Loading documents preview...
“Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien Anemia”
Oleh : Rai Rahayu Wiraningsih, 1202105001
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2014
A. Konsep Dasar Penyakit. 1. Definisi Anemia. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan / atau hitung eritrosit lebih rendah dari nilai normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl (normal : 14 – 16 g/dl) dan Ht < 40 % (normal : 40 – 48 vol %) pada pria atau Hb < 12 g/dl (normal : 12 – 14 g/dl) dan Ht < 37% (normal : 37- 43 vol %) pada wanita (Mnsjoer, 2001). Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) dan atau massa hemoglobin sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer ( penurunan oxygen carrying capacity) ( Lubis, 2006). Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani & Haribowo, 2008). Jadi, anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hb dan / atau hitung eritrosit lebih rendah dari nilai normal yaitu Hb < 14 g/dl dan Ht < 40 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. 2. Epidemiologi Anemia. Secara global, prevalensi anemia dari tahun 1993 – 2005 yang dilakukan oleh WHO mengenai 1, 62 milyar orang. Prevalensi tertinggi pada anak- anak sebeanlum sekolah (47, 4 %), dan terendah pada pria (12, 7%). Di Indonesia sendiri, pada tahun 2006, dilaporkan angka anemia terjadi pada 9.608 ( Lubis, 2006). 3. Etiologi Anemia. Hemolisis (eritrosit mudah pecah) Perdarahan Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker) Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper Anemia terjadi sebagai skibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi sel darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel-sel darah merah karena kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya penghancuran sel-sel darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul adalah kelelahan, berat badan menurun, letargi, dan membran mukosa menjadi pucat. Apabila timbulnya anemia perlahan (kronis), mungkin hanya timbul sedikit gejala, sedangkan pada anemia akut yang terjadi adalah sebaliknya (Fadil, 2005).
4. Patofisiologi Terjadinya Penyakit Anemia. Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik)
maka
hemoglobin
akan
muncul
dalam
plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin
akan
berdifusi
dalam
glomerulus
ginjal
dan
kedalam
urin
(hemoglobinuria) (Fadil, 2005). Pathway terlampir
5. Klasifikasi Anemia. Menurut Mansjoer (2001) klasifikasi anemia yaitu : a. Anemia Mikrositik Hipokrom : Anemia Defisiensi Besi. Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis). Infestasi cacing tambang pada seseorang dengan
makanan yang baik tidak akan
menimbulkan anemia. Bila disertai malnutrisi, baru akan terjadi anemia. Anemia Penyakit Kronik. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi, seperti infeksi ginjal, paru-paru (abses, empiema dll), inflamasi kronik (artritis b.
reumatoid) dan neoplasma. Anemia Makrositik : Defisiensi Vitamin B12.
Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik
terjadi karena gangguan
absorpsi vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun, namun di Indonesia penyebab anemia ini adalah karena kekurangan masukan vitamin B12 dengan gejala-gejala yang tidak berat. Defisiensi Asam Folat. Anemia defisiensi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Gejalanya yaitu perubahan megaloblastik pada mukosa, mungkin dapat ditemukan gejala-gejala neurologis, seperti gangguan c.
kepribadian. Anemia karena perdarahan. Perdarahan akut akan timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian. Perdarahan Kronik biasanya sedikit - sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab yang sering adalah ulkus peptikum dan perdarahan saluran cerna
d.
karena pemakian analgesik. Anemia Hemolitik. Pada anemia hemolitik terjadi penurunn usia sel darah merah ( normal 120 hari). Anemia terjadi hanya bila sumsum tulang telah tidak mampu mengatasinya
e.
karena usia sel darah merah sangat pendek. Anemia Aplastik. Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah. Hal ini bisa karena kongenital namun jarang terjadi.
6. Gejala Klinis Anemia. Menurut Handayani & Haribowo (2008) tanda-tanda Anemia meliputi: 1) Gejala Umum anemia Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah: a) Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung. b) Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas. c) Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
d) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan halus. 2) Gejala Khas Masing-masing anemia Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai berikut a) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis. b) Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue) c) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali. d) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi. 7. Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Anemia. Keadaan umum Tanda-tanda vital (RR, TD, nadi, temperatur) ikterus, splenomegali, hepatomegali perdarahan dan tanda-tanda infeksi disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dan kuku sendok (koilynochia). lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas, dispepsia, pucat pada konjungtiva,mukosa mulut, telapak tangan, dan jaringan di bawah kuku 8. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Pada Anemia. Pemeriksaan Laboratorium 1. Hemoglobin (Hb) Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sederhana seperti Hb sachli, yang dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu trimester I dan III. 2. Penentuan Indeks Eritrosit Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung dengan flowcytometri atau menggunakan rumus: a. Mean Corpusculer Volume (MCV) MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun apabila kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia mulai berkembang. MCV merupakan indikator kekurangan zat besi yang spesiflk setelah thalasemia dan anemia penyakit
kronis disingkirkan. Dihitung dengan membagi hematokrit dengan angka sel darah merah. Nilai normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100 fl. b. Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH) MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan angka sel darah merah. Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31 pg. c. Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30-35% dan hipokrom < 30%. 3. Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer Pemeriksaan hapusan darah perifer dilakukan secara manual. Pemeriksaan menggunakan pembesaran 100 kali dengan memperhatikan ukuran, bentuk inti, sitoplasma sel darah merah. Dengan menggunakan flowcytometry hapusan darah dapat dilihat pada kolom morfology flag. 4. Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide = RDW) Luas distribusi sel darah merah adalah parameter sel darah merah yang masih relatif baru, dipakai secara kombinasi dengan parameter lainnya untuk membuat klasifikasi anemia. RDW merupakan variasi dalam ukuran sel merah untuk mendeteksi tingkat anisositosis yang tidak kentara. Kenaikan nilai RDW merupakan manifestasi hematologi paling awal dari kekurangan zat besi, serta lebih peka dari besi serum, jenuh transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan naiknya RDW adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat besi, dan apabila disertai dengan eritrosit protoporphirin dianggap menjadi diagnostik. Nilai normal 15 %. 5. Eritrosit Protoporfirin (EP) EP diukur dengan memakai haematofluorometer yang hanya membutuhkan beberapa tetes darah dan pengalaman tekniknya tidak terlalu dibutuhkan. EP naik pada tahap lanjut kekurangan besi eritropoesis, naik secara perlahan setelah serangan kekurangan besi terjadi. Keuntungan EP adalah stabilitasnya dalam individu, sedangkan besi serum dan jenuh transferin rentan terhadap variasi individu yang luas. EP secara luas dipakai dalam survei populasi walaupun dalam praktik klinis masih jarang.
6. Besi Serum (Serum Iron = SI) Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun setelah cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh. Keterbatasan besi serum karena variasi diurnal yang luas dan spesitifitasnya yang kurang. Besi serum yang rendah ditemukan setelah kehilangan darah maupun donor, pada kehamilan, infeksi kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis, dan malignansi. Besi serum dipakai kombinasi dengan parameter lain, dan bukan ukuran mutlak status besi yang spesifik. 7. Serum Transferin (Tf) Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama -sama dengan besi serum. Serum transferin dapat meningkat pada kekurangan besi dan dapat menurun secara keliru pada peradangan akut, infeksi kronis, penyakit ginjal dan keganasan. 8. Pemeriksaan Sumsum Tulang Masih dianggap sebagai standar emas untuk penilaian cadangan besi, walaupun mempunyai beberapa keterbatasan. Pemeriksaan histologis sumsum tulang dilakukan untuk menilai jumlah hemosiderin dalam sel-sel retikulum. Tanda karakteristik dari kekurangan zat besi adalah tidak ada besi retikuler. Keterbatasan metode ini seperti sifat subjektifnya sehingga tergantung keahlian pemeriksa, jumlah struma sumsum yang memadai dan teknik yang dipergunakan. Pengujian sumsum tulang adalah suatu teknik invasif, sehingga sedikit dipakai untuk mengevaluasi cadangan besi dalam populasi umum (Fadil, 2005). 9. Terapi Penanganan Pada Pasien Anemia. Pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini: Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien. Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah: a. Terapi gawat darurat Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung, maka harus segera diberikan terapi darurat dengan transfusi sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah jantung tersebut. b. Terapi khas untuk masing-masing anemia Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat besi untuk anemia defisiensi besi.
c. Terapi kausal Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Misalnya, anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang harus diberikan obat anti-cacing tambang. d. Terapi ex-juvantivus (empiris) Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan, jika terapi ini berhasil, berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas diagnosis yang mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini, penderita harus diawasi dengan ketat. Jika terdapat respons Pencegahan anemia Upaya-upaya untuk mencegah anemia, antara lain sebagai berikut: a. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe). b. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat, dan nanas. c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid. d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan (Handayani & Haribowo, 2008). 10. Komplikasi Anemia. Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Fadil, 2005). B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan. 1. Pengkajian a. Aktivitas/istirahat Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produtivitas, penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/takipnea; dispnea pada bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan. b. Sirkulasi Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis; perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB); angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi). Tanda : TD ; peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar; hipotensi postural. Distrimia; Abnormalis EKG, mis; depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung ; murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna): pucat pada kulit dan menbran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir)dan dasar kuku. (Catatan; pada pasien kulit hitam, pucat tampak sebagai keabu abuan); kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (PA). Sklera: Biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokontriksi kompensasi). Kuku; mudah patah, berbentuk seperti sendok (koikologikia) (DB). Rambut; kering, udah putus, menipis; tumbuh uban secara premature (AP). c. Integritas ego Tanda : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, mis; penolakan transfuse darah. Gejala : depresi. d. Eleminasi Gejala : riwayat piclonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemasis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine Tanda ; distensi abdomen. e. Makanan/cairan Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukkan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. f. Neurosensori Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi
cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubanglubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP). g. Nyeri/kenyamanan Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB) h. Pernapasan Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea. i. Seksualitas Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina pucat. 2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan ditandai dengan pasien mengatakan letih sulit bernapas, RR : 25x/ menit, dan pasien menggunakan pernapasan cuping hidung. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perubahan komponen seluler yang diperlukan untuk mengirim O2 ke sel ditandai dengan warna kulit pucat, pasien merasa tangan dan kakinya dingin, CRT >3 detik. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat ditandai dengan pasie pasien mngeluh berat badannya terus turun dan merasa haus. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan pasien mengatakan klelalhan dan letih setelah beraktifitas. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan ditandai dengan pasien tampak gelisah dan bertanya – tanya tentang penyakitnya. PK Anemia. 3. Rencana Asuhan Keperawatan. Terlampir.
DAFTAR PUSTAKA Dochterman, Joanne Mccloskey, Bulechek, Gloria M. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition. Missouri: Mosby Fadil,
M.(2005).
Konsep
Dasar
Anemia.
Available
at
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=28334. Diakses pada 8 Desember 2014. Handayani, A & Haribowo, B. 2008. Tinjauan Pustaka Anemia. Available at http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6281. Diakses pada 8 Desember 2014. Lubis,
Dian.
(2006).
Anemia
Defisiensi
Besi.
Available
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21579/4/Chapter%20II.pdf.
at
Diakses
pada 8 Desember 2014. Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius. Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., Swanson, Elizabeth. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition. Missouri: Mosby NANDA International. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Lampiran Pathway Anemia Defisiensi nutrient
Hemolisis (Eritrosit mudah pecah)
Perdarahan
Penekanan sumsum tulang (misalnya: kanker)
Rusaknya mekanisme produksi sel darah merah Penurunan produksi sel-sel darah merah Kurang paparan informasi
ANEMIA
anoreksia Mual/muntah
Defisiensi pengetahuan
Berkurangnya Hb dalam darah PK Anemia
Intake nutrisi inadekuat
viskositas darah menurun resistensi aliran darah perifer ketidakefektifan perfusi jaringan perifer 1. Rencana Asuhan Keperawatan
penurunan transport O2 ke jaringan
Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari dari kebutuhan tubuh Keletihan
Kompensasi paru-paru dengan nafas cepat
hipoksia, pucat, lemah
Intoleransi aktivitas
Ketidakefektifan pola nafas
No 1
Diagnosa Ketidakefektifan pola
Hasil yang Ingin Dicapai Intervensi Setelah diberikan asuhan NIC Label:
Rasional Evaluasi 1. Untuk membuka jalan S : Pasien
nafas keperawatan .....x 24 jam, Airway Management
nafas
berhubungan dengan diharapkan jalan nafas pasien 1. Buka jalan nafas, gunakan keletihan
ditandai normal, dengan kriteria hasil:
dengan
pasien
mengatakan
atau dorong rahang yang
letih NOC Label:
sulit bernapas, RR : Respiratory Status: 25x/
dan
menit,
pasien
menggunakan pernapasan
cuping
hidung. .
tekhnic mengangkat dahu
Tingkat
pernapasan
benar 2. Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan potensial
pasien
agar mengatakan sesak
sesaknya berkurang nafasnya 2. Agar pasien bisa berkurang, bernafas dengan baik O: tingkat 3. Untuk memastikan pernafasannya masih ada suara nafas normal, suara yang tidak normal apa nafas normal, pola tidak 4. Untuk memantau apakah nafasnya normal,
ventilasi normal (skala 3) 3. Auskultasi suara nafas, Kedalaman inspirasi nafas pasien sudah RR : 18 x/menit, catat hasil penurunan normal (skala 3) normal apa belum tidak daerah ventilasi atau tidak Rr dalam batas normal 5. Membantu dalam menggunakan adanya suara adventif (skala 3) mengatasi sesak 4. Monitor pernapasan dan pernapasan Penggunaan otot akesori status oksigen yang sesuai cuping hidung. tidak ada (skala 3). 5. Ajarkan batuk efektif dan A:Tujuan latihan nafas Tercapai. P :
Pertahankan
dan
tingkatkan
kondisi klien
2
Ketidakefektifan perfusi
Setelah dilakukan tindakan NIC label :
jaringan keperawatan selama … x 24 Hemodynamic Regulation
NIC label : Hemodynamic Regulation
S : klien mengatakan
perifer berhubungan jam, dengan
perubahan ketidakefektifan
komponen yang
diharapkan 1. Kenali adanya perubahan perfusi
seluler jaringan perifer pada klien
seperti crackel atau suara
diperlukan teratasi dengan kriteria hasil:
lainnya 3. Monitor dan
untuk mengirim O2 ke
sel
ditandai NOC label
dengan warna kulit Tissue
dokumentasikan denyut perfusion
:
pucat, pasien merasa Peripheral tangan dan kakinya dingin, detik.
CRT
>3
tekanan darah 2. Auskultasi suara paru
CRT mendekati normal Suhu ekstremitas dalam
rentang normal Tidak ada
kepucatan Kelemahan otot berkurang
tanda
jantung, ritme dan nadi 4. Monitor nadi di sekeliling, kapiler dan suhu serta warna ekstremitas 5. Pertahankan keseimbangan cairan dengan memberikan cairan IV atau diuretic dengan tepat 6. Monitor masukan dan pengeluaran nutrisi, keluaran urine, dan berat badan pasien dengan tepat
tangannya 1. Untuk faktor
mengetahui yang
dapat
mempengaruhi perfusi
sudah terasa hangat O : CRT < 3 detik, akral hangat,
jaringan 2. Untuk
mengetahui
sianosis (-) A : Tujuan
adanya cairan pada paru 3. Untuk
mengetahui
tercapai. P
:
Pertahankan
perubahan yang dapat dan tingkatkan berpengaruh terhadap kondisi klien perfusi jaringan 4. Untuk apabila
mengetahui terjadi
perubahan perfusi pada jaringan 5. Untuk mempertahankan balance cairan dan tidak memperburuk edema 6. Untuk
apabila
mengetahui terjadi
ketidakseimbangan cairan sehingga dapat
diberikan yang 3
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari keperawatan kebutuhan
selama
berhubungan dengan nutrisi
pasien
tercukupi
intake nutrisi yang dengan kriteria hasil : tidak
adekuat
ditandai
dengan
pasie mngeluh
...x24 Nutritional therapy
tubuh jam diharapkan kebutuhan 1. Menentukan
pasien berat
badannya terus turun dan merasa haus.
tepat
pasien. NIC Label:
Setelah dilakukan tindakan NIC Label:
therapy
kerjasama 1. Dapat
dengan ahli gizi jumlah kalori yang tepat dan
intervensi kepada
Nutritional S:
klien
mengatakan sudah menentukan merasa
berat
dengan tepat kebutuhan badan meningkat,
nutrisi pada pasien klien mengatakan 2. Membantu kebutuhan jenis nutrisi yang tidak mengalami nutrisi pada pasien agar NOC label :Nutritional dibutuhkan untuk rasa haus yang terpenuhi dengan baik status memenuhi persyaratan berlebihan. 3. Memenuhi kebutuhan gizi Intake nutrisi sesuai nutrisi pasien 2. Mendorong peningkatan 4. Memastikan kandungan O: tidak ada kebutuhan konsumsi protein, zat Intake makanan sesuai nutrisi pada makanan tanda-tanda besi, dan vitamin C yang kebutuhan pasien sudah tepat dehidrasi, status Intake cairan sesuai sesuai sesuai indikasi nutrisi klien 3. Memberikan pasien kebutuhan 5. Untuk mengetahui meningkat, Pasien tidak protein tinggi, kalori perkembangan berat kebutuhan tinggi, makanan dan menunjukkan tandabadan pasien makanan klien minuman bergizi yang 6. Untuk nantinya agar tanda kekurangan energi terpenuhi Kadar hematokrit normal siap dapat dikonsumsi keluarga pasien mampu A: tujuan tercapai. dengan sesuai menentukandengan tepat 4. Monitor catatan asupan P: Intervensi kebutuhan nutrisi pada
untuk kandungan gizi dan kalori 5. Timbang
berat
pasien
dilanjutkan.
pasien
NIC label : pada interval yang tepat Weight Management 6. Memberikan informasi 1. Untuk menentukan yang tepat tentang target berat badan yang kebutuhan nutrisi dan ingin dicapai bagaimana memenuhinya 2. Untuk mengetahui bagaimana
asupan
makanan, dan aktivitas 3. Agar keluarga mengetahui
kondisi
medis apa saja yang memberikan efek pada 4
Intoleransi aktivitas Setelah
diberikan
asuhan NIC Label : Activity therapy
BB 1. Untuk mengetahui tanda S
berhubungan dengan keperawatan selama ..x24 jam 1. Kaji tanda dan gejala
dan
kelemahan
intoleransi
ditandai pasien
umum diharapkan
klien
dapat
dengan kembali beraktifitas dengan mengatakan kriteria hasil :
ketidaktoleransi terhadap pelaporan
NOC
Label
Conservation
menunjukan
aktivitas dan memerlukan
klelalhan dan letih setelah beraktifitas.
yang
:
Energy
terhadap
perawat dan dokter 2. Tingkatkan
pelaksanaan
gejala
dari aktivitas
klien 2. Untuk aktivitas
:
klien
mengatakan sudah
tidak
merasa letih. meringankan O: klien tampak klien agar
jkien tidak mudah lelah 3. Aktivitas yang dilakukan
mampu berpartisipasi dalam
Keseimbangan
aktifitas
ROM
pasif
sesuai
indikasi dan istirahat Menggunakan tidur dan 3. Buat jadwal latihan istirahat untuk aktivitas secara bertahap memulihkan energy untuk pasien dan berikan Mengenali pembatasan periode istirahat energy 4. Berikan reinforcemen Mengatur aktivitas untuk untuk pencapaian menyimpan energy aktivitas sesuai program Adaptasi gaya hidup latihan sesuai tingkat energy Berpartisipasi dalam 5. Bantu klien untuk aktifitas fisik tanpa mengidentifikasi aktifitas disertai peningkatan yang mampu dilakukan 6. Bantu pasien untuk tekanan darah, nadi, RR mengembangkan motivasi diri dan kekuatan diri. NIC
Label
:
kardiorespirasi aktivitas
secara
sangat
bertahap
perawatan diri
untuk
tanpa bantuan
baik
keadaan klien dan klien
atau
tidak
bantuan
merasa
mudah
lelah 4. Reinforcement
menunjukkan
bermanfaat
untuk
psikologis
klien
Klien mampu
ingin
berpartisipasi
sehingga
klien
kelelahan
melakukannya lagi lebih
dalam aktifitas
baik 5. Agar klien dapat lebih mandiri 6. Agar klien untuk
fisik tanpa disertai peningkatan
terdorong
TD, N, RR dan
melakukan
perubahan
aktivitas tertentu
ECG A
terhadap (takikardi,
yang klien
intervensi
sebagian
menyebabkan
intoleransi aktivitas pada
:
tercapai
– tanda yang muncul respon
dengan
minimal tanpa
Energy 1. Untuk mengetahui tanda
Management 1. Monitor
klien
P
:
lanjutkan
intervensi
disritmia,
dispneu, 2. Agar
diaphoresis, tekanan
pucat, hemodinamik
dan jumlah respirasi) 2. Bantu
pasien
untuk
pilihan aktivitas untuk
aktivitas dimana
pasien mempunyai energi paling banyak dan jumlah jam tidur
untuk
asupan
yang berjalan
optimal mengetahui
apakah klien mengalami gangguan
dalam
pola
tidurnya yang
mampu
cukup
memulihkan klien
sehingga
klien tidak merasa lelah nutrisi
lagi
memastikan 6. Agar klien mendapatkan
sumber daya energi yang memadai. 7. monitor pasien kelelahan
dilakukan
energi
5. Dorong bedrest
aktivitas
aktivitas
5. Istirahat
4. Monitor pola tidur pasien
tidak
yang berlebihan
4. Untuk
periode
6. Pantau
melakukan 3. Agar
mengidentifikasi pilihan3. Rencanakan
klien
fisik
energy yang maksimal
dari asupan nutrisinya dari 7. Karena kelelahan fisik dan
emosional berlebihan. 8. atur kegiatan fisik klien
dan
emosional
berlebihan
yang dapat
membuang energy klien
untuk
mengurangi
hambatan suplai oksigen ke fungsi tubuh yang vital (misalnya
menghindari
aktivitas segera setelah makan). 9. Gunakan latihan ROM
lebih banyak 8. Kegiatan fisik yang berat dan kekurangan suplai oksigen
dapat
mengakibatkan ketidakadekuatan perfusi oksigen ke jaringan
pasif dan atau aktif untuk 9. Agar otot dapat rileks meredakan
ketegangan
otot.
5.
dan dan tidak banyak menggunakan energy
Defisiensi
Setelah diberikan asuhan
NIC Label : Teaching
NIC Label : Teaching
pengetahuan
keperawatan selama…x 24
Disease Process 1. Nilai pengetahuan klien
Disease Process Membantu dalam penyampaian informasi
berhubungan dengan jam diharapkan pengetahuan kurangnya
pajanan klien bertambah dengan
ditandai
dengan criteria hasil : NOC Label : Knowledge : pasien tampak disease process gelisah dan bertanya Klien mengetahui spesifik – tanya tentang penyakitnya (skala 5) penyakitnya. Klien mengetahui faktor penyebab penyakitnya
sekarang tentang spesifik proses penyakitnya 2. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit dan ceritakan anatomi dan fisiologinya secara tepat 3. Tanyakan pengetahuan
yang akan diberikan. 2.Pasien akan mengetahui
S : Klien mengatakan sudah lebih nyaman karena sudah
dengan baik tentang
mengetahui
penyakitnya. 3.Mengkaji tingkat
tentang
pengetahuan pasien. 4. Agar pasien dapat memahami penyakitnya.
penyakitnya O: Klien dapat menjelaskan tentang faktor
(skala 5) Klien mengetahui tanda
klien tentang kondisinya 4. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa dari
dan gejala
penyakit secara tepat 5. Gali kemampuan klien
penyakitnya(skala 5)
untuk memanage gejalanya 6. Gambarkan proses
5. Membantu dalam proses
penyebab,
terapi. 6. Pemahaman pasien akan
tanda dan gejala
jauh lebih baik dengan
penyakitnya A : Tujuan
penjelasan yang tepat. 7. Pasien akan dilibatkan
tercapai
langsung dalam proses
sebagian P : Lanjutkan
penyembuhan sehingga
penyakit secara tepat merasa lebih nyaman. 7. Diskusikan untuk
intervensi 2.
memilih 6.
PK Anemia.
Setelah
terapy/perawatan asuhan NIC Label : Blood product
diberikan
keperawatan
selama
...x24 Administration
NIC Label : Blood product Administration
mengatakan
jam diharapkan klien dapat 1. Menjelaskan kepada klien 1.Mengantisipasi lebih awal mengeluarkan sekresi yang
tentang tanda dan gejala reaksi
adekuat dengan kriteria hasil :
dari
NOC Label : Blood Loss
(gatal,
Severity 1. Tekanan klien
darah
kembali
yaitu 120 mmHg 2. Tekanan darah klien
kembali
reaksi pusing,
penolakan
S : Klien
tubuh
transfuse pasien. sesak 2. Vital sign salah satu tanda
pusing sudah berkurang O : Tekanan darah klien
normal napas, dan nyeri dada) penting dalm mengetahui A : Tujuan 2. Mamantau vital signs sistolik hasil reaksi transfusi. tercapai (tekanan darah, suhu, normal 3. Menilai tingkat sebagian nadi, pernapasan) keberhasilan terapi. P : Lanjutkan 3. Memantau reaksi diastolic 1. intervensi transfuse yang normal
yaitu 80 mmHg 3. Rasa cemas yang dialami klien berkurang Kadar Hb (hemoglobin) klien kembali normal yaitu 14-16 mg/dl
diberikan