Ilmu Kesehatan Mata.pdf

  • Uploaded by: Imelda Junaedi
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ilmu Kesehatan Mata.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 2,496
  • Pages: 36
Loading documents preview...
MASTER CLASS CATATAN TUTORIAL OPTIMA

ILMU KESEHATAN MATA

OFFICE ADDRESS: Jl padang no 5, manggarai, setiabudi, jakarta selatan (belakang pasaraya manggarai) phone number : 021 8317064 pin BB 2A8E2925 WA 081380385694

Medan : Jl. Setiabudi no. 65 G, medan P Hone number : 061 8229229 Pin BB : 24BF7CD2 Www.Optimaprep.Com

www.optimaprep.com

KELAINAN MATA

MATA MERAH VISUS NORMAL • Pterigium  degenerasi stroma yang digantikan oleh serat elastin – Derajat 1 : Pterygium hanya terbatas pada limbus kornea – Derajat 2: Pterygium sudah melewati limbus kornea, tapi tidak lebih dari 2 mm melewati kornea (tidak sampai garis tengah kornea-pupil) – Derajat 3: Pterygium melewati derajat 2, tapi tidak melebihi pinggiran pupil dalam keadaan cahaya normal (3-4 mm) – Derajat 4: Pterygium sudah melewati pupil sehingga terjadi penurunan tajam penglihatan

• Pseudopterigium  perlekatan antara konjungtiva dan kornea akibat peradangan pada kornea • Pingeukula  deposit protein dan lemak akibat degenerasi

MATA MERAH VISUS NORMAL Jenis kelainan

Patofisiologi

Pemeriksaan

Pterigium

Degenerasi stroma konjungtiva akibat paparan sinar uv

Pseudopetrigium

Tes sonde (+)  ujung sonde tidak kelihatan saat penusukan Tes sonde (-)  ujung sonde terlihat saat penusukan

Perlekatan antara konjungtiva dan kornea akibat peradangan pada kornea Deposit protein dan (-) lemak akibat proses penuaan

Pingeukula

MATA MERAH VISUS NORMAL • Episkleritis  Radangan pada sklera superfisial dengan gejala fotofobia dan lakrimasi dan jarang menimbulkan rasa nyeri dan tidak menimbulkan komplikasi uveitis dan keratitis • Skleritis radangpada sklera bagian profunda sehingga dapat berkomplikasi menjadi uveitis dan keratitis dan terkait penyakit sistemik

MATA MERAH VISUS NORMAL Patofisiologi

Gejala

Pemeriksaan Terapi

Episcleritis Peradangan pada sclera superfisial

Scleritis Peradangan pada sclera profunda sering disertai dengan penyakit penyerta lainnya

Mata merah, lakrimasi dan fotofobia Tes fenilefrin  blanching (mata memutih) Sembuh sendiri

Mata merah, lakrimasi, fotofobia dan nyeri Tes fenilefrin  blanching (-) NSAID. Steroid topical dan steroid sistemik

MATA MERAH VISUS NORMAL • Konjungtivitis  radang pada konjungtiva Patologi Bakteri

Viral

Jamur

Vernal

Etiologi Gejala dan tanda Staphylococcus, Mata merah dan kotor, rasa terbakar, streptococci,Coryneb biasanya bersifat bilateral acterium Secret hijau kekuningan yang mukopurulen dengan masa inkubasi Gonoccocus 3-7

sekret hijau kekuningan harridan lengket, dapat juga disertai dengan Chlamidia (inklusi) mata berair dan adanya sensasi asing follicle. Masa inkubasi 7-14 hari Adenovirus, HSV dan Mata berair dan bersifat unilateral, varicella zoster fotofobia, edema pada kedua mata, reaksi folikular. Pseudomembran (+/-) Candida spp, Biasanya terjadi pada pasien dengan imunocomprimized dan penggunaan steroid topical jangka panjang Proses alergi Inflamasi kronik pada konjungtiva dengan gejala gatal, fotofobia disertai

Pengobatan Antibiotic topical

Injeksi penicillin procain, irigasi mata sampai secret bersih dan ditetes kloramfenicol Doksisiklin2x 100 mg PO Erytromisin 4x250 mg

Artificial tears, antiviral pada HSV

Antifungal topikal

Antihistamin topical dan agen vasokonstriktor

MATA MERAH VISUS TURUN (uveitis) • Peradangan pada uvea • ika mengenai bagian depan dan tengah disebut iridosiklitis atau uveitis anterior. • Pada pemeriksaan akan tampak flare dengan efek tyndal di dalam bilik mata depan serta presipitat yang halus pada kornea. • Tatalaksana – steroid topical dan sistemik – Siklopegik – pengobatan spesifik juka diketahui kuman penyebab.

• Komplikasi yang mungkin ditimbulkan glaucoma sekunder.

MATA MERAH VISUS TURUN (endoftalmitis) • Peradangan pada camera oculi anterior • ditandai dengan adanya cell & keratic presipitat serta udema kornea. • Gejala yang timbul nyeri pada bola mata. • Biasanya disebabkan oleh trauma ataupun operasi.

MATA MERAH VISUS TURUN (glaukoma akut) • Terjadinya penyakit saraf mata yang berhubungan dengan peningkatan tekanan bola mata (TIO Normal 10-24 mmHg. Pembagian glaucoma : • Berdasarkan mekanisme : – Sudut terbuka Terjadinya peningkatan aquas humor dan gangguan akses aquas humor ke system drainase. Pada genioskopi tampak COA sedang – Sudut tertutup gangguan aliran keluar aquas humor akibat kelainan system drainase. Pada genioskopi tampak COA dangkal, injeksi kornea, injeksi silier

MATA MERAH VISUS TURUN (glaukoma akut)

MATA MERAH VISUS TURUN (glaukoma akut) • Berdasarkan penyebab : – Primer  timbul pada mata yang punya bakat bawaan, bisanya bilateral dan diturunkan – Sekunder  komplikasi penyakit mata lainnya seperti uveitis, hifema dan katarak atau penggunaan steroid yang berlebihan. Bersifat unilateral

• Berdasarkan waktu : – Akut  terjadi peningkatan TIO secara tiba tiba, ditandai dengan nyeri kepala, mual dan muntah – Kronik  jarang terjadi peningkatan TIO, ditandai dengan gejala penyempitan lapang pandang. – Glaukoma konggenital  terjadi pada bayi ditandai dengan gejala epifora dan megalokornea (>11mm) – Glaukoma absolut  End stage pada setiap jenis glaucoma ditandai dengan no vision, relkes pupil (-) dan nyeri mata berat

MATA MERAH VISUS TURUN (glaukoma akut) • Pemeriksaan – Tonometri: mengukur tekanan Intraokuler (TIO) – Penilaian diskus optikus: pembesaran cekungan diskus optikus dan pemucatan diskus – Lapangpandang – Gonioskopi: menilai sudut kamera anterior

Mata merah visus turun Glaukoma akut • Menurunkan TIO: (ABCD) – Asetazolamid 500mg IV dan 4x125-250mg oral dengan efek dimulai pada 1 jam – penghambat beta topical : Beta bloker : timolol 0.25% – PiloCarpin 4% (1 tetes/5’ slm 1-2 jam) – obat hiperosmotik/Diuretik : Manitol IV preop u/ menurunkan TIO secepat mungkin

• Tatalaksana surgical – Iridotomi sebagai tatalaksana pada sudut tertutup dengan membuat lubang dengan laser pada iris. Dilakukan pada saat TIO turun – Iridektomi : mengangkat sebagian jaringan iris – Trabekulotomi : membuat jalan keluar alternative bagi aquas humor pada jaringan trabecular. Dapat dilakukan pada keadaan TIO masih tinggi – Geniotomi prosedur seperti trabekulotomi namun membutuhkan lensa khusus.

Mata Merah Visus Turuun Keratitis/Ulkus • Peradangan pada kornea. Jika peradangan ini mengenai bagian stroma kornea akan menimbulkan ulkus (tes floresensi +). • Gejala subjektif yang timbul dapat berupa eritema pada kelopak mata, secret mukopurulen, silau, nyeri. • Jika ulkus ada pada bagian perifer dan tidak disertai robekan lapisan kornea akan tampak infiltrate yang steril. • Pada pemeriksaan akan tampak injeksi silier, defek pada stroma serta hipopion.

Mata Merah Visus Turuun Keratitis/Ulkus • Ulkus kornea sentral – Ulkus kornea bakterialis – Ulkus kornea fungi – Ulkus kornea virus – Ulkus kornea acanthamoeba • Ulkus kornea perifer – Ulkus marginal – Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden) – Ulkus cincin (ring ulcer)





Peripheral Ulcerative Keratitis (PUK) – Ulcer progressing slowly and easily, circumferentially, and deeper toward the center of the cornea – Etiology connective tissue disease Rheumatoid arthritis (RA), Sjögren syndrome, Mooren ulcer, systemic vasculitic disorder (eg, SLE,, Wegener granulomatosis, polyarteritis nodosa). Mooren ulcer – rapidly progressive, painful, ulcerative keratitis – initially affects the peripheral cornea, spread circumferentially and then centrally – can only be diagnosed in the absence of an infectious or systemic cause. – Kausa tidak jelas, mungkin karena infeksi virus, alergi terhadap protein tuberkulosa/toksin ankilostoma, atau autoimun

Mata Merah Visus Turuun Keratitis/Ulkus

Mata Tenang Visus Turun perlahan gangguan refrraksi

Mata Tenang Visus Turun perlahan gangguan refraksi

Mata tenang visus turun perlahan myopia • Bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi (dalam kondisi cahaya atau benda yang jauh) • Terjadi karena bola mata yang terlalu panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram • Dapat ditolong dengan menggunakan kacamata negatif (cekung) • Dapat berisiko menjadi ablasio retina pada keadaan high myopia

Mata tenang visus turun perlahan myopia • Miopia secara klinis – Simpleks: kelainan fundus ringan, < -6D – Patologis: Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna atau miopia progresif, adanya progresifitas kelainan fundus yang khas pada pemeriksaan oftalmoskopik, > -6D



Miopia berdasarkan ukuran dioptri lensa : – Ringan : lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri – Sedang : lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri. – Berat : lensa koreksinya > 6,00 Dioptri.

• Miopia berdasarkan umur : – – – –

Kongenital : sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak. Miopia onset anak-anak : di bawah umur 20 tahun. Miopia onset awal dewasa : di antara umur 20 sampai 40 thn. Miopia onset dewasa : di atas umur 40 tahun (> 40 tahun).

Mata tenang visus turun perlahan myopia • Prinsip pemilihan lensa adalah dengan dioptri terkecil dengan visual acuity terbaik • Pemberian lensa dgn kekuatan besar akan memecah berkas cahaya terlalu kuat sehingga jatuh di belakang retina, akibatnya lensa mata harus berakomodasi agar bayangan jatuh di retina

Mata tenang visus turun perlahan hipermetropia • Gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina (di belakang makula lutea) • Etiologi : – sumbu mata pendek (hipermetropia aksial), – kelengkungan kornea atau lensa kurang (hipermetropia kurvatur), – indeks bias kurang pada sistem optik mata (hipermetropia refraktif)

• Gejala : penglihatan jauh dan dekat kabur, sakit kepala, silau, rasa juling atau diplopia

Mata tenang visus turun perlahan hipermetropia •





Pengobatan : koreksi dimana tanpa siklopegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal (6/6), hal ini untuk memberikan istirahat pada mata. Jika diberikan dioptri yg lebih kecil, berkas cahaya berkonvergen namun tidak cukup kuat sehingga bayangan msh jatuh dibelakang retina, akibatnya lensa mata harus berakomodasi agar bayangan jatuh tepat di retina. Contoh bila pasien dengan +3.0 atau dengan +3.25 memberikan tajam penglihatan 6/6, maka diberikan kacamata +3.25

Mata tenang visus turun perlahan hipermetropia • Hipermetropia total = laten + manifest – Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan siklopegia – Hipermetropia manifes = absolut + fakultatif – Yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal dengan hasil visus 6/6 – Hipermetropia ini didapatkan tanpa siklopegik

• Hipermetropia absolut : – “Sisa”/ residual dari kelainan hipermetropia yang tidak dapat diimbangi dengan akomodasi – Hipermetropia absolut dapat diukur, sama dengan lensa konveks terlemah yang memberikan visus 6/6

Mata tenang visus turun perlahan hipermetropia • Hipermetropia fakultatif : – Dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi sepenuhnya dengan akomodasi – Bisa juga dikoreksi oleh lensa – Dapat dihitung dengan mengurangi nilai hipermetrop manifes – hipermetrop absolut

• Hipermetropia laten: – Hipermetropia yang hanya dapat diukur bila diberikan siklopegia bisa sepenuhnya dikoreksi oleh tonus otot siliaris – Umumnya lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan dewasa. – Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten, makin tua akan – terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi fakultatif dan kemudia menjadi absolut

Mata tenang visus turun perlahan hipermetropia • Contoh pasien hipermetropia, 25 tahun, tajam penglihatan OD 6/20 – Dikoreksi dengan sferis +2.00 tajam penglihatan OD 6/6 – Dikoreksi dengan sferis +2.50 tajam penglihatan OD 6/6 – Diberi siklopegik, dikoreksi dengan sferis +5.00 tajam penglihatan OD 6/6

• ARTINYA pasien memiliki: – – – –

Hipermetropia absolut sferis +2.00 (masih berakomodasi) Hipermetropia manifes Sferis +2.500 (tidak berakomodasi) Hipermetropia fakultatif sferis +2.500 – (+2.00)= +0.50 Hipermetropia laten sferis +5.00 – (+2.50) = +2.50

Mata tenang visus turun perlahan astigmatisme • Ketika cahaya yang masuk ke dalam mata secara parallel tidak membentuk satu titik fokus di retina. • Tipe – – – – –

astigmatisme miopikus simpleks astigmatisme hipermetrop simpleks astigmatisme miopikus kompositus astigmatisme hipermetrop kompositus astigmatisme mixtus

• menentukan jenis jenis astigmatisme berdasarkan kedudukannya di retina

Mata tenang visus turun perlahan astigmatisme •

• • • •

Berkas sinar tidak difokuskan pada 1 titik dengan tajam pada retina, akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus Penyebab : kelainan lengkung permukaan kornea (paling sering), dapat juga kelainan lensa Gejala : Penglihatan buram, Head tilting, Menengok untuk melihat jelas, Mempersempit palpebra, Memegang bahan bacaan lebih dekat Tatalaksana : koreksi dengan lensa silindris dan atau sferis (bila perlu) Tipe-tipe astigmatisma: – Astigmatisma hipermetropikus simpleks, satu meridian utamanya emetropik, meridian yang lainnya hipermetropik. – Astigmatisma miopikus simpleks, satu meridian utamanya emetropik, meridian lainnya miopi – Astigmatisma hipermetropikus kompositus, kedua meridian utama hipermetropik dengan derajat berbeda. – Astigmatisma miopikus kompositus, kedua meridian utamanya miopik dengan derajat berbeda – Astigmatisma mikstus, satu meridian utamanya hipermetropik, meridian yang lain miopik.

Mata tenang visus turun perlahan •





Katarak – setiap keadaan kekeruhan lensa akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau keduanya. Klasifikasi – Berdasarkan usia: Kongenital, juvenil, senilis – Berdasarkan morfologi : subkapsular, inti, kortikal – Berdasarkan stadium kematangan : Insipien, imatur, matur, hipermatur Katarak Kongenital – Sebelum atau segera setelah lahir sampai usia 1 tahun disebabkan Infeksi TORCH – Pembedahan adalah terapi katarak kongenital. Hasil terbaik pada usia 68 minggu





Katarak Senilis Terjadi pada usia lanjut, biasanya > 40 tahun akibat Proses degenarasi lensa stadium katarak senil –

Insipien, intumesen, imatur, matur, hipermatur, morgagni

• Gejala Klinis –

Penurunan tajam penglihatan

– Peningkatan sensitivitas terhadap cahaya – Pergeseran miopi (myopic shift) – Penglihatan ganda (diplopia) monokular – Rabun senja – Membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca

Mata tenang visus turun perlahan

Tatalaksana –Medikamentosa •Tidak ada terapi yang benar-benar terbukti dapat menunda atau mengembalikan proses katarak –Terapi Bedah •Intracapsular cataract extraction (ICCE) •Extracapsular cataract extraction (ECCE) •Phacoemulsification

Mata tenang visus turun perlahan • Katarak Traumatik  akibat cedera benda asing di lensa atau trauma tumpul pada bola mata. • terdapat gambaran bintang pada kapsula posterior • tatalaksana – Benda asing intraokular harus segera dikeluarkan – Antibiotik sistemik dan topikal – Kortikosteroid topikal – Atropin sulfat 1%, 1 tetes 3 kali sehari untuk mencegah sinekia posterior

• Katarak Komplikata  sekunder akibat penyakit intraokuler • Berawal dari subkapsular posterior seluruh struktur lensa • Katarak akibat Penyakit Sistemik – Katarak bilateral – Contoh penyakit sistemik:DM, Hipoparatiroidisme, Distrofi miotonik

Mata tenang visus turun perlahan Retinopati DM • •

Riwayat DM yang lama, biasa > 20 tahun Pemeriksaan Oftalmoskop – Mikroaneurisma (penonjolan dinding kapiler) – Perdarahan dalam bentuk titik, garis, bercak yang letaknya dekat dengan mikroaneurisma di polus posterior (dot blot hemorrhage) – Dilatasi vena yang lumennya ireguler dan berkelok – Hard exudate (infiltrasi lipid ke dalam retina akibat dari peningkatan permeabiitas kapiler), warna kekuningan – Soft exudate (cotton wall patches) adalah iskemia retina tampak sebagai bercak kuning bersifat difus dan warna putih – Neovaskularisasi – Klsifikasi • Derajat I : Mikroaneurisama dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus okuli • Derajat II: Mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus okuli • Derajat III: Mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak, neovaskularisasi

Mata tenang visus turun perlahan Retinopati DM •

DM ophthalmic complications : – – – – – –



Corneal abnormalities Glaucoma ris neovascularization Cataracts Neuropathies Diabetic retinopathy → most common and potentially most blinding

Signs and Symptoms : – Seeing spots or floaters in the field of vision – Blurred vision – Having a dark or empty spot in the center of the vision – Difficulty seeing well at night – On funduscopic exam : cotton wool spot, flame hemorrhages, dot-blot hemorrhages, hard exudates



Pemeriksaan : – Tajam penglihatan – Funduskopi dalam keadaan pupil dilatasi : direk/indirek – Foto Fundus – USG bila ada perdarahan vitreus



Tatalaksana : Fotokoagulasi laser

Mata tenang visus turun perlahan Retinopati HT • Kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi • Arteri besarnya tidak teratur, eksudat pada retina, edema retina, perdarahan retina • Kelainan pembuluh darah dapat berupa : penyempitan umum/setempat, percabangan yang tajam, fenomena crossing, sklerose • Pada retina tampak : – warna pembuluh darah lebih pucat – kaliber pembuluh lebih kecil – akibat sklerose (refleks copper wire/silver wire, lumen pembuluh irreguler, fenomena crossing) – perdarahan atau eksudat retina (gambaran seperti bintang, cotton wool patches) – perdarahan vena (flame shaped)

Mata tenang visus turun mendadak

Related Documents


More Documents from "Verdico Arief"

Ilmu Kesehatan Mata.pdf
January 2021 1
Ilmu Neurologi
March 2021 0
M9_u3_s7_immp
February 2021 0