Analisis Mitigasi Risiko Bisnis Konstruksi Pt Wijaya Karya (persero) Tbk

  • Uploaded by: Shafira Meidina
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Analisis Mitigasi Risiko Bisnis Konstruksi Pt Wijaya Karya (persero) Tbk as PDF for free.

More details

  • Words: 5,685
  • Pages: 30
Loading documents preview...
ANALISIS MITIGASI RISIKO BISNIS KONSTRUKSI PT WIJAYA KARYA (Persero) Tbk

Disusun Oleh: Kelompok 4 Ammy Khoirunnisaa

K14160007

Salma Mutmainah

K14160028

Armaudiah Putri

K14160032

Chika Hapsari

K14160060

Shafira Meidina

K14160094

Dosen: Prof. Dr. Noer Azam Achsani Dr. Heti Mulyati Lokita Rizky Megawati, S.Pd, MM Muchamad Bachtiar, S.TP, MM Linda Karlina Sari, S.Stat, M.Si

Program Studi Sarjana Bisnis Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor 2019

ANALISIS MITIGASI RISIKO BISNIS KONSTRUKSI PT WIJAYA KARYA (Persero) Tbk Ammy Khoirunnisaa, Salma Mutmainah, Armaudiah Putri, Chika Hapsari, Shafira Meidina Sekolah Bisnis – Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK Manajemen risiko adalah suatu budaya, dimana proses-proses dan struktur diarahkan untuk mengelola manajemen yang tepat guna terhadap peluang yang potensial dan dampak yang merugikan. Manajemen Risiko menjadi semakin penting keberadaannya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh perusahaan demi memastikan roda bisnis perusahaan terus berputar. PT Wijaya Karya (WIKA) menyadari bahwa risiko telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap proses bisnisnya. Oleh sebab itu, PT Wijaya Karya (WIKA) telah menerapkan dan aktif melakukan pengelolaan manajemen risiko sejak tahun 2009, bahkan telah melakukan migrasi framework dari COSO menjadi ISO 31000:2009 sejak tahun 2013 dan telah resmi diimplementasikan pada tahun 2014. Saat ini penulis berusaha menganalisis risiko apa saja yang mungkin terjadi pada bisnis di bidang konstruksi, yaitu fokus pada analisis PT Wijaya Karya (WIKA). Key Word : Manajemen risiko, PT Wijaya Karya (WIKA), ISO 31000

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan proyek konstruksi di Indonesia masih sangat berkembang pesat, mulai dari jalan, jembatan, gedung, rumah dan lain-lain. Pembangunan tersebut mengalami perubahan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Perbandingan ini dapat dilihat dari bentuk bangunan yang beragam dan struktur bangunan yang terus diperbarui hingga kenyamanan dalam penggunaannya.

`

~

Proyek konstruksi merupakan suatu bidang yang dinamis dan mengandung risiko. Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas dan batasan biaya dari proyek. Risiko dapat diartikan sebagai suatu akibat yang mungkin terjadi secara tak terduga. Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian terkait jalannya kegiatan tersebut. Di Indonesia, terdapat beberapa perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi bangunan, salah satunya yaitu PT Wijaya Karya (Perseroan) Tbk (WIKA). Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk membahas lebih lanjut hal-hal terkait mitigasi atau manajemen risiko perusahaan konstruksi PT WIKA pada makalah yang berjudul Analisis Mitigasi Risiko Bisnis Konstruksi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana konteks bisnis PT Wijaya Karya (Persero) Tbk? 2. Bagaimana proses manajemen risiko PT Wijaya Karya (Persero) Tbk? 3. Bagaimana perlakuan risiko yang diterapkan oleh manajemen PT Wijaya Karya (Persero) Tbk? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui risiko yang ada pada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. 2. Untuk menganalisis konteks bisnis pada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. 3. Untuk menganalisis proses manajemen risiko bisnis PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. 4. Untuk mengetahui perlakuan risiko yang diterapkan oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi a. Risiko Risiko adalah sesuatu yang mengarah pada ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa selama selang waktu tertentu yang mana peristiwa tersebut menyebabkan suatu kerugian baik itu kerugian kecil yang tidak begitu berarti maupun kerugian besar yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari suatu perusahaan. Risiko pada umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti kehilangan, bahaya, dan konsekuensi lainnya. Kerugian tersebut merupakan bentuk ketidakpastian yang seharusnya dipahami dan dikelolah secara efektif oleh organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai tambah dan mendukung pencapaian tujuan organisasi Menurut Darmawi (2006), risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Hal ini didukung pendapat Djojosoedarso (1999), bahwa risiko mempunyai karakteristik: merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa, dan merupakan ketidakpastian yang bila terjadi akan menimbulkan kerugian. Berdasarkan definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa risiko adalah suatu pontensi kejadian yang dapat merugikan yang disebabkan karena adanya ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa, dimana ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko yang bersumber dari berbagai aktivitas b. Manajemen Risiko Rantai Pasok Manajemen risiko rantai pasok berfokus pada bagaimana memahami dan mengelola risiko kerugian besar atau kecil yang dapat terjadi di satu titik dari jaringan pasokan. Dalam manajemen risiko rantai pasok, penting untuk dipastikan bahwa ketika gangguan terjadi, perusahaan memiliki kemampuan untuk kembali ke aktivitas normal dan melanjutkan bisnis. Christopher dan Peck (2004) dalam Karningsih et al. (2007) menyebut kondisi tersebut sebagai ketahanan dari rantai pasok. Fase dasar dalam mengelola risiko rantai pasok, yaitu dengan melakukan identifikasi risiko (mengidentifikasi apa yang dapat terjadi, di mana, kapan, dan bagaimana), analisis risiko (menghitung atau mengukur dampak risiko), evaluasi risiko (menempatkan prioritas pada risiko yang diidentifikasi) dan perlakuan risiko

(mengembangkan dan menerapkan strategi mitigasi risiko untuk mengendalikan risiko) (Karningsih et al. 2007). Supply Chain Risk Management, yaitu kolaborasi dengan partners dalam supply chain untuk menerapkan proses manajemen risiko untuk menangani munculnya risiko dan ketidakpastian yang disebabkan oleh aktivitas logistik atau sumber daya dalam supply chain (Brindley, 2004).

Menurut Waters (2007), Supply Chain Risk Management

merupakan proses secara sistematis untuk identifikasi, analisa, dan berurusan dengan risiko pada supply chain. Risiko yang terjadi pada Supply Chain Management dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Internal risk yang muncul dari dalam organisasi perusahaan, antara lain:  Risiko yang melekat pada proses operasi seperti kecelakaan, keandalan dari suatu alat  Risiko yang langsung muncul dari keputusan pihak manajamen, seperti pemilihan ukuran batch, safety stock levels, permalasahan keuangan perusahaan dan jadwal pemgirimian 2. Supply chain risk yang muncul dari luar organisasi tetapi masih dalam supply chain. Hal ini terjadi dari interaksi antara anggota dari dalam supply chain. Terutama pada hal:  Risiko yang berasal dari supplier, antara lain realibilty, ketersediaan material, lead times, permasalahan pada pengiriman, industrial action, dan lain-lain.  Risiko yang berasal dari konsumen, antara lain variable demand, payments, permasalahan pada proses permintaan, dan customized requirements. 3. External risk yang berasal dari eksternal pada supply chain dan yang timbul dari interaksi dengan lingkungan. c. Konsep Risiko dan Manajemen Risiko Hanafi (2009) menyatakan bahwa kondisi dunia bisnis selalu penuh dengan ketidakpastian. Risiko datang tanpa terduga dan sulit untuk dihindari. Sejalan dengan hal tersebut, maka perusahaan perlu berinisiatif untuk mengelola risiko yang diperkirakan dapat muncul dengan sebaik mungkin. Risiko dapat terjadi kapan saja dalam berbagai bentuk. Jika perusahaan tidak mampu mengelola risiko tersebut dengan baik maka perusahaan terancam menerima kerugian. Darmawi (1990), Djojosoedarso (2003), Hanafi (2009), dan Siahaan (2009) menyatakan bahwa risiko merupakan suatu ketidakpastian yang muncul dalam aktivitas suatu organisasi yang dapat menghambat pencapaian tujuan

organisasi, bahkan dapat mengakibatkan kehancuran organisasi meskipun dilain pihak risiko juga memberikan keuntungan. Hanafi (2009) dan Siahaan (2009) menyatakan bahwa risiko terdiri dari dua jenis yaitu risiko murni dan spekulatif. Risiko murni merupakan suatu ketidakpastian yang pasti menimbulkan kerugian dan tidak memiliki kemungkinan mendapatkan keuntungan, misalnya risiko bencana alam. Sedangkan risiko spekulatif merupakan suatu ketidakpastian yang memiliki dua kemungkinan antara untung atau rugi, misalnya risiko bisnis. Siahaan (2009) menyatakan bahwa jika terjadinya gangguan yang signifikan terhadap pencapaian tujuan suatu organisasi, maka organisasi tersebut dapat mengalami kerugian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko dapat mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut. Karena itu, risiko penting untuk dikelola. Manajemen risiko diartikan sebagai kemampuan seorang manajer untuk menata kemungkinan variabilitas pendapatan dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambil dalam menggarap situasi yang tidak pasti. Konsep dasar manajemen risiko menurut Djohanoputro (2008) yang dapat dipahami oleh pihak manajemen perusahaan adalah manajemen risiko hanya sebuah pendekatan, tetapi manajemen risiko merupakan strategi fleksibel yang dapat diterapkan untuk berbagai skala industri. 1. Sistem manajemen risiko haruslah sistematis dan diikuti secara konsisten tetapi tidak kaku dan fleksibel. 2. Manajemen risiko bukan merupakan alat yang secara ajaib akan meningkatkan penerimaan sekaligus mengurangi risiko. 3. Lingkungan usaha saat ini telah menyebabkan kompleksitas manajemen risiko menjadi sangat tinggi dan merupakan proses yang sulit. 4. Kecenderungan meningkatnya persaingan, konsumen yang semakin menuntut dan perkembangan baru dalam teknologi semakin mempersulit pengelolaan risiko. Program manajemen risiko akan lebih efektif jika menjalankan empat langka di dalam proses manajemen risiko: 1. Mengenal pasti potensi kerugian. 2. Mengevaluasi potensi kerugian. 3. Memilih teknik cepat, atau mengkombinasikan beberapa teknik menangani ancaman kerugian. 4. Menerapkan program penanganan kerugian yag mengancam.

2.2 Tahapan ISO 31000:2009 PT Wijaya Karya (WIKA) telah menerapkan dan aktif melakukan pengelolaan manajemen risiko sejak tahun 2009, bahkan telah melakukan migrasi framework dari COSO menjadi ISO 31000:2009 sejak tahun 2013 dan telah resmi diimplementasikan pada tahun 2014. Adapun proses manajemen risiko yang dilakukan PT WIKA mengacu pada proses manajemen risiko secara umum, yaitu:

Gambar 1. Proses Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000:2009

Proses manajemen risiko merupakan kegiatan kritikal dalam manajemen risiko, karena merupakan penerapan daripada prinsip dan kerangka kerja yang telah dibangun.

Proses manajemen risiko terdiri dari tiga proses besar, yaitu: 1. Penetapan konteks (establishing the context) Penetapan konteks bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan sasaran organisasi, lingkungan dimana sasaran hendak dicapai, stakeholders yang berkepentingan, dan keberagaman kriteria risiko, dimana hal-hal ini akan membantu mengungkapkan dan menilai sifat dan kompleksitas dari risiko. Terdapat empat konteks yang perlu ditentukan dalam penetapan konteks, yaitu konteks internal, konteks eksternal, konteks manajemen risiko, dan kriteria risiko. 2. Penilaian risiko (risk assessment) Penilaian risiko terdiri dari: a. Identifikasi risiko: mengidentifikasi risiko apa saja yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi. b. Analisis risiko: menganalisis kemungkinan dan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi. c. Evaluasi risiko: membandingkan hasil analisis risiko dengan kriteria risiko untuk menentukan bagaimana penanganan risiko yang akan diterapkan. 3. Penanganan risiko (risk treatment) Dalam menghadapi risiko terdapat empat penanganan yang dapat dilakukan oleh organisasi, yaitu: a. Menghindari risiko (risk avoidance) b. Mitigasi risiko (risk reduction), dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan atau dampak c. Transfer risiko kepada pihak ketiga (risk sharing) d. Menerima risiko (risk acceptance)

Ketiga proses besar tersebut didampingi oleh dua proses yaitu: 1. Komunikasi dan konsultasi Komunikasi dan konsultasi merupakan hal yang penting mengingat prinsip manajemen risiko yang kesembilan menuntut manajemen risiko yang transparan dan inklusif, dimana manajemen risiko harus dilakukan oleh seluruh bagian organisasi dan memperhitungkan kepentingan dari seluruh stakeholders organisasi. Adanya komunikasi dan konsultasi diharapkan dapat menciptakan dukungan yang memadai pada kegiatan manajemen risiko dan membuat kegiatan manajemen risiko menjadi tepat sasaran.

2. Monitoring dan review Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa implementasi manajemen risiko telah berjalan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan. Hasil monitoring dan review juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan terhadap proses manajemen risiko.

BAB III METODE 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam melakukan penelitian, tentunya penulis dituntut untuk menggunakan data yang valid serta penyusunan yang sistematis. Studi literatur dilakukan pada buku-buku, jurnal, laporan tahunan perusahaan, dan penelitan terdahulu yang berkaitan dengan mitigasi risiko perusahaan konstruksi. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang bersumber dari refensi-referensi yang ada. 3.2 Analisis Data Metode yang digunakan penulis dalam menganalisis data yaitu metode analisis kuantitatif dan kualitatif. Pada metode analisis data kuantitatif, penulis melakukan analisis deskriptif, dimana penulis mendeskripsikan hasil data yang terkumpul dari jurnal dan sumber data sekunder lainnya. Pada metode analisis data kualitatif, penulis mengacu pada data literatur untuk pengolahan data dalam membuat matriks perlakuan risiko.

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Profil WIKA PT. Wijaya Karya (WIKA) adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan pada tahun 1960. Pada saat itu, PT WIKA berperan sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang installasir listrik dan pipa air. Perubahan siginifikan pertama terjadi pada tahun 1972, dimana semula nama perusahaan tersebut adalah Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja yang sekarang berubah menjadi PT. Wijaya Karya. Saat ini, PT. Wijaya Karya berkembang menjadi sebuah kontraktor konstruksi yang menangani berbagai proyek penting, seperti pemasangan jaringan listrik di Asahan dan proyek irigasi jatiluhur dan turut serta dalam pembangunan Gelanggang Olah Raga Bung Karno. Dengan semakin berkembangnya teknologi dan pembangunan di Indonesia, menyadarkan masyarakat akan semakin kebutuhannya kepada jasa yang ditawarkan PT. Wijaya Karya Maka dari itu PT. Wijaya Karya memiliki beberapa entitas anak perusahaan, seperti PT. WIKA Beton Tbk, PT. WIKA Industri Konstruksi PT Sarana Karya, PT. WIKA Gedung, PT. WIKA Realty, dan PT. WIKA Rekayasa Konstruksi.

4.2 Penyusunan Konteks 4.2.1 Internal a. Visi Misi WIKA WIKA memiliki lini bisnis yang terdiversifikasi, dengan tetap fokus pada bisnis yang berkaitan dengan bisnis inti WIKA melalui strategi integrasi vertikal (Forward & Backward Integration), sehingga dapat memberikan total solution dalam bisnis. Visi WIKA adalah menjadi salah satu perusahaan terbaik di Bidang EPC (Engineering, Procurement & Construction) dan Investasi Terintegrasi di asia Tenggara. Misi yang diterapkan WIKA antara lain: -

Menyediakan produk dan jasa yang unggul dan terpadu di bidang EPC dan investasi untuk infrastruktur, gedung bertingkat, energi, industrial plant, industri dan properti.

-

Memenuhi harapan pemangku kepentingan utama.

-

Mengimplementasikan etika bisnis untuk mendukung tata kelola perusahaan yang berkesinambungan.

-

Ekspansi strategis ke luar negeri.

-

Mengimplementasikan ‘best practice’ dalam sistem manajemen terpadu.

b. Nilai inti WIKA WIKA menetapkan nilai-nilai inti perseroan yang dikenal dengan nama CIBERTI (Commitment, Innovation, Balance, Excellence, Relationship, Teamwork, Integrity). Dalam pengelolaan human capital

WIKA, nilai-nilai perusahaan

mempunyai arti penting dalam pencapaian Visi dan Misi Perseroan. Nilai CIBERTI WIKA harus dipahami dengan baik dan menjadi pedoman bagi seluruh insan WIKA. Penjelasan terkait nilai inti tersebut antara lain: - Commitment: Berbuat sesuai kesepakatan dan janji. - Innovation: Selalu mencari sesuatu yang lebih baik. - Balance: Menjaga keseimbangan semua aspek. - Excellence: Memberikan hasil yang lebih baik. - Relationship: Hubungan kemitraan yang baik untuk para pihak. - Teamwork: Sinergi, kerjasama intra dan lintas unit kerja. - Integrity: Keutuhan dan ketulusan yang meliputi fairness, accountability, integrity, transparency dan honesty. c. Strategi Pemasaran WIKA Strategi pemasaran yang digunakan oleh WIKA adalah strategi pemasaran “Pasar Selektif”, merujuk pada pasar yang terpilih. Saat ini, pasar WIKA terdiri dari pasar domestik dan luar negeri. Strategi WIKA untuk pasar domestik adalah dengan memilih proyek yang pendanaannya berasal dari APBN, APBD, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta yang memiliki track record pendanaan yang baik selama ini. Untuk pasar luar negeri, WIKA memfokuskan diri pada pasar yang sudah dikuasai. d. Strategi Keuangan WIKA Strategi keuangan yang digunakan oleh WIKA adalah strategi keuangan “Sentralisasi dan Pembiayaan Mandiri”, dimana strategi tersebut berfokus pada optimalisasi tingkat likuiditas. Hal ini dapat dicapai melalui strategi keuangan terpusat dan kebijakan pembiayaan proyek secara mandiri. Kedua kebijakan tersebut diharapkan mampu menjaga tingkat likuiditas perusahaan. e.

Strategi Operasional Strategi Operasional yang diterapkan WIKA yaitu “QSHE, Sentralisasi Pengadaan, Program Efisiensi dan Mitigasi Risiko”. Strategi Operasional didasarkan kepada tiga hal keunggulan, yaitu:

-

Quality, Safety, Health & Environment

-

Pengadaan Terpusat

-

Program Efisiensi

-

Mitigasi Risiko. Perseroan memperhatikan Quality, Safety, Health, & Environment dalam

beroperasi. Pengadaan terpusat merupakan salah satu cara substansial dalam mengurangi biaya, khususnya mendapatkan harga yang terbaik dan efisiensi pada biaya persediaan. Program efisiensi dilakukan dengan melakukan upaya-upaya perbaikan yang berkelanjutan di setiap proses bisnis, baik di harga pokok maupun di biaya operasional. Mitigasi risiko dilakukan sebagai bagian utuh dari pengelolaan risiko yang ditujukan untuk meniadakan atau meminimalkan tingkat risiko yang dapat diterima. f.

Strategi SDM Strategi pengembangan human capital berbasis kompetensi dan pengharkatan dimulai dari desain organisasi yang disesuaikan dengan arah perkembangan perusahaan dan mengembangkan kompetensi human capital untuk mendukung pertumbuhan Perseroan. Penerapan prinsip “more for more” dalam penerapan kebijakan pengharkatan.

g. Struktur Organisasi

Sumber : www.wika.co.id

h. Proses Bisnis

4.2.2 Eksternal a. Regulasi Pemerintah Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. b. Hukum Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya. c. Securities Announcements Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan atau penundaaan trading. d. Gejolak Politik

Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara. Berdasarkan nilai korelasi (-0.934759687) dari data nilai dollar selama 5 tahun yang memiliki arti negatif, artinya jika nilai dollar naik maka harga saham perusahaan akan turun, dan sebaliknya.

4.3 Proses Manajemen Risiko 4.3.1 Identifikasi Risiko Identifikasi risiko harus dilakukan dengan cara terus menerus dan tidak hanya sebagai sebuah kegiatan. Berbagai proses identifikasi harus tersedia dengan praktisi terampil untuk membantu. Staf yang terlibat dengan kegiatan tersebut harus memiliki pengetahuan yang terperinci dari aktivitas yang dinilai. Tugas ini harus bersifat partisipatif dan inklusif dari semua pihak terkait. Pemilik risiko harus diidentifikasi. Identifikasi Risiko harus diterapkan terhadap seluruh ruang lingkup manajemen risiko. Hal yang harus dilakukan terhadap setiap kegiatan, tujuan, strategi dan/atau rencana hasil kegiatan yaitu: a. Identifikasi risiko untuk mengenali peristiwa yang dapat terjadi b. Analisis besarnya akibat negatif yang ditimbulkannya bila peristiwa itu terjadi c. Besarnya probabilitas terjadinya peristiwa itu Identifikasi risiko dapat mencakup risiko-risiko yang berasal dari sumber internal atau eksternal. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber informasi dan teknik yang mencakup (bila sesuai), diantaranya: 1. Rekaman (Record) 2. Praktek dan pengalaman pihak lain di perusahaan sejenis atau yang relevan 3. Studi Literatur 4. Wawancara dengan pakar terkait 5. Pembuatan Modeling

Adapun risiko yang dihadapi oleh WIKA antara lain sebagai berikut : No

1.

Jenis Risiko

Risiko Keuangan

Nama Risiko

Risiko Kredit

Keterangan

Kode Risiko

Risiko Kredit pada PT WIKA salah satunya adalah risiko macet pembayaran. Konsumen PT WIKA sangat terkait dengan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) atau Apartemen (KPA).

K1

2.

Risiko Pendanaan

3.

Risiko Pajak

4.

Risiko Produksi Risiko Operasional

5.

Risiko Kualitas Produk dan Jasa

Sekitar 80% pembelian dilakukan melalui KPR atau KPA. Bila terjadi sesuatu pada kondisi makro ekonomi baik global maupun nasional yang berdampak pada tingginya tingkat suku bunga, penyaluran kredit akan terkena dampaknya. Risiko Pendanaan, adalah risiko ketika Perseroan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana untuk memenuhi komitmennya terkait instrumen keuangan. Risiko ini mungkin timbul akibat ketidakmampuan Perseroan untuk menjual aset keuangan secara cepat dengan harga yang mendekati nilai wajarnya. Selain itu, terdapat pula bunga pendanaan yang menjadi salah satu risiko keuangan dalam PT. WIKA. Setiap perusahaan pasti akan dikenakan pajak oleh pemerintah. Pajak tersebut dilihat dari proses perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan yang dilakukan oleh perusahaan. Pajak yang dikenakan kepada perusahaan sebesar 3% hingga 6%. Dalam keadaan untung maupun rugi, PT.WIKA harus tetap membayar pajak yang dikenakan. Risiko produksi PT WIKA terkait proses produksi, pengadaan material yang kadang menghadapi kelangkaan dan kenaikan harga. Risiko ini terjadi karena kenaikan harga bahan baku dan upah baik secara reguler, maupun karena kebijakan Pemerintah di bidang moneter. PT WIKA perlu mengembangkan produk serta menawarkan jasa konstruksi yang unggul agar mampu bersaing di pasar.

K2

K3

O1

O2

6.

Risiko Sistem Manajemen dan Teknologi Informasi

7.

Risiko Ketersediaan Tenaga Kerja

8.

Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja

9.

Risiko Waktu

10.

Risiko Kompetisi Pasar Risiko Strategi

11.

Risiko Pengambilan Keputusan

PT WIKA perlu meninjau ulang dan terus memperbarui sistem manajemen dan teknologi informasi yang diterapkan. Pertumbuhan organisasi yang dinamis tidak berimbang dengan pemenuhan SDM yang kompeten akan berdampak pada terganggunya pencapaian sasaran PT WIKA. Setiap lingkungan kerja mengandung potensi bahaya yang tinggi sehingga diperlukan suatu upaya pencegahan dan pengendalian agar tidak terjadi kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena adanya risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Secara garis besar, penyebab kecelakaan kerja disebebkan oleh faktorfaktor, yaitu tindakan orang yang tidak mematuhi keselamatan kerja (unsafe action) dan keadaan-keadaan lingkungan atau proses dan sistem yang tidak aman (unsafe condition) Risiko waktu penyelesaian berkaitan erat dengan kegiatan operasional PT. WIKA. Semakin lama kegiatan operasional yang dilakukan, maka pajak yang dikenakan semakin besar. Jika ada pesaing baru dengan produk yang lebih menarik pasar, produk WIKA Realty akan kurang diminati calon konsumen, menimbulkan risiko tidak tercapainya realisasi target penjualan. Oleh karena itu, Perusahaan melaksanakan uji pasar pengembangan proyek baru, untuk mengenali sejak dini ketertarikan pasar maupun situasi persaingan secara umum. Setiap strategi memiliki risiko tersendiri. Hal ini memicu kegagalan PT WIKA dalam mengambil keputusan strategis.

O3

O4

O5

O6

S1

S2

12.

Risiko Kerja Sama Operasi

13.

Risiko Penjualan Produk dan Jasa

14.

Risiko Perizinan

Risiko Eksternal

13.

Risiko Legalitas Tanah

15.

Risiko Hukum

Risiko KSO terjadi ketika bermitra dengan pihak lain yang memiliki karakter, komitmen dan budaya yang mungkin saja berbeda dengan kondisi PT WIKA. Menimbang jangka waktu KSO yang cenderung panjang, perlu keselarasan hubungan untuk Menghindari kegagalan, sekaligus menjamin tercapainya tujuan bersama. PT WIKA perlu menentukan strategi pemasaran yang tepat serta memastikan kualitas, kuantitas, dan nilai produk yang sesuai agar seluruh produk dan jasa dapat diserap masyarakat Risiko Perizinan seperti IMB (Izin Mendirikan Bangunan), harus diurus dan diperoleh sesuai peruntukan wilayah untuk menghindari bangunan disegel. Peraturan Pemerintah terkait dengan pembangunan properti sudah ada, tetapi dalam hal waktu penyelesaian perizinan tidak ada standarnya. Hal ini berdampak pada pengendalian dari sisi waktu penyelesaian dan besarnya biaya. Risiko terkait legalitas tanah perolehan untuk membangun properti. Legalitas atau keabsahan bukti kepemilikan tanah merupakan hal utama, namun kenyataannya sering terjadi ketidakabsahan suratsurat atau tumpang tindih bukti kepemilikan yang mengakibatkan permasalahan dari pihak ketiga di kemudian hari. Risiko hukum adalah risiko yang timbul karena ketidakmampuan manajemen PT WIKA dalam mengelola munculnya permasalahan hukum yang dapat menimbulkan kerugian atau kebangkrutan bagi PT WIKA

S3

S4

E1

E2

E3

16.

Risiko Bencana

17.

Risiko Lingkungan

18.

Risiko Reputasi

Risiko bencana dapat terjadi sewaktu-waktu dan tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, Perusahaan perlu mempersiapkan upaya antisipasi bencana yang terintegrasi. Mulai dari risiko kerusakan, korban jiwa hingga kelalaian manusia Upaya PT WIKA sebagai bentuk pencegahan risiko lingkungan adalah dengan memenuhi persyaratan sertifikasi di bidang lingkungan, yang di dalamnya mengatur standar penanggulangan limbah, pengembangan properti berwawasan lingkungan, dan lain sebagainya Reputasi sebuah Perusahaan dapat tercemar karena kelalaian manajemen ataupun persaingan bisnis yang tidak sehat.

E4

E5

E6

4.3.2 Analisis Risiko Analisis risiko membantu dalam memahami risiko. Proses analisis risiko dapat menggunakan metode kualitatif maupun kuantitatif. Setelah Risiko diidentifikasi maka kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan adalah analisa risiko dengan menetapkan tingkat risiko. WIKA menetapkan 4 (empat) tingkatan risiko sebagai berikut (berurutan mulai dari yang tertinggi) : a. Risiko Ekstrim (E) b. Risiko Tinggi (T) c. Risiko Moderat (M) d. Risiko Rendah (R) Untuk memutuskan kedalam tingkat mana suatu risiko harus digolongkan maka lebih dulu harus ditentukan: a. Rating akibatnya (bila risiko itu terjadi) b. Rating probabilitas terjadinya Akibat yang ditimbulkan bila suatu risiko terjadi dibagi ke dalam 4 (empat) rating berikut (berurutan mulai dari yang tertinggi): a. Malapetaka b. Sangat Berat

c. Berat d. Ringan Probabilitas terjadinya suatu risiko yang dapat menimbulkan akibat yang diuraikan diatas dibagi kedalam 4 (empat) rating berikut (berurutan mulai dari yang tertinggi): a. Sangat Besar b. Besar c. Kecil d. Sangat Kecil Analisis Risiko harus dicatat didalam Risk Register. Setelah diketahui tingkat risiko (Ekstrim, Tinggi, Moderat, Rendah), maka kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan adalah menetapkan urutan prioritas menurut tingkat risiko. Analisis Risiko harus didasarkan pada Matriks Analisis Risiko sebagai berikut:

4.3.3 Evaluasi Risiko Terdapat mekanisme proses evaluasi manajemen risiko WIKA yang dituangkan dalam 3 tahapan urutan prioritas, yaitu: a. Prioritas 1: melakukan prioritas berdasarkan score risiko. Apabila terdapat nilai yang sama, maka akan diurutkan dengan melihat konsekuensi (akibat) dari risiko tersebut. b. Prioritas 2: melakukan prioritas berdasarkan otoritas risiko. Otoritas risiko disadarkan pada matriks analisa risiko. c. Prioritas 3: melakukan prioritas dengan melihat urgensi risiko dengan mempertimbangkan evaluasi berdasarkan nilai risiko, evaluasi berdasarkan otoritas risiko, serta schedule pekerjaan.

Dalam hal terdapat lebih dari satu risiko yang tingkatnya sama, maka prioritas tindak lanjut harus ditetapkan dengan mempertimbangkan perbedaan besarnya akibat yang tercantum

DAMPAK

didalam Risk Register. Hasil analisis risiko dari identifikasi risiko yang ada sebagai berikut :

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10

O5 E4

O4

E1 O3

E3 E2 S4 O2 K2

K3

K1

80

90

O1 O6 S3

20

30

40

50

60

PERLAKUAN RISIKO = Share = Accept = Control = Mitigate

Keterangan : K1 = Risiko Kredit K2 = Risiko Pendanaan K3 = Risiko Pajak O1 = Risiko Produksi O2 = Risiko Kualitas Produk dan Jasa O3 = Risiko Sistem Manajemen dan Teknologi Informasi O4 = Risiko Ketersediaan Tenaga Kerja O5 = Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja O6 = Risiko Waktu

E5 S2

S1 10

Keterangan : Biru Peach Magenta Merah

E6

70

100

S1 = Risiko Kompetisi Pasar S2 = Risiko Pengambilan Keputusan S3 = Risiko Kerjasama Operasi S4 = Risiko Penjualan Produk dan Jasa E1 = Risiko Perizinan E2 = Risiko Legalitas Tanah E3 = Risiko hukum E4 = Risiko Bencana E5 = Risiko Lingkungan E6 = Risiko Reputasi Setiap unit kerja setelah melakukan analisis dan evaluasi risiko harus mengusulkan tindaklanjut terhadap risiko kepada atasan atau unit kerja yang terkait. Rencana tindak lanjut (Mitigasi Risiko) dapat dilakukan dengan: a. Strategi Risk Treatment Proaktif -

Menghilangkan sumber risiko (removing)

-

Transfer risiko (transfering)

-

Menerima risiko (accepting)

-

Menyerahkan risiko ke otoritas yang lebih tinggi (escalating)

b. Strategi Risk Treatment Reaktif Didalam usulan tindak lanjut risiko (treatment option) harus tercakup hal-hal sebagai berikut: a. Sistem atau prosedur yang telah tersedia untuk mengendalikan risiko b. Penilaian terhadap efektivitas kontrol risiko terhadap prosedur untuk mengontrol sebuah risiko yang telah dianalisa c. Sebuah strategi untuk mengurangi tingkat risiko dengan menurunkan kemungkinan terjadinya risiko atau mengurangi dampak dari risiko yang bila benar-benar terjadi. d. Besar biaya yang akan digunakan selama proaktif action dalam rangka mengurangi atau menanggulangi dampak risiko yang telah terjadi. e. Rencana perlakuan untuk mempertahankan tingkat risiko (agar tidak berkembang menjadi lebih tinggi) bila risiko tidak dapat dimitigasi Analisa sisa risiko (residual risk) yang masih ada setelah melakukan Rencana Tindak Lanjut (RTL) sebuah risiko telah dilakukan untuk mengetahui risiko yang masih ada baik dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif. Tindak lanjut risiko harus dicatat didalam rencana

tindak lanjut risiko. Penanggung jawab rencana tindak lanjut dapat merupakan PIC di suatu unit kerja, atau cross function di unit kerja tersebut, atau PIC dan cross function unit kerja diatasnya. Daftar risiko dan daftar tindak lanjut risiko harus dikirimkan ke pengambil keputusan yang berwenang sebagaimana dijelaskan pada matriks tugas utama sistem manajemen risiko. Pengambilan keputusan yang terkait harus segera. Keputusan disampaikan kepada pengusul tindak lanjut. Penanggung jawab unit kerja harus melakukan review status implementasi manajemen risiko (mitigasi, tingkat dan biaya risiko) secara periodik setiap bulan. Laporan atas implementasi manajemen risiko yang berisi status progress rencana tindak lanjut dan perkembangan risiko harus dilaporkan oleh unit kerja menggunakan form secara berjenjang kepada atasan yang terkait melalui media manajemen risiko online dengan tembusan kepada Departemen Pengembangan Sistem dan SPI, berdasarkan ketentuan waktu sebagai berikut: a. Secara Berkala: Setiap bulan b. Secara Khusus: Sewaktu-waktu ditemukan gangguan yang signifikan terhadap suatu rencana tindak lanjut

Perlakuan risiko dari analisis risiko yang ada di PT WIKA antara lain sebagai berikut: No.

Jenis Risiko

1.

Nama Risiko

Kode Risiko

Risiko Kredit

K1

Risiko Pendanaan

K2

Risiko Produksi

O1

Risiko Keuangan 2.

3.

Risiko Operasional

Perlakuan Risiko Untuk mencegah risiko ini adalah pemberian subsidi bunga sebagai ganti potongan harga untuk memastikan konsumen senantiasa mendapatkan suku bunga yang terjangkau. Perusahaan mengelola risiko dengan memonitor perkiraan arus kas dan arus kas aktual serta menyesuaikan profil jatuh tempo dari aset dan kewajiban keuangan. Terdapat dua hal yang dapat dilakukan untuk menekan risiko ini: - membuat kontrak payung dengan pemasok- pemasok terutama untuk material strategis di bidang usaha konstruksi seperti besi, beton, dan lainlain.

4.

Risiko Kualitas Produk dan Jasa

O2

5.

Risiko Sistem Manajemen dan Teknologi Informasi

O3

6.

Risiko Ketersediaan Tenaga Kerja

O4

7.

Risiko Kesehatan

O5

- melakukan perencanaan dan pengelolaan kebutuhan akan material, khususnya bagi material yang pemesanannya membutuhkan jumlah besar. Bentuk pengendalian risiko ini adalah dengan memilih subkontraktor yang memiliki reputasi baik dan melaksanakan pengendalian mutu, biaya serta proses produksi, sebagaimana disyaratkan di dalam ISO. Untuk mengurangi risiko kualitas produk dan jasa, PT. WIKA harus menerapkan SOP kepada karyawannya agar dapat menghasilkan kualitas produk dan jasa yang sangat baik. Dapat kita ketahui, produk dan jasa yang berkualitas dihasilkan dari kinerja karyawan yang baik. Selain itu, PT. WIKA harus membeli bahan-bahan produksi untuk membangun proyek dari bahan yang berkualitas pula. Agar proyek yang dihasilkan berkualitas tinggi. Teknologi informasi dari tahun ke tahun dapat berubah dengan cepat sesuai dengan perkembangan zaman. Maka dari itu, PT. WIKA harus mampu menyeimbangkan kemampuan di bidang teknologi informasi. Sistem manajemen juga dapat berubah sesuai dengan apa yang dibutuhkan, untuk menguraangi risiko tersebut, komunikasi yang dijalin oleh karyawan PT. WIKA haruslah baik. Untuk mendapatkan SDM yang berkualitas, Perseroan perlu merekrut, atau menjalin kerjasama dengan lembaga rekrutmen. Perseroan juga dapat melakukan pelatihan untuk mempercepat peningkatan kompetensi Dapat kita ketahui, jika PT. WIKA bergerak di bidang konstruksi. Risiko

dan Keselamatan Kerja

8.

Risiko Kompetisi Pasar

S1

9.

Risiko Pengambilan Keputusan

S2

10.

Risiko Kerja Sama Operasi

S3

11.

Risiko Penjualan Produk dan Jasa

S4

Risiko Strategi

kesehatan dan keselamatan kerja untuk karyawan dan lingkungan sekitar sangatlah berpeluang untuk terjadi. Dengan contoh, pada saat pekerjaan berlangsung, karyawan ada yang terjatuh dari proyek atau pada saat pekerjaan berlangsung, alat-alat bangunan jatuh dan menimpa seseorang di lingkungan sekitar. Terjadinya risiko kesehatan dan keselamatan kerja dapat diminimalisir dengan cara membuat SOP Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk karyawan dan lingkunagn sekitar. Jika ada pesaing baru dengan produk yang lebih menarik pasar, produk WIKA Realty akan kurang diminati calon konsumen, menimbulkan risiko tidak tercapainya realisasi target penjualan. Oleh karena itu, Perusahaan melaksanakan uji pasar pengembangan proyek baru, untuk mengenali sejak dini ketertarikan pasar maupun situasi persaingan secara umum. Setiap strategi memiliki risiko tersendiri. Hal ini memicu kegagalan PT WIKA dalam mengambil keputusan strategis. Risiko KSO terjadi ketika bermitra dengan pihak lain yang memiliki karakter, komitmen dan budaya yang mungkin saja berbeda dengan kondisi PT WIKA. Menimbang jangka waktu KSO yang cenderung panjang, perlu keselarasan hubungan untuk Menghindari kegagalan, sekaligus menjamin tercapainya tujuan bersama. Untuk mengurangi risiko penjualan produk dan jasa, PT. WIKA harus dapat menciptakan produk dan jasa yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu, PT. WIKA harus menerapkan SOP kepada karyawannya agar dapat menghasilkan kualitas produk dan jasa yang sangat baik. Dapat kita ketahui, produk dan jasa yang berkualitas dihasilkan dari kinerja

12.

Risiko Perizinan

E1

13.

Risiko Legalitas Tanah

E2

14.

Risiko Hukum

E3

15.

Risiko Bencana

E4

16.

Risiko Lingkungan

E5

17.

Risiko Reputasi

E6

Risiko Eksternal

karyawan yang baik. Selain itu, PT. WIKA harus membeli bahan-bahan produksi untuk membangun proyek dari bahan yang berkualitas pula. Agar proyek yang dihasilkan berkualitas tinggi. Untuk mengatasi risiko ini, Perseroan dapat memanfaatkan pihak ketiga yang memiliki keahlian serta hubungan baik dengan pengambil keputusan. Untuk menghindari hal ini, Perseroan perlu melakukan verifikasi dan klarifikasi mengenai status ataupun riwayat kepemilikan tanah. PT WIKA senantiasa berupaya mematuhi peraturan perundangan yang berlaku baik peraturan Pemerintah, OJK maupun instansi terkait lainnya serta berhatihati dalam setiap pengambilan keputusan dengan memperhatikan kepentingan perusahaan dan pemangku kepentingan lainnya Perusahaan perlu mempersiapkan upaya antisipasi bencana yang terintegrasi. Mulai dari risiko kerusakan, korban jiwa hingga kelalaian manusia. Upaya antisipasi ini meliputi pemeliharaan fasilitas, pelatihan penanggulangan Upaya PT WIKA sebagai bentuk pencegahan risiko lingkungan adalah dengan memenuhi persyaratan sertifikasi di bidang lingkungan, yang di dalamnya mengatur standar penanggulangan limbah, pengembangan properti berwawasan lingkungan, dan lain sebagainya PT WIKA perlu membangun citra yang baik di mata masyarakat secara konsisten melalui kualitas produk yang unggul, penawaran jasa yang memuaskan serta sosialisasi yang terkonsep.

4.3.4 Monitoring And Review Masing-masing unit kerja yang bersangkutan (penyusun dan pemilik daftar risiko) secara berkala harus melakukan review daftar risiko yang disusunnya. Tujuan review adalah untuk memutakhirkan daftar risiko sesuai dengan perkembangan. Review dilakukan dengan melakukan identifikasi ulang dan analisis ulang atas risiko. Review berkala ini harus dilakukan di dalam rapat analisis risiko. Review di tingkat departemen dilakukan oleh Kepala Departemen. Review di tingkat direksi dilakukan oleh Departemen Pengembangan Sistem. Review berkala dilakukan secara periodik minimal setiap 3 (tiga) bulan. Review khusus dapat dilakukan apabila sewaktu-waktu terdapat perubahan kondisi yang signifikan yang dapat menyebabkan perubahan risiko, maka unit kerja harus melakukan review khusus (diluar review berkala). Proses pelaporan manajemen risiko dari tingkat proyek hingga ke tingkat korporat telah melalui sistem yang terintegrasi dengan pelaporan sistem manajemen dalam SIMHU (Sistem Informasi Manajemen Hasil Usaha).

4.3.5 Melakukan Audit SPI (satuan Pengawasan Internal) melakukan audit berbasis risiko untuk meyakini bahwa manajemen risiko telah diterapkan secara efektif diseluruh unit kerja WIKA, audit berbasis risiko adalah audit yang memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Rencana audit disusun dengan memprioritaskan kegiatan (obyek audit) yang memiliki risiko Sangat Besar, Besar dan Sedang. b. Program audit untuk setiap kegiatan disusun terfokus kepada risiko Sangat Besar, Besar dan Sedang. Risiko ditempatkan sebagai sasaran audit (hal yang ingin diyakini bahwa telah di manage dengan baik) SPI dapat hadir sebagai peninjau didalam rapat analisis risiko yang dilakukan oleh unit kerja. Management Representative memprogramkan kegiatan audit internal dengan berbasis risiko didalam bidang auditnya yaitu dengan menitik beratkan fokus audit pada risiko ekstrim dan tinggi.

4.3.6 Komunikasi Dan Konsultasi Departemen pengembangan sistem mengkomunikasikan (mengungkapkan) daftar risiko dan rencana tindak lanjut risiko secara berkala (setiap bulan) maupun sewaktu waktu terdapat perubahan yang signifikan. Konsultasi dilakukan untuk membantu unit-unit kerja terutama di dalam mengidentifikasi dan melakukan analisis risiko. Konsultasi pada tingkat

proyek dilakukan oleh Departemen terkait dan konsultasi tingkat Departemen dilakukan oleh GM Departemen Pengembangan Sistem beserta Manajer Biro Manajemen Risiko.

4.3.7 Dokumentasi Seluruh pelaksanaan kegiatan manajemen risiko harus didasarkan pada prosedur sistem manajemen risiko serta prosedur dab dokumen lain yang terkait. Pelaksanaan manajemen risiko harus didokumentasikan didalam rekaman tertulis. Rekaman dari proses manajemen risiko yang minimal adalah sebagai berikut: a. Daftar risiko yang merupakan rekapitulasi dari seluruh kertas kerja analisis dan akibat risiko. b. Kertas kerja analisis akibat dan probabilitas risiko. c. Daftar rencana tindak lanjut risiko (dan dokumen penunjangnya: kertas kerja rencana tindak-lanjut risiko). Rekaman dari proses manajemen risiko yang minimal adalah sebagai berikut: a. Daftar risiko yang merupakan rekapitulasi dari seluruh kertas kerja analisis dan akibat risiko. b. Kertas kerja analisis akibat dan probabilitas risiko. c. Daftar rencana tindak lanjut risiko (dan dokumen penunjangnya: kertas kerja rencana tindak-lanjut risiko). Seluruh rekaman harus disimpan minimal selama 3 (tiga) tahun (hard copy) sejak tidak digunakan lagi sebagai rujukan kerja (3 tahun sejak rekaman berubah status dari rekaman dinamis-aktif menjadi dinamis-pasif).

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis manajemen risiko pada PT WIKA mengenai penilaian dan perlakuan risiko, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu dari identifikasi risiko menggunakan data sekunder terdapat 17 kemungkinan risiko yang akan terjadi dalam perusahaan. Setelah melalui tahap evaluasi risiko, 2 risiko tergolong dalam perlakuan risiko yang dapat diterima/accept, 2 risiko lain tergolong dalam perlakuan yang harus di control, 9 risiko lainnya tergolong yang mendapatkan perlakuan risiko share (risiko harus dibagi dengan pihak lain), dan 6 risiko yang masuk ke dalam risiko tinggi harus diperlakukan dengan cara mitigasi/dikurangi risikonya.

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. 2019. Company Info. http://www.wika.co.id/ (Diakses pada 1 April 2019)

PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. 2016. 2016 Annual Report. http://investor.wika.co.id/misc/ar2016/flipbook/ (Diakses pada 2 April 2019)

PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. 2016. The Road to Greater Good. http://www.wikarealty.co.id/ck_uploads/uploads/files/WIKA%20REALTY%20AR% 202016%20lowres%20revisi.pdf . (Diakses pada 2 April 2019)

Certainty. 2016. Analisis Risiko Saham Perusahaan, Risiko Bisnis, dan Analisis Portfolio Bisnis Perusahaan. https://certaintyriskman.wordpress.com/2016/10/25/analisisrisiko-saham-perusahaan-risiko-bisnis-dan-analisis-portfolio-bisnis-perusahaan/ (Diakses pada 2 April 2019)

Related Documents


More Documents from "spmbstan"