Kti Bismillah

FORMULASI SEDIAAN LOTION EKSTRAK UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L)

PROPOSAL

Oleh : Meliza Sulisti 15081076

YAYASAN AKADEMI FARMASI AL- FATAH BENGKULU 2017

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah

:

Nama

: Meliza Sulisti

NIM

: 15081076

Program Studi

: Diploma III FARMASI

Judul

: Formulasi Sediaan Lotion Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) Menyatakan dan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini merupakan

hasil karya sendiri dan sepengetahuan penulis tidak berisikan materi yang dipublikasikan atau ditulis orang lain atau dipergunakan untuk menyelesaikan studi diperguruan tinggi lain kecuali untuk bagian-bagian tertentu yang dipakai sebagai acuan. Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Bengkulu, Maret 2017

Yang Membuat Pernyataan

LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL FORMULASI SEDIAAN LOTION EKSTRAK UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L)

Oleh : Meliza Sulisti 15081076 Karya Tulis Ilmiah Ini Di Pertahankan Di Hadapan Dewan Penguji Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Diploma (DIII) Farmasi Di Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu Pada Tanggal : Dibawah Bimbingan :

Pembimbing I

(Sari Yanti, M.Farm.,Apt) NIDN :

Pembimbing II

(Dewi winni fauziah, M.Farm.,Apt) NIDN :

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada tuhanlah hendaknya kamu berharap (Q.S. Al-Insyrah 6-8).

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini. Karya Tulis Ilmiah “FORMULASI SEDIAAN LOTION EKSTRAK UBI JALAR UNGU (IPOMOEA BATATAS L)” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Farmasi di Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat akademik untuk menyelesaikan programstudi Diploma III (D-III) Jurusan Kefarmasian Akademi Farmasi Al-fatah Bengkulu Tahun 2017. Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah mendapatkan masukan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Sari Yanti, M.Farm.,Apt selaku pembimbing I selama penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Ibu Dewi Winni Fauziah, M.Farm.,Apt selaku pembimbing II selama penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. 3. Bapak Drs. Djoko Triyono, Apt., MM selaku Ketua yayasan Akademi Farmasi Al-fatah Bengkulu yang telah membantu saya untuk mendapatkan fasilitas dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Bapak Agung Giri Samudra, S.Farm.,M.Sc.,Apt selaku Direktur Akademi Farmasi Al-fatah Bengkulu yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan di Jurusan Kefarmasian Bengkulu. 5. Seluruh staf dosen dan karyawan di Akademi Farmasi Al-fatah Bengkulu. 6. Semua pihah yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya..

Bengkulu,

November 2017

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................

iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii DAFTAR ISI ...................................................................................................

ix

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii INTISARI ....................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1.2 Batasan Masalah ...................................................................... 1.3 RumusanMasalah ..................................................................... 1.4 TujuanPenelitian ....................................................................... 1.5 ManfaatPenelitian ..................................................................... 1.5.1 Bagi Akademik .............................................................. 1.5.2 Bagi Peneliti Lanjutan .................................................... 1.5.3 Bagi Instansi ....................................................................

1 3 3 3 4 4 4 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori .............................................................................. 5 2.1.1 Uraian Ubi jalar Ungu ..................................................... 5 2.1.2 Kulit ................................................................................ 5 2.1.3 Kosmetik ......................................................................... 8 2.1.4 Lotion .............................................................................. 13 2.1.5 Simplisia........................................................................... 13 2.1.6 Ekstraksi........................................................................... 13

2.1.7 Metode Pengujian Lotion................................................. 13 2.1.8 Monografi Bahan.............................................................. 13 2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 3.1.1 Tempat Penelitian.......................................................... 3.1.2 Waktu Penelitian............................................................ 3.2 Jenis Penelitian ........................................................................ 3.2.1 Alat............................................................................... 3.2.2 Bahan............................................................................ 3.3 Prosedur Kerja Penelitian ......................................................... 3.3.1 Pengumpulan Bahan...................................................... 3.3.2 Pembuatan Simplisia..................................................... 3.3.3 Pembuatan Ekstrak Ubi Jalar Ungu.............................. 3.4 Rancangan Formula .................................................................. 3.5 Prosedur Pembuatan Lotion Ekstrak Ubi Ungu ....................... 3.6 Evaluasi Lotion ......................................................................... 3.6.1 Uji Sifat Fisik Lotion.................................................... 3.6.2 Uji panelis..................................................................... 3.6.3 Analisa data..................................................................

16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 17 18 18 18 18 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian .......................................................................... 4.1.1 Pembuatan Ekstrak Ubi Jalar Ungu.............................. .. 4.1.2 Proses Pembuatan Lotion Ekstrak Ubi Jalar Ungu......... 4.1.3 Hasil Uji Sifat Fisik Lotion............................................ 4.2 Pembahasan ...............................................................................

22 22 22 22 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ................................................................................ 36 5.2 Saran .......................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 38 LAMPIRAN .................................................................................................... 40

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ gential bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Anonim,2004). Setiap wanita mempunyai kecendrungan serupa, yaitu ingin terlihat cantik dan menyenangkan untuk dipandang sehingga produk kosmetik merupakan kebutuhan mutlak bagi dirinya. Perkembangan kosemetika untuk perawatan tubuh saat ini sangatlah pesat, sinar matahari merupakan sumber energi baik kelangsungan hidup semua makhaluk hidup, ternyata juga menyebabkan efek yang merugikan, antara lain menyebabkan terbakarnya sel-sel kulit manusia pigmentasi, dan penuaan dini. Berberapa cara untuk mengurangi kerusakan kulit dari radikal bebas akibat sinar UV yaitu dengan pemakaian tabir surya antioksidan (Baumann dan Allemann, 2009). Lotion disusun oleh komponen emulsifing, humektan, emolien, bahan aktif dan air. Komponen bahan pengawet dan pewangi juga penting untuk ditambahakan tetapi harus stabil terhadap suhu, pencahayaan dan kelembaban.

Gaya hidup masyarakat yang menggunakan bahan alam dan perawatan tubuh (back to nature) menjadi cukup popular pada saat ini sehingga masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam. Jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dan obat-obatan modern menyentuh lapisan masyarakat, tanaman dan buah-buahan yang berkhasiat mempunyai nilai ekonomis dan efek samping yang lebih kecil dibanding obat sintesis, oleh karena itu penggunaan obat dengan formulasi yang tepat sangat penting dan tentunya efektif dan aman (Balakhrisnan & Narayanaswamyi, 2011). Salah satu tumbuhan yang berkhasiat dan mempunyai banyak manfaat adalah Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) yang mengandung Vitamin (A, B1, B2 C dan E) serta kandungan betakaroten yang dapat bermanfaat untuk melembabkan kulit, melembutkan kulit, dan menghambat timbulnya kerutan. Selain mempunyai banyak vitamin Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) juga mudah didapat, serta memiliki harga yang cukup terjangkau oleh setiap kalangan masyarakat oleh karena itu Ubi Jalar Ungu banyak digemari. Dalam hal ini peneliti ingin mencoba membuat “FORMULASI SEDIAAN LOTION EKSTRAK UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L)” serta peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh varasi kadar dari ekstrak terhadap bentuk fisik sediaan lotion yang akan dibuat.

1.2 Batasan Masalah 1. Membuat simplisia Ubi Jalar Ungu dengan cara pngeringan. 2. Pembuatan ekstrak Ubi Jalar Ungu dengan mengunakan metode maserasi. 3. Pembuatan 3 formula sediaan lotion dengan variasi kadar ekstrak Ubi Jalar Ungu. 4. Pengujian sifat fisik sediaan lotion yaitu uji homogenitas, uji organoleptis, uji pH, daya sebar dan uji hedonik.

1.3 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Apakah ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) dapat dibuat menjadi sediaan lotion ? b. Apakah variasi kadar ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) dapat mempengaruhi sifat fisik sediaan lotion ?

1.4 Tujuan Penelitian a. Mendapatkan formula lotion dari ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L). b. Mengetahui pengaruh variasi kadar ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) terhadap sifat fisik sediaan lotion.

1.5 Manfaat penelitian 1.5.1

Bagi Masyarakat Hasil penelitian merupakan sumber informasi bagi masyarkat tentang manfaat Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) yang berpotensi sebagai tumbuhan yang berkhasiat dalam perawatan tubuh dan kulit.

1.5.2

Bagi Akademik Karya tulis ilmiah ini dapat dimanfaatkan sebagai contoh prosedur yang dapat membangun perkembangan akademik dan menjadi referensi untuk kelanjutan penelitian bagi mahasiswa selanjutnya dengan metode yang lebih modern lagi.

1.5.3

Peneliti selanjutnya Menambah ilmu pengetahuan yang akan berguna bagi peneliti dan diharapkan memberikan informasi awal atau data ilmiah tentang ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) dalam bentuk sediaan lotion sehingga mampu mengikatkan nilai tambah pada Ubi Jalar Ungu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1

Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) a. Taksonomi

Gambar 1. Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) Taksonomi tanaman Ubi Jalar Ungu dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Divisi

: Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Sub Divisi

: Angiospermae (Biji berada dalam buah)

Kelas

: Dicotyledonae (Berkeping dua)

Ordo

: Convolvulales

Famili

: Convolvulaceae

Genus

: Ipomoea

Spesies

: Ipomoea batatas L

b. Sejarah Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” berasal dari benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov seorang ahli Botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman Ubi Jalar Ungu adalah Amerika Tengah. Ubi Jalar menyebar keseluruh dunia, terutama negara beriklim tropika pada abad ke 16. Dan orang-orang Spanyol menyebarkan kekawasan Asia, terutama Filipina, Jepang dan Indonesia. Indonesia tidak diketahui dengan pasti awal mula tanaman ubi jalar dibudidayakan secara intensif. Rintisan budaya ubi jalar ungu (ipomoea batatas L) tersebar didaerah-daerah diindonesia. c. Nama-nama Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) Penyebaran ubi jalar ungu di berbagai wilayah indonesia menyebabkan ubi jalar ungu memiliki sebutan yang berbeda-beda di setiap wilayah atau daerah. Bahkan hampir semua mengenal dan mengetahui ubi jalar ungu. Disebabkan letaknya yang tersebar luas diseluruh dunia, orang menyebutnya berbeda setiap daerah tergantung bahasa yang dipakai didaerah tersebut.

Berikut berberapa nama ubi jalar (Ipomoea batatas L) didaerah tumbuhnya : Tabel 1. Nama-nama Ubi Jalar Ungu No

Daerah

Nama

1

Sunda

Tela Rambat

2

Jawa

Ubi Katelo

3

Sumatra

Balading

4

Intenasional

Sweet Potato

5

Latin

Ipomoea batatas L

d. Morfologi Tanaman Ipomoea batatas L termasuk tanaman dikotiledon (biji berkeping dua). Selama pertumbuhannya, tanaman tahunan ini dapat berbunga, berbuah dan berbiji. Sosok pertumbuhannya seperti semak yang menjalar pada permukaan tanah dengan panjang tanaman mencapai 3 meter (Masami, 2013). 1. Akar Pada dasarnya akar Ipomoea batatas L dibedakan menjadi dua tipe, yaitu akar penyerap hara didalam tanah disebut akar sejati (akar serabut) dan akar tunggang warna putih, penyimpanan energi hasil fotosintesis, lumbung.

yang dapat membesar membentuk umbi atau akar

2. Batang Batang (ipomoea batatas L) lunak, tidak berkayu, herbacecous (banyak mengandung air) terasa bagian tengah bergabus dan banyak percabanganya. Bentuk bulat, mempunyai ruas sepanjang 1-3 cm. Setiap batas ruas (buku) tumbuh daun, akar, tunas atau cabang. Berupa batang gundul atau berambut. Kadang-kadang membelit, bergetah, bulat, lunak, hijau pucat kuning atau keunguan. 3. Daun Daun tumbuh pada batang, tunggal , bertangakai pada buku-buku batang, diketiak daun, tumbuh berberapa akar. Daun Ipomoea batatas L, berbentuk bulat seperti jantung bulat lonjong, bulat runcing, atau seperti jari tangan, tipe daun bervariasi, ujung runcing atau tumpul, tepi rata, berlekuk dangkal atau berlekuk dalam, dan menjari, pangkal ramping, penulangan daun menyirip, panjang daun 4-14 cm dan lebar 4-11 cm. Hijau atau keunguan. Tangkai daun 4-20 cm.bentuk daun antar variets satu dengan lain tidak sama, baik bentuk maupun warna. 4. Bunga Bunga (ipomoea batatas L)majemuk, bentuk terompet, kelopak berbentuk lonceng, bertaju lima, hijau, mahkota berbentuk corong, panjang 3-5 cm dan lebar bagian ujung antara 3-4 cm, benang sari lima, melekat pada mahkota, putik bentuk berbentuk benang,

kepala putik kecil putih, warna bunga ungu muda pada bagian ujung ungu bagian pangkal. Bunga membentuk karangan tiga hingga tujuh bunga. 5. Buah dan biji Tanaman Ipomoea batatas L umumnya tidak berbuah, jika berbuah dan berbiji, biasanya sulit tumbuh ketika ditanam, karena bijinya terlalu keras. Untuk memudahkan pertumbuhanya, dilapukan terlebih dahulu, dan jika dapat tumbuh dapat digunakan untuk perbanyakan generatif. Buah Ipomoea batatas L seperti kapsul bagian dalam berkotak tiga, berisi biji ketika terjadi penyerbukan, penyerbukan biasanya terjadi secara silang atau sendiri. Biji matang warna hitam jika sudah tua, masih muda hijau, pipih, kulit keras dan berkeping dua. e. Kandungan Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) Kandungan ubi jalar ungu mengandung vitamin (A,B1, B2, C dan E), mineral (kalium, kalsium, magnesium, tembaga, dan seng), serat pangan, serta karbohidrat bukan serat. Total kandungan antosianin ubi alar ungu berkisar 110,51mg/100gram. Pigmennya lebih stabil bila dibandingkan

antosianin

dari

sumber

lain,

seperti

kubis

merah,elderberi, blueberi, dan jagung merah. Kestabilan dan kandungan antosianin yang lebih tinggi pada ubi jalar ungu dari sumber lain, menjadikannya sebagai sumber pilihan alternatif sebagai pewarna alami (Ginting, dkk. 2011).

Kandungan tercantum pada Tabel dibawah: Tabel II : kandungan ubi jalar No

Kandungan

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Zat besi Vitamin A Vitamin B1 Vitamin C Air Gula reduksi Serat BDD Antosianin

123 kkl 0,77 g 0,94 g 27,64 g 30 mg 49 g 0,7 g 7,700 SI 0,9 m 21,34 mg 70,64 mg 0,3 0,3 86% 110,51mg/100 g

Source: Sarwono (2005) dalam rosidah (2010)

2.1.2

Kulit

Gambar 2. Struktur Kulit Manusia

Kulit adalah

organ tubuh

yang teretak paling luar dan

membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa

1.5 m² dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Dengan demikian kulit pada manusia mempunyai peranan penting selain fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain yaitu estetika, ras, indikator sistemik. Fungsi utama kulit ialah proteksi, absorpsi, eksresi, presepsi, pengaturan suhu tubuh, pembentukan pigmen pembentukan vitamin D, dan kreatinisasi. Antioksidan merupakan zat yang mampu menghambat dan mencegah proses oksidasi. Zat ini secara nyata mampu memperlambat atau menghambat oksidasi zat yang mudah teroksidasi meskipun dalam kondisi konsentrasi rendah. Antioksidan juga didefenisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas ini dapat berasal dari metabolisme tubuh atau faktor eksternal lainnya (Tranggono dan Latifah, 2010). a. Struktur kulit 1. Lapisan epidermis a) Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit paling luar dan terdiri dari berberapa lapis sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).

b) Staratum lusidum terdapat dibawah lapisan korneum, merupkan lapisan sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein disebut eledin. c) Srtratum granulosum

merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng

dengan sitoplasma berbutir kasar terdapat inti diantaranya. d) Stratum basle terdiri dari sel yang berbentuk kubus (klumar) yang tersusun vertikal pada perbatasan derm-epidermal seperti pagar (palisade) Tranggono dan Latifah, 2007). 2. Lapisan dermis Terdiri dari jaringan pengikat (kolagen) dan mengandung pembuluh darah. Disini juga terletak saraf, kandungan rambut, kelenjar keringat, kelenjar lemak, yang berperan

penting pada

terjadinya reaksi alergi kulit. 3. Lapisan subkutisan Terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel ini memebentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Dilapisan ini terdapat ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening. a) Bagian-bagian kulit subkutis 1. Kelenjar kulit a. Kelenjar keringat (grandula sudorifera) Kelenjar ini terdiri atas kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak didangkat dermis dengan sekret yang encer, dan

kelenjar apkrin yang lebih besar, terletak didalam sekretnya lebih kental. b. Kelenjar palit (glandula sebasae) Terletak diseluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan kaki. c. Kuku Bagian terminal lapisan tanduk (stratu korneum) yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar (nail rot). Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku (naik groove). d. Rambut Terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan bagian yang berada diluar kulit (batang rambut). b) Fungsi kulit 1. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh esensial 2. Melindungi dari masuknya zat kimia beracun dari lingkungan dan mikroorganisme 3. Fungsi imunologis 4. Melindungi kerusakan akibat radiasi UV 5. Mengatur suhu tubuh 6. Sintesis vitamin D 7. Berperan penting dalam daya tarik seksual dan interaksi sosial (Robin Graham, 2007).

2.1.3

Kosmetik Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 445/MENKES/Permenkes/1998/ kosmetik didefinisikan sebagai berikut : “kosmetik adalah sediaan atau panduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut

untuk

membersihkan,

menambah

daya

tarik,

mengubah

penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk menyembuhkan suatu penyakit” (Tranggono, Retno dkk. 2007). a. Penggolongan Kosmetik menurut peraturan Mentri Kesehatan RI : 1. Betul-betul tradisional, misalnya manggir, lulur yang dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turunmenurun 2. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar tahan lama. 3. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benarbenar tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradsional. b. Kosemetik perawatan kulit, jenis ini perlu untuk merawat kebersihan kulit dan kesehatan kulit, termasuk didalamnya : 1. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser) misalnya: sabun, cleanising cream, cleanising milk, dan penyegar kulit, pemberih kulit.

2. Kosmetik untuk mmelembabkan kulit (moisturizer) : moisturizer cream, night cream, lotion. 3. Kosmetik pelindung kulit, misalnya: suncream ,sun block cream. 4. Kosmetik untuk menipiskan kulit. c. Kosmetik dapat melembabkan kulit dibedakan menjadi dua tipe : 1. Kosmetik pelembap berdasarkan lemak Kosemtik tipe ini sering disebut moistrurizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembut dan lembab. 2. Kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan Preparat jenis ini akan mengering dikulit, membentuk lapisan yang

hidrokopis,

menyerap

uap

air

dari

udara

dan

mempertahankannya dikulit. Preparat ini membuat kulit tampak halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum kulit (Tranggno, Retno dkk. 2007). 2.1.4

Lotion Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembab) yang mengandung air lebih banyak. Sediaan ini memiliki berberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi kulit, memberikan lapisan minyak hampir sama dengan sebum membuat tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan (Anonim, 1979).

Lotion menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah sediaan cair berupa suspensi dan dispersi, digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak dalam air (o/w) dengan surfaktan yang cocok. Dapat ditambahakan zat pewarna, zat pengawet dan zat pewangi yang cocok. Pada umunya pembawa lotion adalah air. Lotion adalah sediaan berupa suspensi atau emulsi dimaksudkan untuk penggunaan luar. Penambahan

etanol dalam lotion agar

mempercepat proses pengeringan dan memberikan efek pendingin, sedangkan penambahan paraffin akan membuat kulit tetap lembab pada waktu tertentu. Lotion digunakan pada kulit sebagai pelindung atau obat karena sifat-sifat bahannya. Kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit yang luas. Lotion dimaksudkan segera kering pada kulit seelah pemakaian dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit (Anonim, 1979).

2.1.5

Simplisia Menurut Depatermen Kesehatan RI, simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat yang belum mengalami perubahan proses apapun dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, hewani dan simplisia mineral (pelikan). Simplisia tumbuhan obat merupakan bahan

baku proses pembuatan ekstrak, baik sebagai bahan obat atau sebagai produk. Ekstrak tumbuhan obat dapat berfungsi sebagai bahan baku obat tradisional atau sebagi produk yang terbuat dari simplisia. Pada umunya pembuatan simplisia melalui tahapan berikut : 1. Pengumpulan Bahan Baku Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen lingkungan tempat tumbuh. Waktu panen saat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif didalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen saat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif didalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat tanaman tersebut mengandung senyawa aktf dalam jumlah besar. 2. Sortasi Basah Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanaman masih segar. Sortasi dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan, bahan tanaman lain atau mudah rusak, sehingga (dimakan ulat atau sebagainya). 3. Pencucian Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan tercemar pestisida. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air atau air sumur.

4. Perajangan Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat perajangan khusus sehingga diperoleh rajangan tipis atau dengan potongan ukuran yang dihendaki, semakin tipis bahan yang akan dikeringkan semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat proses pengeringan simplisia. Tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan dan rasa yang diinginkan. 5. Pengeringan Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisa yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatis akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. 6. Sortasi kering Sortasi kering setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap ahir pembuatan simplisia. Tujuannya adalah untuk memisahkan benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan kotoran-kotoran lainnya yang masih ada yang tertinggal pada simplisia kering. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong, bahan yang rusak, atau dibersihkan dari kotoran hewan (Anonim, 1995).

7. Pengepakan dan Penyimpanan Simplisa dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar dan dalam antara lain, cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi, penyerapan air, pengotoran, serangga, dan kapang. Selama penyimpanan ada kemungkinan terjadi kerusakan pada simplisia. Kerusakan tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu, sehingga simplisia tersebut tidak memenuhi syarat yang ditentukan. Penyebab kerusakan simplisia yang utama adalah air dan kelembapan.

2.1.6

Ekstraksi Ekstraksi adalah cara menarik satu atau lebih zat-zat dari bahan asal yang umumnya zat berkhasiat tersebut tertarik dalam keadaan (khasiatnya) tidak berubah. Istilah ekstraksi hanya dipergunakan untuk penarikan zat-zat bahan asal dengan menggunakan cairan penarik atau disebut juga pelarut. Simplisia yang akan diekstraksi umumnya sudah dikeringkan, kadang-kadang juga yang segar. Disamping itu simplisa itu ditentukan derajat halusnya untuk memperluas atau memperbesar permukaannya, sehingga menyebabkan proses difusi dari zat-zat berkhsiat lebih cepat dari pada melalui dinding-dinding sel yang utuh (proses osmose). Macammacam metode ekstraksi.

a. Ekstraksi Cara Dingin Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasan. Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi dan perkolasi. b. Ekstraksi Cara Panas Metode ini melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas secara otomatis mempercepat penyarian dibandingkan dengan cara dingin. Metodenya destilasi uap, infusa dan digerasi. 1. Maserasi Maserasi adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu aitu 1525ºC dalam waktu selama 3-5 hari sampai bahan-bahan yang melarut. Dalam proses maserasi, obat yang akan diekstrksi biasanya ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar, bersama pelarut yang telat ditetapkan. Bejana ditutup rapat, dan isinya dikocok secara teratur. Pengocokan memungkinkan pelarut segera mengalir berulang-ulang masuk keseluruh permukaan obat yang sudah halus. 2.

Digerasi Cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia dengan

cairan peyari pada suhu 35-45ºC. Cara ini sekarang sudah jarang

digunakan karena disamping membutuhkan alat tertentu juga pada suhu tersebut simplisa akan mudah rusak. 3.

Perkolasi Perkolasi ialah suatu cara penarikan, memakai alat yang disebut

perkolator, yang simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar sampai memenuhi syarat yang ditentukan. 4.

Destilasi Uap Destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk

simplisia yang mengandung titik komponen yang mempunyai titik didih yang tinggi pada tekanan udara yang normal. Pada pemanasan biasanya memungkinkan akan terjadi kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, maka ekstraksi dilakukan dengan destilasi uap. 5.

Infundasi Proses ekstraksi yang umumnya digunakan untuk mengestrak

kandungan zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Ekstraksi dengan cara ini menggunakan panas yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu ekstrak yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.

2.1.7

Metode Pengujian Lotion a. Pemeriksaan Organoleptis Uji organoleptis merupakan cara pengujian dengan menggunkan indra manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian organolepetik mempunyai peranan penting dalam penetapan mutu. Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk. Dalam uji organoleptik tidak digunakan alat dan dapat dilakukan peneliti atau pembuat sediaan sendiri dengan melihat atau secara kasat mata dalam pemisah fase atau pemecahnya emulsi, tercium bau tengik atau tidak serta perubahan warna dalam suatu sediaan (Anonim, 2004) b. Uji homogentitas Homogentias sedian lotion ditunjukan dengan tercampurnya bahan-bahan yang digunakan dalam formula lotion, baik bahan aktif maupun bahan tambahan secara merata dengan menggunakan atau meletakan sedikit lotion diantara 2 kaca objek. Perhatikan adanya partikel kasar atau tidak homogen (Anonim, 2004). c. Uji pH Pada evaluasi ini pengujian pH sediaan diukur menggunakan pH meter. Uji pH dilakukan untuk menentukan pH sediaan lotion yang sesuai dengan pH kulit agar tidak iritasi pada kulit

pada saat

pemakaian, pH yang rendah atau asam dapat mengiritasi kulit dan sebaliknya jika pH sediaan terlalu tinggi akan mengakibatkan kulit menjadi kering saat penggunaan. Syarat mutu standar ph kulit berkisar antara 4,5-7,5 (Anonim, 2004). d. Uji Daya Sebar Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan sampel sediaan lotion menyebar pada permukaan kulit ketika diaplikasikan. Sediaan sampel dengan daya sebar yang terlalu kecil maka dalam pengunaannya diperlukan tekanan yang besar untuk menggoleskan sampel tersebut, apabila daya sebar sediaan besar maka akan mudah dioleskan pada tempat pengolesan tanpa perlu tekanan untuk menyebar bahan aktif pada kulit lebih merat sehingga efek yang ditimbulkan bahan aktif menjadi lebih optimal. e. Uji Hedonik Uji hedonik suatu kegiatan pengujian yang dilakukan peneliti yang mana memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan atau ketidaksukaan suatu produk. Penilaian dalam uji hedonik ini bersifat spontan. Prinsipnya panelis diminta untuk mencoba suatu produk tertentu, kemudian panelis memberikan tanggapan

dan

penilaian

atas

membandingkan dengan yang lain.

produk

tersebut

tanpa

2.1.8

Monografi Bahan Tambahan a.

Acidium Stearicum Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukan susunan hablur putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin. pengunaan dalam sediaan topikal sebesar 1% - 20%. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%). Khasiat

b.

: Zat tambahan/ emulsifying agent (Anonim, 2009).

Paraffin Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunai rasa dengan range 1.0% - 20%. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol 95%. Khasiat

c.

: Zat tambahan/ emolient (Anonim, 2009).

Triaethanolaminum Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higrokopis. Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) P, larut dalam klorofrom. Khasiat

: Zat tambahan/ emulsifying agent (Anonim, 2009).

d.

Metyl Paraben Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak mudah terbakar dikulit terasa tebal. Pengunaan dalam sediaan topikal sebanyak 0,02%-0,3%. Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,mudah larut dalam eter. Khasiat

e.

: Pengawet (Anonim, 2009).

Propil Paraben Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa. Pengunaan dalam sediaan topikal sebanyak 0,01% - 0,6%. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air Khasiat

f.

: Pengawet (Anonim, 2009).

Cetyl Alkohol Pemerian : Butiran atau potongan, licin, putih, bau khas lemah, rasa tawar. Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P dalam eter. Khasiat

: Pengental, konsentrasi 2% - 5% (Anonim, 2009).

g. Gliserin Pemerian : Warna putih atau hampir putih, tidak berasa, tidak berbau dan berbentuk hablur. Kelarutan : Larut dalam laruta alkali hidroksida, agak sukar larut dalam kloroform, sukar larut dalam etanol dan metanol, praktis tidak larut dalam air. Khasiat

: Pelembab (Anonim, 2009).

2.2 Kerangka konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar :

Ekstrak Ubi Jalar ungu (Ipomoea batas L)

Variasi Ekstrak Ubi Jalar ungu (Ipomoea batas L)

Formulasi Sediaan Lotion

1. Uji sifat fisik lotion 1. Organoleptis 2. Homogenitas 3. Uji pH 2. Uji daya sebar 3. Uji hedonik 4. Uji viskositas Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian 2

BAB III METODE PENELITIAN 3.1

Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1

Tempat Penelitian Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Farmasetika Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu.

3.1.2

Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dari bulan maret hingga bulan juni 2017.

3.2

Alat dan Bahan

3.2.1

Alat Gelas ukur, beaker glass, alu dan lumpang, sendok tanduk, spatel, sudip, batang pengaduk kaca, wadah lotion, penangas, pH meter, kain planel blender, pisau, timbangan digital.

3.2.2 Bahan Ekstrak Ubi Jalar Ungu, asam stearat, cetyl alkohol, trietanolamin, gliserin, parafin cair, propil paraben, metyl paraben, pewangi dan aqua.

3.3

Prosedur Kerja Penelitian

3.3.1

Pengumpulan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) yang diperoleh di pasar Panorama Kelurahan Panorama Kecamatan Gading Cempaka Provinsi Bengkulu.

3.3.2

Pembuatan simplisia Ubi Jalar Ungu dibersihkan, kemudian dicuci dan dirajang kecilkecil dengan menggunakan pisau, Ubi yang telah dirajang, dikeringkan dengan cara diangin-anginkan tanpa menggunakan sinar matahari langsung hingga 7 hari. Selanjutnya dilakukan sortasi kering, guna memisahkan benda-benda asing yang tidak dibutuhkan.

3.3.3

Pembuatan Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) Siapkan simplisia Ubi jalar ungu yang telah kering dan ditambahkan pelarut etanol 70% lalu masukan dalam botol yang tertutup dan tambahkan cairan penyari atau pelarut yaitu etanol ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya dan setiap harinya dilakukan pengadukan secara teratur tiga sampai empat kali selama kurang lebih lima menit. Setelah 5 hari campuran tersebut disaring, maserat selanjutnya dikentalkan mengguakan Rotary evaporator dengan tekanan 70 rpm dan suhu 70ºC (Voigt, 1997).

3.4

Rancangan Formula Sediaan lotion dibuat dalam 3 formula dengan variasi ekstrak ubi ungu,

dengan volume setiap formula 50ml, formula dapat dilihat pada tabel III. Tabel III. Rancangan Formula Lotion Ubi Ungu (Ipomoea batatas L) FORMULA (%) BAHAN Ekstrak ubi ungu Cetyl alkohol Asam stearat Gliserin TEA Parafin cair Propil paraben Metyl paraben Lavender Aqua ad

3.5

F1 5 0,5 2,5 5 1 7 0,05 0,1 qs 100

F2 7 0,5 2,5 5 1 7 0,05 0,1 qs 100

F3 9 0,5 25 5 1 7 0,05 0,1 qs 100

KHASIAT Zat aktif Pengental Emulsyifing agent Emolient Emulsyifing agent Emolient Pengawet Pengawet Pewangi Pelarut dan pembawa

Prosedur Pembuatan Lotion Ekstrak ubi ungu (Ipomoea batatas L) Prosedur kerja dalam pembuatan lotion ekstrak ubi ungu (Ipomoea batatas L) adalah sebagai berikut : 1.

Timbang dan ukur semua bahan yang diperlukan dalam pembuatan formulasi sediaan lotion ekstrak ubi ungu sesuai takaran yang telah dirancang sebelumnya, penimbangan dilakukan agar bahan-bahan yang diperlukan sesuai takarannya.

2.

Dalam pembuatan sediaan lotion terdapat fase minyak, pembuatan asam stearat, cetyl alkohol, metyl paraben, parafin. Fase minyak dilakukan dengan cara mencampurkan larutan yang sejenis dengan

cara memasukan dipanaskan diatas waterbath pada suhu 70ºC (massa 1). 3.

Selain fase minyak lotion juga dibuat dengan penambahan fase air, fase air dibuat dengan cara memasukan TEA, Gliserin yang sebelumnya sudah dilarutkan dalam air panas dalam cawan penguap, panaskan diatas waterbath pasa suhu 70ºC (massa 2).

4.

Jika pembuatan fase minyak dan air telah selesai, masukan massa 1 kedalam lumpang panas gerus, kemudian masukan masukan massa 2 gerus cepat sampai terbentuk corpus. Setelah itu masukan ekstrak ubi ungu gerus sampai homogen. Tambahan ollium Lavender gerus sampai homogen.

5.

Keluarkan sediaan yang telah dibuat dari lumpang, masukan kedalam wadah lotion yang telah disiapkan.

6.

3.6

Selanjutnya dilakukan pengemasan dan pelabelan.

Evaluasi lotion

3.6.1 Uji Sifat Fisik Lotion 1.

Pemeriksaan Organoleptis Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, bau yang diamati secara visual, yang dilakukan dengan mengamati perubahanperubahan bentuk, bau, warna sediaan lotion selama 4 minggu penyimpanan (Indasari, dkk,2010).

2.

Pemeriksaan homogenitas Oleskan sediaan pada sekeping kaca transparan, sediaan akan menunjukan susunan yang homogen.

3.

Pemeriksaan pH Menggunakan alat pH meter, sediaan dimasukan dalam wadah kemudian celupkan elektroda kedalam wadah tersebut. Angka yang ditunjukan pada pH meter merupakan pH lotion.

4.

Uji Daya Sebar Daya sebar pada kulit berhubungan dengan konsentrasi dan viskositas dari lotion. Daya sebar ini sangat penting saat pengolesan sediaan pada kulit, dimana sediaan dengan daya sebar yang baik akan memberikan penyebaran dosis yang merata pada kulit. Pengujian dilakukan

dengan

metode

ekstensometri.

prinsipnya

adalah

menghitung pertambahan luas yang diberikan oleh sediaan bila diberikan beban dengan berat tertentu dan dalam selang waktu tertentu. 5.

Uji Hedonik Peneliti sebanyak 10 orang mengemukakan tanggapan pribadi terhadap lotion ubi ungu. Untuk mengukur kesukaan atau tidak suka terhadap lotion yang digunakan skala hedonik dengan tingkatan 1-5 yang berturut-turut mewakili perasaan sangat tidak suka, tidak suka, kurang suka, suka dan sangat suka. Atribut yang diamati dalam lotion ubi ungu adalah warna, aroma, tekstur lotion.

3.6.2

Uji Panelis Pengujian ini dilakukan dengan cara uji terbuka yang dilakukan selama 5 hari, dengan cara lotion dioleskan ke kulit dengan pemakaian 1 jam yang ditutupi perban. Kemudian setelah 1 jam perban dibuka dan dicuci. Amati reaksi kulit yag terjadi, apabila tidak terjadi iritasi seperti rasa gatal dan kemerahan maka lotion dinyatakan memenuhi persyaratan penguji.

3.6.3 Analisa Data Mengambarkan proses awal dari pembuatan lotion sampai hasil yang diharapkan, setelah itu sediaan lotion diuji sifat fisik meliputi uji organoleptis, homogentitas, pH, dan daya sebar, viskositas dan uji hedonik. Lalu dibuat dalam bentuk tabel atau grafik sesuai dengan prosedur kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim, 2004, Ilmu Resep Teori, Jilid II, Depertemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Jakarta. Anonim, 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipient, sixth edition., Pharmaceutical Press and American Pharmacists Associations, London and Washington DC. Balakhrisnan, K, Narayanaswamyi, N., 2011, Botanicals as sunscreens: Their Role in the Prevention of Photoaging and Skin Cancer, International Journal of Research in Cosmetic Science Universal Research Publications; 1(1) : 1–12. Baumann, L, Allemann, IB 2009, Antioxidants, in: Baumann L, Saghari, S, (eds). Cosmetic dermatology principles and practice, 2nd edn. New York: McGraw-Hill, pp.292-311. Ginting,Erliana, Joko S., Rahmi Yulifianti., M.Yusuf. 2011. Potensi Ubi Jalar Ungu sebagi Pangan Fungsional. Iptek Tanaman Pangan Vol. 6 No.1. Graham,R., Burns T.B.,2007, Lecture Notes Dermatologi, Edisi ke VIII, Erlangga Medical Series, Ciracas, Jakarta. Indrasari, S.,Wibowo, P & Purwani, E.,2010, Evaluasi Mutu Fisik, Mutu Giling dan Kandungan Antosianin Kultivar Beras Merah, Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan: 29(1) : 56-62.

Masami, K.,2013, Rahasia Cantik Alami Wanita Jepang, Hal 51-53, Laksana, Jakarta. Rosidah, 2010. Potensi Ubi Jalar Sebagai Bahan

Baku Industri

Pangan.TEKNUBUGA Volume 2 No.2 Tranggono, R.I dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama. Tranggono, Retno, Fatima., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengettahuan Kosmetika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Voight, 1997.,Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Terjemahan Soedani Noerono, Gadjah Mada University, Yogjakarta.