369378_laporan Tutorial Skenario B Blok 22 2020

  • Uploaded by: Dinda Radeta
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 369378_laporan Tutorial Skenario B Blok 22 2020 as PDF for free.

More details

  • Words: 3,370
  • Pages: 22
Loading documents preview...
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B BLOK 22 TAHUN 2020

DISUSUN OLEH : KELOMPOK A4 Tutor : dr. Bintang Arroyantri Prananjaya, SpKJ Muhammad Zaki Luthfi

(04011181722030)

Syifa Inanta Mulia Nasution

(04011181722044)

Fatihan Az Zahra

(04011181722046)

Alya Maretha Salsabila

(04011181722048)

Dian Mustikarini

(04011181722050)

Fariza Hasyati

(04011181722052)

Febriana Ayu Shavira

(04011281722066)

Dinda Radeta Naufallah Dinda Harumi

(04011281722074) (04011281722080)

Salsabila

(04011281722090)

Junoretta Haviva Ernanto

(04011281722098)

Ulfa Ardya Pramesti

(04011981722114)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2020

LAMPIRAN STRUKTUR KELOMPOK Tutor

: dr. Bintang Arroyantri Prananjaya, SpKJ

Moderator

: Dinda Radeta

Sekretaris 1

: Salsabila

Sekretaris 2

: Syifa Inanta Mulia Nasution

Presentan

: 1. 2.

Pelaksanaan

: 10 Februari 2020 dan 12 Februari 2020 10.00 - 12.30 WIB

Peraturan selama tutorial : 1. Jika mau berbicara, angkat tangan terlebih dahulu, 2. Saling mendengarkan pendapat satu sama lain, 3. Izin ke toilet maksimal dua orang dalam satu waktu, 4. Diperbolehkan minum selama tutorial berlangsung, dan 5. Diperbolehkan membuka gadget selama masih berhubungan dengan tutorial.

ii

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario A Blok 22 Tahun 2020 dengan baik. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan laporan ini, penulis sangat mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun ke arah perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Cukup banyak kesulitan yang penulis temui dalam penulisan laporan ini, tetapi penulis menyelesaikannya dengan cukup baik. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. dr. Bintang Arroyantri Prananjaya, SpKJ sebagai dosen di Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya dan sebagai tutor pada kelompok A4; 2. Seluruh mahasiswa kelas Alpha 2017 Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijiaya. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Palembang, 10 Februari 2020 Penulis,

Kelompok A4 Alpha 2017

iii

DAFTAR ISI halaman

Halaman Judul........................................................................................................i Lampiran Struktur Kelompok.............................................................................ii Kata Pengantar.....................................................................................................iii Daftar Isi................................................................................................................iv Skenario B Blok 22 Tahun 2020...........................................................................1 I. II.

Klarifikasi Istilah

2

Identifikasi Masalah

4

III.

Analisis Masalah

IV.

Keterbatasan Ilmu Pengetahuan

V. VI. VII.

Sintesis

6 10

11

Kerangka Konsep 30 Kesimpulan 31

Daftar Pustaka......................................................................................................32

iv

SKENARIO B BLOK 22 TAHUN 2020 A male baby was born at type C Public Hospital from a 40 years old woman. Her mother, Mrs. Ayu was hospitalized at the hospital due to ante partum bleeding. She was G7P3A3. The pregnancy was 34 weeks. She had only had 3 times antenatal care to midwife. Her blood pressure was 160/100 mmHg. The fetal heart rate was 180 beats per minute. An emergency C-section was performed by the obstetrician. The baby did not cry spontaneously after birth, but was gasping and his whole body was cyanosis. The doctor who resuscitate the baby did first step of resuscitation to the baby and continued with VTP. APGAR score at first minute was 1, the fifth minute was 3 and tenth minute was 7. The amnion liquors were greenish, not thick, and not smelly. On physical examination: Body weight was 1100 grams, body length was 40 cm, and head circumference was 31 cm. Half an hour after resuscitation the baby started difficult to breathe. There were moderate epigastric retractions, breathing sound decreased, grunting that could be heard without stethoscope, respiration rate 70 breathes per minute, there was cyanosis revealed after oxygen was given. Heart rate 168 beats per minute. Saturation 85% with nasal oxygen. Temperature was 36 o C. The baby looked pale. The skin looked thin, there were lanugos, and plantar creases was 1/3. From the rectal examination, there was no anal dimple but was hole on the perineum below the scrotum.

I.

KLARIFIKASI ISTILAH Tabel 1. Klarifikasi Istilah.

No

Istilah

Pengertian

. 1.

Ante-partum

Keluarnya darah yang terjadi sebelum persalinan atau

bleeding

kelahiran. (Dorland);

(Perdarahan 2.

partum) Ante-natal (Perawatan

3.

ante- Perdarahan yang terjadi pada kehamilan (lebih sama dengan) 24 minggu. (Collins) care Pengawasan dan tinjauan medis dilakukan selama ante- kehamilan

untuk

deteksi

terutama

kemungkinan

natal)

komplikasi

Gasping

eclampsia dan kelainan rahim dan janin. (Collins) Inspirasi dan ekspirasi secara cepat akibat kesulitan

v

kehamilan

dini

toxemia

pre-

4.

Sianosis

bernapas. (Farlex) Perubahan warna kulit dan membrane mukosa menjadi kebiruan akibat konsentrasi hemoglobin

5.

VTP

tereduksi yang berlebihan dalam darah (Dorland) Ventilasi Tekanan Positif; berbagai jenis mekanisme ventilasi dimana gas dikirim ke saluran pernapasan dan paru-paru dibawah tekanan positif, menghasilkan tekanan positif pada jalan napas selama inspirasi; dapat dilakukan melalui tabung endotrakeal atau

6.

APGAR score

masker nasal. (Miller-Keane) Angka yang menunjukkan kondisi bayi, biasanya ditentukan 60 detik setelah lahir, berdasarkan frekuensi denyut jantung upaya bernapas, tonus otot,

7.

Amnion liquor

iritabilitas refleks, dan warna kulit. (Dorland) - Membran tipis yang melindungi kantong embrio atau fetus pada mamalia yang berisi cairan amnion (Merriam-Webster); -

Cairan

tempat

janin

mengpung

yang

berfungsi sebagai bantalan terhadap cedera akibat pukulan atau Gerakan tiba-tiba dan membantu

menjaga

suhu

tubuh

yang

konstan pada janin biasanya carian berwarna bening dan sedikit basa; perubahan warna atau kekeruhan mengindikasikan gawat 8.

Retraksi epigastrik

janin. (Miller-Keane) Tindakan menarik kembali, atau keadaan tertarik kembali daerah perut bagian tengah dan atas yang

9.

Grunting

terletak diantara angulus sterni. (Dorland) Suara gemuruh yang bernada dalam yang mungkin di dengar

pada

bayi

yang

menderita

gangguan

10.

Lanugo

pernapasan. (McGraw-Hill) Rambut halus pada tubuh janin (Dorland)

11.

Rugae

Kerutan yang biasanya ada pada membran mukosa lambung (Meriam-Webster)

vi

II.

IDENTIFIKASI MASALAH Tabel 2. Identifikasi Masalah.

No. 1.

Masalah

Konsen

Ny. Ayu 40 tahun melahirkan seorang bayi laki-laki secara emergency C-Section di Rumah Sakit tipe-C yang tidak menangis spontan,

VVV

gasping, dan sianosis pada seluruh tubuh.

2.

Ny. Ayu, G7P3A3, hamil 34 minggu, dirawat di rumah sakit karena perdarahan ante-partum.

3.

-

Riwayat ANC 3 kali dengan bidan;

-

tekanan darah 160/100mmHg

VV

- DJJ: 180 kali/ menit Dokter melakukan resusitasi tahap pertama yang kemudian dilanjutkan dengan VTP. APGAR score: -

Menit pertama: 1

-

Menit kelima: 3

-

Menit kesepuluh: 7

V

Cairan ketuban: kehijauan, tidak kental dan tidak berbau 4.

Pemeriksaan fisik:

V

-

BBL: 1100 gram,

-

Panjang badan: 40 cm

-

Lingkar kepala: 31 cm

-

Setengah jam setelah resusitasi, bayi mulai kesulitan untuk bernapas

-

Retraksi epigastrik sedang

-

Suara napas berkurang

-

grunting yang dapat di dengar tanpa stethoscope

-

RR: 70 kali/menit

-

Sianosis tampak setelah pemberian oksigen

-

HR 168 beats per minute.

-

Saturasi Oksigen: 85% dengan nasal oxygen.

-

Temperature:36o C.

-

Kulit tipis dan pucat

-

Terdapat lanugo dan plantar creases 1/3

vii

-

Tidak terdapat anal dimple tetapi terdapat lubang pada perineum di bawah scrotum.

III.

ANALISIS MASALAH 1. Ny. Ayu 40 tahun melahirkan seorang bayi laki-laki secara emergency C-Section di Rumah Sakit tipe-C yang tidak menangis spontan, gasping, dan sianosis pada seluruh tubuh.

a. Bagaimana hubungan usia ibu dengan keluhan yang dialami bayi? Usia >35 tahun merupakan usia dengan risiko tinggi pada kehamilan

b. Apa indikasi c-section darurat? (vira) Indikasi Fetal -

Gawat janin

-

Malpresentasi (presentasi sungsang preterm, non-frank breech, presentasi lintang, presentasi muka)

-

Makrosomia

-

Infeksi

-

Kelainan kongenital atau muskuloskleletal

-

Kelainan tali pusat berdasarkan pemeriksaan Doppler

-

Trombositopenia

-

Asidemia memanjang

-

Riwayat trauma lahir atau kondisi dimana pencegahan trauma akibat proses persalinan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas neonatal

Indikasi Maternal -

Kegawatdaruratan obstetri : gawat ibu, atonia uteri, ruptur uteri

-

Riwayat persalinan : riwayat SC sebelumnya, riwayat histerektomi klasik, riwayat rekonstruksi pelvis

-

Kelainan anatomis: deformitas pelvis, bekas luka pada uterus, abnormalitas pelvis yang mengganggu kepala bayi masuk pintu atas panggul

viii

-

Massa: massa atau lesi obstruktif pada traktus genital bawah (kondiloma vulvovaginal, malignansi, leiomyoma uterus bagian bawah), riwayat miomektomi full-thickness, kanker serviks invasif

-

Kardiovaskular: kondisi jantung yang tidak memungkinkan manuver Valsalva dilakukan, aneurisma serebral atau malformasi arteriovena

-

Lainnya: dehisensi insisi uterus, HIV atau HSV, persalinan SC terencana (by request) dengan catatan tertentu

Indikasi Fetal dan Maternal -

Plasenta previa, plasenta akreta

-

Solusio plasenta

-

Disproporsi sefalopelvik

-

Kehamilan post-term

-

Kondisi dimana terdapat kontraindikasi pada persalinan per vaginam

-

Percobaan persalinan per vaginam gagal

b. Apa makna klinis tidak menangis spontan? Pada kasus bayi tidak menangis spontan karena terjadi asfiksia perinatal pada bayi.

c. Bagaimana mekanisme bayi lahir tidak menangis spontan pada kasus? Paru-paru imatur surfaktan belum terproduksi dengan sempurna kollaps alveoli ↓compliance paru-paru sulit bernapas shunting pulmonal hipoksemia berathipoventilasi asfiksia a. Bagaimana mekanisme gasping dan sianosis pada bayi tersebut? Mekanisme gasping:

Paru-paru imatur surfaktan belum terproduksi dengan sempurna kollaps alveoli ↓compliance paru-paru pernapasan tidak efisien gasping Mekanisme

sianosis:

Paru-paru imatur surfaktan belum terproduksi dengan sempurna kollaps alveoli ↓compliance paru-paru sulit bernapas shunting pulmonal hipoksemia beratsuplai oksigen menurun sianosis 2. Ny. Ayu, G7P3A3, hamil 34 minggu, dirawat di rumah sakit karena perdarahan ante-partum. -

Riwayat ANC 3 kali dengan bidan;

-

tekanan darah 160/100mmHg

ix

-

DJJ: 180 kali/ menit

a. Apa saja kemungkinan penyebab ante-partum bleeding pada kasus? Pada kasus kemungkinan penyebab ante-partum bleeding adalah placenta previa atau solutio placenta. b. Bagaimana hubungan riwayat kehamilan ibu sebelum melahirkan dengan kondisi bayi yang dilahirkan? Riwayat kehamilan ibu merupakan faktor risiko dari BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) yang dialami oleh bayi pada kasus: -

Prematuritas (usia gestasi 34 minggu)

-

Usia ekstrim kehamilan (usia ibu 40 tahun)

-

Grande multiparagravida

-

Riwayat hipertensi

-

Kondisi sosioekonomi (ANC hanya 3 kali)

c. Bagaimana prosedur ANC? TM 1: 1 kali (min.) TM 2: 1-2 kali (min.) TM 3: 2 kali (min.) Cara Pelayanan Antenatal Care Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :

a. Kunjungan Pertama 1) Catat identitas ibu hamil 2) Catat kehamilan sekarang 3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu 4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan 5) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium

6) Pemeriksaan obstetric 7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) 8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.

x

9) Penyuluhan/konseling. b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal: 1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu). 2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28). 3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36). 4) Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam. Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting. a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14 1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. 2) Mendeteksi masalah dan menanganinya 3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan 4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi 5) Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28 Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda c. Trimester ketiga antara minggu 28-36 Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda. d. Trimester ketiga setelah 36 minggu Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

3. Dokter melakukan resusitasi tahap pertama yang kemudian dilanjutkan dengan VTP. APGAR score: -

Menit pertama: 1

-

Menit kelima: 3

-

Menit kesepuluh: 7

xi

Cairan ketuban: kehijauan, tidak kental dan tidak berbau a. Apa indikasi resusitasi tahap pertama? Resusitasi bayi dengan menggunakan kantung dan masker /jika bayi:  1.

sama sekali tidak bernapas, walaupun distimulasi; ATAU 

2.

bernapas terengah-engah; ATAU 

3.

frekuensi pernapasannya kurang dari 20 kali per menit. 

Masalah: 1.

Frekuensi pernapasan bayi lebih dari 60 kali per menit. 

2. Frekuensi pernapasan bayi kurang dari 30 kali per menit.  3.

Bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru). 

4. Bayi mengalami tarikan dinding dada ke dalam (Gambar 1-3).  5.

Bayi mengalami grunting saat ekspirasi. 

6.

Bayi mengalami apnea (henti napas secara spontan selama lebih dari 20 detik). 

b. Bagaimana prosedur resusitasi tahap pertama pada bayi?

c. Bagaimana interpretasi APGAR score pada kasus?

xii

Interpretasi: APGAR score pada menit kelima setelah kelahiran ≤3, maka dapat disimpulkan bayi mengalami asfiksia. e. Apa makna klinis cairan ketuban kehijauan, tidak kental, dan tidak berbau? Cairan ketuban kehijauan, tidak kental, dan tidak berbau menandakan bahwa terdapat meconium pada cairan ketuban dan tidak terjadi infeksi. 4. Pemeriksaan fisik:

-

BBL: 1100 gram,

-

panjang badan: 40 cm

-

lingkar kepala: 31 cm

-

setengah jam setelah resusitasi, bayi mulai kesulitan untuk bernapas

-

retraksi epigastrik sedang

-

suara napas berkurang

-

grunting yang dapat di dengar tanpa stethoscope

-

RR: 70 kali/menit

-

sianosis tampak setelah pemberian oksigen

-

HR 168 kali/ menit

-

saturasi Oksigen: 85% dengan nasal oxygen.

-

temperatur:36o C.

-

kulit tipis dan pucat

-

Terdapat lanugo dan plantar creases 1/3

-

Tidak terdapat anal dimple tetapi terdapat lubang pada perineum di bawah scrotum.

a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?

xiii

Indikator BBL

Rujukan

Bayi laki2 Ny.Ayu

Interpretasi

1100 gram

PB

2500-3500 gram 48-52 cm

40 cm

BBLSR/VLB W abnormal

Lingkar Kepala

 33-35 cm

31 cm

 mikrocephali

Retraksi epigastrik

 -

Moderate/sedang

 Abnormal

suara napas

 normal

Berkurang

 Abnormal

Grunting

 -

Dapat didengar tanpa stetoscope

 Abnormal

Rr

 4060x/menit  -

70x/menit

 Meningkat

Sianosis Hr saturasi oksigen

 120160x/menit  88-92%

temperatur Kulit Lanugo

Plantar creases Genital examination testis

Tampak setelah oksigen 168x/menit

pemberian  Abnormal  Meningkat

85% dengan nasal oxygen

 Menurun

 36,5-370C

360C

 Hipothermia

normal, tidak pucat  Bayi preterm: ada Bayi aterm/term: tidak ada  

Tipis dan pucat

 Abnormal

Ada

 normal

1/3

 abnormal (?)

Sedikit rugae

Pemeriksaan rektal

Ada di skrotum Ada dubur, ada perineum

Tidak ada di skrotum

Abnormal

Tidak ada lesung/cekungan Atresia Ani dubur, tapi ada lubang di perineum dibawah skrotum

b. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan fisik?

suara

napas

menurun

Defisiensi surfaktan  atelectasis  perfusi alveoli tanpa ventilasi  pirau pulmonal dan hipoksia  paru sulit mengembang dan compliance paru menurun  isi napas berkurang  suara napas menurun saturasi oksigen menurun Defisiensi surfaktan  atelectasis  perfusi alveoli tanpa ventilasi  pirau pulmonal dan hipoksia  saturasi oksigen menurun

xiv

RR Meningkat, HR meningkat Defisiensi surfaktan  atelectasis  perfusi alveoli tanpa ventilasi  pirau pulmonal dan hipoksia  paru sulit mengembang dan compliance paru menurun  kompensasi : 1. paru: meningkatkan frekuensi napas agar kebutuhan oksigen normal tercapai saat kondisi hipoksia, 2. karena hipoksia, maka jantung juga meningkatkan frekuensi denyut nadi untuk memastikan darah yang membawa oksigen tetap terpenuhi ke masing2 sel. Grunting Terjadi akibat penutupan glottis saat ekspirasi, sebagai efek untuk mempertahankan volume paru (mengurangi atelectasis) dan pertukaran gas selama ekshalasi. Gasping Paru-paru yang belum matang menyebabkan proses bernapas yang tidak efisien. Retraksi epigastrik Defisiensi surfaktan  atelectasis  perfusi alveoli tanpa ventilasi  pirau pulmonal dan hipoksia  paru sulit mengembang dan compliance paru menurun  kompensasi dinding dada bayi premature yang sangat elastis: mengatasi penurunan compliance dengan meningkatkan tekanan inspirasi  menimbulkan retraksi dinding dada/retraksi epigastrik Lanugo Pada bayi premature terdapat lanugo yaitu rambut halus dan immature yang menutupi kepala, alis dan juga wajah. Normalnya lanugo akan menghilang pada bayi term dan akan digantikan rambut velus. Kulit tipis Kulit pada bayi premature adalah tipis, halus dan cenderung merah gelap. Pada bayi premature yang ekstrim, kulit tampak bergelatin dan translucen. Undescended testis Pada usia 28 minggu testis akan mulai turun dari abdomen. Setelah 37 minggu, testis akan berada setinggi skrotum dan akan turun secara komplit pada usia 40 minggu yang ditutupi oleh rugae. Pada kasus , bayi lahir saat usia 34 minggu yang menyebabkan testis belum turun dan hanya terdapat sedikit rugae.

xv

c. Bagaimana tatalaksana yang tepat untuk bayi pada kasus? Stabilisasi temperature (metode kangguru/ skin-to-skin) masukkan ke dalam incubator dan pasang NGT, CPAP, dan IV line Beri oksigen goal: saturasi 8590%, apabila tidak mencapai goal CPAP melalui nasal pasang NGT beri antibiotic RDS CPAP belum mencapai saturasi 85%  ventilasi dan surfaktan RDS CPAP mencapai saturasi 85%  I jam setelah beri surfaktan Pemeriksaan tambahan radiologi Rawat NICU hingga pernapasan stabil dan komplikasi tertangani (Juno) Tatalaksana RDS:

1. Diberi O2 melalui head box, nasal CPAP atau ventilator mekanik 2. Bayi < 2.000 dirawat di NICU 3. Antibiotik (ampi-genta)  diberi hingga tidak terbukti infeksi a. Ampicillin: 25-50 mg/kg/kali dosis, IV b. Gentamisin: 7,5 mg/kg/hari (2,5 mg/kg/kali) IV 4. Tatalaksana etiologi: a. TTN: O2 secukupnya, restriksi cairan, beri makan b. HMD: jaga suhu, cairan parenteral, cegah terpapar O2 berlebihan, Antibiotik, pemantauan, Continuous Positive Airway Pressure (CPAP), surfaktan terapi c. MAS: bersihkan jalan napas, Continuous Positive Airway Pressure (CPAP), Antibiotik, amnioinfusion BBLR BBLR atau premature adalah indikasi untuk rawat di RS (berat lahir <1500 gram, usia gestasi <35 weeks, bayi dengan komplikasi) Namun hal lain yang perlu dipertimbangkan untuk bayi dengan usia kurang bulan adalah : 1. Resusitasi neonates (pada aspiksia) 2. Kontrol suhu tubuh, monitoring HR dan RR Atur dan control suhu neonates pada temperature 36,5⁰C – 37,5 ⁰C, dengan cara: - Dipakaikan tudung kepala dan baju - Letakkan didalam incubator dengan suhu yang disesuaikan agar tidak hipotermi

xvi

Perawatan metode Kangoroo mother care dengan cara skin-to-skin dengan ibu 3. Terapi oksigen Oksigen harus diberikan melalui tudung kepala, kanula hidung, tekanan jalan napas positif terus menerus apparatus (CPAP- continuous positive airway pressure), atau tabung endotrakeal untuk mempertahankan stabilitas dan keamanan konsentrasi oksigen. 4. Perhatian khusus untuk kebutuhan cairan dan nutrisi

-

Cairan parenteral: a. Bayi sakit & bayi < 1.500 g perlu diberikan cairan parenteral b. Jenis cairan: -

BB ≥ 2000 gram : dextrose 10% 500 cc + Ca glukonas 10%  Ca glukonas hanya diberikan 2 hari dengan kebutuhan 5 cc/kgBB/hari (untuk menggerakan tonus)

-

BB ≤ 2000 gram: dextrose 7% 500 cc + Ca glukonas 10% Bayi preterm dengan komplikasi: - Hari 1: 80 ml/kg - Hari 2: 100 ml/kg - Hari 3: 120 ml/kg - Hari 4: 130 ml/kg - Hari 5: 135 ml/kg - Hari 6: 140 ml/kg - Hari 7: 150 ml/kg - Hari 8: 160 ml/kg - Hari 9: 165 ml/kg - Hari 10: 170 ml/kg - Hari 11: 175 ml/kg - Hari 12: 180 ml/kg - Hari 13: 190 ml/kg - Hari 14: 200 ml/kg Makanan: a. Usia < 34 minggu pasang OGT/NGT b. Bayi prematur diberi ASI tiap 3 jam dengan dosis yang sama dengan pemberian cairan per harinya

xvii

c. Aspirat lambung dicek sebelum makan selanjutnya, kalau berwarna kehitaman (perdarahan gastrointestinal) maka puasakan bayi dan hanya beri cairan lewat IV d. Bayi preterm diberi ASI e. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian langsung ASI secara bertahap 1x/hari dilanjutkan 2-3x/hari dan seterusnya sampai dipulangkan 5. Elektrolit a. Bayi preterm yang mendapat cairan parenteral juga perlu mendapat elektrolit setelah keluar urin b. Kebutuhan: Na 2,5-3,0 mmol/kg/hari; K 2,0-2,5 mmol/kg/hari; Ca 45 mg/kg/hari 6. Vitamin a. Vit K 0,5-1 mg IM saat lahir. Vit K1 phytomenadione berisi 2 mg/1 ml, gunakan spuit 1 cc, jarum 26 G (semprit tuberkulin) b. Diberi ASI atau susu formula terfortifikasi dengan tambahan vitamin C (hari ke 3) & vitamin D 7. Cek gula darah untuk tanda-tanda hipoglikemi 8. Cek analisa gas darah, CBC, dan kultur darah 9. Cek echocardiography Setelah stabil, rujuk ke dokter bedah untuk tatalaksana atresia ani untuk ditangani lebih lanjut. undescendance testis: evaluasi selama 3 bulan, apabila testis tidak kunjung turun maka rujuk ke dokter bedah.

xviii

IV.

KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN Tabel 6. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan.

No. 1.

Learning

What I Know

Issues Respiratory

a) Definisi

Distress

b) Manifestasi

Syndrome

klinis

What I Don’t

What I Have

How I

Know a) Patofisio-

to Prove a) Hubungan

Learn

logi

b) Hubungan

b) Tatalaksana

(Hyaline

c) Edukasi

Membrane Disease dan Meconium Aspiration 2.

Syndrome) BBLR

a) Definisi

a) Patofisio-

b) Manifestasi

a) Hubungan-

logi

nya terkait

b) Tatalaksana 3.

Asfiksia

a) Komponen

perinatal

c) Edukasi a) Prosedur

kasus a) Hubungan

pemeriksaan

pemeriksa-

temuan

obstetri

an obstetri

hasil

b) Interpretasi

b) Mekanisme

pemeriksaan

dari

obstetri

abnormal

pemeriksa-

hasil

an dengan kasus

4.

Kelainan

c)

c)

b)

5.

Kongenital Pemeriksaan

a) Interpretasi

a) Interpretasi

a) Hubungan

fisik bayi

b) Komponen

pemeriksa-

temuan

an USG

pemeriksa-

b) Mekanisme

an dengan

pemeriksaan yang diperlukan selanjutnya

xix

abnormal

kasus

Text Book dan Jurnal

V.

VI.

Sintesis

Kerangka Konsep

xx

VII.

Kesimpulan Bayi, laki-laki KMK (Kecil Masa Kehamilan), BBLSR mengalami asfiksia dan RDS (Hyaline Membrane Disease) disertai atresia ani dengan fistula.

xxi

DAFTAR PUSTAKA

xxii

Related Documents


More Documents from "Lusy Septia"