Lp Anemia

  • Uploaded by: rika
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Anemia as PDF for free.

More details

  • Words: 4,579
  • Pages: 30
Loading documents preview...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. P DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA DI RUANG MELATI 2 RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II Dosen Pembimbing : Nurun Laasara, S.Kep., Ns.

Disusun oleh: Rika Ikhtiarini Khasanah

P07120114033

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2015

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. P DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA DI RUANG MELATI 2 RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Disusun Oleh : Rika Ikhtiarini Khasanah

P07120114033

Diajukan untuk disetujui pada: Hari

:

Tanggal

:

Tempat

:

Mengetahui, Pembimbing Lapangan

Pembimbing Pendidikan

Enny Purwaningsih, AMK.

Nurun Laasara, S.Kep., Ns.

NIP. ..................................

NIP. ...................................

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny. P dengan Diagnosa Medis Anemia di Bangsal Melati 2 RSUP dr. Suradji Tirtonegoro Klaten”. Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk melengkapi tugas praktik klinik mata kuliah KMB II. Pembuatan Asuhan Keperawatan ini tidak akan terlaksana tanpa adanya kerjasama, bantuan, dukungan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Tri Prabowo, S. Kp., M.Sc. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Yogyakarta, 2. Nurun Laasara, S.Kep., Ns. selaku Pembimbing Pendidikan Keperawatan Medikal Bedah II, 3. Enny Purwaningsih, AMK. selaku Pembimbing Lapangan RSUP Dr Suradji Tirtonegoro 4. Teman-teman yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Kami percaya dalam penyusunan asuhan keperawatan ini banyak sekali kekurangan, untuk itu kami mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan asuhan keperawatan ini. Demikian asuhan keperawatan ini kami susun, apabila banyak kesalahan kami mohon maaf dan semoga asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi pembaca. Yogyakarta, Desember 2015 Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal. B. Tujuan 1. Membahas proses keperawatan klien pasien Ny.P dengan Anemia di Bangsal Melati 2 RSUP DR Suradji Tirtonegoro 2. Memodifikasi tindakan keperawatan pasien

Ny.P dengan Anemia di

Bangsal Melati 2 RSUP DR Suradji Tirtonegoro C. Metode Metode yang digunakan dalam laporan ini adalah metode studi kasus.

BAB II TINJAUAN TEORI I. Penyakit utama A. Pengertian Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita. (Arif Mansjoer, dkk. 2001). Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah, 1997). Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999). Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002: 935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006: 256). Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium. B. Etiologi Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Penyebab umum dari anemia: 1. Perdarahan hebat 2. Akut (mendadak) 3. Kecelakaan 4. Pembedahan 5. Persalinan 6. Pecah pembuluh darah

7. Penyakit Kronik (menahun) 8. Perdarahan hidung 9. Wasir (hemoroid) 10. Ulkus peptikum 11. Kanker atau polip di saluran pencernaan 12. Tumor ginjal atau kandung kemih 13. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak 14. Berkurangnya pembentukan sel darah merah 15. Kekurangan zat besi 16. Kekurangan vitamin B12 17. Kekurangan asam folat 18. Kekurangan vitamin C 19. Penyakit kronik 20. Meningkatnya penghancuran sel darah merah 21. Pembesaran limpa 22. Kerusakan mekanik pada sel darah merah 23. Reaksi autoimun terhadap sel darah merah 24. Hemoglobinuria nokturnal paroksismal 25. Sferositosis herediter 26. Elliptositosis herediter 27. Kekurangan G6PD 28. Penyakit sel sabit 29. Penyakit hemoglobin C 30. Penyakit hemoglobin S-C 31. Penyakit hemoglobin E 32. Thalasemia C. Klasifikasi Secara umum anemia dikelompokan menjadi : 1. Anemia mikrositik hipokrom a. Anemia defisiensi besi Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe sekitar 20 mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), ini pun tidak akan menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula disebabkan karena : 1) Diet yang tidak mencukupi 2) Absorpsi yang menurun 3) Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui 4) pada saluran cerna, menstruasi, donor darah 5) Hemoglobinuri 6) Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru. b. Anemia penyakit kronik

Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru (abses, empiema, dll). 2. Anemia makrositik a. Anemia Pernisiosa Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik karena gangguan absorsi yang merupakan penyakit herediter autoimun maupun faktor ekstrinsik karena kekurangan asupan vitamin B12. b. Anemia defisiensi asam folat Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan absorpsi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Asam folat terdapat dalam daging, susu, dan daun – daun yang hijau. 3. Anemia karena perdarahan a. Perdarahan akut Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian. b. Perdarahan kronik Pengeluaran darah biasanya sedikit – sedikit sehingga tidak diketahui pasien.

Penyebab

yang

sering

antara

lain

ulkus

peptikum,

menometroragi, perdarahan saluran cerna, dan epistaksis. 4. Anemia hemolitik Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120 hari), baik sementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan membran, kelainan glikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem imun, infeksi, hipersplenisme, dan luka bakar. Biasanya pasien ikterus dan splenomegali. 5. Anemia aplastik Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah. Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin, dll. 6. Anemia megaloblastik

Disebabkan oleh defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat, Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi)

infeksi

parasit,

penyakit

usus

dan keganasan,

agen

kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol. D. Patofisiologi Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.

Kegagalan

sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan

hemplitik)

(hemoglobinemia).

maka

hemoglobin

akan

muncul

dalam

plasma

Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas

haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar: 1. Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia. Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut:

1. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan. 2. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.

Anemia ↓ viskositas darah menurun ↓ resistensi aliran darah perifer ↓ penurunan transport O2 ke jaringan ↓ hipoksia, pucat, lemah ↓ beban jantung meningkat ↓ kerja jantung meningkat ↓ payah jantung

E. Pathway

F. Manifestas Klinik Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik yang

dimanifestasikan

dalam

perubahan

perilaku,

anoreksia,

serta

perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul lima gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung (Sjaifoellah, 1998). Tanda dan gejala anemia: 1.

Pusing

2.

Mudah berkunang-kunang

3.

Lesu

4.

Aktivitas kurang

5.

Rasa mengantuk

6.

Susah konsentrasi

7.

Cepat lelah

8.

prestasi kerja fisik/pikiran menurun

9.

Konjungtiva pucat

10. Telapak tangan pucat 11. Iritabilitas dan Anoreksia 12. Takikardia , murmur sistolik 13. Letargi, kebutuhan tidur meningkat 14. Purpura 15. Perdarahan Gejala khas masing-masing anemia: 1. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi besi 2. Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin buncit pada anemia hemolitik 3. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.

G. Komplikasi Anemia menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. Komplikasi umum akibat anemia adalah: gagal jantung, parestisia dan kejang. H. Pemeriksaan Penunjang 1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun. 2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). 3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis). 4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia). 5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi. 6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek. 7. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB). 8. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). 9. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik) 10. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. 11. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik). 12. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi 13. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik) 14. TBC serum : meningkat (DB) 15. Feritin serum : meningkat (DB) 16. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

17. LDH serum : menurun (DB) 18. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP) 19. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB). 20. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP). 21. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik). 22. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999). I. Penatalaksanaan Medis Tindakan umum : Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. 1. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi. 2. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah. 3. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan. 4. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada. 5. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau. Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang: 1. Anemia aplastik: Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithimocyte globulin ( ATG ) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet ( Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995 ). 2. Anemia pada penyakit ginjal a. Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan 4. Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat. 5. Anemia pada defisiensi besi

Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3 x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr %. Pada defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari. 6. Anemia megaloblastik a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM. b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi. 7. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi 8. Anemia pasca perdarahan Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia. 9. Anemia hemolitik dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.

II. Proses Keperawatan A. Pengkajian Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi : 1. Aktivitas / istirahat Gejala

:

keletihan,

kelemahan,

malaise

umum.

Kehilangan

produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi

terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan. 2. Sirkulasi Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).

Riwayat

endokarditis

infektif

kronis.

Palpitasi

(takikardia kompensasi). Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP). 3. Integritas ego Gejala

:

keyakinanan

agama/budaya

mempengaruhi

pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi.

pilihan

4. Eliminasi Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine. Tanda : distensi abdomen. 5. Makanan/ cairan Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/ muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB). Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit

:

buruk,

kering,

tampak

kisut/hilang

elastisitas

(DB).

Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB). 6. Neurosensori Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang

(aplastik).

Gangguan

koordinasi,

ataksia,

penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).

7. Nyeri/ kenyamanan Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB) 8. Pernapasan Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea. 9. Keamanan Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin

dan

panas.

Transfusi

darah

sebelumnya.

Gangguan

penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi. Tanda

:

demam

rendah,

menggigil,

berkeringat

malam,

limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik). 10.Seksualitas Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul 1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/ nutrisi ke sel. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan

untuk

mencerna

atau

ketidakmampuan

mencerna makanan/ absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal. 3. Intoleran

aktivitas

berhubungan

dengan

ketidakseimbangan

antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan. 4. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan). 5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist. 6. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat. 7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan dan tidak familiar dengan sumber informasi serta kurangnya informasi tentang perawatan dan pengobatan penyakitnya.

C. Perencanaan Keperawatan

8. NO 16. 1

9. 17.

DIAGNOSA

13.

Perubahan perfusi

jaringan

TUJUAN 18. setelah

berhubungan

dengan

penurunan

a. Awasi tanda vital kaji pengisian a. Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan

tindakan

mukosa, dasar kuku.

jaringan

diperlukan

untuk

klien

pengiriman

oksigen/

22.

b. Tinggikan kepala tempat tidur

menunjukkan

sesuai toleransi..

perfusi yang

23.

adekuat

24.

19. Kriteria Hasil : a. Tanda-tanda vital stabil b. Membran mukosa berwarna merah muda c. Pengisian kapiler d. Haluaran urine adekuat 21.

RASIONAL

kapiler, warna kulit/membrane

keperawatan

20.

15.

dilakukan

komponen seluler yang

nutrisi ke sel.

10. PERENCANAAN 14. INTERVENSI

c. Awasi

memaksimalkan oksigenasi untuk seluler.

Catatan

:

kontraindikasi bila ada hipotensi c. Dispnea, gemericik

auskultasi

pernapasan bunyi

;

napas

perhatikan bunyi adventisius.. 25. 26.

keluhan

nyeri

dada/palpitasi..

menununjukkan

gangguan

jajntung karena regangan jantung lama/peningkatan

kompensasi

curah jantung d. Iskemia seluler

mempengaruhi

jaringan

miokardial/

potensial

risiko infark. e. Mengidentifikasi defisiensi dan

27.

e. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan

membantu

menetukan kebutuhan intervensi. b. Meningkatkan ekspansi paru dan kebutuhan

upaya

d. Selidiki

dan

perfusi

laboraturium.

kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.

Berikan

sel

darah

merah

28.

lengkap/packed produk darah

29.

sesuai indikasi. f. Berikan oksigen sesuai 30. 2

31.

Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan

dilakukan tindakan keperawatan

mencerna atau ketidak

nutrisi klien

mampuan

mencerna

adekuat,

makanan/

absorpsi

dengan

a. Mengidentifikasi a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.

makanan pasien..

g/dL 2) Hb : 11 – 16 g/dL 3) Ht : 31 – 43 % 4) Trombosit : 150.000 – 400.000 µL 5) Eritrosit : 3,8 – 5,5

defisiensi,

memudahkan intervensi b. Mengawasi masukkan kalori atau kualitas

b. Observasi dan catat masukkan

kekurangan

makanan. c. Mengawasi

konsumsi

penurunan

berat

badan atau efektivitas intervensi 34.

nutrisi.

kriterial:

untuk pembentukan sel a. Berat badan normal b. Nilai laboratorium darah merah (SDM) dalam batas normal : normal. 1) Albumin : 4 – 5,8

ke jaringan.

indikasi.

32. Setelah

dengan kegagalan untuk

nutrisi yang diperlukan

f. Memaksimalkan transport oksigen tambahan

c. Timbang berat badan setiap hari. 35.

menurunkan kelemahan,

meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster. d. Gejala GI dapat menunjukkan efek

anemia

(hipoksia)

pada

36.

organ. e. Meningkatkan nafsu makan dan

37.

pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan

d. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan

meminimalkan

bakteri, kemungkinan

infeksi. Teknik perawatan mulut

x 1012 33.

khusus mungkin diperlukan bila diantara waktu makan.

jaringan rapuh/ luka/ perdarahan

e. Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.

dan nyeri berat. f. Membantu dalam rencana diet untuk

memenuhi

kebutuhan

individual 46.

38.

47. 48.

39.

49. 40.

g. Membantu

penyembuhan

penyakit

41.

50. 51.

42.

h. Meningkatakan f. Berikan

dan

bantu

hygiene

mulut yang baik ; sebelum dan

efektivitas

program pengobatan, termasuk sumber

diet

nutrisi

yang

sesudah makan, gunakan sikat

dibutuhkan. i. Kebutuhan gigi halus untuk penyikatan

penggantian

yang lembut. Berikan pencuci

tergantung pada tipe anemia dan

mulut yang di encerkan bila

atau adanyan masukkan oral yang

mukosa oral luka.

buruk

dan

defisiensi

yang

diidentifikasi. g. Anjurkan

klien

meningkatkan

asupan

untuk nutrisi

TKTP dan banyak mengandung vitamin C h. Kolaborasi

;

pantau

hasil

pemeriksaan laboraturium 43. 44.

i. Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.

45.

52. 3

53.

Intoleran aktivitas

berhubungan

dengan

54. Setelah dilakukan

ketidakseimbangan

tindakan

antara

keperawatan

suplai

(pengiriman) kebutuhan.

oksigen dan

klien melaporkan

a. Mempengaruhi a. Kaji kemampuan ADL pasien.. 56.

b. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan

pilihan

intervensi/bantuan b. Menunjukkan neurology vitamin

karena B12

perubahan defisiensi

mempengaruhi

keamanan pasien/risiko cedera. c. Manifestasi kardiopulmonal dari

peningkatan

upaya jantung dan paru untuk kelemahan otot.

toleransi aktivitas,

membawa

c. Observasi

hasil :

tanda-tanda

vital

sebelum dan sesudah aktivitas.

a. Tanda – tanda vital dalam batas normal b. klien melakukan

58.

aktivitas sesuai dengan

59.

kemampuan c. klien

menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru. e. Meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan

tidak

d. Berikan

lingkungan

tenang,

menunjukkan tanda –

batasi pengunjung, dan kurangi

tanda keletihan

suara bising, pertahankan tirah

55.

oksigen

adekuat ke jaringan. d. Meningkatkan istirahat untuk

57.

dengan kriteria

jumlah

baring bila di indikasikan. e. Gunakan

teknik

menghemat

energi, anjurkan pasien istirahat bila

terjadi

kelemahan,

kelelahan anjurkan

melakukan semampunya memaksakan diri).

dan pasien

aktivitas (tanpa

harga diri dan rasa terkontrol.

60. 4

61.

Resiko

berhubungan

infeksi

62. Setelah

dengan

dilakukan

penurunan daya tahan tubuh leucopenia, granulosit

a.

keperawatan

penurunan

infeksi tidak

(respons

terjadi,

inflamasi tertekan).

a. Tingkatkan cuci tangan yang dan

silang/ kolonisasi bacterial.

tanda

pada prosedur/perawatan luka. vital

dalam batas normal b. Leukosit dalam batas normal c. Keluarga perilaku

menunjukkan pencegahan

infeksi pada klien

c. Berikan

perawatan

kulit,

perianal dan oral dengan cermat. d. Motivasi

perubahan

posisi/ambulasi yang sering,

kolonisasi/infeksi bakteri. c. Menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi. d. Meningkatkan ventilasi segmen

paru

memobilisasi

dan

semua

membantu

sekresi

untuk

mencegah pneumonia. e. Membatasi pemajanan

pada

70.

65.

f. Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan

66.

evaluasi/

pengobatan. digunakan pengunjung. g. Mungkin

e. Pantau/batasi Berikan

risiko

bakteri/infeksi.

63. 64.

69.

b. Menurunkan

kriteria: –

68.

pasien.

b. Pertahankan teknik aseptic ketat

dengan a. Tanda

67.

baik; oleh pemberi perawatan

tindakan

sekunder

Mencegah kontaminasi

isolasi

bila

memungkinkan..

propilaktik

untuk

menurunkan

kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.

f. Pantau suhu tubuh. Catat adanya

secara

menggigil

dan

takikardia

dengan atau tanpa demam.. g. Berikan

antiseptic

topical

;

antibiotic sistemik (kolaborasi). 71. 5

72.

Risiko

terhadap integritas berhubungan

tinggi kerusakan kulit dengan

73. Setelah

a. Kondisi kulit dipengaruhi oleh

diberikan

integritas

perubahan

tindakan keperawatan

perubahan sirkulasi dan

diharapkan

neurologist.

resiko

kulit,

pada

catat turgor,

gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi..

integritas tidak

:

pasien

tidak

bergerak

c. Anjurkan pemukaan kulit kering

74. mengidentifi factor

risiko/perilak individu

membatasi

iskemia

jaringan/mempengaruhi hipoksia

seluler. c. Area lembab, atau

ditempat tidur.

dan bersih.

untuk

cenderung untuk infeksi dan rusak b. Meningkatkan sirkulasi kesemua

75.

untuk

pertumbuhan

organisme patogenik. d. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan. e. Meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.

76.

terkontaminasi,

memberikan media yang sangat baik

Kriteria hasil

u

Jaringan dapat menjadi rapuh dan

pijat permukaan tulang apabila

terjadi.

kasi

sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi.

kulit, b. Reposisi secara periodic dan

kerusakan kulit

a. Kaji

mencegah d.

cedera

Batasi penggunaan sabun.

dermal.

77.

e. Bantu untuk latihan rentang gerak. 78. 6

79.

Konstipasi

Diare dengan

atau

80. Setelah

berhubungan

a. Membantu a. Observasi

dilakukan

penurunan

warna

konsistensi,

tindakan

masukan diet; perubahan

keperawatan

proses pencernaan; efek

3 x 24 jam

samping terapi obat.

anak

frekuensi

feses, dan

jumlah.

menunjukan

83.

:

c. Awasi

pada

diare

umum dan

kehilangan berlebihan atau alat dalam pengidentifikasi defisiensi

84.

pola defekasi 81. Kriteria hasil

intervensi yang tepat. b. Bunyi usus secara

menurun pada konstipasi. c. Mengidentifikasi dehidrasi,

perubahan yang normal.

penyebab /factor pemberat dan

meningkat b. Auskultasi bunyi usus.

mengidentifikasi

intake

dan

(makanan dan cairan).

output

diet. d. Membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu memperthankan

a. Frekuensi defekasi 1x

85.

setiap hari b. Konsistensi

status hidrasi pada diare. e. Menurunkan distress gastric dan

86.

distensi abdomen f. Mencegah ekskoriasi kulit dan

lembek,

feces tidak

ada

kerusakan.

lender / darah c. Bising usus batas normal 82.

92.

dalam

d. Dorong masukkan cairan 2500-

93.

3000 ml/hari dalam toleransi

94.

jantung.

95.

g. Serat menahan enzim pencernaan

87.

dan e. Hindari

makanan

yang

mengabsorpsi

alirannya

air

sepanjang

dalam traktus

intestinal dan dengan demikian

membentuk gas.

menghasilkan bulk, yang bekerja f. Kaji

kondisi

kulit

perianal

sebagai

perangsang

untuk

dengan sering, catat perubahan kondisi

kulit

atau

defekasi. mulai h. Mempermudah

kerusakan. Lakukan perawatan

konstipasi terjadi.

perianal setiap defekasi bila

96.

terjadi diare.

97.

defekasi

bila

98.

g. Kolaborasi ahli gizi untuk diet i. Menurunkan motilitas usus bila siembang dengan tinggi serat diare terjadi. dan bulk. 88. 89.

90. 91.

h. Berikan

pelembek

stimulant

ringan,

feses, laksatif

pembentuk bulk atau enema sesuai

indikasi.

Pantau

keefektifan. (kolaborasi) i. Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat

Hidroklorida

dengan atropine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya 99. 7

100.

Kurang

101.

pengetahuan

Setela

h di berikan

pasien/keluarga pasien tentang

dan

kondisi

bertambah.

berhubungan

dengan

tindakan

keterbatasan

paparan

keperawatan

dan

familiar

di

sumber

pasien

tidak

dengan informasi

serta

Metamucil. (kolaborasi). a. Beri penjelasan kepada a. Diharapkan pengetahuan pasien

harapkan tahu

dan mengerti

dan

pelaksanaan

105.

keluarga

pasien

akan

keperawatan yang di lakukan b. Memungkinkan keluarga pasien b. Libatkan kelurga dalam menjadi bagian integral dari pengambilan keputusan dan program yang di jalankan. perencanaan c. membantu mempercepat proses c. Tekankan pentingnya rencana

kurangnya

informasi

dan

tahu

tentang perawatan dan

tentang

pengobatan penyakitnya.

kondisi

rehabilitasi , aktifitas , istirahat terhadap kesembuhan pasien.

dan

103.

kebutuhan pengobatan. 102.

Kriter

ia Hasil : a. Pasien

dan

keluarga

mampu mengungkapkan tentang perawatan dan pengobatan

penyakit

pasien. b. Pasien

dan

keluarga

pasien

tidak

bertanya

tentang

keadaan

lagi

pasien. c. Keluarga terhadap pasien.

ikut

terlibat

kesembuhan

104.

penyembuhan

106.DAFTAR PUSTAKA 107.

108.Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC 109.Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. (Edisi 3). Jakarta: EGC . 110.

NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta: EGC.

111.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. (editor, Setiawan). Jakarta: EGC

112. Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing. 113.

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

114. Price S. A dan Wilson, Lorraine M. C. 2006. Patofisiologi Clinical Concepts of Desiase Process (Edisi 6, Vol 2, Alih bahasa Brahm U). Jakarta: EGC. 115. Smeltzer, S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta: EGC. 116.Sudoyo, A. W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing. 117.

Related Documents

Lp Anemia
January 2021 1
Lp Anemia
February 2021 3
Lp Anemia
January 2021 1
Lp Anemia
February 2021 2
Anemia
February 2021 1
Anemia
February 2021 5

More Documents from "Citra"