Loading documents preview...
STRES, ADAPTASI DAN MEKANISME PERTAHANAN EGO
MAKALAH
oleh kelompok 8
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2015
STRES, ADAPTASI DAN MEKANISME PERTAHANAN EGO
MAKALAH
oleh Umy Rufaidah
142310101085
Mega Rani Wulandari
142310101086
Septyana Milla Arifin
142310101089
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2015
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kata stres telah sering kita dengar dalam kehidupan
sehari-hari, Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari perubahan yang memerlukan penyesuaian. Stres dapat timbul karena
adanya
konflik
orang beranggapan
dan
bahwa
frustrasi.
yang
Sebagian
dimaksud
stres
besar adalah
sesuatu yang tidak menyenangkan dan membuat orang tersebut merasa tidak nyaman, bingung, mudah marah, tekanan
darah
meningkat,
detak
jantung
lebih
cepat,
gangguan pencernaan, dsb. Sebagian besar stres dapat dipicu karena pengaruh eksternal dan ada pula yang dipengaruhi oleh faktor internal individu tersebut. Stres sebenarnya dapat dicegah dan diatasi dengan cara-cara tertentu. Tapi melihat hal-hal
tersebut,
tidak
banyak
orang
yang
mengetahui
tentang stres, bagaimana mencegahnya, mengatasi, ataupun memanfaatkan stres tersebut sebagai salah satu bagian dari hidup kita. Pemahaman yang baik terhadap stres akan membantu kita dalam menghadapi stres ketika stres tersebut menyerang kita, melalui penanganan yang tepat dengan adanya pemahaman yang baik mengenai stres, maka individu tidak akan terkena dampak negatif dari stres tersebut. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan konsep stress? 1.2.2 Apa yang dimaksud dengan konsep stress? 1.2.3 Bagaimana mekanisme pertahanan ego? 1.2.4 Bagaimana penerapan dalam lingkup keperawatan? 1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui tentang konsep stress 1.3.2 Mengetahui tentang konsep adaptasi 1.3.3 Mengetahui tentang bagaimana mekanisme pertahanan ego
1.3.4 Mengetahui penerapan yang harus dilakukan dalam bidang keperawatan
BAB 2. PEMBAHASAN 2.1 Konsep Stress A. Pengertian Stress Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari perubahan yang memerlukan penyesuaian. Stress merupakan reaksi tubuh dari psikis terhadap tuntutan-tututan lingkungan kepada seseorang. Reaksi tubuh terhadap stress misalnya berkeringat dingin, nafas sesak, dan jantung berdebar-debar. Reaksi psikis terhadap stress misalnya frustasi, tegang, marah, dan agresi. Dalam situasi stress terdapat sejumlah perasaan seperti frustasi ketegangan, marah. Dengan kata lain, keadaan tersebut berada dalam tekanan. Beberapa pendapat ahli tentang stress : 1. Menurut Dwight (2004), stress adalah suatu perasaan ragu
terhadap
kemampuannya
untuk
mengatasi
sesuatu karena persediaan yang ada tidak dapat memenuhi tuntutan kepadanya. Dwight menekankan pengertian stress pada perasaan ragu atau cemas terhadap kemampuannya. 2. Goldenson (1970), mengatakan bahwa stress adalah suatu kondisi atau situasi internal atau linfkungan yang membebankan tuntutan penyesuaian terhadap individu yang
bersangkutan.
Keadaan
stress
cenderung
menimbulkan usaha ekstra dan penyesuaian beru,
tetapi dalam waktu yang lama akan melemahkan pertahanan individu dan menyebabkan ketidakpuasan. 3. Maramis (1999), Secara umum, yang dimaksud Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan,ketegangan emosi, dan lain-lain. Stres adalah segala masalahatau tuntutan penyesuaian diri,
dan
karena
itu,
sesuatu
yang
mengganggu
keseimbangan kita. 4. Hardjana (1994), stress sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang yang mengalami stress dan hal yang dianggap mendatangkan stress membuat
orang
yang
bersangkutan
melihat
ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada padanya. Stress sebagai cirri-ciri dari stimulus lingkungan yang dalam beberapa hal dianggap mengganggu atau merusak, model yang digunakan pada dasarnya adalah stressor eksternal akan menimbulkan reaksi stress atau strain dalam diri individu. B. Penggolongan Stress Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), apabila ditinjau dari penyebabnya stress dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik. 2. Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obatobatan, zat beracun, hormon, atau gas.
3. Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit. 4. Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi
jaringan,
organ,
atau
sistemik
sehingga
menimbulkan fungsi tubuh tidak normal. 5. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan
oleh
gangguan
pertumbuhan
dan
perkembangan pada masa bayi hingga tua. 6. Stress psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hububgan
interpersonal,
sosial,
budaya,
atau
keagamaan. Adapun menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: 1. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam
kehidupan,
seperti
kematian,
perceraian,
pensiun, luka batin, dan kebangkrutan. 2. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri. C. Macam-macam Stressor (Peyebab Stress) 1. Stressor Pribadi Kepribadian dan persepsi memainkan peranan penting terhadap tinggi rendahnya stress. 2. Stressor Pekerjaan Profesi-profesi tertentu teryata mempunyai potensi lebih besar dibandingkan profesi lainnya. 3. Stressor Lingkungan Beberapa lingkungan fisik dapat menimbulkan stress, seperti suara gaduh, ribut, berantakan, tidak teratur. Kondisi penuh sesak, temperature yang tinggi. 4. Stressor Psikososial Stressor psikososial adalah setiap keadaan peristiwa
yang
menyebabkan
perubahan
atau dalam
kehidupan seseorang sehingga terpaksa mengadakan adaptasi atau menanggulangi stressor yang timbul. Dampak stressor dipengaruhi oleh berbagai faktor (Kozier & Erb, 1983 dikutip Keliat B.A., 1999) yaitu: 1. Sifat stressor Pengetahuan individu tentang stressor tersebut dan pengaruhnya pada individu tersebut. 2. Jumlah stressor Banyaknya stressor yang waktu
bersamaan.
Jika
diterima individu dalam individu
tidak
siap
akan
menimbulkan perilaku yang tidak baik. Misalnya marah pada hal-hal yang kecil. 3. Lama stressor Seberapa sering individu menerima stressor yang sama. Makin sering individu mengalami hal yang sama maka akan
timbul
kelelahan
dalam
mengatasi
masalah
tersebut. 4. Pengalaman masa lalu Pengalaman individu yang lalu mempengaruhi individu menghadapi masalah. 5. Tingkat perkembangan Tiap individu tingkat perkembangannya berbeda. D. Respon terhadap stress 1. Respon reaksi tubuh (fisiologis) Pada umumnya tubuh akan bereaksi terhadap stressor, berupa respon darurat atau respon internal lainnya. Jika ancaman dapat diselesaikan maka respon darurat akan segera menghilang dan keadaan fisiologi tubuh menjadi normal. Ada 2 jenis respon tubuh terhadap stress: a) LAS (Local Adaptation Syndroma), yaitu reaksi tubuh yang bersifat local/penyesuaian lokal.
b) GAS (General Adaptation Syndroma), yaitu adaptasi tubuh yang trejadi secara umum. 2. Respon /reaksi psikologis Situasi stress menghasilkan reaksi emosional mulai dari kegembiraan (jika peristiwa menuntut tetapi dapat diatasi), sampai emosi seperti kecemasan, kemarahan, kekecewaan dan depresi. Jika situasi stress terus terjadi maka emosi mungkin akan berpindah dan bolak-balik diantara emosiemosi
tersebut,
tergantung
pada
keberhasilan
kita
mengatasinya. Terdapat reaksi kognitif sulit melakukan konsentrasi dan mengorganisasikan pikiran secara logis. E. Tahapan stress Menurut Dr.Robert J. Van Amberg (1979), bahwa tahapan stress ada 6 tahapan, yaitu sebagai berikut : a) Stress tingkat I (paling ringan), yaitu stress yang disertai
perasaan
nafsu
bekerja
yang
besar
dan
berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan
tenaga
yang
dimiliki,
dan
penglihatan menjadi tajam. b) Stress tingkat II, yaitu stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, dan punggung tegang. Hal ini karena cadangan tenaga tidak memadai. c) Stress tingkat III, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi yang tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d) Stress tingkat IV, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan. e) Stress tingkat V, yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung, dan panik. f) Stress tingkat VI (paling berat), yaitu tahapan stress dengan tanda-tanda seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan atau collaps. F. Cara mengendalikan stress Adapun
cara-cara
yang
dapat
dilakukan
untuk
mengendalikan stress yaitu : a) Bersyukur Bersyukur merupakan cara yang paling ampuh dalam mengatasi
stress.
Karena
pada
umumnya
orang
mengalami stress karena tidak kuat dengan apa yang telah terjadi atau keadaan yang menimpanya. Dengan bersyukur kita akan senantiasa ingat bahwa segala sesuatu yang kita peroleh merupakan pemberian dari Tuhan. b) Mengenali penyebab stress Meskipun terdengar mudah, namun tidak segampang itu untuk mengenali sumber stress. Apabila stress baru saja terjadi, mungkin bisa segera dikenali penyebabnya. Namun
pada
stress
jangka
panjang,
penyebabnya
mungkin
sudah
dilupakan
atau
bertumpuk-tumpuk
dengan penyebab stress baru. Apabila sudah benarbenar mengenali penyabab stress, berkonsentrasilah pada masalah tersebut. Apabila belum bisa dipecahkan dengan segera, cobalah untuk setidaknya memperkecil dampaknya. c) Membuat perencanaan yang baik Stres terjadi karena perubahan. Jika sudah direncanakan semua hal dengan baik, stres tidak akan berakibat buruk. Perubahan seharusnya bisa dilakukan dengan menyenangkan.
Namun,
tanpa
perencanaan
yang
matang, perubahan bisa menjadi malapetaka d) Menjaga kesehatan Tubuh yang sehat akan lebih mudah mengatasi stres. Makan dan berolahraga yang teratur serta istirahat dengan cukup. e) Menjaga perasaan Jika perasaan sendiri tidak dijaga, dampaknya akan buruk untuk orang-orang di sekitar kita. f) Meminta bantuan Jika tingkat stres sudah terlalu tinggi dan merusak kesehatan, berkonsultasilah pada orang-orang terdekat atau pada konsultan ahli. Jangan biarkan diri menderita stres terlalu lama. g) Menghidupkan pengharapan dalam hati Harapan dapat mengurangi dampak stres yang muncul. Dimana dengan harapan akan merasa adanya jalan keluar dari stres. Harapan akan muncul ketika kita sudah melakukan tindakan positif. h) Melakukan aktifitas baru Sesuatu yang baru dan menarik akan terasa lebih menyenangkan. i) Tertawa
Membantu sel-sel kekebalan tubuh berfungsi lebih baik. Memukan humor dalam hal-hal dan terlibat dalam aktivitas yang membuat tertawa untuk meningkatkan fungsi
kekebalan
tubuh
dan
ketahanan
penyakit. j) Olahraga teratur dan aktivitas fisik Olahraga teratur dan aktivitas memperkuat
sistem
fisik
kekebalan
terhadap
tidak
hanya
tubuh,
sistem
kardiovaskular, jantung, otot dan tulang, tetapi juga membantu
dalam
menyediakan
manajemen
gangguan
dari
stres
situasi
dengan
stres
dan
meningkatkan endorfin (merasa-baik tubuh kimia). 2.2 Konsep Adaptasi A. Pengertian Adaptasi Adaptasi mengatasi
merupakan stress
penyesuaian yang
diri
dihadapi.
individu Perawat
untuk dalam
memberikan perawatan pada klien dapat beradaptasi atau terbebas dari konflik dan stress. Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuain diri antara lain : a) Menurut Soeharto Heerdjan (1987), penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan. b) Menurut W.A. Gerungan (1996), penyesuaian diri adalah mengubah sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). c) Maramis (1999), adaptasi merupakan pelaksanaan yang di dapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi stress. B. Tujuan Adaptasi
1. 2. 3. 4.
Menghadapi Menghadapi Menghadapi Menghadapi
tuntutan tuntutan tuntutan tuntutan
keadaan keadaan keadaan keadaan
secara secara secara secara
sadar. realistic obyektif rasional
Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain: a) Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan). b) Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali. c) Kompromi (kesepakatan) Contoh: Seorang mahasiswa gagal dalam ujian akhir program, mungkin ia akan bekerja keras (terang-terangan), regresi dengan
keluar
mengulang
dari
lagi
pendidikan, dengan
serta
berusaha
mungkin
mau
semampunya
(kompromi). C. Dimensi Adaptasi 1. Adaptasi Fisiologis Adaptasi ini merupakan proses penyesuaian tubuh secara alamiah atau secara
fisilogis
untuk
mempertahankan
keseimbangan dari berbagai faktor yang menimbulkan atau mempengaruhi keadaan menjadi tidak seimbang. Adaptasi fisiologis dibagi menjadi dua yaitu : 1) LAS (Local Adaptation Syndroma), yaitu apabila kejadiannya atau adaptasi bersifat lokal seperti ketika daerah tubuh atau kulit terkena infeksi, maka akan terjadi daerah sekitar kulit tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas, dan lain-lain yang sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang terkena. 2) GAS (General Adaptation Syndroma), yaitu reaksi lokal yang tidak dapat diatasi dapat menyebabkan gangguan secara
sistemik
penyesuaian.
tubuh
akan
melakukan
proses
Pada adaptasi fisiologi melalui tiga tahap yaitu tahap alarm reaction, tahap resistensi dan tahap akhir. 2. Adaptasi Psikologis Adaptasi psikologis merupakan proses penyesuaian secara psikologis akibat stresor yang ada, dengan memberikan mekanisme
pertahanan
dari
dengan
harapan
dapat
melindungi atau bertahan diri dari serangan atau hal-hal yang tidak menyenangkan. Dalam adaptasi secara psikologis terdapat dua cara untuk mempertahankan diri dari berbagai stresor yaitu dengan cara melakukan koping atau penanganan diantaranya berorientasi pada tugas (task oriented) yang di kenal dengan problem solving strategi dan ego oriented atau mekanisme pertahanan diri. Seseorang yang menghadapi stress
akan
mengalami
kondisi-kondisi
yang
tidak
mengenakkan secara psikis seperti timbulnya rasa cemas, frustasi,
terancam,
tak
tentram
yang
semuanya
itu
berdampak pada munculnya suatu kontak konflik dalam jiwa mereka. dan konflik tersebut diekspresikan dalam bentuk kemarahan atau ekspresi-ekspresi lain yang dapat membuat orang tersebut merasa sedikit nyaman atau terlepas dari stress yang dihadapinya.
3. Adaptasi Sosial Budaya Adaptasi sosial budaya mengadakan
perubahan
merupakan
dengan
cara
untuk
melakukan
proses
penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat, berkumpul dalam masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan. Setiap lingkungan sosial
masyarakat mempunyai tatanan budaya masing-,masing. Antara lingkungan satu dan yang lainnya tentu memiliki budaya berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang akhirnya menuntut setiap orang beradaptasi jika hal itu dapat dilakukan dengan baik maka akan tercipta keseimbangan. Namun jika hal tersebut tidak dapat dilakukan bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika orang tersebut akan mengalami stress. 4. Adaptasi Spiritual Adaptasi spiritual merupakan proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya. Apabila mengalami stres, maka seseorang akan giat melakukan ibadah, seperti rajin melakukan
ibadah.
Setiap
agama
dan
kepercayaan
mengandung ajaran yang hendaknya harus dijalankan oleh penganutnya. Ajaran-ajaran ini tentunya juga harus turut andil dalammengatur perilaku manusia ini. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi ajaran-ajaran tersebut pasti terjadi perubahan dalam perilaku manusia. D. Tahap-Tahap Adaptasi 1. Adaptif Setiap manusia tentu menginginkan agar hidupnya eksis. Untuk dapat hidup eksis ia harus senantiasa beradaptasi (menyesuaikan
diri)
dengan
lingkungan.
Dengan
penyesuaian diri ia akan mengalami perubahan-perubahan kearah yang lebih maju (modern). Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki daya upaya untuk dapat menyesuaikan diri, baik secara aktif maupun pasif. Seseorang aktif melakukan
penyesuaian
diri
bila
terganggu
keseimbangannya,
yaitu
antara
kebutuhan
dan
pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon dari tidak seimbang menjadi seimbang. Bentuk ketidakseimbangan yang dapat muncul yaitu: bimbang/ragu, gelisah, cemas, kecewa, frustasi, pertentangan (conflict), dsb. Penyesuaian diri seseorang dengan lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: jenis kelamin, umur, motivasi, pengalam, serta kemampuan dalam mengatasi masalah. Dua bentuk ketidakseimbangan yang perlu mendapat perhatian yaitu Frustasi dan konflik. Pada umumnya frustasi dapat disebabkan karena: a)
Tertundanya
pencapaian
tujuan
seseorang
untuk
sementara, atau untuk waktu yang tidak menentu. b) Sesuatu yang menghambat apa yang sedang dilakukan. Faktor penghambat dapat dibedakan menjadi 2 yaitu faktor interen dan faktor eksteren. Faktor interen yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Contoh faktor interen yaitu keadaan jasmani dan rohani. Sedangkan faktor eksteren yaitu semua faktor yang berasal dari luar dirinya, yang
dapat
berpengaruh
positif
atau
negatif.
Faktor
eksteren terbagi lagi menjadi tiga yaitu dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. 2. Konflik Konflik (pertentangan)
dapat
muncul
apabila
terjadi
ketidakseimbangan dalam diri individu. Salah satu contoh: ‘Seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan yang harus dipilih satu, atau beberapa diantaranya’. Seseorang yang mengalami
konflik
dan
tidak
segera
diatasi,
dapat
menimbulkan gangguan perilaku. Beberapa contoh lain untuk situasi konflik adalah sebagai berikut. a) Approach-approach: Berhadapan dengan 2 pilihan yang menarik. b)
Avoidance-avoidance:Berhadapan dengan 2 pilihan yang
tidak diinginkan. c)
Approach-avoidance: Satu pilihan menyenangkan dan satu
pilihan tidak menyenangkan. d)
Double approach avoidance conflict : banyak konflik, dan
sebagainya Dalam menghadapi frustasi dan/atau konflik, seseorang hendaknya
memiliki
kemampuan
(kecakapan)
untuk
menganalisis setiap stimulus. Frustasi dan/atau konflik dapat diseimbangkan dengan berbagai cara. Trial and error (mencoba dan salah) merupakan salah satu cara yang dapat membentuk ‘kebiasaan’ dan ‘mekanisme’. Ada bermacam-macam mekanisme penyesuaian yang dapat dijadikan rambu-rambu sebagai berikut. a) Agresi:
yaitu
menyerang
obyek
frustasi
untuk
mendapatkan kepuasan. b)
Menarik
diri:
yaitu
menarik
atau
undur
diri
dari
permasalahan. c)
Mimpi siang hari: yaitu untuk mencapai kepuasan dengan
berkhayal.
d)
Regresi: merupakan reaksi terhadap frustasi dan nampak
pada anak-anak. e) Rasionalisasi: yaitu pembebasan atas suatu perilaku, bisa disebabkan oleh alasan yang sebenarnya dari perilaku itu tidak
diterima
oleh
masyarakat.
Bentuk
rasionalisasi:
Sougrapes, sweet lemon, kambing hitam. f) Represi: situasi yang menimbulkan rasa bersalah ketakutan dsb. Lebih baik dilupakan. g) Identifikasi:
mendapatkan
rasa
harga
diri
dengan
menempatkan diri pada tokoh yang dikagumi. Identifikasi dapat terjadi pada kelompok/lembaga yang bisa menjadi kebanggaannya, dapat juga di sekolah-sekolah. h)
Konpensasi: konpensasi dapat bersifat positif atau negatif. i) Reaksi konversi: karena terjadi konversi ketegangan emosi kesan dari psikologis.
Seseorang
yang
tidak
bisa
mengatasi
konfliknya mencoba mengatasi dengan sakit kepala, sakit perut, dll. 3. Maladaptif Beberapa
petunjuk
yang
dapat
digunakan
untuk
mendeteksi adanya maladaptif: a) Sensitif terhadap kritik: Individu tidak bias merespon secara
positif
terhadap
mengkritisi diri sendiri.
koreksi,
juga
tidak
dapat
b) Tidak
mampu
berkompetisi
kompetisi:
dengan
Individu
kawan
hanya
yang
jelas
mau dapat
dikalahkan. Adaptasi dilakukan ketika terjadi suatu disonansi dalam suatu sistem, artinya ketidakseimbangan antara interaksi manusia dengan lingkungan, tuntutan lingkungan yang berlebih atau kebutuhan yang tidak sesuai dengan situasi lingkungan. Dalam hal ini, adaptasi merupakan suatu proses modifikasi kehadiran stimulus yang berkelanjutan. Semakin
sering
stimulus
hadir
maka
akan
terjadi
pembiasaan secara fisik yang disebut sebagai habituasi dan terjadi pembiasaan secara psikis yang disebut adaptai. Dalam kaitannya dengan adaptasi, proses pembiasaan ini bukan
bersifat
mekanistik
tetapi
lebih
merupakan
antisipatif. Ketika seseorang mengalami proses adaptasi, perilakunya diwarnai kontradiksi antara toleransi terhadap kondisi
yang
menekan
dan
perasaan
ketidakpuasan
sehingga orang akan melakukan proses pemilihan dengan dasar
pertimbangan
yang
rasional
antara
lain
memaksimalkan hasil dan meminimalkan biaya. Salah satu teori beban lingkungan adalah teori adaptasi stimulasi yang optimal ada 3 dimensi hubungan perilaku lingkungan yaitu: 1. Intensitas. Terlalu banyak orang atau terlalu sedikit orang disekililing kita, akan membuat gangguan psikologis. perasaan
Terlalu sesak
menyebabkan (socialisolation).
banyak
(crowding) orang
orang dan
meyebabkan terlalu
merasa
sedikit terasing
2. Keanekaragaman.
Keanekaragaman
benda
atau
manusia berakibat terhadap pemrosesan informasi. Terlalu beraneka membuat perasaan overload dan kekurang monoton. 3. Keterpolaan.
anekaragaman
membuat
Keterpolaan
perasaan
berkaitan
dengan
kemampuan memprediksi. Jika suatu setting dengan pola yang tidak jelas dan rumit menyebabkan beban dalam pemrosesan informasi sehingga stimulus sulit diprediksi, sedangkan polapola yang sangat jelas menyebabkan stimulus mudah diprediksi.
2.3 Mekanisme Pertahanan Ego/Koping A. Pengertian Mekanisme Pertahanan Ego/Koping Mekanisme
pertahanan
diri
merupakan
mekanisme
penyesuaian ego, yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan tidak adekuat. Mekanisme pertahanan diri ini mempunyai beberapa ciri, diantaranya (Maramis, 1990): a. Berfungsi hanya untuk melindungi atau bertahan dari hal-hal yang tidak mengenakkan dan tidak langsung mengatasi masalah. Jadi, sifatnya hanya sementara. b. Individu tidak menyadari bahwa mekanisme pertahanan diri
tersebut
sedang
terjadi.
Jadi,
mekanisme
pertahanan diri bisa terjadi di luar kesadaran. c. Mekanisme pertahanan diri sering kali tidak berorientasi pada kenyataan. B. Mekanisme Pertahanan Diri 1. Penyangkalan Menghindar atau menolak untuk melihat kenyataan yang tidak diinginkan dengan cara mengabaikan atau menolak kenyataan
tersebut.
Misalnya,
individu
yang
telah
terdeteksi
secara
mengatakan
bahwa
Penyangkalan
akurat
menderita
dirinya
terhadap
hanya
sakit
kenyataan
AIDS
akan
flu
biasa.
merupakan
pembelaan ego yang paling sederhana dan primitif. 2. Proyeksi Menyalahkan orang lain atas ketidakmampuan dirinya atas
kesalahan
yang
ia
perbuat.
Mekanisme
ini
digunakan untuk menghindari celaan dan hukuman yang mungkin akan ditimpakan pada dirinya. Akan tetapi, mekanisme pembelaan diri ini tidak realistis. Misalnya, seorang
mahasiswa
yang
tidak
lulus
ujian,
ia
mengatakan bahwa dirinya tidak lulus karena dosennya sentimen terhadap dirinya. 3. Represi Menekan ke alam tidak sadar dan sengaja melupakan pikiran, perasaan dan pengalaman yang menyakitkan. Individu
yang
menggunakan
mekanisme
represi
sebenarnya tengah menipu dirinya sendiri sebab ia hanya melindungi diri dari masalah yang sebenarnya dapat diatasi secara lebih realistis. Misalnya, seoramg remaja
yang
diputuskan
cintanya
oleh
kekasihnya
sengaja melupakan peristiwa tersebut seolah tidak pernah terjadi. Setiap orang yang menyakan hal itu, ia biasanya akan menjawab dengan perkataan: “Sudahlan tidak usah menanyakan itu lagi.” 4. Regresi Kemunduran dalam hal tingkah laku yang dilakukan seseorang dalam menghadapi stres. Misalnya, pengantin baru yang mengalami masalah dalam rumah tangganya biasanya lari pulang ke rumah orang tuanya masingmasing. Dalam mekanisme regresi, secara tidak sadar individu mencoba berperilaku seperti anak kecil dan
bergantung kepada orang lain serta tidak mau berpikir susah. 5. Rasionalisasi Berusaha memberi alasan yang masuk akal terhadap perbuatan
yang
dilakukannya.
Meski
tahu
bahwa
perbuatan yang ia lakukan sebenarnya tdak baik, ia berusaha agar perbuatan/perilakunya tersebut dapat diterima. Misalnya, mahasiswa yang terlambat datang ujian mengatakan bahwa jalanan macet total. Resonalisasi, menurut Marammis (1990), mempunyai dua segi pembelaan, yaitu membantu kita membenarkan yang kita lakukan dan menolong kita melunakkan kekecewaan yang berhubungan dengan cita-cita yang tidak tercapai. 6. Fantasi Keinginan yang tidak tercapai cenderung dipuaskan dalam
imajinasi
seorang
yang
mahasiswa
diciptakan
yang
kurang
sendiri. pandai
Misalnya, senang
berfantasi akan mendapat cum laude. Fantasi dapat menjadi produktif, bisa juga sebaliknya. Fantasi yang produktif dapat menjadi motivasi yang kuat dalam menyelesaikan masalah, sedangkan fantasi yang nonproduktif hanya dapat memuaskan khayalan sebagai pengganti
kekurangan
tetapi
tidak
menimbulkan
motivasi untuk berprestasi. 7. Pengalihan Memindahkan perasaan yang tidak menyenangkan dari seseorang atau objek ke orang atau objek lain yang biasanya lebih kurang berbahaya daripada objek semula. Misalnya, seseorang yang tidak lulus ujian langsung membantig dan membuang buku-bukunya. Mekanisme pengalihan pada dasarnya tidak menyelesaikan masalah, bahkan cenderung menciptakan masalah baru. Misalnya,
seorang pegawai melampiaskan emosinya ke istrinya lantaran waktu di kantor ia dimarahi oleh pemimpinnya. 8. Undoing Melakukan tindakan atau komunikasi tertentu yang betujuan
menghapus
atau
meniadakan
tindakan
sebelumnya. Misalnya, dengan meminta maaf. 9. Reaction formation Mengembangkan pola sikap ata perilaku tertentu yang disadari
tetapi
berlawanan
dengan
perasaan
dan
keinginannya. Misalnya, seorang lelaki yang mencintai seorang
perempuan
mengaku
kalau
ia
membenci
perempuan itu saat di tanya oleh temannya. 10. Kompensasi Menutupi kekurangan dengan meningkatkan kelebihan yang ada pada dirinya. Misalnya, mahasiswa yang kemampuan
belajarnya
kurang
mencoba
menekuni
musik karena musik merupakan kelebihannya. 11. Sublimasi Penyaluran rangsangan/nafsu yang tidak tersalurkan kedalam
kegiatan
lain
yang
bisa
diterima
oleh
masyarakat. Misalnya, seseorang yang senang berkelahi disalurkan kedalam bentuk olahraga tinju. 12. Konversi (Conversion) Mekanisme
dimana
konflik
emosional
memperoleh
ekspresi luar melalui manifestasi motorik, sensoris, somatik. Misal,saat stress menjadi mudah marah, teriakteriak. 2.4 Aplikasi dalam Keperawatan 1. Memberikan lingkungan terapeutik 2. Psikologi klinis berperan sebagai salah satu disiplin kesehatan mental yang menggunakan prinsip-prinsip psikologi
untuk
memahami,
mengatasi berbagai masalah.
mendiagnosis,
dan
3. Memberikan komunikasi asertif 4. Mengidentifikasi penyebab stres yang dirasakan oleh klien. 5. Melakukan intervensi kepada klien untuk mengatasi penyebab stres tersebut.
BAB 3. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari perubahan yang memerlukan penyesuaian. Stress merupakan reaksi tubuh dari psikis terhadap tuntutan-tututan lingkungan kepada seseorang. Adaptasi merupakan penyesuaian diri individu untuk mengatasi stress yang dihadapi. Perawat dalam memberikan perawatan pada klien dapat beradaptasi atau terbebas dari konflik dan stress. Mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme penyesuaian ego, yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan tidak adekuat. 3.2 Saran Kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi manusia, oleh karena itu jagalah kesehatan sebagaimana
mestinya. Stress dapat dikatakan sebagai salah satu tes mental bagi jiwa manusia walaupun tidak dapat dipungkiri stress
juga
berdampak
pada
fisik
manusia.
Untuk
menghindari stress dapat dilakukan dengan menjaga kondisi tubuh
antara
(homeostatis).
input
dan
Sebagai
output
manusia
agar terapi
tetap
seimbang
psikologis
juga
diperlukan untuk membangun spirit hidup, terapi psikologis yang paling sederhana dapat dilakukan dengan cara selalu berpikir positif. Berpikir positif akan selalu membawa manusia kepada hal-hal yang menjurus kepada keberhasilan dan sikap optimisme, selain itu berpikir positif juga dapat mengurangi dampak stress pada diri seseorang.
DAFTAR PUSTAKA Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV. Trans Info Media Rasmun.
2004.
Stress, Koping dan Adaptasi. 2004. Jakarta:
Sagung Seto Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Wijayaningsih, Sari Kartika. 2014. Psikologi Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media
LATIHAN SOAL 1. Tn.N dirawat di rumah sakit karena demam berdarah. Kemuadian Tn.N tidur pada malam harinya, keesokan harinya Tn.N bangun ia merasa badannya terasa tidak segar dan capek sekali. Pada kasus diatas Tn.N mengalami stress pada tahap... A. Stress tingkat I D. Stress tingkat IV B. Stress tingkat II E. Stress tingkat V C. Stress tingkat III
2. Ny.W datang bersama suaminya ke klinik Husada dengan keluhan sulit BAB. Padahal Ny.W makan teratur setiap hari, berserat tinggi dan juga sering minum air putih. Ny.W juga mengatakan dalam seminggu ia hanya 2x BAB. Pada kasus diatas Ny.W mengalami stress pada tahap... A. Stress tingkat I D. Stress tingkat IV B. Stress tingkat II E. Stress tingkat V C. Stress tingkat III 3. Tn.D datang ke Puskesmas ia mengatakan bahwa 2 minggu ini sering capek dan pusing. Tn.D bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik dan kerjanya 12 jam dalam 1 hari belum lagi ditambah lembur. Pada kasus diatas Tn.D mengalami... A. Stressor Pribadi B. Stressor pekerjaan C. Stressor lingkungan
D. Stressor psikososial E. Semua benar
4. Tn.M datang ke RS.Bhayangkara ia mengeluh nyeri pada daerah telapak kakinya dan ia mengatakan bahwa ia tadi tidak sengaja menginjak pecahan kaca di jalan. Lalu perawat segera mengobservasi telapak kakinya ternyata telapak kakinya bengkak dan luka. Lalu dengan segera perawat merawat luka Tn.M tersebut. Pada kasus diatas Tn.M mengalami adaptasi... A. LAS (Local Adaptation Syndroma) D. Adaptasi fisiologis B. GAS (General Adaptation Syndroma)
E. Adaptasi
spiritual C. Adaptasi Psikologis 5. Ny.A dirawat dirumah sakit karena ia mengalami gangguan dalam psikologisnya. Suaminya berkata Ny.A kalau sedang marah sering melempar-lempar piring tidak hanya piring apapun benda yang ada didekatnya pasti akan ia lempar. Kejadian itu tidak hanya satu kali tetapi berkali-kali. Pada kasus diatas Ny.A mengalam mekanisme pertahanan diri... A. Penyangkalan B. Proyeksi C. pengalihan
D. Regresi E. Undoing