raja Khazar memproklamasikan bahwa siapapun penduduk Khazar yang ingin menikah dengan putri raja Saqalibah, maka dia boleh mempersuntingnya secara gkasah. Padahal penduduk Khazar adalah pemeluk Yahudi sedangkan Putri Saqalibah seorang muslimah. Ibnu Fadhlan melihat wilayah Kerajaan Saqalibah sangat luas dengan harta dan hasil bumi yang melimpah. Sang raja meminta bantuan khalifah dengan maksud memperkuat diri dan mengharap berkah dari hartanya kaum muslimin serta menghargai daulahnya.8 Menurut pihak Baghdad, hal ini akan menyebabkan kelaliman. Maka sang khalifah memberi hadiah kepada kerajaan Saqalibah dan akan membantu posisi raja di Eropa suatu saat nanti. Terlebih ketika raja kerajaan yang memiliki wilayah yang luas itu meminta bantuan kepadanya. Khalifah akan berjuangbersamanya dalam sebuah koalisiyangbersifat kebudayaan, keagamaan, dan kemiliteran sebagaimana akan kita ungkap nanti. 8

Risalah lembar 209.

BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

Nampaknya khalifah (saat itu masih berusia 27 tahun) atau menterinya,9 Hamid bin al-Abbas atau keduanya telah menghendaki perjanjian ini ketika mengetahui bahwa duta utusan raja Saqalibah yang menghadapnya bernama Abdullah bin Bashtu al-Khazary. Yang menakjubkan, raja Saqalibah mengutus seorang pemuda yang berasal dari Khazar. Bisa jadi raja memilihnya karena kemampuannya berbahasa Arab atau karena ia adalah orang yang bisa di­ percaya dan baik Islamnya. Khalifah memutuskan bahwa delegasi resmi yang akan dikirim ke Saqalibah terdiri dari empat orang yaitu Sausan al-Rassy, Takin al-Turky, Baris al-Saqlaby, dan Ahmad bin Fadhlan. Mereka akan ditemani oleh utusan dari Saqalibah, Abdullah bin Bashtu al-Khazary. Dalam bayangan saya, ada dua utusan Baghdad yang menguasai bahasa Rusia. Yang pertama adalah Sausan al-Rassy

yang-sesuai dengan nama nisbah­ nya — berasal dari negara Rusia. Sausan didatangkan ke Baghdad sebagai se­ orang budak yang kemudian belajar bahasa Arab dan memiliki keislaman yang baik hingga derajatnya terangkat.10 Yang kedua adalah Baris al-Saqlaby

Khalifah memutuskan bahwa delegasi resmi yang akan dikirim ke Saqalibah terdiri dari empat orang yaitu Sausan al-Rassy, Takin al-Turky, Baris alSaqlaby, dan Ahmad bin Fadhlan. Mereka akan ditemani oleh utusan dari Saqalibah, Abdullah bin Bashtu al-Khazary.

Dalam Risalah disebutkan bahwa Ibnu Fadhlan membawa dua tulisan/ surat» yaitu dari khalifah dan menterinya. 10 Kemungkinan ia adalah pelayan dari al-Maknaqy.

9

Cx..21>

RISALAH IBNU FADHLAN

yang berasal dari Saqalibah." Adapun utusan yang ketiga adalah orang asli Turki yang mahir berbahasa Turki; salah satu negara yang akan dilewati ketika perjalanan ke Bulgaria. Dulunya, Takinal-Turky adalahseorangtukang'besiyangmen-

jual besinya ke kalangan orang kafir. Dialah yang dipercaya oleh Nadhir al-Haramy untuk menyampaikan surat dari raja Rusia pada khalifah al-Muqtadir (sebagaimana dijelaskan dalam Risalah). Utusan keempat yaitu Ahmad bin Fadhlan. Sebagaimana ditulis dalam Risalah-nya, ia tidak pandai berbahasa asing namun dia sangat menguasai bahasa Arab dan memiliki pengetahuan tentang syariat Islam yang sangat mendalam. Dalam pandangan saya, dialah pemimpin dari rombongan delegasi ini. Di setiap tempat yang dilewati, Ibnu Fadhlan adalah orangyangmemutuskan apakah akan singgah atau meneruskan perjalanan. Dia sendiri berkata:12 “Saya diutus dengan tugas untuk membacakan al-Qur’an kepada mereka, menyerahkan hadiah dan membimbing para fuqaha dan pengajar.” Dari catatannya, saya tahu bahwa para delegasi akan memperoleh uang yang akan diserahkan kepada para fuqaha dan pengajar, membangun benteng yang dananya diambilkan dari upeti yang diterima oleh Ibnu al-Furat,13 menteri terdahulu. Sebelum misi ini berjalan, Ibnu al-Furat

dicopot dari jabatannya, disita kewenangannya, dicegah perwakilan-perwakilannya, dan daulah akan mengambil alih 1 ] Ia adalah pelayan dari pemimpin yang merupakan anak Ismail bin Ahmad, penguasa Khurasan. 12 Risalah lembar 197. 13 Dia adalah Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin al-Furat, menteri khalifah alMuqtadir yang kemudian dicopot jabatannya.

BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

biaya program-programnya. Ibnn Fadhlan ditemani dengan orang-orang golongan menengah sebagaimana disebutkan dalam Risalah lembar 199: “Seorang faqih, seorang pengajar, dan seorang pemuda yang bersama saya berangkat dari Madinah al-Salam.” Dalam bahasa diplomasi sekarang, bisa jadi ia berposisi sebagai penyambung kerjasama (al-mulhiqin al-muawaniii). Delegasi ini membawa peralatan pembuat obat-obatan yang diminta oleh raja Saqalibah dari Nadhir al-Haramy. Ini merupakan bukti lain dari kemajuan Daulah Abbasiyyah, kekayaan peradabannya, dan melimpahnya teknologi kesehatan daulah tersebut. Sesuatu yang tidak ada di negara Khazar. D. Deskripsi Perjalanan Ibnu Fadhlan

Keterangan yang ada dalam Risalah Ibnu Fadhlan sangat rinci, detail, dan diungkapkan dengan bentuk yang singkat dan ringkas. Saya akan membatasinya pada alur perjalanan, hari-harinya, rencana, dan tempat yang dilewatinya. Dari sini diharapkan dapat mendeskripsikan jalan-jalan yang di­ lewatinya dan waktu-waktu yang di habiskan di kota-kota, desa-desa, ketika melewati setiap sungai, dan padang sahara yang tandus. Rombongan delegasi ini berangkat dari kota Baghdad pada hari Kamis, 11 Shafar 309 H (bertepatan dengan 21 Juni 921 M) menuju arah tenggara dengan mendaki daerah pegunungan. Kemudian melewati kota Hamadzan dan Ray, dekat kota Teheran sekarang. Menyeberangi sungai

RISALAH IBNU FADHLAN

Oxus untuk sampai ke kota Bukhara. Jauh masuk ke dalam daerah sahara dan lembah hingga sampai tiba di Bulgaria, menghadap raja Saqalibah pada hari Ahad, 12 Muharram 310 H yang bertepatan dengan 11 Mei 922 M. Perjalanan tersebut menghabiskan waktu selama sebelas bulan. Di sepanjang perjalanan tersebut, dijumpai berbagai rintangan yang berat dan teror yang menyusahkan. Ibnu Fadhlan menceritakannya di bagian awal catatan perjalanan dengan indah dan menarik. Dikisahkan bahwa rombongan menyamar dan mem­ baur ke dalam kabilah Naisabury karena khawatir akan ke­ selamatan dirinya, menghadapi musim dingin ketika berada di kota Jurjani di atas sungai Oxus. Keadaannya sangat dingin dan angin bertiup begitu kencang. Digambarkan, ketika keluardari kamarmandi menuju rumah,jenggotnya menjadi beku. Menggumpal menjadi satu dengan salju. Maka ia masuk ke rumah yang ada di dalam rumah, berselimutkan baju dan jubah yang terbuat dari bulu binatang dan membenamkan

pipinya ke bantal karena cuaca yang sangat dingin. Ketika melintasi negara Turki, mereka menjumpai bahaya dan cuaca dingin hingga salah seorang di antaranya terluka. Kemudian mereka diserang segerombolan perampok dan ditawan olehnya. Kabilah Naisabury yang ditahan itu berjumlah 5.000 orang dan 3.000 ternak. Namun akhirnya mereka dapat melepaskan diri dengan selamat dari gerombolan tersebut. Rombongan delegasi meneruskan perjalanannya melintasi sungai-sungai dengan penuh perjuangan dan menyelam yang membuatnya lemah bersama seluruh kafilah.

BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

Para delegasi itu mampu menaklukkan seluruh bahaya yang dihadapi, tipu daya yang menanti, dan kesulitan yang bertubi-tubi, menunjukkan keimanannya yang kuat kepada Allah Ta’ala, berpegang teguh terhadap agama dan akhlaknya, bertakwa kepada-Nya, tidak mengkhianati amanah yang diemban meskipun kelompoknya menghianatinya. Mereka selalu ber-«m«r ma’ruf nahi mungkar sepanjang perjalanan­ nya. Delegasi tersebut senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, memohon kepada-Nya agar diberi keselamatan dari setiap keburukan dan dibebaskan dari buruknya perangai manusia yang mereka temui di sepanjang perjalanannya. Mereka selalu menjaga diri dari hal-hal kotor dan najis se­ bagaimana Islam memerintahkan untuk menjaga kebersihan dan menjadikannya sebagai bagian dari iman. Ibnu Fadhlan merasa susah ketika melihat perempuan bercampur dengan laki-laki dan terkejut dengan wajah yang memerah karena malu ketika melihat perempuan telanjang14 dan meng­ anjurkan wanita itu untuk menutupi dirinya. Ketika Ibnu Fadhlan melihat para wanita di sungai tanpa pakaian, ia men­ jadi sangat marah. Ia berlindung kepada Allah dari keburu­ kan orang-orang kafir yang ia dengar dari orang selama dalam perjalanan. Berkali-kali ia menaruh perhatian pada berbagai urusan agama, bahkan di tempat-tempat yang sangat ber­ bahaya. Ia mengatakan dengan terus terang kepada suatu kaum bahwa, “mereka tidak ber-istinja’ dari buang air besar 14 Di dalam Risalah lembar 207 disebutkan, “Saya selalu berusaha agar para wanita menutupi dirinya di hadapan laki-laki ketika mandi/ renang, hal itu rendah bagiku."

RISALAH IBNU FADHLAN

dan kencing dan tidak mandi setelah berhubungan badan.”'3 Berkali-kali pula ia menutup wajahnya ketika melihat perempuan yang membuka auratnya. Ibnu Fadhlan gemetar ketika mendengar apa-apa yang dilontarkan orang-orang kafir dan memohonkan ampunan untuk si penanya saat mereka bertanya kepada dirinya, “Apakah Tuhan memiliki istri?” la juga memalingkan pandangannya saat orang di sana memotong jenggot dan menyisakan rambut jenggot bagi­ an dagu saja hingga menyerupai kambing. Kesedihannya terjadi ketika masyarakat bersujud kepada kayu Ek yang dipahat dengan bentuk yang memalukan, atau saat mereka menjadikan sesembahan yang banyak. Berkaitan hal ini, Ibnu Fadhlan menyitir firman Allah sebagaimana termaktub dalam Surah al-lsra’ ayat 43:

(Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka katakan, dengan ketinggian yang sebesar-besarnya). Sebuah pemandangan yang membuatnya sedih mana­ kala melihat satu kelompok dari kelompok-kelompok masyarakat menyembah ikan, hewan-hewan yang hidup, atau Kiraky (nama ikan). Ibnu Fadhlan sangat kuat dalam menjalankan tradisi dan

ajaran agama Islam. Ia meminta sang raja untuk menjawab salam dari Amir al-Mukminin, melarangnya menggunakan 15 Risalah lembar 200.

BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

gelar al-Mulk karena gelar itu hanya pantas disandang oleh Allah Ta’ala semata. Allah sangat mampu membalikkan raja menjadi seorang hamba. Teguran yang ia sampaikan ditimpali dengan sebuah hadis Rasulullah SAW. Kemudian ia memerintahkan muazin membaca bacaan yang ketika adzan dibaca dua kali untuk dibaca satu kali saja ketika iqamah. Raja Saqalibah mengetahui ketakwaan Ibnu Fadhlan tersebut sehingga ia menjulukinya sebagai Abu Bakar, memuliakan­ nya, menjadikan Ibnu Fadhlan sebagai kepercayaannya, dan tak menghiraukan sahabat-sahabatnya. Diceritakan ada seorang laki-laki bernama Thalut yang masuk Islam dihadapannya dan kemudian Ibnu Fadhlan menganti nama­ nya menjadi Abdullah. Ada juga seorang perempuan beserta ibu dan anak-anaknya yang masuk Islam dan mereka semua diberi nama Yang sangat Muhammad. Ibnu Fadhlan juga me­ ngajarkan surat-surat pendek dari alQur’an. Hal ini jauh lebih membahagia­ kan Ibnu fadhlan dibanding ketika ber­ jumpa Raja Saqalibah. Tentu akan menjadi sangat panjang jika saya tampilkan semua yang ada da­ lam Risalah tentang bagaimana ia ber­ pegang teguh dalam melaksanakan

agamanya, kesenangannya dalam me­ nyebarkan Islam dan betapa marahnya ia ketika kehormatan seorang muslimah direndahkan. Yaitu ketika disebutkan

menakjubkan dari Risalah ini adalah fakta bahwa meskipun ditulis seorang ahli fiqih, namun ia sangat baik dalam memberi penjelasan seindah gubahan para ahli sastra. Ibnu Fadlhan mampu menggambarkan apa yang ia rasakan— perasaan bahagia, takut, atau takjubhingga seolah-olah kita menyaksikannya sendiri.

RISALAH IBNU FADHLAN

bahwa raja Khazar yang beragama Yahudi mengambil secara paksa seorang muslimah Rusia untuk dinikahinya. Hal-hal seperti ini banyak dikisahkan dalam Risalah Ibnu Fadhlan dan yang menunjukkan perhatiannya terhadap dakwah Islam dan penyampaian kabar gembira dengan cara yang sangat baik. Untuk alasan inilah Ibnu Fadhlan didelegasikan. Diriwayatkan bahwa ada sekelompok masyarakat dalam jumlah besar yang hendak mengikuti Ibnu Fadhlan dalam beragama. Saya menduga, Ibnu Fadhlan juga hendak menjelaskan terkait pembakaran orang Rusia dan pembakaran gadis bersama orang Rusia yang meninggal. Hal ini sangat tidak disukai oleh Ibnu Fadhlan. Ia juga sangat marah melihat pelayan perempuan diperlakukan secara tidak senonoh oleh kerabat si mayat dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan Islam, agama, dan hati nurani. Yang sangat menakjubkan dari Risalah ini adalah fakta bahwa meskipun ditulis seorang ahli fiqih, namun ia sangat baik dalam memberi penjelasan seindah gubahan

para ahli sastra. Ibnu Fadlhan mampu menggambarkan apa yang ia rasakan - perasaan bahagia, takut, atau takjubhingga seolah-olah kita menyaksikannya sendiri. Padahal penggambaran yang sangat dekat, sastrawi, dan tajam bukanlah gaya tulisan seorang ahli Fiqih. Kalau saja ia tak menyebutkan misinya, berulangkah menjelaskan apa yang

menjadi tugasnya, dan banyak berisi nasihat serta larangan, tentu saya telah memasukannya dalam golongan ahli sastra dan ahli berkisah. Hal ini karena kemahirannya dalam mengolah kata, kepiawaiannya dalam menjelaskan, dan

BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

indahnya berbagai ungkapan yang digunakan dengan sangat menawan. Ungkapannya ringkas namun pemilihan katanya sangat teliti, kalimatnya runtut sehingga mudah dipahami, dan temanya tidak meloncat-loncat. Saya tidak menemukan kosakata yang membingungkan dan penyusunan kata yang membebani. Gaya bahasanya begitu ringan dan matang. Penjelasannya yang ringkas menempatkan karya ini dalam karya yang dirujuk dan menjadi pelopor bagi para pengarang. Metode yang dipakai Risalah ini mirip dengan gaya penulisan kisah yang episode dan temanya memiliki alur yang jelas. Seperti sebuah riwayat yang saling bertautan dan berkesinambungan dari awal hingga akhir. Meskipun dalam catatan ini terdapat berbagai angka dan bilangan saat menyebutkan tanggal, jarak, ukuran, dan hari-hari, namun hal itu tak menjadikannya terhitung sebagai uslub sastra dan tak pula menjadikannya dekat dengan uslub geografi. Saya tidak melihat bahwa penyebutan ukuran jauh, lebar, tempat-tempat kota/ negara, suhu, dan perbandingan satu daerah dengan daerah yang lain yang ada dalam Risalah Ibnu Fadhlan ini sama dengan yang biasa dibuat oleh ahli geografi. Yang menjadi sandaran dalam hikayat ini adalah perbincangan langsung Ibnu Fadhlan dengan orang-orang yang ditemuinya selama di perjalanan. Seperti kisah-kisah yang telah dibahas. Ini merupakan rahasia kesuksesannya dalam membuat risalah. Rahasia kehebatan itu telah membuatnya menjadi menarik sehingga para orientalis menjadikan risalah ini sebagai objek untuk diterjemahkan dan dinukil. Mereka berpendapat, catatan

RISALAH IBNU FADHLAN

Ibnu Fadhlan adalah sebuah potongan sastra yang menarik terkait perjalanan. Sastra al-Qur’an dan hadis memberi pengaruh pada karya ini. Dalam catatan ini terdapat kutipan-kutipan dari keduanya tanpa membuatnya menjadi terbebani. Seolah-olah hal itu menjadikan karya ini menjadi lengkap. Penjelasannya mengalir, gamblang, kokoh, dan tidak me­ ngendur. Ketika sebagian bagian laporan ini mulai sulit diuraikan/ hilang, maka dirujuk kembali ke salinan asli dan penambahan-penambahan yang telah dimasukkan ke dalam­ nya ketika ditashih. Gaun yang anggun hanya pantas dirajut oleh penenun yanghandal. Dan saya bermaksud untuk mem­ perbaiki kejelasan catatan ini, yaitu hal-hal yang telah rusak karena waktu dan penyalinan. E. Arti Penting Perjalanan Ibnu Fadhlan

Saat hendak mempelajari Risalah Ibnu Fadhlan yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Jerman, seorang orientalis bernama professor Fraehn berkata bahwa sejarah Rusia dan sekitarnya pada masa lampau tidak diketahui dan masih samar dalam berbagai aspeknya. Belum ada satu pihak pun di Eropa yang mencoba untuk membuatnya terang. Pada masa Nestor, ditulislah tentang sejarah orangorang Bizantyum, Prancis, dan Skandanavia. Namun tidak

ada tulisan yang berisi informasi-informasi tentang Rusia. Di saat Eropa mengabaikan Rusia, Arab dan dunia Timur telah membahas hal itu. Bangsa Arab telah memberikan informasi yang melimpah tentang sejarah dunia barat pada

BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

masa lampau, khususnya terkait Bulgaria dan Rusia. Dengan informasi-informasi tersebut, Bangsa Arab telah membuka mata dunia Barat tentang hal-hal yang menakjubkan dari berbagai daerah yang sangat jauh hingga daerah India, Cina, dan sepanjang Laut Atlantik. Mereka menulis tentang bagai­ mana mereka berdampingan dalam batas-batas yang sangat luas. Mereka telah mampu menggambarkan India, Nigeria, dan Volga. Hal ini karena dalam ajaran Islam, ada tuntunan untuk mencari ilmu dan mewajibkannya untuk dilakukan dengan usaha yang sunguh-sungguh. Ini merupakan pendapat orientalis sejak seratus tahun lalu terkait keunggulan bangsa Arab dibanding bangsa Barat dari segi penulisan perjalanan. Hal ini saya kemukakan untuk menunjukkan urgensi dari apa yang telah ditulis oleh para pendahulu — termasuk Ibnu Fadhlan —dan sekaligus untuk menunjukkan kepada mereka tentangadanya berbagai

tulisan tentang dunia Barat, khususnya Rusia. Masyarakat yang tidak mengetahui sejarah pendahulunya merupakan sebuah masalah yang besar. Maka ketika ada catatan karya

Ibnu Fadhlan yang membahas tentangnya, mereka sangat gembira. Catatan ini mengisi lubang besar kekosongan pem­ bahasan tentang para pendahulunya. Barangkali ini satusatunya pelita keterangan tentang riwayat mereka yang sangat luas. Catatan Ibnu Fadhlan mengisahkan kehidupan Bangsa Rusia dengan valid, detail, dan benar. Saya melihat kitab Risalah bukan dari aspek ini. Saya memandang bahwa ada seorang pemuda yang mendeskripsi­ kan sebuah perjalanan, kehidupan, tradisi-tradisi, dan akhlak

RISALAH IBNU FADHLAN

yang’ ada pada masa itu di setiap daerah yang disinggahi atau dilewatinya. Ibnu Fadhlan tidak lupa menginformasikan hal-

hal yang menjadi kebutuhan pada masa itu dengan ulasan yang mendalam. Ibnu Fadhlan menceritakan banyak hal terkait apa-apa yang ia saksikan dan mengutip beberapa percakapan dan perbincangan yang dilakukan bersama mereka. Selain itu, ia juga menggambarkan bagaimana para penguasa, pemimpin, dan tokoh-tokoh suku secara seimbang. Gambaran wajah dan keadaannya pun digambarkan secara ringkas. Saat melewati Bukhara, Ibnu Fadhlan menggambarkan bagaimana mata uangnya yang bagus beserta komposisi dan nilainya. Hal serupa juga dilakukan ketika melewati daerah Khawarizm. Ia Ibnu Fadhlan deskripsikan mata uang dan komposisi­ menceritakan banyak nya dan menamakan uang tersebut hal terkait apa-apa yang ia saksikan dan dengan Thazijah. Ibnu Fadhlan juga mengutip beberapa percakapan dan perbincangan yang dilakukan bersama mereka. Selain itu, ia juga menggambarkan bagaimana para penguasa, pemimpin, dan tokoh-tokoh suku secara seimbang. Gambaran wajah dan keadaannya pun digambarkan secara

memaparkan bagaimana buasnya pen­ duduk daerah itu serta menggambarkan

suara mereka yang seperti siulan burung Tiung ketika memekik. Sebagaimana ia menggambarkan suara penduduk suatu wilayah dekat dengan daerah Khawarizm yang ia serupakan dengan berkoteknya katak. Ia menjelaskan bagaimana ia merasa asing ketika men­ dengarkan suatu bahasa yang terasa tidak wajar dalam pendengarannya. Ia

BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

bingung bagaimana hendak menggambarkan bahasa itu dan bagaimana menyerupakannya dengan hal yang lain. Ibnu Fadhlan mendeskripsikan pakaian negara-negara yang ia lewati dengan ilustrasi yang mendekati. Hingga seorang pelukis pasti mampu membuat sebuah sketsa mode berbusana suatu negara pada masa itu berdasarkan apa yang disaksikan oleh Ibnu Fadhlan dan ia tuliskan dalam catatan tersebut. Ia juga menyebutkan nama-nama dari pakaian tersebut. Ini merupakan informasi yang sangat penting bagi para pengkaji kehidupan manusia dan sosial. Adat bangsa-bangsa tersebut dari segi berkehidupan, pola interaksi, dan sistem keagamaannya juga telah dipapar­ kan dengan sangat baik oleh Ibnu Fadhlan. Ia jelaskan bagaimana mereka melakukan tradisi pernikahan. Seperti apa mahar yang diberikan dan apa saja syarat-syaratnya. Bagaimana bentuk tempat tinggalnya, apa makanan dan minumannya, bagaimana tata cara beragama dan keadaan orangnya. Bagaimana cara mereka menjamu dan menyambut orang yang berkunjung atau orang-orang asing. Semuanya dipaparkan dengan tujuan untuk menggambarkan kondisi di

daerah-daerah tersebut. Hal yang menarik dalam Risalah ini adalah catatan khususnya mengenai negara Bulgaria dan Rusia yang di­ gambarkan dengan sangat rapi dan terperinci. Ibnu Fadhlan mendeskripsikan Kerajaan Saqalibah secara panjang lebar terkait bagaimana mereka melakukan upacara penyambutan,

kehidupan masyarakatnya, singgasana raja, tata cara makan, dan tempat serta cara penyajiannya yang berbeda dengan

RISALAH IBNU FADHLAN

kebiasaan orang Arab. Raja mereka duduk dan mengambil sebuah pisau kemudian mengiris sepotong daging panggang,

memakannya, dan sisanya diserahkan kepada yang lain. Tidak ada seorang pun yang memulai makan kecuali setelah raja memakan satu potong hidangan tersebut. Setiap orang makan dari hidangannya masing-masing. Tiada ada yang menemaninya menyantap hidangan tersebut dan ia pun tidak boleh mengambil hidangan milik orang lain sedikitpun. Ibnu Fadhlan menceritakan betapa singkatnya malam dan panjangnya siang di negara tersebut. Ia merasa binggung ketika melaksanakan salat Maghrib yang berdekatan dengan salat Subuh dan terbitnya fajar. Disebutkan bahwa masya­ rakat Saqalibah memakan daging binatang dan mereka tak memiliki sebuah wadah untuk tempat mengumpulkan makanan sehingga mereka menggali lubang di tanah dan menjadikannya sebagai tempat makanan. Makanan itu dibiarkan beberapa hari hingga berubah wujud dan mem­ busuk. Mereka hanya mengunakan minyak ikan karena tak

mengenal minyak nabati atau minyak wijen. Lalu disebutkan bahwa masyarakat Saqalibah memakai songkok yang mereka kenakan di atas kepala mereka. Ketika raja lewat di depan mereka, maka songkok itu akan mereka turunkan dibawah lengan mereka dan mereka akan bangkit dari tempatnya. Setelah raja lewat, mereka akan kembali memakai songkok itu. Saat menghadap raja, mereka akan menghormati sang raja dengan cara yang sama sembari me­ nundukkan kepala. Mereka menunggu azan dengan duduk-

duduk. Disebutkan bahwa mereka turun ke sungai dan mandi 34

BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

didalamnya dalam keadaan telanjang, baik laki-laki maupun perempuan. Undang-undang mereka tentang zina sangat

keras. Mereka akan memotong pelaku perzinaan mulai dari leher hingga kedua pahanya dengan menggunakan kapak. Pemakaman Muslim dari masyarakat tersebut dilakukan dengan cara membawanya mengunakan kereta setelah jenazah dimandikan dan kemudian dikuburkan di liang lahat. Setelah itu, mereka meletakkan senjata milik jenazah di sekeliling kuburannya dan mereka menangisinya hingga dua tahun. Perawakan orang Rusia digambarkan memiliki badan yang berwarna kuning kemerah-merahan. Para lelakinya tidak pernah lupa untuk selalu membawa pedang, kapak, dan pisau. Sementara perempuannya memakai kuncup korset yang diikat kuat di kedua buah dadanya. Korset tersebut terbuat dari besi, perak, tembaga, atau emas sesuai dengan

tingkat kekayaannya. Di setiap kuncup tersebut terselip pisau yang diikatkan di buah dadanya. Pada lehernya ter­ semat seuntai atau dua untai kalung sesuai dengan harta yang dimiliki. Dikatakan bahwa orang Rusia bertempat tinggal di rumah secara bersama-sama. Satu rumah dihuni oleh sebelas sampai dua puluh orang. Di dalamnya ada satu ranjang untuk tempat duduk/ tidur para penghuninya. Dalam keseharian, mereka terbiasa mengenakan baju terbuka tanpa malu dan takut. Dengan baju dan badan yang kotor, mereka membasuh wajah mereka dengan memakai satu baskom yang digunakan secara bergilir dan melepaskan semua kotoran dari mulut dan hidungnya dalam wadah ter-

RISALAH IBNU FADHLAN

sebut. Mereka menyembah sebuah kayu yang dibuat dengan

berbagai bentuk yang ditancapkan di tanah. Mereka meminta pertolongan, merendahkan diri, dan memberi sesaji kepada benda tersebut. Ibnu Fadhlan mengulas hal-hal yang berkaitan dengan kematian bagi orang Rusia dengan rinci dan lihai. Satu hal yang diketahui dan disaksikan sendiri oleh Ibnu Fadhlan mengenai apa yang dilihatnya ketika ada tokoh Rusia yang meninggal akan diceritakan kepada kita. Ibnu Fadhlan mengisahkan bahwa mereka membuatkan kuburan untuk jenazah dan memberinya atap selama sepuluh hari sampai mereka selesai membuatkan sepotong baju untuknya. Mereka kemudian bertanya pada para perempuannya, siapa yang akan mati menemani si jenazah. Pada hari pembakaran, perempuan itu menenggak minuman dan berteriak sengau. Kemudian ia lari menuju kapal yang telah dipersiapkan untuk pembakaran. Mereka mengeluarkan jenazah dari kuburannya dan mereka menaruh minuman, buah-buahan, dan rebab bersama jenazah tersebut. Jenazah tersebut dipakaikan busana yang paling indah dan mewah untuk kemudian dimasukkan ke dalam sebuah kubah. Berbagai jenis makanan dilemparkan ke dalamnya dengan tangan mereka sendiri. Dan budak perempuan yang telah ditentukan didorong masuk setelah ia pamit kepada kerabatnya. Perempuan tersebut dicekik dan dipotong-potong rusuk-rusuknya. Setelah itu, mereka mem­ bakar kayu yang diletakkan dibawah perahu sampai perahu itu menjadi abu yang dihamburkan angin. Setelah selesai,

36

BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

mereka menancapkan sebatang kayu bertuliskan nama jenazah dan nama raja Rusia. Saya tidak mampu mengabaikan apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Fadhlan dan kisah-kisah yang ia saksikan di negara Rusia. Risalah yang sedang kita bahas ini memerinci dengan detail dan menjelaskan setiap gerakannya dengan seksama; satu hal yang tidak saya temukan di sumber-sumber lain, baik Arab, Barat, atau yang lainnya. Seorang pelukis bahkan mampu menggambarkan hal-hal rinci dari upacara pem­ bakaran jenazah yang dilakukan bangsa Rusia pada zaman itu karena Ibnu Fadhlan sangat detail dan benderang dalam menerangkan hal tersebut. Seorang seniman Rusia bernama Henri Semiradski membuat sebuah gambar upacara pe­ makaman berdasarkan Risalah Ibnu Fadhlan ini dan gambar itu sekarang menghiasi dinding-dinding museum Rusia

di kota Leningrad. Nama Ibnu Fadhlan menjadi abadi dan terkenal, sementara Risalah-nya memperoleh reputasi yang

tinggi. Saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa Ibnu Fadhlan adalah satu-satunya orang yang mengisahkan upacara pembakaran jenazah di Rusia. Akan tetapi saya hendak menunjukkan bahwa Ibnu Fadhlan adalah satusatunya orang yang memerinci prosesi itu dan menggambar­ kannya dengan suatu gambaran yang seolah bisa disaksikan oleh kita sendiri. Para ahli Geografi Arab abad ke-4 me­ nyebutkan bahwa bangsa Rusia sama dengan India yang

membakar jenazah mereka. Ibnu Hauqal berkata, “Seperti yang dilakukan oleh masyarakat di Ghana, Kogh, dan berbagai

RISALAH IBNU FADHLAN

daerah di negara India, Rusia merupakan sebuah kaum yang membakar diri mereka ketika mati beserta kekayaan dan salah seorang pembantunya yang paling cantik.” Al-Mas’udy16 berkata, “Adapun yang termasuk golongan negara Jahiliyah adalah bangsa Rusia dan Saqalibah serta kota yang ber­ dampingan dengannya. Mereka membakar Jenazah mereka beserta ternak, perabotan, dan perhiasan mereka. Ketika seorang laki-laki mati, ia akan dibakar bersama perempuannya yang masih hidup. Jika seorang perempuan meninggal, suaminya tidak ikut dibakar.Jika yang meninggal seorang bujang, ia akan dikawinkan setelah kematiannya. Para wanita senang jika ikut dibakar karena ia menganggap dirinya akan dimasukkan ke surga. Hal ini adalah tradisi yang biasa dilakukan masyarakat India. Beberapa diluar keduanya juga menyatakan hal yang sama. Namun dilihat dari segi ketelitian, kisah, dan hikayat yang disampaikan, berbagai pernyataan ini tidak cukup kaya soal informasi tentang upacara pemakaman itu. Berbagai per­ nyataan tersebut merupakan informasi yang dikutip secara

mutawatir. Bisa jadi sebagian besarnya diambil dari Ibnu Fadhlan.” Di sini, saya harus menunjukkan keutamaan Risalah ini dibanding para ahli geografi dan sejarawan Arab. Ketika membahas wilayah ini, mereka - kecuali Yaqut al-Hamawi — mengutip informasi dari Ibnu Fadhlan tanpa menyebut nama Ibnu Fadhlan dan Risalah-nya. Sebagaimana akan dijelaskan nanti, Yaqut banyak menukil Risalah Ibnu Fadhlan secara 16 Muruj al-Dhihab, cetakan Paris 9/ 2.

BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

harfiah. Ia mengkritik dan menyelisihi Ibnu Fadhlan dalam beberapa tema. Ia sepakat dalam satu hal dari apa yang disampaikan risalah ini dan mengingkarinya dalam hal yang lain. Meski demikian, Yaqut - dalam Mu’jam al-Buldan — me­ nyebutkan nama Ibnu Fadhlan setiap kali menukil beberapa daerah yang ada dalam Risalah-nya. Terkait negara-negara yang pernah dikunjungi Ibnu Fadhlan khususnya negara Bulgaria dan Rusia, Risalah Ibnu Fadhlan dijadikan sebagai referensi utama dalam karya Yaqut. Ini merupakan alasan kenapa para orientalis memberi perhatian terhadap Risalah ini dan mendorong saya untuk menelitinya dengan cara yang akan saaya terangkan pada bab selanjutnya.

Cx39>

BAB II

PENELITIAN RISALAH IBNU FADHLAN

A. Biografi Ibnu Fadhlan

Kami berpendapat bahwa Ibnu Fadhlan memulai per­ jalanannya pada 21 Juni tahun 921 M dari kota Baghdad dan sampai di sungai Volga untuk menghadap raja Saqalibah pada hari Ahad, 11 Mei 922 M. Perjalanan itu menghabiskan waktu selama sebelas bulan untuk berangkat. Namun kami tidak mengetahui jalan yang ditempuh ketika pulang. Kami juga tidak mengetahui tanggal kepulangannya serta waktu yang diperlukan hingga sampai di kota Baghdad. Kami hanya mengetahui dari Yaqut bahwa seseorang pulang dari per­ jalanannya menuju ibukota. Yaqut berkata: “Semenjak ia keluar dari Baghdad sampai ia pulang kembali.17 Sumber-sumber sejarah tidak menjelaskan keterangan tentang perjalanan ini dan siapa pelakunya. Keterangan tentang Ibnu Fadhlan tidak kami temukan dalam buku-buku

17 Mu'jam al-BuIdan, 485/2 dan halaman setelaknya.

41

RISALAH IBNU FADHLAN

Geografi, Sejarah, dan Pengetahuan umum. Kami juga tidak menemukan satu tulisan pun yang memberi petunjuk soal perjalanan ini. Kami sungguh tidak tahu siapa sebenarnya nama pelaku perjalanan ini. Menurut Yaqut, ia bernama Ahmad bin Fadhlan bin al Abbas bin Rasyid18 bin Hammad maula Muhammad bin Sulaiman, utusan al-Muqtadir Billah. Ini sesuai dengan keterangan yang ada di dalam manuskrip risalah berjudul Risalah Ibnu Fadhlan. Akan tetapi hal ini bertentangan dengan apa yang ada di manuskrip ini sendiri ketika Ibnu Fadhlan menceritakan bahwa ada seorang pemuda yang bernama Thalut masuk Islam di hadapannya. Kemudian ia ganti namanya menjadi Abdullah. Pemuda tersebut berkata: "Saya inyin enykau memberiku nama denyan memakai namamu, Muhammad.”'9 Penulis berkata, “maka saya melakukan hal tersebut.” Apakah kita melihat hal ini sebagai suatu pertentangan atau sebagai kesalahan ucap dari penyalin? Atau kita menafsirkan bahwa nama terbaik adalah nama yang menggunakan kata Muhammad dan Abdul? Bukan hanya nama Ahmad atau Abdul yang membuat kami tercenung. Namun juga nama Fadhlan. Nama Fadhlan memang dikenal di dalam wazan Arab, namun kami tidak menemukan nama “Fadhlan” di dalam nama-nama yang terkenal pada masa tersebut. Sedangkan di dalam Risalah, disebutkan bahwa ia adalah pembantu (maula) Muhammad bin Sulaiman,20 penakluk Mesir. Yaqut berkata bahwa Ibnu 18 Yaqut menerangkan nama ini di beberapa tempat, ia berkata: “Ibnu As'ad.” 19 Risalah lembar 207. 20 Muhammad bin Sulaiman bin al-Munfiq Abu Ali al-Katib, sebagaimana

42

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Fadhlan adalah pembantu Muhammad bin Sulaiman dan kemudian menjadi pembantu Amir al-Mukminin. Ia adalah salah serorang pembantu ajam2' pada zaman tersebut. Dalam Risalah-nya, penulis mengajak kita untuk meyakini hal yang lain. Ibnu Fadhlan memberitahukan kepada kita perkataan Raja Saqalibah ketika berbincangbincang dengannya. Ketika memperlihatkan perjalanan ini kepada para sahabatnya: “Saya hanya mengenal dirimu, dan mereka semua adalah orang ajam " Apakah yang dimaksudkan dalam ucapan Raja Saqalibah itu adalah bahwa Ibnu Fadhlan berbahasa Arab atau berbangsa Arab? Atau sang raja tidak mengerti hingga menganggapnya demikian? Di mana Ibnu Fadhlan dilahirkan? Di negara Arab atau Ajam? Bagaimana ia tumbuh? Apa kesibukannya dalam bidang agama sebelum ia diutus ke Bulgaria? Apakah ia terhubung dengan menteri Hamid bin al-Abbas? Apa pendidikan sastra dan agamanya? Dan buku apa yang ia wariskan selain Risalah ini? Kami telah menguraikan sebelumnya bahwa Ibnu Fadhlan adalah sesorang yang me­

miliki budaya agama, nilai sastra yang tinggi, gaya bahasa yang indah, wirai, gemar menyebarkan agama Islam, jujur dalam berucap, dan menjaga diri dari harta. Selain itu, kami* 21 disebutkan di dalam Tajarub al-Umam 51/5. Ia mcnaklukan kota Mesir dan menumbangkan BaniTholun. Ia masuk kota Mesir tahun 292 H dan terbunuh pada tahun 304 H. Ahmad bin Ali menggambarkannya dengan haiksetelahnva. Lihat Al-Fatj ba’da al-Syiddah, 180/1. 21 Dalam buku Maula. Lihat kajian seorang orientalis, Fohn Krimer, berjudul Al-Tsatjafah fi ‘Ahdi al-Khulafa’ (bahasa Jerman), 104/1 yang diterbitkan pada tahun 1888 M. Intinya Yaqut menyebutnya, “pembantu Amir al-Mukminin Muhammad bin Sulaiman”

RISALAH IBNU FADHLAN

memandang bahwa ia memiliki keutamaan yang barangkali bisa dirujuk ke tahun-tahun yang lalu atau ada keterangan yang spesifik tentangnya. Adapun yang hendak kami tekankan adalah bahwa Ibnu Fadhlan pergi melakukan perjalanan ini dengan me­ nyeberangi sungai-sungai, singgah dekat daerah bersalju, mengendarai unta dan perahu. Melintasi lembah, padang sahara, tanah tandus, dan hutan belukar. Menempuh sebuah perjalanan yang cepat dengan menembus medan yang berat di daerah pegunungan dan lembah. Ia mempertaruhkan diri dengan menempuh perjalanan perdana dan membahayakan hidupnya, menatap maut di depan mata. Dengan gambaran keadaan beratnya beban yang ditanggung dalam menempuh perjalanan ini, adakah orang yang mau menjalaninya? Atau adakah pemuda seusianya yang bersedia? Barangkali itu mungkin, seseorang yang disebutkan dalam cerita-cerita, ia dirujuk pada sosok khayalan yang mampu melakukan hal Ibnu Fadhlan pergi melakukan perjalanan ini dengan menyeberangi sungaisungai, singgah dekat daerah bersalju, mengendarai unta dan perahu. Melintasi lembah, padang sahara, tanah tandus, dan hutan belukar.

yang berat ini. Ketika Ibnu Fadhlan menatap langit Bulgaria, tiba-tiba langit menjadi merah, terdengar suara yang keras dan suara melengking dari gerombolan hewan dan - pada satu arah yang lain seolah-olah —ada bayang dari orang-orang yang membawa pedang dan tombak di dua sisi berbeda yang masing-masing terdiri dari sekumpulan pasukan dan kendaraan lengkap dengan persenjataannya

seperti

batalion-

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

batalion tempur. Ibnu Fadhlan begitu terkejut melihat hal itu dan ia segera mendekatkan diri kepada Allah dan berdoa. Masyarakat menertawakan Ibnu Fadhlan beserta temantemannya dan merasa kagum padanya. Ketika Ibnu Fadhlan bertanya kepada mereka, mereka berkata bahwa hal tersebut adalah perbuatan Jin mukmin dan kafir yang selalu ber­ perang di setiap malam. Begitu juga ketika Ibnu Fadhlan memberi gambaran tentang orang-orang dari kaum Gog dan Magog (Ya’juj wa Ma’juf). Raja mengisahkan kepadanya terkait hal itu. Mereka memiliki kepala yang lebih besar, telinga lebar, hidungnya lebih besar dari perawakannya, dan memiliki dua mata yang sangat besar. Ibnu Fadhlan meriwayatkan kabar tersebut dan menambahkan bahwa setiap hari Allah Ta’ala mengeluarkan seekor ikan dari laut untuk kaum tersebut. Ikan itu ia potong sesuai dengan kebutuhannya dan kerabatnya. Kemudian ikan tersebut dikembalikan ke laut. Jika ia mengambil melebihi kebutuhannya, maka perutnya akan sakit. Kami memaparkan hal ini bukan bermaksud untuk

mengkritik Ibnu Fadhlan atau meremehkan kemampuannya. Barangkali yang ia gambarkan adalah sesuatu yang nyata atau bisa jadi ia sedang dalam keadaan takut dan menghayalkan hal itu. Bukanlah sesuatu yang mudah pada masa itu untuk menjadi sosok yang dapat melakukan perjalanan yang jauh hingga ke negara Bulgaria dan Rusia. Menyaksikan halhal menakjubkan yang ada pada pertengahan zaman itu dengan sarana transportasi yang masih sulit. Kebanyakan para pelaku perjalanan dan ahli geografi meriwayatkan apa

RISALAH IBNU FADHLAN

yang’ ia saksikan dan memasukkannya ke dalam cerita-cerita hikayat. Sampai akhirnya cerita itu tercatat dalam bukubuku Sejarah. Para sejarawan menceritakan hal tersebut sesuai dengan kemampuan akal dan imajinasi mereka. Akan tetapi, disini saya ingin menunjukkan apa yang menjadi peninggalan (kebudayaan) Ibnu Fadhlan yang dipengaruhi oleh kisah-kisah kuno yang ada pada masa tersebut dan riwayat-riwayat terjemahan dari Persia, baik yang disisipkan oleh orang Yahudi atau non-Yahudi ke dalam kesadaran mausia pada masa itu. Dan juga untuk menunjukkan mitos yang beredar pada masa itu tentang bahaya masuk ke negaranegara tesebut pada zaman itu. Sampai-sampai Ibnu Hauqal berkata tentang negara Rusia pada abad itu: “Saya tidak mendengar seorangpun yang menyatakan dirinya masuk ke daerah tersebut bersama orang asing. Hal ini dikarenakan

masyarakat kaum itu akan membunuh siapa saja orang asing yang memasuki tanahnya, la akan ditengelamkan di sungai, diteror, dan dilenyapkan beserta dagangannya. Tidak seorang pun yang tersisa.” Ibnu Fadhlan memasuki wilayah Bulgaria. Melihat

bangsa Rusia yang menempati negara itu lalu kembali dan kemudian mendeskripsikan perjalanannya. Sebuah deskripsi yang mirip dengan gambaran yang biasa dilakukan oleh para pelaku perjalanan pada masa itu terkait negara-negara yang asing nan mengherankan. Dibandingkan dengan kebanyakan para pelaku perjalanan diplomasi yang ada dalam penilaianpenilaiannya, gambaran yang dibuat oleh Ibnu Fadhlan ini

ternyata sangat cocok. Saya melihat bahwa membaurnya 46

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Ibnu Fadhlan dengan mereka adalah bagian dari upaya untuk

memahami bangsa-bangsa, adat, dan tradisinya. Apa yang dilakukan Ibnu Fadhlan merupakan rintisan pada masanya dan masa setelahnya. Ini menjadi salah satu bukti bahwa tokoh ini berhasil mengemban misi dan menyampaikan surat yang dibawanya. Ia benar-benar membuktikan kepercayaan pihak yang telah mempercayainya untuk melaksanakan tugas pendelegasian yang berat ini. Tidak diragukan bahwa mereka melihat Ibnu Fadhlan sebagai sosok yang istimewa. Khalifah atau menteri Hamid bin al-Abbas telah menjatuhkan pilihan kepadanya untuk menjadi pimpinan duta ini. Keduanya menugaskan Ibnu Fadhlan untuk menjaga surat dari keduanya untuk diserahkan kepada raja bangsa Eropa. Keduanya sangat yakin ketika hubungan dengan kerajaan itu kokoh, maka kaum muslimin akan semakin kuat dan jaya. Tidak mudah bagi Khalifah atau menteri untuk memilih orang yang teruji dan berpengalaman. Tampak bahwa orang-orang sebelum kita tidak memiliki pengetahuan tentang Ibnu Fadhlan. Para ahli geografi menukil darinya tanpa menyebutkan namanya. Tidak pula menampakkan namanya dalam referensi-referensi yang mereka gunakan. Mereka telah membaca catatan perjalanan Ibnu Fadhlan ini sejak abad keempat dan abad setelahnya

seperti al-Istahary, Ibnu Rustah, dan al-Mas’udy. Tetapi mereka tidak menyebutkan dalam buku-buku mereka bahwa mereka mengutip dari Ibnu Fadhlan. Maka bercampurlah apa yang mereka kumpulkan dari sumber yang lain dengan

RISALAH IBNU FADHLAN

apa yang mereka nukil dari Ibnu Fadhlan. Pada abad ketujuh, Yaqut menjadi orang pertama yang memberi petunjuk tentang keutamaan Ibn Fadhlan. Ia memilih beberapa bab dari Risalah Ibnu Fadhlan dan memasukkannya ke dalam karyanya yang berjudul Mu’jam al-Buldan. Inilah buku yang memperkenalkan dan mengisahkan Ibnu Fadhlan pada masa kekinian. B. Bagian-Bagian Risalah

Dalam bukunya, Yaqut berkata:22 “Kisah Ibnu Fadhlan dan pengutusan al-Muc/tadir kepadanya ke Bulgaria adalah catatan yang dikenal masyhur di kalangan masyarakat. Saya melihat sejumlah salinan dari catatan tersebut” Dari sini kita tahu bahwa pada abad ketujuh, salinan dari risalah ini begitu melimpah. Selain mengetahui keberadaan salinan tersebut, masyarakat juga tahu bahwa salinan itu sering berpindah tangan. Yaqut melihat bahwa sebagian salinan ini terkait dengan perjalanan Ibnu Fadhlan ke negara Persia dan Turki. Ia menukil beberapa bab dari salinan itu dan menjadikannya sebagai materi dalam bukunya untuk dijadikan petunjuk dan bukti terkait daeah-daerah dan negara-negara yeng hendak

ia deskripsikan adat kebiasaannya. Berikut ini adalah penjelasan tentang bab-bab yang dinukil Yaqut secara urut sesuai dengan halaman-halaman catatan yangsepadan dengan lembaran-lembaran manuskrip yang kita terbitkan:

22 jMujdWf

48

cetakan Eropa, 1/1 13.

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

1.

Khawarizm23

198 M + 198 P23 24

2.

Basghard25

203 M

3.

Bulgaria26

203P-206P

4.

Atil27

208 M-209 M

5.

Rusia28

209P-212P

6.

Khazar29

212P

Yaqut menyalin hampir 20 halaman dari catatan ini dan yang tidak dikutip sekitar lima belas halaman. Seolah-olah ia

menukil dua-per-tiga catatan dan menyisakan sepertiganya karena ketiadannya di dalam sumber maupun buku. Cara

penukilannya

tampak jelas.

Biasanya

diawali

dengan

ungkapan, “Saya membaca di dalam buku Ibnu Fadhlan.. ,”30

Dan diakhiri dengan kata-kata, “Ini adalah hal yang di­ riwayatkan olehnya” Atau ia mengawali kutipannya dengan

kata-kata, “Ibnu Fadhlan, utusan al-Muqtadir ke Saqalibah mengatakan dalam Risalah Ibnu Fadhlan.. .Ibnu Fadhlan

menceritakan dalam risalahnya apa yang menjadi perhatian­ nya sejak meninggalkan kota Baghdad hingga kembali ke

23 Mu'jam al-Buldan, cetakan Eropa, 2/484-485. 24 M adalah simbol yang merujuk pada bagian awal dari manuskrip catatan ini dan P adalah simbol untuk bagian punggung dari lembaran-lembaran tersebutpenctj. 25 Mujam nl-Biddan, cetakan Eropa, 1/468-469. 26 Mu’jam al-Buldan, cetakan Eropa, 1/722-725 27 Mu'jam al-Buldan, cetakan Eropa, 1/112-113 28 Mu'jam al-Buldan, cetakan Eropa, 2/834-840 29 Mu’jam al-Buldan, cetakan Eropa, 2/438-439 30 Saya perhatikan Yaqut menyebut catatan ini adakalanya dengan “Buku Ahmad” 1/112, pada kesempatan yang lain menyebut “ Kisah Ibnu Fadhlan” dan terkadang menyebutnya “Risalah.”

RISALAH IBNU FADHLAN

kota tersebut. Saya menceritakan apa yang ia sebutkan sesuai dengan ungkapannya karena rasa kagum saya terhadapnya.” Catatan-catatan yang diberikan Yaqut atas apa yang ia nukil dari Ibnu Fadhlan menunjukkan sikapnya di dalam menjelaskan, mengkritik, dan menguatkan apa yang ia nukil. Setelah meriwayatkan deskripsi Ibnu Fadhlan tentang daerah Atil, ia berkata, “Penulis berkata: Penggambaran ini adalah sesuatu yang saya kemukakan tanpa saya jamin kebenarannya” Ketika mengomentari deskripsi Khazar yang dikemukakan oleh ibnu Fadhlan, Ia berkata, “Dan ini juga bohong, paling banyak yang beku itu limajengkal dan itujarang terjadi. Biasanya sungai yang beku itu hanya dua atau tiga jengkal sebagaimana yang saya saksikan dan saya tanyakan kepada penduduk negara tersebut. Barangkali ia menduga bahwa seluruh sungai membeku, padahal sebenarnya tidak seperti itu.” Beberapa baris setelahnya, ia berkomentar, “Saya berkata: Inijuga bohong, karena sesungguhnya kereta itu paling banyak mengangkut benda-benda yang saya tumpangkan padanya. Dan saya membawa kain sebanyak seribu ritl. Semua kereta mereka ditarik oleh satu hewan saja, adakalanya berupa sapi, keledai, atau kuda. Adapun tentang murahnya kayu bakar, kemungkinan pada zaman itu memang murah sesuai kadar usia dari kayu tersebut di mana seratus mannu (satu mannu=2 ritl) dihargai tiga dinar rukkani.” Kemudian beberapa baris setelahnya ia berkomentar, “Saya berkata: Ini merupakan deskripsinya yang benar. Hanya saja dalam Rustaq, ia bukan kota yang pernah saya saksikan dengan mata kepala sendiri.”

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Kami menyimpulkan bahwa Yaqut al-Hamawi tidak hanya merasa cukup Kalangan Barat dengan meriwayatkan dan menyalin (orientalis) merupakan pihak pertama yang Risalah Ibnu Fadhlan, akan tetapi ia juga mengerti posisi penting menerimanya dalam beberapa aspekdari Risalah Ibnu nya.Jika dia pernah mengunjungi negara Fadhlan. yang dibahas seperti pada kasus negara Khazar, maka ia akan membantah riwayat yang ada dalam catatan Ibnu Fadhlan dan menyebutkan keadaan yang ada di zamannya, di mana jarak keduanya paling sedikit tiga abad. Dan jika ia belum pernah mengunjunginya, maka ia akan me­ nunjukkan selaksa kekagumannya terhadap apa yang ia baca dari risalah itu seperti ketika ia mengulas negara Rusia. Atau jika tidak demikian, maka ia akan lepas tangan dari apa yang telah ia salin sebagaimana ketika ia mendeskripsikan sungai Atil dan sepakat dengan apa yang diungkapkan oleh Ibnu Fadhlan ketika riwayat itu didukung oleh riwayat yang valid. Di luar itu semua, Yaqut merupakan orang yang terpercaya, jujur, dan dapat diandalkan. Ia sangat memahami apa yang ia baca dan memiliki kejelian dalam menyalin kecuali ketika ia membuang beberapa informasi dan kejadian yang tidak ia masukkan ke dalam bukunya. Oleh karena itu, karyanya yang berjudul Mu’jam al-Buldan merupakan kitab terbaik yang menampilkan beberapa bab dari Ibnu Fadhlan dengan kalimat-kalimat yang menyerupai riwayat aslinya. Kalangan Barat (orientalis) merupakan pihak pertama yang mengerti posisi penting dari Risalah Ibnu Fadhlan. Mereka mengkajinya dari sumber-sumber berbahasa Arab

RISALAH IBNU FADHLAN

dan mereka melihat bahwa beberapa bab darinya telah dicatat oleh Yaqut dengan menunjukkan siapa pemilik dari risalah

itu. Sejak awal abad ke-19, mereka mempelajarinya secara intensif dengan mengkaji, mengulas, dan menerjemahkan risalah itu. Pada tahun 1800 M, sebagian dari mereka me­ mublikasikan pendapat-pendapat dari ahli geografi Arab tentang Rusia. Di dalamnya tercantum pendapat dari alIdrisy, al-Mas’udy, dan Ibnu Fadhlan. Pada tahun 1814 M, seorang orientalis yang bernama Rasmussen mengumpulkan potongan-potongan bab dari risalah ini dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Rusia. Empat tahun kemudian, Nicholson menyalinnya ke dalam bahasa Inggris. Pada tahun 1819 M, seorang orientalis asal Jerman bernama Fraehn31 mengumpulkan naskah Yaqut untuk di­ pilah-pilah bagian yang ia nukil dari Ibnu Fadhlan dan me­ mublikasikannya secara berturut-turut. Pada tahun 1822, ia memublikasikan bab khusus terkait Khazar dalam bahasa latin dengan dilengkapi pendapat Ibnu Hauqal tentang wilayah itu. Kemudian pada tahun 1833, ia memublikasikan bab tentang Rusia dalam bahasa Jerman dengan banyak perincian dan ulasan. Buku tersebut terbilang cukup tebal hingga mencapai 268 halaman dengan potongan kertas yang besar. Padahal kita tahu bahwa bab tentang Rusia tidak lebih 31 Fraehn dilahirkan di kota Rostock pada tahun 1782 M dan meninggal di Rusia tahun 1851 M. Ia merupakan orientalis Jerman terbesar yang terkenal dengan kajiannya, terutama tentang mata uang wilayah timur. Karangannya berjumlah lebih dari 200 buku. Dan ia merupakan anggota dari berbagai lembaga di Saint Petersburg, Stochklom, Copenhagen, Paris, dan lain-lain.

52

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

dari sebelas halaman. Ia menerjemahkan kesebelas halaman itu dalam bahasa Jerman dan memberikan ulasan tentangnya sebanyak 115 halaman, dengan dipenuhi nukilan dari bahasa

Yunani, Perancis, Inggris, dan Arab. Buku itu juga disertai indeks-indeks dan pelengkap yang diterbitkan oleh lembaga ilmu pengetahuan kekaisaran di sana.32 Segera setelah buku itu terbit, pihak-pihak yang memiliki perhatian terhadap pendapat bangsa Arab tentang Rusia dan apa yang dilakukan oleh para cendikiawan terhadap mata uang dan pakaian yang ada pada negara tersebut sejak masa al-Muqtadir, segera menerjemahkan, mengkritik, dan mengkaji buku tersebut. Salah seorang menyebutkan bahwa mata uang Arab selalu tersimpan di museum Leningrad yang telah ada sejak masa al-Muqtadir. Barangkali koin itu datang bersamaan dengan kunjungan Ibnu Fadhlan dan diutusnya beliau ke Bulgaria. Di sela-sela ulasannya, terdapat seseorang yang menyebutkan apa yang dikatakan oleh para geografer dan sejarawan Arab tentang wilayah ini. Dikaji pula negaranegara Rusia seperti Wiyabah (Kiev) dan laut Warnk (Ahrank) sebagaimana disebutkan oleh orang Arab terkait

nama negara dan tempat. Pada tahun 1832M,Fraehn memublikasikan bab khusus terkait Bulgaria dan sungai Volga (Atil) pada lembaga Kajian Asia di Leningrad (Saint Petersburg). Begitu juga, banyak 32 Dalam edisi Jerman, buku itu diberi judul Risalah Ibnu Fadhlan: Ahli Geografi Arab tentang Rusia pada masa Dulu. Berisi teks asli berikut terjemahannya dan disertai kritik bahasa dan keterangan pelengkap. Diterbitkan di Petersburg pada tahun 1823 M dan penerbit Dar al-Kutub Mesir mengizinkan saya untuk meminjamnya.

o.53>

RISALAH IBNU FADHLAN

pihak yang memublikasikan bab-bab dari buku Yaqut setelah diteliti dengan seksama dengan harapan dapat menghasilkan

naskah risalah secara lengkap. Namun semua itu pupus sebelum apa yang diharapkan terwujud. Pada tahun 1863 M, Wastenfield memublikasikan catatan-catatan perjalanan menurut Yaqut dan di dalamnya dibahas Perjalanan Ibnu Fadhlan. Sebuah kajian berbahasa Jerman yang ia kumpulkan dari naskah Yaqut pada bukunya Mu’jam al-Buldan.33 Tahun 1899, Westberg memublikasikan hasil kajian serupa tentang Ibnu Fadhlan. Pada tahun 1902 M, seorang orientalis bernama Rosen memublikasikan sebuah makalah dalam bahasa Rusia yang membahas tentang Ibnu Fadhlan dan deskripsinya tentang daerah Atil, Khawarizm dan Rusia.34 Kemudian pada tahun 1911 M, seorang orientalis bernama Dvorak menulis sebuah kajian dari perjalanan Ibnu Fadhlan dan memublikasikannya di Praha. Dua tahun setelahnya, Barthold memublikasikan hasil kajian dalam bahasa Rusia dengan tema perjalananperjalanan Bangsa arab ke Rusia.35 Pada tahun 1924 M, Markwart mengeluarkan sebuah hasil kajian tentang perjalanan-perjalanan di Lipetsk. Pada tahun ini, muncul kejadian penting terkait Ibnu Fadhlan, yaitu lembaga Asia bagi Orientalis di Petersburg berhasil menyelamatkan dua lembar yang telah dicopy dari catatan 33 Ma jalah Zeitschrijt der Deutsche» Morflenldndischen Gesellschaft (ZDMG). edisi 18. 34 ZBO, edisi 15, him. 39-73. 35 ZBO edisi 21, tahun 1013 H. Di dalamnya dibahas al-Ishtakharv, Ibnu Rustah, dan al-Bakry.

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

tangan perjalanan Ibnu Fadhlan yang mengungkap kesaksian tentang kota Thus di Iran dan sampainya lembaran-lembaran yang tersisa setelah 10 tahun ke lembaga ini. Maka berubah­ lah laju kajian tentang perjalanan ini setelah diperolehnya manuskrip ini dan kita akan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

C. Manuskrip Risalah

Sejak tahun 1924 M, telah terbit beberapa artikel dalam bahasa Rusia tentang kajian naskah manuskrip yang berharga ini. Manuskrip ini ditemukan di rak manuskrip yang dipamerkan. Dua tahun sesudahnya-yaitu tahun 1926 M, terbit katalog dari rak manuskrip ini. Di dalamnya, terdapat keterangan tentang naskah catatan Ibnu Fadhlan ini; yaitu pada nomer tiga dibawah naskah Akhbaral-Buldan yang tertulis dalam bahasa Arab. Manuskrip itu terdiri dari empat risalah,36 yaitu: 1. Risalah Abu Dalf. 2. Satu risalah yang di awal kalimatnya berbunyi: “Adapun setelah memuji kepada Allah” dan di akhir kalimatnya berbunyi: “Sebuah pelajaran bagi orangorang yang berpikir.” 3. Risalah fi Akhbar al-Buldan. 4. Catatan Ibnu Fadhlan. Awal kalimatnya berbunyi: “Ibnu Fadhlan berkata: Setelah surat dari raja 36 Berbentuk jilid yang terdiri dari empat buku yang disusun oleh Radhawy atas bimbingan Alaf as-Salam, Muharram 1345, Dar al-Tiba’ah, Thus, him. 299.

RISALAH IBNU FADHLAN

kerajaan Saqalibah — al-Hasan bin Yiltawar—sampai

di tangan Amir al-Mukminin.”Dan akhir kalimatnya berbunyi: “Dan baginya beberapa raja tetangga yang tunduk kepadanya." Manuskrip yang setiap halamannya terdiri dari 19

baris ini ditulis dengan tulisan khat naskhi. Sebagaimana diterangkan Ibnu Khatun di dalam Tarikh al-Waqf 1067 H, lembarannya berjumlah 212 lembar. Bagian akhir catatan tersebut terpotong dan sobek sehingga sangat disayangkan karena lembaran dari catatan Ibnu Fadhlan ini menjadi ber­ kurang. Sejak munculnya naskah ini, para orentalis menaruh perhatian yang besar dalam mempelajari dan mengkajinya. Ilmuwan Turki bernama Zeki Validi Togan mengemuka di dalam meneliti, memberikan catatan, dan menerjemahkan naskah ini. Dia melengkapi keterangan yangada dalam catatan tersebut, membandingkannya dengan keterangan dari Yaqut dan yang lainnya, menyertakan teks-teks keterangan dari

para ahli ilmu Geografi Arab, dan menerbitkannya dalam bahasa Arab dan Jerman yang dicetak pada tahun 1939 M.37 Sebelumnya, ia sendiri juga membuat beberapa artikel yang membahas tentang arti penting Risalah Ibnu Fadhlan dan manfaat mempelajarinya. Kemudian setelahnya, muncul beberapa artikel dalam terbitan Eropa yang membahas

37 Zeki Validi Togan, Ibn Fadtans Reisebericht, Abkandlun^en fiir die Kunde des Morgenlandes, XXII, 1939.

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

risalah ini.38 Saya kira tak perlu membicarakannya secara panjang lebar di sini karena itu masuk dalam lingkup manfaat

kebahasaan dan validasi ilmu geografi. Pada tahun itu juga, muncul sebuah buku kajian ber­ bahasa Rusia yang dipelopori oleh seorang orientalis besar

bernama Kratchovsko di kota Moskow. Mukadimah dari kajian ini terdiri dari 51 lembar yang membahas tentang gambaran perjalanan dan pelakunya. Kemudian disusul ter­ jemahan catatan Ibnu Fadhlan ke dalam bahasa Rusia yang

terdiri 120 lembar. Diterjemahkan lembar demi lembar, di

dalam ulasannya membahas nilai-nilai yang sangat berharga dari perjalanan tersebut. Bagian akhir terjemahan tersebut

dilengkapi dengan indeks, gambar-gambar visual/ foto dari

Risalah yang semuanya diambil dari manuskrip dengan porsi

yang besar dan jelas. Selain itu, di setiap lembarnya juga diberi keterangan halaman.39 Yang menarik dari kajian ini adalah bahwa karya

Kratchovsko ini merupakan kajian yang paling mendalam

dan detail terkait Ibnu Fadhlan dan Risalah-nya. Kajian ini

38 Di antaranya adalah artikel yang ditulis oleh professor Ritcher berupa ringkasan tulisan dari Validi dan diterbitkan pada tahun 1942 M di majalah ZDMG halaman 98-126. Kemudian ada sebuah artikel berbahasa Hongaria di majalah Acta Orientalis (tahun 1951 M, him. 217-260) yang kami rujuk di dalam pendahuluan. Ada pula artikel berbahasa Inggris yang ditulis oleh professor Dunlop dalam majalah Alam al Syarqi yang diterbitkan di kota Stuttgart dalam empat edisi. Selanjutnya sebuah artikel berbahasa Inggris yang ditulis oleh professor R. Frvedan professor R. Blake yang diterbitkan tahun 1949 (halaman 37). 39 Terbitan Lembaga Ilmu Pengetahuan Uni Soviet dengan judul Rihlah Ibnu Fadhlan lla Bulghar beserta mukadimahnya yang ditulis oleh Ignatius Kratchovsko di Kota Moskow tahun 1939 terdiri dari 193 halaman dan 33 foto.

Cx.57>

RISALAH IBNU FADHLAN

memiliki ulasan yang paling akurat dan paling dekat dengan pemahaman teks risalah, khususnya ulasan yang terkait dengan keterangan negara Bulgaria dan Rusia. Kajian ini mengacu pada beberapa artikel dan kajian yang telah terbit sebelumnya dan merujuk pada sumber-sumber terkini yang banyak dengan ulasan dan penggunaan pemahaman bahasa Arab yang sangat kuat. Akan tetapi, kajian ini secara umum hanya diperuntukkan bagi para orientalis —khususnya yang berasal dari Rusia —karena kajian ini merasa cukup hanya dengan menyebar gambar-gambar fotografi catatan Ibnu Fadhlansebagaimanaadanyadan tidak ditampilkan teks Arab dari risalah yang telah diteliti dan divalidasi untuk ditulis kembali dalam bahasa Arab sebgaimana yang dilakukan oleh Zaki Validi. Ia hanya menampilkan foto-foto dari manuskrip Risalah Ibnu Fadhlan sehingga pembaca yang berasal dari Rusia hanya mengetahui kesahihannya dari ulasan-ulasan yang diberikan. Dia harus susah payah dalam mengorelasikan apa yang ada di dalam manuskrip dengan apa yang ada di dalam ulasan dan catatan yang diberikan. Sementara bagi pembaca Arab, kajian ini tidak memberikan faedah sama sekali, kecuali ia mampu membetulkan keterangan yang ada di dalam foto-foto itu dari bahasa Rusia dan membetulkan ungkapan-ungkapan yang ada di dalamnya. Bagi kalangan pembaca Arab, kajian ini sangat kurang, terpotong, dan tak sempurna. Butuh usaha yang besar untuk memahaminya kecuali bagi penerbit dan para peneliti. Namun tidak ada yang bisa dilakukan bagi para pembaca umum.

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Risalah Ibnu Fadhlan hanya sekali saja diterbitkan dengan huruf Arab, yaitu oleh Zeki Validi Togan beserta terjemah dan ulasannya, namun salinan foto dari risalah itu

telah diterbitkan berkali-kali. Ada banyak kajian dan artikel tentangnya yang dibuat dalam bahasa Jerman, bahasa Rusia,40 dan Bahasa Inggris. Semua cetakan, foto, dan kajian ini pada umumnya tidak ditemukan di rak-rak buku perpustakaan Arab. Mereka seperti tidak memiliki satupun cetakan atau hasil kajian dari kitab ini, seolah-olah Risalah Ibnu Fadhlan tidak pernah Ibnu Fadhlan telah diterbitkan atau masih berbentuk mendapatkan perlakuan manuskrip. Padahal, buku karangan yang tidak selayaknya di dunia Arab. Tidak ada Zeki Validi sendiri masih membutuhkan satu pun penerbit atau perbaikan, perhatian, dan penajaman. peneliti yang tergugah Sebagaimana diungkapkan oleh para untuk mengumpulkan berbagai informasi dan orientalis, dalam buku tersebut masih ulasan yang berserakan terdapat banyak kekeliruan. Meski tentangnya dan demikian, buku dengan segala kekeliru­ merujuk kembali ke annya tersebut merupakan satu-satu­ nya keterangan pada masa itu dan tidak

manuskrip asli Risalah Ibnu Fadhlan ini.

sampai di hadapan kita karena ia diterbitkan di majalah berbahasa Jerman yang sulit diperoleh. Penerbitnya sendiri hampir tidak memiliki apa yang kita bahas ini selain naskah itu sendiri.

40 Kajian lain tentang Ibnu Fadhlan diterbitkan di Kharkiev pada tahun 1958 M atas inisiasi Kovalevsky yang terdiri dari 309 halaman dan ditambah 33 halaman teks Arab dari manuskrip. Di dalamnya terdapat penjelasan dan ulasan tentangnya dalam bahasa Rusia.

lx59,

RISALAH IBNU FADHLAN

Dengan kata lain, Ibnu Fadhlan telah mendapatkan perlakuan yang tidak selayaknya di dunia Arab. Tidak ada satu pun penerbit atau peneliti yang tergugah untuk me­ ngumpulkan berbagai informasi dan ulasan yang berserakan tentangnya dan merujuk kembali ke manuskrip asli Risalah Ibnu Fadhlan ini. Manuskrip tersebut kemudian dibaca, dikaji, dan diperbaiki setiap katanya. Hasilnya kemudian disebarkan di kalangan budayawan yang rindu dengan warisan kita yang abadi ini, khususnya pada masa sekarang. Hal ini dimaksudkan agar Bangsa Arab menge­ tahui bahwa sejak abad ke-10 M, bangsa mereka telah me­ ngulurkan pertolongan pada bangsa Bulgaria dari kerajaan Khazar—melindungi bangsa yang berada di ujung daerah Volga itu untuk melawan Yahudi Khazar —di mana mereka telah berlaku lalim terhadap kaum ini dengan mengancam eksistensi, merampas kaum perempuannya, merendah­ kannya di rumahnya sendiri, menarik upeti dan pajak yang harus dibayarkan oleh setiap penduduk. Bangsa Arab dari Baghdad memberikan bantuan kepada kaum yang lemah ini dengan mengirimkan harta benda, menjanjikan untuk membuatkan sebuah benteng pertahanan, dan men­ datangkan sarana-sarana budaya Arab yang sekiranya dapat membantu mereka hidup lebih mulia. Arti penting dari utusan resmi ini dideskripsikan oleh Ibnu Fadhlan dalam risalahnya. Ia menggambarkan tempattempat yang dilalui dan berbagai rintangan yang ditemuinya. Risalah ini telah menjadi bukti kebijaksanaan politik yang bersejarah, penting, dan dapat dijadikan sebagai pegangan.

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Orang Barat telah memberikan perhatian terhadap risalah

ini saat bangsa Arab belum memberikan perhatiaanya. Jika 10 abad sebelumnya Bangsa Barat masih berada pada masa kebodohan dan kegelapan, maka saat ini mereka telah men­ dapatkan keutamaan dari risalah ini. Hal ini pulalah yang mendorong kami Tidak mudah baginya untuk memberikan perhatian pada untuk memahami setiap kata dari risalah itu risalah ini dan menelitinya. D. Metode Penelitian

karena di dalamnya terdapat kata-kata yang sulit untuk dipecahkan. Tampak jelas bahwa penyalin tersebut adalah orang yang memiliki pengetahuan bahasa Arab yang

Sejak tahun 1951 M, kami ter­ gugah untuk meneliti Risalah Ibnu Fadhlan dengan mengikuti arahan dari aim. Muhammad Kurdi Ali. Foto asli dari risalah tersebut kami teliti, kami salin, dan kemudian kami serahkan kembali. Kami baca setiap ungkapan yang ada di dalamnya untuk memperoleh maksud yang ada dibalik kata-katanya sesuai dengan kehendak penyusunnya. Ternyata, naskah ini telah disalin oleh seorang penyalin yang hidup di akhir abad ke-11 H. Sayangnya dia kurang memahami risalah ini dan

tidak memahami sasaran-sasarannya. Selain itu, iajuga salah dalam beberapa bacaan dan hanya menulis bacaan tersebut sesuai dengan kemampuannya. Tidak mudah baginya untuk memahami setiap kata dari risalah itu karena di dalamnya terdapat kata-kata yang sulit untuk dipecahkan. Tampak jelas bahwa penyalin tersebut adalah orang yang memiliki pengetahuan bahasa Arab yang lemah. Dia tidak mengetahui

Cx",

RISALAH IBNU FADHLAN

kaidah-kaidah ilmu Nahwu seperti kaidah bilangan, maf’ul

bih, atau kata-kata yang tidak dapat di-tasrif.41 Hal ini sebenarnya mudah untuk dirujuk kembali dan di-tashih oleh penerbit. Contoh dari hal ini sangatlah banyak, namun saya tidak ingin memenuhi pendahuluan ini dengan berbagai kesalahan tersebut. Catatan kaki yang kami berikan kiranya sudah cukup untuk membuktikan terkait apa yang kami kemukakan. Ini bukan satu-satunya masalah. Dalam risalah ini juga terdapat hal-hal yang sukar untuk dipahami yang kemudian ditulis apa adanya oleh penyalin, seperti terdapat nama-nama yang belum terdengar sebelumnya, nama-nama baju yang tidak dikenal, penyalin yang lemah dan tidak memenuhi standar penyalin yang berpendidikan, dan lainlain. Dari kesulitan terkait pembacaannya ini, maka kami terlebih dahulu membandingkan apa yang ada dalam naskah manuskrip dengan apa yang telah disalin dari risalah ini

oleh Yaqut al-Hamawi ke dalam kitabnya, Mu’jam al-Buldan. Ternyata, ada banyak keselarasan dari keterangan Yaqut dengan apa yang ada dalam naskah kami dan ada beberapa

perbedaan dalam hal-hal yang lain. Kedua naskah ini tampak sangat mirip. Barangkali naskah manuskrip ini merupakan salah satu turunannya - kalau bukan klise-nya.42 41 Untuk melihat cara yang ditempuh oleh penyalin dalam menuliskan setiap huruf dan katanya itu, saya tampilkan beberapa lembar fotokopi dari modelmodel tulisan tersebut dan kami letakkan setelah bab ini. 42 Ketika membahas kota Marwa dalam Mu’jam al-Buldan, Yaqut menyebutkan bahwa ia mengambil manfaat dari rak-rak buku yang ada di kota ini dan bermukim di sana selama tiga tahun untuk menyalin dan mengutipnya. Bisa jadi ia melihat Risalah Ibnu Fadhlan di kota tersebut.

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Hal lain yang menimpa risalah ini adalah naskahnya telah berumur tua, tidak terawat, dan tersimpan di tempat yang lembab sehingga banyak kata di beberapa halaman yang terhapus tulisannya. Naskah ini juga telah terkena tanah sehingga lembaran-lembarannya menempel. Seperti yang terjadi pada manuskrip-manuskrip lain, lembaranlembaran tersebut sobek ketika hendak kami pisahkan. Hal ini dikarenakan kurangnya perawatan terhadap manuskrip dan lemahnya penjilidan yang dilakukan. Keterangan yang didapat dari Yaqut kami gunakan untuk melengkapi bagian-bagian yang hilang dari naskah catatan Ibnu Fadhlan dan menjelaskan kata-kata yang telah terhapus. Bagian-bagian tersebut kami tutupi dan lengkapi dengan keterangan yang dimiliki Yaqut. Keterangan dari Yaqut tersebut kami letakkan di antara dua tanda kurung untuk menunjukkan bahwa kata-kata itu berasal darinya. Adapun untuk kata-kata yang tidak kami temukan dalam Mu’jam al-Buldan, maka kata tersebut kami kira-kira dan terka serta kami letakkan di antara dua tanda kurung pula. Ada hal membingungkan yang kami rasa lebih baik untuk dibiarkan sebagaimana aslinya, yaitu pada akhir manuskrip yang terletak pada lembaran ke 212 P, sebuah paragraf yang diakhiri dengan tiga baris yang membicarakan daerah Khazar, sebuah deskripsi yang hadir begitu saja tanpa adanya pendahuluan. Kami perhatikan, biasanya Ibnu Fadhlan

selalu menceritakan kepada kita terkait kepindahannya dari suatu negara ke negara lain dan dari suatu kerajaan

Cx63,

RISALAH IBNU FADHLAN

ke kerajaan lain. Biasanya ia juga menunjukkan jalan yang dilewatinya, waktu yang dihabiskan untuk menempuhnya, dan adat kebiasaan yang dijumpainya. Akan tetapi di sini setelah Ibnu Fadhlan selesai mengisahkan raja Rusia dan adat kebiasannya, tiba-tiba ia beralih membicarakan raja Khazar. Dia berkata: “Adapun Raja Khazar.. Apakah Ibnu Fadhlan mendeskripsikan daerah inisetelah kepulangannya dari Rusia atau ia mendeskripsikannya ketika pergi ke Rusia? Atau ia menganggap bahwa Rusia dan Khazar memiliki adat kebiasaan yang sama? Ibnu Fadhlan meletakkan nama daerah itu dalam judul risalahnya. Ia berkata, “Catatan ini mengisahkan apa gang disaksikan di negara Turki, Khazar, Rusia, Saqalibah, Baskhirs, dan lainnya" Sungguh Ibnu Fadhlan telah berkisah tentang daerah Khawarizm dan Turki dengan menjelaskan suku-suku yang ada di sana, adat kebiasaannya, dan lamanya waktu ia singgah di daerah-daerah tersebut. Dia juga telah berkisah tentang daerah Pecheneg dan Baskhirs hingga akhirnya sampai di kerajaan Saqalibah. Ibnu Fadhlan menceritakan hal-hal yang penting bagi penduduk setempat dan bagi raja mereka secara panjang lebar, kebiasaan-kebiasaan mereka, dan hal-hal menakjubkan yang ada di wilayah tersebut. Ketika Ibnu Fadhlan melihat bangsa Rusia yang sedang melakukan aktivitas perdagangan di sungai Atil yang masuk wilayah Saqalibah, ia juga menceritakan hal tersebut. Ibnu Fadhlan juga telah menceritakan tatacara pemakaman yang ada. Bagian ini ia tuangkan di halaman-halaman akhir ketika

64

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

membicarakan Raja Rusia. Namun ketika menceritakan

tentang raja Khazar, hanya terdapat tiga baris yang lembaranlembaran telah terpotong atau hilang. Hal ini menimbulkan

sebuah kemuskilan. Para orientalis telah banyak membahas dan bertukar pikiran mengenai hal ini. Kemudian kami merujuk kitab Mu’jam al-Buldan untuk meminta petunjuk sebagaimana dilakukan oleh para orientalis. Dari situ saya mengetahui bahwa ketika membahas Khazar, Yaqut berkata,43 “Dalam Risalah-nya, Ahmad bin Fadhlan — seorang utusan khalifah al-Muqtadir ke kerajaan Saqalibah — menceritakan apa yang ia saksikan di negara itu. Ibnu Fadhlan berkata: “Khazar adalah nama daerah di aliran sungai bernama Atil, yang mengalir dari Rusia, Bulgaria sampai ke Khazar...." Kami begitu terkejut ketika mendapati hal ini karena menurut pengamatan kami, Ibnu Fadhlan tidak mengunakan metode geografi dalam menceritakan daerah-daerah yang ia kunjungi. Ia hanya menceritakan bahwa ia pergi ke satu daerah, melihat hal-hal tertentu, da kemudian sampai di negara tertentu. Ketika Ibnu Fadhlan sampai di Baskhirs, ia berkata, “Kemudian kami tiba di suatu negara bangsa Turki yang dikenal dengan nama Baskhirs dan kami sangat waspada terhadapnya.” Saat hendak membicarakan kerajaan Saqalibah, Ibnu Fadhlan berkata, “Ketika kami berada disuatu tempatyang berjarak satu hari satu malam perjalanan dari raja yang hendak kami temui yaitu raja Saqalibah, beliau datang 43 Mu'jam al-Buldan, cetakan Eropa, 2/436.

Cx.65>

RISALAH IBNU FADHLAN

menyambut kami.” Dan ketika berbicara tentang Rusia, Ibnu Fadhlan berkata, “Dan saya melihat orang-orang Rusia yang tengah menjalankan aktivitas perdagangan. Mereka berlabuh di sungai Atil dan saya belum pernah melihat perawakan tubuh yang lebih sempurna dari mereka.” Maka sangat tidak logis ketika tiba-tiba ia memulai pembicaraannya tentang Khazar dengan menyebutkan nama daerah, deskripsi wilayahnya, dan sungai yang melewatinya tanpa diawali dengan suatu pendahuluan seperti yang biasa ia lakukan. Akan tetapi, kami melihat Yaqut adalah seorang yang jujur dan amanah ketika menukil. Setiap kali ia menukil dari Ibnu Fadhlan ke dalam Mu’jam-nya, Yaqut selalu bisa diandalkan dan sesuai dengan apa yang ada dalam manuskrip yang kami pegang. Maka bagaimana bisa pengambarannya tentang Khazar disandarkan kepada Ibnu Fadhlan? Sebenarnya al-Ishtahary dan Ibnu Hauqal juga telah membahas tentang Khazar.44 Keduanya menyatakan hal yang sama — kata-per-katanya — dengan apa yang disampaikan oleh Yaqut pada bagian setengah yang pertama. Hampirhampir tulisan keduanya tak ada perbedaan dengan apa

yang ditulis oleh Yaqut kecuali dalam beberapa kata saja dan kesalahan dalam menyalin huruf‘ain, atau ia mendikte apa ia hafal dalam hati ke dalam tulisan. Di setengah bagian yang pertama, kedua tulisan itu dan tulisan Yaqut membicarakan tentang raja, perbedaan keyakinan keagamaan mereka, dan 44 Al-lstahary dalam karyanya berjudul Masalik al-Mamalik. Kitab ini telah dijadikan sebagai pegangan dalam menggambarkan daerah-daerah timur, cetakan London tahun 1927, him. 220-225, Ibnu Hauqal, 2/389.

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

kemudian membicarakan hukum yang berlaku di kalangan mereka serta perawakan tubuh orangTurki. Perbedaan mulai

muncul di setengah bagian kedua, yaitu ketika membahas tentang Haqan al-Khazar dan cara masuk ke daerah tersebut. Pada titik ini, kedua kitab tersebut menjadi benar-benar berbeda, seolah-olah Yaqut sepakat dengan kedua orang ini pada setengah bagian yang pertama saja. Menurut pihak pertama (al-Istahary dan Ibnu Hauqal), setengah bagian yang kedua membicarakan masjid yang secara pasti tidak dilihat oleh Ibnu Fadhlan yang datang dengan tugas untuk mendakwahkan Islam dan membangun mimbar. Ini tidak sesuai dengan pemahaman yang ada di dalam Risalah Ibnu Fadhlan. Ia hanya sesuai dalam hal orang yang disebutkan setelahnya dan pengaruh dari apa yang ia lakukan serta dakwahkan. Tulisan ini tentu bukanlah buatan Ibnu Fadhlan dan bukan pula bagian dari risalahnya. Menurut catatan Yaqut, setengah bagian yang kedua membahas tentang raja Khazar dan ini sesuai dengan tiga baris dari manuskrip Ibnu Fadhlan yang tersisa. Keterangan itu cocok dengan baris yang terhapus dari lembaran. Sepertinya keduanya merujuk pada teks yang sama mulai titik ini. Dan seolah-olah bagian pertama dari tulisan Yaqut adalah salinan dari tulisan Ibnu Hauqal sedangan bagian kedua adalah salinan dari tulisan Ibnu Fadhlan. Kemudian Yaqut lupa untuk menyebutkan sumber rujukan untuk bagian pertama dan menyandarkan kedua bagian itu kepada

Ibnu Fadhlan karena menurut Yaqut adanya rasa yang

RISALAH IBNU FADHLAN

sama dari keduanya. Yaitu keberadaan seseorang yang telah mengunjungi negara ini dan kemudian mengungkapkan

seluruhnya ke dalam tulisan. Sebagai pelengkap dari ungkapan yang disampaikan oleh Ibnu Fadhlan, di sini kami

hanya menyalin setengah bagian kedua saja dari keterangan yang dituliskan oleh Yaqut. Kami tulis tiga baris yang ada pada manuskrip yang kami pegang dan kemudian dilengkapi oleh teks dari Yaqut. Keterangan dari Yaqut ini kami letakkan dibawah manuskrip, seolah-olah ia menjadi pengganti dari satu lembar atau dua lembar manuskrip yang hilang. Sebagian kalangan orientalis menduga bahwa catatan al-Istahary merupakan salinan asli dari tulisan Ibnu Fadhlan yang kemudian dicatat oleh Yaqut bahwa tulisan itu milik alIstahary. Al-Istahary hidup tahun 340 H, sekitar tiga tahun setelah Ibnu Fadhlan melakukan perjalanan ke Khazar.45 Sebagian orientalis berpendapat bahwa Ibnu Rustah, alBakry, al-Istahary, dan al-Mas’udy memiliki pandangan yang mirip dengan Ibnu Fadhlan dalam mendeskripsikan negara Khazar. Barangkali mereka semua menyalin/ menukil dari alJaihany. Al-Jaihany mengarang kitabnya setelah tahun 310 H. atau setelah kepulangan Ibnu Fadhlan dari perjalanannya. Buku al-Jaihany ini hilang dan tidak sampai ke tangan kita —

jika sekiranya ditemukan, tentu bisa kita bandingkan dengan karangannya Ibnu Fadhlan.

45 Tidak ada referensiyang membahas riwayat kehidupan al-Istahary, bahkan para orientalis pun tidak dapat menemukan petunjuk tentang kehidupannya. Akan tetapi diperkirakan bahwa al-Istahary'bertemu dengan Ibnu Hauqal pada tahun 340 H.

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Kami tak hendak meneliti risalah ini dalam aspek ilmu geografinya dan kami tidak hanya mengkaji daerah khazar itu sendiri. Akan tetapi kami menemukan tiga baris di akhir manuskrip yang kami pegang dan tiga baris itu juga kami temukan pada bukunya Yaqut dengan satu pembahasan yang dinukil oleh Yaqut dengan lebih sempurna. Kemudian kami menyalin pembahasan itu darinya. Kami membuang setengah bagian yang pertama dari keterangan Yaqut yang disandarkan kepada Ibnu Fadhlan. Karena kami memandang bagian itu, gaya bahasanya tidak sesuai dengan gaya bahasa yang digunakan oleh Ibnu Fadhlan dan bagian itu sama sekali tidak terkait dengan risalahnya Ibnu Fadhlan. Di dua bagian keterangan itu, terdapat pengulangan dalam membahas Raja Khazar bernama Khaqan. Seolah-olah Yaqut mengabungkan dua sumber rujukan, tetapi ia lalai menyebutkan sumber rujukan untuk bagian pertama kemudian pada bagian yang

kedua disebutkan bahwa sumber rujukannya adalah Risalah Ibnu Fadhlan sebagaimana telah kami terangkan sebelumnya. Semoga pembaca maklum atas pembahasan yang terlalu panjang lebar dalam bagian ini. Kami hanya ingin mewujud­ kan Risalah Ibnu Fadhlan yang secara sah dan valid ber­ sumber dari Ibnu Fadhlan sendiri. Setelah kami berhasil memastikan bahwa perjalanan itu benar-benar terjadi, maka kami ingin memastikan bahwa teks yang ada pada Yaqut itu menyerupai dengan apa yang ada pada Ibnu Fadhlan karena banyaknya keterangan dari Ibnu Fadhlan yang disalin oleh

Yaqut. Usaha ini tidaklah mudah, namun sama sulitnya

RISALAH IBNU FADHLAN

dengan usaha untuk menelisik maksud dari setiap baris kalimat yang ada di manuskrip ini. Saya telah menghabiskan waktu yang tidak sedikit dan upaya yang tidak mudah. Saya juga tidak mengharapkan pujian atas apa yang saya lakukan ini. Terkadang kami keliru dalam menerka dan mengira-ira kejanggalan ini,46 namun kami ingin menunjukkan beberapa muskilah yang kami temui kepada para pembaca. Dan kami ingin membantunya dalam hal pemikiran agar mereka mampu menelaah dengan baik apa yang dibaca, baik dari segi sumber rujukan, kesahihan data, atau ketelitiannya. Sehingga pembaca tidak mencurigai kami karena dianggap telah tergesa-gesa dan berlebihan dalam mengharapkan hasil yang lebih baik. Pembaca cukup menyadari bahwa kami telah menelisik setiap kata yang kami baca dan mengembalikannya pada sumber aslinya, baik yang berbahasa Arab, Turki, atau Perancis. Kami juga merujuk pada berbagai kamus yang ber­ beda-beda jenisnya dan menelusuri keterangan yang ada di dalamnya. Selain itu, kami pun merujuk kepada para orientalis dengan bertanya pada mereka serta membaca ulasan-ulasan yang mereka kemukakan. Kami mengambil keterangan yang

menjadi kesepakatan di antara mereka —meskipun mereka sendiri banyak berbeda pendapat dalam banyak hal terkait Risalah Ibnu Fadhlan. Contohnya tentang nama dari Raja

46 Kami berpendapat bahwa para orientalis Rusia juga melakukan hal yang sama. Kemudian mereka menyertakan teks tentang Khazar pada bagian kedua dari Yaqut dengan Risalah Ibnu Fadhlan dan mereka terjemahkan bersama dengan Risalah Ibnu Fadhlan.

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Saqalibah. Ada yang berpendapat namanya al-Hasan, ada yang berpendapat namanya adalah Almish, dan ada yang

berpendapat lain lagi. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa Raja Saqalibah telah masuk Islam sebelum kunjungan Ibnu Fadhlan, namun ada yang berpendapat sebaliknya. Kemudian terkait nama ayah Raja Saqalibah yang kafir juga terjadi perbedaan pendapat. Ada yang menyatakan namanya adalah Yiltawaratau Biltawaratau Vlademiratau Amir Volaz. Mereka mengalami kebimbangan sebagaimana yang kami alami. Hal ini disebabkan karena kurangnya referensi yang tersedia terkait sejarah negara tersebut pada masa itu. Oleh karena itu, kami memaparkan hal-hal yang meragukan dan membingungkan kami dalam ulasan ini dan mempersilahkan kepada pembaca untuk menilainya. Tidak lupa kami juga memaparkan keraguan para cendekiawan ini tentangkesempurnaan dan kelengkapan dari Risalah Ibnu Fadhlan ini. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa Risalah ini merupakan sebuah ringkasan, dengan dalih ditemukannya kata “Jls (Ia berkata)” yang mengawali setiap

penggalan yang panjang. Barangkali mereka benar dalam

hal ini. Akan tetapi kami menemukan bahwa para penulis zaman dulu biasa berulang-ulang mengunakan kalimat ini dalam karya-karya mereka dan tak menimbulkan kecurigaan terkait kesempurnaan karangan mereka. Semoga seiring

dengan berjalannya waktu, akan ada cendekiawan yang mampu menemukan manuskrip yang utuh dan lengkap dari Risalah ini, memperbaiki kekeliruan-kekeliruan yang terjadi

RISALAH IBNU FADHLAN

dalam karya ini, dan melengkapi apa yang telah kami awali ini. Bagian awal dari Risalah ini telah mulai digali hingga tahun 1924, kemudian diketahui bahwa bagian akhir dari Risalah ini ada yang hilang. Dan zaman menjadi jaminan yang akan menghadirkan Risalah ini secara sempurna dan terperinci pada beberapa tahun mendatang-Insya Allah; yang akan menghilangkan berbagai kemuskilan dan membuat berbagai kebimbangan menjadi sirna. Nama-nama sungai juga menjadi satu permasalahan tersendiri. Lokasi dan nama dari sungai-sungai ini telah mengalami perubahan. Kalangan orientalis juga mengalami kebingungan dalam mengembailkan nama-nama sungai ini dengan yang ada pada masa sekarang. Oleh karenanya, kami hanya menyebutkan apa yang sudah ditetapkan oleh para ahli Geografi tentangdaerah itu. Kami bukan orangyangahli dalam hal tersebut sehingga kami hanya menukil keterangan tersebut dengan bantuan keterangan petunjuk yang lain. Kami menunggu koreksi perbaikan dari setiap pihak yang mengetahui masalah ini dengan lebih baik.

Kami telah melakukan semua yang bisa kami lakukan, namun kami tidak akan mengklaim bahwa kami telah me­ lakukan segalanya. Kami telah mengambil gambar yang telah diperbesar dari bukunya Kratchovsko dan kami muncul­ kan di lembar-lembar halaman buku ini. Kemudian kami memberi beberapa catatan komentar tentangnya dan kami perbaiki sesuai dengan apa yang kami tahu. Setelah itu kami

membaginya dalam beberapa bagian dan bab tertentu sesuai

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

dengan aturan penerbitan pada zaman sekarang, tanpa me­ ngubah urutan naskah daan kalimat-per-kalimatnya. Kami membiarkan naskah asli itu sebagaimana adanya dan hanya kami sisipi sarana-sarana kemudahan yang dituntut oleh ilmu terkini berupa peletakan tanda baca koma, titik, dan kurung. Kami juga menambahkan basmalah di awal risalah dan judul-judul bab yang diletakkan dalam tanda kurung. Kami letakkan lembaran-lembaran naskah dengan posisi tertentu dan kami beri nomor halaman di bagian bawahnya dan diletakkan di antara dua tanda kurung. Kami perbaiki sebagian kalimatnya dan kami lakukan setiap hal yang mem­ buatnya menjadi terang dan jelas sebagai sebuah buku cetak­ an yang gamblang. Kami mengetahui bahwa tersebarnya teks-teks ini telah menjadi dasar kebinggungan pada generasi muda kita,47 yaitu saat mereka menghendaki agar kami menerbitkan manuskrip ini sebagaimana adanya tanpa diberi komentar ataupun pen­ jelasan. Jika kami menuruti permintaan tersebut, tentu

kami akan membuat para pembaca menjadi tidak dapat me­ mahami apa yang dibacanya, membiarkan berbagai masalah

yang dipahami itu tetap ada, memunculkan hal-hal janggal, dan menghindarkan pembaca dari keindahan Risalah ini. Sehingga apa yang kami lakukan sama dengan apa yang

telah dilakukan oleh para orientalis, yaitu hanya memotret 47 Sebagian pemuda ini telah mengirimkan kaidah-kaidah dalam meneliti teks yang belum teruji. Kami merujuk kepada para pendahulu dalam penelitian kami yaitu metode yang telah digunakan pada penelitian-penelitian masa kini yang biasa dipakai oleh kalangan Eropa pada masa sekarang karena validitas metode ini dapat diterima oleh logika.

C^.73>

RISALAH IBNU FADHLAN

manuskrip saja. Padahal yang menjadi keinginan kami adalah mendekatkan pembaca dengan Risalah ini sehingga ia akan berminat terhadapnya dan mengetahui adanya naskahnaskah kuno dan warisan kita yang luar biasa ini. Dalam catatan kaki, kami memberi keterangan pada sebagian halhal yang kiranya berat dipahami dan membiarkan sebagian yang lainnya. Akan tetapi hal itu tidak merusak teks asli seperti yang dikhawatirkan para pemuda itu. Keteranganketerangan ini hanya memberikan petunjuk tentang sisi-sisi dari naskah Risalah tersebut. Dan petunjuk dengan jalan memberi keterangan lebih baik daripada kesesatan yang di­ akibatkan oleh diam dari masalah dan takut mengucapkan maaf. Di atas semua hal itu, kami hanya mengharapkan ganjaran di sisi Allah atas apa yang telah kami usahakan ini. Usaha ini kami persembahkan kepada generasi baru di masa kebangkitan Arab ini. Generasi baru ini harus menengok kepada pendahulunya agar ia merasa bangga dengan kejayaan nenek moyangnya dan agar ia mantap dengan besarnya upaya yang telah dilakukan para pendahulunya untuk bangsa dan negaranya. Semoga ia tergugah untuk bangkit sebagaimana bangkitnya para pendahulu dan ia melakukan sesuatu untuk masa depannya sebagimana yang telah dilakukan oleh para pendahulunya pada masa lalu. Ketika saat itu terjadi, masa lalu dan masa depan akan menjadi seimbang dan kita akan mengulangi masa kejayaan yang terang dan masa depan yang

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

luar biasa. Kita akan menyongsong masyarakat baru yang agung dan besar seperti yang pernah kita lakukan. Sungguh kita pernah mencatatkan diri pada lembaran sejarah kejayaan nan cemerlang sebagai masyarakat unggul dan terkemuka di dunia. Semoga halaman-halaman ini akan mendapatkan perhatian yang layak dari kalangan bangsa Arab sebagaimana telah ia dapatkan dari kalangan bagsa Barat. Ketika saat itu terealisasi, kami akan memperoleh hiburan dan kesenangan atas apa yang telah kami curahkan, baik itu berupa waktu, kesungguhan, kesehatan, dan perjalanan yang kami tempuh. Dan segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan dan pertolongan-Nya.

Damaskus, Suriah 18 Dzulhijjah 1378 H/25 Juni 1959 M Muhammad Sami al-Dihan

05'

RISALAH IBNU FADHLAN

E.

Enam Model atau Bentuk Manuskrip Catatan

Perjalanan Ibnu Fadhlan l-J

* I I

-.^x-

t

f

a

*Ai

• — •* —

C-

Gambar ke-1

Model manuskrip tunggal tulisan Ibnu Fadhlan tentang gambaran kota Thus lembar ke-197 awal. (Kami menyalin gambar ini di Moskow)

BAGIAN PERTAMA. BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FADHLAN

........ >‘'r * 1> V->v

'J»

&BV I ">(<•ZJkjjlv^»V *2»

‘•j * j'»

f

v_ .

I** •’ '-i/ A .'■--- _ ’ .■ *_! Sl

ii'

*>

Jc

l£u

«J '4^obt~ b L

* -■

-t

1

~ ’ lrt,‘

.

-

’'«j’ ’ <

j

* ’ ■-■»'?U k V^'a ' i—

J (*»" ‘<> L ’-»•) «A i,

• •

Wt *,k

'JMi lu
:_k' »1»

>\r - > m

<,-..}, \

«..► . ,x,;i

c.. -i i

Gambar ke-2

Model Manuskrip tunggal lembar ke-212 M.

OO

RISALAH IBNU FADHLAN

kA>" jSvj.J ijjjj»wii'J

v-mIJ5 't

f

feiLr»J *e 4 ^>K-r* * *■; ' j r <-’-Jzf--* , Ji

.u*i

■^■'•r-’*'-S » ** ?4 ^M»,^’-l^» A. * ■£ t? . * ‘ '^Ih-xAx4^•♦ .**" - -'t/’* ■>*

"iO'-j t-’

/iz»;Lr ~pAj > j£jj tU

'•> *?' J-

'"2/ t?--

1 J '

t, ..

■ ’ ■

.. •» * —*-.-•-

*—- r' ”» "'■' -

*>

-z

iM

Gambar ke-3 Model ketiga dari manuskrip tunggal lembar ke-212 P.

(Ini merupakan bagian akhir dari catatan ini)

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Gambar ke-4 Model dari cetakan Profesor Zeki Validi Togan tahun 1939 di

majalah berbahasa Jerman tentang perjalanan Ibnu Fadhlan.

Artikel ini merupakan satu-satungagang berbahasa Arab. (Kami mengalingambar ini di Paris)

RISALAH IBNU FADHLAN

Gambar ke-5

Catatan perjalanan — bagian pertama.

BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

o'.

V*

«

Gambar ke-6

Bagian kedua; memberikan keterangan tentang tempat-tempat yang disebutkan dalam Risalah Ibnu Fadhlan, sebagaimana digambarkan oleh seorang professor di dalam sebuah terjemahan. Peta Bukhara hingga Bulgaria.

RISALAH IBNU FADHLAN:

BERDASARKAN AIA NUSKRIP ASLI TENTANG KOTA-KOTA YANG DISAKSIKAN

A.

Pengantar Ahmad bin Fadhlan berkata:

Ketika surat48 dari Almish49 bin Yiltawar-raja dari

48 Kalangan Eropa tidak mendapati surat Raja Saqalibah ini dan juga tidak mengetahui maksud dari surat tersebut. Sejarah-sejarah yang lalu tidak memberitakan hal itu sama sekali. Seandainya surat itu sampai kepada kita, tentu akan menjadi bukti yang penting dalam memahami perpolitikan pada masa itu. 49 Dalam manuskrip asli di sini disebutkan “al-Hasan bin Yiltawar." Pada lembar ke-202 P tertulis “Almish bin Yiltawar, kerabat bangsa Turki." Dalam kitabnya halaman 1/723, Yaqut menulis, “surat Almish bin Shilkff Yiltawar." Kalangan orientalis telah mendiskusikan asal nama ini yang tertulis pada zaman tersebut. Sebagian berpendapat bahwa ia adalah Almish bin Yiltawar. Sebagian yang lain berpendapat bahwa mungkin yang dimaksud Yiltawar adalah Vlademir, pemimpin Molaz. Untuk keterangan lebih rinci lihat bab “Bulgaria” dalam kitab Dairah al Maarifal-Islamiyyah Hl Mustasriqin. Saya memilih nama kedua yang ada dalam manuskrip yaitu Almish bin Yiltawar.

83

RISALAH IBNU FADHLAN

kerajaan Saqalibah50 — sampai ke khalifah al-Muqtadir,51 yang' intinya meminta agar khalifah mengirimkan seorang utusan yang memiliki pengetahuan agama yang mendalam untuk mengajarinya syariat Islam,52 membangunkan masjid, dan mendirikan mimbar-mimbar dakwah di seluruh wilayah kekuasaannya.53 Sang raja juga meminta dibangunkan sebuah benteng untuk mempertahankan diri dari para raja yang bertikai dengannya. Maka Khalifah mengabulkan permintaan tersebut.54

50 Saqalibah atau Saqlabiyah adalah daerah Slavia. Bangsa Arah mendatangkan budak dari negara tersebut. Al-Isthahary menyebutkan bahwa luas wilayah tersebut memanjang sejauh dua bulan perjalanan (halaman 9, terbitan l-eiden tahun 1927). Sisi Bulgaria adalah kota kecil yang tidak banyak aktivitasnya. Kota tersebut terkenal karena menjadi pelabuhan dari kerajaan ini. Bangsa Rusia (Rus) adalah bangsa yang barada di sebelah Bulgaria. Antara Bulgaria dengan Saqalibah. Kalangan Barat tidak memberikan deskripsi batasan tentang kerajaan ini. Tetapi mereka memandang bahwa Bulgaria adalah Saqalibah itu sendiri. 51 Al-Muqtadir Billah adalah Abu Fadi Ja’far bin Mu’tadzid yang menjadi khalifah pada tahun 295 H dan terbunuh pada tahun 320 H-lihat sumber-sumber sejarah terkait seperti al-Fakhry, cetakan Eropa halaman 305 dan setelahnya. Al-Mas’udy berkata bahwa al-Ghashiry menulis kitab setebal seribu halaman tentang al-Muqtadir. 52 Sebagian sejarawan berpendapat bahwa Islam masuk Saqalibah sebelum masa ini. Akan tetapi dalam Tuhbah al-Dahr terhitan Lipetsk tahun 1923 halaman 263, Syech al-Rabwah memiliki pendapat yang sejalan dengan apa yang diceritakan oleh Ibnu Fadhlan. Ia berkata, “Adapun Bulgaria yang membentang hingga daerah bersalju masuk Islam pada masa al-Muqtadir. Raja mereka mengirim utusan kepada al-Muqtadir untuk memohon seorang yang Faqih untuk mengajarkan agama Islam. Khalifah mengabulkan permintaan itu. Kemudian datang satu rombongan dari Bulgaria ke Baghdad hendak melaksanakan ibadah haji. Yaqut (1/723) menyebutkan bahwa keislaman mereka terjadi pada masa alMuqtadir. Ia juga mengatakan kurang mengetahui sebah keislaman mereka” 53 ¥aq u t (1 /723), “di seluruh negara dan wilayah kerajaannya.” 54 Dalam manuskrip asli tertulis “khalifah mengabulkan” tanpa mengunakan fa athaf (yang artinya maka atau kemudian - penerj). Sementara dalam Yaqut (1/723) tertulis “Maka khalifah mengabulkan.” Oleh karena itulah saya mengunakan kata fa (maka).

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Nadhir al-Haramy selaku duta besar khalifah telah me­ ngutusku untuk membacakan surat pada Raja Saqalibah, menyerahkan hadiah padanya, dan membimbing para fuqaha (ahli agama) dan para pengajar. Untuk tugas ini, saya dibekali sejumlah uang untuk membangun apa yang telah saya sebutkan di atas, ransum untuk para fuqaha, dan pengajar di pemukiman perkotaan yang dikenal dengan Artahusmitan,55 Nadhir al-Haramy satu ladang milik Ibnu Furat56 di selaku duta besar daerah Khawarizm.57 khalifah telah mengutusku untuk Utusan Raja Saqalibah ke khalifah membacakan surat adalah seorang laki-laki bernama pada Raja Saqalibah, Abdullah bin Bashtu al-Khazary. Se­ menyerahkan hadiah padanya, dan dangkan utusan dari pihak kesultanan membimbing para adalah Sausan al-Rasy,58 seorang fuqaha (ahli agama) dan pelayan Nadhir al-Haramy bernama para pengajar. Tekin al-Turky, dan Baris al-Saqlaby.59 55 Sebuah kota besar yang memiliki pasar seluas dua kolam. Kota ini merupakan tempat kerja orang-orang Khawarizm. Jarak antara kota ini dengan Jurjaniah adalah tiga hari perjalanan dan cuacanya sangat dingin. Mungkin ia telah menjadi kota yang berbeda pada masa Yaqut, yaitu tiga ahad setelahnya ketika Yaqut mengunjunginya. Para orientalis berpendapat bahwa tempat itu bernama Artahusmitan. 56 Ibnu Furat adalah Abu al-Hasan Ali bin al-Furat. Salah seorang tokoh besar pada zamannya. Dia diangkat menjadi perdana menteri oleh al-Muqtadir ketika ia tengah berselisih dengan Ibnu al-Mu'taz. Kemudian al-Muqtadir mencopot dan menangkapnya, la merupakan tokoh yang berkontribusi atas pengutusan ini. Lihat Tarikh al-Rusul karya al-Thabari, cetakan Mesir, 12/56 dan al-Fakhry, cetakan Eropa him. 314. 57 Khawar berarti daging dan Rizm berarti roti, lihat Mu'jam al-Buldan, 2/481. 58 Namanya disandarkan pada sebuah sungai Ras yang menurut al-ldrisy disebut sungai Atil atau sungai Volga bagi orang Rusia. 59 Baris al-Hajib adalah pembantu Ismail bin Ahmad, penguasa Khurasan. Lihat

RISALAH IBNU FADHLAN

Sesuai dengan apa yang telah dipesankan oleh Nadhir, saya bersama mereka ditugaskan untuk menyerahkan hadiah Nadhir kepadanya beserta istri, anak, saudara, dan para komandannya.60 B. Persia dan Turki

Kami berangkat dari Madinah al-Salam (Baghdad) pada Kamis malam tanggal 11 Shafar 307 H.61 Kami singgah di Nahrawan62 selama satu hari dan kemudian bergegas me­ lanjutkan perjalanan hingga sampai di al-Daskarah.63 Di sana kami menginap selama tiga hari. Kemudian kami me­ lanjutkan perjalanan dengan rute yang lurus tanpa berhenti hingga sampai di Hulwan.64 Di sana kami bermalam selama dua hari. Dari sana kami melanjutkan perjalanan ke Qarmisin65 dan singgah di sana selama dua hari. Kemudian berjalan dan

Ibnu Hauqal 2/471, Tajarub al-Umam, 5/4. 60 Pada halaman-halaman selanjutnya kita akan melihat penyerahan hadiahhadiah ini berupa wewangian, baju dan perhiasan. Ibnu Fadhlan menceritakan hal ini di awal tulisannya terkait apa yang akan dilakukan pada perjalannnya. Ia menulis catatan ini setelah kembali dari perjalanannya dan menuliskan hal ini untuk menunjukkan pentingnya melaksanakan apa yang menjadi tanggungi a wabnya. 61 Bertepatan dengan tanggal 21 Juni 921 M. 62 Sebuah daerah luas yang terletak di antara kota Baghdad dan pintu kota sebelah timur, Mu’jam al-Buldan, 4/846. 63 Sebuah desa yang besar di sisi sungai Mulk yang bereada di sebelah barat Baghdad, Mu’jam al-Buldan, 2/575. 64 Terletak di ujung perbatasan yang dibatasi oleh gunung dari sisi kota Baghdad, Mujam al-Buldan, 2/317. 65 Sebuah negara terkenal yang berjarak 30 Farsakh dari Hamdan, dekat dengan daerah al-Dainur (sebuah tempat yang dilewati jalur haji), Mu'jam al-Buldan, 4/69.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

terus berjalan sampai di daerah Hamdan.66 Di daerah ini kami menginap selama tiga hari. Kami lantas berjalan sampai di Sawa67 dan menetap di sana selama dua hari. Dari sana kami menuju kota Ray68 dan menetap selama sebelas hari sembari menunggu kedatangan Ahmad bin Ali, saudara laki-laki Su’luk69 karena ia pernah di Khuwarar-Ray.70 Kami berangkat ke Khuwar ar-Ray dan menetap di sana selama tiga hari, kemudian melanjutkan perjalanan ke Sinman.71 Dari sana kami menuju al-Damghan.72 Di sana, kami bertemu dengan Ibnu Qarin73 dari suku ad-Da’i.74 Kami menyamar dalam kafilah itu dan bergegas berjalan hingga sampai di Naisabury.75 Sungguh, di tempat inilah Laila bin

66 Kota pegunungan dan merupakan sebuah daerah yang sangat dingin, Mu'jam al-Buldan, 4/981. 67 Sebuah kota indah yang terletak di antara Ray dan Hamdan. Jarak dari masingmasing dua kota tersebut adalah 30 farsakh, Mu'jam al-Buldan, 3/24. 68 Daerah pegunungan yang berjarak 160 farsakh dari kota Naisaburi yang dilewati jalur untuk haji (dekat dengan Teheran sekarang), Mujant al-Buldan, 2/892. 69 Ahmad bin Ali Suluk turut menjalin kerjasama di Isfahan dan Ray, Tajarub alUmam, 5/50. 70 Kota besar dari orang Ray yang berjarak 20 farsakh dari Ray, Mu jam al-Buldan, 2/479. 71 Daerah yang penuh dengan pepohonan, kebun, dan sungai.Terletak antara Ray dan Damghan, Mu'jam al-Buldan, 3/141. 72 Kota besar dengan buah-buahan melimpah yang terletak di antara Ray dan Homs, Ibnu Hauqal, 2/280. 73 Al-Abbas bin Qarin, al-Thabary, 3/1575. 74 Al-Hasan binal-Qasim al-Hasani a\-Da'i, Muruj al-Zhihab, 9/6. 75 Sebuah kota besar dan tekenal yang berjarak 160 farsakh dari Ray, Mu’jam alBuldan, 4/857.

RISALAH IBNU FADHLAN

Nu’man76 telah terbunuh. Di tempat ini pula kami bertemu dengan komandan pasukan Khurasan, Khamawaih Kusa.77 Kami pun melanjutkan perjalanan ke Sharkhash,78 Marwa,79 dan Qushmahan80 yang terletak di ujung gurun Amulu.81 Di tempat ini kami menetap selama tiga hari dengan maksud agar unta dapat beristirahat sebelum melintasi daerah padang sahara. Kami melanjutkan perjalanan melintasi gurun Amul dan menyeberangi sungai Jaihun hingga akhirnya sampai di Afrir82 yang menjadi ribat (markas)-nya Thahir bin Ali. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke Bikan83 kemudian memasuki Bukhara84 dan berakhir di tempatnya al-Jaihani.85 Dia merupakan sekretaris dari pemimpin 76 Laila bin Nu’man, salah seorang pemimpin al-Atrush al-Alawy daerah Jurjan, Tajarub al-Umam, 5/76. 77 Seorang komandan pasukan Nasr bin Ahmad bin Ismail, Ibnu al-Athir, 6/167. 78 Sebuah kota kuno di kawasan Khurasan yang terletak antara Naisaburi dan Marwa, Mu’jam al-Buldan, 3/71. 79 Kota paling terkenal di Khurasan yang berjarak 70 farsakh dari Naisabury dan 30 farsakh dari Sharkhas, Mu'jam al-Buldan, 4/507. 80 Sebuah desa yang besar di Marwa, biasa dilewati orang yang hendak pergi ke Amulu, Mu'jam al-Buldan, 4/278. 81 Sebuah daerah terkenal di sebelah barat sungai Jaihun melalui jalur Bukhara ke Marwa, berjarak satu mil dari tepi sungai Jaihun, Mu'jam al-Buldan, 1/69. 82 Terletak di dekat sungaiJaihun setelah Amulu, Buldan alKhilafah al-Syarqiyah, him. 476. 83 Daerah di antara Bukhara dan Jaihun yang berjarak satu hari perjalanan dari Bukhara. Di kota itu besar terdapat sekitar 1000 ribath, namun kota ini telah runtuh, Mu'jam al-Buldan, 1/797. 84 Sebuah kota besar berjarak dua hari dari Jaihun yang menjadi Ibukota kerajaan Samaniyah dan berjarak tujuh hari dari Samarkand. Kota ini betjarak 12 markalah dari Marwa. Saat ini, Bukhara menjadi daerah yang terkenal di Uzbekistan, Uni Soviet. 85 Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Jaihani, perdana menteri Khurasan, Bughyah al-Thalab, 1/12.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Khurasan yang dikenal dengan nama Syaikh al-Amid. Ia mempersiapkan sebuah rumah untuk kami dan menyuruh

seorang pemuda untuk melayani segala kebutuhan kami dan menyediakan apapun keinginan kami. Di Bukhara, kami me­ netap selama beberapa hari. Beliau kemudian mengizinkan kami untuk menemui Nasr bin Ahmad.86 Kami menemuinya dan ternyata dia masih muda belia. Kami menyapanya dengan isyarat. Beliau mempersilahkan kami untuk duduk. Beliau mengawali per­ bincangan dengan mengucapkan, “Bagaimana kabar Amir al-Mukminin yang engkau tinggalkan? Semoga Allah me­ langgengkan keselamatan baginya, para pejuangnya, dan para aulia-nya." Maka kami menjawab, “Kabarnya baik.” Beliau menimpali, “Semoga Allah menambah kebaikan baginya.” Kemudian kami bacakan sebuah surat untuk beliau terkait penyerahan Arthakushmithan dari al-Fadl bin Musa, seorang Nasrani, wakil dari Ibnu Furat untuk diserahkan kepada Ahmad bin Musa al-Khawarizmi. Beliau mengutus kami dengan membawa surat ini untuk diserahkan kepada shahabatnya di Khawarizmi untuk memastikan misi kami tidak dihambat dan sebuah surat untuk penjaga gerbang

Turki agar mengawal kami serta memastikan misi kami tidak terhambat. Beliau bertanya kepada kami, “Di mana Ahmad bin Musa?” Kami menjawab, “KamimeninggalkannyadiMadinah 86 Nasr bin Ahmad bin Nasr al-Samany, salah seorang raja yang terkenal dari kerajaan Samaniyah yang menguasai wilayah Khurasan. Beliau masih berusia 8 tahun ketika ayahnya terbunuh dan memerintah tahun 301-331 H.

RISALAH IBNU FADHLAN

al-Salam. Ia akan berangkat lima hari setelah keberangkatan

kami.” Beliau berkata, “Saya dengarkan dan saya patuhi apa

yang diperintahkan oleh tuan Amir al-Mukminin, semoga Allah memanjangkan umurnya.” Ibnu Fadhlan berkata:

Kabar ini sampai kepada al-Fadl bin Musa an-Nasrani, wakil Ibnu Furat. Maka ia membuat siasat terkait urusan

Ahmad bin Musa ini. Ia menulis surat untuk kantor pelayanan

sepanjangjalan Khurasan mulai dari wilayah Sirkhas hingga Balkan yang berbunyi: “Sebarkan

mata-mata untuk men­

deteksi Ahmad bin Musa al-Khawarizmi di penginapan-

penginapan dan MarasidA7 Ia adalah seorang dengan ciri-ciri

tertentu dan khas. Siapapun yang menemukannya agar me­ nahannyasampai suratyang kitabutuhkansampaikepadanya. Ia ditemukan di Marwa dan ditahan di sana.”

Kami tinggal di Bukhara selama 28 hari. Al-Fadl bin Musa juga setuju dengan Abdullah bin Bashtu dan teman-teman

kami yang lain dan berkata, ‘jika kita tinggal di Bukhara saat musim dingin, maka kita akan kehilangan kesempatan masuk ke Khawarizmi di mana Ahmad bin Musa akan datang menyusul untuk bergabung dengan kita.”

87 Markas pasukan kecukaian dan pengawalan yang menjaga perbatasan dan keamanan, A/wjaim Dury, 1/533.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Ibnu Fadhlan berkata:

Saya melihat dirham di Bukhara dengan jenis yang ber­ macam-macam. Di antaranya dirham Ghitrifiyyah™ yang terbuat dari tembaga, sabah,M dan tembaga campuran. Uang tersebut dipotong menjadi beberapa bagian tanpa me­

makai timbangan. Seratus dirham jenis ini setara dengan satu dirham perak. Ketika sepakat dalam mahar seorang perempuan, mereka akan barkata: ‘Fulan bin Fulan menikah

dengan Fulanah bin Fulan dengan mahar seribu dirham

Ghitrifiyyah! Begitu juga ketika melakukan transaksi pem­ belian perabot rumah dan budak mereka. Mereka hanya me­

makai dirham jenis ini dan tak menyebutkan dirham yang

lain. Mereka juga memiliki jenis dirham lain yang terbuat dari kuningan. Empat puluh dirham jenis ini senilai dengan

satu danaq (seperempat dirham-pcwerf). Ada juga dirham asSamarqandiyyah yang terbuat dari tembaga. Enam dirham

jenis ini setara dengan satu danaq. Ketika saya mendengar apa yang dikatakan oleh Abdullah bin Bashtu dan mengingatkanku akan datangnya

musim dingin, kami segera bergegas dari Bukhara menuju

sungai untuk naik perahu menuju Khawarizmi. Jarak antara Khawarizmi dari tempat kami naik perahu lebih dari 200

farsakh (satu farsakh kurang lebih sekitar 8 kilometer). Kami

menghabiskan setengah hari untuk pelayaran ini dengan 88 Dirham Ghitrifiyyah atau Ghitharifah adalah jenis dirham yang sangat ber­ harga di Bukhara. Dibuat oleh Ghitrit bin Atha' pegawai Khurasan pada masa al-Rasvid. Nilainya setara dengan enam danaq, di mana satu danaq setara dengan 12 qirath. Lihat Maajim al-Arab, 2/216. 89 Campuran tembaga dan kuningan.

RISALAH IBNU FADHLAN

cuaca yang sangat dingin. Sampai akhirnya kami tiba di Khawarizmi. Kemudian kami menemui Amir (pimpinan) Khawarizmi yang bernama Muhammad bin ‘Iraq Khawarizm Syah.90 Beliau memuliakan kami, menyambut dengan hangat dan mempersiapkan sebuah rumah untuk kami. Setelah tiga hari berlalu, kami bertukar pikiran dengan beliau terkait rencana kami untuk memasuki negara Turki. Beliau berkata, “Saya tak mengizinkan kalian melakukannya. Saya tidak akan membiarkan kalian membahayakan nyawa kalian. Saya tahu apa yang akan terjadi pada pemuda ini — maksudnya Tekin al-Turky. Karena ia pernah bersama kami sebagai tukang besi dan pernah menjual besi di negara kafir. Dia adalah orang yang telah diutus oleh Nadhir untuk meng­ hadap Amir al-Mukminin dan menyerahkan surat dari Raja Saqalibah untuk beliau.Jika memang memungkinkan, pimpin­ an Khurasan adalah orang yang lebih berhak untuk melaku­

kan hal tersebut untuk Amir al-Mukminin di negara tersebut. Di samping itu, di antara tempatmu sekarang dengan negara yang kau sebutkan tadi, ada seribu kabilah kafir. Ini adalah kenyataan yang masih samar bagisultan. Saya menganjurkanmu untuk menulis surat kepada sultan yang mulia sampai hal ini diperiksa kebenarannya oleh sultan dan beliau membalas surat. Dan kalian menetap disini sampai adanyajawaban.” Kami mempertimbangkan hal tersebut beberapa hari. Kemudian kami kembali menghadap beliau. Kami terus ber­ usaha membujuk dan meminta pengertiannya. Kami berkata,*92 90 Muhamad bin ‘Iraq adalah pemimpin Khawarizm. Lihat Al-Biruni, him. 241.

92

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

“Ini adalah perintah dan surat dari Amir al-Mukminin. Apakah ada alasan untuk meminta peninjauan ulang di dalamnya?” Akhirnya beliau mengizinkan kami. Kami meninggalkan

Khawarizmi9192menuju al-Jurjaniyyah yang berjarak sekitar 50 farsakh.

Saya melihat dirham Khawarizm imitasi yang terbuat dari timah, Zuyufj2 dan tembaga yang mereka sebut dengan

dirham Thazijah.93 Nilainya setara empat setengah danaq.

Penukar uang mereka menjual Ki’abj4 gasing, dan dirham. Mereka adalah orang yang perkataan dan tabiatnya

paling buas. Perkataan mereka seperti teriakan kicauan

burung tiung/ beo. Di sana ada suatu daerah yang disebut dengan Ardkwa95 dan berjarak satu hari dari Khawarizm.

Penduduknya disebut dengan Kardiliyah. Perkataan mereka mirip dengan kotekan katak. Mereka selalu menyucikan diri dari Amir al-Mukminin Ali Bin Abi Thalib di setiap akhir

shalat.

*

*

*

91 Menurut Yaqut, Khawarizm bukanlah nama kota tapi kawasan dengan pusat yang disebut dengan Jurjania dan oleh penduduknya disebut Kirkanj. Sedang Jurjania adalah kota besar di tepi sungai Jaihun. Lihat Mu'jam al-Buldan, 2/480. 92 Uang dirham yang palsu dan tidak laku. Al-Hadharah al-Islamiyah, 2/319. 93 Bentuk serapan dari kata fazah yang berarti sesuatu yang murni. Al-Murab li Jaliqy, 229. 94 Jamak dari kata Jta’&yang berarti danaq kecil. Mu'jam Duty, 1/478. 95 Kami tidak mengetahui nama tempat ini maupun nama penduduknya di referensi yang ada.

RISALAH IBNU FADHLAN

Kami singgah di al-Jurjaniyah selama beberapa hari. Sungai Jaihun membeku dari hulu hingga hilirnya. Ikan

tampak beku sepanjang tujuh belas jengkal.96 Sekawanan

kuda, Bagal (peranakan kuda dengan keledai), keledai, dan anak sapi melewati sungai tersebut seperti melewati jalan.

Sungai itu tidak bergerak sama sekali. Maka kami tinggal di

daerah ini selama tiga bulan. Kami melihat sebuah negara yang kami duga bahwa

gerbangnya telah dibukakan untuk kami. Salju tidak turun kecuali disertai angin yang sangat kencang.97 Ketika seorang

laki-laki penduduk daerah itu hendak menawarkan sesuatu kepada saudaranya dan ingin agar ia menerimanya, maka ia akan berkata kepadanya, “Hei, kesini kamu, kita ngobrol-

ngobrol. Saya punya api yang menghangatkan.” Hal semacam ini dilakukan jika ia ingin berusaha untuk berbuat baik dan

berinteraksi dengannya. Bagaimanapun, Allah Ta’ala telah memberi perlindungan kepada mereka dalam mencari kayu

bakar dan memudahkan kayu bakar untuk mereka. Dengan tergesa-gesa, mereka memikul kayu bakar al-Thaq9l< untuk 96 Yaqut mengatakan bahwa kebekuan sungai ini hanya lima jengkal. Oleh karenanya dia menyalahkan apa yang dinyatakan oleh Ibnu Fadhlan dengan mengatakan:”lni bohong, yang membeku itu paling banyak hanva lima jengkal dan ini pun jarang terjadi. Biasanya hanya dua atau tiga jengkal saja. Ini berdasarkan apa yang saya lihat dan saya tanyakan kepada penduduk daerah tersebut.” Yang mengherankan Ibnu Fadhlan menyatakan bahwa panjang ikannya mencapai 17 jengkal dan Yaqut menyalinnya menjadi 19 jengkal, Mu’jam al-Buldan 2/484 97 Yaqut mengomentari kalimat ini:”Ini juga bohong, kalau pada musim dingin angainnya tidak diam di daerah itu, tentu tidak ada seorang pun yang bisa hidup di sana.” Mujam al-Buldan 2/485 98 Yaqut menjelaskan bahwa Thaq adalah kayu al Ghada, sebuat kata Turki yang diarahkan. Kemudian ia berkata:”Saya berkata:Ini juga salah, seikatnya itu

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

ditukar dengan dua dirham mereka. Kayu bakar itu beratnya sekitar 3.000 ritl (satu ritl kurang lebih 8 ons). Para pengemis di sana tidak boleh meminta-minta di

depan pintu, melainkan harus masuk ke salah satu rumah

penduduk dan duduk menghangatkan diri di depan perapian untuk beberapa waktu dan kemudian mengucapkan ‘Bakand’ yang artinya roti." [Jika mereka memberikan sesuatu maka ia akan mengambilnya dan jika tidak maka ia akan pergi].100 *

*

*

Kami menetap di Jurjaniyah untuk jangka waktu yang sangat lama. Kami tinggal di sana, mulai beberapa hari di bulan Rajab, Sya’ban, Ramadhan, dan Syawal. Lamanya kami

tinggal di sana dikarenakan turunnya salju dan cuaca yang sangat dingin. Sungguh saya mendapatkan kabar bahwa ada

dua orang yang menggiring dua belas unta untuk membawa

kayu bakar dari suatu rimba. Keduanya lupa tidak membawa korek api dan huraqah'01 dan kemudian bermalam tanpa membuat perapian. Ketika pagi, kedua orang itu beserta

untanya telah mati karena cuaca yang sangat dingin.

hanya seribu ritl." Mu’jam al-Buldan 2/485 99 Yaqut memberikan komentar, “/«/ adalah penjelasan yang benar, hanya saja ia biasa terjadi di Rustaq dan bukan di kotanya.” 100 Kalimat ini-yang berada di dalam tanda kurung siku - merupakan tam­ bahan kalimat yang kami ambil dari salinan Yaqut atau satu kata yang saya tambahkan untuk menyempurnakan kalimat. 101 Semacam rabuk atau sesuatu yang rontok ketika mengerok atau melubangi kayu khargah, nabj, atau yang lain.

Cx..95>

RISALAH IBNU FADHLAN

Saya juga melihat pasar di daerah ini dan jalan-jalan

tampak kosong sepi karena udara yang sangat dingin. Sampaisampai jika ada seseorang yang berkeliling ke jalan-jalan dan pasar, maka ia tidak akan menemukan seorangpun dan tak ada satupun manusia yang akan menghadap padanya. Ketika saya keluar dari kamar mandi dan masuk ke dalam rumah, saya melihat jenggotku yang telah mengepal menjadi satu karena salju sampai akhirnya saya mendekatkan jenggotku ke perapian. Saya tidur di bagian tengah dalam sebuah rumah. Di dalamnya ada sebuah kubah dengan hamparan lahud103 Turki. Saya menggunakan pakaian dan fara'03 sebagai selimut dan seringkali pipiku melekat ke bantal. Di sana, sungguh saya melihat tangki air yang diberi bustinat104 yang terbuat dari kulit kambing dengan maksud agar tangki tersebut tidak terbelah dan terpecah. Namun itu tidak cukup membantu. Saya juga melihat tanah cekung yang di dalamnya ter­ dapat jurang-jurang berisi tulang-belulang karena cuaca yang sangat dingin. Pohon-pohon besar dan tua terbelah menjadi

dua karena hal tersebut.

102 Yaitu setiap rambut atau bulu yang digempalkan. Dinamakan seperti ini karena bulunya dilekatkan satu sama lain lalu dibentangkan. 103 Jenis pakaian seperti jubah. 104 Mantel yang besar.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Ketika memasuki pertengahan bulan Syawal tahun 309

H, musim mulai berganti. Sungai Jaihun telah mencair dan kami mulai mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk melanjutkan perjalanan. Kami membeli onta Turki dan menggunakan kulitnya untuk membuat perahu yang

akan kami gunakan untuk menyeberangi sungai yang di­ lewati untuk sampai di negara Turki. Kami menyiapkan

bekal berupa roti, jawarus105106 dan daging namkasuz'06 yang cukup untuk tiga bulan.

Penduduk yang selalu ramah di daerah tersebut meng­ anjurkan kami untuk menyiapkan pakaian yang cocok da­

lam jumlah yang banyak. Mereka melebih-lebihkan dan membesar-besarkan cerita yang menyusahkan kepada kami.

Ketika kami menjalaninya, ternyata lebih buruk dari apa yang diceritakan kepada kami. Setiap orang dari kelompok kami

mengenakan Qurthaq,107108 109 yang di atasnya memakai Kiftan,os dandiatasnya lagi memakai Bustin,Lubhadah,'09dan burnas"0 hingga yang tampak hanya kedua matanya saja. Kami

105 Jenis biji-bijian yang dimakan dengan diolesi minyak. Merupakan kata serapan dari kata Kawirus.Jawarusada tiga jenis dan yang paling baik berwarna kuning seperti padi. Sebagaimana diterangkan dalam Tajal-Ams. biji-bijian ini dapat melancarkan air seni dan mengharumkan badan. 106 Daging yang dikeringkan tanpa diiris/ dikerat. Mu'jam Duzy, 2/728. 107 Kata serapan dari Kurtah, yaitu gamis atau mantel pendek yang panjangnya sampai setengah tuhuh. Mu'jam Duzy li al-Malabis, 362. 108 Sej en is ja ke t ya ng d i p a ka i ole h o ra n g-o ra n g d a h u 1 u. Mu jam Duzy li al-Malabis, 163. 109 Pakaian yang digunakan untuk melindungi diri dari hujan dan dingin. 1 10 Dalam kamus berarti setiap baju yang menutupi kepala baik itu baju zirah, jubah, atau baju hujan. Ukurannya panjang dan memiliki semacam songkok penutup kepala. Mu'jam al-Malabis, 74.

RISALAH IBNU FADHLAN

juga memakai Sarawil"' yang berlapis, ada yang memakai selimut, Ran,"2 dan sepatu yang terbuat dari Kimukht.”3 Di atas sepatu, ada sepasang sepatu yang lain. Ketika naik onta, salah seorang di antara kami sampai tidak bisa mengerakkan badan karena pakaian yang dikenakan. Para/M<7«/z«, pengajar, dan seorang pelayan114 yang keluar dari Baghdad bersama kami berada di belakang karena takut masuk negara itu. Saya berangkat bersama duta Saqalibah, saudara iparnya, dan dua pemuda yaitu Tekin dan Baris.

Ketika hari keberangkatan yang kami rencanakan telah tiba, saya berkata pada mereka, “Wahai masyarakat, bersama

kalian ada seorang pembantu raja, ia telah mengerti semua urusanmu. Dan bersama kalian ada sebuah surat dari raja. Saya sama sekali tidak memiliki keraguan [bahwa] dalam surat itu disebutkan tentang pengarahan empat ribu dinar Musayyabiyyah untuknya. Kamu sekalian akan menghadap seorang raja non-Arab. Maka ia akan meminta kembali hal ter­ sebut padamu.”"5 Mereka menjawab, ‘jangan khawatir, dia

111 Kata serapan dari bahasa Persia yang berarti pakaian yang menutupi setengah tubuh bagian bawah. Al-Khadharah al-Islamiygah, 2/186. 112 Sejenis sepatu. 1 13 Salah satu jenis kulit, kemungkinan kulit kuda. Mu'jam Dus//, 2/506. 114 Nama mereka tidak disebutkan di awal perjalanan. Kami tidak mengetahui siapa mereka dan apa perannya. Mungkinkah di dalam rombongan ada ahli fiqh selain Ibnu Fadhlan? 115 Ibnu Fadhlan tidak menjelaskan tujuan mengapa kaum itu menyembunyikan uang dirham tersebut dari raja.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

tidak akan menuntut hal ini kepada kita.” Saya menimpali, “Saya yakin bahwa ia akan menuntutnya.” Namun mereka tidak menerima peringatanku. Urusan kafilah berjalan dengan baik. Kami menyewa salah seorang penduduk Jurjaniyah bernama Qulwas sebagai penunjuk arah. Kami berserah diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan kami mempercayakan urusan kami kepada-Nya.

*

*

*

Kami berjalan dari Jurjaniyah pada hari Senin, malam kedua dari bulan Dzulqa’dah tahun 309 H. Kami turun di sebuah ribat bernama Zamjan116 yang terletak di dekat gerbang negara Turki. Keesokan harinya, kami melanjutkan perjalanan dan berhenti di suatu tempat yang bernama Jit. Di tempat ini, salju turun menyambut kami sampai untaunta harus mengangkat lutut mereka untuk berjalan. Kami tinggal di tempat ini selama dua hari. Kemudian kami masuk ke negara Turki tanpa ada satu halangan pun yang merintangi. Di antara hamparan daratan yang dilewati, kami tidak menjumpai seorang pun kecuali gunung. Kami melintasinya dalam kurun waktu sepuluh hari. Dalam perjalanan ini, kami menjumpai kesulitan, ke­ sukaran, udara yang sangat dingin, dan badai salju yang terus-menerus. Dinginnya Khawarizm hanya setara musim 116 Ribat ini ada banyak jumlahnya, namun kami tidak menemukan ribat dengan nama ini.

c><99,

RISALAH IBNU FADHLAN

panas di tempat ini. Kami lupa segala sesuatu yang telah kami lewati dan kami diintai bahaya yang bakal menyakiti kami. Beberapa hari di antaranya terasa sangat dingin. Tekin berjalan di sampingku. Di sebelahnya ada pemuda dari Turki berbicara dalam bahasa Turki. Tekin tertawa dan berujar, “Sesungguhnya orang Turki ini berbicara denganmu: Apa yang diinginkan Tuhan dari kita? Di sini Dia akan membunuh kita dengan cuaca dingin ini. Kalau saja saya tahu apa yang Dia inginkan, tentu saya akan memberikan hal itu kepada-Nya.” Saya berkata kepada Tekin, “Katakan padanya: Dia ingin agar kamu mengatakan La Ilaha lila Allah ” Dia tertawa dan berkata, “Kalau saya tahu tentu akan saya lakukan." Setelah itu, kami tiba di suatu tempat yang penuh dengan kayu-kayu besar dan kami singgah di tempat tersebut. Rombongan membuat perapian untuk menghangatkan diri mereka, melepas baju mereka, dan menjemurnya. Kami melanjutkan perjalanan dan berjalan tanpa henti setiap malam mulai pertengahan malam sampai waktu Ashar atau Dzuhur. Kami berjalan sejauh mungkin yang kami bisa dan kemudian berhenti. Setelah lima belas malam, kami tiba di suatu gunung besar yang dipenuhi bebatuan. Di sana ada sumber air yang menghanyutkan apa saja yang melintasinya dan air tersebut bermuara pada suatu cekungan.

*

*

*

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Setelah kami menyeberanginya, kami sampai di satu

kabilah/ suku Turki yang dikenal dengan al-Ghaziyah.117 Mereka adalah suku nomaden yang bertempat tinggal di kemah-kemah. Mereka menetap di satu tempat untuk be­

berapa waktu dan kemudian pindah ke tempat yang lain. Kamu bisa melihat tenda-tenda mereka di satu tempat

dan kemudian kamu juga akan melihatnya di tempat yang

lain sebagaimana yang biasa dilakukan oleh masyarakat nomaden. Oleh karenanya, mereka hidup dalam keadaan

yang sukar. Mereka seperti keledai yang tersesat dan mereka tidak beribadah kepada Tuhan dengan satu agama apapun

serta tidak mengunakan akal mereka. Mereka tidak me­ nyembah apapun, namun menyebut pemimpin mereka

dengan sebutan arhaban (tuhan). Ketika salah seorang di antara mereka berkonsultasi kepada pemimpin mereka,

maka mereka akan berkata kepadanya, “Oh tuanku, apa yang harus saya lakukan dalam masalah ini dan ini” (Urusan mereka

dimusyawarahkan di antara mereka).1'8 Bagaimanapun, jika mereka telah sepakat dalam suatu hal dan berketapan hati pada hal tersebut kemudian datang yang lebih hina dan lebih

rendah bagi mereka, maka mereka akan melanggar apa yang telah mereka sepakati.

117 Dalam Mti'jam-nya, Yaqut berkata, “Ahmad hin Muhamad al-Hamdang menceritakan dari Abu al-Abbas Isa bin Muhamad al-Mawardg berkata: ‘Kami tidak pernah mendengar sebuah tempat gang lebih penting gang terletak di belakang sungai dari negara Turki selain Ghazigah, Taghazghazigah, dan Khazaljiggah.” Sementara al-Istahary berkata, “Kawasan Turki itu bermacammacam. Adapun Ghazigah terletak di antara Khazar dan Kimuk." 118 Lihat QS. Al-Sgura 38.

O10l>

RISALAH IBNU FADHLAN

Saya mendengar mereka mengucapkan La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah bukan karena mereka meyakini hal tersebut, namun karena kalimat ini biasa mereka dengar dari orang Islam yang mereka temui. Ketika salah seorang dari mereka diperlakukan sewenang-wenang atau mengalami se­ suatu yang tidak disukainya, maka ia akan mendongakkan kepalanya ke langit dan berkata dengan bahasa Turki, “Biir Tengry jw/’yang artinya Allah yang Esa, di mana kata Biir dalam bahasa Turki berarti tuhan dan Tenfjry berarti satu. Mereka tidak membersihkan diri mereka setelah buang air kecil maupun buang air besar. Mereka juga tidak mandi setelah melakukan hubungan seksual dan keadaan lainnya. Mereka sama sekali tidak berurusan dengan air, khususnya ketika musim dingin. Para wanitanya tidak menutup diri mereka ketika berada di hadapan laki-laki dan orang lainnya. Begitu juga perempuan tidak mengenakan pakaian yang me­ nutupi diri mereka saat berada di depan khalayak umum.

mereka mengucapkan La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah bukan karena mereka meyakini hal tesebut, namun karena kalimat ini biasa mereka dengar dari orang Islam yang mereka temui.

Pada suatu hari, kami tinggal ber­ sama salah seorang di antara mereka se­ bagai tamu dan duduk bersama. Ketika istri dari laki-laki itu sedang bersama dan berbincang-bincang dengan kami, tibatiba ia membuka kemaluannya dan me­ nggaruknya. Kami melihat hal tersebut

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

dan menutup wajah kami sambil ber­ perempuan ini men­

ucap, “Astaghfirullah.” Suami perem­ buka kemaluannya di puan itu tertawa dan berujar pada pe­ hadapan kalian dan kalian melihatnya nerjemah kami, “Katakan kepada mereka, namun dia bisa men­ perempuan ini menbuka kemaluannya di jaganya dan ia tidak hadapan kalian dan kalian melihatnya tersentuh. Ini lebih baik daripada jika ia namun dia bisa menjaganya dan ia tidak menutupinya namun tersentuh. Ini lebih baik daripada jika ia mempersilahkan diri­ menutupinya namun mempersilahkan nya untuk disentuh." dirinya untuk disentuh" Mereka tidak mengenal istilah zina. Siapapun yang diketahui melakukan hal itu, mereka akan membelahnya menjadi dua. Cara yang mereka tempuh adalah dua cabang dari dua pohon dijadikan satu. Kemudian mereka mengikat orang tersebut pada dua cabang itu dan mereka melepaskan kedua pohon tersebut. Maka orang yang

diikat pada dua cabang tersebut terbelah menjadi dua. Salah seorang dari mereka sempat mendengarkanku [membaca] al-Qur’an dan ia menganggapnya sebagai sesuatu yang indah. Dia mendatangi kami seraya berkata kepada penerjemah, “Katakan kepadanya agarjangan berhenti mem­ bacanya.” Suatu hari, orang ini berkata kepadaku melalui penerjemah, “Katakan kepada orang Arab ini; Apakah Tuhan kita Azza wa Jalla memiliki seorang istri?!” Saya begitu susah mendengar hal itu. Saya bertasbih dan beristighfar kepada Allah. Maka orang itu pun bertasbih dan beristighfar seperti yang saya lakukan. Begitulah kebiasaan orang Turki. Ketika

RISALAH IBNU FADHLAN

ia mendengarkan seorang muslim membaca tasbih atau tahlil, maka ia akan menirukan ucapan yang sama.

Tata cara pernikahan mereka adalah dengan cara sese­ orang di antara mereka melamar melalui salah satu kerabat perempuannya — bisa anak, saudara, atau perempuan lain yang menjadi tanggungannya — untuk mengantarkan se­ jumlah gaun Khwarizmi. Jika walinya setuju, maka gaun itu akan diantarkan kepadanya. Mahar yang digunakan ada­ kalanya berupa unta, binatang ternak, atau yang lainnya. Seseorang tidak diperbolehkan mendekati istrinya sampai ia membayar mahar yang telah ia sepakati dengan wali perem­ puan tersebut. Jika mahar telah diserahkan pada wali, ia akan datang tanpa malu-malu sampai ia memasuki rumah yang ditinggali perempuan itu. Ia akan membawa perempuan itu ke hadapan ayah, ibu dan saudara-saudaranya. Mereka tidak akan menghalang-halangi laki-laki itu membawa pergi mem­ pelai perempuan. Ketika seorang laki-laki yang memiliki istri dan anak meninggal, maka anak tertua akan menikahi istri laki-laki itu jika ia bukan ibu dari anak tertua tersebut. Tidak seorang pun dari pedagang atau lainnya yang mampu/ berani untuk mandi jinabat di deaerah mereka kecuali pada malam hari di mana penduduk tidak melihat mereka. Karena mereka akan marah dan berkata, “Orang ini hendak mengihir kita, ia telah

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

menatap tanda-tandanya ke dalam air” Penduduk tersebut kemudian akan mendenda siapa saja yang melakukan hal itu.

Tidak ada seorang muslim [yang] bisa melintasi negara ini kecuali setelah ia berteman dengan salah satu penduduk negara tersebut dan tinggal bersamanya sebagai tamu. Dari negara Islam, ia membawa oleh-oleh berupa baju untuk temannya, Miqnaah"9 untuk istri temannya, dan beberapa Fulfill'20 (semacam lada), Jawarus, kismis dan kelapa. Ketika seorang muslim tiba di tempat temannya, ia akan membuat­ kan sebuah Qubah12' untuknya dan membawakan sejumlah kambing sesuai kemampuannya. Orang muslim itu juga yang akan mengurus penyembelihannya karena orang Turki tidak pernah menyembelih ternak mereka. Akan tetapi seseorang di antara mereka akan memukul kepala kambing itu hingga mati. *

*

*

Ketika seseorang dari mereka hendak berpergian namun beberapa unta dan kendaraannya bermasalah atau jika ia membutuhkan uang, ia akan meninggalkan unta tersebut pada teman Turkinya dan ia akan mengambil apa yang ia butuhkan baik itu berupa unta, kendaraan, atau uang dari

temannya tersebut. Dan ia akan berangkat. Ketika kembali 119 Penutup dari kain yang dipakai oleh laki-laki dan perempuan di kepala mereka, barangkali seperti Burqa atau cadar bagi perempuan. Mu’jam al-Malabis, 377. 120 Komentar Yaqut tentang fulfill dalam kitab Mu’jam-nya, 3/453: “Saya melihat pohon ini. Pohonnya tinggi dan selalu ada air di bawahnya. Saat angin berhembus, buahnya akan berjatuhan. Nama ini digunakan sampai sekarang." 121 Sebuah bangunan dengan atap melingkardan pendek yang diikat dengan batu atau pasak seperti halnya tenda.

cx105>

RISALAH IBNU FADHLAN

dari perjalanannya, ia akan mengembalikan uang, unta, dan kendaraan yang ia pinjam.

Begitu juga jika seseorang yang tidak dikenal melintas negara tersebut bersama orang Turki kemudian ia berkata, “Saya adalah tamumu, saya menginginkan beberapa unta, ternak, dan uangmu.” Maka orang Turki tersebut akan me­ nyerahkan apa yang diminta kepadanya. Jika orang yang meminjam itu meninggal dalam perjalanan dan rombongan kafilah telah kembali, orang Turki itu akan menemui mereka seraya berkata, “Di mana tamuku?” Jika rombongan kafilah tadi menjawab, “Dia telah mati” maka orang Turki tadi akan menurunkan rombongan tersebut dan mendatangi pedagang yang ia padang paling mulia di antara mereka. Ia membuka barang-barang bawaannya yang ia lihat dan meng­ ambil beberapa dirham yang nilainya setara dengan apa yang telah dipinjam oleh pedagang yang meninggal tanpa

mengambil sedikitpun tambahan, la juga akan mengambil unta dan ternaknya seraya berkata, “Ia adalah pamanmu, engkau adalah orang yang paling berhak untuk membayarkan utangnya.”Jika rombongan pedagang lari, maka orang Turki itu akan mengejarnya dan berkata, “Dia seorang muslim sepertimu. Kamu telah mengambil harta yang dimilikinya.” Jika orang Turki itu tidak menemukan muslim yang menjadi

tamunya di jalan besar yang biasa dilalui, ia akan bertanya terkait negaranya, “Di mana dia?” Ketika telah mendapat

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

petunjuk tentang keberadaannya, maka ia akan melakukan

perjalanan beberapa hari untuk mencarinya sampai ia tiba di tempat di mana ia berada. Ia akan mengambil harta yang ada pada dirinya dan hadiah yang diberikan kepadanya. Begitu juga ketika orang Turki hendak masuk ke negara Jurjaniyah. Ia akan bertanya kepada tamunya dan singgah bersamanya sampai perjalanan dilaksanakan. Dan ketika salah seorang Turki meninggal ketika berada bersama teman muslimnya di mana teman muslimnya itu tengah bersama rombongan melintasi negara Turki. Maka mereka akan mem­ bunuhnya dan mereka akan berkata, “Engkau telah mem­ bunuhnya karena kau telah menahannya bersamamu. Jika saja tidak engkau tahan, tentunya ia tidak akan mati” Begitu juga jika ia memberi orang Turki nahidh'-2 untuk diminum kemudia ia jatuh dari suatu tembok dan mati, maka orangorang Turki akan membunuhnya sebagai pembalasan. Apa­ bila teman muslim dari orang Turki yang meninggal itu tidak ada dalam rombongan, maka mereka akan mencari orang yang paling penting dalam rombongan tersebut dan

membunuhnya. *

*

*

Masalah sodomi merupakan masalah yang sangat besar

bagi mereka. Ada seorang penduduk Khawarizm yang datang untuk tinggal bersama seorang wakil raja Turki bernama 122 Sejenis minuman yang buat dari perasan. Dalam al-Taj disebutkan bahwa nabidh adalah arak dari perasan anggur.

RISALAH IBNU FADHLAN

Kudharkin. Ia tinggal bersama tamunya beberapa lama guna mengurus perjanjian pembelian kambing. Di Turki ada seorang anak yang belum berjanggut/ masih belia dan orang dari Khawarizm itu selalu membujuk dan merayunya sampai anak itu menuruti apa yang orang Kwawarizm itu inginkan. Kemudian datang seorang Turki dan mendapati mereka berdua tengah melakukan hal yang tidak senonoh. Orang Turki itu melaporkannya kepada Kudharkin dan ia berkata pada orang Turki itu, “Kumpulkan penduduk Turki.” Maka ia pun mengumpulkannya. Ketika masyarakat Turki telah berkumpul, Kudharkin berkata pada orang Turki, “Apakah kamu senang saya menghukumi dengan adil atau dengan batil?” Orang Turki itu menjawab, "Dengan adil.” Kudharkin berkata, "Bawa ke sini anakmu.” Maka ia mendatangkannya. Kudharkin berkata, “Anak ini dan pedagang itu, dua-duanya

harus dibunuh semua.” Orang Turki itu merasa keberatan dan berkata, “Saya tidak akan mengerahkan anakku.” Kemudian Kudharkin berkata, “Kalau begitu, pedagang ini bisa menebus dirinya sendiri.” Maka orang Khawarizm tadi melakukan hal tersebut. Ia menyerahkan sejumlah kambing kepada orang Turki itu atas apa yang telah ia lakukan kepada anaknya. Ia juga menyerahkan empat ratus ekor kambing kepada Kudharkin karena telah mengampuninya. Kemudian orang tersebut meninggalkan negara Turki. *

Q5O

*

*

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Orang pertama dari kalangan raja dan pemimpin Turki yang menemui kami adalah Yinal al-Shaghir.123 Ia pernah

masuk agama Islam, namun kemudian ia diberitahu, “Jika kamu masuk Islam, kami tidak akan menjadikanmu pemimpin kami.’’ Maka ia keluar dari keislamannya. Ketika kami sampai di tempat di mana ia tinggal, ia berkata, “Saya tidak akan mengizinkan kalian untuk melintas karena ini adalah hal yang sama sekali belum pernah saya dengar dan saya tidak berpikir bahwa hal itu akan terwujud” Kami kemudian berlaku ramah dengan memberi hadiah kepadanya berupa dua buah kiftan Jurjani senilai sepuluh dirham, sepotong baju bay bafj24 beberapa potong roti, segenggam penuh kismis dan seratus buah kelapa/ pala. Ketika kami menyerahkan semua ini padanya, ia bersujud pada kami. Ini adalah adat mereka. Saat seseorang hendak memuliakan/ menghormati orang lain, maka ia akan bersujud kepadanya. Kemudian dia berkata, “Andai saja rumahku tidakjauh darijalan besar ini, saya akan membawakan kambing dan gandum untukmu.”Dia lantas me­ ninggalkan kami dan kami melanjutkan perjalanan. Keesokan harinya, kami bertemu dengan satu orang Turki berwajah jelek, berpenampilan lusuh dan tidak enak

dipandang, serta tercela sikapnya. Saat itu kami tengah di­ guyur hujan lebat. Dia lantas berkata, “Berhentilah kalian semua.” Maka satu rombongan yang berjumlah sekitar tiga ribu kendaraan/ ternak dan lima ribu orang itu berhenti 123 Dia adalah Kujuk Yinal, seorang penguasa pada masa itu. Mafatih al-UIumt him. 73. 124 Sejenis pakaian untuk perempuan. Ahsan 'ala Taqasim, him. 323.

RISALAH IBNU FADHLAN

semuanya. Kemudian dia berkata, “Tidak ada satupun dari kalian yang boleh lewat.” Kami pun berhenti dan menaati perintahnya. Kami berkata padanya, “Kami adalah sahabat Kudharkin?” Dia menghadap ke arah kami dan tertawa seraya berkata, “Siapa Kudharkin? Saya akan buang kotoran anjing dijenggotnya Kudharkin!...” Dia lantas berkata dengan bahasa Khawarizm, "Bakand (roti).” Kami menyerahkan beberapa potong roti padanya dan dia menerima serta berkata, “Lewatlah, saya kasihan kepada kalian semua?’

* * ♦ Ibnu Fadhlan berkata: Ketika salah seorang dari mereka sakit dan dia memiliki tetangga dan pembantu yang melayaninya, mereka akan menungguinya dan tidak seorang pun Ketika salah seorang dari mereka meninggal, maka mereka akan membuat sebuah kuburan yang besar layaknya sebuah rumah untuknya. Dia akan dimasukkan ke dalamnya dan dipakaikan sebuah jubah, ikat pinggang, dan busur panah

dari keluarganya yang berada didekatnya. Mereka akan membuatkan sebuah tenda

untuknya. Dia akan berada di sana hingga ia sembuh atau meninggal. Sementara jika dia adalah seorang budak atau orang

miskin, mereka akan membuangnya di gurun dan meninggalkannya. Ketika salah seorang dari mereka meninggal, maka mereka akan membuat sebuah kuburan yang besar layak­ nya sebuah rumah untuknya. Dia akan dimasukkan ke dalamnya dan dipakaikan

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

sebuah jubah, ikat pinggang, dan busur panah miliknya...125

Mereka juga membuatkan sebuah gelas dari kayu berisi nabidh (semacam anggur) dan diletakkan di tangannya. Sebuah wadah dari kayu yangjuga berisi nabidh diletakkan di hadapannya. Seluruh benda miliknya dibawa dan diletakkan bersama dirinya di dalam rumah tersebut. Mereka akan mendudukkan jenazah tersebut di dalam rumah itu dan membuatkan atap untuk rumah itu. Di atas rumah itu, diberi semacam kubah dari tanah. Mereka juga akan memasukkan sejumlah binatang tunggangannya. Mereka akan membunuh seratus sampai dua ratus ekor hewan kendaraannya atau hanya satu ekor saja. Mereka akan memakan daging hewan tersebut dan menyisakan kepala, kaki, kulit, dan ekornya untuk digantung di tiang kayu. Dan mereka berkata, “Hewan-hewan tunggangan ini akan mengantarkannya ke surga" Dan jika si jenazah itu dulu pernah membunuh manusia dan dikenal sebagai seorang yang pemberani, mereka akan mengukir sejumlah patung sebanyak orang yang telah dibunuhnya dan mereka akan

meletakkan patung-patung tersebut di kuburannya. Mereka berkata, “Orang-orang ini akan melayaninya di surga!” Adakalanya mereka lalai tidak menyembelih hewan tunggangannya hingga sehari atau dua hari. Maka seorang tetua kaum itu akan menganjurkan kepada mereka dengan berkata, “Saya melihat si fulan (maksudnya si may it) dalam mimpi, dia berkata padaku: ‘Lihat! Kamu lihatlah aku. Temantemanku telah jauh meninggalkanku dan kedua kakiku berat 125 Setelah kata ini, ada beberapa kata dalam manuskrip yang kosong.

RISALAH IBNU FADHLAN

untuk mengejar mereka. Saya belum bisa menyusul mereka dan kini aku tetinggal sendirian.” Maka mereka segera mempersiapkan hewan tunggangannya. Hewan itu dibunuh dan digantungkan di kuburannya. Selangsehari atau dua hari,

orang tua itu akan datang kembali dan berkata, “Sungguh saya telan bermimpi bertemu si fulan. Dia berkata padaku: ‘Kabarkanlah kepada keluarga dan sahabat-sahabatku bahwa kini saya telah menyusul orang-orang yang mendahuluiku. Kini saya telah memperoleh kelegaan dari kecapaian.”

* Ibnu Fadhlan berkata: Semua orang Turki memotong jenggot mereka dan menyisakan yang ada di ujung janggut mereka. Barangkali kamu pernah melihat orang tua renta dari mereka yang me­ motong jenggotnya dan menyisakan rambut yang berada dibawah dagu dan ia mengenakan jubah dari kulit domba. Ketika seseorang melihatnya dari jauh, ia tidak akan ragu untuk mengira bahwa orang tua renta itu adalah kambing bandot. Raja Turki Ghaziyah memiliki gelar pemimpin yang disebut dengan Yabghu.™ Setiap orang yang menjadi raja kabilah ini diberi gelar dengan nama ini. Wakilnya disebut dengan Kudharkin. Setiap orang yang menjadi wakil dari pemimpin mereka diberi gelar Kudharkin. 126 Yaghbu adalah gelar bagi kebanyakan raja di daerah Turki. Mafatih al-‘Ulum, him. 73.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Setelah meninggalkan Turki, kami singgah di tempat pemimpin pasukan mereka yang bernama Etrek bin alQataghan. Dia membuatkan kami sebuah tenda Turki dan kami tinggal di dalamnya. Dia memiliki seorang istri, pembantu, dan rumah yang besar. Dia memberikan beberapa kambing kepada kami dan menyerahkan beberapa hewan tunggangan (kuda) dengan maksud agar kami menyembelih kambing tersebut (dengan cara Islam) dan memakai hewan tunggangan itu sebagai kendaraan kami. Dia mengundang sejumlah orang dari keluarganya dan anak-anak dari pamanpamannya. Dia membunuh banyak kambing untuk disajikan kepada mereka. Kami memberinya hadiah berupa pakaian, kismis, kelapa/ pala, fulfill, dan Jawarus (millet). Kami melihat istrinya —yang ternyata bekas istri dari ayahnya — tengah mengambil daging, susu, dan beberapa benda yang hendak ia hidangkan. Dia keluar dari rumahnya menuju padang yang luas untuk menggali sebuah lubang untuk memendam sesuatu di dalamnya. Dia mengucapkan beberapa kalimat. Saya bertanya kepada penerjemah, “Apa yang dia katakan?” Penerjemah menjawab, “Dia berkata, Ini sebuah hadiah untuk al-Qataghan, ayahnya Etrek, yang diberikan oleh orang Arab kepadanya” Ketika malam tiba, saya dan penerjemah menemui Etrek bin al-Qataghan. Dia sedang duduk dalam tendanya. Kami membawa surat dari Nadhir al-Haramy yang ditujukan kepadanya. Dalam surat itu, Nadhir al-Haramy mendorong dan mengajak dirinya untuk masuk Islam. Nadhir juga

RISALAH IBNU FADHLAN

mengirim hadiah berupa uang lima puluh dinar, di antaranya berupa dinar musayyabi, tiga mistqal minyak Misk, beberapa lembar kulit yang telah disamak, pakaian dari Marwa yang telah kita potong menjadi dua, sepatu kulit, satu kain brokat (sejenis sutera), dan lima kain sutera. Semua hadiah ini kami serahkan padanya. Kami juga menyerahkan sebuah kerudung dan cincin kepada istrinya. Saya membacakan surat itu untuknya. Etrek lantas ber­ kata kepada penerjemah, “Saya tidak akan mengatakan apa­ pun kepada kalian sampai kalian kembali. Saya akan menulis sebuah surat kepada khalifah tentang apa yang akan saya putuskan.” Kemudian dia melepaskan pakaian brokat yang di­ pakainya untuk mengenakan pakaian pemberian yang telah kami sebutkan. Saya melihat jubah yang berada di bawahnya [sungguh] telah robek dan kotor. Hal ini karena salah satu adat kebiasaan mereka adalah satu orang di antara mereka tidak melepas pakaian yang menempel di badannya sampai pakaian tersebut robek menjadi beberapa bagian. Saat itu tiba, mereka akan memotong jenggot dan kumis mereka seluruh­ nya hingga ia nampak seperti seorang pelayan. Saya juga me­ lihat bagaimana orang Turki menyebutkan bahwa dia adalah penunggang kuda terbaik. Suatu hari, saya melihatnya me­ nunggang kuda bersama kami dalam suatu peijalanan dan tiba-tiba ada seekor angsa terbang melintas. Orang itu langsung memasang busur panahnya, menggerakkan tunggangannya dibawah angsa itu, dan membidiknya. Dia berhasil men­ jatuhkannya.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

*

*

*

Pada suatu hari, Dia memanggil para pemimpin yang kelak akan menggantikannya. Mereka adalah Tarkhan, Yinal, keponakannya, dan Ilghiz. Tarkhan adalah sosok yang paling utama dan agung namun ia pincang, buta, dan tangannya lumpuh. Etrek bin Qataghan berkata kepada mereka, "Ini adalah para utusan raja Arah untuk saudara iparku, Almish bin Shilky. Saya tidak akan membiarkannya melintas kecuali setelah bermusyawarah dengan kalian semua.” Tarkhan berkata, “Ini adalah sesuatu yang belum pernah saya lihat dan saya dengar. Tidak ada satu utusan khalifah pun yang pernah melintasi negara kita baik pada masa kita maupun pada masa pendahulu kita.127 Saya hanya berpikir bahwa khalifah tengah melaku­ kan tipu muslihat dengan mengirim orang-orang ini ke Khazar dengan tujuan meminta bantuan pasukan untuk menyerang kita. Tindakan yang harus kita lakukan adalah memenggal para utusan ini dan merampas apa yang mereka miliki.” Orang yang lain berkata, “Tidak, Kita ambil saja apa yang mereka miliki dan membiarkannya pulang ke tempat asal mereka dalam keadaan telanjang!’ Yang lainnya lagi berkata, “Jangan, kita punya orang-orang yang ditawan oleh raja Khazar. Kita kirim saja orang-orang ini untuk ditukar dengan orang-orang kita yang ditawan.” Mereka terus mengkaji hal ini sampai tujuh hari lamanya. Dan saat itu kita berada dalam 127 Bisa jadi ini merupakan bukti lain bahwa Ibnu Fadhlan merupakan utusan pertama yang dikirim dan dia merupakan orang pertama dari Baghdad yang bertugas mengunjunginya.

RISALAH IBNU FADHLAN

kondisi seperti akan mati. Mereka akhirnya sepakat untuk melepaskan kami dan membiarkan kami lewat. Kami memberikan sebuah kiftan dari Marwa dan dua potong bay />«/kepada Tarkhan. Kami menghadiahi sebuah jubah pada Yinal dan [masing-masing] temannya. Kami juga menghadiahi mereka sejumlah lada, jawarus, serta roti dan mereka pun meninggalkan kami.

Kami melanjutkan perjalanan sampai tiba di sungai Yaghindi.128 Orang-orang di sana mengeluarkan perahu lipat mereka yang terbuat dari kulit onta yang dibentangkan. Perkakas dari onta Turki dipilih karena bentuknya yang bundar. Mereka meletakkan perlengkapannya dalam perahu lipat tersebut sampai ia membentang. Kemudian mereka me­ ngisinya dengan pakaian dan berbagai barang. Setelah terisi, satu rombongan yang terdiri dari empat hingga enam orang akan duduk di setiap perahu. Mereka akan memegang kayu khandak'23 yang difungsikan sebagai dayung.

Mereka terus mengemudikan kapal dan air membawa mereka ke arah yang dikehendaki sampai mereka berhasil menyeberang. Mereka melintasi sungai dengan berenang. Agar bisa mengawal anggota rombongan lainnya dari kaum 128 Sekarang bernama sungai Zayindi, sebuah anak sungai Emba. Ta'li/fat atRussiyah, him, 100. 129 Sebuah kayu hawar berwarna putih.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Bashkir130 yang biasa menyergap orang-orang yang tengah menyeberang, kelompok pasukan bersenjata menyeberang

terlebih dahulu sebelum rombongan yang lainnya.

Kami juga melakukan cara di atas untuk menyeberangi sungai Yaghindi. Setelah itu kami menyeberangi sebuah sungai yang dikenal dengan nama sungai Jam,131 dengan

menggunakan perahu lipat pula. Kemudian menyeberangi

sungai Jakhish,132 sungai Udhil,133 sungai Ardan,134 sungai Warsh,135 sungai Akhtani,136 dan sungai Watba.137 Semuanya merupakan sungai yang besar.

*

* *

Setelah melewati semua sungai itu, kami sampai di

Pecheneg.138 Kami mendapati mereka tengah berkemah di atas air yang menyerupai laut bebas. Mereka memiliki warna kulit sawo matang gelap dan jenggotnya dicukur. Mereka tampak seperti orang miskin. Mereka berkebalikan

dengan orang Ghaziyyah yang saya tahu ada yang memiliki 130 Mereka adalah kelompok lusuh dan berkutu dari Turki. Mereka merupakan ka u m ya n g b u ru k. M u'ja m a l-Buldan, 1/468. 131 Frey berpendapat bahwa sungai ini adalah sungai Gim. 132 Yaitu sungai Sagir. 133 Sekarang bernama sungai Oyil. 134 Sekarang bernama sungai Zaqsibay. 135 Mungkin sekarang adalah sebuah sungai yang bernama sungai Qaldagayti. 136 Mungkin sekarang adalah sebuah sungai yang bernama sungai Assi Say. 137 Salah satu anak sungai dari sungai Yayiq. 138 Sebuah kabilah dari Turki, tepatnya daerah Qufjaq yang aslinya berasal dari Kurdistan. Tempat tinggal mereka berada di tepi Yayiq dan Volga, berdampingan dengan Khazar. Dab'ah al-Maarifal-Isiamiyyah, 3/1 108.

RISALAH IBNU FADHLAN

hingga sepuluh ribu binatang tunggangan dan seratus ribu ekor kambing. Sebagian besar kambing itu digembalakan di

daerah salju agar mencari rumput memakai kuku-kuku yang dimilikinya. Jika kambing-kambing itu tidak menemukan rumput, mereka akan mengunyah salju hingga menjadi sangat gemuk. Ketika musim panas tiba, kambing-kambing itu akan makan rumput dan menjadi kurus. Kami singgah di Pecheneg selama satu hari. Kami kemudian melanjutkan perjalanan dan berhenti di sungai Jaikh.139 Ini adalah sungai terbesar yang pernah saya lihat, paling luas, dan paling kuat arusnya. Sungguh, saya pernah melihat sebuah perahu terbalik dan tenggelam di sungai itu. Banyak dari anggota rombongan yang tewas ketika menyeberangi sungai Jaikh. Sejumlah onta dan hewan tunggangan Mereka memotong juga tenggelam. Kami menyeberangi jenggot dan memakan kutu yang ada di sungai ini dengan susah payah. rambutnya. Salah Kemudian kami berjalan beberapa seorang di antara hari dan menyeberangi sungai Jakha.140 mereka akan memeriksa darz (lipatan) jubah Setelah itu menyeberangisungailrkhiz,141 mereka dan mengunyah sungai Bajagh,142 sungai Samur,143 sungai Kinel, sungai Sok, dan sungai Kunjulu.144

kutu yang ditemukan dengan gigi mereka.

139 Sebagian orientalis berpendapat bahwa sungai ini adalah cabang dari sungai Jaihun. 140 Sekarang bernama sungai Gagan, sebagaimana pendapat Fray di halaman 27. 141 Bisa jadi ia adalah sungai Talvoka yang terletak di antara Yayiq dan Volga. 142 Sekarang bernama sungai Moca, sebuah anak sungai dari sungai Volga. 143 Sekarang bernama sunga Samar. 144 Bisa jadi ia adalah sungai yang kini bernama Qundurca.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Kami berhenti di suatu negara bangsa Turki yang dikenal dengan nama Baskhkirs dan kami sangat hati-hati terhadap mereka. Ini karena mereka merupakan bangsa Turki yang paling keji, paling kotor, dan paling berani dalam hal membunuh. Ketika seseorang dari mereka bertemu dengan yang lainnya, ia akan memenggal dan membawa kepalanya serta membiarkan badannya begitu saja. Mereka memotong jenggot dan memakan kutu yang ada di rambutnya. Salah seorang di antara mereka akan me­ meriksa darz115 (lipatan) jubah mereka dan mengunyah kutu yang ditemukan dengan gigi mereka. Ada salah seorang dari mereka yang telah masuk Islam bersama kami dan dia

melayani kami. Saya melihatnya mendapatkan seekor kutu di bajunya. Dia membinasakan kutu itu dengan kukunya lalu menjilatnya. Saat melihatku, dia berkata, “Enak..!.” Setiap orang dari kelompok itu memahat sebuah kayu seukuran lingga dan menggantungkannya pada diri mereka sendiri. Ketika hendak bepergian atau akan menghadapi musuh, mereka akan mencium patung tersebut dan bersujud padanya sambil berkata, “Oh Tuhanku, saya akan melakukan ini dan ini.” Saya berkata pada penerjemah, “Tanyakan pada salah seorang di antara mereka, apa yang menjadi dasar mereka melakukan hal itu dan mengapa mereka memercayai145 Bagian atas ketika sebuah baju disatukan kedua ujung jahitannya. Kata ini adalah serapan dari bahasa Persia yang masih digunakan sampai sekarang.

RISALAH IBNU FADHLAN

nya sebagai tuhan?" Dia menjawab, “Karena saya ingin meng­

hadirkan sesuatu yang mirip dengannya dan saya sendiri tidak

tahu kalau ada sang pencipta selain ini.” Di antara mereka ada yang meyakini bahwa mereka me­

miliki dua belas dewa. Yaitu dewa musim dingin, dewa musim

panas, dewa hujan, dewa angin, dewa pohon, dewa manusia, dewa hewan tunggangan, dewa air, dewa malam, dewa siang, dewa kematian, dan dewa bumi.146 Dan tuhan yang ber­

semayam di langit adalah tuhan yang paling agung. Meskipun demikian, dia melakukan kerjasama dengan yang lainnya.

Masing-masing dari mereka menyetujui apa yang dilakukan oleh partner mereka. Mahasuci Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang zalim dengan ketinggian yang sebesar-

besarnya.147 Saya juga melihat di antara mereka ada sekelompok orang yang menyembah ular, ada yang menyembah ikan, dan

ada yang menyembah Karakai.148 Mereka memberitahuku

bahwa mereka pernah berperang melawan salah satu kaum

yang menjadi musuhnya dan mereka mampu memukul

mundur musuh. Ketika itu, burung Karakai memekik di belakang mereka sehingga membuat mereka ketakutan dan

lari kocar-kacir. Oleh karena itulah setelah mereka berhasil mengalahkan musuh, mereka menjadi penyembah Karakai. 146 Dalam naskah yang kami pegang, yang disebutkan hanya 6 tuhan saja, namun Yaqut menambahkan dalam bukunya hingga mencapai 13. Kami mengambil kekurangan nama tuhan yang belum disebutkan darinya. 147 Ibnu Fadhlan menukil kalimat ini dari QS. Al-Isra: 42. 148 Karakai adalah sekor burung yang mirip dengan angsa yang ekornya terputus dan berwarna kelabu. Hewan ini terkadang mcngerombol di air.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Mereka berkata, “[Ini adalah tuhan kita] dan ini adalah per­

buatannya. Ia telah membuat musuh kita menjadi kalah.” Oleh karena inilah mereka menyembahnya.149 Ibnu Fadhlan berkata: Kami meninggalkan negara orang-orang tersebut dan

menyeberangi sungai Jirimsan150 kemudian menyeberangi sungai Auran,151 sungai Auram,152 sungai Baynakh,153 sungai Watigh,154 sungai Niyasanah, dan sungai Jausiz.155 Antara

satu sungai dengan sungai lain yang telah disebutkan kami tempuh dalam kurun waktu antara dua atau tiga atau empat hari. Bisa lebih dan bisa juga kurang.

*

*

*

C. Saqalibah

Ketika kami sampai di satu tempat yang berjarak satu

hari satu malam perjalanan dari Raja Saqalibah156 —orang yang hendak kami temui, beliau mengirim empat raja yang

149 Yaqut menambahkan bahwa dirinya melihat orang Baskhir di Aleppo dan mereka memiliki rambut dan wajah yang berwarna merah kekuning kuningan. Mereka mengikuti mazhab fiqih Abu Hanifah. Yaqut juga men­ ceritakan di mana negara mereka dan sebab keislaman mereka secara panjang lebar. Mu’jam al-Buldan, 1/469. 150 Pada halaman 27, Frey menyebutkan bahwa sungai tersebut adalah sungai Girimsan. 151 Sekarang bernama sungai Uran. 152 Sekarang bernama sungai Urem. 153 Zeki Validi berpendapat bahwa sungai ini adalah sungai Mayna. 154 Sekarang bernama sungai Utka yang berasal dari bahasa Rusia yaitu Udga. 155 Frey berpendapat bahwa sungai ini adalah sungai Aqtay. 156 Yaqut menyalin bab ini ke dalam Mu’jam-nya dengan judul Bulgaria, 1/723: “Saga membaca risalah gang dibuat oleh Ibnu Fadhlan..

o121>

RISALAH IBNU FADHLAN

berada di wilayah kekuasaannya beserta saudara dan anakanaknya untuk menemui kami. Mereka membawakan kami roti, daging, dan jawawut dan berjalan bersama kami. Ketika kami sudah berjarak dua farsakh darinya, beliau sendiri yang menyambut kami. Ketika melihat kami, beliau turun dan bersujud kepada Allah azza wa jalla sebagai ungkapan rasa syukur. Ia membawa uang di lengan bajunya dan menaburkannya pada kami. Beliau juga membangunkan tenda sebagai tempat singgah kami. Kami sampai di sana pada hari Ahad, 12 Muharram 310 H. Jarak dari Jurjaniyah ke kota ini adalah tujuh hari perjalanan. Kami menetap mulai Ahad hingga Rabu di dalam tenda-tenda yang telah dibangun untuk kami sampai para raja, pemimpin, dan penduduk negeri berkumpul untuk mendengarkan pembacaan surat dari khalifah. Saat hari Kamis tiba, mereka berkumpul dan kami mem­ bentangkan dua midrat157 yang telah kami bawa. Kami me­ masang pelana pada kuda dengan pelana yang dikirim untuk raja. Kami mengenakan Siwad,5S pada sang raja dan memakai­ kan sebuah serban untuknya. Saya kemudian mengeluarkan surat dari khalifah dan berkata kepadanya, “Ketika surat ini dibaca, tidak ada seorangpunyang diperbolehkan untuk duduk.” Sang raja menegakkan kedua kakinya dan seluruh penduduk negeri yang hadir serentak berdiri. Raja merupakan sosok

yang sangat besar dan gemuk. 157 Panji-panji atau bendera. Al-Jauhary berkata, “kayu tongkat dan dia tanpa bendera,semacam panji-panji” Ma'ajim Duzy, 2/34. 158 Baju kebesaran Daulah Abbasiyah.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Saya memulai membaca pembukaan surat dari khalifah. Ketika saya sampai pada bagian yang berbunyi, “Salam bagimu, Saya mengajakmu untuk memuji Allah yang mana tiada tuhan selain Dia,” saya berkata, “Jawablah salam dari Amir al-Mukminin ini.” Maka sang raja menjawab salam tersebut dan yang lain turut menjawab salam seluruhnya. Penerjemah terus menerjemahkan kata-per-kata apa yang kami baca dari surat itu. Ketika kami selesai membacanya, mereka bertakbir dengan takbir yang mengetarkan bumi. Kemudian saya membacakan surat dari menteri Hamid bin al-Abbas159 dan raja masih dalam keadaan berdiri. Saya memintanya untuk duduk, maka beliau duduk ketika pem­ bacaan surat dari Nadhir al-Haramy. Ketika saya selesai mem­ bacanya, teman-temannya menaburkan banyak uang. Saya pun mengeluarkan hadiah berupa parfum, pakaian, dan perhiasan untuk raja dan istrinya. Saya terus menyerahkan satu-per-satu hadiah yang ditujukan kepada dirinya maupun istrinya hingga selesai. Saya memberikan hadiah kepada istri raja di hadapan hadirin. Beliau duduk di samping raja. Ini merupakan adat dan kebiasaan mereka. Ketika saya menyerahkan hadiah kepada

istri raja, para wanita di sekelilingnya menaburkan uang kepada dirinya. Kemudian kami berlalu.

* * *

159 Hamid bin al-Abbas perrnah menjadi kepala daerah kemudian diangkat menjadi menteri oleh Al-Muqtadir. Beliau merupakan tokoh yang mulia, menonjol, rupawan, tangkas, dn kurang hari-hati. Ai-Fakhiy, 315.

RISALAH IBNU FADHLAN

Setelah satu jam berlalu, beliau meminta kami untuk menghadap. Kami pun menemuinya di dalam tendanya. Para raja duduk di sisi kanan raja Saqalibah. Beliau meminta kami untuk duduk di samping kirinya. Putra-putri raja duduk di depannya dan beliau sendiri duduk di atas singgasana yang dilapisi Dibajh160 Romawi. Kemudian beliau meminta hidangan berupa daging panggang dihadirkan dan dengan segera jamuan telah siap. Raja mulai menyantap hidangan dengan mengambil sebuah pisau, mengiris sepotong daging, dan memakannya. Beliau melanjutkannya dengan memotong irisan kedua dan kemudian irisan ketiga. Setelah itu ia memotongsatu iris daging dan menyerahkannya pada Sausan, si utusan. Ketika beliau tengah menikmati hidangannya, datang satu hidangan kecil yang diletakkan di hadapannya. Dalam adat kebiasaan mereka, setiap orang yang hadir tidak akan mulai memakan hidangan­ nya kecuali setelah sang raja mengambil sepotong daging dari hidangan tersebut. Segera setelah raja mengambil satu potong daging dari hidangan tadi, datang lagi hidangan yang lain. Hidangan yang telah dicicipi raja itu diserahkan kepada­

ku dan aku memakannya. Kemudian datang lagi satu hidang­ an di hadapanku. [Raja mengambil satu potong dari hidangan tersebut kemudian menyerahkan hidangan itu kepada orang yang berada di sisi kanannya. Dan datang lagi hidangan yang lain. Sang raja mencicipinya dengan mengiris sepotong daging dan memakannya lalu menyerahkan sisanya kepada putranya]. 160 Sutera romawi, sangat terkenal pada abad keempat. Biasanya didatangkan dari Prancis. Al-Hadharah al-lslamiyah, 2/301.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Dan datang lagi hidangan yang keempat untuk dicicipi raja dan

hidangan-hidangan yang lain dengan perlakuan yang sama.

Kami menyantap hidangan kami masing-masing tanpa

ditemani oleh orang lainnya. Tidak ada orang lain yang turut menikmati hidangan yang diperuntukkan untuk dirinya. Se­

telah kenyang memakan hidangan, setiap orang membawa

pulang sisa daging menu hidangannya ke rumahnya masingmasing.

Ketika kami menikmati makanan yang dihidangkan,

Beliau minta didatangkan minuman yang terbuat dari madu yang mereka sebut Suju,'61 sebuah minuman yang proses pembuatannya membutuhkan waktu satu hari satu malam.

Beliau meminumnya satu gelas dan kemudian berdiri. Beliau

berkata, “Iniadalah bentuk kesenanganku dengan

tuanku,

Amir al-Mukminin.

Semoga Allah memanjangkan umurnya” Empat raja beserta anak-anaknya turut

berdiri ketika raja berdiri. Kami juga

ikut

berdiri.

mengulanginya

Beliau

hingga tiga kali. Kemudian kami undur

diri dari jamuan tersebut. *

*

*

"Janganlah kalian memujiku secara berlebihan sebagaimana berlebihannya orang Nasrani dalam mengagungkan Nabi Isa bin Maryam AS. Saya [hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah:! hamba Allah dan utusannya."

161 Suju atau suji. Kami tidak menemukan istilah ini di kamus yang ada. Kalangan orientalis juga kebinggungan dalam menjelaskan istilah ini dan mereka berpendapat bahwa yang dimaksud adalah arak. Namun kami meyakininya bukan, karena tidak mungkin Ibnu Fadhlan meminum arak. Padahal Yaqut memberikan penjelasan, ''Kemudian kami meminumnya denyan menyunakan yelas"Lihat Ta'iiq Kanardalam bahasa Pcrancis, him, 89.



RISALAH IBNU FADHLAN

Sebelum saya datang pada jamuan itu, ada seseorang

yang berkhotbah di atas mimbar, berdoa untuk sang raja,

“'Ya Allah, sejahterakanlah Mulk (raja) Yiltawar,'62 raja Bulgaria.” Maka saya berkata kepada raja, “Sesungguhnya

Allah adalah al-Mulk. Tak ada seorang pun selain-Nga yang

boleh disebut dengan gelar ini di atas mimbar. Tuan kita, Amir al-Mukminin pun telah merelakan dirinya sendiri di dalam

mimbar-mimbarnya di penjuru barat hingga timur untuk

diucapkan untuknya: ‘Ya Allah, sejahterakanlah hambamu dan khalifahmu yaitu Jafar al-Muqtadir Billah, pemimpin kaum

muslimin.” Begitu juga para khalifah sebelumnya. Sungguh

Nabi Muhammad SAW. telah bersabda: “Janganlah kalian memujiku secara berlebihan sebagaimana berlebihannya orang

Nasrani dalam mengagungkan Nabi Isa bin Maryam AS. Saya

[hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah:] hamba Allah dan utusannya."163 Sang raja bertanya padaku, “Jadi bagaimana khotbah yang diperbolehkan untukku?” Saya menjawab, “Dengan mengguna­ kan namamu dan nama ayahmu.”Beiiau menimpali, “Ayah saya adalah seorang kafir. Saya tidak suka menyebut namanya di atas 162 Sebelumnya kami telah menyebutkan tentang adanya perbedaan tentang nama Yiltawar di kalangan orientalis. Ada yangberpendapat bahwa namayang dimaksud adalah Aib Iltawar, Iltawar, Biltawar, dan Bal ldar. Fraehn berkata bahwa raja Bulgaria disebut dengan gelar ldar. Kami telah menerangkan hal ini, akan tetapi kami lupa menambahkan bahwa ada Orientalis yanag menyatakan bahwa nama raja Rusia di Volga adalah Igore. Berthold berpendapat bahwa raja Bulgaria bernama Waldawacyang kemudian berubah menjadi Aib Iltawar. 163 Kutipan dari hadis Nabi Muhammad SAW. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan tercantum dalam kitab al-Fath al-Kabir karya Imam Suyuthi, 3/329.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

mimbar. Saya juga tidak suka menyebut namaku karena yang memberiku [nama inij adalah orang kafir. Tetapi, siapa nama tuanku, A mir al-Mukminin?” Saya menjawab, “Namanyaja’far.” Beliau berkata, “Bolehkan saya memberi nama untuk diriku dengan memakai namanya?” Saya menjawab, “Boleh.” Beliau berkata, “Saya akan mengganti namaku menjadija’fardan nama bapakku menjadi Abdullah. Mohon engkau memerintahkan hal ini kepada khatib.” Maka saya melakukannya. Semenjak kejadian ini, khatib berdoa untuknya, “Ya Allah, sejahterakanlah hambamu, Ja’far bin Abdullah, pe­ mimpin Bulgaria pembantu Amir al-Mukminin.”



*

*

Tiga hari setelah saya membacakan surat dan menyerah­ kan hadiah untuknya, beliau memanggilku untuk meng­ klarifikasi perihal uang empat ribu dinar dan tipu daya Nasrani164 yang mengakibatkan tertundanya pembayaran. Informasi tentang ini ada di dalam surat. Ketika saya menemuinya, beliau memintaku untuk duduk. Maka saya pun duduk. Beliau melemparkan suratnya Amir al-Mukminin kepadaku seraya berkata, “Siapa yang membawa surat ini?” Saya menjawab, “Saya yang membawa­ nya.” Kemudian beliau melemparkan kepadaku suratnya menteri dan berkata, “Yang ini juga?” Saya menjawab, “Ya, 164 Yaitu al-Fadl bin Musa yang sebelumnya telah disebutkan. Dia adalah wakil Ibnu Furat dan dia telah menarik hal-hal yang diambil dari daerah, tapi kemudian ia melakukan tipu daya dan mcnunda-nundanya.

Cx127y

RISALAH IBNU FADHLAN

saya juga yang membawanya” Beliau berkata, “Uang yang di­

sebutkan dalam dua surat ini kau apakan?” Saya menjawab, “Kami tidak mungkin mengumpulkannya. Waktunya sempit

dan kami khawatir akan gagal untuk dapat masuk wilayah

Turki tepat waktu. Kami meninggalkan uangnya untuk

kemudian disusulkan kepada kami.” Beliau berkata, “Engkau datang bersama seluruh rombonganmu dan tuanku telah meng­ infakkan sejumlah bekal pada kalian hanya dengan tujuan agar kalian membawa uang ini kepadaku sehingga dengan uang

itu saya bisa membangun benteng untuk pertahanan diri dari orang-orang Yahudi165 (Khazar) yang memperbudakku. Ada­

pun pelayanku telah membawa hadiahnya dengan baik.” Saya

berkata, “Itu seperti yang Anda katakan!! Bagaimanapun kami telah mengusahakan yang terbaik dengan sungguh-sungguh!’ Beliau berkata kepada penerjemah, “Katakan padanya: 'Saya

tidak mengenal orang-orang tersebut. Saya hanya mengenalmu.

Mereka adalah orang-orang non-Arab. Jika Ustadz"'1' — semoga Allah memanjangkan umurnya —berpikir bahwa mereka

mampu menyampaikan apa yang harusnya engkau sampaikan, 165 Dalam kitabnya halaman 2/389, Ibnu Hauqal menyatakan, ‘'Adapun Khazar adalah nama sebuah daerah dengan pusatnya disebut dengan Atil dan rajanya adalah seorang Yahudi. Dikabarkan bahwa dia memiliki 4.000 pelayan.” Yang dimaksud Yahudi adalah Khazar sebagaimana kami sebutkan sebelumnya. Al-Rubwah dalam kitabnya menyebutkan bahwa penduduk Khazar ada yang Yahudi dan ada yang Islam. Ihnu Athir menyatakan bahwa Mereka masuk Islam pada tahun 254 H dan Ibnu Athir juga menyebutkan sebab keislaman mereka dalam kitabnya. 166 Penyebutan Raja Saqlibah pada khalifah dengan kata ustadz merupakan sesuatu yang mengagumkan. Begitu pula ucapan raja “mereka adalah orang Ajam” merupakan sesuatu yang mengherankan. Karena dalam perkiraan kami, Ibnu Fadhlan sendiri adalah pembantu yang berasal dari non-Arab atau Ajam.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Beliau tidak akan mengutusmu untuk menjaga apa yang saya butuhkan, membacakan surat untukku, dan mendengarkan jawabanku. Saya tidak akan menuntut satu dirham pun selain kepadamu. Serahkan uang itu. Itu lebih baik untukmu." Saya pergi dari hadapan raja dengan perasaan terkejut dan sedih. Beliau terlihat kesal, menakutkan, dan tengah mendakwa. Suaranya menggelegar seolah-olah beliau sedang berbicara dari dalam sebuah tong besar. Saya meninggalkanya dan mengumpulkan rekan-rekanku. Saya memberitahukan mereka apa yang terjadi antara aku dengan raja. Saya berkata kepada mereka, “Oleh karena ini saya menjadi khawatir.”

*

*

*

Ketika iqamah, muazin raja membaca lafal-lafalnya secara dobel layaknya ketika adzan. Kemudian saya berkata kepada raja, “Tuanmu, Amir al-Mukminin di negaranya melakukan iqamah dengan bacaan tunggal.” Kemudian raja berkata kepada muazin, “Terimalah apa yang ia katakan ke­ padamu dan jangan membantahnya.” Maka raja memerintahkan muazin untuk melakukan hal itu untuk beberapa hari. Yaitu selama raja meneruskan pertanyaanya tentang uang itu dan berdebat denganku tentang­ nya. Saya pun tidak berhenti mendebatnya dan mengajukan dalil-dalil hingga membuatnya putus asa. Ketika raja telah kehilangan harapan tentang uang itu, raja memerintahkan muazin untuk melakukan iqamah dengan formula dobel

RISALAH IBNU FADHLAN

dan muazin melakukannya. Beliau melakukan ini dengan

maksud untuk membuat tema debat yang baru denganku. Ketika saya mendengar muazin iqamah dengan meng­ ulangi lafal-lafalnya sebanyak dua kali, saya pun berteriak membentaknya dan melarangnya167 melakukan hal itu. Raja mengetahui kejadian ini dan memanggilku beserta rekanrekanku untuk menghadap kepadanya. Ketika kami telah berkumpul, beliau berkata kepada penerjemah, “Katakan padanya [maksudnya padaku]: ‘Apa pendapatnya tentang muazin yang hanya mengucapkan lafal iqamahnya sekali tanpa pengulangan dan muazin lain yang mengucapkan lafal iqamahnya dua kali. Kemudian masingmasing dari keduanya shalat hersama suatu kaum. Apakah shalatnya sah atau tidak?" Saya menjawab, “Shalatnya sah.” Beliau berkata, “Dengan ada ikhtilaf (perbedaan pendapat)

atau dengan ijma’ (kesepakatan)?” Saya menjawab, “Dengan ijma’!" Kemudain beliau berkata, “Tanyakan kepadanya:

‘Apa pendapatmu tentang seseorang yang mempercayakan kepada suatu kelompok tertentu untuk membawa sejumlah uang kepada suatu kaum yang lemah, ditahan, dan diperbudak, kemudian kelompok itu menghianatinya?” Saya menjawab, “Itu tidak diperbolehkan dan mereka adalah kelompok yang buruk/ jahat.” Beliau berkata, “Dengan ikhtilaf atau dengan 167 Dalam kitab Majmu'al-Zawaid (1/3.30), al-Haithamy menyebutkan: "Sahabat Bilal diminta iqamah oleh Rasulullah SAW maka beliau iqamah denqau tutu$al”Da\am riwayat yang lain juga disebutkan bahwa pada masa Rasulallah SAW., adzan dilakukan dengan dua-dua sedangkan iqamah tunggal-tunggal. Orientalis juga telah membahas hal ini. Jhonvolt berpendapat bahnya hanya madzhab Hanafiali yang menggandakan kalimat iqamah. Pembahasan terkait adzan dan iqamah dapat ditemukan di Dairah al-Maarifal-Islamiyyah, 1/135.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

ijma’?” Saya menjawab, “Dengan ijma’!” Kemudian beliau berkata kepada penerjemah, “Katakan padanya: ‘Bagaimana menurutmu jika khalifah - semoga Allah memanjangkan umurnya — mengirim pasukan padaku. Akankah ia mampu mengalahkanku?” Saya menjawab, “Tidak.” Beliau berkata, “Bagaimana kalau pemimpin Khurasan?” Saya menjawab, ‘juga tidak" Beliau berkata, “Bukankah itu disebabkan jarak yang sangatjauh dan banyaknya suku-suku kafir yang ada di sekeliling kami?” Saya menjawab, “Ya, benar.” Beliau berkata, “Katakan kepadanya: ‘Demi Allah, meski tempatku ini sangat jauh sebagaimana yang kamu lihat, saya sungguh masih takut kepada tuanku Amir al-Mukminin. Saya khawatir beliau mendengar sesuatu yang tidak menyenangkan tentangku dan beliau tidak menyukainya sehingga beliau mungkin akan menghancurkan tempatku. Di mana beliau tetap di kerajaan-

nya dan antara tempat ini dengan tempatnya terbentang wilayah yang sangat luas. Dan kalian yang masih memakan rotinya, masih mengenakan pakaiannya, dan telah melihatnya sepanjang waktu, telah menghianatinya berkenaan dengan misi yang membuat beliau mengirimmu padaku, kepada sebuah kaum yang lemah. Kalian telah menghianati seorang Muslim! Saya tidak akan menerima bimbinganmu terkait urusan agamaku sampai datang seseorang yang peduli dengan urusanku terkait apa yang ia katakan. Ketika orang yang seperti ini datang kepadaku, saya akan menerimanya!' Kami terdiam dan tak mampu menjawabnya. Kemudian kami undur diri dari hadapan beliau.

RISALAH IBNU FADHLAN

Ibnu Fadhlan berkata: Setelah pembicaraan itu, beliau mulai lebih mempercayai dan mendekatiku dibandingkan dengan yang lain serta men­ jaga jarak dari rekan-rekanku. Beliau menjuluki aku Abu Bakar as-Siddiq.168

Di negara ini, saya melihat hal-hal menakjubkan yang sangat banyak hingga tak mampu saya hitung. Di antaranya, satu jam sebelum terbenamnya matahari pada malam per­ tama kami berada di negara ini, saya melihat langit berubah menjadi sangat merah. Saya juga mendengar suara-suara yang sangat ribut dan dengungan sekawanan gajah yang keras di udara. Saya mendengakkan kepala dan melihat awan kemerah-merahan seperti api yang sangat dekat denganku. Suara dengungan hewan dan keributan yang terjadi tampak berasal dari mega merah tersebut. Suara-suara itu mirip seperti suara manusia dengan tunggangannya. Ilusi ini tampak seperti pasukan [beserta] tombak-tombak dan pedang-pedangnya. Saya dapat mengerti dengan jelas dan membayangkannya. Sementara itu, di sisi yang lain tampak awan yang mirip dengan dengan awan pertama yang saya lihat. Saya bisa melihat sebuah pasukan dengan tunggangan dan senjatanya di awan itu. Kelompok ini mulai menyerang 168 Kemungkinan Abu Bakar adalah nama kunyah dari Ibnu Fadhlan dan ditambahkan kata al-Siddiq karena kejujurannya.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

kelompok yang lain seperti batalion-batalion yang tengah bertempur. Kami merasa ketakutan dengan fenomena ini dan kami menghadap seraya merendahkan diri dan berdoa. Penduduk menertawakan kami dan merasa heran dengan apa yang kami lakukan. Ibnu Fadhlan berkata: Kami melihat satu kelompok menyerang kelompok yang lain. Kemudian keduanya berbaur bersama sesekali dan kemudian memisah. Kejadian ini terus berlanjut dalam satu malam. Kemudian kedua kelompok itu menghilang. Kemudian kami menanyakan hal tersebut kepada raja. Beliau berdalih bahwa kakek-kakeknya dulu pernah berkata bahwa mereka adalah jin mukmin dan jin kafir yang selalu bertempursetiap malam. Mereka tidak pernah meninggalkan peperangan ini sepanjang keberadaan mereka, meskipun hanya satu malam saja.

♦ * *

Ibnu Fadhlan berkata: Saya bersama penjahit raja —yang berasal dari kota Baghdad dan telah menetap di daerah ini — di dalam tendaku untuk berbincang-bincang. Durasi perbincangan kami kirakira sama dengan waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk membaca sepertujuh setengah dari al-Qur’an. Kami menunggu adzan tengah malam. Tiba-tiba kami mendengar suara adzan. Kami keluar dari tenda dan ternyata fajar telah

RISALAH IBNU FADHLAN

terbit. Saya berkata kepada muazin: “Kamu adzan apa?" Dia Menjawab, “Adzan fajar (shubuh)" Saya berkata, “Lalu kapan adzan Isya yang akhir?” Dia menjawab, “Kami shalat Isya bersama shalat Maghrib.” Saya berkata, “Lalu malamnya bagaimana?” Dia menjawab, “Seperti yang engkau lihat. Waktu malam bisa lebih pendek dari sekarang. Sekarang sudah mulai panjang malamnya." Dia juga mengatakan bahwa dirinya tidak tidur malam sejak satu bulan yang lalu karena khawatir ketinggalan shalat shubuh. Hal ini dikarenakan seseorang yang meletakkan periuk di atas api pada waktu Maghrib kemudian ia shalat shubuh, dia tak perlu khawatir airnya telah mendididih. Ibnu Fadhlan berkata: Saya melihat waktu siang mereka sangat panjang dan waktu malamnya pendek. Ini akan berlangsung dalam beberapa waktu tertentu di setiap tahunnya. Selang beberapa waktu, malamnya akan menjadi panjang dan waktu siangnya menjadi pendek. Pada malam kedua, saya duduk di luar tenda untuk menyaksikan langit. Saya hanya melihat sedikit bintang yang tampak. Kira-kira hanya lima belas bintang [yang berpencar]. Mega merah yang muncul sebelum Maghrib belum juga menghilang dengan sempurna. Malam menjadi agak gelap di mana seseorang hanya bisa mengenali orang lain dalam jarak tidak lebih darighalwah169 anak panah.

169 Asal katanya adalah Ghayah yang berarti lesatan anak panah yang terjauh. Ada yang mengatakan kira-kira sekitar 300 sampai 400 dzira'.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Ibnu Fadhalan berkata:

Saya melihat bulan tidak teletak di tengah-tengah langit di wilayah ini, melainkan muncul di sisi samping dari

langit. Satu jam kemudian fajar terbit dan rembulan pun menghilang. Raja bercerita kepadaku bahwa ada sebuah

negara di luar negerinya yang berjarak tiga bulan perjalanan yang dihuni oleh sebuah kaum bernama Wisu.170 Waktu malam di wilayah tersebut kurang dari satu jam.

Ibnu Fadhlan berkata: Saya melihat negara ini ketika terbitnya matahari, segala sesuatunya berubah menjadi merah. Tanah, gunung dan

semua benda di mata manusia akan tampak seperti mega

yang besar ketika matahari terbit. Warna kemerah-merahan

akan terus tampak sampai matahari berada di tengah-tengah langit. Penduduk negeri ini memberitahuku bahwa pada

musim dingin, waktu malam akan menjadi panjang layaknya panjangnya siangdi musim panas dan waktu siang akan men­ jadi pendek layaknya waktu malam ketika musim panas. Sampai-sampai ketika salah seorang di antara kami hendak

pergi ke suatu tempat yang bernama Atil171 — jarak tempat itu

dengan tempat kami kurang dari satu farsakh perjalanan — 170 Dalam Mu'jam al-Buldan (4/944) dijelaskan bahwa Wisu adalah sebuah negara di samping Bulgaria yang berjarak tiga bulan perjalanan. Sedangkan Fraehn berpendapat bahwa yang dimaksud Wisu adalah Rusia putih atau Bielo Russe, sebuah wilayah yang sekarang berada di dekat Moskow. 171 Atil adalah nama sebuah sungai besar yang membelah negara Khazar. Sungai ini mengalir hingga Rusia dan Bulgaria (Mu'jam al-Buldan, 1/112). Ada yang berpendapat bahwa Atil adalah nama sebuah daerah yang menjadi pusat negara Khazar.

RISALAH IBNU FADHLAN

pada waktu terbitnya fajar, maka ia tidak akan sampai ke tempat tersebut pada waktu gelap malam, sampai waktu munculnya bintang-bintang menghiasi langit. Kami tidak akan meninggalkan negara ini sampai waktu malam menjadi panjang dan waktu siang menjadi pendek.

Saya melihat penduduk negeri ini sangat senang men­ dengarkan lolongan anjing. Mereka akan sangat bahagia dan

berkata, “Ini akan menjadi tahun kemakmuran, keberkahan, dan keselamatan." Saya juga menemukan ada banyak ular di daerah ini, sampai-sampai sebuah cabang pohon bisa dililit oleh sepuluh ular atau lebih. Penduduk tidak membunuh ular-ular itu dan ular-ular tersebut pun tidak membahayakan mereka. Suatu

waktu, saya melihat sebuah pohon di suatu tempat yang tingginya lebih dari seratus dzira (hasta). Pohon ini telah tumbang dan ternyata memiliki batang yang besar. Saya berhenti untuk melihatnya karena ada sesuatu yangbergerakgerak yang membuat saya takut. Saya mengamatinya dari dekat dan saya melihat seekor ular yang tebal dan panjangnya menutupi batang pohon itu. Ketika ular tersebut menatapku, ular tersebut turun dari pohon itu dan menghilang di antara pepohonan. Saya begitu ketakutan. Kemudian saya datang dan melaporkan kejadian itu kepada raja dan orang-orang yang ada di ruangan beliau. Ternyata mereka tidak menaruh

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

perhatian terhadap perkara ini. Beliau berkata, “Jangan khawatir, mereka tidak akan membahagakanmu.” Suatu ketika kami berkemah bersama raja di sebuah tempat. Saya bersama teman-temanku-Tekin, Sausan, Baris - dan seseorang sahabatnya raja masuk ke rerimbunan pepohonan. Kami melihat sebuah tangkai hijau yang kecil tipis seperti alat pintal tetapi lebih panjang. Di tangkai tersebut tumbuh sebuah tunas hijau dan di ujung tunas tersebut ada daun lebar yang membentang hingga ke tanah dan menyebar di atasnya seperti nabit172 (tanaman yang baru tumbuh). Tumbuhan tersebut memiliki buah yang ketika seseorang memakannya pasti akan mengiranya sebagai buah Rumman AmlLii'73 (sejenisdelima). Kami memakan beberapa buah dan ternyata rasanya sangat lezat. Akhirnya, kami tidak henti-hentinya mencari buah tersebut dan memakannya. *

*

*

Saya melihat mereka memiliki buah apel yang warnanya sangat hijau dan rasanya lebih asam dibanding cuka anggur. Jika gadis-gadis muda memakan buah tersebut, maka tubuhnya akan menjadi montok. Saya melihat, tidak ada yang lebih melimpah di negara mereka dibanding pohon hazelnut (semacam buah kemiri). Sungguh saya melihat hutan pohon hazelnut dengan panjang dan lebarnya sekitar 40farsakh. 172 Bagian lunak dan segar dari setiap tumbuhan ketika masih kecil. 1 73 Sejenis buah-buahan dengan rasa yang sangat manis.



RISALAH IBNU FADHLAN

Saya juga melihat mereka memiliki pohon yang tidak saya ketahui jenisnya. Pohon ini sangat tinggi dan cabangcabangnya tidak memiliki daun. Ujung pohon itu seperti ujung pohon kurma. Daun-daunnya berupa pelepah [yang lembut], hanya saja tersusun rapat menjadi satu. Penduduk pribumi biasa mendatangi pohon tersebut dan menuju titik cabang dari pohon tersebut kemudian melubangi dahannya. Mereka meletakkan sebuah wadah dibawah lubang tersebut. Dari lubang itu akan mengalir air yang lebih manis dari madu. Jika seseorang terlalu banyak minum air itu, maka ia bisa men­ jadi mabuk seperti mabuknya orang yang minum arak. Meskipun mereka memiliki biji gandum dan jelai yang melimpah, namun mayoritas mereka mengonsumsi Jawarus (milet) dan dagingkuda. Setiap orangyang menanam sesuatu maka tanaman itu akan menjadi miliknya sendiri. Raja tidak memiliki hak untuk mengklaimnya. Hanya saja setiap tahun, masing-masing rumah harus menyerahkan selembar kulit Sammur174 kepada raja. Ketika raja memerintahkan sebuah pasukan untuk menyerang sebuah negara dan merampasnya, maka raja dan masing-masing pasukan akan mendapatkan bagian. Setiap orang yang hendak mengundang seorang tamu

ke sebuah Zillah,7S atau mengadakan pesta pernikahan harus menyerahkan sebuah porsi kepada raja sesuai dengan besar kecilnya pesta, seukuran satu sakhrakh (suatu alat ukur)

174 Hewan darat yang mirip dengan musang atau kucing. Hewan ini biasa diambil kulitnya karena lentur, lembut, dan indah. 175 Zillah yaitu jamuan makan, walimah, pesta, atau kegiatan lain yang didalamnya ada jamuan makan untuk kerabat dan sahabat.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

minuman dari madu dan beberapa biji gandum yang jelek. Gandum ini jelek

karena tanah mereka hitam dan berbau. Karena

tidak

memiliki

tempat

yang digunakan untuk menyimpan makanan,

lubang

di

mereka tanah

mengali

dan

sebuah

meletakkan

makanan mereka di dalamnya. Setelah

beberapa hari, makanan itu akan mulai berubah menjadi berbau busuk dan tidak bisa dimanfaatkan.

Mereka

juga

tidak

mengenal

Di antara adat kebiasaan mereka adalah ketika seorong laki-laki dikarunia seorang anak lakilaki, maka yang akan merawat bayi tersebut adalah kakeknya dan bukan ayahnya. Dia akan berkata. "Saya lebih berhak untuk mengasuhnya sampai dia dewasa dibanding .. ayahnya."

minyak zaitun, Syiraj (minyak wijen), atau minyak nabati lainnya. Mereka hanya menggunakan

minyak ikan untuk mengantikan semua minyak ini. Dan

segala sesuatu yang mereka olesi minyak ini akan menjadi bau. Mereka membuat sup dari jelay yang diperuntukkan bagi para budak laki-laki maupun perempuan mereka. Adakalanya mereka memasak jelay dicampur dengan daging. Sang tuan

akan memakan dagingnya dan para budak perempuan akan

memakan jelaynya. Namun jika ada kepala kambingnya, maka budak perempuan akan memakan dagingnya. Masing-masing dari penduduk di sana mengenakan Qalanis'76 (semacam songkok). Ketika raja naik kuda, ia akan 176 Qalanis adalah bentuk jamak dari kata qalaitstia yaitu pakaian penutup kepala. Dikisahkan bahwa Ja’far al-Mansyur memerintahkan pemakaian qalanis. Ketika Islam telah mencapai Eropa Timur pada masa Perang Salib, mereka mengambil qalanis yang panjang dan juga Mawdan dikenakan oleh kalangan perempuan. Pada tahun 24S H, bentuknya menjadi lebih pendak.

RISALAH IBNU FADHLAN

berkendara sendiri tanpa pembantu dan tak ada seorang pun yang menemaninya. Ketika raja melintasi sebuah pasar, semua orang akan berdiri dan melepaskan songkok dari kepalanya dan meletakkannya dibawah lengan. Setelah raja berlalu, mereka akan kembali memakai songkoknya di kepala mereka. Begitu pula, setiap pemuda ataupun orang tua — bahkan anak-anak dan saudaranya sekalipun —yang hendak menemui raja harus menatap raja sesaat lalu melepaskan songkok mereka dan meletakkannya dibawah lengan mereka. Kemudian mereka melakukan sebuah gerakan menggunakan kepala mereka dan duduk. Mereka kemudian berdiri kembali sampai raja memerintahkannya untuk duduk. Setiap orang yang duduk di hadapan beliau, harus duduk dalam posisi ber­ lutut dan tidak mengambil songkok mereka. Mereka tidak akan memakai songkok tersebut hingga ia undur diri dari hadapan raja. Setelah di luar, baru ia kembali memakainya.

Mereka semuanya tinggal di tenda-tenda. Hanya saja, tenda milik raja sangat besar dan bisa menampung seribu orang lebih. Lantainya digelari fars'77 (karpet) Armani. Di tengah-tengahnya diletakkan singgasana raja yang diselimuti dibajh Yunani. Di antara adat kebiasaan mereka adalah ketika seorong laki-laki dikarunia seorang anak laki-laki, maka yang akan

merawat bayi tersebut adalah kakeknya dan bukan ayahnya. Lihat al-Hadharah al-Islamiyyah, 2/186. 177 Karpet Armani dan juga permadaninya sangat terkenal. Lihat Al-Hadharah al-lslamiyyah, 2/302.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Dia akan berkata, “Saya lebih berhak untuk mengasuhnya sampai dia dewasa dibanding ayahnya” Ketika seseorang di antara mereka meninggal, maka yang menjadi ahli waris adalah saudaranya dan bukan anaknya. Saya memberi tahu raja bahwa hal ini tidak diperbolehkan dalam Islam. Saya kemudian memberi tahu tata cara waris yang benar sampai beliau memahaminya. Saya tidak pernah melihat sebuah negara yang jumlah petirnya lebih banyak daripada yang terjadi di negara ini. Ketika ada sebuat petir yang jatuh di suatu rumah, mereka tidak akan mendekati rumah itu. Mereka berkata, “Rumah ini telah dimurkai oleh Tuhan.” *

*

*

Ketika ada seseorang yang dengan sengaja membunuh

orang lain, maka sebagai balasannya mereka akan membunuh pelaku pembunuhan tersebut. Namun jika ia membunuhnya tanpa sengaja, maka mereka akan membuat sebuah kotak dari kayu khandak dan memasukkan pelaku pembunuhan ke dalam kotak tersebut dan memaku pada bagian atasnya. Mereka juga meletakkan tiga keping roti dan satu kendi air bersamanya. Mereka kemudian mendirikan tiga buah tiang yang mirip dengan tiang-tiang pintu yang tinggi dan menggantungkan kotak tersebut pada tiang-tiang itu. Mereka berkata, “Kami meletakkan dia di antara langit

RISALAH IBNU FADHLAN

dan bumi agar ia terpapar hujan dan matahari. Semoga Allah mengasihinya.” Dia akan terus digantung seperti itu hingga waktu melepasnya tiba dan angin membebaskannya. Ketika mereka melihat ada seseorang yang memiliki kecerdasan dan dapat mengetahui berbagai hal, mereka berkata, “Hak dari orang ini adalah bahwa dia akan melayani Tuhan kita.” Kemudian mereka menangkap orang tersebut dan mengikatkan tali dilehernya kemudian menggantungnya di sebuah pohon sampai ia terputus. Penerjemah raja mengisahkan padaku bahwa seseorang dari Sind datang ke negara itu. Dia tinggal bersama raja beberapa waktu dengan maksud untuk melayani raja. Dia seseorang yang tangkas dan pandai. Kemudian ada sebuah rombongan yang ingin bepergian melakukan suatu usaha perdagangan. Orang Sind itu meminta izin kepada raja untuk pergi bersama kelompok itu dan raja tidak mengizinkannya. Orang tersebut terus mendesak raja untuk mengizinkannya sampai akhirnya raja memberikan restunya. Dia pergi bersama rombongan ter­ sebut menggunakan sebuah perahu. Rombongan itu melihat orang Sind tadi sebagai orang yang tangkas dan pandai. Maka rombongan itu memusyawarahkan hal tersebut di antara mereka. Mereka berkata, “Orang ini pantas menjadi pelayan Tuhan kita. Kita akan mengirimnya kepada Tuhan.” Ketika rombongan melintasi sebuah hutan, mereka membawa orang Sind itu keluar dalam keadaan lehernya diikat sebuah tali. Mereka menggantungkan orang tersebut di pohon yang tinggi lalu meninggalkannya dan berlalu darinya.

* * *

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Ketika mereka berada dalam suatu perjalanan dan salah seorang di antara mereka ingin kencing kemudian dia kencing sambil membawa senjatanya, maka mereka akan merampasnya, mengambil [senjata], baju, dan semua benda yang dibawanya. Ini merupakan adat kebiasaan mereka. Sebaliknya ketika seseorang meletakkan senjatanya dan me­ nempatkan senjata tersebut di sampingnya ketika kencing, mereka tidak akan menganiayanya. Laki-laki dan perempuan turun ke sungai dan mandi bersama-sama dengan badan telanjang. Sebagian dari mereka tidak menutupi dirinya dari sebagian yang lain. Namun mereka tidak melakukan perzinaan dengan cara apapun. Jika di antara mereka ada yang melakukan zina, mereka akan menyiapkan empat pancang untuknya dan mengikat kedua tangan dan kaki pelaku zina itu pada pancang yang telah dipersiapkan. Setelah itu, mereka akan membelah pelaku zina itu dengan mengunakan sebuah kapak mulai dari tengkuk leher sampai kedua pahanya. Hukuman ini juga ditimpakan kepada pihak perempuannya. Kemudian mereka akan menggantung setiap potongan tubuh laki-laki

dan perempuan pelaku zina itu di sebuah pohon. Saya tak henti-hentinya berusaha agar para perempuan menutupi diri mereka di hadapan para lelaki [ketika melaku­ kan renang], akan tetapi upaya saya tidak berhasil. Mereka juga membunuh pelaku pencuri sebagaimana mereka mem­ bunuh pelaku zina. Di dalam hutan-hutan mereka terdapat madu yang sangat melimpah di sarang-sarang madu liar yang mereka ketahui.

RISALAH IBNU FADHLAN

Mereka pergi ke hutan untuk mencari madu itu. Terkadang segerombolan musuh mereka menyerang dan membunuh mereka. Banyak di antara mereka yang menjadi pedagang dan melakukan perjalanan ke negara Turki untuk membeli kambing. Mereka juga pergi ke sebuah negara yang disebut dengan Wisu dan membawa pulangs«mnzF«rserta serigala hitam. Kami melihat di antara mereka ada sebuah kelompok yang terdiri dari lima ribu orang laki-laki dan perempuan yang seluruhnya telah memeluk agama Islam. Mereka dikenal sebagai orang Baranjar.178 Mereka membangun se­ buah masjid sebagai tempat shalat dari bahan baku berupa kayu. Mereka belum bisa membaca al-Qur’an dan saya tahu di antara mereka ada sekelompok orang yang belum me­ laksanakan shalat di masjid tersebut. Ada seorang laki-laki bernama Thalut yang masuk Islam di hadapan saya. Saya pun menganti namanya menjadi Abdullah. Dia berkata, “Saya ingin engkau menamaiku

dengan mengunakan namamu yaitu Muhammad.” Maka saya melakukan hal tersebut. Saya juga mengislamkan istri, ibu,

dan anak-anaknya. Dan mereka semua mengubah masingmasing namanya menjadi Muhammad. Saya mengajarinya surat Ji j^J-l (segala puji bagi Allah)179 dan _v-i „jji (Katakanlah: Dia adalah Allah yang Esa).'S0 Rasa bahagianya mengetahui dua surat al-Qur’an ini lebih besar dibandingkan

rasa bahagianya jika dia menjadi raja Saqalibah. 178 Mungkin yang dimaksud adalah Mongol. 179 Surat al-Fatihah. 180 Surat al-Ikhlas.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Ketika kami menghadap raja, kami menemukannya tengah berkemah di atas perairan yang disebut Khallajah.181 Tempat itu terdiri dari tiga telaga, dua di antaranya besar dan satunya kecil. Hanya saja belum ada satu orangpun yang dapat mencapai dasarnya. Antara tempat ini dengan sungai Atil yang mengalir hingga negara Khazar berjarak kurang lebih satu farsakh. Di atas sungai ini berdiri sebuah pasar yang berlangsung secara periodik yang menjual berbagai perhiasan mahal. *

*

*

Tekin bercerita kepadaku bahwa di suatu wilayah raja ada manusia dengan badan yang sangat besar. Ketika kami

tiba di negara tersebut, saya menanyakan hal tersebut kepada raja dan beliau menjawab, “Ya benar. Dulu dia tinggal di negara kami dan meninggal di sini. Dia bukan penduduk asli sini dan bukan seorang manusia.” Dia juga bercerita kepadaku bahwa sebuah kaum dari golongan pedagang pergi menuju sungai Atil [jaraknya satu hari perjalanan dari tempat kami] sebagaimana mereka biasa pergi. Sungai ini tengah pasang dan airnya meluap. Tidak sampai satu hari, tiba-tiba satu rombongan pedagang mendatangiku seraya berkata, “Wahai 181 Kami tidak menemukan tempat ini dalam ensiklopedia bangsa-bangsa. Kemungkian tempat ini adalah sebuah tempat yang disebut oleh Ibnu alWararv kitabnyaJaridah al-Ajaib halaman 89 dengan istilah Khalkhiyah. Atau bisa juga nama kota di Khazar yaitu Khalij sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Nukhbah al-Dahr halaman 263.



RISALAH IBNU FADHLAN

raja! Ada seseorang yang mengambang [di atas air]. Jika dia berasal dari sebuah kaum yang dekat dengan kami, maka tidak mungkin bagi kami untuk tinggal di wilayah ini. Tidak ada pilihan lain [bagi kami] kecuali pindah ke tempat yang lain.” Kemudian kami pergi bersama mereka sampai saya tiba di sungai itu. Tiba-tiba saya melihat seseorang yang jika diukur mengunakan tangan sebesar dua belas dzira’ (hasta). Dia memiliki kepala yang lebih besar dari periuk yang besar. Hidungnya lebih besar dari satu rentang tangan. Dua matanya sangat besar dan panjang setiap jari-jarinya lebih dari satu jengkal. Saya begitu tercengang dan takut dengan keadaannya melebihi ketakutan lain yang pernah saya alami. Kami menatapnya dan mulai berkata kepadanya, namun ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun pada kami. Dia hanya menatap kami. Saya membawanya ke tempat di mana kami tinggal dan kami menyurati penduduk Wisu yang berjarak tiga bulan perjalanan dari tempat kami untuk menanyakan pada mereka tentang orang ini. Kemudian mereka mengirim surat

kepada kami yang isinya memberitahu kami bahwa orang ini berasal dari kaum Ya’juj dan Ma’juj (Gog dan Magog).182 Sebuah masyarakat yang jauhnya tiga bulan perjalanan dari tempat kami dan mereka biasa telanjang. Antara tempat kami dengan tempat tinggal mereka dipisahkan sebuah lautan dan

mereka tinggal di tepi laut yang jauh. Mereka bertingkah 182 Khalifah al-Watsiq Billah pernah mengirim pasukan untuk menghalau Ya’juj dan Ma’juj sebagimana diriwayatkan oleh Salam dengan gaya bahasa yang menarik. Lihat Mu'jam al-Buldan, 3/53. Lihat juga Tarikh Ibnu Asakir, juz 1.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

seperti binatang yang sebagiannya mengawini sebagian yang lain. Setiap hari, Allah Azza wajalla mengeluarkan seekor ikan dari laut untuk mereka. Lalu salah seorang dari mereka datang dengan membawa sebuah pisau dan memotong ikan tersebut seukuran kebutuhan dirinya bersama keluarganya. Jika dia mengambil daging ikan itu melebihi kebutuhannya, maka dia dan keluarganya akan sakit perut. Terkadang ia beserta keluarganya mati seluruhnya karena sakit itu. Jika mereka telah mengambil bagian [sesuai kebutuhannya] dari ikan tersebut, maka ikan itu akan dikembalikan dan di­ jatuhkan ke laut. Mereka melakukan hal itu setiap hari. Antara tempat kami dengan tempat mereka ada lautan di satu sisi dan deretan pegunungan di sisi-sisi yang lain. Sebuah tembok183 juga membatasi tempat mereka dan ada sebuah gerbang yang mereka gunakan untuk keluar dari tempat itu. Ketika Allah Azza wa Jalla menghendaki mereka pergi ke dunia yang dihuni manusia, dia akan mampu men­ jebol dinding itu dan menyedot air laut. Mereka akan meng­ habiskan ikan yang ada. Ibnu Fadhlan berkata:

Kemudian saya bertanya kepada raja tentang manusia tersebut. Beliau berkata, “Dia tinggal bersama kami untuk beberapa waktu. Setiap anak kecil yang dilihat olehnya tidak akan selamat dari kematian. Setiap ibu hamil yang ditatap olehnya pasti mengalami keguguran. Jika dia hendak mem­ bahayakan seseorang, dia akan menahan orang tersebut meng183 Untuk keterangan tentang tembok ini, lihat Mu'jam al-Buldan, 3/53.

RISALAH IBNU FADHLAN

gunakan kedua tangannya sampai dia mati. Ketika saga mengetahui hal itu, maka saga menggantungnya di sebuah pohon yang tinggi sampai mati. Jika kamu ingin melihat betapa besar tulang dan kepalanya, saya akan mengajakmu untuk melihatnya.” Saya menjawab, “Demi Allah, saya sangat antusias melihatnya.” Kemudian beliau pergi bersamaku menuju sebuah hutan yang lebat. Dalam hutan itu berdiri sebuah pohon yang sangat besar. Beliau mendahuluiku menuju bawah pohon itu, di mana tulang dan tengkorak [telah tergeletak] di bawahnya. Saya melihat tengkorak itu seperti qafir (sarang lebah) yang besar dan tulang rusuknya lebih besar [dari] ‘irajin,g4 pelepah kurma. Demikian juga dengan tulang paha dan hastanya. Saya begitu tercengang dibuatnya. Kemudian kami meninggalkannya.

Ibnu Fadhlan berkata: Raja pergi dari perairan yang disebut dengan Khallajah itu menuju sebuah sungai yang bernama sungai Jaushiz18S dan menetap di sana selama dua bulan. Kemudian beliau berkeinginan untuk pindah dan mengutus seseorang yang

bernama Suwaz untuk mengintruksikan pada penduduk agar pergi bersamanya. Mereka menolak ajakan perintah itu dan

184

‘Irajin adalah pangkal pelepah yang ditinggalkan ketika tetap menempel di pohon kurma.

185

Kemungkinan ia merupakan anak sungai Kilma.

pelepah dipotong dan

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

terpecah menjadi dua kelompok. Satu kelompok bersama menantunya bernama Wiragh yang telah memproklamasikan

diri sebagai raja. Raja mengirim sebuah pesan kepada mereka. Beliau berkata, “Sesungguhnya Allah Azza wajalla

telah memberikan karunia-Nya kepadaku berupa Islam'ss dan kekuasaan dari Amir al-Mukminin. Saya adalah pelayannya

dan [negara ini] telah dikuasakan kepadaku. [Siapapun] yang menentangku, saya akan menemuinya dengan membawa pedang.” Kelompok yang kedua dipimpin oleh seorang kepala

suku bernama raja Eskel187 yang setia kepada raja. Hanya saja

dia belum masuk Islam.

Ketika beliau mengirim surat itu pada mereka, mereka

menjadi patuh kepadanya. Mereka semua ikut pergi bersama

raja menuju sungaijaushiz, sebuah sungai kecil yanglebarnya sekitar lima dzira dengan kedalaman airnya mencapai pusar

dan di beberapa titik bahkan mencapai tarquh'88 (tulang

leher). Namun kebanyakan hanya sedalam satu depa. Di sekelilingnya, banyak tumbuh pepohonan berupa pohon

Khandak dan pohon lainnya. Di dekat sungai ini ada sebuah padang gurun yang luas.

Mereka mengisahkan bahwa di sana ada seekor hewan yang

ukurannya lebih kecil dari unta dan lebih besar dari sapi 186 Para orientalis telah mengkaji terkait keislaman raja Saqalibah dan zamannya. AI-Mas’udy (2/16) mengungkapkan hahwa raja Bulgaria Saqalibah telah melaksanakan haji sebelum tahun 320 H dengan melewati kota Baghdad daan masyarakat di sana menghormatinya. Apakah ini merupakan pengaruh dari Ibnu Fadhlan? 187 Seorang raja yang masih berada di bawah kekuasaan Raja Saqalibah. 188 Tulang yang terletak di antara lubang leher/ tulang selangka dengan jenjang leher.

o149>

RISALAH IBNU FADHLAN

jantan. Kepalanya seperti kepala unta dan ekornya mirip ekor sapi. Badannya mirip dengan badan bagal (peranakan kuda dengan keledai) dan kukunya seperti kuku sapi. Di tengah-tengah kepalanya ada sebuah tanduk yang bulat dan tebal serta ujungnya lancip seperti ujung tombak. Panjang tanduk tersebut kurang lebih tiga sampai lima hasta. Hewan itu memakan dedaunan yang masih hijau. Ketika hewan itu melihat penunggang kuda, ia akan menuju arah ia berada. Jika orang itu menunggangi kuda yang cepat larinya, ia akan berusaha mencari tempat aman dengan segala usaha yang bisa dilakukan. Jika hewan itu bisa menyusulnya, maka ia akan memburunya dari belakang dengan memakai tanduknya untuk kemudian melemparkannya ke udara dan menangkap buruan itu dengan tanduknya.189 Hewan tersebut akan terus melakukan hal itu sampai ia berhasil membunuhnya. Hewan itu tidak menyerang seekor kuda dengan suatu sebab atau

cara tertentu. Mereka mencari hewan itu di padang gurun dan hutanhutan dengan maksud untuk membunuhnya. Mereka akan memburunya dengan cara memanjat pohon-pohon tinggi yang ada di sekitarnya dengan membawa sejumlah tombak yang ujung tombaknya telah diberi racun. Ketika hewan itu berdiri di tempat yang berada di dalam jangkauannya, mereka akan menombak hewan itu sampai mereka melukai dan membunuhnya. 189 Hewan ini dikenal memiliki satu tanduk yang disebut karkadan atau badak. Di India, ia dianggap sebagai hewan yang memiliki tubuh gajah, memiliki ekor seperti sapi, dan memiliki sebuah kuku di kepalanya berupa satu tanduk.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Sungguh saya melihat bahwa raja mempunyai tiga Tifuriyah’90 besar yang bahannya mirip dengan onyx (sejenis batu akik) Yaman. Raja memberitahu saya bahwa mangkuk itu dibuat dari tanduk asli hewan tersebut. Sebagian pen­ duduk negeri ini menyebutkan bahwa hewan tersebut adalah

badak (al-Karkadari).

Ibnu Fadhlan berkata: Saya melihat kebanyakan dari mereka yang sakit alihalih kulitnya memerah karena sehat dan segar. Seringkali mereka meninggal karena sakit Qulanj,'91 bahkan penyakit ini juga menimpa bayi yang masih menyusui. Ketika seorang laki-laki Muslim di antara mereka atau seorang suami dari wanita yang berasal dari Khawarizm meninggal, mereka akan memandikan jenazah itu secara Islami. Kemudian mereka

akan meletakkannya ke sebuah keranda yangakan digunakan untuk membawanya ke pemakaman. Ketika jenazah telah sampai di pemakaman, mereka akan memindahkan jenazah itu dari keranda dan memasukkannya di dalam tanah. Mereka lalu menggali tanah di sekelilingnya dan membuat sebuah lubang di tempat di mana mereka akan menguburkannya. Kemudian mereka menguburkannya. Seperti itulah yang mereka lakukan terhadap jenazah mereka. 190 Tifurijjfah adalah piring kecil atau mangkuk yang dalam. Maajim al-Arah, 2/48. 191 Sebuah penyakit yang terkenal menyerang kepala dan sangat menyakitkan dan membuat orang yang terserang sulit bernafas dan berkeringat.

RISALAH IBNU FADHLAN

Para wanita tidak akan menangisi kematian seorang

laki-laki. Justru para lelaki yang akan menangisinya. Mereka datang di hari kematiannya dan berdiri di depan pintu tenda tempat tinggalnya. Kemudian mereka akan berteriak-teriak dengan tangisan yang meratap dan memilukan. Itu yang dilakukan oleh orang-orang yang merdeka. Ketika tangisan mereka mereda, para budak akan datang dengan membawa kulit yang dipintal. Mereka tak hentihentinya menangis sambil memukul lambung dan anggota badan mereka dengan mengunakan suyur'92 itu sampai badan mereka tampak bilur-bilur karena pukulan cambuk. Mereka harus terus-menerus berada di depan pintu tenda orang yang meninggal itu. Mereka kemudian membawakan senjata si jenazah dan meletakkannya di sekitar kuburannya. Mereka tidak berhenti menangisinya hingga dua tahun. Setelah dua tahun berlalu, mereka akan menurunkan patokan dan memotong rambut mereka. Mereka akan mengundang para kerabat si mayit untuk sebuah jamuan makan sebagai tanda bahwa mereka telah berhenti bersedih. Jika si jenazah memiliki istri, maka ia akan menikah lagi. Ini terjadi jika yang meninggal adalah salah satu pemimpin

mereka. Adapun jika yang meninggal adalah orang biasa, hanya sebagian dari mereka melakukan ritual ini terhadap jenazah mereka. Ada upeti yang harus diserahkan oleh kerajaan Saqalibah kepada kerajaan Khazar berupa kulit sammur yang harus 192 Tali cemeti dari kulit yang direntangkan.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

dibayar oleh setiap rumah yang ada di wilayah kerajaan Saqalibah.

Andaikan saya mau

membangun sebuah Ketika sebuah kapal dari negara benteng yang terbuat Khazar tiba di negara Saqalibah, raja dari emas atau perak akan menaikinya, menghitung apa dengan mengunakan hartaku, tentu saya yang ada di dalamnya, dan mengambil tidak kesulitan untuk sepersepuluh dari seluruh barang mewujudkannya. Saya bawaan. Ketika orang Rusia atau bangsa hanya mengharapkan keberkahan dari hartanya yang lain datang dengan membawa Amir al-Mukminin. budak, raja akan memilih untuk dirinya Oleh sebab itulah saya satu orang budak dari setiap sepuluh memintanya dari beliau." budak. Anak dari raja Saqalibah dijadikan sandera oleh raja Khazar. Raja Khazar telah mengetahui bahwa Raja Saqalibah memiliki seorang putri yang sangat rupawan. Ia mengirim seorang utusan untuk memintanya menjadi istri raja. Namun raja Saqalibah berkilah dan menolak permintaan tersebut. Raja Khazar lalu mengirim sekelompok orang dan merebut putri Saqalibah secara paksa;

padahal raja Khazar adalah seorang Yahudi sedangkan putri raja Saqalibah adalah seorang muslimah. Putri itu pun meninggal di tangannya. Kemudia dia mengirim utusan laagi kepada raja Saqalibah guna meminta putrinya yang lain untuk dinikahi. Ketika raja Saqalibah mengetahui hal tersebut, Beliau segera menikahkan putrinya dengan raja Askal, seorang raja yang masih berada di bawah kekuasaannya. Hal ini dilakukan karena ia khawatir raja Khazar akan merampas putrinya seperti yang telah ia lakukan kepada saudara dari

RISALAH IBNU FADHLAN

putri tersebut. Inilah yang mendorong raja Saqalibah untuk menulis surat pada khalifah al-Muqtadir dan memintanya untuk dibangunkan sebuah benteng untuk mengantisipasi serangan dari raja Khazar.

Ibnu Fadhlan berkata: Pada suatu hari saya berkata kepada raja Saqalibah, “Kerajaanmu sangatlah luas, hartamu melimpah dan hasil pajakmu juga sangat banyak. Mengapa engkau meminta khalifah untuk membangunkan sebuah benteng dengan me­ makai uangnya padahal biaya pembangunannya tidaklah se­ berapa?” Beliau menjawab, “Saya melihat bahwa daulah Islam itu sangat sejahtera dan hartanya didapat dari perkara dan cara yang halal. Atas alasan inilah, saya meminta uang tersebut. Andaikan saya mau membangun sebuah benteng yang ter­ buat dari emas atau perak dengan mengunakan hartaku, tentu saya tidak kesulitan untuk mewujudkannya. Saya hanya meng­ harapkan keberkahan dari hartanya Amir al-Mukminin. Oleh sebab itulah saya memintanya dari beliau.” D. Rusia

Ibnu Fadhlan berkata: Saya melihat bangsa Rusia tengah melaksanakan misi perdagangan mereka dan berlabuh di sungai Atil.193 Saya 193 Al-Idrisi menyebutkan bahwa sungai ini juga disebut sungai Russ.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

belum pernah melihat bentuk tubuh yang lebih sempurna

dari mereka. Badannya menjulang seperti pohon kurma, kulitnya berwarna kuning kemerah-merahan (saqar)'94 dan tidak mengenakan jubah maupun kiftan. Kaum laki-lakinya [mengenakan sebuah pakaian] yang menutupi satu sisi dari tubuhnya dan salah satu tangannya muncul dari baju itu. Masing-masing dari mereka membawa sebuah kapak, sebuah pedang, dan sebuah belati. Mereka tidak pernah ketinggalan membawa semua benda yang telah saya sebutkan. Bilah pedang mereka memiliki Syatbah (alur bilah) pedang Eropa. Dari [ujung] kuku kaki hingga leher masingmasing tubuh mereka ditutupi oleh tato bergambar pohonpohon hijau, gambar tokoh, dan lain-lain. SetiapperempuandaribangsamerekamemakaiHM^a/?'95 yang diikat kuat di kedua buah dadanya. Korset itu ada yang terbuat dari besi, dari perak, dari tembaga, dan ada yang ter­ buat dari emas sesuai dengan kadar kemampuan dan kekaya­ an suami dari perempuan itu. Di dalam setiap kuncup ter­ sebut terselip sebuah pisau yang juga diikatkan pada buah dadanya. Di lehernya, disematkan kalung-kalungyang terbuat dari emas dan perak. Ketika seorang suami memiliki harta sebanyak 10.000 dirham, ia akan memberikan perhiasan

berupa sebuah kalung kepada istrinya. Jika suami memiliki 194 Frachn menukil dari Akhbar al-Dauli karya Abu Ahbas al-Dimasqy tentang deskripsi orang Rusia: "Mereka berwarna saqar keputih-putihan." Di dalam kitab Nukhbah al-Dahr: "Di daerah Turki, Khazar, Farlajh, Armenia, Baskhir, dan daerah sekelilingnya disebut denga n Saqar” 195 Sebuah wadah yang terbuat dari campuran bahan dan berbentuk gading. Di dalam catatannya, Amr bin Kultsum menyebutkan, "Buah dadanya seperti kuncup gading yang ringan.”

oS>

RISALAH IBNU FADHLAN

harta sebanyak 20.000 dirham, ia akan memberikan dua kalung kepada istrinya. Begitu seterusnya, setiap sang suami memiliki tambahan harta sebanyak 10.000 dirham, ia akan memberi tambahan sebuah kalung kepada istrinya. Kadang ada perempuan dari mereka yang lehernya memakai kalung yang sangat banyak. Perhiasan yang paling indah bagi mereka adalah Kharaz'96 berwarna hijau yang terbuat dari porselen yang mereka dapatkan pada perahu yang datang. Mereka membeli manikmanik itu seharga satu dirham per biji. Kemudian biji-biji manik itu diuntai menjadi sebuah untaian kalungdan diberi­ kan kepada istri-istri mereka. Mereka adalah salah satu bangsa paling jorok yang diciptakan oleh Allah. Mereka tidak ber-istinja’ sehabis buang air besar atau kecil, tidak mengenal mandi jinabat (besar), dan tidak membasuh kedua tangannya seusai makan. Bah­ kan mereka tampak seperti keledai liar. Mereka datang dari negeri mereka dan melabuhkan perahu mereka di sungai Atil. Di tepi sungai itu, mereka membangun rumah-rumah besar yang terbuat dari kayu.

Setiap sebelas sampai duapuluh orang dari mereka tinggal bersama-sama dalam satu rumah. Di setiap rumah itu ada sarir (ranjang) yang digunakan untuk tempat duduk. Bersama mereka, ada budak-budak perempuan cantik yang 196 Sesuatu yang diuntai dengan memakai benang (seperti manik-manik). Bahanya berupa kayu kurma dan kerang atau batu mata cincin mulia. Kharaz adalah simbol kemakmuran. Dalam kamus disebutkan: “Saat masa berkuasa seorang raja bertambah, ia akan menambah koleksi kharaz untuk menunjukkan rentang kekuasaannya." Lihat ulasan Fraehn dalam al-Khazar wa Mawaqi, him. 86-91.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

ditujukan untuk para pedagang. Salah seorang dari mereka mengumpuli istrinya dan budak-budak perempuan itu

menyaksikannya. Terkadang satu kelompok dari mereka melakukan hal tersebut secara bersama-sama dengan saling berhadapan satu sama lain. [Dan terkadang pula], seorang pedagang datang |kepada mereka] untuk membeli seorang gadis dari mereka. Ia akan menyetubuhi gadis itu dan tidak akan berhenti sebelum ia berhasil memuaskan hasratnya. Setiap hari, mereka selalu membasuh wajah dan kepala mereka dengan mengunakan airyang paling kotor dan jorok. Setiap pagi, seorang budak perempuan datang membawa sebuah baskom besar yang berisi air. Kemudian baskom itu ia serahkan kepada tuannya. Tuan itu membasuh wajah dan kedua tangannya di dalam baskom itu dan [juga membasuh rambut kepalanya]. Ia menyisir rambutnya memakai sebuah sisir di dalam baskom itu. Ia membuang ingus dan meludah di dalam baskom itu. Semua [kotoran yang ia hasilkan ketika membasuh itu dibuang] di dalam air itu. Ketika dia telah selesai melakukan apa yang menjadi keperluannya, budak perempuan itu membawa baskom itu ke orang yang berada di sampingnya. Orang tersebut melakukan hal yang sama dengan orang yang pertama. Budak perempuan terus mengedarkan wadah itu dari satu orang ke orang yang lain sampai setiap orang di rumah tersebut mendapatkan giliran. Masing-masing dari mereka membuang ingus dan meludah [di dalam wadah itu] dan membasuh wajah dan rambutnya mengunakan air yang sama.



RISALAH IBNU FADHLAN

*

*

*

Pada suatu ketika, perahu mereka tiba di dermaga ini. Masing-masing dari mereka keluar dari kapal dengan mem­ bawa roti, daging, bawang merah, susu, dan nabidh197 hingga mereka sampai pada sebuah kayu panjang yang ditegakkan di tanah. Bentuk kayu itu mirip dengan wajah seorang manusia. Di sekeliling kayu itu ada patung-patung kecil dan di belakang­ nya ada kayu panjang yang ditegakkan di tanah. Dia men­ datangi patungyangbesardan bersujud padanya dan kemudian berkata: “Wahai tuhanku, saya telah datang dari suatu negara yang jauh. Saya membawa sejumlah budak perempuan dan sejumlah kulit sammur.. ” sampai ia menyebutkan semua barang dagangan yang dibawanya. [Kemudian dia berkata]: “Dan saya datang kepadamu dengan membawa hadiah ini.” Dan dia meninggalkan apa yang ia persembahkan di depan kayu itu. [Dia menambahkan]: “Saya ingin agar engkau memberiku

rezeki pada daganganku dengan mendapatkan keuntungan dirham dan dinar yang banyak. Orang-orang akan membeli kepadaku seperti yang saya inginkan dan mereka tidak akan membantah omonganku.”Kemudian dia pergi. Jika dagangannya tidak laku dan persinggahannya semakin lama, dia akan kembali mendatanginya dengan

197

Fraehn memberikan komentar tentang dari

pendapat teman-temannya.

nabidh di nabidh

Bahwa

halaman 98 yang ia nukil

dibuat

dari

anggur.

Ada

Rihlah Abdul Latif al-Baghdady yang menyebutkan bahwa: “Minuman mereka adalah maruz, yaitu nabidh yang dibuat dari biji gandum” keterangan lain dalam

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

membawa persembahan untuk kali kedua dan ketiga. Dan jika dagangannya masih saja tidak laku, ia akan memberikan persembahan untuk setiap patung-patung kecil yang ada di sekelilingnya dan meminta pertolongan kepadanya. Dia berkata: “Mereka ini adalah para istri, saudara, dan anakanak tuhan” Ia terus menemui patung-patung itu satu per satu untuk meminta pertolongan dan merendahkan diri mereka di depan patung-patung itu. Tatkala penjualannya menjadi mudah dan barang-barang dagangannya terjual, ia berkata: “Tuhan telah mengabulkan permintaanku, saya harus berterima kasih kepadanya!’ Kemudian dia menyiapkan beberapa sapi atau kambing untuk dibunuh. Sebagian dagingnya disedekahkan dan sisanya dibawa pergi. Dia akan melempar daging itu ke [hadapan] kayu yang besar tersebut dan patung-patung kecil yang ada di sekelilingnya. Dia meng­

gantung kepala sapi atau kambingnya pada kayu yang di­ tancapkan di tanah itu. Ketika malam tiba, anjing-anjing datang dan memakan semua sesajen itu. Kemudian orang yang memberikan persembahan itu berkata: “Tuhan telah meridaiku dan memakan persembahanku.”

*

*

*

Ketika salah satu di antara mereka ada yang sakit, [mereka akan membuatkan sebuah tenda untuknya] yang letaknyajauh dari mereka. Mereka menempatkan orangyang sakit tadi di tenda itu dan membekalinya dengan air dan roti.

RISALAH IBNU FADHLAN

Mereka tidak mendekatinya dan tidak berbincang-bincang dengannya. [Bahkan mereka tidak menjenguknya] selama masa sakitnya, terlebih jika yang sakit itu orang miskin atau budak. Jika dia sembuh dan sudah bisa berjalan, ia kembali kepada mereka dan jika dia mati mereka akan membakarnya. Jika yang meninggal itu adalah seorang budak, mereka akan mengabaikannya sampai anjing dan burung-burung buas memangsanya. Ketika mereka menangkap seorang pencuri atau perampok, mereka membawanya ke sebuah pohon besar dan mengikat lehernya dengan memakai tali yang kuat. Mereka menggantung pencuri tadi [di pohon itu dan membiarkannya tergantung] sampai ia hancur [berkeping-keping] oleh angin dan hujan.

Diceritakan [kepadaku] bahwa mereka melakukan sejumlah ritual ketika pemimpin mereka meninggal, paling tidak membakarnya. Saya tertarik untuk mengetahui hal ter­ sebut lebih lanjut. Sampai suatu ketika, saya mendapatkan kabar bahwa seorang tokoh mereka telah meninggal. Mereka mempersiapkan untuknya sebuah pemakaman. Dan makam tersebut dipasangi atap selama sepuluh hari sampai mereka selesai memotong kain dan menjahitnya menjadi sepotong baju untuknya.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Jika yang meninggal itu adalah orang miskin, mereka membuatkan sebuah kapal kecil, meletakkan jenazah orang itu di dalamnya, lalu membakarnya. Jika yang meninggal itu orang kaya, mereka mengumpulkan harta yang dimilikinya dan membaginya menjadi tiga bagian. Sepertiga untuk keluarganya, sepertiga untuk membuat baju pemakamannya, dan sepertiga terakhir digunakan untuk membuat nabidh yang akan mereka minum pada hari ketika salah seorang budak perempuan jenazah membunuh dirinya sendiri dan dibakar bersama tuannya. Mereka begitu bernafsu meminum nabidh siang dan malam. Terkadang salah seorang di antara mereka mati dengan gelas masih tergenggam di tangannya. Ketika salah seorang pemimpin [mereka] meninggal, keluarganya akan bertanya kepada para budak laki-laki dan

perempuan yang dimilikinya: “Siapa di antara kalian yang bersedia mati bersamanya?” Kemudian salah seorang dari mereka menjawab: “Saya." Ketika ia telah menyatakan ber­ sedia, [ia] harus melakukan hal tersebut dan tidak boleh menarik kata-katanya kembali [selamanya]. Andaikan ia ingin menarik kata-katanya, pasti tidak akan diizinkan oleh mereka. Kebanyakan yang bersedia melakukan [hal ini] adalah para budak perempuan. *

*

*

RISALAH IBNU FADHLAN

Ketika seseorang yang telah saya sebutkan sebelumnya

meninggal, mereka berkata pada para budak perempuan yang dimiliki orang itu, “Siapa yang bersedia mati bersamanya?” Salah seorang di antara mereka menjawab, “Saya bersedia.” Kemudian mereka menunjuk dua orang perempuan untuk menjaga budak perempuan itu dan menemaninya, apapun yang ia lakukan. Bahkan keduanya terkadang membasuh kaki perempuan itu dengan mengunakan tangan mereka berdua. Kemudian mereka memberi perhatian pada apa yang menjadi kebutuhannya seperti membuatkan baju dan menyediakan apapun yang menjadi kebutuhannya. Setiap hari, budak perempuan itu bernyanyi dan minum-minum. Ia begitu riang dan gembira. Ketika hari di mana jenazah dan budak perempuan itu akan dibakar sudah tiba, saya pergi ke sungai tempat perahu yang akan digunakan untuk upacara pembakaran itu berada. Perahu itu telah siap dibawa ke sungai. Perahu itu disokong oleh empat pilar tiang yang terbuat dari kayu khandak dan jenis kayu yang lain. Di sekeliling perahu itu dibuatkan bangunan yang mirip panggung-panggung besar yang terbuat dari kayu. Kemudian perahu tersebut diseret sampai berada diatas panggung kayu itu. Mereka mulai mondar-mandir dan mengucapkan [kata-kata yang tidak bisa saya pahami. Ketika jenazah itu telah berada di kuburannya (berupa perahu), mereka tak membawanya keluar). Kemudian mereka datang dengan membawa kasur dan meletakkannya di perahu itu.

Mereka menutupi kasur itu dengan seprai dibajh atau sutera Romawi dan sarung bantal dibajh |Romawi|. Kemudian

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

[seorang perempuan tua yang mereka sebut dengan] malaikat maut datang dan berbaring di atas kasur yang telah digelar.

Perempuan tua itu yang menangani penjahitan baju dan membuat bentuknya menjadi bagus. Dialah yang bertugas membunuh perempuan budak yang telah bersedia mati bersama tuannya. Saya melihatnya tampak seperti penyihir perempuan tua yang besar dan berwajah muram. Ketika telah tiba di tempat pemakaman, mereka mem­ bersihkan debu dari perahu kayu dan menetapkan arah perahu itu. Kemudian mereka membawa keluar jenazah itu dalam keadaan masih mengenakan pakaian yang ia pakai ketika mati. Saya melihat jenazah itu tampak berubah men­ jadi berwarna hitam yang disebabkan cuaca dingin di negara tersebut. Mereka meletakkan nahidh, buah-buahan, dan rebab bersama jenazah di dalamnya. Mereka membawa ke­ luar semua benda tersebut dan ternyata benda-benda itu tidak berubah dan membusuk, hanya warnanya saja yang berubah. Mereka memakaikan jenazah itu dengan sarawil,198199 K/z«/’99(legging), jubah, dan kiftan sutera berkancing emas. Mereka juga membuatkan sebuah songkok yang terbuat dari dibajhdan kulitsammur. Kemudian mereka menggotongdan memasukkannya ke dalam tenda yang ada di atas perahu. Jenazah itu diposisikan dalam keadaan duduk di atas ranjang

yang telah dilapisi seprai dan menyandarkannya di sandaran 198 Sarawiladalahsyilwar (sejeniscelana panjang) Turki. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Suyuthi, Sarawil merupakan jenis pakaian yang telah ada sejak zaman Nabi Sulaiman. 199 Khltf adalah salah satu sepatu pantofel yang dipakai oleh laki-laki. Disebut demikian karena bobotnya yang ringan.

RISALAH IBNU FADHLAN

yang’ telah disiapkan. Mereka lalu membawa masuk nabidh, buah-buahan, dan wewangian bersamanya.

Mereka masuk lagi ke dalam perahu dengan membawa roti, daging, dan bawangmerah. Benda-benda itu dilemparkan ke hadapan jenazah. Mereka juga membawakan anjing yang telah dipotong menjadi dua bagian dan melemparkannya ke atas perahu. Mereka lalu membawa senjata milik jenazah dan meletakkannya di sisi jenazah. Mereka kemudian melepas dua kuda dan mengejarnya sampai dua kuda tersebut mengeluarkan keringat. Kemudian kedua kuda itu dipotong dan dagingnya dilemparkan ke perahu. Setelah itu, mereka mendatangkan dua sapi dan me­ motongnya. Dagingnya dilemparkan ke dalam perahu. Kemudian mereka juga mendatangkan sepasang ayam dan memotongnya serta melemparkannya ke perahu. Budak yang telah bersedia [untuk] dikorbankan berlarilari dan masuk dari satu tenda ke tenda yang lain dari tendatenda penduduk. Pemilik tenda mengaulinya dan berkata kepada perempuan tersebut: “Katakan pada tuanmu bahwa saya melakukan ini karena mencintaimu.”

* *

*

Pada hari Jum’at selepas ashar, mereka membawa budak perempuan itu ke suatu tempat yang telah mereka persiapkan.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Bentuknya mirip dengan malban al-bab2m (bingkai pintu). Kemudian perempuan itu meletakkan kedua kakinya di atas telapak tangan para laki-laki. Perempuan itu diangkat hingga bisa melihat dari atas malban/ bingkai pintu dan mengatakan kalimat-kalimat tertentu. Kemudian mereka menurunkan perempuan itu dan menaikkannya kembali untuk kedua kalinya. Perempuan itu kemudian melakukan perbuatan yang sama dengan apa yang ia lakukan ketika pertama kali diangkat. Mereka kemudian menurunkan dan menaikkannya kembali untuk kesempatan yang ketiga. Maka perempuan itu melakukan hal yang sama lagi. Kemudian mereka menyerahkan seekorayam kepadanya. Perempuan itu memotong kepala ayam tersebut dan melemparnya. Mereka mengambil ayam itu dan melemparkannya ke atas perahu. Saya bertanya kepada penerjemah tentang apa yang dilakukan perempuan tersebut. Penerjemah menjawab,

“Pada saat pertama kali mereka mengangkatnya, perempuan itu berkata: “Lihatlah! saya melihat ayah dan ibuku.” Pada kesempatan kedua, dia berkata: “Lihatlah ! saya melihat semua kerabatku yang telah meninggal sedang duduk.” Dan pada kesempatan ketiga, dia berkata: “Lihatlah! Saya melihat tuan­ ku sedang duduk di surga. Surganya begitu indah dan hijau. Beliau bersama para pelayannya. Beliau memanggilku, Maka bawalah saya kepadanya!” Kemudian mereka membawa perempuan itu ke arah perahu. Perempuan itu melepaskan 200 Artinya pondasi batu bata, namun yang dimaksud di sini adalah daun pintu dari kayu palang pintu ketika ditutup. Dan pintunya berupa batu yang diletakkan ditengah jajaran batu yang ditata sedemikian rupa.

RISALAH IBNU FADHLAN

dua gelang kaki yang dipakainya dan menyerahkannya pada seorang perempuan yang dikenal dengan julukan malaikat kematian. Perempuan itulah yang bertugas membunuh perempuan budak itu. Kemudian perempuan budak itu

melepaskan khalkhal20' (dua gelang kaki) yang dikenakannya dan menyerahkan benda itu pada dua perempuan yang telah melayaninya. Dua perempuan itu merupakan putri dari perempuan yang berjuluk malaikat maut tadi. Setelah itu, mereka menaikkan perempuan itu ke atas perahu tetapi tidak memasukkannya [ke dalam tenda]. Kemudian para lelaki yang membawa tiras’02 (perisai) dan tongkat kayu datang. Mereka memberikan sebuah gelas berisi nabidh kepada perempuan budak itu. Perempuan itu bersenandung dan menenggak minuman yang diberikan. Perenjemah berkata padaku, “Begitulah caradia mengucapkan salam perpisahan dengan sahabat-sahabat perempuannga.” Kemudian dia diberi gelas yang lain. Perempuan tersebut mengambil minuman itu dan kembali bernyanyi dalam waktu yang lebih lama. Sementara itu, perempuan tua men­ dorong perempuan budak itu untuk terus meminum nabidh dan masuk ke tenda yang di dalamnya bersemayam jenazah

tuannya. Saya melihat perempuan budak itu tampak kebingung­ an. Dia ingin masuk ke dalam tenda tetapi [kepalanya] masih

201 Perhiasan dari perak seperti gelang yang biasa dikenakan oleh perempuan Arab di kakinya. 202 Tameng dari Volaz berbentuk bulat yang digunakan untuk menjaga diri dari sabetan pedang dan lainnya.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

di antara tenda dan perahu. Kemudian perempuan tua itu memegang kepala perempuan budak tadi dan memasuk­

“Kalian meletakkan orang yang paling dicintai [dan paling dihormati di antara kalian dan menguburnya] di dalam tanah. Maka jasad orang itu kemudian dimakan oleh tanah, serangga, dan cacing. Adapun kami membakar jenazah [dengan api] seketika itu dan dia masuk [surga pada] waktu itu juga."

kannya ke dalam tenda. Maka ia pun masuk ke dalam tenda bersamanya. Para lelaki mulai memukulkan kayu ke tiras yang dibawanya dengan maksud agar terdengar suara tangisan dari perempuan budak itu. Budak [yang lainnya menjadi gelisah] dan tidak lagi mencari kematian bersama tuannya. Kemudian enam lelaki masuk ke dalam tenda. Semuanya [mengauli] perempuan budak itu. Kemudian mereka mem­ baringkan perempuan itu di samping tuannya. Dua di antara mereka mengikat kedua kaki dan tangan perempuan ter­ sebut. Perempuan tua yang dijuluki malaikat kematian datang dan meletakkan seutas tali di leher perempuan dan menariknya ke arah yang berlawanan. Tali itu diserahkan kepada dua orang agar menariknya. Perempuan tua itu me­ langkah maju sambil memegang sebuah pisau belati yang bilahnya lebar. Kemudian dia mulai menghujamkan belati itu di antara tulang rusuk perempuan budak itu berkali-kali di tempat yang berbeda-beda. Sementara dua laki-laki yang memegang tali terus mencekik lehernya mengunakan tali

tersebut sampai perempuan itu mati. Kemudian [keluarga jenazah] datang, [mengambil satu potong kayu] dan menyalakannya dengan api. Kemudian

RISALAH IBNU FADHLAN

dia berjalan mundur membelakangi perahu dan wajahnya menghadap [ke orang-orang]. Satu tangannya memegang kayu yang menyala dan tangan lainnya menutupi lubang duburnya. Dia dalam kondisi telanjang sampai dia membakar kayu yang ada di bawah perahu, setelah mereka meletakkan budak perempuan yang sudah mati di sisi tuannya. Setelah itu, masyarakat maju dengan membawa tongkat dan kayu bakar. [Masing-masing] dari mereka memegang satu kayu yang ujungnya telah dibakar dan melemparkannya ke bawah perahu. Api melalap semua kayu bakar itu dan menjalar membakar perahu serta tenda yang ada diatasnya beserta dua jenazah dan semua benda yang ada didalamnya. |Kemudian berhembus] angin yang besar dan kencang [yang membuat nyala api semakin berkobar-kobar] dan meluas jangkauannya. [Di sampingku ada seorang laki-laki dari bangsa Rusia dan saya mendengar dia] berkata pada penerjemah yang bersamaku. Saya pun bertanya kepadanya [tentang apa yang dikatakan orang Rusia itu]. Penerjemah berkata, “Dia berkata: ‘Kamu, hai orang Arab bodoh.” Saya bertanya padanya, “Bagaimana bisa begitu?” Dia menjawab: “Kalian meletakkan orang gang paling dicintai [dan paling dihormati di antara kalian dan menguburnga] di dalam tanah. Maka jasad orang itu kemudian dimakan oleh tanah, serangga, dan cacing. Adapun kami membakar jenazah [dengan api] seketika itu dan dia masuk [surga pada] waktu itujuga” Kemudian penerjemah itu tertawa terbahak-bahak. Saya bertanya padanya tentang hal tersebut. Dia menjawab: “Karena besarnga rasa cinta tuhan kepada jenazah itu, tuhan

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

telah mengutus angin [untuk membawanga] seketika itu juga” Padahal kenyataannya, sebelum waktu satu jam berlalu, perahu, kayu, perempuan itu, dan tuannya telah berubah menjadi rimad dan rimdid203 (abu). Setelah itu, mereka membangun suatu bangunan yang

mirip dengan gundukan bulat di atas tempat perahu setelah diangkat dari sungai. Mereka menancapkan kayu khandak yang besar ditengahnya dan menuliskan nama orang yang meninggal serta nama raja Rusia. Kemudian mereka berlalu. *



*

Ibnu Fadhlan berkata: Di antara [kebiasaan] raja Rusia adalah di dalam istananya, raja ditemani oleh empat ratus orang sahabatsahabatnya kuat dan dipercayanya. Mereka akan mati sebab kematian sang raja dan akan dibunuh karena ketiadaan sang raja. Masing-masing dari mereka ditemani seorang budak

perempuan yang bertugas melayani, membasuh kepala, dan menyiapkan segala sesuatu yang mereka makan dan minum. Mereka juga memiliki budak perempuan lain yang bertugas melayaninya berhubungan seksual. Empat ratus orang itu duduk dibawah sarir204 (ranjang) raja. Ranjang tersebut besar dan bertatahkan mutiara yang mahal. Empat puluh 203

Rimad adalah remukan arang karena pembakaran oleh api, sementara rimdid

204

Sarir yang dimaksud

adalah butiran-butiran lembut sebagai hasil akhir pembakaran. di sini adalah ranjang tempat tidur karena biasanya raja

ditempat tidur untuk bersenang-senang

(sttrur).

RISALAH IBNU FADHLAN

budak perempuan duduk diatas ranjang tersebut [untuk menemani raja]. Raja Salah satu adat kebiasaan raja yang sering berhubungan badan dengan salah agung adalah ia tidak satu dari empat puluh budak tersebut di duduk dan berbincangbincang bersama hadapan sahabat-sahabat raja yang telah rakyat serta tidak saya sebutkan. seorang pun yang bisa masuk menemuinya Raja tidak turun dari ranjang kecuali yang telah singgasananya. Ketika dia ingin buang kami sebutkan. Kewenangan untuk hajat, dia [melakukannya] di dalam memberi ampunan, melakukan perjanjian, sebuah baskom. Ketika raja ingin menerapkan hukuman, berkendara, mereka mendatangkan kuda dan mengurus kerajaan dilimpahkan kepada tunggangannya ke depan singgasana dan Khaqan Beih selaku raja menaiki kuda itu darinya. Ketika .wakilnya. raja ingin turun, kudanya dibawa ke depan singgasana hingga ia turun di singgasananya. Dia memiliki wakil yang bertugas mengatur pasukannya, bertempur melawan musuh-musuh raja, dan mewakili raja di hadapan rakyat. E. Khazar

Adapun nama dari raja Khazar adalah Khaqan.205 Dia 205 Kami hanya mendapati tiga baris dari bab Khazar. Lembaran-lembaran setelahnya rusak dan terpotong. Kami memperkirakan lembaran yang hilang itu hanya satu atau dua lembar saja. Kemudian kami merujuk kepada Yaqut tentang materi Khazar ini. Karena ia menyatakan bahwa apa yang ia tulis merupakan salinan dari Ibnu Fadhlan. Akan tetapi setelah melalui penelitian yang panjang, kami berkesimpulan bahwa separuh bagian yang pertama bukan salinan dari Ibnu Fadhlan karena bagian ini kami temukan di al-Ishtaharv halaman 220-224 dan Ibnu Hauqal 2/389. Kemungkinan Yaqut menyalin dari keduanya. Adapun separuh bagian yang kedua tidak kami temukan di dua sumber ini dan hanya ada pada Yaqut. Maka akhirnya

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

tidak menampakkan diri di hadapan rakyat kecuali setiap [empat bulan sekali untuk menghibur diri/ tamasya]. Dia disebut sebagai Khaqan yang agung. Wakilnya raja disebut dengan Khaqan Beih dan dialah yang memimpin serta mengatur pasukan. Dia pula yang mengurus semua urusan kerajaan, menanggung beban pemerintahan, menemui warga negara, dan bertempur melawan musuh dari luar. Dia selalu mematuhi raja yang secara rutin ditemuinya.206 [Setiap hari, dia menghadap raja Khaqan yangagung dengan merendahkan diri, menampakkan kerendahan hati, dan sifat penurut. Dia tidak akan menghadap kepada raja kecuali dengan keadaan kaki telanjang dan tangan membawa kayu bakar. Ketika dia menyapa raja, dia menyalakan kau bakar itu di hadapan raja. Setelah selesai menyalakan kayu itu, dia duduk bersama raja di singgasana raja, tepatnya di sisi kanan raja. Khaqan Beih memiliki wakil yang disebut dengan Kundar Khaqan.207 Dan Kundar Khaqan ini juga memiliki wakil yang disebut dengan nama Jaushgir.208 kami menampilkan tiga baris yang ada dan ditambahi dari salinan Yaqut dari Ibnu Fadhlan. Kami menetapkan bahwa semuanya kami samdarkan ke Ibnu Fadhlan dengan riwayat Yaqut karena kami melihat bahwa lafal yang dipakai Yaqut memiliki kemiripan dengan manuskrip namun tetap kami letakkan di antara dua tanda kurung. Dan kami memiliki pandangan bahwa Walidyjuga melakukan hal yang sama dengan kami. 206 Mulai kalimat ini merupakan tulisan yang kami salin sama persis dari naskahnya Yaqut dan tetap kami letakkan di antara dua tanda kurung Hal yang sama juga pernah dilakukan orientalis Rusia ketika memberi ulasan hab khazar dari Risalah Ibnu Fadhlan. Lihat Kratchovsko halaman 166-171. Sebelumnya, Fraehn juga telah melakukan hal yang sama dan menurut kami Walidy pun juga demikian. 207 Lihat Hududal-Alam (Leiden, 1937, him. 313-324). 208 Merupakan kata serapan dari Turki yang terkenal, lihat Dairah al-MaarifalIslamiyyah, 1/864.

RISALAH IBNU FADHLAN

Salah satu adat kebiasaan raja yang agung adalah ia tidak duduk dan berbincang-bincang bersama rakyat serta

tidak seorang pun yang bisa masuk menemuinya kecuali yang telah kami sebutkan. Kewenangan untuk memberi am­ punan, melakukan perjanjian, menerapkan hukuman, dan mengurus kerajaan dilimpahkan kepada Khaqan Beih selaku wakilnya. Menurut budaya yang berlaku di masyarakat mereka, ketika raja yang agung meninggal, dibangunkan sebuah rumah yang besar untuknya.209 Rumah itu terdiri dari dua puluh kamar. Di dalam setiap kamar digali sebuah kuburan. Sebuah batu dilumat sampai bentuknya menyerupai celak dan ditaburkan di atas kuburan itu. Naurah210 (batu kapur) dilemparkan di atasnya. Di bawah rumah itu ada sebuah sungai dengan aliran yang sangat besar. Mereka membangun kuburan itu di atas sungai tersebut. Mereka berkata: “Ini ber­ tujuan agar tidak ada yang bisa sampai ke tempatnya baik itu setan, manusia, cacing maupun serangga’’ Ketika jenazah raja dikebumikan, orang-orang yang me­ nguburkannya dipenggal lehernya dengan maksud agar tidak ada seorang pun yang mengetahui di mana kuburan raja yang

sebenarnya di antara dua puluh kamar tersebut. Kuburannya disebut dengan surga. Mereka berkata, “Sungguh dia telah masuk ke surga" Semua kamar itu ditutupi sutera yang dibordir dengan emas. 209 Secara ringkas, Fraehn mengistilahkannya dengan Palatium. 210 Arti asalnya adalah batu gelas. Sebagian mengatakan bahwa naurah adalah kosakata Arab dan sebagian yang lain mengatakannya sebagai kata serapan.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Raja Khazar biasanya memiliki dua puluh lima istri.

Setiap istri tersebut merupakan putri dari raja-raja tetangga. Dia mempersunting putri-putri raja itu dengan cara baik-baik atau dengan paksaan. Rajajuga memiliki 60 budak perempuan yang menemaninya di ranjang dan semuanya sangat cantik. Setiap istri dan budak perempuannya ditempatkan di istana yang terpisah. Setiap mereka berada di kubah yang ditutup dengan Saj2" dan setiap tenda dikelilingi Madhrab.2’2 Setiap perempuan itu memiliki seorang pelayan yang mengawasinya. Ketika sang raja ingin berhubungan intim dengan salah seorang di antara mereka, dia mengutus pengawas penjaganya dan dia akan mendatangkannya dalam waktu yang lebih cepat dibanding kedipan mata sampai ia menempatkan perempuan itu di atas ranjang. Kemudian pelayan berdiri di depan pintu tenda sang raja. Sesaat setelah raja berhubungan badan dengan perempuan tersebut, ia memegang tangan perempuan itu dan berlalu pergi. Setelah itu, pelayan tidak akan meninggalkan perempuan itu sendirian sedetikpun. Ketika raja menaiki kudanya, maka seluruh pasukan turun mengiringi sang raja menunggang kuda. Jarak sang raja

dengan iring-iringannya sejauh satu mil. Setiap rakyat yang melihat raja menundukkan wajahnya dan bersujud kepada raja. Dia tidak akan mengangkat kepalanya sampai sang raja melewatinya. 211 Sejenis pohon yang sangat besar dan hanya tumbuh di negara India. Kayunya berwarna hitam, berat, dan kokoh hampir-hampir tanah tidak bisa merusaknya. 212 Artinya halaman dan tempat. Lihat Mu’jam Duzjf. Ada yang berpendapat artinya tenda yang besar.

<>ra.

RISALAH IBNU FADHLAN

Jangka waktu pemerintahan seorang raja adalah empat puluh tahun. Ketika dia melebihi waktu itu satu hari saja, maka rakyat akan membunuh raja tersebut. Mereka berkata, “Akal orang ini telah berkurang dan pemikirannya telah kacau.” Ketika raja mengutus satu pasukan militer untuk satu misi,213 mereka tidak akan berbalik arah dengan sebab atau alasan apapun. Jika mereka kalah dan terpukul mundur, setiap orang dari mereka yang kembali ke kerajaan akan di­ bunuh. Begitu pula para pemimpin pasukan dan wakil raja. Ketika mereka kalah, raja menghadirkan mereka beserta para istri dan anak-anaknya dan menghadiahkan mereka kepada orang lain yang hadirdan menyaksikannya. Begitu juga kuda, perhiasan, senjata, dan rumah yang mereka miliki.Terkadang raja memotong masing-masing dari mereka menjadi dua bagian dan menyalibnya. Terkadang dia menggantung leher mereka pada satu pohon. Dan jika dia sedang baik kepada mereka, terkadang dia akan tetap menjadikannya sebagai sebagai pemimpin. Raja Khazar memiliki sebuah kota yang besar yang di­ bangun di atas sungai Atil, yang memiliki dua sisi. Satu sisi dari sungai itu dihuni oleh orang Muslim dan sisi yang lain

dihuni oleh raja Khazar beserta sekutunya. Di kalangan Muslim tersebut, ada seorang pembantu raja yang dipanggil dengan nama Khaz. Dia seorang Muslim. Hukum Islam ber213 Ada seorang orientalis yang berpendapat bahwa bentuk kalimat ini merupakan kutipan dari al -Qur’an surat al-Qamar ayat 45 yang berbunyi: /X mereka akan mundur ke belakang). Kami berpandangan bahwa kalimat "dengan sebab atau alasan apapun" merupakan gaya bahasa Ibnu Fadhlan yang sering dia gunakan di risalah ini.

BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

laku di negara Khazar. Orang-orang Muslim secara rutin mengunjungi mereka dalam suatu aktivitas perdagangan

mereka dan merujuk ke pembantu raja yang Muslim ini. Tidak ada orang lain selain dirinya yang memperhatikan urusan mereka dan memberi keputusan di antara mereka] ,214

214 Pada titik ini kami putuskan untuk berhenti menyalin dari Yaqut. Karena kalimat-kalimat setelah ini sudah tidak sesuai dengan gaya bahasa penulisan Ibnu Fadhlan. Di dalamnya ada catatan sejarah dengan tahun tertentu yaitu tahun 310 H. Padahal sungguh kami mengetahui bahwa pemilik risalah ini telah meninggalkan negara itu sebelum tahun tersebut. Kami tidaksependapat dengan Fraehn, Walidy, dan Kratchovsko yang menyamakan salinan ini dengan teks tentang Khazar milik Ibnu Fadhlan. Kami meyakini bahwa bab ini masih ada yang kurang dan kami berpegangan pada ungkapan yang terkenal: “Sesuatu yang tidak bisa didapatkan seluruhnya jangan ditinggalkan semuanya."

A. Indeks Nama Tokoh, Suku, dan Komunitas

Di dalam indeks ini kami memasukkan setiap nama yang muncul di pendahuluan, risalah Ibnu Fadhlan, dan catatan kaki. Kami tidak memisahkan antara yang ada di teks buku ini maupun catatan kakinya karena halaman risalah hanya sedikit. Nama Ibnu atau Abu kami gunakan di dalam acuan urutan kata. Kami juga mencantumkan nama buku di samping nama orangnya dengan mengunakan tanda kurung.

Hal ini kami lakukan karena seringkali kami hanya menyebut nama pengarang atau nama buku saja di catatan kaki.

A

AbuDalf 12,55 Abu Abidah al-Bakry (Mu’jam) Ahmad bin Fadhlan 21,22,42,65,83 Ahmad bin Musa al-Khawarizmi 89,90

177

RISALAH IBNU FADHLAN Ajam 43,128 Al-Bakry 187 Ali bin Isa 14 Al-Ishtahary 187 Al-Jauhary (al-Shihah) 121 Al-Mas’udy (Murujal-Zihab) 38,84, 147 Al-Miqdasy (Ahsan al-Taqasim) 10, 11 Almish bin Shilky Yiltawar 83 Almish bin Yiltawar 19,83 Al-Muqtadir Billah 84 Al-Shabby (Tuhfah al-Umara) Al-Watsiq Billah 12 Amrbin Kultsum 154

B

Baeliev 5 BaniTholun 43 Baranjar 143 Baris al-Saqlaby 21,85 Barthold 54 Bilal 129 Blake 5,57 Bukhari (Sahih) 126 Bulgaria 2,19,22,24,31,33,39,43,44,45,46,48,49,53, 58,60,65,81,83,84,121,125,126,134,147

BAGIAN KETIGA: INDEKS

D Dischard Lafrey 5 Dunlop 4, 57 Duzy (Takmilah Ma’ajim al-Arab dan Mu’jam al-Malabis)

97,98, 121, 171

E Etrek 112,113,114

F Fraehn 30, 52, 53,125,134,153,154,156,169,170, 173

G Ghaziyyah 117

H Hamid bin al-Abbas 14,21,43,47,122

I Ibnu al-Athir (Al-Kamilfi Tarikh) 88

Ibnu al-Adhim (Bughyali al-Thalab) Ibnu al-Faqih al-Hamdany (Al-Buldan) Ibnu al-Thaqthaqy (Al-Fakhr/jfi al-Adab)

RISALAH IBNU FADHLAN

Ibnu Fadhlan 1,2,4, 5, 6, 7,13,15,18,19,20,21,22,23, 24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,36,37,38, 39,41,42,43,44,45,46,47,48,49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61,62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 76, 79, 81, 83, 84, 86, 90, 91,94, 98, 110, 112, 115, 119, 120, 121, 124, 128, 131, 132, 133, 134, 146,147, 149, 152, 153, 167,168, 169, 172,173 Ibnu HauqaI (Surah al-Ard) 9,11,12, 37,46, 52, 66, 67, 68, 86,87,127,168 Ibnu Jarir al-Thabari (Tarikh al-Umam wa al-Mamalik) Ibnu Khardzabah (Al-Masalik wa al-Mamalik) 9,10 Ibnu Miskawaih 15,16,17 Ibnu Qarin 87

Ibnu Rustah (ATA'laq al-Nafisah) 47, 54, 68 Ilghiz 114 India 8,11,31,37,38,149, 171 Isa bin Maryam 125

J Jerman 1,4,12,30,43,52,53, 54, 56, 59, 79

K

Kanar (Tarjamah Ibnu Fadhlan ila Faransiyah) 124,190 Khalil Mirdam 6 Khazaljiyyah 101

BAGIAN KETIGA: INDEKS

Khazar 20,21,23,28,49, 50, 51, 52, 60,63, 64,65, 66, 67, 68,69,70, 101, 115,117, 127, 134, 143,144, 151, 152, 153, 154,168, 171, 172, 173 Kratchovsko 57,72, 169, 173 Krimer 43

M

Ma’juj 45,145 Markwart 54

Miskawaih (Tajaruhal-Umam) 15,16,17 Muhammad Al-Idrisi (Nuzhatal-Mustaq) Muhammad bin Sulaiman 42,43 Muhammad Kurdi Ali 1,3,6,61 Muhammad SAW 125,126

N

Nabi Sulaiman 161 Nadhiral-Haramy 22,23,85,113,122 Nestor 30 Nicholson 52

P

Pecheneg 64, 117 Prancis 30, 123

RISALAH IBNU FADHLAN

Q Qudamah binja’far 9

Qufjaq 117 Qulwas 99 Quraish 8

R

Rasmussen 52 Ritcher 57,189 Romawi 8,13,15,123,161

Rusia 2,4, 5,12,19, 21,22,28, 30, 31,33, 35, 36, 37, 38, 39,45,46,49, 51,52, 53, 54, 55, 57, 58, 59, 64, 65,

66, 70,84,85,120, 125,134,151,153, 166,167, 169

S

Saman 12 Saqalibah 12,19,20,21,22,23,24,27,33,34,38,41,43,

49, 56,64,65, 71, 83, 84,85,92,98,121,123,143, 147, 148,151,152 Sausan al-Rassy 21

Slavia 12, 84 Sudan 13 Suwaz 147

Suyuthi 126,161

BAGIAN KETIGA: INDEKS

T

Tarkhan 114,115

ThahirbinAli 88 Thalut 27,42, 143

V

Vlademir 71,83

W

Wastenfield 54 Westberg 54 Wiragh 147 Wisu 134,142, 145 Y

Yabghu 112 Yahudi 20,28,46, 60,127,152 Ya’juj 45,145 Yaqut al-Hamawi (Mu’jam al-Buldan) 5,12,38,51,62 Yiltawar 19,56,71,83,125 Yinal 108, 114, 115 Yunani 9,53,139



RISALAH IBNU FADHLAN

Z

Zaki Muhammad Hasan (Al-Rihlah al-Muslimun) Zeki Validi Togan 56,59,79

B.

Indeks Tempat dan Lokasi

A

Afrika 8, 9 Afrir 88 Akhtani 116 Aleppo 5,120 Amulu 88 Andalusia 9,11 Ankara 8 Ardan 116

Armenia 153 Artahusmitan 85 Asia Kecil 5

Atil 49,50,51,53,54,64,65,66,85,127,134,144,153, 155,172

Atlantik 8,9,11,31 Auram 120 Auran 120

Q84xd

BAGIAN KETIGA: INDEKS

B

Baghdad 15,18, 19,20,21,23,41,49,60,84,86,98,115, 132,147 Bajagh 118 Baynakh 120

Bikan 88 Bukhara 24, 32, 81, 88, 89, 90, 91

C

Cina 9, 11, 12,31 Copenhagen 52

D

Damaskus 1,8, 75 Damghan 87 Daral-Bustan 16 Daskarah 86

E

Eropa 12, 13,18,19, 20, 30,47,48,49, 56, 65, 73, 83, 84, 85,138, 153

G

Ghana 37

RISALAH IBNU FADHLAN

H

Habasyah 7 Hamdan 86, 87

Homs 87 Hulwan 86

I

India 8, 11, 31,37, 38, 149, 171 Iran 55 Iraq 92 Irkhiz 118 Isfahan 87

J Jaihun 88,93,94,97,117 Jaikh 117 Jakha 118

Jit 99 Jurjan 88 Jurjaniyah 94, 95,99,106,121

K

Kazan 19 Khallajah 143, 147

BAGIAN KETIGA: INDEKS

Kharkiev 59

Khawarizm 32,49, 54,64,85,92,93, 99,107,108,109, 150 Khazar 20, 21, 23,28,49, 50, 51, 52, 60, 63, 64, 65, 66, 67, 68,69,70, 101, 115,117, 127, 134, 143,144, 151, 152,153,154,168,171,172,173 Khurasan 22,85,88,89,90,91,92, 130 Kimuk 101 Kogh 37 Konstantinopel 8

L

Leiden 84, 169 Lipetsk 54, 84

M

Marwa 62,88,90,113,115 Mesir 13,14,15,42,43,53,85 Moskow 19,57,76,134

N

Nahrawan 86 Naisabury 24,87,88

RISALAH IBNU FADHLAN

P

Paris 38,52,79 Perancis 53, 70, 124 Praha 54

Q Qarmisin 86 Qushmahan 88

R

Ray 23,87 Rostock 52

Rusia 2,4,5,12,19,21,22,28,30,31,33,35,36,37,38, 39,45,46,49, 51,52, 53, 54, 55, 57, 58, 59, 64, 65,

66, 70,84,85,120, 125,134, 151,153, 166, 167,169

S

Saint Petersburg 52,53

Sawa 87 Sinman 87 Sirkhas 90 SungaiJaihun 94,97 Suriah 75

BAGIAN KETIGA: INDEKS

T

Teheran 23,87

Thus 55, 76

U

Uni Soviet 5, 57, 88 Uzbekistan 88

V

Volga 19,31,41,53,60,85,117,118,125

W

Wiyabah 53 Wiyabah (Kiev) 53

Z

Zamjan 99

O189>

RISALAH IBNU FADHLAN

C. Indeks Budaya dan Bahasa

Di dalam indeks ini, kami mencantumkan kata-kata yang kami beri keterangan, yaitu kosakata kebudayaan yang terkait dengan nama makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, perabotan, nama hewan, tumbuhan, dan kehidupan

sosial yang ada pada masa itu di kalangan bangsa Arab dan bangsa lainnya yang dikunjungi oleh Ibnu Fadhlan.

B

Bustin 97

D

Dirham Ghitrifiyyah 91

I

‘Irajin 147

J Jawarus 97,105,113,137

K

Ki’ab 93

BAGIAN KETIGA: INDEKS

Kiftan 97 Kimukht 98

M

Madhrab 171

Q Qulanj 150 Qurthaq 97

R

Ran 98 Rumman Amlisi 136

S

Saj 171 Saravvil 98,161 Sammur 137

Suju 124 Syatbah 153 Syiraj 138

RISALAH IBNU FADHLAN

T Thaq 94

Tifuriyah 149

BIBLIOGRAFI

bagian ini kami menyebutkan nama buku referensi yang digunakan di dalam buku ini. i sebutkan tahun dan tempat penerbitannya. Pertama kami cantumkan referensi yang berbahasa Arab atau diarahkan baru kemudian kami cantumkan referensi berbahasa asing. Kami memutuskan untuk menulis referensi

Eropa dengan mengunakan huruf Arab karena beragamnya bahasa yang digunakan sehingga membuat sulit untuk diterbitkan. Referensi ini ada yang berbahasa Rusia, Jerman, Hungaria, dan Prancis. Oleh karenanya, judulnya kami terjemahkan agar mudah ketika hendak merujuknya. A.

Referensi Bahasa Arab dan Terjemahan ke Bahasa Arab:

Abdul Latif al-Baghdady, Rihlah, Mesir: tanpa tahun. Abu al-Fida, Taqwim al-Buldan, Paris: 1840. Abu Ali al-Muhassin al-Tanukhy, Al-Faij Ba’da al-Syiddah, Mesir: 1903.

RISALAH IBNU FADHLAN

Abu Bakr Ahmad bin Muhammad al-Hamdani (atau Ibnu al Faqih), Al-Buldan, London: 1302. Abu Mansyur al-Jiwaliqy, Al-Mu’rab min al-Kalam al-Ajamy ala Hurufal-Mu’jam, Mesir: 1361. Adam Mitz, Al-Hadharah al-Islamiyyah (diterjemahkan oleh Muhammad Abdul Hadi), Kairo: 1941. Al-Bakry, Mu’jam min Asma’ al-Bilad wa al-Mawaqi\ Kairo: 1949. Al-Balkhy, Suwar al-Aqalim, Leiden: 1927. Al-Hafidz Abu al-Qasim Ali bin Asakir, Tarikh Madinah Damsyiq, Damaskus: 1951. Al-Hafidz Ali al-Hithamy, Majma’ al-Zawaid wa Manba’ alFawaid, Kairo: 1352. Al-Idrisy, Nuzhat al-Mustaq fi Ihtiraq al-Afaq, tidak diterbitkan. Al-lshtahary, Masalik al-Mamalik, Leiden: 1927. Al-Jaihany, Al-Masalik wa al-Mamalik. Al-Mas’udy, Murujal-Zhahab, Paris: 1861. Al-Muqaddasi, Ahsan al-Taqasim, Leiden: 1906. Al-Shaby, Rusum Daral-Khilafah, tidak diterbitkan. Al-Shaby, Tuhfah al-Umara’fi Tarikh al-Wuzara’, Beirut: 1904. Al-Suyuthy, Al-Fath al-Kabir, Mesir: Dar al-Maktab alArabiyyah, tanpa tahun. Arib al-Qurtuby, Silah Tarikh al-Thabary, Mesir: tanpa tahun. Diwan al-Nabiyhah al-Syibani, Mesir: Dar al-Kutub, 1932. Dr. Zaki Muhammad Hasan, Al-Rihalah al-Muslimun fi alUsur al-Wusto, Kairo: 1945.

BIBLIOGRAFI

Faransis dan Kurkis Awwad, Buldan al-Khilafah alSyarqiyyah, Baghdad: 1954. Fihrasat al-Kutub wa al-Makhtutah bi Madinah Mashad, Thus: 1345. Hudud al‘Alam, London: 1937. Ibnu Athir, Al-Kamilfi al-Tarikh, Mesir: 1348-1353. Ibnu Hauqal, Surah alArd’, Leiden: 1938. Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Mesir. Ibnu Tughzy Barady, Al-Nujum al-Zahirah, Mesir: Dar alKutub, 1936. Kamaluddin bin al-Adim, Bughyah al-Thalab fi Tarikh Halb, tidak diterbitkan. Miskawaih, Tajarub al-Umam wa Ta’aqub al-Humam, Mesir: 1915. Muhammad bin Ahmad al-Katib al-Khawarizmy, Mafatih al-

‘Ulum, Kairo: 1342. Muhammad bin Ali bin Thabathaba (atau yang dikenal dengan nama Ibnu al-Thaqtaqy), Al-Fakhry fi al-adab al-Sulthaniyyah, Gravzold: 1858. Rihlah Ibnu Batulah atau Tuhfah al Nadhair fi Gharaib al Amsar, Paris: 1927. Sami al-Dihan, Diwan Abu Firas al-Hamdani, Beirut dan

Damaskus: 1944. Sirajuddin Umar bin al-Waridy, Kharidah al-Aja’ib wa Faridah al-Gharaib, Kairo: 1939. Syamsudin al-Damsiqy (atau yang dikenal dengan Syaikh al-Rubwah), Nukhbah al Dahrfi Ajaib al-Barri wa alBahri, Lipetsk: 1923.

Cx195>

RISALAH IBNU FADHLAN

Yaqut ai-Hamawi, Irsadal-Arib atau Mu’jam al Udaba’, Kairo: 1936. Yaqut al-Hamawi, Mu’jam al-Buldan, Lipetsk: 1866. Zambur, Mu’jam al-Ansab wa al-Usrat al-Hakimah (diterjemahkan oleh Dr. Zaki Muhammad Hasan dkk), Kairo: 1951.

B.

Referensi Asing dan Majalah Asing dengan judul yang sudah diterjemahkan

1.

Ulasan orientalis Ritcher di majalah al-Mustariqin al-Alman,

Lipetsk: 1942, edisi 96, him. 98-126. 2.

Ulasan orientalis Blake dan Frey terhadap Risalah Ibnu Fadhlan,

Majalah Bizantina: 1949, him. 37.

3.

Ulasan orientalis Dunlop terhadap Risalah, Majalah berbahasa

Jerman, Stuttgart, him. 307-312.

4.

Ulasan orientalis Chaklady di Majalah al-Majriyah, Budapest:

5.

Terjemahan Risalah ibnu Fadhlan ke dalam Bahasa Perancis

1951, him. 217-243. oleh Mario Kanar, Majalah al-Jazair. 1958, him. 41-146.

6.

Fohn Krimer, Kebudayaan Pada Masa Khalifah, berbahasa

Jerman: 1888. 7.

Perjalanan Ibnu Fadhlan, Majalah al-Mustariqin, Jerman:

8.

Perjalanan Ibnu Fadhlan ke Bulgaria, Moskow: 1939, terdiri

1939, edisi 24.

dari 193 halaman. 9.

Fraehn, Perjalanan Ibnu Fadhlan ke Rusia, Petersburg: 1823.

BIBLIOGRAFI

10. Duzy, Mu’jam li Takmilah Ma'ajim al-Arab (berbahasa Perancis), Paris: 1927.

11. Duzy, Al-Mu’jam al-Mufassal li Asma’ al-Malabis ‘Inda al-Arab (berbahasa Perancis), Amsterdam: 1845.

12. Al-Mausuah al-Islamiyyah lial-Mustariqin (berbahasa Perancis), Leiden: 1913.

PROFIL MUHAQQIQ

Doktor Muhammad Sami Bin Ibrahim al-Dihan lahir

pada tahun 1328 H (1910 M) dan wafat pada tahun 1391 H (1971). Beliau adalah seorang sastrawan dan termasuk salah

satu anggota Lembaga Ilmu Pengetahuan Arab di Damaskus. Beliau lahir di kota Aleppo dan belajar di kota tersebut. Pada tahun 1936, beliau terpilih sebagai perwakilan Orang Syiria untuk belajar di kota Paris dan berhasil meraih gelar Doktor dalam bidang Ilmu Sastra. Pada tahun 1971, Sami al-Dihan kembali ke Syiria dan menjadi salah satu anggota Institut Paris untuk kajian Ilmu Bahasa Arab di Damaskus serta menjadi dosen di Universitas Syiria. Setelah itu, beliau juga diberi mandat untuk mengajar di Ribath Maroko dan menetap di sana selama dua tahun. Sami al-Dihan kemudian pindah ke

Amman (Ibu Kota Yordania) dan mengajar di universitas yang ada di kota tersebut. Akibat terlalu menforsir diri dalam bekerja, beliau sakit selama beberapa waktu dan kehilangan ingatannya. Beliau menghabiskan waktunya di rumahnya di Damaskus hingga beliau wafat dan jasadnya dimakamkan di kota Aleppo. 199

RISALAH IBNU FADHLAN

Di sela-sela kegiatan akademiknya, beliau telah menulis dan

menerjemahkan

sejumlah

buku

serta

menahqiq

sejumlah manuskrip, di antaranya:

1.

Qudama

wa Muasirun

(Tokoh-Tokoh

Klasik

dan

Kontemporer),

2.

Ushul al-Tadris al-Haditsah (Asas-Asas Pengajaran

Modern),

3.

Al-Kitabah: Nusus wa Qawaid (Menulis: Teori dan

Praktek), 4.

Muhammad Kurdi Ali: Biografi dan Kontribusinya,

5.

Para Penyair Ternama di Syiria,

6.

Kumpulan Pidato A mir Syakib Arslan,

7.

Cabang-cabang Sastra Arab (terdiri dari lima jilid),

8.

Darb al-Syuk (Sebuah Bigrafi),

9.

Syair-Syair Terkini di Wilayah Syiria,

10. Referensi Pengajaran Bahasa Arab, 11. Kumpulan Syair Abu Firas al-Hamdani (terdiri dari tiga

jilid), 12. Zubdah al-Aleppo Ibnu Adhim (terdiri dari dua jilid),

13. Hadiah dan persembahan untuk Khalidiyyin, 14. Kumpulan Syair al Wakwa'u al-Dimasqy, 15. Lampiran Tabaqat Hanbali, 16. Catatan-Catatan penting Ibnu Syaddad (terdiri dari dua jilid),

17. Risalah Ibn Fadhlan: Fi Wasf al-Rihlah ilaa Bilad al-Turki

wa al-Khazar wa al-Ruus wa al-Shaqalibah.

Related Documents

Risalah Ibnu Fadhlan.pdf
February 2021 1
Risalah Munajat
February 2021 1
Risalah Muroqobah.pdf
January 2021 1
Tafsir Ibnu Katsir 4.2
January 2021 0
Filsafat Ibnu Thufail
February 2021 4
Bio Ibnu Qayyim (1)
January 2021 0

More Documents from "Syihabudin Ahmad Md Yatim"