Spesifikasi Teknis Jembatan Gantung

  • Uploaded by: Roni Asdiki
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Spesifikasi Teknis Jembatan Gantung as PDF for free.

More details

  • Words: 5,331
  • Pages: 21
Loading documents preview...
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JEMBATAN GANTUNG SUNGAI (LANJUTAN) KABUPATEN SEKADAU TAHUN ANGGARAN 2015

SEKADAU

JABAI-PERONGKAN

1. URAIAN PEKERJAAN 1.1. Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan adalah melaksanakan Pembangunan Jembatan Gantung Sungai Sekadau Jabai-Perongkan (Lanjutan) Kabupaten Sekadau 1.2. Sarana Bekerja Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menyediakan : a. Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan b. Alat-alat bantu seperti chainhook, katrol, pompa air, alat-alat pengangkut, dan peralatan lain yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini c. Penyediaan bahan-bahan/material dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan tepat pada waktunya. 1.3. Cara Pelaksanaan Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalan Acuan Dokumen Lelang dan Berita Acara Penjelasan, ataupun Addendum dokumen lelang (jika ada), serta mengikuti petunjuk dan keputusan Konsultan Pengawas.

2. PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN 2.1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-kententuan di bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahan sebagai berikut : a. Peraturan Umum Tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau Algemene Voorwaarden voor De Uitvoering Bij Aanneming Van Openbare Werken (AV) 1941. b. Peraturan Beton Indonesia (PBI) 1971. c. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961. d. Peraturan Muatan Indonesia (PMI) 1970. e. SNI 03-3527, Mutu Kayu Bangunan f.

SNI 03-4433, Spesifikasi Beton Siap Pakai

g. SNI 03-2834, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal h. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja. i.

Ketentuan dan peraturan lain yang dikeluarkan oleh jabatan/Instansi Pemerintah setempat yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.

2.2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam pasal 1 ayat (1) tersebut di atas berlaku dan mengikat pula : a. Gambar bestek yang digunakan oleh Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar detail pelaksanaan (Shop Drawing) yang diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah disahkan/disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Pemimpin Proyek. b. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan d. Surat Perintah Kerja (SPK) e. Jadwal

Pelaksanaan

(Tentative

Time

Schedulle)

yang

disetujui

Konsultan

Pengawas/Pemilik f.

Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.

3. PENJELASAN BUKU ACUAN DOKUMEN LELANG DAN GAMBAR-GAMBAR 3.1. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar dan Rencana Kerja dan Spesifikasi termasuk tambahan dan perubahan yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) 3.2. Gambar yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka yang mengikat/berlaku adalah ketentuan yang ada di dalam buku spesifikasi. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka gambar yang mempunyai skala besar yang berlaku. 3.3. Bila perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan keraguan-keraguan sehingga dalam pelaksanaan menimbulkan kesalahan maka Kontraktor wajib menanyakan kepada Konsultan Pengawas/Pemilik dan Kontraktor harus mengikuti keputusannya.

4. JADWAL PELAKSANAAN Sebelum memulai pekerjaan nyata di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat rencana pelaksanaan pekerjaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-Chart dan Curva “S” dan Net Work Planning jika diperlukan. Rencana kerja tersebut harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pemilik/Konsultan Pengawas, paling lambat 14 (empat belas) hari kalender setelah Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor. Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja kepada Pemilik/Konsultan Pengawas, satu salinan rencana kerja ditempel pada dinding Kantor Proyek (Direksi Keet) di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan di lapangan. Konsultan Pengawas/Pemilik akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana kerja tersebut.

5. KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN Di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa Kontraktor atau biasa di sebut PELAKSANA LAPANGAN yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang mendapat kuasa penuh dari Kontraktor, berpendidikan STM lulusan bangunan yang berpengalaman minimal 12 (dua belas) tahun atau sarjana muda jurusan Teknik Sipil berpengalaman minimal 7 (tujuh) tahun, atau sarjana Teknik Sipil berpengalaman 4 (empat) tahun. Penunjukan atau penugasan tenaga ahli yang bertugas di lapangan tersebut ditujukan kepada Pemberi Tugas dan Direksi serta Konsultan Pengawas sebagai tembusannya. Dengan adanya Pelaksana Lapangan tidak berarti Kontraktor lepas tanggung jawab sebagian ataupun keseluruhan kewajibannya. Kontraktor wajib memberitahukan secara tertulis kepada Pemimpin Proyek dan Konsultan Pengawas, nama dan jabatan Pelaksana Lapangan untuk mendapatkan persetujuan. Bila dikemudian hari Pelaksana Lapangan dianggap kurang mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Kontraktor secara tertulis untuk mengganti Pelaksana Lapangan. Dalam tempo selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah surat tersebut diterima oleh Kontraktor, Kontraktor sudah harus menggantinya.

6. PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN 6.1. kontraktor wajib menjaga keamanan di lapangan terhadap barang-barang milik proyek, Konsultan Pengawas dan milik pihak ketiga yang ada di lapangan. 6.2. Untuk maksud tersebut, Kontraktor harus membuat pagar pengaman dari kayu, seng atau bahan lain yang biayanya menjadi tanggungan Kontraktor atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas. 6.3. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah dipasang atau belum, menjadi tanggung jawab kontraktor dan tidak diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambahan. 6.4. Kontraktor diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap dipakai yang ditempatkan di

tempat-tempat

yang

akan

ditetapkan

kemudian

oleh

Konsultan

Pengawas/Pemilik.

7. JENIS DAN MUTU BAHAN Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan dari produksi dalam negeri sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menpan : Nomor

:

472/Kab/XII/1980

Nomor

:

813/MENPAN/1980

Nomor

:

064/MENPAN/XII/1980

Tanggal

:

23 Desember 1980

8. SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN BAHAN/MATERIAL 8.1. Semua bahan/material yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan 8.2. Konsultan Pengawas berwenang menanyakan asal bahan/material dan Kontraktor wajib memberitahukan. 8.3. Kontraktor wajib memperlihatkan contoh bahan/material sebelum digunakan. Contoh-contoh ini harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Pihak Proyek secara tertulis. Bila diperlukan, Kontraktor harus mengajukan daftar tertulis kepada Direksi untuk mendapat persetujuan tentang nama perusahaan, tempat asal (sumber) material, macam material yang dipesan dengan maksud untuk digunakan dalam penyelesaian pekerjaan. 8.4. Bahan/material yang telah didatangkan Kontraktor di lapangan pekerjaan tetapi ditolak pemakaiannya olej Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor dalam waktu 2 x 24 jam, terhitung dari jam penolakan. 8.5. Apabila Konsultan Pengawas merasa perlu meneliti suatu bahan/material lebih lanjut, Konsultan Pengawas berhak mengirimkan bahan material/material tersebut kepada Balai Penelitian (Laboratorium) yang terdekat untuk diteliti. Biaya pengiriman dan penelitian menjadi tanggungan Kontraktor apapun hasil penelitian bahan/material tersebut.

9. ALAT-ALAT PELAKSANAAN 9.1. Kontraktor diharuskan mengajukan daftar terperinci tentang peralatan yang akan digunakannya untuk melaksanakan pekerjaan 9.2. Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor, sebelum pekerjaan secara fisik dimulai dalam keadaan baik dan siap pakai, antara lain : 

Chain Hook Dan Kantrol



Perlengkapan penerangan untuk kerja lembur



Alat-alat pemadat masinal dan manual



Alat menggergaji, alat ukur listrik dan alat ukur air



Alat-alat bantu lainnya guna kelancaran pekerjaan



Alat-alat pengangkut dan penghampar



Dan alat-alat lain yang digunakan untuk menunjang pekerjaan

10. PEMERIKSAAN PEKERJAAN 10.1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutannya yang apabila pekerjaan ini telah selesai, akan tetapi belum diperiksa oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor wajib meminta persetujuan kepada Konsultan Pengawas, kemudian apabila Konsultan Pengawas telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaan.

10.2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2x24 jam (dihitung dari diterimanya surat permohonan pemeriksaan tidak dihitung hari raya/libur) tidak dipenuhi oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat melanjutkan pekerjaan kecuali jika Konsultan Pengawas meminta perpanjangan waktu. 10.3. Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Konsultan Pengawas berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggung jawab kontraktor.

11. PEKERJAAN TAMBAH KURANG 11.1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis atau ditulis dalam buku harian oleh Konsultan Pengawas. Setelah mendapat persetujuan pemimpin proyek harus dibuatkan Berita Acara Perubahan Pekerjaan/Pekerjaan Tambah Kurang. 11.2. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah tertulis dari Konsultan Pengawas atas Persetujuan Pemberi Tugas. 11.3. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga satuan pekerjaan, yang dimasukkan oleh Kontraktor sesuai AV 41 artikel 50 dan 51 yang pembayarannya diperhitungkan bersama dengan angsuran terakhir. 11.4. Adanya pekerjaan tambahan tidak dapat dijadikan alas an sebagai penyebab kelambatan penyerahan pekerjaan, tetapi Konsultan Pengawas dapat mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah kurang tersebut. 11.5. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan yang ada dalam penawaran, harga satuan akan ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan Pengawas bersama-sama dengan Kontraktor dengan Persetujuan Pemberi Tugas

12. SITUASI DAN UKURAN 12.1. Situasi a. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak dan Kontraktor juga wajib meneliti dan memahami sifat dan luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga penawarannya. b. Kelalaian atau kekurangan telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dijadikan alas an untuk mengajukan tuntutan 12.2. Ukuran a. Ukuran satuan yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam cm, kecuali ukuranukuran untuk baja yang dinyatakan dalam inch atau mm, atau yang jelas-jelas tertera dalam gambar.

b. Titik duga lantai (permukaan atas lantai) ditetapkan ± 0.00 yaitu diambil sama dengan peil lantai bangunan yang ada atau akan ditentukan kemudian di lapangan bersamasama dengan Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas.

13. PEKERJAAN PENDAHULUAN DAN LAPANGAN 13.1. Pekerjaan Pendahuluan Kontraktor harus membersihkan lokasi dari segala sesuatu yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan 13.2. Pembuatan Papan Nama Proyek Kontraktor diwajibkan membuat papan nama proyek atas biaya Kontraktor untuk kepentingan pelaksanaan Proyek. Bentuk dan ukuran serta isi papan nama berdasarkan ketentuan yang berlaku dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas dan Pemilik Proyek 13.3. Pengadaan Listrik Sementara Kontraktor harus mengadakan listrik sementara atas biaya kontraktor untuk keperluan proyek, serta menyambungnya ke tempat-tempat yang akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas. 13.4. Papan Reklame Kontraktor maupun Konsultan Pengawas tidak diperkenankan menempatkan papan reklame dalam bentuk apapun di dalam lingkungan kompleks kecuali atas persetujuan tertulis dari Pemimpin Proyek

14. DIREKSI KEET DAN BANGSAL KERJA 14.1. Di lapangan pekerjaan Kontraktor wajib menyediakan bangsal untuk tempat kantor Kontraktor dan gudang penyimpanan bahan serta untuk bangsal pekerja, atas biaya Kontraktor dan menggunakan bahan-bahan sederhana. 14.2. Bangsal untuk kantor Kontraktor dan gudang penyimpanan bahan serta untuk pekerja ditentukan sendiri oleh Kontraktor tetapi letaknya harus mendapat persetujuan dari Pemilik Proyek/Pemberi Tugas. Pembuatan bangsal ini harus sesuai dengan syarat konstruksi dan kesehatan 14.3. Dilapangan pekerjaan Kontraktor wajib menyediakan kantor untuk Konsultan Pengawas dan Direksi Lapangan yang dibuat dari bahan-bahan sederhana. Kantor ini harus dilengkapi dengan 4 (empat) buah meja kerja, 6 (enam) buah kursi, meja rapat, lemari atau penyimpanan yang bisa dikunci, white board ukuran 120 cm x 240 cm, 4 (empat) buah helm proyek serta bidang-bidang dinding yang rata untuk menempel gambar. 14.4. Bahan bangunan yang sudah dipasang menjadi bangsal yang tertulis dalam ayat 14.1 dan 14.3 tidak boleh lagi diambil untuk keperluan konstruksi. Bahan bangunan tersebut

menjadi milik Proyek/Pemberi Tugas dan dibongkar oleh Kontraktor setelah serah terima pertama dan dibawa keluar lapangan.

15. JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA 15.1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat pertolongan pertama pada kecelakan (P3K) yang selalu dalam keadaaan siap digunakan di lapangan untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan pekerja di lapangan 15.2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syarat-syarat kesehatan, kamar mandi dan WC yang layak bagi semua petugas dan pekerja yang ada di lapangan. Membuat tempat penginapan di dalam lapangan pekerjaan untuk menjaga keamanan 15.3. Segala hal yang menyangkut jaminan social dan keselamatan para pekerja wajib diberikan Kontraktor sesuai dengan peraturan yang berlaku

16. MOBILISASI Bila di dalam harga Kontrak tercantum dalam Lump Sum untuk mobilisasi, maka uraian-uraian yang dimaksud adalah seperti di bawah ini : 

Transport local alat-alat dan perlengkapan dengan jumlah yang minimum sesuai dengan yang tersebut dalam naskah kontrak, sampai ke proyek dimana akan dibutuhkan.



Instalasi-instalasi

termasuk

antara

lain

kantor-kantor,

bengkel,

gudang-gudang

laboratorium lapangan dan sebagainya 

Instalasi-instalasi untuk personil dari Kontraktor seperti tanda-tanda, kantin, perumahan dan sebagainya

Tidak/diberikan pembatasan dalam hal ukuran, bentuk atau cara-cara penempatan alat-alat, perlengkapan dan instalasi-intalasi tersebut, kesemuannya adalah hak Kontraktor untuk memilih ukuran, bentuk dan cara-cara yang tepat agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan lancer. Kontraktor diperbolehkan, apabila Direksi tidak berkeberatan untuk setiap waktu dalam masa pelaksanaan tersebut untuk merubah, mengurangi atau memperbaiki susunan alat-alat perlengkapan dan instalasi-instalasi tersebut tanpa mempengaruhi biaya ump sum. 17. PEKERJAAN BETON BERTULANG 1.1.

Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan beton bertulang dan tidak bertulang. Secara umum tahapan pekerjaan beton adalah sebagai berikut : 

Penyediaan semua material pekerjaan beton



Persiapan dan pemasangan bekisting



Pemasangan tulangan



Pengadukan beton



Pengecoran beton



Pemeliharaan, perbaikan, penyelesaian dan pengerjaan semua pekerjaan tambahan, sehingga menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan gambar rencana.

1.2.

Standar Pekerjaan Semua bahan dan konstruksi apabila tidak diberi catatan khusus harus memenuhi standar yang berlaku dan dipakai di Indonesia. Untuk struktur digunakan mutu beton f’c=19,3 Mpa (K 225). Dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat melaksanakan pekerjaan cor beton menggunakan system beton dengan adukan molen (mix concrete) yang terlebih dahulu memberikan data-data spesifikasi mutu beton kepada Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan.

1.3.

Persyaratan Bahan 1.3.1.

Portland Cement (PC) 1.3.1.1.

Semen yang dipakai harus Portland semen yang telah disetujui oleh Konsultan Perencana, dan memenuhi syarat menurut standar Semen Indonesia (SNIS-04-1989-F)

1.3.1.2.

Untuk seluruh pekerjaan beton harus menggunakan mutu semen yang baik dari satu jenis merk atas persetujuan Direksi/Pengawas

1.3.1.3.

Semen

yang

telah

mengeras

sebagian/seluruhnya

tidak

diperkenankan untuk dipergunakan 1.3.1.4.

Penyimpanan semen Portland harus diusahakan sedemikian rupa senhingga

bebas

dari

kelembaban

dimana

gudang

tempat

penyimpanan mempunyai ventilasi cukup dan tidak kena air, diletakan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai. Tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 meter sesuai dengan syarat penumpukan semen dan setiap pengiriman semen baru harus dipisahkan dari semen yang lama dan diberi tanda dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengiriman. 1.3.2.

Split/Pasir 1.3.2.1.

Split dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak mengandung bahan yang merusak dalam bentuk ataupun jumlah yang cukup banyak, yang dapat memperlemah kekuatan beton

1.3.2.2.

Split harus memenuhi syarat-syarat pada SNI 1734-1989-F, atau daftar berikut ini :

Ayakan 30 mm 25 mm 15 mm 5 mm 2,5 mm

Split % Lewat Ayakan (Berat Kering) 100 90-100 25-60 0-10 0-5

Ayakan 10 mm 5 mm 2,5 mm 1,2 mm 0,6 mm 0,3 mm 0,15 mm

Pasir % Lewat Ayakan (Berat Kering) 100 90-100 80-100 50-90 25-60 10-30 10

18.3.3. Air Air harus bersih dan bebas dari bahan organic, alkali, garam dan kotoran lain dalam jumlah yang cukup besar. Sebaiknya dipakai air yang dapat diminum. 18.4. Pekerjaan Penulangan Baja 18.4.1. Lingkup Pekerjaan Kontraktor harus menyiapkan, membengkokkan dan memasang tulangan baja sesuai dengan yang tercantum di dalam spesifikasi/gambar. Dalam pekerjaan penulangan baja termasuk semua pemasangan kawat beton, kaki ayam untuk penyangga beton dan segala hal yang perlu serta juga menghasilkan pekerjaan beton sesuai dengan pengalaman teknik yang terbaik. 18.4.2. Gambar Kerja Sebelum pekerjaan pembengkokan tulanhan baja, Kontraktor mempelajari gambar kerja 18.4.3. Standarisasi Detail dan pemasangan tulangan baja harus sesuai denga peraturan atau standar yang berlaku 18.4.4. Spesifikasi Tulangan Baja Khusus untuk beton struktur, besi baja tulangan yang digunakan harus dari baja mutu U-24 menurut persyaratan PBI 1971 atau Japanese Standart Class SR-24 ataupun British Standart NI 785-1983 18.4.5. Pekerjaan Pembengkokan Tulangan Baja Pekerjaan pembengkokan tulangan baja harus dilaksanakan dengan teliti sesuai dengan ukuran yang tertera pada gambar. Tulangan baja tidak boleh dibengkokan atau diluruskan kembali sedemikian rupa sehingga menjadi rusak atau cacat. Dilarang membengkokan tulangan baja dengan cara pemanasan.

18.4.6. Syarat Pemasangan 

Penulangan Sebelum dipasang, tulangan baja harus bebas dari sisa logam, karat dan lapisan yang dapat merusak logam atau mengurangi daya ikat. Bila pengecoran beton ditunda, tulangan baja harus diperiksa kembali dan dibersihkan.



Pemasangan Penulangan harus distel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat dengan kawat atau jepitan yang sesuai dengan persilangan dan harus ditunjang dengan penumpu beton atau logam dan penggantung logam Bilamana tidak ditentukan lain dalam gambar, maka penulangan harus dipasang dengan celah untuk beton tahu sebagai berikut : Beton yang dicor pada tanah tebal 8 cm Semua bidang yang terkena air tanah 5 cm Plat lantai, balok, kolom yang tidak terkena tanah atau air 4 cm Bidang yang kena udara semua bidang interior 1,5 cm

18.4.7. Sambungan System penulangan dari bangunan secara keseluruhan harus dihubungkan satu dengan yang lain, dengan cara pengelasan 18.4.8. Persetujuan dari Konsultan Pengawas Penulangan baja tersebut di atas harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas terlebih dahulu sebelum dilakukan pengecoran. Konsultan Pengawas harus diberitahu apabila pemasangan penulangan baja sudah siap untuk diperiksa 18.5. Wiremesh 18.5.1. Umum 18.5.1.1. Wiremesh yang digunakan harus dari baja mutu U-24 menurut persyaratan PBI 1971 atau Japanese Standard Class SR-24 ataupun British Standart No. 785-1938 18.5.1.2. Ukuran wiremesh sebagaimana yang tersebut di dalam gambar, bila terjadi penggantian dengan diameter alain, hanya diperkenankan atas persetujuan tertulis Konsultan Pengawas/Direksi. Bila penggantian disetujui, maka luas penampang yang diperlukan tidak boleh berkurang dengan yang tersebut di dalam gambar atau perhitungan. Dan dalam hal ini Kontraktor harus melampirkan data perhitungannya serta data pengurangan volume berat pembesian yang dikaitkan dengan analisa penawaran.

18.5.1.3. Wiremesh yang digunakan harus bebas dari kotoran, karat, minyak, cat, serpihan kulit giling serta bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat terhadap beton. 18.5.1.4. Kawat pengikat beton harus terbuat dari baja lunak dengan diameter 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu, dan tidak bersepuh seng, tidak kaku maupun getas 18.5.2. Pelaksanaan 18.5.2.1. Memasang wiremesh harus dilakukan dalam keadaan dingin, wiremesh dipotong dan dirangkai sesuai dengan gambar 18.5.2.2. Wiremesh yang telah dirakit harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempat 18.5.2.3. Tebal penutup beton harus dipasang dengan penahan jarak (beton decking) yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu yang akan dicor dengan jumlah minimum 4 buah tiap M2 cetakan 18.5.2.4. Pada tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada tulangan bawah oleh batang penunjang atau ditunjang langsung pada cetakan sawah 18.6. Pekerjaan Bekisting 18.6.1. Lingkup Pekerjaan Bekisting atau perancah harus digunakan bila diperlukan untuk membatasi adukan beton dan membentuk adukan beton menurut garis dan permukaan yang diinginkan. Bila bekisting membahayakan atau tidak memadai, maka bekisting tersebut dapat ditolak oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus segera membongkar dan memindahkan bekisting tersebut dari lokasi pekerjaan dan menggantinya dengan yang baru. 18.6.2. Persyaratan Bahan Semua bahan yang akan digunakan/dipasang harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Papan bekisting dapat digunakan dari papan kelas III atau IV yang permukannya rata dan halus, untuk menghasilkan permukaan yang sempurna. Bekisting harus kuat dan kaku terhadap beban dan lendutan yang masih basah dan getaran terhadap beban konstruksi dan angin. Bekisting harus kedap air, sehingga dijamin tidak akan timbul sirip atau adukan keluar pada sambungan. 18.6.3. Pembongkaran Bekisting harus dibongkar dengan statis, tanpa goncangan, getaran atau kerusakan pada beton. Pembongkaran bekisting dapat dilakukan setelah umur

beton telah mencapai umur yang disyaratkan sesuai dengan mutu beton rencana (dibuktikan dengan pengujian beton pada umur tertentu) dan dengan persetujuan Konsultan Pengawas secara tertulis 18.6.4. Pelaksanaan 18.6.4.1. Perencanaan : Semua bekisting harus dilaksanakan sesuai dengan instruksi-instruksi yang diberikan oleh Direksi Teknik. Gambar Rencana yang terinci yang menunjukkan bentuk Bekisting harus disetujui oleh Direksi Teknik. Bekisting harus direncanakan untuk menjamin bahwa pembongkaran bekisting beton tidak akan merusak beton atau perancah. Bekiting beton harus cukup kuat untuk menahan getaran yang disebabkan oleh alat getar. Penurunan antar dua perletakan tidak boleh melebihi satu pertiga ratus (1/300) bentang, atau bagaimanapun juga penurunan tidak boleh lebih dari 3 mm 18.6.4.2. Pemasangan Bekisting a. Bekisting untuk dinding vertical/bagian konstruksi yang tipis yang selama operasi pengecoran akan menyebabkan adukan tersebut jatuh lebih tinggi dari satu setengah meter harus dilaksanakan sesuai dengan salah satu dari metode-metode berikut : 

Salah satu dari sisi bekisting harus dibuka dari bawah ke atas yang akan ditutup berturut-turut mengikuti kemajuan pengecoran dengan cara sedemikian sehingga tinggi adukan beton yang jatuh selama pengecoran tidak boleh melebihi dari 1,50 M.



Bekisting harus terdiri dari bagian-bagian yang dapat dibuka, ukurannya tidak lebih tinggi dari 1,50 M dan tidak lebih dari 2 M



Semua bekisting harus ditutup rapat dan beton dituang melalui sebuah pipa/corong, dengan ujung dipegang dekat dengan permukaan beton segar yang dituang. Pipa/corong tersebut harus selalu dijaga agar penuh dengan beton selama bekerja.

b. Segera sebelum pekerjaan pengecoran, Bekisting harus dibersihkan dari semua kotoran/material lepas, serbuk gergaji,

debu dan lain-lain. Kerusakan-kerusakan seperti penurunan, deformasi dan lai-lain harus diperbaiki segera. Apabila selama pekerjaan pengecoran, ternyata diamati ada perubahan bentuk bekisting, beton pada tempat yang bersangkutan harus dibuang dulu dan bekisting diperkuat sesuai dengan instruksi Direksi Teknik 18.6.4.3. Pembongkaran Bekisting Bekisting harus dibongkar dengan statis, tanpa goncangan, getaran atau kerusakan pada beton. Pembongkaran bekisting dapat dilakukan setelah umur beton telah mencapai umur yang disyaratkan sesuai dengan mutu beton rencana (dibuktikan dengan pengujian beton pada umur tertentu) dan dengan persetujuan Konsultan Pengawas secara tertulis

18.7. Pekerjaan Beton 18.7.1. Syarat Adukan Beton Semua beton harus memenuhi persyaratan-persyaratan umum untuk perencanaan campuran seperti yang diberikan dalam table dibawah ini.

Kelas

Total Semen Kg/M3

Ukuran maximum Agregat (mm)

Jumlah Air

Kelas A

Kelas B

Berat Kg/M3

Perbandingan faktor Air Semen

K 350 K 250 K 225 K 175 K 125

425 400 350 300 250

25 25 37 37 50

19 19 25 25 25

180 170 160 150 130

0,42 0,42 0,46 0,50 0,52

Beton dalam Air

400

37,50

25,00 atau 19,00

210

0,525

Catatan : Untuk beton mutu rendah (beton kurus) digunakan untuk pekerjaan yang tidak structural, setiap campuran yang dapat diterima digunakan atas persetujuan Direksi Teknik disediakan bahwa perbandingan volume agregat campuran (halus dan kasar) dengan semen tidak melebihi 6:1 18.7.2. Komposisi Adukan Kompisisi adukan beton dibuat berdasarkan perbandingan volume dengan macam campuran dan penggunaan seperti tersebut di bawah ini :

No

Perbandingan

Penggunaan

Keterangan

1 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr (1 zak Pc : 0,064 m3 Ps : 0,96 m3 Kr)

Angker Utama Dan Pengaku

Disesuaikan Dengan Gambar

2 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr (1 zak Pc : 0,096 m3 Ps : 0,16 m3 Kr)

Lantai Kerja

Disesuaikan Dengan Gambar

Campuran Percobaan Kontraktor harus menegaskan perbandingan campuran dan material yang diusulkannya dengan membuat dan melakukan pengujian campuran percobaan, dengan disaksikan oleh Direksi Teknik menggunakan tipe alat dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan. Percobaan campuran dianggap dapat diterima asalkan hasil test memuaskan dan memnuhi semua persyaratan-persyaratan proporsi campuran yang ditetapkan

18.7.3. Pengadukan Beton a. Pencampuran adukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk (beton molen). Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi dari masingmasing bahan pembentuk beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya harus mendapat persetujuan dari direksi lapangan b. Lama pengadukan beton dilakukan hingga campuran beton tersebut benarbenar homogen hingga menghasilkan adukan susunan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan. Pengadukan yang berlebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki, tidak dibenarkan. c. Pengangkutan adukan beton dilakukan dengan gerobak dorong atau alat bantu lainnya ke tempat pengecoran harus diatur sedemikian rupa, sehingga waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat sehingga waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 jam dan tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang mencolok antara beton yang sudah dicor dengan yang akan dicor.

18.7.4. Pengendalian Mutu Semua beton yang digunakan pada pekerjaan harus memenuhi persyaratan kekuatan tekanan dan persyaratan Slump (pengujian-turun Abrams) yang ditetapkan sebagai berikut : a. Pengujian Slump Beton Metode persiapan dan pelaksanaan pengujian slump (slump test) harus sesuai dengan spesifikasi PBI 1971 dan Bina Marga PC 0101-76. Beton yang tidak memenuhi persyaratan “Slump” tidak boleh digunakan dalam pekerjaan, kecuali Direksi Teknik dalam beberapa hal menyetujui pemakainnya secara terbatas beton semacam itu dalam jumlah kecil pada bagian-bagian dengan tegangan rendah pekerjaan-pekerjaan tertentu. b. Kuat Tekan Beton Kelas Beton

K 350 K 250 K 225 K 125 K 175

Kuat Tekan (Kg/Cm2) t1 bk Contoh kubus berisi 15 cm 7 Hari 28 Hari 230 180 148 82 115

350 275 225 125 175

Untuk test kuat tekan yang menggunakan contoh silinder, syarat kekuatan tekan dikurangi 17 %

Apabila hasil pengujian pada umur 7 hari kekuatannya dibawah angkaangka yang ditentukan pada diatas, maka kontraktor tidak boleh mengecor beton lebih jauh sampai penyebab hasil kekuatan yang lebih rendah tersebut telah ditemukan dan telah mengambil langkah yang akan menjamin produksi beton yang sesuai dengan spesifikasi sampai Direksi Teknik merasa puas. Beton yang tidak memenuhi kekuatan tekan umum 28 hari yang telah ditetapkan akan dianggap tidak memuaskan dan pekerjaan harus dibetulkan seperti yang ditetapkan berikut ini. Kekuatan beton akan dianggap memuaskan apabila : 

Tidak melebihi dari satu hasil percobaan diantara 20 hasil pemeriksaan benda uji kubus berturut-turut, dengan nilai kurang dari kekuatan karateristik yang diberikan pada table diatas.



Tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut, terjadi dengan nilai kurang dari (bk + 0,82 Sr), bk adalah kekuatan karateristik dan Sr adalah deviasi standar.



Selisih antara nilai tertinggi dan terendah diantara 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut, ialah lebih kecil dari 4,3 Sr adalah deviasi standard. Deviasi standard akan ditentukan oleh Direksi Teknik berdasarkan data pekerjaan beton sebelumnya yang dilaksanakan oleh Kontraktor.

18.7.5. Pengecoran a. Pelaksanaan pengecoran menggunakan beton mixer yang diaduk dengan molen b. Pengecoran beton harus dengan ijin Konsultan Pengawas dan dilaksanakan pada waktu Konsultan Pengawas ada di tempat. c. Adukan beton yang tidak memenuhi syarat dengan spesifikasi yang ditetapkan harus ditolak dan segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan dengan biaya kontraktor. d. Beton tidak boleh dicor bilamana keadaan cuaca buruk e. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke dalam papan bekisting yang tinggi/dalam, yang dapat menyebabkan terlepasnya kerikil/split dari adukan beton. f.

Beton tidak boleh dicor dalam bekisting yang dapat menagkibatkan penimbunan adukan pada permukaan bekisting di atas beton yang sudah dicor. Untuk hal tersebut di atas harus disiapkan corong untuk pengecoran agar dapat mencapai tempatnya tanpa terlepas satu sama lain.

g. Tinggi adukan beton tidak boleh melampaui 1,5 m di bawah ujung corong saluran h. Adukan beton harus dicor dengan merata i.

Tiap lapisan harus dicor pada waktu lapisan yang sebelumnya masih lunak.

18.7.6. Pemadatan dan Penggetaran a. Setiap lapisan harus dipadatkan sampai kepadatan maksimum sehingga bebas dari kantong/sarang kerikil dan menutup rapat pada semua permukaan dari cetakan dan material yang melekat b. Menggunakan alat penggetar (vibrator)

c. Melakukan pengetukan pada dinding bekisting sampai betul-betul mengisi pada bekisting atau lubang galian dan menutupi seluruh permukaan bekisting. d. Penggunaan vibrator harus dilakukan dengan benar atau dengan petunjuk dari konsultan pengawas dan tidak boleh mengenai bekisting mapupun pembesian. 18.7.7. Perawatan Beton a. Beton yang selesai dicetak harus dijaga dalam keadaan basah selama sekurang-kurangnya 14 hari setelah dicor, yaitu dengan cara penyiraman air, karung goni basah atau cara-cara lain yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas. b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari langsung paling sedikit 3 hari setelah pengecoran. c. Beton yang mempunyai keadaan seperti di bawah ini : 

Rusak



Sejak semula cacat



Cacat sebelum penyerahan pertama



Menyimpang dari garis atau muka ketinggian yang telah ditetapkan



Tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)



Harus diganti dengan beton baru dan semua biaya ditanggung oleh Kontraktor

19. PEKERJAAN KAYU 19.1. Lingkup Pekerjaan Kayu Pekerjaan kayu meliputi penyediaan tenaga kerja yang terampil sesuai denga jenis pekerjaan, penyediaan bahan yang cukup, peralatan tukang baik masinal maupun manual guna kelancaran pekerjaan ini Macam pekerjaan kayu yang akan dilaksanakan dalam pembangunan gedung ini terdiri atas : 

Pekerjaan Tiang Phylon, Pekerjaan Jembatan Gantung Dan Pekerjaan Jembatan Penghubung



Pekerjaan pelengkap dan penunjang

19.2. Persyaratan bahan 

Kayu yang dipakai harus sesuai dengan PPKI 1961 (NI-5) lampiran, kayu berkualitas baik, tua, kering dan tidak bercacat, pecah-pecah dan tidak terdapat kayu mudanya (spint) sesuai pasal III PKKI 1961 mutu A



Selama pelaksanaan, mutu dan kekeringan kayu harus dijaga dengan menyimpannya ditempat kering, terlindung dari hujan dan panas terutama kusenkusen dan rangka pintu yang telah selesai.



Semua pekerjaan kayu yang akan difinish harus diketam rata dan halus dengan menggunakan ketam mesin, tidak ada lubang atapun mata kayu, kecuali bila ditentukan lain.



Semua ukuran yang tertera dalam gambar maupun yang tersebut dalam pasal ini adalah ukuran jadi, yaitu ukuran setelah kayu selesai dikerjakan/dipasang dengan toleransi rata-rata maksimum 3 mm untuk setiap permukaan kayu yang sudah dikerjakan

19.3. Klasifikasi bahan dan macam pekerjaan Klasifikasi bahan berdasarkan PPKI dam macam pekerjaan untuk jenis pekerjaan kayu kasar dan pekerjaan halus dapat dilihat dalam table berikut ini : 

Pekerjaan Kayu Kasar Klasifikasi/ Kekuatan Kayu

Jenis Kayu

Penggunaan Dan Dimensi Bahan

Tiang Phylon, Lantai Jembatan,Balok Kayu Belian Belian Jembatan, Lening Jembatan Lantai Bengkirai, Jembatan,Balok Klas I Tekam/Sejenisnya Jembatan, Lening Jembatan

Keterangan

19.4. Syarat Pelaksanaan Untuk : a. Pekerjaan Tiang Jembatan, Balok Jembatan Dan Lantai Jembatan 

Untuk Tiang Jembatan dan Balok Jembatan menggunakan Kayu belian



Untuk Lantai dan Lening Jembatan menggunakan Kayu Belian dan Kayu Klas I sesuai dengan RAB.

20. PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI 20.1. Lingkup Pekerjaan Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat bantu dan alat angkut yang diperlukan. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah : 

Kabel Utama, Kabel Penggantung, Kabel Pengaku dan Kabel Lateral



Warfel Kabel Utama, Warfel Kabel Penggantung, Warfel Kabel Pengaku dan Warfel Kabel Lateral.



Klem Kabel Utama, Klem Kabel Penggantung Dan Besi Plat Penggantung

20.2. Persyaratan Bahan a. Semua alat dan perlengkapan yang akan dipakai harus memenuhi SNI.Semua bahan dan perlengkapan pengantung dan pengunci harus mendapat persetujuan dari pemberi tugas b. Kabel Utama yang digunakan berupa untaian (strand) c. Kabel dengan inti lunak tidak diizinkan digunakan pada jembatan gantung ini d. Kabel harus memiliki tegangan leleh minimal sebesar 1500 Mpa e. Batang penggantung menggunakan baja bundar f.

Kabel ikatan angin menngunakan baja bundar.

20.3. Macam Pekerjaan a. Pemasangan kabel utama dan pelana 

Kabel utama harus dilindungi terhadap korosi



Buat dan pasang pelana sehingga dudukan arah kabel ke blok angkur dapat membentuk sudut yang tepat sesuai rencana



Pemasangan kabel utama didahului oleh kabel semu yang digunakan untuk menarik kabel utama melintas sungai



Beri tanda pada kabel utama penempatan pada sumbu pelana (sumbu perletakan atas menara) dan posisi batang penggantung dan angkur pada kondisi kabel diletakkan lurus di atas tanah dan belum ditegangkan



Kurangi panjang kabel dengan perpanjangan yang diperhitungkan sesuai dengan tegangan kabel akibat beban mati jembatan dan ditambah denga lengkungan pada kabel di pelana



Pasang klem dibelakang tanda-tanda



Pasang kabel utama pada satu sisi dan selanjutnya pasang pada sisi lainnya



Laksanakan pemasangan kabel dengan bantuan kabel semu untuk menarik kabel perlahan-lahan kek kiri atau ke kanan agar berada pada titik pusat menara.

b. Pemasangan batang penggantung Pasang batang penggantung dengan klem-klem agak longgar sehingga batang tersebut mudah ditempatkan pada lokasi yang tepat c. Penyetelan kabel-kabel utama pada blok angkur Pada pemasangan, kedudukan jembatan mungkin dalam kondisi miring ke satu sisi, kondisi lurus, melendut, atau dengan lawan lendut Cara penyetelannya adalah sebagai berikut : 

Kencangkan kabel pada blok angkur, jembatan memperoleh lawan lendut



Kendurkan kabel pada blok angkur, jembatan memperoleh lendutan



Laksanakan penyetelan kabel dengan mur pengencang pada blok angkur dengan ½ sampai maksimum 2 putaran per tahap, pada setiap kabel secara berurutan

d. Penyetelan tegangan kabel-kabel utama pada blok angkur 

Ratakan tegangan kabel-kabel pada blok angkur dengan pengukuran frekuensi getaran



Pegang kabel dengan tangan sambil dinaikluruskan sampai kabel bergetar dalam 1 gelombang dengan simpangan 20 cm. kemudian kabel dilepas dan tangan ditahan dalam posisi sedemikian rupa sehingga terjadi pukulan setiap kabel bergetar.



Ukur frekuensi dengan arloji ukur dalam jangka waktu ½ menit pertama sampai frekuensi kabel berkisar antara 100 sampai dengan 150 pukulan per menit.



Lakukan pengecekan lendutan jembatan dan frekuensi kabel setelah tegangan kabel-kabel diratakan dengan penyetelan mur pengencang (1/2 sampai maksimum 2 putaran)

e. Pasang ikatan angin untuk memperkuat gelegar-gelegar f.

Perkuat bangunan atas jembatan dengan kabel-kabel penahan yang diikatkan ke dalam tebing untuk mengurangi goyangan jembatan dalam arah horizontal

g. Lengkapi kabel penahan dengan mur pengencang untuk penyetelan, sambung profil dan baut harus memenuhi persyaratan kekuatan dan keawetan.

21. KETENTUAN TAMBAHAN DAN PENUTUP Segala sesuatu yang belum tertentu dalam buku acuan ini dan pada saat penjelasan ternyata diperlukan, akan dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan harus melengkapi dan menyediakan peralatanperalatan tambahan yang diperlukan walaupun tidak digambar atau disebutkan dalam buku acuan ini. Jika masih ada pos-pos pekerjaan/kegiatan yang belum masuk/terlupakan di dalam daftar kegiatan maka pemborong berhak menambah atau merubahnya karena daftar kegiatan yang dibuat hanya sebagai acuan penelitian penawaran Kontraktor diwajibkan membuat gambar-gambar sesuai pelaksanaan di lapangan (as built drawings) yang disetujui Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas, sesuai dengan bunyi keputusan Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum No. 295/KPTS/CK/1997 tanggal 1 April 1997 BAB III B, Poin 2.d.2.g. Gambar-gambar ini sudah harus diserahkan sebanyak 4 (empat) rangkap kepada Pemberi Tugas selambat-lambatnya pada saat Serah terima Kedua dan akan tercantum di dalam Berita Acara Serah Terima Kedua. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaiannya di lapangan akan dibicarakan dan diatur Konsultan Pengawas dengan Kontraktor dan bila diperlukan akan dibicarakan bersama Konsultan Perencana dan harus mendapat persetujuan dari pemilik.

Related Documents


More Documents from "Mohamad Tontro Prastowo"