Askep Pada Pasien Bronkhitis

  • Uploaded by: Mira Rianty
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Pada Pasien Bronkhitis as PDF for free.

More details

  • Words: 3,218
  • Pages: 22
Loading documents preview...
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN BRONCHITIS

OLEH : SGD 5 Ni Putu Aries Susanti (0802105002) Ni Luh Putu Shinta Devi (0802105010) Ni Putu Prima Wulandari (0802105016) Ni Wayan Budi Arthini (0802105023) I Putu Wira Pradana (0802105027) Ni Komang Ayu Ariati (0802105035) Si Ayu Dwipayani (0802105047) Komang Yogi Triana (0802105055) A.A Sg. Istri Kusumadewi (0802105064) Putu Agus Sugiartama (0802105066)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2009

A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Bronchitis 

Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Barbara, 1998).



Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara keparu-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.



Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh peradangan pada bronkus (saluran udara pada paru-paru). Secara klinis para ahli mengartikan bronkhitis sebagai suatu penyakit atau gangguan pernapasan dengan batuk merupakan gejala yang utama. Bronkhitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkhitis ikut memegang peran.

2. Epidemiologi / Insiden Kasus Di Amerika Serikat, menurut National Center for Health Statistics, kira-kira ada 14 juta orang menderita bronkitis. Lebih dari 12 juta orang menderita bronkitis akut pada tahun 1994, sama dengan 5% populasi Amerika Serikat. Di dunia bronkitis merupakan masalah dunia. Frekuensi bronkitis lebih banyak pada populasi dengan status ekonomi rendah dan pada kawasan industri. Bronkitis lebih banyak terdapat pada laki-laki dibanding wanita. Data epidemiologis di Indonesia sangat minim (Samer Qarah, 2007) Di Amerika Serikat, sekitar 10-25% penduduk menderita simple chronic bronchitis. Lebih banyak terdapat pada laki-laki diatas 40 tahun. Di Inggris bronkitis kronis terdapat pada 17% laki-laki dan 8% wanita, India 3% dan Nepal 12%. Emfisema paru di Amerika Serikat terdapat pada 65% laki-laki dan 15% wanita. Di Jepang 42%. Data-data epidemiologis di Indonesia sangat minim. Dari penelitian Edo, dkk di Kalimantan Tengah, insidensi bronkitis kronis adalah 6,1%. Nawas, dkk melakukan penelitian di Poliklinik Paru RS. Persahabatan, Jakarta dan mendapatkan PPOK sebanyak 26%, kedua terbanyak setelah tuberkulosis paru (65%). Penderita bronkitis kronis yang dirawat di Sub-Unit Pulmonologi, UPF/Laboratorium Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Unpad/RS Hasan Sadikin tahun 1978-1982 adalah 6,21% dari seluruh penyakit paru yang dirawat. Merupakan keenam terbanyak setelah penyakit tuberkulosis paru. 3. Penyebab/ Faktor predisposisi Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dari polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial. 

Rokok Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.



Infeksi Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.



Polusi Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.



Keturunan Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.



Faktor sosial ekonomi Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

4. Patofisiologi Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Hal ini menyebabkan iritasi saluran napas sehingga terjadi hipersekresi lendir dan inflamasi. Kemudian terjadi peningkatan jumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil-kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat. Penumpukan mukus menyebabkan bronkiolus menyempit dan tersumbat, sehingga terjadi disfungsi alveolus. Mekanisme pertahanan tubuh melemah akibat menurunnya fungsi makrofag.

Pathway: Polutan

Iritasi saluran nafas

Hipersekresi lendir & inflamsi

Sel goblet meningkat

Fungsi silia menurun

Batuk berdahak

Produksi mukus meningkat

Anoreksia

Bronkiolus menyempit dan tersumbat

Bersihan jalan nafas tidak efektif Perilaku tidak sesuai

Alveoli rusak

Difusi O2 tidak adekuat

Dispnea

Fungsi makrofag menurun

Daya tahan tubuh menurun Gangguan pertukaran gas Infeksi

Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kurang pengetahuan

5. Klasifikasi 1) Bronkitis Akut Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai. 2) Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981). Dengan memakai batasan ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam kelompok BKB tersebut. Dalam keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak maka untuk menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan setelah menyingkirkan semua penyebab lainnya dari BKB. Bronkitis kronik dapat dibagi 3, yaitu : 1. Bronkitis kronik biasa adalah batuk berdahak tanpa tersumbatnya pernafasan 2. Bronkitis asma kronik adalah otot bronkus kejang dan bunyi nyaring sewaktu bernafas. 3. Bronkitis kronik tersumbat : terjadi pada perokok kuat yang cenderung ke arah mempunyai parnafasan tersumbat yang kronik dan bersama emfisema. 6. Gejala Klinis •

Batuk, mulai dengan batuk-batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.



Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan kental.



Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan. Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk.



Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)



Bengek



Lelah.



Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan.



Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan.



Pipi tampak kemerahan.



Sakit kepala.



Gangguan penglihatan.



Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.



Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu.



Bisa terjadi pneumonia.

7. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik, kadang-kadang terdengar ronchi pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. Juga didapatkan tanda-tanda overinflasi paru seperti barrel chest, kifosis, pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara nafas dan suara jantung lemah, kadang-kadang disertai kontraksi otot-otot pernafasan tambahan. 8. Pemeriksaan diagnostik a. Pemeriksaan radiologis Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal. b. Pemeriksaan fungsi paru VEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik) : menurun. KRF (kapasitas residu fungsional) : sedikit naik atau normal (normal 2,2 liter). c. Analisa gas darah Pa O2 : rendah (normal 80 – 100 mmHg) Pa CO2 : tinggi (normal 35 – 45 mmHg).

Saturasi hemoglobin menurun. Eritropoesis bertambah. d. Tes fungsi paru: untuk menentukan penyebab dispnea, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi. e. Sinar X dada : dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi f. TLC : meningkat. g. Volume residu: meningkat. h. FEV1/FVC : rasio volume meningkat. i. Bronchogram: Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus mukosa. j. Sputum: kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen. k. EKG: disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF. 9. Therapy/tindakan penanganan  Tindakan suportif Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang:  Menghindari merokok  Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.  Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.  Nutrisi yang baik.  Hidrasi yang adekuat.  Terapi khusus (pengobatan).  Bronchodilator  Antimikroba  Kortikosteroid  Terapi pernafasan  Terapi aerosol  Terapi oksigen  Penyesuaian fisik

 Latihan relaksasi  Meditasi  Menahan nafas  Rehabilitasi  Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen.  Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.  Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paruparu.  Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.  Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian. Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis : •

Aktivitas/istirahat Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Ketidakmampuan untuk tidur. Dispnea pada saat istirahat. Tanda : Keletihan Gelisah, insomnia. Kelemahan umum/kehilangan massa otot.



Sirkulasi Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah. Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat. Distensi vena leher. Edema dependent Bunyi jantung redup. Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis Pucat, dapat menunjukkan anemi.



Integritas Ego Gejala : Peningkatan faktor resiko Perubahan pola hidup Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.



Makanan/cairan Gejala : Mual/muntah. Nafsu makan buruk/anoreksia Ketidakmampuan untuk makan Penurunan berat badan, peningkatan berat badan Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.

Penurunan berat badan, palpitasi abdomen •

Hygiene Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.



Pernafasan Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Episode batuk hilang timbul. Tanda : Pernafasan biasa cepat. Penggunaan otot bantu pernafasan Bentuk barrel chest, gerakan diafragma minimal. Bunyi nafas ronchi Perkusi hyperresonan pada area paru. Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.



Keamanan Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan. Adanya/berulangnya infeksi.



Seksualitas Gejala : Penurunan libido



Interaksi sosial Gejala : Hubungan ketergantungan Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat Penyakit lama/ketidakmampuan membaik. Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan Keterbatasan mobilitas fisik. Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.

2. Diagnosa keperawatan 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus ditandai dengan batuk berdahak, ronchi. 2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan (kerusakan ) membrane kapiler alveoli ditandai dengan dispnea, nilai AGD tak normal (Pa O2 <80mmHg). 3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea dan anoreksia ditandai dengan nafsu makan menurun dan penurunan berat badan. 4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumah ditandai dengan perilaku tidak efektif dan bertanyatanya tentang cara perawatan di rumah. 3. Perencanaan Keperawatan a. Menyusun prioritas 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus. 2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan (kerusakan) membrane kapiler alveoli. 3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea dan anoreksia. 4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumah. b. Intervensi No 1.

Diagnosa

Tujuan / Out

Intervensi

Rasional

keperawatan Bersihan

come Setelah

Mandiri

Mandiri

jalan nafas

diberikan

-

-

tidak efektif

askep selama

contoh bunyi napas,

dapat menunjukkan

berhubungan

3x24 jam

kecepatan, irama,dan

atelektasis. Ronchi,

dengan

diharapkan

kedalaman dalam

mengi, menunjukkan

Kaji fungsi pernapasan,

Penurunan bunyi napas

peningkatan

bersihan

penggunaan otot

akumulasi sekret atau

produksi

jalan napas

aksesoris

ketidakmampuan untuk

mukus

kembali

membersihkan jalan

ditandai

efektif

napas yang dapat

dengan batuk

dengan out

menimbulkan

berdahak,

come :

penggunaan otot

ronchi.





aksesori pernapasan

Tidak ada batuk

dan peningkatan kerja

berdahak

pernapasan.

Tidak ada ronchi

-

Catat kemampuan untuk

-

Pengeluaran sulit bila

mengeluarkan mukus

sekret sangat tebal

atau batuk efektif; catat

(misal efek infeksi dan

karakter, jumlah sputum,

atau tidak adekuat

adanya hemoptisis

hidrasi).

Berikan pasien posisi

-

Posisi membantu

semi/fowler tinggi.

memaksimalkan

Bantu pasien untuk

ekspansi paru dan

batuk dan latihan batas

menurunkan upaya

dalam.

pernapasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.

-

Bersihkan sekret dari

-

Mencegah

mulut dan trakea;

obstruksi/aspirasi.

penghisapan sesuai

Penghisapan dapat

keperluan.

diperlukan bila pasien tak mampu mengeluarkan sekret.

-

Pertahankan masukan

-

Pemasukan tinggi

cairan sedikitnya 2500

cairan membantu untuk

ml/hari kecuali

mengencerkan sekret,

kontraindikasi.

membuatnya mudah dikeluarkan.

Kolaborasi -

Lembabkan

Kolaborasi -

udara/oksigen inspirasi. -

Beri obat-obatan sesuai

Mencegah pengeringan membran mukosa

-

Guna obat-obatan :

indikasi : •

Agen mukolitik,



Agen

contoh asetilsistein

mukolitik

(Mucomyst)

menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan



pembersihan.

Bronkodilator, contoh okstrifillin



(Choledyl); teofilin

Bronkodilat or meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial, sehingga menurunkan tahanan terhadap



akiran udara.

Kortikosteroid (Prednison)



Berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia

dan bila respon inflamasi 2.

menngancam hidup. Mandiri

Gangguan

Setelah

pertukaran

diberikan

gas

askep selama

frekuensi, kedalaman

dalam evaluasi derajat

berhubungan

2x24 jam

pernapasan. Catat

distres pernapasan dan/

dengan

diharapkan

penggunaan otot

atau kronisnya proses

perubahan

gangguan

aksesori, napas bibir,

penyakit.

(kerusakan )

pertukaran

ketidakmampua bicara/

membrane

gas teratasi,

berbincang.

kapiler

dengan out

alveoli

come :

kepala tempat tidur,

dengan posisi duduk

ditandai

• Tidak ada

bantu pasien untuk

tinggi dan latihan napas

dengan

dispnea

memilih posisi yang

untuk menurunkan

mudah untuk bernapas.

kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.

dispnea, nilai

Mandiri -

Kaji

-

• Nilai AGD

-

Tinggikan

AGD tak

normal (Pa

Dorong napas dalam

normal (Pa

O2 antara

perlahan atau napas bibir

O2

80-100

sesuai

<80mmHg).

mmHg)

kebutuhan/toleransi

Pengiriman oksigen dapat diperbaiki

-

individu. -

Berguna

Bunyi napas mungkin redup karena

Auskultasi

penurunan aliran udara

bunyi napas, catat area

atau area konsolidasi.

penurunan aliran udara

Adanya mengi

dan atau bunyi tambahan.

mengindikasikan spasme bronkus/ tertahannya sekret. Krekels basah menyebar menunjukan cairan pada interstisial/ dekompensasi jantung. -

Selama

distres pernapasan berat/ -

Evaluasi

akut/ refraktori pasien

tingkat toleransi

secara total tak mampu

aktivitas. Berikan

melakukan aktivitas

lingkungan tenang dan

sehari-hari karena

kalem. Batasi aktivitas

hipoksemia dan dispnea.

pasien atau dorong untuk

Istirahat diselingi

tidur/ istirahat di kursi

aktivitas perawatan

selama fase akut.

masih penting dari

Mungkinkan pasien

program pengobatan.

melakukan aktivitas

Namun, program latihan

secara bertahap dan

ditujukan untuk

tingkatkan sesuai

meningkatkan ketahanan

toleransi individu.

dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat. Kolaborasi - PaO2 secara umum menurun, sehingga hipoksia terjadi dengan

Kolaborasi -

derajat lebih kecil atau Awasi atau

gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.

lebih besar. - Dapat memperbaiki / mencehgah memburuknya hipoksia.

-

Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan tolerasi

3.

Perubahan

Setelah

nutrisi kurang diberikan

pasien. Mandiri -

Mandiri Kaji

-

Pasien

dari

askep selama

kebiasaan diet, masukan

distres pernafasan akut

kebutuhan

2x24 jam

makanan saat ini. Catat

sering anoreksia karena

berhubungan

diharapkan

derajat kesulitan makan.

dispnea, produksi

dengan

kebutuhan

Evaluasi berat badan dan

sputum, dan obat.

dispnea dan

nutrisi

ukuran tubuh.

anoreksi

terpenuhi,

ditandai

dengan out

perawatan oral sering,

enak, bau dan

dengan nafsu

come :

buang sekret, berikan

penampilan adalah

makan

• Nafsu

wadah khusus untuk

pencegah utama

menurun dan

makan

sekali pakai dan tisu.

terhadap nafsu makan

penurunan

meningkat

berat badan.

-

Berikan

-

dan dapat membuat mual dan muntah dengan

• Terjadi

peningkatan kesulitan

peningkat an berat

Rasa tidak

-

Dorong

nafas.

periode istirahat semalam -

badan

Membantu

1 jam sebelum dan

menurunkan kelemahan

sesudah makan dan

selama waktu makan dan

berikan makan porsi

memberikan kesempatan

kecil tapi sering.

untuk meningkatkan masukan kalori total.

-

Hindari

-

Suhu

makanan yang sangat

ekstrem dapat

panas atau sangat dingin.

mencetuskan / peningkatan spasme

Kolaborasi -

batuk. Konsul ahli

gizi / nutrisi pendukung tim untuk memberikan

Kolaborasi -

Metode makan dan kebutuhan

makanan yang mudah

kaloiri didasarkan pada

cerna, secara nutrisi

situasi / kebutuhan

seimbang misalnya,

individu untuk

nutrisi tambahan oral /

memberikan nutrisi

selang, nutrisi parental.

maksimal dengan upaya

-

Berikan

minimal pasien /

oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.

penggunaan energi. -

Menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan

5.

meningkatkan masukan . Mandiri

Kurang

Setelah

Mandiri

pengetahuan

diberikan

-

berhubungan

askep selama

kan penjelasan proses

ansietas dan dapat

dengan

1x30 menit,

penyakit individu.

menimbulkan perbaikan

kurangnya

diharapkan

dorong pasien atau

partisipasi pada rencana

informasi

kurang

terdekat untuk

pengobatan

tentang

pengetahuan

menanyakan pertanyaan

proses

teratasi,

penyakit dan

dengan

atkan rasional untuk

dan napas abdominal/

perawatan di

outcome:

latihan napas, batuk

diagfragmatik

rumah

• Klien

efektif, dan latihan

menguatkan otot

kondisi umum

pernapasan, membantu

-

Jelaskan/kuat -

Intrusikan/ku -

Menurunkan

Napas bibir

ditandai

menunjuk

dengan

kan

meminimalkan kolaps

perilaku tidak

perilaku

jalan napas kecil, dan

efektif dan

efektif

memberikan individu

bertanya-

(batuk

arti untuk mengontrol

tanya tentang

menutup

dispnea. Latihan kondisi

cara

mulut)

umum meningkatkan

perawatan di

• Klien

toleransi, aktivitas,

rumah.

mengetah

kekuatan otot, dan rasa

ui tentang

sehat

cara perawatan

-

di rumah

Diskusikan

Pasien sering mendapat obat

obat pernapasan, efek

pernapasan banyak

samping, dan reaksi tak

sekaligus yang

diinginkan

mempunyai efek samping hampir sama dan potensial interaksi obat. Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu (obat dilanjutkan) dan efek samping merugikan (obat mungkin dihentikan/diganti)

-

Tekankan

-

Menurunkan

pentingnya perawatan

pertumbuhan bakteri

oral atau kebersihan gigi

pada mulut, dimana dapat menimbulkan infeksi saluran napas atas

-

Diskusikan

-

Faktor

faktor individu yang

lingkungan ini dapat

meningkatkan kondisi,

menimbulkan/

mis; udara, terlalu

meningkatkan iritasi

kering, angin,

bronkial menimbulkan

lingkungan dengan suhu

peninglkatkan produksi

ekstrem, serbuk, asap

sekret dan hambatan

tembakau, sprei aerosol,

jalan napas

polusi udara. Dorong pasien/orang terdekat untuk mencari cara mengontrol faktor ini dan sekitar rumah -

Kaji efek bahaya merokok dan

-

Penghentian

nasehatkan

merokok dapat

menghentikan rokok

memperlambat/mengha

pada pasien dan/atau

mbat kemajuan penyakit.

orang terdekat.

Namun, meskipun pasien ingin menghentikan merokok, diperlukan kelompok pendukung.

-

Informasikan -

Mempunyai

tentang pembatasan

pengetahuan ini dapat

aktivitas dan aktivitas

memampukan pasien

pilihan dengan periode

untuk mebuat

istirahat untuk

pilihan/keputusan

mencegah kelemahan;

informasi untuk

cara menghemat energi

menurunkan dispnea,

selama aktivitas (mis.,

memaksimalkan tingkat

menarik dan mendorong,

aktivitas, melakukan

duduk dan berdiri

aktivitas yang

sementara melakukan

diinginkan, dan

tugas); menggunakan

mencegah komplikasi

napas bibir, posisi berbaring, dan kemungkinan perlu oksigen tambahan

selama aktivitas seksual

4. Evaluasi No. Dx 1.

2.

3.

5.

Diagnosa Keperawatan

Evaluasi

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Tercapainya keefektifan bersihan jalan nafas:

berhubungan dengan peningkatan

tidak ada batuk berdahak, tidak ada ronchi

produksi mukus. Gangguan pertukaran gas

Gangguan pertukaran gas teratasi: tidak ada

berhubungan dengan perubahan

dispnea, nilai AGD normal (Pa O2 antara 80-100

(kerusakan ) membrane kapiler

mmHg)

alveoli. Perubahan nutrisi kurang dari

Tercapainya pemenuhan kebutuhan nutrisi: nafsu

kebutuhan berhubungan dengan

makan meningkat dan terjadi peningkatan berat

dispnea dan anoreksia. Kurang pengetahuan berhubungan

badan. Kurang pengetahuan teratasi, klien menunjukkan

dengan kurangnya informasi tentang

perilaku efektif (mis: batuk menutup mulut),

proses penyakit dan perawatan di

klien mengetahui tentang cara perawatan di

rumah.

rumah.

Daftar Pustaka Afriyanto, Dafid. 2008. Askep Bronkhitis. http://dafid-pekajangan.blogspot.com/2008/03/askepbronkhitis.html. [11 Mei 2009]. Bali Post. 2006. Mengenal Bronkhitis. http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2006/3/1/k2.htm. [11 Mei 2008]. Carpenito, L. J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Doenges, Marilynn. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Riyawan, Ade. 2008. Batuk atau Bronkhitis?. http://infosehatherba.blogspot.com/2008/06/batukatau-bronkhitis.html. [11 Mei 2008].

Related Documents


More Documents from "Denir Tonga"

Focgb2_ak_rtest_w_4.pdf
February 2021 2
Lp Kaki Diabetik
January 2021 1
Focgb2_utest_w_8.pdf
February 2021 1
February 2021 4
Hukum Perjanjian
January 2021 1