Youtube Dan Perbudakan Gaya Baru

  • Uploaded by: Zulkarnain
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Youtube Dan Perbudakan Gaya Baru as PDF for free.

More details

  • Words: 2,425
  • Pages: 7
Loading documents preview...
Hom

Pim

Pah

YouTube Dan Perbudakan Gaya Baru

By. Remahan Rengginang

1 Assalamualaikum Warahmatullah Wabaraktuh, Beberapa waktu yang lalu Saya sempat membaca artikel tentang kisah seorang YouTuber terkenal, Kita sebut saja namanya sebagai Atta Haligitar. Pada artikel tersebut si Atta mengatakan bahwa pendapatannya dari channel YouTube-nya di masa lalu tidak lebih baik dari UMR, walau pun pada saat Subscribenya sudah menembus angka 1.000.000 Subscribe, pendapatannya tidak juga menggembirakan. Bahkan untuk membeli peralatan lighting saja, ia harus merogoh dari kocek pribadinya. Hah?, Maca cih?. Berarti berita di media yang menyebutkan mereka sukses dari YouTube itu hoax dong?. Bukan hoax lagi, tapi sangat menyesatkan jika Kita melihatnya dari sudut pandang yang salah. Kita sebut lagi salah satu nama yang juga sukses dari YouTube, Kita sebut saja namanya Biscuit Ricis. Si Biscuit dan Haligitar ini sukses memanfaatkan YouTube sebagai ajang promosi bakat dirinya, jadi dari awal mereka beranjak adalah karena landasan kreatifitas, bukan karena uang atau penghasilan besar dari YouTube. Dan ketika monetisasi channel mereka hanya sebesar UMR, mereka tidak mengeluh, karena bukan itu yang mereka cari sejak awal. Mungkin karena karier mereka di YouTube sudah ditunjang oleh finansial yang mapan, mungkin juga memang berasal dari latar belakang keluarga yang tajir melintir. Jadi kesimpulannya adalah mereka berhasil menjadikan YouTube sebagai batu loncatan untuk memasuki dunia hiburan di tanah air, dan ketika namanya mulai dikenal oleh masyarakat luas, maka otomatis channel YouTube-nya kebanjiran penonton dan subsriber. Itu hanya strategi bisnis saja, strategi yang banyak dari para YouTuber pemula tidak memahami sejak awal mereka mengupload video untuk tujuan monetisasi. Banyak sekali kesalahan-kesalahan para pemula yang akhirnya membuat mereka salah mengambil langkah dan akhirnya berujung pada rasa frustasi untuk mengembangkan channelnya. Nanti akan saya ungkapkan beberapa strategi SEO untuk pengembangan channel yang baik tanpa harus menjadi artis seperti mereka. Apakah nasib Saya, Anda dan YouTuber kecil lainnya akan seberuntung mereka?, tidak ada orang yang dapat memberikan garansi kesuksesan di YouTube, itulah kesimpulannya. Jika Anda ingin sukses di YouTube atau dibidang apa pun juga, Anda harus berusaha melebihi orang kebanyakan. Kembali ke perihal YouTube, seperti kebanyakan Unicorn atau Starup yang berkembang pesat di tanah air, YouTube menjadi daya tarik tersendiri karena di bumbui oleh kisah-kisah sukses seperti di sebutkan diatas. Masih banyak orang awam yang beranggapan bahwa mendapatkan uang di YouTube sangatlah mudah, anggapan mereka benar, jika iklim di YouTube seperti 5 tahun yang lalu, saat peraturannya tidak seketat seperti saat ini. Maka tak heran jika banyak orang awam rela keluar modal besar untuk bermain YouTube, seperti membeli perangkat komputer high end, peralatan merekam, lighting, dsb. Masih banyak dari mereka beranggapan bahwa untuk mendapatkan penghasilan dari YouTube cukup dengan mengupload video dan mempunyai subsribe sebanyak mungkin. Dari sini sudah sangat jelas perbedaannya dengan kisah diatas. Berikut ini Saya paparkan beberapa kategori manusia pengguna YouTube berdasarkan pengamatan pribadi selama ini; Yang Pertama; Mereka hanya memandang YouTube sebagai media hiburan dan galeri pribadi, mereka tidak memikirkan tentang popularitas maupun monetisasi channel, tipe ini adalah sebagai user saja, tidak lebih. Yang Kedua; sebagai batu loncatan menuju ketenaran. Kategori ini juga banyak ragamnya, ada yang memang sebelumnya sudah menjadi artis atau orang terkenal, sehingga memandang YouTube hanyalah media promosi dirinya. Yang berikutnya ada juga yang kebelet tenar, jadi dari sejak awal melangkah memasuki dunia YouTube memang untuk mencari ketenaran, entah

2 bagaimana nasibnya jika ketenaran itu tidak datang jua. Dan yang termasuk sukses dalam kategori ini contohnya adalah Haligitar dan si Biscuit, mereka memang sudah memiliki talenta dalam dunia hiburan, tinggal dipoles sedikit, sedikit keberuntungan dan kerja keras, maka nasib berpihak kepada mereka. Yang Ketiga; ini lebih idealis. Mereka tidak memikirkan ketenaran, apalagi uang. Mereka menjadikan YouTube sebagai sarana berbagi ilmu dan pengetahuan kepada khalayak ramai, jika pun channelnya mereka monetisasi, penghasilannya hanya dianggap sebagai uang kaget alias THR. Yang Keempat, namanya level empat pastinya lebih pedas. Kategori yang ini lebih melihat YouTube sebagai mesin uang, jadi motivasi mereka adalah penghasilan tambahan atau menjadi yang pokok. Kategori ini lebih lebih realistis, banyak trik yang mereka kembangkan, baik trik untuk mengakali copyright, maupun trik untuk play video sendiri. Saya akan fokus membahas tentang YouTuber di kategori ke empat tersebut, karena memang kategori inilah yang paling menguasai seluk beluk aturan main dan kelemahan sistem di YouTube. Mereka telah menyadari bahwa pendapatan iklan di YouTube, khususnya Indonesia sangatnya minim. Jadi mereka mencari jalan untuk dapat mendongkrak penghasilannya, mungkin sebagian pihak menuding mereka telah berbuat curang dan si pelaku lebih memilih diam untuk menghindari adu argumentasi yang tidak perlu dan membuang energi serta emosi. Di kategori ini juga tumbuh subur pengupload video milik orang lain atau biasa disebut dengan reupload, dan pembuat konten-konten yang berunsur click bait, mereka lebih mengejar traffic kunjungan untuk mendapatkan pemasukan yang besar dari iklan. Kelompok ini memang kaya dengan pengalaman di dunia YouTube, ilmu mereka lebih banyak di dapatkan dari hasil ujicoba dan seringnya channel mereka terkena pentung copright dan strike. Tujuan utama mereka adalah masuk trending topic, kebanyakan dari mereka membuat konten yang sedang banyak di cari orang. Kecepatan dan update berita terkini menjadi salah satu kunci keberhasilan mereka mengejar traffic tinggi. Masalah kualitas?, jauh panggang dari pada api, makanya disebut dengan click bait. Judul dan thumbnail dibuat seheboh mungkin akan tetapi isinya biasa-biasa saja, kadang cendrung berisi konten sampah (maaf). Kategori keempat ini menurut Saya dapat di definisikan menjadi dua sub, yaitu permainan yang aman dan permainan yang berbahaya. Click bait adalah salah satu permainan yang berbahaya, disamping melanggar peraturan komunitas YouTube, channel ini rentan terkena dismonetisasi atau pemutusan kerjasama oleh YouTube. Pemain ini cendrung cepat puas oleh penghasilan besar yang mereka dapatkan, sehingga cendrung abai akan faktor keamanan channel mereka sendiri. Mereka tidak sadar, bahwa penghasilan besar tersebut memancing pihak YouTube untuk bersilahturahmi ke dalam channel mereka. Dan ketika pihak YouTube menjumpai isi konten yang melanggar, maka game over. Penghasilan besar sekaligus menjadi pesangon dari YouTube, wassalam. Dan sub pemain yang aman adalah mereka yang menggunakan data statistis YouTube untuk mendongkrak penghasilan channel mereka dengan cara yang aman yaitu dengan memanfaatkan kehebatan teknologi dan ilmu pengetahuan yang melimpah di Google. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan VPN (Virtual Private Network), VPS (Virtual Private Server) dan dikombinasikan dengan komputer high end, serta memanfaatkan komputer jaringan. Mereka benar-benar mempelajari statistik nilai cpm di semua negara, yang tertinggi itulah yang akan mereka mainkan. Inilah permainan yang telah menjadi rahasia umum di kalangan para YouTuber, play video sendiri. Dari sini Saya mencoba untuk membangun sebuah narasi guna untuk menyamakan persepsi bersama tentang ceo YouTube. CEO yang akan Saya paparkan kali ini lebih kepada cara Kita menolong video-video Kita di YouTube, yaitu dengan cara play sendiri.

3 Mungkin ajakan play video sendiri terdengar sangat tabu dan rada ekstrim, tapi diluar sana, banyak orang berusaha dengan berbagai cara dan metode untuk melakukan hal tersebut. Ada yang berhasil dan lebih banyak yang kandas di tengah jalan disebabkan minimnya info tentang hal tersebut, yang beredar luas hanyalah hoax yang memang sengaja di hembuskan untuk menyesatkan atau hanya sebatas asumsi belaka tanpa bukti data yang valid. Perlu diketahui bahwa kunci play video sendiri dengan menggunakan banyak IP luar negeri adalah semata untuk menolong video-video Kita agar terindeks di mancanegara. Dengan banyaknya jejak video Kita di mancanegara maka akan sering juga video-video tersebut di rekomendasikan oleh YouTube untuk penonton disana, jadi dengan cara SEO seperti ini Kita tidak perlu lagi repot-repot bekerjasama dengan TKI di luar negeri untuk sekedar play video milik Kita. Atau memakai gaya lama dengan memperbanyak kunjungan dan komentar di channel milik bule. Cara lama dengan meninggalkan banyak komentar di video dan berharap mereka berkunjung balik sangatlah tidak efektif dan buang-buang waktu. Apakah mereka akan memutar video Kita full durasi?, paling lama dibawah 5 menit. Lalu berapa banyak waktu Kita yang terbuang untuk kegiatan tersebut?, sangat melelahkan bukan?. Jadi kesimpulannya SEO video YouTube itu tidak hanya melulu tentang judul, tag dan deskripsi. Akan tetapi Kita juga harus aktif membantu video-video Kita dengan cara play sendiri secara full durasi dan berpindah-pindah IP negara. Dan tahukah Anda bahwa salah satu syarat video Kita direkomendasikan oleh YouTube adalah video-video yang selalu di play full durasi. Jadi menurut Saya, Anda tidak perlu menghakimi orang-orang yang mengambil cara seperti ini. Kenapa?, karena jawabannya adalah di nilai CPM Indonesia yang rendah. Satu hal yang Kita semua belum banyak mengerti tentang penghasilan yang di dapatkan dari YouTube, bahwa Kita dibayar bukan dari banyaknya video atau subsribe yang Kita miliki, melainkan dari iklan yang tayang. Ingat, iklan yang tayang, bukan dari banyaknya penonton sebuah video atau view. Apakah Anda tahu bahwa dari jumlah view sebuah video, iklan akan selalu tampil?. Jawabannya adalah tidak, kemungkinan dari jumlah view dalam video yang Kita miliki, iklan yang tayang hanya kisaran sekitar 50% - 60% saja. Hal tersebut di perparah dengan kondisi cpm (cost per mile/ biaya perseribu tampilan iklan) di Indonesia yang sampai dengan bulan Pebruari 2019 ini hanya sekitar $1.1. Bayangkan $1.1 untuk 1.000 iklan yang tampil, jika Kita Rupiahkan dengan kurs Dollar Rp 14.000,- maka Kita hanya dibayar per iklan sekitar Rp 15,4. Itu pun masih pendapatan kotor, jika pendapatan kotor Kita tersebut dibagi lagi, yaitu 55% untuk pemilik channel dan 45% untuk YouTube, maka pendapatan bersih yang Kita terima dari setiap iklan hanyalah sekitaran Rp 8,47. Jadi, jika syarat pembayaran minimum Google Adsense adalah Rp 1.300.000,- maka untuk mendapatkan gajian umr tersebut, Kita harus mendapatkan sebanyak 153.482 iklan dalam satu bulan, dengan asumsi penonton Indonesia. Jika tidak mendapatkan iklan sebanyak itu, maka sudah dapat di pastikan bahwa tiap bulan Kita akan gagal gajian. Mungkin bisa gajian setelah akumulasi Rp 1.300.000 tersebut tercapai pada bulan-bulan berikutnya. Saya harap sampai dengan paparan tentang cpm tersebut Anda sudah dapat memahami mengapa banyak pemilik channel menempuh resiko dengan cara play video sendiri, semoga Anda yang pernah gagal dengan cara ini dapat bangkit kembali. Perlu Saya sampaikan juga bahwa kegagalan play sendiri adalah terdeteksinya IP, ID dan perangkat yang Anda gunakan, jika Anda dapat menyembunyikan hal tersebut maka Anda akan aman selamanya. Apakah YouTube tahu dengan praktek play sendiri?. Oh... pastinya mereka tahu dan paham. Pakar IT kelas dunia itu semua berkumpul di Google dan YouTube, mustahil hal remeh temeh seperti ini mereka tidak mengetahuinya. Tapi menurut Saya, mereka memang menutup mata akan praktek ini, sebab praktek tersebut juga sangat menguntungkan untuk mereka. Tapi ingat, selama Anda tidak ketahuan. Jika Anda ketahuan, maka mereka lebih memilih mensuspend atau banned channel Anda dari pada kehilangan kepercayaan dari para pengiklan. Seperti kasus hengkangnya para pengiklan dari YouTube karena iklan mereka terdapat di video-video teroris

4 yang sempat ramai beberapa waktu yang lalu. YouTube itu sudah sangat berbaik hati dengan memberikan bocoran statistik nilai cpm dari berbagai negara, video mana saja yang nilai cpm nya tinggi, serta data statistik lainnya. Tinggal tugas Anda untuk mengasah kemampuan supaya tidak terlihat vulgar, itu saja. Apakah pihak pengiklan dan YouTube merugi dengan praktek play video sendiri ini?, tentu tidak, walau pun celah keamanan tersebut belum dapat ditutup atau memang di sengaja oleh YouTube. Analoginya seperti ini, ada kue iklan yang harus terserap habis di YouTube, jika tidak terserap maka kondikte YouTube menjadi buruk di mata para pengiklan. Pengiklan akan beranggapan bahwa YouTube bukan tempat yang tepat untuk beriklan karena traffic kunjungannya yang rendah. Maka saking banyaknya kue tersebut, di pertengahan bulan Pebruari 2019 ini, iklan yang tampil di awal sampai berjumlah dua buah atau double ads, begitu juga dengan iklan sisipan maupun iklan akhir. Saya sudah berkeliling ke 20 negara Eropa, Asia dan Afrika dengan multi IP dan semua menunjukan tren yang sama, double ads. Tapi hal tersebut tidak otomatis merubah nilai cpm suatu negara, cpm negara yang rendah, tetap rendah walau terdapat double ads. Dan jika kue iklan itu dapat terserap oleh sebuah channel, maka YouTube akan menikmati bagi hasil sebesar 45%. Jadi kesimpulannya, semua pihak akan menikmati kue iklan yang lezat itu, tinggal kelihaian Anda yang diuji agar tidak terkena banned permanen akibat praktek di balik meja ini. Mengapa nilai cpm di Indonesia dan banyak negara-negara di dunia lainnya sangatlah rendah, sedangkan di beberapa negara barat nilainnya sangat tinggi?. Ini jawabannya, tapi ini hanya sekedar asumsi belaka, kebenarannya harus di cros cek kembali. Mungkin Anda pernah tahu atau dengar tentang pengelola Mall yang mengratiskan sewa lapaknya?, walau pun di gratiskan si pelapak masih berpikir dua kali untuk mengambil tawaran tersebut. Kenapa?, umumnya disebabkan karena Mall tersebut masih sepi pengunjung. Maka pelapak akan berpikir dua kali untuk menerima tawaran tersebut, walau sewa lapak di gratiskan akan tetapi masih ada biaya operasional dan lain-lain yang harus tetap menjadi beban yang wajib di keluarkan oleh si pelapak. Menurut Saya kondisi tersebut mirip dengan kondisi yang dialami oleh pengiklan YouTube di beberapa negara termasuk Indonesia. Pengiklan masih enggan membagikan kue iklan tersebut ke YouTube, karena mereka masih berpandangan YouTube bukan pasar yang potensial. Maka untuk menarik lebih banyak pengiklan untuk beriklan di YouTube, di gunakanlah nilai cpm berdasarkan negara dengan cara lelang. Di beberapa negara Eropa nilai cpm sudah terlihat bagus (lihat lampiran), itu menandakan kue iklan disana sangatlah banyak dan mahal. Sehingga pengiklan menawar dengan harga tinggi untuk dapat beriklan di YouTube, bagaimana dengan Indonesia?. Masih $1.1, cuy! Nasib YouTuber di Indonesia itu tidak jauh beda dengan nasib para driver online dan juga mitra marketplace. Modal yang dikeluarkan tidaklah sedikit, tuntutan kerja tinggi, tapi hasil yang di dapatkan masih lebih baik buruh pabrik dengan upah standar umr. Bagaimana?, Masih mau jadi YouTuber?, jika setelah membaca artikel ini Anda memilih untuk pensiun, jangan lupa untuk menjual channelnya kepada calon YouTuber baru. Lumayanlah, hitung-hitung sebagai uang pesangon. Yang masih ingin tetap bertahan dan masih melihat ada peluang yang bagus di YouTube, Saya hanya berpesan, jangan jadikan YouTube sebagai mesin uang, sebab yang namanya mesin tidak boleh berhenti bekerja. Jadikan YouTube itu sebagai pohon uang, yang namanya pohon, hanya butuh perawatan yang baik dan tumbuh besar, hingga akhirnya akan panen terus menerus. Lalu dimana letak perbudakannya?, dari tadi tidak ada bahasannya?. Oh, masih belum paham?. Kerja keras tanpa henti dan tidak dibayar atau bayaran yang minim itu sudah termasuk perbudakan. Hanya saja di jaman serba digital ini, semua dibungkus dengan teknologi, tidak lagi kerja rodi seperti jaman penjajahan dulu. Kerja keras dan kerja cerdas untuk siapa?, hanya untuk membesarkan Starup-Starup milik asing, sampai kapan pun, Kita

5 yang dengan bangga menyebut diri sebagai YouTuber tidak akan pernah dapat membeli sahamnya YouTube, betul?. Maka jangan jadikan YouTuber itu sebagai profesi, jadikan YouTube sebagai alat untuk menopang kegiatan positif Anda di bidang editing video, semoga dengan bergabungnya Anda di YouTube, akan membuka peluang dan jalan lain yang lebih baik untuk menunjang hoby atau penghasilan Anda. Demikian ulasan Saya kali ini, Sampai bertemu kembali dalam topik yang berbeda, terim kasih. Wassalamualaikum Warahmatullah Wabaraktuh DONASI: Bank BCA No. 6850232529 a/n Zulkarnain

6 CPM 2 Hari Yang Lalu

Related Documents


More Documents from "Fitri Herawaty"

Dalail Khoyrot
February 2021 0
Lp Dan Askep Hiv Aids
March 2021 0
48 - Kumpulan Wirid 3
January 2021 0
59 - Hizb Falah
January 2021 0