Loading documents preview...
PERBANDINGAN HASIL CROSSMATCH METODE GEL YANG DIINKUBASI SUHU 37 ℃ DAN SUHU 20 ℃
Proposal penelitian Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Bandung
Disusun oleh: ESTI PAMUNGKAS MARIANA P17334119162
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2020
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Proposal Penelitian dengan judul: PERBANDINGAN HASIL CROSSMATCH METODE GEL YANG DIINKUBASI PADA SUHU 37℃ DAN SUHU 20℃ Disusun oleh : ESTI PAMUNGKAS MARIANA P17334119162 Telah diperiksa dan disetujui untuk disajikan pada Sidang Proposal Penelitian
Menyetujui, Pembimbing
Ganjar Noviar, S.ST, M.Biomed NIP. 198705152009121001 Mengetahui, Ketua Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Entuy Kurniawan, S.Si, M.KM NIP. 196811111992031001
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN
Proposal Penelitian ini telah diujikan pada Sidang Proposal Penelitian Program Pendidikan Diploma III Jurusan Analis kesehatan Politeknik Kesehatan Bandung Tanggal : 13 Maret 2020 PERBANDINGAN HASIL CROSSMATCH METODE GEL YANG DIINKUBASI PADA SUHU 37℃ DAN SUHU 20℃ Disusun oleh: ESTI PAMUNGKAS MARIANA P17334119162
Penguji: Tanda tangan Ketua
: Ganjar Noviar,S.ST.M.Biomedik
(
)
(
)
(
)
NIP. 19870515 200912 1 001 Penguji I :
Dr. Betty Nurhayati, S.Si,M.Si NIP. 19660727 198603 2 015
Penguji II : Adang Durachim, S.Pd,M,Kes NIP. 19650922 199003 1 003
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kepada Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Usulan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Perbandingan Hasil Crossmatch Metode Gel Yang Diinkubasi Pada Suhu 37℃ Dan Suhu 20℃”. Usulan Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan Diploma III Analis Kesehatan di Politeknik Kesehatan Kementerian kesehatan Bandung. Dalam penyusunan Usulan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapat banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Entuy Kurniawan . S., M.KM. selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung. 2. Ibu Dr. Dra. Ani Riyani, M.Kes. selaku Ketua Program Studi D-III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung sekaligus selaku pembimbing yang telah memberikan petunjuk, dukungan dan bimbingannya selama pembuatan Usulan Karya Tulis Ilmiah ini. 3. Bapak Ganjar Noviar S.ST,M.Biomed, selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang selalu memberi masukan dan motivasi dalam proses menyusun Usulan Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Ibu Wiwin Wiryanti,Spd,M.Kes , selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan arahan dan bimbingannya selama mengikuti perkuliahan di jurusan Analis Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung.
i
5. Keluargaku tercinta, Ibu,Suami,Anakku Elyon dan Glenda, keponakanku Veiby serta kakak-kakakku yang telah memberikan doa,cinta,kasih,dukungan dan motivasi terbaik untuk menyelesaikan Usulan Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Teman – teman Bank darah dan Laboratorium Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi yang telah memberikan dukungan bantuan dan kerjasamanya selama ini. 7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah membantu dan memberikan dukungan. 8. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada Usulan Karya Tulis Ilmiah ini. Kritik membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Cimahi, Februari 2020
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 1.1
Latar Belakang........................................................................................1
1.2
Perumusan masalah................................................................................4
1.3
Tujuan penelitian....................................................................................4
1.4
Manfaat penulisan..................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5 2.1
Dasar Teori..............................................................................................5
2.1.1
Darah.......................................................................................................5
2.1.2
Jenis komponen darah...........................................................................6
2.1.3
Golongan Darah.....................................................................................7
2.1.4
Kebutuhan darah...................................................................................8
2.1.5 Pemeriksaan Crossmatch.........................................................................9 2.2
Kerangka konsep......................................................................................9
2.3
Definisi Operasional Penelitian.............................................................10
2.4 Hipotesis BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................11 3.1 Desain dan Jenis Penelitian.....................................................................11
iii
3.2
Populasi dan Sampel.............................................................................11
3.3
Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................12
3.4
Cara pengumpulan data................................................................12
3.5
Pengolahan dan Analisis Data......................................................12
3.6
Alat, bahan dan Cara Kerja.................................................................13
3.6.1 Alat.............................................................................................................13 3.6.2 Bahan.........................................................................................................14 3.6.3..............................................................Cara Kerja ( Prosedur) 3.7
Skema Kerja..........................................................................................16
3.8
Rencana Penelitian................................................................................16 3.9
Rencana Anggaran Penelitian
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17 LAMPIRAN..........................................................................................................18
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pelayanan transfusi darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang
memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan . Pada dasarnya darah yang ada di UTD ( Unit Transfusi Darah) tidak diperjualbelikan. Pelayanan transfusi darah sebagai salah satu upaya kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. (Permenkes, 2015) Kebutuhan darah di Indonesia belum terpenuhi seluruhnya. Berdasarkan perhitungan WHO, kebutuhan darah 2% dari jumlah penduduk atau secara nasional 5,2 juta kantong darah dibutuhkan Indonesia setiap tahunnya. Secara data, kebutuhan itu baru terpenuhi sekitar 92% yang berasal dari Palang Merah Indonesia (PMI). (Indriyani Astuti ,2019) Whole Blood terdiri dari berbagai komponen darah yaitu red blood cells (RBC), thrombocyte concentrate (TC), kriopresipitat, dan fresh frozen plasma (FFP). Komponen darah yang ditransfusikan sesuai yang diperlukan akan mengurangi kemungkinan reaksi transfusi, circulatory overload. Keamanan dan efektifitas transfusi tergantung pada komponen darah yang aman, mudah didapat di UTD (Unit Tranfusi darah). (Komisi transfusi,2015) Pemeriksaan laboratorium sebelum pemberian transfusi darah (pre transfusion testing) merupakan bagian yang sangat penting dalam transfusi. Uji
1
pratransfusi inilah yang menentulan apakah darah yang akan ditransfusikan dapat memberikan manfaat yang optimal atau tidak kepada pasien. Selain itu, uji pratransfusi juga dapat memprediksi apakah transfusi akan memberikan efek samping yang fatal atau tidak sehingga pencegahan terjadinya efek samping pemberian transfusi dapat lebih awal dilakukan . (Mulyantari Kadek, Sutirta Putu Wayan,2016) WHO merekomendasikan uji pratransfusi minimal yang harus dikerjakan di laboratorium adalah pemeriksaan golongan darah sistem ABO dan Rhesus serta crossmatching (WHO,2002). Sumber lain menyebutkan bahwa uji prafransfusi (pretransfusion testing) meliputi pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus (D phenotype), antibodi skrining dan crossmatching (Zundel,2012, Blaney and Howard,2013). Pemeriksaan reaksi silang (crossmatch) perlu dilakukan sebelum melakukan transfusi darah untuk melihat apakah darah pasien sesuai dengan darah donor. Pemeriksaan reaksi silang dilakukan kurang lebih 1-2 jam. Pemeriksaan reaksi silang harus dilakukan walaupun golongan darah pasien dengan golongan darah donor sama. Jika pada pemeriksaan reaksi silang tidak terdapat kelainan maka darah donor diberikan kepada pasien. Bila pemeriksaan reaksi silang ditemukan perbedaan maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mencari penyebab perbedaan darah donor dengan darah pasien. (Oktarianita dkk, 2018) Pemeriksaaan
crossmatch terdiri dari 2 metode yaitu metode tabung
dan metode gel. Prinsip pemeriksaan crossmatch metode tabung adalah sel donor
1
dicampur dengan serum penerima (mayor crossmatch) dan sel penerima dicampur dengan serum donor (minor crossmatch) dalam bovine albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau gumpalan dan hemolisis bila golongan darah tidak cocok. Sel dan serum kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila penderita mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka terjadi gumpalan (Setyati, 2010). Pemeriksaan crossmatch metode gel ditemukan oleh Yves Lampiere dari Perancis dengan mengembangkan metode gel di Switzerland pada akhir 1985 sebagai metode standar sederhana yang memberikan reaksi aglutinasi dan dapat dibaca dengan mudah. Metode gel pertama kali digunakan untuk pemeriksaan rutin pada tahun 1988, saat ini telah digunakan lebih dari 80 negara termasuk Indonesia (Setyati, 2010). Pemeriksaan crossmatch di Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) Mitra Keluarga menggunakan metode gel. Pada metode ini suspensi sel darah dan plasma pasien akan direaksikan dengan suspensi sel darah dan plasma donor dengan cara diinkubasikan pada suhu 37℃ pada alat inkubator khusus selama 15 menit dengan tujuan memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel lalu ditambahkan serum anti globulin dan bila penderita mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka akan terjadi gumpalan. Kebanyakan dari pasien incompatible akan didapatkan aglutinasi / hasil crossmatch yang tidak cocok pada inkubasi suhu 37℃.
1
Berdasarkan hal tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian terhadap pasien incompatible tentang “ Perbandingan hasil crossmatch metode gel pada inkubasi suhu 37℃ dengan suhu 20℃
1
3
1.2 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah, yaitu: 1.
Bagaimana gambaran hasil crossmatch metode gel yang diinkubasi pada suhu 37℃?
2.
Bagaimana gambaran hasil crossmatch metode gel yang diinkubasi pada suhu 20℃?
3.
Apakah ada perbedaaan hasil crossmatch metode gel yang diinkubasi pada suhu 37℃ dan suhu 20℃?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah, sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui gambaran hasil crossmatch metode gel yang diinkubasi pada suhu 37℃
2.
Untuk mengetahui gambaran hasil crossmatch metode gel yang diinkubasi pada suhu 20℃
3.
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil crossmatch metode gel yang diinkubasi suhu 37℃ dan suhu 20℃.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil crossmatch metode gel yang diinkubasi pada suhu 37℃ dan suhu 20℃
1
3
2.
Menambah pengetahuan dan keterampilan mengenai suhu yang paling akurat untuk uji crossmatch sebagai penentu proses transfusi darah.
3.
Sebagai tambahan bahan pustaka dan bahan bacaan serta inspirasi bagi peneliti selanjutnya.
1
5
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Dasar Teori Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari darah seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti darah yang hilang akibat pendarahan, luka bakar, mengatasi shock dan mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi. (Viveronika,2017) Transfusi darah yang aman adalah darah yang apabila ditransfusikan tidak menimbulkan resiko/efek samping bagi pasien. Prosedur transfusi darah yang aman dimulai dari penentuan indikasi yang tepat oleh dokter, serta penentuan jenis komponen darah yang dibutuhkan. UTD (Unit Transfusi Darah) adalah unit yang berfungsi sebagai pengelola penyediaan darah transfusi yang aman, berkualitas dan efektif, mulai dari pengerahan donor darah sukarela resiko rendah sampai dengan ketersediaan darah aman serta pendistribusiannya kepada rumah sakit. UTD melakukan uji saring darah donor terhadap penyakit infeksi menular lewat transfusi darah (HIV,Hepatitis B, Hepatitis C, Sifilis), penyimpanan darah yang benar. (Depkes RI,2008). Proses transfusi tidak lepas dari resiko komplikasi atau reaksi yang menimbulkan gejala klinis pada pasien. Gejala klinis yang timbul pada pasien bervariasi, dari yang ringan sampai dengan berat, yang bisa saja membahayakan kondisi pasien. Umumnya reaksi tersebut, karena ketidakcocokan (inkompatibilitas)
6
antara darah donor dan pasien. Selain itu, reaksi transfusi, juga dapat terjadi pada komponen darah dengan kualitas yang kurang baik. (Eva Ayu, 2018) 2.1.1 Darah Darah adalah jaringan cair pada tubuh manusia yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah (bagian cair darah) sebesar 55% dan korpuskuler/sel darah (bagian padat darah) sebesar 45%. Sel darah terdiri dari 3 jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume total darah orang dewasa diperkirakan sekitar 5-6 liter atau 7% - 8% dari tubuh seseorang. (Ganjar Noviar,2018) Fungsi darah yang amat penting untuk tubuh antara lain : 1. Mengangkut dan menyediakan oksigen untuk sel. 2. Mengangkut nutrisi dan hormon. 3. Mmembawa zat sisa dan limbah tubuh ke ginjal dan hati. 4. Melawan penyakit. (Karlina Lestari,2019)
2.1.2 Jenis komponen darah 1. Darah lengkap (Whole blood) Whole blood (Darah lengkap) pada transfusi adalah darah yang diambil dari donor menggunakan container atau kantong darah dengan antikoagulan yang steril dan bebas pyrogen. Whole blood merupakan sumber komponen darah 6
yang
utama. Whole blood diambil dari darah pendonor ± 450-500 ml darah
yang tidak
mengalami pengolahan. Komposisi whole blood adalah eritrosit,
plasma, lekosit dan trombosit. Masa penyimpanan whole blood ada dua yaitu darah segar (fresh blood) darah yang disimpan kurang dari 6 jam serta darah yang disimpan (stored blood) yaitu darah yang disimpan lebih dari 6 jam. 2.
Sel Darah Merah (Packed Red Cell) Packed Red Cell adalah suatu konsentrat eritrosit yang berasal dari sentrifugasi whole blood, disimpan selama 42 hari dalam larutan tambahan sebanyak 100 ml yang berisi salin, adenin,glukosa dengan atau tanpa manitol untuk mengurangi hemolisis eritrosit.
3.
Trombosit Trombosit dibuat dari konsentrat whole blood (buffy coat) dan diberikan pada pasien dengan pendarahan karena trombositopenia. Produk trombosit harus disimpan dalam kondisi spesifik utnuk menjamin penyembuhan dan fungsi optimal setelah transfusi. Umur dan fungsi trombosit optimal pada penyimpanan di suhu ruangan 20-24℃ selama 5 hari. 4. Plasma (Fresh frozen Plasma) Fresh Frozen Plasma (FFP) adalah plasma segar yang dibekukan dalam waktu 8 jam dan disimpan pada suhu minimal -20℃ dapat bertahan 1 tahun yang berisi semua faktor koagulasi kecuali trombosit. FFP diberikan untuk mengatasi kekurangan faktor koagulasi yang masih belum jelas dan defisiensi anti-thrombin III. FFP berisi plasma, semua faktor pembekuan
6
stabil dan labil, komplemen dari protein plasma. Volume sekitar 150 sampai 200 ml. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikkan masing-masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa, dosis inisial adalah 10-15 ml/kg. ( Viveronika,2017 )
6
8
2.1.3
Golongan Darah Pemeriksaan golongan darah yang biasa dilakukan secara rutin di Bank darah berguna untuk memastikan bahwa penerima transfusi mendapat darah yang sesuai serta untuk mencegah reaksi transfusi hemolitik. Pemeriksaan golongan darah sebelum dilakukan transfusi meliputi pemeriksaan golongan darah ABO, Rhesus dan pemeriksaan uji silang antara darah resipien dengan darah donor. Darah yang ditransfusikan harus berdasarkan golongan darah yang sesuai terutama ABO dan Rhesus (Rh).(Dalimoenthe,2011) Penentuan golongan darah ABO pada umumnya dengan menggunakan metode slide. Metode ini didasarkan pada prinsip reaksi antara aglutinogen (antigen) pada permukaan eritrosit dengan aglutinin yang terdapat dalam serum/plasma yang membentuk aglutinasi atau gumpalan. Metode slide merupakan salah satu metode yang paling sederhana, cepat dan mudah untuk pemeriksaan golongan darah. Antigen-antigen golongan darah yang sangat penting adalah
9
antigen A dan B. Reagen antisera merupakan reagen yang digunakan untuk pemeriksaan golongan darah ABO. (Oktari dkk,2016)
( Gambar Golongan Darah, 2011 ) 2.1.4
Kebutuhan Darah Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 423/Menkes/SK/IV/2007 dalam perkembangan dewasa ini kebutuhan akan pelayanan darah semakin meningkat khususnya untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu (AKI),
penanganan penyakit degeneratif , cedera akibat kecelakaan , penyakit darah (hemophilia, thalasemia), memerlukan transfusi darah
untuk tujuan
pengobatan dan pemulihan kesehatan pasien (Kepmenkes,2007) 2.1.5
Pemeriksaan Crossmatch Pemeriksaan uji silang serasi atau yang lebih dikenal dengan pemeriksaan crossmatch adalah pemeriksaan kesesuaian darah pasien dan donor. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah antigen eritrosit donor sesuai dengan antibodi di serum pasien (uji mayor) dan antigen eritrosit pasien terhadap
9
antibodi di serum donor (uji minor). Pemeriksaan dengan 2 metode yaitu metode tabung dan metode gel. Kesimpulan dari hasil uji silang serasi adalah cocok (compatible) atau tidak cocok (incompatible) . Dari pemeriksaan pretransfusi maka akan terdeteksi kecocokan golongan darah ABO/Rh antara pasien dan donor dan akan terdeteksi antibodi yang tidak diharapkan secara klinis. (Irawaty,2018) Tujuan dari crossmatching adalah untuk mencegah terjadinya reaksi transfusi baik reaksi transfusi yang bersifat mengancam nyawa maupun reaksi transfusi ringan atau sedang yang dapat mengganggu kenyamanan pasien. Tujuan yang tidak kalah penting lainnya adalah memaksimalkan masa hidup in vivo sel – sel darah yang ditransfusikan. ( Blaney and Howard,2013 ). Pada prinsipnya Crossmatch dibagi menjadi 2 : 1. Mayor crossmatch Merupakan bagian yang utama ( terpenting) dalam crossmatch yaitu mereaksikan serum pasien dengan sel donor. Bila dalam serum pasien terdapat antibodi terhadap sel donor maka terjadi destruksi sel donor 2. Minor crossmatch Mereaksikan serum donor dengan sel darah pasien. Bila dalam serum donor terdapat antibodi terhadap sel pasien maka terjadi destruksi sel pasien. (Junaedi Wibawa, 2014)
10
2.2
Kerangka Konsep Inkubasi suhu 37℃ Inkubasi suhu 20℃
Hasil Pemeriksaan crossmatch metode Gel
Gambar 2.1 Kerangka konsep
2.3 Definisi Operasional Penelitian Tabel 2.2 Definisi Operasional No . 1.
Variabel Suhu 37℃ Suhu 20℃
2.
Pemeriksaan Crossmatch
3.
Hasil pemeriksaan Crossmatch
Definisi
Alat Ukur
Setelah penambahan suspensi Biorad sel dan serum atau plasma Termometer dalam microtube yang berisi gel di dalam buffer berisi reagen selanjutnya microtube diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37℃ dan suhu 20℃ (Purwanti,2017) Proses mereaksikan darah Makroskopis donor dengan darah pasien secara invitro yang diperiksa dengan metode gel
Hasil pemeriksaan crossmatch yang didapat pada metode gel
12
Hasil Ukur
Negatif (-) : Suspensi homogen Positif1(+1): Gumpalan banyak dan halus, cairan keruh tampak berwarna kemerahan. Posiitf 2 (+2) : Gumpalan lebih banyak dan kasar, cairan agak keruh Positive 3 (+3) : beberapa gumpalan besar, cairan jernih Positive 4 (+) : Gumpalan besar, cairan Makroskopis jernih Kompatibel (-) : darah pasien dengan donor
Skala Ukur
Ordinal
Rasional
cocok dan dapat ditransfusikan Inkompatibel (+) : darah pasien dengan donor tidak cocok dan tidak dapat ditransfusikan
12
2.4
Hipotesis Ada perbedaan antara hasil crossmatch metode gel yang diinkubasi pada suhu 37℃ dan suhu 20℃
12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Desain dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen deskriptif terhadap objek yang diteliti melalui sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil pemeriksaan crossmatch yang diinkubasi pada suhu 37℃ dan suhu 20℃ di RS.Mitra Keluarga Bekasi
12
14
3.2
Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Populasi yang digunakan untuk penelitian adalah pasien rawat inap yang menjalankan transfusi darah pada Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi 3.2.2 Sampel Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah 30 pasien rawat inap yang menjalankan transfusi darah dengan kriteria pasien inkompatibel pada Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi. 3.4
Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dari pasien inkompatibel yang melakukan transfusi darah dari hasil pemeriksaan crossmatch metode gel yang diinkubasi suhu 37℃ dan suhu 20℃.
3.5
Pengolahan data dan Analisis Data Pengolahan data penelitian ini didapat dari hasil crossmatch pasien rawat inap yang menjalankan transfusi darah khususnya pasien inkompatibel yang diinkubasi pada suhu 37℃ dan suhu 20℃. Data dari tabel kemudian di analisis secara statistik menggunakan uji deskriptif dan uji independent sampel T-Test dengan program SPSS 21 untuk melihat gambaran dan perbandingan hasil pemeriksaan crossmatch yang diinkubasi pada suhu 37℃ dan suhu 20℃
12
14
3.6
Alat, Bahan dan Cara Kerja
3.6.1 Alat yang digunakan 1. ID dispenser 2. Auto pipet 3. Tabung Serologi
4. Inkubator 5. Sentrifuge 6. Rak tabung 7. Yellow tip
3.6.2 Bahan 1. LISS/Coombs card 2. ID Diluent 3. Sampel pasien dan donor 4. Reagent Golongan Darah 3.6.3 Cara Kerja
12
15
3.6.3.1
Persiapan pasien : 1. Prosedur permintaan darah ke bank darah : - Terima formulir dan permintaan darah dan contoh darah pasien dari perawat - Periksa kelengkapan pengisisan formulir permintaan darah - Cocokkan identitas pada contoh darah pasien dengan formulir permintaan darah, pastikan nama pasien, tanggal lahir dan nomor rekam medis sesuai. - Setelah identitas benar dan sesuai, petugas bank darah lakukan pemeriksaan golongan darah pasien. - Siapkan darah donor dengan golongan darah yang sesuai dengan darah pasien 2. Pemisahan serum / plasma dari sel darah merah : - Dimasukkan darah ke dalam sebuah tabung yang telah diberi label - Diputar/ dicentrifuge 2000-3400 rpm selama 90-120 detik - Dipisahkan serum / plasma yang jernih dari sel darah merah ke dalam tabung lain yang sudah diberi tanda sesuai dengan sampel. 3. Buat suspensi sel pasien dan donor : - Masukkan 0,5 ml diluent dengan dispenser ke dalam tabung - Ambil 5µl darah donor dan pasien,masukkan ke dalam tabung - Campur dan homogenkan suspense tersebut
12
16
3.6.3.2
Prosedur / Cara kerja crossmatch metode gel : Tujuan :
Untuk mendeteksi reaksi sel darah merah dengan antibodi. (Setyati,2010)
Prinsip :
Penambahan suspensi sel dan serum atau plasma dalam microtube yang berisi gel didalm buffer berisi reagen ( AntiA,Anti-B,Anti-D,enzim,Anti Ig-G,Anti komplement). Microtube selanjutnya diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37℃ dan suhu 20℃
dan
disentrifuge.
Aglutinasi
yang terbentuk
akan
terperangkap di atas permukaan gel. Aglutinasi tidak terbentuk apabila eritrosit melewati pori-pori gel, dan akan mengendap didasar microtube. (Fermadani,2017) Cara kerja : 1. Ambil
liss
/
pasien/donor,buka
Coombs penutup
Card,
tandai
dengan
identitas
aluminium,
dengan
bantuan
mikropipet kemudian masukkan : Mayor : 50µl suspensi sel donor + 25µl serum pasien Minor : 50µl suspensi sel pasien + 25µl serum donor AK ( auto kontrol) : 50µl sel pasien + 25µl serum pasien 2. Masukkan kartu/liss card ke inkubator,inkubasi 37℃ selama 15 menit (tekan tombol), liss card yang satu lagi di inkubasi pada suhu 20℃ selama 15 menit 3. Pindahkan liss card ke centrifuge 4. Tekan tombol Start ( centrifuge selama 10 menit)
12
16
5. Baca reaksi aglutinasi 3.6.3.3
3.6.3.4
Cara kerja Direct Coombs Test (DCT) : 1.
Buat suspensi sel pasien 0,8%-1%
2.
Ambil liss/coombs card , tandai dengan identitas pasien
3.
Masukkan 50µl suspense sel pasien
4.
Putar di centrifuge ( tekan tombol Start)
5.
Baca reaksi aglutinasi
Interpretasi hasil crossmatch No. Mayor 1.
-
Minor
AK
-
-
12
Kesimpulan negatif
17
3.7
2.
+
-
+
positif
3.
-
+
+
positif
Skema Kerja
Pisahkan sel darah merah dengan plasma (OS & Donor)
Buat suspensi sel 1% (500 µL ID-Diluent2 + 5 µL sel darah merah pekat, kocok hingga homogen)
Siapkan ID Liss/coombs card sesuai dengan kebutuhan dan beri identitas (Mayor, Minor, dan Auto Control jika perlu serta tidak direkomendasikan dilakukan pooling)
- Mayor: teteskan 50 µL suspensi sel Donor 1% + 25 µL serum OS - Minor: teteskan 50 µL suspensi sel OS 1% + 25 µL serum Donor - Auto Control: teteskan 50 µL suspensi sel OS 1% + 25 µL serum OS
Inkubasi pada suhu 37°C selama 15 menit
Inkubasi pada suhu 20°C selama 15 menit
Putar pada ID sentrifus selama 10 menit
Baca hasil dan dokumentasikan
12
17
3.8 Rencana Penelitian Kegiatan Penelusuran pustaka Penyusunan proposal KTI Sidang Proposal KTI Perbaikan Proposal Pelaksanaan penelitian Bimbingan KTI Penyusunan KTI 3.9
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Rencana Anggaran Penelitian No.
Jenis Kegiatan
Jumlah (Rp)
1.
Pembuatan proposal
100.000,00
2.
Pembelian reagen
900.000,00
3.
Pembelian bahan habis pakai
200.000,00
4.
Administrasi laboratorium
100.000,00
5.
Transport
200.000,00
6.
Penyusunan KTI
200.000,00
7.
Lain-lain
200.000,00
Jumlah
Rp 1.900.000,00
12
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN
19