Diktat Bibliologi Tekstual Th 601: I. Pendahuluan

  • Uploaded by: Lawrence Napitupulu
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Diktat Bibliologi Tekstual Th 601: I. Pendahuluan as PDF for free.

More details

  • Words: 16,412
  • Pages: 30
Loading documents preview...
Diktat Bibliologi Tekstual TH 601 Graphe International Theological Seminary Dr. Steven E. Liauw

I.

Pendahuluan A. Definisi. Bibliologi Tekstual adalah cabang dari Bibliologi yang secara khusus mempelajari tentang teks asli Alkitab dalam bahasa Ibrani dan Yunani, pemeliharaan mereka oleh Tuhan hingga ke tangan orang percaya hari ini, dan penerjemahannya ke dalam berbagai bahasa. 1. Bibliologi Tekstual adalah jawaban orang Kristen Fundamental terhadap textual criticism yang dilakukan oleh para tokoh liberal (dan juga Injili). 2. Bibliologi Tekstual dapat dilihat sebagai Bibliologi yang secara mendalam mempelajari pertarungan antara Textus Receptus dan Critical Text (juga termasuk Hodges-Farstad Text dan RobertsonPierpont Text). B. Nilai. Bibliologi Tekstual adalah bagian yang penting dari Bibliologi dan merupakan fondasi bagi doktrin-doktrin kekristenan lainnya. Semua doktrin Kristiani seharusnya dibangun dari Alkitab, dan sebelum membangun doktrin, orang Kristen harus memiliki keyakinan yang mantap dulu tentang bagaimana Alkitab itu ditulis, disalin, dan diteruskan sejak zaman penulisannya hingga ke tangan kita. 1. Tanpa Bibliologi Tekstual yang mantap, semua pembicaraan tentang inspirasi dan otoritas Alkitab menjadi lemah, karena kita tidak memiliki autografa hari ini. Contoh kasus yang paling menyolok adalah Bart Ehrman (pengarang “Misquoting Jesus”) yang berubah dari seorang Injili menjadi seorang liberal yang tidak percaya akan inspirasi Alkitab, karena ia terhasut oleh Textual Criticism yang umum beredar. 2. Tanpa Bibliologi Tekstual yang mantap, orang Kristen tidak dapat membangun dasar doktrin yang kuat. C. Filosofi. Dalam mempelajari segala sesuatu, pastilah ada filosofi yang mendasari, ada asumsi-asumsi yang dibawa, dan ada rambu-rambu yang dituruti. Perbedaan Bibliologi Tekstual dengan Textual Criticism adalah bahwa yang pertama (Biblilogi Tekstual) mengasumsikan Alkitab sebagai kitab yang spesial (diilhami), dan memegang teguh semua janji dalam Alkitab, termasuk bahwa Alkitab dipelihara oleh Tuhan. Sebaliknya, Textual Criticism mengasumsikan bahwa Alkitab adalah kitab biasa, tidak berbeda dengan karya-karya kuno lainnya. Textual Criticism tidak menaruh perhatian yang cukup pada faktor pemeliharaan Tuhan dan penyerangan Iblis. Textual Criticism berpendapat bahwa teks asli tidak lagi dimiliki oleh orang Kristen hari ini, dan perlu di rekonstruksi melalui ilmu Textual Criticism.

II.

Pemeliharaan Alkitab A. Doktrin Inspirasi Alkitab dengan jelas diajarkan 1. 2 Timotius 3:15-16 2. 2 Petrus 1:20-21 3. Bilangan 12:6 4. Yeremia 1:4-10 5. Ulangan 18:16-21 B. Doktrin Inspirasi memerlukan doktrin Pemeliharaan (Preservation) agar relevan bagi kita. 1. Inspirasi berlaku bagi autografa 2. Kita tidak memiliki autografa pada hari ini. C. Doktrin Pemeliharan (Preservasi) Alkitab dengan jelas diajarkan 1. Dalam Perjanjian Lama a. Mazmur 12:7-8 (lihat KJV) b. Mazmur 33:11 c. Mazmur 78:1-7 d. Mazmur 105:8-10 e. Mazmur 111:7-8 f. Mazmur 117:2 (kesetiaan dalam bahasa Ibrani adalah emet, artinya kebenaran) 1

g. Mazmur 119:89, 152, 160 h. Amsal 30:5-6 i. Yesaya 40:8 j. Yesaya 55:11 k. Yesaya 59:20-21 l. Yeremia 26:2 m. Yeremia 36 (pembakaran Kitab Suci oleh Yoyakim) n. Pengkhotbah 3:14 2. Dalam Perjanjian Baru a. Matius 4:4 dan Lukas 4:4 (lihat TR) b. Matius 5:18 (huruf mati dan hidup teks Ibrani) c. Matius 24:35 d. Yohanes 12:48 e. Matius 28:18-20; 1 Timotius 3:15; 6:14; 2 Timotius 2:2; 1 Petrus 2:9 f. 1 Petrus 1:23-25 g. Yohanes 10:35, “dibatalkan” berasal dari kata luo. 3. Gerakan Textus Receptus (Teks yang diterima) a. Yohanes 17:8 b. Kisah Para Rasul 2:41; 8:14; 17:11 c. 1 Tesalonika 1:6; 2:13 4. Rangkuman Doktrin Pemeliharaan Alkitab yang Alkitabiah a. Doktrin tentang inspirasi maupun tentang perservasi saling kait mengait dalam Alkitab. Yang satu diperlukan untuk lainnya. b. Doktrin preservasi Kitab Suci dengan jelas dijanjikan dan didefinisikan dalam Alkitab. Hal ini harus kita terima dengan iman, sama seperti tentang penciptaan atau keselamatan. c. Allah telah berjanji untuk memelihara setiap kata dalam Alkitab, bukan hanya konsepnya saja. d. Allah yang telah memelihara Alkitab Perjanjian Lama hingga zaman Tuhan Yesus, tentunya memelihara juga Perjanjian Baru, yang bahkan lebih mulia dari Perjanjian Lama (2 Kor. 3:6-11) e. Alkitab dipelihara walaupun mengalami serangan hebat dari musuh (Kis. 20:29-30; 2 Kor. 11:34; 2 Pet. 2:1-2; 1 Yoh. 2:18; 4:1-2). Artinya, Allah membiarkan sebagian salinan Alkitab dirusak oleh para pengajar sesat, tetapi tetap memelihara FirmanNya yang murni melalui orang-orang yang percaya. f. Metode pemeliharaan Alkitab adalah melalui pemakaiannya di antara orang-orang kudus. i. Untuk Perjanjian Lama, adalah orang Yahudi yang setia (Rom. 3:1-2), terutama para imam (Ul. 31:24-26; 17:18) yang menjaga Alkitab. ii. Untuk Perjanjian Baru, Tuhan juga memakai orang-orang percaya yang sungguh beriman untuk memelihara FirmanNya, melalui salinan-salinan yang akurat, sambil mereka melaksanakan Amanat Agung (Kis. 20:18-20; 1 Tim. 3:15; 1 Pet 2:9; 2 Tim. 2:2). g. Allah memberikan hikmat kepada orang-orang beriman sehingga, mereka tahu teks-teks yang benar dari yang tidak. i. Pada abad ke-empat dan ke-lima, terjadi pemurnian besar-besaran terhadap teks Alkitab, dan manuskrip-manuskrip tipe Aleksandrian ditolak oleh orang percaya zaman itu, sedangkan tipe Tekstus Receptus diterima. ii. Pada abad ke-sembilan dan ke-sepuluh, saat terjadi pergantian gaya dari Uncial ke Minusculus, yang disalin adalah manuskrip tipe Tekstus Receptus, bukan yang tipe Aleksandrian. iii. Pada abad ke-enambelas, saat Alkitab mulai dicetak, yang dicetak adalah yang tipe Tekstus Receptus, bukan yang tipe Aleksandrian. h. Pemeliharaan Kitab Suci bukan tergantung kepada manusia, tetapi adalah kerja campur tangan Allah dalam sejarah, sehingga teks yang asli masih bersama dengan kita, dan akan terus ada hingga kekekalan. i. Walaupun Allah memelihara FirmanNya, kebenaran ada dalam posisi minoritas di akhir zaman, sehingga mayoritas “kekristenan” akan memakai teks yang salah. 2

III. Pemeliharaan Perjanjian Baru A. Fakta-Fakta Dasar 1. Pada saat ini ada persaingan antara dua teks bahasa Yunani, yaitu Tekstus Receptus melawan Tekstus Kritikus. 2. Tekstus Receptus mulai dicetak pada abad keenambelas, dan telah menjadi dasar terjemahan semua Alkitab pada zaman Reformasi dan seterusnya, hingga masa modern. Terjemahan yang paling baik hari ini, yang paling luas pengaruhnya sepanjang zaman adalah terjemahan King James Version. 3. Tekstus Kritikus mulai dicetak pada abad kesembilanbelas, dan pada abad keduapuluh telah diterima oleh dunia “kekristenan” sebagai teks yang lebih baik dari Tekstus Receptus. Hampir semua Alkitab terjemahan modern berdasarkan pada Tekstus Kritikus. 4. Ada perbedaan antara Tekstus Receptus dengan Tekstus Kritikus pada ribuan tempat. 5. Secara umum, Tekstus Receptus adalah teks yang biasa dipakai oleh umat Tuhan sepanjang abadabad sebelum abad keduapuluh. a. Ia disebut Teks Mayoritas, karena sesuai dengan mayoritas manuskrip Yunani yang kita miliki hari ini. b. Mengingat doktrin pemeliharaan Alkitab, maka kita percaya, bahwa teks inilah Firman yang telah diinspirasikan oleh Tuhan. 6. Tekstus Kritikus dibangun atas dasar sedikit sekali manuskrip (dibandingkan Tekstus Receptus), dan manuskrip-manuskrip ini secara umum berasal dari Mesir (Aleksandria), sehingga disebut juga tipe Teks Aleksandrian. a. Tuhan tidak memberikan autografa satupun ke Mesir. Autografa ditulis didaerah Palestina dan Asia Kecil. b. Mesir dalam Alkitab digambarkan sebagai tempat yang berbahaya (Kej. 12:10-13; Yes. 31:1) c. Mesir pada abad kedua dan ketiga adalah tempat munculnya aliran penafsiran alegoris, dipimpin oleh Origen yang senang mengubah Alkitab, dan juga tempat bercokolnya Gnostik, dan tempat ditemukannya banyak sekali Injil dan Kitab-Kitab Apokripa. 7. Sebagai kontras, Tekstus Receptus sering disebut (bahkan oleh para liberal), sebagai Teks yang bersifat Syrian (Antiokhia), karena memang kebanyakan manuskripnya berasal dari daerah sekitar Palestina dan Siria. a. Antiokhia adalah tempat yang menonjol dalam sejarah kekristenan. b. Di Antiokhia terdapat jemaat yang sangat Alkitabiah, yang sangat misionaris, dan yang tentunya akan memelihara Firman Tuhan dengan baik. B. Fase-Fase Perjalanan Perjanjian Baru 1. Fase Rasuli - Pada abad pertama para Rasul menuliskan kanon Perjanjian Baru. Sambil Perjanjian Baru dituliskan, orang-orang percaya sudah tahu, bahwa tulisan-tulisan tersebut adalah Firman Tuhan (2 Pet. 3:15-16; 1 Tes. 2:13), dan tentunya segera menjaga mereka. a. Paulus sadar tulisannya memiliki otoritas: 1 Kor. 11:2; 14:37; Gal. 1:11-12; Kol. 1:25-26; 2 Tes. 3:6, 14. b. Paulus menginstruksikan agar tulisan-tulisannya disirkulasikan (Gal. 1:2; Kol. 4:16; 1 Tes. 5:27). Petrus mengenal semua tulisan Paulus (2 Pet. 3:15), bukti bahwa tulisan Paulus tersebar luas. c. Paulus mengakui tulisan Lukas sebagai Firman Tuhan (bd. 1 Tim. 5:18 dgn Ul. 25:4; Luk. 10:7). d. Perjanjian Baru diselesaikan dan dikunci dengan pasal 22 dari kitab Wahyu. e. Orang-orang Kristen lahir baru menerima Firman Tuhan dengan iman, yang memulai gerakan Received Text (Textus Receptus). 2. Fase Pasca-Rasuli - Orang-orang percaya yang sejati, mengenali tulisan-tulisan yang diinspirasikan, dan memasukkan semuanya ke dalam kanon mereka. a. Tokoh-tokoh kekristenan yang hidup pada abad kedua, seperti Clement di Roma, Polycarp, Justin Martyr, Athenagorus, Theophilus, dan Irenaeus, mengutip Perjanjian Baru, dan menganggap mereka sebagai Kitab Suci. b. Sebagian tokoh yang agak liberal sekalipun mengakui bahwa sampai dengan pertengahan abad kedua, kanon Perjanjian Baru dalam bentuk 27 kitab sudah beredar di gereja-gereja awal. Ini tidak sampai 60 tahun setelah Rasul terakhir. c. Kita tahu bahwa setiap jemaat pada waktu itu berusaha untuk memiliki salinan Kitab Suci. 3

d.

e.

f.

g. h.

i. j.

k. l.

Justin Martyr menulis, “Dan pada hari yang mereka sebut ‘Minggu,’ ada pertemuan di sebuah tempat bagi mereka yang tinggal di kota ataupun di padang, dan tulisan-tulisan para Rasul atau tulisan-tulisan para nabi dibacakan selama waktu mengizinkan. Ketika sang pembaca selesai, pemimpin pertemuan mendorong dan mengajak kami untuk meniru hal-hal mulia tersebut” (Justin Martyr, Apology). Berarti, sampai dengan tahun 200 M, pastilah ada ribuan salinan Perjanjian Baru yang dipakai di jemaat-jemaat yang tersebar di seluruh dunia. Tentunya selain itu banyak juga individu-individu yang menyalin Perjanjian Baru untuk keperluan pribadi mereka. Pada tahun 208, Tertullian menulis agar para penyesat, “berpaling kepada jemaat-jemaat yang rasuli, di mana kursi para Rasul masih pada tempat mereka, di mana tulisan-tulisan mereka yang otentik masih dibaca, menyerukan suara dan mewakili wajah mereka. Akhaia dekat dengan kalian, (di mana) kalian bisa menemukan Korintus. Karena kalian tidak jauh dari Makedonia, kalian juga memiliki Filipi; juga ada Tesalonika. Karena kalian dapat menyeberang ke Asia, juga ada Efesus. Dan karena kalian juga dekat dengan Italia, maka kalian memiliki Roma, dari mana turun kepada kita otoritas (para rasul itu sendiri)” (Tertullian, Prescriptions against Heretics, 36). Jadi, sampai dengan tahun 208, autografa masih eksis, atau minimal salinan yang benar dari autografa. Jadi, teks asli autografa, tidak hilang selama abad-abad permulaan kekristenan, melainkan disalin dan dipelihara dengan setia oleh orang-orang beriman. Kita dapat memahami bahwa teks PB yang murni akan datang dari daerah Asia Kecil/Palestina dan Eropa, karena daerah-daerah itulah yang pertama kali menerima autografa, bukan Mesir. Disamping itu, teks Perjanjian Baru juga diserang habis-habisan oleh Iblis. i. Banyak penyesat sudah hadir bahkan pada zaman Rasul-Rasul. ii. 2 Tes. 2:2, ada orang yang meniru surat-surat Rasuli. iii. 2 Petrus 3:16, ada orang yang memutarbalikkan Kitab Suci iv. Jadi, kita tidak perlu heran bila ada penyesat yang mengutak-atik Kitab Suci demi doktrin mereka. Origen, Lucian, dan Heschius, adalah orang-orang yang kita tahu mengubah teks PB. Dionysius, seorang gembala di Korintus, dalam sebuah surat bertanggal 168-176 M, bersaksi bahwa Kitab Suci dan surat-suratnya sendiri telah diubah-ubah oleh para penyesat: “Karena ketika para saudara meminta saya untuk menulis surat, saya melakukannya. Dan para rasul Iblis ini telah memenuhinya dengan lalang, menghilangkan sebagian hal dan menambahkan hal-hal lain. Oleh karena itu tidak heran jika ada di antara mereka yang mengubah-ubah Kitab Suci juga, karena mereka telah juga mengubah-ubah tulisan yang tidak termasuk kelas itu.” (Hugh Lawlor dan J.E.L. Oulton, Eusebius, Bishop of Caesarea, the Ecclesiastical history and the Martyrs of Palestine, London: SPCK, hal. 130). Hippolytus, menulis sekitar tahun 230, mengatakan bahwa, “Mereka (penyesat) tanpa takut mengutak-utik Kitab Suci yang ilahi, dan berdalih bahwa mereka telah membetulkannya.” (Malcolm Watts, The Lord Gave the Word, Trinitarian Bible Society, 1998). Irenaeus mengatakan bahwa para pengikut Marcion menghasilkan “banyak sekali karya apokripa dan tulisan palsu lainnya untuk membingungkan pikiran mereka yang bodoh.” Juga, para pengikut Valentinus mengubah teks Alkitab di Matius 11:27 (kata mengetahui, dari present tense menjadi past tense) untuk mendukung doktrin mereka bahwa Allah PL beda dengan Allah PB (Irenaeus, Against Heresies). Tertullian mengeluh bahwa para pengikut Marcion dan Valentinus mengubah Kitab Suci (Harry Sturz, The Byzantine Text-type, hal. 117). Gaius, menulis antara tahun 175 -200 M, menyebut Asclepiades, Theodotus, Hermophilus, dan Apollonides sebagai penyesat-penyesat yang mengubah Kitab Suci demi menyangkal keillahian Kristus. Perhatikan kutipan berikut: “Kitab Suci yang ilahi telah dengan sangat berani dirusak oleh para penyesat ini...mengutak-utik dengan tangan mereka dengan dalih untuk membetulkannya. Bahwa saya bukan membuat tuduhan palsu cukup jelas bagi barangsiapa yang mau memeriksa perkara ini. Ia hanya perlu mengumpulkan salinan-salinan yang dimiliki orangorang ini; lalu, membandingkannya satu sama lain; dan ia akan menemukan bahwa perbedaan antara salinan-salinan itu mengejutkan banyaknya. Yang punya Asclepiades akan sangat berbeda dengan punya Theodotus. Nah, sampel dari tiap-tiap jenis dapat ditemukan di mana-mana 4

karena murid-murid mereka menyalin dengan sangat rajin salinan-salinan yang “sudah dibenarkan” oleh guru mereka masing-masing itu, yang sebenarnya adalah salinan-salinan yang telah “rusak.” Dengan kedua jenis di atas, milik Hermophilus akan ditemukan jauh berbeda pula. Mengenai salinan-salinan milik Apollonides, bahkan saling bertentangan di antara mereka sendiri. Bahkan, biarkan siapa saja membandingkan teks bikin-bikinan yang dihasilkan orangorang ini pada awalnya, dengan versi terakhir mereka, dan akan ditemukan perbedaan yang terlalu mencolok....Mereka tahu bahwa ini bukanlah Firman Tuhan yang mereka terima dari guru-guru mereka. Kalau tidak, coba saja mereka menunjukkan teks asli yang mereka pakai untuk salin.” (Eusebius, Ecclesiastical History, v. 28). i. Para penyesat yang merusak Kitab Suci ini adalah mereka yang menolak keilahian Kristus. ii. Para penyesat itu saling bertentangan di antara mereka sendiri dan melakukan perubahan dalam teks mereka yang berbeda dengan perubahan yang dilakukan oleh penyesat lain. iii. Fenomena ini terlihat dalam Vaticanus maupun Sinaiticus. Teks Vaticanus berbeda dengan Sinaiticus dalam lebih dari 3000 tempat di Injil saja, dan ini tidak menghitung salah eja. Vaticanus dan Sinaiticus juga sangat banyak menyerang keilahian Kristus. Papyrus 45 berbeda dengan Papyrus 66 dalam 73 tempat, tidak menghitung kesalahan salin yang jelas, hanya dalam 70 ayat yang dimiliki kedua papyrus tersebut. m. Clement dari Aleksandria (150-230 M) menyebut penyesat-penyesat berikut yang bercokol di Mesir pada abad kedua: Valentinus, Basilides, Marcion, Peratae, Encratitus, Docetis, Haimetites, Kain, Ophite, Simonian, Eutychite. Clement mengeluh bahwa mereka mengubah-ubah Injil demi “maksud mereka sendiri yang jahat.” (Sturz, The Byzantine Text-type, hal. 117). n. Agustinus (cir. 400 M) bersaksi bahwa ada orang yang telah menghilangkan Yohanes 7:53-8:11 dari manuskrip-manuskrip. “Orang-orang tertentu yang beriman kecil, atau lebih tepat para musuh iman, takut, saya kira, bahwa istri-istri mereka dibebaskan untuk berdosa, maka mereka menghilangkan dari manuskrip tindakan Tuhan mengampuni sang pezinah, seolah-olah Dia yang telah berkata ‘jangan berdosa lagi’ memberikan izin untuk berdosa.” (Edward Hills, The King James Defended, hal. 151). o. Ada sebuah sekolah theologi yang sesat di Aleksandria, Mesir. i. Philo hidup di Aleksandria tahun 40 - 60 M. Ia menggabungkan konsep pagan dengan Alkitab, dan menciptakan suasana yang cocok untuk penafsiran alegoris. ii. Philo mengajarkan Gnostikisme. Jadi, jelas bahwa benih Gnostik telah tumbuh sejak awal di Aleksandria. iii. Sebuah sekolah didirikan di Aleksandria pada tahun 180 M, oleh Pantaenus. Pantaenus adalah seorang yang menggabungkan penyembahan berhala dengan kekristenan. iv. Titus Flavius Clement (115-215 M), atau lebih dikenal sebagai Clement dari Aleksandria, adalah seorang murid Pantaenus, dan mengajar di sekolah itu mulai dari 190 - 202 M. Clement mengikuti jejak theologi Pantaenus, dan juga salah satu pencetus konsep purgatory, dan mengajarkan baptisan untuk keselamatan. Ia menerima kitab-kitab Apokripa, dan percaya manusia bisa menjadi Allah. Sekolah di Aleksandria ini terkenal dengan penafsirannya yang alegoris. v. Clement digantikan oleh Origen (185 - 254 M). Origen banyak mengikuti Philo. Origen banyak membela kekristenan sekaligus menghancurkan kekristenan. Ia menulis karya-karya untuk membela kekristenan. Tetapi, ia juga menghancurkan kekristenan karena pandangannya yang sesat dan cara ia mengubah Kitab Suci demi kepentingannya sendiri. vi. Origen adalah orang pertama yang menjadi textual critic. Cara dia memperlakukan Kitab Suci sungguh mengejutkan. Dia seringkali mengatakan bahwa klausa atau kalimat tertentu tidak ada dalam teks asli, hanya karena tidak cocok dengan pemikiran dia atau theologi dia. Tidak heran jika teks-teks Yunani yang berada dibawah pengaruh Origen, sering tidak murni, dan ada terjemahan yang tidak terpengaruh Origen, seperti Old Latin, yang lebih murni dalam beberapa tempat, seperti 1 Yoh. 5:7. vii. Eusebius (270 - 340 M) adalah murid dari Origen, dan ia mempromosikan banyak pengajaran sesat Origen. Eusebius pernah diperintahkan oleh Constantin untuk memproduksi 50 Alkitab bahasa Yunani. Banyak ahli yang berpikir bahwa Vaticanus dan Sinaiticus adalah bagian dari 50 Alkitab yang diproduksi oleh Eusebius tersebut. viii.Arius, pemimpin Arianisme, yang menolak keilahian Kristus, menjadi penatua di 5

Aleksandria pada tahun 315 M. p. Sebagai tandingan Aleksandria, ada sebuah sekolah theologi juga di Antiokhia. i. Ignatius adalah seorang gembala sidang terkenal di Antiokhia hingga kematiannya pada awal abad kedua. Sangat mungkin bahwa ia, beserta juga Polycarp, mengenal langsung Rasul Yohanes. Ignatius mati martir di Roma antara 107 - 115 M, dilemparkan kepada hewan-hewan buas. ii. Theophilus adalah seorang gembala sidang terkenal di Antiokhia pada bagian akhir abad kedua, ditahbiskan tahun 170 M. Ia mati tahun 193 M. Theophilus melawan Marcion dan Hermogenes (bidat-bidat), dan menulis tafsiran injil (masih ada dalam bahasa Latin hari ini) dan tafsiran kitab Amsal. iii. Dorotheus adalah seorang gembala di Antiokhia pada akhir abad ketiga. Menurut Eusebius, Dorotheus mempelajari bahasa Ibrani secara mendalam, sehingga ia dapat membaca Alkitab dalam bahasa Ibrani dengan lancar. iv. Sementara sekolah di Aleksandria sedang memajukan Gnostik dan penafsiran alegoris, sekolah di Antiokhia sedang memajukan pengajaran rasuli dan metode penafsiran literal. Hal ini berpengaruh dalam perdebatan tekstual. Seorang yang menafsirkan Alkitab secara literal, akan jauh lebih peduli kepada pemeliharaan kata-kata Alkitab secara persis. Terjemahan bahasa Aram (Syria), yaitu Peshitta, sangat konsisten satu sama lain. Dan teks Yunani yang dipakai di Antiokhia adalah tipe Tradisional. v. Barulah pada abad kelima dan seterusnya, sekolah di Antiokhia melemah karena pengaruh Roma Katolik, bahkan pernah mengikuti kesesatan Arian, dan akhirnya diserap oleh Katolik. q. Terjadi beberapa kali penganiayaan besar terhadap orang Kristen oleh kaisar-kaisar Roma. Salah satu yang paling parah adalah oleh Diocletian (284-305 M), dan ia membakar banyak sekali Kitab Suci. Penganiayaan Diocletian terutama sengit di wilayah Byzantium/Syria. Inilah salah satu alasan mengapa tidak banyak manuskrip tipe Tradisional yang ditemukan dari abad-abad ini. r. Dalam abad-abad ini, teks asli Alkitab diterjemahkan ke berbagai bahasa, yang mendukung Textus Receptus. Beberapa versi terjemahan yang penting antara lain: i. Peshitta (Bahasa Aram), abad 2-3 M. ii. Itala/Old Latin (Bahasa Latin), abad 2 M. 3. Fase Abad Keempat hingga Kesepuluh - Teks Tradisional memenangkan pertempuran a. Pertempuran pada abad kedua hingga keempat atas teks Alkitab yang benar, merajalela, tetapi Tuhan memelihara FirmanNya. Jack Moorman: “Ada pergulatan tentang isu teks Kitab Suci pada abad-abad awal itu, tetapi ada pemenang yang jelas!” b. Sejak abad keempat hingga kesepuluh, Teks Tradisional menang telak atas teks Aleksandrian. c. Pada abad-abad ini, Alkitab diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, dan mereka mendukung teks Tradisional antara lain: i. Alkitab Gothic (s. 350 M) oleh Ulfilas ii. Alkitab Slavia (s. 850 M) oleh Cyril Constantine dan Methodius d. Penyalinan Alkitab banyak dilakukan lagi pada abad-abad ini, terutama karena sejak Konstantin tidak ada lagi penganiayaan dari luar. Ada berbagai tipe materi yang dipakai sebagai medium penyalinan: i. Manuskrip Papirus dibuat dari tanaman papirus yang banyak tumbuh di daerah delta sungai Nil. Potongan-potongan tipis dari batang tanaman dijejerkan dan disambung satu sama lain, lalu dikeringkan. Hasilnya adalah medium tulis yang berwarna keabu-abuan hingga kuning muda, cukup fleksibel dan kuat untuk digulung dan disambung-sambung menjadi gulungan hingga 10 meter. Papirus dipakai dari abad pertama hingga sepuluh, tetapi mulai jarang untuk PB sejak abad ketiga. ii. Manuskrip Parchment atau Vellum, terbuat dari kulit binatang yang disamak. Vellum kualitasnya lebih tinggi, biasanya dari daerah betis, Parchment dari daerah lain. Untuk membuat cukup banyak Vellum untuk memuat seluruh Perjanjian Baru, diperlukan sekitar 60 domba atau kambing. Vellum tidak dipakai dalam penulisan PB hingga abad keempat, tetapi sejak saat itu menggantikan Papirus, dan dipakai hingga abad keempat belas. 6

e.

f.

g.

h.

Konstantin pernah memerintahkan penyalinan 50 Alkitab kualitas tinggi menggunakan materi ini. iii. Manuskrip Kertas. Kertas baru dipakai luas sejak abad keduabelas, dan PB yang paling awal disalin di atas kertas adalah salinan dari abad kesembilan. iv. Palimpsest: Mengacu pada Papirus ataupun Parchment yang sudah pernah ditulisi, lalu dihapus untuk ditulis ulang lagi. Ada beberapa alat tulis pada waktu itu: i. Stilus: terbuat dari tulang, logam, atau bahan lain yang memiliki satu ujung runcing untuk menulis, dan satu ujung tumpul untuk menghapus. Dipakai untuk tablet (tanah liat, dll.) ii. Pena buluh: terbuat dari batang buluh dengan kuas disambung di ujung, dipakai untuk Papirus. iii. Pena bulu: dibuat dari burung dengan ujung yang dibelah. Terutama dipakai pada Parchment. iv. Pena tinta: pena bulu yang dipakai dengan tinta hitam maupun berwarna, banyak dipakai untuk manuskrip PB. Ada beberapa gaya penulisan pada waktu itu: i. Majuscules atau Uncial. Uncial artinya “setinggi satu inci.” Dalam gaya ini, semua huruf ditulis huruf besar, dengan ukuran sama, berdempetan, tanpa spasi dan tanda baca. Ada sekitar 263 manuskrip gaya uncial yang bertahan hingga hari ini, yaitu yang ditulis mulai dari abad kedua hingga abad kesebelas. Hanya lima yang berisi seluruh atau hampir seluruh PB. ii. Miniscules atau Cursive. Ini adalah gaya penulisan yang lebih mirip modern. Manuskrip menggunakan huruf besar maupun huruf kecil. Ada tanda baca dan spasi. Jenis penulisan ini jauh lebih mudah dibaca. Ada sekitar 2812 manuskrip Yunani bergaya Cursive yang ada pada kita hari ini. Gaya ini mulai dipakai untuk PB sejak abad kesembilan dan seterusnya. Ada beberapa bentuk manuskrip waktu itu: i. Gulungan: materinya adalah Papirus atau Parchment, dan digulung pada sebuah tongkat. Gulungan dipakai secara horizontal. Kitab yang panjang, seperti Lukas atau Kisah Para Rasul, bisa memakan 10-12 meter gulungan. Sebuah gulungan berisi seluruh PB dikatakan dapat menjadi sepanjang 70 meter. ii. Codex (buku): lembaran-lembaran papirus atau Parchment, atau kertas, dijadikan satu dengan cara mengikat tepi mereka. Ada beberapa tipe kesalahan penyalinan yang dapat terjadi: i. Kesalahan karena melongkapi kata-kata atau frase tertentu, atau baris tertentu. Hal ini bisa terjadi karena kesalahan lihat oleh penyalin. Sebagai contoh adalah fenomena homoeoteleuton: Salah salin karena adanya kata-kata dengan akhiran yang sama atau serupa. Contoh kasus: Lukas 2:15 (karena banyaknya akhiran “oi” dan Yohanes 6:11 (karena dua kata “tois”). ii. Kesalahan menambahkan kata-kata atau frase. Jika pikiran tidak konsentrasi, bisa jadi ada kata atau frase yang dicatat dua kali. Contoh yang terjadi adalah pada Lukas 15:17 (“ode” dua kali), terutama juga karena pengaruh penulisan gaya Uncial, sehingga pemenggalan kata dapat bermasalah. iii. Kesalahan pengejaan dan sebagainya. Kata “Betesda” di Yoh. 5:2, memiliki 30 variasi pengejaan dalam berbagai manuskrip. iv. Kesalahan karena satu kata dianggap kata lain. Hal ini lebih sering terjadi pada gaya Uncial, terutama karena huruf Yunani ada yang mirip satu sama lain, dan kedekatan huruf-huruf tersebut. v. Kesalahan karena salah membagi kata. Hal ini terjadi pada gaya Uncial. Contoh: GODISNOWHERE. Contoh: Lukas 15:17 tadi, Matius 22:23, di mana terjadi pengurangan “oi,” dan Yoh. 5:4 (“eterasse to hudor” menjadi “eterasseto hudor” di banyak manuskrip, sementara di CT ayat ini malah dihilangkan sama sekali). vi. Kesalahan karena kesalahan hafalan atau kesembronoan. Kadang-kadang penyalin yang kurang baik mencoba menyalin dari ingatan, lalu salah. Kadang-kadang pula, terjadi kesembronoan, sehingga kata-kata yang mirip disalin secara salah: Luk. 2:14 (beda satu “s”); Luk. 23:42; Mar. 11:4; Yoh. 12:41; Wah. 1:5 (beda satu “o”). 7

vii. Kesalahan Attraction, yaitu adanya kata-kata yang terpengaruh akhiran atau bentuk katakata sekelilingnya. Contoh adalah Yoh. 6:71 dan 13:26, di mana “Yudas Iskariot” menjadi berubah karena Iskariot mengikuti akhiran genitif kata sekelilingnya. Contoh lain adalah 2 Korintus 3:3, mengenai kata “kardias” yang berubah menjadi datif karena kata-kata disekelilingnya. viii.Karena pengaruh Lectionary: Markus 15:28 hilang di beberapa manuskrip. Alasannya tidak sulit ditentukan, sejak ditemukan oleh Burgon, suatu teks Yunani (codex 71), yang berisikan petunjuk pembacaan kitab Suci, yang menginstruksikan pembacaan hingga ayat 27, melongkapi ayat 28, dan berlanjut kepada ayat 29 untuk hari berikutnya. ix. Kesalahan yang disengaja. Hal ini banyak dilakukan oleh para bidat ataupun orang “saleh” yang tidak benar. 1) Mencoba mengharmoniskan Alkitab. Contoh: Lukas 24:1, menghilangkan “kai tines sun autais” untuk mencoba mengharmoniskan dengan Mat. 28:1 (karena empat salinan Latin yang menghilangkan frase ini, dalam Luk. 23:55 berbunyi “dua wanita”) Contoh lain adalah Matius 27:34, “cuka” diganti dengan “anggur” untuk mengharmoniskan dengan Mar. 15:23. (Sebenarnya tidak perlu diharmoniskan, karena cuka zaman itu dibuat dari anggur ringan yang diasamkan, jadi bisa disebut dua-duanya). 2) Asimilasi. Contoh Yoh. 16:16 karena ingin menyamakan dengan 16:19; Markus 1:2, “nabi-nabi” diganti “Yesaya” karena perikop parallel di Matius, Lukas dan Yohanes. 3) Penghilangan/Omission. Contoh: Mar.16:9-20; Mat. 5:44; 1 Yoh. 4:3 4) Pertukaran tempat. Contoh: Markus 1:5; Lukas 24:7 i. Pada masa ini terjadi transisi dari gaya penulisan Uncial kepada Cursive. Peristiwa ini penting dari sudut pandang studi teks, karena saat ingin mengganti ke manuskrip gaya cursive, orangorang percaya pastinya menyalin dari Uncial yang paling dapat mereka percaya. Faktanya, hampir semua manuskrip cursive adalah tipe Tradisional. Ini menunjukkan bahwa para penyalin abad 10-12, menganggap teks Tradisional sebagai teks yang benar, dan teks itulah yang mereka salin saat mereka memproduksi manuskrip-manuskrip baru dalam bentuk cursive. Artinya, nilai cursive jauh lebih tinggi dari yang selama ini diakui oleh para tokoh textual criticism. 4. Fase Abad Kesebelas hingga Keenambelas a. Pada fase ini, Alkitab banyak tersebar dan diterjemahkan, tetapi pada saat yang sama Gereja Roma Katolik menggunakan segala cara dan upaya untuk menghentikan penyebaran Alkitab. b. Selama fase ini, teks Tradisional yang menjadi dasar Tekstus Receptus tetap dipelihara oleh Allah. Ada tiga saksi bahwa teks Tradisional adalah teks yang dipelihara Tuhan. i. Saksi Manuskrip Yunani - Sekitar 98% dari manuskrip Yunani yang kita miliki hari ini mendukung Tekstus Receptus, yaitu sekitar 5400 manuskrip. Hal ini diakui oleh para Textual Critic. 1) Dari manuskrip Uncial, ada 263 saat ini. Kebanyakan mendukung teks Tradisional. 2) Dari manuskrip Cursive, ada sekitar 2.937 saat ini, kebanyakan mendukung teks Tradisional, bahkan lebih dari Uncial. 3) Dari lectionaries, ada sekitar 2.280 lectionary Yunani saat ini, kebanyakan mendukung teks Tradisional. ii. Saksi Terjemahan Kuno 1) Latin Kuno (Old Latin) - terjemahan Latin sebelum Vulgate yang diedit oleh Jerome. Diterjemahkan kira-kira tahun 157 M. Saat ini kita tidak punya terjemahan Latin kuno seluruh PB, hanya 60 bagian saja. Tetapi ada beberapa kutipan tokoh awal Kristen dari Latin kuno. Latin kuno juga bervariasi, yang di Barat dan yang di Afrika. Yang di Barat mendukung teks Tradisional, sedangkan versi Afrika sangat rusak. Latin kuno terus dipakai oleh kelompok yang menolak Roma Katolik, seperti Waldenses dan Albigenses, hingga abad ke-13. 2) Peshitta (Aram/Syria) - terjemahan yang sangat kuno. Ellicott, tahun 1870, menulis bahwa “Tidak terlalu berimajinasi jika kita berasumsi bahwa sebagian dari terjemahan Peshitta bisa saja pernah dibaca oleh Rasul Yohanes.” Gereja Ortodoks Syria hingga hari ini masih memakai Peshitta, yang menurut tradisi mereka diterjemahkan oleh Markus atau Yudas. Hari ini kita punya sekitar 350 manuskrip Peshitta kuno. Peshitta 8

3)

4) 5) 6) 7) 8) 9)

sedemikian mendukung teks Tradisional, sehingga orang liberal berupaya menulis ulang sejarah, dengan mengatakan bahwa Peshitta baru diterjemahkan pada abad keempat, tanpa bukti. Menurut Burkitt (orang liberal), Peshitta dibuat oleh Rabbula, penatua di Edessa (sebuah kota di Syria), tahun 411-435 M. Sanggahan: tidak ada catatan sejarah seperti itu, itu hanya dongeng dan imajinasi. Lagipula, pada zaman Rabbula, terjadi perpecahan besar di gereja-gereja Syria, sebagian ikut Nestorian, sebagian ikut Rabbula. Tetapi, kedua pihak memakai Peshitta, sesuatu yang tidak mungkin terjadi jika Peshitta dibuat oleh Rabbula. Latin Vulgate - Karya Jerome, yang diperintahkan oleh Damasus (penatua di Roma) untuk menerjemahkan Alkitab ke Latin. Akhirnya dipakai sebagai Alkitab resmi Roma Katolik selama abad-abad kegelapan. Vulgate adalah teks yang sebagian mendukung Tradisional, sebagian mendukung Aleksandrian, tetapi jauh lebih banyak yang mendukung Tradisional. Vulgate mengandung 1 Yoh. 5:7 dan Kis. 8:37. Terjemahan Georgia - kawasan di antara laut Hitam dan laut Kaspia, diinjili dari Armenia, dan teorinya adalah terjemahan Georgia dibuat abad keempat. Terjemahan ini mendukung teks Tradisional. Gothic - sudah dibahas. Slavia - sudah dibahas. Romaunt atau Occitan - dipakai oleh Waldenses, dan berpakal kembali ke abad 12. Bahasa Romaunt adalah nenek moyang bahasa Perancis dan Italia. Ada tujuh manuskrip yang kita miliki, dan mengandung 1 Yoh. 5:7. Tepl - terjemahan ke dalam Jerman kuno, dipakai oleh Waldenses abad 14 dan 15. Mendukung Tradisional. Inggris - terjemahan Inggris pertama oleh John Wycliffe, walaupun diterjemahkan dari Latin, mendukung Tradisional.

iii. Saksi berupa kutipan para tokoh Kristen mula-mula. John Burgon meneliti kutipan para tokoh Kristen mula-mula. Karyanya yang tidak sempat ia publikasikan ini, mengandung 86.489 kutipan. 4.383 kutipan dari antaranya adalah dari 76 penulis yang hidup sebelum tahun 400 M. Dari itu semua, didapatkan bahwa Teks Receptus menang 2.630 banding 1.753, atau 3:2. Harus diingat bahwa kebanyakan tokoh yang dikutip berasal dari wilayah Aleksandria (Barat) dan sekitarnya. Jika karya para tokoh-tokoh Timur (Siria) lebih banyak lagi kita miliki, akan lebih jauh lagi kemenangan Tekstus Receptus. Bukti menunjukkan bahwa memang ada pertempuran teks pada abad-abad mula-mula, tetapi jelas ada pemenangnya! 5. Fase Reformasi (Abad Keenambelas hingga Sembilanbelas) a. Janji Allah untuk memelihara FirmanNya, membuat kita yakin bahwa Alkitab keluar dari abadabad kegelapan dengan utuh. “Allah yang memelihara teks PB dengan aman melalui period waktu kuno dan abad-abad pertengahan, tidak lalu khilaf ketika waktunya tiba untuk mentransfer teks ini ke dalam bentuk cetak modern. Inilah keyakinan yang membimbing para pelajar Alkitab ketika ia merenungkan hubungan Tekstus Receptus yang dicetak dengan teks Tradisional PB yang terdapat dalam mayoritas manuskrip Yunani....Sangat tidak masuk akal jika bimbingan ilahi yang telah memelihara teks PB selama abad-abad panjang masa manuskrip, lalu bisa salah ketika teks ini dimasukkan ke dalam percetakan” (Edward F. Hills, The King James Version Defended, ed. 4, hal. 199, 200). b. Teks Yunani PB pertama kali dicetak tahun 1516, dan melalui beberapa edisi. Nama bagi teks ini antara lain: i. Teks yang diterima (Tekstus Receptus dalam Latin). ii. Teks mayoritas, karena 98% dari 5400 manuskrip yang ada pada kita hari ini mendukung teks ini. Tetapi, Hodges-Farstad ada menerbitkan teks PB yang mereka sebut Majority Text, ini tidak sama dengan TR. iii. Teks Tradisional, karena inilah teks yang dipakai oleh gereja-gereja yang setia di abad-abad silam. 9

c.

d.

e. f.

g.

iv. Teks Umum v. Teks Byzantium (sering dipakai secara pejoratif), karena terpelihara dalam Kerajaan Byzantin. Kerajaan Romawi terpecah dua, menjadi Barat (Roma) dan Timur (Konstantinopel). Akhirnya Barat disebut Roma, Timur disebut Byzantium. Di Barat, Latin menjadi bahasa utama, di Timur, Yunani bahasa utama. Dengan demikianlah teks-teks Yunani dipelihara di Timur. Teks-teks kuno berada di Konstantinopel, dan tetap di sana, hingga, karena takut Konstantinopel jatuh ke tangan Turki, teks-teks ini semua dikirim ke Eropa pada tahun 1453, hampir bersamaan dengan penemuan mesin cetak oleh Gutenberg. Apakah ini kebetulan? vi. Teks Konstantinopel, karena Konstantinopel adalah ibukota kerajaan Byzantium vii. Teks Antiokhia atau Teks Syria, karena di Antiokhia-lah teks ini dipelihara viii.Teks Oriental atau Teks Asiatikus, karena berasal dari Timur ix. Teks Koine, karena ditulis dalam bahasa Yunani Koine, bukan Yunani Klasik Teks Yunani TR pertama kali dipublikasikan oleh Desiderius Erasmus (1466-1536) i. Erasmus mempublikasikan 5 edisi TR (1516, 1519, 1522, 1527, 1535) ii. Sejak edisi yang ketiga (1522), hingga hari ini, TR mengandung 1 Yoh. 5:7. iii. Erasmus, lahir di Rotterdam, adalah seorang yang sangat terpelajar. Edward Hills menulis, “Sebagai kesimpulan, tidak ada satu orang pun di seluruh Eropa yang lebih siap dibandingkan Erasmus, untuk pekerjaan mengedit teks Yunani PB yang pertama dicetak, dan inilah alasannya, kita percaya, Allah memilih dia dan membimbing dia dalam penyelesaian tugas ini.” (Hills, ibid., hal. 196). Ia mati di Basel, Switzerland tahun 1536. iv. Serangan pada Erasmus: bahwa dia Humanis, dan dia Katolik. Sebenarnya, pengertian “humanis” waktu itu berbeda dengan “humanis” sekarang ini. Dan, banyak sekali doktrin Katolik yang ditentang oleh Erasmus. Edisi pertama Erasmus dikerjakan dengan terburu-buru, dan mengandung kesalahan, yang dibetulkan dalam edisi-edisi selanjutnya. “Allah bekerja, dalam rancanganNya, melalui manusia yang berdosa yang bersalah, sehingga jalan bimbinganNya mengandung sisi manusia sekaligus sisi Ilahi. Elemen-elemen manusiawi ini terlihat jelas dalam edisi pertama (1516) TR. Salah satunya, karya itu cukup terburu-buru, sehingga ada teks yang tidak dapat terbaca dan bentukbentuk huruf yang kacau. Kesalahan cetak seperti ini, segera dihilangkan oleh Erasmus sendiri dalam edisi-edisi selanjutnya, dan juga oleh para editor lainnya, sehingga tidak perlu menjadi bahan pertimbangan kita dalam menentukan nilai Tekstus Receptus.” (Hills, ibid., hal. 202). Erasmus memiliki cukup banyak manuskrip untuk mengedit teks PB. Lagipula, Erasmus tahu akan variasi-variasi yang terdapat dalam Vaticanus, dan dengan sengaja tidak memasukkan variasi-variasi tersebut. Tekstus Receptus lalu direvisi oleh berbagai orang yang terpisah dari Roma Katolik: i. Robert Stephanus (Estienne dalam Perancis), 1503-1559, menerbitkan empat edisi TR. Dialah yang menambahkan pembagian pasal dan ayat yang kita kenal hari ini (sistem modern), yaitu pada edisi Jenewa, tahun 1551. ii. Theodore Beza, 1519-1605, menerbitkan 10 edisi TR. iii. Keluarga ahli cetak dari Belanda, Elzevir, menerbitkan 2 edisi TR, pertama 1624, lalu 1633. Dalam edisi yang keduanya, tercetak kata-kata TEXTUS RECEPTUS, yaitu: [textum ergo habes, nunc ab omnibus receptum: in quo nihil immutatum aut corruptum damus] “Kalian kini memiliki teks yang diterima oleh semua, di dalam mana tidak ada kerusakan/korupsi.” Perhatikan pernyataan dari Kurt dan Barbara Aland, tokoh liberal: “Semua theolog abad keenambelas dan ketujuhbelas (dan bukan hanya ahli tafsir), bekerja menggunakan sebuah edisi teks Yunani PB YANG DIANGGAP SEBAGAI “TEKS YANG DIWAHYUKAN.” GAGASAN TENTANG INSPIRASI YANG VERBAL, yang dipertahankan dengan kukuh oleh kaum Protestan yang ortodoks, DIAPLIKASIKAN KEPADA TEKSTUS RECEPTUS...” (Kurt dan Barbara Aland, The Text of the New Testament, ed. 2, hal. 6,7) “Tidak dapat digugat bahwa sejak abad ke-16 hingga 18, doktrin inspirasi verbal yang ortodoks, mengasumsikan ..... [bahwa] Teks Receptus [adalah teks yang diinspirasikan] .... mereka menganggapnya sebagai “teks orisinal.” ... DIANGGAP MEMELIHARA BAHKAN SAMPAI DETIL YANG TERKECIL, FIRMAN ALLAH YANG TERILHAMKAN DAN TIADA SALAH ITU SENDIRI.” (Aland, ibid., 1987). 10

h. “Tekstus Receptus masih dianggap sebagai Firman Tuhan yang terpelihara oleh orang Protestan dan Baptis secara umum, hingga paruh kedua abad keduapuluh, dan sampai saat ini pun masih dianggap demikian oleh ratusan ribu orang fundamentalis hingga hari ini.” (David Cloud, Faith vs. The Modern Bible Versions, hal. 151-152). i. Perbedaan antara satu edisi dengan edisi TR lainnya sangat kecil. Misalnya, antara edisi ketiga Beza, dengan edisi keempat Stephanus, hanya berbeda di 38 tempat dalam seluruh PB. Bandingkan, Vaticanus berbeda dengan Sinaiticus 652 kali, dan dengan Codex D 1944 kali, hanya dalam kitab Markus. j. Para editor TR tahu tentang Vaticanus, tetapi menolaknya. k. TR inilah yang dipakai untuk menerjemahkan Alkitab ke berbagai bahasa. C. Kesimpulan “Saya sama sekali menolak untuk percaya, karena betapa tidak mungkinnya – bahwa setelah 1800 tahun, 995 dari setiap 1000 salinan, ternyata sama sekali tidak dapat dipercaya, dan bahwa yang satu, dua, tiga, empat, atau lima yang tersisa, yang isinya sampai dengan kemarin masih belum diketahui, ternyata ditemukan mengandung rahasia akan apa yang Roh Kudus ilhamkan pada awalnya. SAYA SAMA SEKALI TIDAK DAPAT PERCAYA, PENDEKNYA, BAHWA JANJI ALLAH TELAH SEDEMIKIAN GAGALNYA, bahwa setelah 1800 tahun, kebanyakan teks Injil harus diambil oleh seorang kritikus Jerman dari tong sampah di biara St. Catherine; dan bahwa keseluruhan teks harus dimodel ulang berdasarkan pola satu dua salinan yang tidak dipakai sama sekali selama lima belas abad, dan yang mungkin sekali masih selamat hingga hari ini karena mereka tidak dipakai; sementara ratusan yang lainnya telah hancur dibuka tutup, dan telah menurunkan kesaksian mereka kepada salinan-salinan lain yang dibuat dari mereka” (Burgon dan Miller, The Traditional Text of the Holy Gospels Vindicated and Established, 1896, hal. 12).

IV. Pemeliharaan Perjanjian Lama A. Fakta-Fakta Dasar 1. Teks yang kini dipakai sebagai dasar Alkitab PL bahasa Ibrani disebut sebagai Masoretic Text (MT). 2. Sampai dengan pertengahan abad ke-20, MT tidak dipermasalahkan, tetapi sejak pertengahan abad ke-20, banyak “Alkitab” versi modern yang menggunakan teks ekletik, yaitu teks campuran MT, Gulungan Laut Mati, LXX, terjemahan lain, atau bahkan tanpa dukungan tekstual (imajinasi “ahli teks”). 3. Tidak ada teks Ibrani lain yang merupakan tandingan terhadap teks MT, sebagaimana ada teks CT yang mencoba menggeser TR. B. Sejarah Teks Masoretik 1. Orang Yahudi dipercaya Tuhan menjadi penjaga PL (Rom. 3:1-2). Mereka melakukan tugas ini dengan fanatik. 2. Terutama adalah para imam yang dipercaya menjaga Kitab Suci (Ul. 31:24-26; 17:18). 3. Setelah kembalinya bangsa Israel dari pembuangan, ada kebangkitan rohani di kalangan imam, dan PL dipelihara. Ezra dan para penggantinya, dengan tuntunan Roh Kudus, mengkompilasi kanon PL. 4. Setelah kehancuran Bait Allah, 70 M, adalah para ahli Taurat (Tannaim, “guru”) yang menjaga teks PL. Juga ada kelompok yang disebut Amoraim, “penafsir.” Walaupun tafsiran mereka salah, dan mereka lebih condong pada tradisi (Talmud ditulis pada zaman ini), namun mereka tetap sangat fanatik terhadap akurasi teks PL. 5. Mulai dari abad keenam, kelompok orang yang disebut Masoret (“tradisionalis”) yang dengan fanatik menjaga teks Ibrani PL dan menurunkannya dari generasi ke generasi hingga abad ke-11. a. Para Masoret adalah keluarga-keluarga Yahudi yang berpusat di Palestina, di Tiberius, dan di Babilonia. Salah satu Masoret yang paling terkenal adalah Ben Asher di Tiberius, yang berjuang menghasilkan sebuah salinan PL yang akurat. Sejak abad ke-12 teks Ben Asher inilah yang diterima sebagai Firman Tuhan. b. Para Masoret sangat ketat dalam menyalin Firman Tuhan. Berikut disadur dari General Biblical Introduction oleh Herbert Miller (1937): i. Parchment harus dibuat dari kulit binatang yang halal, hanya boleh dipersiapkan oleh seorang Yahudi, dan kulit harus diikat oleh tali yang terbuat dari binatang halal. ii. Setiap kolum harus memiliki tidak kurang dari 48 dan tidak lebih dari 60 baris. Seluruh 11

salinan haruslah terlebih dahulu digarisi. iii. Tintanya haruslah berwarna hitam, dan harus dipersiapkan sesuai resep khusus. iv. Tidak ada kata ataupun huruf yang boleh disalin dari ingatan; penyalin harus memiliki salinan yang otentik di hadapannya, dan ia harus membaca dan mengucapkan seitap kata sebelum ia menuliskannya. v. Penyalin harus dengan hormat menyeka penanya setiap kali ia menulis kata “Allah” (Elohim) dan ia harus membasuh seluruh tubuhnya sebelum menuliskan nama “Yehovah” agar Nama Kudus itu tidak tercemari. vi. Aturan-aturan yang ketat berlaku mengenai bentuk huruf, jarak antar huruf, kata, dan bagian, penggunaan pena, warna parchment, dan sebagainya. vii. Perbaikan terhadap sebuah gulungan harus dilakukan dalam 30 hari setelah pekerjaan itu selesai, jika tidak, maka gulungan itu tidak bernilai. Satu kesalahan pada satu lembar mengharuskan lembar itu dihancurkan dan diulang. viii.Setiap kata dan setiap huruf harus dihitung, dan jika ada huruf yang terlupakan, atau huruf ekstra tertambahkan, atau jika satu huruf menyentuh huruf lain, manuskrip itu dihancurkan. Sebagai contoh, menurut para Masoret, kitab Kejadian dalam bahasa Ibrani, mengandung 1534 ayat (ayat tengah adalah Kej. 27:40), 27713 kata, dan 78100 huruf. Sebuah manuskip kitab Kejadian mengandung 4395 baris dalam 43 kolum. 6. Teks Ibrani yang pertama dicetak adalah teks Masoretic, yaitu yang pertama pada tahun 1488. Beberapa edisi kemudian dicetak, antara lain: a. Edisi Daniel Bomberg, tahun 1516-1517. Bomberg adalah seorang ahli Taurat Yahudi, seorang ahli percetakan yang mencetak Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani. b. Edisi Ben Hayyim, tahun 1524-1525. Editornya adalah Abraham Ben Hayyim iben Adonijah, juga seorang ahli Taurat Yahudi, walaupun tetap diterbitkan oleh Bomberg juga. Edisi inilah yang menjadi Masoretic Text untuk 400 tahun setelahnya. Edisi ini juga yang dipakai oleh para penerjemah King James Version. 7. Pada akhir abad ke-18, Kennicott dan De Rossi menerbitkan kumpulan dan saduran dari 1459 manuskrip Ibrani, dan mengatakan bahwa mereka tidak menemukan “perbedaan yang berarti” di antara semua itu (Hills, The King James Defended, hal. 100). Saat ini ada sekitar dua ribu manuskrip Perjanjian Lama, walaupun sebagian besar hanya potongan-potongan (Jack Moorman, Forever Settled, hal. 10). C. Serangan Terhadap Masoretic Text 1. Pada tahun 1937, Kittel menerbitkan Biblia Hebraica-nya, edisi ketiga, yang didasarkan pada Codex Leningrad (Codex L atau B19a), yang diperkirakan dari tahun 1008. Codex Leningrad ini, walaupun tidak separah Critical Text dibandingkan TR, tetap saja kurang murni dibandingkan teks Ben Hayyim yang menjadi dasar King James Version. Kittel adalah seorang liberal (Menurut Morris, Kittel adalah seorang rasionalis Jerman, seorang higher critic, yang menolak ketiadasalahan Alkitab, dan setuju dengan evolusi), dan dalam Alkitab Ibraninya, ia mengajukan banyak usul perubahan pada teks Ibrani dalam bentuk footnote. 2. Footnote-footnote di teks Kittel, mengusulkan 20000 hingga 30000 perubahan. Usulan-usulan ini didasarkan pada sumber-sumber berikut (D.A. Waite, Defending the King James Bible, hal. 29-31) a. Septuaginta / LXX b. Terjemahan Syria c. Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scroll) i. Ada sekitar 800 manuskrip yang ditemukan di gua-gua sekitar Laut Mati, kemungkinan besar dipelihara di situ oleh kelompok Essenes pada abad pertama. ii. Sekitar 200 manuskrip berisikan Alkitab bahasa Ibrani, walaupun mayoritasnya hanya potongan-potongan kecil. Bagian Alkitab yang ada, antara lain: Mazmur, Ulangan, Yesaya, Ulangan, Kejadian, Imamat, dan Bilangan. iii. Ada dua teks Yesaya yang sama dengan Masoretic Text, membuktikan bahwa Masoretic Text bukanlah ciptaan para Masoret. Manuskrip lain mengandung variasi-variasi terhadap MT, tetapi mereka bukanlah standar kita. d. Samaritan Pentateuch, kitab Torah (5 kitab) yang dipakai oleh orang-orang Samaria. e. Latin Vulgate 12

f. g. h. i. j. k. l. m.

Terjemahan Aquila, yaitu terjemahan PL ke dalam Yunani. Kutipan dari Jerome Kutipan dari Josephus Berbagai variasi yang ditemukan di catatan pinggir manuskrip Ibrani tertentu Tradisi Yahudi Targum, yaitu commentary atas Perjanjian Lama oleh para rabbi Yahudi. Commentary Jerome atas Mazmur, yang disebut Juxta Hebraica Imajinasi dan kreativitas para textual critic. Kadang-kadang, tanpa ada dasar tekstual sama sekali, para liberal mengubah huruf hidup teks, atau mengatur ulang konsonan dari teks Ibrani, untuk mendapatkan pengertian yang lebih mereka sukai.

3. Beberapa contoh penyimpangan dalam versi-versi Modern dari Masoretic Text: a. Yesaya 9:3, dalam MT ada kata “tidak,” sedangkan versi modern menghilangkannya, karena menurut mereka tidak pas. b. Kejadian 4:8, versi-versi modern menambahkan “Marilah kita pergi ke padang,” yang tidak ada dalam MT, atas dasar otoritas Samaritan Pentateuch, Septuaginta, Vulgate, dan Syriac (footnote NIV). c. Kejadian 4:15, versi-versi modern menambahkan “Sekali-kali tidak!” yang tidak ada dalam MT, atas dasar otoritas Septuaginta, Vulgate, dan Syriac. d. 2 Taw 36:9, versi-versi modern menulis “delapan belas” sedangkan MT menulis “delapan.” Perubahan dilakukan, walaupun tidak ada dukungan tekstual, untuk menyocokkan dengan 2 Raja-Raja 24:8. e. Menurut perhitungan D. A. Waite, NASV dan NIV mengikuti Septuaginta 73 kali, Syriac 20 kali, gulungan Laut Mati 8 kali, dan Imajinasi 67 kali. D. Otoritas Masoretic Melebihi Dokumen-Dokumen Lain 1. Lebih dari Septuaginta a. Asal-Usul Septuaginta: i. Asal usulnya masih diperbedatkan. Ada sebuah surat, yang mengklaim ditulis oleh seorang bernama Aristeas kepada saudaranya Philocrates, pada zaman pemerintahan Ptolomy Philadelphus (285-246 SM). Dalam surat itu, Aristeas menceritakan bagaimana Philadelphus, karena dipengaruhi oleh juru perpustakaannya untuk mendapatkan satu salinan Alkitab Yahudi, maka meminta kepada imam besar di Yerusalem untuk menyediakannya. Lalu, dikirimlah 72 tua-tua (enam dari tiap suku) ke Aleksandria dengan satu salinan resmi dari Hukum Taurat. Di sana, mereka dikirim ke pulau Pharos dan masingmasing dari 72 tua-tua itu melakukan terjemahan mereka sendiri. Dalam waktu 72 hari, mereka menyelesaikan terjemahan masing-masing, yang ternyata sama persis!, dan ditenggarai membuktikan pengilhaman Tuhan. Terjemahan ini yang lalu dibacakan di depan masyarakat Yahudi di Mesir, dan disambut dengan gegap gempita. Dari jumlah penerjemahnya, akhirnya namanya dikenal sebagai Septuaginta (LXX). Josephus juga ada mencatatkan kisah yang sama, tetapi ditambahi dengan detil-detil ajaib (Moorman, Forever Settled, h. 13). ii. Cerita di atas patut diragukan historisitasnya, karena surat Aristeas tersebut diketahui berasal dari abad kedua SM, bukan abad ketiga (ISBE bahkan mengusulkan tahun 80-100 SM). Lagipula, banyak elemen dari cerita tersebut yang terdengar seperti legenda. b. Adakah Septuaginta sebelum Kristus? i. Paul Kahle melakukan riset yang mendalam tentang hal ini dan dia menyimpulkan bahwa tidak ada LXX yang eksis sebelum zaman Yesus. Perhatikan fakta-fakta berikut: 1) Manuskrip PL dalam bahasa Yunani tertua adalah Papyrus Ryland (No. 458), yang mengandung Ulangan 23-28. Papyrus ini mungkin berumur dari 150 SM, tetapi bisa juga lebih muda. 2) Yang disebut oleh para ahli kritik sebagai “papirus Septuaginta” adalah 24 manuskrip yang berumur paling tua 200 tahun setelah Kristus. 3) Sumber lain adalah Vaticanus (B), Alexandrinus (A), Sinaiticus (Aleph), dan Ephraemi Rescriptus yang mengandung cukup banyak bagian-bagian PL dalam bahasa Yunani. 13

4) Saat ini ada sekitar 240 manuskrip PL dalam Yunani (gaya Uncial), yang kebanyakannya hanyalah cuplikan bagian kecil PL. Semuanya berasal dari zaman sesudah Kristus. ii. Menurut New Bible Dictionary, bukti yang terbaik menunjukkan bahwa ada penerjemahan Hukum Taurat sebelum Kristus di Aleksandria. Sedangkan bagian-bagian lain PL diterjemahkan sendiri-sendiri oleh otoritas yang berbeda-beda, sehingga tidak ada satu pun terjemahan PL yang lengkap sebelum Yesus Kristus yang dapat disebut “Septuaginta” yang diterima oleh semua orang Yahudi. iii. Karena manuskrip-manuskrip PL dalam bahasa Yunani cukup jarang dan juga terpecahpecah, sumber utama LXX hari ini adalah kolum kelima dari Hexapla nya Origen (254 M). iv. Jadi, LXX adalah terjemahan biasa. Kualitas terjemahan LXX juga bervariasi. Terjemahan bagian Hukum Taurat cukup baik, tetapi bagian-bagian lain ada yang sangat buruk. Yang jelas, LXX hanyalah terjemahan, dan tidak boleh dijadikan standar, apalagi untuk membenarkan Masoretik. c. Apakah LXX dikutip oleh para penulis PB? i. Para penulis PB tidak mengutip LXX, karena: 1) Orang Yahudi di Israel yang mengerti bahasa Ibrani, juga dengan “kesombongan” mereka sebagai umat pilihan, tentunya tidak akan memakai terjemahan Yunani dari Aleksandria yang adalah sarangnya bidat-bidat Yahudi. 2) Tuhan Yesus Kristus berbicara mengenai “iota” dan “titik” (keraia) yang hanya terdapat dalam bahasa Ibrani. 3) Tuhan Yesus mengacu kepada ketiga pembagian Perjanjian Lama, yaitu Hukum Taurat, Kitab Nabi-Nabi, dan Mazmur (TaNaK). 4) Dalam Lukas 11:51, Tuhan Yesus Kristus mengacu kepada urutan PL dalam bahasa Ibrani, yaitu dari Kejadian hingga 2 Tawarikh. Habel dibunuh di Kejadian 4, sedangkan Zakaria dibunuh dalam 2 Tawarikh 24. 5) Dalam Lukas 4:16-21, Yesus masuk ke dalam “rumah ibadat,” yang adalah Sinagoge Yahudi. Orang Yahudi memakai bahasa Ibrani dalam Sinagoge mereka, sehingga dapat dipastkan bahwa gulungan kitab Yesaya yang diberikan kepada Yesus adalah dalam bahasa Ibrani. ii. Mengenai kutipan PL dalam PB: 1) Ada kutipan yang jelas-jelas lebih menyerupai MT daripada LXX (Rom. 9:17, dalam LXX “membangkitkan engkau” menjadi “engkau dibebaskan”). Terjemahan LXX tidak tepat di tempat-tempat ini 2) Ada kutipan-kutipan yang menyerupai keduanya, artinya terjemahan LXX ditempat ini benar (Mat. 19:4; Ibr. 4:4) 3) Ada kutipan-kutipan yang lebih menyerupai LXX. Dalam hal ini, kita percaya bahwa karena LXX kita banyak berasal dari Hexapla-nya Origen, bahwa LXX-lah yang mengutip PB dan bukan sebaliknya (Gal. 3:10). 4) Ada kutipan yang tidak menyerupai LXX maupun MT, contoh Ibrani 10:5. Dalam kasus-kasus ini, Roh Kudus bebas untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang apa yang telah Ia tulis dalam PL. 2. Lebih dari Samaritan Pentateuch a. Asal-Usul Samaritan Pentateuch: i. Pada tahun 722 SM, daerah-daerah utara kerajaan Israel dikalahkan oleh raja Asyur TiglatPileser III, dan banyak penduduk yang dibuang ke bagian-bagian lain kerajaan Asyur. Sebelas tahun kemudian, hal yang sama menimpa seluruh kerajaan Israel, yaitu dikalahkan Sargon II. Sargon mencatat bahwa ia memindahkan 27.290 orang dari Samaria. Sebagai gantinya, Sargon memindahkan orang-orang dari bagian lain kerajaanNya ke Samaria. Orang-orang ini lalu kawin campur dengan sebagian orang Yahudi yang tinggal di Samaria (Israel), dan akhirnya dipanggil orang-orang Samaria. Orang-orang Samaria tidak dianggap sebagai orang Yahudi oleh orang Yahudi lainnya. ii. Setelah orang Yahudi pulang dari pembuangan Babel, orang Samaria menawarkan bantuan mereka untuk membangun bait Allah dan tembok Yerusalem. Hal ini ditolak, sebagaimana 14

tercatat dalam Ezra dan Nehemia. Dalam kitab Nehemia, kita diberitahu bahwa cucu dari Imam Besar Eliashib ternyata menikah dengan putri dari Sanballat, gubernur Samaria, dan musuh orang Yahudi. Hal ini, yang berlangsung sekitar 432 SM, diperkirakan menjadi bahan bakar perseteruan orang Samaria dan orang Yahudi yang berlanjut hingga ke zaman Yesus. iii. Sekitar tahun 400 SM, orang Samaria membangun Bait mereka sendiri di Gunung Gerizim, dekat mezbah di Sikhem. Inilah tempat yang dimaksud oleh perempuan Samaria di Yohanes 4. Orang Samaria hanya mengakui kelima kitab Taurat sebagai Firman Tuhan. Mereka menolak kitab-kitab Nabium dan Ketubim. Akhirnya mereka memelihara salinan Taurat mereka sendiri, yang hari ini dikenal dengan sebutan Samaritan Pentateuch. b. Analisa Samaritan Pentateuch: i. Walaupun Eusebius dan Jerome ada menyinggung Samaritan Pentateuch, tetapi orang-orang Kristen Eropa pertama kali melihat Samaritan Pentateuch ini pada tahun 1616. ii. Samaritan Pentateuch berbeda dari Masoretic di 6000 tempat, dan 1900 di antaranya setuju dengan LXX. iii. Banyak perbedaan berhubungan dengan poin-poin perdebatan antara orang Yahudi dengan orang Samaria. Contohnya, dalam Ulangan 27:4-8, dalam versi Samaria, gunung Ebal diubah menjadi gunung Gerizim. Lebih lanjut lagi, dalam Sam. Pent., setelah pemberian kesepuluh hukum (Kel. 20 dan Ul. 5), ditambahkan Ulangan 27:2-7, dengan Ebal diubah menjadi Gerizim. Hal ini dianggap sebagai hukum kesepuluh oleh orang Samaria, dan Hukum Pertama yang tradisional dianggap sebagai pembukaan saja. Dalam Ulangan 11:30, “Gilgal” diubah menjadi “Sikhem.” iv. Manuskrip Samaritan Pentateuch yang masih eksis, paling tua adalah dari abad 10. c. Sebagai kesimpulan, Samaritan Pentateuch jelas adalah korupsi dari teks asli, yaitu suatu teks yang sudah sengaja diubah untuk kepentingan theologis tertentu. Kita percaya pada janji Tuhan, bahwa adalah melalui orang Yahudi dan bangsa Israel Firman Tuhan yang murni dipelihara. 3. Lebih dari Gulungan-Gulungan Laut Mati / Dead Sea Scrolls (DSS) a. Asal-Usul DSS: i. DSS diletakkan di tempayan tanah liat dan disimpan di gua-gua Wadi Qumran di dekat Laut Mati. Mereka ditemukan oleh seorang Arab yang masuk ke gua tersebut karena mencari kambing dombanya. Setelah beberapa bulan, gulungan-gulungan dari gua pertama ini dijual oleh orang-orang Arab tersebut kepada Syrian Orthodox Monastery of St. Mark di Yerusalem dan juga sebagian lagi kepada Hebrew University, juga di Yerusalem. Pada tahun 1955, Syrian Monastery menjual gulungan mereka kepada pemerintah Israel. Setelah penemuan di gua pertama ini, sepuluh gua lainnya di lokasi yang berdekatan ditemukan mengandung harta yang serupa. Gua nomor 4 berisi paling banyak manuskrip. ii. Tidak jauh dari gua-gua tersebut, ditemukanlah reruntuhan kuno yang dalam bahasa Arab disebut Khirbet Qumran. Dari penyelidikan Arkeologi, dipercaya bahwa tempat itu merupakan pemukiman Essenes, yaitu suatu sekte Yahudi. Penganut Essenes percaya bahwa pemimpin mereka adalah keturunan langsung dari imam Zadok, dan menolak Simon Maccabeus sebagai imam besar waktu itu. Sebagai protes, mereka mengasingkan diri ke pemukiman mereka sendiri. Manuskrip-manuskrip di gua Qumran kemungkinan besar adalah milik kelompok Essenes ini. b. Analisis DSS: i. Ada banyak sekali jenis manuskrip yang ditemukan di gua Qumran itu. Pada awalnya, ditemukan dua salinan Yesaya, disebut Isaiah A dan Isaiah B, yang berasal dari tahun sekitar 150 SM, yang pada intinya sama dengan Masoretic Text. Hal ini membuktikan bahwa MT bukanlah hasil rekayasa oleh para Masoret, karena memang sudah eksis sejak masa sebelum Kristus. ii. Manuskrip-manuskrip yang ditemukan selanjutnya banyak yang memiliki berbagai variasi dibandingkan dengan Masoretic Text. F.M. Cross, ahli yang menyelidiki DSS, membagi teks PL DSS menjadi tiga kelompok: Egyptian, Palestinian, dan juga Proto-Masoretic. iii. Kita percaya bahwa Firman Tuhan tidak dipelihara oleh Tuhan dengan cara disembunyikan di gua-gua Essenes, tetapi dengan cara dipakai oleh orang-orang percaya. Oleh karena itu, 15

DSS bukanlah standar kita, walaupun DSS memberikan kesaksian yang indah bahwa Masoretic Text bukanlah hasil rekayasa para Masoret. V.

Textual Criticism Modern A. Definisinya: adalah aplikasi teori-teori linguistik modern terhadap dokumen-dokumen kuno. B. Tokoh-Tokohnya 1. Edward Wells (1667-1727), menurut Strouse, Wells adalah orang pertama yang menghasilkan suatu edisi PB yang tidak sama dengan TR. 2. Richard Simon (1638-1712), menurut Metzger, Simon meletakkan dasar-dasar ilmiah untuk kritik tekstual Perjanjian Baru. Simon adalah seorang Katolik, yang meletakkan tradisi di atas Firman Tuhan, dan yang menyangkal bahwa Alkitab telah dipelihara oleh Tuhan. Ia melihat Alkitab sebagai buku biasa 3. Richard Bentley (1662-1742), ingin mendapatkan kembali teks dari abad keempat, dengan cara melongkapi “kesalahan-kesalahan” Vulgate dan TR. 4. Johann Bengel (1687-1752). Belajar tentang transmisi teks di Tuebingen dan menyatakan bahwa variasi teks tidak mempengaruhi doktrin. Ia menggunakan beberapa prinsip: manuskrip tidak boleh dihitung, harus ditimbang; dan juga memilih variasi yang sulit dibanding yang sederhana. 5. William Bowyer (1699-1777) adalah orang pertama yang mencetak edisi TR dengan tanda kurung pada ayat-ayat yang dianggap meragukan. 6. Johann Salomo Semler (1725-1791) adalah salah satu dari bapa liberalisme. Dia hidup di Jerman dan menurut Metzger, Semler dianggap sebagai “bapa Rasionalisme Jerman,” dan bahwa dia “memberikan sumbangsih yang berharga bagi ilmu textual criticism.” Dia menjadi pemimpin gerakan di Jerman yang menentang pandangan tradisional tentang kanonisitas Kitab Suci. Dia menjadi guru dari Griesbach. 7. Johann Jakob Griesbach (1745-1812). Griesbach adalah nama yang penting dalam sejarah kritik tekstual modern. Ia adalah panutan dari Westcott dan Hort, dan dia meletakkan banyak prinsip kritik tekstual yang akhirnya dipakai oleh Westcott dan Hort. Griesbach adalah seorang Jerman yang ikut tersapu oleh gelombang Rasionalisme. Gurunya adalah Johann Semler (1725-91), yang justru banyak dikenal sebagai bapa Rasionalisme Jerman. Semler menolak bahwa seluruh Kitab Suci telah diilhami tanpa salah. Hal ini diikuti oleh Griesbach. Dalam teori tekstualnya, Griesbach mengedepankan teks-teks tipe Aleksandria ketimbang teks-teks Byzantin. Teori-teori Griesbach ditolak dan ditentang oleh orang-orang yang percaya Alkitab pada zamannya, tetapi diterima luas oleh kelompok Unitarian, Modernis, dan juga bidat-bidat. Griesbach menolak keilahian Kristus. 8. Karl Lachmann (1793-1851). Lachmann adalah kritikus tekstual pertama yang menolak TR secara keseluruhan. Dia adalah seorang ahli “klasik,” yang mempelajari teks Alkitab sama seperti bukubuku klasik lainnya. Bruce Metzger, yang menyebut Lachmann sebaga salah satu nama terpenting dalam sejarah textual criticism modern, mengakui bahwa Lachmann menerapkan prinsip-prinsip teks klasik kepada teks Perjanjian Baru. Lachmann percaya bahwa teks yang kita miliki hari ini sudah korup, dan bahwa teks yang asli tidak mungkin didapatkan kembali. 9. Samuel Tregelles (1813-1875) adalah seorang kritik tekstual yang cukup terkenal di abad kesembilan belas. Walaupun Tregelles tidak sesesat banyak kritik tekstual lainnya, tetapi Tregelles menerima sepenuhnya teori-teori dan filosofi Lachmann dan Griesbach. Bahkan, Tregelles berkata bahwa Lachmann adalah pemimpin yang membuang Textus Receptus dan menempatkan Perjanjian Baru ke atas dasar “otoritas yang sejati.” Yang Tregelles maksudkan dengan “otoritas sejati” adalah ilmu kritik tekstual dan rekonstruksi “ilmiah” teks Perjanjian Baru. 10. Friedrich Constantine von Tischendorf (1815-1874) adalah seorang kritikus tekstual Jerman, yang melakukan perjalanan ke berbagai penjuru dunia untuk mencari dokumen-dokumen kuno. Ia mendapatkan gelar Ph.Dnya di Universitas Leipsic. Ia menerbitkan edisi PB-nya yang pertama pada tahun 1814. Secara keseluruhan, ia menerbitkan 8 edisi. Pada tahun 1859, ia menemukan manuskrip Aleph, yang juga diberi nama Codex Sinaiticus di biara St. Catherine di gunung Sinai. Ia sedemikian dibutakan oleh kecintaannya terhadap manuskrip temuannya, sehingga edisi PB-nya yang kedelapan berbeda dalam 3.505 tempat dibandingkan yang ketujuh, demi mengikuti Aleph. Dalam hal haluan berpikir, Tischendorf berkomitmen untuk mengikuti teori-teori Griesbach dan Lachman. 11. Brooke Foss Westcott (1825-1901) dan Fenton John Anthony Hort (1828-1892). Westcott dan Hort 16

12.

13.

14.

15.

adalah professor theologi di Cambridge, dan keduanya mengedit sebuah edisi PB dalam bahasa Yunani, yang akhirnya dikenal sebagai Critical Text (terbit tahun 1881). Banyak orang yang memegang CT, mencoba mempertahankan bahwa kedua orang ini adalah orang Injili. Pada kenyataannya, mereka adalah orang-orang liberal. Kesesatan kedua orang ini sudah banyak diriset dan dipublikasikan. Mengenai Alkitab, keduanya tidak percaya pengilhaman maupun ketiadasalahan Alkitab. Keduanya setuju dengan teori evolusi yang dicetuskan Darwin pada masa mereka (Origin of Species diterbitkan tahun 1852), dan menolak Kejadian 1-3 sebagai sejarah yang pernah terjadi. Mereka menolak pandangan penebusan Yesus yang bersifat substitutionary, dan juga kebangkitan tubuh orang percaya. Mereka juga sangat menyukai Origen dan Philo, yang adalah orang-orang sesat juga. Bahkan Hort pernah menulis kepada Westcott untuk menyembunyikan banyak poin kepercayaan mereka sebelum teks PB mereka diterbitkan, dengan alasan bahwa jika kepercayaan mereka diketahui umum, maka mereka akan dianggap sesat, dan teks mereka akan diterima dengan penuh keraguan. Charles Hodge (1797-1878) dan Benjamin Breckinridge Warfield (1851-1921). Hodge adalah seorang Presbyterian yang bersifat Injili. Ia belajar di Jerman, dan di sana dipengaruhi oleh teoriteori tekstual liberal. Hodge kembali ke Princeton, dan mengajar di sana, dan mempengaruhi banyak “Injili” untuk menerima teori tekstual liberal. Salah satu murid Hodge adalah Warfield. Warfield, atas rekomendasi Hodge dan Schaff, menuntut ilmu lebih lanjut di Leipzig, Jerman. Warfield akhirnya juga menerima teori tekstual liberal. Hodge menolak doktrin separasi, sehingga ketika denominasi Presbyteriannya semakin liberal, ia menolak untuk keluar atau mengeluarkan orang-orang yang sesat. Charles Hodge belakangan digantikan oleh Archibald Alexander Hodge. Buku Hodge tentang Theology, banyak dipakai oleh kaum Presbyterian, dan bahkan Baptis. Walaupun mengandung banyak hal yang konservatif, tetapi buku itu bungkam mengenai doktrin pemeliharaan Firman Tuhan. Jadi, Hodge dan Warfield merupakan orang-orang Injili yang masih konservatif, yang menerima teori tekstual liberal, sehingga memperkenalkannya kepada banyak orang Injili lainnya. Eberhard Nestle (1851-1913) adalah editor dari Perjanjian Baru Yunani yang sangat berpengaruh, dan akhirnya PB editannya menjadi standar. PB editan Nestle didasarkan pada edisi ke-8 Tischendorf dan edisi Westcott & Hort dan edisi 1902 dari Bernhard Weiss. Tischendorf mengikuti Sinaiticus, WH mengikuti Vaticanus, sehingga teks Nestle adalah berdasarkan Sinaiticus dan Vaticanus. Teks Nestle telah melalui 27 edisi, dan kini teks ini dipakai secara hampir universal di sekolah-sekolah Alkitab di seluruh dunia. Nestle adalah seorang liberal yang tidak mengakui ketiadasalahan Alkitab. Nestle mengatakan bahwa para penulis PB tidak menulis apa yang mereka pikirkan atau apa yang mereka ingin kita baca, dan banyak hal dalam PB adalah hal-hal yang “kebetulan” ditulis. Hermann Freihierr von Soden (1852-1914) adalah seorang kritikus tekstual yang berpengaruh, yang mempublikasikan perangkat kritik Yunani yang beredar luas. Ia percaya bahwa teks yang asli (rasuli) sudah dikorupsikan sejak abad ke-4 menjadi 3 tipe, yaitu tipe K (Koine), tipe H (yaitu tipe Aleksandrian), dan tipe I (mirip tipe Western). Dia adalah seorang modernis yang menyangkal keilahian Kristus maupun pengilhaman dan kesempurnaan Kitab Suci. Von Soden ada menerbitkan koleksi manuskrip-manuskrip Byzantium. Koleksi manuskrip Byzantium milik von Soden adalah yang paling lengkap dibanding individu manapun, tetapi tetap merupakan persentase yang kecil dibandingkan dengan semua manuskrip yang tersedia. Rudolph Kittel (1853-1929) dan Gerhard Kittel (1888-1948). Pasangan ayah dan anak ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap pekerjaan penerjemahan Alkitab. Rudolf Kittel mengedit Alkitab PL bahasa Ibrani, yang akhirnya menjadi teks basis penerjemahan NIV. 2 edisi pertama dari Biblia Hebraica-nya mengikuti teks yang sama dengan yang mendasari KJV, yaitu teks Ben Hayyim, yang dipublikasikan pertama tahun 1524. Mayoritas manuskrip Ibrani yang eksis mendukung teks ben Hayyim. Tetapi, sejak edisi ketiga Biblia Hebraica (1937), Kittel menggunakan teks ben Asher, yang didasari pada codex Leningrad (menurut mereka manuskrip paling tua). Edisi ke-3 tersebut berbeda dengan edisinya yang sebelumnya di 20000 tempat (kebanyakan hal-hal kecil), dan merekomendasikan banyak otoritas lain di atas Masoretic Text. Edisi terakhir kini disebut Biblia Hebraica Stuttgartensia, yang muncul tahun 1966 dan 1977. Gerhard, anaknya Rudolf, mendapat gelar doktor di Universitas Leipzig, Jerman, dan menulis Theological Dictionary of the New Testament, salah satu karya besar dalam bidang penerjemahan 17

Alkitab dan theologi. Kedua Kittel adalah modernis yang menolak ketiadasalahan Alkitab. Gerhard bahkan adalah anggota partai Nazi, dan termasuk dalam kalangan anti-Semit. 16. Archibald Thomas Robertson (1863-1934). A.T. Robertson belajar di bawah John Albert Broadus di Southern Baptist Theological Seminary, dan menjadi seorang ahli bahasa Yunani. Ia menulis tiga buku yang terkenal: Grammar of the Greek New Testament in the Light of Historical Research, dan An Introduction to the Textual Criticism of the New Testament, dan Word Pictures in the New Testament. Riset dia dalam bidang kata-kata Yunani Perjanjian Baru, telah banyak menolong para pelajar Alkitab, tetapi karena dia mengikuti kritik tekstual modern, maka ada “ragi” dalam pengajarannya. Robertson juga mendukung ekumenisme, dan toleran terhadap para liberal. Sebagai seorang Baptis, ia menjadi orang yang banyak mempopulerkan teori-teori modern kritik tekstual kepada kalangan Baptis. 17. Tokoh-tokoh United Bible Societies: Carlo Maria Martini (editor UBS dari 1967 hingga 2002), Kurt Aland (salah satu editor dari PB Yunani teks Nestle-Aland), Barbara Aland (istri dari Kurt, dan juga profesor Perjanjian Baru di Universitas Munster, Jerman, ko-editor teks Nestle-Aland), Matthew Black, Allen Wikgren, Johannes Karavidopoulos, dan Bruce Metzger (kritikus tekstual yang paling berpengaruh saat ini). Orang-orang ini seluruhnya adalah modernis yang menolak Alkitab sebagai Firman Allah yang diinspirasikan. C. Manuskrip-Manuskrip Uncialnya 1. Vaticanus (B) a. Nama codex ini diambil dari lokasi ditemukannya, yaitu di Perpustakaan Vatican. Manuskrip ini muncul dalam katalog Perpus Vatican pada tahun 1475, dan sejarahnya sebelum tahun itu tidak diketahui. b. Menurut perkiraan para ahli, manuskrip ini berasal dari pertengahan abad keempat, yaitu dari Mesir. c. Berisikan banyak sekali bagian Perjanjian Lama (semua kecuali Kejadian 1:1-46:28; 2 Raja-raja 2, 5-7, 10-13, dan Mazmur 105:27-137:6). Berisikan juga Perjanjian Baru, tetapi dengan banyak bagian yang hilang, seperti Matius 3, 1 & 2 Timotius, Titus, Filemon, Ibrani 9:14-13:25, dan seluruh Wahyu. d. Lokasi penemuan Vaticanus sudah merupakan faktor yang harus membuat kita berhati-hati terhadapnya. Vatican adalah tempat yang sangat sesat dan bejat secara moral. Tempat itu penuh dengan patung dan lukisan, bukan hanya patung Maria dan para “santo-santa” tetapi juga patung dan lukisan berbagai dewa-dewi. Patung Petrus di St. Peter’s Basilica dulunya adalah patung Jupiter (Zeus) di Pantheon Roma, yang dipindahkan ke Vatican dan dinamai Petrus. Patung ini disentuh dan dicium dengan penuh tahyul oleh para musafir Katolik yang berziarah. Ada juga banyak mayat para Paus yang disimpan di Vatican. Intinya, Vatican bukanlah tempat yang baik untuk menemukan kebenaran. e. Vaticanus dijaga ketat, dan tidak boleh dilihat oleh orang asing hingga akhir 1800an, yaitu setelah Napoleon mengalahkan Roma dan membawa manuskrip itu ke Paris. Barulah pada tahun 1868, Vatican mempublikasikan isi dari Vaticanus. f. Westcott dan Hort “mendewakan” Vaticanus di atas segala manuskrip lainnya. g. Vaticanus pernah direvisi pada abad ke-8, ke-10, dan ke-15 (W. Eugene Scott, Codex Vaticanus, 1996) h. Vaticanus penuh dengan coretan. Banyak sekali coretan dengan pen di Vaticanus, sehingga banyak hurufnya yang sulit untuk dibaca. Hal ini sepertinya dilakukan pada abad ke-10 atau ke11. i. Ada bagian-bagian dari Vaticanus yang baru ditambahkan pada abad ke-15 dengan cara menyalin manuskrip Yunani lain. Bagian ini dalah hal 1519-1536 dari Vaticanus, dan dikatalog sebagai manuskrip terpisah, yaitu minuscule 1957. j. Dalam Keempat Injil saja, Vaticanus menghilangkan 749 kalimat secara keseluruhan, 452 klausa, dan 237 kata. Kalimat, klausa, dan kata-kata yang dihilangkan ini ditemukan dalam ratusan manuskrip lainnya. k. Vaticanus menghilangkan Markus 16:9-20, tetapi ada tempat kosong di situ. Vaticanus ditulis dalam tiga kolum. Dan, ketika menyelesaikan satu kitab, maka kitab berikutnya dimulai di bagian atas kolum selanjutnya. Tetapi, antara Markus dan Lukas ada satu kolum yang kosong sepenuhnya. Jadi antara Markus dan Lukas, ada satu kolum yang kosong. Padahal, di 18

keseluruhan Vaticanus, tidak ada kolum yang kosong lagi. l. Vaticanus mengganti Yohanes 1:18, di mana “Anak tunggal Allah” (“only begotten Son”) diganti menjadi “Allah yang tunggal” (“only begotten God”). m. Vaticanus mengandung kitab-kitab Apokripa berikut: Judith, Tobias, dan Barukh. n. Erasmus, editor TR yang pertama, mengenal Vaticanus, karena pada tahun 1533, temannya di Roma mengirim kepadanya 365 kutipan dari Vaticanus agar Erasmus mengubah TR-nya. Tetapi Erasmus menolak hal itu. 2. Sinaiticus (Aleph) a. Codex Sinaiticus ditemukan oleh Constantine Tischendorf di St. Catherine’s Monastery (Ortodoks Yunani) di gunung Sinai. Ia menemukan bagian pertama tahun 1844, dan bagian kedua tahun 1859. b. Sama seperti Vatican adalah pusat kesesatan, St. Catherine’s Monastery juga tidak jauh berbeda. Ortodoks Yunani, sama saja dengan Katolik, mengajarkan keselamatan dengan usaha, ritual, dan sakramen. Mereka juga mentahyulkan banyak hal. Ada satu ruangan di Monastery tersebut yang isinya penuh dengan tengkorak. c. Pada tahun 1844, Tischendorf berkeliling mencari manuskrip kuno, dan ia sampai di St. Catherine. Ia lalu melihat dokumen-dokumen yang kelihatan sangat tua dicampakkan di keranjang yang siap untuk dimasukkan ke tempat api. Ia mengangkat dokumen-dokumen tersebut, dan ternyata mereka adalah 43 lembar vellum yang berisi Septuaginta. Pada awalnya, para rahib memperbolehkan dia mengambil manuskrip tersebut, tetapi karena Tischendorf memberitahu mereka nilainya yang besar (karena ingin menyelamatkan bagian lain manuskrip tersebut), maka mereka hanya memperbolehkan dia menyalin satu lembar. d. Lembaran Sinaiticus berukuran 13 x 15 inci, dengan tulisan Uncial. Satu halaman berisi empat kolum, kecuali kitab-kitab puisi yang hanya dua kolum. Ada 48 baris untuk setiap kolum. e. Bagian terbesar dari Sinaiticus (346 lembar, 199-nya PL), kini ada di British Library. 43 lembar lagi ada di Perpustakaan Universitas Leipzig, dan 3 lembar di Leningrad. Tahun 1975, ditemukan lagi lembar-lembar kitab Kejadian di St. Catherine. f. Sinaiticus ditulis oleh tiga penyalin yang berbeda, dan belakangan dikoreksi oleh penyalinpenyalin lain (Ini adalah kesimpulan dari penyelidikan H.J.M. Milne dan T.C. Skeat dari British Museum). g. Tischendorf sendiri menghitung ada 14.800 perbaikan di manuskrip ini. h. Scrivener bersaksi: “Codex ini penuh dengan perubahan-perubahan yang dilakukan untuk koreksi, yang dilakukan oleh sedikitnya sepuluh orang, ada yang secara sistematis pada setiap halaman, ada yang tersebar sana sini, atau ada yang hanya di bagian-bagian tertentu, banyak di antara para pengoreksi hidup sezaman dengan penyalin pertama, tetapi mayoritas berasal dari abad ke-6 atau 7.” Jadi, para penyalin di abad-abad sebelumnya tidak menganggap Sinaiticus sebagai salinan yang baik, sehingga mereka banyak melakukan koreksi. i. Menurut Burgon (Burgon hidup semasa Tischendorf menemukan Aleph, dan juga mengunjungi St. Catherine untuk memeriksa sendiri tempat itu): “Codex Sinaiticus penuh dengan kesalahan mata dan kesalahan pena....Sering juga 10, 20, 30, 40 kata hilang karena kecerobohan. Hurufhuruf dan kata-kata, bahkan kalimat penuh seringkali ditulis dua kali, atau sudah mulai ditulis lalu langsung dicoret; sementara kesalahan yang kasar seperti hilangnya suatu klausa hanya karena berakhir dengan kata yang sama seperti klausa sebelumnya, terjadi tidak kurang dari 115 kali di Perjanjian Baru.” (Burgon, The Revision Revised) j. Jumlah total kata-kata yang hilang dalam Aleph, hanya di Injil, sudah mencapai 3.455 kata, jika dibandingkan dengan TR (Burgon, hal. 75). k. Lembaran yang mengandung akhir dari Markus dan awal Lukas, kelihatannya ditambahkan belakangan, dan bukanlah asli dari penyalin pertama. Tischendorf sendiri, sang penemu codex, memperingatkan bahwa empat lembar tersebut “sepertinya ditulis oleh tangan yang berbeda dan dengan tinta yang berbeda dibandingkan dengan sisa manuskrip.” l. Lembaran pergantian antara Markus dan Lukas tampak seperti di rekayasa. Scrivener percaya bahwa penyalin yang menyalin Vaticanus adalah penyalin yang sama yang menambahkan empat lembar itu di Sinaiticus. m. Sinaiticus mengandung kitab Esdras, Tobit, Judith, 1 dan 4 Makabe, Wisdom, dan Ecclesiasticus, Surat Barnabas, dan Surat Shepherd of Hermas. 19

n. Sinaiticus, seperti Vaticanus, pada Yohanes 1:18 berbunyi “Allah yang tunggal” (“the only begotten God”) o. Walaupun teks Yunani PB modern didasarkan pada Vaticanus dan Sinaiticus, tetapi kedua manuskrip ini berbeda satu sama lain di 3.306 tempat. 3. Codex D (Bezae) a. Codex ini milik Theodore Beza, yang menyumbangkannya kepada Universitas Cambridge pada tahun 1581. Beza menganggap manuskrip ini tidak bernilai. b. Codex D mengandung Latin dan Yunani, dan banyak ahli yang berpendapat bahwa Yunani dalam codex D diterjemahkan dari Latinnya, bukan disalin. Burgon berkata bahwa codex D lebih mirip suatu terjemahan bebas atau komentari dibandingkan suatu salinan. c. Dalam tiga pasal pertama Injil Lukas, Burgon menghitung ada 562 kata yang hilang, ditambah, diganti, atau berubah posisi. 250 diantaranya unik hanya terjadi pada codex D. d. Codex D bahkan lebih buruk daripada B maupun Aleph. Ada 3.704 perubahan di D dalam Injil saja. Banyak diantara perubahan-perubahan tersebut unik untuk codex D. e. Dalam 1 Korintus 15:51, D adalah satu-satunya yang berbunyi, “kita semua akan bangkit, tetapi tidak semua kita akan diubah.” D. Manuskrip-Manuskrip Papirusnya 1. United Bible Societies mendaftar ada 116 papirus yang eksis hari ini. Papirus adalah manuskripmanuskrip tertua yang kita miliki, ada empat yang diperkirakan dari abad kedua, dan empat puluh diperkirakan dari abad ketiga. Walaupun demikian, papirus-papirus ini sangat singkat, dan manuskripnya sangat terpotong-potong. 2. Ada dua koleksi besar papirus saat ini, yaitu sekitar 50 papirus di Bodmer Library, dipublikasikan tahun 1956-62, dan Koleksi Chester Beatty di Beatty Museum, Dublin, dipublikasikan tahun 193337. 3. Papirus yang eksis adalah yang berasal dari Mesir, karena udara kering di sana cocok untuk mempertahankan kelangsungan papirus. Oleh karena itu, teks di dalamnya juga cenderung beraliran Aleksandrian. 4. P45 - Bagian dari koleksi Chester Beatty, mengandung bagian-bagian keempat Injil dan Kisah Rasul. Diperkirakan dari sekitar 255 M. Mengandung 45 kata yang tidak berarti (karena salah tulis), dan menunjukkan kecerobohan penyalinnya. Memperpendek teks dalam minimal 50 tempat. 5. P46 - Bagian dari koleksi Chester Beatty, mengandung bagian-bagian surat Paulus, juga dari kirakira 255 M. Penuh dengan salah tulis, penghapusan, dan juga penambahan. Jelas P46 terkontaminasi Gnostik, contoh dalam 1 Kor. 15:47, berbunyi “manusia kedua adalah ROH dari Surga.” Ini mendukung pandangan bahwa Kristus adalah Roh dari Surga yang turun kepada Yesus saat pembaptisanNya. 6. P66 - Bagian dari koleksi Bodmer, mengandung bagian-bagian Lukas dan Yohanes, kira-kira dari 200 M. Pickering yang meneliti papirus ini berkata bahwa ini papirus terburuk. Dia mengatakan rata-rata ada dua kesalahan per ayat, kesalahan yang bodoh dan tidak dapat dimengerti. Kesimpulan Pickering adalah bahwa penyalin bahkan tidak bisa bahasa Yunani, dan menyalin per suku kata. Ada 900 tempat di P66 yang unik berbeda sendiri dibandingkan semua manuskrip lain, 215 di antaranya tidak dapat dimengerti. Juga ada pengaruh Gnostik, seperti dalam Yoh. 1:18, “the only begotten God.” 7. P72 - bagian dari koleksi Bodmer, kira-kira abad ketiga Masehi, mengandung Yudas dan 1 & 2 Petrus. Mengandung banyak kisah apokripa, termasuk kisah kelahiran Maria, dan surat fiktif Paulus kepada Korintus, dan Lagu Kesebelas Salomo. 8. P75 - bagian dari koleksi Bodmer, mengandung bagian-bagian Lukas dan Yohanes, kira-kira 200 M. Disalin huruf per huruf, bukan kata per kata, mengindikasikan penyalin yang tidak fasih Yunani. P75 mengandung 400 tempat yang unik, lain sendiri, 65 di antaranya tidak dapat dimengerti. Sama dengan P66 di Yohanes 1:18. 9. Penelitian yang dilakukan oleh Harry Sturz mengungkapkan bahwa walaupun papirus secara umum berkarakter Aleksandrian, kadang-kadang ia juga mendukung teks Tradisional. Ia mengutip 150 tempat yang tidak didukung oleh Uncial, tetapi didukung oleh manuskrip lanjut dan papirus. Sturz menghitung ada 839 tempat pada papirus yang mendukung Byzantium. 10. Papirus baru ditemukan belakangan. Jika orang Kristen mengesampingkan teks yang telah dipakai 20

berabad-abad oleh orang percaya, dan lebih memilih papirus-papirus yang tersembunyi di pasir Mesir, maka itu adalah tindakan yang tidak bijaksana dan yang tidak memperhatikan faktor pemeliharaan Tuhan sepanjang abad-abad ini. E. Tujuannya 1. Tischendorf: Tujuan kritik tekstual modern adalah “perjuangan untuk MENEMUKAN KEMBALI bentuk asli Perjanjian Baru” (Metzger, The Text of the New Testament, hal. 126). Ini menunjukkan bahwa pemeliharaan Tuhan diabaikan, bahkan dianggap tidak ada sejak dari awal. 2. Buku Bruce Metzger berjudul: The New Testament’s Transmission, Corruption, dan Restoration. Ini merangkumkan prinsip sang kritik tekstual modern, bahwa Perjanjian Baru telah korup dan perlu direstorasi. F. Teori-Teorinya 1. Bahwa dalam hal kritik tekstual, Alkitab harus dianggap seperti dokumen kuno lainnya. Tidak boleh ada pertimbangan khusus mengenai pengilhaman dan pemeliharaan Tuhan. 2. Bahwa orang-orang Kristen mula-mula tidak berhati-hati dengan teks Perjanjian Baru. 3. Bahwa kritikus tidak boleh menghitung jumlah manuskrip yang mendukung suatu teks, tetapi harus melihat berapa “keluarga” yang mendukungnya. Hort menghabiskan banyak waktu untuk mengembangkan teorinya tentang Genealogy dan Text Families. Menurut Hort, ada empat “keluarga” teks: Syrian (Tradisional atau Byzantine), Western (diwakili Codex D), Alexandrian, dan Netral (diwakili Vaticanus dan Sinaiticus). Dengan cara ini, Hort mencoba menghilangkan kesaksian 90% (ribuan) manuskrip yang mendukung TR menjadi “satu keluarga.” Sehingga, TR yang tadinya didukung mayoritas manuskrip, kini hanya didukung minoritas “keluarga.” Teori ini salah karena: a. Tidak ada yang namanya teks Netral. Para ahli kritik (liberal sekalipun) setelah Hort, menghilangkan kategori ini, dan memasukkan B dan Aleph ke dalam Aleksandrian. b. Tidak ada keluarga “Western.” Menurut Hort, Codex D adalah wakil dari keluarga ini. Tetapi codex D adalah manuskrip yang sangat korup, dan tidak ada manuskrip yang mirip dengannya. Bagaimana bisa membuat keluarga jika hanya ada satu anggota? Apalagi anggota yang jelasjelas kacau. Von Soden berusaha membangkitkan “keluarga Western” ini, tetapi karena saking bervariasinya “anggota-anggota” yang ia coba masukkan ke dalam “keluarga,” ia terpaksa membuat 17 sub-keluarga dalam “Western.” Akhirnya, bahkan para liberal (dalam teks Nestle edisi ke-25) mengakui bahwa tidak ada yang namanya keluarga “Western.” c. Ada yang mencoba membuat keluarga-keluarga lain, seperti Kaisarea, Yerusalem, dll., tetapi semuanya hipotetis, tanpa dukungan riil, dan akhirnya gagal semua. Kurt Aland, seorang liberal, mengatakan bahwa hanya ada dua jenis teks, yaitu Aleksandrian dan Antiokhian. d. Bahkan keluarga “Aleksandrian” pun kacau balau. Mereka tidak seperti 90% manuskrip pendukung TR yang secara umum sama, hanya berbeda kecil saja antar manuskrip. B dan Aleph berbeda satu sama lain di 3000 tempat dalam Injil saja. Burgon berkata, “Bahkan lebih mudah menemukan dua ayat berturut-turut di mana kedua MSS ini berbeda daripada dua ayat berturutturut di mana mereka sama persis.” Papirus, yang juga dimasukkan ke dalam keluarga “Aleksandria,” juga saling bertentangan satu sama lain. Jadi, keluarga “Aleksandrian” ini saling bertentangan satu sama lain sebanyak mereka bertentangan dengan teks Tradisional. Boleh jadi dikatakan bahwa tidak ada keluarga “Aleksandria,” yang ada adalah kumpulan teks Tradisional yang mayoritas, dan sekumpulan kecil teks-teks yang menyimpang. 4. Bahwa untuk menemukan teks asli Perjanjian Baru, para ahli harus mengikuti pertama-tama Vaticanus dan kedua Sinaiticus. Westcott dan Hort menulis, “Adalah kepercayaan kami (1) bahwa pembacaan Aleph B harus diterima sebagai pembacaan yang sejati hingga ada bukti internal yang kuat yang menyatakan sebaliknya, dan (2) bahwa tidak ada pembacaan dalam Aleph B yang dapat ditolak secara absolut dengan aman, walaupun kadang-kadang dapat dibenarkan untuk menaruh pembacaan mereka hanya sebagai alternatif, terutama ketika tidak didukung oleh Versi-Versi dan Bapa-Bapa....” Prinsip ini diikuti oleh para penerjemah modern, termasuk NIV. a. Prinsip ini tidak masuk akal, karena meninggikan minoritas saksi di atas mayoritas saksi. b. Westcott dan Hort menutup mata terhadap sifat kedua MSS tersebut yang sangat korup. c. Prinsip ini mengabaikan pemeliharaan Tuhan. 21

d. Prinsip ini mengabaikan lokasi asal manuskrip-manuskrip tersebut. e. Prinsip ini mengabaikan tempat tersimpannya MSS tersebut. 5. Bahwa teks Tradisional adalah produk suatu revisi resmi oleh gereja. Ini dikemukakan Hort untuk mengatasi “masalah bahwa TR didukung mayoritas MSS.” Menurut Hort, karena ada beberapa tipe teks yang beredar di daerah itu, maka para tokoh gereja memutuskan untuk melakukan suatu recension (suatu pengeditan teks) untuk mendapatkan teks yang diakui bersama. Teks ini lalu menjadi teks standar dan disalin dan teks-teks lain dibuang. Menurut Hort, ini terjadi antara tahun 250-350 M di Antiokhia. Sehingga, menurut banyak “ahli” kritik tekstual, TR tidak eksis sebelum abad ketiga. a. Teori ini dibuat bukan berdasarkan bukti atau petunjuk sejarah, tetapi karena Westcott dan Hort ingin menjelaskan kenapa teks tipe TR mendominasi manuskrip-manuskrip yang eksis. WH juga harus menjelaskan, mengapa teks favorit mereka, B dan Aleph (abad keempat), tidak berlanjut setelah itu. b. Bukan saja teori ini adalah tanpa bukti historis, tetapi teori ini berlawanan dengan bukti-bukti yang ada: i. Dari perhitungan Burgon, para “bapa gereja” mengutip teks-teks TR lebih banyak dari CT dengan perbandingan 3:2. Harus diingat bahwa para tokoh yang diselidiki ini adalah tokohtokoh yang berdomisili di Aleksandria/Mesir, karena merekalah yang banyak menulis. ii. Menurut Harry Sturz, yang telah mensurvei semua papirus yang telah ditemukan, mengatakan bahwa ada dukungan terhadap 839 tempat di TR dalam kesaksian Papirus. Harus diingat bahwa papirus-papirus yang eksis hari ini adalah yang berasal dari Mesir, karena cuaca yang mendukung di sana. c. Teori ini sendiri menghancurkan Sinaiticus dan Vaticanus, bukan membantu mereka. Jika benar pernah ada tim resensi yang diikuti oleh tokoh-tokoh Kristen terkemuka zaman itu, untuk mengedit suatu teks yang resmi yang berotoritas, bukankah fakta bahwa mereka akhirnya memilih teks TR justru membuktikan bahwa TR-lah yang benar? Bukankah para tokoh yang hidup di abad keempat itu memiliki jauh lebih banyak manuskrip kuno, dan hidup sangat dekat dengan zaman para Rasul, untuk dapat menentukan teks yang asli jauh lebih baik dari para ahli kritik liberal hari ini? 6. Bahwa para penyalin TR (atau para editor resensi TR), menggunakan metode conflation. Conflation artinya penggabungan atau penyatuan. Menurut WH, jika seorang penyalin yang saleh mempunyai dua manuskrip yang bunyinya berbeda di suatu perikop, maka daripada memilih salah satu, ia akan memasukkan kedua varian itu, dan menyatukannya (conflate). Hort memberi contoh Lukas 24:53, di mana codex D berbunyi “memuji Allah” sedangkan B berbunyi “memuliakan Allah,” sehingga TR berbunyi “memuji dan memuliakan Allah.” Jadi, menurut mereka, TR merupakan hasil conflation dari teks “netral” (B dan Aleph) dengan teks “Western” (D). a. Teori ini, sama seperti lainnya adalah suatu spekulasi, bukan didasarkan pada fakta sejarah. b. Sangat tidak masuk akal bagi seorang penyalin yang “saleh” untuk berbuat seperti itu kepada teks Kitab Suci. Seorang yang saleh akan mencari tahu dengan segala cara teks yang asli, bukan asal menggabungkan. c. Hanya ada delapan contoh yang diberikan oleh Hort untuk mendukung teorinya, yaitu Markus 6:33, 8:26, 9:38, 9:49; Lukas 9:10; 11:54; 12:18; dan 24:53. Empat di antaranya adalah contoh yang salah (Markus 6:33; 8:26; Lukas 9:10; 11:54) karena codex D di tempat-tempat itu berisikan parafrase dari TR. Jika conflation memang adalah teknik para penyalin, maka seharusnya ada ratusan contoh, bukan hanya empat. d. Jauh lebih alami untuk berasumsi bahwa telah terjadi omission (penghilangan) kata-kata. Ada jauh lebih banyak contoh omisi yang jelas, dibandingkan contoh-contoh conflation. Misal 12 ayat terakhir Markus, yang tidak mungkin di-conflate dari mana-mana. e. Tidak ada teks netral ataupun western. Codex D telah terbukti sebagai teks yang kacau dan sangat korup. 7. Bahwa kumpulan manuskrip yang kita miliki hari ini hanya mengandung kesalahan penyalinan biasa, tidak ada sama sekali rekayasa atau serangan dari bidat. a. Pandangan ini sangat naif dan tidak masuk akal. Para bidat akan melakukan apa saja untuk memajukan doktrin mereka. Hal ini kita lihat hari ini dengan fenomena Saksi Yehova dan terjemahan Alkitab mereka. 22

8.

9.

10.

11. 12.

b. Pandangan ini mengabaikan peringatan langsung dari Kitab Suci tentang para penyesat (Kis. 20:29-30; 2 Kor. 2:17; 11:1-4, 12-15; 2 Tes. 2:2; 2 Tim. 3:13; 2 Pet. 3:1-2, 16; 1 Yoh. 2:18-22; 4:1-3; 2 Yoh. 8) c. Pandangan ini mengabaikan sejarah. Sudah dibahas bagaimana tercatat ada banyak usaha untuk mengkorupkan teks demi kepentingan doktrin di abad-abad awal. Sehingga, Scrivener menulis, “SERANGAN KORUPSI TEKS TERBURUK YANG TERJADI PADA PERJANJIAN BARU ADALAH DALAM 100 TAHUN SETELAH PENULISANNYA.” Jadi, ada banyak tokoh kekristenan awal, terutama di daerah-daerah bidat, seperti Mesir, yang walaupun hidup dalam 100-200 tahun setelah para Rasul, toh memakai teks yang kurang baik jika dibandingkan Erasmus atau Elzevir belasan abad kemudian. Bahwa varian teks yang lebih pendek adalah yang lebih benar. a. Ini teori yang tidak masuk akal. Dalam hal menyalin, adalah lebih mudah menghilangkan kata daripada menambahi kata-kata. b. Pandangan ini dicetuskan oleh orang-orang yang tidak kenal kebenaran, oleh Johann Wettsein, seorang Unitarian, dan Johann Griesbach, seorang modernis. c. Mayoritas teks memiliki variasi teks yang lebih panjang ketimbang B dan Aleph. Bahwa varian teks yang lebih sulit adalah yang lebih benar. Menurut WH, para penyalin saleh akan mencoba menyederhanakan teks-teks yang sulit (asli) menjadi sederhana (yang banyak beredar). a. Sekali lagi, ini teori tanpa bukti, dan berlawanan dengan akal sehat. Akankah seorang penyalin saleh mengkorupkan teks Kitab Sucinya sendiri? b. Adalah Iblis yang mencoba merusakkan kesederhanaan kebenaran Allah (2 Kor. 11:3) c. Justru banyak papirus yang berisikan varian-varian teks yang tidak dapat dimengerti karena sangat korup. Bahwa jika ada beberapa variasi teks di suatu perikop, maka variasi yang paling mendukung doktrin ortodoks, itulah yang harus paling dicurigai sebagai palsu. Prinsip ini diperkenalkan oleh Griesbach. a. Ini sungguh tidak masuk akal bagi orang percaya. Jadi, menurut Griesbach, jika ada dua manuskrip, maka manuskrip yang mengajarkan kesesatan adalah yang asli! b. Prinsip ini mengabaikan proses inspirasi Alkitab, karena mengajarkan bahwa Alkitab yang asli mengandung kesalahan atau kesesatan. Bahwa dalam menentukan teks yang benar, para “ahli” kritik tekstual dapat menggunakan perasaan dan tebakan mereka. Bahwa ada perikop-perikop atau ayat-ayat, di mana tidak ada manuskrip di dunia ini yang masih memelihara teks aslinya. Prinsip ini bertentangan dengan doktrin pemeliharaan Kitab Suci yang diajarkan dalam Alkitab.

G. Hasilnya 1. Penerimaan terhadap Textual Criticism modern menyebabkan hancurnya doktrin pemeliharaan Kitab Suci. 2. Penerimaan terhadap Textual Criticism modern menyebabkan melemahnya doktrin inspirasi Kitab Suci. 3. Penerimaan terhadap Textual Criticism modern adalah serangan langsung terhadap dasar iman kekristenan, yaitu Firman Tuhan. 4. Penerimaan terhadap Textual Criticism modern membuat orang Kristen tidak begitu peduli lagi dengan tiap-tiap kata Firman Tuhan. 5. Penerimaan terhadap Textual Criticism membuka pintu bagi pandangan-pandangan liberal lainnya. 6. Penerimaan terhadap Textual Criticism melemahkan atau menyerang doktrin-doktrin spesifik: a. Doktrin Kristologi/Proper: Mat. 19:16-17; Mar. 9:24; 16:9-20; Luk. 2:22; Yoh. 1:18; 3:13; 8:59; Kis. 2:30; 3:13; 20:28; 1 Kor. 15:47; Ef. 3:9; 1 Tim. 3:16; 1 Yoh. 4:2-3; 1 Yoh. 5:7-8; Yud. 1:4; Wah. 1:8, 11; Luk. 23:42; Yoh. 6:69; 7:8 b. Doktrin Kelahiran Perawan: Mat. 1:25; Luk. 2:33, 43 c. Doktrin Penebusan: Kol. 1:14; Ibr. 1:3; 1 Pet. 4:1; 1 Kor. 5:7 d. Doktrin Separasi: 1 Tim. 6:3-5 e. Doktrin Ketiadasalahan Alkitab: Mat. 5:22 (bd. Mar 3:5); Mar. 1:2-3 (Yesaya dan Maleakhi); Luk. 4:44 (bd. Mar. 1:35-39). f. Doktrin Eskatologi: Roma 14:10 23

g. Doktrin Ekklesiologi: Kis. 9:31; 8:37.

VI. Pembelajaran Teks yang Alkitabiah A. Tokoh-Tokoh yang Prominen 1. Bruce Lackey 2. David Cloud 3. Donald Waite 4. Edward Hills 5. Jack Moorman 6. John Burgon 7. Philip Mauro 8. Thomas Strouse 9. William Aberhart B. Argumen-Argumen 1. Argumen dari Inspirasi dan Preservasi Alkitab 2. Argumen dari Pemakaian TR oleh gereja-gereja wilayah Antiokhia (wilayah autografa) 3. Argumen dari Tokoh-tokoh awal kekristenan 4. Argumen dari 95% lebih total manuskrip 5. Argumen dari terjemahan-terjemahan kuno 6. Argumen dari pemakaian oleh gereja-gereja sepanjang zaman 7. Argumen dari sifat korup manuskrip-manuskrip CT 8. Argumen dari sifat dari tekstual kritik modern 9. Argumen dari sifat para pendukung tekstual kritik modern 10. Argumen dari buah yang dihasilkan C. Terjemahan-Terjemahan Penting 1. King James Version: Adalah terjemahan bahasa Inggris terbaik saat ini. a. Pada tahun 1604, Raja Inggris, James I (1566-1625), mengotorisasikan penerjemahan Alkitab dari bahasa asli ke dalam bahasa Inggris. b. Sebelum itu, sudah ada terjemahan-terjemahan Inggris terdahulu yang merupakan nenek moyang rohani KJV, antara lain terjemahan Tyndale, Miles Coverdale, Alkitab Matthews, Bishop Bible, Geneva Bible. Terjemahan-terjemahan lama ini dikerjakan dalam banyak penganiayaan, tetapi telah dipakai Tuhan dengan hebat untuk membangkitkan atmosfir cinta kebenaran di banyak orang Eropa/Inggris saat itu. KJV banyak meminjam dari terjemahanterjemahan lama tersebut. c. Penerjemahan mulai pada akhir 1604, hingga 1608. Review terakhir dilakukan pada tahun 1609 selama 9 bulan. Tahun 1610 dan 1611, sentuhan-sentuhan terakhir dilakukan, dan pada tahun 1611, dicetak oleh Robert Barker, dibiayai oleh negara. d. Ada 50an penerjemah (ada yang mati tengah jalan, ada yang ditambah belakangan, dll.). David Cloud menghitung ada 51 penerjemah. Mereka dibagi menjadi 6 kelompok. Tiap kelompok menerjemahkan suatu bagian Alkitab. e. Prosedur penerjemahan: i. Suatu kelompok menerima tugas menerjemahkan suatu porsi Alkitab. Contoh, kelompok 1 menerjemahkan Kejadian hingga 2 Raja-Raja ii. Tiap individu anggota kelompok itu menerjemahkan bagian Alkitab tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu iii. Kelompok lalu bertemu untuk memperbincangkan hasil terjemahan mereka, dan menyusun terjemahan yang disepakati bersama oleh seluruh kelompok tersebut. iv. Jika ada tempat yang sulit, tiap kelompok dapat mengajukan pertanyaan kepada siapa saja ahli yang terkenal untuk mendapatkan pendapat dia. v. Juga disebarkan pengumuman orang-orang terpelajar yang tidak masuk dalam komite penerjemah, bahwa jika mereka ingin menyumbangkan ide kepada para penerjemah, mereka bebas untuk melakukannya. vi. Ketika satu kelompok selesai dengan bagian mereka, mereka membuat lima salinan lain, 24

dan mengirimkannya kepada lima kelompok lain untuk diperiksa. vii. Hasil akhir dari tiap kelompok, lalu diajukan kepada komite akhir, yang terdiri dari 12 orang penerjemah (dua dari tiap kelompok). Komite akhir inilah yang melakukan cek terakhir untuk persiapan pencetakan. viii.Karena tiap kelompok berjumlah minimal 7 orang (hingga 10 orang), dan ada enam kelompok, maka tiap bagian Firman Tuhan, haruslah melewati minimal empat belas kali pengecekan. f. Para penerjemah adalah orang-orang yang luar biasa. Ingat pada waktu itu, bahasa Latin, Yunani, dan Ibrani, dianggap sebagai bahasa pengetahuan. Di perpustakaan Oxford tahun 1605, dari 6000 volume yang ada, hanya 60 yang dalam bahasa Inggris. Jadi, pada waktu itu, orangorang yang mengejar ilmu, rata-rata fasih dalam Latin, Yunani, dan Ibrani. Ada yang bahkan sudah fasih dengan bahasa-bahasa tersebut sejak masih anak-anak. Selain itu, para penerjemah KJV, dipilih juga karena pengetahuan mereka akan bahasa-bahasa lain yang berhubungan, seperti Aram, Persia, Koptik, Syriac, Armenian, dan Kasdim. g. Beberapa penerjemah yang terkenal: i. Lancelot Andrews. Menulis renungan paginya dalam bahasa Yunani. Saat meninggal, menguasai 15 bahasa. Berfokus pada bahasa-bahasa Timur Tengah. Menerjemahkan bagian Perjanjian Lama. ii. William Bedwell. Ia fasih dalam bahasa-bahasa Timur Tengah, terutama Arab. Dia juga membuat kamus Persia. iii. Miles Smith. Dialah yang menulis kata pengantar KJV edisi pertama. Ia rutin membaca “bapa-bapa gereja” Yunani dan Latin. Dia ahli dalam bahasa Kasdim, Syria, dan Arab. Ia juga fasih dalam bahasa Ibrani, dan termasuk dalam 12 orang komite akhir. iv. Henry Savile. Ia sangat terkenal karena kemampuan Yunani dan matematikanya, dan bahkan menjadi guru Yunani dan matematika bagi Ratu Elizabet I. Ia juga banyak menerjemahkan karya Latin dan Yunani ke dalam Inggris. Dia orang pertama yang mengedit keseluruhan karya Chrysostom. v. John Bois. John Bois diajar langsung oleh ayahnya yang juga sangat pintar. Saat berusia 5 tahun, ia sudah selesai membaca Alkitab Ibrani. Saat berusia enam tahun, ia sudah menulis Ibrani dengan tulisan yang indah. Kemampuan Yunaninya juga hebat. Saat masuk kuliah, ia menulis surat kepada guru-guru dan seniornya dalam bahasa Yunani. Dia adalah seorang pelajar ulung. Kebiasaannya adalah belajar di perpustakan mulai dari jam 4 pagi, dan tanpa keluar, terus hingga jam 8 malam. Ia makan dua kali sehari. Dia memiliki salah satu perpustakaan Yunani yang paling lengkap pada zamannya. Ia juga fasih dalam bahasa Ibrani, dan termasuk dalam 12 orang komite akhir. h. Para penerjemah memiliki pandangan akan Kitab Suci yang tinggi, semuanya percaya akan pengilhaman dan ketiadasalahan Alkitab. Dalam kata pengantar KJV 1611, terlihat bahwa mereka mengerti pentingnya terjemahan yang mereka lakukan demi iman orang banyak. Selain itu, mereka juga menyatakan bahwa mereka bergantung pada Tuhan untuk mendapat hikmat bijaksana dalam menerjamahkan. Tidak ada satupun penerjemah KJV yang dibayar, selain dari 12 orang komisi terakhir (30 shilling per minggu selama 9 bulan terakhir), dan John Harmer (50 pound satu kali). Ini berbeda dengan penerjemah banyak versi hari ini, yang liberal dan mendapat untung banyak jika dapat menghasilkan sesuatu yang berbeda dengan Alkitab yang telah beredar. 2. Wycliffe Bible. Adalah terjemahan Perjanjian Baru secara lengkap ke dalam bahasa Inggris yang paling pertama. Perjanjian Lamanya selesai dua tahun setelah kematian Wycliffe, oleh temantemannya. a. John Wycliffe hidup tahun 1324-1384. Waktu itu Roma Katolik sangat berkuasa, dan adalah kebijaksanaan mereka untuk tidak mengizinkan orang biasa membaca Alkitab. Bahkan belajar theologi pada zaman itu pun tidak banyak memakai Alkitab, tetapi mempelajari dan memperdebatkan tulisan para “bapa gereja.” b. Wycliffe awalnya adalah imam Katolik, tetapi pada pertengahan usianya (30an tahun), ia melawan Katolik. Wycliffe menentang banyak doktrin Katolik, termasuk transubstansiasi, kepausan, imamat Katolik, dan doktrin Alkitabnya Katolik. c. Wycliffe menerjemahkan Alkitab dari Latin ke bahasa Inggris. Ia dianiaya oleh Katolik, 25

berulang kali diadili (sering lolos dengan bantuan teman-temannya di kerajaan Inggris). Akhirnya ia diputuskan bersalah, dicopot dari gelar-gelarnya, dan tulisan-tulisannya dilarang. Wycliffe meninggal tidak lama setelah itu. Paus Martin V menggali kembali tulang-tulangnya dan membakarnya. d. Pengikut Wycliffe, yang membaca Alkitabnya, disebut kelompok Lollards, dan mereka dianiaya. 3. Tyndale Bible. Adalah Alkitab Inggris pertama yang didasarkan pada teks Yunani. a. Tyndale hidup tahun 1494-1536. Waktu itu, Inggris masih sangat tunduk kepada Katolik. Tyndale bertobat dari Katolikisme, dan mulai mempelajari Alkitab dengan sungguh-sungguh. b. Tyndale percaya doktrin gereja lokal, baptisan selam atas orang percaya, bahwa penatua haruslah orang yang menikah, dan bahwa orang awam haruslah dapat membaca Alkitab. c. Pada waktu itu, orang dilarang untuk menerjemahkan Alkitab. Tyndale melawan hukum ini. Tetapi ia sadar, bahwa terjemahan tidak dapat dilakukan di Inggris. Ia pindah ke Eropa, pertama Hamburg lalu ke Cologne. Di Cologne, ia hampir tertangkap oleh mata-mata Katolik, tetapi masih dapat melarikan diri bersama terjemahan Matius yang sudah selesai dicetak ke kota Worms. Di sana ia selesaikan peccetakan PB. Sepertinya 6000 kopi edisi pertama dicetak di Worms. d. Alkitab Tyndale harus diselundupkan ke Inggris. Alkitab itu dinyatakan terlarang, dan yang memilikinya ditangkap. Alkitab itu dibakar, sehingga hanya 2 kopi edisi pertama yang tersisa hari ini. e. Tyndale akhirnya tertangkap tahun 1535, karena dikhianati oleh seorang “teman”nya. Ia dipenjarakan cukup lama (16 bulan) di Brussels, dan berhasil memenangkan kepala penjara. Ia lalu mati di tiang bakar. f. Bahkan dalam pemenjaraannya, Alkitab Tyndale menjalani percetakan sebanyak 3 edisi. Pada saat penangkapannya, Tyndale sudah menerjemahkan seluruh PB, dan juga PL dari kitab Kejadian hingga 2 Tawarikh dan juga kitab Yunus. g. Alkitab Tyndale adalah terjemahan yang sangat baik. Bahkan, para penerjemah KJV banyak meminjam kalimat dari Alkitab Tyndale. 80% dari kalimat-kalimat di KJV berakar dari terjemahannya Tyndale. D. Metode Penerjemahannya 1. Memakai metode Formal Equivalency a. Disebut juga Literal Method b. Dipakai dalam terjemahan-terjemahan seperti Tyndale, KJV, dan lainnya. c. Berusaha untuk menerjemahkan Firman Tuhan sedekat mungkin dengan bahasa asli, dan sedapat mungkin merefleksikan kata-kata yang dipakai dalam bahasa asli. d. Mengakui bahwa di dalam menerjemahkan, pastilah terjadi penambahan dan pengurangan kata, perubahan urutan kata, ataupun penggunaan idiom tertentu. Tetapi, Formal Equivalency berusaha untuk meminimalkan hal-hal tersebut, dan mencoba untuk sedekat mungkin dengan kata-kata asli. Penerjemahan dilakukan agar sedapat mungkin, kata-kata dalam bahasa terjemahan, merefleksikan kata-kata bahasa asli. 2. Menolak metode Dynamic Equivalency a. Disebut juga metode Common Language, Idiomatic Translation, Impact Translation, Indirect Transfer Translation, Functional Equivalency, Thought Translation. b. Ini adalah metode yang dipakai oleh UBS (United Bible Societies), yang mengkoordinasikan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa di seluruh dunia. Dalam Pertemuan Dunia mereka tahun 1996, mereka menyatakan bahwa adalah tujuan mereka agar setiap bahasa memiliki terjemahan Alkitab dengan metode Dynamic Equivalency. c. Contoh Alkitab yang demikian adalah: Today’s English Version, Contemporary English Version, NIV, BIS, dll. d. Prinsip-prinsip Dynamic Equivalency: i. Menerjemahkan “pikiran” atau “konsep” dan bukan “kata-kata.” ii. Menggunakan bahasa dan gaya yang sederhana. iii. Ingin membuat Alkitab dimengerti seluruhnya oleh non-Kristen. iv. Menghindari istilah-istilah tradisional yang “gerejawi,” seperti “pembenaran,” “penebusan,” 26

“pengudusan,” “diaken,” “penilik,” “kasih karunia” (diubah menjadi “kebaikan”), dll. v. Mengadaptasikan terjemahan ke dalam budaya bahasa tujuan. Misal, kata “salju” diterjemahkan “daging kelapa” dalam salah satu terjemahan di budaya yang tidak pernah melihat salju. Alkitab terjemahan bahasa Ulithian, di Pasifik Selatan, menerjemahkan “merpati” dengan “burung gigi,” seekor burung lokal. “Domba” diterjemahkan “anjing laut” dalam terjemahan Eskimo yang dilakukan oleh Bibles international. “Anak manusia” diterjemahkan “kakak yang lebih tua” dalam bahasa suku Makusi di Brazil. “Pohon ara” diterjemahkan “pohon pisang” oleh terjemahan Wycliffe. “Cium kudus” diterjemahkan oleh J.B. Phillips menjadi “berjabat tangan dengan semangat.” vi. Mengasumsikan bahwa Alkitab ditulis dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh orangorang penerima pertama. e. Prinsip-prinsip Dynamic Equivalency (DE) adalah salah, karena: i. Dicetuskan oleh seorang yang sesat. Guru besar dari Dynamic Equivalency adalah Eugene Nida, yang menjabat di American Bible Societies. Dialah yang mengedepankan prinaip Dynamic Equivalency. Nida percaya bahwa Alkitab tidaklah sempurna, dan bahwa ia bukanlah kebenaran absolut. ii. DE mengabaikan sifat Alkitab yang adalah wahyu dari Surga, diilhamkan secara kata per kata, dan mengandung hal-hal yang tersembunyi dalam diri Alah (1 Kor. 2:10). Alkitab bukanlah kitab biasa. iii. DE mengabaikan peringatan Allah agar tidak menambahkan atau mengurangi Firman Tuhan (Ul. 4:2; Ams. 20:5-6; Yer. 26:2; Wah. 22:18-19). iv. Metode DE tidak memberikan manusia “kata-kata” Allah. Bandingkan dengan Mat. 4:4; Gal. 3:16. v. DE menafsirkan Alkitab bagi manusia, bukannya menerjemahkan. Misal, dalam banyak terjemahan, “Injil Yesus Kristus” diterjemahkan “Injil tentang Yesus Kristus.” vi. DE berusaha membuat orang mengerti Firman Tuhan, dengan cara menurunkan Firman Tuhan ke derajat yang lebih rendah. Mereka berjuang dengan alat-alat daging, bukan dengan pencerahan Roh Kudus. vii. Apa yang ingin dicapai oleh DE, yaitu membuat orang lebih mengerti akan FT (dalam bahasa sederhana dan sehari-hari), seharusnya dilakukan bukan dalam konteks penerjemahan, tetapi dalam penjelasan, khotbah, pengajaran, commentary, dll. viii.DE bertindak sebagai “penulis” dan bukan “penerjemah.” Mereka bertanya, “Bagaimanakah Musa atau Paulus akan menulis jika mereka hidup hari ini?” Ini adalah cara berpikir yang salah. Para penulis memiliki hak untuk menulis apa saja, sedangkan penerjemah harus mengikuti penulis, karena mereka juga tidak tahu, bagaimana para penulis itu akan menulis jika mereka hidup hari ini. ix. DE mencoba melakukan hal yang tidak mungkin, karena mereka mengatakan ingin mempertahankan arti yang persis sama dengan bahasa asli, tetapi membiarkan perubahan besar-besaran dalam kosa kata dan struktur kalimat untuk menyamakan dengan bahasa sehari-hari. Ini adalah hal yang tidak mungkin. x. DE sering menyatakan setengah kebenaran. Misalnya: penerjemahan tidak boleh terlalu kaku; penerjemah sering harus menafsir; penerjemah harus mempertimbangkan pembaca; dll. xi. Tidak ada batasan yang dapat diberikan kepada penerjemahan dengan metode DE. Manusia menjadi penentu Firman Tuhan. xii. Metode DE adalah sama dengan metode Iblis dalam menyampaikan Firman Tuhan (Kej. 3) f. Hasil dari Dynamic Equivalency: i. Terjemahan menjadi tidak akurat ii. Muncul banyak terjemahan yang berbeda-beda iii. Tidak ada lagi terjemahan yang “agung” iv. Menurunnya penghafalan Alkitab v. Menurunnya respek orang terhadap Alkitab.

VII. Perdebatan Mengenai Perikop Tertentu A. Markus 16:9-20 27

1. Griesbach adalah orang pertama yang bersikukuh bahwa kedua belas ayat ini tidak asli tulisan Markus. 2. Hampir semua Alkitab modern kini meragukan ayat-ayat ini. Hampir semua textual critic menyatakan bahwa ayat-ayat ini bukan asli. 3. Argumen mereka didasarkan pada fakta bahwa Aleph dan B tidak mengandung ayat-ayat ini. Dari sana, mereka lalu mengklaim bahwa gaya tulisan 12 ayat ini tidak sesuai dengan Markus. 4. Sebenarnya, di seluruh dunia, Aleph dan B (menurut UBS ada 1 cursive lagi,yaitu minuscule 304) adalah satu-satu manuskrip Yunani yang menghilangkan ayat-ayat tersebut. Kurt and Barbara Aland bahkan mengakui: “It is true that the longer ending of Mark 16:9-20 is found in 99 percent of the Greek manuscipts as well as the rest of the tradition, enjoying over a period of centuries practically an official ecclesiastical sanction as genuine part of the gospel of Mark. But in Codex Vaticanus (B) as well as in Codex Sinaiticus (Aleph) the gospel of Mark ends at Mark 16:8, as it did in numerous other manuscripts according to the statements of Eusebius of Caesarea and Jerome. The same is true for the Sinaitic Syriac sy5, the Old Latin manuscript k of the fourth/fifth century, and at least one Sahidic manuscript of the fifth century, the earliest Georgian, and a great number of Armenian manuscripts, while k (a manuscript representing a tradition which derives from a quite early period) has the shorter ending in place of the longer ending. The widespread practice in the early Church of concluding the gospel of Mark at 16:8 was suppressed by Church tradition, but it could not be eradicated. It persisted stubbornly. As late as the twelfth century in the minuscule 304 the gospel ends at 16:8). Perhatikan pengakuan Aland, tetapi cara mereka mengecilkan kekuatan mayoritas. Mereka mengatakan bahwa Eusebius dan Jerome tahu ada banyak MSS yang menghilangkan akhir Markus, tetapi MSS tersebut tidak ada hari ini. Mereka hanya bisa menghitung beberapa manuskrip terjemahan yang juga menghilangkan akhir Markus, tetapi TIDAK MEMBERITAHU bahwa banyak sekali terjemahan yang mengandungnya. Adanya 1 minuscule (304) dianggap sebagai sesuatu yang hebat, bukannya justru melihat bahwa hanya ada SATU berarti gereja-gereja Tuhan sepanjang zaman percaya akhir Markus. 5. Bahkan menghilangnya ayat-ayat ini di Aleph dan B pun, mengundang kecurigaan. 6. Ayat-ayat ini juga ditemukan di banyak kutipan tokoh-tokoh awal Kekristenan (Papias, Justin Martyr, Irenaeus, Hippolytus, Eusebius, Marinus, Ambrose, Chrysostom, Jerome, dll.) 7. Ayat ini ditemukan di banyak terjemahan kuno, seperti Old Latin, Vulgate, Syriac, Gothic, Armenian, Coptic, Ethiopia, dll. 8. Sama sekali tidak ada perbedaan antara dua belas ayat ini dengan sisa Injil Markus dalam hal gaya dan bahasa. Menurut Burgon,seorang ahli Yunani, justru gayanya mirip sekali. B. 1 Yohanes 5:7-8 1. Bagian Firman Tuhan ini disebut “Johannine Comma.” Ayat ini mengajarkan doktrin Tritunggal dengan sangat jelas. (“Comma” artinya suatu kelompok kata-kata yang terisolasi menjadi satu grup). 2. Ayat ini diserang oleh para kritikus tekstual modern karena mereka tidak suka dengan doktrin Tritunggal. Mereka lalu mencari alasan dengan mengatakan bahwa hanya sedikit manuskrip Yunani yang mengandung ayat ini. 3. Formula Tritunggal dalam ayat ini adalah unik, yaitu “Bapa, Firman, dan Roh Kudus.” Tidak ada pemalsuan yang akan memakai formula yang unik. 4. Ayat ini tidak benar secara grammatis jika “Johannine Comma” dihilangkan. Kata “roh,” “air,” dan “darah” semuanya adalah netral. Sedangkan di ayat delapan, “yang memberi kesaksian” adalah dalam bentuk Maskulin. Ini adalah kejanggalan, tetapi dapat dimengerti bila Johannine Comma eksis melalui hukum Attraction. 5. Mengenai manuskrip Yunani sendiri, kritikus modern seperti D.A. Carson menyatakan bahwa hanya 4 MSS yang mengandung ayat ini. Kenyataannya tidak demikian. Bahkan UBS sendiri mendaftarkan 8 manuskrip yang mengandung J. Comma. Menurut catatan para tokoh-tokoh Kristen awal, seperti Laurentius Valla, para editor Complutensian, Robert Stephens (memiliki 7 manuskrip yang mengandung Johannine Comma), dan Theodore Beza, mereka mendapatkan ayat ini di berbagai manuskrip kuno. Manuskrip-manuskrip ini mungkin sebagian sudah hancur di zaman kita. Harus diingat pula, bahwa tidak ada papirus yang berisikan surat 1 Yohanes (sehingga kesaksian mereka tidak ada pada kita), dan dari semua manuskrip antara abad 2 hingga 7, hanya 5 yang mengandung pasal 5 surat 1 Yohanes. 28

6. Banyak Lectionaries Gereja Ortodoks Yunani mengandung ayat ini. Ada Lectionary dari abad kelima dan abad kedelapan yang mengandung Johannine Comma. Gereja Ortodoks Yunani, yang berbahasa Yunani, telah sejak zaman dulu memasukkan ayat ini dalam Alkitab mereka. Tidak mungkin mereka melakukan itu jika dulu tidak ada manuskrip Yunani yang mengandung ayat ini. 7. Tulisan dari tokoh-tokoh awal kekristenan banyak yang mengutip Johannine Comaa, antara lain: Tertullian (200 M), Cyprian (250 M), Athanasius (350 M), Priscillian (380 M), Theodorus (abad 4 M), Gregory Nazanzius (abad 4 M), Eucherius dari Lyons (434 M), Vigilius Tapsensis (484 M), Victor Vitensis (484 M), Eugenius (485 M), (Fulgentius Ruspensis (507 M), Cassiodorius (550 M), Maximus (645 M), Isiodore Mercator (785 M), Ambrosius Authpertus (abad 8 M), Walafrid Strabo (abad 9 M). Tidak ada satu pun tokoh-tokoh awal kekristenan Latin yang mempertanyakan ayat ini. 8. Harus diingat, bahwa pada abad-abad awal kekristenan, banyak bidat yang menyerang doktrin Tritunggal. Jadi, kita mengerti mengapa ayat ini bisa menjadi hilang di banyak manuskrip. Jerome bersaksi bahwa ayat ini asli, tetapi telah dibuang dari banyak manuskrip oleh para penyesat. 9. Ayat ini terdapat dalam manuskrip Syriac, Old Latin, Vulgate (1 Yoh. 5:7-8 dapat ditemukan dalam 98% manuskrip Latin), Romaunt/Occitan (teks yang dipakai oleh kaum Waldenses), Tepl (Jerman Kuno, juga dipakai oleh Waldenses), Old French (abad 13), Old German (abad 13), Spanyol (sejak 1478), Bohemian (1488), dan Inggris (Wycliffe, sejak 1380). 10. Harus diingat bahwa tidak ada catatan dari satu tokoh kekristenan kuno pun yang mempertanyakan ayat ini. Ayat ini barulah dipertanyakan oleh para liberal dan modernis pada zaman modern. Sebaliknya, ada catatan dari Jerome tentang serangan bidat terhadap ayat ini. 11. Harus diingat, bahwa orang-orang yang mengkritik 1 Yoh. 5:7-8, adalah para pendukung CT, yang seringkali memasukkan ayat-ayat atau menghilangkan ayat-ayat, hanya berdasarkan otoritas 2 manuskrip kesukaan mereka (Aleph dan B). Jadi, mereka munafik jika mereka ingin menyerang Johannine Comma atas dasar kurangnya manuskrip pendukung.

VIII.

Textus Receptus Superior Dibandingkan Dengan Majority Text

A. Majority Text 1. Pada tahun 1982, Zane C. Hodges dan Arthur L. Farstad menerbitkan The Greek New Testament According to the Majority Text. Teks ini lalu dikenal juga dengan sebutan teks Hodges-Farstad (HF), dan edisi kedua yang mengalami sedikit revisi muncul pada tahun 1985. Pada tahun 1991, Maurice A. Robinson dan William G. Pierpont (RP) juga menerbitkan The New Testament in the Original Greek: Byzantine Textform, yang juga diperbahuri pada edisi 2005. 2. Selama ini, masalah teks Perjanjian Baru biasanya adalah pertarungan antara Textus Receptus vs. Critical Text. Textus Receptus bahkan disebut juga Majority Text. Tetapi kini muncul kontestan ketiga yang mengambil alih nama Majority Text. 3. Tujuan dari Hodges-Farstad dan Robinson-Pierpont adalah merekonstruksi teks Perjanjian Baru berdasarkan mayoritas manuskrip Yunani PB yang ada saat ini. 4. Teks yang mereka hasilkan berbeda dengan Textus Receptus di sekitar 1500 (hingga 1800) tempat. Teks HF berbeda dengan teks RP di sekitar 200 tempat. B. Filosofi Dasar Majority Text 1. Ada beberapa hal yang baik dari posisi Majority Text ini, yaitu mereka menolak pendekatan Westcott dan Hort yang mengabaikan saksi-saksi manuskrip cursive yang sedemikian banyak. 2. Para editor Majority Text menyerang banyak premis-premis dasar dari Critical Text. 3. Tetapi, mereka masih memiliki minimal satu filosofi dasar yang sama dengan Critical Text, yaitu bahwa Firman Tuhan yang asli telah hilang dan perlu direstorasi melalui proses bibliologi textual. 4. Jadi, menurut mereka, hingga abad ke-21 ini, orang Kristen masih belum memiliki Firman Tuhan yang sepenuhnya akurat. C. Kelemahan Majority Text 1. Dasar filosofinya sama sekali mengabaikan doktrin pemeliharaan Kitab Suci 2. Mereka tidak melakukan penelitian langsung atas manuskrip-manuskrip Yunani PB, melainkan memakai apparatus tekstual yang dibuat oleh Hermann von Soden dan H.C. Hoskier (khusus untuk Wahyu). Van Soden menerbitkan Die Schriften des neuen Testaments pada tahun 1913, yang merupakan karya besar database atas sekitar 400 manuskrip. 29

3. Apparatus van Soden, walaupun sangat impresif, tetapi bukanlah mayoritas, melainkan minoritas kecil, dari total jumlah manuskrip yang dimiliki hari ini, yaitu lebih dari 5000. 4. Menurut banyak ahli, hasil kerja van Soden ini mengandung banyak sekali kesalahan, jadi akurasinya sangat dipertanyakan. Lagipula, harus diingat bahwa van Soden memiliki bias Aleksandrian yang kuat, sehingga dia tidak banyak memperhatikan manuskrip-manuskrip yang tradisional mendukung TR. 5. Karyanya Hoskier memang bermanfaat, tetapi HF maupun RP sengaja memilih tipe manuskrip 046, bukannya manuskrip tipe Andreas, padahal Hoskier mengatakan bahwa manuskrip tipe Andreas lebih kuno dan akurat.

30

Related Documents

Bibliologi
February 2021 0
Bibliologi
February 2021 0
Diktat Teologi Pb I
January 2021 1
Bibliologi - 2
February 2021 0
Bab I Pendahuluan
January 2021 0

More Documents from "rhandyas"

Basic German Vocabulary
January 2021 1
Makalah Bpjs
January 2021 3
Mcc Panel Layout
March 2021 0
Angoso Videla
January 2021 2
The Golden Shells
February 2021 4