Bppv

  • Uploaded by: Meiustia Rahayu, MD
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bppv as PDF for free.

More details

  • Words: 1,256
  • Pages: 37
Loading documents preview...
Oleh : Meiustia Rahayu Harly Pratiwi Indah Tripoda Silalahi

07120141 07923061 07923089

Preseptor : dr. Yan Edward, Sp.THT-KL

BAB I PENDAHULUAN

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BBPV)

Gangguan keseimbangan yang sering dijumpai Idiopatik, proses degeneratif Wanita : pria = 2 : 1 Dicetuskan perubahan posisi Amerika Serikat  20% dari kasus vertigo 10-100 : 100.000 penduduk / tahun meningkat ≈ pertambahan usia usia rata-rata: usia 54 tahun

Idiopatik

Pengertian Patofiologi

Penatalaksanaan

Batasan Masalah

• Definisi, patogenesis, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaaan BPPV

Tujuan Penulisan

• Menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai BBPV

Metode Penulisan

• Tinjauan pustaka yang merujuk kepada berbagai literatur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Vertigo

Sensasi

BPPV

• Gangguan pengamatan (disorientasi) terhadap ruangan atau halusinasi sensasi gerak terhadap diri sendiri atau sekelilingnya.

• Rasa berputar, pusing, jungkir balik, bergoyang • Diikuti vegetative symptoms (mual, muntah), nistagmus, dan disekuilibrium. • Vertigo dengan nistagmus vertikal, horizontal, atau rotatoar yang dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. • Vertigo postural atau kopulolitiasis.

Fungsi keseimbangan dikelola 3 sistem: 1. Sistem somatosensoris  Proprioseptif di medula spinalis  Informasi  posisi tubuh, sendi, dan gerakan

2. Sistem visual  Informasi  pandangan

3. Sistem vestibular  Labirin di telinga dalam  Informasi  gerakan anguler dan linier

Labirin anterior

Kanalis semisirkularis

Organ otolit

Labirin posterior

  

Sel rambut terletak dalam kupula semisirkularis Peka terhadap rotasi atau gerak angular, terutama percepatan sudut Sel rambut memiliki polarisasi struktural  posisi stereosilia terhadap kinosilium  Stereosilia membengkok ke kinosilium  eksitasi  Stereosilia menjauh dari kinosilium  inhibisi



Kanalis semisirkularis saling tegak lurus  1 tereksitasi, yang lain terinhibisi  Kepala lurus  menoleh ke kanan  sel rambut

kanalis horizontal kanan tereksitasi



 

Sel rambut terletak dalam makula organ otolit Peka terhadap gerakan linier, terutama perubahan posisi kepala terhadap gravitasi Organ otolit ada 2:  Utrikulus  hampir vertikal

 kinosilium terletak di samping sel rambut yang terdekat ke arah sentral (striola)  Sakulus  hampir horizontal 

Gerak linier 3 dimensi

Komponen lambat

• Berlawanan arah putaran kepala • Mengkompensasi gerakan kepala dan menstabilkan bayangan pada retina

Komponen cepat

• Searah putaran kepala • Mengarahkan kembali tatapan ke bagian lain dari lapangan pandang

Proprioseptif Girus postsentralis otak

Visual Vestibular

Idiopatik

Trauma kepala

Labirinitis virus

Neuritis vestibular

Pasca stapedektomi

Fistula perilimfa

Deposit di kupula kanalis semisirkularis

Sensitif terhadap perubahan gravitasi + posisi kepala

Respon disadari (vertigo, mual) dan tidak disadari (nistagmus)



Teori kupulolitiasis (Schuknecht, 1962) Perlekatan partikel pada kupula krista ampularis

Sel rambut sulit dipertahankan pada posisis netral  mengarah ke partikel

Nistagmus, vertigo



Teori kanalitiasis (Epley, 1980) Partikel bebas (kanalit) di kanalis semisirkularis

Tegak  kanalit di posisi terendah Direbahkan  butuh beberapa saat baru mencapai posisi terendah

Defleksi kupula  nistagmus

Tegak  nistagmus ke arah berlawanan

Trauma

Lepasnya otokonia pada utrikulus dan sakulus

Masuk ke kanalis semirkularis (kanalit)

Vertigo

Anamnesis

Kriteria DixHallpike

• Pusing berputar setelah bangun tidur / baring ke duduk • Ada jeda antara perubahan posisi dan pusing berputar • Pusing awalnya sangat kuat, berkurang dalam 30 detik, kemudian hilang • Stimulus berulang  fatique nistagmus • Berhari-hari sampai berbulan-bulan, hilang timbul / menetap

• • • • •

terdapat perubahan posisi kepala yang mencetuskan serangan nistagmus yang khas adanya masa laten lamanya serangan terbatas arah nistagmus berubah bila posisi kepala dikembalikan ke posisi awal • adanya fenomena kelelahan / fatique nistagmus bila stimulus diulang.

Pemeriksaan (kanalis posterior dan anterior)

• memprovokasi dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo dari kanalis semisirkularis yang terlibat

 

Standar untuk pasien BPPV Dua gerakan yaitu:  Dix-Hallpike kanan  bidang kanal anterior kiri dan kanal

posterior kanan dan perasat  Dix- Hallpike kiri  bidang posterior kiri.



Dix-Hallpike kanan:

 Pasien duduk tegak pada meja pemeriksaan dengan kepala

menoleh 450 ke kanan.  Dengan cepat pasien dibaringkan dengan kepala tetap miring 450 ke kanan sampai kepala pasien menggantung 20300 pada ujung meja pemeriksaan.  Tunggu 40 detik sampai respon abnormal timbul.  Penilaian respon dilakukan selama ±1 menit atau sampai respon menghilang.







Dilanjutkan canalith repositioning treatment (CRT) jika ada respon abnormal. Respon abnormal  nistagmus yang timbul lambat, ± 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari 1 menit (kanalitilitasis) / >1 menit (kupololitiasis) Respon yang abnormal (-) atau CRT (-)  pasien secara perlahan-lahan didudukkan kembali.



Terdiri dari 2 gerakan:  Perasat sidelying kanan  memposisikan kepala

sehingga kanalis anterior kiri/kanalis posterior kanan pada bidang tegak lurus garis horizontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah  Perasat sidelying kiri  memposisikan kepala sehingga kanalis anterior kanan/kanalis posterior kiri pada bidang tegak lurus garis horizontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah.

Pasien duduk pada meja pemeriksaan dengan kaki menggantung di tepi meja, pasien secara cepat dijatuhkan ke sisi kanan dengan kepala ditolehkan 450 ke kiri.  Tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal.  Pasien kembali ke posisi duduk untuk untuk dilakukan perasat sidelying kiri, pasien secara cepat dijatuhkan ke sisi kiri dengan kepala ditolehkan 450 ke kanan.  Tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal. 

Observasi

• Mingguan atau bulanan • Vertigo saat beraktivitas  jatuh

Vestibulosupr esan

• Diazepam, amitriptilin, betahistin • Mengurangi nistagmus • Efek samping  mengantuk

Reposisi kanalit

• CRT (Canalith Repositioning Treatment) • Perasat liberatory • Latihan Brandt-Daroff













Dix-Hallpike  respon abnormal  kepala ditahan pada posisi tersebut selama 1-2 menit Kepala direndahkan dan diputar secara perlahan ke kiri dan dipertahankan selama beberapa saat. Badan pasien dimiringkan dengan kepala tetap dipertahankan pada posisi menghadap kekiri dengan sudut 450 sehingga kepala menghadap kebawah melihat lantai . Kembali ke posisi duduk dengan menghadap ke depan. Setelah terapi ini pasien dilengkapi dengan menahan leher. Tidak merunduk, berbaring, membungkukkan badan selama satu hari. Tidur pada posisi yang sehat untuk 5 hari.

CRT untuk kanalis semisirkularis posterior

Duduk pada meja pemeriksaan dengan kepala diputar menghadap kekiri 450, kepala menghadap kekiri.  Secara cepat dibaringkan ke sisi kanan dengan kepala menggantung ke bahu kanan.  Setelah 1 menit pasien digerakkan secara cepat ke posisi duduk awal dan ke posisi baring ke sisi kiri dengan kepala menoleh 450 kekiri.  Pertahankan penderita dalam posisi ini selama 1 menit dan perlahanlahan kembali keposisi duduk. 

perasat liberatory kanal posterior kanan

perasat liberatory kanal anterior kanan

 

 



Latihan di rumah tanpa bantuan terapis. Pasien melakukan gerakan-gerakan posisi duduk dengan kepala menoleh 450 , lalu badan dibaringkan ke sisi yang berlawanan, dipertahankan selama 30 detik. Selanjutnya pasien kembali ke posisi duduk 30 detik. Pasien menolehkan kepalanya 450 ke sisi yang lain, lalu badan dibaringkan ke sisi yang berlawanan selama 30 detik. Latihan ini dilakukan secara rutin 1020 kali sebanyak 3 seri dalam sehari.

Operasi

• Hanya dilakukan bila prosedur reposisi kanalit gagal dilakukan. • Bukan terapi utama  komplikasi berupa gangguan pendengaran dan kerusakan nervus fasialis. • Tindakan yang dapat dilakukan berupa oklusi kanalis semisirkularis posterior, pemotongan nervus vestibuler dan pemberian aminoglikosida transtimpanik.

BAB III PENUTUP

Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang datang tiba-tiba akibat perubahan posisi kepala.

Patofisiologi dari BPPV terdiri dari dua teori yaitu teori kupulolitiasis dan kanalitiasis. ditegakkan bila ditemukan gejala berupa pusing berputar yang dicetuskan oleh perubahan posisi kepala, nistagmus, terdapat masa laten sebelum nistagmus muncul, lama serangan terbatas, arah nistagmus berubah bila posisi kepala dikembalikan ke posisi awal dan nistagmus melemah bila dirangsang terus-menerus (fatigue).

Penatalaksanaan dari BPPV meliputi observasi, obat-obatan untuk menekan fungsi vestibuler (vestibulosuppresant), reposisi kanalit dan pembedahan.

Perlunya pembelajaran lebih lanjut mengenai benign paroxysmal positional vertigo (BPPV).

Perlunya pembelajaran lebih lanjut mengenai benign paroxysmal positional vertigo (BPPV).

Terima Kasih

Related Documents

Bppv
January 2021 4
Bppv
January 2021 4
Bppv
January 2021 4
Bppv
January 2021 4
Referat Bppv
January 2021 1
Referat Bppv
January 2021 1

More Documents from "Talytha Alethea"

Bppv
January 2021 4
Parese Nervus Abdusen
March 2021 0
January 2021 3
Anemia Neonatus
January 2021 1