Skripsi Lengkap Novika Zulnindi

  • Uploaded by: Kelompok Tutor8
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Skripsi Lengkap Novika Zulnindi as PDF for free.

More details

  • Words: 12,738
  • Pages: 87
Loading documents preview...
SKRIPSI PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS II SD NEGERI 018 MARSAWA KEC. SENTAJO RAYA KAB. KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

Ditulis untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh

NOVIKA ZULNINDI NPM 1510013411069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2020

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama

: Novika Zulnindi

Npm

: 1510013411069

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan

: Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Pengembangan Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Siswa Kelas II SD Negeri 018 Marsawa Kec. Sentajo Raya Kab. Kuantan Singingi Provinsi Riau Universitas

: Bung Hatta

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Siswa Kelas II SD Negeri 018 Marsawa Kec. Sentajo Raya Kab. Kuantan Singingi Provinsi Riau” adalah hasil karya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali sebagai acuan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang lazim. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat ilmiah. Padang, 28 Februari 2020 Saya yang menyatakan:

Novika Zulnindi

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUKSISWA KELAS II SD NEGERI 018 MARSAWA Novikazulnindi1, Syofiani2, SyafniGustina Sari1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2 Program StudiPendidikanBahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta E-mail : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkanmodul pembelajaran bahasa Indonesia dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning pada tema 5 untuk siswa kelas II SD Negeri 018 Marsawa yang valid dan praktis. Teori yang digunakan sebagai acuan adalah pendapat Subana (2009) tentang belajar, Daryanto (2013) tentang modul dan pendapat Jhonson (2007) tentang pendekatan Contextual Teaching and Learning.Jenis penelitian ini adalah Research and Development (penelitian pengembangan). Modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning ini dikembangkan dengan menggunakan three-D models. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IIsemester genap Tahun Ajaran 2019 /2020. Pengumpulan data dilakukan dengan ujivalidasi dan uji coba modul yang dikembangkan. Rancangan modul yang telah didesain divalidasi oleh dua orang pakar kemudian diujicobakan di kelas II SDN 018 Marsawa untuk mengetahui praktikalitas. validasi oleh dua orang ahli diperoleh nilai sebesar 85yang termasuk ke dalam kategori validdan dari uji nilai praktikalitas dari gurudansiswa sebesar 92,57 berada pada kategori sangat praktisBerdasarkan hasil validitas dan praktikalitas, modul ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bahan ajar sehingga siswa mampu belajar baik tanpa bimbingan guru maupun dengan bimbingan guru. Kata kunci : modul bahasa Indonesia, pendekatancontextual teaching and learning

iv

DEVELOPMENT OF INDONESIAN LANGUAGE LEARNING MODULE BASED ON CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING FOR CLASS II STUDENTS AT SD NEGERI 018 MARSAWA

Novikazulnindi1, Syofiani2, SyafniGustina Sari1 1 Elementary School Teacher Education Study Program 2Education Study Program Indonesian Language Faculty of Teacher Training and Education Bung Hatta University E-mail : [email protected]

ABSTRAK This study aims to develop Indonesian language learning modules with the Contextual Teaching and Learning Approach on theme 5 for students in grade II of SD Negeri 018 Marsawa that are valid and practical. The theory used as a reference is the opinion of Subana (2009) about learning, Daryanto (2013) about modules and Jhonson's opinion (2007) about the Contextual Teaching and Learning approach. The type of this research is Research and Development. The Indonesian learning module with the Contextual Teaching and Learning Approach was developed using three-D models. This research was conducted in second grade students even semester 2019/2020. Data collection is done by testing and testing modules that are developed. The module design that was designed was validated by two experts then tested in class II SDN 018 Marsawa to find out practicality. Validation by two experts obtained a value of 85 which is included in the Valid category and from the practicality test value of the teacher students amounting to 92.57 is in the very practical category. teacher guidance as well as with teacher guidance.

Keywords: Indonesian language modules, contextual teaching and learning approaches

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillahirabbil „alamiin kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran Bahasa IndonesiaBerbasisContextual Teaching And LearninguntukSiswaKelas II

SDN018Marsawa”. Selanjutnya,

salawat beserta salam peneliti ucapkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan kepada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini, sehingga menjadi suri tauladan dalam setiap sikap dan tindakan seorang intelektual muslim. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan S-1 di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Bung Hatta, Padang.Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini disampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1.

Dra. Hj. Syofiani, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing peneliti.

2.

SyafniGustina Sari, S.Pd.,M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing peneliti.

3.

Dr. Wirnita Eska, S.Pd,. M.M selaku penguji yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menulis skripsi ini.

4.

Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

vi

5.

Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

6.

Sarlius, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri 018 Marsawa, yang telah bersedia memberikan izin peneliti melakukan penelitian di sekolah tersebut.

7.

NopridaYulita S.Pd. selaku guru kelas II SD Negeri 018Marsawa yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian dikelas II. Semoga bantuan, bimbingan, dan petunjuk Bapak dan Ibu berikan menjadi

amal shaleh dan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt. Amiin ya Rabbal „alamiin. Penulisan skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi Program Studi PGSD FKIP Universitas Bung Hatta khususnya dan semua pihak pada umumnya.

Padang,

Februari 2020

Peneliti

vii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................i HALAMAN PENGESHAN UJI SKRIPSI ............................................................ii SURAT PERNYATAAN ........................................................................................iii ABSTRAK ................................................................................................................iv KATA PENGANTAR ..............................................................................................vi DAFTAR ISI .............................................................................................................vii DAFTAR TABEL ....................................................................................................viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ix DAFTAR BAGAN ....................................................................................................x BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................................1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................................4 C. pembatasan Masalah ......................................................................................4 D. Rumusan Masalah ..........................................................................................5 E. Tujuan Pengembangan ...................................................................................5 F. ManfaatPengembangan ..................................................................................6 G. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan ............................................................6

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Pustaka................................................................................................8 1.

Pembelajaran Bahasa Indonesia ..............................................................8

2.

Kurikulum 2013 ......................................................................................12

3.

Modul ......................................................................................................13

4.

Model PembelajaranDenganpendekantanContextual Teaching and Learning ..................................................................................................20

5.

Pembelajarandengan pendekatan Contextual Teaching and Learning ...26

viii

6.

TinjauantentangmodulpembelajaranberbasisContextual Teaching and Learning ..................................................................................................27

7.

ModulPembelajaranBerbasisContextual Teaching and Learning...........29

B. Penelitian yang Relevan ................................................................................30 C. KerangkaBerfikir............................................................................................32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...............................................................................................33 B. Model Pengembangan ....................................................................................34 C. Prosedur Pengembangan ...............................................................................34 1.

Define(Pendefinisian) ..............................................................................34

2.

Design (Desain) .......................................................................................37

3.

Development (Pengembangan) ................................................................37

D. UjiCobaProduk...............................................................................................41 1. Subjek Uji Coba .................................................................................41 2. Jenis Data ...........................................................................................41 3. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................41 4. Teknik Analisi Data ...........................................................................43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data Uji Coba ................................................................................45 B. Analisis Data ..................................................................................................46 C. Revisi Produk .................................................................................................65 D. Kelemahan Penelitian.....................................................................................67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ....................................................................................................68 B. Saran ...............................................................................................................68 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................68 LAMPIRAN ..............................................................................................................70

ix

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Jumlah dan Persentase Siswa yang Mencapai Ketuntasan Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Ujian Semester II Kelas II /SD negeri 18 Marsawa Kecamatan Sentajo Raya Kab.Kuantan Singing, Riau Tahun Pelajaran 2018/2019.......................................................................................................3 2. Pembagian Format Keteraturan Struktur Modul ............................................17 3. Daftar Nama Validator Modul Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning................................................................38 4. Daftar Nama Guru yang Menguji Praktikalitas Modul Bahasa Indonesia dengan

Pendekatan

Contextual

Teaching

and

Learning

yang

dikembangkan ................................................................................................39 5. Pernyataan untuk Lembar Validasi ................................................................41 6. Skala Penilaian untuk Lembar Validasi dan Praktikalitas .............................42 7. Presentase Penilaian Validitas........................................................................44 8. Presentase Penilaian Praktikalitas ..................................................................44 9. Saran-saran

Validator

terhadap

Modul

Bahasa

Indonesiadengan

Pendekatan Contextual Teaching and Learning yang dikembangkan ...........61 10. Data Hasil Validasi Modul oleh Validator .....................................................62 11. Data HasilValidasiModulolehAhli Media / Tampilan ...................................62 12. Hasil Uji Praktikalitas ModulPembelajaranBahasa Indonesia dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning oleh Guru ...........................63 13. Hasil Uji Praktikalitas Modul PembelajaranBahasa Indonesia dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning oleh Siswa ..........................64

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Cover Depan Modul .......................................................................................50 2. Cover Belakang Modul ..................................................................................50 3. Tampilan Halaman KI-KD dan Peta Konsep .................................................51 4. Petunjuk Penggunaan Modul .........................................................................52 5. Kegiatan Konstruktivisme ..............................................................................53 6. Kegiatan Inquiri .............................................................................................54 7. KegiatanQuetioning .......................................................................................54 8. KegiatanLearning Community .......................................................................55 9. KegiatanModelling .........................................................................................56 10. KegiatanReflection .........................................................................................57 11. KegiatanAssessment .......................................................................................57 12. Tampilan Halaman Glosarium .......................................................................58

xi

DAFTAR BAGAN

Bagan

Halaman

1. KerangkaBerfikir............................................................................................32 2. Modifikasi Langkah- langkah Pengembangan Modul berdasarkandengan Pendekatan 4-D, menjadi 3-D ........................................................................40

xii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I.

Instrument Validasi Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning oleh Pakar/Dosen Ahli ......70

II.

Instrument Validasi Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning oleh Pakar/Dosen Ahli ......72

III.

Tabel Hasil Angket Validitas Modul oleh Dosen ..........................................74

IV.

Instrument

Praktikalitas

Pembelajaran

Bahasa

Indonesia

dengan

Pendekatan Contextual Teaching And Learning oleh Guru ...........................76 V. VI.

Tabel Angket Praktikalitas oleh Guru ............................................................79 Instrument Uji Praktikalitas Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Contextual Teaching And LearningolehSiswa ...............80

VII.

Rekap Data Praktikalitas Siswa .....................................................................92

VIII.

Nilai Praktikalitas oleh Siswa ........................................................................94

IX.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..............................................................103

X.

Dokumentasi Kegiatan Penelitian .................................................................110

xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Peningkatan kualitas SDM jauh lebih mendesak untuk segera direalisasikan terutama dalam menghadapi era persaingan global. Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM sejak dini merupakan hal penting yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh. Pembelajaran pada dasarnya

merupakan proses guru membelajarakan

siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Salah satu mata pelajaran yang menuntut kemampuan dan pemahaman seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran adalah mata pelajaran bahasa Indonesia. Bahasa merupakan alat komunikasi bagi masyarakat, karena bahasa memegang peran penting dalam proses komunikasi dengan sesama manusia untuk hidup bermasyarakat. Sebagai alat komunikasi, bahasa digunakan sebagai cara dalam menyampaikan apa yang dipikirkan atau tujuan yang seseorang rasakan kepada orang secara lisan serta tulisan. Melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar, siswa diharapkan memiliki pengetahuan dan wawasan tentang

dasar Bahasa

Indonesia.Agar tercapainya tujuan Bahasa Indonesia tersebut harus didukung oleh proses pembelajaran yang kondusif karena pembelajaran yang dikembangkan oleh 1

2

guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar. Demikian pula keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai pendekatan serta strategi dalam pembelajaran. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan proses pembelajaran Bahasa Indonesia adalah menggunakan media yang tepat dan benar dalam proses pembelajaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19November 2018 sampai Rabu tanggal 21 November 2018 di kelas II SD Negeri 18Marsawa, Sentajo Rayaditemukanbahwa ada permasalahan dalam proses pembelajaran. Masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, diantaranyaguru menggunakan bahan ajar berupa LKS dan buku cetak. Selain itu,dalam proses pembelajaran, guru dominan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan.Belum tersedianya modul pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada pembelajaran tema 5 pengalamanku subtema 2 pengalamanku di sekolah dengan materi puisi anak pada kelas II SD Negeri 18 Marsawa.Di samping itu, peneliti juga melihat kurangnya keinginan siswa untuk bertanya, padahal mereka belum menguasai materi yang diajarkan oleh guru.Hal ini terlihat ketika guru memberikan pertanyaan, hanya tiga atau empat orang siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru. Ketidakpahaman siswa dalam memahami materi pelajaran dengan baik, mengakibatkan rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesi yang diperoleh siswa. Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas II SD Negeri 18 Marsawa Kecamatan Sentajo Raya Kab. Kuantan Singingi, Riaumasih tergolong rendah, masih banyak

3

siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 75. Hal ini dapat dilihat dari nilai ujian semester II siswa kelas II, seperti yang terlihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Siswa yang Mencapai Ketuntasan Pemlajaran Bahasa Indonesia Pada Ujian Semester II kelas II SD Negeri 18Marsawa Kecamatan Sentajo Raya Kab. Kuantan Singingi, RiauTahun Pelajaran 2018/2019 Siswa yang Tuntas Kelas

II

(≥75)

Jumlah Siswa

30

Siswa yang Belum Tuntas (<75)

Jumlah

Persentase

Jumlah

Persentase

13

43.33 %

17

56,66 %

Salah satu alternatifuntuk mengatasi permasalahan tersebut, bahan ajar berupa modul dapat dikembangkan dengan menggunakan salah satu pendekatan untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa. Siswa menjadi senang belajar Bahasa Indonesia dan diharapkan meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning. Melalui penelitian ini, peneliti akan mencoba mengembangkan modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan kurikulum 2013 berbasis Contextual Teaching and Learning karena minimnya penelitian tentang pengembangan modul dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar. Contextual Teaching and Learning

adalah sebuah sistem yang

menyeluruh. Contextual Teaching and Learning terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bangian

4

ini terjalin sati sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagian secara terpisah Jhonson, (2007:65). Berdasarkan

uraian

yang

dikemukakan

tersebut,

alternatifyang

ditentukan,yaitu mengembangkan modul dengan menggunakan pendekatan berbasis Contextual Teaching and Learningdalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SD Negeri 18Marsawa, Sentajo Raya, Keb. Kuantan Singingi, Riau. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: (1) Guru menggunakan bahan ajar berupa LKS dan buku cetak namun masih belum mampu membelajarkan siswa. (2) Dalam proses pembelajaran, guru dominan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. (3) Belum tersedianya modul pembelajaran dengan pendekatanContextual Teaching and Learning pada Tema 5 subtema 2pada kelas II SD Negeri 18 Marsawa. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan ruang lingkup permasalahan, penelitian ini dibatasi pada pengembangan modul pembelajaran Bahasa Indonesia tentang pembelajaran Tema 5 “pengalamanku” Subtema 2 “pengalamanku di sekolah” dengan materi puisi anakberbasis Contextual Teaching and Learning untuksiswa kelas II SD Negeri 018 Marsawa.

5

D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut,rumusan masalah dalam penelitan ini antara lain sebagai berikut : 1) Bagaimana pengembangan modul pembelajaran Bahasa Indonesia kelas II dengan pendekantan Contextual Teaching and Learning pada Tema 5 subtema 2 yang valid SDN 18 Marsawa, Sentajo Raya, Kuantan Singingi, Riau? 2) Bagaimana pengembangan modul pembelajaran Bahasa Indonesia kelas

II

dengan

Pendekatan

Contextual

Teaching

and

Learningyang praktis pada Tema 5 subtema 2 di SDN 18 Marsawa,Sentajo Raya, Kuantan Singingi, Riau? E. Tujuan Pengembangan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalahuntuk : 1) menghasilkan

modul pembelajaran Bahasa Indonesiatema 5

berbasis Contextual Teaching and Learningyang validuntuksiswa kelas II SD Negeri 18 Marsawa pada tema 5 di SDN 018. 2) Menghasilkan modul pembelajaran Bahasa Indonesia kelas II SDN 018 Marsawa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning yang praktis pada tema 5 di SDN 018 Marsawa. F. Manfaat Pengembangan Melalui pengembangan modul pembelajaran Bahasa Indonesiadengan pendekatanberbasis Contextual Teaching and Learningini, diharapkan dapat

6

memberikan manfaat baik secara praktis maupun akademis, adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut: (1) Bagi kepala sekolah, sebagai rujukan untuk memberikan motivasi kepada guru, agar lebih kreatif dalam mengembangkan bahan pembelajaran. (2) Bagi guru dan calon guru, sebagai alternatif bahan ajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, juga dapat dijadikan rujukan dalam mengembangkan bahan pelajaran guna penyelesaian masalah belajar yang di temukan di dalam kelas. (3) Bagi siswa, untuk membantu mempelajari Bahasa Indonesia melalui modul yang telah dikembangkan. (4) Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian sejenis dan lebih lanjut dalam bidang yang sama

G. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah modul pembelajaran pada materi temaa 5 subtema 2 dengan spesifikasi sebagai berikut: (1) Penyusunan modul ini diintegrasikan dengan pendekatanContextual Teaching and Learning (CTL). (2) Modul berisi kata pengantar, daftar isi, peta konsep (bagan materi), isi (materi), evaluasi, glosarium (daftar istilah), kunci jawaban, dan daftar pustaka. (3) Bagian isi modul dibagi menjadi dua pembelaajaran yang pertama yaitu Tema 5 subtema 2 pembelajaran 1 dan yang kedua yaitu Tema 5 subtema 2 pembelajaran 2. (4) Modul ini dapat digunakan oleh siswa sebagai sumber belajar dengan bimbingan guru maupun tanpa bimbingan guru.

7

8

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini, dijelaskan teori-teori sebagai landasan penelitian. Ada pun teori-teori tersebut, yaitu tinjauan tentang kajian teori, tentang penelitian yang relevan dan tentang tinjauan kerangka konseptual. A. Kajian Pustaka Pada kajian teori ini akan disajikan tentang pembelajaran Bahasa Indonesia, modul, metode pembelajaran dan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL). 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia a. Belajar Belajar menurut Subana (2009:9), suatuproses perubahan tingkah laku pada siswa akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya melalui proses pengalaman dan latihan.Selanjutnya, Hamalik (2012:28), menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mengubah tingkah laku pada peserta didik dengan cara interaksi antara individu dengan individu itu sendiri dan individu dengan lingkungan sekitarnya.

9

b. Pembelajaran Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses membuat orang belajar, dari tidak mengetahui sesuatu menjadikan orang itu bisa tahu. Susanto (2013:18) menyatakan bahwa kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Selanjutnya, pembelajaran menurut Anitah (2009: 1.18) merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi, istilah pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar, proses belajar mengajar atau kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Hal yang sangat penting dalam pembelajaran adalah suatu kombinasi yang terdiri dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur. Dalam proses pembelajaran dibutuhkan komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, baik langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

10

c. Tujuan Pembelajaran Menurut Anitah (2009:31),tujuan pembelajaran menyangkut kepada tiga kelompok perilaku, yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Susanto (2013:245), tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Berdasarkan pendapat tersebut, tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah untuk

meningkatkan kepribadian

dan memperluas

wawasan

kehidupannya serta meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan. d. Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam Tarigan, 2008: 7). Membaca adalah suatu kegiatan atau cara dalam mengupayakan pembinaan daya nalar (Tampubolon, 1987:6). Dengan membaca, seseorang secara tidak langsung sudah mengumpulkan kata demi kata dalam mengaitkan maksud dan

11

arah bacaannya yang pada akhirnya pembaca dapat menyimpulkan suatu hal dengan nalar yang dimilikinya. Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan Membaca adalah suatu kegiatan mengamati bahasa tulis yang bertujuan untuk memperoleh suatu pengetahuan atau pesan yang disampaikan oleh penulis. e. puisi anak Secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani ”poeima” atau ”Poesis” yang berarti pembuatan. Sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut ”Poem” atau ”Poetry” yang berarti membuat atau pembuatan, karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah. Definisi puisi cukup banyak, salah satu pendapat yang cukup mudah dipahami diantaranya mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya Sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa, yakni struktur fisik dan struktur batinnya ( Waluyo.1995:28, dalam buku Drs.Supriyadi, Mpd. Pembelajaran Sastra yang apresiatif dan Integratif dari SD 2006:44 ). Berdasarkan asal-usul istilah puisi dari atas dan berbagai pendapat para ahli, pengertian puisi dapat didefinisikan sebagai salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata, rima, dan irama sebagai media penyampaian untuk membuatkan ekspresi, ilusi dan imajinasi. Bila dibandingkan dengan karya sastra fiksi atau drama, pilihan kata dalam puisi cenderung padat, singkat, imajinatif sehingga dikatakan mempunyai bentuk tersendiri. Penggunaan rima dan irama agar puisi lebih indah juga merupakan pembeda yang sangat signitifikan bola dibandingkan fiksi dan drama. 

Pengertian Puisi Anak Menurut Norton (323-324) puisi anak-anak mempunyai kriteria sebagai

berikut:

12

1. Puisi anak adalah puisi yang berisi kegembiraan. 2. Mengutamakan bunyi bahasa dan membangkitkan semangat bermain bahasa. 3. Harus berupaya memperbaiki ketajaman imajinasi visual dan kata yang dipergunakan mengmbangkan imajinasi, dan melihat serta mendengar kata-kata dalam cara baru. 4. Menyajikan cerita sederhana dan memperkenalkan tindakan sehari-hari. 5. Dituls berdasarkan pengalaman anak. 6. Berbentuk informasi sederhana yang membuat anak dapat menafsir dan menangkap sesuatu dari puisi itu. 7. Tema puisi harus menyenangkan anak-anak, menyatakan sesuatu kepada anak, menggelitik egonya, mengingat kebahagiaan, menyentuh kejenakaan dan membangkitkan semangat pribadi anak-anak. 8. Dapat dibaca anak-anak dan mudah dimengerti. Dalam membaca puisi diperlukan intonasi, lafal dan mimik dalam dalam menyampaikan sebuah puisi begitu juga dengen puisi anak. Intonasi dalam puisi anak merupakan dinamik atau tekanan pada kata-kata yang dianggap penting, seperti intonasi nada atau tekanan nada tinggi rendahnya suara. Sementara itu suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa dan sebagainya. Sedangkan ekspresi yang dimaksud adalah mimik/gestur seseorang dlm membacakan sebuah puisi, karena dalam membacakan puisi butuh sebuah penghayatan dan penjiwaan. Begitu juga dalam membaca puisi diperlukan lafal dalam membacanya. Lafal dalam membaca Puisi maksudnya adalah Membaca puisi harus mengerti cara pembacaan huruf yang tepat seperti membaca huruf (f) tidak bias disamakan dengan pembacaan huruf (v) dan (p). 2. Kurikulum 2013 a. Pengertian Kurikulum 2013

13

Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Fadilla, 2014:16). Pada kurikulum

2013 lebih menekankan adanya peningkatan dan

keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan, selain itu pembelajaran bersifat tematik integrative dalam semua mata pelajaran. Sedangkan menurut Majid, dkk (2014: 1) kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013 kurikulum yang dalam kegiatannya dilakukan dengan menghubungkan antara pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lain yang kemudian dijadikan satu tema atau topic. Karena pada tahun 2013 terjadi pembaharuan kurikulum, dan mulai tahun ajaran 2019/2020 semua sekolah diwajibkan menggunakan kurikulum 2013 sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajran guna meningkatkan pemahaman siswa dalam menangkap mat pelajaran. 3. Modul a. PengertianModul Daryanto (2013:9) mengatakan bahwa modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk

14

membantu peserta didik dalam menguasai tujuan belajar yang spesifik. Selanjutnya, Prastowo (2014:209) menyatakan modul merupakan sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan tingkat pengetahuan dan usianya, agar mereka dapat belajar mandiri. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa modul merupakan bahan ajar yang ditulis secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, yang didalamnya terdapat seperangkat pengalaman belajar yang terencana agar mereka belajar mandiri tanpa bimbingan atau dengan bimbingan guru. Kemudian dengan modul, siswa juga dapat mengukur tingkat penguasaannya terhadap modul yang dipelajari. b. Karakteristik Modul Daryanto (2013:9) mengatakan untuk menghasilkan modul yang baik dan menarik yang dapat meningkatkan kemampuan, motivasi dan hasil belajar

pesertadidik,

karakteristik

sebagai

pengembangan berikut:(1)Self

modul

harus

instructional,

memperhatikan siswa

mampu

membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain, (2) Self contained, seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut, (3) Stand alone, modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain, (4) Adaptif, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, (5) User friendly, modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat/akrab dengan pemakainya.

15

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan karakteristik modul antara lain: (1) modul dirancang khusus untuk pembelajaran mandiri, sehingga guru nantinya akan berperan sebagai fasilitator serta motivator, (2) modul memuat rangkaian kegiatan pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis, (3) modul memuat seluruh materi pelajaran yang dibutuhkan, (4) modul memiliki cakupan yang terukur untuk mencapai tujuan pembelajaran, (5) modul disajikan secara komunikatif, (6) modul tidak tergantung bahan ajar dan media pembelajaran yang lain.

c. KomponenModul Untuk membuat modul yang baik dan benar salah satu hal yang harus diperhatikan adalah komponen modul. Menurut Prastowo (2014:214),modul paling tidak berisi tujuh komponen, sebagai berikut: judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan di capai, informasi pendukung, latihan, petunjuk kerja, dan lembar evaluasi. Dapat disimpulkan bahwa dalam modul setidaknya memuat komponen sebagai berikut: (1) judul, judul modul yang ditentukan harus mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar atau materi pokok yang ada dalam kurikulum, (2) kata pengantar, memuat informasi tentang peran modul dalam proses pembelajaran, (3) daftar isi, memuat kerangka (outline) modul dan dilengkapi dengan nomor halaman, (4) peta kedudukan modul, adalah diagram yang menunjukan kedudukan modul dalam keseluruhan program pembelajaran, (5) Glosarium, memuat tentang arti dari

16

setiap istilah, kata-kata sulit, dan asing yang digunakan dan disusun menurut huruf abjad, (6) pendahuluan, berisi standar kompetensi yang akan dipelajari dalam modul, deskripsi singkat tentang nama dan ruang lingkup isi modul, dan tujuan akhir yang hendak dicapai siswa setelah mempelajari modul, (7) kegiatan belajar, berisi kemampuan yang harus dikuasai siswa, uraian materi, rangkuman, tugas, tes, dan lembar kerja praktik yang akan dilaksanakan siswa dalam belajar. (8) evaluasi, berisi tes kognitif (pengetahuan), afektif (pemahaman), dan psikomotor (keterampilan). (9) kunci jawaban, berisi jawaban dari pertanyaan tes yang diberikan pada setiap kegiatan pembelajaran dan evaluasi pencapaian kompetensi, dan dilengkapi kriteria penilaianpada setiap item. (10) daftar pustaka, berisi semua referensi yang digunakan sebagai acuan pada saat menyusun modul. d. Langkah-langkah Penyusunan Modul Dalam menyusun sebuah modul, tentu terdapat beberapa langkah dalam

penyusunannya

agar modul

yang

dihasilkan

sistematis

dan

mudahdipahami oleh siswa. Menurut Prastowo (2014 : 217), ada empat langkahyang harus dilalui dalam penyusunan modul yaitu: analisis kurikulum,penentuan judul modul, pemberian kode modul, penulisan modul. Sementara itu, Daryanto (2013:16-24) menyatakan penulisan moduldilakukan

dengan

tahapan

modul,desain modul, implementasi, jaminankualitas.

sebagai

berikut: analisis kebutuhan

penilaian, evaluasi

dan validasi,

17

Dari dua pendapat ahli dapat disimpulkan, adapun langkah-langkah penyusunan modul antara lain: 1) Analisis kurikulum, ini dilakukan untuk mengetahui materi mana di dalam kurikulum yang membutuhkan modul sebagai bahan ajar. 2) Menentukan

judul modul.

setiap

modul yang

dibuat hendaknya

memiliki judul yang menggambarkan isi modul, 3) Menyusun kerangka modul, sebelum kita menulis sebuah modul, hendaknya menulis kerangka modul, 4) Penulisan modul, setelah kerangka modul disiapkan, maka guru sudah bisa menulis sebuah modul yang berpanduan pada kerangka modul yang telah dibuat, 5) Validasi modul, setelah modul selesai ditulis, maka modul sudah bisa divalidasi oleh validator, 6) Implementasi modul, setelah modul selesai, langkah selanjutnya mengimplementasikan modul di lapangan. e. Elemen Mutu Modul Mutu modul adalah tingkat baik atau buruknya modul, layak atau tidak layaknya modul digunakan dalam pembelajaran. Menurut Daryanto (2013:13),

untuk

menghasilkan

modul

yang

efektif,

modul

perlu

dikembangkan dengan memperhatikan beberapa elemen, yaitu: format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, spasi kosong dan konsistensi. (1) Format

18

Menurut Prastowo (2014: 241), ada tiga variabel yang berpengaruh dalam format, yaitu: ukuran halaman dan format judul, kolom dan margin, serta penempatan tabel, gambar dan diagram. Berikut contoh pembagian format keteraturan struktur modul: Tabel 2. Pembagian Format Keteraturan Struktur Modul Waktu pemberian Sebelum Mulai Materi

Pada Saat Pemberian Materi

Setelah pemberian materi

Nama Komponen 1. Judul 2. Kata Pengantar 3. Daftar Isi 4. Latar Belakang 5. Deskripsi Singkat 6. Standar Kompetensi 7. Peta Konsep 8. Manfaat 9. Tujuan Pembelajaran 10. Petunjuk Penggunaan Modul 11. Kompetensi Dasar 12. Materi Pokok 13. Uraian Materi 14. Heading 15. Ringkasan 16. Latihan atau Tugas 17. Tes Mandiri 18. Post-Test 19. Tindak Lanjut 20. Harapan 21. Glosarium 22. Daftar Pustaka 23. Kunci Jawaban

Sumber: Prastowo (2014: 22)

(2) Organisasi Menurut Daryanto (2013:13), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian isi modul adalah sebagai berikut: (a) tampilkan peta/bagan yang menggambarkan cakupan materi yang aka dibahas dalam modul, (b) organisasikan isi materi pembelajarandengan susunan yang sistematis, sehingga memudahkan

19

siswa memahami materi, (c) susun dan tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi sedemikian rupa, sehingga informasi mudah dimengerti oleh siswa, (d) organisasikan antar bab, antar unit dan antar paragraf dengan susunan alur yang memudahkan siswa memahaminya, (e) organisasikan antar judul, subjudul dan uraian yang mudah diikuti siswa. Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian isi modul antara lain: pengorganisasian bagan/peta konsep, isi materi, penyusunan teks materi dengan ilustrasi, pengorganisasian antar bab, unit dan antar paragraf, yang disusun agar siswa mudah memahami modul.

(3) Daya Tarik Daya tarik modul dapat ditempatkan di beberapa bagian seperti: bagian sampul modul dengan mengkombinasikan warna yang menarik bagi pembaca, selanjutnya pada bagian isi modul, dengan menempatkan rangsangan-rangsangan berupa ilustrasi. (4) Bentuk dan Ukuran Huruf Dalam penyusunan modul tentunya harus memperhatikan bentuk dan ukuran huruf yang digunakan didalamnya, agar modul yang dikembangkan mudah dipahami oleh siswa. Menurut Daryanto (2013:14), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bentuk dan ukuran huruf yang digunakan dalam modul adalah sebagai berikut: (a) gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca dan sesuai dengan karakteristik umum peserta didik, (b) gunakan perbandingan huruf yang proporsional antar judul, sub judul dan isi naskah, (c) hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat membuat proses membaca menjadi sulit.

20

Berdasarkan pendapat Daryanto, dapat disimpulkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bentuk dan ukuran huruf dalam modul adalah: kejelasan huruf, hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, sesuaikan perbandingan ukuran huruf pada judul dengan judul dan naskah materi (5)Ruang (spasi kosong) Gunakan spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau gambaran untuk menambah kontras penampilan modul. Spasi kosong dapat berfungsi untuk menambahkan catatan penting dan memberikan kesempatan jeda bagi peserta didik. Gunakan dan tempatkan spasi kosong tersebut secara proporsional. (6) Konsistensi (a) Gunakan bentuk dan huruf secara konsisten dari halaman ke halaman. Usahakan agar tidak menggabungkan beberapa cetakan dengan bentuk dan ukuran huruf yang terlalu banyak variasi. (b) Gunakan jarak spasi konsisten. Jarak antar judul dengan baris pertama, antara judul dengan teks utama. Jarak baris atau spasi yang tidak sama sering dianggap buruk dan tidak rapi. (c) Gunakan tata letak pengetikan yang konsisten, baik pola pengetikan maupun margin atau batas-batas pengetikan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam konsistensi dalam membuat modul adalah: Gunakan bentuk dan huruf secara konsisten dari halaman ke

21

halaman,gunakan jarak spasi konsisten, danGunakan tata letak pengetikan yang konsisten. 4. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) a.

Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

(CTL)merupakan satu konsep belajar yang dapat membantu guru mengkaitkan antara yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam pembelajaran kontekstual memungkinkan siswauntuk menghubungkan isi mata pelajaran akedemik dengan konteks kehidupan sehari-hari.Sehingga pengalaman belajar siswa dapat diaplikasikan lansung dalam dunia nyata. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan , mencoba, dan mengalami sndiri dalam proses belajar mengajar sehingga pembelajran akan lebih bermakna. b. Komponen Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Pembelajran Contextual Teaching and Learning (CTL)memiliki tujuh komponen utama yaitu: 1) Konstruktivisme Konstruktivisme

merupakan

landasan

berfikir

pendekatan

CTL.Dalam konstruktivisme pengetahuan siswa dibangun secara bertahap

22

dan hasil yang diperoleh melalui konteks yang terbatas.Pengetahuan yang diperoleh tidak hanya seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap diambil dan diingat belaka, melainkan siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan tersebut barulah kemudian memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Dengan dasar tersebut pembelajaran harus dikemas menjadi proses ”mengkonstruksi” bukan ”menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif selama dalam prooses pembelajaran, sehingga siswa menjadi pusat kegiatan. 2) Inquiry(menemukan sendiri) Inquiry merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diperoleh dengan cara menemukan sendiri. Oleh sebab itu proses pembelajaran yang dirancang guru harus berbentuk kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Langkah-langkah pembelajarannya dimulai dengan merumuskan masalah, mengamati, menganalisis, dan mengkomunikasikan 3) Questioning (bertanya) Questioning merupakan strategi yang utama dalam pendekatan kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru yntuk mendorong, membeimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa.

23

4) Learning community(masyarakat belajar) Learning community

merupakan salah satu teknik dalam

pendekatan kontekstual. Dengan tekhnik ini pembelajaran diperolah dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh melalui shering antar teman, antar kelompok dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Kegiatan ini akan terjadi bila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya dan tidak ada pihak yang menganggap dirinya yang paling tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari. 5) Modeling(pemodelan) Maksud dari pemodelan adalah pembelajaran dilakukan dengan menampilkan model yang bisa dilahat, dirasa dan bahkan bisa ditiru oleh siswa.Dalam praktiknya guru bukan merupakan satu-satunya model. Karena model yang disampaikan akan menjadi standar kompetensi yang akan dicapai, maka jika guru tidak mampu menjadi model jangan sekalikali memaksakan diri. Guru dapat mendatangkan model dari luar. Model tersebut bisa dari siswa yang dianggap mampu, atau para pakar ke dalam kelas 6) Reflection ( refleksi) Reflection adalah cara berfikir tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian , aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Tujuan dari kegiatan

24

refleksi ini adalah untuk melihat sudah sejauh mana pengetahuan yang dibangun sebelumnya dapat mengendap di benak siswa. Oleh sebab itu kegiatan refleksi ini harus selalu dilakukan sebelum guru mengakhiri proses pembelajaran untuk setiap kali pertemuannya. 7) Authentic Assessment (penilan yang sebenarnya) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Kegiatan ini perlu dilakukan guru untuk mengetahui dan memastikan bahwa siswa telah mengalami proses pembelajaran dengan benar. Dan apabila dari hasil assessment ini diketahui siswa mengalami kesuliatan dalam menguasai kompetensi, maka guru harus segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa dapat menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. c. Prinsip-prinsip Pembelajran Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Johnson (2008:69) ”Ada tiga prinsip ilmiah dalam CTL yaitu: 1) Prinsip Kesaling-bergantungan 2) Prinsip Diferensiasi 3) Prinsip Pengaturan Diri”. Secara rinci akan diuraikan sebagai berikut: 1) Prinsip Kesaling-bergantungan Dengan bekerja sama, siswa terbantu dalam menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Bekerja sama akan membantu mereka saling mendengarkan akan menuntun pada keberhasilan. Prinsip kesaling-bergantungan menuntun pada penciptaan hubungan. Guru

25

yang bertindak menurut prinsip ini akan menolong siswa membuat hubunganhubungan untuk menemukan makna. 2) Prinsip Diferensiasi Kata diferensiasi merujuk pada dorongan terus-menerus dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman yang tak terbatas, perbedaan, berlimpahan dan keunikan. Prinsip diferensiasi menyumbangkan kreativitas indah yang berdetak di seluruh alam semesta. 3) Prinsip Pengaturan Diri Prinsip pengorganisasian diri menganugerahi setiap entitas dengan kepribadiannya,

kesadarannyatentang

dirinya,

dan

potensinya

untuk

melanggengkan dirinya dan menjadi dirinya.Keterkaitan prinsip-prinsip pengorganisasian diri, kesaling-bergantungan, dan diferensiasi menjaga ketenangan, keseimbangan, dan keberadaan sistem kehidupan alam semesta. Berkaitan dengan faktor kebutuhan individu siswa untuk menerapkan pembelajaran CTL guru perlu memegang prinsip pembelajaran menurut Nurhadi (2003:20) yaitu: ”1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa 2) Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung 3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri 4) Mempertimbangkan keragaman siswa 5) Memperhatikan multiintelegensi 6) Menggunakan teknik-teknik bertanya 7) Menerapkan penilaian autentik”. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran CTL sebagai berikut: 1) Merencanakan pembelajaran sesuai

26

dengan kewajaran perkembangan mental siswa 2) Membentuk kelompok belajar

yang

(keragaman)

saling siswa

tergantung 4)

3)

Mempertimbangkan

Menyediakan

lingkungan

yang

diferensiasi mendukung

pembelajaran mandiri 5) Memperhatikan multi-intelegensi 6) Menerapkan penilaian autentik 5. Pembelajaran dengan PendekatanContextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan seharihari.Trianto (2009:104) mengatakan bahwa: “Pembelajaran Contextual Teaching and learning (CTL), merupakan suatu konsepsi yang membantu guru dalam mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotifasi siswa dalam membuat hubungan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga, negara, dan tenaga kerja”. Contextual Teaching and Learning adalah sebuah sistem yang menyeluruh. Contextual Teaching and Learning terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagianbagiannya secara terpisah Johnson, (2007:65), sistem Contextual Teaching and Learning mencakup delapan komponen berikut ini: (a) membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, (b) melakukan pekerjaan yang berarti, (c) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, (d) bekerja sama, (e) bepikir kritis dan kreatif, (f) membantu

27

individu untuk tumbuh dan berkembang, (g) mencapai standar yang tinggi, (h) menggunakan penilaian autentik. Selanjutnya B, Jhonson (2007:14) mengemukakan bahwa: “Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila siswa mampu menangkap makna dalam pelajaran akademis yang mereka terima, den mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumya”. Dari

beberapa

pendapat

tersebut

dapat

disimpulkan

bahwa

pembelajaran dengan pendekatanContextual Teaching and Learning adalah suatu sistem pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan dunia nyata atau kehidupan sehari-hari peserta didik. Sistem pembelajaran tersebut bersifat menyeluruh yang memiliki bagian-bagian yang saling terhubung antara satu bagian dengan bagian yang lainnya. 6. Tinjauan Tentang Modul Pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL)

Langkah-langkah pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)antara lain: (1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar

lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. (2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topic. (3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. (4) Menciptakan masyarakat belajar. (5) Menghadirkan model sebagia contoh belajar. (6) Melakukan refleksi diakhir pertemuan. (7) Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara.

28

Adapun langkah-langkah CTL Menurut Shoimin (2014:41) sebagai berikut : (1) Kerja sama, (2) saling menunjang, (3) menyenangkan, tidak membosankan, (4) belajar dengan bergairah, (5) pembelajaran terintegrasi, (6) menggunakan berbagai sumber, (7) siswa aktif, (8) sharing dengan teman, (9) siswa kritis guru kreatif, (10) dindingan dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja sama, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain, (11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, melainkan hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa, dan lain-lain Shoimin (2014:41) mengemukakan bahwa adapun kelebihan dari CTL ialah sebagai berikut: (1) Pembelajaran kontekstual dapat menekankan aktivitas berfikir siswa secara penuh, baik fisik maupun mental, (2) pembelajaran kontekstual dapat menjadikan siswa belajar bukan dengan menghafal, melainkan proses berpengalaman dalam kehidupan nyata, (3) kelas dalam kehidupan bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, melainkan sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan, (4) materi pelajaran ditentukan oleh siswa sendiri,bukan hasil pemberian dari orang lain Menurut Shoimin (2014:132) adapun kekurangan CTL dari ialah sebagai berikut: “Penerapan pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang kompleks dan sulit dilaksanakan dalam konteks pembelajaran, selain juga membutuhkan waktu yang lama”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan kelebihan dari CTL adalah pembelajaran kontekstual dapat menekankan aktivitas berfikir siswa secara penuh, baik fisik maupun mental, pembelajaran kontekstual dapat menjadikan siswa belajar bukan dengan menghafal, melainkan proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Sedangkan kekurangan CTL yaitu penerapan kontekstual merupakan pembelajaran

29

yang kompleks dan sulit dilaksanakan dalam konteks pembelajaran, selain itu juga membutuhkan waktu yang lama. 7. Modul Pembelajaran Berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut Sulistyowati dan Novita (2018:2), modul dikemas sesuai dengan pengembangan siswa adalah modul berbasis kontekstual.Karena modul disusun berdasarkan kegiatan atau peristiwa yang terjadi di sekeliling siswa. Sedangkan Menurut Angin, dkk (2015;30), modul berbasis kontekstual adalah modul yang dikembangkan sesuai dengan komponen CTL (Contextual Teaching and Learning). Modul berisi petunjuk pembelajaran (guru dan siswa),

tujuan intruksional, lembar kerja siswa, dan lembar unjuk kerja siswa.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa modul berbasis Contextual Teaching and Learningadalah modul yang dikembangkan sesuai dengan komponen Contextual Teaching and Learningyang didalamnya memuat petunjuk penggunaan modul, kompetensi inti dan kompetensi dasar, isi modulberupa materi yang akan diajarkan, rangkuman, evaluasi, dan pedoman jawaban. Serta modul tersebut disusun brdasarkan kegiatan atau pristiwa yang terjadi disekeliling siswa.

Isi modul atau materi didalamnya mencakup sebuah pembelajaran yang dapat membantu siswa dapat menemukan konsep pembelajaran sendiri karena dikaitkan dengan objek dasar yang ada dilungkungan siswa tersebut. Modul berbasis Contextual Teaching and Learning diharapkan siswa dapat belajar dengan mandiri, aktif, dan termotivasi karena melalui pengalaman

30

menemukan konsepnya sendiri merupakan suatu proses belajar dimana konsep tersebut akan lama diingat dan bermakna bagi siswa tersebut.

Dalam pembelajaran menggunakan modul berbasis Contextual Teaching and Learning ini, guru hanya sebagai fasilitator saja. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi siswa. Tugas guru hanya mengelola kelas dalam pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep pembelajaran.Sehingga siswa tidak hanya untuk menghafal rumus saja melainkan siswa sendiri yangdapat menemukan rumus tersebut. B. Penelitian yang Relevan Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu: Penelitian yang dilakukan oleh Wilson, Jimmi Okta, (2015) dengan judul

“Pengembangan

Modul

Pembelajaran

IPABerbasis

Contextual

Teaching and Learning (CTL) siswa kelas III SD Negeri 24 Parupuk Tabing. Hasil penelitian berada pada kategori valid dengan rata- rata persentase kevalidan 85,5%. Modul yang telah dikembangkan dikategorikan praktis oleh guru dengan rata-rata persentase kepraktisan 92,76%, juga dikategorikan sangat praktis menurut siswa dengan rata- rata persentase kepraktisan 91,65%. Perbedaan Persamaan Penelitian

ini

Jimmi Okta Wilsin

Peneliti

sama- a. mata pelajaran yang a. mata pelajaran yang

sama mengembangkan digunakan yaitu Ilmu digunakan yaitu Bahasa

31

produk berupa modul Pengetahuan pembelajaran

dan (IPA)

menggunakan Contextual

Alam Indonesia b. objek penelitian yaitu

b. Objek penelitiannya siswa kelas II SDN 018 Teaching yaitu siswa kelas III Marsawa

and Learning (CTL)

SDN Prepuk Tabing.

Penelitian yang dilakukan oleh Faisal, Khalid (2015) dengan judul “Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Inkuiri Dalam Pembelajaran IPA Siswa kelas V SD Negeri 20 Kurao Pagang. Hasil penelitian berada pada kategori sangat valid dengan rata-rata persentase kevalidan 91,90%. Modul yang telah dikembangkan dikategorikan praktis oleh guru dengan rata-rata persentase kepraktisan 92,76%, juga dikategorikan sangat praktis menurut siswa dengan rata- rata persentase kepraktisan 92,49%. Perbedaan Persamaan Penelitian

ini

Khalid Faisal

peneliti

sama- a. mata pelajaran yang a. mata pelajaran yang

sama mengembangkan digunakan yaitu Ilmu digunakan yaitu Bahasa produk

yang

berupa pembelajaran

sam Pengetahuan Alam

Indonesia

modul b. objek penelitian yaitu b.

objek

penelitian

siswa kelas V SDN 20 siswa kelas II SDN 018 Kurao Pagang

Marsawa

c. menggunakan Inkuiri

c.

menggunakan

Contextual

Teaching

32

and Learning (CTL)

Berdasarkan penelitian diatas yang

dilakukan oleh, Jimmi okta

(2015), Khalid (2015) merupakan penelitian yang memiliki kevalidan dan kepraktisan.Perbedan antara penelitian diatas dengan penelitian ini adalah memiliki kurikulum yang berbeda ( Kurikulum 2013), Mata pelajaran dan kelas. C. Kerangka Berfikir Kerangka konseptual dalam suatu penelitian adalah suatu gambaran keterkaitan antar variabel penelitian secara teorietis. Adapun bentuk kerangka konseptual dalam penelitian ini yaitu dapat digambarkan sebagai berikut: Proses pembelajaran Bahasa Indonesia

Penggunaan bahan ajar hanya terpaku pada buku pelajaran

Belum tersedianya modul berbasis CTL

Perlu dikembangkan modul berbasis CTL

Validasi modul berbasis CTL

Menghasilkan modul yang valid

Praktis modul berbasis CTL

Modul berbasis CTL yang valid dan praktis

33

Bagan 1. Kerangka Konseptual

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN Pada bab ini, akan dijelaskan tentang jenis penelitian, model pengembangan, prosedur pelaksanaan penelitian dan pengembangan, subjek uji coba, jenis data, instrumen penelitian dan teknik analisis data. A. Jenis Penelitian Untuk memenuhi tujuan penelitian, penelitian ini didesain dengan menggunakan metode penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D). Sugiyono (2009:297) menyatakan bahwa metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Selanjutnya,Arifin (2012:127) menambahkan produk pendidikan yang dimaksud dalam penelitian dan pengembangan ini mengandung empat pengertian pokok, antara lain: (1) produk tersebut tidak hanya meliputi perangkat keras, seperti modul, buku teks, video dan film pembelajaran atau perangkat keras sejenisnya, tetapi juga perangkat lunak seperti kurikulum, evaluasi, model pembelajaran, prosedur dan proses pembelajaran, dan lain-lain, (2) produk tersebut berarti produk baru atau memodifikasi produk yang sudah ada, (3) produk yang dikembangkan merupakan produk yang betul-betul bermanfaat bagi dunia pendidikan, terutama bagi guru dalam mempermudah pelaksanaan pembelajaran, (4) produk tersebut dapat dipertanggungjawabkan, baik secara praktis maupun keilmuan. Karena penelitian ini adalah penelitian Research and Development, peneliti berusaha mengembangkan suatu produk berupa modul guna memecahkan masalah dalam pembelajaran di kelas. Penelitian dan pengembangan ini akan menghasilkan produk berupa modul yang dikombinasikan dengan tahapan pembelajaran CTL agar siswa dapat belajar mandiri tanpa bimbingan guru, maupun dengan bimbingan guru.

34

35

B. Model Pengembangan Model Pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang

akan

dihasilkan.Menurut

Trianto

(2009:189),dengan

pendekatan

pengembangan perangkat adalah dengan pendekatan 4-D. Dengan pendekatan ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu define, design, developdan disseminate atau diadaptasikan menjadi dengan pendekatan 4-P, yaitu pendefenisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran. C. Prosedur Pengembangan Menurut Trianto (2009:189), pengembangan dengan pendekatan ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu define, design, develop, dan desseminate, yaitupenganalisisan,perancangan, pengembangan dan penyebaran. Namun karena keterbatasan kemampuan, maka dalam penelitian ini penulis hanya sampai pada fase ketiga, antara lain : 1. Tahap Pendefinisian (define) Pada tahap define dilakukan penetapan syarat-syarat pembelajaran dengan menganalisis standar kompetensi dan bahan materi pembelajaran berdasarkan standar isi kurikulum 2013. Tujuan analisis ini adalah untuk mendefinisikan secara jelas perincian program atau rancangan. Pada tahap ini peneliti menganalisis hal yang terkait dengan pengembangan modul antara lain:

36

a. Analisis Kurikulum Berdasarkan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II semester I pada materi pengenalan alat transportasidiketahui kompetensi yang akan dicapai meliputi: 1) KompetensiInti (KI): (1) Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. (2) Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya. (3) Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain. (4)Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. 2) Kompetensi Dasar (KD) : Bahasa Indonesia (1) Membacakan teks puisi anak tentang alam dan lingkungan dalam bahasa Indonesia dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan diri. 3) Indikator : Bahasa Indonsia 1.

Mengetahui bentuk puisi dengan yang bukan puisi tentang alam dan lingkungan.

37

2. Menunjukkan bentuk puisi dengan yang bukan puisi tentang alam dengan benar. 3. Membuat puisi anak tentang alam dan lingkungan dalam bahasa Indonesia dengan benar. 4. Membacakan puisi anak tentang alam dan lingkungan dalam bahasa Indonesia dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. b. Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan bertujuan untuk memunculkan masalah dasar yang dibutuhkan dalam pengembangan modul. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada analisis kebutuhan ini adalah analisis materi Kurikulum 2013Bahasa Indonesia SD kelas II pada tema 5dalam buku siswa dan LKS yang beredar di pasaran. c. Analisis Siswa Analisis karakter siswa bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik siswa. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik siswa yang berkaitan dengan rancangan pengembangan modul. Adapun karakteristik siswa yang perlu diperhatikan meliputi kemampuan akademik, minat belajar, psikomotor maupun usia siswa. Dengan mengetahui karakter siswa, akan memudahkan untuk menyusun modul yang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga dihasilkan modul yang cocok digunakan oleh siswa. d. Analisis Konsep Analisis konsep bertujuan untuk menentukan isi dan materi pelajaran yang dibutuhkan dalam pengembangan modul. Materi pelajaran dibuat

38

berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama dari materi, yang akan dikembangakan menjadi modul dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning. 2. Tahap Perancangan (design) Sesudah

tahap

analisis,

selanjutnya

dirancang

modul

Bahasa

Indonesiadengan pendekatan Contextual Teaching and Learning untuk siswa kelas II SD. Kegiatan yang dilakukan adalah: a. Menyiapkan buku referensi yang berkaitan dengan materi yang akan dikembangkan menjadi sebuah modul dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning. b. Menyusun desain modul, rancangan desain modul meliputi judul modul, perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai, penyususnan topik materi dan menentukan bentuk evaluasi. c. Menyusun desain instrumen penilaian, instrumen penilaian modul dikembangkan untuk menilai kevalidan dan kepraktisan. Kevalidan modul akan dinilai oleh ahli pendidikan yang sesuai dengan bidang kajiannya, yaitu ahli materi dan ahli desain pembelajaran serta guru Bahasa Indonesia. Sedangkan Instrumen penilaian ketepatan desain pembelajaran, ketepatan isi bahan ajar dan kemenarikan modul berupa angket respon siswa. 3. Tahap Pengembangan (develop) Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan modul dengan pendekatan Contextual Teaching and Learningyang valid dan praktis. Modul

39

yang dikembangkan akan direvisi berdasarkan masukan dari validator. Tahap pengembangan meliputi: a. Tahap Validasi Modul Modul Bahasa Indonesia yang akan digunakan oleh siswa terlebih dahulu divalidasi. Uji validitas bertujuan untuk memeriksa kesesuaian isi modul dengan kurikulum yang berlaku, kebenaran konsep-konsep dan tampilan modul. Validitas dilakukan oleh pakar dan ahli pendidikan sesuai bidang kajiannya. Kritikan, masukan dan saran dari validator akan menjadi bahan untuk merevisi modul berbasis Contextual Teaching and Learning

yang

dikembangkan ini. Validator terdiri dari tim ahli dari Dosen seperti yang terdapat pada tabel 3. Tabel 3.Daftar Nama Validator Modul Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning No.

Nama Validator

Keterangan

1.

Dr. Eril Syahmaidi,M.Pd

Dosen Prodi PTIK UBH

2.

Hidayati Azkiya S.Pd., M.Pd

Dosen Prodi PGSD UBH

b. Revisi Awal Revisi awal modul dilakukan berdasarkan penyuntingan, kritikan, masukan, dan saran dari Validator. Berdasarkan hasil penilaian ahli, jika modul telah dinyatakan valid, modul siap untuk diujicobakan dalam pembelajaran.

40

c. Uji Praktikalitas Setelah divalidasi dan direvisi, modul dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning diujicobakan disekolah. Menurut Wulandari (2017:24) praktikalitas adalah tingkat kepraktisan produk penelitian yang digunakan oleh guru dan siswa. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tahap uji praktikalitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana manfaat dan kemudahan penggunaan modul dengan pendekatan Contextual Teaching and Learningoleh guru dan siswa di sekolah dasar. Pada tahap praktikalitas, guru yang mengajar diminta untuk mengajar menggunakan

modul

Bahasa

Indonesiadengan

pendekatan

Contextual

Teaching and Learningyang telah divalidasi, selanjutnya guru mengisi angket keterpakaian modul. Hasil angket ini dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan pada modul yang dikembangkan. Tabel 4. Daftar Nama Guru yang Menguji Praktikalitas Modul Bahasa Indonesiadengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning Nama

Keterangan

Noprida Yulita, S.Pd

Guru Kelas II SD Negeri 018 marsawa,

Sentajo

Raya,

Kab.

Kuantan Singingi, Riau. Selain guru, siswa juga diminta mengisi angket praktikalitas modul Bahasa Indonesiadengan pendekatan Contextual Teaching and Learningpada materi pengenalan alat transportasi. Hasil angket ini dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan pada modul yang dikembangkan.

41

Analisis Kurikulum

Define

Analisis Kebutuhan

Analisis Siswa

Analisis Konsep

Desain Awal Modul Pembelajaran dengan Pendekatan CTL

Design

Validasi Oleh Pakar Tidak Valid

Analisis Uji Validitas

Develop

Revisi 1 Uji Praktikalitas Revisi 2 Analisis Praktikalitas

Modul Pembelajaran dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning yang Valid dan Praktis Bagan 2. Modifikasi Langkah-langkah Pengembangan Modul Berdasarkandengan Pendekatan 4-D, menjadi 3-D (Trianto, 2013: 190)

42

D. Uji Coba Produk 1. Subjek Uji Coba Subjek yang menjadi uji coba modul pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada Tema 5 sebtema 2 adalah siswa kelas II SD Negeri 18 Marsawa Tahun Ajaran 2019/2020. 2. Jenis Data Jenis data pada penelitian ini adalah data primer. Data primer yang dimaksud adalah data yang diperoleh secara langsung dari dosen, guru, dan peserta didik yang diambil melalui angket pengujian validitas dan praktikalitas. Data primer tersebut, yaitu (1) skor validasi dari dosen ahli (2) skor angket respon oleh guru, (3) skor angket respon oleh peserta didik 3. Instrumen Pengumpulan Data a. Lembar Validasi Lembar validasi digunakan untuk mengetahui apakah modul yang telah dirancang valid atau tidak.Setiap aspek dikembangkan menjadi beberapa pernyataan.Skala penilaian untuk lembar validasi menggunakan skala likert.Lembar validasi divalidasi langsung oleh validator modul. Tabel 5. Pernyataan untuk Lembar Validasi No Aspek 1 Materi

Pernyataan Materi yang disajikan telah sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai Konsep- konsep dijelaskan dalam materi Penyajian materi telah memberikan kesempatan bagi siswa untuk mandiri dalam membangun pemahaman mengenai konsep dan prinsip yang dipelajari Materi telah disajikan dengan urutan yang sistematik

43

Materi yang disajikan pada media telah mengarah siswa untuk belajar mandiri Contoh soal dan soal latihan relevan dengan materi yang disajikan 2 Penyajian Kompetensi utama dan pendukung serta petunjuk penggunaan media telah disajikan secara jelas Secara visual, penulisan konsep, ide, istilah dan rumus yang ada pada media telah disajikan secara jelas Penyajian materi telah membahasakan gagasan yang ingin disampaikan Penyajian materi telah memunculkan proses pembentukan dan pemahaman konsep Penyajian materi telah melibatkan siswa secara aktif menemukan konsep secara mandiri Penyajian gambar jelas dan warna yang bervariasi Media telah menyajikan perumusan masalah yang akan menjadi fokus bagi siswa dalam melakukan penemuan-penemuan Kalimat yang digunakan telah sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia 3 Kalimat yang digunakan telah melibatkan Bahasa dan kemampuan berpikir logis siswa keterbacaan Struktur kalimat telah sesuai dengan pemahaman siswa Kalimat yang digunakan pada media tidak mengandung makna ganda (ambigu) Skala penilaian pada lembar validasi menggunakan skala likert seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Skala Penilaian untuk Lembar Validasi dan Praktikalitas Simbol Keterangan Bobot SS Sangat Setuju 4 S Setuju 3 TS Tidak Setuju 2 STS Sangat Tidak Setuju 1

44

b. Angket Pada

penelitian

ini,

angket

bertujuan

untuk

mengetahui

praktikalitas penggunaan media yang telah dirancang.Pengisian angket menggunakan skala likert. Angket praktikalitas ini diisi oleh guru dan siswa. Angket diberikan pada siswa setelah selesai mempelajari modul yang telah diperlihatkan. Angket berisi pernyataan tentang petunjuk, isi dan waktu penggunaan modul. 4. Teknik Analisis Data a. Analisis Hasil Validasi Media Hasil validasi dari validator terhadap seluruh aspek yang dinilai,disajikan dalam bentuk tabel.Untuk mengetahui validitas media maka ditentukan terlebih dahulu skor maksimum pada lembar validasi.Untuk menentukan skor maksimum maka rumusnya yaitu:

Menentukan nilai validitas dengan menggunakan rumus yang dimodifikasi dari Purwanto (Saputri:2015:8) sebagai berikut:

Memberikan penilaian validitas dengan kriteria oleh Purwanto (Saputri:2015:8), sebagai berikut:

45

Tabel 7. Presentase Penilaian Validitas Presentase 90% - 100% 80% - 89% 65% - 79% 55% - 64% 0% - 54%

Kriteria sangat valid Valid cukup valid kurang valid tidak valid

b. Analisis Hasil Praktikalitas Modul Data diperoleh dengan cara menghitung skor siswa yang menjawab masing-masing item sebagaimana terdapat dalam angket. Data uji praktikalitas media dianalisis dengan persentase (%) menggunakan rumus yang dimodifikasi dari Purwanto (Saputri:2015:8) sebagai berikut :

Presentase penilaian praktikalitas ini dengan menggunakan rumus yang dimodifikasi dari Purwanto (Saputri:2015:8) dengan cara sebagai berikut: Tabel 8. Presentase Penilaian Praktikalitas Presentase 90% - 100% 80% - 89% 65% - 79% 55% - 64% ≤54%

Kriteria Sangat praktis Praktis Cukup praktis Kurang praktis Tidak praktis

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN

A. Penyajian Data Uji Coba Sebelum penelitian, dilakukan observasi di SDN 018 Marsawa Kec. Sentajo Raya Kab. Kuantan Singingi pada kelas II SDN 018 Marsawa yang dilakukan pada tanggal 19 November 2018 sampai dengan 21 November 2019 untuk mengetahui permasalahan yang ada. Setelah melakukan observasi, peneliti menemukan permasalahan di kelas II SDN 018

Marsawa. Yang disebabkan

kurangnya media dan bahan ajar dalam proses pembelajaran Atas dasar tersebut peneliti merancang suatu modul dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning yang dapat membantu guru dan siswa dalam proses pembalajaran. Setelah modul selesai disiapkan maka dilakukan uji validitas materi dan validitas media untuk mengetahui kelemahan dari modul agar bisa segera direvisi. Ahli yang menguji dalam aspek materi yakni ibu Hidayati Askia, S.Pd., M.Pd. Beliau merupakan dosen Prodi Pendidakan Guru

Sekolah Dasar.

Sedangkan ahli yang menguji aspek media yakni Bapak Dr. Eril Syahmaidi, M.Pd. Beliau merupakan dosen Prodi Pendidikan Teknologi dan Informatika. Setelah dilakukan validasi dan revisi, modul siap di uji coba dalam skala besar. Uji coba modul dalam skala besar dilakukan di SDN 018 Marsawa pada hari Senin tanggal 6 Januari 2020. Guru yang menilai praktikalitas modul yaitu, Ibu Noprida Yulita, S.Pd sebagai wali kelas dan siswa kelas II SDN 018 Marsawa.

48

49

B. Analisis Data Penelitian ini menghasilkan suatu modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada siswa kelas II SDN 018 Marsawa. Modul dirancang dengan menggunakan Microsoft Office Word 2007. 1. Proses Pengembangan (1) Tahap Pendefinisian (Define Phase) Pada tahap ini dilakukan analisis kurikulum, analisis kebutuhan, analisis siswa dan analisis konsep. Langkah kegiatan yang dilakukan untuk keempat analisis tersebut sebagai berikut. a. Analisis Kurikulum 1) Analisis kurikulum difokuskan pada KI dan KD Bahasa Indonesia untuk materi Tema 5. KI yang terdapat pada buku kurikulum 2013 SD adalah: (1) Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. (2) Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya. (3) Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain. (4) Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam

50

tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Sedangkan KD adalah: Kompetensi Dasar

(KD) : Bahasa

Indonesia (1) Membacakan teks puisi anak tentang alam dan lingkungan dalam bahasa Indonesia dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan diri. Hasil analisis KI dan KD Tema 5 terdapat pada kurikulum dijabarkan menjadi indikator-indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran. Indikator yang dirumuskan adalah sebagai berikut : Indikator 2) Indikator : Bahasa Indonsia 1.

Mengetahui bentuk puisi dengan yang bukan puisi tentang alam dan lingkungan.

2. Menunjukkan bentuk puisi dengan yang bukan puisi tentang alam dengan benar. 3. Membuat puisi anak tentang alam dan lingkungan dalam bahasa Indonesia dengan benar. 4. Membacakan puisi anak tentang alam dan lingkungan dalam bahasa Indonesia dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Penjabaran KI, KD dan indicator pencapaian kompetensi menjadi pertimbangan untuk menentukan konsep-konsep yang diperlukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada Tema 5 dan mengukur pencapaian KI dan KD.

51

b. Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan difokuskan pada analisis permasalahan yang terdapat pada perangkat pembelajaran yang telah ada seperti : RPP, buku siswa, buku kurikulum 13 dan LKS yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Hasil analisis menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan guru belum menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran, sehingga siswa hanya bersikap menerima ilmu yang diberikan guru. Selain itu, siswa masih sulit memahami materi karena buku pegangan siswa hanya berisikan teori-teori dan kurangnya gambar yang mendukung pemahaman siswa terhadap materi. c. Analisis Siswa Analisis siswa dijadikan sebagai gambaran untuk mengembangkan modul pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning untuk siswa kelas II SD. Analisis siswa ini meliputi usia, kehidupan sosial serta kecendrungan gaya belajar maupun kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa SD. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas II SDN 018 Marsawa yang rata-rata berusia 8 – 9 tahun. Pada kategori ini, siswa sudah berada pada tahap perkembangan intelektual operasional konkrit. Pada tahap ini anak sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika atau operasi dan termasuk dalam kategori individu yang mampu mengembangkan potensi psikomotornya sehingga sudah terampil dalam menggunakan media dan bahan ajar berupa modul.

52

d. Analisis Konsep Analisis konsep merupakan dasar untuk menentukan konsep-konsep utama dari Tema 5. Konsep-konsep yang penting yang harus dipahami siswa dalam mempelajari Tema 5 anak antara lain sebagai berikut : (2) Tahap Perancangan (Design Phase) Pada tahap ini dirancang modul pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning yang diperlukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas II SDN 018 Marsawa. Modul diperlukan untuk memudahkan siswa menyerap informasi dalam proses pembelajaran, melalui modul siswa diajak untuk belajar mandiri. Selain itu, dengan tersedianya modul akan memudahkan guru dalam mengajar. Modul yang dikembangkan mengacu pada indikator-indikator dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Penyajian modul dalam bentuk bahan ajar cetak, diproses dengan menggunakan Microsoft Office 2007 dengan jenis font Comic Sans MS dengan ukuran 14 dan dilengkapi dengan gambar yang dapat membantu siswa dalam memahami materi. Berikut diuraikan beberapa bagian-bagian modul yang dirancang. a. Cover Depan Modul Bagian cover depan modul memuat identitas modul yang meliputi judul materi berdasarkan KI dan KD , nama penyusun dan gambar-gambar yang berkaitan dengan isi modul. Pembuatan cover menggunakan aplikasi Microsoft Office Word 2007 dengan font Times New Roman.

53

Gambar 1. Cover Depan Modul b. Cover Belakang Modul Cover belakang modul dibuat dengan Microsoft Office 2007 dan berisikan biografi singkat penulis. Desain warna bervariasi menggunakan warna biru tua dan biru muda, begitupun dengan jenis font, yaitu menggunakan font Comic Sans MS . Tampilan cover belakang dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Cover Belakang Modul

54

c. Halaman KI-KD Pada halaman ini memuat tentang kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD) yang sesuai dengan kurikulum Kurikulum 2013 SD. Jenis tulisan yang dipakai adalah Comic Sans MS menggunakan ukuran 14. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Tampilan Halaman KI-KD d. Petunjuk Penggunaan Modul Petunjuk penggunaan modul berisi petunjuk-petunjuk bagi guru dan siswa dalam menggunakan modul yang dikembangkan. Petunjuk penggunaan modul dibuat dengan menggunakan aplikasi Microsoft Office Word 2007 dengan font Comic Sans MS ukuran 14. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.

55

Gambar 4. Petunjuk Penggunaan Modul e. Kegiatan Belajar Kegiatan belajar adalah bagian inti dari modul yang dikembangkan. Pada lembar kegiatan belajar berisi judul pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan kegiatan-kegiatan yang mengajak siswa untuk menemukan konsep secara mandiri. Kegiatan-kegiatan tersebut terdiri dari kegiatan konstruktivisme, inquiri, questioning, learning community, modeling, reflection dan assessment (penilaian). Untuk lebih jelasnya seperti berikut: 1) Konstruktivisme Kegiatan konstruktivisme berisi konsep-konsep tentang topik yang dipelajari yang diperjelas dengan gambar-gambar untuk memudahkan siswa memahami konsep. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah pemahaman siswa tentang topik yang dipelajari, dan diakhir kegiatan ini siswa diajak untuk menyimpulkan topik yang dipelajari dari gambar yang ada. Selain itu lembar kegiatan konstruktivisme ini diproses dengan Microsoft Office Word 2007

56

menggunakan font Comic Sans MS dengan ukuran 14. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. KegiatanKonstruktivisme. 2) Inquiri Kegiatan inquiriberisi menyebutkan dan menjelaskan mengenai topik yang dipelajari, diakhir kegiatan ini siswa diajak untuk mencari tahu keterangan gambar apa yang ada di modul. Selain itu kegiatan ini bertujuan untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah observasi dan eksperimen. Lembar kegiatan inquiri ini diproses dengan Microsoft Office Word 2007 menggunakan font Comic Sans MS dengan ukuran 14. Unuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 6.

57

Gambar 6. Kegiatan Inquiri. 3) Kegiatan Questioning Kegiatan Questioning berisi soal isian tentang topik yang dipelajari. Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7.

58

Gambar 7. Lembar Kegiatan Questioning. 4) Kegiatan Learning Community Kegiatan Learning Community ini mendiskusikan beberapa soal tentang

topik

yang

dipelajari

secara

berkelompok.Setelah

mendiskusikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan pada kegiatan ini tiap kelompok mempersentasikannya di depan kelas. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan siswa dan meningkatkan daya ingat siswa tentang konsep-konsep yang telah dipelajari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Lembar Kegiatan Learning Community. 5. Kegiatan Modelling Kegiatan modeling ini yaitu proses penampilan suatu contoh tentang materi yang dipelajari dengan mengisi kolom-kolom yang telah disediakan dengan pengetahuannya tentang materi yang telah dipelajari. Kegiatan ini bertujuan untuk membahasakan gagasan yang siswa pikirkan, mendemonstrasikan cara belajar siswa atau

59

melakukan apa yang diinginkan supaya siswa melakukannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Lembar KegiatanModeling. 6.

Kegiatan (Reflection) Refleksi Kegiatan

Refleksi

ini

yaitu

perenungan

kembali

atas

pengetahuan yang baru dipelajari.Siswa diberi kesempatan bertanya kepada guru atau siswa sebangku tentang materi yang belum dipahami.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 10.

60

. Gambar 10. Lembar Kegiatan Refleksi. 7.

Kegiatan Penilaian (Assessment) Kegiatan Penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai

data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang pekembangan pengalaman belajar siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Lembar Kegiatan Penilaian. f.

Glosarium

61

Glosarium merupakan daftar definisi istilah asing yang terdapat pada modul. Pada glosarium ini kata-kata asing tersebut di uraikan maknanya, sehingga apabila siswa kesulitan dalam memahami istilah-istilah pada modul, siswa dapat melihat definisinya pada glosarium. Untuk lebih jelasnya dapat dulihat pada gambar 9.

Gambar 9. Tampilan Halaman Glosarium (3) Tahap Pengembangan (Develop Phase) a. Validasi Modul Modul yang sudah selesai dibuat kemudian divalidasi untuk mendapatkan data mengenai tanggapan dari ahli media maupun ahli materi tentang modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning untuk siswa kelas II Sekolah Dasar. Validasi dilakukan agar mendapatkan kelayakan modul untuk digunakan dalam kegiatan uji coba. Selain melakukan penilaian modul, ahli media dan ahli materi juga memberikan komentar dan saran guna perbaikan modul. Hasil penilaian serta saran ahli digunakan sebagai dasar dalam merevisi modul

62

sebelum diuji lapangan. Ahli media memberikan evaluasi yang berkaitan dengan aspek yang terdapat dalam modul. Sementara itu, ahli materi memberikan evaluasi pada substansi materi diantaranya pada indikator kesesuaian materi, tingkat kesulitan materi, kemudahan penggunaan, tata tulis, dan materi yang disajikan sesuai. Deskripsi proses masing-masing tersebut dijelaskan dalam uraian sebagai berikut. a. Deskripsi proses validasi ahli materi Ahli materi yang menjadi validator modul ini ialah ibu Hidayati Azkiya, S.Pd., M.Pd. Beliau merupakan dosen dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Validasi

materi dilaksanakan pada tanggal 25 Desember 2019. Validasi materi dilakukan dengan memberikan angket penilaian dan modul sebagai panduan oleh ahli dalam mempertimbangkan dan memperbaiki kata di dalam modul. Kriteria penilaian validasi materi terdiri dari empat aspek yang akan dinilai oleh ahli. b.

Deskripsi proses validasi ahli media Ahli media yang menjadi validator modul ini ialah Bapak Dr. Eril

Syamaidi M.Pd. Beliau merupakan dosen dari Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Validasi modul dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2019. Untuk ahli media, yakni menilai dalam aspek teknis yang terdiri dari empat aspek berupa angket yang akan diberikan.

63

b. Uji Coba Modul Skala Besar Perbaikan modul

yang telah dilakukan sebagai tahap revisi akan

menghasilkan modul yang lebih baik dari sebelumnya yang menekan bahkan menghilangkan kekurangan dari modul pembelajaran tersebut. Uji coba modul dalam skala besar yakni di SDN 018 Marsawa. Uji coba modul dalam skala besar dilakukan pada tanggal 6 Januari 2020. Sebelum modul diuji cobakan kepada peserta didik, dilakukan uji praktikalitas oleh guru. Guru yang menilai praktikalitas modul yaitu Ibu Noprida Yulita, S.Pd sebagai guru kelas II. Pada penilaian uji praktikalitas terdiri atas tiga aspek penilaian. Pada setiap aspek penilaian terdapat beberapa point yang akan diberikan oleh guru kelas II SDN 018 Marsawa. Setelah dilakukan uji praktikalitas dan mendapatkan penilaian dari Ibu Noprida Yulita, S.Pd sebagai guru kelas II, maka modul siap diuji cobakan kepada peserta didik. Dalam uji coba skala besar dilakukan dengan 24 orang siswa. Materi yang diajarkan adalah Tema 5. Praktikalitas ini dilakukan dengan cara memberikan angket kepada siswa lalu meminta mereka untuk menilai modul tersebut sesuai dengan intrumen yang ada. 2. Hasil Data Validitas dan Praktikalitas a. Hasil Data Validitas oleh Ahli Modul yang sudah dirancang, dilanjutkan dengan kegiatan validasi oleh dosen ahli sesuai dengan bidang kajiannya yang terdiri dari dua orang dosen dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta. Saran-saran perbaikan yang diberikan oleh validator digunakan untuk melakukan revisi modul

64

dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning. Sebelum divalidasi, modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning ini direvisi sesuai dengan saran validator. Saran - saran validator dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini. Tabel 9. Saran-saran Validator terhadap Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning yang Dikembangkan No 1.

Nama Validator Hidayati

Azkiya,

Saran-saran Validator S.Pd. 1. Perbaiki EBI

M.Pd.

2. Huruf terlalu kecil sebaiknya agak dibesarkan 3. Perbaiki semua coretan sesuai yang telah di tandai pada modul 4. Harus teliti / jangan salah menulis kelas

2.

Dr. Eril Syahmaidi, M.Pd

1. Tata tulis sesuaikan dengan EBI 2. Desain materi perhalaman / tambah dengan tootnote 3. Daftar pustaka ditambahkan lagi 4. Setiap gambar ada sumber

Uji validasi hanya dilakukan satu kali. Berikut ini diuraikan hasil validitas modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning ini untuk siswa kelas II SDN 018 Marsawa. Angka yang dimasukkan dalam tabel menunjukkan skor penilaian dari validator. Hasil validasi secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 10.

65

Tabel 10. Data Hasil Validasi Modul oleh Ahli Materi Aspek Yang Dinilai Penilaian Secara Umum Terhadap Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia

Nama

Hidayati Azkia S.Pd,. M.Pd

1

2

3

4

3

3

3

3

Jumlah

12

Validasi

85

Rata-rata Validasi

85 %

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat persentase validasi modul yang dinilai validator secara umum adalah 85% dengan kategori valid. Dari tabel 9 sudah menunjukkan bahwa modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning yang dikembangkan sudah valid. Berikut hasil validasi modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning secara ringkas oleh dosen ahli tampilan. Hasil validasi secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 11. Data Hasil Validasi Modul oleh Ahli Media/ Tampilan

Nama

Dr. Eril Syahmaidi, M.Pd Jumlah

Aspek yang Dinilai Penilaian Secara Umum Terhadap Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia 1

2

3

4

5

6

7

8

9

1 0

3

3

4

3

3

3

4

3

4

4

34

66

Validitas Rata-rata Validitas

85 85 %

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat persentase validasi modul yang dinilai validator secara umum adalah 85% dengan kategori valid. Dari tabel 10 sudah menunjukkan bahwa modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning yang dikembangkan sudah valid. b. Hasil Data Praktikalitas (1) Hasil Data Praktikalitas oleh Guru Uji praktikalitas modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada Materi pantun anak oleh guru. Data praktikalitas oleh guru diperoleh dengan menggunakan angket uji praktikalitas. Berikut hasil uji praktikalitas modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning secara ringkas oleh guru, dan hasil uji praktikalitas. Tabel 12. Hasil Uji Praktikalitas Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning oleh Guru

No

Aspek Penilaian

Total Skor

Persentase Praktikalitas

Kriteria

1

Kemudahan Penggunaan

95

95%

Sangat Praktis

2

Kepraktisan Waktu Pembelajaran

87,5

87,5%

Sangat Praktis

67

3

Manfaat

100

Rata-rata

100%

Sangat Praktis

94,16

Sangat Praktis

Berdasarkan tabel 12 dapat dijelaskan persentase praktikalitas Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning pada Tema 5 oleh guru adalah 94,16 dengan kriteria sangat praktis. Hal ini menunjukkan bahwa modul ini sangat praktis digunakan oleh guru sebagai bahan ajar pada Tema 5. (2) Hasil Data Praktikalitas oleh Siswa Selain pada guru, uji praktikalitas juga dilakukan terhadap siswa. Data praktikalitas diperoleh dengan menggunakan angket uji praktikalitas yang secara ringkas ditampilkan pada tabel 13. Tabel 13. Hasil Uji Praktikalitas Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning oleh Siswa No

Variabel Praktikalitas

Jumlah

Nilai Praktis

Kriteria

1

Minat Siswa

724

94,27%

Sangat Praktis

2

Proses Penggunaan

329

85,68%

Praktis

3

Peningkatan Keaktifan Siswa

354

92%

Sangat Praktis

4

Waktu yang Tersedia

176

92%

Sangat Praktis

5

Evaluasi

175

91,15%

Praktis

90,99

Sangat Praktis

Rata-rata Kepraktisan Modul

68

Berdasarkan Tabel 13, terlihat hasil respon dari 24 orang siswa kelas II SDN 018 Marsawa terhadap modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada materi Tema 5 dengan rata-rata kepraktisan modul 90,99 dan kategori sangat Praktis. Berikut hasil uji praktikalitas modul

pembelajaran Bahasa

Indonesia

dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning secara ringkas oleh siswa dan hasil uji praktikalitas. C. Revisi Produk Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam skala besar di SDN 018 Marsawa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat dikatakan sangat praktis. Menurut Daryanto (2013,13), modul perlu dirancang dan dikembangkan dengan memperlihatkan beberapa elemen yang mensyaratkannya yaitu di antaranya format dan daya tarik. Proses pembelajaran pada Tema 5 menggunakan modul membuat siswa antusias dan senang membaca semua halaman dalam modul saat proses pembelajaran. Hal ini ditunjukan dengan siswa aktif dan semangat selama pembelajaran. Siswa lebih serius membaca modul yang dimilikinya. Analisis data hasil uji praktikalitas oleh siswa kelas II SDN 018 Marsawa menunjukkan bahwa modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada materi Tema 5 yang telah dikembangkan sangat praktis dengan persentase kepraktisan 94,27%. Angka tersebut didapatkan dari rata-rata lima aspek kepraktisan modul yang dinilai oleh siswa, yaitu aspek

69

minat siswa, proses

penggunaan, peningkatan kreativitas siswa, waktu yang

tersedia, dan evaluasi. Dari aspek minat siswa, modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada materi Tema 5 yang telah dikembangkan dinyatakan sangat praktis dengan persentase kepraktisan 85,68%. Hal ini menunjukkan bahwa modul yang telah dikembangkan dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dari aspek proses penggunaannya, modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada materi pantun anak yang telah dikembangkan dinyatakan praktis dengan persentase kepraktisan 92%. Hasil menunjukkan bahwa modul yang telah dikembangkan mudah digunakan oleh siswa secara mandiri dengan bimbingan guru. Dari aspek peningkatan kreativitas siswa, modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada materi Tema 5 yang telah dikembangkan dinyatakan sangat praktis dengan persentase kepraktisan 92%. Hal ini menunjukkan bahwa modul yang telah dikembangkan dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa, dan menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dari aspek waktu yang tersedia, modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada Tema 5 yang telah dikembangkan dinyatakan sangat praktis dengan persentase kepraktisan 91,15%.. Daryanto (2013:22)

bahwa evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui dan

mengukur apakah implementasi pembelajaran dengan modul dapat dilaksanakan sesuai dengan desain pengembangannya.

70

Penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Wilson, Jimmi Okta, (2015) dengan judul “Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa kelas III SD Negeri 24 Parupuk Tabing. Hasil penelitian berada pada kategori valid dengan rata-rata persentase kevalidan 85,5%. Modul yang telah dikembangkan dikategorikan praktis oleh guru dengan rata-rata persentase kepraktisan 92,76%, juga dikategorikan sangat praktis menurut siswa dengan rata- rata persentase kepraktisan 91,65%. Dalam penelitian tersebut membuktikan bahwa modul adalah bahan ajar yang sangat praktis digunakan dalam proses pembelajaran dan sesuai dengan hasil penelitian peneliti. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penggunaan modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat membantu siswa dalam proses belajar mengajar pada skala besar di SDN 09 Airpura Pesisir Selatan.

D. Kelemahan Peneliti Penelitian pengembangan modul ini tidak terlepas dari keterbatasan – keterbatasan peneliti antara lain: 1. Adanya keterbatasa waktu sehingga uji coba hanya dilakukan sebanyak empat kali pertemuan. Peneliti tidak melakukan wawancara kepada siswa sebagai pengguna modul secara satu persatu, namu peneliti hanya berdiskusi dengan guru untuk menganalisis hasil uji coba yang di lakukan. 2. Modul yang di kembangkan hanya menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning dan memuat satu KD saja. 3. Peneliti mengembangkan produk modul ini hanya sebatas praktikalitas. 4. Uji penelitian dengan satu orang guru.

71

5. Mengaplikasian modul yang dilakukan oleh guru tidak peneliti.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan pengembangan data uji coba modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada Tema 5 yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada Tema 5 untuk kelas II SD yang telah dikembangkan dinyatakan valid dengan rata-rata persentase kevalidan 85 %. 2. Modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada Tema 5 untuk kelas II SD yang telah dikembangkan dinyatakan sangat praktis dengan rata-rata persentase kepraktisan 94,16 % oleh guru dan 90,99 % oleh siswa. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang dirumuskan, maka disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Bagi kepala sekolah, dapat meyakinkan guru untuk menggunakan bahan ajar modul serta bisa motivasi guru agar lebih kreatif dalam mengembangkan bahan pembelajaran. 2. Bagi guru dan calon guru, dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bahan ajar untuk mengajar.

74

75

3. Bagi siswa, modul pe

mbelajaran Bahasa

Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada Tema 5 untuk kelas II SD diharapkan memudahkan siswa untuk memahami materi dan meningkatkan hasil belajar. 4. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu uji efektivitas modul agar diperoleh hasil yang memadai.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Anitah Sri. 2009. StrategiPembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Angin.Toras Berita Rayo. Syahrul R. dan Agustina. 2015. Berbasis Pendekatan Kontekstual Pada Menulis Iklan Di Kelas Viii Smp 2 Padang sidimpuan. Sumatra Utara .jurnl Bahasa Sasra dan Pembelajaran. Vol 3 (1).Halm 30. Arifin. 2012. “Pengantar pendidikan”. Sukabina Press, Padang. Daryanto.

2014.

Pendekatan

Pembelajaran

Saintifik

Kurikulum

2013.

Yogyakarta: Gava Media. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas. Fadlillah, M. 2014. ImplementasiKurikulum 2013 dalamPengembangan SD/MI, Yogyakarta: AR-RUZZ MediaKokasih, 2014. Faisal, Khalid. 2015. Pengembangan modu lpembelajran berbasis Inkuiri dalam pembeljaran IPA Siswa kelas V SD Negeri 20 Kurao Pagang. Padang: Universitas Bung Hatta. Hamalik, Oemar. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Istarani, Intan. 2015. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada. Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada. Jhonson. 2007. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Johnson, Elain, B. 2008. Contextual Teaching and Learning: what it is and why it’s here to stay. Bandung: MLC Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Nurhadi, dan Agus, Gerrad, Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching And Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM PRESS Majid, A. 2014.IplementasiKurikulum 2013. Bandung: Interes Media. Prastowo. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta. Prenadamedia Group. 70

77

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Shoimin.Aris. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yokyakarta. Ar-Ruzz Media. Subana.2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Rosdakarya. Sulistyowati, PrihatindanNovitaMartikaPutri. 2018. PengembanganBahan Ajar ModulBerbasisContextual Teaching and Learning (CTL)kelas IV Tema 3 Subtema 1. JurnalPendidikan. Vol 3 (1).Hlm. 2. Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Wulandari. 2017. Strategi Pembelajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Prestasi Pustaka. Wilson, Okta Jimi. 2015.Pengembanganmodulpembelajaran IPA berbasis contextual teaching and learning(CTL) siswakelas III SD Negeri 24 ParupukTabing. Padang: Universitas Bung Hatta.

Related Documents

Cover Skripsi +
February 2021 1
Skripsi
February 2021 4
Skripsi
February 2021 4

More Documents from "Radenmas Kadaryanta"