30 - Studi Kelayakan - Presentasi Studi Kelayakan Aspek Lingkungan (23 Janu

  • Uploaded by: Abiseka Amurwabhumi
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 30 - Studi Kelayakan - Presentasi Studi Kelayakan Aspek Lingkungan (23 Janu as PDF for free.

More details

  • Words: 2,327
  • Pages: 40
Loading documents preview...
INSPEKSI KEGIATAN PERTAMBANGAN

PT Sumber Baja Prima & PT Sumber Suryadaya Prima

PROVINSI JAWA BARAT EVALUASI STUDI KELAYAKAN ASPEK LINGKUNGAN 08-09 MEI 2018

23 JANUARI 2020

Profil Nama

: Verlly Hardiman, ST

TTL

: Bukittinggi, 02 Mei 1984

No. HP

: 0811840502

Email

: [email protected]

Pendidikan

: S1-Teknik Pertambangan

Jabatan

: Inspektur Tambang

Dasar Hukum • Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. • Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. • Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. • Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. • Permen ESDM No 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara. • Kepmen ESDM 1806 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Penyusunan, Evaluasi, Persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya, Serta Laporan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. • Kepmen ESDM 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik.

POKOK BAHASAN Berdasarkan Lampiran XIII Kepmen ESDM nomor 1806 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Penyusunan, Evaluasi, Persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya, Serta Laporan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba, maka format laporan akhir studi kelayakan aspek lingkungan sebagai berikut: I. DAMPAK KEGIATAN II. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN a.

PENGELOLAAN LIMBAH

b.

RENCANA REKLAMASI

c.

STUDI GEOKIMIA MENGENAI POTENSI AIR ASAM TAMBANG

d.

PENGELOLAAN AIR ASAM TAMBANG

e.

PENGELOLAAN LUBANG BEKAS TAMBANG

III. RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN IV. ORGANNISASI PERLINDUNGAN LINGKUNGAN V. RENCANA PASCATAMBANG a. PEMANFAATAN LAHAN PASCATAMBANG b. JADWAL PELAKSANAAN PASCATAMBANG c. RENCANA BIAYA PASCATAMBANG VI. LAMPIRAN PETA-PETA

I. DAMPAK KEGIATAN Menjelaskan Prakiraan Dampak Kegiatan Penambangan, Pengolahan dan Sarana Penunjang (disesuaikan dengan dokumen AMDAL, UKL dan UPL yang sedang disusun). Prakiraan dampak lingkungan sebagai berikut: a. Dampak Lingkungan Masyarakat Sekitap Pada Tahap Konstruksi NO

RENCANA KEGIATAN

TAHAP KONSTRUKSI Penerimaan Tenaga Kerja 1 Pembersihan Lahan 2

3

Pembangunan Pabrik & Fasilitas Infrastruktur Tambang

RONA JENIS CIRI DAMPAK LINGKUNGAN LINGKUNGAN DAMPAK YANG TERKENA YANG TERKENA DAMPAK DAMPAK Perubahan Pendapatan

Positif Berlangsung terus sampai tahap Pasca operasi Kecemburuan produksi sosial Perubahan Negatif Berlangsung vegetasi (Flora dan selama tahap Fauna) pra konstruksi s/d konstruksi Peningkatan Erosi dan Sedimentasi Perubahan Kuantitas/Kualitas Air Perubahan Negatif Berlangsung vegetasi (Flora dan selama tahap Fauna) pra konstruksi s/d konstruksi Peningkatan Erosi dan Sedimentasi Perubahan Kuantitas/Kualitas Air

Desa-Desa: a. b. Lokasi Penambangan dan Perairan Sungai sekitar

Lokasi Penambangan dan Perairan Sungai sekitar

.

b Dampak Lingkungan dan Sosial pada Tahap Operasi Penambangan NO

RENCANA KEGIATAN

TAHAP OPERASI PENAMBANGAN Pengembangan Masyarakat 1

2

3

4

5

Pembangunan masyarakat desa

JENIS DAMPAK

CIRI DAMPAK

LINGKUNGAN YANG TERKENA DAMPAK

Positif

Berlangsung selama tahap operasi

Desa-desa lingkar tambang

Negatif

Berlangsung selama tahap operasi

Erosi, sedimentasi, tanah longsor, banjir, kuantitas dan kualitas air permukaan.

Negatif

Berlangsung selama tahap operasi

Pekerja dan masyarakat sekitar tambang.

Penambangan

Kualitas Udara (Debu dan Kebisingan) Kualitas Air Getaran Kesehatan Masyarakat

Pengolahan

Kesehatan Masyarakat

Negatif

Berlangsung selama tahap operasi

Pekerja dan masyarakat sekitar tambang.

Transportasi Peralatan dan Bahan

Kualitas udara (Debu dan Kebisingan) Kesehatan Masyarakat

Negatif

Berlangsung selama tahap operasi

Kualitas debu dan kebisingan di jalan yang akan dilewati menuju lokasi pertambangan.

Pengoperasian fasilitas infrastruktur tambang

Kualitas udara (Debu dan Kebisingan)

Negatif

Berlangsung selama tahap operasi

Kualitas debu dan kebisingan di lokasi pengoperasian fasilitas tambang (pekerja dan masyarakat sekitar). Kualitas air sungai di sekitar lokasi penambangan.

Pengupasan Tanah Pucuk,Erosi, sedimentasi dan banjir Penggalian Tanah Penutup, Pemindahan Tanah Penutup Kuantitas/Kualitas air

6

7

RONA LINGKUNGAN YANG TERKENA DAMPAK

Kesehatan Masyarakat Penanganan Limbah

Kualitas air permukaan

Negatif

Berlangsung selama tahap operasi

Reklamasi

Perubahan kualitas air Erosi, sedimentasi, banjir

Positif

Berlangsung selama tahap operasi

Perbaikan bentang alam

8

Perbaikan bentang alam, vegetasi penutup lahan, dan kualitas air permukaan, penurunan erosi dan sedimentasi, pencegahan bahaya longsor dan banjir. Pendapatan Daerah

9

Pembayaran Royalti dan Pajak

Pendapatan Daerah

Positif

Berlangsung selama tahap operasi

10

Pemberian Barang dan Jasa

Perekonomian Lokal

Positif

Berlangsung selama tahap operasi

Masyarakat sekitar

Positif

Berlangsung selama tahap operasi

Masyarakat sekitar

11

Penerimaan Tenaga Kerja Kesempatan Kerja Kecemburuan sosial

Negatif

c. Dampak Lingkungan dan Sosial pada Tahap Pascatambang NO

RENCANA KEGIATAN

RONA JENIS CIRI DAMPAK LINGKUNGAN LINGKUNGAN DAMPAK YANG TERKENA YANG TERKENA DAMPAK DAMPAK

TAHAP PASCATAMBANG Reklamasi lahan Penguranagn Erosi dan Sedimentasi 1

Pemberhentian Tenaga Kerja

Perbaikan Kondisi Vegetasi Perbaikan Kualitas dan Kuantitas Air Kesempatan Kerja

2 Penyerahan Asset 3

Perbaikan Kualitas dan Kuantitas Air

Positif Berlangsung Selama tahap operasi produksi s.d pascatambang

Erosi, sedimentasi, longsoran tanah, banjir, kualitas air, flora -fauna dan persepsi masyarakat

Negatif Berlangsung Tenaga kerja, Selama tahap pendapatan pra konstruksi s.d pascatambang Positif Berlangsung Aset Pemda Selama tahap pra konstruksi s.d pascatambang

II. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN Menjelaskan upaya-upaya yang akan dilakukan untuk pengelolaan lingkungan akibat potensi dampak kegiatan penambangan sesuai dengan dokumen lingkungan hidup termasuk kegiatan reklamasi. Subbab Pengelolaan Lingkungan menjelaskan: 1. Pengelolaan limbah (penambangan, pengolahan dan sarana penunjang) dll. 2. Rencana reklamasi. 3. Studi Geokimia Mengenai Potensi Air Asam Tambang. 4. Pengelolaan Air Asam Tambang Jika Ditemukan. 5. Pengelolaan Lubang Bekas Tambang (Void).

1. Pengelolaan limbah (penambangan, pengolahan dan sarana penunjang) dll. Menjelaskan pengelolaan limbah yang dihasilkan pada kegiatan penambangan, pengolahan dan sarana penunjang, baik limbah non B3 maupun limbah B3 (pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan).

2. Rencana reklamasi dan pemanfaatan lahan pascatambang. Pada rencana Reklamasi menjelaskan: a.

Pengelolaan tanah pucuk Pengelolaan tanah pucuk (top soil) dimaksudkan untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk dengan lapisan tanah lain, karena tanah pucuk merupakan media tanam yang mengandung unsur hara dan bahan-bahan organik yang sangat dibutuhkan untuk keberhasilan pertumbuhan tanaman pada kegiatan Reklamasi. Pengelolaan tanah pucuk meliputi: • Pengupasan dan penyimpanan tanah pucuk menjelaskan perkiraan volume tanah pucuk yang dihasilkan selama umur tambang, dan menyampaikan lokasi penyimpanan tanah pucuk. • Estimasi Pengembalian Tanah Pucuk Menyampaikan estimasi tanah pucuk yang akan dikembalikan pada saat operasi produksi dan pada saat pascatambang. • Volume Top Soil yang akan dihasilkan tiap tahun Menjelaskan dalam bentuk tabel volume Top Soil yang akan dihasilkan. • Penanganan Tanah Pucuk Sebelum dilakukan pembukaan lahan baru, perlu dilakukan koordinasi antara Mine Operation, Survey dan Rehabilitation Section untuk memastikan volume tanah pucuk yangakan diselamatkan/ diambil dari lahan tersebut.

Pengupasan dan penyebaran tanah pucuk sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah untuk menghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah. Tinggi timbunan tanah pucuk yang disimpan sebaiknya tidak terlalu tinggi agar sirkulasi udara di dalam tanah pucuk tetap terjaga sehingga bahan-bahan organik yang terdapat di dalam tanah pucuk tidak rusak. Jika tanah pucuk disimpan di lokasi stockpile dalam kurun waktu yang cukup lama maka sebaiknya timbunan tanah pucuk tersebut ditutupi dengan jerami dan tanaman penutup tanah (cover crops) agar kualitas tanah pucuk dapat dipertahankan. b. Rencana Pembukaan Lahan Pada area penambangan, timbunan, jalan, kolam sedimen dan fasilitas penunjang. c. Program Reklamasi Menjelaskan lahan yang akan direklamasi, teknik dan peralatan yang digunakan, penatagunaan lahan, revegetasi, rencana pemanfaatan lubang bekas tambang (void) dan pemeliharaan. Pada program reklamasi untuk melengkapi dengan tabel Neraca Topsoil dan waste. d. Kriteria Keberhasilan Standar keberhasilan penatagunaan lahan, revegetasi, dll.

Tabel Rencana Reklamasi (Lampiran VI Kepmen ESDM 1827 K/30/MEM/2018

3. Studi Geokimia Mengenai Potensi Air Asam Tambang Ada tidaknya air asam tambang dibuktikan dengan hasil laboratorium pengujian geokimia batuan.

4. Pengelolaan Air Asam Tambang

Air Asam Tambang (AAT) adalah produk yang terbentuk akibat oksidasi mineral yang mengandung besisufur, seperti: pyrite (FeS2) dan pyrhotite (FeS) oleh oksidator yang berasal dari atmosphere (misalnya; air, oksigen dan karbon dioksida) dengan bantuan katalis bakteri Thiobacillus ferooxidans dan produkproduk lain yang terbentuk sebagai akibat dari reaksi oksidasi tersebut. Air asam tambang yang tidak dikelola dengan baik menyebabkan dua dampak lingkungan yang utama, yakni terjadinya pengasaman yang disebabkan oleh asam sulfat dan terlarutnya logam berat yang disebabkan oleh ion besi. Apabila terjadi permasalahan dengan AAT, penanganan air asam tambang tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: • Mengelola jumlah kapur yang dibutuhkan dalam penetralan air asam tambang. • Mengelola kualitas air limbah dari kolam pengendap dan telah sesuai dengan baku mutu air limbah.

Perusahaan diminta untuk menyampaikan : Strategi yang akan dilakukan untuk mengelola AAT adalah: • Mengontrol terbentuknya AAT Mengontrol terbentuknya AAT akan dilakukan dengan cara mengontrol waste kategori PAF (Potential Acid Forming) sejak dari pit sampai penempatan akhir di waste dump. Beberapa cara yang akan dilakukan diantaranya: Membuat penutup (cover) dari batuan NAF (Non Acid Forming), dan Menempatkan batuan PAF jauh dari batas luar desain waste dump (ditempatkan di bagian dalam). • Mengontrol aliran AAT Mengontrol aliran AAT dapat dilakukan dengan : Mengalirkan air permukaan langsung ke ujung material waste dengan membuat drainasedrainase di permukaan, Mencegah masuknya air tanah ke waste dump dengan menampung dan membuat saluran untuk mengalirkan mata air tersebut ke luar lokasi, Mencegah penyerapan/infiltrasi air ke waste dump dilakukan dengan menutup batuan PAF, Mengontol penempatan batuan NAF dan PAF di waste dump.

• Pengelolaan AAT Pengelolaan AAT dapat digolongkan menjadi: a. Active treatment Adalah teknologi yang memerlukan operasi, perawatan, dan pemantauan oleh manusia berdasarkan pada sumber energi eksternal dan menggunakan infrastruktur dan sistem yang direkayasa. Contoh: penggunaan instalasi penambahan kapur.

b. Passive treatment • Merupakan proses pengolahan yang tidak memerlukan intervensi, operasi atau perawatan oleh manusia secara reguler. • Suatu sistem pengolahan air yang memanfaatkan sumber energi yang tersedia secara alami seperti gradien topografi, energi metabolisme mikroba, fotosintesis dan energi kimia dan membutuhkan perawatan secara reguler tetapi jarang untuk beroperasi sepanjang umur rancangannya (Pulles et al, 2004, dalam GARD Guide, 2009). • Suatu proses secara bertahap menghilangkan logam dan/atau keasaman dalam suatu biosistem seperti alami tetapi buatan manusia yang mendukung reaksi ekologi dan geokimia. Proses tersebut tidak memerlukan tenaga atau bahan kimia setelah konstruksi dan akan berumur puluhan tahun dengan bantuan manusia secara minimum (Gusek, 2002, dalam GARD Guide, 2009).

Passive Treatment Systems

Lahan basah buatan (constructed wetlands)

• Pemantauan AAT Pemantauan terhadap air asam tambang AAT merupakan hal yang perlu dilakukan selama kegiatan penambangan berlangsung dan setelah kegiatan penambangan berakhir, karena air asam tambang (acid mine drainage) dapat mengakibatkan menurunnya kualitas air permukaan dan air tanah, selain itu jika dialirkan ke sungai akan berdampak terhadap masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai serta akan mengganggu biota yang hidup di darat maupun biota di perairan. Kegiatan pemantauan dan karakterisasi kualitas air yang dilakukan di kolam penampungan AAT yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik air yang berasal dari tambang tersebut. Sehingga dapat diketahui apakah water treatment yang ada telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik atau tidak.

5. Pengelolaan Lubang Bekas Tambang a. M e n j e l a s k a n j u m l a h , l u a s d a n k e d a l a m a n v o i d y a n g a k a n ditinggalkan. b. Menjelaskan pengamanan dan pemanfaatan void.

III. RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN Rencana Pemantauan Lingkungan Menjelaskan komponen yang dipantau, (kestabilan fisik, udara, air permukaan, air tanah, flora dan fauna, dll), sesuai dengan dokumen lingkungan hidup. Diminta menjelaskan lokasi, frekuensi, jangka waktu, peralatan yang digunakan dalam pemantauan dan penjelasan kegiatan pemantauan. 1. Kestabilan Fisik Rencana mengenai pemantauan kestabilan lereng, keamanan bangunan pengendali erosi dan sedimentasi, penimbunan material penutup dan fasilitas lain. 2. Udara Pengendalian Pencemaran Udara mengacu pada PP 41 Tahun 1999. 3. Air Permukaan (PP 82 Tahun 2001) Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas : a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Air Tanah Pemantauan kualitas tanah dilakukan sebelum reklamasi, pasca tambang. Pemantauan pH dilakukan secara harian namun untuk parameter lainnya (C-Organik, N-Total, Cu, Fe,dan , Mn,dll).

5. Erosi dan Sedimentasi

Kolam Sedimen

Guludan

Terasiring

Check Dam

Drop Structure

Cover Croping

Gabion

6. Flora dan Fauna Pemantauan flora dan fauna meliputi invetarisasi jenis species dan populasi keterdapatan species flora dan fauna dibandingkan dengan data rona awal.

IV. ORGANISASI PERLINDUNGAN LINGKUNGAN Organisasi perlindungan lingkungan menjelaskan organisasi yang dibentuk khusus untuk menganalisa dampak, pengelolaan dan pemantauan lingkungan, dilengkapi dengan bagan struktur organisasi.

V. RENCANA PASCATAMBANG A. PEMANFAATAN LAHAN PASCATAMBANG Menjelaskan luasan rencana Reklamasi yang akan dilakukan pada saat Pascatambang, dan rencana void yang akan ditinggalkan (luas, kedalaman, pemanfaatan, serta pengamanan.) B. JADWAL PELAKSANAAN PASCATAMBANG Menyampaikan tahun pelaksanaan Pascatambang dan jadwal pelaksanaan program Pascatambang. C. RENCANA BIAYA PASCATAMBANG

Biaya Pascatambang

Contoh Hasil Evaluasi Studi Kelayakan Aspek Lingkungan

Hasil Evaluasi : Belum Menjelaskan Prakiraan Dampak Kegiatan Penambangan, Pengolahan dan Sarana Penunjang.

Hasil Evaluasi Pengelolaan Lingkungan

Hasil Evaluasi Pengelolaan Lingkungan: a. Untuk menjelaskan terkait dengan pernyataan pada halaman VII-4 yang menyatakan bahwa Berdasarkan hasil analisis kualitas air limbah, tidak ada parameter yang memenuhi baku mutu. b. Belum menyampaikan penjelasan standar baku mutu yang menjadi parameter. c. Belum menyampaikan pengelolaan Limbah B3. d. Belum ada penjelasan terkait dengan Studi Geokimia Mengenai Potensi Air Asam Tambang, Pengelolaan Air Asam Tambang jika ditemukan, dan Pengelolaan Lubang Bekas Tambang (Void).

Hasil evaluasi rencana Reklamasi

Hasil Evaluasi : Belum ada pembahasan terkait dengan rencana Reklamasi dengan menyampaikan tabel rencana bukaan lahan dan tabel rencana Reklamasi.

Pemantauan

Hasil evaluasi: a. Belum ada penjelasan frekuensi pemantauan yang dilakukan. b. Belum ada pemantauan Kestabilan Fisik Rencana mengenai pemantauan kestabilan lereng, keamanan bangunan pengendali erosi dan sedimentasi, penimbunan material penutup dan fasilitas lain.

Struktur organisasi Perlindungan Lingkungan

Hasil evaluasi: Belum menyampaikan struktur organisasi perlindungan lingkungan.

Pascatambang

Hasil evaluasi: a. Belum menyampaikan matrik jadwal pelaksanaan Pascatambang, disesuaikan dengan dokumen rencana Pascatambang. b. Belum menyampaikan luasan pembongkaran.

Lampiran XIII Format Laporan Akhir Studi Kelayakan

LAMPIRAN PETA-PETA A. Peta rencana bukaan lahan per tahun. B. Peta rencana Reklamasi per tahun. C. Peta penempatan sementara tanah pucuk.

Related Documents


More Documents from "Tio Est Hayati"