Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan

  • Uploaded by: nurul putri
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan as PDF for free.

More details

  • Words: 4,706
  • Pages: 29
Loading documents preview...
KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DALAM KEPERAWATAN “Kecelakaan Kerja di Rumah Sakit”

DISUSUN OLEH : Kelompok II 1. 2. 3. 4.

ALVIN FAUZI IRMAWATI NURUL PUTRI A.N SHALMA NURMILA

( 171030100222 ) ( 171030100218 ) ( 171030100215 ) ( 171030100230 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG TANGERANG SELATAN OKTOBER, 2018

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan ini untuk memenuhi tugas kami. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi materi dalam susunan kalimat maupun tata bahasanya. Dalam penyusunan karya makalah ini penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca umumnya. Apabila terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami mohon maaf dan kami harapkan

kritikan

dari

Anda

untuk

membangun

kembali

menjadi sempurna.

Pamulang, 28 Oktober 2018

Penyusun

ii

karya

ini

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI .............................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang .......................................................................................1 B. Rumusan masalah ..................................................................................1 C. Tujuan penelitian ...................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Kecelakaan kerja ...................................................................................3 B. Upaya peningkatan kesehatan kerja ...................................................10 C. Askep kesehatan kerja .........................................................................16 BAB III PENUTUPAN A. Kesimpulan ............................................................................................25 B. Saran ......................................................................................................26 DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) addalah salah satu bentuk upaya untuk meenciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebass dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisien dan produktivitass kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkn korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat menggangu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugass kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa Negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai factor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengolala RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS. Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu

1

2

kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja di RS? 2. Bagaimana upaya peningkatan kesehatan kerja di RS? 3. Bagaimana

perawat

mengkaji,

merencanakan,

mengimplementasi

dan

mengevaluasi upaya pencegahan kecelakaan kerja di Rumah Sakit dan peningkatan kesehatan kerja?

C. Tujuan Penelitian 1. Pembaca dapat mengetahui tentang cara pencegahan dan penangulangan kecelakaan kerja di rs 2. Pembaca dapat mengetahui tentang upaya peningkatan kesehatan di rs 3. Pembaca

dapat

mengkaji,

merencanakan,

mengimplementasikan

dan

mengevaluasi upaya pencegahan kecelakaan kerja di rs dan peningkatan kesehatan kerja

3

BAB II PEMBAHASAN

A. Kecelakaan kerja Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, olah karena di belakang peristiwa itu tidak dapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotasse atau tindakan criminal adalah di luar ruang lingkup kecelakaan yang sebenernya. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan akibat kerja addalah kecelakaan yang adda hubungannya dengan kerja, dalam kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian muncul dua permasalahan. a. Kecelakaan sebagai akibat langsung dari pekerjaan atau b. Kecelakaan terjadi saat melakukan pekerjaan

1. Pencegahan kecelakaan akibat kerja Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan: a. Peraturan perundang, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, kontruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK dan pemeriksaan kesehatan. Undang-undang yang mengatur K3 adalah: i. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 3

4

Undang- undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiaban pimpinan tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja. ii. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan Undang-undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala.

b. Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja merupakan basis informasi yang berhubungan dengan banyaknya dan tingkat jenis kecelakaan yang terjadi ditempat kerja. c. Pelaksanaan SOP secara benar di tempat kerja Standar Opersional Prosedur adalah pedoman kerja yang harus dipatuhi dan dilakukan dengan benar dan berurutan sesuai instruksi yang tercantum dalam SOP, perlakuan yang tidak benar dapat menyebabkan kegagalan proses produksi, kerusakaan peralatan dan kecelakaan.

d. Pengendalian faktor bahaya di tempat kerja Sumber pencemaran dan faktor bahaya di tempat kerja sangat ditentukan oleh proses produksi yang ada, teknik/metode yang di pakai, produk yang dihasilkan dan peralatan yang digunakan. Dengan mengukur tingkat resiko bahaya yang akan terjadi, maka

5

dapat diperkirakan pengendalian yang mungkin dapat mengurangi resiko bahaya kecelakaan. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan : i.

Eliminasi dan Substitusi, yaitu mengurangi pencemaran atau resiko bahaya yang terjadi akibat proses produksi, mengganti bahan berbahaya yang digunakan dalam proses produksi dengan bahan yang kurang berbahaya.

ii. Engineering Control, yaitu memisahkan pekerja dengan faktor bahaya yang ada di tempat kerja, membuat peredam untuk mengisolasi mesin supaya tingkat kebisingannya berkurang, memasang pagar pengaman mesin agar pekerja tidak kontak langsung dengan mesin, pemasangan ventilasi dan lain-lain. iii. Administrative control, yaitu pengaturan secara administrative untuk melindungi pekerja, misalnya penempatan pekerja sesuai dengan kemampuan dan keahliannya, pengaturan shift kerja, penyediaan alat pelindung diri yang sesuai dan lain-lain.

e. Peningkatan pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja. Tenaga kerja adalah sumber daya utama dalam proses produksi yang harus dilindungi, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan perlu memberikan pengetahuan kepada tenaga kerja tentang pentingnya pelaksanaan keselamatan kerja saat melakukan aktivitas

kerja

agar

mereka

dapat

melaksanakan

budaya

keselamatan kerja di tempat kerja. Peningkatan pengetahuan tenaga

kerja

dapat

dilakukan

dengan

memberi

pelatihan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada awal bekerja dan secara berkala untuk penyegaran dan peningkatan wawasan. Pelatihan ini dapat membantu tenaga kerja untuk melindungi dirinya sendiri dari faktor bahaya yang ada ditempat kerjanya.

6

f. Pemasangan peringatan bahaya kecelakaan di tempat kerja Banyak sekali faktor bahaya yang ditemui di tempat kerja, pada kondisi tertentu tenaga kerja atau pengunjung tidak menyadari adanya faktor bahaya yang ada ditempat kerja, untuk menghindari terjadinya

kecelakaan

maka

perlu

dipasang

rambu-rambu

peringatan berupa papan peringatan, poster, batas area aman dan lain sebagainya.

2. Penanggulangan kecelakaan kerja Selain upaya pencegahan juga perlu disediakan sarana untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi di tempat kerja yaitu : a. Penyediaan P3K Peralatan P3K yang ada sesuai dengan jenis kecelakaan yang mungkin terjadi di tempat kerja untuk mengantisipasi kondisi korban menjadi lebih parah apabila terjadi kecelakaan, peralatan tersebut harus tersedia di tempat kerja dan mudah dijangkau, petugas yang bertanggung jawab melaksanakan P3K harus kompeten dan selalu siap apabila terjadi kecelakaan di tempat kerja.

b. Penyediaan peralatan dan perlengkapan tanggap darurat Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja terkadang tanpa kita sadari seperti terkena bahan kimia yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit / mata atau terjadinya kebakaran, untuk menanggulangi

keadaan

tersebut

perencanaan

dan

penyediaan perlatan / perlengkapan tanggap darurat di tempat kerja sangat diperlukan seperti pemadam kebakaran, hidran, peralatan emergency shower, eye shower dengan penyediaan air yang cukup, semua peralatan ini harus mudah dijangkau

7

3. Pengendalian akibat resiko kecelakaan kerja Contoh sistem pengendalian akibat resiko kecelakaan kerja yang telah dilakukan di rumah sakit adalah sebagai berikut: a. Resiko bahaya fisik i. Mekanik Resiko yang paling sering terjadi adalah tertusuk jarum dan

terpeleset atau menabrak dinding / pintu kaca.

Pengendalian

yang

sudah

dilakukan

antara

lain:

penggunaan safety box limbah tajam, kebijakan dilarang menutup kembali jarum bekas, pemasangan keramik anti licin pada koridor dan lantai yang miring, pemasangan rambu “awas licin”, pemasangan kaca film dan stiker pada dinding / pintu kaca agar lebih kelihatan, kebijakan penggunaan sabuk keselamatan pada pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian lebih dari 2 meter, dan lain-lain. ii. Resiko bahaya radiasi Resiko ini terdapat di ruang radiologi, radio therapi, kedokteran nuklir, ruang cath lab dan beberapa kamar operasi yang memiliki fluoroskopi / x-ray. Pengendalian yang sudah dilakukan antara lain: pemasangan rambu peringatan bahaya radiasi, pelatihan proteksi bahaya radiasi, penyediaan APD radiasi, pengecekan tingkat paparan radiasi secara berkala dan pemantauan paparan radiasi pada petugas radiasi dengan personal dosimetri pada patugas radiasi. iii. Resiko bahaya kebisingan Terdapat pada ruang boiler, generator listrik dan ruang chiller. Pengendalian yang telah dilakukan antara lain: substitusi peralatan dengan alat-alat baru dengan ambang kebisingan yang lebih rendah, penggunaan pelindung

8

telinga dan pemantauan tingkat kebisingan secara berkala oleh Instalasi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit (ISLRS). iv. Resiko bahaya pencahayaan Resiko bahaya ini terutama di satuan kerja dengan pekerjaan teliti seperti di kamar operasi dan laboratorium. Pengendalian yang sudah dilakukan adalah pemantauan tingkat pencahayaan secara berkala oleh ISLRS dan hasil pemantauan dilaporkan ke Direktur, Teknik dan Unit K3 untuk tindak lanjut ruangan yang tingkat pencahayaannya tidak memenuhi persyaratan. v. Resiko bahaya listrik Resiko bahaya listrik terdiri dari konsleting dan kesetrum. Pengendalian

yang

telah

dilakukan

adalah

adanya

kebijakan penggunaan peralatan listrik harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan harus dipasang oleh bagian IPSRS atau orang yang kompeten.

b. Resiko bahaya biologi Resiko bahaya biologi yang paling banyak adalah akibat kuman patogen dari pasien yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh, dropet dan udara. Pengendalian resiko ini telah dilakukan oleh Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) akan tetapi termasuk dalam area pemantauan Unit K3. Resiko air borne dissease dikendalikan dengan rekayasa ruangan tekanan negatif beserta peraturan administratif dan APD. Resiko penularan melalui droplet dikendalikan dengan menyediakan masker bagi petugas, pengantar pasien dan pasien yang batuk, serta sosialisasi etika batuk oleh PPI. Resiko blood borne dissease dikendalikasn dengan penggunaan alat-alat single use beserta persturan administratif dan APD. Selain itu untuk mencegah pe nularan penyakit blood borne dissease

9

khususnya Hepatitis B dilakukan Imunisasi Hepatitis B dengan perioritas pada karyawan dengan kadar titer anti HBs < 0,2 u/L terutama yang bekerja pada tindakan invasif terhadap pasien. Selain itu juga telah dilakukan penanganan paska pajanan infeksi khususnya pada HIV dan Hepatitis B. Bila pekerja atau peserta didik mengalami kecelakaan kerja berupa tertusuk jarum bekas pasien atau terkena percikan darah dan cairan tubuh pada mukosa (mata, mulut) atau terkena pada luka, maka wajib melaporkan kepada penanggung jawab ruangan pada saat itu dan setelah melakukan pertolongan pertama harus segera periksa ke IGD agar dilakukan telaah dan tindak lanjut paska pajanan sesuai prosedur untuk mengurangi resiko tertular.

c. Resiko bahaya kimia Resiko ini terutama terhadap bahan kimia golongan berbahaya dan beracun (B3). Pengendalian yang telah dilakukan adalah dengan identifikasi bahan-bahan B3, pelabelan standar, penyimpanan standar, penyiapan MSDS, penyiapan P3K, APD dan safety shower serta pelatihan teknis bagi petugas pengelola B3. Rekayasa juga dilakukan dengan penggunaan Laminary Airflow pada pengelolaan obat dan B3 lainnya.

d. Resiko bahaya ergonomi Resiko ini banyak terjadi pada pekerjaan angkat dan angkut baik pasien

maupun

barang.

Sosialisasi

cara

mengangkat

dan

mengangkut yang benar selalu dilakukan. Selain itu dalam pemilihan

sarana

dan

prasarana

rumah

sakit

juga

harus

mempertimbangkan faktor ergonomi tersebut terutama peralatan yang dibeli dari negara lain yang secara fisik terdapat perbedaan ukuran badan.

10

e. Resiko bahaya psikologi Resiko psikologi teidak terlalu kelihatan akan tetapi selalu ada meskipun kadarnya tidak terlalu mencolok. Upaya yang dilakukan antara lain dengan mengadakan pertemuan antar satuan kerja, antar staff dan pimpinan dan pada acara-acara bersama seperti saat ulang tahun RS dan lain-lain yang bertujuan agar terjalun komunikasi yang baik sehingga secara psikologi menjadi lebih akrab denganharapan resiko bahaya psikologi dapat ditekan seminimal mungkin.

B. Upaya peningkatan kesehatan kerja upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan agar diperoleh proktifitas kerja yang optimal.

1. Ruang lingkup upaya kesehatan kerja

Ruang lingkup upaya kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerja dan lingkungan kerjanya balik secara fisik maupun psikis dalam cara/ metode kerja. a. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja  Sarana dan prasarana 

Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja dan paramedic perusahaan)



Organisasi (pimpinan Unit Pelayanan Kesehatan Kerja, pengesahan penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja).

b. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja. 

Awal (Sebelum Tenaga Kerja diterima untuk melakukan pekerjaan).

11



Berkala (sekali dalam setahun atau lebih).

 Khusus (secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu berdasarkan tingkat resiko yang diterima).  Purna Bakti (dilakukan tiga bulan sebelum memasuki masa pensiun) c.

Pelaksanan P3K (petugas, kotak P3K dan Isi Kotak P3K).

d.

Pelaksanaan Gizi Kerja.  Kantin (50-200 tenga kerja wajib menyediakan ruang makan, lebih dari 200 tenaga kerja wajib menyediakan kantin Perusahaan).  Katering pengelola makanan bagi Tenaga Kerja.  Pemeriksaan gizi dan makanan bagi Tenaga Kerja.  Pengelola dan Petugas Katering. Pelaksanaan Pemeriksaan Syarat-Syarat Ergonomi.  Prinsip Ergonomi: o Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja. o Efisiensi Kerja. o Organisasi Kerja dan Desain Tempat Kerja o Faktor Manusia dalam Ergonomi.  Beban Kerja : o Mengangkat dan Mengangkut o Kelelahan. o Pengendalian Lingkungan Kerja. Pelaksanaan Pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dan Penyakit Akibat Kerja)

e.

f.

2.

a. Tujuan umum Meningkatkan kemampuan pekerja untuk mendorong dirinya sendiri sehingga terjadi peningkatan status kesehatan dan peningkatan prosuktifitas kerja melalui upaya kesehatan kerja b. Tujuan khusus i. Peningkatan kemampuan masyarakat pekerja dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

12

ii. Peningkatan keselamatan kerja dengan mencegah pemajanan bahan-bahan yang dapat membahayakan lingkungan kerja dan masyarakat serta penerapan prinsip-prinsip ergonomic. iii. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja informal dan keluarganya yang belum terjagkau pelayanan kesehatan kerja (underserved) iv. Meningkatkan kemitraan melalui kerjasama lintas program, lintas sector dan LSM dalam upaya kesehatan kerja.

c. Strategi i. Upaya kesehatan kerja bagi pekerja dan keluargamya dikembangkan secara terpadu dan menyeluruh dalam pola pelayanan kesehatan puskesmas dan rujukan. ii. Upaya kesehatan kerja dilakukan melalui pelayanan kesehatan paripurna yang meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit akibt kerja, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. iii. Peningkatan pelayanan kesehatan kerja dilaksanakan melalui peranserta aktif masyarakat dengan menggunakan pendekatan PKMD.

d. Program pelayanan kesehatan kerja Sebagaimana pelayanan kesehatan masyarakat pada umumnya, dalam perusahaan juga memiliki program pelayanan dalam kesahatan krayawannya.

Program

ini

dilaksanakan

denganpendekatan

menyeluruh (komprehensif) yaitu meliputi pelayanan preventif, promotif,kuratif dan rehabilitatif. i. Pelayanan Preventif Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit menular dilingkungan kerja

13

dengan

menciptakan

kondisi

pekerja

dan

mesin

atau

tempatkerja agar ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun lingkungan kerja yang memadai dantidak menyebabkan sakit atau mebahayakan pekerja serta menjaga pekerja tetap sehat. Kegiatan antara lain meliputi: 1) Pemeriksaan kesehatan yang terdiri atas: 1. Pemeriksaan awal/ sebelum kerja 2. Pemeriksaan berkala 3. Pemeriksaan khusus 2) Pemeliharaan berat badan dan perbaikan gizi 3) Kesehatan lingkungan kerja 4) Perlindungan diri terhadap bahaya dari pekerjaan 5) Penyerasian manusia dengan mesin dan alat kerja 6) Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar ada dalam kondisi aman (pengenalan, pengukuran dan evaluasi)

ii. Pelayanan promotif Peningkatan kesehatan (promotif) pada pekerja dimaksudkan agar keadaan fisik dan mental pekerja senantiasa dalam kondisi baik. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sehat dengan

tujuan

untuk

meningkatkan

kegairahan

kerja,

mempertinggi efisiensi dan daya produktifitas tenaga kerja. Kegiatannya antara lain meliputi: 1) Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja. 2) Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang sehat. 3) Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya 4) Perbaikan status gizi

14

5) Konsultasi psikologi. 6) Olahraga dan rekreasi

iii. Pelayanan Kuratif. Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit akibat kerja dengan pengobatan spesifik berkaitan dengan pekerjaannya maupun pengobatan umumnya serta upaya pengobatan untuk

mencegah meluas penyakit menular

dilingkungan pekerjaan. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sudah memperlihatkan gangguan kesehatan/gejala dini dengan mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh dan mencegah komplikasi atau penularan terhadap keluarganya ataupun teman kerjanya. Kegiatannya antara lain meliputi : 1) Pengobatan terhadap penyakit umum 2) Pengobatan terhadap penyakit da kecelakaan akibat kerja

iv. Pelayanan rehabilitatif Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau kecelakaan parah yang telah mengakibatkan cacat, sehingga

menyebabkan

ketidakmampuan

bekerja

secarapermanen, baik sebagian atau seluruh kemampuan bekerja

yang

baisanya

mampu

dilakukan

sehari-hari.

Kegiatannya antara lain meliputi: 1) Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang masih ada secara maksimal. 2) Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya. 3) Penyeluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima tenaga kerja yang cacat akibat kerja.

15

b. Sosialisasi K3 di Rumah Sakit Sosialisasi K3 Rumah Sakit adalah suatu proses penyampaian informasi kepada seluruh pekerja rumah sakit untuk dapat menerakan budaya K3RS secara komprehesif dengan tujuan dapat menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja rumah sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit, maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar rumah sakit. Sosialisasi pentingnya K3 di rumah sakit salah satunya bisa dilakukan dengan mengikut sertakan seluruh sumber daya manusia yang ada untuk mengikutii training K3 rumah sakit. Untuk terlaksananya program K3 dan dapat dilaksanankan dengan baik, maka pihak manajemen rumah sakit perlu memahami berbagai hal yang terkait dengan K3. Meninjaklanjuti kebutuhan pemahaman terhadap kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit tersebut, tidak hanya dari aspek

pengolalaannya

saja,

akan

tetapi

lebih

meningkakan

profesinalisme tenaga kerja yang ada di rumahh sakit, sehingga diharapkan para tenaga kerja tersebut lebih peka dan kreatif dalam implementasi K3 di rumah sakit. Dengan penerapan K3 rumah sakit yang baik dan benar tersebut maka berbagai kasus-kasus kecelakaan kerja dapat diminimalisasi, produktivitas pekerja dapat ditingkatkan dan pada akhirnya dapat meningkatkan profit bagi rumah sakit. Metode sosialisasi penerapan budaya K3 rumah sakit meliputi: i. Pengenalan (awareness) diantaranya: 1) Sosialisasi kebijakan K3 pada setiap pertemuan (rapat, upacara) 2) Spanduk dengan pesan K3 (bulan K3, ultah Rs)

16

3) Poster-poster pesan keselamatan kerja 4) Buku saku yang berisi kebijakan K3 5) Safety talk sebelum melaksanakan tugas

ii. Pemahaman Pemahaman disini yakni memberikan informasi tentang pentingnya penerapan k3 dalam rumah sakit atau instansi kesehatan lainnya. Bentuk upaya pemahaman yang bisa dilakukan yaitu: 1) Kursus / pelatihan 2) Seminar 3) Study banding 4) Pelibatan dalam organisasi K3 5) Praktek lapangan K3

iii. Pengembangan (Development) Pengembangan budaya K3 rumah sakit dilakukan dengan pendamingan oleh staf ahli yang diberi wewenang untuk memberikan pengarahan bagi staf atau tenaga kerja lainnya. Dalam metode pengembangan ini dua elemen yang sangat berpengaruh yaitu: 1) Keterlibatan dalam tim K3 2) Sebagai fasilitator K3

C. Asuhan keperawatan kesehatan kerja 1. Pengkajian kesehatan kerja Pengkajian status kesehatan pekerja dan kebutuhan pelayanan kesehatan berdasarkan perspektif epidemiologi meliputi berbagai dimensi antara lain:

17

a. Dimensi biofisikal Factor biologi manusia yang perlu dikaji pada status kesehatan pekerja termasuk di dalamnya adalah kematangan dan usia, warisan genetic dan fungsi fisiologis. Pedoman pengkajian kesehatan lingkungan kerja 

Umur, jenis kelamin, suku bangsa pekerja



Apakah ada kondisi kecacatan pada populasi pekerja



Berapa angka insidensi dan prevalensi penyakit



Apakah adda factor predisposisi terjadinya penyakit



Bagaimana tingkat ketidakhaddiran



Apa jenis pekerjaannya



Bagaimana status imunisasinya



Bagaimana hasil sskrining testnya

b. Dimensi psikologis Pada pengkajian dimensi psikologis perawat mengidntifikasi masalah psikologi pada lingkungan kerja dan mengkaji factor yang berkontribusi terhadap masalah psikologinya. Masalah psikologi dapat dimanifestasikan dengan adanya penyalahgunaan obat, kekerasan, gangguan kejiwaan, neurosis dan kelemahan. Beberapa indikasi adanya masalah psikologi yang perlu dikaji: 1) Sering tidak massuk kerja 2) Perubahan mood, perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. 3) Peningkatan insidensi kecelakaan 4) Kelemahan, kelelehan, penurunan energy 5) Penurunan atau peningkatan berat badan 6) Peningkatan tekanan darah 7) Penyakit yang berhubungan dengan stress (gastritis, ulkus peptikum)

18

Pedoman pengkajian kesehatan lingkungan kerja 

Bagaimana organisasi hari kerjanya



Bagaimana kualitas keindahan lingkungannya



Bagaimana hubungan antar pekerja



Bagaimana hubungan hubungan pekerja dengan atasan



Bagaimana nilai dan sikap pekerja



Bagaimana gaya supervise pimpinan



Bagaimana evaluasi pekerjaan



Bagaimana pembagian kerjanya



Bagaiman control kerjanya



Apakah ada sumber stress dalam lingkungan kerja



Bagaimana tingkat konflik keluarganya



Apakah ada program manajemen stresss di lingkungan kerja

c. Dimensi fisik Lingkungan fisik merupakan factor yang turut mempengaruhi derajat kesehatan dalam lingkungan kerja. Kategori lingkungan fisik yang berisiko menyebabkan gangguan kesehatan seperti : bahan kimia, radiasi, suara, getaran, terpapar panas dan dingin, aliran listrik, api dan lantai. Pedoman pengkajian kesehatan lingkungan kerja  Bagaimana sistem transportassi pekerja  Bagaimana keamanan area parker  Bagaiaman penggunaan pestisida dan racun dalam lingkungan kerja  Bagaimana sistem pemadam kebakaran  Apakah ada potensi terpapar substansi beracun  Bagaimana tingkat keterpaparan terhadap cuaca  Apakah ada potensi terjadinya jatuh

19

 Apakah ada potensi terjadinya jatuh  Apakah ada binatang atau serangga di lingkungan kerja  Bagaimana ada alargen tumbuhan dan racun di lingkungan kerja  Bagaimana kondisi suhu, penerangan, ventilasi  Bagaimana tingkat kebisingan  Bagaimana pengolongan makanan dan penyimpanannya  Bagaimana fasilitas toilet  Bagaimana fassilitas pembuangan limbah dan pengolahan Sampah d. Dimensi sosial Lingkungan social dalam lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi status kesehatan dapat bersifat positif dan negative. Yang termasuk lingkungan sosial diantaranya: kualitas interaksi sosial diantara pekerja, nilai terhadap pekerjaan dan kesehatan, ada tidaknya diskriminasi, jenis kelamin atau tekanan lain yang dapat mempengaruhi produktifitas pekerja. Pedoman pengkajian kesehatan lingkungan kerja  Bagaimana kondisi ekomoni pekerja  Bagaimana sistem penggajian pekerja  Bagaiamana sistem pelayanan kesehatan yang ada  Bagaimana pengorganisassian antar pekerja  Apakah ada potensi terjadi terjadi kekerasan di lingkungan kerja  Apakah ada konflik dalam organisasi  Bagaimana latar belakang budaya pekerja  Apakah bahasa yang digunakan  Bagaimana tingkat pendidikan pekerja e. Dimensi tingkah laku

20

Faktor gaya hidup yang dipertimbangkan disini termasuk: a. Jenis pekerjaan b. Istirahat dan latihan c. Penggunaan alat pengaman Pedoman pengkajian kesehatan lingkungan kerja  Bagaimana pola komunikasi antar pekerja  Bagaimana status nutrisi pekerja  Bagaimana kualitas pemberian nutrisi  Bagaimana pengetahuan tentang nutrisi  Apakah ada kebiasaan konsumsi alcohol, merokok, penggunaan obat  Bagaimana pola aktivitaas pekerja  Bagaimana istirahat pekerja

2. Perencanaan kesehatan kerja Perencanaan K3 di rumah sakit dapat mengacu pada standar sisstem manajemen K3RS diantaranya self assessment akreditasi K3 rumah sakit. Perencanaan meliputi: a. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor resiko. Rumah sakit harus melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya, penilaian serta pengendalian faktor resiko. 1) Identifikasi sumber bahaya Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan: 

Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya



Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi

2) Penilaian faktor resiko Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya resiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan kerja. 3) Pengendalian faktor risiko

21

Dilakukan melalui empat tingkatan pengendalian risiko yaitu menghilangkan

bahaya,

menggantikan

sumber

risiko

dengan

sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah /tidak ada (egneering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi (APP) b.

Membuat peraturan Rumah sakit harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi, diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang terkait.

c.

Tujuan dan sasaran Rumah sakit harus mempertimbangkan peraturan perundang-undangan, bahaya potensial, dan risiko K3 yang bisa diukur, satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian (SMART)

d.

Indikator kinerja Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 rumah sakit.

e.

Program kerja Rumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan proram K3 rumah sakit, untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat serta dilaporkan.

f.

Pengorganisasian Pelaksanaan K3 di rumah sakit sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan petugas terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan latihan serta penegakan disiplin. Ketua organisasi/satuan pelaksana K3 rumah sakit secara spesifik

22

harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3 di semua tempat kerja, meruuskan permasalahan serta menganalisis penyebab timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya dan mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana program yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya.

3. Implementasi kesehatan kerja Implementasi

keperawatan

adalah

serangkaian

kegiatan

yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kreteria hasil yang di harapkan ( Gordon, 1994, dalam potter dan perry, 1997 Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Implementasi Keperawatan: a. membantu dalam aktifitas sehari-hari b. konseling c. memberikan asuhan keperawatan langsung. d. Kompensasi untun reaksi yang merugikan. e. Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien utnuk prosedur. f. Mencapai tujuan perawatan mengawasi dan menggevaluasi kerja dari anggota staf lain. Tiga prinsip pedoman implementasi asuhan keperawatan : a. Mempertahankan keamanan klien b. Memberikan asuhan yang efektif

23

c. Memberikan asuhan yang seefisien mungkin

4. Evaluasi kesehatan kerja Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di rumah sakit adalah salah satu fungsi manajemen K3 rumah sakit yang berupa suatu langkah yang diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3 rumah sakit itu berjalan dan mempertanyakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3 rumah sakit dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemantauan dan evaluasi meliputi : a. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan RS (SPRS). b. Inspeksi dan pengujian Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara umum dan tidak terlalu mendalam.Inspeksi K3 di rumah sakit dilakukan secara berkala, terutama oleh petugas K3 rumah sakit sehingga kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan terhadap pekerja berisiko seperti biological monitoring (pemantauan secara biologis) c.

Melaksanakan audit K3 Audit K3 meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian. Tujuan audit K3 :  Untuk

menilai

potensi

bahaya,

gangguan

kesehatan

dan

keselamatan.  Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai ketentuan.

24

 Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta pengembangan mutu. Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit, identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen puncak. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian dan keefektivan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada hubungannya dengan kerja, dalam kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Cara pencegahan kecelakaan kerja dengan dibuatnya peraturan perundang, pengamatan resiko bahaya di tempat kerja, pelaksanaan SOP secara benar di tempat kerja, pengendalian faktor bahay di tempat kerja, peningkatan pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja dan pemasangan peringatan bahaya kecelaan di tempat kerja. upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan agar diperoleh proktifitas kerja yang optimal. Program pelayanan kesehatan kerja lebih ditekankan pada pelayanan: 1. Promotif 2. Preventif 3. Kuratif 4. Rehabilitatif 5. Pelayanan rujukan

B. Saran 1. Agar tercipta tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, perlu dilakukan pelaksanaan upaya Kesehatan sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja . 2. Lebih memperdalam lagi pengetahuan tentang Kesehatan melalui Pendidikan dan Pelatihan terkait Kesehatan kerja

25

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. – Jakarta : Departemen, Kesehatan RI. Cetakan kedua, 2008. http://www.depkes.go.id/article/view/16110900002/hidupkan-pos-ukk-agar-pekerjasektor-informal-tersentuh-layanan-kesehatan-kerja-.html https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2015/08/pengertian-dasarhukum-dan-ruang.html http://anitad105.blogspot.com/p/bab-ipendahuluana_12.html

25 26

Related Documents


More Documents from "Dona Eka Fitria"