Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja K3

  • Uploaded by: Rokhmawati Tri Prihatin
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja K3 as PDF for free.

More details

  • Words: 2,681
  • Pages: 17
Loading documents preview...
ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA PADA USAHA MASYARAKAT KECIL MENENGAH “SARI RASA” DI RT 09 RW 01 DESA KEMUTUG KIDUL KECAMATAN BATURADEN KABUPATEN BANYUMAS

Oleh: Nani Sri Mulyani

I4B016006

Ira Destia

I4B016012

Qurota’Ayun

I4B016019

Putri Wulan Permatasari

I4B016036

Rokhmawati Tri Prihatin

I4B016028

Yuyun Dwi Tarmastuti

I4B016029

Regi Junjung Mulyadi

I4B016043

Arswinda Gisela Kinan

I4B016046

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS PURWOKERTO 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas merupakan campuran yang dinamis dari beragam kelompok, kepentingan dan sikap. Berbagai kesamaam tempat, isu, dan masalah yang memberikan suatu rasa saling memiliki. Salah satu bentuk komunitas adalah kelompok usaha kerja, dimana dalam kelompok terdapat anggota yang memiliki beragam kepentingan, bekerja bersama dalam kelompok di satu tempat tertentu. Kelompok usaha kerja merupakan salah satu area komunitas yang

perlu

diperhatikan

kesejahteraannya.

Bidang

yang

mencakup

keselamatan kerja dalam keperawatan disebut Occupation Health Nurses (OHN) atau Keperawatan Kesehatan Kerja (KKK). Ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3)

adalah

upaya

mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-tingginya. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang merugikan kesehatan, penempatan pemeliharaan pekerja dalam lingkungan kerja (Meilly, 2010). Keilmuan K3 merupakan perpaduan dari multidisiplin ilmu antara ilmu-ilmu kesehatan, ilmu perilaku, ilmu alam, teknologi dan lain-lain baik yang bersifat kajian maupun ilmu terapan dengan maksud menciptakan kondisi sehat dan selamat bagi pekerja, tempat kerja, maupun lingkungan sekitarnya, sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Menurut buku Ilmu Kesehatan Masyarakat, kesehatan kerja merupakan aplikasi kesehatan di dalam suatu tempat kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan tersebut. Dasar Hukum untuk kesehatan kerja ini terdapat dalam UU 23/1992 pasal 23 dan pasal 10 tentang kesehatan kerja dan upaya kesehatan kerja. Praktik Keperawatan kesehatan kerja berfokus pada upaya promosi, preventif dan rehabilitasi kesehatan dalam konteks keselamatan dan keamanan lingkungan kerja. Aplikasi praktik keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat di tatanan industri kecil, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas, dan lain-lain. Fungsi perawat kesehatan kerja yaitu memiliki tugas antara lain mampu menilai secara sistematis status kesehatan kerja, mampu melakukan analisa

data yang dikumpulkan untuk menegakkan diagnosis keperawatan, mampu mengidentifikasi tujuan spesifik keperawatan yang diharapkan, mampu mengembangkan

rencana

keperawatan

yang

komprehensif,

mampu

melaksanakan promosi kesehatan untuk pencegahan penyakit kecelakaan serta mampu melakukan evaluasi yang dilakukan secara berkesinambungan terhadap respon pekerja dan kemajuan yang dicapai. Kesehatan kerja diharapkan dapat mencegah penyakit dan kecelakan akibat kerja. Selain itu, dalam kesehatan kerja terdapat pokok promosi (peni9ngkatan) kesehatan masyarakat pekerja dalam rangka peningkatan produktivitas kerja. B. Tujuan 1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Mahasiswa mampu menerapkan proses asuhan keperawatan kesehatan kerja dalam mengoptimalkan pelayanan kesehatan. 3. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) a) Melaksanakan pengkajian kebutuhan dan masalah keperawatan pada pekerja meliputi: 1) Mengidentifikasi data yang diperlukan baik individu maupun kelompok. 2) Mengumpulkan data dengan menggunakan metode atau strategi yang sesuai. 3) Menganalisa data yang telah diperoleh. 4) Menentukan masalah keperawatan yang telah diprioritaskan. 5) Merencanakan asuhan keperawatan kesehatan kerja. b) Melaksanakan rencana keperawatan kesehatan kerja meliputi: 1) Independent : health education sesuai dengan kebutuhan baik ssecara individu maupun kelompok. 2) Menciptakan hubungan yang efektif dengan beberapa sumber yang terkait. 3) Membantu dan mengembangkan pelaksanaan asuhan keperawatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan terhadap individu atau kelompok pekerja. c) Mengevaluasi tindakan keperawatan kesehatan kerja sesuai dengan standar atau acuan yang telah ditentukan.

BAB II TINJAUAN TEORI A. Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja karena tidak ada yang menginginkan terjadinya kecelakaan akibat kerja. Keselamatan kerja sangat bergantung pada bentuk lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan (Shafiqoh, 2010). Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja sebagai berikut: 1. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja 2. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja

3. Teliti dalam bekerja 4. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja (Shafiqoh, 2010). B. Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan. Kesehatan kerja mempelajari tentang faktor-faktor pada pekerjaan yang dapat mengakibatkan manusia menderita penyakit akibat kerja (occupational disease) maupun penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya (work-related disease). Selain itu, kesehatan kerja juga mempelajari tentang upaya pencegahan dan cara meningkatkan kesehatan (health promotion) pada manusia pekerja tersebut (Argama, 2006). C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan dilengkapi alat-alat pengaman dan penerangan yang baik. Keselamatan kerja menunjuk pada perlindungan kesejahteraan fisik dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerja (Jakson, 2002 dalam Paramita dan Wijayanto, 2012). Kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan di lingkungan kerja (mangkunegara, 2001 dalam Paramita dan Wijayanto, 2012). Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu upaya pelindungan yang diajukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya. Hal tersebut bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien (Suma’mur, 2006). Suma’mur (2006) menyebutkan tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja antara lain: 1. Agar setiap pekerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis. 2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan seefektif mungkin. 3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan perlindungan kesehatan gizi pekerja. 5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja. 6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. 7. Agar setiap pekerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

D. Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga yang dapat menimbulkan korban jiwa, luka-luka, harta benda,

ataupun

kerugian

waktu

(Peraturan

mentri

tenaga

kerja

[PERMENAKER] No 03/Men/1998 dan Shariff, 2007). Kecelakaan kerja yang terjadi dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor manusia dan faktor mekanik. Faktor manusia merupakan penyebab kecelakaan yang meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja atau pengalaman, kuangnya kecakapan, dan lambatnya pengambilan keputusan),

disiplin

kerja,

perbuatan-perbuatan

yang

mendatangkan

kecelakaan, dan ketidakcocokan fisik dan mental. Sedangkan, factor mekanik dan lingkungan meliputi letak mesin yang tidak dilengkapi alat pelindung atau alat pelindung tidak dipakai, serta alat kerja yang telah rusak (Suma’mur, 2009). Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh adanya kecelakaan kerja yaitu korban kecelakaan kerja mengeluh dan menderita. Kecelakaan sering kali disertai terjadinya luka, kelainan tubuh, cacat, bahkan kematian. Setiap kecelakaan merupakan suatu kerugian yang tergambar dari pengeluaran dan besarnya biaya kecelakaan. Biaya yang dikeluarkan akibat terjadinya kecelakaan sering kali sangat besar, yang meliputi biaya untuk P3K, pengobatan, perawatan, biaya angkutan, upaya selama tidak mampu bekerja, dan kompensasi cacat (Suma’mur, 2009). E. Peran Perawat Kesehatan Kerja American Association of Occupational Health Nurses menyatakan ruang lingkup pekerjaan perawat hiperkes adalah 1. Health Promotion/ Protection Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran, dan pengetahuan tenaga kerja akan paparan zat toksik di lingkungan kerja. Merubah faktor gaya hidup dan perilaku yang berhubungan dengan risiko bahaya kesehatan.

2. Worker Health/ Hazard Assasment and Surveillance Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis pekerjaan. 3. Work Place Surveillance and Hazard Detection Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional lain dalam penilaian dan pengawasan terhadap bahaya. 4. Primary Care Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan kecelakaan

pada

tenaga

kerja,

termasuk

diagnosis

keperawatan,

pengobatan, rujukan, dan perawatan emergency. 5. Counsling Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatannya dan membantu untuk mengatasi dan keluar dari situasi krisis.

6. Management and Administration Sebagai manager pelayanan kesehatan dengan tanggung jawab pada program perencanaan dan pengembangan program pembiayaan dan management. 7. Research Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan, mengenali faktor-faktor yang berperan untuk mengadakan perbaikan. 8. Legal-Etical Monitoring Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang lingkup pelayanan kesehatan pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan, mampu menjaga kerahasiaan dokumen kesehatan tenaga kerja. F. Pertolongan Pertama Kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Kejadian ini dapat berupa suatu insiden kecil atau bencana yang melibatakan penderita dalam jumlah besar. Bencana yang baru akan terjadi bila para korban tidak mendapat pertolongan yang baik dengan segera. Dalam suatu peristiwa yang membutuhkan penanganan medis biasanya orang pertama yang akan memberikan pertolongan adalah mereka yang berada di tempat kejadian atau anggota keluarga penderita tersebut. Mereka yang berupaya memberikan pertolongan ini memiliki berbagai tingkat pengetahuan mulai dari tidak ada sampai mereka yang mungkin sudah terlatih.

Prinsip kemanusiaan yang utama adalah mengurangi penderitaan dan memberikan bantuan kepada para penderita. Pertolongan yang diberikan harus menjadi satu kesatuan pertolongan korban dari lapangan sampai perawatan lanjutan di rumah sakit. Pertolongan ini dikenal dengan pelayanan gawat darurat, dibagi menjadi 2 fase: 1. Fase Pra Rumah Sakit Pada fase ini, dilakukan perawatan di tempat kejadian dengan atau tanpa melakukan transportasi penderita ke fasilitas kesehatan. Konsep dasar dari pertolongan pertama adalah memberikan bantuan hidup dasar dan mempertahankan nyawa dengan melakukan tindakan pertolongan pertama secepatnya setelah kejadian. 2. Perawatan Rumah Sakit Para penderita tentunya akan dikirim ke fasilitas kesehatan yang umumnya adalah rumah sakit atau puskesmas. Perawatan kedua fase ini seharusnya tidak dibedakan. Keduanya harus saling menunjang, fase pra rumah sakit dilakukan dengan baik sehingga rumah sakit tinggal melanjutkan apa yang

sudah dilakukan dan kalau perlu sistem rujukan harus diaktifkan. Sistem inilah yang dikenal dengan sistem pelayanan gawat darurat terpadu (Tim Penyusun Pedoman Pertolongan Pertama, 2003). G. Alat Perlindungan Diri (APD) Menurut Tarwaka (2010), alat pelindung diri (APD) merupakan seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakanaan dan penyakit akibat kerja. APD yang efektif harus berdasarkan: 1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi 2. Terbuat dari material yang akan tahan dengan bahaya tersebut 3. Cocok bagi orang yang akan menggunakannya 4. Tidak mengganggu kerja operator yang bekerja 5. Memiliki konstruksi yang sangat kuat 6. Tidak mengganggu APD lain yang sedang dipakai secara bersamaan 7. Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya. Operator-operator yang menggunakan APD harus memperoleh : 1. Informasi tentang bahaya yang dihadapi 2. Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil

3. Pelatihan tentang penggunan peralatan dengan benar 4. Konsultasi

dan

diizinkan

pemilih

APD

yang

tergantung

pada

kecocokannya 5. Pelatihan cara memelihara dan menyimpan APD 6. Instruksi agar melaporkan setiap kecacatan atau kerusakan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA A. Pengkajian 1. Inti (Core) a. Profil Nama Kelompok Sejarah

: Sari Rasa : Usaha Masyarakat Kecil Menengeah

(UMKM) Sari Rasa berdiri sejak Januari 2017. Awal terbentuk dikarenakan pemerintah desa memiliki Program Keluarga Harapan (PKH) yang ditujukan untuk membantu biaya sekolah bagi anak yang kurang mampu. Bantuan tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai modal awal untuk memulai usaha. 1) Pendiri : Ny. Tarsikem 2) Pimpinan Sekarang : Ny. Tarsikem 3) Tanggal Berdiri: Januari, 2017 4) Lama Berdiri : 4 Bulan 5) Lokasi Awal Didirikan : Rumah Ny. Tarsikem b. Asal Usaha : Usaha “Sari Rasa” berasal dari pemikiran bersama setelah mengikuti pelatihan. Modal awal usaha didapatkan dari iuran anggota. c. Demografi 1) Alamat

: Desa Kemutug Kidul RT 09/01, Kecamatan

Baturaden Kabupaten Banyumas. 2) Batas Wilayah Utara : Rumah penduduk Timur : Pekarangan Selatan : Pekarangan Barat : Pekarangan d. Karakteristik, Usia, Jenis Kelamin dan Vital Statistik 1) Jumlah anggota awal didirikan Laki-laki : Tidak ada Perempuan : 9 Orang

2) Jumlah Anggota Sekarang Laki-laki : Tidak ada Perempuan : 9 Orang e. Suku Bangsa 1) Ketua Kelompok : Jawa, Indonesia 2) Anggota : Seluruh anggota kelompok bersuku bangsa Jawa, Indonesia. f. Tipe Keluarga 1) Ketua 2) Anggota

: Extended Family : Sebanyak 8 anggota memiliki tipe keluarga

inti (nuklear family) dan 1 orang memiliki keluarga besar (extended family) g. Status Perkawinan 1) Ketua : Kawin 2) Anggota : Seluruh anggota kelompok berstatus kawin h. Nilai Kepercayaan dan Agama 1) Ketua : Islam 2) Anggota : Seluruh anggota kelompok beragama Islam. i. Struktur Organisasi Manajer

Pemasar an Pemasara n

Pemasar an Pemasar Pemasar Pemasar an an an : Karyawan pernah mengalami kecelakaan

Pemasa ran

j. Kecelakaan kerja

kerja berupa kecipratan minyak panas saat menggoreng dan terpeleset Karyawan Karyawan Karyawan di lantai yang masih terbuat dari tanah. k. Status kesehatan 1) Saat ini 2) 6 bulan terakhir 2. Subsistem 1 Fisik a. Lingkungan 1) Jumlah Ruangan

2

: Tidak ada keluhan kesehatan : Pernah mengalami sakit panas dan flu. 5

3

4

Keterangan: 1= Ruang Packaging 2= Toilet 3= Ruang memasak 4= Wastafel 5= Ruang menjemur 2) Fasilitas Fasilitas penunjang yang tersedia untuk karyawan meliputi televisi dan lemari es. 3) Tanda-tanda vital (Keadaan iklim) Suhu iklim tidak mempengaruhi hasil industri karena karyawan bekerja di dalam ruangan. 4) Suasana a) Sumber Kebisingan b) Gangguan Pernafasan c) Gangguan Penglihatan d) Limbah

: Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Pembuangan limbah mengikuti

limbah rumah tangga sehingga pembuangan langsung mengalir ke aliran sungai. e) APD

: Tidak menggunakan APD yang

sesuai f) P3K

: Tersedia obat-obatan ringan seperti

betadin, paracetamol, dan minyak kayu putih. b. Pendidikan Komunitas 1) Status Pendidikan a) Tingkat Pendidikan : Sebagian besar

anggota

berpendidikan Sekolah Dasar (SD) b) Bahasa yang digunakan : Jawa dan Indonesia 2) Pendidikan yang tersedia : Belum pernah ada pendidikan kesehatan yang dilakukan. c. Transportasi dan Keamanan 1) Letak : Rumah anggota dekat dengan rumah produksi. 2) Nomer telepon darurat : Tidak mengetahui 3) Satpam : Tidak ada 4) Transportasi Anggota : Sepeda motor 5) Fasilitas Transportasi : Tidak tersedia 6) Inventaris Anggota : Tidak ada d. Pemerintah dan Politik

1) Jam Kerja

: Produksi dilakukan 2 hari sekali, dimulai

pukul 08.00 WIB sampai 11.00 WIB 2) Hari Libur : Menyesuaikan jam kerja 3) Waktu Cuti : Menyesuaikan waktu kerja 4) Cara Ijin : Melalui pesan singkat atau telepon 5) Asuransi Kesehatan : tidak ada asuransi kesehatan e. Dampak adanya kelompok kerja bagi masyarakat sekitar Usaha “Sari Rasa” baru terbentuk, sehingga belum ada dampak bagi masyarakat sekitar.

B. Analisis Data PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN No 1.

Data Data Objektif: a. Karyawan mengatakan mencuci tangan terkadang hanya menggunakan air dan tidak menggunakan sabun b. Karayawan mengatakan tidak rutin memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan c. Karyawan mengatakan hanya memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan saat sakit saja

Etiologi

Masalah Perilaku kesehatan cenderung berisiko (perilaku tidak mencuci tangan saat bekerja) (00018)

Data Subjektif : a. Karyawan terlihat tidak mencuci tangan sebelum membuat makanan olahan. b. Karyawan tampak tidak menggunakan APD saat membuat makanan olahan. 2

Risiko peningkatan penyakit pada komunitas anggota “Sari Rasa”

A. Diagnosis Keperawatan Perilaku kesehatan cenderung berisiko (perilaku tidak mencuci tangan saat bekerja) (00018)

B. Rencana Intervensi Keperawatan NO 1

DATA Data Subjektif: 1. Pekerja tidak rutin memeriksakan kesehatan ke klinik 2. Pekerja memeriksakan kesehatannya saat sakit saja 3. Pekerja tidak mencuci tangan sebelum membuat makanan 4. Pekerja tidak mencuci tangan setelah membuat makanan

DIAGNOSA Perilaku kesehatan cenderung berisiko (perilaku tidak mencuci tangan saat bekerja) (00018)

TUJUAN Tujuan Umum: Berkurangnya perilaku yang dapat merugikan kesehatan Tujuan Khusus: a. Pekerja mengetahui tentang pentingnya mencuci tangan

NOC Prevensi primer 1602 - Perilaku promosi kesehatan 1. Membiasakan perilaku pencegahan (1-3) 2. Monitor faktor risiko dari lingkungan (2-3) 3. Monitor faktor risiko dari perilaku (1-3) 4. Menerapkan perilaku hidup sehat (1-3)

NIC 5510-Health education 1. Kaji tingkat pengetahuan pekerja 2. Kaji strategi yang tepat untuk melakukan penyuluhan 3. Berikan penyuluhan tentang pentingnya kebersihan diri (mencuci tangan) 4. Berikan informasi tentang prosedur 6 langkah cuci tangan dan waktu cuci

C. Plan of Action (POA) No Masalah 1. Perilaku kesehatan cenderung berisiko (perilaku tidak mencuci tangan saat bekerja) (00018)

Tujuan Rencana Kegiatan Tujuan Jangka Panjang : a. Pemeriksaan kesehatan Meningkatnya efektifitas karyawan “Sari Rasa” pemeliharaan kesehatan meliputi cek tekanan pada karyawan “Sari Rasa” darah, berat badan dan di RW 1 Desa Kemutug tinggi badan. Kidul

Sasaran Karyawan “Sari Rasa”

Tujuan Jangka Pendek : Setelah dilakukan asuhan b. Penyuluhan dan Karyawan keperawatan selama 2 penyediaan leaflet “Sari Rasa” minggu diharapkan tentang cuci tangan karyawan mampu: yang baik dan benar a. Memahami tentang serta sabun cuci tangan. mencuci tangan yang c. Penyuluhan dan Karyawan baik dan benar “Sari Rasa” penyediaan leaflet b. Menggunakan APD saat tentang pemakaian memasak APD yang benar. c. Menghindari terjadinya kecelakaan kerja

D. Implementasi Keperawatan

Waktu 20 Mei 2017

Tempat Rumah produksi “Sari Rasa”

PJ Mahasiswa

20 Mei 2017

Rumah produksi “Sari Rasa”

Mahasiswa

20 Mei 2017

Rumah produksi “Sari Rasa”

Mahasiswa

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Related Documents


More Documents from "elis anggeria"