Loading documents preview...
KAJIAN PUISI SAJADAH PANJANG KARYA TAUFIK ISMAIL
SAJADAH PANJANG Karya Taufik Ismail Ada sajadah panjang terbentang Dari kaki buaian sampai ke tepi kuburan hamba Kuburan hamba bila mati Ada sajadah panjang terbentang Hamba tunduk dan sujud Di atas sajadah yang panjang ini Diselingi sekedar interupsi Mencari rezeki, mencari ilmu Mengukur jalanan seharian Begitu terdengar suara azan Kembali tersungkur hamba Ada sajadah panjang terbentang Hamba tunduk dan ruku’ Hamba sujud dan tak lepas kening hamba Mengingat Dikau sepenuhnya
Struktur Puisi Struktur Fisik--- Diksi ( pilihan kata) Denotatif
konotatif
Kuburan hamba bila mati Hamba tunduk dan sujud Mencari rezeki, mencari ilmu Begitu terdengar suara azan Hamba tunduk dan ruku’
Ada sajadah panjang terbentang (sajadah untuk beribadah shalat mengahdap sang pencipta) Dari kaki buaian (dari lahir) Di atas sajadah yang panjang ini (ibadah sepanjang hayat) Mengukur jalanan seharian (urusan duniawi) Kembali tersungkur hamba (kembali mengabdi kepada sang Maha kuasa) Mengingat Dikau sepenuhnya (mengingat Allah SWT sepanjang waktu)
Rima/ ritme Dalam puisi sajadah panjang karya Taufik Ismail mengguanakan Rima Bebas, karena baitnya tidak terikat pada akhir suku katanya. Mencari rezeki, mencari ilmu (a) Mengukur jalanan seharian (b) Begitu terdengar suara azan (b) Kembali tersungkur hamba (c)
Dalam puisi sajadah panjang karya Taufik Ismail, menggunakan Rima Tak Sempurna pada akhir suku kata. Mengukur jalanan seharian Begitu terdengar suara azan
Dalam puisi sajadah panjang karya Taufik Ismail juga terdapat rima atau pengulangan kata pada tiap bait. Kalimat pada puisi
Keterangan
Ada sajadah panjang terbentang pada Kata “ Hamba” Kata “Tunduk”
bait 1 baris 1 bait 2 baris 1 bait 4 baris 1 bait 1 baris 4 bait 2 baris 2 bait 4 baris 2 bait 4 baris 3 bait 2 baris 2 bait 4 baris 3
Kata nyata Adalah penyisipan kata konkret atau nyata dan tidak abstrak. Kata nyata
keterangan
Hamba tunduk dan sujud Diselingi sekedar interupsi Begitu terdengar suara azan Hamba tunduk dan ruku’ Mengingat Dikau sepenuhnya
Bait 2 Bait 2 Bait 3 Bait 2 Bait 4
baris baris baris baris baris
2 4 3 2 4
Bahasa Figuratif/ Majas Adalah bahasa yang digunakan penyair untuk membandingkan dengan benda lain atau kata lain Kalimat dalam puisi
Majas
Ada sajadah panjang terbentang Dari kaki buaian Dikau
Metafora (sebagai symbol Islam dalam beribadah Shalat) Metafora (sebagai kiasan yang diartikan adalah sejak lahir) Metafora (sebagai perbandingan langsung mangacu pada Tuhan yaitu Allah SWT)
Tipografi/ Tata Wajah Pada puisi berbentuk bait bukan berbentuk paragraph.Dalam puisi sajadah panjang karya Taufik Ismail mengguanakan rata tengah atau center.
Pencitraan
Kalimat dalam puisi
Citraan
Hamba tunduk dan sujud Mencari rezeki, mencari ilmu Hamba sujud dan tak lepas kening hamba Mengukur jalanan seharian Kembali tersungkur hamba Hamba tunduk dan ruku’
Citraan gerak/ Imaji kinestetik Citraan gerak/ Imaji kinestetik Citraan gerak/ Imaji kinestetik Citraan gerak/ Imaji kinestetik Citraan gerak/ Imaji kinestetik Citraan gerak/ Imaji kinestetik Citraan gerak/ Imaji kinestetik Citraan penglihatan/ Imaji visual
Imaji
Ada sajadah panjang terbentang Samapai ketepi kuburan hamba Begitu terdengar suara azan
Citraan pendengaran/ Imaji audiotori
Struktur batin Tema : Pengabdian Kepada Tuhan Perasaan : Tenang dan Khusyu Nada dan suasana : Tenang, damai, khusyu, dan khidmat. Amanat Perbanyaklah memngingat Tuhan Jangan lupakan ibadah yang utama yaitu shalat Jangan terlena dengan kehidupan dunia yang sesaat
Makna Puisi “Sajadah Panjang” adalah pernyataan Taufiq yang mengharukan tentang pengabdiannya pada Tuhan. Melalui “Sajadah Panjang”, Taufiq sebenarnya sedang melakukan semacam pengingatan pada para pembaca puisinya tentang Tuhan. Artinya, melalui puisi-puisi yang ditulisnya, Taufiq hendak membawa para pembacanya mengingat Sang Pencipta. Baginya, hidup ini adalah sebuah sajadah yang terbentang dari kaki buaian sampai tepi lahat. Kegiatan utama dalam sajadah itu adalah shalat. Kegiatan lain hanya semacam penyela dari shalat. menggambarkan kehidupan, yang mana sajadah panjang itu diawali dari buaian sang ibu, lalu pada sholat, dari Subuh hingga Isya, terus menerus hingga akhir hayat. Tapi, yang penting pula adalah bagaimana mentransformasikan kegiatan sehari-hari agar menjelma menjadi derivasi dari shalat.
Unsur Eksternal Puisi Sajadah Panjang mengandung unsure religi/ agama