Laporan Uji Kandungan Urin

  • Uploaded by: Sifa Nova
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Uji Kandungan Urin as PDF for free.

More details

  • Words: 2,794
  • Pages: 15
Loading documents preview...
UJI KANDUNGAN URIN LAPORAN PRAKTIKUM

KELOMPOK 2 M Dwicahya G Wibowo M Tedi Panji R Nurul Nadhirah Rayinda Farisy Sifa Nova

XI MIA 4 SMA NEGERI 6 BANDUNG Jalan Pasirkaliki No. 51 Telepon ( 022 ) 6011309 Bandung, 40172

I.

Judul Uji kandungan urin

II.

Tujuan 1. Memeriksa ada tidaknya glukosa dalam urin 2. Memeriksa ada tidaknya protein dalam urin 3. Mengenal bau amonia hasil penguraian urea dalam urin 4. Mengidentifikasi warna dan tingkat keasaman urin 5. Membandingkan kandungan glukosa dan protein pada urin normal dengan penderita diabetes mellitus dan albuminaria

III.

Landasan Teori

Ginjal Dunia kedokteran biasa menyebutnya ‘ren’ (renal/kidney). Bentuknya seperti kacang merah, berjumlah sepasang dan terletak di daerah pinggang. Ukurannya kira-kira 11x 6x 3 cm. Beratnya antara 120-170 gram. Struktur ginjal terdiri dari: kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal terdapat jutaan nefron yang berfungsi sebagai penyaring darah. Setiap nefron tersusun dari Badan Malpighi dan saluran panjang (Tubula) yang bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula Bowman) yang didalamnya terdapat Glomerolus.

Fungsi Ginjal 1) Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh 2) Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan 3) Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal 4) Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia 5) Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang

Alat yang diekskresikan oleh ginjal berupa urine. Sistem urine adalah suatu sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia,

sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan uretra. Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin bersal dari penyaringan darah oleh ginjal yang dialirkan memelaui uretra selanjutnya dikeluarkan dari tubuh urin. banyak mengandung bebrapa zat seperti glukosa, garam-garam, asam amino. Urin ditampung dalam kantung urin sampai sekitar 300 cc . Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat. Proses pembentukan urine meliputi 3 tahap yaitu : 1. Tahap penyaringan (filtrasi). Tahap filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya terdapat glomerulus yang dikelilingi sangat dekat oleh kapsula Bowman . Proses filtrasi: Ketika darah yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat-zat lain serta selsel darah dan molekul protein masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut, melewati pori-pori endotelium kapiler glomerulus, kecuali sel-sel darah dan molekul protein. Kemudian menuju membran dasar dan melewati lempeng

filtrasi, masuk ke dalam ruang kapsula Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsula Bowman disebut filtrat glomerulus atau urine primer. Urine primer ini mengandung: air, protein, glukosa, asam amino, urea dan ion anorganik. Glukosa, ion anorganik dan asam amino masih diperlukan tubuh. 2. Tahap penyerapan kembali (reabsorpsi). Filtrat glomerulus atau urine primer mengalami tahap reabsorpsi yang terjadi di dalam tubulus kontortus proksimal, dan lengkung Henle. Proses tahap ini dilakukan oleh sel-sel epitelium di seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi antara lain adalah: glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca, 2+, Cl-, HCO3-, dan HbO42-, sedangkan kadar urea menjadi lebih tinggi. Proses reabsorpsi : mula-mula urine primer masuk dari glomerulus ke tubulus kontortus proksimal, kemudian mulai direabsorpsi hingga mencapai lengkung Henle. Zat-zat yang direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah glukosa, ion Na+, air, dan ion Cl-. Setiba di lengkung Henle, volume filtrat telah berkurang. Hasil tahap reabsorpsi ini dinamakan urine sekunder atau filtrat tubulus. Kandungan urine sekunder adalah air, garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urine. Urine sekunder masuk ke dalam tubulus kontortus distal dan terjadi lagi penyerapan zat-zat yang tidak digunakan dan kelebihan air diserap sehingga terbentuk urine. 3. Tahap Pengeluaran (Augmentasi). Urine sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun menuju saluran pengumpul (tubulus kolektivas). Dari tubulus kolektivas, urine dibawa ke pelvis renalis, lalu ke ureter menuju kantung kemih (vesika urinaria). Kantung kemih merupakan tempat penyimpanan sementara urine. Jika kantung kemih sudah penuh oleh urine, maka urine harus dikeluarkan dari tubuh, melalui saluran uretra. Volume urine yang dikeluarkan antara lain tergantung pada hal-hal berikut:  Jumlah air yang diminum.  Jumlah garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan osmosis tetap.  Hormon antidiuretik (Anti Diuretic Hormone = ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis di bagian belakang otak

Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru/segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5 urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035. Volume urin normal per hari adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi. Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang. a) Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral. b) Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat. c) Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis. d) Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi. Pada umumnya, urine normal berwarna bening. Akan tetapi warna urin dapat juga berubah-ubah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan warna urin. Faktor yang terpenting adalah kadar air dalam tubuh kita. Bila warna urine berubah menjadi kuning muda ataupun kuning tua itu artinya tubuh kita sudah mulai kurang cairan, mungkin asupan yang kurangan atau aktivitas yang banyak karena cairan tubuh kita paling banyak dikeluarkan melalui urine dan keringat. Untuk mencegah supaya warna urine tidak kuning adalah dengan meminumair putih minimal 8 gelas sehari, ukuran itu disesuaikan dengan aktivitas kita seharihari. Jika memang aktivitas kita ekstra maka kebutuhan cairan kita juga ekstrasehingga kita harus meminum air lebih dari biasanya. Perubahan warna urine bisadijadikan paramater bahwa tubuh kita perlu asupan air.

IV.

Alat dan Bahan 

Alat 1) Beaker glass ( gelas ukur ) 2) Rak tabung reaksi 3) Tabung reaksi 4) Pembakar spirtus 5) Penjepit tabung reaksi 6) Pipet tetes



Bahan 1) Korek api 2) Larutan benedict 3) Urin

V.

Cara Kerja 1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan 2. Labeli semua tabung dan pipet tetes 3. Kedua sampel yang disediakan masing-masing diuji sesuai dengan perintah yaitu uji glukosa, uji protein, dan uji amonia 4. Lakukan langkah kerja sesuai dengan yang diperintahkan 5. Lakukan dengan hati-hati

a. Uji Glukosa 1. Masukkan 3 ml larutan Benedict ke dalam tabung reaksi A kemudian didihkan 2. Tambahkan 5 tetes urin ke dalam tabung reaksi A dan panaskan kembali sampai mendidih 3. Ulangi langkah kerja 1-2 untuk pengujian kembali pada urin sampel B 4. Amati perubahan warna yang terjadi pada tiap sampel urin 5. Catat hasil percobaan dalam tabel pengamatan Hijau

: mengandung kadar glukosa 1%

Kuning

: mengandung kadar glukosa 1,5%

Orange

: mengandung kadar glukosa 2%

Merah bata : mengandung kadar glukosa 5% ( Winatasasmita, 2009:31 )

b. Uji Protein 1. Masukkan 3 ml urin ke dalam tabung reaksi A 2. Kemudian masukkan 5 tetes biuret ke dalam tabung reaksi A tersebut 3. Homogenkan larutan dalam tabung reaksi tersebut 4. Ulangi langkah kerja 1-2 untuk pengujian kembali pada urin sampel B 5. Amati peruban yang terjadi pada urin tersebut 6. Catat hasil percobaan dalam tabel pengamatan 

Bila mengandung protein, reaksi akan berubah warna menjadi ungu

c. Mengenal Amonia dalam Urin 1. Masukkan 1 ml urin ke dalam tabung reaksi 2. Panaskan urin sampai mendidih 3. Cium baunya untuk mengenal bau amonia dengan cara mendekatkan tabung ke hidung dan dikibas 4. Ulangi langkah kerja 1-2 untuk pengujian kembali pada urin sampel B 5. Catat hasil percobaan dalam tabel pengamatan 

Bau pesing menandakan adanya amonia hasil penguraian urea

d. Mengidentifikasi keadaan warna urin Urin berwarna kuning pucat sampai dengan kuning tua. Urin yang masih segar tampak jernih, tetapi kalau didiamkan beberapa saat pada ruangan terbuka, maka akan berubah menjadi keruh. Hal ini terjadi karena perubahan urea menjadi amonia. Pengujiannya dilakukan dengan mengamati sampel urin yang dibawa dengan mencocokannya pada tabel indikator.

Warna

Keterangan

Kuning

Normal

Hitam

Mengkonsumsi tablet yang mengandung zat besi ( ferri sulfat), minum obat parkinson

Biru

Mengkonsumsi obat antidepresi atau antibiotik, infeksi bakteri Pseudomonas pada saluran kemih

Cokelat

Gangguan fungsi ginjal, mengkonsumsi antibiotik

Kuning gelap ( seperti teh )

Hepatitis

fase

akut,

kelebihan

vitamin

B2,

mengkonsumsi antibiotik Oranye – merah

Dehidrasi, demam, mengkonsumsi obat

Hijau

Infeksi bakteri, kelebihan biliverdin, mengkonsumsi vitamin

Bening ( tidak berwarna )

Terlalu banyak minum, diabetes insipidus, minum alkohol

Putih seperti susu

Tumor jaringan limfa, filariasis

e. Mengidentifikasi keadaan pH urin Keadaan pH urin dapat diketahui dengan mencelupkan pH indikator ke dalam sampel urin anda. Urin bersifat agak asam dengan pH rata-rata 6 atau sekitar 4,7-8.

VI. Hasil Pengamatan

Tabel hasil percobaan menguji ada / tidaknya glukosa dalam urin Kondisi Urin Sampel

Sebelum perlakuan

Setelah perlakuan

urin

ada tidaknya

ada tidaknya

perubahan warna

perubahan warna

Hasil percobaan

Keterangan

Tidak A

Biru

Biru

mengandung glukosa

B

Biru

Hijau

Mengandung kadar glukosa 1%

Normal

Tabel hasil percobaan menguji ada / tidaknya protein dalam urin Kondisi Urin Sampel

Sebelum perlakuan

urin

ada tidaknya cincin

Setelah perlakuan ada tidaknya cincin

ungu

Hasil percobaan

Keterangan

ungu Tidak

A

Kuning

Kuning

mengandung

Normal

protein Tidak B

Kuning

Kuning

mengandung

Normal

protein

Tabel hasil percobaan mengenal bau amonia dalam urin Kondisi Urin Setelah Sampel

Sebelum perlakuan

perlakuan ada

Hasil

urin

menyengat tidaknya

menyengat

percobaan

bau pesing

tidaknya bau

Keterangan

pesing A

Menyengat (sedang)

Menyengat

Ada amonia

Normal

B

Menyengat (sedang)

Menyengat

Ada amonia

Normal

Tabel hasil percobaan identifikasi warna urin Sampel urin

Warna

Keterangan

A

Kuning

Normal

B

Kuning

Normal

Tabel hasil percobaan identifikasi tingkat keasaman urin

VII.

Sampel urin

pH

Keterangan

A

5

Asam

B

5

Asam

Pembahasan Urin adalah salah satu hasil ekskresi dari organ ginjal. Urin terbentuk melalui 3 tahap yaitu proses filtrasi, reabsorpsi dan augmentasi. Setelah ketiga tahap tersebut selesai maka urin akan masuk ke pelvis/rongga => ureter => kantong urin/vesika urinaria => uretra dan selanjutnya akan dikeluarkan. Setiap hasil ekskresi yang dikeluarkan oleh organ tertentu mengandung beberapa zat seperti keringat: air, garam, urea, dll. Begitu juga dengan hasil ekskresi organ ginjla yaitu urin. Untuk mengetahui kandungan yang ada dalam urin maka dilakukan uji kandungan urin, yaitu: 1. Uji pH urin Uji pH urin dilakukan dengan memasukkan kertas indicator pH universal ke dalam urin dan mengamati perubahan warnanya. Ternyata urin yang diuji mempunyai pH=8 yang artinya basa. Karena jika pH asam, pH=7 =>netral, pH>7 =>basa. Basa tersebut disebabkan adanya urea, amoniak dan beberapa zat lainnya yang terkandung dalam urin yang mempunyai sifat basa. Seharusnya urin normal bersifat netral (pH=7). 2. Uji protein Urin yang diuji untuk mengetahui ada tidaknya protein, setelah melalui tahap pemberian 5 tetes biuret ternyata berubah warna menjadi kuning kehitaman/cokelat gelap. Jika urin = 5 tetes biuret berubah menjadi ungu maka dapat dipastikan urin mengandung protein. Karena urin yang diuji tidak berwarna ungu maka urin tidak mengandung protein. Tetapi jika urin mengandung protein, ini ada ketidakberesan pada ginjal orang yang urinnya diuji. Seharusnya, ginjal yang normal tidak akan meloloskan protein bersama urin. Protein (asam amino) pada ginjal yang normal, akan diserap pada proses filtrasi sebab protein (asam amino) termasuk zat yang berguna bagi tubuh. Selain itu jika ada protein (asam amino) yang masih berada pada urin primer, pada tahap re-absorpsi tepatnya di bagian Tubulus Kontortus Proksimal, semua

protein (asam amino) sudah harus diserap oleh tubuh. Artinya, urin yang dikeluarkan sudah tidak lagi mengandung protein. Jadi, jika hasil praktikum menunjukkan adanya kandungan protein dalam urin, maka ginjal orang yang urinnya diuji mengalami masalah terutama pada Tubulus Kontortus Proksimal. 3. Uji glukosa Adanya kandungan glukosa dalam urin dapat diketahui melalui perubahan warna yang terjadi setelah urin ditetesi 5 tetes benedict dan berubah warna menjadi merah bata. Namun, data yang didapatkan setelah urin ditetesi benedict ternyata berwarna hijau kebiruan, artinya urin yang diuji tidak mengandung glukosa. Adanya kandungan glukosa juga harus diperhatikan. Sama halnya dengan protein, jika urin mengandung glukosa maka ada masalah yang terjadi pada ginjal khususnya pada bagian Tubulus Kontortus Proksimal. Dengan uji glukosa, juga dapat diketahui jika urin menghasilkan endapan maka orang yang urinnya diuji menderita diabetes. Hal ini berhubungan dengan pancreas karena pancreas menghasilkan sedikit insulin bahkan tidak, sehingga menyebabkan diabetes. Dari pengujian urin, didapatkan data bahwa urin yang diuji tidak terbentuk endapan yang artinya orang yang urinnya diuji tidak menderita diabetes. 4. Uji amonia Amonia merupakan senyawa yang ada di dalam urin, yang bersifat basa dan bila terkena sinar atau panas akan menimbulkan bau menyengat. Bau amonia tersebut berasal dari peruraian urea sebagai komponen bahan organik terbanyak dalam urin oleh jasad renik menjadi energi dan gas NH3. Amonia tidak memiliki muatan, sehingga dapat berdifusi melalui membran ke dalam urin di dalam ginjal. Amonia akan mengikat proton dari urin yang asam dan menjadi ion-ion amonium. Pengeluaran amonia dapat terbatas pada situasi metabolisme tertentu atau meningkat kuat dan ditentukan oleh pH plasma. pH plasma pada keadaan normal berada pada pH 7.4, bila terjadi pergeseran pH ke arah asam akan dikeluarkan proton-proton dan amonia dalam jumlah yang lebih banyak. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan.

Sebelum mencium urine, mula-mula urine tersebut dipanaskan satu per satu. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat reaksi atau penguapan pada urine. Karena urine memiliki kandungan air yang jika dipanaskan akan menguap dan uap air tersebut akan membawa molekul-moleku amonia. Sehingga praktikan dapat dengan mudah mencium bau dari setiap urine Urine dalam kondisi normal memang berbau, tetapi tidak sangat menusuk hidung (tajam). Bau urine dapat dideskripsikan bau amis, busuk, manis atau bau seperti belerang atau amonia. Pada beberapa kasus, bau urine yang sangat menusuk bisa disebabkan karena berbagai kondisi yang pada umumnya tidak membahayakan. Misalnya saja karena makanan atau minum obat yang akan berefek pada urine.

VIII.

Pertanyaan Uji glukosa 1. Adakah perubahan warna dari larutan uji glukosa? Bandingkan dengan kondisi sebelumnya! 2. Apa arti masing – masing warna larutan pada tabung pada uji glukosa? 3. Apakah setiap sampel mengandung kadar glukosa yang sama?

Uji Albumin ( Protein ) 1. Adaka perubahan dari larutan uji protein setelah perlakuan? Bandingkan dengan kondisi sebelumnya! 2. Apa penyebab ada atau tidak adanya cincin ungu? 3. Apakah ada protein di dalam urin dari sampel yang di uji?

Uji amonia 1. Apa bau dari amonia? 2. Apakah urin selalu memiliki bau pesing? 3. Kenapa amonia selalu ada dalam urin? 4. Bau yang ditimbulkan dari pemeriksaan amonia merupakan hasil dari?

IX.

Jawaban Uji glukosa 1. Pada urin A tidak terdapat perubahan warna dari keaadaan sebelumnya sedangkan urin b terdapat perubahan warna dari keaadaan sebelumnya yaitu dari warna biru menjadi warna hijau 2. Jika urin berwarna Hijau maka mengandung kadar glukosa 1% Jika urin berwarna Kuning maka mengandung kadar glukosa 1,5% Jika urin berwarna Orange maka mengandung kadar glukosa 2% Jika uriin berwarna Merah bata maka mengandung kadar glukosa 5% 3. Tidak ada

Uji albumin (protein) 1. Tidak ada 2. Penyebab adanya cincin ungu pada urin saat pemberian albumin menandakan adanya protein pada urin 3. Tidak ada

Uji amonia 1. Bau pesing setelah urin dipanaskan 2. Iya 3. Karena ammonia merupakan hasil dari peruraian urea yang merupakan hasil pembuangan zat zat kimia seperti obat obatan 4. Dari peruraian urea

Alat dan Bahan

Contoh urin yang mengandung glukosa

Uji Glukosa

Contoh urin yang mengandung protein

Uji Amonia

Uji pH

Related Documents

Laporan Uji Kandungan Urin
February 2021 1
Uji Kandungan Urin
February 2021 4
Uji Kandungan Urine
February 2021 2
Uji Kandungan Urine
February 2021 4

More Documents from "oneagustin"