Supervisi Keperawatan Revisi.rtf

  • Uploaded by: Tokki Tokki
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Supervisi Keperawatan Revisi.rtf as PDF for free.

More details

  • Words: 4,420
  • Pages: 26
Loading documents preview...
MAKALAH “SUPERVISI KEPERAWATAN” Makalah yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen Keperawatan” Yang dibina oleh Ibu Musviro, S.Kep., Ners., M.Kep.

Disusun Oleh : 1. 2.

Annisa Fitriyah Brillianty Rizky Nuril Insani

(162303101015) (162303101115)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2019

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan pusat layanan kesehatan yang terdiri dari berbagai profesi yang membentuk suatu kesatuan dan saling berpengaruh satu sama lain. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya perlu penataan atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen keperawatan yang dikelola dan dilaksanakan dengan baik akan menghasilkan suatu pelayanan yang baik pula kepada klien yang dirawat di rumah sakit. Pelayanan keperawatan sebagai sub sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan komponen sentral untuk terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu. Upaya untuk meningkatkan mutu, perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu

mulai

dari

pengkajian

sampai

dengan

evaluasi

berikut

dengan

dokumentasinya (Suara, 2010). Kontrol terhadap pemberian asuhan keperawatan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan dengan benar dan ditulis dengan lengkap, agar dapat dipertanggungjawabkan. Kontrol yang dilakukan dalam manajemen keperawatan salah satunya adalah dengan supervisi. Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuanpihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan dengan efektif dan efisien (Nursalam, 2011). Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sember yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Supervisi memungkinkan seorang supervisor keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan diruang yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat secara efektif dan efisien (Arwani, 2006).

Kegiatan supervisi merupakan proses memberikan bantuan, bimbingan atau pengajaran, dukungan kepada seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai kebijakan dan prosedur, mengembangkan ketrampilan baru, dan memberikan pemahaman yang lebih luas untuk melakukan tugas dengan lebih baik. Supervisi merupakan proses formal dari belajar dan dukungan profesional yang memungkinkan perawat praktisi untuk mengembangkan pengetahuan, dan kompetensi, menerima tanggung jawab dalam praktiknya dan meningkatkan perlindungan terhadap pasien dan pelayanan keperawatan yang aman dalam situasi yang kompleks (Sitorus R. dan Panjaitan R., 2011). Padatahun 2013 berdasarkan data kementerian kesehatan jumlah perawat diseluruh rumah sakit di Indonesia sebanyak 220.575 orang, jumlah tersebut belum mencakup perawat yang ada di lembaga pendidikan dan di rumah sakit swasta (Kemenkes RI, 2013: 1). Sedangkan menurut dataPersatuan Perawat Nasional Indonesia tahun 2014 jumlah perawat yang terdaftar berjumlah 724.000 orang (PPNI, 2014: 1). Supervisi dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu prainteraksi, interaksi, dan terminasi. Pada tahap prainteraksi supervisor sebaiknya dapat menciptakan hubungan saling percaya antara supervisor dan perawat yang akan disupervisi dan mengidentifikasi pengalaman supervisi sebelumnya. Pada tahap interaksi supervisor dapat menjelaskan tehnik supervisi, menjelaskan struktur dan prosedur yang akan dilakukan sebagai tindak lanjut supervisi, memberikan kesempatan kepada perawat untuk merefleksikan dan mereview asuhan keperawatan, mendiskusikan kasus-kasus pasien secara mendalam, mendukung para perawat untuk mengubah atau memodifikasi asuhan keperawatan, dan mendukung pengembangan

keterampilan

keperawatan

dalam

memberikan

asuhan

keperawatan. Pada tahap terakhir yaitu tahap terminasi diharapkan supervisor dapat mengidentifikasi kesenjangan dalam memberikan asuhan keperawatan dan membuat rencana tindak lanjut denganmenggunakan pendekatan bersama perawat agar didapatkan peningkatan kemampuan perawat yang optimal.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan supervisi dalam keperawatan? 2. Apa saja point-point penting dalam supervisi keperawatan? 3. Bagaimana cara manajemen supervisi dalam keperawatan? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran pelaksanaan supervisi keperawatan dalam perspektif perawat pelaksana di Rumah Sakit. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Mengetahui gambaran manfaat supervisi keperawatan di Rumah Sakit, Mengetahui gambaran fungsi supervisi keperawatan di Rumah Sakit, Mengetahui gambaran tujuan supervisi keperawatan di Rumah Sakit, Mengetahui gambaran teknik supervisi keperawatan di Rumah Sakit, Mengetahui gambaran pelaksanaan supervisi keperawatan di Rumah Sakit, Mengetahui gambaran tugas supervisor keperawatan dalam melaksanakan

supervisi keperawatan di Rumah Sakit.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi

Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Huber, 2000). Supervise keperawatan adalah kegiatan mengawasi dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mengacu masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan, dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat (Nursalam, 2016). Supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaian tugas-tugas keperawatan (Swansburg & Swansburg, 1999). Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta bijaksana (Kron, 1987). Pitman (2011) mendefinisikan supervisi sebagai suatu kegiatan yang digunakan untuk menfasilitasi refleksi yang lebih mendalam dari praktek yang sudah dilakukan, refleksi ini memungkinkan staf mencapai, mempertahankan, dan kreatif dalam menigkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan melalui sarana pendukung yang ada. Supervisi menurut Rowe, dkk (2007) adalah kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajer untuk memberikan dukungan, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai kelompok, individu atau tim. Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan (Sudjana, 2004). Supervisi sebagai suatu kegiatan pembinaan, bimbingan atau pengawasan oleh pengelola (manajer) terhadap pelaksanaan dari tingkat yang terendah, menengah, atas dalam rangka menetapkan kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tujuan utama supervisi adalah menjamin setiap kegiatan yang telah direncanakan berjalan secara tepat dan benar sehingga tujuan

yang ditetapkan tercapai. Di rumah sakit, manajer keperawatan yang melakukan tugas supervisi adalah atasan/pihak yang dianggap memiliki kelebihan/keahlian dalam organisasi seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas keperawatan, kepala seksi, kepala bidang, dan wakil direktur keperawatan. Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen kelompok, yaitu: mengacu pada standar asuhan keperawatan, fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk menetapkan pencapaian, tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas asuhan. Area yang disupervisi yaitu pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan pada klien, keterampilan yang dilakukan sesuai dengan standar, sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran dan empati. Secara aplikasi, area supervisi keperawatan meliputi kinerja perawat, pendokumentasian asuhan keperawatan, pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang, pengelolaan logistik dan obat, penerapan metode ronde keperawatan dalam menyelesaikan masalah keperawatan klien, pelaksanaan operan [ CITATION Gun16 \l 1033 ]. Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan dalam berbagai level seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala bidang perawatan atau pun wakil direktur keperawatan. Sistem supervisi akan memberikan kejelasan tugas, feedback dan kesempatan perawat pelaksana mendapatkan promosi. Supervisi menurut Nursalam (2015) merupakan suatu bentuk dari kegiatan manajemen keperawatan yang bertujuan pada pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan,dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas. Kunci supervisi menurut Nursalam (2015) meliputi pra (menetapkan kegiatan, menetapkan tujuan dan menetapkan kompetensi yang akan di nilai), pelaksanaan (menilai kinerja, mengklarifikasi permasalahan, melakukan Tanya jawab, dan pembinaan), serta pascasupervisi 3F (F-fair yaitu memberikan penilaian, feedback atau memberikan umpan balik dan klarifikasi, reinforcement yaitu memberikan penghargaaan dan follow up perbaikan).

2.2

Unsur Pokok

2.2.1

Pelaksana

Pelaksana atau yang bertanggung jawab melaksanakan supervise adalah atasan, yaikni mereka yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Kelebihan yang dimaksud sering diikatkan dengan status yang lebih tinggi atau supervisor dan karena itu fungsi supervi memang dimiliki oleh atasan. Namun untuk kelebihan supervise,

yang

lebih

diutamakan

adalah

kelebihan

pengetahuan

atau

keterampilan. Menurut Ali Zaidin, dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar kepemimpian dalam keperawatan, membagi tingkatan atas kelas manajer dalam melakukan supervise yaitu sebagai berikut: a. Manajer Puncak bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dari hasil kegiatan serta proses manajemen organisasi. Tugas utamanya menetapkan kebijaksanaan, pemberi petunjuk atau pengarahan umum berkaitan dengan tujuan. b. Manajer Menengah manajer menengah ini memimpin sebagian manajer tingkat pertama. Tugasnya menjabarkan kebijaksanaan top manajer ledalam program-program. c. manajer tingkat pertama manajer tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para pelaksana atau pekerja, yaitu melaksanakan supervise sebagai mandor atau supervisor.

2.2.2

Syarat

Untuk dapat melaksanakan supervise yang baik diperlukan beberapa syarat atau karakteristik yang dimiliki oleh pelaksana supervise (Aswar, 1996 dalam Nursalam 2016) adalah sebagai berikut: a. sebaiknya pelaksana supervise adalah atasan langsung dari yang disupervisi, atau apabila tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus dalam batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas. b. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang disupervisi.

c. Pelaksanaan supervisi harus memiliki keterampilan melakukan supervisi, artinya memehami prinsip – prinsip pokok serta teknik supervisi d. Pelaksana supervisi harus mempunyai sifat edukatif, suportif, dan bukan otoriter. e. Pelaksana harus mempunya waktu yang cukup, baik tergesa–tergesa, dan secara sabar berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap bawahan yang disupervisi. Menurut WHO (1999) dalam Nursalam (2016) dalam buku Manajemen Pelaynan Kesehatan Primer, proses pengawasan pegawai yang baik harus meliputi hal berikut. a. Tepat waktu, artinya untuk memperhankan standar kerja, tindakan pengawasan harus dilakukan pada saat tang tepat. b. Sederhana, artinya tindakan pengawasan harus sederhana, bila tidak akan memerlukan waktu lama untuk menerapkan dan menghasilkan efek yang diinginkan c. Minimal, artinya pengawasan harus disediakan sedikit mungkin, yaitu sedikit yang diperlukan untuk menjamin pekerjaan akan diselesikan dan standar diperhatikan. d. Luwes, artinya pengawasan yang selalu kaku dapat menjadi senjata makan tuan, para pekerjaan akan mencoba menghindarinya.

2.2.3

Sasaran

Sasaran atau objek dari supervisi adaalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan yang melakukan pekerjaan. Sasaran yang dilakukan oleh bawahan disebut sebagai sasaran langsung (Nursalam, 2016). 2.2.4

Frekuensi

Supervisi ahrus dilakukan dnegan yang berbeda. Supervisi yang dilakukan hanya sekali, bukan suoervisi yang baik.tidak ada pedoman yang pasti seberapa sering suoervisi dilakukan, oegangan umum yang digunakan bergantung pada derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan (Nursalam, 2016).

Menurut Nursalam (2002) dalam Nursalam (2016) melakukan supervisi yang tepak harus bila menetukan kapan dan apa yang perlu dilakukan supervisi dan bantuan. Sepanjang kontrol/supervisi penting bergantung bagaiamana staf melihatnya. a. Overcontrol. Kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi yang diberikan, staf tidak akan dapat memikul tanggung jawabnya. b. Undercontrol. Kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk terhadap delegasi, dimana staf akan tidak produktif melaksanakan tugas limbah dan berdampak secara signifikan terhadap hasil yang diharapkan. Hal ini akan berdampak terhadap pemborosan waktu dan anggaran yang sebenarnya dapat dihindarkan. 2.2.5

Tujuan

Tujuan supervise adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. b. Memungkinkan

pengawas

menyadari

kekurangan-kekurangan

para

petugas kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman, serta mengatur pelatihan yang sesuai. c. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan atas pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan kenaikan jabatan dan pelatihan lebih lanjut. d. Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi petugas telah cukup dan dipergunakan dengan baik. e. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada kinerja tersebut. Memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik (Suarli, 2009).

2.2.6

Teknik

Kegiatan pokok pada supervise pada dasarnya mencakup empat hal yang bersifat pokok, yaitu (1) menetapkan masalah dan prioritas; (2) menetapkan penyebab masalah, prioritas, dan jalan keluarnya; (3) melaksanakan jalan keluar; dan (4) menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut berikutnya. Untuk dapat melaksanakan supervise yang baik ada dua teknik. a. Pengamatan langsung Pengamatan langsung dilaksanakan supervise dan harus memperhatikan hal berikut: 1.

Sasaran pengamatan

Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan kebingungan. Untuk mencegah keadaan ini, maka pengamatan langsung ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja. 2.

Objektivitas pengamatan

Pengamatan langsung yang tidak terstandarisasi dapat mengganggu objektivitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini, maka diperlukan suatu daftar isian atau check list yang telah dipersiapkan. 3.

Pendekatan pengamatan

Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan negative, missal rasa takut, tidak senang, atau kesan mengganggu pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau otoriter.

2.2.7

Kerja sama

Keberhasilan pemberian bantuan dalam upaya meningkatkan penampilan bawahan di dalam supervise perlu terjalin kerjasama antara supervisor dengan yang disupervisi. Kerjasama tersebut akan terwujud bila ada komunikasi yang

baik, sehingga mereka yang di supervise merasakan masalah yang dihadapi adalah juga masalah mereka sendiri. 2.3

Langkah Supervisi (Nursalam, 2016)

Menurut Ali Zaidin, teknik atau metode dalam melaksanakan pengawasan adalah bertahap dengan langkah-langkah sebagai berikut: Langkah I : mengadakan Persiapan Pengawasan a. Menentukan tujuan b. Menentukan metode pengawasan yang tepat c. Menentukan standar/kriteria pengukuran. Langkah II : Menjalankan Pengawasan Terdiri atas tiga tahap, yaitu sebagai berikut. a. Membuat dan menentukan rencana pengawasan, di mana rencana pengawasan harus memuat sistem b. Pengawasan, standar yang dipakai, dan cara pelaksanaan. c. Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai sistem, yaitu : 1. Sistem preventif, yang dilaksanakan sebelum suatu usaha dilakukan 2. Sistem represif, yang dilaksanakan setelah suatu usaha dilakukan, misalnya memberikan laporan-laporan kegiatan 3. Sistem verifikatif, yaitu pemeriksaan secara terperinci dengan memberikan laporan-laporan perincian dan analisis dari segala hal yang terjadi dalam pelaksanaan rencana 4. Sistem inspektif, yaitu

suatu

sistem

pengawasan

dengan

mengadakan pemeriksaan setempat secara langsung dengan tujuan mengetahui sendiri keadaan yang sebenarnya 5. Sistem investigatif yaitu suatu pengawasan

dengan

jalan

mengadakan penelitian, penyidikan untuk mengetahui kesalahan dan membongkar adanya penyelewengan. Sistem ini terdiri atas inspektif dan verifikatif 6. Kombinasi sistem preventif dan represif yaitu suatu sistem pengawasan dari suatu usaha yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah usaha tersebut berjalan. d. Penilaian dari pelaksanaan pengawasan

Penilaian adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas, atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah diterapkan

sebelumnya.

Penilaian

sebagai

kegiatan

sistematis

untuk

mengumpulkan, mengolah, menganalisis, mendeskripsikan, dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan (Huber,2000). Menurut Huber (2000), evaluasi dilakukan sejak perencanaan program berkaitan dengan dimensi kualitatif tentang efektivitas program, mengarah pada upaya mnyiapkan bahan masukan untuk pengambilan keputusan tentang ketepatan, perbaikan perluasan, atau pengembangan program terkait dengan pengembalian keputusan tentang penyusunan rancangan dan isi program. Langkah III : Memperbaiki Penyimpangan Tujuan dari hal ini adalah mengadakan perbaikan dari hasil kerja yang kurang atau salah untuk memperoleh hasil yang lebih besar dan lebih efisien. Setelah data melalui pengawas diperoleh, maka dianalisis dan masalah yang timbul dicarikan pemecahannya mencegah membuat masalah pada waktu mendatang. Pembinaan yang efektif dapat digambarkan melalui lima langkah pokok yang berurutan. Kelima langkah itu adalah sebagai berikut: a. Mengumpulkan informasi Informasi yang dihimpun meliputi kenyataan atau peristiwa yang benar-benar terjadi dalam kegiatan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Pengumpulan informasi yang dianggap efektif adalah yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan dengan menggunakan pemantauan penelaahan laporan kegiatan. b. Mengidentifikasi masalah Masalah ini diangkat dari informasi yang telah dikumpulkan dalam langkah pertama. Masalah akan muncul apabila terjadi ketidaksesuaian atau penyimpangan menyebabkan adanya jarak (perbedaan) antara kegiatan yang seharusnya terlaksana dengan kegiatan yang benar-benar terjadi. Jarak atau perbedaan antara kegiatan inilah yang disebut masalah. c. Menganalisis masalah Kegiatan analisis adalah untuk mengetahui beberapa jenis masalah dan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut. Faktor-faktor itu

mungkin datang dari para pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan, fasilitas, biaya, proses, waktu, dan kondisi lingkungan. Disamping faktor penyebab, diidentifikasi pula sumber-sumber dan potensi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang timbul. Hasil analisis ini penting untuk diperhatikan dalam upaya pemecahan masalah. d. Mencari dan menetapkan alternatif pemecahan masalah Kegiatan yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi alternatif upaya yang dapat dipertimbangkan untuk memecahkan masalah. Alternatif ini disusun setelah memperhatikan sumber-sumber pendukung dan kemungkinan hambatan yang akan ditemui dalam upaya pemecahan masalah. Kegiatan selanjutnya adalah menetapkan prioritas upaya pemecahan masalah yang dipilih dari alternatif yang tersedia. e. Melaksanakan upaya pemecahan masalah Pelaksanaan upaya ini daat dilakukan pembina baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pembinaan secara langsung dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pertama, pembinaan individual (perorangan), yaitu pembinaan yang dilakukan terhadap seseorang pelaksana kegiatan. Pihak pembina memberikan dorongan, bantuan, dan bimbingan, langsung pada pelaksana kegiatan. Cara ini tepat dilakukan apabila pihak yang dibina mempunyai kegiatan beraneka ragam atau memerlukan pembinaan bervariasi. Teknikteknik yang dapat digunakan antara lain adalah dialog, diskusi, bimbingan individual, dan peragaan. Kedua, pembinaan kelompok. Pihak supervisor melayani para pelaksana kegiatan secara kelompok. Pembinaan ini dapat digunakan apabila para pelaksana kegiatan atau pihak yang dibina memiliki kesamaan permasalahan yang dihadapi. Pembinaan kelompok dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam pembinaan kelompok antara lain diskusi, penataran, rapat kerja, demontrasi, dan lokakarya. Secara tidak langsung upaya pemecahan masalah yang diputuskan oleh pihak pembina itu dilakukan melalui pihak lain. Seperti melalui orang lain atau media tertulis. Melalui orang lain adalah pembinaan yang dilakukan oelh pejabat dari organisasi yang lebih tinggi atau melalui tenaga khusus yang diberi tugas pembinaan. Semetara itu, yang melalui media tertulis antara lain ialah pembinaan yang dilakukan dalam bentuk pedoman, petunjuk pelaksanaan,

dan korespondensi. Teknik-teknik pembinaan tidak langsung mencakup kegiatan memberikan penunjuk, pedoman, dan informasi kepada pihak yang dibina tentang kegiatan yang harus dikerjakan. Alat atau media yang digunakan mencakup media tertulis, seperti surat-menyurat atau media cetak (lembaran pedoman, brosur dan buletin.)

2.4

Manfaat Supervisi

Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009): 2.2.1

Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan

efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan. 2.2.2 Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah. Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008). Pitman (2011) manfaat supervisi terdiri atas : c. Manfaat bagi perawat pelaksana 1. Timbul perasaan dihargai dan dapat meningkatkan rasa percaya diri. 2.

Supervisi mendorong praktek keperawatan yang aman dan

mencerminkan pelayanan perawatan pada pasien, hal ini dapat meningkatkan kepuasan kerja perawat.

3.

Meningkatkan pengembangan priadi dan profesional, supervisi

yang dilakukan secara keseluruhan dan terus menerus dapat meningkatkan profesionalisme dan pengembangan pribadi serta komitmen untuk belajar secara terus menerus. 4. Perasaan diberdayakan dan difasilitasi untuk bertanggug jawab atas pekerjaan mereka dan keputusan – keputusan yang diambil (Allen and Armorel, 2010; Pitman, 2011). b. Manfaat bagi manajer Tantangan bagi manajer untuk menfasilitasi staf dalam mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalisme, sehingga kualitas pelayanan yang bermutu dapat tercapai. c. Meningkatkan kualitas dan keamanan pasien Tujuan yang paling penting dari supervisi adalah meningkatkan kualitas dari pelayanan dan keamanan pasien. Supervisi memegang peranan utama dalam mendukung pelayanan yang bermutu melalui jaminan kualitas, manajemen resiko, dan manajemen kinerja.Supervisi juga telah terbukti memiliki dampak positif pada perawatan pasien dan sebaliknya kurangnya supervisi memberi dampak yang kurang baik bagi pasien. Supervisidalam praktek profesi kesehatan telah diidentifikasi sebagai faktor penting dalam meningkatkan keselamatan pasien, supervisi yang tidak memadai dijadikan sebagai pemicu kegagaan dan kesalahan yang terjadi dalam layanan kesehatan. d. Pembelajaran Supevisi memiliki manfaat memberikan efek pada pembelajaran melalui kegiatan sebagai berikut : 1.

Mendidik perawat pelaksana melalui bimbingan yang diberikan

oleh supervisor. 2. Mengidentifikasi masalah yang terjadi ketika memberikan asuhan keperawatan pada pasien. 3. Meningkatkan motivasi perawat pelaksana dalam bekerja 4. Memantau kemajuan pembelajaran (Allen and Armorel, 2012). 2.5

Prinsip Supervisi

Agar supervisi dapat dijalankan dengan baik maka seorang suprvisor harus memahami prinsip- prinsip supervisi dalam keperawatan sebagai berikut (Suyanto, 2009): a. b. c. d. e. f.

Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi Didasarkan atas hubungan profesional dan bukan pribadi. Kegiatan direncanakan secara matang. Bersifat edukatif, supporting dan informal. Memberikan perasaan aman pada staf dan pelaksana keperawatan Membentuk hubungan kerjasama yang demokratis antara supervisor dan

staf. g. Harus objektif dan sanggup mengadakan “self evaluation”. h. Harus progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihan masing-masing perawat yang disupervisi. i. Konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan. j. Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. k. Suprvisi dilakukan secara teratur dan berkala. l. Supervisi dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan perkembangan. 2.6 Pelaksana Supervisi (Nursalam, 2016) a. Kepala ruang 1. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada klien di ruang perawatan. 2. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit 3. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik keperawatan di ruang perawatan sesuai dengan yang didelegasikan. b. Pengawasan keperawatan, bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan kepada kepala ruangan yang ada di indtalasinya. c. Kepala seksi keperawatan, mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara lamgsung dan seluruh perawat secara tidak langsung.

2.7 2.8

Alur Supervisi Peran Supervisor dan Fungsi Supervisi Keperawatan

Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang tersedia. a. Manajemen pelayanan keperawatan Tanggung jawab supervisor adalah sebagai berikut : 1. Menetapkan dan mempertahankan standar praktik keperawatan 2. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan 3. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan keperawatan, kerja sama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait b. Manajemen anggaran Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan dan pengembangan Supervisor berperan dalam hal berikut : 1. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana tahunan yang tersedia dan mengembangkan tujuan unit yang dapat dicapai sesuai tujuan RS 2. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan anggaran keperawatan 3. Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktik dan evaluasi penampilan agar dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan keperawatan. 2.9 Cara Supervisi Supervisi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, penerapannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta tujuan supervise (suyanto, 2009). 2.9.1

Supervisi Langsung

Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung, yaitu supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, umpan balik, dan perbaikan. Proses supervisi meliputi : a. Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi oleh supervisor b. Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement, dan petunjuk c. Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki yang masih

kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting dilakukan oleh supervisor Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung. Cara supervisi ini ditujukan untuk bimbingan dan arahan serta mencegah dan memperbaiki kesalahan yang terjadi. Cara supervisi terdiri dari : a. Merencanakan Seorang supervisor, sebelum melakukan supervisi harus membuat perencanaan tentang apa yang akan disupervisi, siapa yang akan disupervisi, bagaimana tekniknya, kapan waktunya dan alasan dilakukan supervisi (Kron, 1987). Dalam membuat perencanaan diperlukan unsur-unsur : Objektif / tujuan dari perencanaan, Uraian Kegiatan, Prosedur, Target waktu pelaksanaan, penanggung jawab dan anggaran (Suarli, 2009). b. Mengarahkan Pengarahan yang dilakukan supervisor kepada staf meliputi pengarahan tentang bagaimana kegiatan dapat dilaksanakan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Dalam memberikan pengarahan diperlukan kemampuan komunikasi dari supervisor dan hubungan kerjasama yang demokratis antara supervisor dan staf. Cara pengarahan yang efektif adalah : 1. Pengarahan harus lengkap 2. Menggunakan kata-kata yang tepat 3. Bebicara dengan jelas dan lamban 4. Berikan arahan yang logis. 5. Hindari memberikan banyak arahan pada satu waktu 6. Pastikan bahwa arahan dipahami. 7. Yakinkan bahwa arahan supervisor dilaksanakan sehingga perlu kegiatan tindak lanjut. c. Membimbing Agar staf dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dalam melakukan suatu pekerjaan, staf perlu bimbingan dari seorang supervisor. Supervisor harus memberikan bimbingan pada staf yang mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya, bimbingan harus diberikan dengan terencana dan berkala. Staf dibimbing bagaimana cara untuk melakukan dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Bimbingan yang diberikan diantaranya dapat berupa : pemberian penjelasan, pengarahan dan pengajaran, bantuan, serta pemberian contoh langsung. d. Memotivasi

Supervisor mempunyai peranan penting dalam memotivasi staf untuk mencapai tujuan organisasi. Kegiatan yang perlu dilaksanakan supervisor dalam memotivasi antara lain adalah (Nursalam, 2007) : 1. Mempunyai harapan yang jelas terhadap staf dan mengkomunikasikan harapan tersebut kepada para staf. 2. Memberikan dukungan positif pada staf untuk menyelesaikan pekerjaan. 3. Memberikan kesempatan pada staf untuk menyelesaikan tugasnya dan memberikan tantangan-tantangan yang akan memberikan pengalaman yang bermakna. 4. Memberikan kesempatan pada staf untuk mengambil keputusan sesuai tugas limpah yang diberikan. 5. Menciptakan situasi saling percaya dan kekeluargaan dengan staf. 6. Menjadi role model bagi staf. e. Mengobservasi (Nursalam, 2007) Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi staf dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan, maka supervisor harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan perilaku staf dalam menyelesaikan pekerjaan dan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh staf. f. Mengevaluasi Evaluasi merupakan proses penilaian pencapaian tujuan, apabila suatu pekerjaan sudah selesai dikerjakan oleh staf, maka diperlukan suatu evaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. Evaluasi juga digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut sudah dikerjakan sesuai dengan ketentuan untuk mencapai tujuan organisasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara menilai langsung kegiatan, memantau kegiatan melalui objek kegiatan. Apabila suatu kegiatan sudah di evaluasi, maka diperlukan umpan balik terhadap kegiatan tersebut. 2.9.2 Supervisi Tidak Langsung Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis, seperti laporan pasien dan catatan asuhan keperawatan dan dapat juga dilakukan dengan menggunakan laporan lisan seperti saat timbang terima dan ronde keperawatan. Pada supervisi tidak langsung dapat terjadi kesenjangan fakta, karena supervisor tidak melihat langsung kejadian dilapangan. Oleh karena itu agar masalah dapat diselesaikan , perlu klarifikasi dan umpan balik dari supevisor dan staf.

BAB 3. RENCANA KEGIATAN 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6

Pelaksanaan Kegiatan Pengorganisasian Metode Media Mekanisme Kegiatan Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, J. & Sukama, R.A., 2016. Potret Keperawatan Di Belitung Indonesia. Sulawesi Tenggara: Yayasan Cipta Anak Bangsa.

Nursalam, 2016. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. 5th ed. Jakarta: Salemba Medika.

Contoh: Lampiran

INSTRUMEN SUPERVISI INJEKSI INTRAVENA Hari/Tanggal

: ………………

Supervisor

: ………………

Yang Disupervisi

: ………………

Ruangan

: ………………

Aspek Penilaian Persiapan

Parameter

Bobot

A. Menyiapkan alat steril 1. Kapas steril 1 2. Bak injeksi 1 3. Spuit sesuai 1 kebutuhan B. Menyiapkan alat nonsteril 1. Sarung tangan 2. Alkohol 70% 3. Pengalas 4. Bengkok 5. Alat tulis 6. Buku injeksi 7. Jam tangan dengan detikan C. Menyiapkan bahan-bahan 1. Obat

1 1 1 1 1 1 1

3

D. Menyiapkan pasien 1. Memberi 2 penjelasan kepada pasien tentang prosedur yang akan dilakukan 2. Mengatur posisi pasien 1 yang nyaman

Dilakukan Ya Tidak

Keterangan

Pelaksanaan

Pelaksanaan injeksi intravena: 1. Cuci tangan kemudian menggunakan sarung tangan 2. Memasukkan obat dalam spuit 3. Pastikan infus dalam keadaan menetes lancar tidak ada tandatanda flebitis, kemudian klem atau pengatur tetesan dimatikan 4. Melakukan desinfeksi dengan alkohol 70% pada daerah yang akan diinjeksi 5. Obat dimasukkan 6. Lihat ekspresi wajah wajah pasien 7. Pengatur tetesan dibuka kembali, kemudian tetesan diatur sesuai dengan kebutuhan yang sudah ditentukan 8. Pasien dirapikan, alat-alat dibereskan 9. Melepas sarung tangan dan cuci tangan 10. Mencatat dan memberi tanda pada format pemberian injeksi dan buku injeksi

3

3 2

3

3 2 2

1

Sikap

Evaluasi

Sikap perawat pada waktu injeksi: 1. Komunikasi 2. Kerja sama 3. Tanggung jawab 4. Kewaspadaan Evaluasi: 1. Mengevaluasi lokasi penyuntikan dan kelancaran tetesan 2. Mengevaluasi kenyamanan posisi 3. Mengobservasi kemungkinan flebitis Total Nilai

1 1 3 3

2

1 1

40

Kriteria: Baik

: 35-40

Cukup

: 30-35

Kurang

: < 30

Surabaya,

Kepala Ruangan

CONTOH FORMAT LAPORAN SUPERVISI

MASALAH YANG DITEMUKAN

PENYEBAB

Tanda Tangan Ners Yang Disupervisi

REKOMENDASI/SARAN

Tanggal, Tanda Tangan Supervisor

Related Documents


More Documents from "Gus Mansyur Hidhayat"