Laporan Praktikum Bahan Struktur New

  • Uploaded by: M Akzan Eka Saputra
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Bahan Struktur New as PDF for free.

More details

  • Words: 9,183
  • Pages: 61
Loading documents preview...
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN STRUKTUR

A. LATAR BELAKANG Beton merupakan adukan / campuran bahan-bahan agregat kasar (kerikil), agregat halus (pasir), semen dan air. Semen berfungsi sebagai bahan perekat dan air sebagai bahan pembentu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Sedangkan agregat halus dan agregat kasar merupakan bahan pengisi, yang memiliki ukuran sedemikian rupa, sehingga ukuran ronggarongga dalam agregat minimum. Nilai kekuatan dan ketahanan beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya adalah nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finising, temperatur dan kondisi perawatan pengerasannya. Beton merupakan produk manusia dan dibuat dari bahan alami, maka mutu beton dipengaruhi oleh faktor manusia dan faktor alam, sehingga dalam proses pembuatan beton selalu dibuat rancangan campuran agar diperoleh kekuatan beton yang dikehendaki. B. TUJUAN PRAKTIKUM Praktikum dasar yang dilakukan di labotarium Bahan Struktur mempunyai sasaran untuk mengenal sifat mekanikal bahan, elemen maupun system struktur melalui percobaan dilabotarium. Diharapkan dengan percobaan dilabotarium, mahasiswa mengerti sifat-sifat bahan struktur, termasuk pengetahuan mengenal gradasi agregat, perencangan dan percobaan melaksanakan pembuatan campuran beton dengan kekuatan tekan tertentu.

C. JENIS PRAKTIKUM Adapun pengujian/pemeriksaan yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut :

1

1. Pemeriksaan berat satuan/berat isi agregat halus 2. Pemeriksaan berat satuan/berat isi agregat kasar 3. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus 4. Pemeriksaan kondisi SSD agregat halus/pasir 5. Pemeriksaan kadar agregat halus 6. Pemeriksaan gradasi agregat halus 7. Pemeriksaan gradasi agregat kasar 8. Pemeriksaan nilai slump 9. Pengujian kuat tarik baja beton 10. Pengujian kuat tekan beton 11. Pengujian kadar lumpur pasir

PERCOBAAN NO.1 PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT HALUS Tanggal pelaksanaan : 08 Juni 2015 Praktikan

: Kelompok 02

2

DASAR TEORI : Berat isi atau disebut juga sebagai berat satuan agregat adalah rasio antara berat agregat dan isi / volume. Berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan bahan campuran beton, apabila jumlah bahan ditakar dengan ukuran volume.

MAKSUD : Maksud percobaan adalah memeriksa berat satuan atau isi suatu contoh agregat halus dengan pengertian istilah sebagai berikut : 1) Agregat halus : pasir alam sebagai hasil disintegrasi “ alami “ dari bantuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecahan batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4) sampai 40mm 2) Berat satuan : 3) Syarat mutu agregat halus a) Kehalusan (modulus halus butir) 1,5 - 3,8 b) Kadar lumpur maksimum 5 % c) Kadar zat organik diuji dengan larutan NaOH 3 %, tidak melibihi warna larutan pembanding.

BAHAN DAN ALAT : Sebelum melakukan pengujian, terlebih dahulu siapkan alat dan dan bahan sebagai berikut : Alat : a) Bejana berbentuk silinder b) Tongkat tusuk c) Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram

3

d) Sendok dan pisau aduk e) Alat bantu lain Bahan : a) Agregat halus b) Air bersih LANGKAH KERJA : a) Berat isi gembur (shoveled) 1) Timbang berat bejana kosong 2) Timbang berat bejana penuh berisi air 3) Tuangkan air keluar, dan bejana di lap dengan kain sampai kering 4) Isikan agregat halus ke dalam bejana, hingga permukaan agregat halus kirakira 5 cm diatas permukaan bejana 5) Ratakan permukaan agregat halus dengan menggunakan pisau aduk, hingga permukaan agregat halus rata dengan bibir atas bejana 6) Timbang berat bejana berisi agregat halus tersebut 7) Hitunglah berat satuan atau isi agregat halusnya

b) Berat isi padat (rodded) 1) Timbang berat bejana kosong 2) Timbang berat bejana penuh berisi air 3) Tuangkan air dari bejana dan keringkan bejana tersebut dengan kain lap 4) Isikan agregat halus ke dalam bejana dalam tiga lapisan a. Isi sepertiga dari bejana, tusuk-tusuk 25 kali, kemudian ratakan b. Tambahkan agregat halus ke dalam bejana itu sampai setinggi 2/3 bagian, tusuk-tusuk 25 kali lalu ratakan c. Tambahkan agregat halus hingga bejana penuh dan tusuk-tusuk 25 kali 5) Tambahkan agregat halus sehingga tingginya menjadi kira-kira 5 cm diatas bibir bejana, lalu ratakan dengan tongkat atau mistar hingga agregat halus setinggi bibir bejana 6) Timbanglah bejana penuh agregat halus tadi 7) Hitunglah berat satuan atau isi agregat halusnya

4

DATA PENGAMATAN :

NO

KETERANGAN

PERC. 2

1 2 3

DATA TEMPAT Berat bejana kosong, W1 (gram) Diameter (cm) Tinggi (cm)

B 564 6.5 40

4 5

KONDISI GEMBUR (SHOVELED) Berat bejana berisi penuh air, W2 gram Berat bejana penuh agregat halus, W3 gram

1890 2339

6 7

KONDISI DIPADATKAN (RODDED) Berat bejana berisi penuh air,W2 gram Berat bejana penuh agregat halus ,W3 gram

1890 2606

5

HITUNGAN : Jika : W1 = berat bejana kosong, dalam gram W2 = berat bejana penuh air, dalam gram W3 = berat bejana penuh agregat halus, dalam gram Maka berat satuan/isi agregat halus, dihitung sbb : 3 Berat air (A) = (W2-W1) gram = Volume air ( cm ) = Volume bejana (

cm3 ) Berat agregat halus (B)= (W3-W1) gram Jadi berat satuan/ isi agrgat halus

=

beratagregathalus volumeagregathalus

W 3−W 1 = W 2−W 1

ANALISA DATA :

NO

KETERANGAN

PERC.1

PERC. 2

1 2 3 4

DATA TEMPAT Berat bejana kosong, W1 (gram) Diameter (cm) Tinggi (cm) Volume, V cm3

A 495,3 6,2 42,5 1283,105

B 564 6,5 40 1327,323

1 2 3 4

HASIL UJI Kondisi gembur (Shoveled) Berat bejana berisi penuh air, W2 gram Berat bejana penuh agregat halus, W3 gram A = Berat air (W2-W1) gram B = Berat agregat halus, (W3-W1) gram

1786 2228 1290,7 1732,7

1890 2339 1326 1775

6

5 6

Berat satuan/ isi agregat halus, B/A Berat satuan/ isi agregat halus rata-rata

1,3424498 1,338612 1,341

1 2 3 4 5 6

Kondisi dipadatkan (Rodded) Berat bejana berisi penuh air, W2 gram Berat bejana penuh agregat halus, W3 gram A = Berat air (W2-W1) gram B = Berat agregat halus, (W3-W1) gram Berat satuan/ isi agregat halus, B/A Berat satuan/ isi agregat halus rata-rata

1890 1786 2606 2522 1326 1290,7 2042 2026,7 1,5702332 1,53997 1,555

KESIMPULAN : Dari percobaan yang dilakukan didapat berat satuan/isi agregat halus rata-rata adalah sbb: Kondisi gembur (sholved)

=

1,341

Kondisi dipadatkan (rodded) =

1,555

Besar kecilnya berat isi agregat terkandung pada berat butiran agregat dan volume agregat. Semakin besar berat butiran agregat maka semakin besar pula berat isi agregat dan sebaliknya. Karena berat isi agregat berbanding lurus dengan berat butiran agregat sedangkan semakin besar volume agregat maka semakin kecil berat isi agregat dan sebaliknya. Karena berat isi agregat berbanding terbalik dengan besarnya volume agregat.

7

PERCOBAAN NO.2 PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT KASAR

Tanggal

:

08 Juni 2015

Praktikan

:

Kelompok 02

DASAR TEORI : Berat isi atau disebut juga sebagai berat satuan agregat adalah rasio antara berat agregat dan isi / volume. Berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan bahan campuran beton, apabila jumlah bahan ditakar dengan ukuran volume. MAKSUD :

8

Maksud percobaan adalah memeriksa berat satuan atau isi suatu contoh agregat kasar dengan pengertian istilah sebagai berikut : 1) Agregat kasar : kerikil sebagai hasil disintegrasi “ alami “ dari bantuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4) sampai 40mm (No.11/2 inci). 2) Berat satuan : ALAT : a) Bejana berbentuk silinder b)Tongkat tusuk c) Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram d)Sendok dan pisau aduk e) Alat bantu lain BAHAN : a. Agregat kasar/krikil alam b. Air bersih LANGKAH KERJA : a) Berat satuan isi gembur (shoveled) 1) Timbang berat bejana kosong 2) Timbang berat bejana penuh berisi air 3) Tuangkan air keluar, dan bejana di lap dengan kain sampai kering 4) Isikan agregat kasar ke dalam bejana, hingga permukaan agregat kasar kira-kira 5 cm diatas permukaan bejana 5) Ratakan permukaan agregat kasar dengan menggunakan pisau aduk, hingga permukaan agregat kasar rata dengan bibir atas bejana 6) Timbang berat bejana berisi agregat kasar tersebut 7) Hitunglah berat satuan atau isi agregat kasar b) Berat satuan isi padat (rodded) 1) Timbang berat bejana kosong 2) Timbang berat bejana penuh berisi air 3) Tuangkan air dari bejana dan keringkan bejana tersebut dengan kain lap 4) Isikan agregat kasar ke dalam bejana dalam tiga lapisan

9

a. Isi sepertiga dari bejana, tusuk-tusuk 25 kali, kemudian ratakan b. Tambahkan agregat kasar ke dalam bejana itu sampai setinggi 2/3 bagian, tusuk-tusuk 25 kali lalu ratakan c. Tambahkan agregat kasar hingga bejana penuh dan tusuk-tusuk 25 kali 5) Tambahkan agregat kasar sehingga tingginya menjadi kira-kira 5 cm diatas bibir bejana, lalu ratakan dengan tongkat atau mistar hingga agregat halus setinggi bibir bejana 6) Timbanglah bejana penuh agregat kasar tadi 7) Hitunglah berat satuan atau isi agregat kasarnya DATA PENGAMATAN : NO

1 2 3

4

5

KETERANGAN DATA TEMPAT Berat bejana kosong, W1 (gram) Diameter (cm) Tinggi (cm) KONDISI GEMBUR (SHOVELED) Berat bejana penuh agregat kasar, W3 (gram) KONDISI DIPADATKAN (RODDED) Berat bejana penuh agregat kasar, W3 (gram)

PERC. 2 B 2330 20,5 39

20200

23800

HITUNGAN : Jika : W1 = berat bejana kosong, dalam gram W2 = berat bejana penuh air, dalam gram W3 = berat bejana penuh agregat halus, dalam gram Maka berat satuan/isi agregat halus, dihitung sbb : 10

3 3 Berat air (A) = (W2-W1) gram = Volume air ( cm ) = Volume bejana ( cm )

Berat agregat halus (B) = (W3-W1) gram

Jadi berat satuan/ isi agrgat halus

=

beratagregathalus volumeagregathalus

W 3−W 1 = W 2−W 1 ANALISA DATA :

NO

KETERANGAN

1 2 3 4

DATA TEMPAT Berat bejana kosong, W1 (gram) Diameter (cm) Tinggi (cm) Volume, V cm3

1 2 3 4 5 6

HASIL UJI Kondisi gembur (Shoveled) Berat bejana berisi penuh air, W2 gram Berat bejana penuh agregat kasar, W3 gram A = Berat air (W2-W1) gram B = Berat agregat kasar, (W3-W1) gram Berat satuan/ isi agregat kasar, B/A Berat satuan/ isi agregat kasar rata-rata

1 2 3 4 5 6

Kondisi dipadatakan (Rodded) Berat bejana berisi penuh air, W2 gram Berat bejana penuh agregat kasar, W3 gram A = Berat air (W2-W1) gram B = Berat agregat kasar, (W3-W1) gram Berat satuan/ isi agregat kasar, B/A Berat satuan/ isi agregat kasar rata-rata

PERC.1

PERC. 2

A 2318 21 38 13161,702

B 2330 20,5 39 12872,480

15700 20720 13382 18402 1,375

15500 20200 13170 17870 1,357 1,366

15700 15500 24280 23800 13382 13170 21962 21470 1,641 1,630 1,635689982

KESIMPULAN :

11

Dari percobaan yang dilakukan didapat berat satuan/isi agregat kasar rata rata adalah sebagai berikut : Kondisi gembur (sholved)

=

1,366

Kondisi dipadatkan (rodded) =

1,636

Besar kecilnya berat isi agregat terkandung pada berat butiran agregat dan volume agregat. Semakin besar berat butiran agregat maka semakin besar pula berat isi agregat dan sebaliknya. Karena berat isi agregat berbanding lurus dengan berat butiran agregat sedangkan semakin besar volume agregat maka semakin kecil berat isi agregat dan sebaliknya. Karena berat isi agregat berbanding terbalik dengan besarnya volume agregat.

PERCOBAAN NO.3

12

PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS Tanggal

:

08 Juni 2015

Praktikan

:

Kelompok 02

DASAR TEORI Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan volume sama pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan kering ( SSD = Saturated Surface Dry ) MAKSUD : Maksud percobaan ini adalah memeriksa berat jenis dan penyerapan air suatu contoh agregat halus, dengan pengertian istilah sbb: 1) Agregat halus : pasir alam sebagai hasil disintegrasi ‘alami’ batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75 mm (No.4) 2) Berat jenis : perbandingan antara berat dari suatu volume dari suatu mineral terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur yang ditentukan. Nilai-nilainya adalah tanpa dimensi. a.

Berat jenis curah kering

S (¿¿ d ) : perbandingan antara berat dari satuan ¿

volume agregat pada suatu temperatur tertentu terhadap berat diudara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada pada suatu temperatur tertentu.

13

b. Berat jenis curah jenuh kering permukaan

S (¿¿ s) : perbandingan antara ¿

berat dari satuan volume agregat pada suatu temperature tertentu terhadap berat diudara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada pada suatu temperature tertentu. S ¿ c. Berat jenis semu/apparent ( a : perbandingan antara berat dari satuan volume agregat pada suatu temperature tertentu terhadap berat diudara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada pada suatu temperature tertentu. 3) Penyerapan air : penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang meresap kedalam piri-pori, dinyatakan sebagai persentase dari berat keringnya. Agregat dinyatakan kering ketika telah dijaga pada suatu temperature (110 ±5)°C dalam rentang waktu yang cukup untuk menghilangkan seluruh kandungan air yang ada (sampai beratnya tetap). 4) Syarat mutu agregat halus a. Kehalusan (modulus halus butir) 1,5 – 3,80. b. Kadar lumpur maksimim 5% c. Kadar zat organik di uji dengan larutan NaOH 3%,tidak melebihi warna larutan pembanding. ALAT : 1) Timbangan : Timbangan harus memenuhi ketelitian sesuai dengan persyaratan. 2) Piknometer : Botol gelas untuk benda uji agar dengn mudah di masukan volume agregat halus secara berulang. 3) Desikator 4) Oven : Oven yang dapat dipergunakan harus memilki kapasitas yang sesuai,dilengkapi pengatur temperatur dan mampu memanaskan sampai temperature (110 +5) ℃ 5) Termometer : Alat pengukur temperatur dengan rentang temperatur yang sesuai dan ketelitian pembaca 1 ℃

14

6) Alat bantu lain: a) Alat pemanas untuk mengeluarkan gelembung. b) Saringan No.4 dengan ukuran 4,75 mm. c) Talam PERSIAPAN BENDA UJI : 1) Menyiapakan kira - kira 1 kg dan yang dipakai dilapangan 0,5 kg agregat halus dari contoh benda uji untuk pemeriksaan secara duplo(dua percobaan yang terpisah) 2) Keringkan dalam wadah yang sesuai sampai beratnya tetap,pada temperatur (100+5) ℃ .

Biarkan

mendingin

sampai

temperatur

yang

dapat

dikerjakan,basahi dengan air,baik dengan cara melembabkan sampai 6

atau

merendamnya ,biarkan (24+4) jam. 3) Hilangkan kelebihan air dengan hati-hati untuk menghindari hilanganya butiran yang halus,tebarkan benda uji di atas permukaan terbuka yang rata dan tidak menyerap air,beri aliaran udara yang hangat dan perlahan,aduk untuk mencapai pengeringan yang merata,bila diingkan,bantuan mekanis seperti alat pengaduk dapat di gunakan sebagai alat bantu dalam mencapai kondisi jenuh kering permukaan. 4) Lakukan dan ulangi memastikan bahwa tidak ada lagi kelebihan kadar air. 5) Untuk mencapai kondisi jenuh kering permukaan, penggunaan handuk kertas dapat di lakukan untuk mengerikan permukaan butiran agregat tersebut. Kondisi jenuh kering permukaan tercapai pada saat handuk kertas tersebut terlihat tidak lagi menyerap air dari permukaan agregat (tidak ada titik air pada permukaan kertas).

LANGKAH KERJA : 1) Menyiapkan alat timbang dengan ketelitian 0.1 gram. 15

2) Piknometer harus di bersihkan luar dan dalam dan dikeringkan,selanjutnya di timbang (W1). 3) Contoh benda uji dimasukan ke dalam piknometer sebanyak kira-kira sampai 50 volume piknometer. 4) Piknometer dengan tutupnya berisi agregat halus ditimbang (W2). 5) Menambahkan air ke dalam piknometer dan memastikan sampai agregat halus terendam semua. 6) Udara yang terperangkap diantara butiran agregat halus dikelurkan dengan cara di kocok-kocok,dimiringkan atau dengan cara di rebus dengan ahti-hati sekitar 10 menit. 7) Menambahkan air destilasi lagi sampai penuh mengisi leher piknometer,air yang menempel di dinding luar dibersihkan dengan kain kering. 8) Menimbang berat piknometer beserta tutupnya yang berisi air dan agregat halus (W3). 9) Menimbang berat piknometer pada saat terisi air saja sampai penuh (W4). DATA PENGAMATAN : NO.

PENGUJIAN Berat benda uji kondisi jenuh

NOTASI

I

II

SATUAN

1 2 3

kering muka Berat benda uji kering oven Berat piknometer yang berisi air Berat piknometer dengan benda uji

S A B

512,4 411,3 722

366,5 362,5 498,2

gram gram gram

4

dan air

C

953

723,5

gram

HITUNGAN : a) Berat jenis curah kering Perhitungan berat jenis curah kering (Sd),dengan

Berat jenis curah kering =

A ( B+S−C )

16

Dengan : A = berat benda uji kering oven (gram) B = berat piknometer yang berisi air (gram) C = berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan (gram) S = berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram). b) Berat jenis curah (kondisi jenuh kering permukaan) Perhitungan berat jenis curah dalam basis jenuh kering permukaan (Ss),dengan menggunakaan rumus :

Berat jenis curah jenuh kering permukaan =

S ( B+S−C )

Dengan : B = berat piknometer yang berisi air (gram) C = berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan (gram) S = berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram) c) Berat jenis semu (apparent) Perhitungan berat jenis semu (Sa),digunakan rumus sbb :

Berat jenis semu

=

A (B+ A−C )

17

Dengan : A = berat benda uji kering oven (gram) B = berat piknometer yang berisi air (gram) C = berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan(gram) d) Penyerapan air Perhitungan presentase penyerapan air (Sw) ,dengan cara

Penyerapan air =

⟦ ⟧ S−A A

x 100

Dengan : A = berat benda uji kering oven (gram) S = berat benda uji kondisi SSD/ jenuh kering permukaan(gram) ANALISIS DATA : NO. 1

I

S

512,4

Berat benda uji kering oven

A

411,3

3

Berat piknometer yang berisi air

B

722

C

953

NO. 1

3

kering muka

NOTASI

2

4

2

PENGUJIAN Berat benda uji kondisi jenuh

Berat piknometer dengan benda uji dan air

PERHITUNGAN Berat jenis curah kering (Sd) Berat jenis curah jenuh kering permukaan (Ss) Berat jenis semu (Sa)

II 366, 5 362, 5 498, 2 723, 5

SATUAN gram gram gram gram

RUMUS A/(B+S-C)

I 1,462

II 2,567

RATA-RATA 2,014

S/(B+S-C)

1,821

2,596

2,596

A/(B+A-C)

2,281

2,642

2,642

18

4

Penyerapan (Sw), %

(S-A)/A

0,246

0,011

1,103

KESIMPULAN : Dari hasil pengujian kami dihasilkan berat jenis kering curah kering (Sd) ratarata 2,014, berat jenis curah jenuh kering permukaan (Ss) rata-rata 2,596, berat jenis semu (Sa) rata-rata 2,642, dan penyerapannya (Sw) rata-rata 1,103%. Dari hasil tersebut masih dikatakan masuk dalam nilai standar berat jenis dan penyerapan agregat halus. Berat agregat halus pada kondisi SSD mengalami penyusutan setelah agregat halus dikeringkan dalam oven. Hal ini disebabkan adanya penurunan kadar air secara sempurna sehingga tidak ada penyerapan air yang sangat berpengaruh pada massa agregat halus. Massa agregat halus mengalami penurunan akibat dari penyusutan kadar air yang terkandung dalam agregat halus. Dengan demikian berat jenis agregat halus pada saat kering oven lebih kecil dari berat jenis benda uji pada saat SSD. Lain halnya dengan perubahan berat agregat halus saat diuji dalam piknometer dengan penambahan air, hal ini justru menjadikan berat agregat halus bertambah karena adanya penyerapan air oleh agregat halus sehingga kadar air meningkat. Dari hal tersebut menyebabkan berat jenis agregat halus pada saat keadaan tersebut lebih besar dari berat jenis agregat halus pada saat keadaan SSD.

PERCOBAAN NO.4 PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR Tanggal

:

08 Juni 2015

19

Praktikan

:

Kelompok 02

MAKSUD : Maksud percobaan ini adalah memeriksa berat jenis dan penyerapan air suatu contoh agregat kasar, dengan pengertian istilah sbb: 1) Agregat kasar : kerkil sebagai hasil disintegrasi ‘alami’ batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran

butir terbesar 4,75 mm (No.4) sampai 40 mm (No.

1

1 2 inci)

2) Berat jenis : perbandingan antara berat dari suatu volume dari suatu material terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur yang ditentukan. Nilai-nilainya adalah tanpa dimensi. S a. Berat jenis curah kering (¿¿ d ) : perbandingan antara berat dari ¿ satuan volume agregat pada suatu temperatur tertentu terhadap berat diudara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada pada suatu temperatur tertentu. b. Berat jenis curah jenuh kering permukaan

S (¿¿ s) ¿

: perbandingan

antara berat dari satuan volume agregat pada suatu temperature tertentu terhadap berat diudara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada pada suatu temperature tertentu. S ¿ c. Berat jenis semu/apparent ( a : perbandingan antara berat dari satuan volume suatu bagian agregat yang impermeabel pada suatu temperatur tertentu terhadap berat diudara dari air suling bebas

20

gelembung dalam volume yang sama pada pada suatu temperature tertentu. 3) Penyerapan air : penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang meresap kedalam piri-pori, dinyatakan sebagai persentase dari berat keringnya. Agregat dinyatakan kering ketika telah dijaga pada suatu temperature (110 ± 5)°C dalam rentang waktu yang cukup untuk menghilangkan seluruh kandungan air yang ada (sampai beratnya tetap). ALAT : 1) Timbangan : Timbangan harus memenuhi

ketelitian sesuai dengan

persyaratan. 2) Wadah contoh benda uji : Suatu keranjang kawat 3,35 mm untuk agregat

dengan ukuran nominal maksimum 37,5 mm (saringan No.

1

1 2 inci) atau

lebih kecil, dan wadah yang lebih besar jika dibutuhkan untuk menguji ukuran maksimum agregat yang lebih besar. 3) Tangki/Tandon air : Sebuah tangki air yang kedap dengan contoh benda dan wadahnya akan di tempatkan dengan benar-benar terendam ketika digantung dibawah timbangan, akan dilengkapi dengan suatu saluran pengeluaran untuk menjaga agar ketinggian air tetap. 4) Alat penggantung (kawat) : kawat untuk menggantung wadah contoh benda uji haruslah kawat dengan ukuran praktis terkecil untuk memperkecil seluruh kemungkinan pengaruh akibat perbedaan panjang kawat yang terendam. 5) Oven : Oven yang dapat dipergunakan harus memilki kapasitas yang sesuai,dilengkapi pengatur temperatur dan mampu memanaskan sampai temperatur (110 +5) ℃

21

PERSIAPAN BENDA UJI : 1) Menyiapkan kira –kira 5 kg agregat kasar dari contoh benda uji untuk pemeriksaan secara duplo ( dua percobaan yang terpisah). 2) Dikeringkan dalam wadah yang sesuai sampai beratnya tetap,pada temperatur (110+5) ℃ .

dibiarkan

mendingin

sampai

temperatur

yang

dapat

dikerjakan,basahi dengan air,baik dengan cara melembabkan sampai 6 atau merendamnya ,biarkan (24+4) jam. 3) Hilangkan kelebihan air dengan hati-hati untuk menghindari hilanganya butiran yang halus,tebarkan benda uji di atas permukaan terbuka yang rata dan tidak menyerap air,beri aliaran udara yang hangat dan perlahan,aduk untuk mencapai pengeringan yang merata,bila diingkan,bantuan mekanis seperti alat pengaduk dapat di gunakan sebagai alat bantu dalam mencapai kondisi jenuh kering permukaan. 4) Lakukan dan ulangi memastikan bahwa tidak ada lagi kelebihan kadar air. 5) Untuk mencapai kondisi jenuh kering permukaan, penggunaan handuk kertas dapat di lakukan untuk mengerikan permukaan butiran agregat tersebut. Kondisi jenuh kering permukaan tercapai pada saat handuk kertas tersebut terlihat tidak lagi menyerap air dari permukaan agregat (tidak ada titik air pada permukaan kertas). LANGKAH KERJA KERJA : 1) Menyiapkan alat yang digunakan untuk penentuan berat sampai ketelitian 0.1 gram. 2) Mengeringkan contoh benda uji tersebut sampai berat tetap dengan temperatur (110+5) ℃ , sesudah itu agregat direndam didalam air pada temperatur kamar selama (24+4) jam.

22

3) Pindahkan contoh benda uji dari dalam air dan guling-gulingkan pada suatu lembaran kain penyerap air sampai semua lapisan air yang terlihat hilang. Keringkan air dari butiran yang besar secara tersendiri. 4) Setelah ditentuakan beratny, segera tempatkan contaoh uji yang berada dalam kondisi jenuh kering permukaan (SSD) tersebut didalam wadah lalu tentukan beratnya didalam air pada temperatur (23+2) ℃ . Wadah tersebut harus terendam dengan kedalaman yang cukup untuk menutup contoh benda uji selma penentuan berat. 5) Keringkan contoh benda uji tersebut sampai berat tetap pada temperatur (110+5) ℃ , dinginkan pada temperatur kamar selama 1-3 jam, atau sampai agregat telah dingin pada suatu temperatur yang dapat dikerjakan. Kemudian tetukan beratnya. DATA PENGAMATAN : NO. 1 2 3

PENGUJIAN Berat benda uji kering oven berat benda uji jenuh kering permukaan berat benda uji di dalam air

NOTASI A

I 566

II 339,5

SATUAN Gram

B

568

346

Gram

C

169,4

128

Gram

HITUNGAN : 1) Berat jenis curah kering Perhitungan berat jenis curah kering (Sd),dengan

Berat jenis curah kering =

A ( B−C)

Dengan : 23

A = berat benda uji kering oven (gram) B = berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan diudarah (gram) C = berat uji dalam air(gram) 2) Berat jenis curah (kondisi jenuh kering permukaan/SSD) Perhitungan berat jenis curah dalam basis jenuh kering permukaan (Ss),dengan menggunakaan rumus : Berat jenis curah jenuh kering permukaan =

B ( B−C)

Dengan : B = berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan diudarah (gram) C = adalah berat uji dalam air(gram) 3) Berat jenis semu (apparent) Perhitungan berat jenis semu (Sa),seperti berikut :

Berat jenis semu

=

A ( A−C)

Dengan : A = berat benda uji kering oven (gram) C = berat uji dalam air(gram) 4) Penyerapan air Perhitungan presentase penyerapan air (Sw) ,dengan cara B− A Penyerapan air = x 100 A





Dengan : A = berat benda uji kering oven (gram) B = berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan diudarah (gram)

ANALISIS DATA : NO . 1

PENGUJIAN Berat benda uji kering oven

NOTAS I A

I

II

SATUAN

566

339,5

gram

24

2 3

Berat benda uji jenuh kering permukaan Berat benda uji di dalam air

NO . 1 2 3 4

PERHITUNGAN Berat jenis curah kering (Sd) Berat jenis curah jenuh kering permukaan (Ss) Berat jenis semu (Sa) Penyerapan (Sw), %

RUMU

B

568

346

gram

C

169,4

128

gram

S A/(B-C)

I

II

RATA-RATA

1,420

1,557

1,489

B/(B-C)

1,425

1,587

1,506

A/(A-C) (B-A)/A

1,427 0,004

1,605 0,019

1,516 0,011

KESIMPULAN : Dari hasil pengujian kami dihasilkan berat jenis kering curah kering (Sd) ratarata 1,489, berat jenis curah jenuh kering permukaan (Ss) rata-rata 1,506, berat jenis semu (Sa) rata-rata 1,516, dan penyerapannya (Sw) rata-rata 1,134%. Dari hasil tersebut masih dikatakan masuk dalam nilai standar berat jenis dan penyerapan agregat kasar. Berat agregat kasar yang dikeringkan dalam oven mengalami kenaikan setelah pada pada kondisi SSD. Hal ini disebabkan adanya penambahan kadar air secara sempurna sehingga ada penyerapan air yang sangat berpengaruh pada massa agregat kasar, dengan massa agregat kasar mengalami kenaikan akibat dari penambahan kadar air yang terkandung dalam agregat kasar. Dengan demikian berat jenis agregat kasar pada saat kering oven lebih kecil dari berat jenis benda uji pada saat SSD. Lain halnya dengan perubahan berat agregat kasar saat diuji dalam wadah berisi air, hal ini justru menjadikan berat agregat kasar berkurang meskipun adanya penyerapan air oleh agregat kasar sehingga kadar air meningkat namun akibat adanya tekanan dari dalam air membuat berat agregat kasar

25

berkurang. Dari hal tersebut menyebabkan berat jenis agregat kasar pada saat keadaan tersebut lebih kecil dari berat jenis agregat kasar pada saat keadaan SSD.

PERCOBAAN NO.5

26

PEMERIKSAAN KONDISI SSD AGREGAT HALUS / PASIR Tanggal

:

08 Juni 2015

Praktikan

:

Kelompok 02

DASAR TEORI : Saturated Surface Dry (SSD) adalah keadaan pada agregat dimana tidak terdapat air pada permukaannya tetapi pada rongganya terisi oleh air sehingga tidak mengakibatkan penambahan maupun pengurangan kadar air dalam beton.Dengan pemeriksaan SSD ini akan diperoleh pasir yang sesuai sebagai bahan campuran adukan beton, yang berhubungan dengan sedikit atau banyaknya air yang dikandung oleh pasir tersebut. MAKSUD : Maksud percobaan adalah memeriksa kondisi jenuh kering muka suatu contoh agregat halus/pasir, dengan pengertian istilah sbb: 1. Agregat halus: pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75 mm (No.4)

CARA MEMBUAT PASIR DALAM KONDISI JENUH KERING MUKA (SSD) a) Ambil pasir secukupnya (kira-kira 1 kg) dari contoh pasir yang tersedia dengan cara kuartering. b) Rendam pasir tadi dalam air bersih sampai pasir terendam air, selama 24 jam. c) Ambil pasir dari dalam air, letakan diatas goni, dan pasir diratakan permukaanya hingga timbunan tipis kira-kira setebal 3-5 cm, dan dianginanginkan didalam ruangan (terlindung dari sinar matahari langsung). Pada saat-saat tertentu pasir dibolak-balik.

27

d) Jika pasir sudah tampak tidak basah lagi permukaanya, ujilah dengan alat uji pasir SSD, yaitu berupa kerucut terpancung dari kuningan, dan tongkat uji/pemukul. CARA MENGUJI PASIR SSD a) Letakan kerucut (terpancung) uji pasir SSD ditempat yang datar, dengan bagian yang besar dibawah. b) Pegang tepi kerucut dengan kuat c) Isikan pasir yang akan diuji kedalam kerucut sampai kira-kira sepertiga kerucut. d) Tumbuklah pasir dengan menggunakan tongkat uji/pemukul sebanyak 8 kali. e) Menumbuknya hanya menggunakan tongkat ke atas permukaan pasir dalam kerucut dengan brpindah-pindah tempat (kerucut tidak boleh terkena penumbuk). f) Isikan lagi pasir kedalam kerucut sampai isi kericut kira-kira 2/3 tinggi kerucut. g) Tumbuk lagi sebanyak 8 kali seperti langkah (d) h) Tambahkan pasir kedalam kerucut hingga rata permukaan kerucut, dan timbuk lagi 8 kali. i) Tambahkan lagi pasir lagi kedalam kerucut hingga pasir melebihi bibir kerucut. j) Ratakan permukaan pasir di atas bibir kerucut dengan menggunakan pisau aduk, sehingga permukaan pasir rata dengan permukaan kerucut. k) Bersihkan pasir yang berada di sekitar kerucut. l) Angkat kerucut dengan hati-hati vertikal ke atas. m) Periksalah keadaan pasir yang keluar dari kerucut tadi.  Jika keadaanya masih berbentuk kerucut terpancung seperti cetakanya, 

berarti pasir masih basah. Jika pasirnya turun dengan cepat sehingga permukaanya hampit rata,



maka pasir dalam keadaan kering. Keadaan SSD tercapai, jika pasir berbentuk kerucut dengan tinggi sedikit lebih rendah dari pada tinggi kerucut (terpancung) uji.

28

KESIMPULAN : Dari percobaan yang dilakukan sampel pasir berbentuk kerucut dengan tinggi sama dengan kerucut (terpancung) uji sehingga pasir yang digunakan untuk percobaan masuk dalam kondisi pasir basah. Berikut gambar hasil uji kondisi SSD agregat halus :

PERCOBAAN NO.06 PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR PASIR Tanggal

:

09 Juni 2015

Praktikan

:

Kelompok 02

29

A. Pendahuluan Pasir adalah butiran-butiran mineral yang lolos ayakan 4,8 mm dan tertinggal diatas ayakan 0,075 mm. Di dalam pasir juga masih terdapat kandungan-kandungan mineral yang lain seperti tanah dan silt. Pasir yang digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan di dalam (PUBI). Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan , jika kandungan lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5%. B. Tujuan Pemekrisaan pasir dengan cara ayakan nomor 200 bertujuan untuk mengetahui besarnya kadar lumpur (tanah liat dan silt) dalam pasir tersebut. C. Benda Uji a. Pasir lolos ayakan 4,8 mm seberat 500 gram. b. Air bersih D. Alat a. Gelas ukur b. Alat pengaduk E. Pelaksanaan a. Contoh benda uji dimasukan ke dalam gelas ukur. b. Tambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan lumpur. c. Gelas ukur dikocok untuk mencuci pasir dari lumpur. d. Letakkan gelas ukur ditempat yang datar selama 24 jam sampai lumpur mengendap e. Ukur tinggi pasir (V1) dan ukur tinggi lumpur (V2). F. Perhitungan Kadar lumpur =

V2 x 100 % V 1+V 2

ANALISIS DATA : No. 1

Data pengujian Tinggi pasir mula - mula

Notasi

I 17

II 16

Satuan Cm 30

2 3 4

Tinggi air + pasir Tinggi pasir Tinggi lumpur

27,5 14,5 0,4

V1 V2

No.

Perhitungan

Rumus

I

1

Kadar lumpur

V2/(V1+V2

2,685

21,5 14,2 0,5

II 3,40 1

Cm Cm Cm

Rata - rata

Satuan

3,043

%

PERCOBAAN NO.07 PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT HALUS Tanggal

:

09 Juni 2015

Praktian

:

Kelompok 02

DASAR TEORI : Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dengan berat agregat keadaan kering. Jumlah air yang terkandung di dalam agregat perlu diketahui, karena akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan didalam campuran beton. Agregat yang basah (banyak mengandung air), akan membuat campuran juga lebih basah dan sebaliknya. 31

MAKSUD : Maksud percobaan adalah memeriksa kadar air suatu contoh agregat halus/pasir , dengan pengertian istilah sbb: 

Agregat halus: pasir alam sebagai disintegrasi ‘alami’ batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir sebesar 4,75 mm (No.4)

1) pengujian kadar air pasir contoh a. Bahan dan alat  Pasir contoh yang akan diuji  Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram  Oven  Tempat pasir/cawan  Sendok b. Langkah kerja 1. Ambil dari contoh pasir yang tersedia dengan cara kuartering kira-kira sebanyak 500 gram 2. Timbang pasir contoh dengan cawanya seberat W2 gram, buatlah secara duplo (dua percobaan terpisah). 3. Keringkan pasir dalam oven , dengan suhu 105 0C selama 24 jamatau sampai beratnya tetap. 4. Keluarkan dari dalam oven, sampel didinginkan selanjutnya masingmasing contoh uji pasir beserta cawannya ditimbang, W3 gram. 5. Hitung pasir kadar air contoh tersebut.

2) Pengujian kadar air pasir dalam keadaan SSD Kadar air pasir dalam keadaan SSD biasa disebut dengan penyerapan air oleh agregat halus / pasir. a) Bahan dan alat  Kerucut terpancung dari kuningan (kerucut uji pasir SSD)  Alat penumbuk uji pasir SSD  Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram  Cawan/tempat pasir

32

 Sendok  Ember dan air bersih  Goni  Oven b) Langkah kerja 1. Ambil pasir contoh sebanyak kira-kira 500 gram 2. Rendam pasir tersebut dalam air bersih selama 24 jam 3. Buang air dalam ember, tempatkan pasir di atas goni dan ratakan agak tipis, serta diangin-anginkan dalam ruangan yang terlindung dari sinar matahari langsung 4. Jika pasir sudah dalam keadaan SSD, ambil sebagian contohnya dan masukan kedalam cawan, dan timbanglah beratnya, W2 gram, buatlah pengujian secara duplo 5. Keringkan pasir dengan suhu 105° C, sampai beratnya tetap 6. Timbanglah pasir tersebut dengan cawannya, andaikan beratnya W3 gram 7. Lakukanlah perhitungan kadar airnya DATA PENGAMATAN : NO 1 2 3

DATA PENGUJIAN Berat cawan kosong Berat benda uji SSD + cawan Berat benda uji kering oven + cawan

NOTASI W1 W2 W3

A 36 580,4 560,1

B 28,3 528,3 517

SATUAN gram gram gram

HITUNGAN : Jika : W1 = berat cawan kosong, gram W2 = berat cawan dengan contoh pasir uji, gram W3 = berat cawan dengan contoh pasir uji kering oven, gram Maka untuk mencari kadar air pasir contoh menggunakan rumus : Jika berat cawan kosong = W1 gram, maka :

33

(W 2−W 3) Kadar air pasir SSD ¿ (W 3−W 1) ×100 Karena dilakukan secara duplo (dua contoh), maka hasilnya di rata-rata . ANALISIS DATA : NO 1 2 3 NO 1 2 3

DATA PENGUJIAN Berat cawan kosong Berat benda uji SSD + cawan Berat benda uji kering oven + cawan PERHITUNGAN A = Berat benda uji kering oven B = Berat air Kadar air benda uji (%)

NOTASI W1 W2

A 36 580,4

B 28,3 528,3

SATUAN Gram Gram

W3

560,1

517

Gram

RUMUS (W3-W1) (W2-W3) (B/A)

A 524,1 20,3 3,873

B 488,7 11,3 2,312

RATA-RATA 506,4 15,8 3,093

KESIMPULAN : Kadar air pada agregat sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang terkandung dalam agregat. Semakin besar selisih antara berat agregat semula dengan berat agregat setelah kering oven maka semakin banyak pula air yang dikandung oleh agregat tersebut dan sebaliknya. Karena besar kecilnya kadar air berbanding lurus dengan jumlah air yang terkandung dalam agregat maka semakin besar jumlah air yang terkandung dalam agregat maka semakin besar pula kadar air agregat itu dan sebaliknya. Akan tetapi bila berat kering oven besar maka kadar air akan semakin kecil dan sebaliknya. Dari pengujian ini kita mendapatkan nilai kadar air untuk agregat halus 3,093 % .

34

PERCOBAAN NO.08 PEMERIKSAAN GRADASI AGREGAT HALUS Tanggal

:

09 Juni 2015

Praktikan

:

Kelompok 02

DASAR TEORI : Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi / pembagian butir agregat halus dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam), maka volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi.Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran yang kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya membutuhkan bahan pengikat saja. MAKSUD: Maksud percobaan adalah menentukan gradasi suatu contoh agregat halus dengan pengertian istilah sbb: 1) Agregat halus. 2) Gradasi adalah : distribusi ukuran butiran agregat. 3) Syarat mutu agregat halus a) Kehalusan (modulus halus butir) 1,5-3,80. b) Kadar lumpur maksimum 5%

35

c) Kadar zat organic diuji dengan larutan NaOH 3%, tidak melebihi warna larutan pembanding. BAHAN DAN ALAT : a) b) c) d) e) f) g)

Pasir Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram Oven Tempat pasir Sendok Ayakan standar Sikat halus

LANGKAH KERJA a) Mengambil contoh agregat halus yang tersedia. b) Agregat halus dikeringkan menggunakan Oven sampai beratnya tetap pada suhu 1050C. c) Agregat halus kering oven ditimbang seberat 500 gram. d) Semua ayakan yang akan dipakai dibersihkan dengan menggunakan sikat atau kuas yang tersedia, agar dalam ayakan tidak terdapat sisa-sisa agragat halus. e) Agregat halus dimasukan ke dalam ayakan standar yang tersusun menurut diameter-diameter sebagai berikut : 9,5 mm, 4,75 mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,60 mm, 0,30 mm, 0,15 mm, dan 0,075mm, dengan diameter terbesar paling atas. f) Agregat halus tersebut diayak dengan menggunakan mesin penggetar selama ± 1-5 menit. g) Agregat halus yang tertinggal dituangkan pada masing-masing ayakan pada cawan yang telah diberi nomor , agar tidak salah data. Ayakan harus sebersihbersihnya dapat dilakukan agar tidak ada agregat halus yang tertinggal pada ayakan. h) Sisa masing-masing ayakan tersebut ditimbang i) Modulus Kehalusan Butir agregat halus dihitung DATA PENGAMATAN :

36

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 7

LUBANG AYAKAN (mm) 19 9,5 4,75 2,36 1,18 0,6 0,3 0,15 0,075 JUMLAH

BERAT TERTINGGAL (gram) 0 0 2 12,8 65,8 153,8 164,3 69,9 11,3 479,9

CARA MENGHITUNG MODULUS HALUS BUTIR PASIR 1) Buatlah tabel untuk menghitung, dengan kolom-kolom seperti contoh. 2) Tulis diameter ayakan yang digunakan, berurutan mulai dari diameter terbesar sampai dengan terkecil, pada kolom paling kiri. 3) Camtumkan hasil pengujian ayak yang kita dapatkan, dengan menuliskan berat sisa ayakan pada masing- masing ayakan sesuai dengan diameter ayakan masing-masing, dalam gram, dalam kolom “berat tertinggal”. 4) Jumlahkan berat tertinggal tadi, dan tuliskan pada bagian bawah tabel. Angka ini kadang-kadang tidak tepat sama dengan banyaknya pasir yang diayak, karena saat membersihkan ayakan baik sebelum maupun sesudah dipakai tidak selalu bersih. Kelebihan atau kekurangan berat dari berat sebelumnya tidak boleh lebih dari 1%. Jika selisih berat lebih dari 1%, maka pengayakan harus diulang. 5) Tuliskan pada kolom “persen tertinggal”, angka – angka pada kolom ke (2) tadi nilai tertinggal dalam % (jumlah berat tertinggal = 100%). 6) Persen tertinggal komulatif, dicari dengan cara sebagai berikut : Ayakan no.1 = % tertinggal komulatif = 0 Ayakan no.2 = % tertinggal no.1 + % tertinggal no.2 Ayakan no.3 = % tertinggal no.1 + % tertinggal no.2 + % tertinggal no.3 Ayakan no.4 = % tertinggal no.1 + % tertinggal no.2 + % tertinggal no.3 + % tertinggal no.4. Begitu seterusnya untuk % tertinggal komulatif berikutnya.

37

7) Persen tembus komulatif, dihitung dengan cara : Angka pada setiap ayakan didapat dengan menghitung :100% - % tertinggal komulatif. Jadi % tertinggal komulatif + % lolos komulatif = 100%. 8) Jumlah semua angka-angka pada kolom % tertinggal, dan % tertinggal komulatif. 9) Yang dimaksud dengan angka kehalusan atau modulus halus butir (mhb) adalah jumlah % tertinggal komulatif dibagi 100.

ANALISIS DATA : BERAT NO

PERSEN

LUBANG

TERTINGGA

PERSEN

TERTINGGA

PERSEN

AYAKAN

L

TERTINGGA

L

LOLOS KOMULATI

KOMULATIF

F

L (mm)

(gram)

1

19

0

0

0

0

2

9,5

0

0

0

100

38

3

4,75

2

0,417

0,417

99,583

4

2,36

12,8

2,667

3,084

96,916

5

1,18

65,8

13,711

16,795

83,205

6

0,6

153,8

32,048

48,844

51,156

7

0,3

164,3

34,236

83,080

16,920

8

0,15

69,9

14,566

97,645

2,355

7

0,075

11,3

2,355

-

0

JUMLAH MODULUS

479,9

100

249,865

HALUS BUTIR ( mhb )

2,499

KESIMPULAN : Semakin banyak agregat halus maupun besar yang lolos saringan dengan nomor saringan terkecil maka uji kehalusan agregat semakin baik. Dengan analisa lolos ayakan tersebut dapat diketahui kualitas baik buruknya agregat tersebut. Sebalikya jika semakin banyak agregat yang tertahan dalam saringan berdasarkan kriteria nomor saringan maka dapat disimpulkan bahwa kualitas kehalusan agregat tersebut buruk. Oleh karena itu angka kualitas kehalusan agregat sangat mempengaruhi baik buruknya kualitas gradasi agregat. Dari hasil percobaan diperoleh hasil gradasi pasir yang diuji terdapat pada zona 2 dengan angka kehalusan 2,499. Jika digunakan dalam mix design akan lebih ekonomis karena cocok untuk faktor semen yang rendah. Dengan demikian pasir tersebut dapat digunakan untuk berbagai produksi beton. Berikut ini grafik presentase butir lolos :

39

Batas Bawah

Daerah 2

Batas Atas

100

100

100 99.58

96.92

90

90

90 83.20

80

75

70

59

60 Prosentase Butiran Lolos ( % )

55 51.16

50 40 30 20 10 0

100 100.00 100

30 35

10 16.92 0 8 2.35 0.00 0 0

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Ukuran Saringan ( mm )

PERCOBAAN NO.09 PEMERIKSAAN GRADASI AGREGAT KASAR Tanggal

:

09 Juni 2015 40

Praktikan

:

Kelompok 02

DASAR TEORI : Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi / pembagian butir agregat kasar dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam), maka volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi. Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran yang kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya membutuhkan bahan pengikat saja. MAKSUD: Maksud percobaan adalah menentukan gradasi suatu contoh agregat kasar dengan pengertian istilah sbb: 1) Agregat kasar . 2) Gradasi adalah : distribusi ukuran butiran agregat. BAHAN DAN ALAT : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)

Agregat kasar / kerikil Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram Ovend Tempat agregat Desikator Ayakan standar Sikat halus

LANGKAH KERJA 1) 2) 3) 4)

Ambillah contoh agregat kasar yang tersedia, sebanyak kira-kira 2000 gram. Keringkan agregat kasar dalam oven sampai beratnya tetap pada suhu 1050C. Ambil agregat dari oven dan masukkan kedalam desikator untuk mendiginkan. Ambil agregat dari dalam desikator dan timbang beratnya.

41

5) 6) 7) 8)

Susunlah ayakan berurutan, dengan diameter terbesar di bagian paling atas. Masukkan agregat kering oven tadi ke dalam ayakan yang paling atas. Ayaklah agregat dengan mesin penggetar selama 5 menit Tuangkan berat tertahan di masing – masing ayakan hingga dalam ayakan tidak ada agregat tertinggal. Jangan lupa beri nomor ayakan pada setiap tempat sisa ayakan,

berurutan dari ayakan yang paling atas. 9) Timbang berat tertahan pada masing – masing ayakan tersebut. 10) Masukkan ke dalam tabel perhitungan yang tersedia. 11) Hitung modulus halus agregat kasar.

DATA PENGAMATAN : NO 1 2 3 4 5 6 7 8

LUBANG AYAKAN (mm) 38,1 25,4 19 9,5 4,75 2,36 1,18 0,75

BERAT TERTINGGAL (gram) 0 0 64,7 723 467 146 58 132

42

7

0,075 JUMLAH

3 1593,7

CARA MENGHITUNG MODULUS HALUS BUTIR PASIR 1) Buatlah tabel dengan kolom – kolom berurutan dari kiri : Nomor , diameter ayakan ( mm ) , berat tertinggal, persen tertinggal komulatif, persen lolos komulatif. 2) Isikan hasil uji di atas pada kolom 2 : berat tertinggal ( gram ) 3) Jumlahkan semua berat tertahan ( berat tertinggal ) ayakan. Jumlah ini boleh berubah dari berat sebelum di ayak, tetapi kelebihan / kekurangannya tidak boleh lebih dari 5% berat semula. 4) Isi kolom ke tiga dengan mengubah angka – angka kolom kedua dalam persen, berdasarkan atas jumlah nyata dari hasil uji.

ANALISIS DATA : BERAT NO

PERSEN

LUBANG

TERTINGGA

PERSEN

TERTINGGA

AYAKAN

L

TERTINGGA

L

L 1 2 3 4 5 6 7 8 7

(mm) 38,1 25,4 19 9,5 4,75 2,36 1,18 0,75 0,075 JUMLAH MODULUS

(gram) 0 0 64,7 723 467 146 58 132 3 1593,7

0 0 4,060 45,366 29,303 9,161 3,639 8,283 0,188 100

KOMULATIF 0 0 4,060 49,426 78,729 87,890 91,529 99,812 411,445

PERSEN LOLOS KOMULATI F 100 0 95,940 50,574 21,271 12,110 8,471 0,188 0

KASAR BUTIR ( mhb )

4,114

43

.

KESIMPULAN : Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa agregat kasar tersebut memiliki modulus kehalusan agregat kasar sebesar 4,114. Berdasarkan persyaratan yang ada, modulus kehalusan agregat kasar harus masuk pada rentang 6 – 7,1 , maka dari pengujian agregat tersebut dinyatakan jika digunakan untuk campuran beton maka akan menghasilkan campuran beton yang kurang padat dan cenderung menghasilkan segregrasi dan bleeding pada beton kurang baik.

Berikut gambar grafik presentase butir lolos : Batas Bawah

Hasil Pengujian

Batas Atas

100100 100 100 95.94 95

100

100

100

90 80 70 55 50.57

60 Prosentase Butiran Lolos ( % )

50 40 30

25 21.27

2012.11 10 8.47

10

0.19 00 000 0

0

0

10 20 30 40 50 60 70 80 Ukuran Saringan ( mm )

44

PERCOBAAN NO.10 PEMERIKSAAN NILAI SLUMP Tanggal

:

10 Juni 2015

Praktikan

:

Kelompok 02

SLUMP TEST Slump test bertujuan untuk menunjukkan Vorkability atau istilah bakunya (seberapa lecak/encer/muddy) suatu adukan beton. Test

tersebut harus selalu dilakukan dengan hati-hati. Test yang kurang

memperhatikan prosedur yang baik dan benar dapat memberikan hasil yang tidak tepat. SAMPLING

45

Langkah pertama adalah mengambil sampel atau contoh dari batch beton, misalnya dari truk beton atau ready-mix. Pengambilan sampel ini harus sesegera mungkin dilakukan begitu truk sudah sampai dilokasi proyek. Jadi, sampel diambil di lokasi (akan lebih baik lagi jika lokasi pengambilan yaitu ditempat beton dituangkan dari ujung pipa mobil concrete pump), bukan di Batching Plant, yaitu tempat yang akan truk ready mix mengambil dan mencampur bahan baku beton. Sampel dapat diambil dalam dua cara : 1. Untuk persetujuan boleh dipakai atau tidak, sampel diambil setelah 0.2 m3 beton sudah dituang (dicor) terlebih dahulu. Jadi, beton dituang dulu sebanyak 0.2 m3, kemudian diambil sampel. Jika oke, beton tersebut boleh dipakai. Jika tidak, tentu saja dikembalikan. a) Untuk pengecekan rutin : sampel diambil dari tiap tiga bagian muatan beton dalam truk. SLUMP TEST Tujuannya adalah memastikan bahwa campuran beton tersebut tidak terlalu encer dan tidak terlalu keras/kental. Slump yang diukur harus berada dalam range atau dalam batas toleransi dari yang ditargetkan. Peralatan : -

Slump cone/kerucut terpancung ukuran standar (diameter atas 100 mm,

-

diameter bawah 200 mm, dan tinggi 300 mm) Sekup kecil Batang besi silinder (panjang 600 mm, diameter 16 mm) Penggaris/mister/ruler Papan slump (ukuran 500x500 mm)

Bahan : Dari hasil hitungan mix design yang terlampir maka di peroleh bahan dan kuat tekan beton yang di rencanakan sbb : -

Air sebanyak

= 2,49895 liter

46

-

Semen sebanyak Pasir sebanyak Split sebanyak Direncanakan kuat tekan beton

= 5,20513 kg = 7,64313 kg =1 4,1404 kg = 38,5 Mpa

Langkah Kerja : -

Bersihkan cone/kerucut. Basahi permukaannya dengan air, dan ditempatkan di papan slump. Papan slump harus bersih, stabil/tidak mudah bergeser, tidak berdebu, tidak

-

miring dan tidak menyerap air Seteleh semua bahan tadi sudah ditimbang, tuang semua bahan kedalam wadah pengaduk dan campur sampai rata. Dengan urutan : Pasir, setelah itu semen, aduk sampai rata. Jika sudah rata, selanjutnya masukkan kerikil, aduk hingga rata pula. Jika sudah rata, masukkan air, dan aduk sampai benar-benar

-

rata. Setelah sudah tercampur rata semua, masukkan bahan ke dalam tabung kerucut. Berdiri pada pijakan (kuping) yang ada pada cone. Pemasukan bahan ke dalam tabung kerucut ada 3 tahap. Yang pertama isi sepertiga bagian dari cone. Padatkan dengan cara rodding, yaitu menusuk-nusuk bahan sebanyak 25

-

kali, lakukan dari bagian terluar hingga kebagian tengah. Isi lagi hingga mencapai 2/3 bagian cone. Lakukan rodding 25 kali, tapi hanya

-

sampai kebagian atas lapisan pertama. Bukan kedasar cone. Isi hingga penuh, lakukan lagi rodding 25 kali hingga ke bagian atas lapisan

-

kedua. Ratakan bagian atas beton yang “meluap” dengan menggunakan besi. Bersihkan papan slump di sekitar cone. Tekan pegangan cone kebawah, dan

-

lepaskan pijakan. Diamkan bahan yang sudah ditumbuk didalam cone selama 1 menit. Jika sudah, angkat pelan-pelan cone tersebut jangan sampai sampel

-

bergerak/bergeser. Balikkan cone, tempatkan disamping sampel, dan letakkan batang besi di atas cone yang terbalik tersebut.

47

-

Ukur tinggi slump di beberapa titik, dan catat dan laporkan harga rata-ratanya.

-

Ukur dari yang tertinggi ke rendah. Jika sampelnya gagal atau berada di luar toleransi, maka harus diambil sampel lain, kemudian dilakukan slump test lagi. Jika masih gagal juga, maka beton tersebut boleh ditolak.

KESIMPULAN : Percobaan yang dilakukan 1 x uji slump Pada percobaan yang dilakukan, nilai slump yang di peroleh sebesar ± 4 cm. Nilai ini dianggap sudah masuk dalam batas toleransi, sehingga campuran beton dapat digunakan untuk pembuatan silinder untuk pengujian kuat tekan beton.

48

PERCOBAAN NO.11 METODE PENGUJIAN KUAT TARIK BAJA BETON Tanggal

:

10 Juni 2015

Praktikan

:

Kelompok 02

DASAR TEORI Semua bahan yang padat akan merubah bentuk apabila diberi beban. Perubahan bentuk pada besar beban, unsur kimia maupun kondisi bahan, bentuk benda uji, suhu, kecepatan pembebanan dan sebagainya. Suatu kurva yang menghubungkan antara beban dan perubahan bentuk pada benda uji (deformasi) merupakan bagian utama dari studi tentang sifat mekanika dari bahan benda uji itu, akan terapi, biasanya hasil pengujian itu agak berbeda bila bentuk geometrinya berbeda, walaupun bahan sama. Oleh karna itu bentuk benda uji dibuatkan suatu standar yang sedemikian rupa sehingga kurva tegangan-regangan yang diperoleh juga merupakan kurva yang standar pula. BENDA UJI

49

Bentangkan logam yang berpenampang bulat atau segi empat dengan ukuran sesuai standarisasi industry Indonesia (SII) atau buku persyaratan umum bahan struktur di Indonesia (PUBI-1982). ALAT 1) Mesin uji Tarik 2) Penolok ukur regangan 3) Caliper LANGKAH KERJA 1) 2) 3) 4)

Ukur dimensi benda uji, maupun jarak titik ukur awal. Pelajari cara kerja penolok ukur. Pasang benda uju pada mesin uji. Selama pengujian perhatikan / catat perubahan beban dan perubahan jarak

titik ukur pada saat tertentu. 5) Setelah selesai pengujian ( benda uji telah putus), catatlah jarak titik ukur, diameter pada tempat putus, dengan gambar bentuk putusnya benda uji. DATA PENGAMATAN 

DO

= 10,25 mm



Du

= 7,35 mm



LO

= 20 cm



LU

= 23 cm



PMax

= 2,7 ton

HITUNGAN 1. Kekuatan tarik f s=

fs

Pmaks A so

50

2. Prosentasi perpanjangan S L −L S= u o Lo 3. Kontraksi Aso −As u ¿ 4. As o

ANALISIS DATA

KESIMPULAN Dari pengujian kuat tarik baja beton, baja dapat menerima gaya sampai sebasar 2,7 ton, dan mengalami perpanjangan sebesar 15 % dan kontraksi sebesar 48,581 %.

51

Foto hasil uji kuat tarik beton

PERCOBAAN NO.12 PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON Tanggal

:

07 Juli 2015

Praktikan

:

Kelompok 02

DASAR TEORI : Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan kuat tekan (compressive strength) beton dengan benda uji berbentuk silinder yang dibuat dan dimatangkan (curring) di laboratorium maupun di lapangan. Kuat tekan beban beton adalah besarnya beban persatuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan.

52

MAKSUD/TUJUAN : Tes Uji Tekan ini bertujuan untuk mengetahui berapa kekuatan yang bisa dicapai beton tersebut, Test Uji Tekan ini tentu saja dilakukan pada saat beton sudah mengeras. Test tersebut harus selalu dilakukan dengan hati-hati. Test yang kurang memperhatikan prosedur yang baik dan benar dapat memberikan hasil yang tidak tepat. ALAT : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)

Caliper Mesin uji kuat beton Timbangan Mistar Cetakan beton (silinder) Sekup kecil Batang besi silinder (panjang 600 mm, diameter 16 mm) Pelat baja sebagai dudukan

BAHAN : Adukan beton untuk benda uji dan kuat tekan yang direncanakan yaitu di dapat dari perhitungan mix design beton terlampir. Perbandingan campuran yang digunakan yaitu sbb :     

Air sebanyak Semen sebanyak Pasir sebanyak Split sebanyak Direncanakan kuat tekan beton

= 2,49895 liter = 5,20513 kg = 7,64313 kg = 14,1404 kg = 38,5 Mpa

LANGKAH KERJA : 

Pembuatan benda uji :

53

1. Isi cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, setiap lapis berisi kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali secara merata. 2. Ratakan permukaan beton. 3. Biarkan beton dalam cetakan selama ± 24 jam dan letakkan pada tempat yang bebas getaranserta ditutup dengan bahan yang kedap air. 4. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji. 5. Rendam benda uji dalam bak yang berisi air agar proses perawatan (curring) beton berlangsung dengan baik, maka peredam dilakukan sampai batas waktu pengujian kuat tekan beton. 

Penekanan benda uji :

1. Ambil benda uji dari bak perendam dan lap dengan menggunakan lap lembab. 2. Tentukan berat dan ukuran benda uji.Perhatikan :Jika benda ujinya berbentuk silinder, sebelum benda uji tersebut ditekan harus diberi lapisan mortal / semen dipermukaan atas

dan bawah setebal 4 mm untuk meratakan

permukaan bidang tekan. 3. Letakkan benda uji pada mesin penekan secara sentris. 4. Jalankan mesin penekan dengan penambahan beban terutama berkisar antara 2 - 4 kg/cm2. DATA PENGAMATAN :

54

Silinder :

NO

1

UMU

BERAT

R

DIAMETE

(kg)

R (cm)

-

15

28 hari

TINGGI

LUAS

VOLUM

(cm)

(cm )

E (cm3)

30

176,715

5301.45

2

HITUNGAN : KUAT TEKAN BETON ( σ bk ) = P/A P

= Beban maksimum ( N )

A

= Luas penampang bidang tekan (mm2 )

ANALISA DATA : BEBAN JENIS

TEKAN/P (Ton)

SILINDER I SILINDER II

BEBAN TEKAN/P

LUAS

KUAT TEKAN

RATA - RATA(Ton)

(cm2)

BETON ( Mpa )

58,5

176,715

32.475

76 41

KESIMPULAN :

55

Dari hasil uji diatas diperoleh nilai kuat tekan beton rata-rata pada 28 hari adalah 32,475

N /mm2 . Hasil tersebut belum masuk dalam kuat tekan beton yang

direncanakan.

GAMBAR SEBELUM DILAKUKAN PENGUJIAN TEKAN BETON SILINDER 1

56

GAMBAR SETELAH DILAKUKAN PENGUJIAN TEKAN BETON SILINDER 1

GAMBAR SEBELUM DILAKUKAN PENGUJIAN TEKAN BETON SILINDER 2

57

GAMBAR SETELAH DILAKUKAN PENGUJIAN TEKAN BETON SILINDER 2

Lampiran : Hitungan Mix desing 1. Kuat tekan beton yang disyaratkan pada 28 hari….30 Mpa (No.mahasiswa ganjil) 2. Deviasi standar S = 3,688 Mpa 3. Nilai tambah = 12 Mpa, karena tidak mempunyai data sebelumnya 4. Kuat tekan rata - rata yang direncanakan fc’r = 30 + 8,5 = 38,5 Mpa 5. Jenis semen = biasa 6. Jenis krikil = alami 7. Jenis pasir = agak kasar 8. Faktor air semen = (dari gbr 7.8 )= 0.48 9. Faktor air semen maksimum (Tabel 7.12) : 0,60 (beton didalam ruang bangunan dengan keadaan keliling non korosif) à dipakai fas yang rendah : 0,48 10. Nilai slump (Tabel 7.13) : 100 mm (tentukan sendiri sesuai tabel).

58

11. Ukuran maks butiran kerikil : 40 mm (tentukan sendiri sesuai tabel ) 12. Kebutuhan air (Tabel 7.14) : 205 liter. 13. Kebutuhan semen : 205/0,48 = 427,083 14. Kebutuhan semen minimum (Tabel 7.15) : 275 kg 15. Dipakai semen (diambil yang besar) : 427 kg. 16. Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen à karena pada langkah ke-14 tidak merubah jumlah kebutuhan semen yang dihitung pada langkah ke-12 maka tidak perlu ada penyesuaian jumlah air maupun faktor air semen. 17. Golongan pasir (telah diketahui dari soal) : golongan 2 18. Persentase pasir terhadap campuran (Gb. 7.10.c) : 35 %. 19. Berat jenis campuran pasir dan kerikil: (35% x 2,7 ) + ( 65% x 2,72 ) = 2,713 = 2,7 20. Berat beton (Gb. 2.17) : 2418 kg/m3. 21. Kebutuhan berat pasir dan kerikil dihitung dengan rumus : Wpsr+krl = Wbtn – A – S = 2418 – 205 – 427 = 1786 kg

21. Kebutuhan berat pasir dihitung dengan rumus : Wpsr = (P/100).Wpsr+krl = (35/100).1786 = 626 kg 22. Kebutuhan kerikil dihitung dengan rumus : Wkrl = Wpsr+krl – Wpsr = 1786 – 427 = 1160 kg  Jadi untuk 1 m3 beton (berat betonnya 2418 kg) dibutuhkan : • Air : 205 liter • Semen : 427 kg • Pasir : 626 kg • Kerikil : 1160 kg  Jadi untuk 2 silinder beton dibutuhkan : Volume silinder

: ¼ x 3,14 x d2 x t : ¼ x 3,14 x 152 x 30 : 5298,75 cm3 : 0,0053 m3

59



Air



Semen



Pasir



Kerikil

: 205 x 0,0053 = 1,0865 x 2 : 2,1730 x 15% : 2,1730 + 0,3259 : 427 x 0,0053 = 2.2631 x 2 : 4,5262 x 15% : 4,5262 + 0,67893 : 5,20513 x 1000 : 626 x 0,0053 = 3,3178 x 2 : 6,6356 x 15% : 6,6356 + 0,99534 : 7,63094 x 1000 : 1160 x 0,0053 = 6,148 x 2 : 12,296 x 15% : 12,296 + 1,8444 : 14,1404 x 1000

= 2,1730 = 0,3259 = 2,4989 Liter = 4,5262 = 0.67893 = 5,20513 kg = 5855 gram = 6,6356 = 0.99534 = 7,63094 kg = 7630,94 gram = 12,296 = 1,8444 = 14,1404 kg = 14140,4 gram

D. DAFTAR PUSTAKA

 Http // www.google.com

60

61

Related Documents


More Documents from "Adi Abdilah"