Kumpulan Artikel (repaired)

  • Uploaded by: MarcelTirawan
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kumpulan Artikel (repaired) as PDF for free.

More details

  • Words: 51,271
  • Pages: 144
Loading documents preview...
Cinta Bukan Sekedar Perasaan

Pacaran itu suatu hal yang mengesankan dan „harus dipertahankan‟ jika memang sudah sepadan. Seperti kata kata berikut: cinta tak pernah akan begitu indah, jika tanpa persahabatan….. yang satu selalu menjadi penyebab yang lain dan prosesnya… adalah irreversible…… Seorang pecinta yang terbaik adalah sahabat yang terhebat. Jika engkau mencintai seseorang, jangan berharap bahwa seseorang itu akan mencintaimu persis sebaliknya dalam kapasitas yang sama. Satu diantara kalian akan memberikan lebih, yang lain akan dirasa kurang……….. Begitu juga dalam cinta: engkau yang mencari, dan yang lain akan menanti…… Jangan pernah takut untuk jatuh cinta…. mungkin akan begitu menyakitkan, dan mungkin akan menyebabkan engkau sakit dan menderita….. tapi jika engkau tidak mengikuti kata hati, pada akhirnya engkau akan menangis……. jauh lebih pedih… karena saat itu menyadari bahwa engkau tidak pernah memberi…. cinta itu sebuah jalan. Cinta bukan sekedar perasaan, tapi sebuah komitmen…. Perasaan bisa datang dan pergi begitu saja…… Cinta tak harus berakhir bahagia….. karena cinta tidak harus berakhir….. Cinta sejati mendengar apa yang tidak dikatakan…. dan mengerti apa yang tidak dijelaskan, sebab cinta tidak datang dari bibir dan lidah atau pikiran……… melainkan dari HATI. Ketika engkau mencintai, jangan mengharapkan apapun sebagai imbalan, karena jika engkau demikian, engkau bukan mencintai, melainkan….. investasi. Jika engkau mencintai, engkau harus siap untuk menerima penderitaan. Karena jika engkau mengharap kebahagiaan, engkau bukan mencintai, melainkan…. memanfaatkan. Lebih baik kehilangan harga diri dan egomu bersama seseorang yang engkau cintai daripada kehilangan seseorang yang engkau cintai, karena egomu yang tak berguna itu…….. Jangan mencintai seseorang seperti bunga, karena bunga mati kala musim berganti, cintailah mereka seperti sungai, sebab sungai mengalir selamanya…….. Cinta mungkin akan meninggalkan hatimu bagaikan kepingan2 kaca, tapi tancapkan dalam pikiranmu, bahwa Ada seseorang yang akan bersedia untuk menambal lukamu dengan mengumpulkan kembali pecahan2 kaca itu….. Sehingga engkau akan menjadi utuh kembali…… So…..berjuanglah hingga dapat cinta sejati, OK Source : http://geuscinta.wordpress.com/2010/03/17/

TAFAKUR.... CINTA

Ya Allah.. Saat aku menyukai seorang teman Ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah akhir Sehingga aku tetap bersama Yang Tak Pernah Berakhir Ya Allah... Ketika aku merindukan seorang kekasih Rindukanlah aku kepada yang rindu Cinta Sejati-Mu Agar kerinduanku terhadap-Mu semakin menjadi Ya Allah... Jika aku mencintai seseorang Temukanlah aku dengan orang yang mencintai-Mu Agar bertambah kuat cintaku pada-Mu Ya Allah.. Ketika aku berucap aku cinta padamu Biarlah kukatakan kepada hatinya tertaut pada-Mu Agar aku tak jatuh dalam cinta yang bukan karena-Mu Sebagaimana orang bijak berucap Mencintai seseorang bukanlah apa-apa Dicintai seseorang adalah sesuatu Dicintai oleh orang yang kau cintai sangatlah berarti "Tapi dicintai oleh MU YA ALLAH SWT adalah segala-galanya bagiku....... SUBHANALLAH..." Source : http://muroma.multiply.com/notes/item/2

Belajar dari Matahari

Lihatlah matahari itu Ia tidak pernah berhenti memberikan cahaya. Sekalipun orang-orang tidak mau memujinya. Tidak pernah memberikan penghargaan kepadanya. Ia tetap memberikan pencahayaan Bayangkan, apa yang akan dialami bumi bila matahari tidak mau bercahaya Janganlah kau putus asa, karena besok pagi matahari itu akan terbit kembali. Songsonglah masa depan dengan semangat membara. Tanpa kenal lelah dan pudar. Karena dengannya kau akan menjadi mulia kau lihat matahari itu sangat tinggi. Tetapi ia masih mau membantu bumi. Karenanya, bila engkau kelak sedang di atas. Janganlah lupa kepada yang di bawah. Sebab kau akan semakin tinggi ketika kau selalu merendah matahari itu tidak lupa diri. Sekalipun ia sibuk memberikan cahaya kepada semesta. Ia juga memberikan cahaya pada dirinya. Karenanya janganlah kau menjadi seperti lilin. Yang rela membakar dirinya untuk pencahayaan Tetapi jadilah seperti matahari. Yang memberikan cahaya bagi orang lain. Juga memberikan cahaya bagi dirinya sendiri. Source : http://annaput3syukur.blogspot.com/2011/03/belajarlah-dari-matahari.html Never Give Up, Just Do It

Dikisahkan, di tepian tebing yang terjal, tumbuhlah setangkai tunas bunga lily. Saat tunas bunga lily mulai bertumbuh, dia tampak seperti sebatang rumput biasa. Tetapi, dia mempunyai keyakinan yang kuat, bahwa kelak dia pasti akan tumbuh menjadi sekuntum bunga lily yang indah.

Rumput-rumput liar di sekitarnya mengejek dan menertawakannya. Burung-burung dan serangga pun menasihatinya agar tunas lily jangan bermimpi menjadi bunga. Mereka pun berkata, "Hai tunas muda, sekalipun kamu bisa mekar menjadi kuntum bunga lily yang cantik, tetapi lihatlah sekitarmu. Di tebing yang terpencil ini, biarpun secantik apa pun dirimu kelak, tidak ada orang yang akan datang melihat dan menikmati keindahanmu." Diejek seperti itu, tunas bunga lily tetap diam dan semakin rajin menyerap air dan sinar matahari agar akar dan batangnya bertumbuh kuat. Akhirnya, suatu pagi di musim semi, saatnya kuncup pertama pun mulai bertumbuh. Bunga lily merasa senang sekali. Usaha dan kerja kerasnya tidak sia-sia. Hal itu menambah keyakinan dan kepercayaan dirinya. Dia berkata kepada dirinya sendiri, "Aku akan mekar menjadi sekuntum bunga lily yang indah. Kewajibanku sebagai bunga adalah mekar dan berbunga. Tidak peduli apakah ada orang yang akan melihat atau menikmati keberadaanku. Aku tetap harus mekar dan berbunga sesuai dengan identitasku sebagai bunga lily." Hari demi hari, waktu terus berjalan. Akhirnya, kuncup bunga lily pun mekar berkembangtampak indah dan putih warnanya. Saat itulah, rumput liar, burung-burung, dan serangga tidak berani lagi mengejek dan menertawakan si bunga lily. Bunga lily pun tetap rajin memperkuat akar dan tumbuh terus. Dari satu kuntum menjadi dua kuntum, berkembang lagi, terus dan terus berkembang, semakin banyak. Sehingga jika dilihat dari kejauhan, tebing pun seolah diselimuti oleh hamparan putih bunga-bunga lily yang indah. Orang-orang dari kota maupun desa, mulai berdatangan untuk menikmati keindahan permadani putih bunga lily. Dan tempat itu pun kemudian terkenal dengan sebutan "Tebing Bunga Lily." Cerita semangat bunga lily ini menginspirasi kita saat mempunyai impian, ide, keinginan, atau apapun yang menjadi keyakinan kita untuk diwujudkan, jangan peduli ejekan orang lain! Jangan takut diremehkan oleh orang lain! Tidak perlu menanggapi semua itu dengan emosi, apalagi membenci. Justru sebaliknya, tetaplah yakin dan berjuang dengan segenap kemampuan yang kita miliki. Buktikan semua mimpi bisa menjadi nyata. Source : http://sely-biru.blogspot.com/2010/09/kisah-bunga-lily.html Apa Arti Kebahagiaan Sesungguhnya?

Alkisah, ada seorang pemuda dari keluarga yang miskin yang rumah tinggalnya sering berpindah-pindah, karena ia hanya bisa mengontrak. Dalam hidup, keinginan terbesarnya adalah memiliki rumah sendiri. Karena itu, saat menikah, dia memaksa dirinya membeli rumah dengan cicilan selama 20 tahun. Akibatnya, dengan gajinya yang relatif kecil, ia harus mengatur

pengeluarannya sedemikian rupa, sehemat mungkin, agar kebutuhan hidup bersama keluarganya tetap bisa tercukupi. Maka, sejak saat itu, kehidupan keluarga pemuda itu terpola dengan sangat hemat, irit, dan tanpa keleluasaan sedikit pun untuk bersantai. Si pemuda, sebagai kepala keluarga, sangat ketat mengatur segala sesuatu agar cicilan rumah dapat terlunasi. Tak heran, setiap hari keluarga itu dilingkupi suasana tegang, mudah emosi, karena ketat sekali dalam pengeluaran uang. Waktu pun terus berjalan. Pada suatu ketika, ibu pemuda tadi menyatakan keinginan kepada anaknya, “Anakku, keinginan ibu sebelum meninggal adalah kita bisa pergi berjalan-jalan ke daerah yang ibu sukai. Ibu mempunyai sedikit tabungan. Apakah kamu punya tabungan untuk menambahkan kekurangannya?” ”Sabar Bu, jangan sekarang. Bukankah kita harus berhemat, irit, mengatur sedetail mungkin pengeluaran kita agar bisa tetap membayar cicilan rumah?” jawab si pemuda setiap kali ditanyai ibunya. Begitulah, saking ketatnya mengatur pengeluaran, saat sang istri mengajak pergi keluar untuk sekadar bersantai pun, pemuda itu tidak menggubrisnya. Bahkan hanya sekadar makan keluar ke restoran bersama keluarga pun, selalu dijawabnya dengan jawaban yang itu-itu saja, yakni ‟harus berhemat untuk membayar cicilan rumah‟. Alasan ini juga berlaku untuk anaknya. Saat si anak merengek minta uang jajan atau dibelikan mainan, dengan tegas si pemuda menolak semua keinginan anaknya. Istri dan keluarganya akhirnya mulai tertekan dan jenuh dengan keadaan seperti itu. Hari-hari pun berlalu dengan monoton dan penuh dengan stres. Tak ada lagi nuansa kebahagiaan yang menyelimuti keluarga itu. Tanpa terasa, 20 tahun kemudian, cicilan rumah telah selesai. Rumah itu telah sepenuhnya menjadi milik pemuda tadi. Namun, ketika rumah itu benar-benar telah menjadi miliknya, ternyata ia tidak bahagia. Ia bahkan merasa telah kehilangan sesuatu yang jauh lebih berharga. Saat itu, rumah yang ditempati hanyalah sebentuk bangunan, tanpa ada apa-apa lagi di dalamnya, tanpa kehangatan dan tanpa kebahagiaan. Si pemuda tinggal seorang diri di situ. Istri dan anaknya telah pergi, meninggalkan dia. Ibu pemuda itu pun sudah meninggal dunia beberapa tahun silam, tanpa pernah terkabul permintaan terakhirnya. Kini, hidup terasa hampa, dingin, dan kosong baginya. Laki-laki itu tidak mengerti, kenapa saat tujuan hidup yang diagungkan tercapai, saat sertifikat kepemilikan rumah ada di tangannya, justru cinta, kehangatan, dan kebahagiaan pergi meninggalkannya begitu saja! Apa artinya semua materi yang kita dapatkan, jika kita harus kehilangan kebahagiaan dari orang-orang yang kita cintai. Maka, jangan paksakan sesuatu yang bisa mendatangkan penyesalan dan penderitaan di kemudian hari. Kekayaan materi sering kali dipandang sebagai standar kesuksesan. Namun kenyataannya, tidak sedikit orang yang kaya materi tidak bahagia kehidupannya. Tidak ada cinta dan kehangatan di dalam rumah mewah yang dimilikinya. Sebaliknya, banyak pula orang yang tidak berkelimpahan harta tetapi bisa menikmati hidup dengan lebih bahagia bersama dengan seluruh keluarganya.

Jika kita punya cita-cita menghasilkan kekayaan yang berlimpah, sah sah saja kok. Namun, apa artinya semua materi yang kita dapatkan, jika kita harus kehilangan kebahagiaan dari orang-orang yang kita cintai seperti cerita di atas? Apalagi alasan untuk mengejar semua keinginan itu lahir dari perasaan iri atau tidak mau kalah dengan orang lain, sehingga akan memunculkan pemaksaan di luar kemampuan kita, yang pada akhirnya membuat kita menderita. Maka, jangan paksakan sesuatu yang tidak pantas dipaksakan kalau hanya penyesalan dan penderitaan yang akan kita alami. Mari teman-teman, tetaplah berjuang dan bekerja keras mewujudkan impian kita! Namun gunakan cara positif dan pola pikir yang benar dan seimbang, agar hidup bisa lebih bermakna bersama dengan keluarga dan orang-orang yang kita cintai. Source : http://arief.mywapblog.com/post/9.xhtml Hati yang Penuh Syukur

Alkisah, di sebuah senja kelabu di pinggiran kota kecil Taiwan, tampak seorang laki-laki sedang berjalan pulang ke rumah dari tempat kerjanya sebagai supir taksi. Tiba-tiba, perhatiannya tertuju pada gerakan rumput dan suara gemerisik di sela-sela bebatuan di tepi jalan. Segera, dihampiri dengan perasaan sedikit was was. Seketika, matanya terbelalak kaget melihat bungkusan berisi bayi merah yang tergeletak di situ. Setelah melihat di sekeliling tempat itu yang tampak sepi-sepi saja, segera diangkat bungkusan bayi itu dengan hati-hati dan dengan tergopoh-gopoh dibawa pulang ke rumahnya. Setelah terkaget-kaget mendengar cerita dan melihat temuan suaminya, si istri segera mengambil alih menggendong si bayi dengan perasaan sayang. Mereka adalah sepasang suami istri, yang telah lama mendambakan kehadiran anak di tengah keluarga. Bayi yang masih merah itu terasa seperti pemberian Yang Maha Kuasa kepada keluarga mereka. Waktu terus berjalan. Selang kira-kira usia dua tahun, karena merasa ada yang janggal dengan kemampuan berbicara dan reaksi pendengarannya yang sangat lambat, kedua orangtua itu membawa anaknya ke rumah sakit. Kecurigaan mereka pun terjawab, anak tersebut memang cacat sejak lahir, yaitu bisu-tuli. Walaupun sempat terpukul sesaat, namun perasaan sayang yang telah terpupuk selama ini, membuat mereka memutuskan untuk tetap memelihara dan membesarkan si kecil yang sedang lucu-lucunya. Tahun pun dengan cepat berganti. Walaupun cacat, si gadis kecil adalah anak yang cerdas dan mendapat pendidikan yang baik di sekolah luar biasa hingga mampu lulus SMA. Setelah lulus, melalui tes dia diterima masuk untuk bidang seni di perguruan tinggi kota besar.

Perasaan gembira dan sedih pun silih berganti. Gembira karena diterimanya si anak ke universitas terkenal, sedih harus berpisah jauh dan dibutuhkan biaya yang besar untuk itu. Demi mewujudkan impian anaknya, kedua orang tua itu bertekad untuk berhemat dan bekerja mati-matian. Sejak saat itu, si ayah bekerja sangat keras, hampir setiap hari pulang ke rumah hingga larut malam. Namun... hidup memang sering tidak sesuai dengan rencana manusia. Di saat kuliah memasuki tahun ke-2, suatu malam si ayah pergi dan tidak pernah kembali. Taksi yang dikendarainya bertabrakan dan nyawanya tidak terselamatkan. Si anak tahu, betapa berat beban biaya yang harus dipikul ibunya dan dia memutuskan untuk berhenti kuliah, pulang dan bekerja serta menemani ibunya di rumah. Mengetahui itu, si ibu sangat tersentuh dengan pengertian anaknya. Tetapi, ia menegaskan, "Ibu tahu kesedihanmu, Nak. Ibu juga sangat kehilangan ayahmu. Tetapi kamu tidak boleh berhenti kuliah. Belajarlah yang benar! Selesaikan kuliahmu secepatnya dan ibu tunggu kepulanganmu dengan ijazah di tangan. Dan setiap bulan, ibu akan berusaha mengirimkan uang untuk biaya kuliahmu di sana. Ingat, jangan berpikir pulang sebelum kuliahmu selesai. Jika kamu gagal, ibu dan ayahmu di alam sana pasti kecewa karena kerja keras dan pengorbanan kami selama ini akan sia-sia." Waktu terus berjalan. Selesai wisuda, dengan bangga dan kegembiraan yang meluap serta kerinduan yang sangat, si anak segera pulang ke desanya. Setiba di rumah, dia mengetuk berulang kali pintu rumahnya yang tertutup rapat. Dan sungguh tidak pernah diduga sama sekali, pertemuan dengan tetangganya ternyata membuat hatinya lumpuh seketika. "Nak, ibumu setahun lalu telah meningal dunia. Maafkan kami tidak memberitahu karena ibumu meminta kami bersumpah untuk merahasiakannya. Semua sisa uang tabungan ibumu dititipkan ke kami untuk dikirimkan kepadamu setiap bulan dan dia pun meminta kami membalaskan surat-suratmu. Masih ada satu rahasia besar yang sebenarnya ayah ibumu sembunyikan darimu. Bahwa kamu sesungguhnya bukan anak kandung mereka. Walaupun kamu cacat dari bayi, mereka tidak peduli. Mereka tetap menyayangimu melebihi anak kandung sendiri." Mendengar semua cerita tentang dirinya, duka yang mendalam tidak mampu diwujudkan dalam teriakan histeris. Hanya derasnya airmata yang mengalir tak terbendung. Di depan makam kedua orangtuanya, sambil bersimbah air mata, si gadis bersujud dan mendoakan kebahagiaan orangtuanya. Dan, demi mengenang dan mencurahkan rasa syukur yang besar atas kasih sayang dan pengorbanan kedua orangtuanya, lahirlah sebuah puisi yang sangat menyentuh, berjudul "Gan En De Xin" (Hati yang Penuh Syukur) Source : http://www.andriewongso.com/artikel/aw_artikel/3252/Hati_Yang_Penuh_Syukur/

Rinai Hujan Selalu Membuatku Terharu.

Rintiknya, mengingatkan pada masa-masa yang telah lalu. Begitu pula hari ini. Dulu, sewaktu kecil, saya ingin sekali punya mantel hujan. Kuning, itu warna yang saya inginkan. Temanteman saya yang lain telah memilikinya, dan mereka tampak gagah dengan mantel itu. Untuk anak kelas 2 SD, semua yang berwarna cerah, akan selalu tampak indah. Namun sayang, Ibu tak punya cukup uang untuk membelinya. Walau sempat kecewa, saya harus menurut, dan menahan keinginan untuk mempunyai mantel kuning itu. Walau begitu, saya tetap kesal. Dan rasa itu memuncak ketika saya harus pulang dari sekolah. Hari itu hujan begitu deras. Saya makin kecewa dengan Ibu. Sebab, jika ada mantel, tentu saya tak perlu kena hujan, dan bisa bergabung bersama teman-teman yang lain. Kesal, dan marah, begitulah yang saya rasakan saat itu. Sementara yang lain tertawa dan menikmati hujan, saya harus berjalan pulang dengan tubuh yang basah kuyup. Ah.. di tengah perjalanan, saya bertemu dengan Ibu. Dia tampak membawakan payung untuk saya. Karena terlanjur marah, saya tak menerima payung itu, dan ngambek, untuk tetap pulang tanpa payung. Walau begitu, ia tampak ingin melindungi saya dengan payungnya. Mendekap, agar saya tak terlalu basah terkena hujan. Hujan makin deras, dan kami pun berjalan pulang, walau saya tetap ngambek dan menolak untuk di payungi. Sesampainya di rumah, tingkah itu terus saya perbuat. Saya tetap menolak untuk berganti pakaian. Akhirnya dengan sedikit terpaksa, hal itu saya selesaikan. Ibu, kemudian datang dengan handuk, dan langsung menyelubungi saya dengan handuk itu. Ada kehangatan yang segera menyergap. Saya menjadi lebih tenang. Tetap, tak ada kata-kata yang keluar dari Ibu, selain terus menghangatkan saya dengan handuk itu. Tangannya terus membersihkan setiap air hujan yang ada di badan. Disekanya kepala saya, agar nanti tak membuat sakit. Masih dalam diam, Ibu kemudian memberikan pakaian ganti. Setelah itu, dia masih menyodorkan teh manis hangat buat saya. Ya, segelas teh manis, sebab susu coklat, adalah hal yang jarang saya rasakan saat itu. Ya, kehangatan kembali hadir dalam tubuh. Walau saya mungkin tak mengerti apapun, saya yakin, ada kehangatan lain yang diberikan Ibu saat itu. Ya, teman, begitulah. Ibu mungkin tak mampu membelikan saya mantel kuning seperti yang saya impikan. Namun, payungnya telah membuat saya aman. Ibu mungkin tak mampu membelikan saya mantel kuning untuk terhindar dari hujan, namun, dekapannya membuat saya terhindar dari apapun. Ibu mungkin tak mampu membelikan saya mantel kuning itu, namun, handuk hangatnya melebihi setiap kehangatan yang mampu diberikan setiap mantel. Ibu mungkin tak mampu membelikan mantel kuning, namun, usapan lembutnya, adalah segalanya buat saya. Ibu mungkin tak menjemput saya dengan mobil atau kendaraan lain, namun lingkaran tangannya di tubuh saya, adalah dekapan yang paling indah. Ibu mungkin tak bisa memberikan

susu coklat, namun, teh manisnya, lebih berharga dari apapun. Ibu mungkin tak bisa memberikan saya banyak hal lain, namun, dekapan, usapan, uluran tangan, perhatian, kasih sayang, sudah cukup sebagai penggantinya. Ya, rintik hujan selalu membuat saya terharu. Terima kasih buat Ibu yang tak membelikan saya mantel kuning. Karena, apa yang telah diberikannya selama ini, jauh melampaui semuanya. Source : http://www.vbook.pub.com/doc/27605203/Rinai-Hujan-Selalu-Membuat-Saya-Terharu I Can Do It

Ada seorang Bapak sedang bercakap-cakap dengan dua orang anaknya yang beranjak remaja tentang masalah keseharian mereka. Pembicaraan mereka kali ini ringan saja, tentang apa yang mereka kerjakan sehari-hari, tapi mungkin baru bisa dibicarakan kali ini. Dalam obrolan yang biasa mereka lakukan sehari-hari itu, mendadak yang kecil protes kepada Bapaknya, “Pak, kenapa sih kalau nyuruh aku itu kerjaannya kalau nggak nyapu atau nyiram bunga? Kenapa ke Kakak Cuma disuruh bantu Ibu memasak saja?” Si Bapak tersenyum. “Kamu ingin masak juga?” “Iya… Gantian kakak yang nyapu dan nyiram bunga.” Sang adik yang dimaksud tidak banyak komentar. Dia hanya mendengarkan apa yang sedang dibicarakan ini. “Kamu kan pernah masak juga, Dik… Masak sayur asem.” Sang adik terdiam sejenak. Mungkin pikirannya sedang mengingat peristiwa yang dikatakan Bapaknya itu. Lalu ia tersenyum sendiri. Ia ingat, ketika mencoba membuat sayur asem bersama Ibunya tempo hari, ternyata yang jadi malah sayur tak bernama, sebab rasanya macam-macam. Ada asam, manis, asin dan hebatnya lagi, ia mencampurkan kentang di dalamnya. Seperti sayur sop. Tentu saja membuat seisi rumahnya punya komentar tersendiri. Adik pun mendadak ketawa-tawa sendiri lalu diikuti tawa Bapak dan kakaknya. Mereka samasama mengingat peristiwa lampau itu.

“Lalu, pas kakak harus merawat bunga-bunga di taman, selesai dari kebun, sekujur tubuhnya malah digigitin nyamuk dan serangga lain. Kakak sempat dibawa ke rumah sakit bukan?” Kali ini, Kakak yang tersenyum duluan. Mengingat peristiwa menggelikan sekaligus menyedihkan juga. “Nah, jadi kalian sebenarnya sudah mendapat porsi masing-masing, berbahagialah untuk itu. Kalian tidak perlu capai mengerjakan yang harusnya dikerjakan orang lain.” Sering kali dengan dalih ingin membantu, gemas karena tidak dikerjakan atau justru memang dari diri kita sendiri yang tidak pernah puas, ternyata kita menghambat orang lain untuk maju dengan apa yang dia punya dan bisa. Padahal dari kecil pun; bahwa manusia diciptakan dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Tinggal bagaimana kita mengolahnya pada proses selanjutnya, sehingga kita dapat menjadikan hal itu menjadi sebuah pegangan berarti dalam hidup. Tetapi, saat perasaan-perasaan itu menguasai diri, beranikah kita membiarkan dan mempersilahkan orang lain yang memang sudah “dijatahkan” atau “ahli”nya untuk melakukan serta memberikan yang terbaik dari kebisaannya itu? “Silahkan Anda saja yang mengerjakan. Saya tidak mampu. Saya percaya Anda pasti bisa mengerjakannya dengan baik.” Gengsi kadang menguasai untuk mengakui bahwa aku punya kekurangan dan ia dapat menutupinya sehingga biarlah ia saja yang mengerjakannya dan dengan caranya sendiri. Andaikata ibu jari ingin setinggi jari tengah, lalu bagaimana kita bisa lancar ber-SMS? Misalnya jari telunjuk tidak mau menjalankan tugasnya sebagai jari penunjuk, apakah dengan jari kelingking akan terlihat jika kita bertanya sesuatu? Memang ini masalah sulit, apalagi jika ternyata kita pun sebenarnya merasa mampu dan ingin pula memberikan yang terbaik Ada perang batin yang mungkin terjadi sebelum kita memutuskan apa. Tetapi, jika kita kembali pada kepercayaan bahwa manusia punya kelemahan dan kelebihan masing-masing, mestinnya bisa saling menghargai. Mungkin baik jika kita mengambil alih pekerjaan itu, namun membantu saja seperlunya. Selanjutnya biarlah yang memang seharusnya yang mengerjakan. Soal hasil, anggap saja itu bagian dari proses. Sebab di mata Tuhan, tidak ada manusia yang tidak sempurna. Ia telah melengkapi ciptaan satu itu dengan segala yang dibutuhkan bahkan dengan kondisi paling buruk sekali pun. Source : http://www.kata-mutiara.com/?p=2500

Filosofi Dasar Dalam Hidup

Suatu hari seorang bapak tua hendak menumpang bus. Pada saat ia menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Lalu pintu tertutup dan bus mulai bergerak, sehingga ia tidak bisa memungut sepatu yang terlepas tadi. Si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya keluar jendela. Seorang pemuda yang duduk dalam bus melihat kejadian itu, dan bertanya kepada si bapak tua, “Aku memperhatikan apa yang Anda lakukan Pak. Mengapa Anda melemparkan sepatu Anda yang sebelah juga ?” Si bapak tua menjawab, “Supaya siapapun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya.” Si bapak tua dalam cerita di atas memahami filosofi dasar dalam hidup – jangan mempertahankan sesuatu hanya karena kamu ingin memilikinya atau karena kamu tidak ingin orang lain memilikinya. Kita kehilangan banyak hal di sepanjang masa hidup. Kehilangan tersebut pada awalnya tampak seperti tidak adil dan merisaukan, tapi itu terjadi supaya ada perubahan positif yang terjadi dalam hidup kita. Kalimat di atas tidak dapat diartikan kita hanya boleh kehilangan hal-hal jelek saja. Kadang, kita juga kehilangan hal baik. Ini semua dapat diartikan : supaya kita bisa menjadi dewasa secara emosional dan spiritual, pertukaran antara kehilangan sesuatu dan mendapatkan sesuatu haruslah terjadi. Seperti si bapak tua dalam cerita, kita harus belajar untuk melepaskan sesuatu. Tuhan sudah menentukan bahwa memang itulah saatnya si bapak tua kehilangan sepatunya. Mungkin saja peristiwa itu terjadi supaya si bapak tua nantinya bisa mendapatkan sepasang sepatu yang lebih baik. Satu sepatu hilang. Dan sepatu yang tinggal sebelah tidak akan banyak bernilai bagi si bapak. Tapi dengan melemparkannya ke luar jendela, sepatu itu akan menjadi hadiah yang berharga bagi gelandangan yang membutuhkan. Berkeras hati & berusaha mempertahankannya tidak membuat kita atau dunia menjadi lebih baik. Kita semua harus memutuskan kapan suatu hal, suatu keadaan atau seseorang masuk dalam hidup kita, atau kapan saatnya kita lebih baik bersama yang lain. Pada saatnya, kita harus mengumpulkan keberanian untuk melepaskannya. Karena tiada badai yang tak berlalu. Tiada Pesta yang tak pernah Usai. Semua yang ada didunia ini tiada yang abadi. Source : http://ronnywibowo.blogspot.com/2010/06/filosofi-dasar-dalam-hidup.html

Tupai Pemberani

Dahulu kala di India, ada sebuah legenda mengenai Tupai yang gagah berani. Di dalam hutan rimba yang besar terdapat banyak binatang kecil, binatang-binatang kecil ini hidup dengan damai dan bahagia, karena hutan ini sangat lebat, jarang terjadi hal-hal yang menakutkan, walaupun terkadang ada beberapa binatang besar/buas masuk ke dalam hutan ini, binatangbinatang kecil ini akan menghindar sehingga mereka tidak pernah dimangsa oleh binatang buas ini mereka akan hidup dengan damai sampai tua dan mati. Tetapi pada suatu hari, dari langit petir menyambar dimana-mana, dan menyambar sebuah pohon yang paling besar yang ada di hutan ini, yang menyebabkan pohon besar ini terbakar, api sangat besar menyebabkan kebakaran besar di hutan ini banyak pohon-pohon dan ranting kering menyebabkan api makin besar, semua binatang-binatang kecil di dalam hutan terancam nyawanya. Mereka semua lari kocar kacir keluar dari hutan, mereka tidak tahu setelah terjadi kebakaran hutan, di sekeliling hutan binatang buas sedang menunggu mangsanya yaitu binatang kecil yang lari keluar dari dalam hutan untuk dijadikan santapan mereka. Di dalam hutan ini hanya ada seekor tupai yang tidak sama dengan binatang kecil yang lain, dia tidak lari keluar dari hutan, dia malah lari menembus ke arah api lari ke tengah hutan, di tengah hutan ada sebuah kolam yang airnya hampir kering karena kebakaran hutan ini, tupai kecil ini mencelupkan badannya yang kurus kecil ke dalam air kolam yang tinggal sedikit, lalu dengan sekuat tenaganya dia lari kembali ke tengah hutan yang terbakar, dengan sekuat tenaga ia mengibas-kibaskan badannya memercikan air dibadannya ke tengah api, bermaksud memadamkan api. Pada saat ini, seorang dewa yang turun dari langit menjelma menjadi seorang kakek tua mendekati tupai ini, lalu berkata : ”Anakku, apakah engkau tidak tahu? Dengan caramu yang demikian susah payah sama sekali tidak mungkin bisa memadamkan api yang begitu besar.” Pada saat ini, ekor tupai yang panjang dan cantik ini sudah terbakar ditiga tempat lukanya berwarna hitam, tetapi tupai ini masih dengan sekuat tenaga mengibas-kibaskan air ditubuhnya ke kobaran api, bermaksud memadamkan api, dalam kesibukannya dia menjawab pertanyaan kakek ini :”mungkin hanya dengan tenaga saya yang kecil ini tidak bisa memadamkan kobaran api, tetapi saya percaya dengan kemauan saya, paling sedikit bisa menyelamatkan binatangbinatang kecil yang terjebak dalam api! Atau mungkin, karena kegigihan saya, bisa membuat para dewa dilangit menjadi terharu sehingga bisa turun hujan yang deras sehingga bisa memadamkan api ini …..”

Ketika berkata demikian, dia mendengar kakek tua di sebelahnya tertawa dengan keras, keadaan di sekeliling tupai kecil seketika menjadi sejuk, api besar dengan segera padam, dewa ini mengulurkan tangannya menyentuh ke ekor tupai yang terluka segera tiga tempat yang luka yang berwarna hitam berubah menjadi bunga yang cantik, demikianlah asal mula tupai yang berekor bunga cantik yang terdapat di India. Seperti kita ketahui, tenaga tupai kecil ini sangat terbatas, tetapi karena kepercayaannya yang kuat dan kegigihannya serta keberanian yang besar menyebabkan dewa dilangit menjadi terharu, sehingga segera memadamkan api besar, saya harap di dalam kehidupan ini setiap saat kita dapat menjadi seorang yang mempunyai kepercayaan, kegigihan serta keberanian yang besar seperti tupai kecil ini. Source : http://erabaru.net/cerita-budi-pekerti/71-cerita-budi-pekerti/13248-tupai-yanggagah-berani Ungkapkan Rasa Sayang Selagi Masih Bisa

Usia ayah telah mencapai 70 tahun, namun tubuhnya masih kuat. Dia mampu mengendarai sepeda ke pasar yang jauhnya lebih kurang 2 kilometer untuk belanja keperluan sehari-hari. Sejak meninggalnya ibu pada 6 tahun lalu, ayah sendirian di kampung. Oleh karena itu kami kakak-beradik 5 orang bergiliran menjenguknya. Kami semua sudah berkeluarga dan tinggal jauh dari kampung halaman di Teluk Intan. Sebagai anak sulung, saya memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Setiap kali saya menjenguknya, setiap kali itulah istri saya mengajaknya tinggal bersama kami di Kuala Lumpur. "Nggak usah. lain kali saja.!"jawab ayah. Jawaban itu yang selalu diberikan kepada kami saat mengajaknya pindah. Kadang-kadang ayah mengalah dan mau menginap bersama kami, namun 2 hari kemudian dia minta diantar balik. Ada-ada saja alasannya. Suatu hari Januari lalu, ayah mau ikut saya ke Kuala Lumpur. Kebetulan sekolah masih libur, maka anak-anak saya sering bermain dan bersenda-gurau dengan kakek mereka. Memasuki hari ketiga, ia mulai minta pulang. Seperti biasa, ada-ada saja alasan yang diberikannya. "Saya sibuk, tdk boleh ambil cuti. Tunggulah sebentar lagi. akhir minggu ini saya akan antar ayah," balas saya. Anak-anak saya ikut membujuk kakek mereka. "Biarlah ayah pulang sendiri jika kamu sibuk. Tolong belikan tiket bus saja yah." katanya yang membuat saya bertambah kesal.

Memang ayah pernah berkali-kali pulang naik bus sendirian. "Nggak usah saja yah." bujuk saya saat makan malam. Ayah diam dan lalu masuk ke kamar bersama cucu-cucunya. Esok paginya saat saya hendak berangkat ke kantor, ayah sekali lagi minta saya untuk membelikannya tiket bus. "Ayah ini benar-benar nggak mau mengerti yah. saya sedang sibuk, sibuuukkkk!!!" balas saya terus keluar menghidupkan mobil. Saya tinggalkan ayah terdiam di muka pintu. Sedih hati saya melihat mukanya. Di dalam mobil, istri saya lalu berkata, "Mengapa bersikap kasar kepada ayah? Bicaralah baik-baik! Kasihan khan dia.!" Saya terus membisu. Sebelum istri saya turun setibanya di kantor, dia berpesan agar saya penuhi permintaan ayah. "Jangan lupa, Pa.. belikan tiket buat ayah," katanya singkat. Di kantor saya termenung cukup lama. Lalu saya meminta ijin untuk keluar kantor membeli tiket bus buat ayah. Pk. 11.00 pagi saya tiba di rumah dan minta ayah untuk bersiap. "Bus berangkat pk. 14.00," kata saya singkat. Saya memang saat itu bersikap agak kasar karena didorong rasa marah akibat sikap keras kepala ayah. Ayah tanpa banyak bicara lalu segera berbenah. Dia masukkan baju-bajunya ke dalam tas dan kami berangkat. Selama dalam perjalanan, kami tak berbicara sepatah kata pun. Saat itu ayah tahu bahwa saya sedang marah. Ia pun enggan menyapa saya.! Setibanya di stasiun, saya lalu mengantarnya ke bus. Setelah itu saya Pamit dan terus turun dari bus. Ayah tidak mau melihat saya, matanya memandang keluar jendela. Setelah bus berangkat, saya lalu kembali ke mobil. Saat melewati halaman stasiun, saya melihat tumpukan kue pisang di atas meja dagangan dekat stasiun. Langkah saya lalu terhenti dan teringat ayah yang sangat menyukai kue itu. Setiap kali ia pulang ke kampung, ia selalu minta dibelikan kue itu. Tapi hari itu ayah tidak minta apa pun. Saya lalu segera pulang. Tiba di rumah, perasaan menjadi tak menentu. Ingat pekerjaan di kantor, ingat ayah yang sedang dalam perjalanan, ingat Istri yang berada di kantornya. Malam itu sekali lagi saya mempertahankan ego saya saat istri meminta saya menelpon ayah di kampung seperti yang biasa saya lakukan setiap kali ayah pulang dengan bus. Malam berikutnya, istri bertanya lagi apakah ayah sudah saya hubungi. "Nggak mungkin belum tiba," jawab saya sambil meninggikan suara. Dini hari itu, saya menerima telepon dari rumah sakit Teluk Intan. "Ayah sudah tiada." kata sepupu saya disana.

"Beliau meninggal 5 menit yang lalu setelah mengalami sesak nafas saat Maghrib tadi." Ia lalu meminta saya agar segera pulang. Saya lalu jatuh terduduk di lantai dengan gagang telepon masih di tangan. Istri lalu segera datang dan bertanya, "Ada apa, bang?" Saya hanya menggeleng-geleng dan setelah agak lama baru bisa berkata, "Ayah sudah tiada!!" Setibanya di kampung, saya tak henti-hentinya menangis. Barulah saat Itu saya sadar betapa berharganya seorang ayah dalam hidup ini. Kue pisang, kata-kata saya kepada ayah, sikapnya sewaktu di rumah, kata-kata istri mengenai ayah silih berganti menyerbu pikiran. Hanya Tuhan yang tahu betapa luluhnya hati saya jika teringat hal itu. Saya sangat merasa kehilangan ayah yang pernah menjadi tempat saya mencurahkan perasaan, seorang teman yang sangat pengertian dan ayah yang sangat mengerti akan anak-anaknya. Mengapa saya tidak dapat merasakan perasaan seorang tua yang merindukan belaian kasih sayang anak-anaknya sebelum meninggalkannya buat selama-lamanya. Sekarang 5 tahun telah berlalu. Setiap kali pulang ke kampung, hati saya bagai terobek-robek saat memandang nisan di atas pusara ayah. Saya tidak dapat menahan air mata jika teringat semua peristiwa pada saat-saat akhir saya bersamanya. Saya merasa sangat bersalah dan tidak dapat memaafkan diri ini. Benar kata orang, kalau hendak berbakti sebaiknya sewaktu ayah dan ibu masih hidup. Jika sudah tiada, menangis airmata darah sekalipun tidak berarti lagi Source : http://ownedbyme.tumblr.com/post/1161087298/usia-ayah-telah-mencapai-70tahun-namun-tubuhnya Simple Things Can Make a Big Difference

Suatu hari, seorang pangeran yang baru saja menjadi raja sedang bingung. Sebelum wafat, ayahnya meninggalkan surat wasiat yang ditujukan pada dirinya dan dua adik perempuannya. Isi dari wasiat itu adalah bahwa dirinya ditunjuk menjadi raja berikutnya untuk menggantikan posisi ayahnya yang sudah wafat. Namun, wasiat yang berikutnya sungguh sulit untuk dilaksanakan. Wasiat tersebut berisi pembagian 7 ekor kuda istimewa milik ayahnya yang sangat mahal harganya kepada tiga orang anaknya dengan perincian sebagai berikut. Setengah dari jumlah kuda diberikan pada anak pertama, seperempat dari jumlah kuda diberikan pada anak kedua, dan seperdelapan dari jumlah kuda diwariskan pada anak bungsu.

Sang raja (eks. pangeran) bingung bukan main, karena jika kuda diwariskan sesuai wasiat sang ayah, maka kuda-kuda itu harus dipotong-potong. Jika begitu, maka kuda itu tidak akan ada manfaatnya karena pasti mati. Untuk itu raja muda tersebut meminta para penasihat terbaiknya berkumpul di ruang istana untuk memberikan solusi. Barangsiapa yang bisa memberikan ide yang sangat memuaskan, maka ia akan mendapat uang emas dalam jumlah besar. Orang pertama memberi ide, “Raja yang terhormat. Sebaiknya ikuti saja saran ayah raja sesuai wasiat. Siapa tahu memang begitu keinginannya.” Orang kedua memberi ide lainnya, “Raja yang mulia. Menurut saya, cara yang efektif adalah jual saja kuda-kuda itu dan uangnya baru dibagi sesuai wasiat.” Orang selanjutnya angkat bicara, “Saya mengusulkan agar raja lebih baik menyewa seorang filsuf atau orang yang pintar agar menyumbangkan idenya.” Ketiga usul tersebut tidak begitu memuaskan sang raja. Tiba-tiba seorang pelayan yang berdiri di sampingnya dan menawarkan usul yang mudah. Hal ini tentu mengundang cemoohan dari para penasihat. Namun, raja bersikap bijaksana dan bersedia memberi kesempatan. Ia berkata, “Begini saja, terlebih dahulu saya harus meminjam seekor kuda.” Permintaannya pun dikabulkan. Kemudian ia melanjutkan, “Jumlah kuda raja ada 7 ekor dan ditambah 1 ekor lagi sehingga menjadi 8 ekor. Sesuai wasiat, maka anak pertama akan mendapatkan setengahnya. Jadi setengah dari delapan adalah 4 ekor. Anak kedua mendapatkan jatah seperempatnya. Jadi seperempat dari delapan adalah 2 ekor. Anak terakhir mendapat jatah seperdelapan, yaitu 1 ekor. Jika seluruhnya dijumlah, maka 4 ekor ditambah 2 ekor dan 1 ekor menjadi 7 ekor, persis seperti jumlah kuda raja. Terakhir, masih tersisa 1 ekor kuda pinjaman tadi, sehingga saya kembalikan pada pemiliknya.” Sang raja sangat puas dan kagum dengan ide pelayannya. “Sungguh tak terduga ternyata kamu dapat memikirkan ide mudah seperti ini.” Akhirnya pelayan tadi berhak memperoleh hadiah uang emas yang banyak. Pesan pada pembaca: Mungkin banyak dari Anda yang berpikir bahwa untuk sukses, harus melakukan hal-hal yang rumit, melakukan hal-hal yang besar atau menggunakan teknik-teknik canggih. Sebenarnya sukses adalah kumpulan dari tindakan yang sederhana secara konsisten. Tindakan itu tentunya tindakan yang membawa Anda ke arah sukses. Tindakan yang besar berasal dari kumpulan tindakan kecil, dan tindakan kecil berasal dari tindakan yang lebih kecil lagi. Jadi, jangan berpikir bahwa sukses membutuhkan tindakan raksasa. Contoh, komputer canggih seperti sekarang ini ternyata hanya terdiri dari angka 0 dan 1 (angka biner). Kumpulan angka-angka inilah yang memprogram komputer untuk berfungsi. Rumusrumus matematika yang paling rumit sekalipun berasal dari kumpulan perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Perkalian pun ternyata berasal dari penjumlahan berulang. 3 x 5 = 5 + 5 + 5 = 15. jadi, semua yang terlihat rumit sebenarnya adalah kumpulan dari hal-hal yang sederhana. Hal besar tidak akan pernah ada jika tidak ada hal kecil.

Orang yang sukses adalah orang yang melakukan tindakan kecil namun konsisten. Perjalanan ribuan mil berhasil ditempuh bukan karena langkah raksasa, melainkan usaha untuk berjalan selangkah demi selangkah sampai ke tujuan. Source : http://www.andriewongso.com/artikel/artikel_tetap/3413/Sukses_Berawal_Dari_Hal_Yang _Sederhana/ Mata Ayah

Cerita ini berawal di sebuah sudut kota. Di sana ada seorang remaja, sebut saja namanya Den. Di rumah, Den cuma hidup dengan ayahnya. Kakak-kakak Den sudah menikah dan tidak tinggal di rumahnya lagi. Den adalah seorang siswa kelas 2 SMU. Den juga suka bermain sepak bola. Ia sangat menyukai olah raga itu. Den cukup aktif di dalam klub sepak bola di kotanya. Den mendapat dukungan yang sangat kuat dari ayahnya akan hobinya tersebut. Den berlatih sepak bola dengan timnya tiga kali seminggu. Sesekali timnya juga mengikuti beberapa kompetisi dan beberapa kali pernah menang. Seperti kali ini, timnya sedang mengikuti sebuah kejuaraan sepak bola yang cukup bergengsi. Pertandingan demi pertandingan dilalui dengan lancar hingga membawa tim tersebut ke babak grand final yang akan diselenggarakan hari sabtu nanti. Tetapi pada hari Selasa, sebuah berita duka terjadi. Ayah Den meninggal dunia. Dengan menyesal Den meminta ijin pelatihnya bahwa dia tidak bisa datang latihan hari ini. Sang pelatih pun memahami keadaan tersebut. Bahkan sang pelatih juga menyarankan Den untuk beristirahat sejenak. “Jika berkeberatan, kamu tidak perlu memaksakan diri untuk mengikuti pertandingan final besok Sabtu. Tenangkan dirimu dulu, kami akan selalu menunggu kehadiranmu kembali.” Kata pelatih itu. Pertandingan grand final hari Sabtu pun tiba. Penonton tampak berjubel di tribun lapangan. Kesebelasan Den tampak sangat terdesak oleh tim lawan. Skor saat ini menunjukkan 2-0 untuk tim lawan. Padahal pertandingan sudah berlangsung 20 menit pada babak ke dua. Tiba-tiba Den menampakkan diri di pinggir lapangan. Tanpa banyak tanya ia langsung ganti baju, memakai sepatu, dan melakukan sedikit pemanasan dengan bola kesayangannya di pinggir lapangan. Pelatih dan rekan-rekan timnya heran dan terkejut melihat hal ini. “Ijinkan saya ikut bertanding pak!” Seru Den pada pelatihnya. Setelah berpikir sejenak, akhirnya pelatih itu mengijinkan Den masuk ke tengah lapangan. Hal yang mengejutkan terjadi. Entah bagaimana, permainan Den pada malam itu sangat cemerlang. Ia seperti tidak memiliki rasa lelah untuk berlari, merebut, dan menendang bola di

menit-menit terakhir itu. Tenaga rekan-rekan satu timnya yang mulai terkuras habis pun menjadi bangkit melihat semangat Den. Tak diduga, malam itu Den berhasil memasukkan tiga bola ke gawang lawan. Sebuah lompatan tersendiri bagi prestasi Den di timnya selama ini. Sebab selama ini Den jarang memasukkan bola ke gawang lawan, sekalipun beberapa kali pernah ditempatkan pelatih pada posisi striker seperti pada pertandingan malam ini. Akhirnya pertandingan pun selesai. Kesebelasan Den menang dari tim lawan dengan skor 2-3. “Ada apa kamu, Den? Aku belum pernah melihatmu sehebat ini! Motivasi dan tenagamu malam ini sangat cemerlang!” Seru pelatih dengan bangga. “Tahukah, pak? bahwa selama ini Ayah sangat mendukung permainan sepak bola saya. Bahkan ia selalu berharap kelak saya bisa menjadi seorang bintang sepak bola.” Kata Den sambil terengah-engah. “Tahukah pula, Pak. Kalau Ayah saya buta? memang selama ini dia selalu duduk di antara penonton untuk mengikuti setiap pertandingan saya, tetapi seumur hidup dia belum pernah benar-benar melihat saya bertanding!” Den melanjutkan, “Dan malam ini adalah kali pertama Ayah benar-benar melihat saya bertanding, saya ingin menunjukkan kepada dia, bahwa saya memang pantas untuk dilihat oleh dia.” Source : http://www.ceritainspirasi.net/mata-ayah/ Pensil yang "Sempurna"

“Ada lima hal yang wajib kamu ketahui untuk menjadi pensil yang sempurna.” 1. ingatlah bahwa kalian hanya bisa menghasilkan tulisan yang indah jika ada sebuah tangan yang menuntun kalian. 2. setiap akan dipakai kalian akan diraut dan dikikir. Ini adalah proses yang sangat menyakitkan. Tapi hanya itulah satu-satunya cara agar kalian bisa selalu tajam, sempurna, dan layak digunakan. 3. jangan takut untuk berbuat salah karena kalian bisa memperbaikinya sekalipun tidak bisa menghapusnya. 4. bagian terpenting pensil terletak di dalam diri kalian, yaitu batangan grafit untuk menulis. 5. mungkin kalian tidak digunakan untuk menulis di atas kertas melulu, adakalanya di tembok, di kanvas, atau di tempat-tempat lain yang tidak seharusnya. Tetapi, tetaplah setia untuk

menggoreskan grafitmu. Karena tugasmu hanyalah menulis, tidak peduli dimanapun kamu akan ditugaskan.” Jika direnungkan hal di atas mirip dengan apa yang terjadi pada manusia: 1. manusia akan hanya bisa menghasilkan karya yang indah jika manusia tersebut membiarkan Tangan Tuhan mengendalikannya. 2. manusia akan selalu bertemu dengan berbagai masalah. Tetapi harus diakui bahwa masalah-masalah tersebut membuat manusia bisa makin tumbuh dan makin sempurna. 3. setiap manusia bisa berbuat salah, tetapi setiap manusia juga bisa memperbaiki kesalahan sekalipun tidak mampu untuk menghapusnya. 4. keindahan manusia justru terletak pada bagian dalamnya, bukan pada sisi luarnya. 5. adakalanya manusia merasa berada di tempat-tempat yang tidak seharusnya. Tetapi manusia harus tetap setia dengan peran dan tugasnya di tempat-tempat tersebut, mungkin Sang Pencipta memiliki rencana tersendiri kenapa manusia dibiarkan berada di tempat-tempat yang tidak seharusnya. Source : http://wh1teangel.blogspot.com/2010/11/ada-lima-hal-yang-wajib-kamuketahui.html Berlian

Pada suatu hari seorang wanita tua berjalan menyusuri bukit. Tak sengaja, matanya tertuju pada sebuah batu mengkilat yang berada di sela-sela batu besar. Batu itu kurang lebih sebesar kepalan tangan orang dewasa. Dengan berbagai usaha, diraih dan dipegangnya batu gemerlap itu. Pada saat itu pula, lewat seorang pria muda yang sedang mencari kayu bakar. Tampak sekali dari pakaiannya, bahwa lelaki itu adalah orang miskin. Lelaki itu melihat batu mengkilat yang dipegang oleh nenek tua, dan terperanjatlah dia ketika melihat sebuah berlian sebesar itu. “Apa itu nek?” Lelaki itu bertanya, “Bolehkah aku memintanya?” “Baiklah..” Jawab nenek itu seraya memberikan batu itu kepada sang lelaki tanpa beban sama sekali.

Setengah tidak percaya, lelaki itu segera menerima dan membawa pulang berlian besar itu. Sesampainya di rumahnya yang mulai reyot, lelaki itu mulai merancang berbagai strategi untuk memanfaatkan berlian besar tersebut agar dapat membuatnya kaya.. tanpa kehilangan batu itu sama sekali. Besoknya, si lelaki memutuskan untuk menggadaikan berlian miliknya. Uang hasil gadai berlian itu ternyata cukup besar, dan uang itulah yang ia gunakan sebagai modal usaha. Tahun demi tahun dilalui, dan akhirnya lelaki itu tumbuh berkembang menjadi seorang pengusaha yang kaya-raya. Berlian yang dulu digadai itupun sudah dapat ditebusnya kembali. Tapi entah kenapa, perlahan namun pasti mulai ada perubahan di diri lelaki itu. Ia mulai congkak, suka pamer, dan mulai melarutkan dirinya dalam kehidupan malam yang sangat menjijikkan. Lambat laun, teman-temannya mulai menjauh. Yang ada sekarang hanyalah orang-orang yang mau memanfaatkan dirinya. Berbagai persaingan dan minimnya dukungan dari orang-orang terdekatnya, akhirnya membuat usaha lelaki itupun jatuh. Ia sekarang tidak mempunyai apa-apa lagi. Bahkan semua orang sudah meninggalkannya. Tetapi, ternyata tidak semua hartanya habis, ia masih memiliki batu berlian besar pemberian seorang nenek yang ia temui beberapa tahun lalu. Entah mengapa, ia mulai merasa menyesal kenapa ia harus meminta berlian tersebut dari nenek tua itu. Akhirnya, dengan berbagai upaya, ia berusaha mencari kembali nenek tersebut. Setelah berhari-hari mencari, akhirnya lelaki itu menemukan rumah sang nenek, yaitu sebuah gubug kecil di perbukitan. Sambil sujud tersungkur di hadapan sang nenek tua, laki-laki itu mengembalikan berliannya. “Kenapa engkau dulu memberikan batu permata ini kepadaku?” kata lelaki itu sambil menangis, “Seharusnya, engkau memberikan sesuatu yang lebih berharga dari ini… yaitu kekuatan untuk memberi batu ini..” Sambil tersenyum, nenek itu menjawab, “Aku sedang mengajarkannya padamu..” Source : http://wh1teangel.blogspot.com/2010/11/pada-suatu-hari-seorang-wanitatua.html Masakan Sup Batu

Pada suatu hari, tiga orang bijaksana berjalan melintasi sebuah desa kecil. Desa itu tampak miskin. Tampak dari sawah-sawah sekitarnya yang sudah tidak menghasilkan apa-apa lagi. Ya, memang telah terjadi perang di negeri itu – dan sebagai rakyat jelata – merekalah yang kena dampaknya. Macetnya distribusi pupuk, bibit, dan kesulitan-kesulitan lain membuat sawah

mereka tidak mampu menghasilkan apa-apa lagi. Cuma beberapa puluh orang yang masih setia tinggal di desa itu. Sekonyong-konyong beberapa orang mengerubuti tiga orang bijaksana itu. Dengan memijit-mijit tangan dan punggung tiga orang itu, orang-orang desa memelas dan meminta sedekah, roti, beras, atau apalah yang bisa dimakan. Satu dari tiga orang bijaksana itu lalu bertanya kepada penduduk desa itu, “Apakah kalian tidak punya apa-apa, hingga kalian meminta-minta seperti ini ?” “ Kami tidak memiliki apapun untuk dimakan, hanya batu-batu berserakan itu yang kita miliki.” Jawab salah satu penduduk desa. “ Maukah kalian kuajari untuk membuat sup dari batu-batu itu ?” Tanya orang bijaksana sekali lagi. Dengan setengah tidak percaya, penduduk itu menjawab, “Mau..” “Baiklah ikutilah petunjukku.” Orang bijaksana itu menjelaskan, “Pertama-tama, ambil tiga batu besar itu, lalu cucilah hingga bersih !” perintah orang bijaksana sambil menunjuk tiga buah batu sebesar kepalan tangan. Orang-orang pun mengikuti perintahnya. Sesudah batu itu dicuci dengan bersih hingga tanpa ada pasir sedikit pun di permukaannya. Orang bijaksana itu lalu menyuruh penduduk untuk menyiapkan panci yang paling besar dan menyuruh panci itu untuk diisi dengan air. Ketiga batu bersih itupun lalu dimasukkan ke dalam panci – dan sesuai dengan petunjuk orang bijaksana itu – batu-batu itupun mulai direbus. “Ada yang dari kalian tau bumbu masak ? Batu-batu itu tidak akan enak rasanya jika dimasak tanpa bumbu.” Tanya orang bijaksana. “Aku tahu !” seru seorang ibu, kemudian ia mengambil sebagian persediaan bumbu dapurnya, kemudian meraciknya, dan memasukkannya ke dalam panci besar itu. “Adakah dari kalian yang memiliki bahan-bahan sup yang lain ?” Tanya orang bijaksana itu. “Sup ini akan lebih enak jika kalian menambahkan beberapa bahan lain, jangan cuma batu saja.” Beberapa penduduk mulai mencari bahan-bahan makanan lain di sekitar desa. Beberapa waktu kemudian dua orang datang dengan membawa tiga kantung kentang. “Kami menemukannya di dekat kali, ternyata ada banyak sekali kentang liar tumbuh disana.” Katanya. Kemudian orang itu mengupas, mencuci, dan memotong-motong kentang-kentang itu dan memasukkannya ke dalam panci. Kurang dari satu menit, seorang ibu datang dengan membawa buncis dan sawi. “Aku masih punya banyak dari kebun di belakang halaman rumahku.” Kata ibu itu, lalu ibu itu meraciknya dan memasukkannya ke dalam panci. Sesaat, datang pula seorang bapak dengan tiga ekor kelinci di tangannya. “Aku berhasil memburu tiga ekor kelinci, kalau ada waktu banyak, mungkin aku bisa membawa lebih lagi, soalnya aku baru saja menemukan banyak sekali kawanan kelinci di balik bukit itu.” Dengan

bantuan beberapa orang, tiga kelinci itu pun disembelih dan diolah kemudian dimasukkan ke dalam panci. Merasa telah melihat beberapa orang berhasil menyumbang sesuatu. Penduduk-penduduk yang lain tidak mau kalah, mereka pun mulai mencari-cari sesuatu yang dapat dimasukkan ke dalam panci sebagai pelengkap sup batu. Kurang dari satu jam, beberapa penduduk mulai membawa kol, buncis, jagung, dan bermacammacam sayuran lain. Tak hanya itu, anak-anak juga membawa bermacam-macam buah dari hutan. Mereka berpikir akan enak sekali jika buah-buah itu bisa dijadikan pencuci mulut sesudah sup disantap. Ada pula seorang bapak yang membawa susu dari kambing piaraannya, dan ada pula yang membawa madu dari lebah liar yang bersarang di beberapa pohon di desa itu. Beberapa jam kemudian sup batu itu telah matang. Panci yang sangat besar itu sekarang telah penuh dengan berbagai sayuran dan siap disantap. Dengan suka cita, penduduk itu makan bersama dengan lahapnya. Mereka sudah sangat kenyang, hingga mereka lupa „memakan‟ batu yang terletak di dasar panci. Tiga orang bijaksana itu hanya tersenyum melihat tingkah para penduduk itu. Dan mereka pun sadar, sekarang waktunya mereka untuk meneruskan perjalanan. Mereka mohon diri untuk meninggalkan desa itu. Sebelum beranjak pergi, seorang bapak sekonyong-konyong memeluk dan menciumi ketiga orang itu sambil berkata, “Terima kasih telah mengajari kami untuk membuat sup dari batu..” Source : http://reeleks.wordpress.com/2010/02/02/sup-dari-batu/ Its Time to Change Our Mindset by Julian Patra on Tuesday, 1 February 2011 at 15:35

Berawal saat ada seorang pria dewasa sedang berjalan-jalan di pantai. Pantai itu sangat indah seperti pantai bali. Pria itu lalu melihat sebuah botol kaca. Pria itu memungutnya dan melihat ada secarik kertas di dalam botol. Dia kemudian menarik gabus penyumbat botol dan menjumpai bahwa kertas tersebut ternyata sebuah peta harta karun. Tetapi pria itu tidak percaya, sehingga ia memasukkan peta harta karun itu kembali dalam botol, menyumbat botol, dan melemparkan botol itu ke laut. Beberapa saat kemudian, pria dewasa lain sedang berjalan di pantai dan melihat botol itu. Dia juga mengambil botol, membukanya, dan menemukan peta harta karun. Orang ini cukup penasaran dengan harta karun tersebut. Ia mencoba berjalan menuju tempat yang ditunjukkan peta tersebut, yaitu sekitar 30 meter ke tengah laut. Tetapi ketika tinggi air laut mencapai paha, ia memutuskan untuk berhenti. “Ini cuma jebakan!” katanya. Jadi, ia bergegas kembali ke tepi pantai dan membuang botol itu kembali ke laut

Beberapa saat kemudian pria dewasa ketiga berjalan di tepi pantai dan melihat botol kaca itu terapung di air. Ia mengambil, membukanya, dan menemukan peta. Ia pun bertanya-tanya sebanyak apakah harta karun yang disebutkan di peta itu. “Hmm, peta ini cukup menjanjikan.” katanya, “Aku akan berusaha mencari harta karun ini!” Ia lalu menyewa perahu dan menuju ke tempat yang ditunjukkan peta tersebut. Setelah sampai di tempat yang ditunjukkan peta, dia melihat bahwa tampak ada sesuatu di bawah air yang menyerupai peti harta karun. Ia lalu menceburkan dirinya ke laut dan menyelam menuju benda bersinar itu. Tetapi ternyata lokasi peti itu jauh lebih dalam dari perkiraannya. Ia hampir kehabisan nafas. Ia lalu bergegas kembali ke perahu dan menyerah. Lantas botol berisi peta itu diambilnya, ditutup, lalu dilemparkannya kembali ke laut. Setelah itu, ada satu pria dewasa lagi berjalan-jalan di tepi pantai. Seperti pria sebelumnya, ia juga melihat botol itu, membukanya, dan menemukan peta harta karun. Ia sangat bersemangat untuk menemukan harta karun tersebut. Ia melihat ada perahu di tepi pantai dan ia lalu menggunakan perahu tersebut untuk menuju ke tempat yang ditunjukkan peta. Setelah sampai di tempat yang dimaksud, ia lalu menceburkan diri ke laut dan menyelam menuju ke peti harta karun. Tetapi ternyata lokasi peti itu sangat dalam dan nafasnya tidak mungkin bisa menjangkaunya. Maka ia memutuskan kembali ke perahu. Ia lalu kembali ke pantai dan menyewa perlengkapan selam. Kemudian ia mendayung perahunya kembali ke tempat harta karun. Dengan perlengkapan selam lengkap ia kembali menyelam menuju ke peti harta karun dan membawanya ke perahu. Matanya berbinar-binar ketika melihat peti harta karun itu penuh berisi emas dan berlian. Sukses adalah kombinasi dari peluang, keyakinan, usaha, dan strategi.. ^^ Source : http://www.ceritainspirasi.net/cerita-pendek-peta-harta-karun/ Jangan Meremehkan Sesuatu by Julian Patra on Monday, 31 January 2011 at 10:19

Pada sebatang pohon kecil, hiduplah beberapa daun yang tumbuh bersama. Di antara daun-daun tersebut terdapat sebuah daun yang sangat besar dan kuat. Daun itu diagung-agungkan karena kekuatannya. Dialah yang dianggap pelindung bagi daundaun lainnya dari badai, hujan, panas matahari yang terik, dan bahaya lainnya. Suatu ketika datanglah musim kemarau yang panjang. Daun-daun di pohon kecil itu mulai layu karena tidak mendapat air dan makanan. Daun besar yang tadinya kuat dan besar mulai terlihat keriput. Ia berusaha melindungi daun-daun lainnya dari matahari yang bersinar sangat terik sehingga daun2 sahabatnya itu tidak kehilangan air lebih banyak lagi. Hari berganti hari, daun besar itu sudah sampai pada puncak usahanya. Ia mulai sobek-sobek sehingga sinar matahari mulai menembusnya. Ia mulai kehilangan kekuatannya dan daun-daun lainnya pun sudah mulai mengabaikannya karena ia tidak kuat lagi seperti dulu.

Beberapa hari kemudian daun besar itu merasa tidak kuat lagi akhirnya ia berkata kepada teman-temannya : Teman-teman aku tidak lagi mempunyai kekuatan untuk melindungi kalian, aku akan gugur. Selamat tinggal. Setelah berkata demikian akhirnya daun besar itu pun gugurlah. Musim kemarau terus berlanjut, daun-daun di pohon kecil itu saling bertahan untuk hidup. Mereka sama sekali sudah melupakan daun besar yang telah berjasa melindungi mereka sehingga mereka dapat bertahan sampai sekarang. Musim kemarau tidak juga berakhir. Daun-daun di pohon kecil itu sudah mulai kehilangan harapan. Mereka merasa sangat kelaparan, kehausan dan akan mati. Di saat mereka putus asa, tiba tiba dirasakan adanya air dan makanan dari tanah. Mereka terheran-heran akan adanya keajaiban itu. Setelah lama mencari-cari, mereka menyadarinya. Mereka melihat bahwa daun besar itu sudah membusuk dan menghasilkan air dan sari makanan bagi mereka. Akhirnya dengan air dan sari makanan dari daun besar tadi, daun daun di pohon kecil itu berhasil bertahan sampai musim hujan datang. Daun-daun di pohon kecil itu sangat menyesal karena telah melupakan daun besar itu. Padahal sampai akhir hayatnya daun besar itu tetap menjadi pahlawan bagi daun-daun lainnya. Tuhan memberikan bantuan kepada kita melalui siapa saja bahkan melalui orang yang kita anggap telah jatuh dan hina. Ingatlah rencana Tuhan itu ajaib dan tidak pandang bulu terhadap semua umatnya. Source : http://finance.groups.yahoo.com/group/fspmi/message/6397 Where is My Future by Julian Patra on Saturday, 29 January 2011 at 09:51

Seekor anak monyet bersiap-siap hendak melakukan perjalanan jauh. Ia merasa sudah bosan dengan hutan tempat hidupnya sekarang. Ia mendengar bahwa di bagian lain dunia ini ada tempat yang disebut "belantara" di mana ia berpikir akan mendapatkan tempat yang lebih "baik". "Aku akan mencari kehidupan yang lebih baik!" katanya. Orangtua si Monyet, meskipun bersedih, melepaskan kepergiannya. "Biarlah ia belajar untuk kehidupannya sendiri," kata sang Ayah kepada sang Ibu dengan bijak. Maka pergilah si Anak Monyet itu mencari "belantara" yang ia gambarkan sebagai tempat hidup kaum Monyet yang lebih baik. Sementara kedua orangtuanya tetap tinggal di hutan itu. Waktu terus berlalu, sampai suatu ketika, si Anak Monyet itu secara mengejutkan kembali ke orangtuanya. Tentu kedatangan anak semata wayang itu disambut gembira orangtuanya. Sambil berpelukan, si Anak Monyet berkata, "Ayah, Ibu, aku tidak menemukan belantara seperti yang aku angan-angankan. Semua binatang yang aku temui selalu keheranan setiap aku menceritakan bahwa aku akan pergi ke sebuah tempat yang lebih baik bagi semua binatang yang bernama belantara." "Malah, mereka mentertawakanku." sambungnya sedih. Sang Ayah dan Ibu hanya tersenyum mendengarkan si Anak Monyet itu. "Sampai aku bertemu dengan Gajah yang bijaksana," lanjutnya, "Ia mengatakan bahwa sebenarnya apa yang aku cari dan

sebut sebagai belantara itu adalah hutan yang kita tinggali ini!.Kamu sudah mendapatkan dan tinggal di belantara itu!" Benar, anakku. Kadang-kadang kita memang berpikir tentang hal-hal yang jauh, padahal apa yang dimaksud itu sebenarnya sudah ada di depan mata." Kita semua adalah si Anak Monyet itu. Hal-hal sederhana, hal-hal ada di sekitar kita tidak kita perhatikan. Justru kita melihat hal yang "jauhjauh" yang pada dasarnya sudah di depan mata. Kita gelisah dengan karir pekerjaan, kita gelisah dengan sekolah anak-anak, kita gelisah dengan segala rencana kehidupan kita. Padahal, yang pekerjaan kita sekarang adalah bagian dari karir kita. Padahal, anak-anak kita bersekolah sekarang adalah bagian dari proses pendidikan mereka dan hidup yang kita jalani adalah bagian dari rangkaian kehidupan kita ke masa yang akan datang. Tanpa mengecilkan arti masa depan dan sesuatu yang lebih baik, ada baiknya apabila kita fokus dengan apa yang ada di depan mata, apa yang kita kerjakan sekarang, karena hal ini akan terpengaruh terhadap masa depan Anda. "Masa depan Anda, karir Anda, serta kehidupan Anda adalah yang Anda kerjakan hari ini." Source : http://groups.yahoo.com/group/indonesia-community/message/7154 Pertanda Jodoh by Julian Patra on Friday, 28 January 2011 at 10:06

Dua manusia yang merasa saling berjodoh pasti memiliki ikatan emosional, spiritual dan fisik antara keduanya. Hanya dengan menatap matanya, kita akan merasakan getaran dan seolah ingin terus bersamanya. Benarkah seperti itu? Lalu, apakah ada penanda lainnya agar seseorang bisa merasakan bahwa si dia jodoh kita atau bukan? Nah, agar Anda tak terus penasaran, berikut ini pakar Relationship sekaligus penulis buku 21 Ways to Attract Your Soul Mate, Arian Sarris memberikan rahasianya: Pertanda 1 Rahasia sepasang kekasih agar bisa memiliki umur hubungan yang panjang adalah adanya saling berbagi. Anda dan dia selalu bisa saling membantu, entah itu pekerjaan sepele atau besar. Paling penting adalah Anda berdua selalu bisa menikmati segala aspek kehidupan secara bersama-sama. Dan semuanya terasa amat menyenangkan meskipun tanpa harus melibatkan orang lain. Nah, apakah Anda sudah merasakan hal tersebut? Jika ya, selamat berarti ada harapan bahwa dia adalah calon pendamping hidup Anda! Pertanda 2 Salah satu kriteria yang menentukan cocok tidaknya dia itu jodoh Anda atau bukan adalah kemampuannya bersikap santai di depan Anda. Coba sekarang perhatikan, apakah gerak geriknya, caranya berpakaian, gaya rambutnya, caranya berbicara serta tertawanya

mengesankan apa adanya? Apakah setiap ucapannya selalu tampak spontan dan tidak dibuatbuat? Jika tidak, (maaf) kemungkinan besar dia bukan jodoh Anda. Pertanda 3 Adanya kontak bathin membuat hati Anda berdua bisa selalu saling tahu. Dan bila Anda atau si dia bisa saling membaca pikiran dan menduga reaksi serta perasaanya satu sama lainnya pada situasi tertentu. Selamat! Mungkin sebenarnya dialah belahan jiwa Anda yang tersimpan... Pertanda 4 Bersamanya bisa membuat perasaan Anda menjadi santai, nyaman tanpa perasaan tertekan. Berjam-jam bersamanya, setiap waktu dan setiap hari tak membuat Anda merasa bosan.. Ini bisa sebagai pertanda bahwa Anda berdua kelak bisa saling terikat. Pertanda 5 Dia selalu ada untuk Anda dalam situasi apapun. Dan dia selalu bisa memahami cuaca dalam hati Anda baik dalam suka dan duka. Percayalah pasangan yang berjodoh pasti tak takut mengalami pasang surut saat bersama. Sekarang, ingat-ingat kembali. Apakah dia orang pertama yang datang memberi bantuan tatkala Anda dirundung musibah? Dia selalu paham saat PMS Anda datang menyerang? Dia tau keadaan waktu anda sakit......... Jika ya, tak salah lagi. Dialah orangnya... Pertanda 6 Dia tak terlalu peduli dengan masa lalu keluarga Anda, dia tak peduli dengan masa lalu Anda saat bersama kekasih terdahulu. Dia juga tak malu-malu menceritakan masa lalunya..Nah, kalau begitu ini bisa berarti dia sudah siap menerima Anda apa adanya.. Pertanda 7 Setiap orang pasti memiliki kekurangan, dan Anda tak malu-malu memperlihatkannya pada si dia. Bahkan pada saat Anda tampil 'buruk' di depannya sekalipun, misalnya saat Anda bangun tidur atau saat Anda sakit dan tak mandi selama dua hari. Pertanda 8 Bila Anda merasa rahasia Anda bisa lebih aman di tangannya daripada di tangan sahabatsahabat Anda. Atau Anda merasa sudah tak bisa lagi menyimpan rahasia apapun darinya, maka berbahagialah! Karena ini bisa berarti pasangan sejati telah Anda temukan! Apakah kedelapan pertanda di atas telah Anda temukan padanya? Source : http://www.pondcil.com/w.php?id=1091 Pemancing cilik by Julian Patra on Tuesday, 25 January 2011 at 13:46

Pada tepian sebuah sungai, tampak seorang anak kecil sedang bersenang-senang. Ia bermain air yang bening di sana. Sesekali tangannya dicelupkan ke dalam sungai yang sejuk. Si anak terlihat sangat menikmati permainannya. Selain asyik bermain, si anak juga sering memerhatikan seorang paman tua yang hampir setiap hari datang ke sungai untuk memancing. Setiap kali bermain di sungai, setiap kali pula ia selalu melihat sang paman asyik mengulurkan pancingnya. Kadang, tangkapannya hanya sedikit. Tetapi, tidak jarang juga ikan yang didapat banyak jumlahnya. Suatu sore, saat sang paman bersiap-siap hendak pulang dengan ikan hasil tangkapan yang hampir memenuhi keranjangnya, si anak mencoba mendekat. Ia menyapa sang paman sambil tersenyum senang. Melihat si anak mendekatinya, sang paman menyapa duluan. "Hai Nak, kamu mau ikan? Pilih saja sesukamu dan ambillah beberapa ekor. Bawa pulang dan minta ibumu untuk memasaknya sebagai lauk makan malam nanti," kata si paman ramah. "Tidak, terima kasih Paman," jawab si anak. "Lo, paman perhatikan, kamu hampir setiap hari bermain di sini sambil melihat paman memancing. Sekarang ada ikan yang paman tawarkan kepadamu, kenapa engkau tolak?" "Saya senang memerhatikan Paman memancing, karena saya ingin bisa memancing seperti Paman. Apakah Paman mau mengajari saya bagaimana caranya memancing?" tanya si anak penuh harap. "Wah wah wah. Ternyata kamu anak yang pintar. Dengan belajar memancing engkau bisa mendapatkan ikan sebanyak yang kamu mau di sungai ini. Baiklah. Karena kamu tidak mau ikannya, paman beri kamu alat pancing ini. Besok kita mulai pelajaran memancingnya, ya?" Keesokan harinya, si bocah dengan bersemangat kembali ke tepi sungai untuk belajar memancing bersama sang paman. Mereka memasang umpan, melempar tali kail ke sungai, menunggu dengan sabar, dan hup... kail pun tenggelam ke sungai dengan umpan yang menarik ikan-ikan untuk memakannya. Sesaat, umpan terlihat bergoyang-goyang didekati kerumunan ikan. Saat itulah, ketika ada ikan yang memakan umpan, sang paman dan anak tadi segera bergegas menarik tongkat kail dengan ikan hasil tangkapan berada diujungnya. Begitu seterusnya. Setiap kali berhasil menarik ikan, mereka kemudian melemparkan kembali kail yang telah diberi umpan. Memasangnya kembali, melemparkan ke sungai, menunggu dimakan ikan, melepaskan mata kail dari mulut ikan, hingga sore hari tiba.

Ketika menjelang pulang, si anak yang menikmati hari memancingnya bersama sang paman bertanya, "Paman, belajar memancing ikan hanya begini saja atau masih ada jurus yang lain?" Mendengar pertanyaan tersebut, sang paman tersenyum bijak. "Benar anakku, kegiatan memancing ya hanya begini saja. Yang perlu kamu latih adalah kesabaran dan ketekunan menjalaninya. Kemudian fokus pada tujuan dan konsentrasilah pada apa yang sedang kamu kerjakan. Belajar memancing sama dengan belajar di kehidupan ini, setiap hari mengulang hal yang sama. Tetapi tentunya yang diulang harus hal-hal yang baik. Sabar, tekun, fokus pada tujuan dan konsentrasi pada apa yang sedang kamu kerjakan, maka apa yang menjadi tujuanmu bisa tercapai." Source : http://www.pondokbaca.com/id/artikel/kategori-motivasi/pemancing-cilik414.html Arti Kebahagiaan by Julian Patra on Friday, 21 January 2011 at 09:36

Dari jam mahal ditangannya sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi, sementara sudah hampir 10 menit mobil sama sekali tidak bergerak dan didepannya antrean mobil sedemikian panjang. Dari mobil mewah seri terbarunya Pak Hartawan,, seorang yang sangat kaya nampak gelisah. Sesekali badannya ditegakkan dan melongok ke depan. Sopir pribadinya pun mengamati dari spion tengah tentang kegelisahan sang Majikan. Dari sudut kanan depan tiba-tiba datang seorang wanita dengan pakaian sangat kumal. Wanita itu tidak memiliki tangan, sementara di pundaknya digantungkan sebuah tas untuk tempat recehan sedekah dari pengendara mobil. Jangan dikasih Man!, nanti kebiasaan ! perintah Pak Hartawan kepada Pardiman sopirnya. Sopirnya pun pura-pura cuek dan sibuk mengetuk-ngetuk setir, sambil sesekali melirik dari sudut matanya. 3 Menit berlalu namun pengemis wanita itu tetap berdiri disamping mobil seakan-akan memang sangat berhasrat untuk mendapatkan sedekah. Ah dasar pemalas !, ya udah Man kasih aja recehan, biar cepet pergi! sekali lagi Pak Hartawan memberikan perintah sambil memainkan gadget terbarunya. eNggak ada recehan Pak?, jawab Pardiman. Ya sudah, kasih aja uang pecahan yang paling kecil, jawab Pak Hartawan Akhirnya Pardiman mengambil satu lembar lima puluh ribuan yang merupakan pecahan terkecil di kotak uang di bawah tombol AC. Mendapatkan sedekah lima puluh ribu rupiah, pengemis wanita ini kegirangan, bukan main bahagianya, bahkan saking senangnya sampai lupa berterima kasih. Lihat tuh Man, dasar orang tak tahu diri sudah dikasih malah nggak bilang terima kasih. Bagaimana bisa menjadi orang bahagia kalau nggak pernah menghargai pemberian orang lain. Jalanan masih saja macet dan sudah lebih dari satu jam. Di samping kanan badan jalan, Pak Hartawan melihat pengemis wanita tadi sedang makan dengan lahap bersama 4 orang anak kecil. Wajahnya menampakkan gurat kebahagiaan yang tiada tara, sesekali dia melempar senyum senang sambil menatapi mobil yang sedang macet. Pak Hartawan melihat dengan mata nanar. Betapa bahagianya pengemis itu, hanya dengan lima puluh ribu rupiah dia bisa makan dan mungkin mentraktir 4 orang anaknya sambil tertawa dengan bahagia.?. Pak Hartawan melihat wajahnya sendiri di kaca spion tengah mobilnya. Apa

kurangnya aku ini, aku berada dalam mobil mewah, tidak kepanasan. Di dompetku ada uang, ada ATM dengan saldo milyaran. Aku punya harta yang berlimpah ruah. Tapi sudah satu jam ini aku gelisah luar biasa, tidak ada satu hal kebahagiaan pun yang aku nikmati. Dilihatnya Pardiman yang sudah mulai terkantuk-kantuk namun tetap bersiul-siul kecil menyenandungkan lagu dangdut kesukaannya. Betapa mudah mereka untuk bahagia. Dari sudut di ruang hatinya terdengar bisikan Ternyata bahagia tidak ada kaitannya dengan kepemilikan. Mungkin bahagia adalah bagaimana kita memandang sesuatu dan belajar mensyukuri terhadap apa yang kita dapatkan dan menikmatinya. Pak Hartawan tersenyum seakan menemukan sebuah kebahagiaan yang sederhana. Dibukanya pintu kaca mobil dan berteriak memanggil si pengemis wanita. Setelah pengemis itu dekat dengan pintu mobil, Pak Hartawan mengambil dompet dan mengambil 5 lembar ratusan ribu, dia ingin melihat kebahagiaan yang lebih besar. Diulurkan uang 5 lembar kepada sang pengemis. Pengemis itu justru mundur satu langkah dan berkata, Maaf Pak, kami sudah kenyang!. Selesai berujar pengemis itu pergi dan tidak menerima pemberian Pak Hartawan, dan dia melanjutkan kembali bercanda di seberang jalan dengan 4 orang anaknya. Membiarkan Pak Hartawan terbengongbengong menyaksikan kesederhanaan sebuah kebahagiaan. Mungkin sangat jarang sekali pengemis yang gak nerima uang 500 rebu! tapi yang penting hikmah dibalik cerita itu.. Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata cukup. Kapankah kita bisa berkata cukup? Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih di bawah target. Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati. Semua merasa kurang dan kurang. Kapankah kita bisa berkata cukup? Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya. Cukup adalah persoalan kepuasan hati. Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri. Tak perlu takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya. ? Cukup? jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri. Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan. Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup. Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia. Belajarlah untuk berkata Cukup! Lain halnya dengan Ilmu … Jangan pernah Berkata CUKUP! Terus belajar, terus gali Ilmu, terus membaca! Source : http://ilmuphotoshop.com/2008/08/14/arti-kebahagiaan/ Dialog Sedekah by Julian Patra on Thursday, 20 January 2011 at 10:31

Suatu hari di bulan Oktober. Seorang perempuan yang merupakan guru TK datang menemui Ust. Yusuf Mansur hingga kemudian terjadilah dialog sebagai berikut, Guru TK : “Ustadz, bisa nggak saya berubah?” Ust. Yusuf : “Berubah begimana? Mau jadi apaan berubahnya?” Guru TK : “Bukan saya yang berubah, Ustadz. Gaji saya yang berubah” Ust. Yusuf : “Emang gaji yang sekarang berapa?” Guru TK : “150 ribu, Ustadz.” Ust. Yusuf : “Iye deh. Saya doain. Saya doain InsyaAllah, mudah-mudahan situ punya gaji berubah. Mau berapa naiknya gaji situ?” Guru TK : “Ustadz, saya pengen deh didoain naik jadi 500 ribu.” Ust. Yusuf : “Tanggung amat mintanya. Kok 500 ribu? Kenapa nggak minta sejuta?” Guru TK : “Ustadz, kepala TK aja gajinya 450 ribu.” Ust. Yusuf : “Bener juga. Bismillah yuk, kita ubah bersama Allah. Kalo Allah udah berkehendak, maka kehendak itulah yang akan terjadi. Tapi nggak ada yang gratis. Nothing Free! Sodara bisa apa sehingga Allah mampu menjawab kita punya do‟a?” Guru TK : “Siap, Ustadz! InsyaAllah saya akan coba bangun malam selama 2 bulan berturutturut.” Ust. Yusuf : “Terus apelagi? Kalo cuma bangun malem, kalo cuma Tahajud, separo tuh. Sendal kalo cuma separo, namanya sendal hilang!” Guru TK : “Iya, Ustadz. Paham. Kudu sedekah, kan?” Ust. Yusuf : “Iye dong”

Guru TK : “Iya, saya akan sedekahkan juga semua gaji saya selama 2 bulan berturut-turut menemani sholat malam saya.” Ust. Yusuf : “Iye, bismillah deh. InsyaAllah Sholat malem sama sedekah bisa merubah manusia.” Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji. (Al Israa‟ : 79) Lalu, selama 2 bulan berikutnya si Guru TK tidak datang menemui Ust. Yusuf. Barulah begitu sampai pada bulan ketiga ia kembali menghadap sang Ustadz. Guru TK : “Ustadz, Alhamdulillah! Saya punya doa nggak terkabul, Ustadz.” Ust. Yusuf : “Nggak mungkin nggak terkabul!” Guru TK : “Nyatanya begitu, Ustadz. Nggak terkabul! Barangkali kata Allah kekecilan saya mintanya. Saya minta 500 ribu, ternyata Allah ngasih penghasilan tambahan pada saya 3 juta!” Ust. Yusuf : “Subhanallah! Jadi berapa penghasilan sodara sekarang?” Guru TK : “Penghasilan saya 150 ribu. Ditambah penghasilan tambahan 3 juta dari Allah. Jadi semuanya 3.150.000″ Ust. Yusuf : “Kok bisa?” Guru TK : “Ya memang bisa! Apa yang tidak bisa?” Ust. Yusuf : “Tapi, kok bisa begitu?” Guru TK : “Ustadz, dibulan ketiga ini. Saya nikah” Ust. Yusuf : “Nikah sama siapa?” Guru TK : “Sama anak muda yang gajinya 3 Juta!” *** MasyaAllah. Unik ya? Begitulah kisahnya. Emang nggak ada yang susah bagi Allah, semuanya gancil! Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas). (Ali Imraan : 27) Emang deh, cuma Allah tempat curhat yang paling tepat. Kalo curhat sama temen? Boleh. Boleh banget kok. Asal kita nggak bergantung sama manusia, cukup jadikan mereka sebagai sarana untuk berbagi. Ingat! Kalo kita terlalu bergantung sama manusia, nanti Allah bisa cemburu lho. Hayoo. Jangan cari gara-gara deh.

So. Sedikitnya ada 3 cara untuk merubah hidup kita menjadi lebih baik, yaitu tahajud, sedekah, sama do‟a. Selanjutnya, Just wait and see. Tunggu aja sampai Allah menjawabnya dengan cara yang unik. Dengan cara yang mungkin nggak pernah kita duga sebelumnya. Source : http://ayobersedekah.wordpress.com/2010/08/19/dialog-sedekah-guru-tkdengan-ust-yusuf-mansur/ Kisah Keluarga Tikus by Julian Patra on Wednesday, 19 January 2011 at 10:56

Ini bukan tentang keluarga Stuart Little, ini tentang sebuah keluarga tikus dengan 8 anaknya yang masih belajar mencari makanan. Kebetulan ini adalah keluarga tikus rumahan, yang mencari makanan dari sisa-sisa makanan manusia. Ada dua anak tikus si belang dan si putih menemukan sepotong keju. Namun ada pertanyaan besar bagi kedua anak tikus tersebut, sehingga mereka ragu mengambil keju tersebut. Apa yang membuat mereka ragu? Sebab keju tersebut tidak terletak di lemari. Padahal mereka biasa mencuri makanan dari lemari. “Jangan-jangan, keju itu busuk dan dibuang.” kata si putih. “Tidak, meski dari kejauhan saya mencium kalau keju itu masih segar. Pasti enak.” kata si belang. “Tapi, warnanya kusam.” bantah di putih. “Bukan warna yang menentukan, tetapi aromanya.” kata si belang. “Ya sudah, kita ambil saja!” kata si putih. “Boleh, tapi ukurannya kecil. Paling cukup untuk kita berdua.” kata si belang. “Bukankah kata ayah, kita harus berbagi. Kita masih punya 6 saudara.” kata si putih. “Tapi percuma dibagi-bagi, nanti kebagian sedikit.” kata si belang. “Cukuplah, tidak kecil-kecil banget. Kita semua bisa kenyang.” kata si putih. “Iya sih, kalau untuk sekali makan akan kenyang. Tapi untuk 3 kali, terasa kurang.” kata di belang. Ternyata, ayah mereka mendengar pembicaraan kedua anaknya ini.

“Anak-anaku, apa yang kalian bicarakan adalah benar. Tetapi tidak benar seutuhnya.” sela ayahnya. “Apa maksud ayah?” kata si putih. “Kalian terlalu fokus pada kejunya. Kalian harus melihat masalah dengan pandangan yang lain. Ini menyangkut hidup mati kalian.” jelas ayahnya. Tapi kedua anaknya yang belum pengalaman, malah heran dan kebingungan. “Saya tidak mengerti, ayah.” kata si belang mengernyitkan dahinya. “OK, tunjukan dimana kalian menemukan keju tersebut.” kata ayahnya. Kedua anak tikus tersebut mengantar ayahnya menuju letak keju. “Apa yang kalian lihat?” tanya ayahnya menguji pandangan anak-anaknya. “Keju, ayah!” jawab kedua anaknya serempak. “Coba lihat lagi!” kata ayahnya sambil tersenyum. Kedua anaknya memperhatikan keju dengan seksama, tetapi mereka tetap bingung karena tidak ada yang aneh. Melihatnya anaknya kebingungan, ayah mengajak naik ke sebuah meja. “Nah, sekarang lihat diatas meja ini. Apa yang kalian lihat?” tanya ayahnya. “Saya melihat sebuah alat dimana ada keju di dalamnya.” jawab si putih. “Oh iya, baru terlihat.” lanjut si belang. “Alat apa itu ayah?” tanya si belang. “Itu adalah pertanyaan yang bagus. Kalian sudah tidak terfokus pada kejunya lagi, tetapi pada sistem yang lebih besar. Pertanyaan kalian ini akan menyelamatkan hidup kalian. Alat itu adalah perangkap. Jika kalian mengambil kejunya, ada senjata yang akan membunuh kalian.” jelas ayahnya. Terang saja, kedua anak tikus ini terperanjat. Kaget bukan kepalang. Tidak terpikirkan sebelumnya. Mereka hanya fokus pada keju. “Jika kalian melihat secara utuh, pertanyaan kalian akan benar dan akan menyelamatkan kalian. Jangan fokus pada pandangan sempit dan mengambil keputusan dari pandangan tersebut. Dari perbedaan cara pandang ini, bisa menentukan hidup matinya kalian.” jelas ayahnya dengan tatapan kasih kepada kedua anaknya. Source : http://www.motivasi-islami.com/kisah-keluarga-tikus/ Rukunlah Bersamanya by Julian Patra on Tuesday, 18 January 2011 at 14:41

Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya. Karena seumur hidup manusia, teman sejati (sahabat) tak mudah ditemukan. Saat bertemu penolongmu, ingat untuk berterima kasih padanya karena ialah yang membantu mengubah hidupmu Saat bertemu orang yang pernah kau cintai, tersenyumlah dengan wajar karena ia lah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang cinta. Saat bertemu orang yang pernah kau benci, sapalah dengan tersenyum karena ia membuatmu semakin teguh / kuat. Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu, baik-baiklah berbincanglah dengannya karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami dunia ini. Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu, berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu karena ia adalah bagian dari nostalgiamu Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu, gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya, karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan Dan Saat engkau bertemu seseorang yang saat ini menemanimu seumur hidup (suami / istri) kita, berterima-kasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu, karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati yang kau cari. RENUNGAN Suatu hari, seorang santri bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya? Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas di depan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta" . Santri pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun. Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?" Dia menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik). Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat ku melanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwa ranting-ranting yang ku

temukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak ku ambil sebatang pun pada akhirnya" Gurunya kemudian menjawab " Jadi ya.. itulah cinta" Di hari yang lain, sang santri bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?" Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur di depan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan" Kemudian berjalanlah ia, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasabiasa saja. Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?" Dia pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya ke sini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya" Gurunya pun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan" ******************************************************** Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan... tiada sesuatu pun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya. Pernikahan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kita mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kita dapatkan, maka sia2 lah waktumu dalam mendapatkan pernikahan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya dan milik Allah semata. *********************************** Manusia adalah Mahkluk yang sangat cerdas dan selalu berkembang.. Tetapi manusia juga selalu bodoh ketika manusia melakukan sesuatu yang di luar akalnya. Setetes air embun pagi benar-benar jernih ketika air itu belum tersentuh oleh apapun.. begitu pula dengan manusia ketika pertama kali lahir di dunia ini.. begitu suci dan jernih. Tetapi kesucian dan kejernihan itu akan luntur ketika manusia tidak mampu mengendalikan dirinya... sehingga manusia akan terjerumus dalam lembah kenistaan.. Suatu hari ketika sang mentari telah terbit dari timur maka hal itu masih sangatlah mungkin buat kita untuk merubah segalanya.. Akan tetapi ketika sang mentari sudah terbit dari barat maka

celakalah kita, ketika kita masih terpaku dan diam saja terhadap hakikat tugas seorang mahluk kepada Tuhannya. Dan itu semua adalah sebuah fartamorgana dunia saja.. sehingga anganangan saja.. Bergegaslah untuk ingat kepada-NYA.. Sedetik, Semenit, sejam, hari demi hari pun terlampaui sudah.. tak terasa sang waktu begitu cepat melesat.. hari-hariku telah mulai berubah kepada yang lebih indah dan terarah.. Semakin cerah semakin indah dunia ini jika terhiasi oleh sebuah amanah dan ketaqwaan kepadaNya....sang Pencipta..Semoga kita termasuk hamba Nya yang pandai Bersyukur.. amien...!!! Source : http://meme.yahoo.com/justforme/p/kkyADoI/ Kesudahan yang Berlawanan by Julian Patra on Monday, 17 January 2011 at 10:19

Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam lingkungan yang balk. Aku selalu mendengar do'a ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam Shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang. Aku sungguh heran. Bahkan hingga aku berkata kepada' diri sendiri : " Alangkah sabarnya mereka... setiap hari begitu... benar-benar mengherankan!" Aku belum tahu bahwa di situlah kebahagiaan orang mukmin, dan itulah shalat orang-orang pilihan... Mereka bangkit dari tempat tidumya untuk bermunajat kepada Allah. Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah. Padahal berbagai nasihat selalu ku terima dan ku dengar dari waktu ke waktu. Setelah tamat dari pendidikan, aku ditugaskan ke kota yang jauh dari kotaku. Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang terasing. Di sana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur'an. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati. Aku ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol. Di samping menjaga keamanan jalan, tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan. Pekejaan baruku sungguh menyenangkan Aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi. Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak. Aku bingung dan sering melamun sendirian... banyak waktu luang... pengetahuanku terbatas. Aku mulai jenuh... tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang kara. Hampir tiap hari yang ku saksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentuk penganiayaan lain. Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hari terjadilah suatu peristiwa yang hingga kini tak pernah ku lupakan. Ketika kami dengan seorang kawan sedang bertugas di sebuah pos jalan. Kami asyik ngobrol… tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang amat keras. Kami mengalihkan pandangan. Teryata, sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong Korban. Kejadian yang sungguh

tragis. Kami lihat dua awak salah satu mobil dalam kondisi sangat kritis keduanya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah. Kami cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan. Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat. : Ucapkanlah "Laailaaha Illallaah… Laailaaha Illallaah…" perintah temanku. Tetapi sungguh mengherankan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan itu membuatku merinding. Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat... Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat. Aku diam membisu. Aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini. Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat. Tetapi... keduanya tetap terus saja melantunkan lagu. Tak ada gunanya... Suara lagunya semakin melemah... lemah dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua. Tak ada gerak... keduanya telah meninggal dunia. Kami segera membawa mereka ke dalam mobil. Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatah pun. Selama pejalanan hanya ada kebisuan, hening. Kesunyian pecah ketika temanku memulai bicara. Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su'ul khatimah (kesudahan yang buruk). Ia berkata: "Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk. Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya selama di dunia". Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang diriwayatkan dalam buku-buku Islam. Ia juga berbicara bagaimana seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir batin. Perjalanan ke rumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa kami sedang membawa mayat. Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat kusyu' sekali. Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu. Aku kembali pada kebiasaanku semula... Aku seperti tak pernah menyaksikan apa yang menimpa dua orang yang tak kukenal beberapa waktu lalu. Tetapi sejak saat itu, aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu-lagu. Aku tak mau tenggelam menikmatinya seperti sedia kala. Mungkin itu ada kaitannya dengan lagu yang pemah kudengar dari dua orang yang sedang sekarat dahulu. Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu... sebuah kejadian menakjubkan kembali terjadi di depan mataku. Seseorang mengendarai mobilnya dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan menuju kota. Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri di belakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang. Lelaki itu pun langsung tersungkur seketika. Aku dengan seorang kawan, -bukan yang menemani-ku pada peristiwa yang pertama- cepatcepat menuju tempat kejadian. Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit agar langsung mendapat penanganan. Dia masih muda, dari tampangnya, ia kelihatan seorang yang ta'at menjalankan perintah agama. Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik, sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar dari mulutnya. Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an... dengan suara amat lemah. "Subhanallah! " dalam kondisi kritis seperti itu, ia masih sempat

melantunkan ayat-ayat suci Al-quran? Darah mengguyur seluruh pakaiannya; tulang-tulangnya patah, bahkan: ia hampir mati. Dalam kondisi seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan suaranya yang merdu. Selama hidup aku tak pernah mendengar suara bacaan' Al Quran seindah itu. Dalam batin aku bergumam sendirian: "Aku akan menuntun membaca syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu... apalagi aku sudah punya pengalaman" aku meyakinkan diriku sendiri. Aku dan kawanku seperti kena hipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qurlan yang merdu itu. Sekonyong-konyong tubuhku merinding menjalar dan menyelusup ke setiap rongga. Tiba-tiba suara itu berhenti. Aku menoleh ke belakang. Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya terkulai, aku melompat ke belakang. Ku pegang tangannya, detak jantungnya nafasnya, tidak ada yang terasa. Dia telah meninggal dunia. Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes, ku sembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku. Ku kabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah wafat. Kawanku tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus menangis, air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul-betul sangat mengharukan. Sampai di rumah sakit... Kepada orang-orang di sana kami mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya yang menakjubkan. Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang meneteskan air mata. Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri jenazah dan mencium keningnya. Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan dishalatkan. Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada jenazah, semua ingin ikut menyalatinya. Salah seorang petugas tumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut mengantarkan jenazah hingga ke rumah keluarganya. Salah seorang saudaranya mengisahkan ketika kecelakaan sebetulnya almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekejaan itu rutin ia lakukan setiap hari Senin. Di sana almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim dan orang-orang miskin. Ketika terjadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula, buahbuahan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang ia santuni. Bahkan ia juga membawa permen untuk dibagi-bagikan kepada anak-anak kecil. Bila ada yang mengeluhkan-padanya tentang kejenuhan dalam pejalanan, ia menjawab dengan halus. "Justru saya memanfaatkan waktu pejalananku dengan menghafal dan mengulang-ulang bacaan Al-Qur'an, juga dengan mendengarkan kaset-kaset pengajian, aku mengharap ridha Allah pada setiap langkah kaki yang aku ayunkan," kata almarhum. Aku ikut menyalati jenazah dan mengantamya sampai ke kuburan. Dalam liang lahat yang sempit, almarhum dikebumikan. Wajahnya dihadapkan ke kiblat. "Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah". Pelan-pelan, kami menimbuninya dengan tanah... Mintalah kepada Allah keteguhan hati saudaramu, sesungguhnya dia akan ditanya... Almarhum menghadapi hari pertamanya dari hari-hari akhirat... Dan aku... sungguh seakan-akan sedang menghadapi hari pertamaku di dunia. Aku benarbenar bertaubat dari kebiasaan burukku. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosaku di masa lalu dan meneguhkanku untuk tetap mentaatinya, memberiku kesudahan hidup yang baik (khusnul khatimah) serta menjadikan kuburanku dan kuburan kaum muslimin sebagai tamantaman Surga. Amin... Source : http://www.oaseimani.com/suul-khatimah-vs-husnul-khatimah.html Pesan Malaikat Maut untuk Nabi Yakub

by Julian Patra on Sunday, 16 January 2011 at 11:09

Nabi Yakub adalah putra Nabi Ishak dan cucu Nabi Ibrahim. Ia dikenal juga dengan nama Isra'il, sehingga anak keturunannya disebut Bani Isra'il. Konon, Nabi Yakub bersaudara dengan Malaikat Maut. Suatu hari, Malaikat Maut datang mengunjungi Nabi Yakub. Melihat kedatangan saudaranya itu, Nabi Yakub bertanya, "Wahai Malaikat Maut, engkau datang untuk mencabut nyawaku atau hanya sekedar berkunjung?" "Aku datang hanya untuk berkunjung saja," jawab Malaikat Maut. "Baiklah kalau begitu," kata Nabi Yakub. Dalam percakapan selanjutnya, Nabi Yakub bertanya pada Malaikat Maut, "Bolehkah aku memohon satu permintaan kepadamu?" "Apa permintaanmu, wahai Nabi Allah?" "Jika sudah tiba waktunya nanti, ketika engkau telah diutus untuk mencabut nyawaku, tolong berilah tanda kepadaku sebelumnya." "Baiklah," jawab Malaikat Maut menyanggupi permintaan Nabi Yakub. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun pun berganti tahun. Malaikat Maut datang kembali dan bertemu Nabi Yakub. Seperti biasa, Nabi Yakub bertanya, "Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku atau sekedar berkunjung?" "Kali ini aku diutus untuk mencabut nyawamu." "Bukankah engkau telah berjanji untuk memberi tanda sebelum saat ini terjadi?" kata Nabi Yakub. "Benar, dan aku telah melakukan itu. Hanya saja kamu tak menyadarinya. Bukankah kemarin aku datang menjemput keponakanmu, sementara engkau berada di sana?" Ia kemudian melanjutkan, "Aku pun telah mengirim utusan kepadamu. Rambutmu yang dulu hitam kini telah memutih. Tubuhmu yang dulu kekar dan kuat kini melemah. Dulu kamu berjalan dengan tubuh tegak sekarang menjadi bungkuk. Tidakkah kau sadar, semua itu adalah utusanku pada anak Adam sebelum ajal menjemputnya?" (imam) – ilustrasi: viky

Source : Dinukil dari kitab al-Buka' min Khasyatillah karangan Syaikh Abdurrahman asSinjari. Juga kisah dari kitab Zahri Riyadh Kisah Rasulullah SAW dengan Gadis Kecil Yatim by Julian Patra on Thursday, 13 January 2011 at 10:32

Kisah ini terjadi di Madinah pada suatu pagi di hari raya Idul Fitri. Rasulullah saw seperti biasanya mengunjungi rumah demi rumah untuk mendoakan para muslimin dan muslimah, mukminin dan mukminah agar merasa bahagia di hari raya itu. Alhamdulillah, semua terlihat merasa gembira dan bahagia, terutama anak-anak. Mereka bermain sambil berlari-lari kesana kemari dengan mengenakan pakaian hari rayanya. Namun tiba-tiba Rasulullah saw melihat di sebuah sudut ada seorang gadis kecil sedang duduk bersedih. Ia memakai pakaian tambal-tambal dan sepatu yang telah usang. Rasulullah saw lalu bergegas menghampirinya. Gadis kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis tersedu-sedu. Rasulullah saw kemudian meletakkan tangannya yang putih sewangi bunga mawar itu dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya dengan suaranya yang lembut : "Anakku, mengapa kamu menangis? Hari ini adalah hari raya bukan?" Gadis kecil itu terkejut. Tanpa berani mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang bertanya, perlahan-lahan ia menjawab sambil bercerita : "Pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan berbahagia. Anak-anak bermain dengan riang gembira. Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah saw. Ia bertarung bersama Rasulullah saw bahumembahu dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku tidak ada lagi. Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa lagi?" Setelah Rasulullah saw mendengar cerita itu, seketika hatinya diliputi kesedihan yang mendalam. Dengan penuh kasih sayang ia membelai kepala gadis kecil itu sambil berkata: "Anakku, hapuslah air matamu... Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu.... Apakah kamu ingin agar aku menjadi ayahmu? .... Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu.... dan Aisyah menjadi ibumu.... Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?" Begitu mendengar kata-kata itu, gadis kecil itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya. Masya Allah! Benar, ia adalah Rasulullah saw, orang tempat ia baru saja mencurahkan kesedihannya dan menumpahkan segala gundah di hatinya. Gadis yatim kecil itu sangat tertarik pada tawaran Rasulullah saw, namun entah mengapa ia tidak bisa berkata sepatah katapun. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda persetujuannya. Gadis yatim kecil itu lalu bergandengan tangan dengan Rasulullah saw menuju ke rumah. Hatinya begitu diliputi kebahagiaan yang sulit

untuk dilukiskan, karena ia diperbolehkan menggenggam tangan Rasulullah saw yang lembut seperti sutra itu. Sesampainya di rumah, wajah dan kedua tangan gadis kecil itu lalu dibersihkan dan rambutnya disisir. Semua memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Gadis kecil itu lalu dipakaikan gaun yang indah dan diberikan makanan, juga uang saku untuk hari raya. Lalu ia diantar keluar, agar dapat bermain bersama anak-anak lainnya. Anak-anak lain merasa iri pada gadis kecil dengan gaun yang indah dan wajah yang berseri-seri itu. Mereka merasa keheranan, lalu bertanya : "Gadis kecil, apa yang telah terjadi? Mengapa kamu terlihat sangat gembira?" Sambil menunjukkan gaun baru dan uang sakunya gadis kecil itu menjawab : "Akhirnya aku memiliki seorang ayah! Di dunia ini, tidak ada yang bisa menandinginya! Siapa yang tidak bahagia memiliki seorang ayah seperti Rasulullah? Aku juga kini memiliki seorang ibu, namanya Aisyah, yang hatinya begitu mulia. Juga seorang kakak perempuan, namanya Fatimah. Ia menyisir rambutku dan mengenakanku gaun yang indah ini. Aku merasa sangat bahagia, dan ingin rasanya aku memeluk seluruh dunia beserta isinya." Rasulullah saw bersabda : "Siapa yang memakaikan seorang anak pakaian yang indah dan mendandaninya pada hari raya, maka Allah SWT akan mendandani/menghias inya pada hari Kiamat. Allah SWT mencintai terutama setiap rumah, yang di dalamnya memelihara anak yatim dan banyak membagi-bagikan hadiah. Barangsiapa yang memelihara anak yatim dan melindunginya, maka ia akan bersamaku di surga." Source : http://www.2lisan.com/read/kisah+idul+fitri+rasulullah Manfaat Shalat Bagi Kesehatan by Julian Patra on Wednesday, 12 January 2011 at 10:12

Salat adalah amalan ibadah yang paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Gerakan-gerakannya sudah sangat melekat dengan gestur (gerakan khas tubuh) seorang muslim. Namun, pernahkah terpikirkan manfaat masing-masing gerakan? Sudut pandang ilmiah menjadikan salat gudang obat bagi berbagai jenis penyakit! Saat seorang hamba telah cukup syarat untuk mendirikan salat, sejak itulah ia mulai menelisik makna dan manfaatnya. Sebab salat diturunkan untuk menyempurnakan fasilitasNya bagi kehidupan manusia. Setelah sekian tahun menjalankan salat, sampai di mana pemahaman kita mengenainya?

TAKBIRATUL IHRAM Postur : berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah. Manfaat : Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas. RUKUK Postur : Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang. Manfaat : Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.

I'TIDAL Postur : Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat kedua tangan setinggi telinga. Manfaat : I'tidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar. SUJUD Postur : Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai. Manfaat : Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma'ninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan. DUDUK

Postur : Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki. Manfaat : Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostata) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iffirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga. kelenturan dan kekuatan organorgan gerak kita.

SALAM Gerakan : Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal. Manfaat : Relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah. BERIBADAH secara, kontinyu bukan saja menyuburkan iman, tetapi mempercantik diri wanita luar-dalam.

PACU KECERDASAN Gerakan sujud dalam salat tergolong unik. Falsafahnya adalah manusia menundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya. Mengapa? Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yamg memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan. Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard Universitry, AS. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan masuk Islam setelah diam-diam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud. PERINDAH POSTUR Gerakan-gerakan dalam salat mirip yoga atau peregangan (stretching). Intinya untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan salat dibandingkan gerakan lainnya adalah salat menggerakan anggota tubuh lebih banyak, termasuk jari kaki dan tangan.

Sujud adalah latihan kekuatan untuk otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggaan wanita. ******* tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya. MUDAHKAN PERSALINAN Masih dalam pose sujud, manfaat lain bisa dinikmati kaum hawa. Saat pinggul dan pinggang terangkat melampaui kepala dan dada, otot-otot perut (rectus abdominis dan obliquus abdominis externuus) berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama. Ini menguntungkan wanita karena dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila, otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami ia justru lebih elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan organorgan perut pada tempatnya kembali (fiksasi). PERBAIKI KESUBURAN Setelah sujud adalah gerakan duduk. Dalam salat ada dua macam sikap duduk, yaitu duduk iftirosy (tahiyyat awal) dan duduk tawarruk (tahiyyat akhir). Yang terpenting adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum. Bagi wanita, inilah daerah paling terlindung karena terdapat tiga lubang, yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih. Saat duduk tawarruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum. AWET MUDA Pada dasarnya, seluruh gerakan salat bertujuan meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Apalagi jika dilakukan secara rutin, maka sel-sel yang rusak dapat segera tergantikan. Regenerasi pun berlangsung lancar. Alhasil, tubuh senantiasa bugar. Gerakan terakhir, yaitu salam dan menengok ke kiri dan kanan punya pengaruh besar pada kekencangan. kulit wajah. Gerakan ini tak ubahnya relaksasi wajah dan leher. Yang tak kalah pentingnya, gerakan ini menghindarkan wanita dari serangan migrain dan sakit kepala lainnya. Source : http://www.auliahasan.com/keajaiban-shalat.html Menyalakan Lilin Hati by Julian Patra on Tuesday, 11 January 2011 at 10:27

Roy adalah seorang pedagang kulit bulu, umurnya telah melewati setengah baya, masalah bisnisnya tidak sesuai dengan harapan, berkali-kali ia mengalami kegagalan. Semangatnya amat sangat rendah, acap kali marah-marah tanpa sebab yang jelas, selalu mengeluh bahwa orang lain telah menipu dirinya. Akhirnya pada suatu hari, ia berkata pada istrinya, “Kota ini membuat saya sangat kecewa, saya ingin meninggalkan kota ini, pindah ke tempat lain.” Roy dan istrinya datang ke suatu kota, pindah ke tempat tinggal baru mereka. Di suatu malam akhir pekan, ketika Roy dan istrinya sedang menata kamar, mendadak listrik padam, seketika itu seluruh ruangan menjadi gelap gulita. Roy sangat menyesal mengapa ketika datang ia tidak membawa lilin, karena itu ia hanya bisa duduk tak berdaya di lantai dan mengeluh. Saat itu, di luar pintu terdengar suara ketukan pintu yang agak ragu dan perlahan, memecah kesunyian malam. “Siapa itu?” Di kota tersebut Roy tidak punya kenalan, ia juga tidak ingin diganggu orang di akhir pekan. Ia berdiri dengan terpaksa. Susah payah Roy meraba ke arah pintu, dan membuka pintu itu dengan tidak sabar. Di depan pintu berdiri seorang gadis kecil, yang dengan nada ketakutan berkata pada Roy, “Tuan, saya adalah tetangga Anda. Tolong tanya apakah Anda memiliki lilin?” Roy menjawab dengan nada dongkol, “Tidak ada.” lalu menutup pintu dengan keras. “Sungguh merepotkan!” keluh Roy pada istrinya. Roy berkata lagi, “Tetangga yang menyebalkan, kita baru pindah kemari sudah datang untuk pinjam barang, kalau begini terus akan bagaimana jadinya nanti!” Ketika ia sedang menggerutu tak berkesudahan, di pintu terdengar lagi suara ketukan. Pintu dibukanya, si gadis kecil itu masih berdiri di sana, hanya saja kali ini di dalam tangannya membawa dua batang lilin, bercahaya merah, seperti wajah gadis kecil itu yang merah padam, sangat menyolok. “Nenek bilang, kami telah kedatangan penghuni baru, mungkin tidak membawa lilin, lalu nenek menyuruh saya agar membawakan dua batang lilin ini untuk Anda.” Seketika itu juga Roy tertegun, ia terperangah dengan kejadian di depan matanya ini. Dengan sangat tidak mudah ia tersadarkan kembali, “Terima kasih kepada engkau dan nenekmu, semoga Tuhan melindungi kalian.” Seketika itu juga, tiba-tiba Roy menyadari banyak hal, ia sepertinya telah menyadari tentang akar permasalahan dari kegagalan dirinya, yaitu terletak pada kekasaran dan ketidakacuhannya pada orang lain.

Di dalam kehidupan ini yang bisa menipu kita acap kali bukanlah orang lain, melainkan adalah sepasang mata kita yang telah dikelabui oleh dinginnya hati kita sendiri. Source : http://www.epochtimes.co.id/kehidupan.php?id=478 Kisah Bidadari Surga by Julian Patra on Monday, 10 January 2011 at 10:20

Namanya Aini. begitu ummi biasa memanggilnya. Salah satu "adik" terbaik yang pernah ummi miliki, yang pernah ummi temui dan alhamdulillah Allah pertemukan ummi dengannya. Seharusnya 20 Nopember nanti genap ia menginjak usia 37 tahun. Beberapa tahun bersamanya, banyak contoh yang bisa ummi ambil darinya. Kedewasaan sikap, kesabaran, keistiqomahan, dan pengabdian yang luar biasa meretas jalan dakwah ini. Seorang muharrik dakwah yang tangguh dan tak pernah menyerah. Sosok yang tidak pernah mengeluh, tidak pernah putus asa dan memiliki khusnuzon yang teramat tinggi kepada Allah. Dan dia adalah salah satu amanah ummi terberat, ketika memang harusnya ia sudah memasuki sebuah jenjang pernikahan. Ketika beberapa akhwat lain yang lebih muda usianya melenggang dengan mudahnya menuju jenjang tersebut, maka Aini, Allah taqdirkan harus terus meretas kesabaran. Beberapa kali ummi berikhtiar membantunya menemukan ikhwan shalih, tetapi ketika sudah memulai setengah perjalanan proses.. Allah pun berkehendak lain. Namun begitu, tidak pernah ada protes yang keluar dari lisannya, tidak juga ada keluh kesah, atau bahkan mempertanyakan kenapa sang ikhwan begitu " lemahnya " hingga tidak mampu menerjang berbagai penghalang ? Atau ketika masalah fisik, suku, serta terlebih usia yang selalu menjadi kendala utama seorang ikhwan mengundurkan diri, Aini pun tidak pernah mempertanyakan atau memprotes " kenapa ikhwan sekarang seperti ini ? Tidak ada gurat sesal, kecewa, atau sedih pada raut muka ataupun tutur katanya. Kepasrahan dan keyakinan terhadap kehendak Allah begitu indah terlukis dalam dirinya. Hingga, akhirnya seorang ikhwan shalih yang dengan kebaikan akhlak serta ilmunya, datang dan berkenan untuk menjadikannya seorang pendamping. Tidak ada luapan euphoria kebahagiaan yang ia tampakan selain ucapan singkat yang penuh makna "Alhamdulillah.. jazakillah ummi sudah membantu... mohon doa agar diridhai Allah " Alhamdulillah, Allah mudahkan proses ta‟arauf serta khitbah mereka, tanpa ada kendala apapun seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Padahal ikhwan shalih yang Allah pilihkan tersebut berusia 8 tahun lebih muda dari usianya. Berkomitmen pada sunnah Rasulullah untuk menyegerakan sebuah pernikahan, maka rencana akad pun direncanakan 1 bulan kemudian, bertepatan dengan selesainya adik sang ikhwan menyelesaikan studi di negeri Mesir.

Namun, Allah lah Maha Sebaik-baik Pembuat keputusan.. 2 minggu menjelang hari pernikahan, sebuah kabar duka pun datang. Usai Aini mengisi sebuah ta‟lim , motor yang dikendarainya terserempet sebuah mobil, dan menabrak kontainer didepannya. Aini shalihah pun harus meregang nyawa di ruang ICU. 2 hari setelah peristiwa itu, Rumah sakit yang menanganinya pun menyatakan menyerah. Tidak sanggup berbuat banyak karena kondisinya yang begitu parah. Hanya iringan dzikir disela-sela isak tangis kami yang berada disana. Semua keluarga Aini juga sang ikhwan pun sudah berkumpul. Mencoba menata hati bersama untuk pasrah dan bersiap menerima apapun ketentuanNya. Kami hanya terus berdoa agar Allah berikan yang terbaik dan terindah untuknya. Hingga sesaat, Allah mengijinkan Aini tersadar dan menggerakkan jemarinya. Rabb.. sebait harapan pun kembali kami rajut agar Allah berkenan memberikan kesembuhan, walau harapan itu terus menipis seiring kondisinya yang semakin melemah. Hingga kemudian sang ikhwan pun mengajukan sebuah permintaan kepada keluarga Aini. "Ijinkan saya untuk membantunya menggenapkan setengah Dien ini. Jika Allah berkehendak memanggilnya, maka ia datang menghadap Allah dalam keadaan sudah melaksanakan sunnah Rasulullah..." Permintaan yang membuat kami semua tertegun. Yakinkah dia dengan keputusannya ? Dalam kedaaan demikian, akhirnya 2 keluarga besar itupun sepakat memenuhi permintaan sang ikhwan. Sang bunda pun membisikkan rencana tersebut di telinga Aini. Dan baru kali itulah ummi melihat aliran airmata mengalir dari sepasang mata jernihnya. Tepat pukul 16.00, dihadiri seorang penghulu, orangtua dari 2 pihak, serta beberapa sahabat dan dokter serta perawat... pernikahan yang penuh tangis duka itupun dilaksanakan. Tidak seperti pernikahan lazimnya yang diiringi tangis kebahagiaan, maka pernikahan tersebut penuh dengan rasa yang sangat sulit terlukiskan. Khidmat, sepi namun penuh isakan tangis kesedihan. Tepat setelah ijab kabul terucap... sang ikhwan pun mencium kening Aini serta membacakan doa di atas kain perban putih yang sudah berganti warna menjadi merah penuh darah yang menutupi hampir seluruh kepala Aini. Lirih, kami pun masih mendengar Aini berucap, " Tolong Ikhlaskan saya....." Hanya 5 menit. Ya.. hanya 5 menit setelah ijab kabul itu. Tangisan pun memecah ruangan yang tadinya senyap menahan sesak dan airmata. Akhirnya Allah menjemputnya dalam keadaan tenang dan senyum indah. Dia telah menjemput seorang bidadari... Sungguh indah karunia dan janji yang telah Allah berikan padanya... Dia memang hanya pantas untuk para mujahidNya di Jannah al firdausi....

Dan sang ikhwan pun melepas dengan penuh sukacita dengan iringan tetes air mata yang tidak kuasa ditahannya... " ..Saya telah menikahi seorang bidadari.. nikmat mana lagi yang saya dustakan..." Begitulah sang ikhwan shalih mengutip ayat Ar RahmanNya... Ya Rabb.. Engkau sebaik-baik pembuat skenario kehidupan hambaMu.. Maka jadikanlah kami senantiasa dapat mengambil hikmah dari setiap episode kehidupan yang Engkau berikan... Selamat jalan adikku sayang ... engkau memang bidadari surga yang Allah tidak berkenan seorang ikhwan pun di dunia ini yang bisa mendampingi kehidupanmu kecuali para ikhwan shalih yang berkhidmat di jalan dakwah dengan ikhlas, tawadhu dan siap berjihad dijalanNya dan kelak menutup mata sebagai seorang syuhada...." Selamat jalan Aini.. semoga Allah memberimu tempat terindah di surgaNya.... Semoga Allah kumpulkan kita kelak didalam surgaNya...amiin) Source : http://www.uhibbukumfillah.co.cc/2010/05/namanya-aini.html Mengasah Kapak by Julian Patra on Wednesday, 5 January 2011 at 10:40

Alkisah ada seorang penebang pohon yang sangat kuat. Dia melamar pekerjaan pada seorang pedagang kayu, dan dia mendapatkannya. Gaji dan kondisi kerja yang diterimanya sangat baik. Karenanya sang penebang pohon memutuskan untuk bekerja sebaik mungkin. Sang majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerjanya. Hari pertama sang penebang pohon berhasil merobohkan 18 batang pohon. Sang majikan sangat terkesan dan berkata, "Bagus, bekerjalah seperti itu!" Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari sang penebang pohon bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 15 batang pohon. Hari ketiga dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hanya berhasil merobohkan 10 batang pohon. Hari-hari berikutnya pohon yang berhasil dirobohkannya makin sedikit. "Aku mungkin telah kehilangan kekuatanku", pikir penebang pohon itu. Dia menemui majikannya dan meminta maaf, sambil mengatakan tidak mengerti apa yang terjadi. "Kapan saat terakhir kau mengasah kapak?" sang majikan bertanya. "Mengasah? Saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak. Saya sangat sibuk mengapak pohon," katanya.

Notes: Kehidupan kita sama seperti itu. Seringkali kita sangat sibuk sehingga tidak lagi mempunyai waktu untuk mengasah kapak. Di masa sekarang ini, banyak orang lebih sibuk dari sebelumnya, tetapi mereka tidak lebih berbahagia dari sebelumnya. Mengapa? Mungkinkah kita telah lupa bagaimana caranya untuk tetap tajam? Tidak ada yang salah dengan bekerja keras. Tetapi tidak seharusnya kita sedemikian sibuknya sehingga mengabaikan hal-hal yang sebenarnya sangat penting dalam hidup, seperti menyediakan waktu untuk keluarga, membaca buku, refreshing dan lain sebagainya. Kita semua membutuhkan waktu untuk tenang, untuk berpikir dan merenung, untuk belajar dan bertumbuh. Bila kita tidak mempunyai waktu untuk mengasah kapak, kita akan tumpul dan kehilangan kreativitas. Jadi mulailah dari sekarang, memikirkan cara bekerja lebih efektif dan menambahkan banyak nilai ke dalamnya. Source : http://groups.yahoo.com/group/indonesiasingapore/message/178 Perbuatan Baik Tidak Pernah "Sia-Sia" by Julian Patra on Tuesday, 4 January 2011 at 14:29

Alkisah ada seorang dermawan yg berkeinginan untuk berbuat kebaikan. Dia telah menyiapkan sejumlah uang yang akan dia berikan kepada beberapa orang yang ditemuinya. Pada suatu kesempatan dia bertemu dengan seseorang maka langsung saja dia menyerahkan uang yang dimilikinya kepada orang tersebut. Pada keesokan harinya tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan sejumlah uang kepada seorang penjahat beringas. Mendengar kbr ini si dermawan hanya mengatakan” Ya Tuhan aku telah memberikan uang kepada seorang penjahat” Di lain waktu, dia kembali bertemu dengan seseorang, si dermawan pada hari itu juga telah berniat untuk melakukan kebaikan. Ia dengan segera memberikan sejumlah uang kepada orng tersebut. Keesokan harinya tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan uang kpd seorang koruptor. Mendapat kabar ini si dermawan hanya berkata “Ya Tuhan aku telah memberikan uang kepada koruptor”. Si dermawan ini tidak berputus asa, ketika dia bertemu dengan seseorang dengan segera dia menyerahkan sejumlah uang yang memang telah disiapkannya. Maka esok harinya pun tersiar

kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan sejumlah uang kepada seorang kaya raya. Mendengar hal ini si dermawan hanya berkata. ” Ya Tuhan aku telah memberikan uang kepada penjahat, koruptor dan seorang yang kaya raya”. Sekilas kita bisa menyimpulkan bahwa si dermawan ini adalah seorang yang “Ceroboh” Asal saja dia memberikan uang yang dimilikinya kepada orang yang tidak dikenalnya, padahal jika dia lebih teliti maka niat baik nya itu bisa lebih berguna tersalurkan kepada orang yang memang membutuhkan. Tapi ternyata suatu niat yg baik pasti akan berakhir dengan baik, pun begitu pula dengan “kecerobohan” si dermawan. Uang yg diberikannya kepada sang penjahat ternyata mampu menyadarkannya bahwa di dunia ini masih ada orang baik, orang yg peduli dengan lingkungan sekitarnya. Penjahat ini bertobat dan menggunakan uang pemberian sang dermawan sebagai modal usaha. Sementara sang koroptor, uang cuma-cuma yg diterimanya ternyata menyentuh hati nuraninya yang selama ini telah tertutupi oleh keserakahan, dia menyadari bahwa hidup ini bukanlah tentang berapa banyak yang bisa kita dapatkan. Dia bertekad mengubah dirinya menjadi orang yang baik, pejabat yang jujur dan amanah. Sementara itu pemberian yg diterima oleh si kaya raya telah menelanjangi dirinya, karena selama ini dia adalah seorang yg kikir, tak pernah terbesit dalam dirinya untuk berbagi dengan orang lain, baginya segala sesuatu harus lah ada timbal baliknya. Dirinya merasa malu kepada si dermawan yang dengan kesederhananya ternyata masih bisa berbagi dengan orang lain. Note : tak akan ada yang berakhir dengan sia-sia terhadap suatu kebaikan. Karena kebaikan akan berakhir pula dengan kebaikan. Hidup ini bukanlah soal berapa banyak yang bisa kita dapatkan, tapi berapa banyak yang bisa kita berikan. So, mulai lah dr skrg brbagi dan memberi pa yg kita bs berikan tanpa pamrih n mmikirkan balasan nya. Source : http://peccourse.forumotion.com/t191-perbuatan-baik-tidak-pernah-sia-sia Di saat kamu mengira aku tak memperhatikanmu by Julian Patra on Monday, 3 January 2011 at 13:04

Di saat kamu mengira aku tak memperhatikanmu, aku melihatmu menggantungkan lukisan pertamaku pada lemari es dan aku ingin cepat-cepat melukis yang lain lagi. Di saat kamu mengira aku tak memperhatikanmu, aku melihatmu memberi makan seekor kucing liar, dan aku belajar adalah sungguh baik menyanyangi binatang. Di saat kamu mengira aku tak memperhatikanmu, aku melihat kamu membuat kue kesukaanku, dan aku belajar bahwa hal kecil pun dapat menjadi sesuatu yang special dalam hidup.

Di saat kamu mengira aku tak memperhatikanmu, aku mendengarmu mengucapkan doa, dan saya tahu di sana ada Tuhan yang selalu aku bisa ajak ngobrol dan aku belajar percaya dalam Tuhan. Di saat kamu mengira aku tak memperhatikanmu, aku melihat kamu membuatkan makanan dan membawanya kepada seorang teman yang sakit, dan aku belajar bahwa segala yang kita punya dapat dipakai untuk menolong sesama. Di saat kamu mengira aku tak memperhatikanmu, aku melihatmu memberikan waktumu dan uangmu untuk menolong orang yang tidak memiliki apapun dan aku belajar orang yang mempunyai sesuatu harus memberikan kepada yang tidak punya. Di saat kamu mengira aku tak memperhatikanmu, aku melihat kamu peduli dengan rumah kita dan kepada setiap orang di dalamnya dan aku belajar bahwa kita harus peduli pada apa yang diberikan kepada kita. Di saat kamu mengira aku tak memperhatikanmu, aku melihat bagaimana kamu memegang tanggung jawabmu, bahkan ketika kamu merasa tidak enak dan aku belajar bahwa aku akan menjadi orang bertanggung jawab ketika diriku semakin dewasa. Di saat kamu mengira aku tak memperhatikanmu, aku melihat air mata dari matamu, dan aku belajar bahwa kadang kala sesuatu itu menyakitkan dan tidak salah untuk tidak menangis. Di saat kamu mengira aku tak memperhatikanmu, aku melihat bahwa kamu peduli dan aku ingin menjadi segala sesuatu yang aku mampu. Di saat kamu mengira aku tidak memperhatikan, aku belajar paling banyak dari masalah hidup bahwa aku perlu mengetahui bagaimana menjadi orang yang baik dan produktif ketika diriku tumbuh dewasa. Di saat kamu mengira aku tidak memperhatikanmu, Aku mencarimu dan ingin mengatakan “Terima kasih untuk segala sesuatu yang aku lihat ketika kamu berpikir aku tidak memperhatikanmu.” Siapa Paling Jelek ??! by Julian Patra on Wednesday, 22 December 2010 at 10:32

Ada suatu kisah seorang santri yg menuntut ilmu pada seorang Kyai. Bertahun-tahun telah ia lewati hingga sampai pada suatu ujian terakhir. Ia menghadap Kyai untuk ujian tersebut. “Hai Fulan, kau telah menempuh semua tahapan belajar dan tinggal satu ujian, kalau kamu bisa menjawab berarti kamu lulus “, kata Kyai. “Baik pak Kyai, apa pertanyaannya ?” “Kamu cari orang atau mahkluk yang lebih jelek dari kamu, kamu aku beri

waktu tiga hari “. Akhirnya santri tersebut meninggalkan pondok untuk melaksanakan tugas dan mencari jawaban atas pertanyaan Kyai-nya. Hari pertama, sang santri bertemu dengan si Polan pemabuk berat yg dapat di katakan hampir tiap hari mabuk-mabukan. Santri berkata dalam hati, “Inilah orang yang lebih jelek dari saya. Aku telah beribadah puluhan tahun sedang dia mabuk-mabukan terus “. Tetapi sesampai ia di rumah, timbul pikirannya. “Belum tentu, sekarang Polan mabuk-mabukan siapa tahu pada akhir hayatnya Allah memberi Hidayah (petunjuk) dan dia Khusnul Khotimah dan aku sekarang baik banyak ibadah tetapi pada akhir hayat dikehendaki Suul Khotimah,bagaimana ? Dia belum tentu lebih jelek dari saya. Hari kedua, santri jalan keluar rumah dan ketemu dengan seekor anjing yg menjijikan rupanya, sudah bulunya kusut, kudisan dsb. Santri bergumam, “Ketemu sekarang yg lebih jelek dari aku. Anjing ini sudah haram dimakan, kudisan, jelek lagi ”. Santri gembira karena telah dapat jawaban atas pertanyaan gurunya. Waktu akan tidur sehabis „Isya, dia merenung, ”Anjing itu kalau mati, habis perkara dia. Dia tidak dimintai tanggung jawab atas perbuatannya oleh Allah, sedangkan aku akan dimintai pertanggung jawaban yg sangat berat yg kalau aku berbuat banyak dosa akan masuk neraka aku. “Aku tidak lebih baik dari anjing itu. Hari ketiga akhirnya santri menghadap Kyai. Kyai bertanya, “Sudah dapat jawabannya muridku ?” “Sudah guru”, santri menjawab. ” Ternyata orang yang paling jelek adalah saya guru”. Sang Kyai tersenyum, “Kamu aku nyatakan lulus”. Pelajaran yg dapat kita petik adalah: Selama kita masih sama-sama hidup kita tidak boleh sombong / merasa lebih baik dari orang/mahkluk lain. Yang berhak sombong adalah Allah SWT. Karena kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita nanti. Dengan demikian maka kita akan belajar berprasangka baik kepada orang / mahkluk lain yg sama-sama ciptaan Allah. Source : http://www.sepaku.net/nur-addin/7822-ada-suatu-kisah-seorang-santri-yg-menuntutilmu-pada-seorang-kyai.html Lihatlah Kueku Mama by Julian Patra on Friday, 17 December 2010 at 10:02

Hari ini ulang tahun pernikahan papa dan mama. Sejak sore mereka pergi dan akan makan malam di luar. Aku ingin membuat kue tart dari resep yang kudapat di sebuah majalah. Setelah dua belas tahun, inilah pertama kalinya aku belajar membuat kue. Aku akan mencoba membuat kue terbaik untuk kupersembahkan kepada papa dan mama di hari istimewa ini. Aku sudah membeli semua bahan yang diperlukan dan begitu mobil yang dikendarai apa dan mama keluar dari pagar rumah, aku segera berlari ke dapur untuk membuat kue.

Aku sangat sibuk dengan kueku sehingga tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Hari sudah malam dan mungkin sebentar lagi papa dan mama akan pulang. Aku mengangkat kueku dari oven. Aku mencicipinya dan lapisan luarnya terasa agak pahit karena gosong. Aku menarik nafas sambil memandang dapur yang berantakan. Blender dan mixer yang kotor, ada tepung yang bertaburan di lantai dan meja, ditambah lagi dengna mangkok-mangkok kotor yang belum sempat kubereskan, dan sebagainya. Mana yang lebih dahulu harus kukerjakan, apakah menyelesaikan lapisan coklat di kueku atau membereskan dapur yang berantakan. Akhirnya aku memutuskan untuk menyelesaikan kueku. Ketika kue ku selesai, aku mendengar suara mobil memasuki halaman rumah. Aku segera mematikan lampu dan berharap ketika papa dan mama masuk ke dapur akan senang dengan kejutanku. Benar saja, papa dan mama berjalan berdampingan menuju dapur dan ketika mereka sampai di pintu, aku menyalakan lampu sambil berteriak “Suprise …!” Mereka tersenyum dan aku memeluk mereka sambil mengucapkan selamat atas pernikahan indah mereka. Namun beberapa saat kemudian raut wajah mama berubah dan mama menjadi marah. “Coba lihat, apa yang sudah kau perbuat di dapur ini sehingga sangat berantakan. Sudah berapa kali mama katakan kepadamu untuk segera merapihkan sendiri segala sesuatu yang sudah kau buat menjadi kacau.” “Tetapi Ma …” Belum sempat aku menjelaskan semuanya, mama sudah berpaling berjalan menuju kamarnya sambil berkata, “Seharusnya mama mengawasimu merapikan semua ini sekarang juga, tetapi sekarang mama sedang kesal. Besok pagi mama mau semuanya sudah rapih.” “Sayang, coba lihat ke meja itu,” kata papa mencoba meredakan amarah mama. “Aku tahu bahwa meja itu juga sangat berantakan dan aku juga tidak akan tahan melihatnya,” kata mama sambil berjalan. Aku dan papa hanya terdiam. Aku menangis dan memeluk papa sambil berkata, “Pa, bahkan mama tidak melirik sedikit pun ke kue itu.” Papa membelai rambutku sambil berkata, “Sayang, banyak orang tua menderita penyakit situational timberculer glaucoba - ketidakmampuan melihat gambaran secara menyeluruh karena terpengaruh oleh hal-hal kecil, dan itu yang terjadi kepada mama. Besok setelah mama tahu kau membuat kue untuknya, hatinya pasti akan terharu.” Kita seringkali gagal melihat motivasi baik yang terbungkus oleh suatu keadaan yang buruk. Situational timberculer glaucoba membutakan kita sehingga kita tidak bisa melihat bentuk cinta kasih atau penghargaan yang dipersiapkan oleh orang-orang yang kita kasihi. Ada seorang ibu yang mencubit anaknya hingga memar karena anaknya memecahkan dua buah piring yang akan dicucinya. Manakah yang lebih berharga, terbentuknya kerajinan anak atau harga dua buah piring yang pecah itu ? Jangan lukai perasaan orang yang kita kasihi karena hal-hal yang kecil, telusuri motivasi awal mereka ketika melakukan suatu hal kemudian bimbing mereka untuk melakukannya dengan cara yang lebih baik. Source : http://bolonblog.blogspot.com/2009/11/lihatlah-kueku-mama.html Kata-Kata Kasar

by Julian Patra on Thursday, 16 December 2010 at 11:07

Saya menabrak seorang yang tidak dikenal ketika ia lewat. “Oh, maafkan saya” adalah reaksi saya. Ia berkata, “Maafkan saya juga; Saya tidak melihat Anda.” Orang tidak dikenal itu, juga saya, berlaku sangat sopan. Akhirnya kami berpisah dan mengucapkan selamat tinggal. Namun cerita lainnya terjadi di rumah, lihat bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang kita kasihi, orang tua dan anak muda. Pada hari itu juga, saat saya tengah memasak makan malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di samping saya. Ketika saya berbalik, hampir saja saya membuatnya jatuh. “Minggir,” kata saya dengan marah. Ia pergi, hati kecilnya hancur. Saya tidak menyadari betapa kasarnya kata-kata saya kepadanya. Ketika saya berbaring di tempat tidur, dengan halus Tuhan berbicara padaku, “Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, kesopanan kamu gunakan, tetapi anak-anak yang engkau kasihi, sepertinya engkau perlakukan dengan sewenang-wenang. Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan beberapa kuntum bunga dekat pintu. Bunga-bunga tersebut telah dipetik sendiri oleh anakmu; merah muda, kuning dan biru. Anakmu berdiri tanpa suara supaya tidak menggagalkan kejutan yang akan ia buat bagimu, dan kamu bahkan tidak melihat matanya yang basah saat itu.” Seketika aku merasa malu, dan sekarang air mataku mulai menetes. Saya pelan-pelan pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat tidurnya, “Bangun, nak, bangun,” kataku. “Apakah bunga-bunga ini engkau petik untukku?” Ia tersenyum, ” Aku menemukannya jatuh dari pohon. “Aku mengambil bunga-bunga ini karena mereka cantik seperti Ibu. Aku tahu Ibu akan menyukainya, terutama yang berwarna biru.” Aku berkata, “Anakku, Ibu sangat menyesal karena telah kasar padamu; Ibu seharusnya tidak membentakmu seperti tadi.” Si kecilku berkata, “Oh, Ibu, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu.” Aku pun membalas, “Anakku, aku mencintaimu juga, dan aku benar-benar menyukai bunga-bunga ini, apalagi yang biru.” Apakah anda menyadari bahwa jika kita mati besok, perusahaan di mana kita bekerja sekarang bisa saja dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari? Tetapi keluarga yang kita tinggalkan akan merasakan kehilangan selama sisa hidup mereka.

Mari kita renungkan, kita melibatkan diri lebih dalam kepada pekerjaan kita ketimbang keluarga kita sendiri, suatu investasi yang tentunya kurang bijaksana, bukan? Jadi apakah anda telah memahami apa tujuan cerita di atas? Apakah anda tahu apa arti kata KELUARGA? Dalam bahasa Inggris, KELUARGA = FAMILY. FAMILY = (F)ATHER (A)ND (M)OTHER, (I), (L)OVE, (Y)OU Source : http://www.oocities.com/warsunnajib/Warsun2file/kesopanan.htm Barang Milikku yang Paling Berharga adalah Kamu by Julian Patra on Wednesday, 15 December 2010 at 14:23

Aku sangat menyukai ucapan mama : “Barang milikku yang paling berharga adalah kamu!” Ucapan yang sangat menyejukkan hati, dan sampai sekarang aku masih mengingatnya... Papa dan mama menikah karena dijodohkan orang tua, demikianlah yang dialami para mudamudi di zaman itu, tapi hal ini sudah umum, tapi di zaman sekarang peristiwa itu sudah jarang terjadi, kebanyakan adalah hasil pilihan sendiri. Tapi mama sangat mencintai papa, demikian juga dengan papa dan tampak selalu mesra, akur bagaikan pasangan cinta sejoli. Sangat sulit dibayangkan bahwa pernikahan mereka pernah diterjang badai! Badai itu nyaris memisahkan mereka. hanya karena emosi sesaat saja! Papa dan mama bekerja di instansi yang sama, oleh karena itu setiap hari berangkat dan pulang bersama. Suatu hari mereka kerja lembur, hingga pukul 2.00 dinihari dan baru pulang ke rumah. Papa sangat letih dan lapar, sampai dirumah tidak ada makanan maupun minuman yang siap disaji. Papa yang lapar minta mama untuk menyiapkan makanan dan minuman. Beberapa hari belakangan ini emosi mama memang tidak stabil, ditambah lagi dengan adanya lembur, badan dan pikiran sungguh melelahkan, sehigga dengan kondisi yang labil itu, mama spontan menjawab dengan nada keras, Mau makan dan minum, memangnya tidak bisa masak sendiri? Apa tidak punya tangan dan kaki lagi, ya? Karena papa juga terlalu capek, dan langsung menjawab dengan acuh tak acuh, “kamu ini isteriku, memasak adalah sudah menjadi kewajibanmu!”

Mama langsung merespon, “tengah malam begini mau masak apa? Sudah lewat waktunya makan, orang laki seharusnya lebih kuat dari pada perempuan!” Mendengar itu, marahlah papa, beliau langsung berteriak dengan emosi, “kamu salah makan obat apa kemarin? Mau sengaja cari ribut,ya? Istri memasak untuk suami adalah wajar, kenapa harus tergantung pada waktu? Kamu tidak senang, ya? Kalau tidak senang, kamu pergi saja sekarang dari rumah ini!!!” Mama tidak menyangka akan menerima reaksi yang begitu keras. Setelah terdiam sesaat, mama kemudian berkata sambil menitikkan air mata, “kamu ingin aku pergi…….. aku akan pergi sekarang!” Mama segera kembali ke kamar untuk mengemasi barang-barangnya. Melihat mama masuk kamar dan berkemas- kemas, papa berkata kepada mama yang membelakanginya, “bagus! Pergi sana! Ambil semua barang-barangmu dan jangan kembali lagi!” Beberapa saat kemudian suasana menjadi sunyi senyap, tak ada kata-kata kebencian lagi yang muncul, menit demi menit berlalu, tapi mama tetap tak kunjung keluar dari kamar. Merasakan keanehan itu, papa kemudian menyusul masuk kamar dan melihat mama sedang duduk di ranjang penuh dengan linangan air mata. Sambil menatap koper kulit besar yang masih tergeletak di atas ranjang. Melihat papa datang, dengan terisak-isak mama berkata, “duduklah di atas koper kulit itu, supaya aku boleh mengenang masa-masa perpisahan kita yang terakhir.” Merasa aneh, maka dengan sendu papa akhirnya tidak tahan juga untuk tidak bertanya, ” “untuk apa?” Sambil menangis dengan terputus-putus mama berkata, “emas dan perak aku tidak memilikinya,” tapi milikku yang paling berharga adalah kamu!” Kamu dan anak-anakku, aku tidak memiliki apapun...” Meskipun kejadian itu telah lewat lama sekali, tapi aku masih mengingatnya terus sampai sekarang. Apalagi ketika mama mengucapkan kata-kata terakhir itu, papa merasa sangat tergoncang, sejak malam itu, papa telah diubah dan telah menjadi sangat hormat dan sayang kepada mama. Menggandeng tangan anak-anak, merangkul mama serta senantiasa saling berpelukan. Kelak aku juga bercita- cita ingin mendapatkan pasangan yang seperti papa. Kehidupan apapun yang kita jalani ini, itu tidaklah penting; tapi yang terpenting adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapi hidup ini, terutama disaat-saat badai itu muncul.” Source : http://newmasgun.blogspot.com/2010/01/kamu-milikku-yang-paling-berharga.html Makna Kehidupan by Julian Patra on Monday, 13 December 2010 at 14:21

Tuhan yang Maha Baik memberi kita ikan, tetapi kita harus mengail untuk mendapatkannya. Demikian juga jika kamu terus menunggu waktu yang tepat, mungkin

kamu tidak akan pernah mulai. Mulailah sekarang… mulailah di mana kamu berada sekarang dengan apa adanya. Jangan pernah pikirkan kenapa kita memilih seseorang untuk dicintai, tapi sadarilah bahwa cintalah yang memilih kita untuk mencintainya. Perkawinan memang memiliki banyak kesusahan, tetapi kehidupan lajang juga memiliki sukaduka. Buka mata kamu lebar-lebar sebelum menikah, dan biarkan mata kamu setengah terpejam sesudahnya. Menikahi wanita atau pria karena kecantikannya atau ketampanannya sama seperti membeli rumah karena lapisan catnya. Harta milik yang paling berharga bagi seorang pria di dunia ini adalah hati seorang wanita. Begitu juga sebaliknya. Persahabatan, persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga Persahabatan sejati layaknya kesehatan, nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya. Seorang sahabat adalah yang dapat mendengarkan lagu di dalam hatimu dan akan menyanyikan kembali tatkala kau lupa akan bait-baitnya. Rasa hormat tidak selalu membawa kepada persahabatan, tapi jangan pernah menyesal untuk bertemu dengan orang lain… tapi menyesal-lah jika orang itu menyesal bertemu dengan kamu. Bertemanlah dengan orang yang suka membela kebenaran. Dialah hiasan dikala kamu senang dan perisai diwaktu kamu susah. Namun kamu tidak akan pernah memiliki seorang teman, jika kamu mengharapkan seseorang tanpa kesalahan. Karena semua manusia itu baik kalau kamu bisa melihat kebaikannya dan menyenangkan kalau kamu bisa melihat keunikannya tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan kalau kamu tidak bisa melihat keduanya. Begitu juga Kebijakan, Kebijakan itu seperti cairan, kegunaannya terletak pada penerapan yang benar, orang pintar bisa gagal karena ia memikirkan terlalu banyak hal, sedangkan orang bodoh sering kali berhasil dengan melakukan tindakan tepat. Dan Kebijakan sejati tidak datang dari pikiran kita saja, tetapi juga berdasarkan pada perasaan dan fakta. Tak seorang pun sempurna. Mereka yang mau belajar dari kesalahan adalah bijak. Menyedihkan melihat orang berkeras bahwa mereka benar meskipun terbukti salah. Apa yang berada di belakang kita dan apa yang berada di depan kita adalah perkara kecil berbanding dengan apa yang berada di dalam kita. Kamu tak bisa mengubah masa lalu…. tetapi dapat menghancurkan masa kini dengan mengkhawatirkan masa depan. Bila Kamu mengisi hati kamu …. dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan, Kamu tak memiliki hari ini untuk kamu syukuri. Jika kamu berpikir tentang hari kemarin tanpa rasa penyesalan dan hari esok tanpa rasa takut, berarti kamu sudah berada di jalan yang benar menuju sukses.

Source : http://www.andeka.co.cc/2008/10/tuhan-yang-mahabaik-memberi-kita-ikan.html Kisah Kelima Jari by Julian Patra on Sunday, 12 December 2010 at 09:32

Kelima jari terdiri dari Jempol, Telunjuk, Jari Tengah, Jari Manis, dan Kelingking. Si Jempol berbangga hati karena meskipun dia pendek dan gemuk, dia adalah Si Ibu Jari. Apapun yang sifatnya bagus dan istimewa, dia yang bekerja. Dengan mengacungkan Jempol, orang-orang tahu bahwa sesuatu adalah istimewa. Iya kan? Si Telunjuk berbangga hati karena dia menunjukkan kekuasaan. Bukankah orang menyuruh seseorang menggunakan telunjuknya? Si Jari Tengah berbangga hati karena dia yang paling tinggi. Siapa yang dapat menyangkal? Si Jari Manis berbangga hati karena dia yang paling manis. Bukankah cincin yang indah pun dilingkarkannya di jari manis? Bagaimana dengan Si Kelingking? Si Kelingking tidak istimewa, tidak gemuk, tidak tinggi, tidak berkuasa, tidak manis pula. Apanya yang bisa dibanggakan? Sungguhkah Si Kelingking tidak berharga? Tapi Tuhan memang Maha Adil. Jempol yang istimewa, Telunjuk yang berkuasa, Jari Tengah yang paling tinggi, dan Jari Manis yang manis tidak bisa bekerja sendirian. Cobalah suruh mereka menyuapkan nasi, tidak akan bisa mereka lakukan sendiri. Kerja sama dua jari juga masih sulit. Kerja sama tiga ataupun empat jari mungkin bisa tapi tidak akan maksimal. Nah, kerjasama lima jari bersama dengan kelingking, barulah sempurna. Si Kelingking yang sekilas tidak memiliki kelebihan apa-apa, tampil sebagai penyempurna. Intinya adalah kerja sama itu indah. Jika kita mampu mengalahkan ego kita masingmasing dan mau menghargai serta bekerjasama dengan orang lain, maka hidup terasa lebih mudah dan dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Orang yang sekilas terlihat lemah bukan berarti tidak memiliki kelebihan, bukan berarti pula harus kita sisihkan. Yang perlu dilakukan adalah meletakkannya pada tempat yang tepat sehingga semuanya menjadi indah luar biasa. Source : http://diary-cha.blogspot.com/2009/10/kisah-kelima-jari.html Ongkos ke Akhirat by Julian Patra on Saturday, 11 December 2010 at 07:59

Saya menemui Ibu Ela di rumahnya, depan mesjid jami Al Hidayah di Darmaga Lonceng, Bogor. Menemuinya tidak butuh waktu lama, karena hampir semua orang di dekat mesjid itu kenal Ibu Ela. Rumahnya ada di dalam gang, sedikit di bibir sungai. Saya mengucap salam dan dijawab oleh tetangganya. Mas.. cari bu Ela ya? Iya,orangnya ada Bu? tanya saya. Oh.. dia lagi di sungai" kata ibu tadi. Ngapain Bu..?? saya bertanya lagi. Mungkin sedang mencuci pakaian, pikir saya. Memang kerjaannya tiap hari ke sungai, mungutin sampah-sampah plastic dari botol kemasan sabun atau shampoo, bentar lagi juga pulang" Jawab ibu tadi panjang lebar. Informasi yang saya terima ternyata benar adanya. Ibu Ela adalah wanita yang pekerjaannya memang mengumpullkan sampah plastic dari kemasan. Cuma saya tidak terbayang, bahwa untuk memperolehnya, dia harus memungut di sungai. Tak beberapa lama, datang wanita paruh baya, kurus, rambutnya diikat ke belakang, banyak warna putihnya. Ibu Ela. Mengenakan baju bergambar salah satu calon presiden dan wakil presiden pada pemilihan presiden tahun 2004 lalu. Saya langsung menyapa. "Assalamu"alaikum".. Wa'alaikum salam. Ada apa ya Pak?? tanya Ibu Ela.. 'Saya dari tabloid An Nuur, mendapat cerita dari seseorang untuk menemui Ibu. Kami mau wawancara sebentar, boleh Bu?' saya menjelaskan, dan mengunakan Tabloid An Nuur sebagai penyamaran. Oh.. boleh, silahkan masuk! Ibu Ela, masuk lewat pintu belakang. Saya menunggu di depan. Tak beberapa lama, lampu listrik di ruang tengahnya nyala, dan pintu depan pun dibuka. 'Silahkan masuk!' Saya masuk ke dalam ruang tamu yang diisi oleh dua kursi kayu yang sudah reot. Tempat dudukannya busa yang sudah bolong di bagian pinggir. Rupanya Ibu Ela hanya menyalakan lampu listrik jika ada tamu saja. Kalau rumahnya ditinggalkan, listrik biasa dimatikan. Berhemat katanya. Sebentar ya Pak, saya ambil air minum dulu!' kata Ibu Ela. Yang dimaksud Ibu Ela dengan ambil air minum adalah menyalakan tungku dengan kayu bakar dan di atasnya ada sebuah panci yang diisi air. Ibu Ela harus memasak air dulu untuk menyediakan air minum bagi tamunya. 'Iya Bu.. ngga usah repot-repot...! Kata saya ngga enak. Kami pun mulai ngobrol, atau wawancara. Ibu Ela ini usianya 54 tahun, pekerjaan utamanya mengumpulkan plastic dan menjualnya seharga Rp 7.000 per kilo. Ketika saya Tanya aktivitasnya selain mencari plastic, Mengaji, katanya.'Hari apa aja Bu??? Tanya saya. Hari senin, selasa, rabu, kamis, sabtu' jawabnya. Hari Jum'at dan Minggu adalah hari untuk menemani Ibu yang dirawat di rumahnya. Oh.. jadi mengaji rupanya yang jadi aktivitas paling banyak. Ternyata dalam pengajian itu, biasanya ibuibu pengajian yang pasti mendapat minuman kemasan, secara sukarela dan otomatis akan

mengumpulkan gelas kemasan air mineral dalam plastik dan menjadi oleh-oleh untuk Ibu Ela. Hmm, sambil menyelam minum air rupanya. Sambil mengaji dapat plastik. Saya tanya lagi, Paling jauh pengajiannya dimana Bu?? ? Di dekat terminal Bubulak, ada mesjid taklim tiap Sabtu. Saya selalu hadir; ustadznya bagus sih" kata Ibu Ela. 'Kesana naik mobil dong..?? tanya saya. 'Saya jalan kaki' kata Ibu Ela 'Kok jalan kaki??? tanya saya penasaran. Penghasilan Ibu Ela sekitar Rp 7.000 sehari. Saya mau tahu alokasi uang itu untuk kehidupan sehari-harinya. Bingung juga bagaimana bisa hidup dengan uang Rp 7.000 sehari. 'Iya.. mas, saya jalan kaki dari dini. Ada jalan pintas, walaupun harus lewat sawah dan jalan kecil. Kalau saya jalan kaki, khan saya punya sisa uang Rp 2.000 yang harusnya buat ongkos, nah itu saya sisihkan untuk sedekah ke ustadz" Ibu Ela menjelaskan. 'Maksudnya, uang Rp 2.000 itu Ibu kasih ke pak Ustadz?? Saya melongo. Khan Ibu ngga punya uang, gumam saya dalam hati. 'Iya, yang Rp 2.000 saya kasih ke Pak Ustadz buat sedekah.' Kata Ibu Ela, datar. 'Kenapa Bu, kok dikasihin?? saya masih bengong. 'Soalnya, kalau saya sedekahkan, uang Rp 2.000 itu udah pasti milik saya di akherat, dicatet sama Allah. Kalau uang sisa yang saya miliki bisa aja rezeki orang lain, mungkin rezeki tukang beras, tukang gula, tukang minyak tanah. Ibu Ela menjelaskan, kedengarannya jadi seperti pakar pengelolaan keuangan keluarga yang hebat. Dzig! Saya seperti ditonjok Cris John. Telak! Ada rambut yang serempak berdiri di tengkuk dan tangan saya. Saya Merinding! Ibu Ela tidak tahu kalau dia berhadapan dengan saya, seorang sarjana ekonomi yang seumur-umur belum pernah menemukan teori pengelolaan keuangan seperti itu. Jadi, Ibu Ela menyisihkan uangnya, Rp 2.000 dari Rp 7.000 sehari untuk disedekahkan kepada sebuah majlis karena berpikiran bahwa itulah yang akan menjadi haknya di akherat kelak. Wawancara yang sebenarnya jadi-jadian itu pun segera berakhir. Saya pamit dan menyampaikan bahwa kalau sudah dimuat, saya akan menemui Ibu Ela kembali, mungkin minggu depan. Saya sebenarnya on mission, mencari orang-orang seperti Ibu Ela yang cerita hidupnya bisa membuat merinding.. Saya sudah menemukan kekuatan dibalik kesederhanaan. Keteguhan yang menghasilkan kesabaran. Ibu Ela terpilih untuk mendapatkan sesuatu yang istimewa dan tak terduga. Minggu depannya, saya datang kembali ke Ibu Ela, kali ini bersama dengan kru televisi dan seorang presenter kondang yang mengenakan tuxedo, topi tinggi, wajahnya dihiasai janggut palsu, mengenakan kaca mata hitam dan selalu membawa tongkat. Namanya Mr. EM (Easy Money) Kru yang bersama saya adalah kru Uang Kaget, program di RCTI yang telah memilih Ibu Ela sebagai ? bintang? di salah satu episode yang menurut saya salah satu yang terbaik. Saya mengetahuinya, karena dibalik kacamata hitamnya, Mr. EM seringkali tidak kuasa menahan air mata yang membuat matanya berkaca-kaca. Tidak terlihat di televisi, tapi saya merasakannya. Ibu Ela mendapatkan ganti Rp 2.000 yang disedekahkannya dengan Rp 10 juta dari uang kaget. Entah berapa yang Allah ganti di akherat kelak. Ibu Ela membeli beras, kulkas, makanan, dll untuk melengkapi rumahnya. Entah apa yang dibelikan Allah untuk rumah indahnya di akherat kelak... Sudahkah kita menyisihkan ongkos ke akherat? baban sarbana (a true story)

Source : http://adisulistyo.wordpress.com/2010/08/11/ongkos-ke-akhirat/ Belajar dari Kematian by Julian Patra on Wednesday, 8 December 2010 at 13:33

Musim panas merupakan ujian yang cukup berat. Terutama bagi muslimah, untuk tetap mempertahankan pakaian kesopanannnya. Gerah dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan akhlak. Berbeda dengan musim dingin, dengan menutup telinga dan leher kehangatan badan bisa dijaga. Jilbab bisa sebagai multi fungsi. Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, Cairo-Alexandria; di sebuah mikrobus. Ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat. Karena menantang kesopanan. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang „perhatian' kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial. Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan. " Maaf Nona, apa Anda tidak takut terjadi sesuatu yang tidak baik menimpa Anda dengan berpakaian seminim ini ? ", " maksud bapak apa ? suka-suka saya, begini ini kan hak saya, saya mau pakai baju atau mau telanjang itu semua hak prerogatif saya ! ", " tapi kan Non kelihatannya kurang sopan dilihat dan aturan agama pun melarang ". Dengan ketersinggungan yang sangat ia mengekspresikan kemarahannya. Karena merasa privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang. "Oke, Oke kalau begitu , Jika memang bapak yang benar, ini ponsel saya, tolong lapor ke Tuhan Anda dan Tolong pesankan saya, tempat di neraka , sekarang juga !! Sebuah respon yang sangat frontal. Dan sang bapak pun hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah. Detik-detik berikutnya suasana pun hening. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpinya. Tak terkecuali perempuan muda itu. Hingga sampailah perjalanan di penghujung tujuan. Di terminal akhir mikrobus Alexandria. Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun.

Tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tertidur. Ia berada di dekat pintu keluar. "Bangunkan saja!" begitu kira-kira permintaan para penumpang. Tahukah apa yang terjadi. Perempuan muda tersebut benar-benar tak bangun lagi. Ia menemui ajalnya. Dan seisi mikrobus tersebut terus beristighfar, menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk disampingnya. Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam keadaan menantang Tuhan Sahabat ... Kematian itu PASTI datangnya... Cukuplah kematian sebagai pelajaran buat kita Cukuplah kematian sebagai nasehat buat kita Kemanapun kita pergi... Kepada siapapun kita berlindung... Dengan apapun kita menghindar... Bila sudah saatnya KEMATIAN datang... Kita tidak bisa pergi, berlindung atau menghindar... "Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu KEMATIAN!" (HR. Tirmidzi) Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan. # Kematian mengingatkan bahwa WAKTU SANGAT BERHARGA Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat, Allah swt dalam FirmanNya : "Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)." (AlAnbiya :1) Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, "Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan." Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan. "Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: „Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul...." (Ibrahim :44) # Kematian mengingatkan bahwa KITA BUKAN SIAPA-SIAPA Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan „habis', usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya. Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir. Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai

orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan ke dalam laci-laci peran. Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian. # Kematian mengingatkan bahwa KITA TAK MEMILIKI APA-APA Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu. Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang. Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga. Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan. # Kematian mengingatkan bahwa HIDUP ADALAH SEMENTARA Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini. Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir. # Kematian mengingatkan bahwa HIDUP BEGITU BERHARGA Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguhsungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan. Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah Al-Qashash ayat 77, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia..." dengan menyebut, "Ad-Dun-ya mazra'atul akhirah." (Dunia adalah ladang buat akhirat) Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan. Source : http://urusan-kumpulanartikel.blogspot.com/2010/06/belajar-dari-kematian.html It's Your Choice

by Julian Patra on Tuesday, 7 December 2010 at 09:30

Ambilah waktu untuk berfikir Itu adalah sumber kekuatan......... Ambilah waktu untuk bermain Itu rahasia dari masa muda yang abadi...... Ambilah waktu untuk membaca Itu adalah sumber kebijaksanaan........ Ambilah waktu untuk berdoa Itu adalah kekuatan terbesar di bumi.......... Ambilah waktu untuk mencintai dan dicintai Itu adalah hak istimewa yang diberikan Sang Pencipta.......... Ambilah waktu untuk bersahabat Itu adalah jalan menuju kebahagiaan........ Ambilah waktu untuk tertawa Itu adalah musik yang menggetarkan jiwa.......... Ambilah waktu untuk memberi Itu adalah hari yang sangat singkat untuk kepentingan diri sendiri............ Ambilah waktu untuk bekerja Itu adalah nilai keberhasilan............. Ambilah waktu untuk beriman Itu adalah kunci menuju surga-Nya.......... Kisah Besi dan Air by Julian Patra on Monday, 6 December 2010 at 11:08

Ada2 benda yang bersahabat karib yaitu besi dan air.

Besi seringkali berbangga akan dirinya sendiri. Ia sering menyombong kepada sahabatnya : "Lihat ini aku, kuat dan keras. Aku tidak seperti kamu yang lemah dan lunak" Air hanya diam saja mendengar tingkah sahabatnya. Suatu hari besi menantang air berlomba untuk menembus suatu gua dan mengatasi segala rintangan yang ada di sana. Aturannya : "Barang siapa dapat melewati gua itu dengan selamat tanpa terluka maka ia dinyatakan menang" Besi dan air pun mulai berlomba : Rintangan pertama mereka ialah mereka harus melalui penjaga gua itu yaitu batu-batu yang keras dan tajam. Besi mulai menunjukkan kekuatannya, Ia menabrakkan dirinya ke batu-batuan itu.Tetapi karena kekerasannya batu-batuan itu mulai runtuh menyerangnya dan besipun banyak terluka di sana sini karena melawan batu-batuan itu. Air melakukan tugasnya ia menetes sedikit demi sedikit untuk melawan bebatuan itu, ia lembut mengikis bebatuan itu sehingga bebatuan lainnya tidak terganggu dan tidak menyadarinya, ia hanya melubangi seperlunya saja untuk lewat tetapi tidak merusak lainnya. Score air dan besi 1 : 0 untuk rintangan ini. Rintangan kedua mereka ialah mereka harus melalui berbagai celah sempit untuk tiba di dasar gua. Besi merasakan kekuatannya, ia mengubah dirinya menjadi mata bor yang kuat dan ia mulai berputar untuk menembus celah-celah itu. Tetapi celah-celah itu ternyata cukup sulit untuk ditembus, semakin keras ia berputar memang celah itu semakin hancur tetapi iapun juga semakin terluka. Air dengan santainya merubah dirinya mengikuti bentuk celah-celah itu. Ia mengalir santai dan karena bentuknya yang bisa berubah ia bisa dengan leluasa tanpa terluka mengalir melalui celah-celah itu dan tiba dengan cepat didasar gua. Score air dan besi 2 : 0 Rintangan ketiga ialah mereka harus dapat melewati suatu lembah dan tiba di luar gua besi kesulitan mengatasi rintangan ini, ia tidak tahu harus berbuat apa, akhirnya ia berkata kepada air : "Score kita 2 : 0, aku akan mengakui kehebatanmu jika engkau dapat melalui rintangan terakhir ini !" Airpun segera menggenang sebenarnya ia pun kesulitan mengatasi rintangan ini,tetapi kemudian ia membiarkan sang matahari membantunya untuk menguap. Ia terbang dengan ringan menjadi awan, kemudian ia meminta bantuan angin untuk meniupnya kesebarang dan mengembunkannya. Maka air turun sebagai hujan. Air menang telak atas besi dengan score 3 : 0

RENUNGAN SINGKAT : Jadikanlah hidupmu seperti air Ia dapat memperoleh sesuatu dengan kelembutannya tanpa merusak dan mengacaukan karena dengan sedikit demi sedikit ia bergerak tetapi ia dapat menembus bebatuan yang keras. Ingat hati seseorang hanya dapat dibuka dengan kelembutan dan kasih bukan dengan paksaan dan kekerasan. Kekerasan hanya menimbulkan dendam dan paksaan hanya menimbulkan keinginan untuk membela diri. Air selalu merubah bentuknya sesuai dengan lingkungannya, ia flexibel dan tidak kaku karena itu ia dapat diterima oleh lingkungannya dan tidak ada yang bertentangan dengan dia. Air tidak putus asa, Ia tetap mengalir meskipun melalui celah terkecil sekalipun. Ia tidak putus asa. Dan sekalipun air mengalami suatu kemustahilan untuk mengatasi masalahnya, padanya masih dikaruniakan kemampuan untuk merubah diri menjadi uap (Inilah Mujizat ) Believe it friend.....! !!! Source : http://renungan-harian-kita.blogspot.com/2008/12/kisah-besi-dan-air.html Seberapa Lama Akar Itu Tertanam? by Julian Patra on Sunday, 5 December 2010 at 09:48

Pada suatu hari seorang tua yang bijaksana berjalan melalui hutan bersama seorang muda yang terkenal tidak bertanggung jawab dan kepala batu. Orang tua itu menghentikan langkahnya, lalu menunjuk sebuah pohon yang masih kecil. "Cabutlah pohon itu," katanya. Segara pemuda itu membungkuk, dan hanya dengan dua jari saja ia dengan mudah dapat mencabut pohon itu. Setelah berjalan lebih jauh lagi, orang tua itu berhenti di depan sebuah pohon yang agak besar. "Coba cabut pohon ini," katanya. Sekali lagi pemuda itu menuruti perintahnya, namun kali ini dia menggunakan kedua tangannya dan dengan sekuat tenaga mencabut akar pohon itu. Akhirnya, mereka berhenti lagi di depan sebuah pohon yang sangat besar. "Sekarang, cabutlah pohon ini!" perintahnya lagi. "Wah, itu tidak mungkin!" protes pemuda itu.

"Aku tidak dapat mencabut pohon sebesar ini. Untuk memindahkannya diperlukan sebuah buldoser." "Engkau benar sekali," Jawab orang tua itu. "Kebiasaan, entah baik ataupun buruk, sama seperti pohon-pohon itu. Kebiasaan yang belum berakar dalam seperti pohon yang masih sangat kecil, dapat dicabut dengan sangat mudah. Kebiasaan yang akarnya mulai mendalam seperti pohon yang sudah agak besar; untuk mencabutnya diperlukan usaha dan tenaga yang kuat. Kebiasaan yang sudah sangat lama telah berakar sangat dalam, sehingga orang itu sendiri tidak bisa lagi mencabutnya. Jagalah dirimu agar kebiasaan yang sedang engkau tanamkan adalah kebiasaan-kebiasaan baik." Coba ambil waktu dan selidiki hati Anda. Adakah kebiasaan buruk Anda yang masih sangat kecil tertanam di hati Anda? Adakah „pohon‟ buruk yang sudah agak besar? Yang lebih penting, adakah „pohon‟ besar yang sudah tertanam begitu lama? Jika ada, carilah penyelesaian masalah atas kebiasaan buruk Anda. Tanya orang lain yang menurut Anda bisa dipercaya dan mampu menyelesaikan masalah. Tidak hanya itu, berdoa kepada Tuhan merupakan obat bagi penyelesaian masalah Anda. Ubah sedikit demi sedikit perilaku yang buruk menjadi baik. Walau sesekali Anda gagal, terus ulangi. Dengan sikap ingin berubah yang total, Anda bisa membuang „akar‟ jelek tersebut. Source : http://www.indofx-traders.com/topic4571.html?view=previous "Mengapa Saya?" (Kisah Nyata) by Julian Patra on Thursday, 2 December 2010 at 10:12

Arthur Ashe adalah petenis kulit hitam dari Amerika yang memenangkan tiga gelar juara Grand Slam; Amerika Open (1968), Australia Open (1970), dan Wimbledon (1975). Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yg mengharuskannya menjalani operasi by pass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima. Seorang penggemar menulis surat padanya, "Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?" Ashe menjawab, "Di dunia ini ada 50 juta anak yang ingin bermain tenis, di antaranya 5 juta orang yang bisa belajar bermain tenis, 500 ribu belajar menjadi pemain tenis profesional, 50 ribu datang ke arena untuk bertanding, 5.000 mencapai turnamen grand slam, 50 orang berhasil sampai ke Wimbledon, empat orang di semi final, dua orang berlaga di final. Dan ketika saya mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan, 'Mengapa saya?'

Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan, 'Mengapa saya?'" (*note ini di kutip dari milist Parileg ) Sahabat, sadar atau tidak, kerap kali kita merasa hanya pantas menerima hal-hal baik dalam hidup ini; kesuksesan, karier yang mulus, kesehatan. Ketika yang kita terima justru sebaliknya; penyakit, kesulitan, kegagalan, kita menganggap Tuhan tidak adil. Sehingga kita merasa berhak untuk menggugat Tuhan. Namun Ashe, tidak demikian. Itulah cerminan hidup beriman; tetap teguh dalam pengharapan, pun bila beban hidup menekan berat. Ketika menerima sesuatu yang buruk ingatlah saat-saat ketika kita menerima yang baik. "Mengapa Saya?" (Kisah Nyata) by Julian Patra on Thursday, 2 December 2010 at 10:12

Arthur Ashe adalah petenis kulit hitam dari Amerika yang memenangkan tiga gelar juara Grand Slam; Amerika Open (1968), Australia Open (1970), dan Wimbledon (1975). Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yg mengharuskannya menjalani operasi by pass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima. Seorang penggemar menulis surat padanya, "Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?" Ashe menjawab, "Di dunia ini ada 50 juta anak yang ingin bermain tenis, di antaranya 5 juta orang yang bisa belajar bermain tenis, 500 ribu belajar menjadi pemain tenis profesional, 50 ribu datang ke arena untuk bertanding, 5.000 mencapai turnamen grand slam, 50 orang berhasil sampai ke Wimbledon, empat orang di semi final, dua orang berlaga di final. Dan ketika saya mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan, 'Mengapa saya?' Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan, 'Mengapa saya?'" (*note ini di kutip dari milist Parileg ) Sahabat, sadar atau tidak, kerap kali kita merasa hanya pantas menerima hal-hal baik dalam hidup ini; kesuksesan, karier yang mulus, kesehatan.

Ketika yang kita terima justru sebaliknya; penyakit, kesulitan, kegagalan, kita menganggap Tuhan tidak adil. Sehingga kita merasa berhak untuk menggugat Tuhan. Namun Ashe, tidak demikian. Itulah cerminan hidup beriman; tetap teguh dalam pengharapan, pun bila beban hidup menekan berat. Ketika menerima sesuatu yang buruk ingatlah saat-saat ketika kita menerima yang baik. Kita Bahagia Bila ... by Julian Patra on Tuesday, 30 November 2010 at 09:37

Manusia bahagia bila ia bisa membuka mata. Untuk menyadari bahwa ia memiliki banyak hal yang berarti. Manusia bisa bahagia bila ia mau membuka mata hati. Untuk menyadari, betapa ia dicintai. Manusia bisa bahagia, bila ia mau membuka diri. Agar orang lain bisa mencintainya dengan tulus. Manusia tidak bahagia karena tidak mau membuka hati, berusaha meraih yang tidak dapat diraih, memaksa untuk mendapatkan segala yang diinginkan, tidak mau menerima dan mensyukuri yang ada. Manusia buta, karena egois dan hanya memikirkan diri, tidak sadar bahwa ia begitu dicintai, tidak sadar bahwa saat ini, apa yang ada adalah baik, selalu berusaha meraih lebih, dan tidak mau sadar karena serakah. Ada teman yang begitu mencintai, namun tidak diindahkan, karena memilih, menilai dan menghakimi sendiri. Memilih teman dan mencari-cari, padahal di depan mata ada teman yang sejati. Telah memiliki segala yang terbaik, namun serakah, ingin dirinya yang paling diperhatikan, paling disayang, selalu menjadi pusat perhatian, selalu dinomorsatukan. Padahal, semua manusia memiliki peranan, hebat dan no. satu dalam satu hal, belum tentu dalam hal lain, dicintai oleh satu orang belum tentu oleh orang lain. Kebahagiaan bersumber dari dalam diri sendiri, jikalau berharap dari orang lain, siaplah ditinggalkan, siaplah dikhianati. Kita akan bahagia bila bisa menerima diri apa adanya, mencintai dan menghargai diri sendiri, mau mencintai orang lain, dan mau menerima orang lain. Percayalah kepada ALLAH, dan bersyukurlah kepadanya, bahwa kita selalu diberikan yang terbaik sesuai usaha kita, tak perlu berkeras hati, Ia akan memberi kita di saat yang tepat apa yang kita butuhkan, meskipun bukan hari ini, masih ada esok hari. Berusaha dan berbahagialah karena kita dicintai begitu banyak orang

Source : http://www.dudung.net/artikel-bebas/kita-bahagia-bila.html Berbagi Cinta by Julian Patra on Monday, 29 November 2010 at 14:05

Bila ada ajakan untuk berbagi, apa yang ada di pikiran anda? Berbagi dana, pakaian layak pakai, sembako, susu, makanan atau bentuk materia lainnya. Jawaban itu boleh jadi karena pengaruh ide materilistik yang telah mengglobal. Mengukur segala sesuatunya dengan ukuran yang bersifat material dan kasat mata. Pengalaman nyata dari ayah angkat saya mungkin bisa menjadi pelajaran bahwa berbagi tidaklah mesti berbentuk material. Setiap tahun, ayah angkat saya punya kebiasan berkeliling ke berbagai panti asuhan dan rumah anak yatim. Kunjungan biasanya dilakukan dua kali. Awal bulan Ramadhan dan akhir bulan Ramadhan. Kunjungan pertama adalah survey untuk mengetahui kebutuhan panti asuhan atau rumah yatim. Kunjungan kedua membawa bantuan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan Ketika berkunjung ke salah satu rumah yatim, ayah angkat saya bertemu dengan seorang bocah bernama Nina. “Nina, apa yang anakku mau sayang” begitu ayah saya membuka percakapan. “Nina mau baju baru?, sepatu baru?, tas baru? Atau apa nak? tambah ayah saya. “Nggak ah… ntar om marah” jawab Nina. “nggak sayang, om tidak akan marah” ayah saya menimpali. “Nggak ah… ntar om marah” Nina mengulang jawabannya. Ayah saya berpikir, pasti yang diminta Nina adalah sesuatu yang mahal. Rasa keingintahuan orang tua saya semakin menjadi. Maka dia dekati lagi Nina sambil berkata, “ayo nak katakan apa yang kamu minta sayang” “Tapi janji ya om tidak marah” jawab Nina manja. “Om janji tidak akan marah sayang” tegas ayah saya. “Bener om tidak akan marah” sahut Nina agak ragu. Ayah saya menganggukkan kepala pertanda bahwa ia setuju untuk tidak marah

Nina menatap tajam wajah ayah saya. Sementara ayah saya berpikir, apa gerangan yang diminta oleh Nina. “Seberapa mahal sich yang bocah kecil ini minta sampai dia harus meyakinkan bahwa saya tidak akan marah‟ pikir ayah saya. Sambil tersenyum orang tua saya mengatakan “ayo nak, katakan, jangan takut, om tidak akan marah nak.” Dengan terus menatap wajah ayah saya, Nina berkata; “bener ya om tidak marah.” Sekali lagi ayah saya mengganggukan kepala. Dengan wajah berharap-harap cemas, Nina mengajukan permintaanya “om, boleh nggak saya memanggil ayah” Mendengar jawaban itu, tak kuasa ayah saya membendung air matanya. Segera dia peluk Nina dan mengatakan “tentu anakku.. tentu anakku… mulai hari ini Nina boleh memanggil ayah, bukan om” Sambil memeluk erat ayah saya, dengan terisak Nina berkata “terima kasih ayah… terima kasih ayah… Hari itu, adalah hari yang tak akan terlupakan buat ayah saya. Dia habiskan waktu beberapa saat untuk bermain dan bercengkrama dengan Nina. Karena merasa belum memberikan sesuatu yang berbentuk material kepada Nina maka sebelum pulang, ayah saya berkata kepada Nina “anakku, sebelum lebaran nanti ayah akan datang lagi kemari bersama ibu, apa yang kamu minta nak?” “Khan udah tadi, Nina sudah boleh memanggil ayah” sergah Nina. “Nina masih boleh minta lagi sama ayah. Nina boleh minta sepeda, otoped atau yang lain, pasti akan ayah kasih.” Sambil memegang tangan ayah saya, Nina memohon “nanti kalau ayah datang sama ibu ke sini, saya minta ayah bawa foto bareng ayah, ibu dan kakak-kakak, boleh khan ayah?” Tiba-tiba kaki orang tua saya lunglai, dia terduduk, bersimpuh di depan Nina. Dia peluk lagi Nina sambil bertanya; “buat apa foto itu nak?” Tanpa ragu Nina menjawab “Nina ingin tunjukkan sama temen-temen Nina di sekolah, ini foto ayah Nina, ini ibu Nina, ini kakak-kakak Nina.” Ayah saya memeluk Nina semakin erat, seolah ia tak mau berpisah dengan seorang bocah yang menjadi guru kehidupan di hari itu. Terima kasih Nina, walau usiamu masih belia kau telah mengajarkan kepada kami tentang makna berbagi cinta.

Berbagilah cinta, karena itu lebih bermakna dibandingkan dengan sesuatu yang kasat mata. Berbagilah cinta, maka kehidupan anda akan lebih bermakna. Berbagilah cinta agar orang lain merasakan keberadaan anda di dunia. Kekuatan di Dalam Dirimu by Julian Patra on Sunday, 28 November 2010 at 08:54

Ada kekuatan di dalam cinta, Orang yang sanggup memberikan cinta adalah orang yang kuat Karena ia bisa mengalahkan keinginannya Untuk mementingkan diri sendiri Ada kekuatan dalam tawa kegembiraan, Orang tertawa gembira adalah orang yang kuat Karena ia tidak pernah terlarut dengan tantangan dan cobaan. Ada kekuatan di dalam kedamaian diri Orang yang dirinya penuh damai bahagia adalah orang yang kuat Karena ia tidak pernah tergoyahkan Dan tidak mudah diombang-ambingkan. Ada kekuatan di dalam kesabaran, Orang yang sabar adalah orang yang kuat Karena ia sanggup menanggung segala sesuatu Dan ia tidak pernah merasa disakiti. Ada kekuatan di dalam kemurahan, Orang yang murah hati adalah orang yang kuat Karena ia tidak pernah menahan mulut dan tangannya Untuk melakukan yang baik bagi sesamanya. Ada kekuatan di dalam kebaikan, Orang yang baik adalah orang yang kuat Karena ia bisa selalu mampu melakukan yang baik bagi semua orang . Ada kekuatan di dalam kesetiaan, Orang yang setia adalah orang yang kuat Karena ia bisa mengalahkan nafsu dan keinginan pribadi Dengan kesetiaannya kepada sesama. Ada kekuatan di dalam kelemahlembutan, Orang yang lemah lembut adalah orang yang kuat Karena ia bisa menahan diri untuk tidak membalas dendam. Ada kekuatan di dalam penguasaan diri, Orang yang bisa menguasai diri adalah orang yang kuat

Karena ia bisa mengendalikan segala nafsu keduniawian. Sadarkah teman bahwa engkau juga memiliki cukup kekuatan untuk mengatasi segala permasalahan dalam hidup ini? Dimanapun, seberat dan serumit apapun juga. Karena cobaan tidak akan pernah dibiarkan melebihi kekuatan kita. Source : http://konsultasipelajar.blogspot.com/2010/10/ada-kekuatan-dalam-dirimu.html Biarkan Tuhan Menilaimu by Julian Patra on Friday, 26 November 2010 at 10:31

Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois. Tetapi bagaimanapun juga, terimalah mereka apa adanya. Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud buruk di balik perbuatan baik yang kau lakukan itu. Tetapi, tetaplah berbuat baik selalu. Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman-teman yang iri hati atau cemburu. Tetapi, teruskanlah kesuksesanmu itu. Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu. Tetapi, tetaplah bersikap jujur dan terbuka setiap saat. Apa yang telah engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja. Tetapi, janganlah berhenti dan tetaplah membangun. Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati kepadamu. Tetapi, tetaplah berbahagia. Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok akan dilupakan orang.Tetapi, teruslah berbuat baik. Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, dan itu mungkin tidak akan pernah cukup. Tetapi, tetap berikanlah yang terbaik. Sadarilah bahwa semuanya itu ada di antara engkau dan Tuhan. Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain. Jangan pedulikan apa yang orang lain pikir atas perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi, percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang yang jujur, dan Dia dapat melihat ketulusan hatimu. Source : http://www.conectique.com/enlight_your_life/article.php?article_id=4758 Berdoa by Julian Patra on Thursday, 25 November 2010 at 14:14

Aku bangun lebih pagi suatu hari Dan bergegas memasuki hari itu Terlalu banyak yang harus kukerjakan Sehingga tiada waktu berdoa Masalah datang menimpaku Dan setiap tugas terasa semakin berat Aku heran “Mengapa Tuhan tidak menolongku?” Dia menjawab “Engkau tidak memintanya” Aku ingin melihat sukacita dan keindahan Tetapi hari begitu kelabu dan mendung Aku heran mengapa Allah tidak memberikannya JawabNya ” Tetapi engkau tidak mencarinya” Aku mencoba untuk masuk ke dalam hadiratNya Kugunakan semua kunci pada pintuNya Tuhan dengan manis dan kasihNya menegurku “hambaKu engkau tidak mengetok” Aku bangun lebih pagi hari ini Berdiam sejenak sebelum memasuki hari itu Terlalu banyak yang harus kukerjakan Karenanya aku perlu ambil waktu untuk berdoa Belajar Untuk Hidup by Julian Patra on Thursday, 11 November 2010 at 10:15

Saya belajar, bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain mencintai saya. Saya hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang yang saya cinta... Saya belajar, bahwa butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan hanya beberapa detik saja untuk menghancurkannya... Saya belajar, bahwa orang yang saya kira adalah orang yang jahat, justru adalah orang yang membangkitkan semangat hidup saya kembali...

Saya belajar, bahwa sahabat terbaik bersama saya dapat melakukan banyak hal dan kami selalu memiliki waktu terbaik... Saya belajar, bahwa persahabatan sejati senantiasa bertumbuh, walau dipisahkan oleh jarak yang jauh. Beberapa diantaranya melahirkan cinta sejati... Saya belajar, bahwa jika seseorang tidak menunjukkan perhatian seperti yang saya inginkan, bukan berarti bahwa dia tidak mencintai saya... Saya belajar, bahwa sebaik-baiknya sahabat itu, mereka pasti pernah melukai perasaan saya... dan untuk itu saya harus memaafkannya... Saya belajar, bahwa saya harus belajar mengampuni diri sendiri... kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus menerus... Saya belajar, bahwa tidak masalah berapa buruknya patah hati itu, dunia tidak pernah berhenti hanya gara-gara kesedihan saya... Saya belajar, bahwa saya tidak dapat merubah sahabat, tapi semua itu tergantung dari diri mereka sendiri... Saya belajar, bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pribadi saya, tapi saya harus bertanggung jawab untuk apa yang saya telah lakukan... Saya belajar, bahwa dua manusia dapat melihat sebuah benda, tapi kadang dari sudut pandang yang berbeda... Saya belajar, bahwa tidaklah penting apa yang saya miliki, tapi yang penting adalah siapa saya ini sebenarnya... Saya belajar, bahwa tidak ada yang instan atau serba cepat di dunia ini, semua butuh proses dan pertumbuhan, kecuali saya ingin sakit hati... Saya belajar, bahwa saya harus memilih apakah menguasai sikap dan emosi atau sikap dan emosi itu yang menguasai diri saya... Saya belajar, bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi itu bukan berarti saya harus benci dan berlaku bengis... Saya belajar, bahwa kata-kata manis tanpa tindakan adalah saat perpisahan dengan orang yang saya cintai... Saya belajar, bahwa orang-orang yang saya kasihi justru sering diambil segera dari kehidupan saya... Source : http://piko.blogsome.com/2006/03/24/belajar-hidup-dari-kehidupan/ Aku Bersyukur ... by Julian Patra on Wednesday, 10 November 2010 at 10:22

Mendengar anggota keluargaku ngomel-ngomel dirumah, berarti aku masih punya keluarga yang utuh. Merasa lelah dan pegal linu setiap sore, sebab itu berarti aku mampu bekerja keras. Membersihkan piring dan gelas kotor setelah menerima tamu dirumah, karena itu berarti aku dikelilingi teman-teman. Pakaianku terasa agak sempit, karena itu berarti bahwa makanku cukup kenyang. Mencuci dan menyetrika tumpukan baju, sebab itu berarti aku memiliki pakaian. Membersihkan halaman rumah, membersihkan jendela, memperbaiki talang dan got, karena itu berarti aku memiliki tempat tinggal. Duduk kembali di kantor, berarti masih ada perusahaan yang mau memperkerjakan aku bahkan perusahaan masih mampu membayar gaji setiap bulannya. Mendengar nyanyian suara yang fals, karena itu berarti aku bisa mendengar. Mendengar bunyi jam alarm dipagi hari, sebab itu berarti aku hidup. Cinta Tidak Menunggu Seseorang Mengatakannya by Julian Patra on Tuesday, 9 November 2010 at 11:02

Alkisah ada seorang pria yang menyimpan perasaan pada teman gadisnya. Hingga kemudian pada saat pernikahannya, ia memutuskan untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya pada gadis itu. Namun gadis itu akhirnya hanya menganggap itu hanyalah sebuah canda. Dan ada seorang pria yang ingin mengatakan pada istrinya betapa ia mencintainya, namun ia tidak pernah mengatakannya, hingga istrinya itu meninggal dunia. Pria itu hingga sekarang

terus meletakkan bunga diatas batu nisannya. Dengan ciuman dan kata-kata “AKU CINTA KAMU.” Entah apakah istrinya mengetahui hal itu? Saat ini ada seorang gadis yang selalu ingin merasakan hangatnya pelukan kasih sayang ayahnya, tapi ia malu untuk mengatakannya. Hingga pada suatu hari ayahnya tak mungkin memeluknya lagi… Banyak kisah yang terjadi setiap harinya, dan kita mungkin menyadari semua itu. Apa yang telah terjadi kemarin, tak mungkin kembali… tapi apakah kita bisa memastikan apa yang akan terjadi besok? Pikirkanlah tentang sesuatu yang ingin kita katakan dan janganlah kita selalu menunggu saat yang tepat? Katakanlah cinta dan kasih sayang itu. Jika kau meninggalkan pesta yang ramai dan berjalan bersama, hanya berdua dengan seseorang… itulah cinta. Ketika kau bersama seseorang, dan kau seringkali mendiamkannya. Tapi ketika ia tak bersamamu dan kau mencarinya… saat itulah kau merasakan cinta. Jika ada seseorang yang selalu membuatmu tertawa, menatapmu penuh perhatian dan ingin selalu pergi bersamanya. Kau sedang jatuh cinta. Ketika kau melihat sebuah foto bersama, dan kau mencari seseorang yang special… (untuk mengetahui siapa yang berada disampingya difoto itu) lalu kau membayangkan dirimu yang ada disana… yakinlah kau sedang jatuh cinta. Ketika kau tidak menerima telepon saat kau sibuk belajar, tapi tak mampu menahan diri saat seseorang menelponmu… saat itulah kau sedang jatuh cinta. Jika kau lebih tertarik menerima sebuah surat pendek dari seseorang daripada surat-surat lain yang panjang… kau sedang jatuh cinta. Ketika kau mendapat tiket gratis untuk berdua, dan kau tak ragu-ragu mengajak seseorang, kau sedang jatuh cinta. Kau terus mengatakan kami hanyalah teman biasa, tapi kau sadar kau tak bisa melepaskan diri darinya… saat itulah kau merasakan cinta. Cinta bukanlah sesuatu yang buruk dan semua bergantung pada kita bagaimana menginginkannya. Berbagilah, dan katakanlah kepada orang-orang yang berarti bagimu. Source : http://www.kata-mutiara.com/?p=2087 inta dan Perkawinan by Julian Patra on Monday, 8 November 2010 at 13:51

Suatu hari Plato bertanya kepada Gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya?" Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas di depan sana. Berjalanlah kamu tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta." Plato pun berjalan, dan tak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun. Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?" Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik). Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat ku melanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru ku sadari bahwasanya ranting-ranting yang ku temukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatang pun pada akhirnya." Gurunya kemudian menjawab, "Jadi, ya itulah cinta." Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?" Gurunya pun menjawab, "Ada hutan yang subur di depan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan." Plato pun menjawab, "Sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajahi hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya." Gurunya pun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan."

Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan.. tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya. Perkawinan adalah kelanjutan dari cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya. Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia-sialah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya. Source : http://www.dudung.net/artikel-bebas/cinta-dan-perkawinan-menurut-plato.html Arti Cinta dan Hidup di Dunia Ini by Julian Patra on Friday, 5 November 2010 at 15:01

Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah. Semoga kamu menemukan orang seperti itu. Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata. Semoga kamu memimpikan orang seperti itu. Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi. Jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan. Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati, cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat, kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi, pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia dan uang yang cukup untuk membeli hadiah-hadiah. Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi acap kali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita. Sahabat terbaik adalah ia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kami meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya.

Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya. Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain. Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hari orang lain pula. Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan. Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi. Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cintai menjadi dirinya sendiri dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia. Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya. Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterimakasih atas karunia itu. Hanya diperlukan waktu semenit untuk menaksir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang, tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang. Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka. Cinta adalah jika kamu kehilangan rasa, gairah, romantika dan masih tetap perduli padanya. Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu dan mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian adanya dan kamu harus melepaskannya. Cinta dimulai dengan sebuah senyuman, bertumbuh dengan sebuah ciuman dan berakhir dengan tetesan air mata. Cinta datang kepada mereka yang masih berharap sekalipun pernah dikecewakan, kepada mereka yang masih percaya sekalipun pernah dikhianati, kepada mereka yang masih mencintai sekalipun pernah disakiti hatinya. Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan tidak pernah memiliki keberanian untuk mengutarakan cintamu kepadanya. Masa depan yang cerah selalu tergantung pada masa lalu yang dilupakan. Kamu tidak dapat hidup terus dengan baik jika kamu tidak melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu.

Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba, jangan pernah menyerah jika kamu masih merasa sanggup, jangan pernah mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya. Memberikan seluruh cintamu kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan membalas cintamu. Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai cinta berkembang di hatinya, tetapi jika tidak, berbahagialah karena cinta tumbuh di hatimu. Ada hal-hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar dari orang yang kamu harapkan untuk mengatakannya. Namun demikian, janganlah menulikan telinga untuk mendengar dari orang yang mengatakannya dengan sepenuh hati. Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang di sekelilingmu tersenyum. Jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang di sekelilingmu menangis. Source : http://www.e-samarinda.com/forum/lofiversion/index.php?t387.html I Love U, beibh Apakah Cinta Itu by Julian Patra on Sunday, 31 October 2010 at 14:36

Mereka yang tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab, Mereka yang bermain dengannya, menyebutnya sebuah permainan, Mereka yang tidak memilikinya, menyebutnya sebuah impian, Mereka yang mencintai, menyebutnya takdir. Kadang Tuhan yang mengetahui yang terbaik, akan memberi kesusahan untuk menguji kita Kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmat-Nya bisa tertanam dalam. Jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan di baliknya. Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti, namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik. Mengapa menunggu? Karena walaupun kita ingin mengambil keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa. Karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono. Karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita cintai, kita tidak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian itu. Jika ingin berlari, belajarlah berjalan duhulu, Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu, Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu.

Pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yang kita inginkan, ketimbang memilih apa yang ada. Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai, ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada. Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat, karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah, karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius. Perlu kau ketahui bahwa Bunga tidak mekar dalam waktu semalam, Kota Roma tidak dibangun dalam sehari, Kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan, Cinta yang agung terus bertumbuh selama kehidupan. Kebanyakan hal yang indah dalam hidup memerlukan waktu yang lama, Dan penantian kita tidaklah sia-sia. Walaupun menunggu membutuhkan banya hal - iman, keberanian, dan pengharapan penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan. Pada akhirnya. Tuhan dalam segala hikmat-Nya, meminta kita menunggu, karena alasan yang penting. Seorang murid yg membuat seorang profesor membisu by Julian Patra on Friday, 29 October 2010 at 11:32

Suatu hari di satu sekolahan, ada profesor sedang mengajar... Profesor : jika Tuhan menciptakan segala sesuatu, maka Tuhan juga menciptakan kejahatan! Tiba" seorang murid berdiri dan mengajukan pertanyaan kepada profesor itu... Murid : profesor, apakah dingin itu ada? Profesor : pertanyaan bodoh apa itu? Tentu saja ada! Murid : itu salah profesor... Dingin itu tidak ada... Itu terjadi karena ketidak adaan panas... Profesor, apakah gelap itu ada? Profesor : tentu saja ada!

Murid : lagi" profesor salah... Gelap itu tidak ada... Itu terjadi karena ketidak adaan cahaya... Profesor itu diam... Lalu murid itu berbicara lagi... Murid : maka dari itu profesor, sebenarnya Tuhan tidak menciptakan kejahatan... Itu ada karena ketidak adaan Tuhan di hati kita... Lalu murid itu duduk... Profesor itu terdiam lalu meninggalkan kelas mereka... Ya.... Murid itu bernama Albert Einstein.... Source : http://fact-and-information.blogspot.com/2010/07/kisah-seorang-murid-yangmembuat.html Semua Butuh Proses by Julian Patra on Thursday, 28 October 2010 at 12:42

Dalam satu tandan pisang, tak semua buahnya matang secara serentak. Ada diantaranya yang masih berwarna hijau tua. Maka, sang petani ada kalanya harus menyimpannya kembali beberapa saat menunggu hingga matang semuanya. Pisang yang telah matang dan pisang yang terlambat matang, kelak akan memiliki rasa yang sama yakni memiliki rasa pisang. Meskipun waktu untuk menjadi matang pada pisang berbedabeda… Begitulah kita... Tak mungkin semuanya sama. Ada kalanya menurut ukuran kita, suatu masalah dapat diselesaikan hanya dengan beberapa menit saja. Tapi bagi orang lain belum tentu, ia butuh waktu untuk menyelesaikannya. Bahkan belum sampai pada kesempurnaan. Namun pada akhirnya, hasil yang didapatkan tetap dapat dirasakan. Dalam hidup ini tak seorang pun sempurna pada bingkai kemampuannya. Karena di antara kita memang tidak sama dan serupa, kita dilahirkan berbeda, hidup di lingkungan berbeda, pada kondisi yang berbeda dan segala hal yang berbeda. Yang mesti diingat adalah bahwa setiap orang memiliki kesamaan keinginan dan memiliki hak yang sama dalam mendapat kesempatan, betapapun itu harus dipergilirkan. Karenanya, percuma saja memperdebatkan suatu ketidaksamaan, perbedaan, dan ketidakcocokan dengan orang lain, karena kita tak akan mendapat titik temu. Sungguh tak ada yang sempurna di antara kita, maka janganlah rendah diri… semua butuh proses menjadi lebih baik... 387. Maafkan dan Lupakan by Julian Patra on Saturday, 23 October 2010 at 13:36

Ini sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar merasa sakit hati tapi dengan tanpa berkatakata dia menulis di atas pasir; HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU. Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, di mana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu; HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU. Orang yang menolong dan menampar sahabatnya bertanya, “Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?” Temannya sambil tersenyum menjawab, “Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin.” Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat dan konflik dengan pasangan, suami / isteri, kekasih, adik / kakak, kolega, dll, karena sudut pandang yang berbeda. Oleh karenanya cobalah untuk saling memaafkan dan lupakan masalah lalu. Manfaat positif dari continuous relationship mungkin sekali jauh lebh besar ketimbang kekecewaan masa lalu. Nobody‟s perfect. Belajarlah menulis di atas pasir. Source : http://aslamiyah.cybermq.com/post/detail/9592/maafkan-dan-lupakan Kisah Pencuri Kue by Julian Patra on Friday, 22 October 2010 at 12:06

Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara lalu menemukan tempat untuk duduk. Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru saja dibelinya. Dalam keasyikannya tersebut ia melihat

lelaki disebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itupun sempat berpikir kalau aku bukan orang baik, sudah kutonjok dia! Setiap ia mengambil satu kue, Si lelaki juga mengambil satu. Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, Si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo miliknya, sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir Ya ampun orang ini berani sekali, dan ia juga kasar, malah ia tidak kelihatan berterima kasih. Belum pernah rasanya ia begitu kesal. Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan. Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si “Pencuri tak tahu terima kasih!”. Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget. Di situ ada kantong kuenya, di depan matanya. Kok milikku ada di sini erangnya dengan patah hati, Jadi kue tadi adalah miliknya dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih dan dialah pencuri kue itu. Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri. Serta tak jarang kita berprasangka buruk. Orang lainlah yang kasar, orang lainlah yang tak tahu diri, orang lainlah yang berdosa, orang lainlah yang salah. Padahal kita sendiri yang mencuri kue tadi, padahal kita sendiri yang tidak tahu. Kita sering mengomentari, mencemooh pendapat atau gagasan orang lain sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya. Source : http://firda-female.blogspot.com/2009/10/renungan-dari-kisah-pencuri-kue.html Kehidupan Itu Seperti Bawang Bombay by Julian Patra on Wednesday, 20 October 2010 at 12:06

Menjelang istirahat suatu kursus pelatihan, sang pengajar mengajak para peserta untuk melakukan suatu permainan. Pengajar meminta bantuan seorang peserta maju ke depan kelas. ”Siapakah orang yang paling penting dalam hidup Anda? Silakan tulis 20 nama yang paling dekat dengan kehidupan Anda saat ini” Peserta perempuan itu pun menuliskan 20 nama di papan tulis. Ada nama tetangga, teman sekantor, saudara, orang-orang terkasih dan lainnya. Kemudian pengajar itu menyilakan memilih, dengan mencoret satu nama yang dianggap tidak penting. Lalu siswi itu mencoret satu nama, tetangganya. Selanjutnya pengajar itu menyilakan

lagi siswinya mencoret satu nama yang tersisa, dan siswi itu pun melakukannya, sekarang ia mencoret nama teman sekantornya. Begitu seterusnya. Sampai pada akhirnya di papan tulis hanya tersisa 3 nama. Nama orang tuanya, nama suami serta nama anaknya. Di dalam kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi. Semua peserta pelatihan mengalihkan pandangan ke pengajar. Menebak-nebak apa yang selanjutnya akan dikatakan oleh pengajar itu. Ataukah, selesai sudah tak ada lagi yang harus di pilih. Namun dikeheningan kelas sang pengajar berkata : “Coret satu lagi !!” Dengan perlahan dan agak ragu siswi itu mengambil spidol dan mencoret satu nama, yaitu nama orang tuanya. “Silakan coret satu lagi !” Tampak siswi itu larut dalam permainan ini. Ia gelisah. Ia mengangkat spidolnya tinggi - tinggi dan mencoret nama yang teratas dia tulis sebelumnya. Nama anaknya. Seketika itupun pecah isak tangis di kelas. Setelah suasana sedikit tenang, pengajar itu lalu bertanya : “Orang terkasih Anda bukan orang tua dan anak Anda? Orang tua yang melahirkan dan membesarkan Anda. Anda yang melahirkan anak. Sedang suami bisa dicari lagi. Mengapa Anda memilih sosok suami sebagai orang yang paling penting dan sulit dipisahkan?” Semua mata tertuju pada siswi yang masih berada di depan kelas. Menunggu apa yang hendak dikatakannya. ” Waktu akan berlalu, orang tua akan pergi meninggalkan saya. Anakpun demikian. Jika ia telah dewasa dan menikah, ia akan meninggalkan saya juga. Yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya. ” Kehidupan itu bagaikan bawang bombay. Ketika di kupas selapis demi selapis, akan habis. Dan adakalanya kita dibuat menangis Source : http://www.forum-handphone.org/f151/kehidupan-itu-seperti-bawang-bombay-goodstory-6550.html Barapa harga anak anjing ini by Julian Patra on Sunday, 17 October 2010 at 13:27

Sebuah toko hewan peliharaan (pet store) memasang papan iklan yang menaik bagi anak-anak kecil, "Dijual Anak Anjing".

Segera saja seorang anak lelaki datang, masuk ke dalam toko dan bertanya "Berapa harga anak anjing yang anda jual itu?" Pemilik toko itu menjawab, "Harganya berkisar antara 30 - 50 Dollar." Anak lelaki itu lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa keping uang, "Aku hanya mempunyai 2,37 Dollar, bisakah aku melihat-lihat anak anjing yang anda jual itu?" Pemilik toko itu tersenyum. Ia lalu bersiul memanggil anjing-anjingnya. Tak lama dari kandang anjing munculah anjingnya yang bernama Lady yang diikuti oleh lima ekor anak anjing. Mereka berlari-larian di sepanjang lorong toko. Tetapi, ada satu anak anjing yang tampak berlari tertinggal paling belakang. Si anak lelaki itu menunjuk pada anak anjing yang paling terbelakang dan tampak cacat itu. Tanyanya, "Kenapa dengan anak anjing itu?" Pemilik toko menjelaskan bahwa ketika dilahirkan anak anjing itu mempunyai kelainan di pinggulnya, dan akan menderita cacat seumur hidupnya. Anak lelaki itu tampak gembira dan berkata, "Aku beli anak anjing yang cacat itu." Pemilik toko itu menjawab, "Jangan, jangan beli anak anjing yang cacat itu. Tapi jika kau ingin memilikinya, aku akan berikan anak anjing itu padamu." Anak lelaki itu jadi kecewa. Ia menatap pemilik toko itu dan berkata, "Aku tak mau kau memberikan anak anjing itu cuma-cuma padaku. Meski cacat anak anjing itu tetap mempunyai harga yang sama sebagaimana anak anjing yang lain. Aku akan bayar penuh harga anak anjing itu. Saat ini aku hanya mempunyai 2,35 Dollar. Tetapi setiap hari akan akan mengangsur 0,5 Dollar sampai lunas harga anak anjing itu." Tetapi lelaki itu menolak, "Nak, kau jangan membeli anak anjing ini. Dia tidak bisa lari cepat. Dia tidak bisa melompat dan bermain sebagaiman anak anjing lainnya." Anak lelaki itu terdiam. Lalu ia melepas menarik ujung celana panjangnya. Dari balik celana itu tampaklah sepasang kaki yang cacat. Ia menatap pemilik toko itu dan berkata, "Tuan, aku pun tidak bisa berlari dengan cepat. Aku pun tidak bisa melompat-lompat dan bermain-main sebagaimana anak lelaki lain. Oleh karena itu aku tahu, bahwa anak anjing itu membutuhkan seseorang yang mau mengerti penderitaannya." Kini pemilik toko itu menggigit bibirnya. Air mata menetes dari sudut matanya. Ia tersenyum dan berkata, "Aku akan berdoa setiap hari agar anak-anak anjing ini mempunyai majikan sebaik engkau." Source : http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=43162&page=1 Setiap Langkah Adalah Anugerah by Julian Patra on Saturday, 16 October 2010 at 13:57

Seorang profesor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer, di sana ia berjumpa dengan seorang prajurit yang tak mungkin dilupakan nya, bernama Ralph.

Ralph yang dikirim untuk menjemput sang profesor di bandara. Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju ke tempat pengambilan kopor. Ketika berjalan keluar, Ralph sering menghilang. Banyak hal yang dilakukannya. Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh dan terbuka. Kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat sinterklas. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Setiap kali, ia kembali ke sisi profesor itu dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. “Dari mana Anda belajar melakukan hal-hal seperti itu ?” tanya sang profesor. “Melakukan apa ?” kata Ralph. “Dari mana Anda belajar untuk hidup seperti itu?” “Oh,” kata Ralph, “selama perang, saya kira.” Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam. Juga tentang tugasnya saat membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia harus menyaksikan satu per satu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya. “Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah,” katanya. “Saya tak pernah tahu apakah langkah berikutnya merupakan pijakan yang terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini.” Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang berkualitas. Source : http://indonesia.heartnsouls.com/cerita/q/c1696.shtml Sesuatu Tidak Selalu Terlihat Sebagaimana Adanya by Julian Patra on Friday, 15 October 2010 at 15:33

Dua orang malaikat berkunjung ke rumah sebuah keluarga kaya. Keluarga itu sangat kasar dan tidak mengijinkan kedua malaikat itu bermalam di ruang tamu yang ada di rumahnya. Malaikat tersebut ditempatkan pada sebuah kamar berukuran kecil yang ada di basement. Ketika malaikat itu hendak tidur, malaikat yang lebih tua melihat bahwa dinding basement itu retak. Kemudian malaikat itu memperbaikinya sehingga retak pada dinding basement itu lenyap. Ketika malaikat yang lebih muda bertanya mengapa ia melakukan hal itu, malaikat yang lebih tua menjawab : “Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya”.

Malam berikutnya , kedua malaikat itu beristirahat di rumah seorang petani dan istrinya yang miskin tetapi sangat ramah. Setelah membagi sedikit makanan yang ia punyai, petani itu mempersilahkan kedua malaikat untuk tidur di atas tempat tidurnya. Ketika matahari terbit keesokan harinya, malaikat menemukan bahwa petani itu dan istrinya sedang menangis sedih karena sapi mereka yang merupakan sumber pendapatan satu-satunya bagi mereka terbaring mati. Malaikat yang lebih muda merasa geram. Ia bertanya kepada malaikat yang lebih tua. “Mengapa kau membiarkan hal ini terjadi ? Keluarga yang pertama memiliki segalanya, tapi engkau menolong menambalkan dindingnya yang retak. Keluarga ini hanya memiliki sedikit tetapi walaupun demikian mereka bersedia membaginya dengan kita. Mengapa engkau membiarkan sapinya mati ?” Malaikat yang lebih tua menjawab : “Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya”. “Ketika kita bermalam di basement, aku melihat ada emas tersimpan di lubang dalam dinding itu. Karena pemilik rumah sangat tamak dan tidak bersedia membagi hartanya, aku menutup dinding itu agar ia tidak menemukan emas itu.” “Tadi malam ketika kita tidur di ranjang petani ini, malaikat maut datang untuk mengambil nyawa istrinya. Aku memberikan sapinya agar malaikat maut tidak jadi mengambil istrinya. Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya” Kadang, itulah yang kita rasakan ketika kita berpikir bahwa sesuatu tidak seharusnya terjadi. Jika kita punya iman, kita hanya perlu percaya sepenuhnya bahwa semua hal yang terjadi adalah demi kebaikan kita. Kita mungkin tidak menyadari hal itu sampai saatnya tiba. Source : http://www.lintasberita.com/Dunia/BeritaDunia/Sesuatu_Tidak_Selalu_Terlihat_Sebagaimana_Adanya Pembeli Istimewa by Julian Patra on Thursday, 14 October 2010 at 11:45

Pada suatu hari, ketika Jepang belum semakmur sekarang, datanglah seorang peminta-minta ke sebuah toko kue yang mewah dan bergengsi untuk membeli manju (kue Jepang yang terbuat dari kacang hijau dan berisi selai). Bukan main terkejutnya si pelayan melihat pelanggan yang begitu jauh sederhana di tokonya yang mewah dan bergengsi itu. Karena itu dengan terburu-buru ia membungkus manju itu. Tapi belum lagi ia sempat menyerahkan manju itu kepada si pengemis, muncullah si pemilik toko berseru, “Tunggu, biarkan saya yang menyerahkannya”. Seraya berkata begitu, diserahkannya bungkusan itu kepada si pengemis. Si pengemis memberikan pembayarannya. Sembari menerima pembayaran dari tangan si pengemis, ia membungkuk hormat dan berkata, “Terima kasih atas kunjungan anda”.

Setelah si pengemis berlalu, si pelayan bertanya pada si pemilik toko, “Mengapa harus anda sendiri yang menyerahkan kue itu? Anda sendiri belum pernah melakukan hal itu pada pelanggan mana pun. Selama ini saya dan kasirlah yang melayani pembeli”. Si pemilik toko itu berkata, “Saya mengerti mengapa kau heran. Semestinya kita bergembira dan bersyukur atas kedatangan pelanggan istimewa tadi. Aku ingin langsung menyatakan terima kasih. Bukankah yang selalu datang adalah pelanggan biasa, namun kali ini lain.” “Mengapa lain,” tanya pelayan. “Hampir semua dari pelanggan kita adalah orang kaya. Bagi mereka, membeli kue di tempat kita sudah merupakan hal biasa. Tapi orang tadi pasti sudah begitu merindukan manju kita sehingga mungkin ia sudah berkorban demi mendapatkan manju itu. Saya tahu, manju itu sangat panting baginya. Karena itu saya memutuskan ia layak dilayani oleh pemilik toko sendiri. Itulah mengapa aku melayaninya”, demikian penjelasan sang pemilik toko. Setiap pelanggan berhak mendapatkan penghargaan yang sama, nilai seorang pelanggan bukanlah ditentukan oleh prestise pribadinya atau besarnya pesanan yang dilakukan. Seorang usahawan sejati mendapatkan sukacita dan di sinilah ia harus meletakkan nilainya Source : http://ikonyo.blogspot.com/2007/11/pembeli-istimewa-konosuke-matsushita.html Cara Minum Rasulullah by Julian Patra on Tuesday, 5 October 2010 at 13:55

Aktivitas minum merupakan aktivitas yang lekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Sehingga hal ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan pengajaran bagi anak-anak kita dan melatihnya agar terbiasa minum sesuai dengan tauladan Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Beberapa adab minum yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam antara lain: 1. Meniatkan minum untuk dapat beribadah kepada Allah agar bernilai pahala. Segala perkara yang mubah dapat bernilai pahala jika disertai dengan niat untuk beribadah. Wahai ibu, maka niatkanlah aktivitas minum kita dengan niat agar dapat beribadah kepada Allah. Dan janganlah lupa memberitahukan anak tentang hal ini. 2. Memulai minum dengan membaca basmallah. Diantara sunnah Nabi adalah mengucapkan basmallah sebelum minum. Hal ini berdasarkan hadits yang memerintahkan membaca „bismillah‟ sebelum makan. Bacaan bismillah yang sesuai dengan sunnah adalah cukup dengan bismillah tanpa tambahan ar-Rahman dan ar-Rahim. 3. Minum dengan tangan kanan. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang dari kalian hendak makan, hendaklah makan dengan tangan kanan. Dan apabila ingin minum, hendaklah minum dengan tangan kanan. Sesungguhnya setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim)

4. Tidak bernafas dan meniup air minum. Dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi shallallahu „alaihi wa sallam melarang untuk bernafas atau meniup wadah air minum.” (HR. Turmudzi no. 1888 dan Abu Dawud no. 3728, hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani). Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi mengatakan, “Larangan bernafas dalam wadah air minum adalah termasuk etika karena dikhawatirkan hal tersebut mengotori air minum atau menimbulkan bau yang tidak enak atau dikhawatirkan ada sesuatu dari mulut dan hidung yang jatuh ke dalamnya dan hal-hal semacam itu. 5. Bernafas tiga kali ketika minum. Dari Anas bin Malik radhiyallahu „anhu beliau mengatakan, “Ketika Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam minum beliau mengambil nafas di luar wadah air minum sebanyak tiga kali.” Dan beliau bersabda, “Hal itu lebih segar, lebih enak dan lebih nikmat.” Anas mengatakan, “Oleh karena itu ketika aku minum, aku bernafas tiga kali.” (HR. Bukhari no. 45631 dan Muslim no. 2028). Yang dimaksud bernafas tiga kali dalam hadits di atas adalah bernafas di luar wadah air minum dengan menjauhkan wadah tersebut dari mulut terlebih dahulu, karena bernafas dalam wadah air minum adalah satu hal yang terlarang sebagaimana penjelasan di atas. 6. Larangan minum langsung dari mulut teko / ceret. Dari Abu Hurairah, beliau berkata, “Rasulullah melarang minum langsung dari mulut qirbah (wadah air yang terbuat dari kulit) atau wadah air minum yang lainnya.” (HR Bukhari no. 5627). 7. Minum dengan posisi duduk. Terdapat hadits yang melarang minum sambil berdiri. Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian minum sambil berdiri. Barang siapa lupa sehingga minum sambil berdiri, maka hendaklah ia berusaha untuk memuntahkannya.” (HR. Ahmad no 8135) Namun disamping itu, terdapat pula hadits yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu „alaihi wa sallam minum sambil berdiri. Dari Ibnu Abbas beliau mengatakan, “Aku memberikan air zam-zam kepada Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Maka beliau lantas minum dalam keadaan berdiri.” (HR. Bukhari no. 1637, dan Muslim no. 2027) Dalam hadits yang pertama Rasulullah melarang minum sambil berdiri sedangkan hadits kedua adalah dalil bolehnya minum sambil berdiri. Kedua hadits tersebut adalah shahih. Lalu bagaimana mengkompromikannya? Mengenai hadits di atas, ada ulama yang berkesimpulan minum sambil berdiri diperbolehkan, meski yang lebih utama adalah minum sambil duduk. Diantara ulama tersebut adalah Imam Nawawi dan Syaikh Utsaimin. Meskipun minum sambil berdiri diperbolehkan, namun yang lebih utama adalah sambil duduk karena makan dan minum sambil duduk adalah kebiasaan Nabi shallallahu „alaihi wa sallam. Minum sambil berdiri tidaklah haram akan tetapi melakukan hal yang kurang utama. 8. Menutup bejana air pada malam hari. Biasakan diri kita untuk menutup bejana air pada malam hari dan jangan lupa mengajarkan anak kita tentang hal ini. Sebagaimana hadits dari Jabir bin Abdillah, ia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda, “Tutuplah bejana-bejana dan wadah air. Karena dalam satu tahun ada satu malam, ketika itu turun wabah, tidaklah ia melewati bejana-bejana yang tidak tertutup, ataupun wadah air yang tidak diikat melainkan akan turun padanya bibit penyakit.” (HR. Muslim) 9. Puas dengan minuman yang ada dan tidak mencelanya. Ajarkan pula kepada anak, bahwa kita tidak boleh mencela makanan walaupun kita tidak menyukainya. Itulah beberapa adab ketika minum sesuai kebiasaan Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Alangkah senangnya hati ini ketika kita melihat anak-anak kita meniru kebiasaan Nabi shallallahu „alaihi wa sallam. Dengan membiasakan adab islami kepada anak semenjak kecil, Insya Allah saat dewasa kelak anak-anak akan lebih mudah untuk melaksanakan adab-adab

dalam islam dalam kesehariannya, karena ia sudah terbiasa. Maka janganlah bosan untuk mengingatkan si kecil. Semoga Allah membalas usaha kita dengan pahala yang berlipat ganda. Amiin. Source : http://www.thibbun-nabawiyah.com/page_info.php?id_ktgbr=35&id_brt=109 Detik Terakhir by Julian Patra on Monday, 4 October 2010 at 11:11

Detik-detik terakhir Rasulullah merupakan masa-masa paling mengharukan bagi umat Islam, kesedihan mendalam karena akan segara kehilangan seorang sosok mulia. Beliau adalah pemimpin, sahabat, ayah, suami, menantu, mertua, idola, Rasul, dan berbagai bentuk sosok lain bagi umat muslim. Dan saat detik-detik terakhir beliau, semua orang terasa belum mampu untuk kehilangan beliau. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: „Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku – peliharalah shalat dan peliharalah orangorang lemah di antaramu.” Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii?” – “Umatku, umatku, umatku” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli „ala Muhammad wa baarik wa salim „alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. NB: Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. Amin… Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang menyayangi mu di dunia tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang mengasihmu diakhirat. Detik Terakhir by Julian Patra on Monday, 4 October 2010 at 11:11

Detik-detik terakhir Rasulullah merupakan masa-masa paling mengharukan bagi umat Islam, kesedihan mendalam karena akan segara kehilangan seorang sosok mulia. Beliau adalah pemimpin, sahabat, ayah, suami, menantu, mertua, idola, Rasul, dan berbagai bentuk sosok lain bagi umat muslim. Dan saat detik-detik terakhir beliau, semua orang terasa belum mampu untuk kehilangan beliau.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: „Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku – peliharalah shalat dan peliharalah orangorang lemah di antaramu.” Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii?” – “Umatku, umatku, umatku” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli „ala Muhammad wa baarik wa salim „alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. NB:

Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. Amin… Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang menyayangi mu di dunia tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang mengasihmu diakhirat. Nikmati Kopinya, Jangan Lihat Cangkirnya by Julian Patra on Saturday, 2 October 2010 at 11:54

Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada keluhan tentang stress di pekerjaan dan kehidupan mereka. Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan porsi besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis dari porselin, plastic, gelas kristal, gelas biasa, beberapa di antaranya gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah, dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya. Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan: "Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami." Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus, bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukan cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain. Sekarang perhatikan hal ini: hati kita bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi adalah cangkirnya. Sering kali karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang ALLAH sediakan bagi kita. Kehidupan yang sesungguhnya adalah hati anda. Apakah anda merasa bahagia dan damai? Apakah anda mencintai dan dicintai oleh keluarga, saudara dan teman-teman anda? Apakah anda tidak berpikir buruk tentang orang lain dan tidak gampang marah? Apakah anda sabar, murah hati, bersuka cita karena kebenaran, sopan dan tidak egois? Hanya hati anda dan ALLAH yang tahu. Namun bila anda ingin menikmati kopi dan bukan cangkirnya, hal-hal yang tidak semarak ini harus lebih mengendalikan anda ketimbang hal-hal semarak seperti pekerjaan, uang dan posisi anda! Source : http://krudungparis.multiply.com/journal/item/37

Cinta Sejati by Julian Patra on Friday, 1 October 2010 at 14:45

Sebuah kisah Cinta Sejati, Kisah nyata yg pernah terjadi di Bumi ini... Sekian ratus tahun yang lalu... Di malam yang sunyi, di dalam rumah sederhana yang tidak seberapa luasnya... seorang istri tengah menunggu kepulangan suaminya. Tak biasanya sang suami pulang larut malam. Sang istri bingung.... hari sudah larut dan ia sudah sangat kelelahan dan mengantuk. Namun, tak terlintas sedikitpun dalam benaknya untuk segera tidur dan terlelap di tempat tidur suaminya. Dengan setia ia ingin tetap menunggu... namun, rasa ngantuk semakin menjadi-jadi dan Sang suami tercinta belum juga datang. Tak berapa lama kemudian.... seorang laki-laki yang sangat berwibawa lagi luhur budinya tiba di rumahnya yang sederhana. Laki-laki ini adalah suami dari sang istri tersebut. Malam ini beliau pulang lebih lambat dari biasanya, kelelahan dan penat sangat terasa. Namun, ketika akan mengetuk pintu... terpikir olehnya Sang istri yang tengah terlelap tidur.... ah, sungguh ia tak ingin membangunkannya. Tanpa pikir panjang, ia tak jadi mengetuk pintu dan seketika itu juga menggelar sorbanyya di depan pintu dan berbaring diatasnya. Dengan kelembutan hati yang tak ingin membangunkan istri terkasihnya, Sang suami lebih memilih tidur di luar rumah.. di depan pintu... dengan udara malam yang dingin melilit... hanya beralaskan selembar sorban tipis. Penat dan lelah beraktifitas seharian, dingin malam yang menggigit tulang ia hadapi.. karena tak ingin membangunkan istri tercinta. Subhanallah... Dan ternyata, di dalam rumah.. persis dibalik pintu tempat sang suami menggelar sorban dan berbaring diatasnya.. Sang istri masih menunggu, hingga terlelap dan bersandar sang istri di balik pintu. Tak terlintas sedikitpun dalam pikirinnya tuk berbaring di tempat tidur, sementara suaminya belum juga pulang. Namun, karena khawatir rasa kantuknya tak tertahan dan tidak mendengar ketukan pintu Sang suami ketika pulang, ia memutuskan tuk menunggu Sang suami di depan pintu dari dalam rumahnya. malam itu... tanpa saling mengetahui, sepasang suami istri tersebut tertidur berdampingan di kedua sisi pintu rumah mereka yang sederhana... karena kasih dan rasa hormat terhadap pasangan.. Sang Istri rela mengorbankan diri terlelap di pintu demi kesetiaan serta hormat pada Sang suami dan Sang suami mengorbankan diri tidur di pintu demi rasa kasih dan kelembutan pada Sang istri. dan Nun jauh di langit.... ratusan ribu malaikat pun bertasbih.... menyaksikan kedua sejoli tersebut... SUBHANALLAH WABIHAMDIH betapa suci dan mulia rasa cinta kasih yang mereka bina terlukis indah dalam ukiran akhlak yang begitu mempesona... saling mengasihi, saling mencintai, saling menyayangi dan saling menghormati...

Tahukah Anda... siapa mereka..? Sang suami adalah Muhammad bin Abdullah, Rasulullah SAW dan Sang istri adalah Sayyidatuna Aisyah RA binti Abu Bakar As- Sidiq. Merekalah sepasang kekasih teladan, suami istri dambaan, dan merekalah pemimpin para manusia, laki-laki dan perempuan di dunia dan akhirat. Semoga rahmat ALLAH senantiasa tercurah bagi keduanya, dan mengumpulkan jiwa kita bersama Rasulullah SAW dan Sayyidatuna Aisyah RA dalam surgaNYA kelak. dan Semoga ALLAH SWT memberi kita taufiq dan hidayah tuk bisa meneladani kedua manusia mulia tersebut. Amiin...amiin ya rabbal'alamiin.... Belajar dari Pensil by Julian Patra on Thursday, 30 September 2010 at 12:28

Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat. "Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?" Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, "Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai." "Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti" ujar si nenek lagi. Mendengar jawab ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. "Tapi nek sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya." Ujar si cucu. Si nenek kemudian menjawab, "Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini." "Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini." Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil. "Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya". "Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik".

"Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar".. "Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu". "Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda / goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah berhati-hati dan sadar terhadap semua tindakanmu". Source : http://www.facebook.com/?sk=2347471856#!/note.php?note_id=436161090812 Belajar dari Pensil by Julian Patra on Thursday, 30 September 2010 at 12:28

Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat. "Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?" Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, "Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai." "Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti" ujar si nenek lagi. Mendengar jawab ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. "Tapi nek sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya." Ujar si cucu. Si nenek kemudian menjawab, "Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini." "Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini." Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil. "Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya". "Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat

si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik". "Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar".. "Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu". "Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda / goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah berhati-hati dan sadar terhadap semua tindakanmu". Source : http://www.facebook.com/?sk=2347471856#!/note.php?note_id=436161090812 Kasih yang Paling Besar by Julian Patra on Wednesday, 29 September 2010 at 16:26

Suatu pagi yang sunyi di Korea, di suatu desa kecil, ada sebuah bangunan kayu mungil yang atapnya ditutupi oleh seng-seng. Itu adalah rumah yatim piatu di mana banyak anak tinggal akibat orang tua mereka meninggal dalam perang. Tiba-tiba, kesunyian pagi itu dipecahkan oleh bunyi mortir yang jatuh di atas rumah yatim piatu itu. Atapnya hancur oleh ledakan, dan kepingan-kepingan seng mental ke seluruh ruangan sehingga membuat banyak anak yatim piatu terluka. Ada seorang gadis kecil yang terluka di bagian kaki oleh kepingan seng tersebut, dan kakinya hampir putus. Ia terbaring di atas puingpuing ketika ditemukan, P3K segera dilakukan dan seseorang dikirim dengan segera ke rumah sakit terdekat untuk meminta pertolongan. Ketika para dokter dan perawat tiba, mereka mulai memeriksa anak-anak yang terluka. Ketika dokter melihat gadis kecil itu, ia menyadari bahwa pertolongan yang paling dibutuhkan oleh gadis itu secepatnya adalah darah. Ia segera melihat arsip yatim piatu untuk mengetahui apakah ada orang yang memiliki golongan darah yang sama. Perawat yang bisa berbicara bahasa Korea mulai memanggil nama-nama anak yang memiliki golongan darah yang sama dengan gadis kecil itu. Kemudian beberapa menit kemudian, setelah terkumpul anak-anak yang memiliki golongan darah yang sama, dokter berbicara kepada grup itu dan perawat menerjemahkan, "Apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya utk gadis kecil ini?" Anak-anak tersebut tampak ketakutan, tetapi tidak ada yang berbicara. Sekali lagi dokter itu memohon, "Tolong,

apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya utk teman kalian, karena jika tidak, ia akan meninggal!" Akhirnya, ada seorang bocah laki-laki di belakang mengangkat tangannya dan perawat membaringkannya di ranjang untuk mempersiapkan proses transfusi darah. Ketika perawat mengangkat lengan bocah untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah. "Tenang saja," kata perawat itu, "Tidak akan sakit kok." Lalu dokter mulai memasukan jarum, ia mulai menangis. "Apakah sakit?" tanya dokter itu. Tetapi bocah itu malah menangis lebih kencang. "Aku telah menyakiti bocah ini!" kata dokter itu dalam hati dan mencoba untuk meringankan sakit bocah itu dengan menenangkannya, tetapi tidak ada gunanya. Setelah beberapa lama, proses transfusi telah selesai dan dokter itu minta perawat untuk bertanya kepada bocah itu. "Apakah sakit?" Bocah itu menjawab, "Tidak, tidak sakit." "Lalu kenapa kamu menangis?", tanya dokter itu. "Karena aku sangat takut untuk meninggal" jawab bocah itu. Dokter itu tercengang! "Kenapa kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal?" Dengan air mata di pipinya, bocah itu menjawab, "Karena aku kira untuk menyelamatkan gadis itu aku harus menyerahkan seluruh darahku!" Dokter itu tidak bisa berkata apa-apa, kemudian ia bertanya, "Tetapi jika kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal, kenapa kamu bersedia untuk memberikan darahmu?" Sambil menangis ia berkata, "Karena ia adalah temanku, dan aku mengasihinya! Source : http://www.gsn-soeki.com/wouw/a000425.php Halibu Pemburu yang Baik Hati by Julian Patra on Monday, 27 September 2010 at 11:38

Ada sebuah kisah rakyat Mongolia yang menarik untuk kita simak... Pada jaman dahulu, di dataran padang rumput Mongolia, hiduplah seorang pemburu yang baik hati yang bernama Hailibu. Tiap selesai berburu, dia akan selalu membagikan daging-daging tersebut untuk penduduk desa yang lain dan dia hanya menyisakan sedikit bagian untuk dirinya sendiri. Perhatiannya untuk orang lain membuat dia begitu dihargai di desa itu. Suatu hari, saat sedang berburu di dalam hutan, Hailibu mendengar suara tangisan dari langit. Sambil menatap ke atas, dia melihat seekor makhluk kecil yang ditangkap oleh seekor burung Hering yang amat besar. Dengan cepat, dia mengarahkan busur panahnya ke arah predator tersebut. Karena terkena bidikan panah tersebut, si burung raksasa melepaskan mangsanya.

Hailibu menatap ke arah makhluk aneh tersebut yang memiliki tubuh menyerupai seekor ular. Dan berkata, "Makhluk yang menyedihkan (kasihan), cepat pulanglah." Makhluk itu menjawab, "Wahai pemburu yang baik, saya sangat berterima kasih karena anda telah menyelamatkan nyawaku. Sebenarnya, saya adalah putri raja Naga, dan saya yakin ayahku akan memberikan anda hadiah sebagai ucapan terima kasih. Beliau mempunyai banyak harta benda yang dapat anda miliki. Tetapi jika tiada satu pun harta benda yang berkenan bagimu, anda dapat meminta batu ajaib yang beliau simpan di dalam mulutnya. Siapapun yang memiliki batu ajaib itu, dia akan memahami semua bahasa hewan." Hailibu si pemburu tidak tertarik dengan segala harta benda, tetapi kemampuan untuk dapat memahami berbagai macam bahasa hewan membuatnya sangat tertarik. Kemudian, dia bertanya kepada si Putri Naga, "Apakah itu benar-benar batu ajaib?" Si putri menjawab, "Benar. Tetapi apapun yang anda dengar dari hewan-hewan tersebut, anda harus menyimpannya untuk diri anda sendiri. Jika anda memberitahukan kepada orang lain, maka anda akan berubah menjadi batu." Lalu, si Putri Naga itu membawa Hailibu ke pinggir laut. Saat mereka mendekati laut, tiba-tiba air terbelah dengan cepat, sehingga Hailibu dapat berjalan seperti saat berada di jalan yang amat lebar. Tak lama kemudian, tampaklah sebuah istana yang berkilau, di mana tempat tinggal si raja Naga. Raja Naga amat bahagia saat mendengar Hailibu telah menyelamatkan putrinya, dan dia kemudian menawarkan segala harta benda yang Hailibu inginkan dari istananya. Setelah terdiam beberapa saat, Hailibu menjawab, "Jika Baginda ingin memberi saya sesuatu sebagai hadiah, bolehkah saya meminta batu ajaib yang ada di mulut Baginda raja?" Raja Naga menurunkan kepalanya, berpikir sejenak. Kemudian, dia mengeluarkan batu tersebut dari mulutnya dan memberikannya kepada Hailibu. Saat akan berpisah, si Putri Naga mengulangi kembali pesannya untuk Hailibu, "Pemburu yang baik, hendaklah anda ingat untuk tidak memberitahukan kepada siapapun tentang apapun yang dikatakan oleh para hewan, jika tidak, anda akan langsung berubah menjadi batu." Setelah memiliki batu ajaib di mulutnya, Hailibu semakin menikmati perburuannya di hutan. Dia mengerti semua bahasa hewan, dan dia juga dapat mengetahui hewan apa saja yang dapat ia buru, beserta lokasi di mana hewan tersebut berada. Dengan kemampuan ini, dia menghasilkan lebih banyak lagi daging hewan buruannya dan ia dapat membagikannya kepada para penduduk desa. Beberapa tahun kemudian.... Pada suatu hari, saat sedang berada di gunung, Hailibu mendengar sekumpulan burung sedang bercakap-cakap tentang sesuatu hal yang amat penting. Dia mencoba untuk mendengarkannya dengan seksama. Sang pemimpin berkata, "Kita harus cepat-cepat pindah ke daerah lain. Malam ini, gunung akan meletus dan banjir akan menggenangi seluruh daerah ini. Banyak manusia yang akan mati" Hailibu amat kaget mendengar hal ini. Dengan tergesesa-gesa, dia lari pulang ke rumahnya, dan menyebarkan berita ini kepada penduduk desa. "Kita harus pergi dari daerah ini secepatnya, Kita tidak dapat tetap tinggal di sini lagi.!" Tentunya, penduduk desa bingung dan kaget,"Tidak ada yang salah selama kita tinggal di sini,lalu kenapa kita harus pindah?". Hailibu

tetap berkeras untuk menyampaikan berita ini, tapi tidak ada seorangpun yang percaya. Dengan menangis, Hailibu menjelaskan, "Tolong dengarkan saya, saya dapat bersumpah bahwa apa yang saya katakan itu benar. Percayalah saya, kita harus pergi sekarang sebelum semuanya terlambat" Seorang tetua mencoba untuk menenangkan Hailibu, "Engkau adalah pemuda yang baik dan selama ini engkau tidak pernah berdusta. Kami sudah menetap di sini dalam kurun waktu yang lama, tapi sekarang engkau meminta kami untuk pindah. Untuk pindah dari tempat ini bukanlah perkara mudah, karena itu engkau harus memberitahukan kepada kami apa alasanmu, anak muda?" Hailibu merasa putus asa dan tidak menemukan cara lain untuk menyelamatkan penduduk desa. Lalu, dia mencoba menenangkan diri sejenak. Dengan kesungguhan hati, dia berkata kepada penduduk desa. "Malam ini, gunung akan meletus dan sebuah banjir besar akan melanda tempat ini. Kalian dapat lihat sendiri, burung-burung telah terbang meninggalkan daerah ini." Kemudian Hailibu menjelaskan perihal bagaimana dia mendapatkan batu ajaib, yang membuatnya mengerti semua bahasa hewan, tapi seharusnya dia harus menyimpannya itu sebagai rahasia, jika tidak, dia akan berubah menjadi batu. Saat Hailibu bercerita, bagian bawah tubuhnya, mulai dari telapak kaki perlahan-lahan berubah menjadi batu. Setelah dia menyelesaikan seluruh cerita, dia berubah menjadi batu seutuhnya. Para penduduk desa amat kaget dan merasa amat kehilangan. Mereka menangis, mencurahkan kesedihan mereka yang sedalam-dalamnya, mereka menyesal mengapa tidak mempercayai Hailibu dari awal. Akhir-nya, dengan membawa barang-barang penting mereka dan persediaan makanan, semua penduduk desa (termasuk para tetua dan anak-anak), mereka berjalan dan meninggalkan daerah itu. Mereka terus berjalan hingga malam hari, tibatiba awan tebal menyelimuti langit dan angin telah bersiap untuk menderu. Tak lama, turunlah hujan yang amat sangat deras. Dari arah desa, mereka mendengar suara gemuruh dari letusan gunung...... Sudah beberapa generasi telah berlalu, namun para nenek moyang dari desa tersebut tetap dapat mengingat Hailibu, si pemburu yang baik hati. Mereka juga tetap berusaha untuk mencari batu Hailibu. Source : http://motivasi-cerita-dogeng.blogspot.com/2010/05/halibu-pemburu-yg-baik-hati.html Tentang Hidup dan Makna Hidup by Julian Patra on Sunday, 26 September 2010 at 14:11

Ada pasangan suami istri yang sudah hidup beberapa lama tetapi belum mempunyai keturunan. Sejak 10 tahun yang lalu, sang istri terlibat aktif dalam kegiatan untuk menentang ABORSI, karena menurut pandangannya, aborsi berarti membunuh seorang bayi. Setelah bertahun-tahun berumah-tangga, akhirnya sang istri hamil, sehingga pasangan tersebut sangat bahagia. Mereka menyebarkan kabar baik ini kepada famili, teman2 dan sahabat2, dan lingkungan sekitarnya. Semua orang ikut bersukacita dengan mereka. Dokter menemukan bayi kembar dalam perutnya, seorang bayi laki2 dan perempuan. Tetapi setelah beberapa bulan, sesuatu yang buruk terjadi. Sang bayi perempuan mengalami kelainan, dan ia mungkin tidak bisa hidup sampai masa kelahiran tiba. Dan kondisinya juga dapat mempengaruhi kondisi bayi laki2. Jadi dokter menyarankan untuk dilakukan aborsi, demi untuk sang ibu dan bayi laki2 nya. Fakta ini membuat keadaan menjadi terbalik. Baik sang suami maupun sang istri mengalami depresi. Pasangan ini bersikeras untuk tidak menggugurkan bayi perempuannya (membunuh bayi tsb), tetapi juga kuatir terhadap kesehatan bayi laki2nya. “Saya bisa merasakan keberadaannya, dia sedang tidur nyenyak”, kata sang ibu di sela tangisannya. Lingkungan sekitarnya memberikan dukungan moral kepada pasangan tersebut, dengan mengatakan bahwa ini adalah kehendak ALLAH. Ketika sang istri semakin mendekatkan diri dengan ALLAH, tiba-tiba dia tersadar bahwa ALLAH pasti memiliki rencanaNya dibalik semua ini. Hal ini membuatnya lebih tabah. Pasangan ini berusaha keras untuk menerima fakta ini. Mereka mencari informasi di internet, pergi ke perpustakaan, bertemu dengan banyak dokter, untuk mempelajari lebih banyak tentang masalah bayi mereka. Satu hal yang mereka temukan adalah bahwa mereka tidak sendirian. Banyak pasangan lainnya yang juga mengalami situasi yang sama, dimana bayi mereka tidak dapat hidup lama. Mereka juga menemukan bahwa beberapa bayi akan mampu bertahan hidup, bila mereka mampu memperoleh donor organ dari bayi lainnya. Sebuah peluang yang sangat langka. Siapa yang mau mendonorkan organ bayinya ke orang lain ? Jauh sebelum bayi mereka lahir, pasangan ini menamakan bayinya, Ahmad dan Asiyah. Mereka terus bersujud kepada ALLAH. Pada mulanya mereka memohon keajaiban supaya bayinya sembuh. Kemudian mereka tahu, bahwa mereka seharusnya memohon agar diberikan

kekuatan untuk menghadapi apapun yang terjadi, karena mereka yakin ALLAH punya rencanaNya sendiri. Keajaiban terjadi, dokter mengatakan bahwa Asiyah cukup sehat untuk dilahirkan, tetapi ia tidak akan bertahan hidup lebih dari 2 jam. Sang istri kemudian berdiskusi dengan suaminya, bahwa jika sesuatu yang buruk terjadi pada Asiyah, mereka akanmendonorkan organnya. Ada dua bayi yang sedang berjuang hidup dan sekarat, yang sedang menunggu donor organ bayi. Sekali lagi, pasangan ini berlinangan air mata. Mereka menangis dalam posisi sebagai orang tua, dimana mereka bahkan tidak mampu menyelamatkan Asiyah. Pasangan ini bertekad untuk tabah menghadapi kenyataan yg akan terjadi. Hari kelahiran tiba. Sang istri berhasil melahirkan kedua bayinya dengan selamat. Pada momen yang sangat berharga tersebut, sang suami menggendong Asiyah dengan sangat hati-hati, Asiyah menatap ayahnya, dan tersenyum dengan manis. Senyuman Asiyah yang imut tak akan pernah terlupakan dalam hidupnya. Tidak ada kata2 di dunia ini yang mampu menggambarkan perasaan pasangan tersebut pada saat itu. Mereka sangat bangga bahwa mereka sudah melakukan pilihan yang tepat (dengan tidak mengaborsi Asiyah), mereka sangat bahagia melihat Asiyah yang begitu mungil tersenyum pada mereka, mereka sangat sedih karena kebahagiaan ini akan berakhir dalam beberapa jam saja. Sungguh tidak ada kata2 yang dapat mewakili perasaan pasangan tersebut. Mungkin hanya dengan air mata yang terus jatuh mengalir, air mata yang berasal dari jiwa mereka yang terluka. Baik sang kakek, nenek, maupun kerabat famili memiliki kesempatan untuk melihat Asiyah. Keajaiban terjadi lagi, Asiyah tetap bertahan hidup setelah lewat 2 jam. Memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi keluarga tersebut untuk saling berbagi kebahagiaan. Tetapi Asiyah tidak mampu bertahan setelah enam jam….. Para dokter bekerja cepat untuk melakukan prosedur pendonoran organ. Setelah beberapa minggu, dokter menghubungi pasangan tsb bahwa donor tsb berhasil. Dua bayi berhasil diselamatkan dari kematian. Pasangan tersebut sekarang sadar akan kehendak ALLAH. Walaupun Asiyah hanya hidup selama 6 jam, tetapi dia berhasil menyelamatkan dua nyawa. Bagi pasangan tersebut, Asiyah adalah pahlawan mereka, dan sang Asiyah yang mungil akan hidup dalam hati mereka selamanya… Ada 3 point penting yang dapat kita renungkan dari kisah ini : 1. SESUNGGUHNYA, tidaklah penting berapa lama kita hidup, satu hari ataupun bahkan seratus tahun. Hal yang benar2 penting adalah apa yang telah kita lakukan selama hidup kita, yang bermanfaat bagi orang lain. 2. SESUNGGUHNYA, tidaklah penting berapa lama perusahaan kita telah berdiri, satu tahun ataupun bahkan dua ratus tahun. Hal yang benar2 penting adalah apa yang dilakukan perusahaan kita selama ini, yang bermanfaat bagi orang lain. 3. Ibu Asiyah mengatakan “Hal terpenting bagi orang tua bukanlah mengenai bagaimana karier anaknya di masa mendatang, dimana mereka tinggal, maupun berapa banyak uang yang mampu mereka hasilkan. Tetapi hal terpenting bagi kita sebagai orang tua adalah

untuk memastikan bahwa anak2 kita melakukan hal2 terpuji selama hidupnya, sehingga ketika kematian menjemput mereka, mereka akan menuju surga”. Mohon KEMURAHAN HATI Anda untuk menyebarkan kisah ini kepada sanak keluarga Anda, famili, teman2, rekan2 kerja, rekan2 bisnis, atasan, bawahan, sebuah kelompok organisasi ataupun perusahaan, PELANGGAN, serta siapa saja yang Anda temui. Ada 4 kemungkinan respon dari pihak2 yang telah membaca kisah ini. PERTAMA, cuek / tidak peduli / tidak mengerti kisah ini. KEDUA, tersentuh dengan kisah ini, tetapi tidak melakukan apapun. KETIGA, tersentuh dengan kisah ini, intropeksi diri, lalu mengubah cara pandang tentang hidupnya. KEEMPAT, tersentuh, intropeksi diri, mengubah cara pandang tentang hidupnya, lalu bergerak aktif untuk memaknai hidupnya sendiri dengan cara memberikan makna bagi kehidupan orang lain. Bila diantara sekian banyak orang yang memperoleh kisah ini dari Anda, ada satu saja yang termasuk kategori nomor EMPAT, ini berarti Anda telah berhasil mengubah hidup seseorang, dari sekedar “Hidup” menjadi “Hidup Yang Lebih Bermakna”. Mereka sungguh beruntung dengan kehadiran Anda di dunia ini. Berhentilah Untuk Selalu Memikirkan Kepentingan Diri Sendiri. Jadikanlah Kehadiran Anda Di Dunia Ini Sebagai RAHMAT Bagi Orang Banyak dan Bagi Orang2 Yang Anda Cintai (Ayah, Ibu, Saudara/i, Suami/Istri, Anak2 Anda, Teman Anda, dst) Last Hope by Julian Patra on Saturday, 25 September 2010 at 13:52

Bila semua teman-temanku bernyanyi, aku hanya bisa terdiam. Aku tidak pernah tau harus bagaimana mengatakan pada dunia betapa aku sangat ingin seperti mereka, bisa mendengar dan bernyanyi layaknya kehidupan normal. Sayangnya aku terlahir dengan keadaan tuli, lebih sadisnya terkadang mereka orang-orang yang tidak pernah mengerti perasaanku berkata kalau aku “ BUDEK”... “ Walaupun aku tidak bisa mendengar..” Ayah duduk dikursi dan menyuruhku memperhatikannya bermain piano, Ia menutup matanya lalu memainkan alunan tut piano itu. “ Anakku, rasakanlah musik itu dalam hati dan kamu akan tau bertapa Tuhan sangat mencintai siapa pun makluk yang ia ciptakan. Walaupun kamu terlahir dengan keadaan cacat dan tidak bisa mendengarkan suara musik itu dari telinga kamu.. Kamu bisa mendengarnya lewat hati kamu..”

Ayah mengajakku untuk menyentuh setiap toth piano dan kami bermain bersama, aku memang tidak bisa merasakan apa suara music itu tapi aku bisa merasakan nada dari jari yang ku tekan dan itu membuatku bersemangat untuk berlatih piano klasik, aku tau ibuku adalah seorang pemain piano sebelum ia meninggal saat melahirkanku. Aku pun berjuang untuk bermain musik dan perlahan aku mampu membuat sedikit alunan music yang indah. Semua itu ku rasakan dalam hatiku, semua itu kurasakan dalam jiwaku. Beberapa minggu kemudian, aku mulai berani mendaftar dalam tim musik sekolahku dan guruku menerimaku walaupun ia tau aku cacat tapi setelah aku mainkan piano dan ia terkesan. Aku tau semua orang melihatku dengan aneh, seorang teman bernama Agnes datang padaku. “ Hai orang cacat, apa yang bisa kamu lakukan dengan telingamu yang tertutup kotoran?” Yang lain tertawa dan menambah kalimat yang melukai hatiku, “ Dia mungkin mau jadi badut diantara tim kita, biarkan saja..” Ejekan itu berakhir saat guruku datang, mereka semua kembali ke posisi mereka masing dalam alat music yang mereka kuasai. Ibu guru pembimbing kelas musik bersikap hangat padaku, ia memperkenalkanku pada semuanya. “ Anak-anak mulai hari ini Angel akan bergabung dalam tim kita, semoga kalian bisa berkerja sama dengan Angel ya..” “ Ibu apa yang bisa lakukan untuk tim kita, dia kan budek?” ejek Agnes. “ Agnes!! ibu tidak pernah mengajarkan kamu untuk menghina orang lain, jaga sikap kamu. Walaupun Angel cacat secara fisik ia juga memiliki perasaan, tolong kendalikan kata-kata kamu.” Aku senang ibu membelaku tapi itu malah membuat semua membenciku, ibu mempersilakan aku memainkan piano, dengan gugup aku bisa bermain dengan baik. Tidak ada satu pun tepuk tangan dari teman-temanku, hanya ibu guru seorang. Ketika kelas bubar aku mendekat pada ibu guru, aku menuliskan apa yang ingin aku katakan kepadanya, Ia membacanya. “ Ibu , aku mundur saja dari tim, aku tidak mungkin bisa menjadi bagian dari mereka. Karena aku ini cacat. Mereka tidak akan menerimaku?” “ Tidak sayang, jangan berkata demikian, kamu special, kamu berbakat, mereka hanya belum terbiasa, percayalah kalau kamu sudah sering bermain dengan mereka. Kamu akan diterima dengan suka cita. Jadi ibu tidak mau mendengarkan kalimat kamu ingin mundur..” “ Tapi bu, aku takut bila membuat semua jadi kacau.” “ Anakku, beberapa minggu lagi, sekolah ini akan merayakan hari ulang tahunnya, ibu percaya kamulah satu-satunya orang yang layak mengisi tempat di bagian piano, karena teman kamu Rika (pianis sebelumnya) telah mundur karena sakit cacar”.. Aku pulang ke rumah dan memberi kabar kalau aku diterima dalam tim musik sekolah, ayah begitu gembira menunggu saat-saat aku akan berada dipanggung, ia terus melatih permainan pianoku. Aku tidak pernah cerita bertapa aku sangat diremehkan oleh teman-teman se-timku yang hanya menganggap aku sampah yang tidak layak disamping mereka. Mereka sering

memarahi aku dengan kata-kata kasar lalu mereka menghinaku sebagai gadis cacat, hal itu terus terjadi disaat kami berlatih persiapan untuk panggung sekolah. Mereka tidak pernah peduli apa yang kumainkan bila benar, mereka selalu bilang salah. Padahal aku yakin aku benar-benar memainkan musik piano ini, sedihnya saat aku bertanya dimana letak kesalahanku yang mereka jawab lebih menyakitkan. “ Kamu ini tuli dan budek, bagaimana bisa kamu tau alunan musik yang kamu mainkan itu benar atau salah? Kamu membuat aku muak dengan sikap kamu yang sok pintar dan mencari muka di depan bu guru.” Kata Agnes padaku. Aku menangis mendengarkan kalimat itu, aku berlari pulang ke rumah dan satu-satunya kalimat yang kudengar hanya satu. “ Pergi kamu gadis cacat, jangan pernah kembali ke tim kami, kami tidak sudi menerima kamu dalam kelompok ini.” Aku menangis hingga di depan rumahku dan ketika aku tiba di gerbang rumahku, sebuah mobil ambulan ada di depan rumahku dan membawa ayah. Aku mengejar perawat yang membawa ayah, ayahku tampak tertidur tanpa bicara, seorang tetanggaku berkata padaku. “ Ayahmu terkena serangan jantung, kamu ikut tante saja. Kita pergi bersama-sama ke rumah sakit.” Aku shock dan menangis! Bagaimana hidupku tanpa ayah? Sepanjang perjalanan aku terus menitikkan air mata. Ayah tidak sadarkan diri sejak sakit jantungnya kambuh, ia memang memiliki sakit jantung sejak menikah padahal usianya masih sangat muda. tiga hari lamanya aku menemani ayah yang tidak pernah sadarkan diri. Tiga hari pula aku tidak pernah ke sekolah, bu guru bertanya pada Agnes mengapa aku tidak masuk hari ini? Mungkin Angel merasa tidak sanggup lagi bergabung dengan tim kita, dia itu bodoh bu! Selalu melakukan kesalahan dan dia pergi begitu saja saat latihan dan tidak pernah kembali hingga saat ini. Ibu guru mencoba pergi ke rumahku, tapi tidak ada seorang pun orang dirumahku. Aku tau beberapa hari lagi perayaaan musik di sekolahku akan dimulai. Mungkin memang sudah menjadi garis tangan hidupku, aku tidak boleh menjadi tim sekolah. Padahal aku sudah berjuang maksimal berlatih piano di rumah. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menjaga ayahku karena ia lebih penting dalam hidupku, ia satu-satunya sahabatku yang bisa mengerti keadaan ku setelah ibu meninggal dunia. Ya Tuhan jangan ambil ayahku, doaku setiap saat kepadanya.. Seminggu kemudian, Ayah tersadar dan melihat aku di sampingnya. Ia tidak bisa bicara banyak, selain bertanya mengapa aku di sini, mengapa aku tidak berlatih bersama tim musik di sekolahku, aku berpurapura berkata padanya kalau mereka memberikan aku izin menjaga ayah. Ayah marah padaku, ia bilang aku harus segera latihan dan ia ingin aku tampil di sana. “ Jangan pedulikan ayah saat ini, yang penting kamu harus bisa buktikan kepada semua orang kalau kamu bisa bermain musik dan tunjukkan kepada mereka kamu gadis yang sempurna ” Aku tau itu berat, tapi aku tidak ingin ayah bersedih mendengar penolakkan sahabatku di sekolah, ia berjanji padaku akan lekas sembuh asal aku terus bersemangat latihan musik.

Akhirnya aku pun pergi ke sekolah kembali dan masuk ke kelas musik. Ibu guru menyambutku dengan baik, dan langsung memintaku berlatih. Setelah ia pergi, Agnes dan kawan-kawan mendekatiku, mereka mendorongku hingga terjatuh. “ Kamu itu makluk Tuhan paling menjijikan, jangan membuat tim kami malu dengan kehadiran kamu di tim music kami. tidak punya malu, padahal kami sudah mengusirmu..” Aku terdiam, seorang teman mengatakan pada Agnes, “ Percuma dia tuli, dia ga akan mendengarkan apa yang kita bicarakan.” Agnes marah merasa aku tidak mendengarkan semua kemarahannya, Ia bersama temanteman mendorongku hingga keluar ruangan, aku mengetuk pintu dan ketika tanganku berusaha membuka pintu, mereka menjepit tanganku tanpa ampun, aku berteriak kesakitan dan mereka tidak peduli “ Astaga dia bisa menjerit juga ya.. kirain dia itu bisu, bisa teriak juga hahaha “ ledek mereka. Mereka menyiksaku dan aku tidak berdaya. Tanganku terasa mati rasa, mungkin jariku patah. Aku meminta tetanggaku untuk membalut luka ini dan ia sangat terkejut dengan keadaanku. Aku berkata padanya aku terjatuh di jalan. Tapi aku tidak akan pernah menyerah untuk menjadi tim musik kelasku. Hingga hari itu tiba, dengan luka balut tanganku aku muncul di sekolah. Sebelumnya aku mengatakan pada ayah. “ Ayah hari ini aku akan bermain musik di hadapan semua orang, ayah harus mendengarkan ya. “ “ Anakku, ayah pasti mendengarkan. Maaf saat ini ayah sedang sakit, ini adalah hari istemewamu. Tapi ayah sudah pikirkan bagaimana caranya. Ambil telepon genggam ayah dan biarkan itu menyala saat kamu mainkan.” “ Baik ayah.” Aku menuruti ide cermerlang ayah. Saat aku keluar ruangan, dokter mengatakan hal kecil disamping ayah “ Jantung anda melemah, anda harus terus berpikir positif sehingga cepat sembuh” “ Anak saya akan manggung hari ini, itu membuat saya cemas” “ Percayalah , anak anda adalah gadis luar biasa"... Aku menangis menuju sekolahku, Saat aku tiba di sekolah, Agnes dan kawan-kawan melihatku dengan jijik. Sepertinya mereka tidak mau aku di panggung, mereka manarik bajuku dan menamparku di belakang panggung. “ Pergi cepat, jangan pernah ada disini, kami akan tampil tanpa kamu. Cepat pergi? Sebelum ibu guru datang” Tidak, aku tidak akan menyerah walaupun mereka menyiksaku. Aku sudah berjanji pada ayah untuk bermain musik di acara sekolah. Karena mereka mendapatkan aku tidak menyerah, akhirnya mereka mengancam tidak akan tampil dan memaksa aku tampil seorang diri, mereka ingin membuatku malu.

“ Baiklah, kami tidak akan tampil. Dan silakan kamu tampil sendirian, jadilah badut diatas panggung..” Aku tidak mampu berbuat apa-apa ketika mereka mengikat rambutku layaknya orang bodoh, memoles mukaku dengan cat warna merah menyerupai badut sirkus. Aku tidak peduli, aku hanya ingin ayah bahagia dan menepati janji kepada ayah untuk tampil dalam panggung itu. Setelah puas mendandaniku seperti badut mereka pergi mendorong aku di atas panggung saat ibu guru yang bertugas menjadi pembaca acara memanggil tim kami dan aku muncul sendirian, mereka semua berlarian mengumpat. “ DImana yang lain?” tanya ibu guru, Aku terdiam, semua orang yang ada di bangku penonton menertawakan aku, mereka melihat badut yang sedang berada di atas panggung, aku sungguh tidak bisa berbuat apa-apa. “ Astaga apa yang terjadi padamu dan yang lain pergi kemana? Kita tidak akan bisa menjalankan acara music ini.” Aku mengambil kertas dan menuliskannya “ Bu, izinkanlah aku bermain piano ini, aku sudah berjanji pada ayah untuk bermain piano, ia sedang terbaring lemas di rumah sakit, jantungnya melemah hari ini, aku takut ia akan semakin buruk bila tau aku gagal bermain bersama tim musik di sekolah” Ibu menatapku, ia sadar betapa aku sangat sulit. “ Baiklah mainkanlah piano ini, tunjukkan pada dunia kalau kamu adalah orang special dengan musikmu” “ Terima kasih bu.” Ibu guru memberikan kata-kata sambutan kepada penonton yang terus tertawa karena melihat badut sepertiku, tapi aku tidak peduli. Dengan keunggulan 3g, aku mengadakan video call dan ayah tersenyum padaku memberikan semangat, ku letakkan telepon itu di atas meja piano. “Tuhan bimbing aku agar semua berjalan dengan baik. Dan dengarkanlah musik ini..” Setiap denting musik mulai memecahkan semua tawa yang awalnya menghujatku, menghinaku, alunan musik ini membawa perjalanan kisahku untuk berjuang menunjukkan pada dunia, aku memang terlahir cacat, aku tidak pernah tau apa artinya musik, tidak tau bagaimana suara burung, suara ayah bahkan tragisnya aku tidak pernah tau suara yang keluar dari mulutku sendiri. Tapi aku percaya, aku tercipta bukan tanpa tujuan dalam dunia ini. ketika lagu itu usai ku mainkan, semua berdiri dan memberikan tepuk tangan, aku menangis. ibu guru memelukku, aku ingin ibu menyampaikan pesanku kepada penonton. “ Terima kasih, memberikan aku kesempatan untuk berada di tempat ini. Kini aku tau mengapa aku berbeda, karena Tuhan mencintaiku. Aku tidak akan marah pada Agnes dan teman-teman, aku bersyukur karena mereka mengajarkan aku tentang ketekunan dan ikhlas. Termasuk ayah, yang selalu bilang padaku “ kita tidak perlu merasa sedih dengan keadaan kita, bagaimanapun bentuknya. Karena Tuhan memberikan kita nafas kehidupan dengan tujuan hidup masing-masing” Ya aku percaya itu.

Harga Sebuah Kekuasaan = 1 Gelas Air Saja by Julian Patra on Friday, 24 September 2010 at 10:07

Khalifah Harun Ar Rasyid sedang dalam sebuah perjalanan melintasi sebuah gurun pasir menunggangi unta. Bersamanya Seorang Penasehat yang bijak, Ibnu As Samak. Perjalanan panjang di siang yang panas. Terik matahari membuat dehidrasi dan sang khalifah pun kehausan. Pada satu tempat yang teduh, Harun ar Rasyid menepi. Ibnu Samak menawarkan segelas air sambil berujar, “Khalifah…, dalam kondisi panas dan tenggorokan kehausan, andai kata kau tidak dapatkan air untuk minum kecuali dengan harus mengeluarkan separuh kekuasaanmu, sudikah engkau membayar dan mengeluarkannya? !” Tanpa pikir panjang khalifah ar Rasyid menjawab, “Tentu Aku bersedia membayarnya seharga itu asal tidak mati kehausan!” Maka usai mendengarnya, Ibnus Samak memberikan segelas air itu dan khalifah pun tidak lagi kehausan. Kemudian Ibnu Samak melontarkan pertanyaan lagi, “Wahai Khalifah, andai air segelas yang kau minum tadi tidak keluar dari lambungmu selama beberapa hari tentulah amat sakit rasanya. Perut jadi gak keruan dan semua urusan jadi berantakan karenanya. Andai kata bila kau berobat demi mengeluarkan air itu dan harus menghabiskan separuh kekayaanmu lagi, akankah kau sudi membayarnya? ” Mendengar itu, sang khalifah merenungi kondisi yang disebut oleh Ibnu Samak. Seolah mengamini maka khalifah menjawab, “Saya akan membayarnya meski dengan separuh kekuasaanku !” Mendengar jawaban dari sang khalifah, maka Ibnus Samak sang penasehat raja yang bijak kemudian berkomentar, “O…., kalau begitu seluruh Kekuasaan yang khalifah miliki itu rupanya hanya senilai segelas air saja!” Sahabat, Itu baru kenikmatan segelas air...., coba kita renungkan dan kita rasakan betapa nikmat yang dilimpahkan Allah SWT kepada kita amat sangat banyak, hingga kita tak akan mampu menghitungnya. Mata kita dengan leluasanya memandang indahnya dunia dan segala ciptaanNYA, akankah kita gunakan untuk memandang yang dilarang oleh Allah Yang Maha Melihat ? Pendengaran kita mampu menangkap segala bentuk informasi yang membuat kita menjadi orang hebat, akankah kita pakai mendengar hal-hal yang melanggar aturan Allah Yang Maha Mendengar ? Mulut dan Lidah kita yang mampu menikmati berbagai rasa dan kelezatan serta mengkomunikasikan segala bentuk perasaan dan kebijakan, sudahkah kita jaga agar

tidak melukai ? seberapa seringkah kita baca dan kita patuhi Surat-Surat Cinta (Firman) dari Yang Maha Pembuat Kebijakan Nafas kita yang setiap detik mensuplai kebutuhan oksigen untuk tubuh dan kehidupan kita secara Cuma-Cuma, akankah kita sia-siakan detik demi detik berlalu tanpa ada kontribusi untuk memperjuangkan tegaknya aturan-aturan Allah SWT dalam diri, keluarga dan masyarakat kita ? Kaki tangan kita yang mampu bergerak secara leluasa untuk mengerjakan berbagai aktifitas kehidupan, sudahkan kita mengekspresikan ketundukan dan ketaatan dengan bersujud dan rukuk kepadaNya disaat Dia memanggil kita ? Harta dan Kekayaan yang telah diamanahkan kepada kita, sudahkan kita sucikan ? sudah relakah kita investasikan untuk Planning Sukses Akhir Hayat kita ? dan masih banyak nikmat lainnya yang kalau kita hitung dan kita rinci satu per satu kita tidak akan mampu menghitungnya. "Seandainya kalian menghitung nikmat Allah, tentu kalian tidak akan mampu"( QS,AnNahl: 18) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? QS. ar-Rahman (55) : 13 Source : http://cintamerahputih.blogspot.com/2010/05/harga-sebuah-kekuasaan-1-gelas-airsaja.htm Berbagi Cinta by Julian Patra on Tuesday, 21 September 2010 at 15:04

Bila ada ajakan untuk berbagi, apa yang ada di pikiran anda? Berbagi dana, pakaian layak pakai, sembako, susu, makanan atau bentuk materia lainnya. Jawaban itu boleh jadi karena pengaruh ide materilistik yang telah mengglobal. Mengukur segala sesuatunya dengan ukuran yang bersifat material dan kasat mata. Pengalaman nyata dari ayah angkat saya mungkin bisa menjadi pelajaran bahwa berbagi tidaklah mesti berbentuk material. Setiap tahun, ayah angkat saya punya kebiasan berkeliling ke berbagai panti asuhan dan rumah anak yatim. Kunjungan biasanya dilakukan dua kali. Awal bulan Ramadhan dan akhir bulan Ramadhan. Kunjungan pertama adalah survey untuk mengetahui kebutuhan panti asuhan atau rumah yatim. Kunjungan kedua membawa bantuan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Ketika berkunjung ke salah satu rumah yatim, ayah angkat saya bertemu dengan seorang bocah bernama Nina. “Nina, apa yang anakku mau sayang” begitu ayah saya membuka percakapan. “Nina mau baju baru?, sepatu baru?, tas baru? Atau apa nak? tambah ayah saya.

“Nggak ah… ntar om marah” jawab Nina. “nggak sayang, om tidak akan marah” ayah saya menimpali. “Nggak ah… ntar om marah” Nina mengulang jawabannya. Ayah saya berpikir, pasti yang diminta Nina adalah sesuatu yang mahal. Rasa keingintahuan orang tua saya semakin menjadi. Maka dia dekati lagi Nina sambil berkata, “ayo nak katakan apa yang kamu minta sayang” “Tapi janji ya om tidak marah” jawab Nina manja. “Om janji tidak akan marah sayang” tegas ayah saya. “Bener om tidak akan marah” sahut Nina agak ragu. Ayah saya menganggukkan kepala pertanda bahwa ia setuju untuk tidak marah Nina menatap tajam wajah ayah saya. Sementara ayah saya berpikir, apa gerangan yang diminta oleh Nina. “Seberapa mahal sich yang bocah kecil ini minta sampai dia harus meyakinkan bahwa saya tidak akan marah‟ pikir ayah saya. Sambil tersenyum orang tua saya mengatakan “ayo nak, katakan, jangan takut, om tidak akan marah nak.” Dengan terus menatap wajah ayah saya, Nina berkata; “bener ya om tidak marah.” Sekali lagi ayah saya mengganggukan kepala. Dengan wajah berharap-harap cemas, Nina mengajukan permintaanya “om, boleh nggak saya memanggil ayah” Mendengar jawaban itu, tak kuasa ayah saya membendung air matanya. Segera dia peluk Nina dan mengatakan “tentu anakku.. tentu anakku… mulai hari ini Nina boleh memanggil ayah, bukan om” Sambil memeluk erat ayah saya, dengan terisak Nina berkata “terima kasih ayah… terima kasih ayah… Hari itu, adalah hari yang tak akan terlupakan buat ayah saya. Dia habiskan waktu beberapa saat untuk bermain dan bercengkrama dengan Nina. Karena merasa belum memberikan sesuatu yang berbentuk material kepada Nina maka sebelum pulang, ayah saya berkata kepada Nina “anakku, sebelum lebaran nanti ayah akan datang lagi kemari bersama ibu, apa yang kamu minta nak?” “Khan udah tadi, Nina sudah boleh memanggil ayah” sergah Nina. “Nina masih boleh minta lagi sama ayah. Nina boleh minta sepeda, otoped atau yang lain, pasti akan ayah kasih.” Sambil memegang tangan ayah saya, Nina memohon

“nanti kalau ayah datang sama ibu ke sini, saya minta ayah bawa foto bareng ayah, ibu dan kakak-kakak, boleh khan ayah?” Tiba-tiba kaki orang tua saya lunglai, dia terduduk, bersimpuh di depan Nina. Dia peluk lagi Nina sambil bertanya; “buat apa foto itu nak?” Tanpa ragu Nina menjawab “Nina ingin tunjukkan sama temen-temen Nina di sekolah, ini foto ayah Nina, ini ibu Nina, ini kakak-kakak Nina.” Ayah saya memeluk Nina semakin erat, seolah ia tak mau berpisah dengan seorang bocah yang menjadi guru kehidupan di hari itu. Terima kasih Nina, walau usiamu masih belia kau telah mengajarkan kepada kami tentang makna berbagi cinta. Berbagilah cinta, karena itu lebih bermakna dibandingkan dengan sesuatu yang kasat mata. Berbagilah cinta, maka kehidupan anda akan lebih bermakna. Berbagilah cinta agar orang lain merasakan keberadaan anda di dunia. NOBODY'S PERFECT by Julian Patra on Thursday, 2 September 2010 at 11:24

Ini kisah pertemuan kembali dua sahabat yang sudah puluhan tahun berpisah. Mereka merindukan satu sama lain. Mereka bercerita, bersenda sambil minum kopi di sebuah café'. Awalnya topik yang dibicarakan adalah soal-soal nostalgia zaman sekolah dulu, namun pada akhirnya menyangkut kehidupan mereka sekarang ini. "Mengapa sampai sekarang kau belum menikah?" Ujar Latif kepada temannya Borhan yang sampai sekarang masih membujang. "Hmmm...sebenarnya sampai sekarang ini aku masih belum bertemu dengan seorang wanita yang sempurna. Itulah sebabnya aku masih membujang. Dulu waktu aku bekerja aku berjumpa dengan seorang wanita yang cantik dan bijak. Aku fikir itulah wanita yang ideal untuk aku dan sesuai dijadikan isteri." "Namun tidak lama selepas mengenalinya.. ketika hubungan semakin dekat baru aku tahu dia sebenarnya amat sombong. Hubungan kami putus sampai di situ" “Setelah itu aku bertemu seorang perempaun yang cantik jelita, ramah dan dermawan. Pada pertemuan pertama aku begitu takjub. Jantungku berdenyut kencang dan ketika itu aku pun berfikir bahwa inilah wanita idealku. Namun selepas mengenalinya dengan lebih dekat baru aku tahu banyak tingkah lakunya yang tak baik dan tidak bertanggung jawab.” ”Kemudian, aku bertemu dengan seorang wanita yang manis, baik, periang dan pintar. Dia sangat menyenangkan bila diajak berbicara. Selalu menyambung pembicaraan kami dan penuh humor. Tapi terakhir aku ketahui ia dari keluarga yang berpecah belah dan selalu meminta di luar kemampuan. Akhirnya kami berpisah."

"Aku terus mencari, namun sering mendapati ada kekurangan dan kelemahan pada setiap wanita yang aku temui. Hingga pada suatu hari, aku bertemu dengan wanita ideal yang aku dambakan selama ini. Dia begitu cantik, pintar, baik hati , dermawan dan penuh humor. Dia juga sangat perhatian dan menyayangi orang lain. Aku fikir inilah pendamping hidup yang dikurniakan oleh Tuhan untuk aku..." "Kemudian bagaimana?" kata Latif tidak sabar melihat Borhan diam seketika. " Apa yang terjadi? Bagaimana hubungan kau dengan dia sekarang?" tanya Latif lagi sewaktu mendapati Borhan terus diam. Kemudian.... Borhan bersuara perlahan,"Sebenarnya beberapa hari lalu baru aku mengetahui bahawa wanita itu juga sedang mencari seorang lelaki yang sempurna..." Jadi? No body's Perfect! Jangan menyia-siakan siapapun yang ada di hadapan kita. Belum tentu kita akan mendapat lebih baik daripada apa yang kita ada sekarang. Kalau kita mau mencari kesempurnaan, cermin dahulu diri, apakah sudah sempurna di mata orang lain. Wahai Lelaki, luruskan wanita dengan jalan yang ditunjukkan Allah. Didiklah mereka dengan panduan daripada-Nya. Jangan coba jinakkan mereka dengan harta, karena nanti mereka semakin liar. Jangan menghibur mereka dengan kecantikan, karena nantinya mereka yang semakin menderita. Kenalkan mereka kepada Allah, zat yang kekal… karena di situlah puncak kekuatan dunia. Akal wanita setipis rambutnya, tebalkan ia dengan ilmu. Hatinya serapuh kaca, kuatkanlah dengan iman. Wanita tanpa iman, ilmu dan akhlak mereka tidak akan lurus bahkan membengkok. Bila wanita durhaka, dunia lelaki akan huru-hara. Lelaki pula janganlah terlalu mengharapkan ketaatan… tetapi binalah kepimpinan. Pastikan sebelum memimpin wanita menuju Ilahi, pimpinlah diri sendiri kepada-Nya. Jinakkan diri kepada Allah, niscaya jinaklah segala di bawah pimpinanmu. Jangan mengharapkan isteri semulia Fatimah Az-Zahra, seandainya peribadi tidak sehebat Sayidina Ali Karamallahu Wajhah..... Begitu jugalah sebaliknya. NO BODY'S PERFECT ! Source : rumah-yatim-indonesia. Diakah Cinta Sejatimu? by Julian Patra on Tuesday, 31 August 2010 at 10:45

Bila sudah sekian kali menjalani hubungan dan selalu terbelit dengan permasalahan cinta yang tiada habisnya. Mungkin kamu harus berani bertanya lagi ke dalam diri kamu, benarkah si dia itu cinta sejatimu? Untuk menemukan cinta sejati memang tidaklah mudah. Tapi bukan berarti itu adalah hal yang amat sulit kamu dapatkan. Berikut ini beberapa hal yang kamu harus perhatikan untuk meyakinkan dirimu apakah dia memang „soulmate‟mu? Tanpa syarat Awal ketika kita menyukai seseorang biasanya karena berbagai kelebihannya yang terlihat menarik. Bisa dari ketampanan, kecantikan, kepintaran, kebaikan dan hal menarik lainnya sampai dia terlihat special di mata kita. Tapi ketika sudah „jadian‟ dan semua itu terlihat meluntur. Misalnya saat kamu salah potong rambut, dan dia bisa cemberut seharian karena itu. Atau ketika kamu berbuat seuatu kesalahan dan dia tidak mau memberimu kesempatan untukmu memperbaikinya. Sebaiknya pikir-pikir lagi deh untuk mencapnya sebagai cinta sejatimu. Karena pada dasarnya cinta sejati itu adalah cinta yang tak bersyarat dan menerima apa adanya. Selain itu juga sebuah cinta yang bisa membawa ke arah yang lebih baik. Cinta adalah pengorbanan? Sebenarnya dalam cinta sejati nggak ada yang namanya pengorbanan. Apalagi kalau sampai si dia bilang “Aku kan sudah mengorbankan banyak hal untukmu”.. ups.. hati-hati kalau dia sudah berkata seperti itu., jangan lagi mendeklarasikan dia sebagai cinta sejatimu. Karena yang ada dalam cinta sejati adalah komitmen terhadap diri sendiri dan pasangan untuk menjaga dan membahagiakan. Karena seseorang yang telah berkorban nggak akan bilang kalau dia telah berkorban. Kalau apa-apa sudah bilang kalau dia sudah berkorban banyak untukmu, itu namaya pamrih. Bukan berkorban. Hanya sebatas status Ada beberapa orang yang akhirnya memutuskan untuk menjalani suatu hubungan karena nggak mau kelihatan kalau dia itu sedang menjomblo. Nggak jarang juga seseorang tetap mempertahankan suatu hubungan padahal dia sudah nggak „sreg‟ atau nyaman lagi untuk tetap menjalani hubungan itu. Bahkan kadang walaupun hati sudah merasa bahwa orang yang di samping kita saat ini bukanlah seseorang yang tepat, masih saja tidak bisa mengakhirinya. Apa sih penyebab semua itu? Sebenarnya seseorang tetap menjalani sesuatu yang „semu‟ buat dirinya bukan karena ia takut kehilangan seseorang itu, tapi karena ada rasa enggan untuk merasakan perubahan saat mereka menjomblo lagi. Coba deh beranikan diri untuk menilai lagi, apakah hubungan yang kamu sedang jalani ini membawa lebih banyak kebahagiaan atau kesedihan? Atau yang kamu jalani ini hanya untuk status semata.

Source : http://www.bergaul.com/pages/articles/artikelshow.php?id=86 Suatu Kisah Dibalik Menghafal Al Qur'an by Julian Patra on Monday, 30 August 2010 at 06:45

Pak Didi, lelaki berusia lebih dari 60 tahun yang nikmat penglihatannya kini sudah diambil kembali oleh Sang Pemilik Sejati ini memang selalu menempati tempat tersebut. Wajar jika pak Didi mendapatkan shaf pertama karena beliau selalu (sering) menjadi orang pertama yang hadir di mushola. Terlebih jika sholat subuh, beliaulah yang selalu melantunkan sholawat, membangunkan jamaah lain yang masih terlelap dalam tidurnya. Dan ujung kiri adalah tempat yang paling mudah dijangkau olehnya yang selalu datang dari pintu sebelah kiri, berjalan meraba tembok dan berhenti ketika jangkauan tangannya menyentuh dinding bagian depan. Pak Didi, pria santun yang beberapa waktu lalu pernah aku tulis kisahnya lantaran rumus 90 langkah menuju musholanya. Pak Didi yang tetap istiqomah sholat berjamaah di mushola, meskipun untuk sampai di sana beliau harus meraba dan menghitung langkah kakinya karena kedua mata fisiknya tak mampu lagi membedakan gelap dan terang. Bukan, bukan karena tak ada keluarga yang mengantarkan, tapi karena pak Didi lebih senang berangkat ke mushola sendiri (khususnya untuk sholat Subuh, sedang untuk sholat-sholat lainnya pak Didi sering diantar oleh istri atau cucunya). Pak Didi yang telah membukakan kesadaranku, memberiku semangat untuk terus sholat berjamaah di mushola. Dan jika kini aku mencoba kembali menulis tentangnya, semua karena „hoby‟ barunya. Seminggu terakhir, pak Didi sedang rajin menghafalkan ayat-ayat suci Al Quran. Kalau surah Yaasiin sudah lama beliau hafal. Yang sekarang sedang menarik minatnya untuk dihafalkan adalah surat An Nisaa‟ ayat 59–60. Pernah aku bertanya ada apa dengan ayat ini, sehingga beliau tergerak untuk menghafalkannya, apakah ayat-ayat sebelumnya sudah hafal semua ataukah ada pengalaman khusus dengan ayat ini? Dengan tersenyum ramah (salah satu ciri khasnya) beliau katakan bahwa sebenarnya ayat-ayat lainnya belum hafal, tapi belaiu tertarik untuk menghafal ayat tersebut lantaran beliau pernah mengikuti sebuah pengajian yang kebetulan membahas ayat tersebut. Bagaimana pak Didi belajar menghafal, sedangkan membacapun beliau tak bisa?. Adalah Haji Sidik atau terkadang pak Minong yang sering mendampingi pak Didi menghafal, sambil menunggu datangnya waktu Isya. Dan meski sudah tergolong „sepuh‟, daya ingat pak Didi ternyata masih cukup kuat. Itu ku ketahui ketika kemarin malam aku dimintanya untuk mendampingi beliau menghafal surat An Nisa ayat ke-59 dan 60. Kebetulan malam itu hanya ada aku dan pak Didi, jamaah lainnya yang biasa mengaji sudah pada pulang, barangkali ada satu keperluan sehingga mereka baru datang kembali beberapa saat sebelum azan Isya berkumandang. Dua ayat yang cukup panjang ini mampu dihafal pak Didi dengan baik. Aku menyimak hafalan pak Didi sambil membuka Al Quran. Hampir semuanya betul, hanya ada beberapa yang tajwidnya kurang pas (menurutku).

Selanjutnya pak Didi minta agar aku membacakan ayat selanjutnya. Dan Subhanallah, hanya beberapa kali kubacakan, pak Didi langsung bisa menghafalnya. Bahkan, secara tak sengaja akupun jadi ikut menghafalkan, meskipun baru satu ayat. Alhamdulillah. Satu hal yang kudapat dari belajar menghafal bersama pak Didi malam itu. Semangat pak Didi yang menggebu, dan ini membuatku merasa malu. Aku teringat masa kecil di kampung dulu, almarhum Romelan mengajari kami menghafal juz Ama. Hampir semua surat-surat di juz ke-30 berhasil kami hafalkan meskipun baru sebatas hafalan tanpa mengerti arti dan kandungannya. Tapi kini, Astaghfirulloh! Tinggal beberapa surat yang masih kuingat, itupun terbatas pada surat-surat yang biasa ku baca di setiap sholat. Pernah beberapa waktu yang lalu, aku mencoba menghafalkan kembali surat-surat pendek ditambah dengan artinya. Namun sayang, hafalanku terhenti di surat Al „Ashr. „Kesibukan‟ duniawiku menjadi alasannya. Astaghfirulloh, ampuni aku ya Allah. Dan malam itu, ketika pak Didi meminta (tepatnya mengajakku) menghafal bersama, muncul sebuah keinginan untuk kembali membenahi hafalanku yang dulu. Bukan hanya hafal bacaannya, tapi juga artinya. Dengan mengerti artinya, mudah-mudahan kedepannya bisa memahami kandungannya, insya Allah. Terima kasih pak Didi, kembali untuk kedua kalinya engkau telah membukakan kesadaran sekaligus memberikan semangat padaku. Semoga Allah menetapkan hidayah itu padamu, juga kepadaku. Amin. Source : http://www.suaramedia.com/artikel/14-kumpulan-artikel/22526-suatu-kisah-dibalikmenghafal-al-quran.html Pelangi by Julian Patra on Tuesday, 24 August 2010 at 13:19 Di suatu masa warna-warna dunia mulai bertengkar. Semua menganggap dirinyalah yang terbaik, yang paling penting, yang paling bermanfaat dan yang paling disukai. HIJAU berkata : “Jelas akulah yang terpenting. Aku adalah pertanda kehidupan dan harapan. Aku dipilih untuk mewarnai rerumputan, pepohonan dan dedaunan. Tanpa aku, semua hewan akan mati. Lihatlah ke pedesaan, aku adalah warna mayoritas…” BIRU menginterupsi : “Kamu hanya berpikir tentang bumi, pertimbangkanlah langit dan samudra luas. Airlah yang menjadi dasar kehidupan dan awan mengambil kekuatan dari kedalaman lautan. Langit memberikan ruang dan kedamaian dan ketenangan. Tanpa kedamaian, kamu semua tidak akan menjadi apa-apa.” KUNING cekikikan : “Kalian semua serius amat sih? Aku membawa tawa, kesenangan dan kehangatan bagi dunia. Matahari berwarna kuning, dan bintang-bintang berwarna kuning. Setiap kali kau melihat bunga matahari, seluruh dunia mulai tersenyum. Tanpa aku, dunia tidak ada kesenangan.” ORANYE menyusul dengan meniupkan trompetnya : “Aku adalah warna kesehatan dan kekuatan. Aku jarang, tetapi aku berharga karena aku mengisi kebutuhan kehidupan manusia. Aku membawa vitamin-vitamin terpenting. Pikirkanlah wortel, labu, jeruk, mangga dan pepaya. Aku tidak ada dimana-mana setiap saat, tetapi aku mengisi lazuardi saat fajar atau saat matahari terbenam. Keindahanku begitu menakjubkan hingga tak seorangpun dari kalian akan terbetik di pikiran orang.”

MERAH tidak bisa diam lebih lama dan berteriak : “Aku adalah Pemimpin kalian. Aku adalah darah - darah kehidupan! Aku adalah warna bahaya dan keberanian. Aku berani untuk bertempur demi suatu kuasa. Aku membawa api ke dalam darah. Tanpa aku, bumi akan kosong laksana bulan. Aku adalah warna hasrat dan cinta, mawar merah, poinsentia dan bunga poppy.” UNGU bangkit dan berdiri setinggi-tingginya ia mampu : Ia memang tinggi dan berbicara dengan keangkuhan. “Aku adalah warna kerajaan dan kekuasaan. Raja, Pemimpin dan para Uskup memilih aku sebagai pertanda otoritas dan kebijaksanaan. Tidak seorangpun menentangku. Mereka mendengarkan dan menuruti kehendakku.” Akhirnya NILA berbicara, lebih pelan dari yang lainnya, namun dengan kekuatan niat yang sama: “Pikirkanlah tentang aku. Aku warna diam. Kalian jarang memperhatikan adaku, namun tanpaku kalian semua menjadi dangkal. Aku merepresentasikan pemikiran dan refleksi, matahari terbenam dan kedalaman laut. Kalian membutuhkan aku untuk keseimbangan dan kontras, untuk doa dan ketentraman batin.” Jadi, semua warna terus menyombongkan diri, masing-masing yakin akan superioritas dirinya. Perdebatan mereka menjadi semakin keras. Tiba-tiba, sinar halilitar melintas membutakan. Guruh menggelegar. Hujan mulai turun tanpa ampun. Warna-warna bersedeku bersama ketakutan, berdekatan satu sama lain mencari ketenangan. Di tengah suara gemuruh, hujan berbicara : "WARNA-WARNA TOLOL, kalian bertengkar satu sama lain, masing-masing ingin mendominasi yang lain. Tidakkah kalian tahu bahwa kalian masing-masing diciptakan untuk tujuan khusus, unik dan berbeda? Berpegangan tanganlah dan mendekatlah kepadaku!” Menuruti perintah, warna-warna berpegangan tangan mendekati hujan, yang kemudian berkata : "Mulai sekarang, setiap kali hujan mengguyur, masing-masing dari kalian akan membusurkan diri sepanjang langit bagai busur warna sebagai pengingat bahwa kalian semua dapat hidup bersama dalam kedamaian." Pelangi adalah pertanda Harapan hari esok. Jadi, setiap kali hujan deras jatuh membasahi dunia, dan saat pelangi memunculkan diri di angkasa marilah kita mengingat untuk selalu menghargai satu sama lain. Masing-masing kita mempunyai sesuatu yang unik, kita semua diberikan kelebihan untuk membuat perubahan di dunia dan saat kita menyadari pemberian itu lewat kekuatan visi kita, kita memperoleh kemampuan untuk membentuk masa depan.

Manakah yang Akan Anda Pilih? by Julian Patra on Saturday, 21 August 2010 at 12:51

Sekelompok anak kecil sedang bermain di dekat dua jalur kereta api. Jalur yang pertama adalah jalur aktif (masih sering dilewati kereta api), sementara jalur kedua sudah tidak aktif. Hanya seorang anak yang bermain di jalur yang tidak aktif (tidak pernah lagi dilewati kereta api), sementara lainnya bermain di jalur kereta api yang masih aktif. Tiba-tiba terlihat ada kereta api yang mendekat dengan kecepatan tinggi. Kebetulan Anda berada di depan panel persimpangan yang mengatur arah kereta api tersebut. Apakah Anda akan memindahkan arah kereta api tersebut ke jalur yang sudah tidak aktif dan menyelamatkan sebagian besar anak kecil yang sedang bermain? Namun hal ini berarti Anda mengorbankan seorang anak yang sedang bermain di jalur kereta api yang tidak aktif. Atau Anda akan membiarkan kereta tersebut tetap berada di jalur yang seharusnya? Mari berhenti sejenak dan berpikir keputusan apa yang sebaiknya kita ambil? Sebagian besar orang akan memilih untuk memindahkan arah kereta dan hanya mengorbankan jiwa seorang anak. Anda mungkin memiliki pilihan yang sama. Saya-pun mempunyai pilihan demikian karena dengan menyelamatkan sebagian besar anak dan hanya kehilangan seorang anak adalah sebuah keputusan yang rasional dan dapat disyahkan baik secara moral maupun emosional. Namun sadarkah Anda bahwa anak yang memilih untuk bermain di jalur kereta api yang sudah tidak aktif, berada di pihak yang benar karena telah memilih untuk bermain di tempat yang aman? Disamping itu, dia harus dikorbankan justru karena kecerobohan teman-temannya yang bermain di tempat berbahaya. Dilema semacam ini terjadi di sekitar kita setiap hari. Di kantor, di masyarakat, di dunia politik dan terutama dalam kehidupan demokrasi, pihak minoritas harus dikorbankan demi kepentingan mayoritas. Tidak peduli betapa bodoh dan cerobohnya pihak mayoritas tersebut. Nyawa seorang anak yang memilih untuk tidak bermain bersama teman-temannya di jalur kereta api yang berbahaya telah dikesampingkan. Dan bahkan mungkin kita tidak akan menyesalkan kejadian tersebut. Seorang teman yang men-forward cerita ini berpendapat bahwa dia tidak akan mengubah arah laju kereta karena dia percaya anak-anak yang bermain di jalur kereta api yang masih aktif sangat sadar bahwa jalur tersebut masih aktif. Akibatnya mereka akan segera lari ketika mendengar suara kereta mendekat. Jika arah laju kereta diubah ke jalur yang tidak aktif maka seorang anak yang sedang bermain di jalur tersebut pasti akan tewas karena dia tidak pernah berpikir bahwa kereta akan menuju jalur tersebut. Disamping itu, alasan sebuah jalur kereta api dinonaktifkan kemungkinan karena jalur tersebut sudah tidak aman. Bila arah laju kereta diubah ke jalur yang tidak aktif maka kita telah

membahayakan nyawa seluruh penumpang di dalam kereta. Dan mungkin langkah yang telah ditempuh untuk menyelamatkan sekumpulan anak dengan mengorbankan seorang anak, akan mengorbankan lagi ratusan nyawa penumpang di kereta tersebut. Kita harus sadar bahwa HIDUP penuh dengan keputusan sulit yang harus dibuat. Dan mungkin kita tidak akan menyadari bahwa sebuah keputusan yang cepat tidak selalu menjadi keputusan yang benar. “Ingatlah bahwa sesuatu yang benar tidak selalu populer dan sesuatu yang populer tidak selalu benar” Kisah Arlogi yang Hilang by Julian Patra on Friday, 20 August 2010 at 15:06 Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tak disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu. Teman-teman pekerja yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan. Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut. Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari. Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut. Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia. Tapi anak ini cuma seorang diri saja, dan berhasil menemukan arloji itu. “Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini ?”, tanya si tukang kayu. “Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi tik-tak, tik-tak. Dengan itu saya tahu di mana arloji itu berada”, jawab anak itu. Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling sulit diselesaikan selama hidup. Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam seribu satu macam „kesibukan dan kegaduhan‟. Ada baiknya kita menenangkan diri kita terlebih dahulu sebelum mulai melangkah menghadapi setiap permasalahan. “Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin.” Source : http://beritaku.webkios.info/kisah-arloji-yang-hilang/

2 Bata jelek yg "mengubah"ku... by Julian Patra on Thursday, 19 August 2010 at 14:46 Cerita bermula dari pembangunan salah satu rumah ibadah :

Saya adalah tukang bangunan yg menangani pembangunan rumah ibadah tsb. Memang Kelihatannya gampang membuat tembok dengan batu bata: tinggal tuangkan seonggok semen, sedikit ketok sana, sedikit ketok sini. Ketika saya mulai memasang batu bata, saya ketok satu sisi untuk meratakannya, sisi lainnya jadi naik. Lalu saya ratakan sisi itu, batu batanya jadi melenceng. Setelah saya ratakan kembali, sisi yang pertama jadi terangkat lagi. Coba saja sendiri! Saya pastikan setiap batu bata terpasang sempurna, tak peduli berapa lama jadinya. Akhirnya saya menyelesaikan tembok batu bata saya yang pertama dan berdiri dibaliknya untuk mengagumi hasil karya saya. Saat itulah saya memperhatikannya --- oh, tidak! -- saya telah keliru menyusun dua batu bata. Semua batu bata lain sudah lurus, tetapi dua bata tersebut tampak miring. Mereka terlihat jelek sekali. Mereka merusak keseluruhan tembok. Mereka meruntuhkannya. Saat itu, semennya sudah terlanjur terlalu keras untuk mencabut dua batu bata itu, jadi saya bertanya kepada kepala rumah ibadah apakah saya boleh membongkar tembokk itu dan membangun kembali tembok yang baru, atau kalau perlu, meledakkannya sekalian. Saya telah membuat kesalahan dan saya menjadi gundah gulana. Kepala rumah ibadah bilang tidak perlu, biarkan saja temboknya seperti itu. Ketika saya membawa para tamu pertama berkunjung keliling rumah ibadah setengah jadi kami, saya selalu menghindari membawa mereka melewati tembok bata yang saya buat. Saya tak suka jika ada orang yang melihatnya. Lalu suatu hari, kira-kira 3-4 bulan setelah saya membangun tembok itu, saya berjalan dengan seorang pengunjung dan dia melihatnya. "itu sebuah tembok yang indah", ia berkomentar dengan santainya. "Pak," saya menjawab dengan terkejut, "apakah kacamata Anda tertinggal di mobil ? Apakah penglihatan Anda sedang terganggu ? Tidakkah Anda melihat dua batu bata jelek yang merusak keseluruhan tembok itu ?" Ucapan dia selanjutnya telah mengubah keseluruhan pandangan saya terhadap tembok itu, berkaitan dengan diri saya sendiri dan banyak aspek lainnya dalam kehidupan. Dia berkata, "Ya, Saya dapat melihat dua bata jelek itu, tetapi saya juga dapat melihat 998 batu bata yang bagus." Saya tertegun. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga bulan, saya mampu melihat batu bata-batu bata lainnya selain dua bata jelek itu. Di atas, di bawah, sebelah kiri, dan sebelah kanan dari dua batu bata jelek itu adalah batu bata-batu bata yang bagus, batu bata yang sempurna. Lebih dari itu, jumlah bata yang terpasang sempurna, jauh lebih banyak daripada dua batu bata jelek itu. Sebelumnya mata saya hanya terpusat pada dua kesalahan yang telah saya perbuat, saya terbutakan akan hal-hal lainnya. itulah sebabnya saya tak tahan melihat tembok itu, atau tak rela membiarkan orang lain melihatnya juga, itulah sebabnya saya ingin menghancurkannya. Sekarang saya dapat melihat batu bata-batu bata yang bagus, tembok itu jadi tampak tak terlalu buruk lagi. itu menjadi, seperti yang dikatakan pengunjung itu, "Sebuah tembok yang indah." Tembok itu masih tetap berdiri sampai sekarang, setelah dua puluh tahun, tetapi saya sudah lupa persisnya di mana dua bata jelek itu berada. Saya benar-benar tak dapat melihat kesalahan itu lagi.

Berapa banyak orang yang memutuskan hubungan atau bercerai karena semua yang mereka lihat dari diri pasangannya adalah "dua bata jelek"? Berapa banyak diantara kita yang menjadi depresi atau bahkan ingin bunuh diri, karena semua yang kita lihat dalam diri kita hanyalah "dua bata jelek"? Pada kenyataannya, ada banyak, jauh lebih banyak batu bata yang bagus--di atas, di bawah, ke kiri, ke kanan dari yang jelek--tetapi pada saat itu kita tak dapat melihatnya, mata kita hanya terfokus pada kekeliruan yang kita perbuat. Semua yang kita lihat adalah kesalahan, dan kita mengira hanya ada kekeliruan semata, karenanya kita ingin menghancurkannya. Dan terkadang, sayangnya, kita benarbenar menghancurkan sebuah "tembok yang indah". Kita semua memiliku "dua bata jelek", tetapi bata yang baik dalam diri kita masingmasing, jauh lebih banyak daripada yang jelek. Begitu kita melihatnya, semua akan tampak tak begitu buruk lagi. Bukan hanya kita dapat berdamai dengan diri sendiri, termasuk dengan kesalahan-kesalahan kita, tetapi kita juga dapat menikmati hidup bersama rekan kita. Ini kabar buruk bagi pengacara urusan perceraian, tetapi kabar baik bagi Anda. Saya telah beberapa kali menceritakan anekdot ini. Pada suatu pertemuan, seorang tukang bangunan mendatangi dan memberitahukan saya tentang rahasia profesinya. "Kami para tukang bangunan selalu membuat kesalahan," katanya, "tetapi kami bilang ke pelanggan kami bahwa itu adalah "ciri unik" yang tiada duanya di rumah-rumah tetangga. Lalu kami menagih biaya tambahan ribuan dollar!" Jadi, "ciri unik" di rumah Anda bisa jadi awalnya adalah suatu kesalahan. Dengan cara yang sama, Apa yang Anda kira sebagai kesalahan pada diri Anda, Rekan Anda, atau hidup pada umumnya, dapat menjadi sebuah "ciri unik", yang memperkaya hidup Anda di dunia ini, begitu Anda tidak terfokus padanya. Source : http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=53680&pagenumber=

Kekuatan atau Kelemahan by Julian Patra on Wednesday, 18 August 2010 at 12:00 Alkisah, di sebuah kota kecil di Jepang, terdapat seorang anak yang lengan kirinya buntung, tetapi ia sangat menyukai beladiri judo, dan sudah mengikuti latihan di sebuah dojo. Selama berlatih, sang guru hanya mengajarkan satu jurus saja. Walaupun jurus itu termasuk sukar untuk dikuasai, anak ini merasa tak puas, karena ia melihat murid-murid lainnya mempelajari bermacam-macam teknik. Akhirnya setelah 6 bulan, ia tak kuasa lagi menahan kesabarannya. Lantas ia menemui sang guru; “Sensei, bolehkah aku bertanya? Mengapa selama 6 bulan ini aku hanya berlatih jurus ini saja”. Gurunya hanya menjawab singkat “Karena

engkau murid yang istimewa dan hanya jurus ini yang engkau perlukan” Ia tak berani lagi bertanya dan memilih untuk berlatih dengan tekun. Semakin lama jurus itu semakin dikuasainya dan mendarah daging dalam dirinya. Tak ada seorangpun yang semahir dia dalam menggunakan jurus tersebut. Setahun kemudian, sang guru menyertakan dirinya dalam kejuaran nasional di ibukota. Walaupun merasa pesimis & minder, ia menuruti permintaan sang guru & mereka berangkat ke ibukota. Kejuaraan dimulai. Di luar dugaannya, dengan mudah ia bisa menjatuhkan & mengunci lawanlawannya. Babak demi babak ia lalui, sampai akhirnya ia harus menghadapi juara tahun lalu di babak Final. Walau memakan waktu cukup lama dan menguras tenaganya, lagi-lagi ia berhasil memenangkan pertandingan. Dalam perjalanan pulang, sembari membahas & mengevaluasi pertarungannya, sang anak bertanya kembali “Sensei, saya heran, mengapa hanya bermodal satu jurus ini saja saya bisa memenangi pertandingan. Saya masih belum mengerti ucapan Sensei dulu, apa istimewanya saya dan mengapa hanya satu jurus ini?” Sang Sensei tersenyum & berkata; “Muridku, Cara bertarung setiap orang adalah unik, tergantung dari kekuatan & kelemahannya. Praktisi beladiri perlu mempelajari berbagai teknik & jurus sampai akhirnya ia menemukan kekuatan & kelemahannya dan akhirnya memilih teknik & jurus yang sesuai, yaitu teknik2 yang memanfaatkan kekuatanya dan menutupi kekurangan atau bahkan mengubahnya sebagai kekuatan”. “Engkau istimewa, karena kekuranganmu sudah jelas. Sehingga tak perlu engkau menghabiskan waktu mempelajari berbagai jurus & teknik yang sudah pasti tidak engkau perlukan. Dan jurus itu paling cocok bagimu, karena selain jurus tersebut salah satu jurus tersulit dalam Judo, satu-satunya cara untuk menghadapinya adalah dengan mengunci lengan kirimu”. Kadang orang mengira bahwa kekurangannya merupakan hukuman, kutukan dan menyesalinya. Padahal, di dunia ini banyak sekali terdapat kemungkinan dan tak mungkin semuanya diraih. Orang-orang yang memahami kekurangannya seharusnya bisa menyadari hal2 yang mustahil ia lakukan dan tak membuang waktu percuma untuk mengejarnya. Dan orang-orang yang juara adalah orang2 yang menggunakan semaksimal kekuatannya dan juga berhasil menggunakan kelemahannya juga sebagai kekuatan.

Ingat Bebek by Julian Patra on Tuesday, 17 August 2010 at 11:53

Ada seorang bocah laki-laki sedang berkunjung ke rumah kakek neneknya di pertanian mereka. Dia mendapat sebuah ketapel untuk bermain-main di hutan. Dia berlatih tetapi tidak pernah berhasil mengenai sasaran. Dengan kesal dia kembali pulang untuk makan malam. Pada waktu pulang, dilihatnya bebek peliharaan neneknya. Masih dalam keadaan kesal, dibidiknya bebek itu di bagian kepala. Dan ternyata mengenai bebek itu hingga mati. Dia terperanjat dan sedih, dengan panik disembunyikanlah bebek itu di dalam timbunan kayu. Ternyata di sana ada kakak perempuannya sedang melihat semuanya, namun kakaknya tidak berkata apapun. Setelah makan malam, nenek berkata kepada kakaknya, "Sally, cuci piring." Tetapi Sally berkata, "Nenek, Johnny berkata bahwa dia ingin membantu di dapur, bukankah demikian Johnny?" Dan Sally berbisik, "Ingat bebek?" Dan Johnny pun mencuci piring. Kemudian kakek menawarkan kepada anak-anak untuk pergi memancing, dan nenek berkata, "Maafkan, tetapi aku perlu Sally membantu menyiapkan makanan." Tetapi Sally tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, karena Johnny memberitahu kalau ingin membantu." Kembali dia berbisik, "Ingat bebek?" Jadi akhirnya Sally pergi memancing dan Johnny tinggal di rumah membantu nenek. Setelah beberapa hari Johnny mengerjakan tugas-tugasnya dan juga tugas-tugasnya Sally, akhirnya dia tidak dapat bertahan lagi. Ditemuinya nenek dan mengaku telah membunuh bebek neneknya dan meminta ampun. Nenek berlutut dan merangkulnya, katanya, "Sayangku, aku tahu. Tidakkah kau lihat, aku berdiri di jendela dan melihat semuanya. Karena aku mencintaimu, aku memaafkan kamu. Hanya aku heran berapa lama engkau akan membiarkan Sally memanfaatkanmu." Aku tidak tahu masa lalumu, aku tidak tahu dosa apakah yang dilemparkan musuh ke mukamu. Tetapi apapun itu, aku ingin memberitahu sesuatu. Tuhan melihat segalanya. Dan karena Dia mencintaimu, Dia akan mengampunimu bila kamu memintanya. Hanya Dia heran melihat berapa lama engkau membiarkan musuh memperbudakmu. Hal yang luar biasa adalah Dia tidak hanya mengampuni tetapi Dia juga tidak mengingat-ingat lagi dosamu. Itulah perumpamaan tentang Tuhan. Source : http://gozalionline.blogspot.com/2009/10/ingat-bebek.html

Cermin yang Terlupakan by Julian Patra on Monday, 16 August 2010 at 14:34 Pada suatu ketika, sepasang suami istri, katakanlah nama mereka Smith, mengadakan „garage sale‟ untuk menjual barang-barang bekas yang tidak mereka butuhkan lagi. Suami istri ini sudah setengah baya, dan anak-anak mereka telah meninggalkan rumah untuk hidup mandiri.

Sekarang waktunya untuk membenahi rumah, dan menjual barang-barang yang tidak dibutuhkan lagi. Saat mengumpulkan barang-barang yang akan dijual, mereka menemukan benda-benda yang sudah sedemikian lama tersimpan di gudang. Salah satu di antaranya adalah sebuah cermin yang mereka dapatkan sebagai hadiah pernikahan mereka, dua puluh tahun yang lampau. Sejak pertama kali diperoleh, cermin itu sama sekali tidak pernah digunakan. Bingkainya yang berwarna biru aqua membuat cermin itu tampak buruk, dan tidak cocok untuk diletakkan di ruangan mana pun di rumah mereka. Namun karena tidak ingin menyakiti orang yang menghadiahkannya, cermin itu tidak mereka kembalikan. Demikianlah, cermin itu teronggok di loteng. Setelah dua puluh tahun berlalu, mereka berpikir orang yang memberikannya tentu sudah lupa dengan cermin itu. Maka mereka mengeluarkannya dari gudang, dan meletakkannya bersama dengan barang lain untuk dijual keesokan hari. Garage sale mereka ternyata mendapat banyak peminat. Halaman rumah mereka penuh oleh orang-orang yang datang untuk melihat barang bekas yang mereka jual. Satu per satu barang bekas itu mulai terjual. Perabot rumah tangga, buku-buku, pakaian, alat berkebun, mainan anak-anak, bahkan radio tua yang sudah tidak berfungsi pun masih ada yang membeli. Seorang lelaki menghampiri Mrs. Smith. “Berapa harga cermin itu?” katanya sambil menunjuk cermin tak terpakai tadi. Mrs. Smith tercengang. “Wah, saya sendiri tidak berharap akan menjual cermin itu. Apakah Anda sungguh ingin membelinya?” katanya. “Ya, tentu saja. Kondisinya masih sangat bagus.” jawab pria itu. Mrs. Smith tidak tahu berapa harga yang pantas untuk cermin jelek itu. Meskipun sangat mulus, namun baginya cermin itu tetaplah jelek dan tidak berharga. Setelah berpikir sejenak, Mrs. Smith berkata, “Hmm …. anda bisa membeli cermin itu untuk satu dolar.” Dengan wajah berseri-seri, pria tadi mengeluarkan dompetnya, menarik selembar uang satu dolar dan memberikannya kepada Mrs. Smith. “Terima kasih,” kata Mrs. Smith, “Sekarang cermin itu jadi milik Anda. Apakah perlu dibungkus?” “Oh, jika boleh, saya ingin memeriksanya sebelum saya bawa pulang.” jawab si pembeli. Mrs. Smith memberikan ijinnya, dan pria itu bergegas mengambil cerminnya dan meletakkannya di atas meja di depan Mrs. Smith. Dia mulai mengupas pinggiran bingkai cermin itu. Dengan satu tarikan dia melepaskan lapisan pelindungnya dan muncullah warna keemasan dari baliknya. Bingkai cermin itu ternyata bercat emas yang sangat indah, dan warna biru aqua yang selama ini menutupinya hanyalah warna dari lapisan pelindung bingkai itu! “Ya, tepat seperti yang saya duga! Terima kasih!” sorak pria itu dengan gembira. Mrs. Smith tidak bisa berkata-kata menyaksikan cermin indah itu dibawa pergi oleh pemilik barunya, untuk mendapatkan tempat yang lebih pantas daripada loteng rumah yang sempit dan berdebu. Kisah ini menggambarkan bagaimana kita melihat hidup kita. Terkadang kita merasa hidup kita membosankan, tidak seindah yang kita inginkan. Kita melihat hidup kita berupa rangkaian rutinitas yang harus kita jalani. Bangun pagi, pergi bekerja, pulang sore, tidur, bangun pagi, pegi bekerja, pulang sore, tidur. Itu saja yang kita jalani setiap hari.

Sama halnya dengan Mr. dan Mrs. Smith yang hanya melihat plastik pelapis dari bingkai cermin mereka, sehingga mereka merasa cermin itu jelek dan tidak cocok digantung di dinding. Padahal dibalik lapisan itu, ada warna emas yang indah. Padahal di balik rutinitas hidup kita, ada banyak hal yang dapat memperkaya hidup kita. Setiap saat yang kita lewati, hanya bisa kita alami satu kali seumur hidup kita. Setiap detik yang kita jalani, hanya berlaku satu kali dalam hidup kita. Setiap detik adalah pemberian baru dari Tuhan untuk kita. Akankah kita menyia-nyiakannya dengan terpaku pada rutinitas? Akankah kita membiarkan waktu berlalu dengan merasa hidup kita tidak seperti yang kita inginkan? Setelah dua puluh tahun, dan setelah terlambat, barulah Mrs. Smith menyadari nilai sesungguhnya dari cermin tersebut. Inginkah kita menyadari keindahan hidup kita setelah segalanya terlambat? Tentu tidak. Sebab itu, marilah kita mulai mengikis pandangan kita bahwa hidup hanyalah rutinitas belaka. Mari kita mulai mengelupas rutinitas tersebut dan menemukan nilai sesungguhnya dari hidup kita. Marilah kita mulai menjelajah hidup kita, menemukan hal-hal baru, belajar lebih banyak, mengenal orang lebih baik. Mari kita melakukan sesuatu yang baru. Mari kita membuat perbedaan! Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat - keinginan adalah buta, jika tidak di sertai pengetahuan. Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak di ikuti pelajaran. Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak di sertai cinta. Source : http://jifasmart.blogspot.com/2010/07/cerita-cermin-yang-terlupakan.html

Keutamaan Hari Jumat menurut Imam Al-Ghazali by Julian Patra on Friday, 6 August 2010 at 12:24

Hari Jumat adalah hari Raya, Islam diagungkan oleh Allah SWT karena hari Jumat dan dikhususkan-Nya kaum Muslimin dengan hari Jumat ini. Allah SWT berfirman: ” …Apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli…” (QS. Al-Jumu‟ah 62: 9) Demikian hal-nya pada hari Jumat tidak diperkenankan mengurusi urusan duniawi (yang berlebihan) dan tiap-tiap perbuatan yang menghalangi dari berangkat menunaikan shalat Jumat. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Allah SWT mewajibkan atas kalian shalat Jumat pada hariku ini dan pada tempatku ini.” (HR Ibnu Majah) Beliau SAW juga bersabda,” Barangsiapa yang meninggalkan (shalat) Jumat tiga kali tanpa „udzur niscaya dicapkan oleh Allah pada qalbunya.” (HR. Ahmad) Dalam riwayat yang lain, “…Sungguh, ia (muslim yang meninggalkan shalat Jumat tanpa „udzur) telah melemparkan Islam ke belakangnya.” (HR. Al-Baihaqi) Suatu saat seorang laki-laki datang kepada Ibn „Abbas ra. menanyakan tentang orang mati yang tidak pernah menunaikan shalat Jumat dan shalat berjamaah. Jawab beliau,” Di dalam neraka !” Maka orang tersebut bolak-balik datang kepada Ibn „Abbas sebulan lamanya menanyakan persoalan yang sama, tetapi Ibn „Abbas tetap menjawab, “Di dalam neraka !” Pada sebuah hadist (yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori) dikemukakan bahwa Ahli Kitab pernah dikaruniai hari Jumat. Tapi kemudian mereka berselisih sehingga berpaling dari hari Jumat itu. Lalu kita pun diberi petunjuk oleh Allah SWT untuk menerima Allah beri petunjuk untuk menerima hari Jumat. Hari itu dikemudiankan oleh Allah dalam memberikan-Nya kepada umat Islam ini dan dijadikan sebagai hari Raya bagi umat Islam. Karena itu umat Islam menjadi umat yang lebih diutamakan dan didahulukan, sedangkan Ahli Kitab menjadi pengikut mereka. Pada hadist yang diriwayatkan Anas ra., Nabi SAW bersabda, ” Datang kepadaku Jibril as. dan pada tangannya terdapat sebuah cermin putih, seraya berkata, „Inilah Jumat, yang diwajibkan atasmu oleh Tuhanmu untuk menjadikannya hari raya bagimu dan umat sesudahmu.‟ Lalu aku bertanya,”Terdapat apakah di dalamnya bagi kami?”

Jibril pun menjawab,“Kalian mempunyai waktu yang diutamakan. Barang siapa berdoa padanya kebajikan, niscaya Allah menganugrahi kebajikan padanya, atau jika dia tidak memperoleh kebahagiaan, niscaya kebahagiaan itu diberikan bahkan yang lebih besar. Atau jika ia berlindung dari kejahatan, niscaya Allah akan melindungi dengan perlindungan yang lebih besar daripada kejahatan tersebut. Hari Jumat adalah sayyidul ayyam(penghulu segala hari), jika Kita bermohon pada Allah di hari itu, niscaya di akhirat akan menjadi hari kelebihan.” Lalu aku bertanya, “Mengapa demikian?” Jibril as. menjawab,“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menjadikan dalam surga sebuah lembah yang luas dari kesturi putih. Maka apabila datang hari Jumat, niscaya turunlah Dia dari surga yang tinggi di atas Kursy-Nya. Lalu jelaslah Dia kepada bagi mereka, sehingga para penghuni surga memandang kepada Wajah-Nya. (HR Anas) Pada hadist lainnya Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik hari yang terbit padanya matahari ialah hari Jumat. Pada hari Jumat, dijadikan Adam as. Pada hari jumat pula Adam as. dimasukkan ke dalam surga, diturnkan ke bumi, diterima taubatnya, adam as. meninggal dan pada hari Jumat itu berdirinya qiamat. Adalah hari Jumat itu pada sisi Allah SWt merupakan hari keutamaan. Begitulah hari Jumat dinamakan oleh ara malaikat di langit, yaitu: hari memandang ke Allah Ta‟ala dalam di surga. Pada hadist yang lain, disebutkan bahwa pada tiap-tiap hari Jumat, Allah „Azza wa Jalla mempunyai enam ratus ribu orang yang dimerdekakan dari api neraka. Dalam hadist lainnya yang diriwayatkan oleh Anas ra. bahwa Nabi SAW bersabda, “Apabila selamatlah (amal seseorang) di hari Jumat, maka seamatlah (amal) di hari-hari lainnya.” Bersabda Rasulullah SAW, ” Bahwa neraka jahim itu menggelegak pada setiap hari sebelum tergelincir matahari pada tengah hari di puncak langit. Maka janganlah kamu mengerjakan shaat pada saat itu, kecuali hari Jumat. Maka hari Jumat itu, adalah shalat seluruhnya dan neraka Jahanam tiada menggelegak padanya.” Berkata Ka‟ab ra.,” Bahwa Alah „Azza wa Jalla melebihkan Mekah dari segala negri, Ramadhan dari segala bulan, Jumat dari segala hari dan Lailatul Qadar dari segala malam. Dan dikatakan bahwa burung dan hewan yang berjumpa satu sama lain pada hari Jumat mengucapkan: ‟Selamat…selamat …hari yang baik.‟” Rasulullah SAW juga bersabda,” Barangsiapa yang meninggal pada hari Jumat atau malamnya, niscaya dituliskan oleh Allah SWT baginya pahala syahid dan terpelihara dari fitnah kubur.” Nah…, sahabat yang budiman, demikianlah Allah dan Rasul-Nya mengutamakan hari Jumat sebagai hari yang diutamakan, bagaimana dengan kita? 5 Waktu yang Kita Rindu by Julian Patra on Thursday, 5 August 2010 at 15:15

Sahabat, Apa yang akan kita lakukan ketika ada seorang yang kita segani menelpon kita ? Respon apakah yang akan kita berikan ketika tiba-tiba seorang yang kita cintai memanggil kita ? Beranikah kita tidak menghadiri sebuah undangan yang diberikan oleh Presiden Directur kita ? atau bagaimana perasaan kita ketika Presiden SBY mengundang kita di Istana Negara ? kita semua pasti tau jawabannya. Lalu bagaimana perasaan hati kita, respon kita, ketika yang mengundang atau yang memanggil adalah Dzat yang sangat menyayangi kita, Dzat yang memberi kita segala-galanya, Dzat yang menggerakkan persendian tulang belulang kita, yang mengalirkan darah kita, yang menghembuskan nafas kita, yang membuka mata dan pendengaran kita ? akankah kita berpura-pura tidak mendengar karena padatnya aktifitas kita ? akankah kita bermalas-malasan karena secara materi kelihatannya tidak menguntungkan ? Sahabat, 5 kali sehari Allah SWT yang wajib kita cintai dan kita agungkan mengundang dan memangil-manggil kita untuk hadir di RumahNYA dengan ribuan Malaikat yang akan menyambut kedatangan kita dengan do‟a yang tak pernah henti, Allah SWT menunggu keluh kita, menunggu curhat kita, dan menunggu segala do‟a dan permintaan kita karena di TanganNYA telah ada kekayaan, kebahagiaan, jalan keluar dan kasih sayang yang akan diberikan kepada kita, akankah kita biarkan sepi Rumah-Rumah Allah SWT yang telah kita bangun dengan kokoh dan megah ? Kisah dibawah ini semoga menggugah diri kita, untuk segera memenuhi PanggilanNYA dalam 5 kali waktu yang mestinya kita rindukan. Sudah berkali-kali, saat adzan berkumandang, pasti terparkir sebuah motor, dengan gerobak baso di atasnya…. Di sebuah pelataran mesjid, dikomplek tempat tinggalku. Hingga suatu saat, setelah sholat Magrib, aku coba menyapanya…saat itu lagi hujan besar, pasti nikmat, sambil menyantap baso hangat-hangat.. Mulai jam berapa keluar mas….tanyaku, saya keluar habis zuhur, kata si abang baso, sebut saja mas Amin. dia berkeliling hingga setelah isya… dari obrolan panjang, tersyirat… kata2 yang sebenarnya sudah lama terpatri dalam hatiku… ” SAYA DAGANG BASO, UNTUK ISI WAKTU SAJA AGAR TAK SIA-SIA SAMBIL IKHTIAR CARI NAFKAH PAK....., YANG UTAMANYA SAMBIL MENUNGGU WAKTU SHOLAT ”. Subhanallah.., jadi Panggilan Allah SWT (Adzan/Waktu Sholat) adalah Momen Terbaik dan Tertinggi di atas segala aktifitas duniawi kita. Disuatu kesempatan, saat adzan Isya, kembali aku temukan… sebuah peristiwa yg

mengharukan, saat Tukang baso ini dikerumuni calon pembeli… dengan santunnya dia berucap… maaf sudah Adzan isya‟ saya tinggal dulu ke mesjid ya… dan dengan langkah pasti, dia Tinggalkan kerumunan pembeli itu… melaju mantap ke rumah Allah… ya Allah…Engkau yang membagi-bagikan Rejeki, Engkau yang maha Kuasa atas segala sesuatu .. limpahkan karunia terbaik Mu kepada “mas Tukang Baso Ini”.. jadikan kami menjadi hamba-hamba yang selalu ingin dekat dengan Mu.. amin mari, kita segerakan panggilan Allah lewat Adzannya… kita tinggalkan apapun kegiatan kita, Allah segalanya… semoga Allah mudahkan langkah-langkah kita “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah bersama orang-orang yang ruku‟ (dalam keadaan berjamaah).” (Al Baqoroh: 43). Rosululloh telah bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku yang ada di tangan-Nya, ingin kiranya aku memerintahkan orang-orang untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan mereka untuk menegakkan sholat yang telah dikumandangkan adzannya, lalu aku memerintahkan salah seorang untuk menjadi imam, lalu aku menuju orang-orang yang tidak mengikuti sholat jama‟ah, kemudian aku bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Bukhori) Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang buta dan berkata, “Ya Rasulullah, tidak ada orang yang menuntunku ke masjid. Rasulullah SAW berkata untuk memberikan keringanan untuknya. Ketika sudah berlalu, Rasulullah SAW memanggilnya dan bertanya, `Apakah kamu dengar azan shalat?`. `Ya`, jawabnya. `Datangilah`, kata Rasulullah SAW. (HR Muslim 1/452) Sahabat besar Ibnu Mas‟ud rodhiyallohu‟anhu berkata tentang orang-orang yang tidak hadir dalam sholat jama‟ah: “Telah kami saksikan (pada zaman kami), bahwa tidak ada orang yang meninggalkan sholat berjama‟ah kecuali orang munafik yang telah diketahui kemunafikannya atau orang yang sakit”. JADI KIRA-KIRA MENURUT ANDA SHOLAT BERJAMA‟AH DI MASJID BAGI LAKI-LAKI ITU HUKUMNYA APA ? "Rumah Yatim Indonesia" Source : http://filsafat.kompasiana.com/2010/04/03/5-waktu-yang-kita-rindu/ Kisah Burung Puyuh Muda by Julian Patra on Wednesday, 4 August 2010 at 12:35

Di sebuah tepian hutan, seekor burung puyuh muda sedang termenung. Tiap hari, ia menghabiskan siangnya untuk hanya tergolek di atas bayang dahan. Ia kerap membandingkan dirinya dengan siapapun yang tertangkap lewat penglihatannya. Suatu kali, serombongan anak itik berlalu bersama induknya. Mereka begitu asyik menikmati pagi yang cerah. Satu persatu, rombongan keluarga itik itu menceburkan diri ke telaga. Mulai dari sang induk, hingga semua anak itik tampak berenang penuh riang.

"Andai aku seperti itik...," ucap si puyuh miris. Itulah komentar pertama dari tangkapan penglihatannya. Sontak ketidakpuasan pun menyeruak. "Enak sekali jadi itik. Bisa berenang. Bisa mencari makan sambil bersantai!" keluh kesah puyuh pun tak lagi terbendung. Ia sesali keadaan dirinya. Jangankan berenang, tersentuh air pun tubuhnya bisa menggigil. Tak jauh dari telaga yang rimbun, seekor burung kutilang tiba-tiba hinggap di sebuah dahan. Ia seperti memakan sesuatu. Setelah itu, sang kutilang pun terbang tinggi ke udara. Puyuh muda lagi-lagi berandai. "Andai aku bisa seperti kutilang!" keluhnya pelan. "Enaknya bisa melihat bumi dari atas sana. Bisa menemukan makanan sambil menikmati indahnya udara lepas." ucap si puyuh sambil tetap tak beranjak dari duduknya. Ia pun melirik sayap kecilnya. Sayap itu ia gerakkan sebentar, dan puyuh duduk lagi. "Ah, tak mungkin aku bisa terbang!" Masih dalam posisi agak berbaring, si puyuh mendongak. Ia seperti menatap langit. "Tuhan, kenapa Kau ciptakan aku tak berdaya seperti ini! Tak mampu berenang, tak bisa terbang!" ucap sang puyuh mengungkapkan isi hatinya. Entah datang dari mana, tiba-tiba pemandangan sekitar telaga penuh dengan asap hitam. Udara menjadi begitu panas. Pengap. "Api! Api! Hutan terbakar!" teriak hewan-hewan bersahutan. Tanpa aba-aba, semua penghuni telaga menyelamatkan diri. Ada yang berenang. Ada yang terbang. Dan ada yang berlari kencang. Kencang sekali. Menariknya, dari sekian hewan yang mampu berlari kencang justru si puyuhlah yang di barisan depan. Langkah cepatnya seperti tak menyentuh bumi. Ia berlari seperti terbang. Saat itulah ia tersadar. "Ah, ternyata aku punya kelebihan ucap si puyuh menemukan kebanggaan. Sahabat, Hidup dalam kerasnya belantara dunia kadang membuat seseorang tak ubahnya seperti burung puyuh di atas. Merasa diri tak berdaya. Tak punya sayap untuk terbang meraih cita-cita. Tak punya sirip untuk berenang melawan badai kehidupan. Tak punya taring untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam. Ia pasrah. Tak berdaya apa-apa. Hanya mengeluh. Tak pandai bersyukur. Kalau saja ia menggali. Karena pada kaki kecil potensi diri. Boleh jadi, di situlah ada kekuatan besar. Sekali lagi, gali dan kembangkan. Perlihatkan kegesitan kaki potensi yang teranggap kecil itu. Dan jangan pernah menunggu hingga 'kebakaran' datang. Karena bisa jadi, api bisa lebih dulu sampai dan membakar. Source : http://informasismpn9cimahi.wordpress.com/2010/05/09/kisah-burung-puyuh-muda/ 10 Resep Sukses Bangsa Jepang by Julian Patra on Wednesday, 30 June 2010 at 10:21

1. KERJA KERAS Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan agak memalukan di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk yang tidak dibutuhkan oleh perusahaan. Di kampus, professor juga biasa pulang malam (tepatnya pagi ;) ), membuat mahasiswa nggak enak pulang duluan. Fenomena Karoshi (mati karena kerja keras) mungkin hanya ada di Jepang. Sebagian besar literatur menyebutkan bahwa dengan kerja keras inilah sebenarnya kebangkitan dan kemakmuran Jepang bisa tercapai.

2. MALU Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena mengundurkan diri bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Bagaimana mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. HIDUP HEMAT Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di

Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00. Contoh lain adalah para ibu rumah tangga yang rela naik sepeda menuju toko sayur agak jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 20 atau 30 yen. Banyak keluarga Jepang yang tidak memiliki mobil, bukan karena tidak mampu, tapi karena lebih hemat menggunakan bus dan kereta untuk bepergian. Termasuk saya dulu sempat berpikir kenapa pemanas ruangan menggunakan minyak tanah yang merepotkan masih digandrungi, padahal sudah cukup dengan AC yang ada mode dingin dan panas. Alasannya ternyata satu, minyak tanah lebih murah daripada listrik. Professor Jepang juga terbiasa naik sepeda tua ke kampus, bareng dengan mahasiswa-mahasiswa nya.

4. LOYALITAS Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindahpindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan. Kota Hofu mungkin sebuah contoh nyata. Hofu dulunya adalah kota industri yang sangat tertinggal dengan penduduk yang terlalu padat. Loyalitas penduduk untuk tetap bertahan (tidak pergi ke luar kota) dan punya komitmen bersama untuk bekerja keras siang dan malam akhirnya mengubah Hofu menjadi kota makmur dan modern. Bahkan saat ini kota industri terbaik dengan produksi kendaraan mencapai 160.000 per tahun.

5. INOVASI Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah. Mobil yang dihasilkan juga relatif lebih murah, ringan, mudah dikendarai, mudah dirawat dan lebih hemat bahan bakar. Perusahaan Matsushita Electric yang dulu terkenal dengan sebutan maneshita (peniru) punya legenda sendiri dengan mesin pembuat rotinya. Inovasi dan ide dari seorang engineernya bernama Ikuko Tanaka yang berinisiatif untuk meniru teknik pembuatan roti dari sheef di Osaka International Hotel, menghasilkan karya mesin pembuat roti (home bakery) bermerk Matsushita yang terkenal itu.

6. PANTANG MENYERAH Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang

menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita :) Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen). Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini :)

7. BUDAYA BACA Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan. Saya biasa membeli buku literatur terjemahan bahasa Jepang karena harganya lebih murah daripada buku asli (bahasa inggris).

8. KERJASAMA KELOMPOK Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa 1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok. Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan rin-gi adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam rin-gi

9. MANDIRI

Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka meminjam uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.

10. JAGA TRADISI Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata tidak untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena belum tentu ya bagi orang Jepang ;) Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Mungkin seperti itu 10 resep sukses yang bisa saya rangkumkan. Bangsa Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas, hanya mungkin kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang mahasiswa Indonesia termasuk yang unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia juga memenangkan berbagai award berlevel internasional. Saya yakin ada faktor non-teknis yang membuat Indonesia agak terpuruk dalam teknologi dan ekonomi. Mari kita bersama mencari solusi untuk berbagai permasalahan republik ini. Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga. 10 Kualitas Pribadi yang Disukai by Julian Patra on Tuesday, 29 June 2010 at 12:21

1. Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya "Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak". Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

2. Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendahan hati justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang dibawahnya tidak merasa minder. 3. Kesetiaan sudah menjadi barang langka dan sangat tinggi harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. DIa selalu menepati janjinya, mempunyai komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat. 4. Orang yang bersikap positif selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dsb. 5. Karena tidak semua orang dikaruniai tempramen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh, tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bias mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain. 6. Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguhsungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya. 7. Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik. 8. Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seeorang memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan. 9. Orang yang "Easy Going" menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada diluar kontrolnya. 10. Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik, tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain. Wahyu Terakhir Kepada Rasulullah SAW by Julian Patra on Sunday, 27 June 2010 at 11:10

Diriwayatkan bahwa surah Al-Maaidah ayat 3 diturunkan pada sesudah waktu asar yaitu pada hari Jumaat di padang Arafah pada musim haji penghabisan [Wada']. Pada masa itu Rasulullah SAW berada di Arafah di atas unta. Kemudian Rasulullah SAW bersandar pada unta beliau, dan unta beliau pun duduk perlahan-lahan. Setelah itu turun malaikat Jibril AS dan berkata: "Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Oleh itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu." Setelah Malaikat Jibril AS pergi maka Rasulullah SAW pun berangkat ke Mekah dan terus pergi ke Madinah.Setelah Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabat beliau, maka Rasulullah SAW pun menceritakan apa yang telah diberitahu oleh malaikat Jibril AS. Apabila para sahabat mendengar hal yang demikian maka mereka pun gembira sambil berkata: "Agama kita telah sempurna. Agama kila telah sempurna." Apabila Abu Bakar ra. mendengar keterangan Rasulullah SAW itu, maka ia tidak dapat menahan kesedihannya maka ia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar ra. menangis dari pagi hingga ke malam. Kisah tentang Abu Bakar ra. menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di depan rumah Abu Bakar ra. dan mereka berkata: "Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu merasa gembira sebab agama kita telah sempuma." Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat maka Abu Bakar ra. pun berkata, "Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu tahu bahwa apabila sesualu perkara itu telah sempuma maka akan kelihatanlah akan kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahwa ia menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah SAW. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri nabi menjadi janda." Selelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar ra. maka sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar ra., lalu mereka menangis dengan sekuat-kuatnya. Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat yang lain, maka mereka pun terus memberitahu Rasulullah SAW tentang apa yang mereka lihat itu. Berkata salah seorang dari para sahabat, "Ya Rasulullah SAW, kami baru kembali dari rumah Abu Bakar ra. dan kami dapati banyak orang menangis dengan suara yang kuat di depan rumah beliau." Apabila Rasulullah SAW mendengar keterangan dari para sahabat, maka berubahlah muka Rasulullah SAW dan dengan bergegas beliau menuju ke rumah Abu Bakar ra.. Setelah Rasulullah SAW sampai di rumah Abu Bakar ra. maka Rasulullah SAW melihat kesemua mereka yang menangis dan bertanya, "Wahai para sahabatku, kenapakah kamu semua menangis?." Kemudian Ali ra. berkata, "Ya Rasulullah SAW, Abu Bakar ra. mengatakan dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahwa

waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar ya Rasulullah?." Lalu Rasulullah SAW berkata: "Semua yang dikatakan oleh Abu Bakar ra. adalah benar, dan sesungguhnya waktu untuk aku meninggalkan kamu semua telah dekat". Setelah Abu Bakar ra. mendengar pengakuan Rasulullah SAW, maka ia pun menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pingsan. Sementara 'Ukasyah ra. berkata kepada Rasulullah SAW, 'Ya Rasulullah, waktu itu saya anda pukul pada tulang rusuk saya. Oleh itu saya hendak tahu apakah anda sengaja memukul saya atau hendak memukul unta baginda." Rasulullah SAW berkata: "Wahai 'Ukasyah, Rasulullah SAW sengaja memukul kamu." Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Bilal ra., "Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fathimah dan ambilkan tongkatku ke mari." Bilal keluar dari masjid menuju ke rumah Fathimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata, "Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas [diqishash]." Setelah Bilal sampai di rumah Fathimah maka Bilal pun memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fathimah ra. menyahut dengan berkata: "Siapakah di pintu?." Lalu Bilal ra. berkata: "Saya Bilal, saya telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW unluk mengambil tongkat beliau."Kemudian Fathimah ra. berkata: "Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya." Berkata Bilal ra.: "Wahai Fathimah, Rasulullah SAW telah menyediakan dirinya untuk diqishash." Bertanya Fathimah ra. lagi: "Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah SAW?" Bilal ra. tidak menjawab perlanyaan Fathimah ra., Setelah Fathimah ra. memberikan tongkat tersebut, maka Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah SAW Setelah Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal ra. maka beliau pun menyerahkan kepada 'Ukasyah. Melihatkan hal yang demikian maka Abu Bakar ra. dan Umar ra. tampil ke depan sambil berkata: "Wahai 'Ukasyah, janganlah kamu qishash baginda SAW tetapi kamu qishashlah kami berdua." Apabila Rasulullah SAW mendengar kata-kata Abu Bakar ra. dan Umar ra. maka dengan segera beliau berkata: "Wahai Abu Bakar, Umar dudukiah kamu berdua, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua." Kemudian Ali ra. bangun, lalu berkata, "Wahai 'Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rasulullah SAW oleh itu kamu pukullah aku dan janganlah kamu menqishash Rasulullah SAW" Lalu Rasulullah SAW berkata, "Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu." Setelah itu Hasan dan Husin bangun dengan berkata: "Wahai 'Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah SAW, kalau kamu menqishash kami sama dengan kamu menqishash Rasulullah SAW" Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah SAW pun berkata, "Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua." Berkata Rasulullah SAW "Wahai 'Ukasyah pukullah saya kalau kamu hendak memukul." Kemudian 'Ukasyah berkata: "Ya Rasulullah SAW, anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju." Maka Rasulullah SAW pun membuka baju. Setelah Rasulullah SAW membuka baju maka menangislah semua yang hadir. Setelah 'Ukasyah melihat tubuh Rasulullah SAW maka ia pun mencium beliau dan berkata, "Saya tebus anda dengan jiwa saya ya Rasulullah SAW, siapakah yang sanggup memukul anda. Saya melakukan begini adalah sebab saya ingin menyentuh badan anda yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan badan saya. Dan Allah SWT menjaga saya dari neraka dengan kehormatanmu." Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya." Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun berkata, "Wahai 'Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperolehi derajat yang

tinggi dan bertemankan Rasulullah SAW di dalam syurga." Apabila ajal Rasulullah SAW makin dekat maka beliau pun memanggil para sahabat ke rumah Aisyah ra. dan beliau berkata: "Selamat datang kamu semua semoga Allah SWT mengasihi kamu semua, saya berwasiat kepada kamu semua agar kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan mentaati segala perintahnya. Sesungguhnya hari perpisahan antara saya dengan kamu semua hampir dekat, dan dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepada Allah SWT dan menempatkannya di syurga. Kalau telah sampai ajalku maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abbas hendaklah menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu kamu kafanilah aku dengan pakaianku sendiri apabila kamu semua menghendaki, atau kafanilah aku dengan kain yaman yang putih. Apabila kamu memandikan aku, maka hendaklah kamu letakkan aku di atas balai tempat tidurku dalam rumahku ini. Setelah itu kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan aku. Pertama yang akan menshalatkan aku ialah Allah SWT, kemudian yang akan menshalat aku ialah Jibril AS, kemudian diikuti oleh malaikat Israfil, malaikat Mikail, dan yang akhir sekali malaikat lzrail berserta dengan semua para pembantunya. Setelah itu baru kamu semua masuk bergantian secara berkelompok bershalat ke atasku." Setelah para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu maka mereka pun menangis dengan nada yang keras dan berkata, "Ya Rasulullah SAW anda adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan untuk semua, yang mana selama ini anda memberi kekuatan dalam penemuan kami dan sebagai penguasa yang menguruskan perkara kami. Apabila anda sudah tiada nanti kepada siapakah akan kami tanya setiap persoalan yang timbul nanti?." Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Dengarlah para sahabatku, aku tinggalkan kepada kamu semua jalan yang benar dan jalan yang terang, dan telah aku tinggalkan kepada kamu semua dua penasihat yang satu daripadanya pandai bicara dan yang satu lagi diam sahaja. Yang pandai bicara itu ialah Al-Quran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit di antara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada Al-Quran dan Hadis-ku dan sekiranya hati kamu itu berkeras maka lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari mati." Setelah Rasulullah SAW berkata demikian, maka sakit Rasulullah SAW bermula. Dalam bulan safar Rasulullah SAW sakit selama 18 hari dan sering diziaiahi oleh para sahabat. Dalam sebuah kitab diterangkan bahwa Rasulullah SAW diutus pada hari Senin dan wafat pada hari Senin. Pada hari Senin penyakit Rasulullah SAW bertambah berat, setelah Bilal ra. menyelesaikan azan subuh, maka Bilal ra. pun pergi ke rumah Rasulullah SAW. Sesampainya Bilal ra. di rumah Rasulullah SAW maka Bilal ra. pun memberi salam, "Assalaamualaika ya rasulullah." Lalu dijawab oleh Fathimah ra., "Rasulullah SAW masih sibuk dengan urusan beliau." Setelah Bilal ra. mendengar penjelasan dari Fathimah ra. maka Bilal ra. pun kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fathimah ra. itu. Apabila waktu subuh hampir hendak luput, lalu Bilal pergi sekali lagi ke rumah Rasulullah SAW dan memberi salam seperti permulaan tadi, kali ini salam Bilal ra. telah di dengar oleh Rasulullah SAW dan baginda berkata, "Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh itu kamu suruhlah Abu Bakar mengimamkan shalat subuh berjemaah dengan mereka yang hadir." Setelah mendengar katakata Rasulullah SAW maka Bilal ra. pun berjalan menuju ke masjid sambil meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata: "Aduh musibah." Setelah Bilal ra. sarnpai di masjid maka Bilal ra. pun memberitahu Abu Bakar tentang apa yang telah Rasulullah SAW katakan kepadanya. Abu Bakar ra. tidak dapat menahan dirinya apabila ia melihat mimbar kosong maka dengan suara yang keras Abu Bakar ra. menangis sehingga ia jatuh pingsan. Melihatkan peristiwa ini maka riuh rendah tangisan sahabat dalam masjid,

sehingga Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah ra.; "Wahai Fathimah apakah yang telah berlaku?." Maka Fathimah ra. pun berkata: "Kekecohan kaum muslimin, sebab anda tidak pergi ke masjid." Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali ra. dan Fadhl bin Abas ra., lalu Rasulullah SAW bersandar kepada kedua mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah Rasulullah SAW sampai di masjid maka beliau pun bershalat subuh bersama dengan para jemaah. Setelah selesai shalat subuh maka Rasulullah SAW pun berkata, "Wahai kaum muslimin, kamu semua senantiasa dalam pertolongan dan pemeliharaan Allah, oleh itu hendaklah kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan mengerjakan segala perintahnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan hari ini adalah hari pertama aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia." Setelah berkata demikian maka Rasulullah SAW pun pulang ke rumah beliau. Kemudian Allah SWT mewahyukan kepada malaikat lzrail AS, "Wahai lzrail, pergilah kamu kepada kekasihku dengan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut ruhnya maka hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut sekali. Apabila kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah lerlebih dahulu, kalau ia izinkan kamu masuk, maka masukiah kamu ke rumahnya dan kalau ia tidak mengizinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaku." Setelah malaikat lzrail mendapat perintah dari Allah SWT maka malaikal lzrail pun turun dengan menyerupai orang Arab Badwi. Setelah malaikat lzrail sampai di depan rumah Rasulullah SAW maka ia pun memberi salam, "Assalaamu alaikum yaa ahla baitin nubuwwati wa ma danir risaalati a adkhulu?" (Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu semua sekalian, wahai penghuni rumah nabi dan sumber risaalah, bolehkan saya masuk?) Apabila Fathimah mendengar orang memberi salam maka ia-pun berkata; "Wahai hamba Allah, Rasulullah SAW sedang sibuk sebab sakitnya yang semakin berat." Kemudian malaikat lzrail berkata lagi seperti dipermulaannya, dan kali ini seruan malaikat itu telah didengar oleh Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah ra., "Wahai Fathimah, siapakah di depan pintu itu." Maka Fathimah ra. pun berkata, "Ya Rasulullah, ada seorang Arab badwi memanggil mu, dan aku telah katakan kepadanya bahwa anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia memandang saya dengan tajam sehingga terasa menggigil badan saya." Kemudian Rasulullah SAW berkata; "Wahai Fathimah, tahukah kamu siapakah orang itu?." Jawab Fathimah,"Tidak ayah." "Dia adalah malaikat lzrail, malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan kubur." Fathimah ra. tidak dapat menahan air matanya lagi setelah mengetahui bahwa saat perpisahan dengan ayahandanya akan berakhir, dia menangis sepuaspuasnya. Apabila Rasulullah SAW mendengar tangisan Fatimah ra. maka beliau pun berkata: "Janganlah kamu menangis wahai Fathimah, engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan bertemu dengan aku." Kemudian Rasulullah SAW pun mengizinkan malaikat lzrail masuk. Maka malaikat lzrail pun masuk dengan mengucap, "Assalamuaalaikum ya Rasulullah." Lalu Rasulullah SAW menjawab: "Wa alaikas saalamu, wahai lzrail engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut ruhku?" Maka berkata malaikat lzrail: "Kedatangan saya adalah untuk menziarahimu dan untuk mencabut ruhmu, itupun kalau engkau izinkan, kalau engkau tidak izinkan maka aku akan kembali." Berkata Rasulullah SAW, "Wahai lzrail, di manakah kamu tinggalkan Jibril?" Berkata lzrail: "Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, para malaikat sedang memuliakan dia." Tidak beberapa lama kemudian Jibril AS pun turun dan duduk di dekat kepala Rasulullah SAW. Apabila Rasulullah SAW melihat kedatangan Jibril AS maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, tahukah kamu bahwa ajalku sudah dekat" Berkata Jibril AS, "Ya aku tahu." Rasulullah SAW bertanya lagi, "Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku disisi Allah SWT" Berkata Jibril AS, "Sesungguhnya semua pintu langit

telah dibuka, para malaikat bersusun rapi menanti ruhmu dilangit. Kesemua pintu-pintu syurga telah dibuka, dan kesemua bidadari sudah berhias menanti kehadiran ruhmu." Berkata Rasulullah SAW: "Alhamdulillah, sekarang kamu katakan pula tentang umatku di hari kiamat nanti." Berkata Jibril AS, "Allah SWT telah berfirman yang bermaksud, "Sesungguhnya aku telah melarang semua para nabi masuk ke dalam syurga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua umat memasuki syurga sebelum umatmu memasuki syurga." Berkata Rasulullah SAW: "Sekarang aku telah puas hati dan telah hilang rasa susahku." Kemudian Rasulullah SAW berkata: "Wahai lzrail, mendekatlah kamu kepadaku." Selelah itu Malaikat lzrail pun memulai tugasnya, apabila ruh beliau sampai pada pusat, maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati." Jibril AS mengalihkan pandangan dari Rasulullah SAW apabila mendengar kata-kata beliau itu. Melihatkan telatah Jibril AS itu maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, apakah kamu tidak suka melihat wajahku?" Jibril AS berkata: "Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu dikala kamu dalam sakaratul maut?" Anas bin Malik ra. berkata: "Apabila ruh Rasulullah SAW telah sampai di dada beliau telah bersabda, "Aku wasiatkan kepada kamu agar kamu semua menjaga shalat dan apa-apa yang telah diperintahkan ke atasmu." Ali ra. berkata: "Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan kedua bibir beliau sebanyak dua kali, dan saya meletakkan telinga, saya dengan Rasulullah SAW berkata: "Umatku, umatku." Telah bersabda Rasulullah SAW bahwa: "Malaikat Jibril AS telah berkata kepadaku; "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sebuah laut di belakang gunung Qaf, dan di laut itu terdapat ikan yang selalu membaca selawat untukmu, kalau sesiapa yang mengambil seekor ikan dari laut tersebut maka akan lumpuhlah kedua belah tangannya dan ikan tersebut akan menjadi batu." Jika Kacang Lupa Kulitnya by Julian Patra on Saturday, 26 June 2010 at 12:00

Adalah wajar bila seorang makin berharap menjadi kaya, orang bodoh bercita-cita menjadi pintar, pejabat rendahan menginginkan jabatan yang tinggi. Seorang pengangguran ingin cepat mendapat pekerjaan tetap, seorang politisi ingin segera mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Semua keinginan di atas wajar dan boleh-boleh saja. Agama tidak melarang. Bahkan Allah membuka pintu do'a bagi mereka yang punya berbagai harapan. Jika dimohon dengan sungguh-sungguh, Allah pasti mengabulkan. Adapun banyak sedikitnya, dalam tempo segera atau ditunda, semua bergantung pada kemurahan Tuhan.

Pada dasarnya semua yang ditimpakan kepada manusia baik atau buruk adalah ujian. Tapi ternyata hanya mereka yang ditimpa keburukan saja yang merasa diuji, sementara yang diberi kebaikan merasa dikasihi. Padahal bisa jadi yang ditimpa keburukan itu justru yang menjadi kekasih Tuhan. "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan" (QS Al Anbiya : 35) Nabi Sulaiman diuji dengan banyaknya harta, tapi ia lulus karena selalu sadar bahwa harta yang dimilikinya adalah karunia sekaligus ujian dari Allah swt. "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau kufur." (QS An Naml : 40) Nabi Ayyub dicoba dengan berbagai penderitaan, mulai dari kemiskinan hingga sakit yang tak kunjung sembuh. Tapi ia lulus menghadapi ujian ini, karena tetap dalam keadaan sabar dan tawakkal. Ia tetap menyadari bahwa kesenangan yang diberikan Allah atasnya masih jauh lebih besar dari pada penderitaan yang dialaminya. Ketika istrinya mengusulkan kepadanya agar minta kepada Allah kesembuhan atas penyakitnya, ia malah berkata: "Aku malu kepada Allah. Bertahun-tahun aku sehat dan kaya, sementara baru beberapa saat saja aku sakit dan jatuh miskin" Diantara kita ada sebagian yang tidak tahan menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, utamanya jika ujian yang diberikan berupa penderitaan dan kemiskinan. Jika boleh memilih, kita lebih suka diuji dengan berbagai kebaikan. Karena tidak sedikit diantara kita kemudian berandai-andai. Seandai-nya saya diberi kekayaan, maka sebagian besar kekayaan itu saya sedekahkan untuk sebagian yatim piatu, pembangunan masjid, proyek kesejahteraan ummat, dan berbagai amal shalih lainnya. Tidak jarang pengandaian ini kemudian berubah menjadi janji kepada diri sendiri bahkan kepada Allah swt. Janji seperti ini dilakukan oleh banyak orang dengan berbagai hajat dan kebutuhan. Ketika sebuah kapal mengalami musibah kebakaran, semua penumpangnya menjadi panik. Diantara mereka ada yang berjanji dengan sepenuh hati, jika Allah menyelamatkan jiwanya, maka sisa umurnya akan dihabiskan untuk amal shalih dan beribadah kepadaNya. Bertahun-tahun seorang lelaki setengah baya terbaring di rumah sakit. Berbagai terapi telah dijalani, berbagai obat telah ditelan, akan tetapi kondisi tetap seperti semula, malah lebih parah lagi. Disaat seperti ini ia khusyu' berdo'a kepada Allah dan berjanji di hadapanNya, bila kelak diberi kesembuhan, maka seluruh amal maksiatnya akan segera ditinggalkan, sebagian hartanya akan didermakan, dan ia akan kembali ke jalan kebenaran. Seorang pegawai rendahan berusaha keras untuk menaikkan jabatannya. Iapun berusaha sekolah lebih tinggi dengan harapan bisa naik pangkat lebih cepat. Di tengah usaha kerasnya iapun berjanji bila kelak menduduki jabatan tinggi akan memperhatikan nasib bawahan dan memperjuangkan tingkat kesejahteraannya. Janji itu kadang tidak disembunyikan untuk dirinya sendiri, tapi juga disampaikan kepada orang lain, dalam hal ini rekan-rekan senasib sepenanggungan. Barangkali orang-orang yang disebutkan di atas adalah diri kita sendiri. Kita ternyata tidak juga lepas dari janji-janji seperti ini. Ketika masih mahasiswa, kita idealis sekali. Semua tindak

korupsi kita tentang, malah kita demonstrasi. Kitapun menuntut keadilan dan kejujuran semua pihak. Dalam diri kita ada semangat juga janji kepada diri sendiri, jika kelak kita menjadi pejabat, kita tidak akan mengulangi hal yang sama. Semua korupsi kita tindak, semua yang tidak jujur kita sikat. Tapi, bagaimana setelah kita sekarang menjadi pejabat? Sungguh mudah bagi kita untuk membuat janji, baik janji kepada diri sendiri, kepada orang lain, lebih-lebih kepada Allah swt. Akan tetapi, jika sebagian harapan kita telah terpenuhi, maka janji tinggal janji. Ketika Allah memberi kekayaan, kita malah korupsi. Ketika Allah memberi tambahan umur malah kita manjauh dari ibadah, mendekat kepada maksiat. Kondisi seperti inilah yang kemudian diangkat oleh Allah dalam sebuah ayatNya: "Dan diantara mereka ada orang yang telah berikarar kepada Allah, sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karuniaNya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang shalih. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagain karuniaNya, mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan dalam hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepadaNya dan juga karena mereka selalu berdusta. Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib?" (QS At Taubah : 75-78) Abu Hurairah meriwayatkan hadits panjang yang isinya menceritakan tentang kejelekan mengkhianati janji dan resiko yang bakal dihadapi, Rasulullah bersabda: "Ada tiga orang dari Bani Israil yang diuji oleh Allah. Mereka itu ada yang menderita penyakit kusta, ada yang gundul tidak punya rambut dan ada yang buta. Kemudian Allah mengutus malaikat menemui mereka. Yang pertama kali malaikat datang kepada orang yang sakit kusta. Malaikat bertanya: "apakah yang lebih engkau inginkan" Orang yang sakit kusta menjawab,"Aku ingin rupa yang bagus dan kulit yang halus dan hilangnya penyakit yang menyebabkan orang jijik kepada saya." Kemudian malaikat menyapunya dan hilanglah penyakit yang menjijikan itu seketika. Dan diberinya rupa ia yang bagus dan kulit yang halus. Selanjutnya malaikat bertanya lagi,"Harta apa yang engkau inginkan?" Ia menjawab, "Unta". Maka diberinya unta bunting dan malaikat mendo'akannya,"SemogaAllah menjadikan unta ini bibit yang banyak dan menghasilkan anakanak untamu hingga berlipat ganda" Selanjutnya malaikat datang menemui orang gundul sambil bertanya, "Apa yang lebih engkau inginkan?" Si gundul menjawab, "Rambut yang bagus dan hilangnya penyakit yang membuat orang jijik kepadaku." Malaikat lalu menyapunya, dan hilanglah seketika itu (yakni tumbuhlah rambutnya seperti sediakala). Selanjutnya malaikat bertanya,"Harta apa yang engkau inginkan?" orang gundul itu menjawab,"Sapi" . maka diberikannya seekor sapi yang bunting dan malaikat mendo'akan,"Semoga Allah menjadikan sapi itu bibit yang melahirkan berlipat ganda anakanaknya untuk kamu." Selanjutnya malaikat datang menemui orang yang buta seraya bertanya,"Apa yang lebih engkau inginkan?" orang buta menjawab "Saya ingin semoga Allah mengembalikan penglihatan saya." Maka malaikat menyapunya, dan si buta dapat melihat kembali seperti sediakala. Kemudian malaikat bertanya lagi, "Harta apa yang engkau inginkan?" orang buta menjawab,"Kambing". Maka diberinya seekor kambing yang bunting.

Demikianlah ketiga jenis binatang, unta, sapi, kambing yang telah diberikan kepada ketiga orang miskin itu sekarang telah berkembang biak. Dari hari ke hari bertambah banyak juga jumlahnya, sehingga ketiganya menjadi orang kaya raya. Yang tadinya berpenyakit kusta, sekarang memiliki lembah unta yang luas, demikian juga dengan yang berpenyakit gundul memiliki lembah sapi yang luas dan oarng yang tadinya buta, sekarang telah pula memiliki lembah kambing yang luas pula. Kemudian pada suatu hari malaikat menjelma menjadi sebagai manusia berpenyakit kusta mendatangi si kaya bekas berpenyakit kusta, lalu Ia bertanya,"Saya ini orang miskin yang kehabisan ongkos di perjalanan. Mungkin saya tidak akan sampai ketempat tujuan hari ini kecuali dengan pertolongan Allah dan pertolongan tuan. Saya mohon kepada tuan, agar tuan memberi ongkos untuk melanjutkan perjalanan saya. Orang kaya baru yang tadinya berpenyakit kusta itu berkata,"Saya banyak utang yang harus dibayar." Mlaikat berkata pula,"Rasa-rasanya saya mengenal tuan. Bukankah tuan yang dahulunya menderita penyakit kusta yang membuat manusia jijik kepada tuan dan lagi keadaan tuan miskin. Sekarang tuan dikaruniai Alalh nikmat yang banyak ini." Orang itu menyangkal,"Tidak demikian harta ini bukan dari mana-mana tahu?" tapi sematamata warisan dari bapak dan kakekku." Malaikat berkata pula,"Apabila tuan berdusta, semoga Allah menjadikan tuan seperti sediakala" Setelah itu malaikat mendatangi orang kaya kedua yang tadinya berpenyakit gundul. Lalu kepadanya dimohonkan bantuan, seperti yang dikatakannya kepada orang pertama tadi. Jawabannya ternyata sama saja, si kaya menolak dan ingkar, hingga malaikat berkata kepadanya"Apabila tuan berdusta, semoga Allah menjadikan tuan seperti semual." Akhirnya malaikat sampai kepada orang kaya baru yang ketiga, yang tadinya menderita penyakit buta. Lalu malaikatpun menguraikan maksudnya mohon bantuan. Lalu orang yang tadinya buta itu berkata"Betul, saya tadinya buta, kemudian Allah mengembalikan penglihatan saya. Silahkan ambil sekehendakmu apa yang kamu kehendaki, tinggalkan sisanya sekehendakmu pula. Demi Allah, saya tidak akan menyusahkamu hari ini dengan menolak sesuatu yang kamu ambil karena Allah." Malaikat lalu berkata."Peganglah saja hartamu, saya tidak akan mengambilnya. Saya hanya menguji saja, ternyata kamu lulus dari ujian ini. Dengan demikian kamu diridhai Allah dan kedua temanmu itu dibenciNya.

Related Documents


More Documents from "Cha-Cha Zhie'spoiltladiezztt Daghmwd'ckitilgiee"